Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

4
BAB 9 TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya. 1. Tanggung jawab legal dan tanggung jawab moral perusahaan Jelas sekali setiap perusahaan memiliki tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum ia memiliki status legal. Karena perusahaan merupakan badan hukum, maka mereka mempunyai banyak hak dan kewajiban legal yang dimiliki juga oleh setiap manusia dewasa, seperti menuntut maupun dituntut di pengadilan, hak milik, mengadakan kontrak, dan lain-lain. Seperti subyek hukum biasa (manusia perorangan), perusahaan pun harus mentaati perturan hukum dan memenuhi hukumannya, bila terjadi pelanggaran. “Suatu korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak terlihat, tidak terwujud, dan hanya berada di mata hukum. Karena semata – mata ciptaan hukum, ia hanya memilki ciri-ciri yang oleh akta pendiriannya diberikan kepada…” (Hakim Agung, Marshal,1819). Ciri-ciri yang ditentukan dalam akte pendirian korporasi bisa mengakibatkan bahwa korporasi itu berperan penting dan mempunyai dampak besar atas dunia di sekelilingnya. Supaya mempunyai tanggung jawab moral, perusahaan perlu berstatus moral atau dengan kata lain merupakan pelaku moral. Pelaku moral (moral agent) bisa melakukan perbuatan yang kita beri kualifikasi etis atau tidak etis. Salah satu syarat penting adalah miliki kebebasan atau kesanggupan mengambil keputusan bebas. Apakah pimpinan perusahaan atau orang-orang yang membentuk perusahaan merupakan pelaku moral. Mereka masing-masing miliki status moral. Yang dipersoalkan adalah apakah perusahaan sendiri merupakan pelaku moral, terlepas dari orang yang termasuk dalam perusahaan ini. Ada argument pro dan kontra. Disatu pihak harus diakui bahwa hanya individu atau manusia perorangan yang mempunyai

description

rangkuman

Transcript of Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Page 1: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

BAB 9

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.

1. Tanggung jawab legal dan tanggung jawab moral perusahaan

Jelas sekali setiap perusahaan memiliki tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum ia memiliki status legal. Karena perusahaan merupakan badan hukum, maka mereka mempunyai banyak hak dan kewajiban legal yang dimiliki juga oleh setiap manusia dewasa, seperti menuntut maupun dituntut di pengadilan, hak milik, mengadakan kontrak, dan lain-lain. Seperti subyek hukum biasa (manusia perorangan), perusahaan pun harus mentaati perturan hukum dan memenuhi hukumannya, bila terjadi pelanggaran. “Suatu korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak terlihat, tidak terwujud, dan hanya berada di mata hukum. Karena semata – mata ciptaan hukum, ia hanya memilki ciri-ciri yang oleh akta pendiriannya diberikan kepada…” (Hakim Agung, Marshal,1819).

Ciri-ciri yang ditentukan dalam akte pendirian korporasi bisa mengakibatkan bahwa korporasi itu berperan penting dan mempunyai dampak besar atas dunia di sekelilingnya. Supaya mempunyai tanggung jawab moral, perusahaan perlu berstatus moral atau dengan kata lain merupakan pelaku moral. Pelaku moral (moral agent) bisa melakukan perbuatan yang kita beri kualifikasi etis atau tidak etis. Salah satu syarat penting adalah miliki kebebasan atau kesanggupan mengambil keputusan bebas.

Apakah pimpinan perusahaan atau orang-orang yang membentuk perusahaan merupakan pelaku moral. Mereka masing-masing miliki status moral. Yang dipersoalkan adalah apakah perusahaan sendiri merupakan pelaku moral, terlepas dari orang yang termasuk dalam perusahaan ini. Ada argument pro dan kontra. Disatu pihak harus diakui bahwa hanya individu atau manusia perorangan yang mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan, dan akibatnya hanya individu yang dapat memikul tanggung jawab. Tetapi di lain pihak sulit juga untuk mnerima pandangan bahwa perusahaan hanyalah semacam benda mati yang dikemudikan oleh para manager.

Perusahaan yang mempunyai sejarah tertentu yang sering dilukiskan pada kesempatan yubileum 100 tahun berdirinya atau sebagainya., perusahaan bisa tumbuh , perusahaan bisa menjalankan pengaruh atas politik local, kita sering mendengar ada corporate culture tertentu, dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut tidak mungkin ditemukan pada benda mati. Menurut Peter Frence 1979, “corporate can be full-fledge moral person and have whatever privileges, rights and duties as are. In the normal course of affairs, accorded to moral persons” (perusahaan bisa sepenuhnya menjadi badan yang bermoral dan memiliki hak istimewa/keistimewaan apapun, hak dan kewajibannya. Dalam urusan kegiatan bisnis normal, menurut orang-orang yang bermoral). Pernyataan ini jelas membela status moral perusahaan. Ada keputusan yang diambil oleh korporasi yang hanya bisa dihubungkan dengan korporasi itu sendiri dan tidak dengan beberapa orang yang bekerja untuk korporasi tersebut.

Page 2: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2. Pandangan Milton Friedman tentang tanggung jawab sosial perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral perusahaan bisa diarahkan kepada banyak hal : kepada diri sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain, dsb. Namun yang paling disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat dalam kegiatan perusahaan tsb. Tanggung jawab perusahaan adalah meningkatkan keuntungan menjadi sebanyak mungkin. Tanggung jawab ini diletakkan dalam tangan manajer. Pelaksanaanya tentu harus sesuai dengan aturan-aturan main yang berlaku di masyarakat, baik dari segi hukum, maupun dari segi kebiasaan etis.

Menurut Friedman maksud dari perusahaan adalah perusahaan publik dimana kepemilkan terpisah dari manajemen. Para manajer hanya menjalakan tugas yang dipercayakan kepada mereka oleh para pemegang saham. Sehingga tanggung jawab sosial boleh dijalankan oleh para manajer secara pribadi, seperti juga oleh orang lain, akan tetapi sebagai manajer mereka mereka mewakili pemegang saham dan tanggung jawab mereka adalah mengutamakan kepentingan mereka, yakni memperoleh keuntungan sebanyak mungkin. Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab sosial dari bisnis merusak sistem ekomoni pasar bebas. Terdapat satu dan hanya satu tanggung jawab social untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber dayanya dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan keuntungan, selama masih dalam batas aturan main, artinya melibatkan diri dalam kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa penipuan atau kecurangan.

3. Tanggung jawab ekonomis dan tanggung jawab sosial

Setiap bisnis pada sektor swasta selalu memiliki kedua tanggung jawab ini, yaitu tanggung jawab ekonomis dan tanggung jawab sosial. Sedangkan dalam perusahaan negara atau BUMN, dua macam tanggung jawab tersebut tidak dapat dipisahkan. Contohnya : PT KAI mengalami kerugian baik secara menyeluruh atau di trayek-trayek tertentu, tetapi hal tersebut tidak menjadi alasan untuk ditutupnya PT KAI. Karena kereta api dianggap penting untuk masyarakat umum.

Jika Milton Friedman menyebutkan peningkatan keuntungan perusahaan sebagai tanggung jawab sosialnya, sebenarnya hal ini justru membicarakan tanggung jawab ekonomis saja, bukan tanggung jawab sosial. Kinerja setiap perusahaan menyumbangkan kepada kinerja ekonomi nasional sebuah Negara. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Secara positif perusahaan bisa melakukan kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis dan semata-mata dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau salah satu kelompok di dalamnya. Secara negatif perusahaan bisa menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang sebenarnya menguntungkan dari segi bisnis, tetapi akan merugikan masyarakat atau sebagian masyarakat. Dalam mengambil keputusan, perusahaan tentu tidak boleh menutup mata terhadap akibat-akibat sosialnya, tetapi jika sudah diusahakan perbaikan ekonomis dan tidak berhasil mereka tidak wajib menerima kerugian ekonomis itu demi suatu tujuan diluar bisnis.

4. Kinerja sosial perusahaan

Page 3: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Terdapat beberapa pengusaha yang memperoleh nama harum bukan saja karena keberhasilan dibidang bisnis tetapi juga sebagai filantropi. Kalau di indonesia nama-nama filantropi itu sendiri misalnya seperti Theodor Rahmat (Teddy rahmat) presdir PT.Astra Internasional membangun yayasan pelayanan kasih a&a rachmat. Irwan hidayat, generasi ke3 penerus PT.Sido muncul memberikan operasi katarak gratis, mudik gratis, dan lain-lain.

Ada beberapa alasan mengapa bisnis menyalurkan sebagian labanya kepada karya amalan melalui yayasan independent. Alasan pertama berkaitan dengan perusahaan-perusahaan itu berstatus public. Rapat umum pemegang saham dapat menyetujui bahwa sebagian laba tahunan disisihkan untuk karya amal sebuah yayasan khusus. Disamping alasan financial seperti pajak,alasan lain lagi adalah bahwa pemimpin perusahaan tidak bisa ikut campur dalam urusan suatu yayasan independent, dan dengan demikian bantuan mereka lebih tulus, bukan demi kepentingan perusahaan saja. Upaya kinerja sosial perusahaan sebaiknya tidak dikategorikan sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Walaupun secara langsung tidak dikejar keuntungan, namun usaha-usaha kinerja sosial perusahaan ini tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab ekonomis perusahaan. Konsepsi kinerja sosial perusahaan ini memang tidak asing terhadap tanggung jawab ekonomis perusahaan, tetapi konsepsi ini sangat cocok juga dengan paham stakeholders management.