Tanfidz Muktamar IPM XX - ipmjateng.or.id · BAB II: Bedah Tema Muktamar XX___28 BAB III: ... Usul...
Transcript of Tanfidz Muktamar IPM XX - ipmjateng.or.id · BAB II: Bedah Tema Muktamar XX___28 BAB III: ... Usul...
TANFIDZ MUKTAMAR XX
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Tema:
Menggerakkan Daya-Kreatif Mendorong Generasi Berkemajuan
Pimpinan Pusat
Ikatan Pelajar Muhammadiyah 2016
Editor Fauzan Anwar Sandiah
Khairul Arifin
Tata Letak dan Sampul Khairul Arifin
Penerbit
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Jl. KH. A. Dahlan No. 103 Yogyakarta Telp/Fax. (0274) 411293
Jl. Menteng Raya No. 62 Jakarta
Telp./Fax. (021) 3103940
E-mail: [email protected] Web: www.ipm.or.id
Copyright © PP IPM, 2016
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
3
Pengantar
Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah
2016-2018
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh...
Alhamdulillahiroobil„alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT
atas segala limpahan karunia, hidayah serta inayahNya sehingga kita
semua masih tetap konsisten berjuang untuk kemaslahatan umat, bangsa,
dan persyarikatan dalam bingkai Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Shalawat
serta salam kita sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai
sosok suri tauladan kita hingga akhir zaman.
Berkat ridho Allah SWT Tanfidz Keputusan Muktamar Ikatan Pelajar
Muhammadiyah XX dapat terselesaikan dan semoga kita mampu bersyukur
untuk selalu Ihsan dalam mengemban amanah sebagai Kholifah Fil Ardh.
Amien.
Serangkaian transformasi penting di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(IPM) menjadi petunjuk bagaimana dinamika gerakan ini terus hidup.
Dinamika tersebut tidak saja yang terlihat pada diskursus formal semacam
keputusan Muktamar yang sifatnya internal organisasi, melainkan juga sikap
IPM dalam merespon realitas. Satu hal yang seringkali terlupakan adalah
peran IPM dalam sejarah pembentukan identitas pelajar Muslim Indonesia.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai organisasi massa berbasis
pelajar tentunya memiliki berbagai macam potensi yang bisa dikembangkan.
Pelajar sebagai agent of change diharapkan mampu mematangkan segala
kemampuan diri sehingga bisa mengimplementasikannya menjadi sebuah
kerja dan karya yang nyata. Tak dapat dipungkiri, kedepan akan sangat
banyak tantangan dan hambatan yang akan menghadang gerakan dakwah
kita sebagai bentuk dinamika pergerakan untuk mencapai cita-cita. Basis-
basis gerakan IPM yang ada di ranting harus bisa massif sebagai sumber
motor penggerak ikatan dan inspirasi kreatifitas yang tak kenal henti.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
4
Tanfidz hasil keputusan Muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah XX ini
diharapkan dapat sebagai pijakan dan pedoman dalam menjalankan segala
aktivitas organisasi di semua jenjang kepemimpinan IPM. Tentunya setelah
dipilah dan dipilih, sesuai dengan kondisi dan situasi yang berkembang. Kita
semua berharap semua keputusan Muktamar dapat ditaati dan dilaksanakan
disemua jenjang struktur pimpinan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Memasuki usia setengah abad lebih, IPM memiliki beban berat sebagai
central of intellectuality, central ideology dan perkaderan Persyarikatan
Muhammadiyah, maka kebijakan yang ditelurkan haruslah menjadi pijakan
dalam melakukan berbagi agenda gerakan.
Pentingnya selalu menumbuhkan spirit berkemajuan untuk menjadi lebih
berkualitas dan berkeunggulan dalam segala bidangnya. Makna
berkeunggulan yaitu unggul dalam hal kompetitif dan komparatif. Jika
dilombakan dengan yang lain, maka dia menang. Jika dibandingkan dengan
yang lain, maka dia lebih baik. Bangun kepemimpinan yang kuat, Bangun
tata kelola yang baik, dan mempertajam kekhasan yang unggul dari IPM.
Generasi Berkemajuan ditandai oleh keberhasilannya menemukan ruang diri
yang selalu kontekstual dengan semangat zaman.
Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruun. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Velandani Prakoso, Ketua Umum PP IPM
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
5
Daftar Isi
Pengantar Ketua Umum Pimpinan Pusat IPM 2016-2018___3
Daftar Isi___5
Surat Keputusan Pengesahan Tanfidz Keputusan
Muktamar XX IPM___6
Surat Instruksi Pelaksanaan Tanfidz Muktamar XX IPM___7
Keputusan Induk Muktamar XX IPM___8
Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah___11
Surat Keputusan Pengesahan Struktur Pimpinan Pusat IPM
Periode 2016-2018___12
Tanfidz Muktamar XX IPM___14
BAB I: Pendahuluan___15
BAB II: Bedah Tema Muktamar XX___28
BAB III: Kebijakan Program Jangka Panjang 2014-2024___35
BAB IV: Pedoman Program IPM___42
BAB V: Program Kerja IPM Periode 2016-2018___50
BAB VI: Agenda Aksi___67
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga___71
Penutup___122
Lampiran___123
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
6
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
7
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah
8
KEPUTUSAN INDUK MUKTAMAR XX IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
NOMOR: 09-SK/PLENO IX/PP IPM /2016
Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah setelah:
Menimbang : Tema Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah “Menggerakkan Daya Kreatif Mendorong Generasi Berkemajuan”
Memperhatikan : 1. Amanat Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bapak Dr. H. Haedar Nashir, M.Si.
2. Pidato Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Prof. Dr. H. Mudjir Efendy, M.Ap.
3. Sambutan Gubernur Kalimantan Timur Drs. H. Awang Faroek, M.M. M.Si.
4. Pidato Iftitah Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Ipmawan Muhammad Khoirul Huda.
5. Usul saran peserta Muktamar XX dari sidang Pleno I sampai pleno IX
Mengingat : 1. Anggaran Dasar IPM pasal 27 2. Anggaran Rumah Tangga IPM pasal 30
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : Mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Periode 2014–2016;
Kedua : Mengesahkan Progress Report dan Pandangan Umum Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah se-Indonesia;
Ketiga Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Keempat : Mengesahkan Anggota Sidang Komisi A, B, C Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah;
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah
9
Kelima : Mengesahkan Hasil Pembahasan Sidang Komisi Muktamar XIX Ikatan Pelajar Muhammadiyah:
Komisi A: Program Kerja 1. Bidang Organisasi 2. Bidang Perkaderan 3. Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan (PIP) 4. Bidang Kajian dan Dakwah Islam (KDI) 5. Bidang Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga
(ASBO) 6. Bidang Advokasi 7. Bidang Pengembangan Kreativitas dan
Kewirausahaan (PKW) 8. Bidang Ipmawati
Komisi B: Lembaga-Lembaga 1. Lembaga Media Komuniasi Teknologi dan
Informasi (MKTI) 2. Lembaga Lingkungan Hidup
Komisi C: Agenda Aksi 1. Gerakan Jihad Literasi 2. Gerakan Pendampingan Teman Sebaya 3. Gerakan Konservasi Ekologi;
Keenam : Mengesahkan dan Menetapkan Hasil Pemilihan Formatur Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muham-madiyah periode 2016-2018 sebagai berikut:
1. Muhammad Abid Mujaddid 2. Rafika Rahmawati 3. Nurcholis Ali Sya’bana 4. Muhammad Irsyad 5. Hafiz Syafa’aturrahman 6. Khairul Sakti Lubis 7. Amiruddin Awalin 8. Anshar HS 9. Velandani Prakoso
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah
10
Ketujuh : Mengesahkan dan Menetapkan Ipmawan/ti Velandani Prakoso sebagai Ketua Umum dan Ipmawan/ti Hafiz Syafaaturrahman sebagai Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah periode 2016-2018 berdasarkan keputusan rapat formatur;
Kedelapan : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya. Ditetapkan di : Jakarta,
Pada : 1 Rabiul Awal1438 H Bertepatan : 1 Desember 2016 M Pukul : 20.30-22.30 WIB
Pimpinan Sidang
Ketua,
dto.
Jaenal Tuheitu 24.05.37930
Sekretaris,
dto.
Syahrian 28.04.31584
Anggota,
dto.
Melda Citra Dewi 29.00.00000
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
11
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
12
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
13
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
14
TANFIDZ MUKTAMAR XX
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
15
BAB I PENDAHULUAN
Perjalanan organisasi di masa ini dan masa mendatang sangat bergantung pada pemahaman atas kondisi-kondisi mendesak yang tengah terjadi, baik itu melingkupi kondisi lokal, nasional, hingga internasional. Berbagai dinamika yang berkaitan dengan organisasi dibahas dan ditentukan dalam Muktamar. Oleh karena itu, materi Muktamar IPM XX disusun melalui pemahaman-pemahaman atas kondisi yang mendesak hari ini dan bagi masa yang akan datang dengan tujuan supaya roda organisasi berjalan maksimal. Materi Muktamar IPM XX disusun atas kajian mengenai beragam kondisi yang terjadi di Indonesia, dengan harapan dapat memajukan gerak IPM.
Pengenalan atas kondisi-kondisi tersebut akan membantu organisasi memetakan jalan yang tepat dan bermakna bagi semua kalangan. Indonesia tentu saja mengalami beberapa kondisi yang hanya bisa diatasi oleh partisipasi kelompok sipil. Reformasi dunia pendidikan, kebijakan yang bersifat inklusif, penegakan HAM, dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggungjawab dan sadar, adalah beberapa hal penting yang harus terus didorong kemajuannya. Peran kelompok sipil terutama dari kalangan muda pada akhir-akhir ini semakin terasa pentingnya.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah bagian dari kelompok sipil yang memiliki peran penting, terutama dalam memfasilitasi aspirasi dan kebutuhan kelompok muda. Muktamar IPM XX menjadi momentun untuk memikirkan ulang apa saja yang dapat dilakukan oleh IPM. Selama ini IPM telah melakukan banyak kontribusi besar dalam mengadvokasi kepentingan pelajar. Perlu disebutkan beberapa di antaranya ialah mengembangkan paradigma pendidikan yang tercermin lewat upaya serius merumuskan Sistem Perkaderan IPM (SPI); mendorong kebijakan yang ramah terhadap perkembangan kualitas pelajar dengan menolak standardisasi Ujian Nasional (UN) sebagai patokan kelulusan; memastikan hak-hak pelajar tidak dilangkahi oleh penyedia jasa pendidikan; sistematisasi gerakan dan spirit „Iqro (literasi) dalam setiap kegiatan dan aktivitas IPM; hingga menempatkan posisi pelajar sebagai stakeholder langsung Negara.
Kontribusi-kontribusi semacam itu bukan perkara mudah. Organisasi pelajar di Indonesia pada umumnya harus berjibaku demikian keras dan
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
16
konsisten untuk mencapai hasil yang demikian gemilang. Kita tidak bermaksud untuk mengutarakan apa saja yang telah dicapai oleh IPM sebagai kebanggaan yang nostalgik. Lebih dari itu, IPM membutuhkan terobosan yang menjawab kebutuhan mendasar pelajar pada khususnya, dan masyarakat Indonesia secara umum. Ada beberapa pencapaian IPM yang bagus, baik yang dilakukan secara individual atau organisasi yang seringkali kurang diapresiasi.
Bagaimana caranya menciptakan kembali pencapaian-pencapaian gemilang IPM? Caranya ialah dengan memahami dan siap mengambil peran sekecil apapun. Berikut beberapa pemetaan kondisi yang dialami oleh pelajar Indonesia secara umum, yang harus disadari oleh IPM, dan membuka kemungkinan strategi seperti apa yang dapat dilakukan oleh IPM. Informasi-infomasi di bawah ini berfungsi secara praktis bagi perencanaan-perencaaan program terutama bagi struktur Pimpinan Pusat IPM karena berkaitan dengan realitas di tingkat nasional, dan menjadi isu tingkat global
Jumlah kelompok muda Indonesia1 Dalam statistik sensus tahun 2014, kelompok muda seringkali dikategorikan sebagai “pemuda”, berjumlah 61,8 juta jiwa atau sekitar 24,58 % dari 252,04 juta jiwa penduduk Indonesia. Dirincikan sebagai berikut:
Usia Jumlah
Di bawah 16 tahun 76,68 juta jiwa
Di atas 30 tahun 113,53 juta jiwa
Jumlah pemuda laki-laki lebih besar daripada pemuda perempuan (atau yang disebut pemudi). Proporsi keberadaan pemuda di daerah perkotaan mencapai 25,92 % sedangkan di pedesaan 23,14 %. Sebesar 23, 52 persen berstatus pelajar (masih bersekolah), dan ada sekitar 75,43 % yang berstatus tidak bersekolah (terdiri dari pelajar putus sekolah, tamat sekolah, melanjutkan ke bangku kuliah, dan bekerja). Jumlah pemuda yang belum pernah mengakses pendidikan sebesar 1,05%.
1 BPS, Statistik Pemuda Indonesia 2014, (Jakarta: BPS, 2015). Seluruh data diolah dari hasi statistik tahun 2014.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
17
Pertumbuhan partisipasi sekolah meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2012 berjumlah 19,05%, dan pada 2014 menjadi 23,52 %.
Angka pelajar yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Menengah (SMA/sederajat) berjumlah 43,78% sedangkan SMP/sederajat berjumlah 31,99%, dan 18,51% yang berhenti sekolah ketika tamat SD/sederajat, dan 4,67 % yang tidak melanjutkan menyelesaikan pendidikan SD.
Minat Membaca dan Tantangan Buta Huruf Menurut data statistik BPS tahun 2014, sebesar 0,64 % pemuda Indonesia yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf. Angka buta huruf pemuda di pedesaan sebesar 1,26%, dan di perkotaan sebesar 0,10%. Rincian mengenai kondisi minat baca dapat disajikan dalam kenyataan mengenai kemampuan rata-rata manusia Indonesia dalam membaca. Berikut adalah data dua tahun terakhir yakni antara tahun 2014 hingga 2015. Tabel berikut menjelaskan persentase penduduk buta huruf berdasarkan tiga kategorisasi usia yakni usia 15 tahun ke atas, usia 15-44 tahun, dan usia 45 tahun ke atas. Persentase ini juga dirincikan berdasarkan provinsi.
Tabel Persentase Penduduk Buta Huruf Berdasarkan Usia tahun 2014-
2015
Provinsi
2014 2015
Persentase Penduduk Buta Huruf (Persen)
Persentase Penduduk Buta Huruf (Persen)
15+ 15-44 45+ 15+ 15-44 45+
ACEH 2.58 0.43 8.31 2.37 0.27 7.73
SUMATERA UTARA 1.43 0.66 3.19 1.32 0.51 3.08
SUMATERA BARAT 1.56 0.43 3.72 1.44 0.32 3.52
RIAU 1.25 0.48 3.59 1.13 0.33 3.42
JAMBI 2.23 0.57 6.34 2.16 0.49 6.06
SUMATERA SELATAN 1.86 0.52 5.06 1.78 0.48 4.73
BENGKULU 2.48 0.54 7.20 2.37 0.48 6.77
LAMPUNG 3.46 0.42 9.91 3.33 0.34 9.52
KEP. BANGKA BELITUNG
2.40 0.91 5.94 2.37 0.87 5.86
KEP. RIAU 1.29 0.38 4.62 1.21 0.29 4.42
DKI JAKARTA 0.46 0.08 1.44 0.41 0.06 1.26
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
18
JAWA BARAT 2.04 0.41 5.56 1.99 0.29 5.45
JAWA TENGAH 7.02 0.65 16.68 6.88 0.50 16.10
DI YOGYAKARTA 5.56 0.09 13.71 5.50 0.19 12.80
JAWA TIMUR 8.64 1.43 19.66 8.53 1.24 19.24
BANTEN 2.76 0.48 9.21 2.63 0.33 8.69
BALI 7.44 1.06 18.72 7.23 0.61 18.31
NUSA TENGGARA BARAT
13.04 3.54 34.32 13.03 3.31 33.78
NUSA TENGGARA TIMUR
8.82 3.48 19.87 8.55 3.10 19.47
KALIMANTAN BARAT 7.70 2.06 21.18 7.68 2 20.78
KALIMANTAN TENGAH 1.18 0.32 3.56 1.12 0.30 3.32
KALIMANTAN SELATAN
1.81 0.28 5.46 1.79 0.19 5.40
KALIMANTAN TIMUR 1.41 0.19 4.75 1.31 0.13 4.34
KALIMANTAN UTARA - - - 5.01 1.36 14.89
SULAWESI UTARA 0.40 0.18 0.77 0.37 0.17 0.71
SULAWESI TENGAH 2.92 1.38 6.45 2.66 0.91 6.42
SULAWESI SELATAN 8.74 2.58 21.44 8.71 2.22 21.34
SULAWESI TENGGARA
5.97 1.62 17.10 5.90 1.37 17.07
GORONTALO 2.10 1.10 4.43 1.76 0.61 4.35
SULAWESI BARAT 7.73 3.93 17.66 7.36 3.33 17.37
MALUKU 1.23 0.81 2.21 1.15 0.80 1.96
MALUKU UTARA 1.64 0.57 4.67 1.51 0.47 4.28
PAPUA BARAT 3.25 2.27 6.36 3.12 2.09 6.32
PAPUA 29.22 28.50 31.85 29.17 28.47 31.57
INDONESIA 4.88 1.24 12.25 4.78 1.10 11.89
Data yang disajikan dalam statistik di atas menunjukkan bahwa tingkat minat baca, akses bahan bacaan, dan tersedianya pendidikan alternatif bagi pemuda usia pelajar secara khusus, dan rakyat Indonesia secara umum belum maksimal.
Rilis tambahan dari PISA tahun 2012 menempatkan tingkat literasi Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara. Indonesia tertinggal dari Vietnam yang berada pada posisi 20 besar. Posisi minat baca pelajar Indonesia berada pada angka 57 dari 65 negara yang diteliti. Data ini memang tidak bisa dipegang sebagai gambaran utuh kondisi literasi di Indonesia, akan tetapi cukup baik untuk memulai agenda gerakan literasi
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
19
kembali masif, baik itu di sekolah, universitas, hingga di sekitar masyarakat.
Kondisi Kerusakan Lingkungan Hidup Kerusakan lingkungan hidup merupakan salah-satu tantangan yang tak bisa dihindari oleh manusia. Pelajar di Indonesia harus segera menyadari tantangan yang bersumber dari kerusakan lingkungan hidup sebelum terlambat. Kerusakan lingkungan tidak saja mengakibatkan konflik kemanusiaan tetapi juga mengakitbakan sumber daya alam yang tak terwarisi untuk generasi selanjutnya di masa depan.
Sekitar 70% kerusakan diakibatkan oleh eksploitasi pertambangan. Sebesar 34% daratan di Indonesia telah diserahkan sebagai area eksploitasi, yang dapat dirinci dari 10.235 surat izin.2 Data terbaru juga disajikan oleh BPS yang di antaranya memperlihatkan tingkat eksploitasi yang berbahaya bagi sistem ekologi, termasuk tercemarnya sungai dan laut, penebangan hutan yang melanggar ketentuan UU yang telah menyebabkan kelompok adat tersingkir.
Tabel Bencana Ekologi/Lingkungan Hidup Bencana Ekologi Lokasi
Sampah Sekolah, lingkungan tempat
tinggal, kawasan pesisir laut, badan sungai
Limbah pabrik dan polusi Sungai, laut, pemukiman
masyarakat
Kekurangan cadangan air
Pedesaan dan perkotaan industri atau padat
pembangunan hotel dan mall
2 Kompas, “70 Persen Kerusakan Lingkungan Akibat Operasi Tambang”, http://regional.kompas.com/read/2012/09/28/17313375/70.Persen.Kerusakan.Lingkungan.akibat.Operasi.Tambang (akses September 2016). Berita ini penting untuk mengingatkan bahwa peningkatan ekses dari proses eksploitasi alam terus terjadi dan cenderung meningkat hingga tahun 2016. Ada banyak data baru yang diberikan untuk menggambarkan dampak kerusakan ekologis bagi masyarakat rentan yang terdiri atas kelompok masyarakat kelas menengah, dan kelas menengah ke bawah. Dua kelompok ini harus menanggung dampak buruh kebijakan pro pertambangan dan keserakahan korporasi. Hingga tahun 2012, kondisi terus memburuk.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
20
Ancaman kekurangan pangan (sayur, ikan,
daging, dlsb) Pedesaan dan perkotaan
Ancaman gizi/ kelaparan Kota-kota menengah
Kasus-Kasus Kekerasan yang Menimpa Pelajar Pelajar adalah bagian dari kelompok yang paling rentan mengalami kekerasan. Setiap tahun kasus-kasus kekerasan yang dialami pelajar terus meningkat. Kekerasan yang dialami oleh pelajar terutama dengan identitas gender perempuan, dikategorikan menjadi dua, yakni kekerasan fisik dan non-fisik. Kekerasan fisik di antaranya ialah pemukulan, pembunuhan (intensitas tertinggi terjadi di Papua), eksploitasi tenaga kerja pelajar (pelajar buruh), pemerkosaan, dan lain sebagainya. Sedangkan kekerasan non-fisik di antaranya ialah penahanan ijazah oleh sekolah, stereotip budaya dan gender terhadap pelajar, perlakuan diskriminasi, terbatasnya aksesibilitas pelajar difabel terhadap sejumlah fasilitas pendidikan dan lain sebagainya.
Hak akses informasi dan ketersediaan informasi bermutu bagi pelajar Salah-satu hal penting bagi pelajar adalah hak akses informasi dan ketersediaan informasi bermutu bagi pelajar. Kendati demikian akses informasi pelajar masih sangat terbatas. Sarana dan prasarana yang mendukung akses informasi bagi pelajar sangat terbatas. Berikut adalah daftar kebutuhan akses informasi bagi pelajar:
Media Akses Informasi
Perpustakaan
Buku braile
Biaya internet murah dan berkualitas (Indonesia salah-satu negara dengan biaya internet termahal dengan
layanan yang terburuk di dunia)
Sosialisasi rutin informasi
Selain mendapatkan akses informasi yang mudah, pelajar juga memiliki hak untuk disediakan informasi yang berkualitas. Pelajar Indonesia yang
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
21
berasal dari kelas menengah ke bawah pada umumnya hanya diberikan informasi dengan kualitas terburuk; sinetron TV, channel berita yang tidak edukatif, dan program-program TV yang tidak bermutu (infotainment selebriti, kuis game yang mengandung rasisme dan kekerasan). Maka penting bagi IPM untuk menjalankan gerakan tandingan yang mampu memberikan pelajar akses informasi yang bermutu.
Mekarnya Gerakan Sosial Baru Beberapa tahun terakhir, gerakan sosial baru berkembang begitu pesat di Indonesia. Gerakan sosial baru tidak saja muncul sebagai gerakan sosial yang memperjuangkan gender, hak politik sipil, gerakan pasifisme/ perdamaian. Muncul juga dua jenis gerakan sosial baru yakni berbentuk komunitas, dan berbentuk kolektif. Jenis yang pertama disebut sebagai gerakan sosial berbasis komunitas. Sedangkan jenis kedua disebut sebagai Kolektif.
Gerakan sosial baru berbentuk komunitas misalnya yang digagas oleh pegiat literasi, misalnya Rumah Baca Komunitas (Yogyakarta), Griya Membaca (Lampung), Radiobuku (Yogyakarta) dan masih banyak lagi. Gerakan sosial baru berbentuk komunitas literasi menurut data RBK3 hingga pertengahan tahun 2016 berjumlah lebih dari 70 komunitas yang tersebar di kota-kota besar hingga kota-kota menengah di Indonesia. Sedangkan gerakan sosial baru berbentuk Kolektif misalnya digagas oleh kelompok pekerja seni, mulai dari Kolektif Mural (misalnya Mural Kediri), Kolektif Stensil (Media Legal, Anti-Tank, di Yogyakarta), Kolektif Pro Hak Belajar Anak-Anak (Ketjil Bergerak Yogyakarta), jumlahnya juga sangat banyak.
3 Sebagian besar data diperoleh lewat penelusuran berbasis jejaring. Data resmi gerakan literasi di Indonesia (gerakan literasi dengan definisi Taman Baca Masyarakat atau TBM) berjumlah 5.000 TBM. Jumlah Kolektif di Indonesia juga tidak tersedia secara resmi. Tetapi diperkirakan lebih dari di atas 30 hingga 50 jenis Kolektif tersebar di Indonesia. Jumlah sebenarnya lebih banyak daripada itu. Sulitnya mendata Kolektif disebabkan oleh polanya sebagai gerakan sosial yang sangat fleksibel, di luar jangkauan definitif formal.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
22
Tanggungjawab Mengembangkan Cabang dan Ranting IPM Serta Optimalisasi Peran IPM di Ranting Muhammadiyah
Ada asumsi bahwa pasca perubahan nama IRM (Ikaan Remaja Muhammadiyah) ke IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) 2008, IPM cenderung elitis. Mengapa? Karena terjadi pergeseran basis masa dari remaja yang lebih luas menjadi pelajar secara khusus yang identik dengan sekolah. Seakan-akan gerakan IPM mengalami kecenderungan penyempitan ruang gerak. Padahal dalam AD-ART jelas dikatakan bahwa ranting tidak hanya sekolah tetapi pesantren dan desa. Konsekuensinya, IPM kehilangan peran di ranting Muhammadiyah. Memang persoalan basis massa kadang membingungkan, namun urgensi perubahan nama sejak tahun 2008 lalu kini harus dibuktikan apakah sejarah akan berpihak pada IPM untuk meneguhkan jati diri gerakan? Lebih-lebih ranting adalah ujung tombak gerakan IPM secara nasional.
Cabang dan Ranting adalah tulang punggung dari IPM. Selama beberapa dasawarsa, pembahasan mengenai Cabang dan Ranting IPM hanya ditekankan pada fungsinya sebagai basis massa atau sebagai objek dari pengembangan program sentralistik. Posisi Cabang dan Ranting dalam IPM jelas sebagai subjek, bukan semata objek yang pertama kali menerima dampak dari kebijakan-kebijakan pimpinan di atasnya. Apalagi jika kebijakan-kebijakan tersebut sama sekali tak menyentuh kebutuhan yang sebenarnya. Beberapa eksperimen pernah ditempuh untuk menampakkan apresiasi terhadap keberadaan Cabang dan Ranting, meksipun tetap saja karena kurangnya data maka program atau kebijakan yang dihasilkan tak mengjangkau kebutuhan yang sebenarnya.
Sebagian besar anggota IPM di tingkat Cabang dan Ranting beberapa waktu belakangan ini juga melakukan banyak kontribusi penting. Hal tersebut membanggakan, tidak saja untuk IPM tapi untuk seluruh pelajar Indonesia. Beberapa di antara kontribusi tersebut ialah:
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
23
Kreasi-kreasi yang dihasilkan menunjukkan bahwa pelajar
Muhammadiyah merupakan subjek penting dalam membentuk kolaborasi-kolaborasi bersama. Menjadi tanggungjawab setiap aktivis IPM baik di tingkat Ranting hingga Pusat untuk mengapresiasi daya-kreatif pelajar Muhammadiyah karena memberi manfaat bagi manusia dan alam/lingkungan. Kreasi-kreasi pelajar Muhammadiyah tidak saja dalam bidang sains atau bidang terapan, melainkan juga bidang sosial humaniora. Tak terhitung banyaknya jumlah inovasi sosial yang dilakukan oleh pelajar Muhammadiyah yang berdaya transformasi bagi masyarakat. Di masa yang akan datang selain arsip data jumlah Cabang dan Ranting IPM se-Indonesia, juga dibutuhkan arsip data mengenai kreasi-kreasi pelajar Muhammadiyah.
Rekomendasi Internal Konpiwil Surabaya 2016 Beberapa rekomendasi internal hasil Konpiwil Surabaya tahun 2016 merupakan informasi yang penting untuk menjadi rujukan pengembangan program IPM pada periode berikutnya. Terdapat enam rekomendasi internal IPM berdasarkan hasil Konpiwil Surabaya 2016. Kendati demikian hanya empat yang akan dikutip kembali pada bagian ini karena dua rekomendasi internal sudah diolah menjadi tindak lanjut. Dua isu internal tersebut adalah (1) Optimalisasi peran IPM di Ranting Muhammadiyah; (2) Urgensi Bidang Media atau Lembaga Media dan Informasi IPM. Isu internal yang nomor (1) sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, sedangkan isu internal nomor (2) sudah ditindaklanjuti
Tahun Nama Sekolah Daerah Provinsi Kreasi
2011 SMA Muhammadiyah Wonosobo Jawa Tengah Membuat Parfum dari Buah Carica
2015 SMP Muhammadiyah Riau Alat Deteksi Asap
SD Muhammadiyah 3 Wirobrajan Sekolah Digital
2014 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo Pesawat Pengintai
2014 SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya Jawa Timur Robo Cup Singapore 2014
SMK Muhammadiyah Rembang Rembang Jawa Tengah Pendidikan Perakitan Mobil
Mts Muhammadiyah 7 Kejobong Purbalingga Jawa Timur Kembangkan Roket Air
2015 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo Jawa Timur Menciptakan SkateBag (tas plus skateboard)
2014 SMA Muhammadiyah 7 Gondanglegi Malang Jawa Timur Microbus Solar-Car Suryawangsa 2
2014 SMK Muhammadiyah Haurgelulis Indramayu Jawa Barat Giwangkara Solar-Car 7.5
SD Muhammadiyah Sudagaran Robot
SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Jawa Tengah Rakit Mobil (bus, pemadam kebakaran, pick up, ambulan, mobil pariwisata, mobil jualan roti
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
24
dengan membentuk Bidang Media, Komunikasi, Teknologi, dan Informasi.
1. Pembinaan Pelajar Muhammadiyah di Sekolah Negeri Pembinaan pelajar di sekolah negeri kini harus menjadi program prioritas IPM. Sebagai organisasi dakwah di kalangan pelajar, tentu peran IPM harus menyentuh kepada sekolah negeri. IPM tidak boleh ekslusif dengan kata-kata “Pelajar Muhammadiyah”, maka kegiatan IPM kemudian menjadi sempit hanya menangani sekolah-sekolah Muhammadiyah. Di era globalisasi seperti ini, IPM harus memperkuat taring dakwahnya untuk membentengi karakter. Tujuannya untuk menunjang dan membantu mewujudkan keberhasilan pembinaan moral pelajar yang terancam. Kemasan kaderisasi yang khusus untuk sekoleh negeri harus segera dirumuskan. Program seperti MABITA (Malam Bina Iman dan Takwa) sangat penting dihidupkan lagi di IPM sebagai wadah untuk melakukan pengembangan dan pembinaan keagamaan siswa di sekolah negeri. “Paling tidak ada dua alasan mengapa MABITA IPM dibutuhkan di Sekolah Negeri. Pertama, jam belajar keislaman di sekolah negeri terbatas. Hanya dua jam dan tidak cukup. Kedua, untuk membentengi moral pelajar supaya selain menjadi pelajar berilmu juga berakhlak mulia.
2. Stabilisasi Konstitusi Organisasi Selama ini, IPM terkenal sangat tertib organisasi. Dalam muktamar ke muktamar selalu merumuskan keputusan-keputusan penting bagi gerakannya. Namun ada hal yang paradok di tubuh organisasi IPM, ketika di setiap forum muktamar selalu membahas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Akibatnya terjadi masalah dalam hal distribusi kebijakan dan keputusan organisasi di struktur IPM. Dikarenakan periode yang hanya 2 tahun, maka perubahan institusi IPM setiap Muktamar akan menjadi problem organisasi. Idealnya perubahan AD-ART jangan setiap periode, minimal ada jangka waktu 10 tahun atau memang ada hal-hal fundamental yang mengharuskan organisasi IPM terancam sehingga harus mengubah AD-ART-nya.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
25
3. Pengembangan Ranting Teladan Ujung tombak gerakan nasional IPM adalah ranting. Sukses tidaknya gerakan IPM adalah tergantung kepada dinamis atau stagnannya ranting. Fokus gerakan IPM dengan demikian harus mampu mobilisasi peran IPM di tingkat ranting. Oleh karena itu Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Daerah berkewajiban dan harus membuat invovasi panduan-panduan kegiatan yang menarik, aplikatif, sederhana, bermakna dan menyenangkan untuk ranting. Panduan-panduan seperti Pedoman IPM Rating, Fortasi, MABITA (MABICA), Pedoman Jurnalis, Pedoman Advokasi, Materi Kultum, Pedoman Persidangan, dan media-media lainnya harus diciptakan untuk menciptakan ranting telada yang unggulan.
4. Pembumian SPI dan Pembentukan Korp Fasilitator Perkaderan adalah nafas gerakan IPM. Dan kader adalah jantung ikatan. Jika kaderisasi mandek, maka akan mengancam eksistensi dan kelanjutan organisasi IPM. Maka SPI sebagai sebuah sistem gerakan kaderisasi IPM tak hanya berupa panduan yang kaku dan mati, lalu minus inovasi dan kreatifitas. Oleh karena itu diperlukan sebuah perangkat perkaderan seperti Modul, Silabus, dan Materi perkaderan harus segera dibuat untuk pembumian SPI. Selanjutnya adalah perangkat perkaderan membutuhkan subyek yang mampu menggerakkan dan mengimplementasikan sistem tersebut yaitu Fasilitator. Jadi setelah dibuatnya SPI yang baru maka sudah menjadi tugas PP IPM bersama PW IPM dan PD IPM untuk massifikasi Sistem Perkaderan IPM dengan mengadakan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan serta pembentukan Korp-Korp Fasilitator.
Paradigma Islam Berkemajuan Muhammadiyah Konsep Islam Berkemajuan menurut Abdul Mu‟ti dapat dilandaskan pada lima fondasi dasar. Pertama adalah karakter tauhid yang murni. Kedua, memahami Al-Qur‟an dan Sunnah secara mendalam. Ketiga, melembagakan amal shalih yang fungsional dan solutif. Keempat
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
26
berorientasi kekinian dan masa depan. Kelima, bersikap toleran, moderat, dan suka bekerjasama.4
Fondasi pertama yang menyatakan bahwa Tauhid yang murni sebagai landasan primer atau yang utama didasarkan pada kenyataan historis bahwa Muhammadiyah lahir dari satu model “puritanisme” dalam pendekatan gerakan sosial-keagamaan. Fondasi pertama tersebut menyatakan bahwa Muhammadiyah sebagai sosial-keagamaan senantiasa membuat rujukan literer atau kepustakaan dari kitab Al-Qur‟an serta Sunnah. Posisi sentral Kitab Al-Qur‟an serta Sunnah merupakan keniscayaan atau konsekuensi dari doktrin keagamaan Islam yang meletakkannya sebagai acuan historis sekaligus kontemporal. Dalam konteks historis Muhammadiyah, makna dari jargon kembali kepada Al-Qur‟an serta Sunnah merupakan bagian dari implikasi kehendak gerakan untuk mengkonsolidasi pemahaman bahwa hanya dengan memahami Islam secara utuh dari sumber utamanya, umat Islam dapat mencapai kemajuan. Berhubungan dengan kehendak tersebut, maka proses ajakan untuk kembali kepada tauhid yang murni, seringkali dilekatkan dengan persuasi merujuk Al-Qur‟an dan Sunnah sebagai faktor kunci dalam membangun kemajuan umat Islam. Fondasi pertama tersebut berhubungan secara khas dengan kenyataan bahwa Islam Berkemajuan sebagai konsepsi mengharuskan terdapatnya pemahaman sumber-sumber epistemologi, ontologi, dan aksiologi Islam yang mendalam. Sumber-sumber tersebut, di antara yang utama tentu saja adalah Al-Qur‟an dan Sunnah. Oleh karena itu, antara fondasi pertama dan kedua, berhubungan sangat erat dan membentuk satu relasi yang integratif.
Dalam doktrin Islam sebagai agama tauhid, dimensi manusia didekati melalui fungsi-fungsi perubahan evolutif manusia menjadi komunitas yang komunal. Artinya, manusia dalam pandangan Islam memanifestasikan kehidupannya melalui dua dimensi pertama berkaitan dengan manusia sebagai makhluk yang mampu liberatif (merdeka, bebas, dan berdaulat), sekaligus sebagai makhluk yang meniscayakan kehidupan komunal atau saling membutuhkan. Maka tidak heran dalam
4 Abdul Mu‟ti, “Lima Fondasi Islam Berkemajuan” dalam Faozan Amar (ed), Anang Rohwiyono (ed), Mohammad Dwi Fajri (ed), Reaktualisasi & Kontekstualisasi Islam Berkemajuan di Tengah Peradaban Global, (Jakarta: Al-Wasat, 2009), hlm. 27-45.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
27
Islam, manusia mengemban misi selain untuk menjadi individu yang taat kepada Allah Swt, sekaligus melakukan transformasi sosial sebagai bentuk amal shalih. Dalam bahasa normatif disebutkan bahwa manusia harus berkelompok dan berbuat, menyeru, mengajak kepada yang ma‟ruf dan meninggalkan yang mungkar. Berkaitan dengan eksplanasi tersebut, maka fondasi tiga, empat, dan lima diderivasikan, sehingga mewujud dalam kehidupan manusia.
Paradigma Islam Berkemajuan penting untuk dipahami oleh setiap aktivis IPM karena berkaitan sebagai landasan epistemologi, ontologi, dan aksiologi Islam menurut Muhammadiyah. Paradigma Islam Berkemajuan akan memberi arah bagi aktivis IPM dalam membaca realitas. Paradigma Islam Berkemajuan memberi implikasi bahwa segala gerak IPM harus memuat dimensi dakwah Muhammadiyah.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
28
BAB II BEDAH TEMA MUKTAMAR XX
“MENGGERAKKAN DAYA KREATIF MENDORONG GENERASI BERKEMAJUAN”
Titik tolak perumusan konsep dasar Muktamar IPM XX terutama yang
menyangkut dengan materi muktamar, sebagian besar berangkat dari pemahaman atas tantangan dan kondisi yang telah dijelaskan di Bagian I. Oleh karena itu penting untuk memahami penjelasan-penjelasan Bagian I sebagai sumber dari pengetahuan utama yang menyusun dasar-dasar asumsi materi ini secara keseluruhan hingga ke bidang-bidang yang dibutuhkan IPM dan agenda aksi. Sebelum membahas konsep dasar Muktamar IPM XX, ada baiknya menjelaskan secara singkat dan garis besar perjalanan IPM.
Serangkaian transformasi penting di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) menjadi petunjuk bagaimana dinamika gerakan ini terus hidup. Dinamika tersebut tidak saja yang terlihat pada diskursus formal semacam keputusan Muktamar yang sifatnya internal organisasi, melainkan juga sikap IPM dalam merespon realitas. Satu hal yang seringkali terlupakan adalah peran IPM dalam sejarah pembentukan identitas pelajar Muslim Indonesia. Peran tersebut berkelindan dengan sejarah benturan ideologis yang terjadi di arena kebudayaan populer. Gerakan Membaca, Gerakan Matikan TV, Gerakan Tolak UN, Gerakan Anti-Kekerasan Tanpa Kekerasan, Gerakan Komunitas Kreatif, adalah beberapa polarisasi eksperimentasi kebudayaan populer IPM. Tentu saja jika hari ini kelas menengah muslim tengah memanen kesadaran baru identitas pelajar Muslim, maka IPM tak bisa lepas dari proses tersebut. Dua tahun belakangan ini antara 2014 hingga 2016, eksperimentasi IPM semakin berwarna, yakni gerakan berbasis komunitas yang perhatian terhadap isu literasi dan isu lingkungan. Mengapa eksperimentasi gerakan di IPM masih memberikan sisi lain semacam itu?.
Perkembangan gerakan pelajar di Indonesia sesungguhnya menerima cukup banyak tantangan (beberapa di antaranya sudah dijelaskan pada bagian A). Distribusi bahan literasi, kasus-kasus kekerasan yang dialami oleh pelajar, eksploitasi pelajar, kebijakan yang memicu kekerasan-kekerasan baru terhadap pelajar, hingga rekonstruksi pop culture yang
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
29
menyajikan kelaziman teror, intimidasi, dan kekerasan pada pelajar. Sejak tahun 1945, bahan-bahan literasi tertumpuk di kota-kota besar Indonesia. Jumlah rata-rata buku yang diterbitkan di Indonesia menurut data IKAPI hanya berjumlah 30.000. Hal ini berbeda dengan Inggris yakni sebesar 184.000, dan Amerika yang mencapai 304.912 publikasi per tahun. Kasus-kasus korupsi juga kerap menghantui pengadaan buku di Indonesia.
Sejumlah kasus criminal juga menunjukkan bahwa pelajar tak bisa lepas dari rantai kekerasan, baik yang dilakukan oleh sipil maupun negara. Tahun 2015, dua orang pelajar di Mimika Papua menjadi korban tembak aparat. Tahun 2016, kasus kekerasan seksual yang menimpa pelajar juga tak diusut tuntas. Negara dalam hal ini tak mampu melakukan banyak hal. Kebijakan perundang-undangan di tingkat Provinsi semacam Perda No. 1 tahun 2014 di DIY sarat memicu kekerasan terhadap anak dan remaja. Sekali lagi, tantangan advokasi yang dihadapi IPM sesungguhnya semakin kompleks.
Tantangan-tantangan yang dihadapi IPM bagaimana pun akan merefleksikan arti penting keberadaannya. Jika IPM tak mampu membangun dialektika terhadap tantangan-tantangan tersebut, bisa jadi IPM akan kehilangan perannya menyusul sejumlah gerakan pelajar yang redup ditelan pragmatisme. Maka sangat penting bagi IPM untuk mengolah daya-kreatif yang dimilikinya sebagai kekuatan penting dalam menyikapi berbagai tantangan yang ada. IPM harus mampu menggerakkan daya-kreatif dan kekuatannya melalui banyak strategi. Era IPM yang baru bersandar pada dua kata kunci penting sebagai cara merawat daya-kreatifnya. Pertama adalah kemampuan IPM untuk berkolaborasi dengan gerakan lain dan seluas-luasnya dalam rangka memperkaya khazanah internal.
Meskipun IPM tergolong gerakan yang tua, tetapi etos kolaborasi harus terus melekat dalam dirinya. Etos kolaborasi akan memberi IPM banyak kesempatan dalam mengolah strategi-strategi baru memperbaharui posisi elanvitalnya. Perkembangan gerakan sosial berbentuk komunitas dengan eksperimentasi yang kian beragam merupakan kesempatan IPM memperdalam daya-kreatifnya. Etos kolaborasi akan membawa IPM pada eksperimentasi baru gerakan Muhammadiyah yang kreatif dan mampu menjawab tantangan zaman. Perubahan konstelasi gerakan sosial menjadi komunitas harus menjadi catatan penting IPM untuk merespon perubahan-perubahan yang terjadi.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
30
Daya-kreatif IPM sangat bergantung pada kemampuannya berkolaborasi. Kehadiran banyak komunitas seharusnya direspon oleh IPM sebagai sumberdaya baru yang akan membantunya menemukan solusi menghadapi berbagai tantangan. Kolaborasi IPM dengan komunitas-komunitas literasi misalnya akan menjadi salah-satu terobosan berbagi peran antara IPM dan para penggerak eksperimen komunitas literasi. Melalui etos kolaborasi, IPM justru akan semakin memperkuat gerakannya sekaligus memperkuat berbagai inisiasi-inisiasi eksternal lainnya. IPM tidak mungkin menafikan perkembangan terbaru dari perubahan konstelasi yang sangat cepat akibat dari perkembangan teknologi. Sama seperti platform inisiasi lainnya yang ikut berubah atau memanfaatkan perubahan zaman, IPM juga dapat melakukan hal yang serupa. Kehadiran platform semacam petisi online misalnya merupakan cerminan dari pemutakhiran platform inisiasi model baru. Petisi online misalnya mendorong perubahan cara partisipasi banyak individu atau kelompok menembus batas-batas geografis. Tentu saja dengan berbagai kelemahan latennya, perubahan partisipasi individu atau kelompok melalui platform era baru ini tetap patut diperhatikan.
Bukti bahwa etos kolaborasi merupakan kunci dari cara menyambut era menggerakkan daya-kreatif IPM lainnya ialah munculnya gap baru antara generasi muda urban yang beralih dari konsumsi media konvensional menjadi media digital sekaligus sebuah generasi muda yang terbatas akses literasinya. Generasi muda urban tentu saja merupakan sebuah klas sosial baru yang menikmati berbagai kemudahan teknologi, sedangkan pada sisi lain terdapat generasi muda di beberapa tempat di Indonesia yang akses informasinya dibatasi. Pentingnya cara pikir yang kolaboratif akan menyelamatkan IPM dari dilema laten dalam proses penyusunan disain program. Maka selain memperhatikan wujud kolaborasi IPM dengan berbagai inisiasi yang lahir dari kekayaan urban semacam (akses literasi; internet, perpustakaan, universitas, sekolah) maka pentingnya juga untuk melihat kemungkinan kolaborasinya dengan gerakan-gerakan kecil yang berusaha merawat kehidupan generasi muda. Misalnya gerakan mural di desa-desa, jaringan Kaukus (semacam kolaborasi jaringan antara organisasi, individu yang fokus pada advokasi) dan gerakan literasi yang beberapa tahun belakangan ini berorientasi-kerja pada kelompok sub-altern atau juga kelompok lainnya yang seringkali disebut sebagai Kaum Miskin Kota (KMK; anak jalanan, buruh anak/remaja) merupakan partner kolaborasi penting IPM.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
31
IPM sebagai gerakan tak dapat bekerja sendiri dalam menghadapi berbagai pemutakhiran tantangan. IPM harus mampu membuka kembali wajah barunya dalam merespon berbagai perkembangan. IPM harus menghidupkan kembali spirit kolaborasi dalam berbagai aspek. Meksipun begitu sebagaimana yang telah dicatat di atas, kerja-kerja kolaboratif IPM harus meningkat menjadi mitra kolaborasi yang setara. Hal ini untuk menghindarkan model kolaborasi yang selama ini diperankan oleh IPM misalnya dengan Negara yang selalu saja timpang. IPM memiliki kualitas-kualitas yang seharusnya menjadi kebanggaan aktivisnya; kekuatan massa aktif yang besar, dinamika yang terus dirawat dalam setiap muktamar, gerakan pelajar dengan kordinasi yang kolektif-setara. Kualitas-kualitas itu harusnya menjadi identitas penting IPM ketika berhadap dengan mitra kolaborasi semacam Negara. Kualitas itu juga menjadi peluang IPM dalam memperkuat berbagai gerakan-gerakan berbasis komunitas yang diinisiasi oleh masyarakat sipil.
Kesadaran IPM terhadap kerja kolaborasi sebenarnya merupakan sebuah kekuatan baru yang akan menjadi salah satu jawaban bagaimana cara IPM berkelindan menemukan ejawantahnya. Kehadiran inisiasi-inisiasi transformatif kontemporer sebagai wujud dari gerakan sosial baru (New Social Movement) seperti komunitas literasi atau komunitas pro-ekologi merupakan kekuatan bagi IPM dalam menggembirakan proses transformatif. Kerja-kerja kolaborasi dengan demikian bermakna bagi penguatan antar setiap gerakan dalam mendorong transformasi yang bermakna. Maka kerja kolaboratif harus membawa dimensi keberpihakan yang kuat jika tidak, kerja kolaboratif akan dianggap sebagai pembenaran dari relasi-relasi yang justru memperlemah transformasi. Misalnya dengan menetapkan prinsip menghindari kolaborasi bersama pihak-pihak yang teridentifikasi merusak lingkungan, atau yang terlibat dalam kasus-kasus pelanggaran HAM.
Kata kunci selanjutnya bagi IPM dalam menggerakan daya-kreatifnya adalah berbagi (sharing). Etos berbagi merupakan kunci bagi IPM untuk menemukan kembali kesegaran cara-cara IPM berpartisipasi dalam transformasi sosial. Era baru yang tengah dihadapi oleh IPM adalah era distribusi informasi. Era sharing ditandai dengan munculnya ruang-ruang publik baru baik digital maupun non-digital. Perubahan ruang-ruang publik baru ini juga diikuti oleh perebutan arah diskursus. Maka etos sharing akan menjaga IPM dari kecenderungan yang sangat laten terjadi dalam perebutan arah diskursus yakni sikap pasif. Jika IPM tak mampu mengambil bagian
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
32
dari perebutan arah diskursus, dengan mudah dapat ditenggelamkan. IPM akan jadi kehilangan daya-kreatifnya. IPM punya kepentingan dalam mempertahankan etos berbagi, yang dengan demikian juga harus mau mengubah caranya berpartisipasi selama ini. Pada tahun 2015 saat diluncurkan aplikasi IPM berbasis sistem android smartphone, wujud sharing IPM yang baru sebenarnya telah diupayakan kembali. Hanya saja perlu ditekankan bahwa etos berbagi IPM harus dibarengi oleh spirit berdaya aktivisnya. Artinya, masing-masing aktivis IPM memiliki caranya masing-masing dalam berpartisipasi. Aktivis IPM yang memiliki bakat dalam bidang teknologi tentu akan menentukan jalan sendiri dibandingkan dengan aktivis IPM yang menyenangi sastra.
Etos berbagi harus berangkat dari perasaan berdaya setiap aktivis IPM. Persis dalam konteks inilah etos berbagi akan menemukan kegairahannya melahirkan daya-kreatif yang senantiasa segar dan bermakna. Etos berbagi yang berlandaskan pada rasa berdaya akan menghasilkan inisiasi-inisiasi yang membawa makna bagi kemanusiaan. Secara otomatis program-program yang dibentuk pun akan membawa warna yang tak sekedar baru, mengikuti tren, atau dengan setting yang mewah. Penekanannya adalah bahwa dalam etos berbagi, inisiasi-inisiasi kreatif aktivis IPM memiliki nilai yang setara terutama bagi misi-misi kemanusiaan. Misalnya gerakan pro-ekologi aktivis IPM dapat dipandang sebagai percobaan kreatif yang membawa makna.
Generasi Berkemajuan ditandai oleh keberhasilannya menemukan ruang diri yang selalu kontekstual dengan semangat zaman. KH. Ahmad Dahlan menjadi contoh generasi muda yang berhasil mengejawantahkan etos kolaborasi dan etos berbagi yang sangat kuat bagi kemanusiaan. KH. Ahmad Dahlan tak segan-segan berkolaborasi dengan gerakan lainnya semacam Syarikat Dagang Islam (berdiri tahun 1905, kemudian berubah nama menjadi Syarikat Islam pada tahun 1906) atau Budi Utomo (berdiri tahun 1908). Begitu juga yang terjadi ketika KH. Ahmad Dahlan membangun komunikasi dengan Jam‟iatul Khair yang baru berdiri pada tahun 1919, lebih muda dari Muhammadiyah yang didirikan bersama para muridnya. Etos kolaborasi dan berbagi yang dirawat oleh KH. Ahmad Dahlan merupakan salah-satu topik yang seringkali kurang diapresiasi sebagai salah-satu faktor daya-tahan dan daya-kreatif Muhammadiyah sejak tahun 1912. Catatan penting dari contoh kerja kolaborasi dan berbagi KH. Ahmad Dahlan terletak pada orientasi kemanusiaan yang dibangunnya, bukan sekedar pada siapa
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
33
mitranya. Bagi KH. Ahmad Dahlan, tujuan transformatif merupakan tujuan utamanya memperkuat Muhammadiyah dengan berkolaborasi dengan berbagai gerakan lain.
Daya-Kreatif
Istilah “kreatif” berarti bentuk aktivitas, tindakan, atau strategi, dalam mengatasi hambatan dan tantangan secara inovatif. Istilah kreatif juga mengacu pada proses menciptakan suatu hal baru berdasarkan inspirasi atau imajinasi. Individu atau kelompok yang mampu menjadikan tindakan-tindakan keseharian dan memberi dampak bagi perubahan penting dapat dikategorikan sebagai kreatif. Tindakan kreatif tidak selalu mendatangkan manfaat praktis seperti peningkatan pada aspek ekonomi masyarakat, tetapi pada perannya secara aktual dan historis.
Makna diksi “kreatif” yang digunakan terletak pada dua pertimbangan. Pertama, diksi ini bisa dipahami oleh banyak kalangan dengan definisi yang sekalipun berbeda secara prinsipil tetapi punya potensi untuk membuka cara baru memahami keadaan. Kata “kreatif” sendiri bisa berubah posisi dan dipertukarkan dengan berbagai istilah (baik sepadan atau tidak) untuk kepentingan dan peruntukan yang dengan kadar tertentu bisa saja sama. Diksi kreatif memainkan peran penting dalam ungkapan apresiatif. Sewaktu menggunakan kata “kreatif” pertama kali, ada pertimbangan bahwa kata ini dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan-tindakan kreatif. Pada satu sisi ada semangat untuk mengapresiasi segala sesuatu dengan bumbu sifat “kreatif”, dan itu peluang baik untuk dipergunakan.
Daya-kreatif berarti dorongan dalam menciptakan kemungkinan-kemungkinan alternatif dari suatu wujud yang tampak terbatas, terhambat, atau tidak mungkin. Daya-kreatif pada umumnya muncul karena kepemimpinan, peran, strategi, kebijakan, kesempatan, atau situasi yang mendorong penciptaan inovatif. Menurut Bernard Rose dalam bukunya Breakthrough Thinking for Nonprofit Organizations (2002) menjelaskan bahwa daya-kreatif adalah proses mengungkap dan mengolah realitas menjadi menarik yang berguna bagi manusia dan alam. Daya-kreatif yang diasah akan menjadi keterampilan penting bagi individu atau pun organisasi. Rose juga menjelaskan bahwa daya-kreatif merupakan faktor pendorong kerja maksimal setiap organisasi non-profit.
IPM adalah organisasi non-profit yang berfungsi sebagai wadah pengembangan diri mau pun komunitas pelajar tentu saja membutuhkan
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
34
pengetahuan dalam mengelola daya-kreatif sehingga membantu organisasi mencapai visinya. Daya-kreatif juga telah menjadi jawaban mengapa IPM mampu bertahan konsisten sebagai organisasi sejak tahun 1961. Dalam IPM, daya-kreatif anggota sangat diapresiasi dan telah menginspirasi. Daya-kreatif yang diapresiasi terbukti mendorong replikasi yang bermakna bagi setiap anggota dan struktur yang tercermin dalam kebijakan-kebijakannya. Daya-kreatif memungkinkan IPM mengembangkan eksistensinya karena selalu merespon perubahan zaman dengan pemahaman yang matang dan visioner. Generasi Berkemajuan
Generasi berkemajuan menurut Muhammadiyah, merujuk pada kelompok, atau komunitas yang “mendorong pada kebaikan, dan mencegah kemungkaran” (amar ma‟ruf dan nahy munkar). Generasi berkemajuan memanfaatkan etos kolaborasi dan etos berbagi sebagai caranya memperoleh inspirasi sekaligus caranya memperkuat proses amar ma‟ruf dan nahy munkar. Bercermin dari KH. Ahmad Dahlan, generasi berkemajuan merupakan kelompok, atau komunitas yang mampu berpikir mendalam atas kondisi realitas, potensi mengubahnya, dan cara memanfaatkan kekuatan yang tersedia. KH. Ahmad Dahlan memiliki visi mendalam terhadap kondisi masyarakat yang tertindas di bawah hegemoni suprastruktur baik yang dijalankan oleh kolonial maupun feodalisme para priyayi. Dengan demikian berpikir kritis-analitis melalui telaah literasi yang mendalam akan menjadi landasan penting generasi berkemajuan.
Arti penting menjadi generasi berkemajuan bagi aktivis IPM terletak pada lima hal. Pertama, sebagai proses pemurnian tauhid, yang juga berarti purifikasi motif segala tindakan transformasi sosial sebagai bentuk pengabdian terhadap Allah Swt. Kedua, sebagai proses pembelajaran kembali nilai-nilai al-Qur‟an dan hadits yang mendorong inisiasi kreatif bagi ummat dalam rangka rahmatan lil alamin. Ketiga, pelembagaan inisiasi-inisiasi kreatif dalam rangka merawat keberlanjutan transformasi sosial sehingga mudah direplikasi. Keempat, berorientasi pada pembaruan-pembaruan yang mampu mendukung kebermanfaatan yang bermakna. Kelima, bersikap kolaboratif dengan berbagai pihak sebagai kehendak murni mendorong kemajuan kehidupan.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
35
BAB III KEBIJAKAN PROGRAM JANGKA PANJANG 2014-2024
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Program IPM bukan semata-mata rencana dan pelaksanaan seperangkat kegiatan yang praktis. Program IPM ialah perwujudan dari misi utama IPM yaitu “Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Adapun visi ideal (tujuan utama), misi ideal (misi utama), dan agenda aksi IPM diwujudkan melalui program sebagai berikut. A. VISI IDEAL IPM
Terwujudnya pelajar Muslim yang Berkemajuan
B. MISI IDEAL IPM 1. Membebaskan pelajar dengan Tauhid yang murni berdasarkan Al-
Quran dan As-Sunnah. 2. Mencerdaskan pelajar dari kebodohan, dengan melakukan tradisi
Iqra‟ dan keilmuan 3. Memberdayakan individu dan komunitas pelajar, dengan pendekatan
apresiatif terhadap minat, bakat dan potensi pelajar.
C. LANDASAN YURIDIS Bahwa program Muhammadiyah dengan rangkaian kebijakan dan
kegiatannya senantiasa berpijak pada:
1. Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber ajaran dan hukum Islam.
2. Mengindahkan falsafah dan dan dasar negara serta hukum yang sah dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
3. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan-peraturan yang berlaku dalam Persyarikatan.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
36
D. PRINSIP PELAKSANAAN PROGRAM Program IPM dirumuskan dan dilaksanakan dengan berpedoman pada
prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip Ketauhidan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan
perwujudan dari iman dan tauhid kepada Allah;
2. Prinsip Kerahmatan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi rahmatan lil alamin
3. Prinsip Kerisalahan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kerisalahan umat Islam, yaitu dakwah amar makruf nahi munkar dalam arti yang luas;
4. Prinsip Kemaslahatan; maksudnya program IPM hendaknya memperhatikan kemaslahatan umum;
5. Prinsip Keilmuan; maksudnya program IPM direncanakan dan dilaksanakan secara rasional dengan memperhatian dan memanfaatkan secara ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan;
6. Prinsip Kekaderan; maksudnya program IPM selalu dijiwai nilai-nilai kekaderan. Semua yang dilakukan IPM dalam rangka proses kaderisasi yang bersifat pemberdayaan anggota;
7. Prinsip Kemandirian; maksudnya program IPM direncanakan dan dilaksanakan secara mandiri dengan tujuan menciptakan kemandirian pelajar.
8. Prinsip Kreativitas; maksudnya program IPM hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kekhalifahan umat Islam dalam mengelola kehidupan secara kreatif;
9. Prinsip Kemanusiaan; maksudnya program IPM direncanakan dan dilaksanakan tidak secara ekslusif. Artinya orientasi program IPM selalu diarahkan untuk kemanusiaan, tanpa memandang suku, agama, ras, dan budaya.
E. TUJUAN PROGRAM JANGKA PANJANG (VISI IPM 2024)
Program IPM Jangka Panjang adalah suatu tahapan pencapaian tujuan IPM itu sendiri. Secara spesifik rumusan tujuan Program Jangka Panjang sebagai Visi IPM 2024 adalah: “Membumikan Gerakan Pelajar
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
37
Berkemajuan dengan Menjadikan IPM sebagai Rumah Minat dan Bakat Pelajar Indonesia disertai Nilai-nilai Ajaran Islam sebagai Komponen Masyarakat Islam yang Sebenar-Benarnya ”, yang ditandai dengan:
1. Tebentuknya sistem gerakan IPM sebagai gerakan pelajar Indonesia yang unggul di bandingkan gerakan-gerakan pelajar lain dalam melaksanakan misi dakwah dan pencerdasan yang ditunjukkan dengan sistem gerakan yang maju, profesional, modern yang dilandasi nilai keikhlasan dan komitmen penggerakknya, disertai dengan pemahaman ideologi, paradigma, dan visi gerakan IPM yang didalam individu-individu teraktualisasi nilai-nilai publik dan sosial dalam ruang organisasi.
2. Terbentuknya sistem manajemen organisasi dan kepemimpinan kolektif-kolegial yang efektif, produktif, dinamis sehingga mampu menghadirkan keteladanan, memproyeksikan masa depan (berkemajuan) untuk perubahan dengan memobilisasi seluruh potensi pelajar Indonesia untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkualitas dengan meningkatnya kehidupan keagamaan, moralitas, keilmuan, dan etos kerja kemanusiaan.
3. Terbentukknya model dan pola jaringan pada level komunitas, keummatan, kebangsaan dan cita-cita menuju peradaban global dengan mendorong berkembangnya fungsi-fungsi kekuatan sosial dan pemerintahan yang menjamin terwujudnya kehidupan bangsa dan negara yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat di bawah naungan ridha Alah SWT (baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur).
4. Terbentukknya sumberdaya sebagai wahana melahirkan generasi Islami yang berkemajuan (sumberdaya manusia) ditandai dengan sistem kaderisasi yang berkelanjutan dan anggota organisasi sebagai subyek gerakan serta transformasi kader di berbagai lini kehidupan, juga tersedianya modal bagi berjalannya roda organisasi yang berorintasi sosial (sumberdaya finansial), serta membangun tatanan infrastruktur seperti sistem informasi,komunikasi dan karya yang memadai untuk keberlangsungan IPM.
5. Terbentuknya kesadaran bahwa IPM dalam melakukan aksi dan pelayanan ialah sebagai wahana dakwah di dunia pelajar, baik lewat karya kreatif, program dan kegiatan unggul yang sesuai dengan kebutuhan pelajar Indonesia. Sehingga nilai-nilai ajaran Islam dan
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
38
tumbuhnya kesadaran sebagai warga dunia yang lebih luas akan keutamaan kehidupan Islami, yang menjamin terciptanya tatanan kehidupan (pergaulan) yang utama di segala bidang kehidupan sebagai wujud kehadiran Islam yang bersisifat rahmatan lil‟‟alamin.
F. TAHAPAN KEBIJAKAN PROGRAM
Pokok kebijakan program jangka panjang merupakan pedoman dan arah gerak Persyarikatan yang dilaksanakan secara bertahap melalui program dua (2) tahunan selama sepuluh (10) tahun. Tahapan-tahapan program jangka panjang tersebut adalah sebagai berikut.
1. Muktamar XVIII (2012-2014) : diarahkan kepada penumbuhan kesadaran kritis dan aksi kreatif pelajar serta penjagaan karakter pelajar dengan paradigma gerakan pelajar berkemajuan menuju gerakan yang kritis dan progresif.
2. Muktamar XIX (2014-2016): diarahkan kepada pembangunan kekuatan dan kualitas pelaku gerakan, ideologi gerakan IPM dengan mengoptimalkan sistem perkaderan sebagai pendukung terwujudnya “Gerakan Pelajar Berkemajuan” dan berorientasi ke masa depan, sehingga IPM memiliki sumberdaya yang siap menjadi aktor dan subyek gerakan.
3. Muktamar XX (2016-2018) : diarahkan kepada IPM sebagai gerakan ilmu, manifestasi Gerakan Pelajar Berkemajuan yang unggul di kalangan pelajar serta terciptanya tradisi dan habitus iqra’ di dunia pelajar sebagai faktor-faktor pendukung bagi terwujudnya masyarakat utama yang berperadaban.
4. Muktamar XXI (2018-2020), diarahkan kepada pembangunan komunitas kreatif sebagai strategi kultural Gerakan Pelajar Berkemajuan untuk melakukan transformasi individu, transformasi sosial, dan transformasi kebudayaan di tengah masyarakat global.
5. Muktamar XXII (2020-2022), diarahkan transformasi (perubahan cepat ke arah kemajuan) dan terciptanya seluruh elemen sistem organisasi dan jaringan IPM yang maju, profesional, dan modern; berkembangnya sistem kaderisasi, gerakan ilmu, serta peningkatan dan pengembangan peran strategis IPM dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
39
6. Muktamar XXIII (2022-2024), diarahkan perjuangan pembentukan masyarakat ilmu sebagai cikal bakal terwujudnya tujuan Muhammadiyah, yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau masyarakat utama, yang bertujuan terbentuknya peradaban utama.
G. SASARAN KEBIJAKAN IPM Sasaran kebijakan IPM diarahkan pada dua, sasaran persoal dan
sasaran institusional. Berikut ini penjelasannya. 1. Sasaran Personal. Diarahkan pada terwujudnya tradisi kesadaran kritis-
progresif dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan maksud dan tujuan IPM.
2. Sasaran Institusional. Diarahkan pada terciptanya struktur kelembagaan yang kuat dan fungsional melalui pengembangan ranting serta mekanisme kepemimpinan yang mantap dalam mendukung gerakan Ikatan menuju gerakan ilmu yang berparadigma pelajar berkemajuan.
H. HIRARKI KEBIJAKAN 1. PP IPM
a. Penentu kebijakan organisasi secara nasional b. Melakukan koordinasi dengan PW IPM Se-Indonesia c. Melakukan kerja-kerja dalam lingkup menggagas nilai-nilai baru dan
penguatan kapasitas kader IPM secara nasional 2. PW IPM
a. Menerjemahkan kebijakan-kebijakan Muktamar atau kebijakan yang telah diputuskan oleh PP IPM di tingkat wilayahnya
b. Mensosialisasikan keputusan-keputusan PP IPM atau keputusan bersama di tingkat nasional
c. Mengatur kebijakan-kebijakan strategis dalam lingkup kewilayahannya
d. Melakukan koordinasi dengan PP IPM dan konsolidasi dengan PD IPM-nya
e. Melakukan kerja-kerja konkrit di tingkat wilayah sebagai upaya pengembangan jaringan dan penguatan kapasitas organisasi maupun para kadernya
3. PD IPM a. Motor penggerak IPM secara daerah b. Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan Muktamar
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
40
dan keputusan musywarah di atasnya c. Selalu berkoordinasi dengan PW IPM dan konsolidasi dengan PC
IPM atau PR IPM di tingkat daerahnya 4. PC IPM
a. Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan Muktamar dan keputusan musywarah di atasnya
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang langsung tertuju dan bermanfaat pada sekolah dan kalangan pelajar
c. Selalu berkoordinasi dengan PD IPM dan konsolidasi dengan PR IPM di tingkat daerahnya
5. PR IPM a. Melaksanakan kebijakan-kebijakan kongkrit yang telah menjadi
keputusan Muktamar dan keputusan musywarah di atasnya b. Selalu berkoordinasi dengan PD IPM atau PC IPM-nya
I. INDEKS PROGRESIVITAS GERAKAN IPM
Indeks Progresivitas Gerakan (IGP) IPM merupakan satu metode yang digunakan oleh IPM untuk mengukur keberhasilan sebuah organisasi dalam satu periode tertentu. Di sini, IPM telah merumuskan empat ranah yang menjadi tolok ukur keberhasilan gerakan IPM dalam setiap satu periodenya di berbagai jenjang struktur, baik dari Ranting hingga Pusat. Keempat ranah itu adalah ranah kepemimpinan, ranah kaderisasi, ranah program kerja, dan ranah produk Masing-masing ranah memiliki indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan dari masing-masing ranah tersebut. Berikut ini penjelasannya:
No. Ranah Indikator
1. Kepemimpinan
1. Visi tentang IPM yang ideal 2. Mampu membangun kesadaran kolektif 3. Memproduksi wacana-wacana gerakan 4. Mampu menggerakkan aktor dan struktur 5. Mampu mengartikulasikan kepentingan basis
gerakan 6. Mampu membangun jaringan eksternal
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
41
2. Kaderisasi
1. Pelaksanaan Taruna Melati atau kegiatan kaderisasi pendukung lainnya yang sesuai SPI
2. Ada kegiatan follow up kaderisasi 3. Pendampingan yang berkelanjutan 4. Munculnya komunitas-komunitas hasil
perkaderan sebagai basis gerakan
3. Program Kerja
1. Adanya program-program di setiap bidang sebagai penerjemahan gerakan
2. Adanya follow up dari program 3. Adanya komunitas-komunitas
pascapelaksaan program 4. Ada kegiatan rutin di masing-masing bidang
4. Produk
1. Setiap bidang melahirkan produk dalam bentuk artefak-artefak, seperti: buku, majalah, buletin, website, kaos, striker, dll.
2. Distribusi artefak baik di internal IPM maupun ke eksternal.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
42
BAB IV PEDOMAN PROGRAM IPM
A. Tahapan Program
Alur logika materi muktamar IPM XX disusun berdasarkan pada tahapan kebijakan program IPM sebagaimana yang termaktub di dalam Tanfidz Muktamar IPM XIX tahun 2014. Tahapan kebijakan program IPM tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
2016-2018 Gerakan Ilmu, pematangan
habitus ‘Iqra, mendukung
terwujudnya masyarakat
utama
2018-2020
Terbentuknya komunitas
kreatif, mendorong
transformasi individu, sosial,
dan kebudayaan
2020-2022 Sistem organisasi yang profesional
dan modern, jaringan IPM mencapai lingkup global (internasional), peran
IPM bagi bangsa
2022-2024 Pembentukan
masyarakat ilmu
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
43
Bagan Alur Logika Materi
Alur materi Muktamar IPM XX disusun menggunakan siklus
Appreciative Inquiry (AI). Definisi “that inquires into, identifies, and further develops the best of what is in an organization in order to create a better future” (Coghlan, Preskill, Catsambas, 2003). AI adalah pendekatan yang digunakan untuk mempelajari, menganalisis, dan membuat perencanaan pengembangan organisasi berdasarkan pada kekuatan apa saja yang selama ini berfungsi dan bermakna bagi organisasi. AI memanfaatkan best practice atau keberhasilan-keberhasilan yang selama ini dicapai oleh organisasi, kemudian mengembangkannya sebagai kekuatan yang akan mendorong perubahan lebih baik di masa ini dan di masa yang akan datang.
Bagan alur materi Muktamar IPM XX terdiri atas lima siklus; Discovery, Dream, Design, Delivery. Masing-masing siklus akan dijelaskan sebagai berikut:
Discovery: berkaitan dengan proses penemuan inti kekuatan yang menggerakkan organisasi. Pertanyaannya diawali dengan apa yang selama ini berfungsi dan bermakna bagi setiap aktivis IPM?, dalam
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
44
kondisi yang bagaimana semua aktivis IPM memaknai keberadaannya bersama IPM?.
Dream: berkaitan dengan apa yang diimpikan oleh organisasi. Dream adalah visi dan atau misi yang ditentukan oleh organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Design: berkaitan dengan apa yang harus dilakukan, disediakan, atau dikondisikan agar Dream muncul?.
Destiny: berkaitan dengan strategi atau bentuk aksi semacam apa yang harus dilakukan agar Design dapat berjalan?.
Delivery: berkaitan dengan strategi apa yang dibutuhkan agar destiny mampu berjalan maksimal. Delivery juga berkaitan dengan upaya mendampingi proses penerapan rancangan strategi, hingga mengevaluasinya.
Alur logika materi Muktamar IPM XX dibuat untuk memfasilitasi diskursus bagi periode kepemimpinan IPM 2016-2018. Alur logika materi Muktamar IPM XX dengan demikian tidak saja menyangkut dengan kepentingan muktamar, melainkan juga berkaitan dengan keseluruhan rancangan besar arah kebijakan IPM selama 2016-2018. Segala yang tergambar pada bagan alur logika materi merupakan dasar dari pembahasan materi secara keseluruhan. Cara membaca alur logika materi adalah sebagai berikut:
Discovery (kekuatan yang ditemukan dalam IPM): Kekuatan atau faktor mendasar yang menggerakkan aktivitas IPM adalah daya-kreatif. Daya-kreatif dimaknai sebagai kesempatan yang diberikan IPM bagi setiap anggotanya untuk menjadikan IPM sebagai tempat pembelajaran sekaligus sebagai tempat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang bermakna. Daya-kreatif juga menjadi ciri utama dari faktor yang menggerakkan banyak organisasi atau komunitas berbasis pelajar secara umum, tidak saja IPM. Organisasi atau komunitas mana pun yang ingin mempertahankan eksistensinya memerlukan pengapresasian daya-kreatif yang dimilikinya, terutama yang bermanfaat bagi banyak orang.
Dream (mimpi apa yang dibangun oleh IPM untuk periode 2016-2018?): berdasarkan pada tahapan kebijakan, mimpi utama IPM pada periode 2016-2018 adalah terwujudnya IPM sebagai gerakan ilmu.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
45
Daya-kreatif sebagai kekuatan IPM harus digunakan untuk mewujudkan mimpi IPM sebagai gerakan ilmu.
Design (apa yang harus dirancang oleh IPM?): tujuan IPM menjadi gerakan ilmu dirancang melalui sejumlah program dan kebijakan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai. Program yang dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan program literasi, program peduli lingkungan, program yang berkaitan langsung dengan kebutuhan Ipmawati (peka gender), dan penguatan media informasi (dibutuhkan bidang yang khusus mengelola media informasi IPM).
Destiny (strategi apa yang harus digunakan IPM): strategi yang dibutuhkan IPM untuk mewujudkan visi sebagai gerakan ilmu, setidaknya membutuhkan tiga strategi. Pertama adalah memperkuat gerakan literasi dan sosio-entrepreneurship, serta menggunakan AI sebagai metode pengembangan organisasi (struktur dan wujud program).
Delivery: IPM harus mendampingi proses untuk mewujudkan visi gerakan ilmu melalui program-program yang telah dirancang dan sedang digerakkan. Setiap jenjang kepemimpinan IPM wajib mendampingi perkembangan struktur kepemimpinannya (internal) mau pun struktur kepemimpinan di bawahnya (PP PW PD PC PR).
B. Basis Nilai Sistem Gerakan IPM Sistem Gerakan IPM berkaitan dengan nilai-nilai yang mendasari seluruh program dan aktivitas IPM. Sistem Gerakan IPM dirumuskan sebagai acuan utama yang mendasar untuk IPM sebagai gerakan dakwah dan gerakan amar ma‟ruf nahyi munkar. Sistem Gerakan IPM dilandaskan pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Secara spesifik, dasar nilai dari Sistem Gerakan IPM adalah surat Al-Qolam ayat 1. Sistem Gerakan IPM juga dapat dimaknai sebagai “kesadaran mendasar” yang dimiliki oleh setiap aktivis IPM. Sistem Gerakan IPM sebagai kesadaran mendasar mengambil inspirasi dari surat Al-Qolam ayat 1, sehingga bisa disebut sebagai kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn.
Surat Al-Qolam ayat 1 berbunyi “Nûn, WalQalami Wamâ Yasthurûn”. Nun dapat dimaknai sebagai “nur” atau “cahaya”. Allah Swt di dalam surat Al-Qolam ayat 1 mengumpakan Al-Qolam (pena) sebagai
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
46
media untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman. Al-Qolam menjadi simbol pencerahan bagi akal dan nurani manusia (tanwir al-.uqul wa al-qulub). Melalui Al-Qolam manusia diajak untuk mendorong perubahan, sebagaimana sifat tajdid Muhammadiyah (Z. Baidhawy, dalam Azaki Khoirudin, 2015).
Nûn adalah salah satu huruf hijaiyah, unsur sebuah kalimat. Nûn sebagai huruf yang bergerak-dinamis, menjadi tanda atau simbol yang mengandung pesan untuk memahami realitas sosial. Nûn juga dapat dimaknai sebagai teori-teori atau rumus-rumus pengetahuan yang meru-pakan hasil kerja keras keilmuan para ilmuan terdahulu (Azaki Khoirudin, 2015). Kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn dengan demikian menuntun manusia untuk membaca, menulis, dan mengupayakan transformasi sosial sebagai konsekuensi logisnya. Kesadaran Nûn mengajarkan manusia bahwa realitas dapat dipahami dengan memaksimalkan peran akal. Segala upaya yang ditempuh atas kesadaran Nûn akan membawa manusia mengenal Allah Swt sebagai Yang Maha Memiliki Ilmu. Dengan demikian kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn tidak saja menuntun manusia ke jalan yang lurus tetapi juga membuka pemahaman atas tanggungjawabnya sebagai khalifah fil-ardh. Di antara beberapa tugas manusia ialah menjaga alam semesta dari kerusakan yang ditimbulkan akibat pengabaian kesadaran Nûn. Maka penting bagi IPM untuk menjadikan kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn sebagai basis dari ideologi, paradigma, dan gerakannya.
Ideologi berarti teori atau strategi perjuangan untuk mewujudkan nilai-nilai Al-Qolam dalam kehidupan sehari-hari. IPM memaknai ideologi sebagai panduan mengimplementasikan keyakinan dan cita-citanya secara konkret di kehidupan pelajar Indonesia. Ideologi juga
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
47
mempengaruhi cara pandang IPM dalam empat aspek pokok pembahasan; kebangsaan, kenegaraan, kemanusiaan, dan persyarikatan. Dalam perihal kebangsaan sudah jelas, berdasarkan nilai Al-Qolam yang berarti melek terhadap realitas sejarah mengakui bahwa sifat kebangsaan Indonesia adalah “bhineka tunggal ika” yang tidak keras menghadapi perbedaan.
Dalam perihal kenegaraan berarti IPM memegang prinsip darul ahdi wa syahadah, dan tidak mengakui kategori selain itu karena akan bertentangan dengan ajaran Islam Berkemajuan. Perihal kemanusiaan, ideologi IPM sudah sangat jelas mengacu pada prinsip “pencerdasan, pembelaan, pemberdayaan, dan pembebasan”. Sedangkan perihal persyarikatan, ideologi dituntun oleh konsep Islam Berkemajuan yang memegang teguh tauhid dan sikap moderat serta mengedepankan amal sosial.
Paradigma sebagai aspek kedua dari Al-Qolam berarti kerangka berpikir utama IPM selalu disandarkan pada nilai-nilai Al-Qolam. Paradigma bagi IPM didefinisikan sebagai seperangkat konsep yang berhubungan sama lain secara logis dan membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan realitas yang dihadapi. Paradigma Al-Qolam dengan demikian membantu IPM untuk menerjemahkan konsep Islam Berkemajuan yang sesuai dengan konteks gerakan IPM.
Pencerdasan,
Pemberdayaan,
dan Pembebasan
Tertib Ibadah,
Tertib Belajar,
Tertib Organisasi
Penyadaran,
Pemberdayaan,
dan Pembelaan
Tiga Paradigma
IPM
Pelajar Berkemajuan
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
48
Gerakan sebagai aspek ketiga dari Al-Qolam berarti IPM harus konsisten dengan tiga identitas besarnya yakni sebagai gerakan ilmu, gerakan aksi, gerakan transformatif. Muktamar XIX merumuskan gerakan ilmu IPM sebagai berikut:
“..(gerakan ilmu adalah) perwujudan dari etos pengabdian sebagai dasar dalam paradigma pelajar berkemajuan. Nilai utama dari ilmu adalah ”beribadah” sebagai ”pengabdian”, penghambaan. Penghambaan atau pengabdian ini dalam Islam berupa rukun Islam. Dalam “paradigma gerakan ilmu”, pengabdian ditransformasikan menjadi pengabdian pada lima hal, yakni pada (a) Allah; (b) Pengetahuan; (c) diri-sendiri;(d) sesama dan (e) alam [baca: tiga implikasi praktis; diri-sendiri, sosial, dan lingkungan].”
Dengan demikian gerakan ilmu memiliki cakupan; yakni sebagai
proses transformasi diri menjadi dekat dengan Allah Swt. Gerakan ilmu juga sebagai proses menimba pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri, orang lain, dan bagi alam semesta (ilmu pengetahuan sebagai cara mengerem kerusakan alam). Oleh karena itu dalam IPM muncul empat narasi besar gerakan IPM: Gerakan Tiga T; Gerakan Kritis-Transformatif (GKT); Gerakan Pelajar Kreatif (GPK); dan Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB). Empat narasi besar gerakan IPM itu bersumber dari inspirasi surat Al-Qolam ayat 1.
Gerakan ilmu mendapat prioritas utama karena basis IPM berasal dari komunitas pelajar. IPM memaknai gerakan ilmu sebagai proses mengejawantahkan pemikiran-pemikiran yang memungkinkan masyarakat terberdayakan sehingga membuat kehidupan sosial semakin dinamis dan transformatif. Oleh karena itu gerakan ilmu selalu bersamaan dengan dua jenis gerakan aksi dan gerakan transformatif.
Diri Sendiri
Sosial
Lingkungan
Implikasi Praktis
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
49
Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Gerakan ilmu akan memperkuat basis pengetahuan aksi sehingga memungkinkan proses transformatif terjadi.
C. Aktualisasi Nilai IPM
Aktualisasi Sistem Gerakan IPM adalah sejumlah nilai-nilai yang dipegang oleh IPM dalam menyusun sistem gerakan, baik untuk program kerja organisasi maupun untuk program kerja bidang. Aktualisasi nilai dibagi ke dalam tiga aspek; individu, organisasi, dan sosial, yakni sebagai berikut:
Nilai Individu Nilai Berorganisasi Nilai Sosial
1. Kemurnian Aqidah 2. Ketaatan beribadah 3. Istiqamah 4. Keikhlasan 5. Berjiwa gerakan 6. Suka beramal 7. Bermasyarakat 8. Keteladanan 9. Moderat 10. Tajdid 11. Ekoliterasi
1. Good Governance 2. Tersistem 3. Kolektif-kolegial 4. Musyawarah 5. Menggembirakan
(tabsyir) 6. Shidiq 7. Amanah 8. Fathonah 9. Disiplin 10. Komitmen 11. Ukhuwah 12. Visioner 13. Dinamis 14. Ekoliterasi
1. Keunggulan 2. Amar ma‟ruf 3. Nahyi munkar 4. Orientasi misi 5. Amal shalih 6. Kemashlahata
n umum 7. Ekoliterasi 8. Pro-dhuafa 9. Keandalan 10. Keterpaduan 11. Kesinambung
an 12. Pencerahan 13. Demokrasi 14. Transparansi 15. Toleransi 16. Anti
kekerasan
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
50
BAB V
PROGRAM KERJA IPM PERIODE 2016-2018
A. Dasar Program Kerja Sistem Gerakan IPM adalah seperangkat nilai spesifik yang melandasi segala aktivitas IPM, baik dalam manajemen organisasi, landasan program, atau aktvitias IPM. Sistem Gerakan IPM berarti apa saja yang menjadi kriteria keberhasilan gerakan IPM baik itu yang melingkupi pendekatan struktural (struktur kepemimpinan) atau pun pendekatan kultural (komunitas). Terdapat enam Sistem Gerakan IPM; keilmuan, kekaderan, keberpihakan, pemberdayaan, keislaman, kemanusiaan, dan keorganisasian.
1. Keilmuan, maksudnya program dan aktivitas IPM sebagai organisasi harus dilandasi oleh prinsip keilmuan yang dicirikan sebagai berikut:
Rasional/logis
Berbasis kebutuhan pelajar
Berbasis riset
Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang sedang terjadi. Keilmuan juga berarti segala program dan aktivitas IPM harus karena tujuan keilmuan yakni sebagai sarana mempelajari ilmu dan pengetahuan.
Capaian Umum
Keilmuan
Pemberdayaan
Keberpihakan
Keislaman
Keorganisasian
Kemanusiaan
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
51
2. Kekaderan, maksudnya program dan aktivitas IPM selalu dilandasi
oleh nilai-nilai kekaderan. Semua yang dilakukan IPM dalam proses berorganisasi selalu bersifat pemberdayaan anggota. Kekaderan meliputi:
IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek pemahaman ideologi.
IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek pemahaman paradigma.
IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam aspek pemahaman gerakan.
3. Keberpihakan
Keberpihakan maksudnya ialah segala program dan aktivitas IPM harus jelas letak keberpihakannya terhadap aspirasi pelajar. IPM memiliki tanggungjawab untuk membawa aspirasi pelajar dan mengadvokasinya. Kata “keberpihakan” menunjukkan bahwa posisi IPM tidak netral terhadap keadaan. IPM harus terlibat aktif atas kepentingan pelajar. Keberpihakan adalah salah-satu kriteria capaian umum yang sangat penting bagi IPM. Dalam banyak kasus IPM harus mampu berpihak mengadvokasi kepentingan kelompok pelajar-rentan (pelajar difabel, pelajar perempuan, pelajar putus sekolah, pelajar dari kelas sosial menengah ke bawah). Dengan demikian capaian umum keberhasilan IPM terletak pada kemampuannya menunjukkan keberpihakan yang semakin dibutuhkan.
4. Pemberdayaan Pemberdayaan sebagai kriteria capaian umum IPM berarti segala gerak IPM senantiasa ditujukan bagi proses pengembangan kemampuan anggotanya. Pemberdayaan berarti proses pengembangan kapasitas, kemampuan, kreatifitas, dan kekuatan pelajar. Konsep pemberdayaan yang digunakan oleh IPM selalu bersifat partisipatoris dan dua arah. Proses pemberdayaan dalam IPM bertujuan sebagai cara membentuk integritas, kemandirian, kecakapan, dan keterampilan yang dibutuhakn dalam kehidupan sehari-hari.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
52
5. Keislaman
IPM merupakan organisasi berbasis pelajar dengan nilai-nilai keislaman; tauhid. Keislaman sebagai salah-satu kriteria capaian umum berarti IPM dalam menjalankan organisasi harus menyadari posisinya sebagai sayap dakwah Islam Muhammadiyah. IPM bertanggungjawab memformulasikan model dakwah yang ramah, menyenangkan, dan membawa manfaat bagi pelajar dan remaja pada umumnya. IPM dituntut untuk selalu menawarkan inovasi dakwah bagi mad‟u muda.
6. Kemanusiaan Kemanusiaan berarti segala proses yang terjadi di dalam pengembangan organisasi harus bersifat manusiawi. Mengakomodir segala kapasitas yang ada pada anggota IPM. IPM bertanggungjawab untuk menjadi wadah bagi pelajar secara keseluruhan tanpa terkecuali. IPM tidak hanya mewadahi aspirasi kelompok sosial pelajar tertentu, tetapi secara menyeluruh.
7. Keorganisasian Keorganisasi berarti berfungsinya IPM sebagai sebuah sistem. Landasan semua program IPM adalah sistem, di mana IPM bergerak atas sistem yang berfungsi. Pemimpin IPM harus mampu mengayomi dan mewadahi setiap anggota agar dengan ikhlas berperan maksimal di IPM, dengan berbagai strategi manusiawi yang dapat ditempuhnya. IPM adalah organisasi, maka sudah sewajarnya dijalankan berdasarkan pada sifat keorganisasian. Semua program dan kebijakan IPM harus didasarkan pada musyawarah mufakat. Organisasi IPM dijalankan dengan melibatkan kesepakatan semua pihak.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
53
B. Lima Aspek Pengembangan Program Kerja Sistem Gerakan IPM adalah bentuk konkret penerapan sistem gerakan. Capaian bidang berbasis program ditentukan melalui lima aspek pengembangan program kerja yang menjadi penerjemah Visi IPM yang bersifat tujuan yang sifatnya adiluhung, berjangka panjang, dan menunjukkan kedalaman nilai.
1. Sistem Gerakan: Sistem Gerakan berkaitan dengan alur internalisasi dan eksternalisasi nilai organisasi. Internalisasi nilai berarti nilai apa saja yang diharapkan menjadi pegangan bersama antara setiap anggota organisasi. Jika berkaitan dengan bidang-bidang, berarti nilai semacam apakah yang diharapkan oleh bidang yang bersangkutan menjadi pegagan dan komitmen bersama. Sedangkan eksternalisasi nilai berarti nilai apa sajakah yang diharapkan mampu menjadi tujuan organisasi atau secara spesifik setiap bidang yang ada di IPM. Sistem gerakan disusun dengan berpedoman pada nilai-nilai yang tertuang dalam Aktualisasi Sistem Gerakan IPM (BAB IV, Sub-Bab C).
2. Organisasi dan Kepemimpinan: organisasi dan kepemimpinan berarti hal apa saja yang dibutuhkan atau harus disediakan oleh organisasi dan kepemimpinan dalam memfasilitasi perjalanan organisasi menuju terwujudnya visi.
3. Jaringan: jaringan berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh bidang atau organisasi dalam memfasilitasi tercapainya visi yang berkaitan dengan kemitraan. Misalnya untuk mencapai visi gerakan Iqro‟ maka perlu ditentukan bagaimana, dengan siapa, IPM harus membangun jejaring.
4. Sumber daya: sumber daya adalah hal apa saja yang dapat dicapai oleh kerja organisasi atau bidang berkaitan dengan peningkatan kapasitas anggota dan sasaran program. Sumber daya juga berarti dukungan apa yang dibutuhkan oleh organisasi atau bidang agar visinya tercapai (dukungan finansial atau infrastruktur).
5. Aksi: aksi adalah wujud konkret dari strategi perencanaan visi. Aksi juga berarti garis besar dari apa yang dapat dilakukan agar visi tercapai.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
54
C. Program Kerja Bidang-Bidang dan Lembaga-Lembaga
No. Aspek-Aspek Bidang-Bidang
Bidang Organisasi
1
Visi
Terwujudnya IPM sebagai organisasi terdepan dalam merespon dinamika zaman dan perkembangan global sebagai wujud gerakan pelajar berkemajuan.
2 Sistem Gerakan
Mengembangkan sistem organisasi IPM yang maju, efektif, dan profesional berbasis data
3
Organisasi dan Kepemimpinan
Meningkatkan kualitas dan fungsi-fungsi kepemimpinan organisasi di berbagai tingkatan yang berbasis pada penerapan budaya kerja organisasi yang manusiawi, apresiatif, amanah dan terukur.
4
Jaringan
Memperkuat jaringan kelembagaan IPM di Indonesia melalui komunikasi intensif dan pendampingan sehingga mampu bersinergi membangun organisasi.
5 Sumber daya
Meningkatkan kualitas kepemimpinan di berbagai tingkatan yang mampu menjalankan misi ikatan.
6
Aksi
Meningkatkan konsolidasi gerakan di berbagai tingkatan yang berorientasi pada penguatan jejaring internal dan akar rumput melalui pembinaan dan pendampingan
Melengkapi dan menguatkan basis data organisasi sebagai dasar pelaksanaan program yang terukur dan tepat sasaran.
Bidang Perkaderan
1 Visi
Berkembangnya kapasitas anggota dan kader IPM sebagai pelaku gerakan yang memiliki keunggulan kapasitas, komitmen
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
55
ideologis, dan mampu memajukan serta menyebar-luaskan peran IPM sebagai gerakan pelajar dalam dinamika kemanusiaan, umat, bangsa, dan Muhammadiyah.
2
Sistem Gerakan
Memperkuat kapasitas kader dan ideologi dengan mengoptimalkan Sistem Perkaderan IPM dengan mengadakan Pelatihan Kader Taruna Melati secara massif yang berdaya emansipatif dan mencerahkan dengan spirit Islam Berkemajuan.
3
Organisasi dan Kepemimpinan
Mendukung segala proses kaderisasi baik dalam wujud formal, informal, dan non-formal. Berkomitmen untuk menjaga proses perkaderan yang manusiawi, apresiatif, dan fokus pada pengembangan kapasitas diri kader sebagai generasi berkemajuan.
4
Jaringan
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama secara tersistem antar pimpinan dalam hal pelaksanaan perkaderan di lingkungan masing-masing.
5
Sumber daya
Membentuk dan meningkatkan kualitas fasilitator dan membina fasilitator yang mampu mengembangkan perkaderan fungsional yang lebih relevan dan kompatible dengan kepentingan dan kebutuhan para kader.
6
Aksi
Mengadakan kajian-kajian perkaderan untuk pengembangan konsep, model, pendekatan, dan metode yang lebih berkualitas dalam pelaksanaan perkaderan IPM untuk dijadikan pedoman kegiatan perkaderan di setiap tingkatan pimpinan.
Identifikasi, penyusunan database, dan pemetaan kader yang dimiliki IPM di semua lini.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
56
Mengadakan hari ber-IPM disaat momen-momen liburan sekolah atau saat milad IPM.
Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP)
1
Visi
Terbentuknya tradisi iqro‟ (membaca, menulis, riset), serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dan eksplorasi aspek-aspek kehidupan yang bercirikan Islam, sehingga mampu menjadi alternatif kemajuan dan keunggulan Peradaban.
2
Sistem Gerakan
Mengembangkan tradisi iqro‟ di lingkungan IPM sebagai bagian dari pengembangan gerakan ilmu melalui gerakan literasi dan komunitas ilmiah remaja
3
Organisasi dan Kepemimpinan
Menguatkan kapasitas kepemimpinan yang mampu mengembangkan program-program penelitian dan ilmu pengetahuan-teknologi sebagai basis pengambilan kebijakan dan pengembangan kemajuan.
4 Jaringan
Membentuk dan bersinergi dengan komunitas literasi untuk menumbuhkan tradisi keilmuan di kalangan pelajar.
5 Sumber daya
Meyiapkan kader yang mampu berpikir kreatif dan bersikap ilmiah dalam mengoptimalkan gerakan ilmu di kalangan pelajar.
6
Aksi
Membentuk pusat-pusat keilmuan, seperti perpustakaan, rumah baca, dan komunitas kreatif-ilmiah di kalangan pelajar.
Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pencerdasan seperti bedah buku, seminar, bedah film, diskusi, dan lain-lain.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
57
Bidang Kajian dan Dakwah Islam (KDI)
1
Visi
Berkembangnya dakwah islam pelajar yang bersifat inspiratif, menggembirakan dan mencerahkan. Dakwah yang memahami karakteristik mad‟u kontemporer. Sehingga Islam menjadi sumber hidup kreatif bagi pengembangan kehidupan sehari-hari pelajar.
2
Sistem Gerakan
Menghidupkan dakwah dan kajian Islam yang mampu merespon dinamika dan kebutuhan zaman sehingga menjadikan Islam sebagai sumber inspirasi melalui Pelatihan Da‟i Pelajar Muhammadiyah.
3
Organisasi dan Kepemimpinan
Mengoptimalkan peran bidang kajian dakwah Islam dalam mendorong spirit Islam berkemajuan secara keorganisasian dan kepemimpinan
Mengoptimalkan bidang kajian dan dakwah islam sebagai sumber inspirasi daya-kreatif pelajar Muhammadiyah.
4
Jaringan
Membangun sinergi dan kerjasama secara sistemik untuk memperkuat kerja dakwah pelajar Muhammadiyah sekaligus dalam rangka menciptakan kolaborasi yang mampu memberi dampak luas spirit Islam berkemajuan.
5
Sumber daya
Meningkatkan kapasitas, kualitas dan kuantitas mubaligh pelajar untuk memenuhi kebutuhan dakwah di kalangan pelajar sehingga ajaran Islam menjadi inspirasi kreatif pelajar.
6
Aksi
Membentuk dan mengembangkan pusat penelitan, kajian, dan informasi bidang keislaman dan Menyusun pedoman-pedoman/tuntunan-tuntunan dan materi keislaman dengan merujuk pada Himpunan Putusan Tarjih yang dapat
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
58
menjadi acuan pelajar secara umum atau anggota IPM, seperti pedoman kultum, kurikulum kultum, materi khutbah, dan tuntunan kehidupan beragama sehari-hari
Meningkatkan fungsi media dakwah seperti buletin, leaflet, website, tabligh seluler, android, dan media lainnya yang menyajikan materi/pesan Islam yang bersifat mem-bimbing, meneguhkan, menggembirakan, dan mencerahkan
Responsif terhadap isu-isu lokal, nasional bahkan internasional.
Bidang Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga (ASBO)
1
Visi
Berkembangnya seni-budaya dan olahraga di kalangan pelajar berspiritkan Islam berkemajuan dan mencerahkan peradaban manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan berakhlak mulia dan sehat jasmani-rohani.
2
Sistem Gerakan
Meningkatkan upaya pengembangan seni budaya dan olahraga di kalangan pelajar yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan Muhammadiyah melalui Kegiatan Apresiasi Seni dan Budaya serta dengan menyelenggarakan Pekan Olahraga Pelajar
3 Organisasi dan Kepemimpinan
Menguatkan kapasitas kelembagaan seni, budaya, dan olahraga di semua jenjang kepemimpinan IPM.
4
Jaringan
Menguatkan jejaring komunitas-komunitas seni, baik di IPM, sekolah, ataupun luar dalam pengembangan seni, budaya, dan olahraga di kalangan pelajar.
5 Sumber daya
Mengangkat potensi seni, budaya, dan olahraga pelajar agar mampu bersaing di kancah yang lebih luas.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
59
6
Aksi
Membentuk komunitas-komunitas seni, budaya, dan olahraga serta menyelenggarakan kegiatan pelatihan, apresiasi, dan penciptaan seni budaya.
Bidang Advokasi
1
Visi
Terwujudnya kesadaran advokasi di lingkungan IPM atas persoalan-persoalan agama, pendidikan, budaya, sosial-politik, dan ekonomi yang menjadi lokus gerakan IPM sebagai “Gerakan Pelajar Berkemajuan” wujud dakwah amar ma‟ruf dan nahi munkar di kalangan pelajar.
2
Sistem Gerakan
Mengembangkan kesadaran advokatif dan emansipatif serta mengintensifkan kajian-kajian khusus tentang isu-isu strategis advokasi hak-hak pelajar serta kebijakan nasional yang menyangkut kepentingan pelajar melalui pengembangan sekolah advokasi dan tindakan pendampingan advokatif.
3
Organisasi dan Kepemimpinan
Menguatkan kapasitas kepemimpinan dan kelembagaan dikalangan pelajar yang responsif terhadap isu-isu strategis dan kebijakan publik serta menjadi rumah advokasi bagi pelajar muhammadiyah.
4
Jaringan
Meningkatkan usaha dan Mengembangkan kerjasama dengan pemerintah dan berbagai lembaga untuk kepentingan penegakkan hukum dalam berbagai aspek termasuk dalam pemberatasan korupsi.
5
Sumber daya
Memfasilitasi pengembangan kualitas pelajar yang memiliki kapasitas dalam bidang advokasi yang amanah,professional dan mengemban misi IPM.
6 Aksi Pembentukan kesadaran hukum melalui berbagai lembaga sosial termasuk lewat
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
60
jalur pendidikan
Menyelenggarakan pendidikan kader advokasi dan menyusun panduan mengenai pendampingan pelajar terutama yang berkaitan dengan kasus-kasus kekerasan yang menimpa pelajar, dan juga yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas advokatif pelajar, serta yang berkaitan dengan advokasi kepentingan pelajar difabel, pelajar buruh, dan pelajar yang dilanggar hak-hak dasarnya.
Mengembangkan forum-forum kajian khusus tentang berbagai isu internasional yang strategis, seminar/publik mengenai situasi dunia, untuk menjadi bahan penyikapan dan langkah IPM dalam menghadapi perkembangan dunia internasional.
Bidang Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan (PKK)
1 Visi
Berkembangnya budaya kewirausahaan di kalangan pelajar sebagai wujud dari daya-kreatif dan prinsip kemandirian pelajar.
2
Sistem Gerakan
Menumbuhkan kemandirian pelajar dengan nilai-nilai entrepreneurship sejak dini menuju Indonesia yang berdaulat secara ekonomi melalui Pendidikan Sosio-Enterpreneurship dan pendampingan pengembangan kewirausahaan pelajar.
3
Organisasi dan Kepemimpinan
Menguatkan lembaga/bidang kewirausahaan, mengembangkan sistem manajemen bisnis dan tata kelola ekonomi serta pemanfaatan aset-aset untuk mendorong kemandirian ekonomi IPM.
4 Jaringan
Mengintensifkan kerjasama dan kolaborasi dalam rangka pengembangan daya-kreatif
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
61
bidang sehingga menjadi kekuatan yang bermanfaat luas.
5 Sumber daya
Menciptakan sikap mandiri, terampil, dan kreatif
6
Aksi
Memberikan motivasi bagi para pelajar untuk berwirausaha berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta minat bakat pelajar, serta didorong oleh keinginan membangun kemandirian emansipatif pelajar.
Pemberdayaan pelajar dalam meningkatkan keterampilan diri sejak dini menuju kemandirian
Pemberdayaan pelajar dalam meningkatkan keterampilan diri sejak dini menuju kemandirian seperti: membentuk unit-unit bisnis,koperasi,kedai/warung,bisnis online dll
Bidang Ipmawati
1
Visi
Memperkuat dan mendukung penuh peran pelajar perempuan sebagai kader kemanusiaan, kebangsaan, keummatan, dan persyarikatan melalui pengarusutamaan dan dukungan emansipatif bagi keterlibatan pelajar perempuan dalam berbagai dimensi kehidupan.
2
Sistem Gerakan
Mengkaji, mengembangkan, dan mendorong isu-isu tentang hak-hak aksesibilitas pelajar perempuan dalam menggunakan ruang publik, bebas dari diskriminasi, kekerasan, dan stigma atau stereotip kultural yang menciptakan perempuan sebagai kelompok rentan
Meningkatkan kepedulian dan respon terhadap permasalahan pelajar
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
62
perempuan serta permasalahan remaja perempuan pada umumnya.
Meningkatkan pengkajian gerakan-gerakan perempuan peduli pendidikan baik dikalangan pelajar dan kalangan perempuan pada umumnya.
Meningkatkan kepedulian terhadap isu-isu perekambangan hukum, politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Meningkatkan progrefitas perempuan dalam memandang isu-isu kekinian terutama kekerasan pelajar perempuan dan perempuan pada umumnya.
Mengoptimalisasi potensi kader putri Muhammadiyah dan proses kaderisasi melalui Pendidikan Khusus Ipmawati (Diksusti)
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya memahami kebutuhan pelajar perempuan terutama yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi melalui Pendampingan Kesehatan Reproduksi Pelajar (Pekarejar)
3
Organisasi dan Kepemimpinan
Mampu mengajak dan meningkatkan usaha-usaha advokasi terhadap kekerasan perempuan terutama human trafficking yang merusak kehidupan keluarga dan masa depan bangsa dikalangan antar organisasi perempuan maupun OKP.
Menjadikan kader perempuan seagai penyelaras dan penegasan terkait perannya dengan isu-isu kontenporer seperti perdagangan perempuan khususnya diawah umur, ekploitasi pelajar sampai pada persoalan secara
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
63
struktur mapun secara teologis .
Mampu memperjuangkan hak-hak pelajar perempuan tanpa memandang diskriminasi terhadap kelompok yang cenderung memarjinalkan perempuan.
4
Jaringan
Mengoptimalisasikan potensi kader putri (IPM) dalam proses kaderisasi khususnya di lembaga ortom Muhammadiyah yaitu Nasyiatul Aisyiyah dan Aisyiyah.
Meningkatkan usaha dan kerjasama dengan beragai pihak dalam mencegah sekaligus mengadvokasi kejahatan Human Trafficking yang pada umumnya menimpa kaum pelajar perempuan.
Mengembangkan kerjasama dengan stakeholder yang peduli terhadap perempuan dengan memberikan pendampingan serta, pencerdasan emosional maupun spiritual di kalangan pelajar.
Mendukung program-program yang berkomitmen terhadap proses emansipasi perempuan
5
Sumber daya
Terus melakukan pencerdasan, pendampingan dan penyadaran terhdap perempuan di beragai sektor publik sehingga adanya tranformasi kader perempuan dari masa kemasa sehingga tidak adalagi diksriminatif, maupun termarjinalkan baik di lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat secara luas.
6
Aksi Aktif melaksanakan pengajian dan
diskusi dalam rangka peneguhan ideologi gerakan Muhammadiyah dan IPM.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
64
Menguatkan gerakan perempuan melalui komunitas-komunitas anti kekerasan.
Melaksanakan seminar kesehatan produksi yang mampu menamah pemahaman terhdap perempuan.
Mengemangkan gerakan litarasi untuk mengajak para pelajar perempuan serta perempuan pada umumnya untuk terus ergerak pada pencerdasan diri.
Konsen terhadap isu-isu terkini terkait persoalan perempuan melalui kerjsama antar LSM perempauan.
Lembaga Lingkungan Hidup
1
Visi
Membangun paradigma kesadaran atas lingkungan hidup di kalangan pelajar IPM sebagai wujud tanggungjawab khalifah filardh yang wajib melindungi lingkungan.
2
Sistem Gerakan
Meningkatkan proses penyadaran, kampanye, dan pengarusutamaan isu peduli lingkungan hidup melalui Konferensi dan Workshop Pelajar Peduli Lingkungan Hidup.
3
Organisasi dan Kepemimpinan
Menjadikan organisai sebagai gerakan yang menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sehingga IPM mampu menjawab dan paling tidak sudah siap menjadi organisasi yang tidak hanya konsen pada isu-isu pendidikan melainkan ikut mengambil peran dalam mencegah kerusakan lingkungan.
Mampu megartikulasiksn pentingnya basis gerakan berjamaah untuk ikut
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
65
mencegah kerusakan lingkungan sehingga IPM tidak hanya mampu memproduksi wacana-wacana gerakan serta melakukan aksi dan pelayanan tetapi juga sebagai wahana dakwah dikalangan pelajar dan masyarakat secara nyata dan merata.
4
Jaringan
Mampu membangun relasi sosial secara luas baik di kalangan pelajar, masyarakat, pemerintah, dan lembaga sosial sehingga semakin sadar akan pentingnya menjaga dan melindungi lingkungan semakin terbangun.
5
Sumber daya
Menguatkan peran bersama Muhammadiyah Disaster Medical Centre (MDMC) dan Majelis Lingkungan Hidup (MLH) agar mampu bekerja sama dan tampil sebagai gerakan pelajar yang juga konsen terhadap konsekuensi alam, serta upaya melestarikan lingkunga hidup.
6
Aksi
Melakukan pencerdasan kepada masyarakat melalui gerakan sadar lingkungan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Meningkatkan gerakan ekoliterasi (kesadaran melek lingkungan hidup) secara konsen sebagai upaya pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan.
Mengembangkan forum-forum sadar lingkungan untuk mengkaji isu-isu kerusakan lingkungan serta terus melakukan seminar/publik mengenai situasi dunia terutama pemasan global, penipisan ozon, limbah pabrik, dan eksploitasi sumber daya alam oleh
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
66
korporasi asing.
Turut berpartisipasi dalam mengkampanyekan hidup cinta lingkungan.
Lembaga Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi (LKTI)
1
Visi
Berkembangnya kemampuan pemanfaatan media, komunikasi, teknologi, dan informasi di IPM sebagai sarana dakwah dan syiar Islam di kalangan pelajar.
2
Sistem Gerakan
Mengembangkan model pengembangan media, komunikasi, teknologi, dan informasi sebagai sarana penguatan internal organisasi dan penyebarluasan gagasan melalui penyelenggaraan Kelas Manajemen Media bagi Pelajar
3 Organisasi dan Kepemimpinan
Memperkuat kapasitas internal organisasi melalui pemanfaatan media, komunikasi, teknologi, dan informasi.
4
Jaringan
Membangun jaringan dengan berbagai pihak di bidang media, komunikasi, teknologi, dan informasi sebagai langkah penguatan strategi gerakan.
5
Sumber daya
Melahirkan kader yang sadar dan mampu mengoptimalkan media, komunikasi, teknologi, dan informasi sebagai sarana dakwah dan syiar IPM.
6 Aksi
Mengembangkan jaringan media yang dapat menyuarakan kepentingan pelajar dan sesuai dengan nilai-nilai dasar IPM.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
67
BAB VI AGENDA AKSI
Agenda aksi pada dasarnya merupakan bagian dari implementasi visi IPM yang bersifat langsung, nasional, dan kelanjutan dari diskursus yang dibangun pra-Muktamar (forum TMU, forum Konpiwil, dan Pleno). Agenda aksi dirancang sebagai strategi umum dalam upaya mendorong daya-kreatif sehingga mampu mewujudkan visi IPM sebagai gerakan ilmu. Skema agenda aksi bergantung pada strategi penguatan struktur, sekaligus strategi kultural berupa pengembangan komunitas. Struktur akan menjadi faktor penting dalam merancang dan mengimplementasikan agenda aksi. Sedangkan komunitas akan berperan sebagai strategi kreatif yang membantu struktur memaksimalkan implementasi agenda aksi. A. Gerakan Jihad Literasi
1. Pendahuluan Gerakan Jihad Literasi adalah gerakan yang dibentuk untuk membumikan tradisi literasi. Gerakan ini dibentuk sebagai manifestasi gerakan ilmu yang menjadi paradigma pelajar berkemajuan. Kemunculannya didasari oleh rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Rendahnya tradisi literasi di kalangan masyarakat menjadi sebab ketertinggalan masyarakat Indonesia.
2. Konsep Dasar
Membumikan tradisi literasi sebagai manifestasi gerakan ilmu Ikatan Pelajar Muhammadiyah
3. Tujuan
a. Mengenalkan dan membudayakan tradisi literasi dalam ikatan b. Mewujudkan tradisi baca tulis di kalangan pelajar c. Membentuk pelajar yang berwawasan luas dan berkemajuan
4. Bentuk Aksi
a. Pembentukan pojok-pojok baca di kelas dan kantor IPM b. Pembentukan komunitas „Sahabat Buku‟ c. Penyelenggaraan perpustakaan keliling
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
68
d. Diskusi buku dan arisan buku e. Pelatihan jurnalistik
5. Penyelenggara
IPM di setiap jenjang struktur kepemimpinan
6. Sasaran Pelajar, remaja, dan pimpinan IPM di berbagai jenjang tingkatan
7. Penutup
Meningkatnya tradisi literasi menjadi prasyarat peningkatan kualitas kehidupan. Jihad literasi oleh karenanya harus dilandasi semangan pencerdasan, pemberdayaan, dan pembebasan masyarakat.
B. Gerakan Pendampingan Teman Sebaya 1. Pendahuluan
Gerakan Pendampingan Teman Sebaya adalah gerakan advokasi yang diselenggarakan oleh pelajar untuk memperoleh hak-haknya. Gerakan ini dilatarbelakangi atas maraknya tindakan yang merugikan dan merenggut hak-hak pelajar di sekolah dan lingkungan sekitar. Pendampingan yang dilakukan oleh teman sebaya dan berada di lingkungan sama dirasa lebih efektif dibandingkan upaya advokasi yang dilakukan oleh pihak luar yang belum mengerti konteks latar kondisinya.
2. Konsep Dasar
Pembelaan hak-hak pelajar yang dimulai dari individu dan jejaring pertemanan
3. Tujuan
a. Memperjuangkan terpenuhinya hak-hak pelajar b. Mengupayakan regulasi yang berpihak kepada pelajar c. Membentuk budaya kritis
4. Bentuk Aksi
a. Pembentukan kelompok advokasi teman sebaya di sekolah
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
69
b. Pelatihan advokasi c. Seminar dan diskusi pemetaan isu d. Pembuatan modul atau buku panduan advokasi e. Kampanye advokasi
5. Penyelenggara
IPM di setiap jenjang struktur kepemimpinan
6. Sasaran Pelajar dan remaja
7. Penutup Gerakan membela teman sebaya diharapkan dapat membentuk kesadaran kritis di kalangan pelajar sehingga mampu memperjuangkan hak-haknya secara mandiri.
C. Gerakan Konservasi Lingkungan
1. Pendahuluan Kerusakan ekologi yang mengancam keberlangsungan hidup manusia menjadi persoalan yang disorot banyak pihak. Tindakan culas manusia yang hanya mengeksploitasi alam tanpa menjaga dan merehabilitasinya seringkali berdampak pada munculnya bencana. Para penjarah ekologi seperti tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya mengancam anak cucunya. Tindakan buruk ini harus diputus dengan meningkatkan kesadaran menjaga dan melestarikan lingkungan sejak dini. Usia remaja adalah masa yang strategis untuk memupuk kesadaran ini.
2. Konsep Dasar
Meningkatkan kesadaran ekoliterasi di kalangan pelajar dan pimpinan IPM
3. Tujuan
a. Meningkatkan kesadaran generasi muda dalam melestarikan lingkungan
b. Membentuk agen-agen muda penyelaman lingkungan
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
70
4. Bentuk Aksi a. Membentuk komunitas muda pelestari lingkungan b. Diskusi buku, film dokumenter kerusakan lingkungan c. Bakti sosial membersihkan sekolah, sungai, pantai, dan lain
sebagainya d. Penanaman bibit tanaman e. Kampanye sosial penyelamatan lingkungan f. Penanaman pohon di lingkungan sekolah g. Pelatihan pengelolaan sampah h. Kampanye peduli lingkungan
5. Penyelenggara
Pelajar dan pimpinan IPM di semua jenjang tingkatan
6. Sasaran Pelajar dan pimpinan IPM di semua jenjang tingkatan
7. Penutup
Mewujudkan generasi yang sadar terhadap kelestarian lingkungan adalah bagian dari semangat berkemajuan ala Muhammadiyah. Sadar bahwa lestarinya lingkungan di masa kini akan berpengaruh pada keberlangsungan hidup di masa depan adalah pandangan yang melampaui zaman. Oleh karena itu, semangat ini perlu dipupuk sedini mungkin.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
71
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
72
ANGGARAN DASAR IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1 Nama dan Tempat Kedudukan
1. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar Muhammadiyah disingkat IPM, yang didirikan di Surakarta pada tanggal 5 Shafar 1381 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 Juli 1961 Miladiyah.
2. Ikatan Pelajar Muhammadiyah berkedudukan di Pimpinan Pusat.
BAB II ASAS, IDENTITAS, LAMBANG, DAN SEMBOYAN
Pasal 2 Asas
Ikatan Pelajar Muhammadiyah berasaskan Islam
Pasal 3 Identitas
Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah Organisasi Otonom Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar di kalangan pelajar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur‘an dan As-Sunnah Al-Maqbulah.
Pasal 4
Lambang Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah segi lima berbentuk perisai runcing di bawah yang merupakan deformasi bentuk pena dengan jalur besar tengah runcing di bawah berwarna kuning, diapit oleh dua jalur berwarna merah dan dua jalur berwarna hijau dengan matahari bersinar sebagai keluarga Muhammadiyah di mana tengah bulatan matahari terdapat
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
73
gambar buku dan tulisan Al-Qur’an surat Al-Qolam ayat 1 dan tulisan IPM di bawah matahari.
Pasal 5
Semboyan IPM bersemboyan القلم و ومايسطرون ن ,
Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruun yang berarti : Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA
Pasal 6 Maksud dan Tujuan
Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Pasal 7 Usaha
1. Menanamkan kesadaran beragama Islam, memperteguh iman, menertibkan peribadatan dan mempertinggi akhlak karimah.
2. Mempergiat dan memperdalam pemahaman agama Islam untuk mendapatkan kemurnian dan kebenaran-Nya.
3. Memperdalam, memajukan, dan meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan budaya.
4. Membimbing, membina, dan menggerakkan anggota guna meningkatkan fungsi dan peran IPM sebagai kader persyarikatan, umat, dan bangsa dalam menunjang pembanguan manusia seutuhnya menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
5. Segala usaha yang tidak menyalahi ajaran Islam dengan mengindahkan hukum dan falsafah yang berlaku.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
74
BAB IV
BASIS MASSA
Pasal 8 Basis Massa
Basis massa Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah pelajar.
Pasal 9 Pengertian Pelajar
Pelajar adalah kelas sosial yang menuntut ilmu secara terus-menerus serta memiliki hak dan kewajiban dalam bidang pendidikan.
BAB V KEANGGOTAAN, KADER, DAN SIMPATISAN
Pasal 10 Anggota
Anggota IPM adalah: 1. Pelajar muslim yang belajar di sekolah Muhammadiyah maupun non
Muhammadiyah setingkat SMP dan atau SMA. 2. Pelajar muslim yang berusia 12 tahun sampai 21 tahun yang mendaftar
sebagai anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah. 3. Mereka yang pernah menjadi anggota sebagaimana ketentuan ayat 1
dan 2, yang diperlukan oleh organisasi dengan usia maksimal genap 24 tahun.
4. Anggota sebagaimana tersebut dalam ayat 3 di atas yang karena terpilih menjadi pimpinan bisa melanjutkan keanggotaannya sampai masa jabatannya selesai.
Pasal 11
Kader Kader IPM adalah anggota yang telah mengikuti perkaderan serta mampu dan pernah menjadi penggerak inti ikatan.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
75
Pasal 12
Simpatisan Simpatisan adalah mereka yang menyetujui maksud dan tujuan IPM tetapi tidak memenuhi syarat sebagai anggota.
BAB VI
SUSUNAN, PEMBENTUKAN, PENETAPAN, PELEBURAN, DAN PEMEKARAN, ORGANISASI
Pasal 13
Susunan Organisasi 1. Ranting adalah kesatuan anggota di sekolah atau madrasah atau
pondok pesantren atau desa/kelurahan atau panti asuhan. 2. Cabang adalah kesatuan ranting-ranting di tingkat kecamatan. cabang
membawahi ranting. 3. Daerah adalah kesatuan cabang dan atau ranting di tingkat
kabupaten/kota. Daerah membawahi cabang dan atau ranting. 4. Wilayah adalah kesatuan daerah di tingkat provinsi. Wilayah
membawahi daerah, cabang dan ranting. 5. Pusat adalah kesatuan kesatuan anggota di tingkat nasional yang
membawahi wilayah, daerah, cabang dan ranting.
Pasal 14 Penetapan Organisasi
1. Penetapan Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Penetapan Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
3. Penetapan Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
76
Pasal 15
Pembentukan, Peleburan, dan Pemekaran Pembentukan, peleburan, dan pemekaran organisasi diatur oleh pimpinan di atasnya.
BAB VII PIMPINAN
Pasal 16
Pimpinan Pusat 1. Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin IPM secara
nasional. 2. Pimpinan Pusat dipilih dan ditetapkan dalam Muktamar dengan surat
keputusan Pimpinan Pusat IPM. 3. Perubahan dan penambahan personil (reshuffle) Pimpinan Pusat
menjadi wewenang Pimpinan Pusat dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan serta diumumkan ke pimpinan wilayah.
Pasal 17
Pimpinan Wilayah 1. Pimpinan Wilayah adalah pimpinan dalam wilayah dan melaksanakan
kepemimpinan di wilayahnya. 2. Pimpinan Wilayah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah
dengan surat keputusan Pimpinan Pusat. 3. Pimpinan Wilayah adalah wakil Pimpinan Pusat di wilayahnya. 4. Perubahan dan penambahan personal (reshuffle) Pimpinan Wilayah
menjadi wewenang Pimpinan Wilayah dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Pusat serta diumumkan ke pimpinan daerah.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
77
Pasal 18
Pimpinan Daerah 1. Pimpinan Daerah adalah pimpinan dalam daerah dan melaksanakan
kepemimpinan di daerahnya. 2. Pimpinan Daerah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Daerah
dengan surat keputusan Pimpinan Wilayah. 3. Pimpinan Daerah karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan
Wilayah di daerahnya. 4. Perubahan dan penambahan personal (Reshuffle) Pimpinan Daerah
menjadi wewenang Pimpinan Daerah dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Wilayah serta diumumkan ke pimpinan cabang dan atau ranting.
Pasal 19
Pimpinan Cabang 1. Pimpinan Cabang adalah pimpinan dalam cabang dan melaksanakan
kepemimpinan di Cabangnya. 2. Pimpinan Cabang dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Cabang
dengan surat keputusan Pimpinan Daerah. 3. Pimpinan Cabang karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan
Daerah di cabangnya. 4. Perubahan dan penambahan personal (Reshuffle) Pimpinan Cabang
menjadi wewenang Pimpinan Cabang dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Daerah serta diumumkan ke pimpinan ranting.
Pasal 20
Pimpinan Ranting 1. Pimpinan Ranting adalah pimpinan dalam ranting dan melaksanakan
kepemimpinan di rantingnya.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
78
2. Pimpinan Ranting dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Ranting dengan surat keputusan pimpinan di atasnya.
3. Pimpinan Ranting karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan Cabang di rantingnya.
4. Penambahan dan perubahan personal (Reshuffle) Pimpinan Ranting menjadi wewenang Pimpinan Ranting dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan pimpinan di atasnya.
Pasal 21
Pemilihan Pimpinan 1. Pemilihan Pimpinan dilakukan pada musyawarah tertinggi masing-
masing tingkatan struktur dengan sistem pemilihan formatur. 2. Syarat anggota pimpinan dan cara pemilihan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 22 Pergantian Pimpinan
1. Pergantian pimpinan yang dimaksud adalah pergantian pimpinan dalam periode tertentu
2. Pimpinan IPM yang telah habis masa jabatannya, tidak lagi menjalankan tugas dan fungsinya
3. Pergantian pimpinan harus menjamin adanya peningkatan kualitas kepemimpinan
4. Pergantian pimpinan dinyatakan sah jika sudah terjadi serah terima jabatan yang dilakukan pada saat pergantian ketua umum yang baru.
5. Serah terima jabatan dilakukan pada saat pergantian Ketua Umum yang baru.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
79
Pasal 23 Masa Jabatan Pimpinan
1. Masa jabatan Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang selama 2 tahun, sedangkan Pimpinan Ranting selama 1 tahun.
2. Masa jabatan terhitung mulai dari terpilihnya Ketua Umum yang dilakukan pada saat permusyawaratan tertinggi di masing-masing tingkatan struktur.
3. Jabatan Ketua Umum di setiap tingkatan struktur dijabat maksimal satu kali masa jabatan.
4. Jabatan anggota pimpinan di setiap tingkatan struktur maksimal selama dua kali periode secara berturut-turut.
Pasal 24
Perangkapan Jabatan 1. Rangkap jabatan di setiap tingkatan struktur IPM adalah dilarang. 2. Rangkap jabatan dalam Organisasi Otonom Muhammadiyah, hanya
dapat dibenarkan setelah mendapat izin dari pimpinan yang bersangkutan.
3. Rangkap jabatan dengan organisasi politik dan/atau organisasi massa yang berafiliasi dengan organisasi politik adalah dilarang.
4. Rangkap jabatan dengan organisasi kepelajaran dan kepemudaan lainnya adalah dilarang.
Pasal 25
Perubahan Pimpinan 1. Perubahan pimpinan yang dimaksud adalah perubahan komposisi
pimpinan baik berupa penambahan, pengurangan, dan perubahan tugas bidang.
2. Perubahan pimpinan harus menjamin adanya peningkatan kualitas kepemimpinan
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
80
BAB VIII LEMBAGA IPM
Pasal 26
Lembaga IPM 1. Pimpinan IPM dapat membentuk lembaga IPM. 2. Lembaga IPM adalah badan pembantu pimpinan yang melaksanakan
hal-hal yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal pelaksanaan dan pengembangan operasional program.
3. Pimpinan IPM mempunyai wewenang membuat pedoman untuk mengatur lembaga IPM.
BAB IX
PERMUSYAWARATAN
Pasal 27 Muktamar
1. Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi dalam ikatan yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.
2. Muktamar diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Pasal 28 Muktamar Luar Biasa
(MLB) 1. Muktamar Luar Biasa adalah Muktamar yang diselenggarakan apabila
keberadaan ikatan dalam bahaya dan atau terancam dibubarkan, yang Tanwir tidak berwenang untuk memutuskan dan tidak dapat ditangguhkan sampai Muktamar berikutnya.
2. Muktamar Luar Biasa diadakan oleh Pimpinan Pusat atas Keputusan Tanwir.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
81
Pasal 29 Tanwir
1. Tanwir adalah permusyaratan tertinggi ikatan setelah Muktamar yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.
2. Tanwir diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode.
Pasal 30 Musyawarah Wilayah
(Musywil) 1. Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat
wilayah yang diselenggarakan oleh dan atas tangung jawab Pimpinan Wilayah.
2. Musyawarah Wilayah diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Pasal 31 Konferensi Pimpinan Wilayah
(Konpiwil) 1. Konferensi Pimpinan Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi tingkat
wilayah setelah Musyawarah Wilayah yang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Pimpinan Wilayah.
2. Konferensi Pimpinan Wilayah diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu priode.
Pasal 32
Musyawarah Daerah (Musyda)
1. Musyawarah Daerah adalah permusyaratan tertinggi di tingkat daerah yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Daerah.
2. Musyawarah daerah diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
82
Pasal 33 Konferensi Pimpinan Daerah
(Konpida) 1. Konferensi Pimpinan Daerah adalah permusyawaratan tertinggi di
tingkat daerah setelah Musyda, yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Daerah.
2. Konferensi Pimpinan Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode.
Pasal 34
Musyawarah Cabang (Musycab)
1. Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat Cabang yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Cabang.
2. Musyawarah Cabang diselenggarkan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Pasal 35 Konferensi Pimpinan Cabang
(Konpicab) 1. Konferensi Pimpinan Cabang adalah permusyawaratan tertinggi di
tingkat cabang setelah Musycab, yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Cabang.
2. Konferensi Pimpinan Cabang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode.
Pasal 36
Musyawarah Ranting (Musyran)
1. Musyawarah Ranting adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat ranting yang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Pimpinan Ranting.
2. Musyawarah Ranting di selenggarakan setiap 1 (satu) tahun sekali.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
83
Pasal 37 Keabsahan dan Keputusan Permusyawaratan
1. Permusyawaratan dapat berlangsung tanpa memandang jumlah yang hadir, asal yang bersangkutan telah diundang secara sah.
2. Keputusan permusyawaratan diusahakan diambil berdasarkan musyawarah mufakat dan apabila tidak tercapai diambil dengan pemungutan suara maka putusan dengan suara terbanyak.
3. Keputusan Muktamar berlaku setelah diberitahukan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat IPM.
4. Keputusan Musywil, Musyda, dan Musycab berlaku setelah diberitahukan kepada Pimpinan Muhammadiyah setingkat dan disahkan oleh pimpinan di atasnya.
5. Keputusan Musyran berlaku setelah diberitahukan kepada pimpinan sekolah atau Pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat dan disahkan oleh pimpinan di atasnya.
6. Keputusan Tanwir, Konpiwil, Konpida dan Konpicab berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan yang bersangkutan dan diberitahukan kepada Pimpinan Muhammadiyah setingkat.
Pasal 38 Tanfidz
1. Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan setiap permusyawratan (Muktamar, tanwir, Musywil, Konpiwil, Musyda, Konpida, Musycab, Konpicab, dan Musyran) dan rapat pleno yang ada di IPM.
2. Keputusan Muktamar dan Tanwir berlaku sejak ditanfidzkan oleh PP IPM dan diberitahukan kepada untuk mendapatkan pengesahan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
3. Keputusan Musywil, Konpiwil, Musyda, Konpida, Musycab, Konpicab, dan Musyran, serta rapat berlaku setelah ditanfidzkan oleh pimpinan masing-masing tingkatan struktur setelah mendapat pengesahan dari pimpinan di atasnya dan diberitahukan kepada pimpinan Muhammadiyah di masing-masing tingkatan struktur.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
84
4. Tanfidz bersifat redaksional, mempertimbangkan kemaslahatan dan tidak bertentangan dengan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPM.
BAB X RAPAT
Pasal 39
Rapat dibedakan menjadi dua jenis : Rapat Pimpinan dan Rapat Kerja.
BAB XI KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 40
Pengertian Keuangan dan Kekayaan IPM adalah semua harta benda yang diperoleh dari sumber yang sah dan halal serta digunakan untuk kepentingan pelaksanaan organisasi.
Pasal 41 Sumber
Keuangan IPM diperoleh dari: 1. Iuran Anggota 2. Uang Pangkal 3. Pimpinan Muhammadiyah setingkat. 4. Sumber lain yang halal dan tidak mengikat.
Pasal 42 Pengelolaan dan Pengawasan
Ketentuan mengenai pengelolaan dan pengawasan keuangan dan kekayaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
85
BAB XII LAPORAN
Pasal 43 Laporan
Pimpinan IPM semua tingkatan struktur wajib membuat laporan perkembangan organisasi, laporan pertanggungjawaban, laporan kebijakan dan keuangan disampaikan kepada permusyawaratan masing-masing tingkatan struktur.
BAB XIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 44 Anggaran Rumah Tangga
1. Anggaran Rumah Tangga menjelaskan Anggaran Dasar dan mengatur segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini.
2. Anggaran Rumah Tangga disahkan oleh Muktamar.
BAB XIV PEMBUBARAN
Pasal 45 Pembubaran
1. Pembubaran dan atau perubahan konstitusi IPM menjadi wewenang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muktamar IPM, dan Muktamar Luar Biasa IPM.
2. Pembubaran IPM ditetapkan oleh Tanwir atau Muktamar Muhammadiyah atas usulan PP Muhammadiyah.
3. Sesudah IPM dibubarkan, maka segala hak miliknya menjadi hak milik Muhammadiyah.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
86
BAB XV PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 47
Perubahan Anggaran Dasar Anggaran dasar Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan keputusan mutlak dan tidak dapat diganggu gugat kecuali 1. Anggaran dasar tidak sesuai dengan kondisi IPM. 2. Anggaran dasar dapat diubah berdasarkan kajian dari Pimpinan
Wilayah dengan menyerahkan bukti kajian. 3. Perubahan anggaran dasar dapat diusulkan pada tanwir dan
disahkan di muktamar.
BAB XVI PENUTUP Pasal 48 Penutup
1. Anggaran Dasar ini disusun sebagai penyempurnaan dan pengganti Anggaran Dasar sebelumnya, disahkan pada Muktamar IPM XX di Samarinda, Kalimantan Timur.
2. Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, maka Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
87
ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Pasal 1
Keberadaan Organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tanggal 5 Shafar 1381 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 18 Juli 1961 dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Surakarta. Ikatan Pelajar Muhammadiyah pernah mengalami perubahan menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat IRM No. VI/PP.IRM/1992 tertanggal 24 Rabi’ul Akhir 1413 Hijriyah, bertepatan tanggal 22 Oktober 1992 dan disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui SK No.53/SK/IV.13/1.b/1992 tertanggal 22 Jumadil ‘Ula 1413 Hijriyah bertepatan pada tanggal 18 November 1992. Pada tanggal 28 Syawal 1429 Hijriyah bertepatan pada tanggal 28 Oktober 2008 pada Muktamar IRM di Surakarta kembali lagi menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Pasal 2 Kedudukan Pimpinan Pusat
Pimpinan Pusat IPM berkedudukan di Yogyakarta. Sedangkan penyelenggaraan aktivitasnya berada di dua kantor yaitu di Yogyakarta dan Jakarta.
Pasal 3 Lambang
1. Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar adalah sebagai berikut :
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
88
2. Makna lambang IPM adalah : a. Bentuk segi lima perisai, runcing dibawah merupakan deformasi
bentuk pena. b. Warna kuning berarti keilmuan; putih berarti kesucian; merah
berarti keberanian; hijau berarti kerahmatan; dan hitam berarti ketauhidan.
c. Gambar matahari yang berwarna kuning menunjukan bahwa IPM adalah kader Muhammadiyah.
d. Di tengah bulatan matahari terdapat gambar kitab Al-Qur’an yang berarti sumber pengetahuan.
e. Di bawah bulatan matahari terdapat tulisan ayat Al-Qur’an, surat Al-Qalam ayat 1 yang berbunyi “Nuun Walqalami Wamaa Yasthuruun” (dalam tulisan Arab). Artinya : Nuun, Demi pena dan apa yang dituliskannya.
f. Tulisan Al-Qur’an tersebut ditulis dengan menggunakan huruf Arab, warna hitam dan merupakan semboyan IPM. Huruf IPM berwarna merah dengan kontur hitam. Merah berarti berani serta aktif menyampaikan dakwah Islam karena IPM mengemban tugas sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.
Pasal 4
Bendera 1. Bendera Ikatan Pelajar Muhammadiyah berbentuk persegi panjang
berukuran panjang berbanding lebarnya dua berbanding tiga berwarna kuning, di bagian tengah bergambar lambang Ikatan Pelajar
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
89
Muhammadiyah dengan tulisan IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH font arial berwarna merah di bawahnya seperti berikut :
2. Warna kuning dalam dasar bendera berarti keilmuan yang menggambarkan keluasan pengetahuan dan keluhuran budi pekerti.
3. Ketentuan lain tentang lambang dan bendera ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
Pasal 5 Pengajuan Kartu Tanda Anggota
1. Pengajuan kartu tanda anggota diajukan secara tertulis disampaikan kepada Pimpinan Ranting atau Cabang atau Daerah.
2. Pimpinan Daerah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sekali melaporkan tentang keanggotaan di daerah kepada Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Pusat.
3. Bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan menjadi anggota, berhak mendapatkan kartu anggota.
4. Ketentuan pelaksanaan dan pembuatan KTA diatur oleh Pimpinan Pusat.
Pasal 6
Kewajiban dan Hak Anggota 1. Setiap anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah wajib untuk :
a. Taat kepada AD/ART, keputusan organisasi dan IPM. b. Setia pada nilai-nilai perjuangan IPM.
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
90
c. Menjaga nama baik IPM, dan menjadi teladan utama sebagai pelajar muslim.
d. Turut mendukung dan mengembangkan kebijakan dan amal perjuangan IPM.
e. Membayar Uang Pangkal yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat IPM dan Iuran Anggota yang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah IPM.
2. Hak Anggota : a. Memiliki kartu tanda anggota IPM. b. Mendapatkan pengkaderan dari IPM. c. Mendapatkan informasi yang sama terkait perkembangan
organisasi. d. Memberikan saran dan menyatakan pendapat demi kebaikan
organisasi. e. Berhak memilih dan dipilih dalam permusyawaratan pada
tingkatan struktur pimpinannya.
Pasal 7 Kewajiban dan Hak Kader
1. Kewajiban Kader : a. Taat kepada AD/ART IPM dan menjalankan keputusan dan
peraturan IPM. b. Setia pada nilai-nilai perjuangan IPM. c. Menegakkan dan menjunjung nama baik IPM dan
Muhammadiyah. d. Menjadi teladan yang utama sebagai pelajar muslim. e. Turut mendukung dan melaksanakan kebijakan dan amal
perjuangan IPM. f. Menjadi penggerak dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
kebijakan dan amal perjuangan IPM. 2. Hak Kader :
a. Menyatakan pendapat di dalam dan di luar permusyawaratan. b. Memilih dan dipilih di dalam permusyawaratan pada tingkatan
struktur kepemimpinannya.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
91
c. Mendapatakan pembinaan secara terus menerus dari IPM.
Pasal 8 Pemberhentian Anggota
1. Anggota berhenti karena : a. Meninggal dunia b. Keluar dari Islam c. Meminta berhenti atas kehendak sendiri d. Diberhentikan e. Habis masa kenggotaannya
2. Anggota diberhentikan oleh Pimpinan karena : a. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
dasar perjuangan IPM b. Melakukan tindakan yang merugikan dan merusak nama baik
organisasi c. Melakukan tindak pidana dan terbukti kesalahannya di depan
pengadilan 3. Anggota yang diberhentikan berhak mengajukan keberatan kepada
tingkatan struktur yang memberhentikan. Apabila tingkatan struktur yang bersangkutan menolak maka anggota yang diberhentikan berhak melakukan banding kepada tingkatan struktur di atasnya.
Pasal 9 Ranting
1. Ranting adalah kesatuan anggota di sekolah, madrasah, pondok pesantren, masjid/mushalla, panti asuhan, desa/kelurahan atau komunitas yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan angoota.
2. Ranting sekurang-kurangnya mempunyai : a. Pimpinan ranting terdiri atas sekurang-kurangnya 10 orang. b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangya 1 kali dalam
sebulan. c. Memiliki kegiatan atau program pemberdayaan dan pembinaan
pelajar.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
92
d. Memiliki tempat sebagai pusat kegiatan. 3. Pengesahan pendirian Ranting dan ketentuan luas lingkungannya
ditetapkan oleh Pimpinan Daerah dengan surat keputusan. 4. Pembina IPM di sekolah Muhammadiyah tingkat SMP/sederajat dan
atau SMU/sederajat adalah Kepala Sekolah atau orang yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah.
5. Pembina IPM di ranting non-sekolah adalah Pimpinan Ranting Muhammadiyah, Ketua Panti Asuhan, Ketua Takmir Masjid, atau Direktur Pondok Pesantren.
6. Syarat Pembina IPM Ranting adalah alumni IPM dan atau Angkatan Muda Muhammadiyah.
Pasal 10 Cabang
1. Cabang didirikan atas rekomendasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan atau Musyawarah Cabang IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Wilayah IPM dengan Surat Keputusan.
2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 di atas ditembuskan kepada PD, dan PP IPM serta Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat.
3. Cabang sekurang-kurangnya mempunyai : a. 2 (dua) Pimpinan Ranting b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya sekalidalam
sebulan c. Pengajian umum secara rutin tingkat cabang sekurang-kurangnya
sekali dalam sebulan d. Memiliki program kerja dan kegiatan e. Pelatihan kader pimpinan tingkat cabang
4. Cabang membawahi Ranting-ranting.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
93
Pasal 11 Daerah
1. Daerah didirikan atas rekomendasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan atau Musywarah Daerah IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.
2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 2 di atas ditembuskan kepada PW IPM, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) setempat.
3. Daerah sekurang-kurangnya mempunyai : a. 2 (Dua) Pimpinan Cabang b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya dua kali
dalam sebulan c. Pengajian umum secara rutin tingkat daerah sekurang-kurangnya
sekali dalam sebulan d. Memiliki program kerja dan kegiatan e. Pelatihan kader Pimpinan tingkat Daerah
4. Daerah membawahi Cabang dan Ranting.
Pasal 12 Wilayah
1. Wilayah didirikan atas rekomendasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan atau Musywarah Wilayah IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.
2. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud yang dimaksud dalam ayat 1 diterbitkan oleh PP IPM, dan ditembuskan kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) setempat, dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
3. Wilayah sekurang-kurangnya mempunyai : a. 3 (tiga) Pimpinan Daerah b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya dua kali
dalam sebulan c. Memiliki program kerja dan kegiatan d. Pelatihan kader pimpinan tingkat wilayah
4. Wilayah membawahi Daerah, Cabang, dan Ranting.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
94
Pasal 13
Pusat 1. Pusat ditetapkan berdasarkan Keputusan Muktamar. 2. Pusat membawahi Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting.
Pasal 14 Kepemimpinan
1. Kepemimpinan IPM menggunakan prinsip kolektif-kolegial. Maksudnya dalam melaksanakan dan memutuskan segala sesuatu dilakukan dengan bersama-sama dengan penuh pertimbangan dan kebijaksanaan.
2. Kepemimpinan IPM bersifat kritis-apresiatif. Maksudnya senantiasa memperhatikan pendapat anggota, menghargai eksistensi anggota dan menerima kritik dan masukan dari anggotanya.
Pasal 15
Susunan Pimpinan Susunan Pimpinan terdiri atas : 1. Pimpinan Pusat 2. Pimpinan Wilayah 3. Pimpinan Daerah 4. Pimpinan Cabang 5. Pimpinan Ranting
Pasal 16
Pimpinan Pusat 1. Pimpinan Pusat menentukan kebijakan IPM berdasarkan keputusan
Muktamar dan Tanwir serta pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2. Pimpinan Pusat mentanfidzkan permusyawaratan tingkat pusat,
memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan IPM. 3. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Pusat
membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar anggota Pimpinan Pusat.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
95
4. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting, Pimpinan Pusat berkewajiban konsultasi dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
5. Pimpinan Pusat dapat memberntuk perwakilan yang wewenang dan kedudukannya dalam rapat pleno Pimpinan Pusat atas dasar ketentuan Muktamar.
6. Personal Pimpinan Pusat harus berdomisili di Yogyakarta dan atau Jakarta.
Pasal 17
Pimpinan Wilayah 1. Pimpinan Wilayah menentukan kebijakan IPM dalam wilayahnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan permusyawaratan wilayah.
2. Pimpinan Wilayah mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan wilayah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Wilayah memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau intruksi Pimpinan Pusat di wilayahnya.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Wilayah membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personil Pimpinan Wilayah atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Wilayah membimbing dan meningkatkan kegiatan daerah dalam wilayahnya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting, Pimpinan Wilayah berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah.
7. Pimpinan Wilayah dapat membentuk Perwakilan Pimpinan Wilayah sesuai dengan keputusan Musyawarah Wilayah.
8. Personal Pimpinan Wilayah berdomisili di tempat kedudukan Pimpinan Wilayah, dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan persetujuan dalam rapat pleno pimpinan tingkat Wilayah.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
96
Pasal 18 Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah menentukan kebijakan IPM dalam daerahnya berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan permusyawaratan daerah.
2. Pimpinan Daerah mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan daerah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Daerah memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau instruksi Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Daerah membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personal Pimpinan Daerah atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Daerah membimbing dan meningkatkan amal usaha atau kegiatan cabang dan atau ranting dalam daerahnya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting, Pimpinan Daerah berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah.
7. Personal Pimpinan Daerah berdomisili di tempat kedudukan Pimpinan Daerah, dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan persetujuan dalam rapat pleno pimpinan tingkat Daerah.
Pasal 19
Pimpinan Cabang 1. Pimpinan Cabang menentukan kebijakan IPM dalam cabangnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan permusyawaratan cabang.
2. Pimpinan Cabang mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan daerah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Cabang memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau intruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
97
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Daerah membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personal Pimpinan Cabang atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Cabang membimbing dan meningkatkan amal usaha atau kegiatan cabang ranting-ranting dalam cabangnya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting, Pimpinan Cabang berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah.
7. Personal Pimpinan Cabang berdomisili di tempat kedudukan Pimpinan Cabang, dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan persetujuan dalam rapat pleno pimpinan tingkat Cabang.
Pasal 20 Pimpinan Ranting
1. Pimpinan Ranting menentukan kebijakan IPM dalam rantingnya berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan permusyawaratan ranting.
2. Pimpinan Ranting mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan ranting, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Ranting memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau intruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Ranting membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personal Pimpinan Ranting atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Ranting membimbing anggota dalam beragama, meningkatkan kesadaran berorganisasi dan menyalurkan aktivitas dalam amal usaha IPM sebagai bakat, minat, dan kemampuannya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting, Pimpinan Ranting berkewajiban berkonsultasi dengan Kepala Sekolah, Pimpinan Ranting Muhammadiyah atau pembina IPM.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
98
7. Pimpinan Ranting di perguruan Muhammadiyah tingkat SMP/sederajat atau SMA/sederajat dibina oleh kepala sekolah dan atau yang dimandati oleh kepala sekolah untuk membantunya dalam upaya menggerakkan IPM ranting di sekolah yang bersangkutan.
8. Pimpinan Ranting yang berkedudukan di luar sekolah Muhammadiyah adalah personal IPM yang tergabung dalam sekolah non-Muhammadiyah atau Komunitas dapat dibina langsung oleh Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah atau Pimpinan Cabang IPM.
Pasal 21
Pemilihan Pimpinan 1. Pemilihan Pimpinan dilakukan dengan memilih formatur. 2. Pedoman tata tertib pemilihan Pimpinan dibuat oleh Pimpinan
setingkatnya, sesuai dengan hasil keputusan musyawarah. 3. Untuk pemilihan pimpinan dibentuk panitia pemilihan :
a. Untuk Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Tanwir. b. Untuk Pimpinan Wilayah, Daerah dan Cabang ditetapkan oleh
musyawarah masing-masing atas usul Pimpinan IPM yang bersangkutan.
c. Untuk Pimpinan Ranting ditetapkan dalam rapat pleno Pimpinan. 4. Syarat untuk dapat dicalonkan sebagai anggota Pimpinan IPM :
a. Telah menjadi kader IPM dan mengamalkan ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah.
b. Setia pada maksud dan tujuan serta perjuangan IPM. c. Taat pada garis perjuangan IPM. d. Cakap dan amanah menjalankan tugasnya. e. Tidak merangkap keanggotaan/jabatan, sebagaimana diatur
dalam AD. f. Memenuhi syarat-syarat administrasi.
Pasal 22
Pergantian Pimpinan 1. Pergantian pimpinan hanya dilaksanakan pada permusyawaratan
tertinggi tiap tingkatan struktur.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
99
2. Pergantian pimpinan dilaksanakan apabila masa jabatan pimpinan genap 2 tahun atau 1 tahun untuk ranting atau dinyatakan sudah selesai.
3. Pergantian pimpinan maksimal dilaksanakan 3 (tiga) bulan setelah masa jabatannya selesai atau satu bulan untuk pimpinan ranting.
Pasal 23
Batas Umur Pimpinan Batas maksimal umur :
1. Pimpinan Pusat IPM adalah 24 tahun tepat pada saat Muktamar. 2. Pimpinan Wilayah IPM adalah 24 tahun tepat pada saat Musywil. 3. Pimpinan Daerah IPM adalah 22 tahun tepat pada saat Musyda. 4. Pimpinan Cabang IPM adalah 20 tahun tepat pada saat Musycab. 5. Pimpinan Ranting IPM adalah 18 tahun tepat pada saat Musyran.
Pasal 24
Perubahan Pimpinan (reshufle) 1. Perubahan pimpinan dapat dilakukan dalam setiap Rapat Pleno IPM
dengan persyaratan 2/3 pimpinan hadir. 2. Perubahan pimpinan disahkan melalui surat keputusan pimpinan di
atasnya atau surat keputusan Pimpinan Pusat. 3. Perubahan pimpinan harus disosialisasikan kepada pimpinan
dibawahnya paling lambat 3 bulan setelah di SK-kan.
Pasal 25 Pemberhentian Personal Pimpinan
1. Personal pimpinan dinyatakan berhenti, dengan alasan : a. Meminta berhenti atas kehendak sendiri b. Diberhentikan
2. Personal pimpinan diberhentikan oleh pimpinan bersangkutan. 3. Personal pimpinan dapat diberhentikan karena :
a. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar perjuangan IPM
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
100
b. Melakukan tindakan yang merugikan dan merusak nama baik organisasi
c. Melakukan tindak pidana dan terbukti kesalahannya di depan pengadilan
4. Personal pimpinan yang diberhentikan dapat mengajukan banding pada pimpinan diatasnya.
5. Personal pimpinan yang dinyatakan berhenti sebagaimana ayat 1, dapat diberhentikan melalui rapat pleno.
Pasal 26
Pedoman Kerja Untuk ketertiban jalannya pimpinan, maka Pimpinan Pusat IPM membuat pedoman umum kerja.
Pasal 27 Bidang-Bidang
1. Bidang adalah unsur pimpinan yang menjalankan tugas pokok dan program-program organisasi.
2. Bidang wajib di IPM adalah bidang Perkaderan, Bidang KDI dan Bidang PIP.
3. Selain Bidang wajib dibentuk oleh masing masing tingkat pimpinan, berdasarkan hasil permusyawaratan tertinggi di masing masing tingkatan pimpinan.
Pasal 28 Lembaga
1. Pimpinan IPM dapat membentuk lembaga IPM. 2. Lembaga IPM adalah badan pembantu pimpinan yang melaksanakan
hal-hal yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal pelaksanaan dan pengembangan operasional program.
3. Batas wewenang dan kedudukan lembaga IPM seperti yang dimaksud ayat 1 di atas ditentukan dalam surat keputusan pimpinan yang bersangkutan.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
101
4. Lembaga IPM bertanggung jawab kepada Pimpinan IPM yang bersangkutan.
5. Personal lembaga IPM direkrut dari anggota IPM, simpatisan atau pelajar muslim lain yang dianggap dapat mengemban amanah lembaga dan diberi tanggung jawab oleh masing-masing pimpinan.
6. Pimpinan IPM dapat membubarkan lembaga IPM atau merubah susunan anggota pengurusnya.
7. Pimpinan IPM membuat kaidah umum lembaga IPM yang disyahkan dalam permusyawaratan di tingkatannya.
8. Pimpinan IPM berhak dan berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga khusus di tingkatan struktur yang bersangkutan.
Pasal 29
Susunan Jabatan 1. Susunan jabatan Pimpinan IPM disusun oleh Ketua Umum dan
formatur IPM yang terpilih dalam tiap permusyawaratan IPM. 2. Susunan jabatan pimpinan IPM terdiri atas Ketua Umum, Ketua Bidang,
Sekretaris Umum, Sekretaris Bidang, Bendahara Umum, dan Anggota Bidang.
Pasal 30
Muktamar 1. Muktamar diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat. 2. Undangan, acara dan materi muktamar minimal telah sampai kepada
yang bersangkutan 2 (dua) bulan sebelumnya. 3. Muktamar dinyatakan sah apabila dihadiri muktamirin dengan tidak
memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah sampai disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Muktamirin terdiri atas : a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum Pimpinan Pusat IPM
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
102
2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakili dan 6 orang utusan Pimpinan Wilayah
3) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakili dan 2 orang utusan Pimpinan Daerah
b. Peninjau : 1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta
muktamar 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat secara sah
5. Setiap peserta muktamar berhak atas satu suara. 6. Isi dan susunan acara Muktamar ditetapkan oleh Pimpinan Pusat IPM
berdasarkan keputusan Tanwir pertama. 7. Ketentuan tata tertib Muktamar diatur oleh Pimpinan Pusat dan
dibacakan pada Pleno Muktamar. 8. Acara pokok dalam Muktamar :
a. Laporan pertanggung jawaban Pimpinan Pusat 1) Kebijakan Pimpinan Pusat 2) Pelaksanaan keputusan Muktamar dan Tanwir sebelumnya 3) Keuangan
b. Laporan perkembangan dan pandangan umum Pimpinan Wilayah terhadap kinerja Pimpinan Pusat sesuai dengan Indeks Progresifitas IPM
c. Penyusun kebijakan program kerja periode berikutnya d. Pemilihan Pimpinan Pusat e. Masalah-masalah IPM yang bersifat urgen/penting f. Rekomendasi
9. Selambat-lambatnya sebulan setelah Muktamar Pimpinan Pusat harus mentanfidzkan hasil keputusan Muktamar dan menyampaikannya pada Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah IPM, dan Pimpinan Daerah se-Indonesia.
10. Keputusan Muktamar mulai berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat sampai diubah atau dicabut kembali oleh Muktamar berikutnya.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
103
Pasal 31 Muktamar Luar Biasa
(MLB) 1. Muktamar Luar Biasa diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat
berdasarkan desakan 50% + 1 dari jumlah Pimpinan Wilayah. 2. Muktamar Luar Biasa dinyatakan sah apabila dihadiri Muktamirin
dengan tidak memandang jumlah yang hadir asalkan undangan sudah secara sah telah disampaikan kepada yang bersangkutan.
3. Muktamirin terdiri atas : a. Peserta :
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum Pimpinan Pusat
2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakilinya dan 2 orang utusan Pimpinan Wilayah
3) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakilinya dan 2 orang utusan Pimpinan Daerah
b. Peninjau : 1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta
Muktamar Luar Biasa 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat
4. Muktamirin berhak atas satu suara. 5. Isi dan susunan acara Muktamar Luar biasa disesuaikan dengan
alasan penyelenggaraan Muktamar Luar Biasa. 6. Keputusan Muktamar Luar Biasa mulai berlaku setelah ditanfidzkan
oleh Pimpinan Pusat sampai diubah atau dicabut oleh Muktamar berikutnya.
7. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah Muktamar Luar Biasa, Pimpinan Pusat harus menyampaikan hasil keputusan Muktamar Luar Biasa kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai pemberitahuan.
Pasal 32 Tanwir
1. Tanwir diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
104
2. Undangan, acara dan materi konferensi pimpinan nasional Tanwir minimal sampai kepada yang bersangkutan 1 (satu) bulan sebelum acara konferensi pimpinan nasional Tanwir diselenggarakan.
3. Tanwir dinyatakan sah apabila dihadiri musyawirin dengan tanpa memandang jummlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin Tanwir terdiri atas : a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum Pimpinan Pusat
2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakilinya dan 2 orang utusan
b. Peninjau : 1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta Tanwir 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat secara sah
5. Setiap peserta Tanwir ditetapkan oleh Pimpinan Pusat. 6. Isi dan susunan acara Tanwir ditetapkan oleh Pimpinan Pusat. 7. Acara pokok dalam Tanwir :
a. Progres report perkembangan IPM Nasional b. Evaluasi dan kebijakan IPM Nasional c. Masalah penting yang tidak dapat ditangguhkan sampai Muktamar d. Mempersiapkan acara-acara Muktamar yang akan datang
8. Sebelum Muktamar dapat diselenggarakan Tanwir dengan agenda khusus persiapan Muktamar dan masalah penting.
9. Ketentuan tata tertib Tanwir ditentukan oleh Pimpinan Pusat dan dibacakan pada pleno Tanwir.
10. Keputusan Tanwir mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat.
11. Selambat-lambatnya sebulan setelah Tanwir, keputusan harus ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat menyampaikannya pada Pimpinan Wilayah IPM, dan Pimpinan Daerah IPM se-Indonesia.
12. Agenda pokok Tanwir Pra-Muktamar : a. Pembacaan tata tertib Tanwir Pra Muktamar
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
105
b. Pembacaan Tanwir sebelumnya (pertama), seperti Panitia Pemilihan, Tim Verifikasi Keuangan, Tim Materi Muktamar, dll.
Pasal 33
Musyawarah Wilayah (Musywil)
1. Musyawarah wilayah diselenggarakan atas undangan Pimpinan Wilayah.
2. Musywil diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan setelah Muktamar.
3. Undangan, acara dan materi musyawarah wilayah minimal sampai kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya.
4. Musyawarah wilayah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh musyawirin dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.
5. Musyawirin terdiri atas : a. Peserta:
1) Ketua Umum Pimpinan Wilayah, Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum Pimpinan Wilayah.
2) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakili dan 6 orang utusan Pimpinan Daerah
3) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakili dan 2 orang utusan
b. Peninjau : 1) Pimpinan Wilayah yang tidak menjadi peserta musyawarah
wilayah 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Wilayah
6. Setiap peserta musyawarah wilayah berhak atas satu suara. 7. Isi dan susunan acara Musyawarah Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan
Wilayah dengan berdasarkan Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) sebelumnya.
8. Acara pokok dalam Musyawarah Wilayah : a. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah :
1) Kebijakan Pimpinan Wilayah
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
106
2) Organisasi dan administrasi 3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan kebijakan
pimpinan di atasnya serta Keputusan Musyawarah Wilayah dan Konpiwil sebelumnya
4) Keuangan b. Laporan perkembangan dan pandangan Pimpinan Daerah
terhadap kinerja Pimpinan Wilayah c. Penyusunan program IPM berikutnya d. Pemilihan Pimpinan Wilayah e. Masalah urgen dalam wilayah f. Rekomendasi
9. Pimpinan Daerah dalam memberikan pandangan kepada PW IPM, sekaligus memberikan penilaian terhadap tingkat pencapaian keberhasilan program pimpinan pusat wilayah sesuai dengan Indeks Progresifitas Gerakan IPM.
10. Hasil penilaian sebagaimana ayat 9, digunakan sebagai acuan untk periode kepemimpinan selanjutnya.
11. Ketentuan Tata Tertib Musyawarah Wilayah diatur oleh Pimpinan Wilayah dan dibacakan pada pleno Musyawarah Wilayah.
12. Keputusan Musyawarah Wilayah mulai berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Wilayah sampai diubah atau dicabut oleh Musyawarah Wilayah berikutnya.
13. Selambat-lambatnya sebulan setelah Musyawarah Wilayah, Pimpinan Wilayah harus memyampaikan hasil keputusan Musyawarah Wilayah kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Pusat untuk mendapatkan pengesahan.
14. Apabila sampai dua minggu setelah penyerahan hasil Musyawarah Wilayah tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Pusat, maka keputusan tersebut dianggap sah.
15. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Wilayah dapat diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Musyawarah wilayah.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
107
Pasal 34 Konferensi Pimpinan Wilayah
(Konpiwil) 1. Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) diselenggarakan atas
undangan Pimpinan Wilayah. 2. Undangan, acara dan materi Wilayah (Konpiwil) minimal sampai
kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya. 3. Konpiwil dinyatakan sah apabila dihadiri Musyawirin Konpiwil dengan
tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin Konpiwil terdiri atas : a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum Pimpinan Wilayah
2) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakilinya dan 2 orang utusan Pimpinan Daerah
b. Peninjau : 1) Pimpinan Wilayah yang tidak menjadi peserta Konpiwil. 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Wilayah
5. Setiap peserta konpiwil berhak atas satu suara. 6. Isi dan susunan acara konpiwil ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah. 7. Acara pokok dalam Konpiwil :
a. Laporan Kebijakan Pimpinan Wilayah b. Masalah urgen yang tidak dapat ditangguhkan sampai
Musyawarah Wilayah c. Masalah yang oleh Musywil diserahkan kepada Konpiwil d. Evaluasi gerak organisasi dan pelaksanaan program e. Mempersiapkan acara-acara Musywil berikutnya
8. Sebelum Musywil dapat diselenggarakan Konpiwil dengan agenda khusus Persiapan Musywil dan masalah urgen.
9. Ketentuan tata tertib konpiwil ditentukan oleh Pimpinan Wilayah dan dibacakan dalam sidang pleno Konpiwil.
10. Keputusan Konpiwil mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Wilayah.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
108
11. Selambat-lambatnya sebulan setelah Konpiwil, Pimpinan Wilayah harus menyampaikan hasil keputusan Konpiwil kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Pusat IPM untuk mendapatkan pengesahan.
12. Apabila sampai dua minggu sesudah penyerahan hasil keputusan Konpiwil tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Pusat, maka keputusan tersebut dianggap sah.
13. Pada waktu berlangsungnya Konpiwil dapat diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Konpiwil.
14. Agenda Pokok Konpiwil Pra-Musywil : a. Pembacaan tata tertib Konpiwil dan Musywil b. Pembacaan hasil kerja Konpiwil sebelumnya (pertama), seperti
Panitia Pemilihan, Tim Verifikasi, Tim Materi, Panitia Musywil, dll.
Pasal 35 Musywarah Daerah
(Musyda) 1. Musyawarah Daerah diselenggarakan atas undangan Pimpinan
Daerah. 2. Musyda diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan setelah akhir
periode kepemimpinan PW IPM dan dikeluarkannya keputusan Induk Musywil.
3. Undangan, acara, dan materi Musyawarah Daerah minimal sampai kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya.
4. Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.
5. Musyawirin terdiri atas : a. Peserta :
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum Pimpinan Daerah.
2) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakilinya dan 6 orang utusan.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
109
3) Ketua Umum Pimpinan Ranting atau yang mewakilinya dan 2 orang utusan.
b. Peninjau : 1) Pimpinan Daerah yang tidak menjadi peserta Musyawarah
Daerah. 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Daerah.
6. Setiap peserta Musyawarah Daerah berhak atas satu suara. 7. Isi dan susunan acara Musyawarah Daerah ditetapkan oleh Pimpinan
Daerah dengan berdasarkan keputusan Konpida sebelumnya. 8. Acara pokok Musyawarah Daerah :
a. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Daerah 1) Kebijakan Pimpinan Daerah 2) Organisasi dan Administrasi 3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan kebijakan
pimpinan di atasnya serta Pelaksanaan keputusan Musyawarah Daerah dan Konpicab sebelumnya
4) Keuangan b. Laporan perkembangan Pimpinan Cabang atau Ranting dan
pandangan Pimpinan Cabang atau Ranting terhadap kinerja Pimpinan Daerah
c. Penyusunan Program Kerja IPM periode berikutnya d. Pemilihan Pimpinan Daerah e. Masalah IPM yang urgen dalam Daerahnya
9. Pimpinan Cabang atau Ranting dalam memberikan pandangan kepada PD IPM, sekaligus memberikan penilaian terhadap tingkat pencapaian keberhasilan program pimpinan daerah sesuai dengan Indeks Progresifitas Gerakan IPM.
10. Hasil penilaian sebagaimana ayat 9, digunakan sebagai acuan untuk periode kepemimpinan selanjutnya.
11. Ketentuan tata tertib Musyawarah Daerah diatur oleh Pimpinan Daerah. 12. Keputusan Musyawarah Daerah mulai berlaku setelah sejak
ditanfidzkan oleh Pimpinan Daerah sampai diubah atau dicabut kembali oleh Musyawarah Daerah berikutnya.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
110
13. Selambat-lambatnya sebulan setelah Musyda, Pimpinan Daerah harus menyampaikan hasil keputusan Musyda kepada Pimpinan Daerah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Wilayah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan kepada Pimpinan Pusat.
14. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil Musyawarah Daerah tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Wilayah, maka keputusan tersebut dianggap sah.
15. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Daerah dapat diselenggarakan acara atau kegiatan yang tidak mengganggu jalannya Musyawarah Daerah.
Pasal 36
Konferensi Pimpinan Daerah (Konpida)
1. Konferensi Pimpinan Daerah (Konpida) diselenggarakan atas undangan Pimpinan Daerah.
2. Undangan, acara dan materi Konpida minimal sampai kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya.
3. Konpida dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin Konpida dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin Konpida terdiri atas : a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum Pimpinan Daerah
2) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakilinya dan 2 orang utusan Pimpinan Cabang (Jika dalam Pimpinan Daerah ada yang tidak mewakili cabang, maka yang diundang adalah Pimpinan Ranting)
b. Peninjau : 1) Pimpinan Daerah yang tidak menjadi peserta Konpida 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Daerah
5. Setiap peserta Konpida berhak atas satu suara.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
111
6. Isi dan susunan acara Konpida ditetapkan oleh Pimpinan Daerah. 7. Acara pokok Konpida : 8. Ketentuan tata tertib Konpida ditentukan oleh Pimpinan Daerah dan
dibacakan dalam rapat pleno Konpida. 9. Keputusan Konpida mulai berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan
Daerah. 10. Selambat-lambatnya sebulan setelah Konpida, Pimpinan Daerah harus
menyampaikan hasil keputusan Konpida kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Wilayah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan kepada Pimpinan Pusat.
11. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil keputusan Konpida tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Wilayah, maka keputusan tersebut dianggap sah.
12. Pada waktu berlangsungnya Konpida dapat diselenggarakan acara pendukung atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Konpida.
13. Agenda pokok Konpida Pra-Musyda : a. Pembacaan tata tertib Konpida dan Musyda b. Pembacaan hasil kerja Konpida sebelumnya (pertama) seperti
Panitia Pemilihan, Tim Verifikasi, Tim Materi, dll. 14. Pimpinan Daerah bertanggungjawab atas penyelenggaraan Konpida.
Pasal 37 Musyawarah Cabang
(Musycab) 1. Musyawarah Cabang diselenggarakan atas undangan Pimpinan
Cabang. 2. Musycab diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan setelah akhir
periode kepemimpinan PD IPM dan dikeluarkannya keputusan induk Musyda.
3. Undangan, acara dan materi Musyawarah Cabang minimal sampai kepada yang bersangkutan dua minggu sebelumnya.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
112
4. Musyawarah Cabang dinyatakan sah apabila dihadiri oleh peserta Musyawarah Cabang Musyawirin dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan sudah disampaikan secara sah kepada yang bersangkutan.
5. Musyawarah Cabang Musyawirin terdiri atas : a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum Pimpinan Cabang
2) Ketua Umum Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum Pimpinan Ranting
b. Peninjau : 1) Pimpinan Cabang yang tidak menjadi peserta Musyawarah
Cabang 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Cabang
6. Setiap Peserta Penuh Musyawarah Cabang berhak atas satu suara. 7. Isi dan Susunan Musyawarah Cabang ditetapkan oleh Pimpinan
Cabang dengan berdasarkan keputusan Konpicab sebelumnya. 8. Acara Pokok dalam Musyawarah Cabang :
a. Laporan Pertanggung jawaban Pimpinan Cabang : 1) Kebijakan Pimpinan Cabang 2) Organisasi dan Administrasi 3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan kebijakan
pimpinan di atasnya serta pelaksanaan keputusan Musyawarah Cabang dan Konpicab sebelumnya
4) Keuangan b. Laporan perkembangan Pimpinan Ranting dan pandangan
Pimpinan Ranting dan pandangan Pimpinan Ranting terhadap kinerja Pimpinan Cabang
c. Pernyusunan program IPM periode berikutnya d. Pemilihan Pimpinan Cabang e. Masalah IPM yang urgen di cabangnya f. Rekomendasi
9. Pimpinan Ranting dalam memberikan pandangan kepada PC IPM, sekaligus memberikan panilaian terhadap tingkat pencapaian
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
113
keberhasilan program pimpinan Cabang sesuai dengan Indeks Progresifitas Gerakan IPM.
10. Hasil penilaian sebagaimana ayat 9, digunakan sebagai acuan untuk periode kepemimpinan selanjutnya.
11. Keputusan Musyawarah Cabang mulai berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Cabang sampai diubah atau dicabut oleh Musyawarah Cabang berikutnya.
12. Selambat-lambatnya sebulan setelah Musyawarah Cabang, Pimpinan Cabang harus menyampaikan hasil keputusan Musyawarah Cabang kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Daerah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan Pimpinan Wilayah.
13. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil Musyawarah Cabang tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Daerah, maka keputusan tersebut dianggap sah.
14. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Cabang dapat diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Musyawarah Cabang.
Pasal 38
Konferensi Pimpinan Cabang (Konpicab)
1. Konferensi Pimpinan Cabang (Konpicab) diselenggarakan atas undangan Pimipnan Cabang.
2. Undangan, acara dan materi Konpicab minimal sampai kepada yang bersangkutan 2 minggu sebelumnya.
3. Konpicab dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin Konpicab dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin terdiri atas : a. Peserta:
1) Ketua Umum Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum Pimpinan Cabang
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
114
2) Ketua umum pimpinan ranting atau yang mewakili dan 2 orang utusan Pimpinan Ranting
b. Peninjau : 1) Pimpinan Cabang yang tidak menjadi peserta Konpicab 2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Cabang
5. Setiap peserta berhak atas satu suara. 6. Isi dan susunan acara Konpicab ditetapkan oleh Pimpinan Cabang. 7. Acara Pokok Konpicab :
a. Laporan Kebijakan Pimpinan Cabang b. Masalah urgen yang tidak dapat ditangguhkan sampai Musycab c. Masalah yang oleh Musycab diserahkan kepada Konpicab d. Evaluasi gerak organisasi dan pelaksanaan program e. Mempersiapkan acara-acara Musyda berikutnya
8. Ketentuan tata tertib Konpicab ditentukan oleh Pimpinan Cabang dan dibacakan dalam rapat pleno Konpicab.
9. Keputusan Konpicab mulai berlaku setelah sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Cabang.
10. Selambat-lambatnya sebulan setelah Konpicab, Pimpinan Cabang harus menyampaikan hasil keputusan Konpicab kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Daerah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan kepada Pimpinan Pusat.
11. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil keputusan Konpicab tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Daerah, maka keputusan tersebut dianggap sah.
12. Pada waktu berlangsungnya Konpicab dapat diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Konpicab.
13. Agenda pokok Konpicab Pra Musycab : a. Pembacaan tata tertib Konpicab dan Musycab b. Pembacaan hasil kerja Konpicab sebelumnya (pertama), seperti
Panitia Pemilihan, Tim Verifikasi, Tim Materi, Panitia Musycab, dll 14. Pimpinan Cabang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Konpicab.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
115
Pasal 39 Musyawarah Ranting
(Musyran) 1. Musyawarah Ranting diselenggarakan atas undangan Pimpinan
Ranting. 2. Undangan, acara dan materi Musyawarah Ranting minimal sampai
kepada yang bersangkutan seminggu sebelumnya. 3. Musyawarah Ranting dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin
dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin terdiri atas : a. Peserta:
1) Personal Pimpinan Ranting 2) Seluruh anggota Ranting atau wakil-wakil anggota sesuai
kebijakan Pimpinan Ranting b. Peninjau :
Mereka yang diundang oleh Pimpinan Ranting 5. Setiap peserta Musyawarah Ranting berhak atas satu suara. 6. Isi dan susunan acara Musyawarah Ranting ditetapkan oleh Pimpinan
Ranting. 7. Acara pokok dalam Musyawarah Ranting :
a. Laporan Pertanggung Jawaban Pimpinan Ranting 1) Program Kerja Pimpinan Ranting 2) Organisasi dan Administrasi 3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan kebijakan pimpinan
di atasnya serta keputusan Musyawarah Ranting sebelumnya 4) Keuangan
b. Penyusunan Program Kerja IPM periode berikutnya c. Pemilihan Pimpinan Ranting d. Masalah IPM yang urgen di Rantingnya e. Rekomendasi
8. Ketentuan tata tertib Musyawarah Ranting diatur oleh Pimpinan Ranting dan disahkan dalam sidang pleno Musyawarah Ranting.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
116
9. Keputusan Musyawarah Ranting mulai berlaku setelah sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Ranting sampai diubah atau dicabut oleh Musyawarah Ranting berikutnya.
10. Selambat-lambatnya sebulan setelah Musyawarah Ranting, Pimpinan Ranting harus menyampaikan hasil keputusan Musyawarah Ranting kepada Pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Cabang atau Daerah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan kepada Pimpinan Daerah.
11. Apabila sampai sebulan sesudah penyerapan hasil Musyawarah Ranting tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Cabang atau Daerah, maka keputusan tersebut dianggap sah.
12. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Ranting dapat diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Musyawarah Ranting.
13. Pimpinan Ranting bertanggung jawab atas penyelenggaraan Musyawarah Ranting.
Pasal 40
Keputusan Musyawarah 1. Keputusan Musyawarah diusahakan dengan mufakat. 2. Keputusan dilakukan dengan pemungutan suara dengan kondisi jikalau
dari musyawarah mufakat tidak menemukan keputusan, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak mutlak.
3. Pemungutan suara atas seseorang atau maslah yang penting dapat dilakukan secara tertulis atau secara langsung.
4. Apabila dalam pemungutan suara terdapat suara yang sama banyak, maka pemungutan suara dapat diulani dengan terlebih dahulu memberi kesempatan kepada masing-masing pihak untuk menambah penjelasan, apabila setelah tiga kali hasil pemungutannya masih tetap sama, atau tidak memenuhi syarat untuk pengambilan keputusan, maka persoalannya dibekukan atau diserahkan kepada Pimpinan di atasnya atau Pimpinan Muhammadiyah setingkat atau Kepala Sekolah.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
117
Pasal 41 Keputusan Induk
1. Keputusan Induk adalah keputusan keseluruhan hasil sidang permusyawaratan di masing–masing tingkatan.
2. Keputusan induk berisi : a. Keputusan sidang pleno dan komisi b. Keputusan sidang formatur
3. Keputusan induk berlaku sejak ditetapkan.
Pasal 42 Formatur
1. Formatur adalah 9 orang yang memeroleh suara terbanyak pada permusyawaratan tertinggi di masing – masing tingkatan pimpinan.
2. Formatur bertugas : a. Menentukan ketua umum dan sekretaris jendral / umum b. Menyusun struktur pimpinan
3. Tugas formatur berakhir sampai dengan tersusunnya struktur pimpinan.
Pasal 43 Rapat Pimpinan
1. Rapat pimpinan adalah rapat yang diadakan untuk membicarakan masalah kebijakan, program dan atau masalah-masalah yang mendesak untuk segera diselesaikan dalam waktu cepat yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab pimpinan bersangkutan. Rapat pimpinan terdiri atas : a. Rapat Rutin b. Rapat Pleno
2. Rapat rutin dilaksanakan minimal dua minggu sekali, sedangkan rapat pleno dilaksanakan minimal 6 bulan sekali.
3. Fungsi Rapat Rutin : a. Koordinasi gerakan dan program IPM secara mingguan b. Hal-hal urgen
4. Fungsi Rapat Pleno :
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
118
a. Koordinasi gerakan dan program IPM secara bulanan b. Personalia c. Up Grade Pimpinan d. Hal-hal yang urgen
5. Ketentuan lain mengenai rapat pimpinan diatur dalam pedoman umum.
Pasal 44 Rapat Kerja
1. Rapat kerja adalah rapat yang diadakan untuk merumuskan pelaksanaan keputusan musyawarah tertinggi di setiap struktur yang menyangkut program dan kegiatan organisasi. Rapat kerja terdiri atas : a. Rapat Kerja Pimpinan b. Rapat Kerja Nasional/Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting
2. Ketentuan lain mengenai rapat kerja diatur dalam pedoman umum.
Pasal 45 Laporan
Setiap Pimpinan berkewajiban untuk membuat laporan tentang keadaan IPM meliputi bidang organisasi, amal usaha, administrasi, inventarisasi organisasi dan kegiatan-kegiatan termasuk laporan bidang/lembaga khusus, problematika, usul dan saran dari tingkat Pimpinan IPM masing-masing disampaikan kepada Pimpinan di atasnya, dengan ketentuan bagi Pimpinan Wilayah, Daerah, setiap tiga bulan dan Pimpinan Ranting setiap dua bulan.
Pasal 46 Keuangan
1. Uang Pangkal ditetapkan oleh Pimpinan Pusat. 2. Iuran Anggota besarnya ditetapkan oleh Pimpinan Daerah. 3. Pengelolaan/penarikan Iuran Anggota akan diatur dalam peraturan
khusus yang dibuat oleh Pimpinan Daerah masing-masing. 4. Distribusi Iuran Anggota adalah sebagai berikut :
a. 40% untuk Pimpinan Ranting b. 30% untuk Pimpinan Cabang
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
119
c. 20% untuk Pimpinan Daerah d. 10% untuk Pimpinan Wilayah
5. Setiap tahun Pimpinan IPM masing-masing tingkat mengadakan perhitungan, pemeriksaan kas dan hak milik serta melaporkannya kepada permusyawaratan yang bersangkutan.
6. Musyawarah memeriksa pertanggungjawaban keuangan IPM dengan membentuk tim verifikasi/pemeriksaan keuangan.
7. Perorangan, badan-badan, lembaga-lembaga, organisasi-organisasi dan sebagainya dapat menjadi donatur IPM dengan tidak mengikat.
8. Laporan keuangan IPM harus didasari pada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
9. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan akan diatur dalam pedoman Administrasi Keuangan dan ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat IPM.
Pasal 47
Perubahan Anggaran Rumah Tangga Anggaran Rumah Tangga ini diubah atas usulan Tanwir melalui pengkajian dan tawaran draf perubahan Muktamar selanjutnya, dan disetujui oleh 2/3 (dua pertiga) peserta yang hadir.
Pasal 48 Aturan Tambahan
1. IPM menggunakan tahun Hijriah dimulai sesuai dengan penanggalan yang dikeluarkan oleh PP Muhammadiyah.
2. Pedoman administrasi IPM diatur oleh Pimpinan Pusat. 3. Hal-hal dalam peraturan Anggaran Rumah Tangga ini yang
memerlukan peraturan pelaksanaan, diatur lebih lanjut dengan peraturan yang dibuat oleh Pimpinan Pusat.
4. Serah terima jabatan dilaksanakan pada akhir permusyawaratan tertinggi di masing-masing tingkatan pimpinan.
5. Segala ketentuan yang bertentangan dengan anggaran rumah tangga ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
120
Pasal 49 Penutup
Anggaran Rumah Tangga ini disahkan pada Muktamar XX.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
121
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
122
PENUTUP IPM dalam beberapa tahun terakhir semakin kuat dalam dua hal. Pertama adalah gerakan literasi, sebagai proses pematangan IPM dalam menjaga spirit Iqro‟. Kedua adalah keberhasilan IPM dalam gerakan sosio-entrepreneurship dalam kategori organisasi. Dua hal ini tentu saja menjadi catatan penting bagi IPM, tidak saja bagi beberapa wilayah melalui kerja kerasnya melakukan inovasi-inovasi penting. Lebih daripada itu, semuanya adalah hasil dari kerja keras kolaborasi semua pihak. IPM seluruh Indonesia punya andil penting dalam mengembangkan dan meneruskan langkah positif organisasi.
Pada masa ini IPM dengan massa nasional terbesar sebagai gerakan pelajar, dituntut untuk terus memperlihatkan kontribusinya yang bersifat global, terutama dalam isu-isu ekologi (lingkungan hidup). Pelajar memegang peranan penting dalam mengontrol atau mengerem kerusakan alam. Isu ini sama sekali tidak berhubungan dengan program-program lembaga funding dunia, tetapi menjadi kewajiban setiap aktivis IPM karena dengan jelas merupakan salah-satu amanah penting Islam Berkemajuan. Muhammadiyah periode 2005-2015 yang berhasil menggugat UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air serta merevisi UU Nomor 22 tahum 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menjadi UU Migas. Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan Islam Berkemajuan.
Pelajar IPM pada masa ini memiliki kesadaran ekologis (ekoliterasi) yang tinggi. Terlihat dari pendekatan yang digunakan oleh pelajar IPM dalam mengkritisi proses kerusakan alam menggunakan pendekatan struktural dan analisa yang kritis atas peran lembaga funding melalui program MDG‟S dan SDG‟S. Hal ini menunjukkan bahwa IPM teliti dalam melihat akar persoalan yang dalam. Semoga hal ini dapat dilanjutkan secara berkesinambungan.
Demikian, Tanfidz Muktamar XX disusun atas bantuan banyak pihak, oleh karena itu diucapkan penghargaan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah senantiasa membantu kita dalam menggerakkan IPM.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
123
LAMPIRAN I
STRUKTUR PIMPINAN IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Struktur Ikatan Pelajar Muhammadiyah bersifat desentralisasi dan kolektif-koligeal. Artinya, bahwa posisi ketua dan sekretaris tidak hanya dimiliki oleh satu orang, tetapi masing-masing bidang juga berhak memiliki posisi tersebut. Berikut ini adalah strukturnya.
STRUKTUR
PIMPINAN PUSAT IPM KETUA Umum KETUA BIDANG (Organisasi) KETUA BIDANG (Perkaderan) KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA BIDANG (Advokasi) KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA BIDANG (Ipmawati) SEKRETARIS Jenderal SEKRETARIS BIDANG (Organisasi) SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan) SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS BIDANG (Advokasi) SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
124
ANGGOTA Bidang Anggota Bidang (Organisasi) Anggota Bidang (Perkaderan) Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik) Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) Anggota Bidang (Ipmawati)
STRUKTUR PIMPINAN WILAYAH IPM
KETUA Umum KETUA BIDANG (Organisasi) KETUA BIDANG (Perkaderan) KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA BIDANG (Advokasi) KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA BIDANG (Ipmawati) SEKRETARIS Umum SEKRETARIS BIDANG (Organisasi) SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan) SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS BIDANG (Advokasi) SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
125
ANGGOTA Bidang Anggota Bidang (Organisasi) Anggota Bidang (Perkaderan) Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik) Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) Anggota Bidang (Pemberdayaan Pelajar Perempuan)
STRUKTUR PIMPINAN DAERAH IPM
KETUA Umum KETUA BIDANG (Organisasi) KETUA BIDANG (Perkaderan) KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA BIDANG (Advokasi) KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA BIDANG (Ipmawati) SEKRETARIS Umum SEKRETARIS BIDANG (Organisasi) SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan) SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS BIDANG (Advokasi) SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
126
ANGGOTA Bidang Anggota Bidang (Organisasi) Anggota Bidang (Perkaderan) Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota Bidang (Advokasi) Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) Anggota Bidang (Ipmawati)
STRUKTUR PIMPINAN CABANG IPM
KETUA Umum KETUA BIDANG (Perkaderan) KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA BIDANG (Advokasi) KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA BIDANG (Ipmawati) SEKRETARIS Umum SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan) SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS BIDANG (Advokasi) SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II ANGGOTA Bidang Anggota Bidang (Perkaderan) Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
127
Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik) Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) Anggota Bidang (Ipmawati)
STRUKTUR PIMPINAN RANTING IPM
KETUA Umum KETUA BIDANG (Perkaderan) KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) KETUA BIDANG (Advokasi) KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA BIDANG (Ipmawati) SEKRETARIS Umum SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan) SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam) SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) SEKRETARIS BIDANG (Advokasi) SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati) BENDAHARA Umum Bendahara I Bendahara II ANGGOTA Bidang Anggota Bidang (Perkaderan) Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam) Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik)
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
128
Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) Anggota Bidang (Ipmawati) KETERANGAN:
1. Struktur IPM bersifat desentralisasi. Artinya, setelah posisi Ketua Umum dan Sekretaris Umum tidak ada Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris, tetapi langsung Ketua dan sekretaris bidang yang bekerja sesuai dengan tugas bidangnya masing-masing.
2. Jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) khusus untuk Pimpinan Pusat IPM.
3. Untuk Bidang Organisasi hanya ada pada struktur PP, PW, dan PD IPM. Sedangkan di tingkat PR dan PC IPM tidak ada.
4. Sesuai dengan ART IPM, BIDANG WAJIB yang ada di struktur Ranting adalah Bidang Perkaderan, KDI, dan PIP.
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
129
Data Personel PP IPM 2016-2018
Nama Jabatan Domisili No. HP Alamat Email
Velandani Prakoso Ketua Umum
Jogja/ Jakarta
085747000596 [email protected]
Amiruddin Awalin Ketua Organisasi Jakarta 08227499889 [email protected]
Rafika Rahmawati Ketua Perkaderan Jogja 085425281436 [email protected]
Ansar HS Ketua Kajian dan Dakwah Islam
Jakarta 082152306799 [email protected]
Maharina Novia Zahro
Ketua Pengkajian Ilmu Pengetahuan
Jogja 082232871090 [email protected]
Syahrian Ketua Seni Budaya dan Olahraga
Jakarta 082114385136 [email protected]
Muhammad Irsyad Ketua Advokasi
Jakarta
082385956154 [email protected]
Azhar Nasih Ulwan Ketua Pengembangan Kreativitas dan Kewirausahaan
Jogja 085762670135 [email protected]
Muhammad Abid Mujaddid
Ketua Ipmawati Jakarta 081255085399 muhammadabidmujaddid09123
@gmail.com
Hafizh Syafaaturrahman
Sekretaris Jenderal Jakarta 085624228155/ 081224905743
Adam Syarief Thamrin
Sekretaris Organisasi Jogja 087852343022 adamsyariefthamrin
@gmail.com
Abdullah As Syi Abul Huda
Sekretaris Perkaderan Jakarta 081235403991 [email protected]
Muh. Salman Alfarisi
Sekretaris Kajian dan Dakwah Islam
Jogja 087879439514 [email protected]
Imam Akbari Sekretaris Pengkajian Ilmu Pengetahuan
Jakarta 085810339000 [email protected]
Innasya Yudita S. Sekretaris Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga
Jakarta 085223338797 [email protected]
Teo Rendra Arifin Sekretaris Advokasi Jakarta 082279424040 [email protected]
M. Fadhil Abdillah Sekretaris Pengembangan Kreativitas dan Kewirausahaan
Jakarta
085362725242 fadhil.muhammad.ad @gmail.com
Siska Dewi Sekretaris Ipmawati Jakarta
085374336780/ 083193898756
Nurcholis Ali Sya‟bana
Bendahara Umum Jakarta 087871448839 /081295225725
Tarra Prayoga Bendahara I Jakarta 08998906446 [email protected]
Amalia Nur Latifah Bendahara II Jogja 085729376823 [email protected]
Rangga Yudha Anggota Organisasi Jakarta 085766887194 [email protected]
Uswatun Hasanah Anggota Organisasi Jogja 085241165420 [email protected]
Ghassan Nikko Hasbi
Anggota Perkaderan Jogja 085743161911 ghassannikkohasbi
@yahoo.co.id
Zaka Mubarok Anggota Perkaderan Jakarta 087882007887 [email protected]
Muhammad Arif Husein
Anggota Kajian dan Dakwah Islam
Jogja 08562812813 [email protected]
Khairul Sakti Lubis Anggota Kajian dan Dakwah Islam
Jakarta 085360024431 [email protected]
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
130
Khairul Arifin Anggota Pengkajian Ilmu Pengetahuan
Jogja 081578224533 [email protected]
Galih Qoobid Mulqi Anggota Pengkajian Ilmu Pengetahuan
Jogja 085735445596 [email protected]
Fathya Fikri Izzuddin
Anggota Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga
Jogja 081219020395 [email protected]
Achmad Rezza Anggota Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga
Jakarta 085738286648 [email protected]
Muhammad Ihsan Abdusani
Anggota Advokasi Jakarta 085323366693 [email protected]
Taufik Hidayat Anggota Advokasi Jakarta 082324000042 [email protected]
Ibnu Setyawan Anggota Pengembangan Kreativitas dan Kewirausahaan
Jogja
085743513511 [email protected]
Sadida Inani Anggota Ipmawati Jogja 085755598557 [email protected]
Annisa Nur Fitriana Anggota Ipmawati Jogja 085793763067 [email protected]
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
131