Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

8
KONON gagasan pemekaran Kota Tangerang Selatan lahir di warung kopi. Sambil menyeruput kopi hangat, tercetus gagasan akan perlunya daerah Ciputat, Cisauk, Pamulang,Pagedangan, Serpong, dan Pondok Aren (Cipasera) menjadi kota otonom. Pasalnya ketika itu Cipasera bagai terlupakan – pelayanan publik yang bu- ruk, macet, jalan rusak, sampah menggunung dan jarak ± 50 km ke pusat Kabupaten Tangerang di Tigaraksa. Kini, menjelang tujuh tahun pemekaran, Kota Tang- sel telah menjelma menjadi miniatur Jakarta. Himpun- an kota-kota cerdas di kawasan utara, tetapi pemba- ngunan acak-adut di kawasan Selatan. Krisis identitas dan gagap budaya menjelma. Begitu banyak potensi yang gagal dimanfaatkan secara optimal dan terarah. Sehingga, kendati pusat pemerintahan dekat, tetapi Kota Tangsel tampak terselubung oleh kabut kumuh, salah urus, tidak harmonis, timpang, dengan pelayanan publik yang masih buruk. PEMEKARAN MENAGIH JANJI EDISI I/31 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2015 @TANGERANGNEWS_ TANGERANG RAYA NEWS Paham Dah..! BER 2015 Tangsel Darurat Sampah Ngurus KTP, Mahal dan Lelet Dokter Elvier : Bukan Sekadar Dokter di Tangsel Tong Sampah dari Drum Bekas 2 3 6 4 Korupsi Sampah Macet

description

MENAGIH JANJI PEMEKARANDAFTAR ISI. EDITORIAL : Kota Palang Pintu; KEKERAN : Bang Arsid, Birokrat Bersih Paham Masalah; KOTA KITA : Jalan Siput Bikin Semaput; KABAR WARGA : Tong Sampah Dari Drum Bekas; NGOMONG KOTA : Memperkuat Layanan Publik di Tangerang Selatan; GADO-GADO : Potret Persatuan Sepak Bola Tangerang Selatan (PERSITANGSEL)

Transcript of Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

Page 1: Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

KONON gagasan pemekaran Kota Tangerang Selatan lahir di warung kopi. Sambil menyeruput kopi hangat, tercetus gagasan akan perlunya daerah Ciputat, Cisauk, Pamulang,Pagedangan, Serpong, dan Pondok Aren (Cipasera) menjadi kota otonom. Pasalnya ketika itu Cipasera bagai terlupakan – pelayanan publik yang bu-ruk, macet, jalan rusak, sampah menggunung dan jarak ± 50 km ke pusat Kabupaten Tangerang di Tigaraksa.

Kini, menjelang tujuh tahun pemekaran, Kota Tang-

sel telah menjelma menjadi miniatur Jakarta. Himpun-an kota-kota cerdas di kawasan utara, tetapi pemba-ngunan acak-adut di kawasan Selatan. Krisis identitas dan gagap budaya menjelma. Begitu banyak potensi yang gagal dimanfaatkan secara optimal dan terarah. Sehingga, kendati pusat pemerintahan dekat, tetapi Kota Tangsel tampak terselubung oleh kabut kumuh, salah urus, tidak harmonis, timpang, dengan pelayanan publik yang masih buruk.

PEMEKARANMENAGIH JANJI

EDISI I/31 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2015@TANGERANGNEWS_ TANGERANG RAYA NEWS

Paham Dah..!

BER 2015

Tangsel

Darurat

Sampah

Ngurus KTP,

Mahal dan

Lelet

Dokter Elvier :

Bukan Sekadar

Dokter di Tangsel

Tong Sampah

dari Drum Bekas

2 3 64

Korupsi

Sampah

Macet

Page 2: Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

KEKERAN

Kota Palang Pintu KOTA Tangerang Selatan (Tangsel) belum genap satu dekade. Menjelang saptawarsa pendiriannya, berdiri pada 28 November 2008, pembangunan Tangsel melaju pesat. Sebagian dari pembangunan tersebut telah sesuai dengan tujuan pendiriannya, tetapi masih banyak pula yang melenceng dari amanat masyarakat.

Dalam saptawarsa pendiriannya, Tangsel telah sukses menjadi Jakarta sebagai kiblat pembangunan. Sekian lama, pengambil kebijakan sibuk membentang “karpet merah” bagi investor. Dengan alasan peningkatan PAD, lahan-lahan ditelanjangi kemudian dibangun pusat perkantoran, surga belanja hingga perumahan modern.

Dan jadilah Tangsel sebagai himpunan kota-kota cerdas (smart city) di kawasan Utara, dan pembangunan acak-adut di kawasan selatan – gabungan antara pemukiman, ruko, mal, pasar tradisional, situ dan lainnya dalam penempatan tata ruang dan acak-acakan. Kehidupan modern di utara; dengan jalan rusak, saluran air hancur dan timbunan sampah di kawasan selatan.

Jika diamati, kawasan selatan Tangsel ibarat melihat sebatang paku tertancap di papan. Mall di tepi situ tempat masyarakat membuat karamba dan memancing? Klaster bisnis dan perumahan modern nan sempit, 10-20 rumah, menyempil di tengah-tengah pemukiman tradisional? Portal, pagar keliling, satpam, wifi , jalan beton dan kamera CCTV, di antara pabrik oncom, lapak penjual bambu, dan rumah tukang gali pasir Sungai Cisadane? Bagaimana rencana pembangunan bagi para petani cabe rawit dan mentimun?

Ketimpangan pembangunan bermuara pada ketimpangan pendapatan masyarakat. Ketimpangan yang buruk dikelola berpotensi menjadi pemicu penyakit masyarakat, dan konfl ik antar masyarakat, bahkan dengan dunia usaha. Contohnya, warga di perumahan Villa Dago Pamulang yang sempat bertengkar dengan warga di permukiman tradisional karena persoalan akses jalan. Pencurian berat, pencurian kendaraan bermotor dan penipuan marak di Tangsel. Kehidupan menjadi tidak aman dan nyaman.

Dalam saptawarsa pendiriannya, Tangsel telah sukses menjadi miniatur Jakarta, tetapi melupakan karakter kebudayaan Banten. Sebagai kota multi etnis, dengan akar sejarah sebagai bagian dari Keresidenan Batavia, tetapi menjadi bagian dari propinsi Banten, membuat Kota Tangerang Selatan mengalami krisis identitas dan gagap budaya. Sampai sekarang, warga Tangsel masih kebingungan jika dipinta menjelaskan kebudayaan khas daerahnya. Celakanya, modernitas dikerat menjadi sekadar pembangunan fi sik, sehingga pemerintah masih diisi oleh birokrasi korup, tidak berkompeten dengan kinerja rendah.

Dalam saptawarsa pendiriannya, transisi kekuasaan di Tangsel mesti dimaknai sebagai kesempatan untuk merevitalisasi ideologi pembangunan yang salah arah. Sudah saatnya Tangsel menyadari posisinya sebagai Kota Palang Pintu - titik penghubung antara Jakarta dan Banten, tanpa harus menjadi miniatur Jakarta atau miniatur Banten. Sudah saatnya Tangsel merumuskan kebudayaan sendiri, yaitu menjadi titik harmonisasi antara modernitas yang dibawa investor dan kearifan masyarakat Banten. Budaya Kota Tangerang Selatan adalah keragaman, dan arah pembangunannya adalah harmonisasi keragaman tersebut. baik.

Salam,Redaksi

Pemimpin Umum/ Pemimpin Usaha : Ahan Syahrul Arifi n.

Pemimpin Redaksi:Hendri Teja.

Redaktur: Revi Marta Dasta.

Reporter : Akbar Fitriansyah, Adi Bandaro

Romi Pernando, Aspriadi.

Fotografer : Hadi Suwarman.

Design & Tata Letak: JEESHACE Magenta Bandung.

Keuangan dan Pemasaran : Ninuk.

Sirkulasi & Distribusi : Rosyid .

Email : [email protected]

Editorial

Beresin...!sampah dan

macet dulu dong!Nanti..

Kita sulap jadi Singapura....

Mpok Romlah...

Berita Foto

Kota Kite

REDAKSI

Tabloid “TANGERANG RAYA

NEWS” adalah media dengan

konsep citizen journalism yang

berfokus pada isu-isu pemba-

ngunan di kawasan Tangerang,

Kabupaten Tangerang, Kota

Tangerang dan Kota Tangerang

Selatan. Tabloid ini diterbit-

kan oleh SAGI Media. Redaksi

mengundang pembaca untuk

berkontribusi dalam bentuk

opini, photo, karikatur maupun

berita seputar pembangunan

kawasan Tangerang. Untuk se-

tiap karya yang dimuat, redaksi

akan memberikan honorium/

cenderamata.

Member of SAGI Media:

Cover: Jeeshace Magenta

TANGSEL DARURAT SAMPAH: Setiap harinya, TPA

Cipeuecang menerima 600 meterkubik atau 130

ton sampah masyarakat Kota Tangerang Selatan.

Karena menggunakan sistem sanitary landfi ll,

sampah ditumpuk di suatu lahan, diperkirakan TPA

Cipeuecang hanya mampu bertahan satu tahun

ke depan. Apalagi sampah yang ditumpuk terus

menerus dapat mengakibatkan kerusakan lingkung-

an. Air tanah menjadi tercemar dan memunculkan

polusi udara karena bau tak sedap. Sistem sanitary

landfi ll sendiri sudah dilarang di Eropa sejak 1996.

EDISI I/31 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 20152

Page 3: Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

KEKERAN

Amanat terakhirnya adalah Asisten Daerah Bidang Pe-merintah dan Kesejahtera-an Rakyat Kab. Tangerang. Sebelumnya, dia pernah

menjabat Kepala perwakilan kecamatan Cisauk, Camat Pamulang dan Camat Ser-pong.

Kini, Arsid harus meninggalkan dunia yang begitu ia cintai. Panggilan pengabdi-an yang lebih luas untuk masyarakat Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengetuk hatinya. Dia memutuskan maju sebagai kandidat Walikota Tangsel. “Saya siap menjadi calon wali kota karena merasa ikut bertanggung jawab dan akan mem-perbaiki kota yang menjadi kampung kelahiran dan kampung halaman saya sendiri,” ungkap lelaki Betawi Tangsel ini.

Keputusan ini disambut antusias se-kaligus haru oleh para pegawai Setda Kab. Tangerang. Maklum, sebagai pamong se-nior, Arsid terkenal rendah hati, ringan

tangan dan mau bergaul dengan semua kalangan. Kesederhanaan, optimis dan a m a n a h , membuat-nya menjadi panutan di ka-langan birokrat, baik di Kab. Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangsel. Apa-lagi Arsid adalah salah satu pelaku uta-ma dalam mendorong pemekaran Kota Tangerang dan Kota Tangsel.

“Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan ucapan kepada saya, semoga ini menam-bah motivasi dan kekuatan terhadap per-juangan saya,” kata Arsid dengan nada terharu ketika berpamitan dengan sege-nap PNS di kantor Setda Kab. Tangerang.

Paham Masalah, Paham Solusi Sebagai putera asli Tangsel, ditambah

pengalamannya di pemerintahan, mem-buat Arsid mampu merumuskan solusi atas masalah-masalah di Kota Tangsel. Termasuk untuk membangun sinergi an-tara Kota Tangsel dengan Kota Tangerang dan Kab. Tangerang.

Arsid percaya pelayanan publik yang prima adalah kunci utama. Tidak bo-leh lagi ada pelayanan publik yang lelet, berbelit-belit, diskriminasi apalagi korup. Karena itu diperlukan penataan standar pelayanan minimal, penataan organisasi yang efi sien dan efektif dan peningkat-

an kompetensi dan moralitas birokrat. “Tangsel harus jadi ikon pelayanan publik

terbaik,” cetus kan-didat doktor dari Universitas Padja-jaran bandung ini.

Tetapi pemerintah tak bisa send-irian. Pemerintah harus bersinergi dengan LSM, perguruan tinggi dan masyarakat. Perlu keterbukaan, trans-paransi, harmonisasi untuk membuka partisipasi masyarakat . Berkat komu-nikasi yang santun, dan penuh peng-hargaan pada orang kecil, Arsid sukses membangun kekerabatan populis lin-tas agama, lintas etnis-kultural, dan tokoh Tangsel bagi semua kalangan, tanpa meninggalkan budaya betawin-ya.

“Kota ini membutuhkan sosok pe-mimpin yang sangat memahami Tangsel. Karena itulah kami akan memilih Bapak Arsid,” ungkap H. Satori bersama para to-koh masyarakat Kelurahan Paku Jaya, se-perti Mandor Acip, Husin Toong, Ustadz Nimun dan Ustadz Makmun.

Masyarakat Serpong, Serpong Utara dan Setu bahkan berinisatif membentuk relawan semut sampai ke tingkat kelu-rahan dan RW. “Relawan ini bergerak se-

c a r a s p o -

radis dalam m e n -sosialisasikan sosok Pak Haji A r -sid,” ujar Abdul Rahman, tokoh masyara-kat dari Kecamatan Serpong.

Dukungan warga keturunan Tiong-hoa Tangsel juga mengalir. Contohnya, Chandra Gunawan, pengurus Boen Hay Bio Cilenggang Serpong, yang menyebut keluarga besarnya sudah mendukung Ar-sid sejak Pilwakot Tangsel 2010 yang lalu. “Di lingkungan saya, Arsid memang mut-lak,” katanya.

Demikian pula, Kang Tjui Liong, yang optimistis, jika Arsid terpilih ke-bersamaan dan kerukunan masyara-kat dapat lebih meningkat. “Beliau (Arsid, red) adalah sosok yang sigap dalam menangani berbagai masalah sebab orangnya cepat turun tangan langsung dan hobi blusukan untuk menginventarisir masalah di wilayah hingga dapat segera diselesaikan,” tu-tur pengelola Bio Kanti Sara Pocis Ba-bakan Setu ini.

Pondok Benda – Pemkot Tangerang Selatan (Tangsel) tampaknya harus ber-benah dalam pelayanan administrasi ke-pendudukan. Jika pengurusan KTP dan KK di DKI Jakarta sudah gratis dan bisa selesai 1-3 hari, di Tangsel paling cepat 1 bulan. Budaya uang pelicin juga masih marak.

Pantauan kami, sudah jam 14.00 WIB, tetapi petugas loket Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang belum ada. Seorang lelaki yang me-ngaku bolak-balik sejak pagi, tampak meradang. “Sudah satu tahun saya mengurus, tapi KTP saya belum kelar-kelar,” kata warga pindahan dari Kota Palembang ini. Padahal, KK dan KTP bagi 4 anggota keluarganya tersebut di-janjikan siap 2 minggu

Padahal lelaki itu mengaku sudah menghabiskan sekitar Rp 700 ribu untuk uang pelicin. “Dari loket, tahu-tahu dia minta biaya segitu, ya sudah saya kasih. Itu

belum termasuk bensin saya bolak-balik.” Tetapi yang membuatnya kian jengkel ada-lah oknum petugas itu belakangan sulit di-hubungi. “Ditelpon gak diangkat, di-SMS gak dibales,” keluhnya.

Sejumlah media massa sudah meny-oroti fenomena ini. Contohnya, Usman Yamin, warga Kampung Baru, Kelurah-an Pakulonan. Penjual burung ini me-ngaku diminta Rp 600 ribu oleh oknum

petugas. Karena menolak pengurusan-nya jadi bertele-tele. “Setelah berkas saya serahkan, ternyata ada persyaratan lain. Syarat lain saya serahkan, ada lagi persyaratan baru yang disebut,” ujar warga pindahan dari Kota Tangerang ini.

Prosedur mengurus KTP di Kota Tangsel memang cukup panjang. Mulai dari kelurahan sampai Dinas Kepen-

dudukan dan Catatan Sipil. Hal ini lalu dimanfaatkan oknum petugas. Irfan Alfaris, warga kelurahan Pamulang Ti-mur, misalnya, dipinta Rp 900 ribu un-tuk mengurus KTP dan KK bagi 6 ang-gota keluarganya. “Udah hampir tiga bulan namun KTP saya belum jadi-jadi juga. Kali ini dengan alasan berkasnya keselip di kecamatan.”

Bahkan sampai enam bulan berlalu KK dan KTP yang dijanjikan tidak se-lesai. Kali kedua, Irfan mengeluarkan uang DP sebesar 250 ribu dari 1,5 juta yang diminta oleh oknum petugas. Di-janjikan kurang satu bulan selesai. Te-tapi ternyata janji tinggal janji.

“Sempat merasa kesal, karena saya berasa dikibulin lagi untuk kedua kali-nya oleh orang kelurahan. Dalam hati saya, kok segitu susahnya sih bikin KTP,” kata Irfan sebagaimana yang dituangkan dalam blognya http://ifa-nalfaris.blogspot.com.

Ngurus KTP di Tangsel, Mahal dan Lelet

Birokrat Bersih dan Paham MasalahKariernya Drs. H. Arsid, M.Si,

dirintis dari bawah. Bang Ar-

sid, demikian biasa ia dipang-

gil, mengabdi sebagai bi-

rokrat di wilayah Tangerang

sejak 1992.

Bang Arsid

Kekeran

TANGSEL

3EDISI I/31 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2015

Page 4: Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

KEKERAN

MASYARAKAT miskin di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengeluh-kan kebijakan pendidikan yang tidak se-penuhnya gratis. Ucok Harahap, warga Serpong, menyebut biaya SPP sudah ti-dak ada. Tetapi anak-anaknya masih dip-inta uang seragam. Ada juga uang buku persemester., “SD kelas 1, kena Rp 200 ribu, kalau yang kelas 5 kena Rp 500 ribu. Sedang anak saya yang SMA uang buku-nya Rp 800 ribu persemester, ditambah Rp 600 ribu buat daftar ulang,” keluh le-laki beranak empat ini.

Penjual mainan anak-anak yang berkeliling di SD-SD Kelurahan Ser-pong ini mengeluhkan biaya-biaya ter-sebut. “Kalau dulu kan buku itu bisa

diwariskan dari kakak ke adeknya. Se-karang kok harus beli setiap semester?”

Apalagi, program Bantuan Siswa Mandiri (BSM) yang dikucurkan peme-rintah bagi siswa miskin, tidak cukup untuk menutupi biaya-biaya tersebut. “BSM untuk SD jumlahnya Rp 450 ribu setahun. Waktu kelas IV, anak saya da-pat. Sekarang sudah kelas V, belum tu-run-turun juga. Saya gak tahu kenapa?”

Padahal, menurut Asep Nanda, warga Kedaung, dengan APBD 2015 sebesar Rp 2,819 Triliun mestinya pen-didikan 12 tahun di Kota Tangsel bisa gratis. “Dengan dana segitu, mesti-nya anak-anak dari masyarakat miskin mendapat pendidikan gratis hingga

SMA. Ini untuk selu-ruh sekolahan baik negeri maupun swasta yang ada di Tangsel.”

Asep juga yakin jika dikelola dengan baik, APBD Kota Tangsel juga cukup untuk pembia-yaan kesehatan gratis. “bukan cuma untuk yang miskin, tapi semuanya. Kayak di Kota Tangerang. Di sana iuran BPJS untuk seluruh masyarakatnya, sudah disubsidi oleh peme-rintah, kenapa di Tangsel gak bisa?”

NAMA lengkapnya dr. Elvier Ariadiannie Soedarto Poetri, MARS. Tapi dr Elvier, lebih banyak dikenal. Karirnya di dunia kedokteran dirintis dari bawah, pan-jang membentang. “Setelah dari Fakultas Kedokteran Unair 1994, saya bekerja berbagi ilmu dan mengasah keterampilan sebagai tenaga medis profesional di Sura-baya, Jakarta dan beberapa kota lainnya,” ujar direktur RS Ibu dan Anak Buah Hati, di Ciputat dan Pamulang ini.

dr. Elvier pernah menjadi Kepala Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat II, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pengalaman direksi, pernah dicecapnya ke-tika menjabat sebagai Wakil Direktur RS Awal Bros, direktur Nusantara Medical Center dan Direktur Pe-ngembangan Bisnis PT. Nusantara Prima Mandiri, Jakarta, serta direktur RS Efarina Etaham, Purwa-karta. Ketika menjadi koordinator media PT. Abbott Indonesia, dr. Elvier berkesempatan mempelajari proses penataan kesehatan di seluruh Indonesia.

“Kami tetap menjalankan fungsi sosial sebagai ru-mah sakit mitra pemerintah daerah Purwakarta dengan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat pra sejahtera di wilayah tersebut,” ungkapnya, berkisah ten-tang pengalamannya membangun RS Efarina Etaham menjadi RS terdepan di Purwakarta dan sekitarnya.

Pengalaman ini membuatnya memahami manaje-rial kesehatan secara paripurna. Kompetensi yang di-butuhkan bagi Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang masih dihantui balita gizi buruk. Data BPS 2014, men-catat pada 2013, terdapat 3.162 balita menderita gizi buruk/ gizi kurang di Kota Tangsel. Kapasitas dr Elvier yang konsen dalam kesehatan ibu dan anak bisa men-jadi pilihan bijak. Pengalaman mengenai kesehatan ibu dan anak, sebagai Kepala Puskesmas bisa menjadi rujukan.

“Kelurahan tersebut merupakan daerah dengan tingkat kesehatan yang rendah dan berada di wilayah jaring kemiskinan di Jakarta Selatan. Pada saat itu saya banyak menghadapi permasalahan kesehatan ibu dan anak sehingga berbekal pengalaman. Kami menyusun program untuk menanggulangi permasalahan ter-sebut,” urainya.

Menurutnya, mengelola program intervensi bi-dang kesehatan tidak hanya sebatas memberikan pelayanan kesehatan namun juga membangun jejar-ing koordinasi dengan berbagai institusi dan kelom-pok masyarakat. “Harus tetap dengan menggunakan pendekatan nilai sosial kultural dan norma yang tumbuh di wilayah tersebut. Pola seperti ini sangat penting agar masyarakat bisa berubah sesuai dengan kesadaran yang dimilikinya,” terang mantan ketua majelis taklim se-Cinere.

Selain itu, secara rutin dr. Elvier melakukan aksi-aksi sosial di Kota Tangsel, khususnya di bidang ke-sehatan. Secara berkala dr. Elvier melakukan penyu-luhan kesehatan ke sekolah-sekolah. Pemahaman manajemen kesehatan dan pengabdiannya bagi ma-syarakat, menarik Arsid untuk meminangnya sebagai calon wakil walikota Tangsel. Bagi dr. Elvier pinang-an tersebut adalah suatu kehor-matan sekaligus kesempatan untuk membangun Kota Tangsel yang lebih baik lagi.

“Insya Allah, saya opti-mis di pemilukada ini. Ka-lau diberi kepercayaan warga Tangsel, saya mengucapkan ba-nyak terima kasih,” ucap dokter Elvier.

Bukan Sekadar Dokter di Tangsel

Dokter Elvier

Gratis Sih, Tapi...

ak, gaa-is.ng

nya.ang.ntuknya,

eme-ngsel

Korupsi

Sampah

Macet

EDISI I/31 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 20154

Page 5: Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

KEKERANKOTA KITE

Jebol Dahulu, Bangun KemudianCirendeu – Jejak tragedi Situ

Gintung pada 2009 lalu sudah tak tampak. Tanggul yang jebol sudah disulap menjadi pintu air. Bekas pe-mukiman yang dilanda air bah itu kini menjadi saluran air dan jalan yang berujung pada Monumen Situ Gintung.

Menurut Marjuki, warga Ciputat, sejak zaman Belanda, Situ Gintung memang tidak pernah diperbaiki. Paska jebolnya tanggul, barulah diba-ngun pintu air, monumen sama jog-ging track. “Seandainya kagak jebol, gak seperti ini. Lebih ancur. Gak tang-gul batu-batu, tapi tanah kayak yang diseberang itu,” ungkapnya, yang se-jak tahun 2000 biasa memancing di Situ Gintung.

Juki mengaku Situ Gintung sa-ngat bermanfaat untuk warga Tang-

sel. Selain untuk resapan air, juga bisa untuk pariwisata. Buktinya, se-tiap Sabtu-Minggu atau hari libur, pengunjung Situ Gintung sangat ra-mai. Masyarakat memanfatkan jog-ging track  di sekeliling danau seluas 23,5 hektar tersebut untuk berjalan sehat, lari atau menggowes sepeda.

“Bukan cuma Situ Gintung, kayak Situ Pamulang yang disamping Gi-ant itu. Bagus buat dibikin kayak situ di Sawangan Depok. Ada bebek-bebekan, warung makan, trus tempat main anak-anak. “

Selain kuatir tanggul jebol, masalah situ-situ di Tangsel adalah sampah dan limbah. “di atas situ biasanya ada pabrik rumahan dan pemukiman. Air limbahn-ya langsung masuk ke situ,” katanya.

JALAN SIPUT

Kedaung - Macet dan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) seolah tidak bisa dip-isahkan. Setiap hari, kemacetan selalu mewarnai  Kota Tangsel di pagi atau sore hari.

Johan, warga Kedaung Kecamatan Pamulang, menegaskan bahwa kemacet-an adalah cerita keseharian Kota Tang-sel. “Tangsel macet arah, Ciputat sangat krodit. Bunderan Pamulang segalah arah macet,” ungkap pegawai konsultan bisnis yang berkantor di kawasan Kemang Ja-karta ini.

Apalagi kalau terjadi insiden-insiden di jalanan. Menurut Johan, arus lalu lint-as bisa berjam-jam tidak bergerak. “kayak waktu tiang listrik di depan UMJ roboh. PLN datang lelet. Kalau sudah kejebak begini, terpaksa pasrah. Mau puter balik, cari jalur alternatif kemana?”

Berdasarkan pantuan kami, terdapat banyak titik kemacetan di Kota Tangsel. Kemacetan sering terjadi di Jalan Raya

Serpong, Jalan Raya Pondok Cabe, Sim-pang Gaplek, Jalan Raya Otista Ciputat, Jalan Raya Pajajaran Pamulang, Jalan Raya Ceger, Jalan Raya Ir H Juanda. Se-lain itu antrian kendaraan juga kerap ter-lihat di Jalan Jombang Raya, Jalan Raya Ciater Serpong dan beberapa lokasi lain-nya.

Lalu lintas kendaraan juga terhambat akibat jalan yang sempit dan rusak. Bah-kan saluran drainase di sepanjang Jalan Siliwangi sudah banyak yang pecah se-hingga air selokan itu meleber hingga ke badan jalan. Beberapa jalan utama juga tidak dilengkapi lampu lalu lintas (traffi c light) dengan jumlah yang memadai.

Kondisi serupa juga dikisahkan, Reza, warga Jurang Mangu Barat, Kecamat-an Pondok Aren. Demi mengakali macet, Reza mengaku sering sengaja memper-lambat pulang ke rumahnya sampai jam 7 malam. “Kalau sudah jam bubaran kan-tor, bagusnya ngopi-ngopi saja deh, dari-

pada stress kena macet nanti.”Reza biasanya melintasi Jalan Arya

Putra, Jalan Raya Jombang, hingga sam-pai di Pondok Aren. Suatu hari dia pulang cepat. Untuk menghindari macet, Reza menempuh jalur alternatif. Dia melewati Jalan KH Dewantara dan Perempatan Duren Ciputat, tetapi di Kampung Sawah

Ciputat dia sudah dihadang kemacet-an mengular. Titik macet dari jembatan Tegal Rotan sampai persimpangan pintu masuk Bintaro Xchange.

“Satu jam lebih saya di situ. Mobil saya sudah kayak siput. Lambat. Lalu lintas ke-luar masuk Tol BSD padat banget,” pung-kasnya dengan jengkel.

Bikin Semaput

Sungai Cisadane Kian Rusak Kranggan - Sungai Cisadane

yang mengalir dari Gunung Salak ke arah utara menuju Laut Jawa, me-lewati daerah Bogor dan Tangerang Selatan mulai mengalami pendan-gkalan. Bahkan di bawah jembatan Desa Kranggan, permukaan sungai sudah tinggi dan mengkuatirkan. Jika tak mendapat perhatian sungai bisa meluap dan menyebabkan ban-jir

Jasan (55), seorang pekerja kuli muat mengatakan bahwa pasir di Sungai Cisadane khususnya di dae-rah Kranggan, Tangsel sudah habis 3 tahun yang lalu. Habisnya pasir di sekitar daerah Kranggan karena ba-nyaknya permintaan pembangunan perumahan baru di wilayah sekitar. .

“Pasir yang ada di Kranggan ini

berasal dari Bogor dan Ciligon. Saya di sini hanya bertugas sebagai kuli omprengan,” ujar Jasan di Kranggan, Rabu (14/08/2015).

Jasan mengungkapkan pasir habis setelah adanya pembangunan jem-batan Kranggan yang menghubun-gan Kota Tangsel dengan Kabupaten Tangerang. Padahal operasi peng-galian pasir di daerah sekitar tersebut sudah berlangsung sekitar 25 tahun

Selain menipisnya pasir, Sungai Cisadane di Tangsel juga tercemar lim-bah. Pencemaran terjadi karena dam-pak pembuangan sampah rumah tangga pada sungai tersebut. Namun tak hanya limbah domestik yang mencemari Su-ngai Cisadane. Limbah cair industri juga turut andil dalam pencemaran Cis-adane.

JALAN SILIWANGI: Saluran air rusak di Jalan Siliwangi

SITU GINTUNG: Belum semua

tanggul Situ Gintung dari batu

KALI CISADANE KERANGGEN

5EDISI I/31 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2015

Page 6: Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

KEKERANKABAR WARGA

Setu - Sampah masih menjadi pelik bagi Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Tempat Pembuan-gan Akhir (TPA)  Cipeucang, tidak bisa menam-pung jumlah sampah yang makin banyak seiring dengan menjamurnya pemukiman penduduk. Apalagi kebiasaan warga yang membuang sam-pah sembarangan membuat Kota Tangsel sema-kin kumuh dan bau.

Untunglah ada beberapa warga yang kreatif dan peduli dengan keadaan lingkungannya. Salah satunya dengan membuat tong sampah dari ba-han-bahan bekas. Tong sampah ini berupa drum berbahan kalpanis yang ukurannya lebih tebal di-bandingkan drum biasa.

Salah seorang warga Tangsel, H. Bahri (41) membuat tong sampah dari drum bekas dengan berbagai ukuran. Tong sampah berukuran besar dipergunakan di luar rumah dan sampah bisa dibakar didalam drum tersebut. Sementara drum ukuran kecil untuk tong sampah yang diletakan di dapur dalam rumah

Uniknya tong sampah tersebut dicat dengan berbagai motif warna yang menarik. Ia mengakui

hanya dua orang yang menjual drum sejenis di Ke-lurahan Setu ini.

“Ide pengecatan ini kami buat agar lebih me-narik pembeli. Alhamdulillah tong sampah ini cukup diminati warga disini,” Ungkap Hj. Bahri di tempat usahanya, Jalan Baru Asih , Kelurahan Setu, Jumat (14/08/2015).

Bahan drum bekas tersebut diperolehnya dari temannya yang ada di Buaran. Caranya bisa dibeli maupun diberi secara cuma-cuma. Harga tong sampah dari drum bekas ini Rp 100 ribu un-tuk ukuran besar. Sedangkan drum ukuran kecil harganya Rp 80 ribu.

“Bisa 3-4 buah per hari. Soalnya disini banyak perumahan,”ujar Siva istri Bahri dengan logat Madura.

Siva mengungkapkan bahwa usaha tersebut sudah berjalan selama 2 tahun. Mereka juga su-dah memiliki 4 karyawan yang merupakan ke-luarga dekatnya. “Warga yang membuat tong sampah ini banyak, tetapi untuk ide-ide kreatif dengan motif-motif warna ini sangat sedikit,” pungkas Siva.

TONG SAMPAH

DARI DRUM

BEKAS

Setu- Penjual bambu banyak ditemu-kan di jalan raya Setu ke arah Kabupaten Tangerang. Salah satunya di Kelurah-an Muncul. Arifi n (50), seorang penjual bambu, mengaku mendapat pasokan dari Bogor, Rangkasbitung bahkan Sukabumi. Usaha tersebut sudah digelutinya selama 5 tahun lebih. Lapak usahanya mengguna-kan sistem menyewa lahan per tahun.

Bambu-bambu itu biasa digunakan untuk membuat saung dan perumahan. Selain itu, dipakai untuk tonggak ben-dera dan umbul-umbul kampanye.

“Biasanya menjelang peringatan 17 Agustus masyarakat banyak yang mem-

beli bambu untuk tiang bendera merah putih yang ditaruh di depan rumah war-ga,” ujar Arifi n di lapaknya, Jalan Ling-kar Selatan, Muncul, Kecamatan Setu, Jumat (14/08/2015).

Harga bambu tersebut bervariasi. Tergantung besar dan kecilnya ukuran. Untuk ukuran besar, dijual Rp 25 ribu sampai Rp 27 ribu per batang. Semen-tara bambu ukuran kecil rata-rata dijual seharga Rp 11 ribu per batang.

Arifi n mengakui, usahanya cukup lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, “Yang namanya orang dagang ya, untungnya itu ada lah ya,” tutup Arifi n.

Arifi n, Lima Tahun Menjual Bambu

BERITA FOTO

SETU PAMULANG. Lokasi strategis di depan Carefour dan Giant, sangat cocok untuk dijadi-

kan objek wisata alam di Kota Tangerang Selatan. Sayangnya Pemkot Tangsel seolah tidak

memperhatikan potensi setu ini untuk menarik PAD.

PENAMPUNGAN PASIR DI DESA KRANGGAN: Karena pasir Sungai Cisadane sudah habis,

maka pasir ini diambil dari Bogor dan Ciligon

EDISI I/31 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 20156

Page 7: Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

KEKERANNGOMONG KOTA

BURUKNYA pelayanan publik di In-donesia diakui oleh Ombudsman RI. Peringkat pelayanan publik Indonesia saat ini berada di urutan 129 dari 188 negara di dunia. Kondisi serupa juga ditemukan di Kota Tangerang Selatan. Pelayanan buruk oleh Pemkot Tangsel sering dikeluhkan masyarakat. Pelayan-an publik di Kota Tangsel masih terke-san tidak efektif, tidak efi sien, tidak ada kepastian waktu dan biaya, rentan KKN dan sikap aparat yang tidak menye-nangkan.

Padahal pembukaan UUD 1945 di-nyatakan bahwa negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dengan mewujud-kan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemudian Pasal 34 ayat 3 mengamanatkan bahwa negara ber-tanggung jawab atas penyediaan fasi-litas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Upaya membangun kepercayaan masyarakat atas peningkatan pelayan-an publik salah satunya dengan terbit-nya UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik. Kehadiran UU  ter-sebut sebenarnya untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan an-

tara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik sehingga terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai

dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik (pasal 3).

Tugas pelayanan publik tidak hanya pemerintah pusat tetapi juga Pemkot Tangsel. Pasal 18 UU nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan  pelaksanaan pelayanan dasar pada urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerin-tah pusat. Kemudian pasal 344 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah daerah wajib menjamin terselengga-ranya pelayanan publik berdasarkan urusan pe-merintahan yang men-jadi kewenangan daerah.

Artinya, tingkat pe-layanan yang masih ren-dah menjadi warning bagi Pemkot Tangsel. Walikota sebagai pembina penyelang-gara pelayanan publik dituntut mampu membuat terobosan demi menjamin terpenuhinya pelayanan dasar masyarakat seperti kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Walikota mes-ti menggerakkan aparatur pemerintah di bawahnya untuk bekerja secara pro-

fesional yang memahami tupoksi dan regulasi dalam memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat serta ber-jiwa melayani.

Ke depannya, aparatur Pemkot Tangsel jang lagi berbelit-belit dalam menjalankan pelayanan birokasi ke-pada masyarakat. Kemudian unit-unit pelayanan teknis maupun tempat-tem-pat pelayanan publik mulai dari kantor walikota sampai ke kantor kelurahan

harus diisi a p a r a -

t u r

p e -merin-

tahan yang siap melayani rakyat

Untuk itu, upaya yang

bisa dilakukan Pemkot Tangsel dalam memperkuat pelayanan publik, yaitu pertama, pelibatan aparatur birokrasi dalam menciptakan pelayanan publik yang ramah dan profesional. UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Ne-gara bahwa Pegawai ASN berkedudu-kan sebagai unsur aparatur negara yang berfungsi sebagai pelayan publik yang bertugas memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.

Kedua, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam ikut serta meng-awasi pelaksanaan pelayanan publik. UU Nomor 23 Tahun 2014, pasal 351 menyebutkan masyarakat berhak men-gadukan penyelenggaraan  pelayan-an publik kepada pemerintah daerah, Ombudsman, dan/atau DPRD. Kemu-

dian Walikota wajib melaksanakan rekomendasi Ombudsman sebagai tindak lanjut pengaduan masyarakat tersebut.

Kelompok dan organisasi masyara-kat ini jangan dibiarkan apatis dalam menghadapi perilaku pelayanan aparat birokrasi yang tidak melayani. Bisa di-mulai dengan pelayanan di pemerin-tahan terendah, yakni kelurahan. Ma-syarakat harus berani melayangkan protes atau menegur ketika  pembuatan KTP dan Kartu Keluarga terkesan belit-belit. Jika masyarakat tidak menyadari hal itu, yang rugi tentu masyarakat itu sendiri.

TUJUH tahun sudah kota Tangerang Selatan (Tangsel) dibentuk, terhitung pada tanggal 29 Oktober 2008 (ber-dasarkan UU No 32/2007). Awalnya Kota Tangsel dibentuk berdasarkan as-pirasi masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan dan pengelolaan daerah secara otonomi dan mandiri. Hingga akhirnya dapat berkembang dengan pesat. Kota Tangsel terus bertumbuh menjadi kota dengan potensi yang sa-ngat luar biasa.

Pertumbuhan ini tentunya juga didukung dengan letak geografi s yang strategis. Kota Tangsel yang berada di dalam Provinsi Banten ini, berbatasan langsung dengan kota Jakarta Selatan, Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Letak geografi s ini sangat menguntung-kan. Bagaimana tidak, Kota Tangsel yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat baik. Begitupun halnya wilayah yang berbatasan de-

ngan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang yang merupakan kawasan industri dan memungkinkan peluang serta akses pertumbuhan ekonomi

cepat dan mudah. Tidak hanya potensi geografi s, Kota

Tangsel juga memiliki potensi unik lainnya. Diantaranya merupakan kota dengan peluang bisnis pemukiman dan sarana perbelanjaan yang menjanjikan bagi para pengembang dan investor mengingat percepatan pertumbuhan ekonomi sebagian masyarakatnya.

Selain itu, Kota Tangsel memiliki kampus-kampus besar dengan jum-lah mahasiswa yang banyak seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terletak di Ciputat, Universitas Mu-hammadiyah Jakarta dan STIE Ahmad Dahlan yang terletak di Cirendeu, Universitas Pamulang di Pamulang dan Institut Teknologi Indonesia yang terletak di Muncul. Hal tersebut me-rupakan potensi yang sangat luar biasa bagi kota ini.

Segala potensi tersebut dapat dimanfaatkan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD tersebut dapat di-alokasikan secara bijak untuk pemba-

ngunan sarana dan prasarana serta subsidi silang di Kota Tangsel, sehingga dapat terjadi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi yang baik.

Sayangnya, dengan segala poten-si dan kekuatan tersebut, masih saja terdapat kemiskinan, pengangguran dan tidak meratanya pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemangku kebi-jakan di Kota Tangsel. Sebab tidaklah berguna kekuatan potensi yang dimiliki

kota ini jika tidak dibarengi dengan pengelolaan dan pe-rawatan yang baik.

Hari ini yang dibutuh-kan Kota Tangsel adalah

menekan angka kemis-kinan dan penganggur-an serta meningkatkan laju percepatan eko-nomi masyarakat. Hal ini harus berbanding lurus dengan potensi yang dimiliki oleh kota. Karena itu, segenap unsur yang terlibat di

dalam pengelolaan kota ini, sudah sepantasnya

untuk merawat dan menumbuh kem-bangkan potensi yang ada.

Untuk memberikan perawatan yang baik bagi potensi Kota Tangsel, diper-lukan “si pengelola” potensi kota yang bersih dan mampu memerangi korupsi hingga ke akarnya. Sebab, hanya penge-lola yang bersihlah yang mampu mewu-judkan Kota Tangsel lebih maju dan dapat memaksimalkan potensi kota yang dapat dirasakan manfaatnya bagi setiap masyarakat lintas golongan.

Memperkuat Pelayanan Publik di Tangerang Selatan

Merawat Potensi Kota Tangerang SelatanOleh : Megawaty

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Oleh : Revi Marta Dasta

Pemerhati Kebijakan Publik Tangserang Selatan

TANGSELA GSGS LSEAN LTANGGNNGN ELELLLAAANNAAANNNN

7EDISI I/31 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 2015

Page 8: Tangerang Raya News Edisi 31 Agustus - 13 September 2015

KEKERANGADO-GADO

Perlu penumbuhan sentra-sentra ekonomi kreatif un-tuk memicu tumbuhnya wirausaha-wirausaha baru. Wirausaha-wirausaha yang

berkarakter akan mampu membuka la-pangan pekerjaan bagi yang lain dan mengurangi ketergantungan pada pe-kerjaan sektor formal.

Intinya, sekarang bukan zaman-nya hanya orang tua sebagai pelaku bisnis. Anak muda juga bisa! Banyak peluang yang bisa dimanfaatkan. Jika pe-luang yang ini tertutup, peluang lain akan datang. Asal kita mau mengambil tindak-an untuk memanfaatkan peluang. Apalagi di Kota Tangerang Selatan.

Bob Sadino, seorang pengusaha suk-

ses mengemukakan 5 (lima) karakter yang harus dimiliki seorang wirausawan agar sukses menjalankan bisnisnya.

Memiliki kemauan yang kerasMemulai sesuatu, apapaun itu bu-

kanlah sesuatu yang gampang. Kendala dan masalah pasti dihadapi oleh oorang yang baru akan memulai sebuah bisnis. Oleh karena itu seorang wirausaha harus memiliki kemauan yang keras agar dapat menghadapi kendala dan masalah dalam menjalankan bisnisnya.

Bertekad KuatPerlu dirancangan sebuah peren-

canaan (action plan) ketika memulai se-buah bisnis. Sering terjadi kendala yang

ditemui seorang wirausaha dalam men-jalanakan bisnisnya dilapangan yang membuatnya harus berimprovisasi dan mengambil langkah-langkah yang tidak tertuang dalam perencanaan awalnya. Oleh karena itu agar bisnis tidak melen-ceng jauh dari target perencanaan yang sudah dirancang, wirausaha harus memi-liki komitmen dan tekad yang kuat untuk selalu konsisten menjalankan bisnis.

Berani Mengambil RisikoKetakutan untuk mengambil kepu-

tusan akan membuat bisnis berjalan ditempat. Risiko berbinis salah satunya adalah kerugian. Namun bukan ber-arti risiko tersebut membuat seorang wirausahawan untuk selalau ‘bermain aman’. Keberanian untuk berinovasi dan mencoba strategi baru dibutuhkan untuk perkembangan bisnis.

Tahan Banting dan Tidak CengengHalangan teknis atauapun non teknis

akan selalau ditemui wirausahawan setiap harinya. Untuk bertahan dalam situasi su-lit dibutuhkan ketahanan mental yang kuat. Seorang wirausaha pemula diharapkan ti-dak larut dalam kesedihan yang terlalu da-lam jika bisnisnya sedang teguncang. Hal yang lebih penting yang harus dilakukan pebisnis adalah mencari solusi dari perma-salahan tersebut dan yakin bahwa masalah yang menerpa bisnisnya dapat diatasi dan akan segera berlalu.

Ikhlas dan Selalu BersyukurRasa ikhlas dan syukur ini membuat pebi-

snis dapat memaknai setiap hasil yang didapat dari bisnisnya, sekecil apapun keuntungan usaha yang ia dapat. Sikap hati yang tulus dan selalu bersyukur kepada Allah SWT, mem-buat seorang wirausaha menjalankan usaha-nya dengan tenteram dan nyaman.

Tanya : Ibu saya punya balita yang susah sekali makannya. Apa-lagi makan sayur-sayuran. Anak sukanya makan nuget, sosis dan makanan instans lainnya. Bagai-mana cara mengatasinya?

( Ibu Nanda, Serpong)

Jawab :Anak susah makan merupakan

salah satu dari permasalahan yang sering dihadapi dan dikeluhkan oleh orang tua, terutama para ibu. Berbagai cara dilakukan oleh para ibu untuk mengatasi masalah anak susah makan. Peranan ibu untuk menentukan apa yang akan dimakan anak sangat penting. Tingkatkan pengetahuan tentang kebutuhan gizi anak dan jenis makanannya.

Yuk, Jadi Wirausaha Ekonomi Kreatif!Ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi

secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim

perekonomian yang berdaya saing dan memiliki ca-

dangan sumber daya yang terbarukan. Ditengah mulai

terbatasnya lapangan pekerjaan dan nulai menipisnya

sumber daya alam maka kreativitas dan inovasi dalam

meningkatkan perekonomian sangat dibutuhkan.

PERSITANGSEL: Persatuan Sepakbola Indonesia Tangerang Selatan (Persitangsel) adalah tim

sepakbola kebanggaan Kota Tangerang Selatan yang bermarkas di Stadion Mini Ciputat. Dalam ke-

terbatasan fasilitas, Persitangsel masih mampu menorehkan prestasi skala lokal, provinsi maupun

nasional. Supporter Persitangsel berhimpun dalam wadah bernama “TANGSEL MANIA (TASMA-

NIA)” yang dipimpin oleh Narji (Cagur). Sumber : www.persitangsel.com

PERSITANGSEL

Tips Mengatasi Anak Susah Makan

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah anak susah makan. Semoga bermanfaat.

Variasikan Makanan

Bentuk Makanan semenarik mungkin

Tidak membiasakan makanan diberi

bumbu MSG

Ciptakan suasana yang

menyenangkan

Beri anak pujian

Makan teratur

Tanya Dokter Elvierdr. Elvier Ariadiannie Soedarto Poetri, MARSDirektur Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Buah Hati Ciputat

EDISI I/31 AGUSTUS - 14 SEPTEMBER 20158