Tanya Jawab Seputar Revolusi Mental TIM PENYUSUN · 2. Gambar-gambar dan komik pendek yang...

142

Transcript of Tanya Jawab Seputar Revolusi Mental TIM PENYUSUN · 2. Gambar-gambar dan komik pendek yang...

ii

TIM PENYUSUNPENYUSUNPaulus Wirutomo

DESAIN LAYOUTM. Bachtiar Efendi

DITERBITKAN OLEH:

KEMENKO PMK(KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN)

Jl. Medan Merdeka Barat No. 3

ISBN : 978- xxx

Tanya Jawab Seputar Revolusi Mental

iii

DAFTAR ISI

Penghargaan ................................................................................... iv

Suatu Pengantar .............................................................................. 6

Bab I Pendahuluan .............................................................. 21

Bab II Apa Itu Revolusi Mental? ........................................... 25

Bab III Revolusi Mental dan Pancasila .................................. 45

Bab IV Landasan Konseptual ................................................ 59

Bab V Kebijakan dan Tindakan Dalam Rangka Mewujudkan Revolusi Mental .................................. 71

Bab VI Kiat-kiat Revolusi Mental .......................................... 119

Bab VII Mampukah Kita Berubah? ......................................... 127

Penutup ........................................................................................... 135

Referensi .......................................................................................... 136

iv

Penghargaan1. Pemikiran-pemikiran dalam buku ini memperoleh inspirasi dari naskah

“Usulan Rencana Strategis: Revolusi Mental” yang ditulis oleh Pokja Revolusi Mental di Rumah Transisi pada tahun 2014. Dengan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan pada para anggota Kelompok Kerja di Rumah Transisi yang terdiri dari: Paulus Wirutomo (Ketua), Daisy Indira Yasmine (Sekretaris Pokja), Sari Madjid, Bagus Takwin, Alfindra Primaldhi, Ryan Febrianto. Namun demikian semua isi buku ini adalah tanggungjawab saya pribadi. Konsep asli Revolusi Mental itu kini tersimpan di Lembaga Arsip Nasional.

2. Gambar-gambar dan komik pendek yang menghiasi buku ini adalah karya para pemenang lomba yang diselenggarakan oleh Pokja Revolusi Mental di Kemenko PMK. Atas ijin yang diberikan pada penulis untuk menayangkan karya-karya itu sebagai ilustrasi buku ini, penulis mengucapkan terimakasih. Gambar-gambar ilustrasi yang lain kami peroleh dari media sosial

v

6

Suatu PengantarTentang Indonesiaku...

Betapa banyak kata yang bisa kita ucapkan...

Begitupun cerita yang bisa kita ungkapkan...

Marilah, sebelum kita mulai berkata-kata, kita syukuri betapa Tuhan telah memberikan “untaian zamrud khatulistiwa” ini kepada Bangsa Indonesia, saksikan panorama tanah air tercinta ini... orang bilang “gambar berbicara seribu kata…”.

Selamat Pagi Indonesiaku

Danau yang memukau…

Lembah Nan Subur

7

IndonesiaIndah dan mempesona

Panorama

Sunset nan romantis, memukau turis

8

Sisa mahluk purbakala pun hidup disini…

Tebaran pulau yang indah tiada tara

9

Laut nan maha kaya

10

Manusia Indonesia... bagaimanakah citranya?, banyak bangsa yang memuji, namun yang mencemoohpun tak kurang... bahkan cendekiawan kita sendiri, Mochtar Lubis dan Koentjaraningrat pernah mengkritisi mentalitas bangsa ini.

Kita bisa berbeda pendapat tentang itu, sebagian orang mengatakan kita bangsa hebat... sebagian mengatakan kita bangsa yang sedang terpuruk! Mungkin yang terbaik adalah orang yang sadar akan berbagai kekurangan kita dan dengan tulus mengatakan “ayo berubah!!”, sebab dunia memang sedang berubah, semua bangsa sedang berderap maju. Mereka telah tinggal landas, kita jangan tertinggal di landasan!!

Marilah kita saksikan... seperti apa citra bangsa ini... gambar-gambar dibawah ini tak mungkin berbohong.

Pertama, marilah kita sadari bahwa bangsa ini merupakan bangsa besar di Dunia. Dalam urutan jumlah penduduk, Indonesia menempati urutan ke empat di dunia. Jumlah penduduk memang bisa menjadi pangkal masalah, tetapi bila dikelola dengan benar bisa menjadi sumber kekuatan dan kejayaan suatu bangsa.

Bagaimana Manusianya?

11

Bangsa ini bukan sekedar besar dalam jumlah, namun dalam berbagai hal mampu juga menunjukkan kehebatannya diantara bangsa lain di dunia.

Borobudur adalah bukti bahwa manusia Indonesia mampu menciptakan suatu “keajaiban dunia”

Karya seni bangsa Indonesia sangat berkarakter

12

Putera-puteri Indonesia di kancah Kejuaraan Dunia

Kita boleh berpongah dengan kekayaan dan keindahan alam kita, kita boleh berbangga dengan prestasi sebagian anak bangsa, tetapi kita tak boleh bersembunyi dari kenyataan-kenyataan dibawah ini:

Tapi… Bagaimana dengan potret dibawah ini?

13

Antri adalah indikator dari masyarakat yang beradab, yang tahu akan hak dan kewajibannya: “siapa di depan saya dan siapa dibelakang saya”. Sebagian besar bangsa kita ternyata masih sulit menerima etika yang paling dasar ini. Ini adalah tantangan kita, jangan hanya mengeluhkan masalah-masalah besar saja, tetapi hal sederhana seperti ini harus juga jadi sasaran Revolusi Mental kita. Kita sudah punya mall di kota-kota besar tetapi perilaku antri belum melekat pada kepribadian sebagaian besar “orang-orang yang katanya modern” itu.

Di dalam pergaulan antar bangsa pada masa peradaban global sekarang ini “mental antri” menjadi keharusan semua bangsa. Orang akan memandang sebelah mata pada bangsa yang tak mampu ber-antri dengan tertib. Mentalitas antri bisa didorong oleh pemerintah, itu yang banyak terjadi di dunia ini, tetapi masyarakat juga harus mulai merasa risih dengan mental saling serobot. Jadi pemerintah harus mendorong dan masyarakat harus bergerak, itulah yang disebut Revolusi Mental!

Potret antri ala sebagian warga Indonesia

14

Berlalu Lintas dan KorupsiPelanggaran

Semua pelanggar

merasa nyaman…

Siapa yang lebih

berhak duduk?

hak pejalan kaki? siapa peduli!?

15

Korupsi... sudah membudaya??

Silahkan boss...

Salam tempel...sekedar ucapan terimakasih..?

16

Tawuran Antar Pelajar

Generasi Penerus?!!!

Mau perang lawan siapa

dik?!!!

Mau kerja bakti?!!!

17

Konflik Antar Golongan

Kesumat antar umat...

Bakar! musnahkan!! Inikah bangsa toleran???

18

Beginilah potret kampung nelayan kita, kapan bisa menjadi bangsa bahari.?

Seperti inikah yang disebut bangsa bahari? Semua

teknologi yang digunakan masih tergolong kuno.

Kesenjangan sosial tampak nyata di kampung nelayan serta

kawasan pantai pun menjadi tumpukan sampah.

Bangsa Bahari ???!!!Katanya

19

Kita sering mengkaitkan semua keadaan diatas dengan kemiskinan. Memang jumlah penduduk miskin kita cukup tinggi yaitu mencapai 49.50 juta (24,20%) pada tahun 1998. Namun seperti nampak di bawah ini, angka itu cenderung terus menurun hingga 27,77 juta (10,64) pada tahun Maret 2017.

Penurunan itu kita akui memang amat lambat, tetapi kita masih memiliki harapan yang lebih baik di masa depan.

Perjuangan yang harus kita lalui sebagai bangsa memang tidak mudah. Gambar dibawah ini menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan masyarakat kelas atas cenderung lebih tinggi prosentasenya daripada kelas dibawahnya. “Yang kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin”. Ini akan menimbulkan ketimpangan sosial yang semakin tinggi di masa depan. Namun, kita bersyukur Pemerintahan Jokowi-JK telah mengambil kebijakan “Pembangunan dari Pinggiran”. Ini adalah janji yang sangat memberi harapan. Kita harus terus mengawal janji ini, tetapi sebaliknya rakyat Indonesia juga harus menyambut ajakan pemerintah untuk bersama-sama melakukan Gerakan Nasional Revolusi Mental. Tanpa gerakan ini Pemerintah tak akan mampu merubah banyak.

20

Itulah wajah manusia Indonesia !!Takdirkah semua itu...? Kepada siapa

kesalahan akan kita tuduhkan? kepada siapa sumpah serapah akan kita

lontarkan?Mentalitas bangsa ini yang jadi perkara!!

Perlu diruwat dan dirawat

Apakah kita mau berubah…??

REVOLUSI MENTALAyo lakukan Gerakan Nasional

21

BAB IPENDAHULUAN

“Sekali layar terkembang, pantang kita bersurut….”

22

Tanya: Apakah slogan Revolusi Mental mudah diterima oleh masyarakat Indonesia?, apa masalahnya?

Jawab: Revolusi Mental sering dituduh sebagai jargon, karena menggunakan kata bombastis yaitu “Revolusi”. Kedua,

Revolusi Mental juga sering dikatakan sebagai konsep yang bersifat kontradiktif karena “mental” merupakan sesuatu yang telah mendarah daging pada kepribadian manusia (menjadi karakter), sedangkan “revolusi” adalah perubahan yang cepat dan mendasar. Jadi, mana mungkin sesuatu yang sudah tertanam menjadi karakter akan dapat dirubah secara revolusioner?.

Masih banyak lagi kebingungan publik tentang Revolusi Mental (RM) ini, tetapi hal itu tidak mengurangi kenyataan bahwa sebenarnya sangat banyak warga masyarakat Indonesia yang dalam hati kecilnya sangat setuju dengan “genderang perang” yang dilontarkan Jokowi ini. Buktinya salah satu “icon” materi kampanye Jokowi dalam Pilpres 2014 yang mengantar beliau menjadi presiden adalah yel-yel dan lagu Revolusi Mental. Tetapi kita tidak bisa menuduh mereka sedang beretorika, sedang berjargon kosong.

23

Tanya: Apakah itu berarti masyarakat Indonesia tidak membutuhkan Revolusi Mental? Atau menganggapnya tidak

relevan?

Jawab: Sebagian besar Bangsa Indonesia sebenarnya sedang merasa gelisah melihat kemerosotan mental yang sedang

terjadi pada bangsa ini. Dalam banyak hal kita merasa kondisi kehidupan bangsa ini merosot dan penyebab intinya adalah mentalitas kita. Korupsi yang semakin merajalela, kebohongan publik dan ujaran kebencian dimana-mana, merosotnya toleransi antar suku dan agama, merosotnya kemampuan bersaing dengan bangsa lain dan sebagainya.

Bayangkan dalam SEAGAMES yang lalu, kita berada diurutan ke lima dibawah negara-negara “mini” Singapore dan Vietnam. Apakah bangsa kita kurang terampil berolahraga?, apakah kondisi fisik kita lebih lemah? Pasti tidak!, jadi faktor apa lagi yang bisa kita jadikan alasan kalau bukan mental kita?. Semoga dalam Asian Games yang sebentar lagi akan diselenggarakan di Indonesia, bangsa kita bisa menunjukkan prestasi yang tidak memalukan. Masih banyak bisa ditambahkan daftar panjang keterpurukan kita dikancah globalisasi ini!.

Tanya: Jadi, apa sebaiknya sikap kita menanggapi Gerakan Revolusi Mental itu?

Jawab: Apapun dan berapapun besarnya tantangan terhadap gerakan Revolusi Mental ini, kita – seluruh rakyat Indonesia

– mestinya serentak menyambut dengan semangat: ”Ayo Berubah!!”. Kita tidak perlu lagi buang waktu untuk berdiskusi panjang lebar tentang apakah Revolusi Mental itu hanya sekedar “jargon” atau suatu “genderang perang”, tetapi: ”Just do it!”. Mengapa?, sebab saat ini bangsa kita sudah banyak tertinggal oleh bangsa lain yang senantiasa berusaha menempa mental mereka untuk menjadi bangsa yang jaya. Bila kita terlambat, maka yang akan menjadi korban adalah anak-cucu kita sendiri. Revolusi Mental bukan instruksi pemerintah, bukan pula proyek pemerintah, tetapi harus jadi gerakan sosial masyarakat Indonesia!. Kita tak perlu malu meneriakkan “Revolusi Mental” selama kita memang ingin merealisasikannya!, kita tetap harus konsisten menggunakan kata “Revolusi Mental”, karena Presiden Jokowi telah memilih kata itu dalam

24

kampanyenya, bahkan Presiden Soekarno pun telah meneriakan kita ini berpuluh tahun lalu. Sebagai presiden terpilih, Jokowi telah memasukkan program itu kedalam Nawacita dan kemudian –sebagai persyaratan politis- diperkuat dengan Inpres no. 12 th 2016. “Sekali layar terkembang, pantang kita bersurut”.

Sebagai orang yang pernah ditugasi oleh Presiden Jokowi untuk merumuskan konsep Revolusi Mental itu di Rumah Transisi, saya terpanggil untuk mensosialisasikan dan menyebarluaskan konsep itu dalam suatu buku “Tanya Jawab” yang sederhana sehingga bisa dipahami siapa saja.

Sumber utama dari buku ini adalah Naskah yang dihasilkan oleh Pokja Revmen di Rumah Transisi, namun pengembangan dari sumber-sumber lainnya saya peroleh dari dokumen yang disusun oleh Pokja Revolusi Mental Nasional yang bekerja dibawah koordinasi Kantor Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) dimana saya merupakan salah seorang anggotanya. Adapun isi dari buku ini sepenuhnya adalah merupakan tanggungjawab pribadi penyusun.

Buku ini saya bagi menjadi beberapa bagian: bagian pertama adalah pendahuluan, bagian kedua tentang apa itu Revolusi Mental, bagian ketiga tentang Revolusi Mental dan Pancasila, bagian keempat tentang kerangka konseptual Revolusi Mental, bagian kelima sehubungan dengan kebijakan pemerintah dalam rangka menyukseskan Revolusi Mental, bagian keenam ialah kiat-kiat gerakan Revolusi Mental, dan bagian ketujuh yaitu mengenai mampukah kita berubah? kemudian bagian kedelapan adalah Penutup.

25

BAB IIAPA ITU REVOLUSI MENTAL?

“Untuk mengisi kemerdekaan Bung Karno ingin membangun

mental dan karakter bangsa dengan suatu Revolusi Mental.”

26

Tanya: Apa itu Revolusi Mental (RM)?

Jawab: Revolusi Mental adalah Gerakan Nasional untuk merubah system nilai, cara pandang, pola

pikir, nilai, sikap Bangsa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, madiri dan berkepribadian berdasarkan Pancasila. Jadi, esensi Revolusi Mental (RM) adalah merubah mental (yang mencakup sistem nilai, pola pikir, pola sikap, pola bertindak) secara cepat dan dilakukan bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah agar menjadi lebih dekat mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Hanya dengan cara ini bangsa Indonesia akan mampu bersaing dan berdiri sederajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Tanya: Siapa yang pertama kali menggelorakan RM?

Jawab: Istilah Revolusi Mental pertama kali diperkenalkan oleh Bung Karno (17 Agustus 1964),

sebagai pelengkap dari revolusi fisik yang telah berhasil mengantar Bangsa Indonesia pada kemerdekaan. Untuk mengisi kemerdekaan Bung Karno ingin membangun mental dan karakter bangsa dengan suatu Revolusi Mental.

27

Tanya: Siapa yang membangkitkan kembali?

Jawab: Jokowi mengangkat kembali Revolusi Mental karena dia prihatin terhadap kemerosotan

kualitas mental dan karakter bangsa Indonesia setelah lebih dari 70 tahun merdeka. Mula-mula dalam bentuk tulisan di harian Kompas kemudian ketika dia melakukan kampanye untuk menjadi presiden. Setelah terpilih menjadi presiden, konsep Revolusi Mental dipersiapkan oleh suatu Pokja di Rumah Transisi. Setelah itu Presiden memerintahkan pelaksanaan RM dikoordinasikan oleh Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) dengan dibantu oleh suatu Pokja Nasional.

Tanya: Mengapa diperlukan Revolusi Mental?

Jawab: Krisis mental yang dialami oleh bangsa ini sudah mendesak untuk dilakukan perbaikan.

Seperti telah disinggung diatas dalam perhelatan SEA Games ke-29 di Kuala Lumpur tahun lalu, Tim Merah Putih telah menorehkan prestasi terburuk sejak Indonesia ambil bagian dalam pesta olahraga dua tahunan itu pada 1977. Jumlah 38 medali emas yang diraih kontingen Indonesia itu jauh di bawah target yang ditetapkan yakni sebanyak 55. Padahal, pada saat yang bersamaan negara-negara lain kian gencar menggenjot prestasi olahraga mereka. Itu hanya satu contoh bahwa bangsa kita mengalami kelemahan daya saing dengan bangsa-bangsa yang lain. Kemampuan kompetisi bangsa kita walaupun bukan termasuk yang terburuk di dunia, tetapi pada umumnya kurang menggembirakan apalagi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita, menurut GCI (Global Competitive Index): angka Indonesia adalah 37 dibawah Singapore (2), Malaysia (18), Thailand (36) dan Cina (28).

Masih banyak kondisi keterbelakangan bangsa kita sehubungan dengan buruknya kondisi mental bangsa kita, seperti ketergantungan yang semakin besar pada negara lain, krisis dalam dunia pendidikan nasional kita: tawuran antar siswa, tradisi nyontek, konflik antar suku, ras, agama, kebersihan dan sikap membuang sampah bukan pada tempatnya, korupsi dan seterusnya. Masyarakat umum juga sudah merasa terganggu dengan situasi ini dan mereka juga ingin berubah. Maka ajakan Jokowi melakukan Revolusi Mental sebetulnya sesuai sebagian aspirasi sebagian besar masyarakat kita.

28

Tanya: Adakah contoh Revolusi Mental yang dilakukan oleh bangsa lain? Bagaimana hasilnya?

Jawab: Bangsa Korea dibawah Park Chung Hee pernah melakukan suatu gerakan pengembangan nilai-nilai untuk

membangkitkan kembali bangsa Korea dari keterpurukan mental akibat penjajahan Jepang. Gerakan Semaul Undong itu difokuskan pada pengembangan tiga nilai yang dianggap paling strategis bagi bangsa Korea pada saat itu yaitu: diligence (kerajinan atau kerja keras), self reliance (kemandirian) dan cooperation (kerjasama atau gotong royong). Ini semua bukan nilai dasar (ultimate values) seperti Pancasila, tetapi sekedar nilai instrumental yang sifatnya strategis untuk dikembangkan pada masa itu. Gerakan Semaul Undong adalah gerakan yang didukung sepenuhnya oleh pimpinan nasional – presiden Park Chung Hee – dan dilakukan secara sistematis serta konsisten.

Keberhasilan bangsa Korea dalam semua bidang pembangunan (termasuk ekonomi dan fisik) terkait dengan pengembangan ketiga nilai tersebut. Itu karena komitmen yang tinggi dari semua komponen bangsa Korea. Contoh: orang Korea akan merasa malu bila membeli mobil buatan Jepang, dia akan ditertawakan oleh teman-temannya dan orang-orang disekitarnya, karena telah memperkaya bangsa Jepang yang pernah menjajah mereka dan tidak mau menghargai hasil produksi dalam negerinya. Demikianlah mental kemandirian orang Korea, maka gerakan itu bisa dibilang berhasil dan merupakan salah satu faktor yang membentuk bangsa Korea menjadi seperti sekarang ini.

Tanya: Adakah negara yang berhasil melakukan gerakan semacam RM?

Jawab: Bangsa lainnya yang bisa kita contoh adalah Taiwan. Taiwan meluncurkan suatu kampanye kebersihan dengan

tiga prinsip: Partisipasi, Motivasi, Aksi. Semua warga Taiwan didorong untuk berpartisipasi dalam gerakan kebersihan, caranya: Pemerintah justru tidak menyediakan banyak petugas-petugas kebersihan (seperti “pasukan orange” di Jakarta). Para warga harus menjadi pembersih itu sendiri. Jadi yang diandalkan adalah semangat voluntarisme. Untuk itu dikampanyekan secara besar-besaran suatu sikap “be kind, keep clean”

29

(jadilah orang baik: jagalah kebersihan) , “I care to clean” (aku mau bersih) dsb. Perubahan karakter di Taiwan difokuskan pada sedikit hal (misalnya kebersihan) tetapi pasti, terukur hasilnya, sehingga segera terasakan, dapat dinikmati atau berguna untuk orang banyak, lalu tindakan itu diulang dan dipertahankan bersama. Demikian sampai “point of no return” (mendarah daging) dan menjadi habit (kebiasaan).

Tanya: Prinsip-prinsip seperti apa yang ditanamkan?

Jawab: Beberapa prinsip yang bisa kita pelajari dari Taiwan antara lain:

• Tanggungjawab selalu dilekatkan dengan hak: misalnya semua orang berhak mendapatkan layanan WC umum yang bersih, tetapi semua orang juga wajib membersihkan untuk pemakai selanjutnya (“siapa yang akan membersihkan kalau bukan kamu?”).

• Perubahan harus bersifat sistemik: Pemerintah mendorong, tetapi juga mengajak Perusahaan, menggandeng sekolah dan komunitas.

Gambar di atas menunjukkan bahwa “aksi” yang dilakukan oleh anak-anak akan memberikan “rasa” pengalaman yang mengasyikan dan bisa merubah cara berpikir, sikap dan perilaku mereka untuk selanjutnya.

Tanya: Apa yang dimaksud dengan ”Karakter Bangsa?”

Jawab: Karakter adalah mentalitas (cara berpikir, sikap dan perilaku) yang menonjol dari seseorang

atau kelompok orang. Jadi karakter bangsa adalah mentalitas yang secara umum dan mencirikan suatu bangsa. Kita menyadari bahwa ada

30

karakter bangsa kita yang kurang baik dan kita ingin membangun karakter bangsa kearah yang baik dan kita banggakan. Akan tetapi kita sadar pula bahwa bangsa kita adalah majemuk, sehingga karakter setiap suku bisa berbeda. Oleh karena itu dalam membangun karakter bangsa, seperti Revolusi Mental ini, kita harus memilih beberapa karakter nasional yang kita anggap cocok untuk semua suku yang ada (bisa dipercaya, bekerja dengan etos yang baik, bisa bekerja sama dsb.), sementara itu setiap suku tetap boleh mengembangkan karakter khas mereka masing-masing. Jadi, tiap daerah tetap memiliki ruang untuk bisa mempertahan karakternya masing-masing, tetapi kita punya nilai-nilai yang secara nasional perlu dikembangkan bersama terutama agar bangsa ini tidak kalah bersaing dengan bangsa lain dan yang penting juga agar bangsa kita mempunyai karakter standar yang mencirikan peradaban modern dunia (misalnya tertib berlalu lintas, tertib antri dan menjaga kebersihan).

Tanya: Apakah itu yang disebut Pembangunan Berbasis Nilai (Value based Development)?

Jawab: Ya, pembangunan berbasis nilai adalah suatu pembangunan seluruh aspek kehidupan bangsa (ekonomi,

politik fisik, sosial dan budaya) yang dilandasi oleh nilai tertentu. Keberhasilan pembangunan ini bukan hanya dilihat dari pencapaian kuantitatif setiap bidang atau sektor pembangunan, tetapi terutama tertanamnya nilai-nilai strategis yang telah ditargetkan. Dengan demikian pembangunan ini tidak hanya bersifat “growth oriented” (meningkatkan pertumbuhan sebesar-besarnya), tetapi berbasis nilai atau “value based” seperti (mengutamakan nilai integritas: bisa dipercaya serta tahu hak dan kewajiban dsb.).

Tanya: Apakah kepemimpinan Jokowi memadai untuk memimpin RM?

Jawab: Jokowi sebagai presiden kiranya sangat memadai untuk memimpin suatu RM, sebab ia punya ciri-ciri sebagai berikut:

sangat sensitif pada krisis mental bangsa, beliau juga merupakan sosok revolusioner dari segi kesederhanaan, kejujuran, keberanian, kerakyatan dsb. Jokowi punya komitmen dan daya sugesti yang baik untuk bisa menghasilkan suatu gerakan sosial. Contoh: dia menjungkirbalikkan

31

prinsip pembangunan dari pusat menjadi “membangun dari pinggiran”, di birokrasi pemerintahan Jokowi sudah melakukan berbagai tindakan untuk memperbaiki pelayanan, misalnya: melakukan “blusukan” ke pelosok-pelosok tanpa basa-basi, membasmi pungli, terjun ditengah-tengah anak-anak sekolah, para olahragawan, seniman, petani, peternak dsb. Mengingat kepribadiannya yang “revolusioner” seperti itu, sebenarnya Revmen bisa dikatakan sebagai “trade mark-nya Jokowi”.

Tanya: Apa contoh konkrit perubahan mental itu?

Jawab: Perubahan mental sering terasa amat abstrak, cenderung dianggap rumit, tidak

terukur dan sebagainya, ini yang menyebabkan para pemimpin sering memperlakukannya sekedar slogan politis untuk menarik perhatian rakyat tetapi akhirnya hanya menjadi basa-basi saja (lips service) di dalam pergaulan sehari-hari dan lebih bahaya lagi menghasilkan “sinisme” di kalangan masyarakat. Untuk menghindari itu, Gerakan Revolusi Mental sekarang ini berusaha menunjukkan kepada masyarakat apa itu perubahan mental yang kita inginkan bersama. Perubahan mental mencakup :

• Pembenahan sistem nilai. Nilai adalah konsepsi kita tentang apa yang baik, apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah. Sebagai bangsa, kita sebenarnya telah menyepakati bersama bahwa nilai-nilai Pancasila adalah pedoman kita bernegara dan berbangsa. Tetapi kenyataannya kita tidak benar-benar berpedoman pada Pancasila. Tidak cukup kita hanya “menghafalkan” Pancasila, sementara banyak nilai-nilai luhur kita yang justru mengalami kemerosotan. Dulu antar umat beragama masih ada toleransi yang baik, sekarang semakin merosot, dulu budi pekerti dan sopan santun anak muda kita pada orang tua masih baik, sekarang semakin merosot dan seterusnya. Karena itu Gerakan Revolusi Mental harus difokuskan pada usaha

32

mengenal kembali nilai-nilai luhur kita dan secara konkrit berpedoman pada nilai-nilai itu. Berdasar itu kita harus merobah komponen lain dari mentalitas kita yaitu:

• Perubahan Pola pikir: misalnya dulu kita berpikir: “sampah adalah sesuatu yang tak berguna lagi, bahkan menjijikkan, sehingga harus dibuang, disingkirkan dan dihindari”. Pola Pikir yang baru adalah: “sampah itu sebenarnya suatu sumberdaya yang belum termanfaatkan karena itu tidak boleh dibuang, tetapi ditempatkan secara baik untuk menunggu pemanfaatan lebih lanjut.”

• Perubahan pola sikap: sejalan dengan cara berpikir seperti diatas, maka muncul sikap sbb.: “karena sampah sebenarnya masih bisa dimanfaatkan, maka sebaiknya kita dapat memanfaatkannya, kita tidak boleh membuangnya apalagi menganggapnya menjijikkan, tetapi menempatkannya ditempat yang layak sebagai sumberdaya yang masih berguna.”

• Perubahan Pola perilaku: Dulu perilaku kita terhadap sampah adalah: “membuang dan menyingkirkan dari hadapan kita, kemana saja asal jauh dari saya”. Perilaku yang baru adalah:”Saya tidak membuang sampah tetapi menempatkan ditempat yang layak, karena itu kita harus menyiapkan tempat sampah yang layak dan cukup jumlahnya, bahkan kita harus mencari cara, jalan, teknologi untuk menguranginya, menggunakannya kembali, mendaur ulang dsb.”

Itu baru satu contoh dari perubahan mental (perubahan pola pikir, sikap dan perilaku). Perubahan itu bisa mencakup sangat banyak hal mulai yang paling sulit dan rumit (misalnya Korupsi) sampai yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan (misanya antri dengan tertib, menyeberang pada tempatnya, tidak melanggar lampu merah, menempatkan sampah ditempatnya, datang tepat waktu dsb.).

33

Tanya: Jadi, Revolusi Mental itu bukan hanya diarahkan pada hal-hal besar seperti memberantas Korupsi, menertibkan

pajak, menertibkan lalu lintas, mereformasi birokrasi dsb?

Jawab: Tidak hanya itu, Revolusi Mental harus mulai dari hal-hal kecil dan nampak “sepele” (antri, kebersihan, menyeberang

jalan), sampai hal-hal besar seperti korupsi, reformasi birokrasi, Pendalaman Demokrasi dsb.). Sebaiknya RM justru dimulai dari tindakan yang “kecil-kecil”, sebab hal ini lebih mudah dilakukan sehingga manfaat RM dapat segera nampak dan dirasakan masyarakat luas. Kalau kita berhasil dalam hal-hal kecil, maka kita akan percaya diri dan bersemangat untuk merubah yang besar (korupsi, konflik antar golongan dsb.).

Berat sekali tugas pasukan Orange di Jakarta, tetapi mereka dipuji masyarakat luas karena punya etos kerja yang tinggi hingga mampu merubah Jakarta. Mereka adalah contoh pelaku Revolusi Mental!

Revolusi mental in action…Semangat meruba mulai

dari yang kecil dan sederhana...

34

Tanya: Bagaimana strateginya?

Jawab: Secara sosiologis pola pikir, pola sikap dan pola perilaku individu/masyarakat mengacu

pada sistem nilai (konsepsi tentang apa yang baik, apa yang buruk, apa yang benar, apa yang salah, apa yang pantas, apa yang tidak pantas). Di masyarakat Indonesia sistem nilai itu justru banyak mengalami perubahan kearah yang lebih buruk. Misalnya: nilai kejujuran berubah menjadi nilai kebohongan, sikap kemandirian bangsa menjadi sikap ketergantungan, kerja keras dan disiplin menjadi kemalasan dan kecerobohan, saling menghormati sesama menjadi saling curiga dan menista, kerjasama menjadi saling menghancurkan dsb. Oleh karena itu Strategi dasar dari Revolusi Mental adalah bersama-sama mempromosikan dan menanamkan nilai-nilai yang dianggap penting bagi kejayaan bangsa saat ini.

Tanya: Seberapa banyak nilai yang harus dipromosikan dan ditanamkan?

Jawab: Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia dipandu oleh banyak sekali sistem nilai. Setiap orang, organisasi, agama dsb.

punya system nilainya sendiri, maka dari itu RM sebaiknya hanya memilih beberapa nilai yang dianggap paling strategis untuk dikampanyekan saat ini, ada fokus yang jelas, disepakati dan dijalankan serta ditanamkan dalam hati sanubari secara bersama-sama, sehingga terjadilah suatu “revolusi”. Nilai-nilai itu harus bersifat universal artinya dianggap baik oleh berbagai golongan agama, etnis apapun.

Tanya: Apakah nilai-nilai lainnya harus ditinggalkan?

Jawab: Tentu tidak, nilai-nilai individu/kelompok yang ada biarkan tetap dianut, tetapi secara

Nasional nilai-nilai strategis yang telah dipilih itu harus diutamakan untuk dikampanyekan secara luas dan didukung oleh semua peraturan yang ada.

Tanya: Apa saja nilai-nilai yang diusung Revolusi Mental itu?

Jawab: Pokja Revmen di Rumah Transisi telah mengumpulkan 300 pakar masing-masing 100 dari

Indonesia Bagian Timur, Tengah dan Barat untuk membantu merumuskan

35

Gerakan Revolusi Mental untuk Indonesia yang diinginkan oleh presiden terpilih Joko Widodo. Para pakar tersebut sepakat bahwa saat ini kualitas mental bangsa Indonesia sedang mengalami penurunan terus menerus, oleh karena itu kita harus segera membenahinya dengan suatu gerakan Sosial yang bersifat Revolusioner, bukan program-program Pembangunan biasa. Mereka menyarankan agar Revolusi Mental difokuskan pada pengembangan beberapa nilai strategis untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial-budaya bangsa kita dan sekaligus untuk memenangkan kita bersaing di dunia Internasional. Setelah melakukan serangkaian Focused Group Discussion (FGD) di Aceh Darussalam, Jakarta dan Jayapura secara serentak, mereka merumuskan enam masalah strategis yang perlu diprioritaskan dalam Gerakan Revolusi Mental. Masalah strategis itu adalah:

1. Merosotnya nilai Kewargaan: yang dimaksud “nilai kewargaan” adalah: kesadaran yang berimbang akan hak dan kewajiban sebagai warga negara atau warga masyarakat. Di masyarakat kita saat ini, kesadaran itu sangat rendah, itulah yang menyebabkan semua aspek kehidupan kita bernegara menjadi kacau-balau. Karena rakyat tidak tahu hak mereka, maka mereka menjadi mudah dipermainkan, dibodohi, dibohongi atau ditindas (bahkan seringkali oleh Pemerintah sendiri). Kesadaran akan kewajiban justru lebih buruk lagi. Semua itu biang keladi kekacauan tatanan kehidupan kita bernegara. Jadi langkah awal Revmen sebaiknya mulai dari penyadaran tentang hak dan kewajiban dari “perkara-perkara kecil”, seperti:

• mengenal secara adil hak dan kewajiban sebagai warga, misalnya: antri, menyeberang pada tempatnya, buang sampah pada tempatnya, datang tepat pada waktunya dst.

• mempertahankan identitas bangsa seperti: mempertahankan ciri keindonesiaan dengan mengembangkan secara kreatif produk makanan asli, obat-obatan asli, tarian, musik asli dsb.

2. Tidak dapat dipercaya: Ketidakjujuran, tidak dapat dipercaya, kebohongan publik dan perilaku korupsi terjadi dimana-mana di setiap saat. Ini merupakan krisis mental yang parah. Bangsa kita akan terus berkubang dalam lumpur ini bila kita tidak memperbaikinya secara

36

bersama-sama antara Pemerintah (birokrasi), pihak Swasta dan Civil Society melalui gerakan RM.

Dengan penuh keberanian anak ini menunjukkan pada semua pengendara motor bahwa mereka telah melanggar hak kaum pejalan kaki. Revolusi Mental benar-benar telah menggerakkannya.

37

3. Bangsa yang tidak mandiri: Semakin lama kita yang menyebut diri sebagai bangsa yang besar semakin tidak punya kemandirian, tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar sendiri dan ketergantungan konsumsi yang semakin akut pada produk luar negeri, mulai barang teknologi tinggi, bahan pangan (dari beras, daging sampai garam), bahkan juga produk-produk kesenian dsb. Kita perlu gerakan revolusi mental kemandirian Nasional yang didukung oleh Pemerintah, dunia swasta dan masyarakat sipil: m e n g e m b a n g k a n produk dalam negeri, m e n d a h u l u k a n konsumsi produk dalam negeri daripada asing dsb.

4. Kreativitas yang rendah dalam segala bidang: Dulu bangsa Indonesia dikagumi kreativitas karena bisa membangun Borobudur. Kreativitas itu sekarang cenderung semakin merosot, sementara bangsa-bangsa lain semakin berpacu memompa kreativitas mereka. Sulit bagi bangsa ini untuk menunjukkan eksistensi nya bila tidak kreatif di segala bidang. Sistem Pendidikan Nasional kita harus melepaskan anak-anak Indonesia dari cengkeraman kurikulum sekolah yang semakin tidak kreatif karena terikat pada ritual ujian Nasional. Kurikulum pendidikan kita harus merangsang kreatifitas siswa sejak dini.

5. Tidak saling menghargai antar golongan, suku, agama, dan ras: Indonesia adalah masyarakat majemuk, namun sikap mental toleransinya semakin merosot, apalagi rasa solidaritas kebangsaannya, sehingga terjadi konflik sosial dimana-mana.

6. Kemerosotan jiwa gotong royong bangsa: Saat ini gotong royong ditingkat komunitas Desa maupun kota cenderung terus merosot, apalagi gotong royong di tingkat makro misalnya: kerjasama antar ekonomi kecil, menengah dengan atas, antar kekuatan-kekuatan politik dan sebagainya.

Sosok insan mandiri

38

7. Berdasarkan hal tersebut diatas, Tim Pokja RM Rumah Transisi mengajukan 6 (enam) nilai strategis untuk dijadikan target utama Gerakan Revolusi Mental yaitu:

• Kewargaan (sadar akan hak dan kewajiban)

• Dapat Dipercaya

• Mandiri

• Kreatif

• Gotong Royong

• Saling menghargai

Tanya: Apakah Gerakan Revolusi mental akan mengkampanyekan enam nilai diatas?

Jawab: Enam nilai diatas ternyata dipandang masih terlalu banyak untuk dikampanyekan sebagai nilai strategfis Revolusi

mental. Rumusan enam nilai itu kemudian disederhanakan oleh Pokja Nasional dibawah koordinasi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) tanpa merubah esensinya menjadi tiga nilai yaitu:

1. Integritas: Nilai ini merupakan gabungan dari nilai kewargaan (sadar akan hak dan kewajiban ) dan nilai dapat dipercaya. Singkat kata kita harus menjadi bangsa yang berintegritas: jujur, tidak berbohong, satu kata dengan perbuatan, konsisten. Tambahan pula kita juga harus sadar akan hak dan kewajiban secara adil. Nilai ini sangat kritis pada masyarakat kita saat ini: penuh kebohongan, korupsi, tidak satu kata dengan perbuatan dan seterusnya. Manusia Indonesia sekarang ini juga tidak menyadari secara benar dan seimbang apa hak dan kewajibannya. Sehingga seluruh kehidupan sosial kacau balau (antar suami-istri, orang tua-anak, rakyat-Pemerintah dsb.). Semua perilaku di masyarakat mulai dari yang terkecil sampai yang besar membutuhkan sikap integritas (mulai buang sampah, antri, bayar pajak, melayani pelanggan sampai berdemokrasi). Sebagai basis untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila kita seharusnya menanamkan dulu nilai integritas dalam hati sanubari masyarakat Indonesia.

39

Salahsatu bukti yang menonjol dari lemahnya integritas bangsa ini adalah tindakan korupsi yang amat merajalela. Sebetulnya banyak juga rakyat Indonesia yang sangat membenci tindakan ini, namun system yang ada sangat memberi peluang, dan amat sulit untuk dirubah. Pemerintah saat ini juga didesak oleh rakyat untuk memperkuat “perang melawan korupsi”. Ini adalah bagian dari Gerakan Revolusi Mental kita. Dalam gambar dibawah ini kita melihat ternyata perjuangan bangsa ini menunjukkan hasil yang cukup memberi harapan. Ini menunjukkan bahwa melalui Revolusi Mental yang labih gencar, bangsa Indonesia bisa mengangkat martabatnya di dunia internasional.

2. Etos kerja: Bila dikaitkan dengan enam masalah strategis diatas, nilai Etos kerja ini sangat diperlukan untuk mendorong kreativitas kita sebagai bangsa dalam rangka mencapai kemandirian. Nilai Etos Kerja ini berisi sifat-sifat: semangat kerja, kemampuan bersaing, optimis, inovatif, produktif. Nilai ini sangat strategis bagi bangsa Indonesia saat ini sebab di hampir semua bidang kehidupan saat ini etos kerja kita sangat rendah, sehingga bangsa ini sering kalah bersaing dengan Negara-negara lain, bahkan yang lebih kecil dan lebih muda.

3. Gotong royong: Ini adalah nilai yang mencirikan bangsa Indonesia sejak masa lalu, namun kondisinya semakin merosot karena perubahan gaya hidup menjadi orang modern. Padahal banyak masyarakt modern yang

40

justru terus mempertahankan nilai kegotong royongan agar Negara mereka semakin kuat. Contoh gotong royong yang sebenarnya: Di Singapore 500.000 pekerja bersama-sama memiliki koperasi ritel yang menguasasi 53% volume perdagangan di negara itu. Di Skandinavia Koperasi tani sangat kuat, konglomerat tunduk pada kekuatan rakyat itu. Koperasi petani di Jepang menguasai hulu, tengah, sampai hilir pertanian mereka. Korea dikenal dengan “Korean Incorporated” suatu gotong royong antar kekuatan ekonomi di tingkat nasional. Taiwan punya tradisi gorong royong menjaga kebersihan dsb.

Bangsa kita pada dasarnya masih memiliki karakter gotong royong ini tetapi sudah banyak mengalami kemerosotan. Oleh karena itu nilai ini diangkat menjadi salahsatu “nilai strategis – instrumental”. Nilai yang harus melekat disini adalah nilai “saling menghargai”. Kita sering menamakannya “toleransi”, tetapi arti dari kata ini adalah “menahan diri” terhadap perbedaan. Kita mungkin perlu meningkatkan toleransi menjadi “solidaritas” yaitu rasa kesetiakawanan yang tulus untuk merangkul golongan yang berbeda. Dengan Revolusi Mental kita mengharapkan nilai Gotong royong akan kembali menjadi karakter bangsa.

Itulah tiga nilai strategis-instrumental yang akan diusung oleh RM. Dengan difokuskan pada tiga nilai dimaksudkan agar nilai strategis itu lebih mudah dicapai. Bila sudah kita capai dengan baik, kita boleh berfokus pada nilai-nilai lainnya, karena nilai ini hanya bersifat instrumental, tidak sakral (seperti Pancasila). Masyarakat di berbagai daerah tetap boleh berpegang pada system nilai kedaerahannya masing-masing, namun tiga nilai ini harus tetap menjadi fokus nasional.

Perilaku antri dengan tertib

adalah cermin dari kesadaran

akan hak dan kewajiban,

karena itu harus jadi target RM

41

Anak muda yang berusaha

mempertahankan hak mereka karena jalur sepeda mereka selalu diserobot oleh

pengendara motor yang tidak menghargai

hak orang lain…Anak–anak ini punya

semangat Revolusi Mental…

Semangat pelayanan yang

tinggi dan sekaligus etos kerja yang baik

dari para petugas.Bangsa kita perlu

terus memperkuat semangat seperti

ini.

Suasana Gotong Royong di Desa ….Kekayaan budaya

ini jangan dibiarkan punah....

Alangkah indahnya budaya bangsa

Indonesia bila anak muda kita

berperilaku seperti ini

42

Tanya: Benarkah Revolusi Mental pernah digunakan oleh kaum komunis untuk merubah mental masyarakat mengikuti ajaran

komunisme, sehingga Gerakan Nasional Revolusi Mental sama dengan gerakan komunis, karena itu harus dilarang?

Jawab: Pernyataan di atas tidak bisa dibenarkan, karena istilah Revolusi Mental adalah bersifat generic artinya istilah ini bisa

dipakai siapa saja untuk merubah karakter suatu masyarakat tertentu secara cepat (revolusioner) kearah yang diinginkan oleh kelompok yang bersangkutan. Jadi sebagai bangsa kita berhak menggunakan istilah itu (sebagaimana halnya Bung Karno pada masa lalu), sejauh itu diarahkan pada nilai-nilai khas yang kita junjung tinggi dan ditujukan untuk kepentingan nasional kita sendiri. Menghentikan Revolusi Mental pada saat ini sangat tidak bijaksana, sebab Jokowi sendiri yang mempopulerkannya dan ini adalah salah satu janji penting dalam kampanye beliau. Lagi pula bila gerakan merubah mental ini tidak kita lakukan sekarang juga, maka bagaimana masa depan bangsa ini?, sebab dalam banyak hal kita sudah kalah bersaing dengan negara-negara lain dalam hal kualitas mental kita.

Tanya: Revolusi Mental sering dikaitkan dengan Pendidikan Karakter, bagaimana kaitannya?

Jawab: Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dan pembaharuan tata kehidupan bersama dalam diri siswa

sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan ini harus mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar. Pendidikan karakter ini akan berdampak langsung pada prestasi anak didik. Di berbagai negara lain (misalnya Jepang, Korea, Cina dsb.) terbukti bahwa pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter terjadi juga peningkatan motivasi siswa dalam meraih prestasi akademik. Di kelas-kelas yang terlibat dalam pendidikan karakter terjadi penurunan drastis pada perilaku negatif siswa.

Hal di atas sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat. Menurutnya, 80% keberhasilan seseorang di masyarakat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20%

43

ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Perang pemikiran, kebudayaan, ekonomi, moral, dan nilai terjadi begitu dahsyat di era kompetisi terbuka sekarang ini, sehingga dibutuhkan individu dan masyarakat yang tangguh dan konsisten menjalani nilai-nilai suci dan agung yang diyakininya. Pendidikan karakter di sekolah harus memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter (Asmani, 2011).

Thomas Lickona, profesor pendidikan dari Cortland University (1992) menulis sebuah buku yang berjudul “Eleven Principles Of Effective Character Education”. Penulis meringkasnya sbb:

1. Pendidikan karakter harus mengandung nilai-nilai yang dapat membentuk karakter yang baik yang mencakup aspek “thinking, feeling and action” (berpikir, merasa dan bertindak).

2. Harus bersifat komprehensif: guru sebagai “role model”, disertai disiplin sekolah, kurikulum, proses pembelajaran, manajemen kelas dan sekolah, integrasi materi karakter dalam seluruh aspek kehidupan kelas, kerjasama dengan orang tua, masyarakat dan sebagainya.

3. Sekolah harus menjadi model (miniatur) “masyarakat yang damai dan harmonis”, para murid memerlukan kesempatan untuk mempraktekkan tindakan moral; misalnya, bagaimana berlatih untuk bekerja sosial (memberikan sumbangan ke panti asuhan, panti werda, membersihkan lingkungan), menyelesaikan konflik, berlatih menjadi individu yang bertanggungjawab dan sebagainya.

4. Harus mengikutsertakan materi kurikulum yang berbasis kompetensi (life skill) sehingga anak merasa mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan.

5. Pendidikan karakter harus membangkitkan motivasi internal dari diri anak, misalnya mampu membangkitkan rasa bersalah pada diri anak atau membangkitkan rasa empati terhadap kesulitan orang lain.

6. Seluruh staf sekolah harus terlibat dalam pendidikan karakter. Pendidikan karakter di sekolah memerlukan kepemimpinan moral.

7. Sekolah harus bekerja sama dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya (Komite Sekolah).

44

8. Harus ada evaluasi berkala mengenai keberhasilan pendidikan karakter di sekolah.

Tanya: Apa tujuan Pendidikan Karakter yang dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan?

Jawab: Secara ringkas - tujuan pendidikan karakter bangsa menurut Kementerian Pendidikan Nasional, 2010 adalah:

1. Mengembangkan potensi kalbu, nurani peserta didik sebagai warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai budaya bangsa yang religius.

3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab.

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan.

Di samping itu tidaklah kalah pentingnya pendidikan di lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter tidak dapat dilepaskan dari penanaman nilai-nilai etika dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat luas bahkan seluruh negaranya. Oleh karena itulah Pendidikan Karakter di sekolah harus merupakan bagian dan didukung oleh Gerakan Nasional Revolusi Mental.

45

BAB IIIREVOLUSI MENTAL DAN PANCASILA

“Pembumian Pancasila pada dasarnya adalah Revolusi

Mental. “

46

Tanya: Bagaimana kita menyikapi program Pembumian Pancasila dalam hubungannya dengan Revolusi Mental?

Jawab: Ketika makin disadari oleh Pemerintah bahwa dalam Orde Reformasi ini perhatian kita, baik Pemerintah

maupun masyarakat awam terhadap Pancasila sangat merosot, maka Pemerintahan Jokowi merasa perlu untuk memberi prioritas tinggi pada usaha membumikan lagi Pancasila di masyarakat Indonesia. Kita tidak perlu membuang waktu untuk mempertentangkan kedua kegiatan ini. Pancasila adalah nilai dasar yang harus menjadi landasan kita bernegara, karena itu nilai-nilai Pancasila harus tertanam menjadi sikap mental kita, nah, gerakan RM adalah kendaraan untuk mencapai perubahan mental itu dengan lebih cepat dan meluas. Jadi Pancasila adalah merupakan susbstansi yang diusung oleh revolusi Mental. Gerakan RM sudah dirancang sebagai “kendaraan” bagi bangsa ini untuk bisa merubah “secepat mungkin” segala mentalitas yang buruk dan mengganti dengan yang positif, tentu saja yang sesuai dengan landasan ideologi bangsa yaitu Pancasila.

Tanya: Bagaimana hubungan antara nilai-nilai Pancasila dengan nilai-nilai Revolusi Mental?

47

Jawab: Nilai-nilai Pancasila memang sangat mendasar, namun tingkat abstraksinya tinggi. Masyarakat umum membutuhkan

jembatan antara butir-butir Pancasila yang sarat nilai itu dengan isi kepala dan hati mayarakat yang sehari-hari merasakan himpitan-himpitan nyata dalam kehidupannya. Masyarakat membutuhkan rumusan nilai yang lebih terang, lebih terinci, lebih terkait dengan masalah sehari-hari. Nilai abstrak yang tinggi tidak bisa dan tidak boleh langsung dibenturkan dengan pikiran rakyat di akar rumput. Pemerintah tidak boleh menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dalam itu dengan berbagai macam instruksi atau hafalan (hafalan adalah pemaksaan halus). Karena bila rakyat tidak yakin tetapi merasa terpaksa maka yang terjadi adalah kepura-puraan.

Salah satu jembatan antara “rumusan nilai-nilai abstrak” (Pancasila) dengan “manfaat nyata” bagi manyarakat adalah Program Aksi, yang bisa dikembangkan oleh masyarakat pada tingkatan komunitas (di Desa, di Kampung, RT/RW, di sekolah, kantor, tempat-tempat ibadah bahkan di keluarga dsb.), misalnya: program tertib membuang sampah, datang tepat waktu, antri secara benar dsb. Inilah Revolusi Mental. Pembumian Pancasila intinya adalah untuk merubah karakter bangsa dengan gerakan sosial (yang bersifat “community based” dan bersifat “action oriented”). Dengan kata lain, Pembumian Pancasila pada dasarnya adalah “Revolusi Mental”. Maka harus dijaga jangan sampai Masyarakat menganggap bahwa Revolusi mental telah digantikan dengan Pembumian Pancasila.

Tanya: Apa akibatnya bila Kampanye Pancasila dan Revolusi Mental terlalu abstrak?

Jawab: Bangsa ini membutuhkan suatu bukti terkaitnya program Pemerintah dengan kondisi hidup sehari-hari,

karena itu prinsip RM mengatakan bahwa “harus ada manfaatnya bagi masyarakat”. Kalau prinsip ini tidak diindahkan, maka masyarakat bagaimanapun tidak akan tertarik dengan segala program Pemerintah, apalagi program yang menyangkut perubahan karakter, karena arahnya selalu: menyalahkan masyarakat, menyampaikan “angin surga”, mengajari, bahkan menginstruksi. Dalam situasi yang serba kekurangan, logika yg paling mendominasi masyarakat adalah “masalah apa yang harus segera kita pecahkan? Bagaimana caranya, Keuntungan apa yang bisa kita dapat?”.

48

Tanya: Mengapa nilai-nilai yang diusung RM berbeda rumusannya dari nilai-nilai Pancasila?.

Jawab: Ketika RM dicanangkan oleh Jokowi dan kemudian dirumuskan di Rumah Transisi, semangat RM adalah bagaimana

caranya bisa menggerakkan masyarakat untuk merubah mental kita yang buruk dan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari bahkan juga prestasi kerja bangsa kita dengan relatif cepat tanpa keluar atau menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, bahkan bisa mempercepat realisasi Pancasila dalam kehidupan nyata sehari-hari. Maka berdasar usulan dari 300 tokoh masyarakat dan pakar dari seluruh Indonesia yang dikumpulkan melalui FGD, disimpulkan bahwa untuk menghasilkan perubahan yang relatif cepat tetapi tidak keluar dari tujuan kita, maka diputuskan bahwa Gerakan RM berfokus pada sedikit nilai tetapi dipandang strategis, nilai-nilai itu sudah pasti harus mencerminkan Pancasila. Tetapi karena nilai-nilai Pancasila sangat dalam dan pelaksanaannya sangat kompleks, maka dipilih beberapa nilai strategis dari kehidupan sehari-hari misalnya orang Indonesia harus bisa dipercaya, sadar akan hak dan kewajibannya kreatif dan mandiri dan saling menghormati antar golongan, etnis, agama serta suka bergotong royong. Nilai-nilai itu sangat strategis dilihat dari situasi bangsa kita saat ini dan bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan dapat mengangkat bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, dan yang paling penting nilai-nilai itu mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Tanya: Seperti halnya dengan nilai-nilai dalam Pancasila yang dikeramatkan atau disakralkan, apakah nilai-nilai di dalam

Revolusi Mental juga perlu dikeramatkan?

Jawab: Nilai-nilai yang diusung RM tidak perlu harus dikeramatkan atau dianggap sakti (disakralkan), tetapi seluruh masyarakat

secara rasional harus menyadarinya bahwa nilai-nilai itu bersifat strategis sebab sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia agar dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di era globalisasi ini. Disamping itu, nilai-nilai ini harus dianggap sebagai sesuatu yang bersifat instrumental (sebagai alat yang penting untuk mengangkat peradaban kita). Jadi kalau nilai-nilai Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa kita anggap sakral, maka nilai-nilai yang dikampanyekan RM cukup kita anggap sebagai nilai

49

strategis-instrumental. Bila nilai-nilai itu sudah berhasil kita tanamkan dengan baik dan kita terapkan dalam tindakan sehari-hari, maka kita bisa mengkampanyekan nilai-nilai lainnya yang kita anggap strategis juga. Perubahan mental seperti itu akhirnya akan lebih mendekatkan sikap dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman hidup berbangsa. Oleh karena itu, kita tidak perlu “bertengkar” tentang “nilai strategis” ini, sebab itu bukan “nilai sakral” yang “essential” secara moral (agama), tetapi merupakan alat yang sangat strategis untuk mengangkat bangsa Indonesia di dalam persaingan global.

Tanya: Jadi konkritnya apa hubungan Pancasila dengan RM?.

Jawab: Di bawah ini bisa kita lihat bagaimana tiga nilai strategis-instrumental dari Gerakan RM

yaitu “Integritas, Etos Kerja dan Gotong Royong” berkaitan dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila.

1. Ketuhanan yang Maha Esa

Nilai ini memiliki makna yang sangat dalam tetapi tidak semua warga masyarakat mampu mencernanya. Nilai strategis Revolusi Mental bisa membantu masyarakat awam untuk menerapkan Sila pertama ini dalam kehidupan sehari-hari. Pertama nilai Integritas: yang mengandung nilai “dapat dipercaya” dan “sadar akan hak dan kewajiban”. Seseorang yang berketuhanan yang Maha Esa harus bisa mencerminkan suatu sikap yang dapat dipercaya yaitu: tidak berbohong, tidak munafik: satu kata dengan perbuatan. Jadi, bila manusia Indonesia telah benar-benar berketuhanan yang Maha Esa, maka mereka tidak lagi melakukan kebohongan, korupsi dsb. Berketuhanan yang Maha Esa haruslah juga diikuti sikap yang sadar akan hak dan kewajibannya. Mereka harus sadar bahwa mereka punya hak untuk beragama dan beribadah dengan bebas di negeri ini, tetapi sebaliknya mereka juga harus tahu kewajibannya untuk menghargai orang lain yang beragama berbeda, walaupun merupakan golongan minoritas.

Sila pertama ini juga berkaitan dengan nilai gotong royong yang mengandung: sikap saling menghargai antar golongan dan sikap suka bekerjasama. Orang yang berketuhanan harus mampu

50

menunjukkan sikap yang saling menghargai, bukan saling menista, mengkafirkan golongan lain. Sebagai konsekuensinya mereka harus siap bekerjasama (bergotong royong) dengan orang yang berbeda suku, agama dsb. Jadi bukan sekedar menjaga sikap toleransi, tetapi lebih jauh lagi mengembangkan sikap solidaritas sosial yang lebih luas. Jadi jelas, melalui nilai-nilai yang diusung RM, kita bisa mengamalkan nilai Pancasila secara benar, hakiki, tidak hanya berbasa-basi.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila ini juga bermakna sangat dalam dan kompleks. Nilai-nilai strategis RM bisa membantu mendekatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan nilai integritas. Orang yang berperikemanusiaan adalah orang yang berintegritas, yaitu punya kesadaran akan hak dan kewajiban terhadap sesama manusia. Demikian pula dengan sikap adil dan beradab. Seseorang tidak mungkin akan berpikir adil bila dia tidak belajar bagaimana menyadari haknya dan sebaliknya juga menjunjung tinggi hak orang lain yang merupakan kewajibannya.

3. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah permusyawaratan perwakilan

Sila ini berhubungan dengan Demokrasi. Demokrasi di negeri ini hanya bisa benar-benar ditegakkan secara hakiki bila manusia Indonesia berintegritas (jujur, bisa dipercaya serta sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warganegara). Kenyataannya sampai sekarang, kita menyatakan diri sebagai Negara Demokratis, kita telah menjalankan Pemilu dan Pilkada secara rutin, tetapi nilai integritas kita masih sangat lemah, kita sering menjalankan Pemilu/pilkada dengan berbagai kecurangan, kekerasan, fitnah dsb. Maka bangsa kita harus berevolusi mental dulu sebelum benar-benar menjadi bangsa yang demokratis. Nilai gotong royong (saling menghargai dan bekerjasama) juga sangat esensial untuk menopang terwujudnya nilai demokrasi. Dengan demikian demokrasi kita tidak salah jalan menjadi demokrasi liberal, tetapi demokrasi yang berjiwa gotong royong (Demokrasi Pancasila).

4. Persatuan Indonesia

Masyarakat Indonesia yang majemuk ini hanya akan bisa benar-benar bersatu apabila rakyatnya memiliki kesadaran yang adil dan

51

berimbang tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga Negara. Mereka juga harus menjunjung tinggi nilai gotong-royong (saling menghargai dan bekerjasama). Kesatuan bangsa Indonesia juga perlu ditopang oleh nilai strategis RM yaitu etos kerja yang mengandung nilai kemandirian sebagai bangsa. Kesatuan akan keropos tanpa kemandirian bangsa dan kemandirian ini memerlukan kreativitas yang tinggi. Ini semua adalah nilai-nilai strategis RM.

5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sesuai posisinya yang paling belakang, sila ini justru yang “mengunci” sila-sila yang lain. Tanpa terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, akan sulit kita mengharapkan rakyat setia atau menghargai Pancasila. Namun kita semua sadar bahwa mewujudkan sila terakhir ini bukanlah perkara mudah dan bisa tercapai dalam waktu singkat, karena dalam kenyataannya tidak semua orang (termasuk yang memegang kekuasaan negara) benar-benar jujur untuk mau mewujudkan hal ini. Keadilan yang sebenarnya akan bertentangan dengan kepentingan golongan yang berkuasa. Sila yang lain masih bisa diterima dengan basa-basi, tetapi sila ini harus benar-benar dirasakan dalam kehidupan nyata oleh seluruh rakyat. Karena itu untuk mewujudkannya, bangsa ini perlu melakukan suatu Gerakan Revolusi Mental yang mampu merubah mentalitas kaum berkuasa sampai rakyat kecil yang mencakup: integritas, artinya kita semua harus jujur (terutama pemimpinnya), sesuainya kata dan perbuatan, bahwa yang kita perjuangkan adalah keadilan yang sejati. Bangsa ini juga harus sadar bahwa “keadilan sosial” membutuhkan kesadaran setiap warganegara bahwa dia memiliki hak tetapi sekaligus kewajiban. Bangsa ini harus mau benar-benar bergotong royong (saling menghargai dan bekerjasama) untuk menciptakan keadilan sosial yang merata. Akhirnya diperlukan juga etos kerja dari seluruh komponen rakyat untuk bekerja keras dengan kreatif dan meraih kemandirian bangsa ini, sehingga bangsa Indonesia tidak berkeadilan dalam kemiskinan tetapi keadilan dalam kemakmuran.

Demikianlah gambaran keterkaitan antara Pancasila dengan nilai-nilai strategis RM. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan pedoman hidup masyarakat Indonesia, karena itu harus bisa ditanamkan (diinternalisasi)

52

pada hati sanubari orang Indonesia dan sekaligus dilembagakan pada sistem hukum dan kelembagaan di masyarakat Indonesia (diinstitusionalisasikan). Sedangkan RM adalah Gerakan Sosial yang diprakarsai oleh Pemerintah untuk merubah mentalitas bangsa Indonesia dengan cara mengembangkan suatu Gerakan Sosial yang didukung oleh seluruh rakyat (Government-induced Social Movement). Jadi, RM adalah kendaraan untuk mempercepat proses penanaman nilai-nilai Pancasila sehingga benar-benar bisa menjadi karakter (mentalitas) manusia Indonesia.

Revolusi Mental adalah gerakan sosial yang dicita-citakan Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia. Beliau telah mencanangkannya sejak kampanye Pilpres, telah memasukannya dalam Nawacita dan dikukuhkan dalam suatu Instruksi Presiden. Oleh karena itu RM tidak boleh kehilangan relevansi di tengah-tengah mendesaknya kebutuhan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila di masyarakat Indonesia saat ini. Bangsa Indonesia tetap harus melaksanakan RM. Jangan sampai ada anggapan bahwa fokus perhatian Pemerintah saat ini adalah Penanaman atau pembumian Pancasila sehingga Gerakan Nasional Revolusi Mental bisa diistirahatkan untuk sementara.

Tanya: Apakah bedanya Revolusi Mental dengan Program P4 pada masa Orde Baru?

Jawab: Kita tentunya tidak boleh membandingkan mana yang lebih baik atau lebih buruk. Keduanya dimaksudkan untuk

kebaikan. Yang berbeda adalah pendekatannya.

• Program P4 bertujuan menanamkan Pancasila kepada seluruh Bangsa Indonesia. Cara yang dipakai oleh Rezim Orba adalah dengan sangat terpusat (semua dirancang dan diselenggarakan oleh Pemerintah), Program P4 dilakukan dengan kurikulum penataran yang ketat dan derajat pemaksaan yang cukup tinggi.

• Revolusi Mental juga memiliki tujuan akhir (ultimate Goal) membuat Pancasila benar-benar menjadi pedoman perilaku masyarakat sehari-hari. Akan tetapi, karena tingkat pemaksaan dari Pemerintah yang cukup tinggi, masyaraat sering bersikap berpura-pura (munafik). Pancasila hanya menjadi alat kamuflase. Maka belajar dari pengalaman

53

masa lalu, RM perlu didesain secara lebih popular dan “action oriented”, tidak menekankan pada penataran-penataran dengan bahan-bahan yang “berat” (filosofis) tetapi difokuskan pada tiga nilai strategis yang lebih praktis dengan cara yang lebih mengutamakan aksi.

• Pelaksanaan RM dirancang lebih bersifat partisipatif, mengikutsertakan masyarakat luas, lebih menekankan pada tindakan aksi yang konkrit dan sederhana. Bahkan nilai-nilai yang dikampanyekan tidak diberi kesan sakral, tetapi disebut sebagai nilai “strategis-instrumental” agar masyarakat menjalankannya bukan karena takut atau terpaksa tetapi sadar bahwa dengan mengembangkan tiga nilai tersebut kita semua akan mendapat manfaat langsung dan lebih jauh lagi dapat memenangkan persaingan di kancah internasional. Disamping itu, ketiga nilai strategis itu akan bisa mendekatkan masyarakat Indonesia pada nilai-nilai dasar Pancasila.

• Asumsi P4 tentang masalah mental orang Indonesia berbeda dengan asumsi yang melandasi Gerakan RM. P4 menganggap bahwa masyarakat Indonesia tidak bermental Pancasilais karena mereka tidak tahu apa itu Pancasila. Pihak yang bisa menerangkan Pancasila adalah Pemerintah, karena itu dengan menggunakan para ahli yang dipilih dan dipercayai oleh Pemerintah, diselenggarakan suatu Program Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Melalui Penataran yang ketat bagi seluruh rakyat Indonesia maka Pancasila akan dikenal (secara kognitif) dan secara otomatis dianggap bisa merubah sikap masyarakat dan perilaku mereka. Sedangkan asumsi yang digunakan oleh Gerakan Nasional Revolusi Mental adalah bahwa manusia Indonesia bukan hanya tidak bermental Pancasila, tetapi bahkan juga tidak memiliki mental yang baik dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana seperti disiplin sebagai warga dalam kebersihan, lalu lintas, ketertiban, etos kerja sampai menjaga kerukunan, saling menghormati antar golongan dsb. Namun semua ini bukanlah kesalahan masyarakat, melainkan justru terbentuk karena kebijakan, aturan dari birokrasi Pemerintah yang sering tidak menguntungkan dan mendidik masyarakat dan karena teladan buruk para pemimpin. Maka dari itu yang dilakukan dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental

54

(GNRM) bukanlah menyelenggarakan program penataran oleh Pemerintah secara besar-besaran dan diwajibkan (dipaksakan) pada seluruh rakyat, tetapi dengan cara membenahi kebijakan Pemerintah dan peraturan yang mempersulit masyarakat lalu mengajak masyarakat berpartisipasi dalam memperbaiki semua kemerosotan mental itu dengan suatu bentuk Gerakan sosial yang bersifat Nasional yang diprakarsai Pemerintah. Jadi sebenarnya RM adalah cara (gerakan) bagaimana kondisi mental masyarakat Indonesia ini diperbaiki secara cepat (revolusioner) sehingga karakter mereka mencerminkan nilai-nilai dasar (Pancasila). Oleh karena itu tidak perlu mempertentangkan RM dengan Pancasila. Pancasila adalah substansinya, RM adalah kendaraannya. Sebagai suatu cara untuk merubah mental, RM mengkampanyekan beberapa nilai yang secara strategis perlu dikejar secara cepat agar bisa segera terjadi perubahan yaitu: integritas, etos kerja dan gotong royong. Semua nilai ini sudah pasti tidak bertentangan dengan butir-butir Pancasila.

Tanya: Apa akibatnya kalau nilai RM tidak dianggap sakral?

Jawab: Banyak orang percaya bahwa setiap nilai itu harus sakral sehingga dihargai bahkan kalau perlu

ditakuti lalu dipatuhi. Ternyata hal itu tidak selalu efektif. Dalam P4 sangat ditekankan bahwa semua nilai-nilai itu sakral. Banyak rakyat menjadi “takut” tetapi kenyataannya belum tentu mematuhinya. Malah bisa berkembang sikap berpura-pura (hipokrit bahkan munafik). Dalam RM kita tidak menekankan pada kesakralan dari nilai itu, tetapi kesadaran pada masyarakat bahwa nilai-nilai itu sangat strategis untuk bisa mengangkat kualitas kehidupan sosial-budaya sehari-hari sehingga kehidupan dalam masyarakat kita menjadi lebih teratur dan nyaman-sejahtera, dan yang penting juga dengan mental yang baik itu kita akan dapat memenangkan bangsa Indonesia dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dalam kancah Globalisasi ini.

Tanya: Apa saja prinsip-prinsip pokok RM?

55

Jawab: Prinsip-prinsip pokok RM yang telah disusun oleh Pokja di Rumah Transisi adalah sebagai berikut:

a. RM bukan proyek Pembangunan biasa tetapi suatu gerakan sosial: Ini adalah keinginan Jokowi sang pencetus RM. Walaupun kenyataannya RM dicetuskan oleh presiden dan pada tahap awal banyak digerakkan oleh birokrasi Pemerintah, tetapi Jokowi menginginkan RM bukan sekedar program atau proyek pembangunan yang biasa atau rutin, tetapi harus menjadi gerakan sosial yang didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu Pemerintah membentuk “Kelompok Kerja Nasional Revolusi Mental”, kelompok ini diberi tugas untuk menjadikan RM suatu Gerakan Sosial. Dengan demikian, secara sosiologis RM ini tidak dapat disebut sebagai “Social Movement” yang murni, akan tetapi “Governmentally Induced Social Movement” (Gerakan sosial yang didorong pemerintah).

b. RM harus didukung penuh oleh komitmen Pemerintah, artinya Pemerintah harus punya political will yang kuat untuk merealisasikan Revolusi Mental yang bisa diterima dan didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Untuk menunjukkan itu Pemerintahan Jokowi telah mencantumkan RM dalam Nawacita yang ditindaklanjuti dalam Rencana Pembangunan. Presiden telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres no. 12 th 2016). Pemerintah dengan gencar melakukan “reformasi Birokrasi” termasuk aksi pemberantasan pungli dsb. Sebenarnya bila ditarik lebih luas, kebijakan Presiden Jokowi untuk “membangun dari pinggiran” yang direalisasikan dengan pembangunan infrastruktur besar-besaran di seluruh pelosok tanah air, penggelontoran dana Desa dsb., dapat dikatakan sebagai sesuatu sikap revolusioner dari presiden Jokowi. Pada masa rejim terdahulu perubahan mental lebih banyak berupa wacana belaka. Komitmen Pemerintah merupakan faktor kunci dalam memfasilitasi rakyat untuk bergerak mencari jalan keluar dari cengkeraman keterbelakangan dan kemiskinan yang selama ini mengungkung mereka. Perubahan Mental masyarakat bisa dimungkinkan bila difasilitasi oleh pembenahan dan perbaikan struktural (terutama kebijakan pembangunan) yang dilakukan oleh Pemerintah.

56

c. RM harus bersifat lintas sektor yaitu dilakukan di seluruh bidang kehidupan (sistemik). Perubahan mental, apalagi secara revolusioner tidak bisa hanya dimulai dari suatu sektor saja, misalnya sektor Pendidikan (melalui sekolah) saja, sebab jika di luar sekolah (di dalam kendaraan umum, di pasar, di jalan raya, di rumah dsb.) situasi tetap seperti sediakala, maka para siswa tidak akan bisa menjalankan apa yang diajarkan guru di kelas. Mental seseorang baru bisa berubah bila seluruh lingkungan kehidupannya secara konsisten mendorongnya.

d. Pelaksanaan RM harus bersifat partisipatif: Pemerintah mulai dari pusat sampai ke pelosok-pelosok harus bisa bergerak dan bekerja bersama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan perubahan dari yang paling sederhana (misalnya: menempatkan sampah pada tempatnya, antri secara tertib dan lain-lain). Oleh karena itu kegiatan RM sebaiknya bukan berupa penataran-penataran, melainkan aksi-aksi nyata di lapangan yang mengundang partispasi semua orang.

e. Kegiatan-kegiatan RM harus mudah dijalankan (user friendly). Konsep RM jangan disampaikan terlalu berat, rumit dan hanya konsumsi orang dewasa, melainkan harus dikemas secara popular sehingga siapa saja termasuk anak-anak, dimana saja dapat menjalankan RM dengan mudah dan menyenangkan (fun).

f. RM sebaiknya dilakukan melalui “Value attack” (gempuran nilai) yaitu secara terus menerus mengingatkan kepada semua orang nilai-nilai RM. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan menempelkan stiker untuk mengingatkan orang agar tertib, menjaga kebersihan, antri, tepat waktu, memberi perhatian pada penyandang disabilitas dsb. Pengeras suara juga bisa dimanfaatkan di semua kantor, mall, stasiun atau bangunan-bangunan umum untuk mengingatkan semua orang. Dengan cara ini situasi kehidupan sehari-hari di tempat-tempat umum akan berubah. Suasana ini bisa kita lihat dan rasakan di negara-negara yang secara konsisten selalu berevolusi mental misalnya di Singapura.

g. Revolusi mental bukan ditujukan untuk mengurusi moralitas privat seseorang tetapi mengembangkan moralitas Publik. Setiap orang memiliki kepribadian, kebiasaan dan selera pribadi, hal ini boleh saja asal tidak berdampak merugikan orang lain, mengganggu ketertiban

57

dan kenyamanan umum. Tujuan RM bukan untuk mengurusi moralitas privat (misalnya apakah seseorang menjalankan ibadah puasa atau tidak, berdoa atau tidak, akan terus merokok atau tidak dsb.). Itu semua adalah urusan pribadi. RM diarahkan untuk mengembangkan moralitas publik seperti: berkendaraan dengan sopan, tidak merokok di tempat umum, menjaga kebersihan, membayar pajak dsb. Gerakan RM tidak dimaksudkan untuk mencampuri urusan pribadi (atau keagamaan) perorangan.

h. Revolusi Mental harus segera menunjukkan manfaat nyata bagi masyarakat. Misalnya antrean menjadi lebih tertib, lingkungan menjadi lebih bersih, anak-anak menjadi lebih kreatif, bekerja lebih rajin, komunitas lebih bergotong royong dan saling menghormati dan sebagainya. Setiap kali masyarakat melihat ada perubahan kearah yang baik, maka masyarakat selanjutnya bersemangat untuk merubah kebiasaan yang buruk. Contoh: Pemda DKI akhir-akhir ini memiliki pasukan orange yang secara efektif bisa membersihkan sungai-sungai di Jakarta. Keadaan ini secara lambat laun tetapi pasti akan mulai merubah sikap penduduk Jakarta terhadap sungai, mereka menjadi malu buang sampah di kali yang mulai bersih. Begitu juga ketika Kereta Api bisa menertibkan penumpang diatas atap, maka sekarang semua orang mulai menghargai KA. Jadi, aksi-aksi RM harus segera dimulai oleh siapa saja agar merangsang tindakan dan aksi selanjutnya.

i. Revolusi Mental harus bisa diukur dampaknya. Saat ini Pokja Nasional RM sedang menyusun Index Revolusi Mental yang akan dapat dijadikan pengukuran kemajuan yang terjadi pada setiap nilai yang dikampanyekan baik di tingkat Kota, Kabupaten atau Provinsi sehingga dapat dibandingkan capaiannya. Ini penting untuk mendorong setiap daerah, kota, bahkan nantinya kelurahan untuk mengukur sejauhmana mereka berhasil dibandingkan dengan yang lainnya.

58

Suasana gotong royong di suatu

kampung. Perhatikan poster dan stiker yang

ditempel. Itu sangat

penting sebagai bahan

penerangan atau pendidikan

bagi warga.

Tanya: Revolusi Mental harus berpedoman pada suatu nilai, apakah semakin banyak nilai yang dikampanyekan akan

semakin baik?

Jawab: Benar bahwa Revolusi Mental harus berpijak pada suatu nilai tertentu, tetapi nilai yang dikampanyekan sebaiknya justru

jangan terlalu banyak, Revolusi Mental atau Pendidikan Karakter letaknya adalah pada “aksi” atau tindakan. Tindakan apapun bila mengarah kepada yang lebih baik pasti merupakan suatu peningkatan karakter. Jadi merubah mental bukan dengan mentargetkan sebanyak mungkin “nilai”, tetapi mendorong terjadinya suatu perubahan yang konkrit pada suatu perilaku tertentu (misalnya mulai dari tertib membuang sampah).

59

BAB IVLANDASAN KONSEPTUAL.

“Kekuatan struktural bisa membentuk mentalitas manusia

dan masyarakat”

60

Tanya: Secara sosiologis, apa yang dicita-citakan oleh RM?

Jawab: Dengan RM Pemerintahan Jokowi bukan hanya ingin memperbaiki kondisi sektoral saja

misalnya sektor ekonomi, atau sektor politik saja, tetapi kondisi mentalitas bangsa, dengan kata lain pembangunan kehidupan bermasyarakat secara keseluruhan (sosietal) atau bisa disebut sebagai “kualitas kehidupan sosial-budaya” atau the quality of socio-cultural life (QSCL) dari masyarakat Indonesia.

Tanya: Apa komponen dasar dari “Kehidupan Sosial-Budaya” (Socio-Cultural Life)?

Jawab: Lingkup Kehidupan Sosial-Budaya adalah lingkup “sosietal” (Istilah “Sosietal” berasal dari kata society yang

berarti masyarakat, kata ini lebih luas cakupannya dari kata “sosial” yang berakar dari kata “socius” yang artinya teman. Jadi sosietal mencakup seluruh satuan kehidupan masyarakat) yang lebih luas dan menyeluruh daripada lingkup sektoral. Unit sektoral misalnya: sektor ekonomi, sektor politik, sector fisik dsb., sementara komponen sosietal bersifat lebih mendasar yaitu: elemen Kultural, Struktural dan Prosesual.

61

Tanya: Apa yang dimaksud komponen Struktural?

Jawab: Struktur adalah: “Pola hubungan (terutama hubungan kekuasaan) antara individu/ kelompok

sosial. Pola hubungan itu menghasilkan tatanan institusional maupun material yang berada di luar individu (eksternal) tetapi berkekuatan memaksa, memberi kendala sekaligus memfasilitasi perilaku dan sikap manusia” misalnya:

• Peraturan, UU, Kebijakan Pemerintah.

• Kekuatan diluar Pemerintah misalnya Dunia Swasta yang bisa mempengaruhi masyarakat luas melalui kekuatan iklan serta segala infrastruktur yang diciptakan oleh dunia usaha (mall, pasar, alat-alat teknologi dsb.) yang mampu “memaksa” atau “menggoda” masyarakat untuk mengkonsumsi barang yang diproduksinya.

• Struktur demografi: misalnya jumlah, komposisi, penyebaran, pertambahan penduduk. Kekuatan Ini bisa mempengaruhi perilaku manusia, misalnya kepadatan penduduk suatu kota akan menyebabkan agresifitas warganya.

• Infrastruktur fisik: tersedianya jalan tol atau MRT akan mempengaruhi perilaku bertransportasi.

• Sosok struktural suatu masyarakat juga bisa dilihat dari “pelapisan sosial” atau “stratifikasi sosial”. Dari sini bisa terlihat sejauhmana situasi ketimpangan sosial di suatu masyarakat.

Melalui tatanan struktural tersebut kelompok yang lebih kuat dan berkuasa akan mampu memaksa, memerintah, atau memberi kendala pada manusia atau kelompok yang lain, sehingga terjadilah kesenjangan, ketidakadilan bahkan penindasan. Kekuatan struktural ini sangat menentukan pola pikir, sikap, perilaku masyarakat. Dengan kata lain kekuatan struktural bisa membentuk mentalitas manusia dan masyarakat. Oleh karena itu pembenahan faktor struktural oleh Pemerintah sangat penting.

Tanya: Bisakah diberikan contoh kekuatan Struktural yang membentuk sikap mental masyarakat?

Jawab: Sejak jaman penjajahan, Pemerintah kolonial banyak mengeluarkan aturan yang merusak mental petani kita,

62

misalnya tanam paksa, yang membuat petani kita tidak berkembang menjadi petani yang tahu menghitung untung rugi, mampu berinovasi dan berkreasi. Pada jaman kemerdekaan, Pemerintah – secara segaja maupun tidak - juga sering mengeluarkan peraturan atau kebijakan tidak tepat yang membuat petani kita tidak bisa berkembang dengan baik seperti peraturan yang lebih berorientasi impor, sehingga hasil pertanian kita selalu kalah bersaing di pasar. Jadi kemiskinan petani bukan karena mental mereka yang malas, tidak kreatif dsb., tetapi karena adanya hambatan Struktural yang sebagian besar diciptakan oleh penguasa. Masih banyak lagi faktor struktural yang menghasilkan mental negatif pada masyarakat kita seperti: rata-rata lahan petani “gurem” kini hanya dibawah 0.25 ha, bagaimana mereka bisa jadi petani yang produktif?. Sementara itu para investor perkebunan sawit memperoleh ijin menguasai puluhan ribu hektar. Sementara itu luas tanah terlantar di Indonesia sebesar 7,3 juta ha (133 kali luas Singapore), 85% dikuasai swasta. Ketimpangan pemilikanlahan yang seperti itu sudah pasti akan menimbulkan ketimpangan pendapatan yang di Indonesia saat ini telah mencapai 0.536 pada skala ginie (padahal angka 0.5 saja sudah merupakan titik kritis). Gambaran tersebut menunjukan Struktur yang timpang dan telah menjebak masyarakat kita dalam ketidak adilan yang akut. Maka dari itu dalam rangka Revolusi Mental, pemerintah harus berani melakukan tindakan atau mengeluarkan kebijakan pembangunan yang dapat membenahi struktur tidak adil yang menghimpit masyarakat. Kondisi struktural yang buruk tidak akan menghasilkan “kehidupan sosial-budaya” yang baik.

Mari kita lihat bagaimana kehendak politik (political will) Pemerintah Jokowi melakukan “perombakan Struktural dalam rangka mendorong terjadinya Revolusi Mental. Pemerintah Jokowi telah melakukan tindakan tegas memberantas pungli di segala sektor pelayanan publik, penegakan hukum terhadap pelaku pencurian ikan, ketegasan pada ormas yang menentang Pancasila, mempercepat penyelesaian berbagai rancangan undang-undang yang sudah cukup lama terbengkalai seperti rancangan KUHP, rekrutmen CPNS dengan sistem bebas KKN”, penataan regulasi di Indonesia yang bertujuan untuk merampingkan regulasi yang sudah mencapai titik kritis obesitas yaitu sedikitnya 62 ribu regulasi bersebaran di berbagai sektor sehingga menghambat pembangunan. Tentu saja masih

63

banyak pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan oleh Pemerintah Jokowi sampai saat ini. Namun Presiden Jokowi harus menyadari bahwa tercapainya Revolusi mental sangat bergantung pada kesungguhan dan keseriusan pemerintah untuk mempelopori revolusi itu dengan kebijakan-kebijakan pembangunan yang sanggup memotivasi rakyat untuk merubah mental mereka secara suka rela.

Tanya: Apa yang dimaksud dengan komponen kultural?

Jawab: Kultur atau kebudayaan adalah pedoman hidup manusia yang sudah tertanam (internalized)

di hati sanubari setiap warga masyarakat. Unsur budaya adalah: norma, nilai, tradisi, system kepercayaan termasuk agama. Kebudayaan adalah hasil dari proses internalisasi (mendarah daging) sehingga punya kekuatan memaksa dari dalam nurani, sanubari atau mental manusia. Daniel Patrick Moynihan mengatakan bahwa kultur lebih menentukan kesuksesan suatu masyarakat daripada kondisi politik: ”The central conservative thruth is that it is culture, not politics, that determines the success of a society”.

Sebetulnya banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya budaya: misalnya iklim, geografi, struktur demografis, keputusan-keputusan politik, masuknya teknolgi atau budaya lain, sejarah (Kultur jelas produk suatu sejarah, karena itu tidak boleh kita menganggap suatu tradisi itu sesuatu yang tidak boleh dirubah, karena tradisi itupun hanya ciptaan suatu jaman tertentu dan biasanya ditentukan oleh elit masyarakat itu. Tradisi sering dianggap adil atau wajar atau bahkan suci oleh semua warga masyarakat. Tetapi, rasa keadilan berkembang sepanjang sejarah, sehingga suatu tradisi leluhur bisa saja kita ganti karena tidak sesuai lagi dengan system nilai keadilan yang berkembang pada masa kini. Karena itu Revolusi Mental merupakan usaha pembangunan budaya), dsb. Misalnya pemerintah mendirikan KPK (pembangunan struktural), ketika KPK mulai dilembagakan di masyarakat dan norma-normanya mulai tertanam (internalized) di masyarakat, maka barulah menjadi bagian dari kultur masyarakart Indonesia (Struktur yang mengkultur). Disini kita lihat peran faktor struktural (baik yang berasal dari keputusan/ kebijakan pemerintah, maupun oleh kekuatan swasta) sangat penting bagi perkembangan kultur. Oleh karena itu, diharapkan kebijakan desentralisasi dan otonomi

64

daerah di Indonesia dimasa depan akan merubah kultur bangsa Indonesia menjadi lebih demokratis, inilah bagian dari RM.

Tanya: Apakah unsur kultural selalu baik?

Jawab: Kultur memang selalu diyakini oleh individu/masyarakat, karena memang telah ditanamkan

kedalam kepribadian mereka sejak kecil, namun secara obyektif kita bisa melihat bahwa kultur yang dimiliki suatu masyarakat/ bangsa tidak selalu baik dan biasanya relatif sulit berubah dengan sendirinya, karena Kebudayaan selalu dipertahankan oleh kelompok tertentu atau oleh tokoh-tokoh masyarakat dalam rangka melindungi kepentingannya (vested interest). Golongan elit sering menindas golongan lainnya melalui penguasaan budaya (cultural hegemony). Agama bisa menjadi sumber kerukunan tetapi bisa juga jadi sumber konflik atau bahkan budaya kekerasan, ini tentu bukan kesalahan dari Agama itu, tetapi akibat ulah dari sekelompok orang yang ingin mengambil keuntungan tertentu (terutama politis) dengan menginterpretasikan ajaran-ajaran agama sedemikian rupa. Karena itu setiap masyarakat perlu agenda membangun Kultur untuk meningkatkan kualitas system nilai, adat istiadat yang menghambat kesejahteraan seluruh umat. Pertanyaan penting adalah: ”Apakah kita memang telah membangun budaya kita selama ini?”. Setiap rezim pemerintah umumnya lebih tertarik pada pembangunan yang bersifat Struktural daripada pembangunan kultural karena lebih konkrit dan mudah diukur hasilnya.

Tanya: Apakah pembangunan kita telah membangun juga unsur-unsur budaya? Atau hanya sibuk mengejar pertumbuhan

ekonomi semata?

Jawab: Di masa lalu, pembangunan kultural memang selalu tertinggal oleh Pembangunan ekonomi atau dianggap bisa

terjadi dengan sendirinya. Beberapa contoh pembangunan kultural adalah pada masa Orba : Program P4, sekarang Revmen, program “kesetaraan jender”, BKKBN berhasil menanamkan sistem nilai “keluarga kecil”. Membangunan Kebudayaan sering bisa dipacu dengan pembangunan struktural (kebijakan, hukum, termasuk pembangunan fisik). Misalnya pembangunan gelanggang remaja untuk menghasilkan budaya anak

65

muda yang kreatif, bekerjasama, berprestasi dsb. Membangun MRT (kereta dibawah tanah) untuk menciptakan ketertiban lalu lintas di Jakarta dsb.

Tanya: Apa yang dimaksud dengan komponen Prosesual?

Jawab: Elemen Prosesual adalah dinamika interaksi sosial sehari-hari yang masih “mengalir” (belum

terikat oleh kultur maupun struktur). Ruang prosesual adalah ruang atau kesempatan untuk warga masyarakat

Bernegosiasi, berkreasi, berkomunikasi, sehingga dapat menjadi sumber kekuatan perubahan struktur maupun kultur yang ada. Melalui proses sosial, individu maupun kelompok dapat mengekspresikan aspirasi secara relatif “bebas”, bisa melakukan negosiasi yang dinamis dan kreatif antar anggota masyarakat. Bentuk-bentuk proses sosial misalnya: mulai dari obrolan suami-istri di rumah, gossip antar remaja, obrolan di warung kopi, drama, diskusi di kelas, di TV dan Media Massa lainnya, celotehan di internet (facebook, twitter dsb.). Proses sosial bisa dikekang oleh pemerintah (misalnya pada masa Orba), sehingga perubahan sosial sulit terjadi, tetapi dinamikan prosesual bisa juga diberi banyak peluang seperti pada masa Reformasi saat ini. Namun kita harus berhati-hati, sebab bila proses sosial ini lepas kendali dan menjadi liar, maka keteraturan sosial juga bisa terganggu. Contoh yang terjadi akhir-akhir ini, dunia “maya” berkembang pesat dan bebas bukan hanya menjadi ruang diskusi yang produktif tetapi menyebar fitnah, ujaran kebencian, hoax dsb.

Semangat menyebarkan buku dengan alat

apapun… Ini semangat Revolusi

Menta!!

66

Perpustakaan adalah pintugerbang peradaban.

Semangat anak-anak membaca adalah

semangat Revolusi Mental

Tanya: Bagaimana kondisi prosesual kita saat ini?

Jawab: Di masa reformasi ini bangsa Indonesia mengalami loncatan dalam kondisi prosesualnya.

Dulu di jaman Orba Kebebasan Media sangat dibatasi oleh kekuatan Struktural (UU, peraturan dsb.). Masyarakat hampir tidak punya ruang untuk bernegosiasi, berdiskusi, beraspirasi. Kini terjadi loncatan yang hebat, Kebebasan Pers yang ditimpali dengan maraknya Media Sosial telah memberi peluang pada warganegara untuk berceloteh sembarangan di dunia maya, mengkritik pemerintah dimana saja, bahkan melakukan ujaran kebencian dan hoax, sehingga sering memicu konflik sosial (baik konflik yang berguna maupun yang tidak). Apakah semua ini semakin mencerdaskan masyarakat?, mendorong perubahan kebijakan pemerintah?, merubah struktur, kultur?, meningkatkan kualitas Mentalitas kita? Ternyata tidak selalu demikian, bahkan sering justru menarik mundur kondisi masyarakat kita.

Penggunaan internet di Indonesia telah menimbulkan banyak manfaat sekaligus mudarat, padahal seperti nampak pada grafik dibawah ini, Indonesia tergolong nomor empat terbanyak dari pengguna internet di Dunia. Jadi masalah kemudaratan dari pemakaian internet harus benar-benar menjadi perhatian pemerintah sekaligus seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah perlu menyiapkan perangkat hukum yang efektif untuk mengatasi kejahatan-kejahatan cyber, tetapi masyarakat Indonesia juga perlu melakukan Gerakan Revolusi Mental yang terkait dengan “perang” melawan segala penyimpangan dan kejahatan di dunia maya (hoaks, ajaran radikal, pornografi dsb.). Dengan demikian kondisi “Prosesual” di Indonesia bisa menjadi semakin baik, bukan sebaliknya.

67

Tanya: Bagaimana pembangunan prosesual yang ideal?

Jawab: Membangun “Proses Sosial” artinya memberi kesempatan berkembangnya “public

sphere” (arena public) yang lebih terbuka luas bagi masyarakat untuk menegosiasi kultur dan struktur yang membelenggu masyarakat. Contoh:

• Pembangunan gelanggang remaja, taman bermain, panggung-panggung kreatif dsb.

• Kesempatan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan opininya (public sphere) seperti: kebebasan pers, berorganisasi, jejaring sosial, diskusi publik, unjuk rasa (secara tertib), pengembangan kualitas civil society (LSM, organisasi komunitas seperti RT/RW dsb.).

• Meningkatkan ruang partisipasi bagi masyarakat misalnya musrenbang, menghidupkan tradisi gotong royong di RT/RW dsb.

• Kegiatan dunia maya yang sehat, kreatif dengan moral dan etika yang baik.

68

Secara sosiologis di masyarakat Indonesia sebenarnya juga telah berkembang kondisi struktural yang mengembangkan potensi prosesual yang sangat menjanjikan seperti:

• Sistem Desentralisasi dan otonomi,

• Kebebasan Pers

• Kebebasan memperoleh informasi

• Adanya lembaga yang berfungsi mengontrol jalannya birokrasi Pemerintah seperti Mahkamah Konstitusi, KPK bahkan DPR/D.

• Tindak penertiban hukum untuk dunia maya.

Semua yang digambarkan diatas adalah pembangunan Struktural yang ditujukan untuk mengembangkan aspek Prosesual yaitu yang bisa menampung aspirasi masyarakat dalam rangka menegosiasi tekanan-tekanan dari Struktur maupun Kultur yang ada.

Tanya: Bagaimana gambaran kondisi Struktural-Kultural dan Prosesual masyarakat Indonesia saat ini?

Jawab: Akar masalah mental yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia terdapat pada struktur, kultur maupun proses sosial.

Akar masalah itu perlu dilacak sehingga dapat dikenali keberadaannya serta dinamika terjadinya. Dibawah ini adalah hasil “Focused Group Discussion” (FGD) 300 pakar yang dilakukan oleh Pokja Revolusi Mental di Rumah Transisi . Hambatan struktural bisa menyulitkan kehidupan individu. Seorang tokoh LSM mengatakan:”Urusan publik dikembalikan ke pasar,” padahal logika pasar adalah logika untung-rugi, bukan kesejahteraan warga. Aturan dan birokrasi juga berbelit-belit menyulitkan penyelesaian masalah. Kebutuhan warga tidak dipenuhi secara cepat. Seorang tokoh LSM mengatakan: “Respons Pemerintah lama, sehingga masyarakat menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri”.

Para seniman menyoroti ada banyak peraturan yang menghambat kreativitas dan produktivitas seniman. Pemerintah sangat kurang memfasilitasi proses kreatif di masyarakat. Mereka melihat kreatifitas di bidang seni adalah hasil usaha perorangan atau komunitas, pemerintah tidak membantu, bahkan cenderung tidak menghargai prestasi itu. ”Peradaban Indonesia seakan berhenti”, demikian kata seorang seniman,

69

karena pemerintah tidak mendokumentasikan produk-produk seni budaya Indonesia, padahal karya itu ada. Aturan yang tidak konsisten juga membingungkan warga. Contohnya, pengurusan sertifikat tanah dan ijin usaha, syarat-syaratnya berat tetapi bisa diabaikan asal membayar lebih kepada petugas. Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme merajalela: “Penegakkan hukum gak jelas antara yang salah dan benar tapi tergantung lobi”.

Secara kultural, kita masih mengalami diskriminasi terhadap perempuan, diungkapkan seorang tokoh: “Ada pandangan masyarakat bahwa perempuan adalah warga kelas dua”. Intoleransi dikeluhkan oleh seorang tokoh agama: “Saat ini kita berada dalam situasi bahwa toleransi mengalami kemunduran dibandingkan 15 tahun yang lalu”. Krisis mental terletak pada tidak jelasnya nilai dan norma yang dianut. Ada kebingungan orang harus berperilaku seperti apa. Mereka bingung untuk menentukan mana yang baik dan yang tidak. Tindakan yang dinilai baik tidak dilakukan. Sebaliknya tindakan yang dinilai buruk malah dilakukan, bahkan diajarkan. Ada ketidakjelasan pesan budaya untuk warga masyarakat, tidak koheren dan konsisten. Apa yang harus mereka lakukan tergantung situasi. Masyarakat Indonesia mengalami situasi anomi. Seorang akademisi Aceh mengatakan: ”Krisis mental harus diubah dengan cepat, bahwa kita sedang dalam kekacauan nilai-nilai dasar.”

Proses sosial yang berlangsung di Indonesia juga mengarahkan individu kepada kebingungan untuk bertindak. Orang Indonesia seperti kehilangan contoh teladan yang baik di masyarakatnya. elit politik masih banyak menunjukkan perilaku yang justru anti-sosial, saling bertikai, dan berkinerja buruk. Tak sedikit pemimpin agama yang menampilkan perilaku intoleran terhadap kelompok kepercayaan lain. “Masyarakat mengalami kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah.”

Usaha-usaha untuk menangani krisis mental belum dilakukan secara komprehensif selama ini. Perbaikan mentalitas diperlukan tetapi bukan dengan mentalitas proyek. Perbaikan yang sepotong-sepotong atau yang bersifat sektoral tidak memadai untuk mengatasi krisis mental itu. Diperlukan perbaikan yang menyeluruh dalam waktu cepat. Visi pemerintahan Jokowi telah dirumuskan dalam Nawacita, yang memiliki tiga ciri utama: negara hadir, membangun dari pinggiran, dan revolusi

70

mental. Jadi jelas visi itu mencakup perubahan yang bersifat struktural-kultural dan prosesual.

Tanya: Siapa saja yang harus berubah dalam Revolusi Mental?

Jawab: Semua pihak harus merubah mentalnya. Pada dasarnya ada tiga golongan di masyarakat

yang harus merubah mentalnya, yaitu: 1. Aparat Birokrasi 2. Dunia Usaha 3. Masyarakat Umum (Civil Society). Birokrasi diletakkan paling depan, sebab kondisi mental suatu bangsa sebetulnya sangat besar dipengaruhi oleh Kebijakan, program, aturan yang dikeluarkan oleh Birokrasi atau Pemerintah baik pada masa lalu (di jaman pemerintah penjajah) sampai juga pada masa kini setelah kita merdeka. Dunia Usaha biasanya berusaha mempengaruhi pengambilan kebijakan Birokrasi untuk kepentingan mereka sendiri, sehingga kebijakan atau keputusan Birokrasi sering tidak menguntungkan rakyat banyak. Misalnya mengeluarkan ijin import barang atau bahan pangan secara besar-besaran dari luar negeri (menguntungkan importir dan para pedagang besar), tetapi harga produk industry dan pertanian dalam negeri turun (merugikan petani dan produsen dalam negeri). Dalam situasi seperti itu petani (rakyat kecil) hanya mencoba bertahan atau beradaptasi dengan menurunkan produksi pertanian, menjual tanahnya, pindah ke kota untuk dapat bertahan hidup. Dari kondisi itulah muncul mentalitas yang buruk.

Hal-hal di atas sebagian besar ditentukan oleh tindakan-tindakan Birokrasi (seringkali disebut juga Sistem atau Struktur). Petani kita sering dibilang buruk mentalnya. Orang sering menuduh mereka salah cara berpikirnya, buruk sikapnya (takut resiko, kolot) dan tidak baik perilakunya (bermalas-malas, tidak suka kerja di ladang, lebih suka bermigrasi ke kota dsb.). Pendek kata etos kerja petani kita buruk, tetapi sebetulnya bukan petani itu sendiri yang bersalah melainkan system atau Struktur yang berupa kebijakan, keputusan atau aturan yang dikeluarkan oleh Birokrasi/Pemerintah. Buktinya para petani di negara-negara Asia lainnya bisa lebih produktif, agresif dan kreatif daripada petani-petani kita. Perilaku yang disebabkan oleh struktur yang diciptakan pemerintah tadi kemudian “mengendap” menjadi kultur (karakter atau sikap mental).

71

BAB VKEBIJAKAN DAN TINDAKAN

PEMERINTAH DALAM RANGKA MEWUJUDKAN REVOLUSI MENTAL

“Jokowi sebagai Presiden telah memberikan dorongan pada Revolusi

Mental melalui program-program pembangunan yang disponsori

Pemerintah”

72

Tanya: Bisakah diberi ilustrasi bagaimana Pemerintahan Jokowi telah melaksanakan kebijakan-kebijakan Pembangunan yang

secara langsung maupun tidak, dapat mempercepat terjadinya Revolusi Mental di Indonesia?

Jawab: Di atas telah di sebutkan bahwa perubahan mental masyarakat tidak boleh dituntut hanya dari pihak masyarakat,

karena peran pemerintah dan dunia usaha sangat menentukan (di masa penjajahan maupun di masa kemerdekaan). Sampai saat ini, Pemerintahan Jokowi ternyata telah banyak melakukan pembangunan yang menghasilkan perubahan secara struktural, kultural dan prosesual. Dalam tataran struktural kita memperoleh bukti bahwa Pemerintah Jokowi telah menghasilkan prestasi sebagai berikut:

• Secara keseluruhan telah berhasil mengurangi ketimpangan antara kelompok kaya dan miskin yang dibuktikan dengan penurunan Ginie ratio dari 0,408 pada Maret 2015 menjadi 0,397 pada Maret 2016 (semakin mendekati angka 1.00, semakin timpang). Ini menunjukkan bahwa Pembangunan kita mulai lebih berkeadilan, ini akan memudahkan rakyat untuk bermotivasi memperbaiki mental mereka.

73

• Sebagai Kepala Negara Jokowi juga memberikan izin pemanfaatan hutan melalui Surat Keputusan (SK) Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) serta SK Pengakuan dan Perlindungan Kemitraan Kehutanan (Kulin KK) sebanyak 2.890,65 hektare kepada 1.662 kepala keluarga (KK). Presiden mengatakan: ”Tugas saudara-saudara sekarang adalah bekerja keras agar lahan-lahan yang sudah diberikan itu bermanfaat dan menyejahterakan bagi kita semuanya”. Inilah cara yang paling tepat dari Presiden untuk membangun etos kerja rakyat di bidang pertanian yaitu dengan memberikan izin pemanfaatan hutan dalam bentuk perhutanan sosial.

• Keberpihakan pada masyarakat kurang mampu ditunjukkan juga dengan pemberian jaminan pendidikan kepada anak kurang mampu (empat kali lipat yakni dari 9,1 juta siswa pada awal pemerintahan Jokowi 2014 menjadi 19,2 juta siswa tahun 2015), serta pemberian jaminan kesehatan kepada warga kurang mampu.

• Pembangunan bendungan besar: Sebanyak 13 bendungan besar sedang dibangun di seluruh Indonesia untuk pengairan sawah.

• Pembangunan jalan tol: jalan tol Trans Jawa, jalan tol Non Trans Jawa (terdiri dari 8 ruas), jalan tol Sumatera - terdiri dari 7 ruas. (Bakahueni

74

InfrastrukturPembangunan

Proses penyelesaian Jalan Layang Maros sepanjang 2,8 km yang berada di Jalan Lintas Tengah Sulawesi Selatan Pangkas Jalur Logistik Makassar-Bone (Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)

Bendungan Rotiklot di NTT bendungan yang rampung tahun

2018 (Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)

Bendungan Sindang Heula di Provinsi Banten (Biro Komunikasi

Publik Kementerian PUPR)

Bendungan Paselloreng Sulawesi Selatan

(Biro Komunikaai Publik Kementerian PUPR)

75

– Aceh sepanjang 2.000 KM). Sampai sekarang pemerintah telah mempercepat pembangunan jalan nasional sepanjang 2.928 kilometer, jalan tol sepanjang 132 kilometer dan jembatan sepanjang 24.698 meter atau 160 jembatan.

• Pembangunan rumah murah adalah pembangunan struktural tetapi sangat penting sebagai dasar terbangunnya budaya masyarakat Indonesia, sebab di dalam rumah yang layak, keluarga bisa membangun kultur bangsa. Dalam 3 tahun telah dibangun 2,2 juta unit rumah dimana 15% pendanaannya berasal dari stimulan APBN. Terobosan ini tentunya akan mengurangi secara bertahap kekurangan perumahan di Indonesia yang saat ini mencapai 11,4 juta unit rumah. Kebijakan pemerintah adalah melalui penyederhanaan perijinan dan memangkas perijinan yang kurang produktif. (Sumber: Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR. Editor: Aditia Maruli Radja. Copyright @Antara 2017)

• Pembangunan MRT dan LRT khususnya di Jakarta adalah pembangunan struktural yang sangat berdampak kultural, sebab masyarakat Jakarta akan merubah pola berkendaraan mereka termasuk sopan santun mereka di jalan.

• Pembangunan tol laut. Target pemerintah adalah sudah terbangun 100 pelabuhan pada 2019. Pemerintah juga akan menyiapkan kapal-kapalnya, yaitu sebanyak 3 kapal pada 2015 dan 30 kapal pada 2016. “Ini untuk mewujudkan gagasan kita menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia” ujar Jokowi. Sekali lagi ini adalah pembangunan Struktural tetapi sangat berdampak kultural, sebab dengan pembangunan ini masyarakat Indonesia akan bisa mengembangkan budaya mereka menjadi bangsa bahari dalam arti yang sebenarnya.

• Pembangunan trans kereta api di luar Pulau Jawa, pembangunan rel kereta api ganda di Pulau Jawa. Ini semua melancarkan mobilitas rakyat, artinya mengembangakan potensi ekonomi mereka.

• Membubarkan Petral sebagai sarang mafia migas ($ 36 T/tahun). Ini adalah sikap integritas Pemerintah Jokowi, sebab Petral adalah alat penguasa untuk mencuri uang dari kekayaan negara. Demikian juga

76

dengan renegosiasi kontrak Freeport. Ini adalah keberanian Jokowi menghentikan eksploitasi negara maju terhadap bangsa kita.

• Jokowi juga banyak melakukan pembangunan yang diarahkan pada aspek kultural. Mereformasi persepakbolaan Indonesia: ini adalah pembangunan struktural yang diarahkan untu pembangunan kultural, sebab sepak bola Indonesia telah menjadi sarang degradasi budaya bangsa. Demikian juga pemberantasan narkoba. Ini juga suatu pembangunan kultural. Memperkuat KPK juga merupakan tindakan struktural tetapi mempunyai dampak besar pada pembangunan kultur anti korupsi di Indonesia.

• Suatu pembangunan kultural ala Jokowi yang paling menonjol adalah ketika dia mencanangkan Revolusi Mental. Program ini tercantum di Nawacita, berarti Jokowi benar-benar menganggap penting pembangunan kultural di Indonesia.

Demikianlah Jokowi sebagai Presiden telah memberikan dorongan pada Revolusi Mental melalui program-program pembangunan yang disponsori pemerintah. Tanpa dorongan ini masyarakat akan sulit untuk merubah mental mereka. Untuk itu Jokowi bersama birokrasinya terus bergerak bekerja tanpa lelah dan tanpa kenal waktu melakukan terobosan-terobosan di segala sektor. “Kerja..kerja..kerja”, begitu semboyannya.

Jokowi telah melakukan pembenahan kebijakan serta undang-undang yang bisa merubah mental rakyat banyak dengan menekankan pendidikan karater disiplin, kerja keras, kreatif, disamping pengetahuan dan ketrampilan. Secara struktural pemerintah juga telah memperbaiki peraturan-peraturan yang mengatur pemilikan tanah, pertanian, industri, perdagangan, impor-ekspor dsb. Perubahan struktural tersebut berbasis nilai yang diusung oleh RM yaitu integritas, etos kerja dan gotong royong. Memberi kesempatan para pelaku ekonomi kecil dan menengah memperoleh akses terhadap tanah, kredit dan sumber daya lainnya. Menata kembali UU pertanahan yang ada, agar dapat memberi akses pada masyarakat luas dan membatasi monopoli oleh pelaku ekonomi yang kuat dsb. Undang-undang desa bila dijalankan dengan benar akan mendorong terjadinya revolusi Mental yang dahsyat di Indonesia, terutama dari aspek etos kerja dan gotong royong.

77

Pembangunan aspek kultural telah mulai dilakukan misalnya menanamkan nilai-nilai etos kerja kedalam program ekonomi kreatif, sinergi antara usaha kecil, menengah dan besar. Perjuangan kultural yang akan lebih besar lagi adalah melawan nilai-nilai monopolistik dan liberalisme. Pembangunan aspek prosesual misalnya mengembangkan kesempatan pada masyarakat untuk berani bernegosiasi, menyampaikan aspirasi bahkan kritik secara sehat, berani keluar dari hambatan-hambatan struktural (peraturan) yang menghambat, keluar dari hambatan budaya, agar produk ekonomi menjadi semakin berkembang dan struktur ekonomi yang kaku menjadi lebih luwes menampung pendatang baru. Jadi, RM bukan program pemerintah yang kaku yang “memaksa” masyarakat merubah mental mereka yang buruk, tetapi suatu inisiatif pemerintah untuk merubah mental masyarakat dengan cara melakukan perombakan struktural yang menghambat masyarakat, mendayagunakan kultur yang baik, menghilangkan kultur yang tidak baik dan tidak kalah penting menyediakan ruang prosesual dengan memfasilitasi interaksi dinamis masyarakat sehari-hari untuk melakukan perubahan mental mereka secara kreatif dan mandiri (mendorong terjadinya gerakan sosial)

Tanya: Apa saja yang dilakukan oleh pemerintah khususnya yang berhubungan langsung dengan RM ini?

Jawab: Beberapa tindakan Pemerintah Jokowi yang penting dalam menjalankan RM adalah:

1. Membentuk Pokja Revolusi Mental di Rumah Transisi: disana konsep Revolusi Mental dan pelaksanaannya dirancang.

2. Menugaskan Menko PMK sebagai koordinator pelaksana Revolusi Mental. Disini dibentuk Pokja Nasional Revolusi Mental yang membantu Menko untuk mendorong terjadinya Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

3. Mendirikan Gugus Tugas Revolusi Mental yang akan menjadi penggerak RM disetiap Provinsi. Anggota Gugus Tugas terdiri dari berbagai tokoh masyarakat.

4. Menyusun peta jalan dan pedoman umum

5. Menerbitkan Inpres Revolusi Mental No. 12/th 2016.

78

6. Menggerakkan berbagai Kementerian untuk mempelopori, mendorong, mengkoordinasi, memfasilitasi berbagi gerakan di masyarakat yaitu Gerakan Indonesia Tertib, Indonesia Bersih, Indonesia Melayani, Indonesia Mandiri dan Indonesia Bersatu.

Tanya: Untuk menggerakkan RM sampai ke daerah-daerah di seluruh Indonesia didirikan Gugus Tugas. Apa itu?

Jawab: Gugus Tugas adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh Pokja Nasional dan Kemenko PMK di setiap Provinsi,

anggotanya terdiri dari unsur Pemerintah (dipimpin oleh Gubernur) dan para tokoh masyarakat setempat (para rohaniwan, budayawan, seniman, ilmuwan, pengusaha, media massa dan media sosial, tokoh wanita, Pemuda dan lain-lain). Walaupun didirikan oleh pemerintah, para tokoh masyarakat itu diharapkan menjadi cikal–bakal munculnya gerakan RM di daerahnya dan menjadi pelopor gerakan tersebut. Gugus Tugas di Provinsi diharapkan akan melahirkan Gugus Tugas di tingkat Kabupaten, Kecamatan dst., sehingga gerakan RM dapat menjadi gerakan sosial yang merata. Pada awalnya kegiatan Gugus Tugas didukung pembiayaannya oleh Pemerintah, tetapi pada jangka panjang, ketika segala unsur masyarakat mulai aktif (terutama para pengusaha di daerah), maka kegiatan Gugus Tugas akan menjadi semakin independen dari segi pembiayaannya.

Tanya: apakah pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintahan Jokowi sampai ke pelosok-pelosok tanah air

tidak ada kaitannya dengan Pembangunan manusia Indonesia?

Jawab: Pada dasarnya Pemerintahan Jokowi-JK telah menggerakkan Revolusi Mental melalui dua jalur, pertama

melalui Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Di jalur ini pemerintah telah melakukan banyak hal yang bersifat promosi dan sosialisasi, namun harus diakui bahwa jalur ini sangat terbatas cakupan kegiatan dan kewenangannya (karena hanya diserahkan pada satu Menko). Efektifitasnya untuk melakukan perubahan mental seluruh masyarakat Indonesia secara “revolusioner” jelas sangat terbatas. Banyak masyarakat kemudian menjadi skeptis dan tak sedikit pula yang mengatakan Revolusi Mental telah gagal. Tetapi disamping jalur diatas,

79

perlu kita ketahui bahwa masih ada jalur lain bagi Jokowi untuk menggelar Revolusi Mental yaitu melalui program Nawacita yang langsung digerakkan dibawah komando Presiden. Melalui kebijakan “Membangun dari Pinggiran” yang mencakup: Dana desa, pembangunan infrastruktur sampai kepelosok tanah air, penyamaan harga Migas dan lain-lainnya ternyata memiliki potensi amat besar sebagai pemicu Revolusi Mental. Semua itu merupakan potensi untuk menghasilkan perubahan besar dan dahsyat dikemudian hari bagi bangsa Indonesia. Apalagi ketika nanti kekuatan ekonomi yang terpusat di Jawa bisa ditarik untuk berinvestasi ke seluruh pelosok daerah. Memang selalu ada isu bahwa orang kaya pasti akan memperoleh keuntungan terlebih dahulu, itu adalah hukum ekonomi.

Kita juga harus menyadari bahwa infrastruktur fisik yang di gelontorkan oleh Pemerintah bisa mendorong munculnya infrastruktur sosial yaitu kemampuan masyarakat berorganisasi dan mengembangkan suatu pola kerjasama yang baru dalam rangka merespons kesempatan yang diciptakan oleh infrastruktur fisik. Misalnya jalan raya yang menembus desa-desa terpecil akan merangsang penduduk desa secara berkoperasi mengembangkan pertaniannya atau membuka daerahnya untuk daya tarik wisata dan sebagainya. Dana Desa akan menghidupkan kembali musyawarah dan gotong royong di desa-desa kita, sehingga secara kreatif dan adil mereka bisa memanfaatkan Dana itu untuk kemajuan dan kesejahteraan seluruh warga.

Jadi, kebijakan “Pembangunan dari pinggiran” sebenarnya sudah on the right track. Bagi Indonesia - negara yang amat luas ini - yang terpenting adalah tersedianya potensi nyata bagi perkembangan ekonomi rakyat di seluruh daerah. Sejak kita dijajah sampai merdeka, kondisi infrastruktur fisik di seluruh pelosok Indonesia sangat memprihatinkan. Ini bukan hanya menghambat pemerataan pembangunan ekonomi, tetapi terutama mencederai perkembangan budaya bangsa ini terutama mentalitas mereka. Bahkan pembangunan MRT di Jakarta juga bukan sekedar pembangunan fisik semata, tetapi pendorong pembangunan mental dan budaya masyarakat Jakarta untuk masa depan. Dengan adanya MRT masyarakat Jakarta akan menyadari bahwa menggunakan kendaraan umum lebih efisien dari segi dana, waktu dan tenaga daripada kendaraan

80

pribadi, mereka akan siap untuk meninggalkan kendaraan pribadi, beralih ke kendaraan umum, tidak mau lagi membeli mobil pribadi tambahan dan seterusnya. Perpindahan masyarakat secara massif dari kendaraan pribadi ke MRT akan menyebabkan perubahan sikap sopan santun berkendara di jalan raya Jakarta yang saat ini sudah mendekati “kebiadaban”. Jadi pembangunan peradaban Jakarta ternyata terjadi melalui pembangunan infrastruktur, bukan melalui penataran-penataran.

Tanya: Apakah sejak dulu Pembangunan di Indonesia memang telah diarahkan pada Revolusi Mental?

Jawab: Pada masa Orba, pembangunan ekonomi kita dipuji oleh dunia internasional dengan sebutan “economic miracle”

bahkan “Asian tiger”, tetapi para teknokrat mengatakan bahwa Pembangunan itu belum bisa langsung dirasakan oleh rakyat di seluruh daerah, melainkan akan menimbulkan tetesan kebawah (tricklingdown effect). Inilah teori Pembangunan yang saat itu dianggap paling benar. Sayangnya, tetesan itu tak kunjung terjadi sampai saat ini, sehingga kesenjangan ekonomi meroket terus. Ginie ratio sebagai pengukur kesenjangan ekonomi pada tahun 2014 sudah menunjukkan angka 0.41 (dari skala 0.00 sampai 1), kini berhasil diturunkan walaupun tidak besar (menjadi 0.39), tetapi setidaknya bisa dihentikan lajunya.

Setelah beberapa kali pergantian Pemerintahan, Teori Pembangunan “tricklingdown effect” baru sekarang diganti dengan “membangun dari pinggiran”. Bagi Pemerintah Jokowi pembangunan infrastuktur di pelosok daerah bukanlah hasil pertimbangan ekonomi, melainkan pertimbangan Sosial yaitu untuk menghasilkan pemerataan. Sebab, membangun di Jawa pasti akan jauh lebih menguntungkan secara ekonomi.

Tanya: Apa contoh nyata bahwa infrstruktur yang baik dapat membangun mentalitas bangsa?

Jawab: Di saat Lebaran ini kita sudah mulai menyaksikan bahwa tersedianya infratruktur yang baik telah memanusiakan rakyat

dan telah memfasilitasi dan memberi kesempatan rakyat untuk lebih mengembangkan ketertiban dan keteraturan. Ditambah lagi, perbaikan pelayanan dari aparatur negara, mulai dari polisi yang mengatur kenyamanan dan keamanan berlalu-lintas, sampai BULOG yang

81

mengamankan harga-harga di pasar, menunjukkan bahwa kini sedang terjadi perubahan mental pada aparat pemerintah dan ini merupakan ujung tombak perubahan mental pada masyarakat Indonesia secara luas. Melihat semua kejadian ini tentu saja kita semua berharap agar semua warga masyarakat Indonesia mulai bisa membaca bahwa di tanah air kita saat ini sedang terjadi suatu “angin perubahan”. (Paulus Wirutomo: “Revolusi Mental dan Pembangunan Infrastruktur”. Kompas Juli 2018)

Tanya : Dapatkah diuraikan satu persatu Gerakan–Gerakan dalam rangka RM yang disebut diatas?

Jawab : Diatas telah disebutkan bahwa Revolusi Mental bersifat “action oriented” (berorietasi pada aksi nyata), sehingga inti

dari Revolusi Mental adalah gerakan. Sementara ini telah disepakati untuk memulai Revolusi mental dengan lima gerakan yang terdiri dari: Gerakan Indonesia Tertib, Indonesia Bersih, Indonesia Melayani, Indonesia Mandiri dan Indonesia Bersatu itu dimaksudkan untuk mendekatkan tiga nilai RM : Integritas, Etos Kerja dan Gotong Royong dengan gerakan-gerakan yang lebih nyata di masyarakat. Dengan demikian RM benar-benar dapat bersifat “action oriented” dan bisa dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Marilah kita uraikan satu persatu Gerakan tersebut.

82

Gerakan Indonesia Tertib

Ketertiban adalah salah satu kelemahan bangsa kita, oleh karena itu harus dijadikan sasaran RM. Nilai integritas bisa jadi landasan untuk ketertiban yaitu : jujur pada diri sendiri serta menyadari apa hak dan kewajibannya. Warga negara Indonesia harus dididik dan dibiasakan untuk menyadari apa hak dia, tetapi juga bisa menghargai hak orang lain. Mereka harus merasa malu bila melanggar hak orang lain, karena itu adalah kewajiban dia. Jadi hak dan kewajiban harus berjalan seiring dan selaras.

Carut marut dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia berakar dari lemahnya rasa ketertiban ini. Banyak manusia Indonesia justru merasa nyaman di dalam ketidak tertiban, misalnya antri yang saling sodok menyodok, ruangan yang kotor dan berantakan, jalan raya yang semrawut dan penuh pelanggaran dan seterusnya. Di dalam kehidupan Global saat

Ketertiban adalah suatu peradaban...seluruh warga Negara harus mempelajarinya...Revolusi Mental bukan hanya untuk orang dewasa saja tetapi juga bagi para tunas-tunas bangsa ini...

Tanpa adanya hukum yang berwibawa, Revolusi Mental sulit

ditegakkan...

83

84

85

ini pergaulan antar bangsa semakin intensif, para pendatang dari negara-negara lain akan risih dan merendahkan kita sebagai bangsa bila mereka melihat segala ketidak tertiban kita. Pemerintahan Jokowi melalui Revolusi Mental telah menugaskan birokrasinya untuk mempelopori Gerakan Indonesia Tertib, supaya rakyat di akar rumput juga mulai ikut bergerak bersama.

Rembug Nasional Gerakan Indonesia Tertib (GIT) yang dipelopori Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan menghasilkan sejumlah program terkait dengan masalah ketertiban. Program pertama adalah yang menyangkut penertiban penggunaan trotoar dan perilaku antri. Program kedua menyangkut pelayanan rekam cetak KTP Elektronik, termasuk masalah data ganda, adanya pungutan biaya dalam pelayanan administrasi kependudukan dsb. Program ketiga menyangkut SIM Online dan E-tilang. Program keempat Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional melalui Hotline Telepon 1708/Lapor SP4N. Program kelima adalah pembangunan Pagar Sterilisasi (Zonasi Terminal) dan Pembangunan Jembatan Gantung. Program keenam adalah program unggulan sekolah ramah anak.

Contoh program-program untuk Indonesia tertib:

• Setiap Pemerintah Daerah sebaiknya membangun Portal, aplikasi atau hotline untuk menampung partisipasi warga dalam menyampaikan pengaduan, usulan yang berhubungan dengan Ketertiban Umum.

86

• Membangun fasilitas yang cukup bagi para pedagang kecil untuk bisa menjalankan usahanya dengan tertib, aman dan bertanggungjawab.

• Membangun fasilitas ketertiban, kenyaman dan keamaman di ruang publik seperti tempat sampah, tangga bagi penyandang disabilitas, pagar untuk antrian, penjagaan satpam dsb.

• Pemasangan pengeras suara di setiap Bangunan Umum (Setasiun, Pasar, Sekolah, Kantor, Terminal dsb.) atau kendaraan umum (gerbong KA, Busway dsb.) untuk selalu mengingatkan pada semua orang tentang segala aturan tata tertib yang berlaku.

• Penindakan yang tegas oleh petugas di setiap titik.

• Penyediaan alat kontrol elektronik di tempat-tempat umum yang bisa melakukan tindakan-tindakan pemberian sanksi hukum bagi pelanggar (e tilang dsb.).

• Menghidupkan kembali tradisi Piket di semua sekolah, agar para siswa diajar untuk memikul tanggungjawab terhadap ketertiban di sekolah secara bergantian.

• Tradisi Jumat bersih bagi setiap kantor atau sekolah agar “suasana ketertiban” selalu mewarnai kehidupan bangsa kita.

Gerakan Indonesia Bersih

Kebersihan juga merupakan tatangan besar bagi budaya bangsa kita. Masalah sampah sampai sekarang masih sangat menghantui lingkungan hidup kita dan kesehatan kita. Membuang sampah pada tempatnya nampaknya merupakan tindakan yang mudah saja, tetapi kenyataannya orang tidak melakukannya, ini karena mental kita belum siap untuk itu. Alhasil, masalah sampah menjadi masalah Nasional. Revolusi Mental juga akan diarahkan kepada Gerakan Indonesia Bersih. Nilai integritas diperlukan disini, juga nilai Gotongroyong. Pembuangan sampah sembarangan bisa sangat berdampak serius karena sampah tertentu akan membekas di bumi ini sampai turun temurun, karena tidak bisa hancur oleh proses alam, seperti bungkus plastik, styrofoam, besi, berbagai cairan kimia, dan bahan berbahaya lain.

Memberantas kebiasaan buruk membuang sampah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi ternyata pencipta polutan terbesar

87

bukanlah orang biasa, bukanlah ibu-ibu rumah tangga, tetapi para pengusaha yang memiliki pabrik-pabrik, industri-industri, kilang-kilang, tambang-tambang yang melibatkan banyak pihak dari mulai pemerintah daerah setempat, pemilik perusahaan itu sendiri, para karyawan dan buruh, serta masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tersebut. Kepedulian terhadap lingkungan tidak bisa hanya melalui forum lembaga swadaya masyarakat, kelompok peduli lingkungan bahkan pemerintah

Sungai dan tepi pantai yang penuh dengan sampah... Dalam diri bapak ini ada nilai-nilai revolusi mental yang patut diteladani.

88

Dua anak muda ini menyatakan cintanya

pada Indonesia tanpa harus dilihat

orang. Mereka sadar keindahan Indonesia

akan lebih bisa dinikmati jika terus

dijaga kebersihannya.

Betapa hebat semangat dan etos kerja pasukan

Orange di Jakarta ini! Mereka harus berjuang

sendiri membersihkan sungai dari sampah

kota, karena kegotongroyongan

masyarakat sudah mati! Semoga aspirasi warga

untuk menghargai kebersihan sungai hidup

kembali!

Wow…Revolusi Mental rupanya sudah terjadi

juga diberbagai tempat di Indonesia….

Berarti kita bisa! Kapan Kampung kita

menyusul?

89

Belajar bukan hanya di kelas!, banyak pelajaran hidup yang bisa diperoleh siswa diluar kelas. Kerja bakti ini akan mengajarkan

banyak hal pada mereka

Semangat membersihkan lingkungan harus dimulai sejak dini. Anak-anak harus merasakan bahwa membersihkan lingkungan bukan suatu yang

menjijikkan, tetapi justru “fun”, menyenangkan dan membanggakan!

90

180o copyright 2016 | @sungprie

Sisa makanan, tulang, duri, daun kering,

daging dll.

Botol kaca atau plastik, kaleng makanan dan

minuman dll.

Lampu neon, film,baterai, kaset, disket, racun serangga, dll.

Kardus, karton makanan dan minuman, koran bekas, buku bekas dll.

Pembalut wanita, popok bayi kertas, puntung rokok,

permen karet dll.

SAMPAHORGANIK

SAMPAHGUNA ULANG

SAMPAH B3BAHAN BERACUN

BERBAHAYA

SAMPAHDAUR ULANG

SAMPAHRESIDU

bro...kayaknya enaknih kita. dapet ‘surga dunia’ versi kita... yoiii...

bakalangemukneh!

sial!!jorok

amat sih,mereka!

lho,bro...dimanasarangkita?

sudahmusnah,bro...

merekasudah tahukebersihan

dengan memilah sampah.

aku tahu

sebabnya...

sekarang...dulu...

(Kementrian Lingkungan Hidup). Lalu tanggung jawab siapa mengatasi ini? Seluruh pribadi harus dibuat sadar bahwa upaya penyelamatan bumi sebagai tempat hidup kita adalah tanggung jawab diri kita masing-masing, baik secara sendiri maupun bersama-sama. Kegiatan penyadaran ini perlu dilaksanakan secara menyeluruh di segenap pelosok negeri oleh setiap lapisan masyarakat, termasuk aparat pemerintah. Kebersihan tentunya mencakup kebersihan diri dan kebersihan lingkungan.

Perang melawan sampah adalah suatu perjuangan yang amat besar dan serius bagi semua bangsa, sebab kebudayaan modern yang dipimpin oleh Industrialisasi kapitalistik ini telah menyeret manusia kedalam budaya disposable society yaitu masyarakat yang gemar membeli barang yang “habis pakai buang” (minuman berbotol plastik, popok bayi dsb.). Sebagai contoh dibawah ini bisa kita lihat perkembangan jumlah sampah di Jakarta.

Kegiatan Bersih Diri lebih menekankan kepada kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kesadaran diri: membiasakan hidup bersih dalam keseharian, mulai dari sering cuci tangan menggunakan sabun yang ramah lingkungan, mandi rutin 2 kali sehari, buang air kecil dan besar di tempatnya; menggunakan air yang sudah pasti bersih dan sehat untuk kebutuhan minum, memasak, mandi dan cuci pakaian.

91

Menanamkan sejak dini

kebiasaan mencuci

tangan

Contoh: Program-program untuk Indonesia Bersih

Gerakan Indonesia bersih bisa melakukan berbagai tindakan aksi yang mencakup:

• Membangun Portal untuk memberi peluang partisipasi bagi warga dalam menampung inisiatif, usulan, dan pengaduan yang berhubungan dengan Kebersihan

• Menyusun suatu Kampanye sosial diberbagai lingkungan masyarakat (mulai perkotaan sampai pedesaan) dengan cara-cara yang sesuai. Tanpa kampanye, masyarakat tidak akan merasa adanya suatu “sense of crisis” atau “sense of emergency” (rasa adanya suatu krisis maupun sesuatu yang mendesak).

• Di setiap lokalitas perlu dibentuk pengkaderan untuk Revolusi Mental pada para generasi penerus agar senantiasa terdapat kekuatan yang setia pada gerakan itu dan bisa menjadi pelopor.

92

• Para pengusaha yang menghasilkan pencemaran perlu digerakan kesadarannya, baik dengan cara persuasif sampai dengan cara hukum yang tegas.

• Aparat pemerintah sampai ke tingkat RT dan RW juga perlu didorong untuk aktif menggerakkan warganya.

• Sekolah Dasar perlu mengajak para siswa untuk melakukan kunjungan ke lokasi-lokasi pabrik/industri agar dapat melihat contoh industry yang mengotori lingkungan atau industry yang melakukan pemeliharaan lingkungan.

• Pemerintah perlu melakukan pengumuman secara terbuka identitas pengusaha-pengusaha yang membandel merusak lingkungan. melalui media nasional.

• Setiap Kota maupun instansi harus membangun atau menyediakan fasilitas kebersihan di ruang Publik, seperti penyediaan tempat sampah dalam jumlah yang memadai di setiap Bangunan Publik (Kantor, Pasar, sekolah, setasiun dsb.). Pemerintah Kota seharusnya memberi pedoman pada semua instansi pemilik gedung seberapa banyak tempat sampah pada setiap ruangan.

• Kebiasaan menjaga kebersihan diri harus ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Kebiasaan ini perlu diawali di rumah, tetapi peran sekolah juga amat penting.

• Setiap Pemerintah Daerah seharusnya menyiapkan “polisi sampah” yaitu petugas yang melakukan kontrol sosial pada siapa saja yang

Kebiasaan menggosok

gigi

93

buang sampah sembarangan. Petugas ini bisa bersifat sukarela, bisa juga petugas resmi.

• Setiap sekolah, bahkan kantor, sebaiknya menghidupkan kembali sistem piket yaitu memberi tugas pada siswa/pegawai secara bergantian setiap hari untuk memegang tanggungjawab atas kebersihan sekolah/kantor mereka. Sistem ini sangat efektif untuk menanamkan rasa tanggungjawab pada setiap individu yang saat ini justru dibiasakan untuk melemparkan tanggungjawab kebersihan tersebut pada pembantu, pesuruh atau petugas.

• Di dalam setiap keramaian harus selalu dibentuk Pasukan pencinta kebersihan yaitu relawan yang bersedia membawa tempat sampah dan selalu siap mengumpulkan sampah yang dibuang sembarangan. Para relawan ini juga harus bisa berperan sebagai orang yang bisa menegur dan mengingatkan orang yang buang sampah sembarangan.

Jadilah pelopor

pembersih sampah

ditengah keramaian

94

• Para orangtua dan sekolah harus mengajari anak-anak/siswa untuk membuang sampah pada tempatnya dan bila tidak ada tempat sampah mereka harus tidak segan mengantongi sampah itu sampai ada tempat sampah tersedia.

• Cara pembuangan sampah mulai di lingkungan perumahan sampai perkotaan harus ditetapkan melalui kebijakan Pemerintah dan disosialisasikan pada warga sampai betul-betul dapat dilaksanakan. Misalnya program pemilahan sampah harus menjadi Kebijakan Pemerintah. Harus diatur secara ketat apa yang harus dilakukan setiap rumahtangga, lingkungan Perumahan sampai tingkat kota. Alangkah

95

Ibu ini secara sukarela melakukan pelayanan kesehatan di kampungnya yang terpencil… Betapa kita membutuhkan orang seperti ini… Contoh semangat Revolusi mental….

baiknya jika setiap RW memiliki Bank sampah. Inisiatif ini harus didorong oleh pemerintah melalui bantuan atau stimulasi pendanaan.

Gerakan Indonesia Melayani

Melayani adalah sikap yang mulia. Dimanapun, kapanpun, kepada siapapun kita harus siap melayani. Namun justru sikap inilah yang lemah pada kepribadian bangsa Indonesia saat ini. Sampai-sampai orang yang memang secara professional dibayar untuk melayanipun enggan melakukan pelayanan yang baik. Hal ini telah menyebabkan kemunduran pada berbagai bidang kehidupan. Di Kelurahan, Rumah Sakit, Restoran, Sekolah, kendaraan umum, masyarakat sulit mendapat pelayanan prima. Lebih buruk lagi mentalitas melayani justru diganti dengan mentalitas ingin dilayani. Gerakan Indonesia Melayani adalah bagian dari Gerakan Revolusi Mental. Melayani harus menjadi suatu sikap mental, bukan menjadi suatu tugas. Kita semua harus bergerak bersama agar mental bangsa ini menjadi mental melayani.

96

Potret salah satu anggota kepolisian yang sedang melayani masyarakat dengan sepenuh hati

Gambar di atas adalah upacara pelantikan pegawai Pemerintah, sengaja dilakukan ditempat Pembuangan Sampah agar mereka dari awal selalu ingat bahwa pekerjaan mengabdi Masyarakat itu menuntut pengorbanan...

97

98

Program-program untuk Indonesia melayani

• Melayani adalah suatu sikap mental bukan suatu tugas, jadi yang harus punya sikap melayani adalah semua orang, bukan para pegawai atau petugas saja.

• Dibuat SOP (standard operating prosedures) yang menjadi pegangan petugas pelayanan publik di seluruh Indonesia

• Setiap 17 Agustus perlu ada Pemberian 1000 penghargaan oleh presiden kepada pahlawan-pahlawan sehari-hari yang melakukan pelayanan sukarela di berbagai pelosok tanah air.

• Pemberian penghargaan oleh warga bagi petugas pelayanan publik terbaik versi rakyat.

• Perbaikan terus menerus pada Pelayanan Stasiun, Pelabuhan, Bandara dsb.

• Dalam hal pelayanan untuk memberikan sertifikat tanah, Presiden Jokowi targetkan sertifikasi tanah di Pulau Jawa rampung pada tahun 2023. Di Bali, secara langsung Presiden RI telah membagikan 5.903 sertifikat. Di Kaltara dan Kaltim 1.535 sertifikat, di Riau 6.000 sertifikat, Jawa Tengah 2.500 sertifikat, di Jember 2.850 sertifikat, di Tasikmalaya 2.533 sertifikat. Target Jokowi hingga akhir 2017 sudah selesai 5 juta sertifikat untuk tanah Rakyat dan 2018 minimal 2 juta sertifikat lagi. Manfaat yang diperoleh Rakyat atas program ini. Pertama, sertifikasi tanah rakyat adalah bagian dari upaya mencegah konflik agraria. Sertifikasi tanah memberikan Rakyat posisi hukum yang sangat kuat sehingga tidak mudah dipermainkan oleh mafia-mafia hukum ketika suatu ketika ada tuntutan hukum atas tanah rakyat. Ini juga upaya pencegahan kongkrit dalam melawan mafia tanah yang umumnya di backingi oleh pemilik modal besar. Dengan perbaikan pelayanan dari pihak Pemerintah ini diharap kesewenang wenangan pengusaha hitam yang suka merampas tanah rakyat tak lagi terjadi. Tanah yang bersertifikat harganya meningkat 3 hingga 6 kali lipat, selain juga bisa diagunkan di bank untuk pinjaman modal daripada pinjam melalui renternir yang berbunga tinggi membuat usaha Rakyat tidak mampu berkembang. Inilah gerakkan nyata Indonesia Melayani yang dirintis Pemerintah. Rakyat tinggal meneruskan mentalitas melayani ini dalam kehidupan mereka sehar-hari.

99

100

Peta penguasaan kekayaan Indonesia oleh Multi National Corporation

Gerakan Indonesia Mandiri

Sejak awal kemerdekaan, Bung Karno telah meneriakkan agar bangsa ini “berdiri diatas kaki sendiri”. Kenyataannya sampai lebih dari 70 tahun merdeka, bangsa ini bukannya semakin mandiri, tetapi malah sebaliknya kita semakin terjerumus dalam ketergantungan pada produk-produk negara lain, dampak ketergantungan itu misalnya: dominasi nilai budaya asing (kita lebih menyukai produk kesenian asing daripada kesenian tradisional), sumberdaya alam kita lebih banyak dieksploitasi dan dikonsumsi oleh Negara lain, berkembanganya konsumtivisme terhadap produk asing, akibatnya masyarakat kita kehilangan kreativitas dan seterusnya.

Salah satu sasaran Revolusi Mental adalah “bangkit menjadi bangsa Mandiri”. Sikap mandiri bukan berarti menolak mentah-mentah kerjasama dengan bangsa lain. Di zaman globalisasi ini tidak ada bangsa yang bisa mengisolasi diri. Mental kemandirian harus dimulai dari kesadaran bahwa negeri kita ini kaya. Kita punya pertambangan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia. Tanah kita ini punya Hutan Tropis terbesar di dunia (seluas 39.549.447 hektar), dengan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah terlengkap di dunia. Negara ini juga punya cadangan gas alam terbesar di dunia. Kita adalah pemilik lautan terluas di dunia, dikelilingi dua samudra, yaitu Pasific dan Hindia. Di sini hidup jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki negara lain. Banyak nelayan Negara lain yang tergoda mencuri ikan-ikan kita. Tetapi siapakah yang menguasai kekayaanitu? Dibawah ini kita saksikan peta penguasaan sumberdaya alam kita oleh pihak asing.

101

Kekayaan alam kita... siapa yang menggali?siapa yang menikmati?

102

Akankah terus begini..…!!!?

Keberanian menindak tegas para pencuri ikan adalah suatu gambaran semangat Revolusi Mental

103

Apa yang sudah kita kerjakan dan apa yang harus kita lakukan untuk jadi

Bangsa mandiri?

Kita bisa, mengapa harus tergantung..?

Bukan sekedar mencanangkan Gerakan Sosial Revolusi Mental, Jokowi rupanya menyadari bahwa pemerintah harus punya political will yang kuat untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk munculnya gerakan rakyat. Di bawah ini kita melihat berbagai langkah Pemerintah dalam rangka menyiapkan infrastruktur agar bangsa Indonesia bisa bangkit menjadi bangsa mandiri: perhatikan dana desa yang sudah mencapai 60 trilyun.

104

• Di tengah kelesuan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi pemerintahan Jokowi pada semester I 2016 meningkat menjadi 5,04% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2015 sebesar 4,79%. Saat ini tingkat pertumbuhan Indonesia ini jauh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi global (2,5%). Sekarang Indonesia berada di urutan 16 besar negara berekonomi kuat. Cadangan devisa Negara naik dari US $110 M per Oktober 2014, menjadi $.115.3 per Februari 2015. Meski dunia dilanda krisis global, cadangan devisa ini masih bisa bertahan sampai akhir September 2015 sebesar $.101,7 Miliar. Neraca perdagangan Indonesia akumulasi Januari - Februari 2015 sebesar US.$.1.4 Miliar (setara dengan Rp17 Triliun). Neraca surplus ini tidak pernah terjadi selama 5 tahun terakhir, dimana selama ini selalu lebih besar import daripada export (data BPS tgl. 16 Maret 2015). Stanley Morgan, bank terkuat di Amerika menyatakan bahwa Indonesia telah keluar dari fragile five (Negara yang mata uangnya rentan terhadap kebijakan suku bunga Fed), Indonesia menuju fundamental ekonomi yg kuat di bawah kepemimpinan Jokowi, sejajar dgn mata uang India, China, Turki dan Brazil.

105

• Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan PDB Indonesia antara 2006 -2015 berada diurutan ketiga di Dunia.

• Di KTT APEC th 2014 di Beijing, China. Indonesia mulai diperhitungkan Dunia, Jokowi jadi bintang di KTT tersebut.

• Indikator ketergantungan suatu bangsa adalah jumlah utang luar negeri. Pengelolaan utang luar negeri dilakukan secara hati-hati, salah satunya dengan menurunkan rasio utang jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjang. Data dari Bank Indonesia pada akhir Juli 2016, utang luar negeri mencapai USD 324,2 miliar atau naik 6,4%, namun pengelolaannya masih terkendali dan perlu diketahui lebih dari separuhnya merupakan utang swasta.

• Grafik dibawah ini menunjukkan rasio utang Indonesia lebih rendah dari pada negara-negara lainnya. Disamping itu angka tahun 2016 lebih baik daripada th 2006.

• Melalui pembangunan infrastruktur, penyederhanaan izin, dan pemberantasan pungutan liar, Indonesia telah berhasil meyakinkan para investor untuk meningkatkan investasi mereka ke Indonesia. Menurut BI, selama Desember 2014 – Februari 2015, investasi yg masuk

106

ke Indonesia sebesar Rp 57 triliun (90% lebih tinggi dari bulan yg sama pada tahun sebelum nya).

• Gambar dibawah menunjukkan sasaran Pembangunan Infrastruktur yang akan dilakukan oleh Pemerintah Jokowi-JK.

• Pemerintah punya kemauan politik yang kuat dan keberanian untuk mengatur kembali kontrak dan manajemen penanaman modal asing. Ini dibuktikan antara lain dengan “renegosiasi kontrak Freeport”.

107

• Pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia dilakukan semata-mata untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara tetangga agar daya saing kita bisa terus meningkat. Daya saing Indonesia di tingkat global sendiri telah berhasil naik dari peringkat 41 pada tahun 2016, menjadi peringkat 36 pada tahun 2017.

• Untuk membantu percepatan pembangunan infrastruktur, dilakukan inovasi teknologi dengan mendorong pemanfaatan sumber daya lokal misalnya penggunaan material lokal di Papua Barat yaitu batu kapur.

• Dalam rangka menjadi negara mandiri yang tidak tergantung pada energi fosil dimasa depan, Pemerintah juga mulai memanfaatkan potensi tenaga Bayu (PLTB) dengan kincir angina raksasa.

• Target pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan hingga 2019 adalah untuk membuka keterisolasian dan menurunkan biaya logistik,

PLTB Sidrap ini merupakan PLTB pertama yang beroperasi di Indonesia. PLTB ini memiliki 30 kincir angin dengan tinggi tower 80 meter dan panjang baling-baling 57 meter, masing-masing menggerakkan turbin berkapasitas 2,5 MW,

sehingga total kapasitas yang dihasilkan oleh 30 turbin adalah 75 MW.

sehingga bisa memacu tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan yang baru terutama di wilayah Timur Indonesia.

• Dalam rangka menjadi bangsa mandiri dari segi pangan, Pemerintahan Jokowi melakukan tindakan yang nyata. Kenaikan hasil produksi

108

pertanian semasa 1 tahun kepemimpinan Jokowi (Maret 2015) adalah sebagai berikut:

1. Produksi PADI naik sebesar 6,64% dibandingkan dengan hasil panen tahun sebelumnya.

2. Produksi JAGUNG naik sekitar 8,725% dibandingkan tahun 2014 dengan kisaran 20,67 juta ton

3. Produksi KEDELAI naik sekitar 4,59% dengan kisaran 998,87 ribu ton. Impor beras hanya sebesar 0,1% saja sehingga tidak berpengaruh terhadap harga beras petani dan cadangan beras pengadaan oleh Bulog di dalam negeri.

• Dalam rangka kemandirian bangsa, Pemerintah Jokowi telah melakukan Pembangunan Kilang Minyak, Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik dan mendorong industri ekonomi kreatif.

Disamping apa yang telah dilakukan Pemerintah untuk mencapai kemandirian, dimasa depan Pemerintah bersama rakyat masih harus terus melakukan suatu Gerakan Revolusi Mental dalam rangka menjadi Bangsa Mandiri melalui langkah-langlah sebagai berikut:

1. Untuk mendorong kreativitas, pemerintah memberikan Insentif pengurangan pajak bagi pengusaha Indonesia yang mengembangkan produk lokal yang inovatif. Program industry kreatif harus didorong lebih luas lagi.

2. Dibawah ini gambaran tentang jenis-jenis industry kreatif.

109

3. Pendidikan di sekolah harus menekankan pada kreativitas daripada hafalan.

110

4. Kedutaan Indonesia harus aktif memfasilitas “Indonesian Bazaar” di luar negeri dsb. Kegiatan ini akan sangat menunjang perkembangan industri kreatif yang sednag gencar dilakukan di dalam negeri.

5. Masyarakat harus mengembangkan kesadaran untuk mendahulukan konsumsi produk dalam negeri daripada luar negeri. Disamping itu secara kreatif meningkatkan ekspor kita ke luar negeri, sebab disbanding negara-negara tetangga, ekspor kita masih tergolong rendah. Nilai ekspor Indonesia tahun 2016 hanya 145 jt dollar, Kamboja (160 jt), Malaysia (184), Thailand (231)

6. Melihat kenyataan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa mental kemandirian bangsa kita memang masih tergolong rendah, tetapi di lain pihak Pemerintah Jokowi telah melakukan banyak sekali langkah positif untuk menciptakan kondisi struktural yang dapat mengembangkan kemandirian bangsa. Maka inilah kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menggalang kemandirian bangsa melalui Revolusi Mental, yaitu mengembangkan Etos Kerja dengan bekerja lebih keras dan kreatif serta lebih menghargai produk-produk bangsa sendiri. Pemerintah telah memberikan kondisi yang kondusif, rakyat perlu menyambutnya dengan gerakan sosial Revolusi mental.

Tanya : Sejauhmana kemampuan bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa mandiri?

Jawab: Kualitas angkatan kerja Indonesia dari segi Pendidikan memang masih sangat memprihatinkan, sebagian terbesar

hanya berpendidikan dibawah SD (50%) pada th 2008, SMP 22%, SMA 20%, Diploma 2% dan Universitas 3%. Pada th 2017 angka ini sedikit membaik: dibawah SD 42%, SMP22%, SMA 25%, Universitas 8%.

Akan tetapi, sebetulnya bangsa Indonesia akan memperoleh lesempatan yang baik melalui apa yang disebut “bonus Demografi”, dimana porsi penduduk yang berusia produktif (usia 15-64 th ) adalah 70%, sehingga dependency ratio (rasio ketergantungan) turun menjadi dibawah 50%. Kesempatan ini akan terjadi sekitar tahun 2025 – 2035. Kita akan dapat memenfaatkan peluang emas, bila mulai saat ini pengembangan sumberdaya manusia muda benar-benar dapat dipersiapkan dengan baik. Itulah sebabnya saat ini merupakan momentum yang tepat bagi kita untuk memulai Gerakan Revolusi Mental.

111

Gerakan Indonesia Bersatu

Sebagai negara besar (sekitar 150 juta penduduk) dan majemuk (kita punya 714 suku, bandingkan dengan Afganistan yang hanya punya 7 suku tapi mengalami konflik suku lebih dari 40 tahun), tantangan terbesar bagi Republik Indonesia adalah:” Mampukah kita menjaga kesatuan..?”. Bila ya, maka nusantara nan jaya bukan sekedar impian!. Dalam perjalanan sejarah di masa lalu kita silih berganti menghadapi berbagai macam cobaan yang berat, walaupun satu demi satu bisa kita atasi, tapi bagaimana kondisi saat ini? ternyata kita masih berkubang di tempat yang sama, bahkan yang sangat mengkhawatirkan, angka toleransi terutama antar agama semakin merosot, akhir-akhir ini unjuk rasa yang bernuansa keagamaan semakin merajalela, ujaran kebencian semakin sengit, sementara ancaman dari luar negeri semakin membahayakan integrasi bangsa kita…!

112

Kita harus bergerak bersama, dengan kesadaran yang sama menuju Indonesia yang bersatu! Indonesia yang terpecah-belah hanya akan membuat bangsa ini semakin terancam oleh negara-negara besar dan kuat. Bangsa Indonesia sering diramalkan akan menjadi bangsa yang kuat di Dunia karena daerahnya yang luas, sumberdaya yang kaya dan jumlah penduduknya yang besar. Dibawah ini kita lihat pada tahun 2014 GDP kita belum nampak dalam urutan diantara negara-negara besar, tetapi pada 2050 GDP Indonesia bertengger pada urutan ke empat di Dunia. Ini memang baru prediksi, tetapi setidaknya ini dilakukan berdasar perhitungan yang cermat dari suatuLembaga yang kredibel.

Kita bersyukur bahwa negara kita dipandang dunia sebagai negara yang berpotensi untuk berkembang (moves up), tetapi sebaiknya kita menyadari bahwa kita terintegrasi bukan hanya sekedar sebagai suatu kesatuan Nasional secara Politis saja (Integrasi Nasional), tetapi secara sosiologis kita juga harus bersatu sebagai bangsa yang punya integrasi

Presiden Jokowi sangat menaruh

perhatian pada Kesatuan

Indonesia, beliau sangat sering

melakukan “blusukan” ke

seluruh pelosok Nusantara,

ber”sentuhan” dengan rakyat.

Ini aksi Presiden untuk RM.

113

Sosial yang kuat, adil dan makmur serta setara antar semua golongan. Inilah kesatuan yang bermartabat berdasarkan Pancasila.

Dibawah ini kita lihat bagaimana kondisi kerawanan intoleransi di tanah air kita. Sebuah Survei nasional bertajuk “Potensi Intoleransi dan Radikalisme Sosial Keagamaan di Kalangan Muslim Indonesia” telah diselenggarakan oleh Wahid Foundation bekerja sama dengan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Survey yang melibatkan 1.520 responden yang tersebar di 34 provinsi ini menunjukkan bahwa responden umat Islam yang berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah sebanyak 59,9 persen memiliki kelompok yang dibenci yaitu mereka yang berlatarbelakang agama nonmuslim, kelompok Tionghoa, komunis, dan lainnya. Dari jumlah 59,9 persen itu, sebanyak 92,2 persen tak setuju bila anggota kelompok yang mereka benci menjadi pejabat pemerintah di Indonesia. Sebanyak 82,4 persennya bahkan tidak suka anggota kelompok yang dibenci itu menjadi tetangga mereka. Dari sisi radikalisme sebanyak 72 persen umat Islam Indonesia menolak untuk berbuat radikal seperti melakukan penyerangan terhadap rumah ibadah pemeluk agama lain atau melakukan sweeping tempat yang dianggap bertentangan dengan syariat Islam. Survei yang digelar tahun 2006 itu menggunakan metode random sampling dengan margin error sebesar 2,6 persen dan tingkat keyakinan 95 persen. (Kompas.com https://nasional.kompas.com/read/2016/08/01/13363111/survei.wahid.foundation.indonesia.masih.rawan.intoleransi.dan.radikalisme. Penulis: Rakhmat Nur Hakim

Tanya: Apa saja jenis kekerasan agama di Indonesia ini?

Jawab: Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menganggap, ada dua jenis kekerasan beragama

di Indonesia. Pertama, yakni aksi terorisme yang mengatasnamakan agama tertentu. Polri dinilainya berhasil memberantas teroris hingga ke sel terkecil. Saat ini, tak ada jaringan teroris yang kuat mengakar. Namun, negara dianggap mengabaikan pemberantasan kekerasan agama yang kedua, yakni intolerasi beragama. “Yang terorisme sifatnya sporadis, intoleransi sifatnya sehari-hari. Ini rentan timbulkan situasi seperti demo-demo atas nama agama,” Alissa mengatakan, intoleransi beragama merupakan dampak ekslusivisme agama. Artinya, agama mayoritas menganggap kelompoknya lebih berkuasa dibandingkan kelompok agama

114

minoritas.. Alissa menyayangkan tindakan polisi yang kurang responsif untuk melindungi masyarakat yang masuk ke dalam kelompok minoritas itu. Alissa memberi contoh, kelompok tertentu melarang umat Islam mengucapkan selamat hari raya Natal bagi umat kristen. Intensitasnya semakin kencang dati tahun ke tahun. Bahkan, mulai muncul resistensi dalam penggunaan atribut Natal,” kata Alissa (Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2017/08/29/11044881/alissa-wahid-negara-sukses-berantas-terorisme-tapi-abaikan-intoleransi. Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita)

Tanya: Apakah intoleransi antar agama disebabkan karena kurangnya komunikasi?

Jawab: Prof. Azyumardi Azra mengingat bahwa intoleransi keagamaan jelas tak bisa direduksi menjadi sekadar karena

kurangnya komunikasi atau miskomunikasi di antara komunitas beragama berbeda. Boleh jadi, komunikasi dan silaturahim ada di antara mereka, tetapi psike intoleran yang tersembunyi di bawah kesadaran dan lubuk hati terdalam tetap lebih hegemonik. Karena itu, komunikasi dan interaksi yang terjadi di antara umat atau komunitas agama berbeda bisa dikatakan tidak ikhlas: menjadi tidak lebih sekadar basa-basi belaka. Intoleransi keagamaan juga tidak bisa dikatakan disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi komunitas keagamaan berbeda. Masyarakat yang kurang berpendidikan atau ekonomi lemah sering justru tidak menunjukkan sikap intoleran yang agresif: mereka umumnya damai. Tapi mereka rentan terhadap provokasi dan hasutan mereka yang jauh lebih terdidik dan berpengetahuan (Kolom opini Republika, Kamis 30 Juli 2015)

Tanya: bagaimana cara meredam radikalisme?

Jawab: Pencegahan perilaku radikal ini paling efektif jika bisa dilakukan pada tingkat keluarga,

mengingat keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dan dipercaya oleh individu. Keluarga-keluarga di Indonesia harus dibekali dan diberi kemampuan untuk mengenali, mendeteksi dan mencegah perilaku radikal. Pengenalan ini bisa dilakukan dengan media kegiatan yang melibatkan ibu-ibu pada aktifitas sosial kemasyarakatan dan keagamaan. Pihak Pemerintah (Kementrian Agama dan Pemerintah Daerah) seyogyanya

115

bekerjasama dengan Lembaga-lembaga agama dan masyarakat dalam bentuk program konseling dan pendampingan oleh orang-orang yang dipercaya..

Pengetahuan tentang bahaya idologi radikal perlu dibekali kepada ibu-ibu di Indonesia. Peranan seorang ibu dalam keluarga sangat vital karena akan mempengaruhi pola pikir anak-anaknya. Jika seorang ibu mempunyai daya tangkal yang baik terhadap ideologi radikal maka besar kemungkinan anggota keluarga tersebut dapat terlindungi (Stanislaus Riyanta, pengamat terorisme, mahasiswa doktoral bidang Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia).

Tanya: Bagaimana kondisi toleransi di Indonesia saat ini, setelah masa reformasi dan demokratisasi?

Jawab: Situasi tidak menggembirakan. Misalnya menurut survei Setara Institute, Jakarta adalah kota intoleran No. 1 di negeri

ini. Temuan survei PPIM UIN menunjukkan bahwa 80% dosen, guru, dan mahasiswa di Indonesia setuju dengan pelarangan terhadap agama minoritas. Hasil survei SRMC menunjukkan bahwa 39,4% responden merasa adanya ancaman dari paham agama-agama minoritas tertentu. Laporan survei CSIS menyatakan bahwa 50% kaum muda tidak menerima pemimpin yang berbeda agama. Demikian pula riset INFID menunjukkan bahw 55, 6% responden menyebut Ahmadiyah, Syiah, Gafatar adalah sesat dan tidak boleh tumbuh. Sementara itu survei ALVARA menunjukkan bahwa 27,6% kaum profesional mendukung Perda Syari’ah, sedangkan 19,6% setuju Jihad untuk mendirikan negara Islam di Indonesia. (Sumber: Konferensi Human Rights Cities 2017, diselenggarakan oleh INFID, 5-6 Desember 2017, di Hotel Manhattan, Jakarta).

Tanya: apakah bedanya antara konsep Toleransi dan Solidaritas manakah yang seharusnya lebih ditekankan?

Jawab: Saat ini yang lebih ditekankan di masyarakat kita selalu toleransi. Konsep pluralisme atau kemajemukan

secara sosiologis memang lebih menekankan pada pengertian bahwa kita berbeda-beda, kita masih merasa berbeda dan terpisahkan bahkan tersekat-sekat. Lalu demi menjaga “keharmonisan”, kita selalu berusaha menahan diri walaupun mungkin merasa “tidak nyaman”. Karena itulah perlu toleransi yang berasal dari bahasa Latin “tolere” yaitu “bisa menahan

116

diri”. Apakah kita masih tetap ingin bertahan menjadi masyarakat yang hubungannya minimalis seperti ini? bila kita gagal menahan diri maka terjadilah “pertempuran”. Kita semua tahu bahwa toleransi di masyarakat kita sudah mulai merosot. Misalnya semakin banyak orang yang merasa bahwa menucapkan selamat pada hari besar masyarakat beragama lain, atau memasuki tempat ibadah agama lain sebagai sesuatu yang dilarang oleh agama. Sikap lain yang amat berbahaya adalah mengkafirkan umat beragama lain. Yang perlu dirubah adalah sikap mengkafirkan golongan lain, bukan hanya sekedar kemampuan menahan diri.

Bagaimana mungkin aksi teror yang telah mencederai dan membunuh orang-orang tak berdosa (dari berbagai golongan) secara licik dan biadab, bisa dianggap oleh 36% mahasiswa kita sebagai sesuatu yang bisa dimengerti dan boleh dilakukan bila perlu. Berarti masalahnya bukanlah kebodohan tetapi kesalahan proses sosialisasi. Golongan beraliran radikal pasti telah bergerak dengan lebih cepat dan militan, mereka sudah masuk begitu dalam di ranah Pendidikan kita baik formal (sekolah), non formal (organisasi) dan informal (di rumah dan komunitas).

Tanya: Apa yang harus kita lakukan?

Jawab: Sikap Toleransi jelas sangat kita butuhkan, tetapi kita seharusnya mendasarkan Integrasi

nasional kita pada konsep yang secara sosiologis lebih mendalam, menenangkan, menguatkan yaitu konsep solidaritas. Konsep ini terasa lebih dalam jangkauannya, bukan sekedar mampu atau mau menahan diri pada kehadiran golongan lain yang berbeda, tetapi siap mencurahkan perhatian, pikiran serta kepedulian pada mereka bahkan memberikan bantuan disaat diperlukan. Moralitas semacam ini sebenarnya sudah hidup dan berkembang juga di masyarakat kita, tetapi kata toleransi lebih banyak ditekankan dan dikampanyekan oleh para tokoh agama dan pemerintah, seolah-olah kita memandang itu sudah cukup. Padahal hanya dengan konsep “toleransi” itu, kita tak pernah bisa mencapai kondisi masyarakat yang benar-benar multi kultur yang menekankan bahwa kita adalah satu masyarakat tetapi memiliki kebudayaan yang bermacam-macam “berbeda tetapi tidak membeda-bedakan”. Konsep multi kultur harus berpijak pada mentalitas solidaritas yaitu harus melampaui batas-batas perbedaan (suku, agama dsb).

117

Tanya: Bagaimana hal itu dikaitkan dengan konsep modal sosial?

Jawab: Di dalam sosiologi ditekankan konsep modal sosial yang perlu dikembangkan untuk memperoleh masyarakat yang baik

(good society), tetapi kita tidak cukup hanya mengembangkan ikatan sosial antar kelompok yang sama (bonding social capital) namun kapital sosial yang mengikat hubungan dengan kelompok lain (bridging social capital). Sedangkan, Pemerintah memiliki kewajiban untuk mendekatkan atau melekatkan semua golongan itu (linking social capital). Oleh karena itu Pemerintah tidak cukup hanya mampu menghancurkan terorisme, tetapi harus mampu menggerakkan civil society untuk bisa saling bergandengan tangan dengan berbagai golongan yang berbeda.

Berdasarkan program Pemerintah diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan Gerakan Indonesia Bersatu adalah:

1. Meningkatkan nasionalisme dan memperkuat jatidiri bangsa Indonesia

2. Meningkatkan kehidupan yang harmonis tanpa adanya diskriminasi terhadap kaum minoritas dan marjinal

3. Meningkatkan perilaku yang mendukung kehidupan berdemokrasi.

118

Contoh program serta tindakan yang perlu dilakukan untuk menciptakan Indonesia Bersatu.

• Segala lembaga yang mempunyai peran pendidikan: sekolah, tempat ibadah, organisasi kemasyarakatan, partai dsb. perlu memantapkan visi dan misinya sebagai lembaga yang berfungsi memperkuat solidaritas dan toleransi antar golongan.

• Pemerintah perlu mensosialisasikan gerakan Indonesia bersatu dengan cara mendorong pembuatan film layar lebar dan/atau miniseri yang popular dengan tema Persatuan Indonesia. Setelah itu Pemerintah harus memberi kesempatan masyarakat untuk nonton bersama melalui layar tancap di kampung-kampung dan desa-desa di seluruh pelosok tanah air.

• Menyelenggarakan dialog dan festival budaya (bukan berdiskusi atau berdebat) antar golongan di media massa dan di semua Perguruan Tinggi.

• Para seniman perlu didorong untuk melakukan “proyek hibrida seni budaya” yakni percampuran secara kreatif produk-produk kesenian seluruh nusantara seperti tari, ukiran, lukisan dan sebagainya. Dengan demikian kita bisa menghasilkan produk baru budaya nusantara yang semakin inovatif.

• Perkembangan dunia digital harus diimbangi dengan program “literasi digital” di sekolah-sekolah bahkan di semua pelosok kampung dan di desa, sehingga kecerdasan masyarakat bisa ditingkatkan untuk melawan berbagai provokasi, ujaran kebencian, hoax dsb. Dunia virtual harus bisa menjadi kekuatan untuk menggalang kesatuan bangsa, bukan sebaliknya.

119

BAB VIKIAT-KIAT REVOLUSI MENTAL

“Jangan selalu menekankan pada petuah-petuah yang muluk-

muluk dan abstrak. “

120

Tanya: Apa kiat-kiat praktis sehari-hari untuk menggerakan RM di sekitar kita?

Jawab:

Berikut ini beberapa kiat praktis sebagai contoh:

a) Dalam rangka RM, Pemerintah bersama masyarakat harus aktif mengkampanyekan RM disetiap kesempatan dan setiap tempat. Termasuk kita bisa menghidupkan kembali tradisi lama di jaman Orba dalam penanaman nilai-nilai kepada masyarakat. Kita ingat, pemerintah selalu menyapaikan pesan-pesan di gedung Bioskop sebelum film mulai, sehingga perhatian semua orang di gedung itu mengarah kesana. Di jaman Reformasi kebiasaan itu dihilangkan, padahal kita bisa menggunakan cara yang sama untuk menyampaikan pesan-pesan Revolusi Mental terutama pada generasi yang baru. Olahraga pagi di sekolah juga merupakan tradisi yang sekarang banyak ditinggalkan, padahal kebiasaan ini bisa dikaitkan dengan semangat RM. Kerja bakti bersih-bersih di sekolah juga tradisi yang bisa dikaitkan dengan RM. Di masa lalu di sekolah ada “sistem piket”, setiap siswa pada hari tertentu secara bergantian diberi kewajiban untuk bertanggungjawab penuh terhadap kebersihan di sekolah. Tradisi ini baik supaya setiap siswa

121

diajari untuk memegang tanggungjawab. Sayang di beberapa sekolah tradisi ini dianggap sudah kuno, tanggungjawab kebersihan malah 100% diserahkan pada pesuruh sekolah, padahal di negara lain tradisi ini justru masih dipertahankan. Kita juga pernah mendengar tentang “Warung Kejujuran” dimana setiap pembeli boleh bertransaksi tanpa diawasi. Warung ini kabarnya banyak yang bangkrut di sekolah-sekolah, kemudian ditutup. Sebenarnya warung seperti ini harus terus dipertahankan untuk mendidik nilai kejujuran pada para siswa kita. Di masa Orba ada tradisi yang patut dipertahankan yaitu adanya petugas “pendampingan” seperti pendamping KB, pendamping petani, nelayan (extension worker) dsb. Mereka mendampingi sambil menanamkan nilai-nilai. Pendek kata, RM tidak cukup hanya disampaikan melalui ceramah tetapi tindakan (action) yang nyata.

b) Kita bisa melakukan “value attacks” yaitu: mengingatkan secara bertalu-talu suatu perilaku pada saat itu juga: misalnya pengumuman jangan buang sampah di stasiun, pasar, tempat-tempat umum, pengumuman untuk memberi tempat duduk buat orang tua, penyandang disabilitas, antri yang tertib, pengumuman ketertiban buat pedagang kaki lima dsb. Oleh karena itu di setiap tempat-tempat umum perlu dipasang stiker yang menyampaikan pesan ini secara menarik, sangat perlu pula dipasang pengeras suara yang selalu mengingatkan pada khalayak ramai. Idealnya dilengkapi juga dengan satpam yang siap melakukan kontrol.

c) Di setiap keramaian atau kerumunan harus selalu ada orang yang memberikan pengumuman/pesan-pesan tentang perilaku yang relevan, misalnya di setiap acara “car free day” harus ada orang yang memegang pengeras suara untuk senantiasa mengingatkan orang-orang agar tidak buang sampah sembarangan. Sebaiknya ada orang (relawan atau petugas) yang memberi contoh dengan membawa tempat sampah untuk memungut sampah yang dibuang sembarangan.

d) Setiap Lembaga (sekolah, Kantor bahkan tempat-tempat ibadah atau RT/RW) perlu menempelkan stiker untuk menjaga kebersihan dan ketertiban di semua tempat. Dalam hal ini kita dapat mencontoh Singapore yang sampai dijuluki “kota stiker” karena banyak sekali

122

tempelan stiker yang selalu mengingatkan masyarakat untuk menjaga ketertiban.

e) Dibawah ini adalah contoh selebaran dari program Sekolah Hijau (Green School).

Tanya: Manakah yang lebih efektif pendidikan karakter dilakukan melalui rumah atau sekolah?

Jawab: Kedua institusi itu pasti masing-masing memiliki kekuatannya sendiri, tetapi pendidikan di rumah perlu

didukung bahkan dipelopori oleh Sekolah. Oleh karena itu, Pemerintah sebaiknya membuat Kebijakan untuk lebih menekankan pada peran lembaga sekolah, sebab:

• Lembaga ini sudah memiliki struktur yang rapih mulai dari tingkat Nasional sampai lokal. Segala kebijakan bisa mengalir dari atas sampai bawah melalui hirarki kekuasaan yang jelas.

• Punya system pembiayaan yang jelas dan pasti.

• Tidak berdasarkan hubungan persaudaraan (seperti keluarga) sehingga semua kegiatan bersifat rasional dan dapat diinstruksikan secara lebih tegas.

123

• Tidak terikat oleh tradisi nenek moyang (seperti keluarga), sehingga bisa berubah secara cepat dalam waktu singkat bila diperlukan. Lembaga Sekolah akan sanggup menerima perubahan lebih cepat dan efektif daripada lembaga keluarga.

• Setiap pimpinan sekolah bertanggungjawab pada lembaga diatasnya sehingga segala program perubahan bisa dikontrol dari atas dan dipertanggungjawabkan. Sedangkan Rumah merupakan lembaga yang lebih independen terhadap Pemerintah dan secara budaya sangat terikat oleh tradisi-tradisi yang mengikat secara irasional.

Maka melakukan perubahan karakter siswa melalui sekolah sebetulnya merupakan suatu program yang relatif lebih mudah dan sangat diperlukan untuk mendukung pendidikan di Rumah. Maka dengan suatu political will yang kuat dan konsisten, melalui sekolah sebetulnya Pemerintah bisa melakukan pendidikan Karakter dengan lebih efektif.

Tanya : Apa kiat melakukan Pendidikan Karakter di Sekolah?

Jawab :

Berikut kiat melakukan Pendidikan Karakter:

• Perubahan karakter di sekolah sebetulnya bisa secara relatif terjadi dengan cepat, terutama bila dilakukan secara terfokus. Jangan selalu menekankan pada petuah-petuah yang muluk-muluk dan abstrak. Sebaiknya kita fokus pada target yang konkrita yaitu misalnya kebersihan toilet sekolah. Kalau usaha itu benar-benar dilaksanakan sampai ada hasilnya (walaupun kecil), maka semua warga sekolah itu akan merasakan bahwa Revolusi Mental telah terjadi di sekolahnya, mereka akan menikmati manfaatnya dan pencapaian ini akan bisa meningkatkan kepercayaan diri, merangsang motivasi mereka untuk bergerak pada program-program lainnya yang lebih besar. Setiap aksi akan menghasilkan suatu kesan positif pada setiap orang dan akan membuat perubahan cara berpikir, sikap serta perilaku. Inilah sebenarnya yang harus bisa dihasilkan oleh RM. Jangan sampai hanya berhenti pada slogan kosong.

124

• Setiap program yang sudah disepakati harus benar-benar didukung oleh kebijakan dan peraturan sekolah yang konsisten dan tegas.

• Buat tindakan-tindakan pemicu (memasang berbagai stiker, pengeras suara, pengumuman dsb.), Inilah akar dari munculnya suatu gerakan.

• Perlu juga mengadakan diskusi antar seluruh warga sekolah (mulai dari Kepala Sekolah, guru, siswa, pegawai, pesuruh sampai para pedagang di sekolah itu) untuk mencari kesepakatan bersama tentang hal-hal yang perlu dilakukan (diprioritaskan), hal ini perlu untuk menciptakan rasa ikut memiliki dan untuk saling menguatkan motivasi.

• Ciptakan tradisi-tradisi baru yang lebih baik (misalnya saling mengingatkan, saling menegur, melakukan piket dsb.).

• siapkan aturan dan prosedur yang jelas dan mudah diikuti dan siapkan infrastruktur yang diperlukan secara memadai (menyediakan tempat sampah yang cukup dsb),

• Siapkan mekanisme kontrol sosial yang konsisten baik yang bersifat resmi (oleh petugas sekolah) maupun tidak resmi (pengawasan antar siswa sendiri).

• Semua program yang diluncurkan harus terus dilakukan dan dipertahankan sampai berhasil. Jangan meninggalkan program yang belum berhasil. Karena itu mulailah dari yang paling praktis.

Piket di sekolah merupakan

salah satu cara mewujudkan

Revolusi Mental

125

• Sebagai bahan pemicu awal agar menarik perhatian dan minat para siswa di setiap sekolah, sebaiknya ditayangkan bahan audio visual pembanding dari tempat lain kalau perlu dari luar negeri. Setelah menonton bersama, bukalah forum diskusi untuk menentukan apa yang bisa kita buat di tempat kita.

• Buat suatu program pemicu misalnya dengan menempelkan stiker, poster, gambar yang bisa merangsang motivasi.

• Buatlah program aksi secara mudah dan menyenangkan sehingga ada rasa fun, bangga, semangat dsb.

126

127

BAB VIIMAMPUKAH KITA BERUBAH?

“Tindakan struktural Pemerintah telah memfasilitasi rakyat untuk

berevolusi..!! “

128

Tanya: Apakah ada contoh keberhasilan RM di masyarakat kita?

Jawab: Pertanyaan ini penting sekali untuk dijawab, sebab ini akan memberikan suatu kepercayaan diri pada kita semua

bahwa RM bukanlah sesuatu yang tidak mungkin atau sangat sulit untuk dilaksanakan di negeri kita ini. Di bawah ini beberapa contoh kesuksesan perubahan mental di Indonesia:

1. Mengenakan sabuk pengaman: saat ini memang masih banyak pengemudi yang belum peduli dengan sabuk pengaman, tetapi sudah mulai banyak juga yang secara otomatis menggunakan sabuk pengaman. Kemajuan ini belum terlalu memuaskan, tetapi sudah patut kita catat. Penggunaan helm di masyarakat kita memang masih jauh dari sempurna, tetapi bila kita lihat sehari-hari di jalan raya (sekurang-kurangnya di kota besar) sudah mulai banyak yang menggunakan helm.

2. Kebersihan WC umum: Kira-kira sepuluh tahun yang lalu WC umum di Indonesia termasuk yang terjorok di dunia (disamping Cina dan India), sekarang kondisinya jauh lebih baik, bahkan mungkin lebih baik daripada India dan Cina.

129

3. Dilarang merokok di tempat umum: Saat ini memang masih banyak orang yang merokok di tempat umum, tetapi saat ini tidak bisa kita bayangkan lagi ada orang merokok di gedung bioskop, di pesawat, atau kendaraan umum lainnya dibandingkan dengan 10 tahun lalu.

Gambaran-gambaran diatas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai potensi untuk berubah kearah yang lebih baik. Persoalannya adalah apakah ada dorongan yang konsisten terutama dari pihak Pemerintah. Jadi masuk akal bahwa RM ini mula-mula didorong oleh pihak Pemerintah, kemudian rakyat harus menyambut dorongan itu dengan suatu gerakan sosial.

Berikut ini secara khusus akan kita saksikan dua “revolusi” penting yang terjadi di masyarakat kita yaitu: Sungai bersih di Jakarta dan Surabaya. Akhir-akhir ini warga di kota-kota itu melihat sendiri bahwa sungai-sungai mulai bersih dan enak dipandang, bahkan di beberapa kampung anak-anak mulai mau berenang lagi di sungai. Ini adalah hasil kerja keras dan tulus dari Pemerintah Kota. Kita menyadari bahwa kebersihan sungai di kota Jakarta dan Surabaya masih belum merupakan perubahan yang stabil. Kita semua harus mewaspadai bahwa keadaannya akan kembali seperti semula, apalagi bila seluruh warga Kota tidak ikut peduli.

Dahulu

Revolusi di sungai kita

130

Ini adalah pemandangan biasa di sungai-sungai kota besar…Jakarta, Surabaya dll.

Dengan kepemimpinan yang baik, di Jakarta dan Surabaya dilakukan aksi membersihkan sungai...

131

Saat ini

Pemandangan sungai sekarang

Ini sungaiku!!!

Anak-anak berani lagi mandi di sungai…..

132

Tanya: Apakah ini bukti telah terjadinya Revolusi Mental?

Jawab: Dari kasus di atas kita belajar bahwa pemicu awal dari kebersihan sungai di Jakarta dan Surabaya

adalah kebijakan dari Pemerintah Kota (faktor struktural) yang militan dan konsisten. Saat ini pola perilaku (bagian dari mental) masyarakat mungkin belum sepenuhnya berubah, tetapi setidaknya mereka mulai merasakan manfaat dan kenyamanan dari sungai yang bersih. Inilah yang nantinya akan menjadi pendorong bagi mereka untuk mulai menyadari pentingnya kebersihan dan keinginan mempertahankan kebersihan sungai mereka. Inilah awal atau permulaan dari suatu Revolusi Mental.

Dahulu

Revolusi di kereta api kitaRevolusi lainnya adalah “Wajah Kereta Api” kita: Ini adalah contoh perubahan yang paling telak dan meyakinkan. Kira-kira 10 tahun lalu kita masih menyaksikan penumpang KA diatas atap. Sekarang tidak lagi! Bila kita naik KA akan nampak banyak perbaikan mentalitas para penumpangnya. Dalam hal ini Indonesia sudah jauh meninggalkan India misalnya. Mari kita saksikan gambar dibawah ini:

133

Dulu para penumpang merasa, naik diatas atap Kereta adalah sesuatu yang wajar. Di depan mata semua orang kejadian yang nampak “biadab” ini terjadi.

Polisi dan aparat apapun merasa kewalahan, seolah tidak ada cara untuk memecahkan masalah ini. Di dalam KA pun kondisi sangat memprihatinkan.

Pintu tidak tidak tertutup, lantai berserak sampah, pengamen bergentayangan dsb. Sampai suatu ketika seorang Jonan yang diberi wewenang sebagai Dirut

PTKAI melakukan suatu “gebrakan” yang beretos : berani, tegas, konsisten menerapkan aturan-aturan yang disertai teknologi yang standar bagi sistem

perkeretaapian modern, maka hasilnya.

134

Saat iniPenumpang diatas atap telah lenyap. Di masa lalu hal itu dianggap mustahil.

Tidak ada seorangpun tanpa tiket bisa masuk ke stasiun berkat pintu besi yang tak pandang bulu. Suasana di dalam KA jauh lebih tertib dan nyaman. Selalu

ada pengeras suara yang mengarahkan tata-terib para penumpang. Tindakan struktural Pemerintah telah memfasilitasi rakyat untuk berevolusi..!!

Kalau perlu mesin bisa membantu...

135

PENUTUP

Karakter suatu bangsa bukanlah takdir...Kita bisa berubah ,tidak ada kata mustahil !!!Revolusi Mental adalah tekad Bangsa !!!Ini adalah taruhan masa depan ...demi harga diri kita...Jangan berpikir proyek, mari bergerak bersama...Jangan ada basa-basi lagi !!!Jangan tunggu instruksi atau perintah ... Mulailah dari diri sendiri , namun segeralah tularkan semangatmu...Gerakkan lingkungan sekitarmu!!

Ayo berubah!!!

136

REFERENSIAllport, G. W. 1937. Personality: A Psychological Interpretation. New York:

Holt. Haven: Yale University Press.

Hartono, M.,D (2014). Revolusi mental bangsa. The Geo Times Magazine. Jakarta: 30 Juni-6 Juli 2014. P6.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press. Hal 42

Jokowi-JK. (2014). Kerangka Akademik jalan Perubahan untuk Indo-nesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Jakarta.

Mohammed Benyamin (2014). Bung Karno mendukung revolusi mental. www.youtube.com/watch?v=3IYYbeWkxPU.

Rokeach, M. (1973). The nature of human values. New York: Free Press.

Timur Subangun, (2014). Revolusi mental ala Bung Karno. (Kontribu-tor Berdikari Online). Diakses dari http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20140707/revolusi-mental-ala-bung-karno.html

Wirutomo,P.(2012). Sosiologi untuk Jakarta. Jakarta: Lembaga Pem-berdayaan Masyarakat Jakarta.

Wirutomo et al. (2011a). Pengembangan Indeks Pembangunan Sosial bagi Sektor Informal di Kota: Studi KasusKota Depok dan Surakarta. Un-published Research Report. Collaboration Research between Labso-sio Department of Sociology University of Indonesia and Depok Local Government.

Wirutomo et al. (2011b). Social Development Policies on Informal Sector in Solo. Journal of Administrative Science & Organization: Bisnis & Bi-rokrasi, 18, 92-107.

Wirutomo, P. (2012). Defining Social Development: A case study on Infor-mal sector in Solo. Paper presented in International Seminar “Social Development”. Jogyakarta – Indonesia.

Wirutomo, P. (2014). Sociological Reconceptualization of Social Develop-ment: With Empirical Evidence from Surakarta City, Indonesia. Asian Social Science;Vol 10, no. 11; 2014.

137

SUMBER GAMBARhttps://pxhere.com/id/photo/1183808

https://pxhere.com/id/photo/70963

https://pxhere.com/id/photo/657816

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Pura_tanah_lot_sunset_no3.jpg

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Komodo_Dragon_AdF.jpg

https://pxhere.com/no/photo/660739

http://www.republika.co.id/berita/nasional/pemprov-jabar/16/10/17/of65r5284-lipi-buka-pusat-pelatihan-biodiversitas-laut

https://pxhere.com/id/photo/763567

http://petirhitam.blogspot.co.id/2017/09/contoh-slogan-dan-gam-bar-poster-bertema.html

http://www.indoawesome.com/2016/06/masa-depan.html

http://www.eibroo.com/tempat-terindah-di-dunia/2/

https://pixabay.com/id/borobudur-candi-asia-indonesia-2145419/

https://pixabay.com/id/lukisan-tabel-bali-hutan-burung-1090962/

http://ganesa.comxa.com/1_11_PELATIHAN-PRESTASI.html

http://archive.rimanews.com/olahraga/raket/read/20150616/218912/Raih-Tiga-Emas-Bulutangkis-Indonesia-Juara-Umum-SEA-Games-2015

http://www.viva.co.id/foto/showbiz/2848-desak-desakan-demi-justin-bie-ber

http://www.silanghati.com/ini-tipe-pengendara-kendaraan-bermotor-di-jalan-raya/#

https://www.kaskus.co.id/thread/5651a06331e2e683328b456c/pelangga-ran-lalu-lintas-yang-sering-terjadi/

https://dhila13.wordpress.com/2010/06/23/laki-laki-silahkan-duduk-per-empuan-silahkan-berdiri/

http://jacohouse.blogspot.co.id/2013/04/#

138

https://pxhere.com/id/photo/661535

http://sp.beritasatu.com/politikdanhukum/inilah-kronologi-suap-yang-diterima-hakim-ptun-medan/92028

https://metro.tempo.co/read/431997/satgas-anak-tolak-penggabungan-sma-6-dan-70

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasion-al/13/10/08/mucj2u-razia-obat-berbahaya-polisi-temukan-sajam-di-tas-pe-lajar

http://www.antaranews.com/berita/466304/ikut-tawu-ran-siswa-langsung-dikeluarkan-dari-sekolah

https://news.okezone.com/read/2015/08/21/338/1200168/kasat-pol-pp-tak-menyangka-penggusuran-berujung-ricuh

http://www.aktual.com/140456warga-kumpulkan-barang-bekas-keba-karan-di-kebon-melati/

https://pixabay.com/id/laut-nelayan-perahu-gelombang-2131249/

https://news.okezone.com/read/2012/03/20/373/596385/ub-lapan-bantu-nelayan-tangkap-ikan

https://aliffira.wordpress.com/2014/11/23/jakarta-dan-kengerian-manusia/

http://www.huntnews.id/p/detail/219030501451042?uc_param_str=dn-frpfbivesscpgimibtbmntnijblauputoggdnw&pos=1465708440006&chan-nel=tag_headlines&chncat=tags_indonesian

http://beritadaerah.co.id/2014/01/27/tumpukan-sampah-pasca-ban-jir-di-pantai-karangsong-indramayu/

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/05/13/opw347415-akademisi-penolak-larangan-cantrang-mayoritas-ne-layan-kapal-besar

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 Foto No. 8

http://www.bukabuku.com/browses/product/9786020305806/jalan-ke-mandirian-bangsa.html

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 Foto No.16

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 Foto No.22

139

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 Foto No.1 (Juara 1)

Lomba Komik Revolusi Mental Tahun 2017 (Juara 3)

https://sabarsubadri.com/2011/06/10/sakit/

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 No. 9

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 No. 3 Juara 3

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 No. 18

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 No. 14

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 No. 21

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 4

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 No. 17

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 1

https://www.slideshare.net/Nurlianaumar/paparan-gerakan-nasional-rev-olusi-mental?from_action=save

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 No. 19

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 No. 23

Lomba Komik Revolusi Mental Tahun 2016 (Juara 2)

Lomba Komik Revolusi Mental Tahun 2016 (Juara Favorit)

http://birokrasinews.com/read/2016/08/27/1246/di-nas-kebersihan-dan-pertamanan-denpasar-gelar-pamer-an-daur-ulang-sampah-dan-gerakan-kebersihan-lingkungan

https://faktadanviral.com/10-sungai-paling-tercemar-di-dunia/

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 11

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 13

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 18

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 2

Lomba Komik Revolusi Mental Tahun 2016 (Juara 3)

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 3

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 8

140

http://photo.liputan6.com/read/2340993/ratusan-siswa-dukung-gera-kan-cuci-tangan?page=1

https://pramuka.or.id/peserta-kemah-kesehatan-nasional-ke-iii-ajarkan-anak-anak-sd-tk-dan-paud-gosok-gigi-dan-cuci-tangan/

http://kknm.unpad.ac.id/cipulus/2017/02/14/diary-kkn-penyulu-han-sikat-gigi-dan-cuci-tangan-tk/

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/12/30/o05v5c361-ancol-adakan-lomba-bersihbersih-usai-malam-tahun-baru

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/02/14/greenara-tion-blend-targetkan-sampah-jakarta-berkurang-pada-2020

https://kabarsukabumi.wordpress.com/2011/06/20/lomba-gerakan-ke-bersihan-lingkungan-desa-tema-desaku-bersih-desaku-sehat-desaku-ma-ju/

https://informazone.com/contoh-poster-bertema-lingkungan/

http://www.lpm-paradigma.org/2013/11/jaga-kebersihan-kampus-kita-yuk-kk.html

https://www.slideshare.net/Nurlianaumar/paparan-gerakan-nasional-rev-olusi-mental?from_action=save

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2017 No. 2 (Juara 2)

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 10

Lomba Foto Revolusi Mental Tahun 2016 ( 20 Nominasi Terbaik) No 5

Lomba Komik Tahun 2016 ( Juara 1)

http://www.suaramadani.com/2017/10/wakil-ketua-mpr-indonesia-da-lam-ancaman.html

http://ekonomi.kompas.com/read/2016/08/24/112344726/asing.kuasai.migas.indonesia.

http://baniexperience.blogspot.co.id/2011/06/potensi-indonesia.html

http://sumberrizki.com/belajar-cara-jadi-kaya-dari-5-buku-para-miliarder-dunia-detail-46306.html

http://batam.tribunnews.com/2014/12/06/foto-foto-penenggelaman-kapal-asing-pencuri-ikan-di-laut-anambas

141

http://situspertanians.blogspot.co.id/2015/12/jenis-tanaman-hidroponik.html

https://votreesprit.wordpress.com/2013/04/12/jangan-tinggalkan-dun-ia-pertanian-ya-ikhwah/

https://news.okezone.com/read/2016/08/19/337/1467511/bertolak-ke-su-mut-presiden-jokowi-weekend-di-danau-toba

http://riaueksis.com/read-1-4338-2016-08-03-kapolres-kampar-beber-kan-beberapa-langkah-mengantisipasi-terjadinya-konflik-berbau-sara.html

https://www.slideshare.net/Nurlianaumar/paparan-gerakan-nasional-rev-olusi-mental?from_action=save

http://lingkunganbersihantinoda.blogspot.co.id/2015/11/menjaga-kebersi-han-lingkungan-sekolah.html

http://www.zeropromosi.com/2015/08/fakta-unik-jepang-yang-sangat-sayang.html

http://kebersihan16122012.blogspot.co.id/2013/02/kebersihan.html

http://blog.reservasi.com/aturan-sekolah-di-jepang/

https://informazone.com/contoh-poster-bertema-lingkungan/

http://www.munsypedia.com/2013/02/6-tempat-paling-berbaha-ya-dan-beracun-di-dunia.html

https://faktadanviral.com/10-sungai-paling-tercemar-di-dunia/

http://www.housing-estate.com/read/2014/04/04/seluruh-kali-di-jakarta-akan-bersih-pada-2015/

https://www.kompasiana.com/4gama/12-taman-sulap-wajah-jakar-ta_54f72ec1a3331139718b46d6

https://twitter.com/dicubit69/status/790582422853201920

http://taufiqurokhman.com/ada-37-ribu-warga-dki-yang-masih-buang-air-sembarangan/

http://kaltim.tribunnews.com/2016/05/10/seumur-umur-gue-yang-lahir-di-jakarta-nggak-pernah-lihat-anak-anak-maen-di-kali-serius-nih

142

https://wijinurhayat.blogspot.co.id/2015/09/kisah-atapers-sang-penump-ang-atap-kereta.html

https://www.kompasiana.com/kompasiana/perkembangan-commut-er-line-dalam-catatan-kompasianer_54f5e1f9a33311c7728b457f

https://metro.tempo.co/read/323288/pt-ka-janji-perketat-larangan-naik-ke-atap-kereta-mulai-april

https://www.brilio.net/duh/potret-miris-sampah-berserakan-di-commut-er-line-ini-bikin-ngelus-dada-1706297.html#

http://www.n-sharyo.co.jp/business/tetsudo_e/pages/zindonesia.htm

http://bogor.tribunnews.com/2016/07/07/mau-jalan-jalan-ke-ancol-naik-kereta-ini-rutenya

http://intankirana19.blogspot.co.id/2015/09/

https://www.kompasiana.com/amadsudarsih/ini-lho-tugas-pkd-di-stasi-un-krl-commuter-line_560e09496b7e613e05d76e80