Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di...

14
488 Taufiq et al: Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin Response of Mungbean to Amelioration and Mulching in Saline Soil Abdullah Taufiq 1* , Andy Wijanarko1 dan Afandi Kristiono 1 1 Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 PO Box 66 Malang 65101, Indonesia *e-mail: [email protected] ABSTRAK Lahan pertanian yang terpengaruh garam menghadapi masalah kompleks yang ber- kaitan dengan salinitas dan efek toksik dari kation Na. Tujuan penelitian adalah meng- identifikasi amelioran efektif dan pengaruh pemulsaan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau pada tanah salin. Penelitian dilaksanakan pada lahan salin di Kabupaten Lamongan pada MK 2016. Perlakuan terdiri atas dua faktor, disusun dalam rancangan petak terbagi, diulang tiga kali. Petak utama adalah pemulsaan, yaitu tanpa mulsa dan dengan mulsa jerami 3,5 t/ha. Anak petak adalah ameliorasi tanah terdiri atas kontrol, 120 kg/ha K2O, 750 kg/ha S, 5 t/ha gipsum, 5 t/ha pupuk kandang, dan 1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang. Penelitian ini menggunakan kacang hijau galur 276C MN-1-1. Kacang hijau mengalami cekaman salinitas yang parah yang ditunjukkan oleh pertum- buhan yang jelek dan hasil biji sangat rendah (maksimum 206 kg/ha). Pemulsaan menu- runkan DHL tanah 0,22-1,34 dS/m, tetapi ameliorasi tidak berpengaruh terhadap DHL. Pemulsaan memperbaiki pertumbuhan, menurunkan jumlah tanaman mati akibat cekam- an salinitas, meningkatkan jumlah dan bobot kering polong isi, serta meningkatkan hasil biji 106% dari 77 kg/ha menjadi 162 kg/ha. Ameliorasi tidak menghambat laju kerusakan klorofil, tetapi memperbaiki pertumbuhan, menurunkan tingkat kematian tanaman akibat salinitas, dan meningkatkan hasil biji 80%. Amelioran efektif untuk kacang hijau adalah pupuk kandang 5 t/ha. Kata kunci: ameliorasi, kacang hijau, mulsa, salinitas ABSTRACT Salt-affected agricultural lands face complex problems associated to soil salinity and toxic effect of natrium cation. The objective of research was to identify the effective ameliorant and to find out the effect of mulching on the growth and yield of mungbean grown in saline soil. The research was conducted in saline soil in the district of Lamongan during dry season 2016. Treatments consisted of two factors which were arranged in split plot design with three replicates. The main plot was the application of mulch i.e no and with 3.5 t/ha of rice straw mulch. The subplot was soil amelioration i.e 0, 120 kg/ha of K2O, 750 kg/ha of sulphur, 5 t/ha of gypsum, 5 t/ha of farm yard manure, and 1.5 t/ha of gypsum + 5 t/ha of farm yard manure. The mungbean line of 276 MN-1-1 was used as planting material. Mungbean crops experienced a severe salinity stress as indicated by its poor crop growth and very low seed yield (maximum of 206 kg/ha). The application of rice straw mulch reduced soil EC by 0.22-1.34 dS/m, but soil amelioration did not influence

Transcript of Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di...

488 Taufiq et al: Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin

Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin

Response of Mungbean to Amelioration and Mulching in Saline Soil

Abdullah Taufiq1*, Andy Wijanarko1 dan Afandi Kristiono1 1Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Jl. Raya Kendalpayak km 8 PO Box 66 Malang 65101, Indonesia *e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Lahan pertanian yang terpengaruh garam menghadapi masalah kompleks yang ber-kaitan dengan salinitas dan efek toksik dari kation Na. Tujuan penelitian adalah meng-identifikasi amelioran efektif dan pengaruh pemulsaan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau pada tanah salin. Penelitian dilaksanakan pada lahan salin di Kabupaten Lamongan pada MK 2016. Perlakuan terdiri atas dua faktor, disusun dalam rancangan petak terbagi, diulang tiga kali. Petak utama adalah pemulsaan, yaitu tanpa mulsa dan dengan mulsa jerami 3,5 t/ha. Anak petak adalah ameliorasi tanah terdiri atas kontrol, 120 kg/ha K2O, 750 kg/ha S, 5 t/ha gipsum, 5 t/ha pupuk kandang, dan 1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang. Penelitian ini menggunakan kacang hijau galur 276C MN-1-1. Kacang hijau mengalami cekaman salinitas yang parah yang ditunjukkan oleh pertum-buhan yang jelek dan hasil biji sangat rendah (maksimum 206 kg/ha). Pemulsaan menu-runkan DHL tanah 0,22-1,34 dS/m, tetapi ameliorasi tidak berpengaruh terhadap DHL. Pemulsaan memperbaiki pertumbuhan, menurunkan jumlah tanaman mati akibat cekam-an salinitas, meningkatkan jumlah dan bobot kering polong isi, serta meningkatkan hasil biji 106% dari 77 kg/ha menjadi 162 kg/ha. Ameliorasi tidak menghambat laju kerusakan klorofil, tetapi memperbaiki pertumbuhan, menurunkan tingkat kematian tanaman akibat salinitas, dan meningkatkan hasil biji 80%. Amelioran efektif untuk kacang hijau adalah pupuk kandang 5 t/ha.

Kata kunci: ameliorasi, kacang hijau, mulsa, salinitas

ABSTRACT

Salt-affected agricultural lands face complex problems associated to soil salinity and toxic effect of natrium cation. The objective of research was to identify the effective ameliorant and to find out the effect of mulching on the growth and yield of mungbean grown in saline soil. The research was conducted in saline soil in the district of Lamongan during dry season 2016. Treatments consisted of two factors which were arranged in split plot design with three replicates. The main plot was the application of mulch i.e no and with 3.5 t/ha of rice straw mulch. The subplot was soil amelioration i.e 0, 120 kg/ha of K2O, 750 kg/ha of sulphur, 5 t/ha of gypsum, 5 t/ha of farm yard manure, and 1.5 t/ha of gypsum + 5 t/ha of farm yard manure. The mungbean line of 276 MN-1-1 was used as planting material. Mungbean crops experienced a severe salinity stress as indicated by its poor crop growth and very low seed yield (maximum of 206 kg/ha). The application of rice straw mulch reduced soil EC by 0.22-1.34 dS/m, but soil amelioration did not influence

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 489

soil EC. Mulching improved crop growth, reduced the number of plants mortality resulted from salinity stress, increased the number and dry weight of filled pods, as well as increased seed yield by 106% from 77 kg to 162 kg/ha. Soil amelioration failed to reduce the rate of chlorophyll deterioration, but it improved plant growth, reduced the number of plants mortality resulted from salinity stress, and increased seed by 80%. The effective soil amelioration for mungbean was 5 t/ha of farm yard manure.

Keywords: amelioration, mulching, mungbean, salinity

PENDAHULUAN

Salinitas lahan pertanian di Indonesia meningkat yang disebabkan oleh banjir rob (Ismail 2007), intrusi air laut (Erfandi dan Rachman 2011), bencana tsunami (Rachman et al. 2008), pencemaran limbah (Suganda et al. 2009), dan eksploitasi air tanah (Putra dan Indradewa 2011). Salinitas mempengaruhi pertumbuhan sejak fase perkecambahan hingga generatif (Nawaz et al. 2010), menghambat penyerapan air dan unsur K+, Ca2+, NO3- (Jouyban 2012), menurunkan serapan N dan P (Hirpara et al. 2005) dan laju fotosintesis (Loreto et al. 2003). Peningkatan salinitas menurunkan kandungan klorofil (Ahmad et al. 2005), menghambat pemasakan polong, dan menyebabkan biji keriput (Ahmed 2009).

Toleransi kacang hijau terhadap salinitas beragam. Batas kritis salinitas kacang hijau adalah 1,8 dS/m (Yadav et al. 2011), 1,79-2,65 dS/m (Taufiq dan Purwa-ningrahayu 2013), 1,5-3,3 dS/m (Cardon et al. 2012). Pada genotip peka, kom-ponen hasil turun pada DHL 3,89 dS/m, sedangkan pada genotip toleran pada 7,82 dS/m (Hossain et al. 2008). Varietas Vima 1 toleran pada DHL tanah 6,40-12,49 dS/m, Murai, Kenari, Sriti, Betet toleran pada DHL 2,87-5,68 dS/m, Kutilang, Sampeong, Perkutut, Merpati, dan Walet toleran pada DHL 1,79- 2,65 dS/m (Taufiq dan Purwaningrahayu 2013).

Perbaikan tanah salin paling efektif adalah dengan pencucian (leaching), tetapi cara ini memerlukan air segar yang cukup banyak dan waktu lama. Alternatif pe-ngelolaan adalah penambahan amelioran yang dapat meminimalkan pengaruh buruk unsur Na. Aplikasi K efektif mengurangi efek toksik unsur Na (Kopittke 2012). Aplikasi bubuk belerang (S) dan gipsum efektif menurunkan pH dan sali-nitas (Stamford et al. 2002). Penggunaan kompos dan gipsum efektif untuk ameli-orasi tanah salin (Kahlon et al. 2012; Murtaza et al. 2013). Penggunaan mulsa efektif menurunkan salinitas (Dong 2012).

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi amelioran yang efektif, serta penga-ruh pemulsaan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau pada tanah salin.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada lahan salin di Desa Lohgung, Kec. Berondong, Kab. Lamongan (6o53’59.89801” S; 112o11’15.31277” E; 26 m dpl). Lokasi per-cobaan sekitar 1,5 km dari pantai, dan tanah berkembang dari batuan kapur.

490 Taufiq et al: Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin

Tanah mempunyai DHL tinggi, pH agak alkalin, kapasitas tukar kation didominasi Ca (55,9%) dan Mg (35,7%), sedangkan K dan Na masing-masing 2,4% dan 6,0% (Tabel 1). Kalium dapat ditukar (K-dd) tergolong tinggi, Ca-dd, serta Mg-dd dan Na-dd sangat tinggi menurut kriteria Hazelton and Murphy (2007). Berda-sarkan DHL, pH dan persentase kejenuhan Na (ESP), tanah lokasi percobaan tergolong salinitas tinggi (Jones 2002).

Tabel 1. Karakteristik tanah lokasi percobaan pada kedalaman 0-20 cm.

Parameter Metode Nilai pH-H2O 1:5 7,7 DHL (dS/m) Pengukuran langsung1) 12,5 C-organik (%) Walky-Black 0,93 K-dd (cmol+/kg) NH4OAc pH 7 1,0 Na-dd (cmol+/kg) NH4OAc pH 7 2,51 Ca-dd (cmol+/kg) NH4OAc pH 7 23,2 Mg-dd (cmol+/kg) NH4OAc pH 7 14,8 KTK(cmol+/kg) Penjumlahan kation 41,51 Kejenuhan Na (%) (Na-dd/KTK)*100 6,05 1)menggunakan portable EC meter tipe HI993310 merk Hanna.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2016 menggunakan galur 267C-MN-1-1. Perlakuan terdiri atas dua faktor, disusun dalam rancangan petak terbagi, diulang tiga kali. Petak utama adalah pemulsaan, yaitu tanpa mulsa (M0) dan dengan mulsa jerami 3,5 t/ha (M1). Anak petak adalah enam macam ameliorasi tanah, yaitu kontrol (A0), 120 kg/ha K2O (A1), 750 kg/ha S (A2), 5 t/ha gipsum (A3), 5 t/ha pupuk kandang (A4), dan 1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang (A5). Benih kacang hijau ditanam secara tugal pada plot 4 m x 3 m, jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2-3 biji/lubang. Amelioran diaplikasikan sebelum tanam dengan cara disebar merata pada plot sesuai perlakuan, sedangkan pemulsaan diaplika-sikan setelah penanaman. Pengairan dilakukan sekali, yaitu setelah tanam dengan air dari sumur (DHL air 3,88 dS/m). Pengairan tambahan tidak dilakukan karena curah hujan cukup. Pupuk dasar 75 urea, 100 SP36, dan 50 kg KCl kg/ha.

Penyiangan ke-I pada 15 hari setelah tanam (HST) dengan herbisida berbahan aktif (b.a) propaquizofap. Penyiangan ke-2 secara manual pada 40-45 HST. Pengendalian hama secara preventif. Hama ulat pemakan daun dan penggerek polong Maruca vitrata dengan insektisida b.a. fipronil, deltametrin, dan klorantra-niliprol, serta hama kutu kebul dengan insektisida b.a piridaben. Panen dilakukan bila sebagian besar polong sudah tua.

Pengamatan terdiri atas daya tumbuh benih pada 15 HST, daya hantar listrik (DHL) tanah (portable EC meter tipe HI993310 merk Hanna). Kandungan air tanah lapisan 0-20 cm pada umur 15, 30, 45, dan 60 HST (metode gravimetri). Tinggi tanaman dan indeks kandungan klorofil (Chlorophyl meter SPAD-502) pada umur 20, 35, dan 50 HST. Analisis Na, Ca, Mg, K tanaman saat vegetatif

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 491

maksimum. Jumlah tanaman dipanen, bobot polong kering, dan biji kering per petak panen. Bobot brangkasan, jumlah polong isi, jumlah polong muda, bobot kering polong isi, dan bobot biji kering saat panen. Analisis tanah kedalaman 0-20 cm saat panen (DHL, pH, C-Organik, Na, Ca, Mg, dan K). Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan dengan pembandingan berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tanah

Perlakuan pemulsaan dan ameliorasi serta interaksinya tidak berpengaruh ter-hadap DHL dan kadar air tanah pada 15, 30, 45 dan 60 HST, kecuali terhadap DHL pada 15 HST (Tabel 2).

Tabel 2. Nilai probabilitas analisis ragam pengaruh mulsa dan ameliorasi terhadap daya hantar listrik (DHL) dan kadar air (KA) tanah salin. Lamongan, MKII tahun 2016.

Sumber Keragaman DF DHL (dS/m) KA (%) 15

HST 30

HST 45

HST 60

HST 15

HST 30

HST 45

HST 60

HST Mulsa (M) 1 0,12 0,20 0,12 0,09 0,12 0,88 0,86 0,16 Ameliorasi (A) 5 0,14 0,14 0,26 0,66 0,63 0,88 0,69 0,37 M*A 5 0,02 0,61 0,66 0,41 0,37 0,44 0,85 0,89 KK (%) 6,37 6,49 7,89 6,36 17,52 5,92 6,62 32,71 Keterangan: nilai probabilitas (P)<0,05 dan >0,05 berturut-turut berpengaruh dan tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5%. Nilai P >0,05 tetapi <0,10 berarti berpengaruh nyata pada tingkat 10%. Nilai P>0,10 dinilai tidak berpengaruh nyata.

DHL pada perlakuan pemulsaan cenderung lebih rendah dibandingkan tanpa pemulsaan, dan cenderung turun pada kadar air tanah >45% (Gambar 1). Pemulsaan menurunkan DHL tanah lapisan atas 0,23-1,13 dS/m, meskipun DHL hingga akhir percobaan masih tinggi (>11 dS/m). Pemulsaan mempertahankan kelembaban tanah pada daerah perakaran, menurunkan suhu tanah, menurunkan evaporasi, dan menurunkan akumulasi garam (Abou-Bakeret al. 2011; Swarup 2013; Alharbi 2015). Selama pelaksaan percobaan sering terjadi hujan, sehingga penurunan DHL akibat pemulsaan mungkin lebih disebabkan oleh menurunnya evaporasi sehingga menghambat akumulasi garam pada lapisan tanah atas.

Perlakuan ameliorasi menyebabkan keragaman DHL, meskipun tidak berbeda nyata (Gambar 2). DHL tanah selama percobaan akibat pengaruh ameliorasi masih tinggi (>12 dS/m), dan berpengaruh negative terhadap pertumbuhan kacang hijau.

492 Taufiq et al: Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin

Gambar 1. Pengaruh mulsa terhadap DHL dan kandungan air tanah (KA) pada tanah salin.

Lamongan, MKII 2016 (M0=tanpa mulsa, M1=dengan mulsa).

Gambar 2. Pengaruh amelioran terhadap DHL (A) dan kandungan air tanah (B) pada tanah salin di Lamongan, MKII 2016. (A0=kontrol, A1=120 kg/ha K2O, A2=750 kg/ha S, A3=5 t/ha gipsum, A4=5 t/ha pupuk kandang, A5=1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang)

Pertumbuhan Tanaman

Benih kacang hijau galur 267C-MN-1-1 mulai berkecambah pada 3 HST, dengan vigor sangat baik meskipun DHL tanah 12,50 dS/m. Tanaman tumbuh pada 10 HST >98% (Tabel 3). Hal ini berarti galur tersebut toleran salinitas tinggi pada fase perkecambahan. Kandil et al. (2012) menggunakan kemampuan berke-cambah pada kondisi salin untuk menilai toleransi genotipe terhadap salinitas.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 493

Gambar 3. Pengaruh ameliorasi dan mulsa terhadap pH (A), C-organik (B), K-dd (C), Na-dd (D), Ca-dd (E), Mg-dd (F), dan DHL (G) pada tanah salin. Lamongan, MKII 2016. (M0=tanpa mulsa, M1=dengan mulsa, A0=kontrol, A1=120 kg/ha K2O, A2=750 kg/ha S, A3=5 t/ha gipsum, A4=5 t/ha pupuk kandang, A5=1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang).

494 Taufiq et al: Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin

Tabel 3. Persentase daya tumbuh benih kacang hijau pada 10 HST pada tanah salin. Lamongan, MKII 2016.

Ameliorasi Daya tumbuh (%)1) Tanpa mulsa Dengan mulsa

Kontrol 99,7 99,2 120 kg K2O/ha 99,5 98,5 750 kg S/ha 99,7 97,5 5 t/ha gipsum (gip) 99,0 98,3 5 t/ha pupuk kandang (pukan) 98,8 99,2 1,5 t/ha gip+5 t/ha pukan 99,2 98,8 1)dihitung berdasarkan jumlah rumpun yang tumbuh.

Pemulsaan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST, 30 HST dan saat panen, serta biomas tajuk saat panen. Ameliorasi tidak berpengaruh nyata terhadap biomas tajuk dan tinggi tanaman, kecuali tinggi tanaman pada 15 HST. Interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman maupun biomas tajuk (Tabel 4). Pertumbuhan tanaman sangat beragam sehingga koefisien keragaman tinggi, dan hal ini juga mengindikasikan bahwa kacang hijau sensitif terhadap perubahan DHL. Keragaman pertumbuhan terutama disebabkan oleh keragaman DHL antarplot, meskipun pada plot yang berdekatan. Keragaman DHL, meskipun pada jarak yang berdekatan, menjadi masalah di lapang yang sulit diatasi dalam menentukan blocking percobaan.

Pemulsaan meningkatkan tinggi tanaman 15-48%, tergantung umur tanaman, dibandingkan tanpa mulsa. Dengan pemulsaan, tinggi tanaman akhir (saat panen) 28% lebih tinggi, dan biomas tanaman lebih tinggi 103% dibandingkan tanpa mulsa (Tabel 5). Hal ini karena pemulsaan menurunkan DHL tanah sehingga tanaman tumbuh lebih baik, dan populasi tanaman saat panen 89% lebih banyak (Gambar 4).

Tabel 4. Nilai probabilitas analisis ragam pengaruh mulsa dan ameliorasi terhadap tinggi tanaman dan biomas tajuk kacang hijau pada tanah salin. Lamongan MKII 2016.

Sumber Keragaman

DF Biomas tajuk Tinggi tanaman (cm)

42 HST (g/5

tanaman)

Panen (g/10

tanaman)

Panen (t/ha)

15 HST

30 HST

45 HST

60 HST

Saat panen

Mulsa (M) 1 0,62 0,02 0,01 0,01 0,03 0,16 0,13 0,04 Ameliorasi (A) 5 0,39 0,17 0,57 0,04 0,09 0,39 0,33 0,28

M*A 5 0,41 0,21 0,95 0,52 0,45 0,81 0,22 0,14 KK (%) 32,75 34,63 49,12 4,94 10,56 27,98 28,85 18,42

Keterangan: nilai probabilitas (P) <0,05 dan >0,05 berturut-turut berpengaruh dan tidak berpengaruh nyata pada uji F 5%. Nilai P>0,05 tetapi <0,10 berarti berpengaruh nyata pada uji F 10%. Nilai P>0,10 dinilai tidak berpengaruh nyata.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 495

Tabel 5. Pengaruh mulsa dan ameliorasi terhadap tinggi tanaman kacang hijau pada lahan salin di Lamongan, MKII tahun 2016.

Perlakuan1) Biomas tajuk Tinggi tanaman (cm) 42

HST(g/5 tanaman)

Panen (g/10

tanaman)

Panen (t/ha)

15 HST 30 HST 45 HST

60 HST

Saat panen

Pemulsaan M0 3,03 7,50b 211,3b 5,9b 8,0 b 10,9 19,8 24,9b M1 2,86 10,47a 429,2a 6,8a 9,4a 13,7 29,3 31,8a Ameliorasi A0 2,94 7,53 339,1 6,3b 8,7abc 12,9 22,7 28,2 A1 2,78 8,09 337,9 6,3b 8,8 abc 11,5 29,0 27,1 A2 2,24 7,96 246,8 6,2 b 8,9 ab 10,9 22,6 27,4 A3 3,35 8,30 281,1 6,2b 7,9c 14,2 22,0 25,7 A4 3,35 11,85 412,4 6,5 ab 9,6a 13,7 28,4 32,9 A5 2,99 10,18 304,4 6,8 a 8,4 bc 10,7 22,6 28,8 Angka sekolom pada setiap perlakuan yang didampingi huruf sama atau tanpa didampingi huruf berarti tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5%.1)A0=kontrol, A1=120 kg/ha K2O, A2=750 kg/ha S, A3=5 t/ha gipsum, A4=5 t/ha pupuk kandang, A5=1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang.

Amelioran yang berpeluang memperbaiki pertumbuhan tanaman kacang hijau adalah menggunakan pupuk kandang 5 t/ha (Tabel 5). Penggunaan pupuk kan-dang menurunkan jumlah tanaman yang mati akibat salinitas (Gambar 4).

Gambar 4. Pengaruh amelioran dan mulsa terhadap populasi tanaman kacang hijau saat panen pada tanah salin di Lamongan, MKII 2016. (A0=kontrol, A1=120 kg/ha K2O, A2=750 kg/ha S, A3=5 t/ha gipsum, A4=5 t/ha pupuk kandang, A5=1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang).

Indeks Kandungan Klorofil (IKK)

Indeks kandungan klorofil menggambarkan tingkat kehijauan daun, semakin besar nilai IKK berarti daun semakin hijau. Pemulsaan dan ameliorasi, serta inter-aksinya semakin tidak berpengaruh nyata terhadap IKK pada 15-60 HST, kecuali pada umur 15 HST (Tabel 6).

496 Taufiq et al: Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin

Tabel 6. Nilai probabilitas analisis ragam pengaruh mulsa dan amelioran terhadap Indeks Kan-dungan Klorofil kacang hijau pada tanah salin. Lamongan, MK II 2016.

Sumber Keragaman DF Indeks kandungan klorofil 15 HST 30 HST 45 HST 60 HST

Mulsa (M) 1 0,60 0,13 0,21 0,25 Ameliorasi (A) 5 0,02 0,61 0,58 0,82 M*A 5 0,07 0,57 0,45 0,93 KK (%) 4,40 6,37 9,21 10,99 Keterangan: nilai probabilitas (P) <0,05 dan >0,05 berturut-turut berpengaruh dan tidak berpengaruh nyata menurut uji F. Nilai P>0,05 tetapi <0,10 berarti berpengaruh nyata menurut uji F 10%. Nilai P>0,10 dinilai tidak berpengaruh nyata.

Indeks kandungan klorofil meningkat hingga umur 30 HST, setelah itu turun. IKK pada perlakuan pemulsaan cenderung lebih tinggi hingga tanaman berumur 30 HST, tetapi cenderung lebih rendah pada 45 HST dan 60 HST dibandingkan tanpa mulsa (Gambar 5A). Hujan banyak terjadi setelah tanaman berumur 30 HST sehingga tanah pada petak yang diberi mulsa lebih lembab dan menyebab-kan tanaman klorosis lebih parah dibandingkan yang tanpa mulsa. Ameliorasi tidak menghambat kerusakan klorofil akibat salinitas sehingga IKK daun turun (Gambar 5B). Hal ini menunjukkan bahwa pada DHL 12,5 dS/m, galur 267C-MN-1-1 hanya mampu bertahan dari kerusakan klorofil hingga umur 30 HST. Meskipun demikian, galur tersebut mampu bertahan hingga panen.

Gambar 5. Pengaruh mulsa (A) dan amelioran (B) terhadap IKK daun kacang hijau pada tanah salin. Lamongan, MKII 2016. (M0=tanpa mulsa, M1=dengan mulsa; A0=kontrol, A1=120 kg/ha K2O, A2=750 kg/ha S, A3=5 t/ha gipsum, A4=5 t/ha pupuk kandang, A5=1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang).

Hasil dan Komponen Hasil

Pemulsaan dan ameliorasi serta interaksi antar keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong tua dan muda, bobot kering polong tua dan muda, bobot biji dari polong tua dan muda, hasil biji, bobot 100 biji, dan indeks panen

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 497

(Tabel 7). Koefisien keragaman sangat tinggi karena keragaman pertumbuhan dan populasi tanaman akibat keragaman DHL tanah (Gambar 6).

Gambar 6. Keragaan populasi tanaman kacang hijau saat panen dan keragaman DHL pada perlakuan ameliorasi tanpa mulsa (A dan B), serta dengan ameliorasi dan mulsa (C dan D) pada tanah salin di Lamongan, MKII 2016. (M0=tanpa mulsa, M1=dengan mulsa; R1, R2, dan R3=ulangan 1, 2 dan 3; A0=kontrol, A1=120 kg/ha K2O, A2=750 kg/ha S, A3=5 t/ha gipsum, A4=5 t/ha pupuk kandang, A5=1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang).

Pemulsaan nyata meningkatkan hasil biji 106% dibandingkan tanpa pemulsaan (Tabel 8). Tingkat hasil biji sangat rendah, tertinggi 162 kg/ha. Pengaruh mulsa terhadap peningkatan hasil tidak berkaitan dengan penyerapan unsur K, Na, Ca, dan Mg (Gambar 7), tetapi karena penurunan DHL tanah.

Dari lima macam amelioran yang diberikan, hanya ameliorasi dengan 5 t/ha pupuk kandang yang meningkatkan jumlah polong tua 40%, bobot kering polong tua dan biji dari polong tua 48%, serta hasil biji 80% dibandingkan tanpa ameli-orasi, meskipun peningkatan tersebut tidak nyata karena koefisien keragaman tinggi. Amelioran selain 5 t/ha pupuk kandang pengaruhnya negatif (Tabel 8).

Bobot 100 biji galur 267C-MN-1-1 pada kondisi tanah non salin adalah 6,3 g. Pada kondisi tanah salin (DHL 12,5 dS/m), galur tersebut mempunyai bobot 100 biji 5,3 g (Tabel 8). Hal ini mengindikasikan ukuran biji menjadi lebih kecil.

498 Taufiq et al: Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin

Penurunan ukuran biji mungkin karena fotosintesis yang tidak optimal mengingat kandungan klorofil daun rendah yang ditunjukkan oleh nilai IKK yang rendah.

Tabel 7. Nilai probabilitas analisis ragam pengaruh mulsa dan ameliorasi terhadap hasil dan komponen hasil tanaman kacang hijau pada tanah salin. Lamongan, MK II 2016.

Sumber Keragaman

DF Jumlah polong/ tanaman

Bobot kering/10 tanaman (g) Hasil biji

(kg/ha)

Bobot 100 biji (g)

Indeks panen

Tua Muda Polong tua

Polong muda

Biji polong

tua

Biji polong muda

Mulsa (M) 1 0,15 0,91 0,14 0,50 0,14 0,50 0,07 0,70 0,38 Ameliorasi (A) 5 0,26 0,31 0,26 0,17 0,27 0,17 0,12 0,67 0,29

M*A 5 0,06 0,66 0,18 0,55 0,15 0,55 0,20 0,17 0,23 KK (%) 33,61 34,71 42,71 69,32 41,74 69,32 74,24 4,61 52,25

Keterangan: nilai probabilitas (P) <0,05 dan >0,05 berturut-turut berpengaruh dan tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5%. Nilai P>0,05 tetapi <0,10 berarti berpengaruh nyata pada tingkat 10%. Nilai P>0,10 dinilai tidak berpengaruh nyata. 1)Nisbah bobot biji terhadap polong

Gambar 7. Pengaruh ameliorn dan mulsa terhadap kandungan unsur K (A), Na (B), Ca (C), dan Mg (D) dalam tajuk tanaman kacang hijau saat fase awal pembentukan polong pada tanah salin di Lamongan, MKII 2016. (M0=tanpa mulsa, M1= mulsa jerami 3,5 t/ha; A0=kontrol, A1=120 kg/ha K2O, A2=750 kg/ha S, A3=5 t/ha gipsum, A4=5 t/ha pupuk kandang, A5=1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang).

Indeks panen (IP) rata-rata 20 varietas unggul kacang hijau pada kondisi tanah non salin adalah 0,06-0,08 untuk tingkat hasil biji 1,0-1,3 t/ha, dan IP 0,11-0,12 untuk tingkat hasil biji 1,5-1,8 t/ha (data primer, kegiatan visitor plot 2007). IP galur 267C-MN-1-1 pada kondisi tanah salin 0,14-0,28 (Tabel 8). Hal ini me-

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 499

nunjukkan salinitas berpengaruh lebih besar terhadap biomas tajuk dibandingkan terhadap hasil biji.

Tabel 8. Pengaruh mulsa dan ameliorasi terhadap hasil dan komponen hasil tanaman kacang hijau pada tanah salin. Lamongan, MKII 2016.

Perlakuan1)

Jumlah polong /tanaman

Bobot kering/10 tanaman (g)

Hasil biji (kg/ha)

Bobot 100 biji (g)

Indeks panen

Tua Muda Polong tua

Polong muda

Biji polong

tua

Biji polong muda

Pemulsaan M0 4 1 12,63 0,28 9,08 0,28 78,6b 5,32 0,19 M1 6 1 17,64 0,31 12,68 0,31 161,9a 5,37 0,21

Ameliorasi A0 5 1 13,89 0,23 9,98 0,23 113,9 5,32 0,21 A1 4 1 12,76 0,25 9,00 0,25 157,1 5,35 0,28 A2 5 1 13,68 0,46 10,12 0,46 81,9 5,48 0,22 A3 4 1 12,68 0,19 9,27 0,19 90,1 5,35 0,14 A4 7 1 20,57 0,23 14,74 0,23 205,5 5,35 0,23 A5 5 1 17,23 0,41 12,17 0,41 73,2 5,23 0,15

Angka sekolom pada setiap perlakuan yang didampingi huruf sama atau tanpa didampingi huruf berarti tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5%.1)M0=tanpa mulsa, M1=dengan mulsa, A0=kontrol, A1=120 kg/ha K2O, A2=750 kg/ha S, A3=5 t/ha gipsum, A4=5 t/ha pupuk kandang, A5=1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang.

Pada lingkungan tanah dengan DHL 6-17 dS/m, bobot biomas tajuk galur 267C-MN-1-1 sekitar 60% terjadi pada DHL 11 dS/m atau turun 40% dari bobot biomas tertinggi pada lingkungan tersebut (Gambar 8A). Pada DHL yang sama (11 dS/m), bobot biji mencapai 90% atau turun 10% dari bobot biji maksimum pada lingkungan tersebut (Gambar 8B). Hal ini menunjukkan bahwa cekaman salinitas tersebut berpengaruh lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman diban-dingkan terhadap hasil biji.

Gambar 8. Hubungan antara DHL tanah dengan bobot kering tajuk relatif (A) dan dengan bobot biji relatif (B) tanaman kacang hijau galur 267C-MN-1-1 saat panen pada tanah salin di Lamongan, MKII 2016.

500 Taufiq et al: Tanggap Kacang Hijau terhadap Amelioran dan Pemulsaan di Tanah Salin

KESIMPULAN

1. Pemulsaan dengan jerami menurunkan DHL tanah lapisan atas 0,23-1,13 dS/m, memperbaiki pertumbuhan tanaman, menurunkan jumlah tanaman yang mati akibat cekaman salinitas, meningkatkan jumlah polong isi, bobot kering polong isi, dan meningkatkan hasil biji 106%.

2. Ameliorasi dengan 120 kg/ha K2O, 750 kg/ha S, 5 t/ha gipsum, 5 t/ha pupuk kandang, maupun 1,5 t/ha gipsum+5 t/ha pupuk kandang tidak berpengaruh terhadap DHL tanah. Amelioran yang berpeluang memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan hasil kacang hijau adalah pupuk kandang dosis 5 t/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Abou-Baker NH, Abd-Eladl M, Mohsen MA. 2011. Use of silicate and different cultivation practices in alleviating salt stress effect on bean plants. Australian J of Basic and Applied Sci 5(9):769-781.

Ahmad S, Wahid A, Rasul E, Wahid A. 2005. Salt tolerance of green gram genotypes at various growth stages: comparative morphological and physiolo-gical responses of green gram genotypes to salinity applied at different growth stages. Bot Bull Academy Singapore 46:135-142.

Ahmed S. 2009. Effect of salinity on the yield and yield component of mungbean. J Bot 41(1):263-268.

Alharbi A. 2015. Effect of mulch on soil properties under organic farming conditions in center of Saudi Arabia. J of American Sci 11(1):108-115.

Cardon GE, Davis JG, Bauder TA, Waskom RM. 2012. Managing saline soils. http://www.ext.colostate.edu/pubs/crops.html. Diakses tanggal 5 Maret 2013.

Dong H. 2012. Technology and field management for controlling soil salinity effects on cotton. Australian J of Crop Sci 6(2):333-341.

Erfandi D, Rachman A. 2011. Identification of soil salinity due to seawater intrusion on rice field in the Northern Coast of Indramayu, West Java. J Trop Soils 16(2):115-121.

Hazelton P, Murphy B. 2007. Interpreting Soil Test Results: What Do All the Numbers Mean? CSIRO Pub, Austria.

Hirpara KD, Prakash JR, Ashish DP, Amar NP. 2005. Effect of salinisation of soil on growth and macro- and micro-nutrient accumulation in seedlings of Buteamonosperma (Fabaceae). Anales de Biol 27:3-14.

Hossain MM, Miah MNA, Rahman MA, Islam MA, Islam MT. 2008. Effect of salt stress on growth and yield attributes of mungbean. Bangladesh Res Pub J 1(4):324-336.

Ismail A. 2007. Rice Tolerance to Salinity and Other Problem Soils: Physiological Aspects and Relevance Breeding. IRRI Lecture in Rice Breeding Course. PBGB, Los Banos, the Philipines.

Jones JB. 2002. Agronomic Handbook: Management of Crops, Soil, and Their Fertility. CRC Press, New York.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 501

Jouyban Z. 2012. The effects of salt stress on plant growth. Tech J Engin & App Sci 2(1):7-10.

Kahlon UZ, Murtaza G, Ghafoor A. 2012. Amelioration of saline-sodic soil with amendments using brackish water, canal water and their combination. Inter J Agric Biol 14(1):38-46.

Kandil AA, Arafa AA, Sharief AE, Ramadan AN. 2012. Genotypic differences between two mungbean varieties in response to salt stress at seedling stage. Inter J of Agric Sci 4(7):278-283.

Kopittke PM. 2012. Interactions between Ca, Mg, Na and K: alleviation of toxicity in saline solutions. Plant Soil 352:353-362.

Loreto F, Centritto M, Chartzoulakis K. 2003. Photosynthetic limitations in olive cultivars with different sensitivity to salt stress. Plant Cell & Environ 26:595-601.

Murtaza G, Murtaza B, Usman HM, Ghafoor A. 2013. Amelioration of saline-sodic soil using gypsum and low quality water in following sorghum-berseem crop rotation. Inter J Agric Biol 15(4):640-648.

Nawaz K, Khalid H, Abdul M, Farah K, Shahid A, Kazim A. 2010. Fatality of salt stress to plants: Morphological, physiological and biochemical aspects. African J of Biotech 9(34):5475-5480.

Putra ETS, Indradewa D. 2011. Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan Nasional. http://www.faperta.ugm.ac.id/dies/eka_prof_didik.php. Diakses 20 Juli 2015.

Rachman A, Subiksa IGM, Erfandi D, Slavich P. 2008. Dynamics of tsunami-affected soil properties. In: Agus F, Tinning G (eds). Proceeding of Interna-tional Workshop on Post Tsunami Soil Management.

Stamford NP, Freitas DS, Ferraz S, Santos ERS. 2002. Effect of sulphur inoculated with Thiobacillus on saline soils amendment and growth of cowpea and yam bean legumes. J of Agric Sci 139:275–281.

Suganda H, Setyorini D, Kusnadi H, Saripin I, Kurnia U. 2009. Evaluasi pence-maran limbah industri tekstil untuk kelestarian lahan sawah. hlm. 203-221. Dalam: Kurnia U, Agus F, Setyorini D, Setiyanto A (eds). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Swarup A. 2013. Sustainable management of salt-affected soils and poor-quality of ground waters for enhanching crop production. In: Shahid SA, et al. (eds). Development in Soil Salinity Assesment and Reclamation: Innovative Thinking and Use of Marginal soil and Water Resources in Irrigated Agri-culture. Springer Sci. and Busines, Dordrecht.

Taufiq A, Purwaningrahayu RD. 2013. Tanggapan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) terhadap cekaman salinitas. J Pen Tan Pangan 32(3):161-172.

Yadav S, Mohammad I, Aqi A, Shamsul H. 2011. Causes of salinity and plant manifestations to salt stress: a review. J Environ Biol 32: 667-685.