Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

download Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

of 20

description

udara dingin dengan perbukitannya, itulah Bandung, dengan di apit oleh gunung-gunung indah, ini adalah data dasar gunungapi tangkuban parahu dengan referensi dari website terbitan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Jalan Diponegoro Nomor 57 Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Transcript of Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    1/20

    G. TANGKUBANPARAHU, JAWA BARAT

    KETERANGAN UMUM

    Nama Kawah : Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru, Kawah Lanang,

    Kawah Ecoma, Kawah Jurig, Kawah Siluman, Kawah

    Domas, Kawah Jarian dan Pangguyangan Badak

    Lokasi

    a. Geografi Puncak

    b. Administrasi

    :

    :

    646 LS dan 10736BT

    Kab. Subang dan Kab. Bandung, Propinsi Jawa Barat.

    Kota Terdekat : Parongpong, Lembang

    Ketinggian : 2087 m dpl, 1300 m di atas dataran tinggi Bandung

    Tipe Gunungapi : Strato

    PENDAHULUAN

    Cara Mencapai Puncak

    Puncak G. Tangkubanparahu dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda 4

    dari kota Bandung dan Lembang di sebelah selatan dan kota Subang dan Jalan Cagak di

    sebelah utara timurlaut.

    Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi

    Erupsi G.Tangkubanparahu telah menghasilkan banyak batuan yang bernilai

    ekonomis. Hasil erupsi tersebut terdiri atas batuan keras (lava), pasir/ tras, lapisan abu

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    2/20

    halus warna hitam yang biasa disebut tanah Lembang. Disamping itu juga terdapat

    travertin dan mata air panas yang merupakan hasil tidak langsung dari kegiatan

    gunungapi.

    Wisata

    Nama TangkubanPerahu sangat lekat dengan sebuah legenda tanah Sunda yang

    sangat terkenal, yaitu Sangkuriang. Tujuan wisata G. Tangkuban Perahu terletak di

    beberapa kawahnya. Tangkubanparahu terakhir meletus pada tahun 1910, memiliki 9

    kawah yang masih aktif hingga sekarang. Banyaknya erupsi yang terjadi dalam 1,5 abad

    terakhirlah yang menyebabkan banyaknya kawah - kawah pada gunung Tangkuban

    Perahu. Kawah-kawah tersebut adalah Kawah Ratu, Upas, Domas, Baru, Jurig, Badak,

    Jurian, Siluman dan Pangguyungan Badak. Di antara kawah-kawah tersebut, Kawah Ratu

    merupakan kawah yang terbesar, dikuti dengan Kawah Upas yang terletak bersebelahan

    dengan kawah Ratu. Beberapa kawah mengeluarkan bau asap belerang, bahkan ada

    kawah yang dilarang untuk dituruni, karena bau asapnya mengandung racun.

    SEJARAH LETUSAN

    Erupsi Tangkubanparahu dicirikan oleh erupsi eksplosif berintensitas kecil dan

    kadang-kadang diselingi oleh erupsi freatik dengan jarak antar letusan berkisar antara 2 -

    50 tahun. Sejarah erupsinya dapat diuraikan sebagai berikut:

    18291846189619001910

    19261935

    195219571961,1965,19671969, 19711983

    19921994

    2004

    Erupsi abu dan batu dari Kawah Ratu dan DomasTerjadi erupsi, peningkatan kegiatanTerbentuk fumarol baru di sebelah utara kawah BadakErupsi uap dari Kawah RatuKolom asap membubung setinggi 2 km di atas dinding kawah, erupsi berasal dariKawah RatuErupsi freatik di Kawah Ratu membentuk lubang EcomaLapangan fumarol baru disebut Badak terjadi, 150 m ke arah selatan baratdayadari Kawah RatuErupsi abu didahului oleh erupsi hidrothermal (freatik)Erupsi freatik di Kawah Ratu, terbentuk lubang kawah baruErupsi freatikErupsi freatik didahului oleh erupsi lemah menghasilkan abuErupsi freatik

    Awan abu membubung setinggi 159 m di atas Kawah ratuPeningkatan kegiatan kuat dengan gempa seismik dangkal dengan erupsi freatikkecilpeningkatan kegempaan

    Karakter Letusan

    Menurut van Bemmelen (1934, dalam Kusumadinata 1979) bahwa G.

    Tangkubanparahu tumbuh di dalam Kaldera Sunda sebelah timur. Berdasarkan coraknya,

    erupsi G.Tangkubanparahu dapat dibagi tiga fasa yaitu:

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    3/20

    Fasa eksplosif yang menghasilkan piroklastik dan mengakibatkan terjadinya lahar.

    Fasa efusif yang menghasilkan banyak aliran lava berkomposisi andesit basaltis.

    Fasa pembentukan/pertumbuhan Tangkubanparahu sekarang umumnya eksplosif

    kecil-kecil dan kadang diselingi erupsi freatik.

    Erupsi G. Tangkubanparahu dapat digolongkan sebagai erupsi kecil. Leleran lava

    diperkirakan kemungkinannya terjadi. Berdasarkan pengalaman sejak abad ke 19,

    gunungapi ini tidak pernah menunjukkan erupsi magmatik besar kecuali erupsi abu tanpa

    diikuti oleh leleran lava, awan panas ataupun lontaran batu pijar. Erupsi freatik umumnya

    dominan dan biasanya diikuti oleh peningkatan suhu solfatara dan fumarola di beberapa

    kawah yang aktif yaitu Kawah Ratu, Kawah Baru, dan Kawah Domas. Material vulkanik

    yang dilontarkan umumnya abu yang sebarannya terbatas di sekitar daerah puncak

    hingga beberapa kilometer. Semburan lumpur hanya terbatas di daerah sekitar kawah.

    Pada waktu peningkatan kegiatan, asap putih fumarola/solfatara kadang-kadang diikuti

    oleh peningkatan gas-gas vulkanik seperti gas racun CO dan CO2. Bila akumulasi gas-

    gas racun di sekitar kawah aktif semakin tinggi, daerahnya dapat diklasifikasikan ke dalam

    daerah bahaya primer terbatas. Bahaya sekunder seperti banjir lahar tidak pernah terjadi

    dalam waktu sejarah. Longsoran lokal terjadi di dalam kawah dan lereng atas yang terjal.

    GEOLOGI

    Morfologi

    Morfologi gunungapi ini dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi utama yaitu:

    kerucut strato aktif, lereng tengah dan kaki. Kerucut strato aktif menempati bagian tengah

    kaldera Sunda. Kawah- kawah gunungapi ini membentang dengan arah barat-timur.

    Beberapa kawah terletak di daerah puncak dan beberapa lainnya terletak di lereng timur.

    Kerucut strato aktif ini tersusun dari selang-seling lava dan piroklastik dan di bagian

    puncak endapan freatik.

    Pola radier dengan bentuk lembah V, beberapa air terjun yang sangat umum

    ditemukan pada satuan morfologi ini. Morfologi lereng tengah meliputi lereng timurlaut,

    selatan dan tenggara gunungapi ini. Batuannya terdiri atas endapan piroklastik yang

    sangat tebal dan lava yang biasanya tersingkap di lembah-lembah sungai yang dalam

    dengan pola aliran sungai paralel dan semi memancar (semi radier). Lereng selatan dan

    tenggara terpotong oleh sesar Lembang, yang berarah timur-barat.

    Kaki selatan menempati bagian lereng tenggara dan selatan, yang terletak pada

    ketinggian antara 1200 m hingga 800 m dan antara 1000 hingga 600 m di atas permukaan

    laut. Lereng timurlaut mempunyai pusat-pusat erupsi parasit seperti G. malang, G. Cinta

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    4/20

    dan G. Palasari. Aliran-aliran lava dan skoria berwarna kemerahan yang menempati

    sebagian besar daerah kaki ini adalah berasal dari pusat-pusat erupsi ini. Pola aliran

    sungai yang berkembang di daerah ini adalah paralel dengan bentuk lembah U yang

    melewati batuan keras.

    Lereng selatan terletak antara sesar Lembang dan dataran tinggi Bandung di

    selatan. Bagian terbesar daerah ini dibentuk oleh batuan piroklastik dan endapan lahar,

    sedangkan lava ditemukan di dasar sungai. Pola aliran sungai yang berkembang adalah

    paralel.

    Stratigrafi

    Secara fisiografi Zona Bandung, Jawa Barat mempunyai kesamaan dengan Zona

    Solo di Jawa Timur. Kedua zona tersebut dihubungkan oleh wilayah Jawa Tengah yang

    merupakan rangkaian zona Serayu dan Pegunungan Progo Barat.

    Lapisan tertua di daerah ini terdiri atas lempung napalan berselingan dengan

    perlapisan tufa dan terumbu koral berumur Miosen. Batuan tersebut tersingkap di S.

    Citarum di sebelah baratdaya Tangkubanparahu dan di dataran rendah Purwakarta dan

    Subang. Di beberapa daerah terumbu koral ini sebagian termalihkan menjadi marmer

    karena kontak dengan lava. Lapisan ini kemudian diintrusi (diterobos) oleh batuan vulkanik

    berumur Pliosen terdiri atas andesit hornblende dan dasit (Syarifudin, dkk., 1984). Batuan

    tersebut tertindih oleh andesit hornblende, breksi kasar dan konglomerat (Bemmelen,

    1949).

    Produk-produk G. Sunda terdiri atas lava, jatuhan piroklastik, aliran piroklastik,

    lahar dan endapan freatik (Hadisantono, 1988). Ada dua macam endapan lain yang tidak

    termasuk dalam hasil langsung dari kegiatan vulkanik seperti endapan danau Bandung

    yang secara stratigrafi menumpang di atas endapan aliran piroklastik dari erupsi

    pembentukan kaldera Sunda, dan endapan fluviatil yang terdiri atas bahan bahan vulkanik

    sebagai hasil dari proses sekunder.

    Sruktur GeologiG. Tangkubanparahu dan gunungapi lainnya yang berada di sekitar Bandung

    terletak di Zona Bandung (van Bemmelen, 1934 dalam Hadisantono dkk., 1983). Zona

    Bandung adalah sebuah cekungan depresi yang memanjang diantara pegunungan.

    Cekungan tersebut mempunyai lebar antara 25 - 50 km, sedikit cembung ke utara, terletak

    antara Zona Bogor dan Zona Pegunungan Selatan. Bemmelen (1949) menyatakan bahwa

    secara umum zona ini berada pada struktur puncak geantiklin P. Jawa, yang tersesarkan

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    5/20

    setelah atau pada waktu yang bersamaan dengan pengangkatan yang terjadi pada akhir

    Tersier. Sumbu geantiklinnya adalah tempatnya dimana Vulkanisma Kuarter terdapat.

    Sabuk gunungapi ini atau jalur magmatik ini membentang dari Teluk Pelabuhan Ratu pada

    bagian barat P. Jawa, kemudian melewati antara lembah Cimandiri dengan kota

    Sukabumi (600 m), dataran Cianjur (495 m) dan Garut (711 m) ke lembah Citanduy

    dengan kota Tasikmalaya (351 m) pada bagian timur, dan berakhir di Segara Anakan di

    pesisir selatan P. Jawa. Bagian tengah zona ini ditempati oleh dataran tinggi Bandung dan

    Garut.

    Sesar Lembang adalah sebuah sesar terbesar di daerah ini, yang melintang dari

    barat ke timur. Sesar ini terletak atau melalui Lembang, 10 km sebelah utara Bandung. Ini

    adalah sebuah sesar aktif dengan gawir sesar sangat jelas yang menghadap ke utara.

    Sesar ini yang panjang seluruhnya kira-kira 22 km dapat diamati sebagai suatu garis lurus

    dari G. Palasari di timur ke barat dekat Cisarua. Penyelidikan-penyelidikan terdahulu telah

    menghubungkan bahwa sesar Lembang yang dominannya adalah sesar normal terjadi

    setelah erupsi besar G. Sunda yang berlangsung pada zaman Kuarter Tua.

    Sejarah Geologi

    Gunungapi tertua yang telah padam yang disebut G. Sunda mempunyai sebuah

    kaldera besar, tetapi hanya sebagian dari pada kaldera ini telah tertutupi oleh endapan-

    endapan gunungapi yang lebih muda dan hanya tersisa sebagian dinding kalderanya yang

    terdapat antara G. Burangrang dan G. Tangkubanparahu (Hadisantono dan Sutoyo,

    1983). Danau (situ) Lembang adalah bagian dari dasar kaldera ini. Menurut van

    Bemmelen (1934) bahwa sesar Lembang terbentuk pada tahap paska pembentukan

    kaldera Sunda. Kejadian tersebut kemudian diikuti oleh lahirnya G. Burangrang, sekarang

    gunungapi tersebut telah padam.

    Sejarah G. Tangkubanparahu dimulai dengan adanya komplek gunungapi tua yang

    disebut komplek G. Sunda. Komplek G. Sunda adalah sebuah gunungapi majemuk yang

    terdiri atas tiga buah gunungapi, dua diantaranya telah padam dan yang ketiga yaitu

    Tangkubanparahu masih aktif (Hadisantono, dkk., 1983, dan Kusumadinata, 1979).Gunungapi ini dibangun di atas batuan dasar sedimen berumur Neogen (Bemmelen,

    1949). Dalam sejarah geologi G. Sunda berumur relatif muda. Beberapa dari dari

    peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah ini dapat diukur dalam ribuan tahun.

    Suatu periode kegiatan vulkanik (gunungapi) baru dimulai di sebuah komplek

    sebelah utara Bandung dalam kurun waktu kuarter. Di sebelah barat sebuah gunungapi

    besar (G. Sunda) terbentuk, sedangkan di sebelah timur kegiatan vulkanik terletak di

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    6/20

    daerah Bukit Tunggul, Pulusari, dan G. Cangak. Adapun umur periode gunungapi ini

    ditentukan oleh tulang-tulang mamalia besar seperti badak, spesies hipopotamus, kerbau,

    antelop dan kijang yang terjebak dalam lahar. Dari fosil-fosil ini diketahui bahwa

    vulkanisme berlangsung dalam kurun waktu Plistosen Tua (Bemmelen, 1949).

    Peta Geomorfologi G. Tangkubanparahu

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    7/20

    Peta Geologi Gunungapi Tangkubanparahu

    GEOFISIKA

    Seismik

    Lokasi Seismometer dan Titik GPS.

    GrafikJumlah Gempa Harian G. Tangkubanparahu.

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    8/20

    Harian Gempa Vulkanik Dalam (VA) G. Tangkuban Parahu

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    1-Jan-08

    1-Feb-08

    1-Mar-08

    1-Apr-08

    1-May-08

    1-Jun-08

    1-Jul-08

    1-Aug-08

    1-Sep-08

    1-Oct-08

    1-Nov-08

    1-Dec-08

    JumlahGempa

    Harian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) G. Tangkuban Parahu

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    1-Jan-08

    1-Feb-08

    1-Mar-08

    1-Apr-08

    1-May-08

    1-Jun-08

    1-Jul-08

    1-Aug-08

    1-Sep-08

    1-Oct-08

    1-Nov-08

    1-Dec-08

    JumlahGempa

    Harian Gempa Tektonik Lokal (TL) G. Tangkuban Parahu

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    1-Jan-08

    1-Feb-08

    1-Mar-08

    1-Apr-08

    1-May-08

    1-Jun-08

    1-Jul-08

    1-Aug-08

    1-Sep-08

    1-Oct-08

    1-Nov-08

    1-Dec-08

    JumlahGempa

    Harian Gempa Tektonik Jauh (TJ) G. Tangkuban Parahu

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    1-Jan-08

    1-Feb-08

    1-Mar-08

    1-Apr-08

    1-May-08

    1-Jun-08

    1-Jul-08

    1-Aug-08

    1-Sep-08

    1-Oct-08

    1-Nov-08

    1-Dec-08

    JumlahGemp

    a

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    9/20

    Gaya Berat

    Hasil pengolahan data gayaberat G. Tangkubanparahu diinterpretasikan bahwa

    harga tinggi mendominasi daerah selatan dan secara gradual menurun dari Lembang dan

    sekitarnya ke arah utara, timur dan barat. Nilai terendah menduduki bagian utara peta.

    Pola anomali gayaberat G. Tangkubanparahu memberi gambaran bahwa kaldera Sunda,

    sebagai hasil erupsi paroksisma G. Sunda mempunyai harga positif menyebar dari

    selatan-utara-baratlaut dan timurlaut.

    Sebaran harga anomali gayaberat rendah di dalam Kaldera Sunda, dapat

    diasosiasikan dengan adanya sesar sebagai zona lemah, yang dapat memberikan

    kemudahan terjadinya intrusi magma melalui bidang ini, dan menyebabkan terbentuknya

    dike.

    Geolistrik

    Penyelidikan potensial diri/tahanan jenis yang pernah dilakukan di G.

    Tangkubanparahu adalah di daerah Kawah Ratu dan Kawah Upas. Hasil penyelidikan

    yang dilakukan tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara SP dengan zona panas

    sangat erat. Di dalam Kawah Upas tidak didapatkan anomali positif, namun pada batas

    antara Kawah Upas dan Ratu terdapat anomali positif tertinggi yang menerus ke kawah

    Ratu (L.Ramli dkk, 1984).

    DEFORMASI

    Pengukuran posisi dengan GPS dilakukan pada tahun 2002 dan tahun 2007.

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    10/20

    Tabel Posisi Titik Ukur di G.Tangkubanparahu Hasil Pengukuran April 2007 dalam Koordinat Geodetik

    Nama TitikUkur

    Y(Lintang Selatan) X(Bujur Timur) Elivasi (m) Ketelitian(m)

    POS 646' 21.96173" S 10738' 00.68864" E 1567.8005 0

    SADEL 645' 41.05548" S 10736' 46.86232" E 1987.585 0.0012

    UPAS 645' 22.55681" S 10736' 43.54745" E 1870.8829 0.0016

    DOMAS 645' 44.99958" S 10737' 29.98951" E 1708.008 0.001

    PARKIR 645' 32.51606" S 10737' 06.84999" E 1849.9242 0.0082KAWAH BARU 645' 39.93483" S 10736' 17.22892" E 2097.2582 0.0006

    TVRI 643' 46.16747" S 10739' 31.90575" E 1043.6009 0.0009

    Tabel posisi titik ukur di G. Tangkubanparahu hasil pengukuran April 2007 dalam koordinat grid.

    Nama Titik Ukur Y(UTM) X(UTM) Elivasi (m) Ketelitian (m)

    POS 127782.7024 9250080.109 1567.8005 0

    SADEL 125503.9388 9251322.576 1987.585 0.0012

    UPAS 125398.0462 9251890.879 1870.8829 0.0016

    DOMAS 126830.8795 9251210.482 1708.008 0.001

    WARU 126116.7053 9251589.523 1849.9242 0.0082

    KAWAH BARU 124592.5045 9251350.69 2097.2582 0.0006TVRI 130554.4654 9254891.449 1043.6009 0.0009

    Tabel posisi titik ukur di G. Tangkubanparahu pengukuran september 2002 dalam koordinat geodetik

    Nama Titik UkurY(Lintang Selatan) X(Bujur Timur)

    Elivasi (m)Ketelitian

    (m)

    POS 646' 21.96173" S 107 38' 00.68864" E 1567.8005 0

    SADEL 645' 41.05558" S 107 36' 46.86232" E 1987.6983 0.001

    UPAS 645' 22.55808" S 107 36' 43.54832" E 1870.9758 0.0008

    DOMAS 645' 45.00051" S 107 37' 29.98965" E 1708.0933 0.0008

    WARU 645' 32.51677" S 107 37' 06.85018" E 1849.9967 0.0008

    KAWAHBARU 645' 39.93753" S 107 36' 17.22812" E 2097.3616 0.0009

    TVRI 643' 46.17187" S 107 39' 31.90168" E 1043.6227 0.0007

    GPS1 653' 17.06719" S 107 36' 32.58341" E 813.5111 0.0021

    DP31 645' 55.81374" S 107 36' 14.46730" E 2048.9839 0.0012

    DPR7 645' 51.38899" S 107 37' 12.43958" E 1796.7454 0.0015

    PARK 645' 38.28350" S 107 37' 06.03188" E 1857.8142 0.0008

    TILT 645' 36.44077" S 107 38' 21.14736" E 1397.0344 0.0007

    Tabel posisi titik ukur di G. Tangkubanparahu pengukuran september 2002 dalam koordinat grid

    Nama TitikUkur

    Y(UTM) X(UTM) Elivasi (m)Ketelitian

    (m)

    POS 127782.7024 9250080.109 1567.8005 0

    SADEL 125503.9385 9251322.573 1987.6983 0.001upas 125398.0729 9251890.84 1870.9758 0.0008

    DOMAS 126830.8839 9251210.454 1708.0933 0.0008

    WARU 126116.7115 9251589.501 1849.9967 0.0008

    DPRB 124592.4807 9251350.607 2097.3616 0.0009

    TVRI 130554.3414 9254891.312 1043.6227 0.0007

    GPS1 125163.6463 9237292.672 813.5111 0.0021

    DP31 124511.001 9250861.662 2048.9839 0.0012

    DPR7 126292.6148 9251010.197 1796.7454 0.0015

    PARK 126092.7834 9251411.944 1857.8142 0.0008

    TILT 128402.0645 9251484.642 1397.0344 0.0007

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    11/20

    Gambar Vektor Perpindahan Horisontal Hasil Pengukuran GPS tahun 2007 terhadap tahun 2002

    Gambar Vektor Perpindahan Vertikal Hasil Pengukuran GPS tahun 2007 terhadap tahun 2002.

    GEOKIMIA

    Kimia Batuan

    Penerapan metoda petrokimia melalui diagram Hutchison (1973) dapat

    menjelaskan bahwa proses magmatis gunungapi Sunda dari alkali kapur sangat kaya

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    12/20

    alkali terutama K2O dan Na2O, sedangkan magma seri toleitik sangat miskin alkali

    (Syarifudin, 1984). Seri alkali kapur ini menunjukkan semakin meningkatnya kadar oksida

    besi dan oksida MgO relatif tinggi dibandingkan dengan magma seri toleitik, erat

    hubungannya dengan terbawanya mineral magnetit, piroksen dan olivin dalam bentuk

    asosiasi dengan magma toleitik.

    Proses magmatis Gunungapi Tangkubanparahu bersumber pada seri alkali kapuralumina tinggi dan seri alkali kapur K-tinggi. Magma seri alkali kapur alumina tinggi kaya

    akan CaO dan Al2O3. Seri alkali kapur K-tinggi cenderung relatif kaya akan Na2O dan K2O

    dibandingkan dengan magma seri alkali kapur alumina tinggi. Ciri lain yang dapat

    dijelaskan adalah bahwa seri alkali kapur alumina tinggi relatif kaya akan oksida MgO

    sedangkan seri alkali kapur K-tinggi relatif meningkatnya oksida besi FeO.

    Secara petrografi, lava Tangkubanparahu terbagi atas lava andesit basal augit

    hipersten, lava basal pigeonit enstatit dan andesit augit hipersten. Penghabluran

    plagioklas, piroksen augit, hipersten dan olivin serta oksida bijih dalam wujud fenokris

    mikro dan makro sebagai massa dasar batuan berbutir agak kasar bersama-sama dalammasadasar kaca gunungapi. Kenampakan mineral sebagai massa dasar memperlihatkan

    tekstur aliran. Beberapa fenokris plagioklas menunjukkan lobang korosi tak teratur diduga

    bertindak sebagai mineral bawaan (senokris) (Syarifudin, 1984).

    Secara kimia, keaktifan Gunungapi Tangkubanparahu bersumber pada magma:

    a. alkali kapur alumina tinggi dari andesit basaltis sampai basal dan

    b. alkali kapur K-tinggi dari andesit basaltis sampai basalt

    Gunungapi Tangkubanparahu mempunyai ciri petrokimia cenderung pada

    kelompok magma dioritik gabro dan magma dioritik (Syarifudin, 1984). Gunungapi

    Tangkubanparahu mempunyai sumber keaktifan magma pada kedalaman Zona Beniof

    antara 155-205 km. Berdasarkan metoda Indek Mafik oleh Tlley et.al, 1964 dalam

    Syarifudin (1984) mempunyai temperatur magma antara 1010C 1220C.

    Kimia Gas

    Tabel perbandingan komposisi kimia gas vulkanik G.Tangkubanparahu (dalam % molekul)

    Unsur Juli 1994 Juni 1997 Nopember 1998H2

    O2+ ArN

    2CH4COCO2SO2H2SHClH2OS/C

    HCl/SO2SO2/H2S

    Temperatur (oC)

    0,000630000

    0,800,280,070,0198,800,660,644,095

    0,010,050,14

    00

    0,350,120,250,0499,020,640,330,4896

    0,010,040,36

    00,410,020,10

    0,0050,05

    98,950,250,501,096

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    13/20

    Pengukuran Suhu

    Kawah Ratu

    Kawah Ratu adalah salah satu kawah terbesar di G. TangkubanParahu.

    Pengamatan ke Kawah Ratu dilakukan pada tanggal 30 Nopember 2006 sekitar pukul

    08.00. Secara umum cuaca di sekitar kawah cerah dengan suhu udara 23oC. Di dasar

    kawah bagian utara-barat teramati beberapa titik tembusan solfatara dengan hembusan

    asap berwarna putih tipis sedang dan tinggi asap berkisar antara 10 25 m. Tekanan

    gas cukup kuat sehingga terdengar suara blazernyanyaring, suhu yang terukur berkisar

    antara 99 - 111oC.

    Tidak jauh dari lokasi tersebut di atas (di lembah maut) terdapat bualan mataair

    panas, diameternya lebih kurang 70 cm dengan suhu air 97 oC. Air dari bualan tersebut

    menggenangi dasar kawah bagian barat. Bualan lumpur terdapat di bagian utara dari

    lokasi solfatara dan mata air panas, mempunyai diameter lk. 2m. Bualan lumpur tersebut

    berwarna coklat (warna kopi susu) dengan suhu antara 94 - 95oC. Di dasar kawah bagian

    selatan (dekat Kawah Ecoma), teramati tembusan solfatara baru yang selama ini tidak

    ada. Namun hembusan asapnya sangat tipis. Sedangkan di bagian lain tidak menunjukan

    adanya perubahan yang mencolok.

    Tabel Pengukuran suhu di Kawah Ratu, Tahun 2006

    Bulan Tgl Suhu ( C) Keterangan

    Solfatara FumarolaJanuari 9 96 - 98

    Februari 25 97 109Maret 31 96 111April 24 99 109Mei 30 110 106Juni 26 108 99Juli 27 106 100Agustus 25 106 95September 27 102 100

    Oktober 31 90 100 95 96Nopember 30 99 - 111 96 - 97

    Kawah Domas

    Kawah Domas merupakan lapangan solfatara dan fumarola yang terletak di

    sebelah timur dari Kawah Ratu. Pada lokasi ini terdapat beberapa titik tembusan solfatara

    dan bualan mataair panas. Pengamatan ke Kawah Domas dilakukan pada tanggal 2

    Desember 2006. Secara umum teramati hembusan asap berwarna putih tipis dengan

    ketinggian berkisar antara 5 10 m. Dari beberapa tembusan solfatara yang ada,

    dilakukan pengukuran suhu pada dua titik dengan temperatur masing-masing 92 oC dan

    92,2 oC pada suhu udara 19,8 oC. Selain solfatara, terdapat pula beberapa bualan air

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    14/20

    panas tersebar di lokasi ini. Bualan airpanas yang terbesar dan terpanas mempunyai

    diameter lk. 2 m, dengan temperatur 88 oC pada suhu udara 19,8 oC. Terdapat juga mata

    air panas yang suhunya lebih rendah, yaitu berkisar antara 35 40 oC.

    Tabel Pengukuran suhu di Kawah Domas, Tahun 2006

    Bulan Tgl Suhu ( C) KeteranganSolfatara Fumarola

    Januari 18 95 93Februari 7 94 92Maret 14 94 92April 1 90.2

    22 94 91Mei 22 94 93Juni 27 94 93Juli 29 94 93Agustus 30 94 93September 29 93 92Oktober 29 94 93

    Nopember 10 92 91Desember 2 92 88

    MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

    Mitigasi bencana yang dilakukan selain pemantauan menerus secara visual juga

    dilakukan pemantauan secara instrumental dan pembuatan Peta Kawasan Rawan

    Bencana. Pemantauan secara visual meliputi pengukuran suhu, ketinggian asap, warna

    asap, arah tiupan angin dan pH diamati dari Pos Pengamatan G. Tangkubanparahu yang

    dibangun di lereng timur gunungapi Tangkubanparahu.

    Peralatan pemantau dan sarana penunjangnya menggunakan seismograf jenis PS-

    2. Sistim pemantauan ini dioperasikan secara sistem radio telemetri (RTS) dengan

    seismometer jenis Ranger ditempatkan di sekitar Kawah Ratu, pada posisi S 06o45 53,5,

    T 107o36 50, pada ketinggian 2028 m dpl. Sinyal gempa dari sub sistem seismograf di

    lapangan tersebut dipancarkan melalui radio yang kemudian direkam dengan rekorder PS-

    2 di Pos Pengamatan G. Tangkubanparahu di kampung Cikole (Wates) lebih kurang 2,5

    km dari Kawah Ratu.Pos Pengamatan G. Tangkubanparahu dibangun di lereng timurgunungapi Tangkubanparahu. Pos Pengamatan ini dilengkapi dengan satu unit

    seismograf, satu komponen seismometer vertikal, dipasang pada koordinat 064553,50

    LS dan 1073650,30 di ketinggian 2015m dpl. Getaran gempa dipancarkan dan direkam

    di Pos Pengamatan secara analog.

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    15/20

    KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

    Berdasarkan sejarah kegiatannya, sifat erupsi, komposisi kimia dan frekuensi

    erupsinya yang tergolong jarang, kawasan rawan bencana G. Tangkubanparahu dapat

    dibagi tiga tingkatan yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan

    Kawasan Rawan Bencana I.

    Kawasan Rawan Bencana III

    Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda

    awan panas, aliran lava, material lontaran batu pijar, guguran lava, hujan abu lebat dan

    atau gas beracun.

    Kawasan Rawan Bencana III G. Tangkubanperahu terdiri atas dua bagian, yaitu:

    a. Kawasan rawan bencana terhadap awan panas, aliran lava, guguran lava dan gas

    beracun.b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat.

    Kawasan Rawan Bencana II

    Secara umum yang disebut kawasan rawan bencana II adalah kawasan yang berpotensi

    terlanda oleh awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat,

    hujan lumpur (panas), aliran lahar dan gas beracun). Kawasan ini dibagi menjadi dua,

    yaitu:

    a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava,guguran batu (pijar), dan aliran lahar.

    b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran

    batu (pijar), dan hujan abu lebat.

    Kawasan Rawan Bencana I

    Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan tidak

    menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Kawasan ini

    terletak di sepanjang sungai/ di dekat lembah sungai atau bagian hilir sungai yang berhulu

    di daerah puncak.

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    16/20

    Peta Kawasan Rawan Bencana G. Tangkuban parahu

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    17/20

    Demografi

    Banyaknya penduduk yang bermukim di lereng selatan, timurlaut dan

    utara tersebut berkaitan dengan kondisi morfologi, potensi alam seperti wisata,

    perkebunan dan kesuburan tanah. Perkembangan penduduk dari waktu ke

    waktu, umumnya diikuti oleh perkembangan pemukiman di daerah bersangkutan

    sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk meningkat.

    Di antara kota-kota di sekitarnya Lembang selain merupakan kota dengan

    penduduk terbanyak, merupakan kota tujuan wisata dan juga kota transit.

    Penduduk Lembang berdasarkan data kependudukan hingga akhir Februari

    1999 adalah 127.679 jiwa. Mata pencaharian penduduk pada umumnya

    bergerak di bidang pertanian yang terdiri atas petani pemilik (23,82%), petani

    penggarap 19,30%, buruh tani 9,93%, peternak 9,57 %, wiraswasta/pedagang

    (9,58%), pegawai negeri (3,00 %), pegawai swasta (9,68 %), TNI+ POLRI

    (1,58% ), Pensiunan (1,95 %), pertukangan (1,25 %) dan buruh/pekerja lainnya

    (10,34%).

    Bandung adalah kota terbesar dan terdekat ( 30 km) ke arah selatan,

    yang merupakan ibu kota propinsi Jawa Barat. Bandung mungkin merupakan

    kota terpadat di Indonesia dengan jumlah penduduk 3 juta orang.

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    18/20

    DAFTAR PUSTAKA

    Blecker, P., 1850 De Tangkoebanparahoe in October 1850.

    Bronto, S., 1982 Keadaan geologi di kaki G. Tangkubanparahu.

    Bacharudin, R., 19 Laporan Pendahuluan II Pengecekan data geologi hasilpenafsiran landsat dan potret udara G. Tangkubanparahu dan sekitarnya,Jawa Barat. Dit. Vulkanologi.

    Djoharman, L. 1986 Laporan Analisis Hasil Ungkitan Lereng (kelandaian) di G.Tangkubanparahu. Direktorat Vulkanologi.

    Djoharman, L.& N. Rahardja, 1992 Laporan perubahan deformasi G.Tangkubanparahu hasil pengukuran metode ungkit.

    Djoharman, L., 1969 Laporan para pemeta kemungkinan penyebaran endpanlahar/banjir daerah sekitar Bandung-Cimahi.

    Direktorat Geologi, 1974 Tangkubanparahu.Dvorak, J., L. Pardyanto, J. Matahelumual, 1983 Scientific results of the VSI

    USGS Cooperative volcanological program. January 1982 to June 1982(open file).

    Hadisantono, R.D.& Soetoyo, 1983 Laporan Pemetaan Geologi GunungapiTangkubanparahu, Bandung, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi.

    Hadisantono, R.D., 1988 Some aspects of the nature and origin of thewidespread pyroclastic flow deposits (ignimbrite) surroundingTangkubanparahu volcano, Bandung, West Java.

    Heriman, S. Bronto, 1981 Laporan Kemajuan pemetaan geologi daerahTagkubanparahu/ Dit. Vulkanologi.

    Kadiputra, K.K, 2000 Pengukuran & Interpretasi Anomali Gaya Berat G.Tangkubanparahu. Thesis. Direktorat Vulkanologi.

    Kusumadinata, K., 1979 Data Dasar Gunungapi Indonesia. Departemen

    Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum.Direktorat Vulkanologi.

    Kusumadinata, K., 1969 G. Tangkubanparahu. Riwayat letusan dan bahaya-bahayanya berdasarkan peta dan pustaka. Dit. Vulkanologi.

    Kusumadinata, K., 1962 Gas racun dan gas lemas di kawah-kawah TangkubanPerahu dll.

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    19/20

    Kadarsetia, E., R. Wahyuningsih, W, Suherman, 1977 Penyelidikan Kimia Gas

    G. Papandayan & G. Tangkubanparahu.

    Komar, I., 1984 Pengukuran deformasi EDM G. Merapi, G. Galunggung & G.

    Tangkubanparahu.

    Maier, P.J., 19 Mineraal water voorkomde in de Kawah Domas, eenesolfatara van den Tangkoeban Prahoe.

    Matahelumual, J., 1977 Pengamatan Seismik G. Tangkubanparahu. Dit.Vulkanologi.

    Nugraha, J., T. Sriwana, 1984 Laporan penelitian analisis kimia gas vulkanik dankondensat G. Tangkubanparahu. Dit. Vulkanologi.

    Palgunadi, S & Y. Hidayat, 2000 Laporan Penyelidikan Gaya Berat G.

    Tangkubanparahu, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi.

    Palgunadi, S & Y. Hidayat, 2000 Laporan Penyelidikan Magnet G.Tangkubanparahu, Jawa Barat.Direktorat Vulkanologi.

    Ramli, L., W.S. Tjetjep, H. Said, S.Dwipa & R.Suparan, 1984 Studi HubunganPotensial Diri Dengan Zona Panas/Fumarola, G. Tangkuban- parahu, JawaBarat. Direktorat Vulkanologi.

    Rosadi, U., Rochanan, T. Rukada, 1998 Laporan pengukuran deformasi levelingG. Tangkubanparahu, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi.

    Said, H. & D. Mulyadi, 1988 Pengukuran Deformasi G. Tangkubanparahu, JawaBarat. Direktorat Vulkanologi.

    Siswowidjojo, S., 1975 Tangkubanparahu volcano.

    Sobana, 1982 Laporan kegiatan pengukuran situasi lokasi-lokasi tilting G.Tangkubanparahu. Dit, Vulkanologi.

    Solihin, A., 2006 Pemantauan Kegiatan Gunungapi Tangkuban Parahu, JawaBarat.

    Sulaeman, B., 1986 Laporan hasil penyelidikan G. Tangkubanparahu.

    Suparban, FX., 1969 Ihtisar Penelitian Daerah Bahaya G. Tangkubanparahu.

    Syarifudin, M.Z, I. Pratomo & R. Partosentiko, 1984 Petrokimia GunungapiSunda dan Gunungapi Tangkubanparahu. Direktorat Vulkanologi.

  • 5/19/2018 Tangkuban_Parahu Gunung Bandung, Provinsi Jawa Barat

    20/20

    Tulus, 1986. Laporan pengamatan dan penyelidikan seismik G.Tangkubanparahu.

    Tulus, Rochendi, D., Sugiharto, 1999 Laporan Pengamatan G.Tangkubanparahu.Direktorat Vulkanologi.

    Tulus, Pasri, N.R., Oman, 1984 Laporan pengamatan visual kegiatan gunungapiTangkubanparahu.

    Wahyudin, D. dkk, 1997 Laporan inventarisasi potensi wisata G.Tangkubanparahu, Kab, Bandung & Kab. Subang, Jawa Barat.

    Wasito, 1977 Deteksi gas Radon 222 pada erupsi G. Tangkubanparahu.

    Wirakusumah, A.D., 1985 Laporan pemasangan seismograf RTS di G.Tangkubanparahu.Direktorat Vulkanologi.

    Zaennudin, A., dkk., 2007, Laporan Kegiatan Peringatan DiniG.Tangkubanparahu, Jawa Barat, PVMBG, Bandung.