Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

43

Click here to load reader

Transcript of Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Page 1: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Tanda dan Gejala Kala II Persalinan

1) Ibu ingin meneran bersamaan dg kontraksi

2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pd rektrum/vaginal

3) Perineum terlihat menonjol

4) Vulva vagina dan sfinger membuka

5) Peningkatan pengeluaran lendir & darah

Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua Persalinan

Berikut ini adalah alur untuk penatalaksanaan kala dua persalinan :

Page 2: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

1) Mulai Mengejan

Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.

2) Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan

Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.

3) Posisi Ibu saat Meneran

Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan.

Gambar 2. Posisi duduk atau setengah duduk

Page 3: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Gambar 3. Jongkok atau Berdiri

Gambar 4. Merangkak atau berbaring miring ke kiri

4) Melahirkan kepalaBimbing ibu u/ meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah.

Page 4: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Gambar 5. Melahirkan Kepala

5) Memeriksa Tali Pusat

Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Raba leher bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar lepaskan melewati kepala bayi.

G

ambar 6. Memeriksa tali pusat

6) Melahirkan Bahu

Page 5: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah arkus pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.

Gambar 7. Melahirkan Bahu

7) Melahirkan Sisa Tubuh Bayi

Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir

Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang memungkinkan.

Page 6: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Ga

mbar 8. Melahirkan Tubuh Bayi

8) Memotong tali pusat

Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.

Page 7: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan

kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari

2500 gram ( Manuaba, 1998 : 221).

Etiologi / Penyebab Persalinan Preterm

Mengenai penyebab belum banyak yang di ketahui :

Eastman = kausa prematur 61,9% kausa ignota (sebab yang tidak diketahui)

Greenhill = kausa premature 60 % kausa ignota (sebab yang tidak diketahui).

Holmer = sebagian besar tidak di ketahui.

( Mochtar , 1998 : 219 )

Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan preterm

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya persalinan preterm dapat diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut :

Menurut Manuaba (1998 : 221)

Kondisi umum

Keadaan sosial ekonomi rendah

Kurang gizi

Page 8: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Anemia.

Perokok berat, dengan lebih dari 10 batang/ hari.Umur hamil terlalu muda kurang dari atau terlalu tua di atas 35 tahun.Penyakit ibu yang menyertai kehamilan.Penyulit kebidanan.Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya persalinan preterm diantaranya :Kehamilan dengan hidramnion, ganda, pre-eklampsia.

Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa, pecahnya sinus marginalis.Kehamilan dengan ketuban pecah dini: terjadi gawat janin, temperatur tinggi.Kelainan anatomi rahim.Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini : Serviks inkompeten karena kondisi serviks, amputasi serviks.Kelainan kongenital rahim:Infeksi pada vagina aseden (naik) menjadi amnionitis.Sedangkan menurut Mochtar (1998 : 220), faktor yang mempengaruhi Prematuritas adalah sebagai berikut:Umur ibu, suku bangsa, sosial ekonomi,Bakteriura (infeksi saluran kencing ),BB ibu sebelum hamil, dan sewaktu hamil,Kawin dan tidak kawin:

Tak syah 15 % prematur; kawin sah 13 %prematur

Prenatal ( antenantal ) care,Anemia, penyakit jantung,Jarak antara persalinan yang terlalu rapat ,Pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil berat,Keadaan dimana bayi terpaksa dilahirkan prematur, misalnya pada plasenta praevia, toksemia gravidarum, solusio plasentae, atau kehamilan ganda

Kondisi yang menimbulkan kontraksi

Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan

telah terjadi produksi prostaglandin :

Kelainan Bawaan Uterus

Meskipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan

kelainan uterus yang ada.

Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, Hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks, dan lain-lain, infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan ketuban pecah.

Serviks Inkompeten

Hal ini juga mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm , riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dapat terjadinya inkompeten. Mc Donald

Page 9: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

menemukan 59 % pasiennya pernah mengalami dilatasi kuretase dan 8 % mengalami konisasi, Demikian pula Chamberlain dan Gibbings yang menemukan 60 % dari pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49 % mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam.

Kehamilan Ganda

Sebanyak 10 % pasien dengan persalinan preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan ganda mempuyai panjang usia gestasi yang lebih pendek.

( Wiknjosastro et. al., 2002 : 313

Penanganan Persalinan Pretern

Penanganan Umum

Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu.Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi.Prinsip Penanganan.

a. Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kehamilan atau.

b.Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya.

( Saifuddin et.al., 2002 : 302 ).

Kelahiran Prematur

a. Kelahiran harus dilaksanakan secara hati-hati dan perlahan-lahan untuk menghindari kompresi dan dekompresi kepala secara cepat.

b. Oksigen diberikan lewat masker kepada ibu selama kelahiran.

c. Ketuban tidak boleh dipecahkan secara artifisial.Kantong ketuban berguna sebagai bantal bagi tengkorak prematur yang lunak dengan sutura-suturanya yang masih terpisah lebar.

d. Episiotomi mengurangi tekanan pada cranium bayi.

e. Forceps rendah dapat membantu dilatasi bagian lunak jalan lahir dan mengarahkan kepala bayi lewat perineum. Kami lebih menyukai kelahiran spontan kalau keadaannya memungkinkan.

f. Ekstraksi bokong tidak boleh dilakukan. Bahaya tambahan pada kelahiran prematur adalah bahwa bokong tidak dapat menghasilkan pelebaran jalan lahir yang cukup untuk menyediakan ruang bagi kepala bayi yang relatif besar.

Page 10: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

g. Kelahiran presipitatus dan yang tidak ditolong berbahaya bagi bayi-bayi prematur.

h. Seorang ahli neonatus harus hadir pada saat kelahiran.

( Oxorn, 2003 : 588 ).

Pencegahan Persalinan Preterm

Secara teknis kebidanan persalinan preterm dapat dicegah melalui hal – hal sebagai berikut :

a.Hal – hal yang dapat dicegah

1) Menurunkan atau mengobati

2) Anak terlalu rapat dicegah dengan kontrasepsi.

3) Pekerjaan sewaktu harus diistirahatkan dan jangan terlalu berat.

4) Bila dijumpai partus prematurus habitualis diperiksa WR dan VDRL bila hamil banyak istirahat atau dirawat.

Hal – hal yang tidak dapat dicegah :

Kausa ignota (sebab yang tidak diketahui).

Vaktor Ovum.

Tempat insersi plasenta.

Insersi tali pusat.

Plasenta previa.

Congenital anomaly.

Hamil ganda.

Suku bangsa.

Hidrorea / Hydrorrhoe (pengeluaran cairan dari vagina selama kehamilan) ( Mochtar,

1998 : 220 ).

Page 11: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998).

Bentuk Persalinan

Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut (Manuaba, 1998) :

Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

Gambaran Perjalanan Persalinan

1. Tanda persalinan sudah dekat

Terjadi lightening.

Terjadi his permulaan (palsu).

2. Tanda persalinan

Terjadinya his persalinan.

Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda).

Pengeluaran cairan (ketuban pecah).

3. Pembagian Waktu persalinan

a. Kala I : sampai pembukaan lengkap.

b. Kala II : pengeluaran janin (lahirnya bayi).

c. Kala III : pengeluaran uri (lahirnya plasenta).

d. Kala IV : observasi 2 jam (perdarahan postpartum).

Page 12: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Persalinan Kala 1

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kla pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).

Tanda-tanda persalinan kala I menurut Mochtar (2002) adalah

Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada servik.

c. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement)

Fase-fase persalinan kala I adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2002) :

a. Fase laten (Asuhan persalinan dasar : 2002) Fase laten (Asuhan persalinan dasar : 2002).

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara kurang dari 4 cm.

Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.

b. Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

Servik membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm).

Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Dibagi dalam 3 fase : (Hanif Wiknjosastro : 1998).

Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

Page 13: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap..

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara kurang dari 4 cm.

Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.

Fase aktif (Asuhan persalinan dasar : 2002)

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

Servik membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm).

Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Dibagi dalam 3 fase : (Hanif Wiknjosastro : 1998).

Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Penatalaksanaan Persalinan Kala 1

Menyiapkan Kelahiran

Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi

Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal sebagai berikut :

Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.

Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tangan dan mandi ibu sebelum dan sesudah melahirkan.

Page 14: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Air desinfesi tingkat tinggi (air yang didihkan dan didinginkan) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum periksa dalam selama persalinan dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.

Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan.

Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.

Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama persalinan, melahirkan bayi dan memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan.

Penerangan yang cukup baik disiang maupun di malam hari.

Tempat tidur yang bersih untuk ibu.

Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.

Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh peralatan persalinan.

Menyiapkan perlengkapan, bahan dan obat yang dibutuhkan.

Daftar perlengkapan, bahan dan obat yang dibutuhkan untuk asuhan dasar persalinan dan kelahiran bayi adalah sebagai berikut :

Partus set yang terdiri dari dua klem kelly atau dua klem kocher, gunting tali pusat, benang tali pusat atau klem plastik, kateter nelaton, gunting episotomi, alat pemecah selaput ketuban atau klem ½ kocher, dusa pasang sarung tangan DTT steril, kasa atau kain kecil, gulungan kapas basah menggunakan air DTT, tabung suntik 2 ½ atau 3 ml dengan larutan IM sekali pakai, kateter penghisap de lee (penghisap lendir) atau bola karet yang baru dan bersih, empat kain bersih, tiga handuk atau kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi.

Bahan terdiri dari partograf (halaman depan dan belakang), catatan kemajuan persalinan atau KMS ibu hamil, kertas kosong atau formulir rujukan, pena, termometer, pita pengukur, pinnards, fetoskop, doppler, jam yang mempunyai jarum detik, stetoskop, tensimeter, sarung tangan pemeriksaan bersih (lima pasang), sarung tangan DTT atau steril (lima pasang) larutan klorin atau klorin serbuk, perlengkapan pelindung pribadi, sabun cuci tangan, deterjen, sikat kuku dan gunting kuku, celemek plastik dan gaun oenutup, lembar plastik untuk alas tempat tidur saat persalinan, kantong plastik, sumber air bersih yg mengalir, wadah untuk larutan klorin, wadah untuk air DTT.

Peralatan resusitasi bayi baru lahir yang terdiri dari balon resusitasi dan sungkup nomor 0 & 1, lampu sorot 60 watt.

Page 15: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Obat dan perlengkapan untuk asuhan rutin dan penatalaksanaan/penanganan penyulit yang terdiri dari 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 ampul oksitosin 2 ml 10 U/ml), 20 ml Lidokain 1% tanpa epinefrin atau 10 Lidoksin 2% tanpa epinefrin dan air steril atau cairan garam fisiologis (NS) untuk pengenceran, tiga botol ringer laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 500 ml, selang infus, dua kanula IV nomor 16 – 18 G, dua ampul metil ergometrin maleat, dua vial larutan magnesium sulfat 40% (25gr), enam tabung suntik (2 ½ – 3 ml) sekali pakai dengan jarum IM, 2 tabung suntik 5 ml steril sekali pakai dengan jarum IM, satu 10 ml tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, 10 kapsul/kaplet amoksilin/ampisilin 500 mg atau amoksilin/ampisilin IV 2 g.

Set jahit yang terdiri dari 1 tabung suntik 10 ml steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, pinset, pegangan jarum, 2-3 jarum jahir tajam ukuran 9 – 11, benang chromic sekali pakai ukuran 2.0 dan 3.0, satu pasang sarung tangan DTT atau steril, satu kain bersih.

Menyiapkan Rujukan

Menkaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika perlu dirujuk disiapkan dan disertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan dan hasil penilaian yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

Memberikan Asuhan Sayang Ibu

Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk, memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan ke kamar mandi secara teratur, pencegahan infeksi.

Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya. Langkah yang dilakukan sebelum pemeriksaan fisik terdiri dari mencuci tangan sebelum pemeriksaan, bersikap lemah lembut dan sopan serta menentramkan, meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemih, menilai kesehatan ibu secara umum, menilai tanda-tanda vital ibu.

Pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi :

Pemeriksaan abdomen bertujuan untuk menentukan tinggi fundus, memantau kontraksi uterus, memantau denyut jantung janin, menentukan presentasi dan menentukan penurunan bagian terbawah janin.

 

Page 16: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Gambar 1 Menentukan tinggi fundus

 

Gambar 2 Kepala sudah turun 2/5

 

Page 17: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Gambar 3 Kepala masih diatas pintu atas panggul = 5/5

Gambar 4 Kepala masih dapat diraba dengan 2 jari diatas pintu atas panggul

 

Page 18: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Gambar 5 Kepala masih dapat diraba dengan 5 jari diatas pintu atas panggul

 

Pemeriksaan dalam yang dilakukan dengan langkah, menutupi badan ibu, minta ibu berbaring terlentang, menggunakan sarung tangan DTT atau steril, menggunakan kas gulung atau kapas dicelupkan air DTT atau anti septik, memeriksa genitalia eksterna, menilai cairan vagina, memiisahkan labia dg jari manis, menilai vagina, menilai pembukaan & penipisan serviks, memastikan plasenta dan bagian2 kecil tdk teraba, menilai penurunan janin, jika kepala dapat dipalpasi menilai apakah kepala janin sesuai dengan jalan lahir, jika pemeriksaan sudah lengkap keluarkan jari pemeriksa dengan hati-hatin, cuci kedua tangan dan segera keringkan, membantu ibu mengambil posisi yg nyaman dan menjelaskan hasil pemeriksaan ke ibu & keluarga.

 

 

Page 19: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998 : 157).

Bentuk Persalinan

Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: (Manuaba, 1998 : 157)

a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

Perencanaan Persalinan

Perencanaan persalinan sebaiknya dilakukan untuk mengantisipasi kesulitan yang mungkin terjadi. Perencanaan persalinan terdiri dari: (Huliana, 2001 : 115)

a. Tempat melahirkan.

b. Penolong persalinan.

c. Transportasi.

d. Penghilang rasa nyeri.

e. Pendamping persalinan.

f. Plasenta (dimana plasenta akan diurus).

Gambaran Perjalanan Persalinan (Manuaba, 2001 : 164)

a. Tanda persalinan sudah dekat

1) Terjadi lightening.

2) Terjadi his permulaan (palsu).

Page 20: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

b. Tanda persalinan

1) Terjadinya his persalinan.

2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda).

3) Pengeluaran cairan (ketuban pecah).

c. Pembagian Waktu persalinan

1) Kala I : sampai pembukaan lengkap.

2) Kala II : pengusiran janin (lahirnya bayi).

3) Kala III : pengeluaran uri (lahirnya plasenta).

4) Kala IV : observasi 2 jam (perdarahan postpartum).

Persalinan di Rumah

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Persalinan di Rumah

Melahirkan di rumah sendiri ternyata jauh lebih aman, hemat, dan bermanfaat. Dengan menjalani persalinan di rumah kemungkinan tertukarnya bayi bisa dihindari. Memang, tidak semua rumah sakit bisa memberi jaminan tak mungkin ada kasus bayi tertukar. Ini sangat tergantung dari kondisi dan tingkat akurasi pengindetifikasian bayi di masing-masing rumah sakit. Apalagi selain tidak rapinya pengidentifikasian, kesibukan para tenaga medis yang terbatas terkadang masih memungkinkan adanya bayi tertukar tanpa sepengetahuan ibunya. Belum lagi kalau sistem pengamanan rumah sakit kurang jeli, tak mustahil bisa terjadi penculikan bayi.

Faktor lain adalah kenyataan tak terbantah bahwa rumah sakit adalah sumber penyakit, sehingga besar kemungkinan sang bayi terjangkiti infeksi nosokomial. Selain itu ada faktor psikologis yang seringkali dirasakan oleh ibu bersalin di rumah sakit. Yakni adanya unsur “diskriminasi” perlakuan rumah sakit meski ini juga konsekuensi pilihannya. Semisal, sejak awal masuk rumah sakit, ibu dan bayi telah dibeda-bedakan menurut kelas-kelas perawatannya kelak. Apalagi sebagai konsekuensi logis dari lembaga jasa pelayanan bagi orang banyak, secara tak langsung perlakuan pihak rumah sakit bisa dikatakan kurang personal atau tidak “ramah”, lantaran kebanyakan ibu dan bayi diperlakukan sekedar sebagai “nomor kamar” saja.

Faktor terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kecenderungan beberapa dokter di rumah sakit bersalin mempatologiskan suatu tindakan persalinan meskipun sebenarnya bisa dilakukan secara fisiologis (normal).

Page 21: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

Alasannya? Lantaran terbatasnya waktu sedangkan jumlah pasien yang harus dilayani masih banyak. Ini tercermin dari pemakaian infus oxitocin dan suntikan prostagladin untuk mempercepat pembukaan jalan lahir, atau kerap kali sang calon ibu di-vacum atau di-forcep, bahkan seringkali memilih tindakan cesar untuk mempercepat proses kelahiran (echalucu, 2007).

Persyaratan Persalinan di Rumah

Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengkonfirmasikan bahwa kehamilan tersebut sifatnya fisiologis atau normal. Artinya tidak terdapat kelainan 3 P, yakni power atau kekuatan dari si calon ibu; passage atau jalan lahir; dan passanger yakni kondisi janin yang akan melaluinya. Kalau ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik, bisa disimpulkan bahwa persalinan tersebut adalah fisiologis atau akan berlangsung normal.

Syarat kedua adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang andal. Sebenarnya tidak harus seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan, namun cukup seorang dokter umum yang terampil dalam bidang tersebut. Bahkan bidan yang berpengalaman pun akan bisa melakukannya. Memilih tenaga berkualifikasi seperti itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kita akan bisa memperoleh informasi tentang dokter atau bidan mana yang andal sebagai penolong persalinan dan bersedia dimintai pertolongan sewaktu-waktu. Meskipun berprofesi sebagai penolong persalinan, mereka harus mengenal dengan baik siapa yang akan ditolong. Oleh karena itu kontrolkanlah kehamilan Anda secara teratur.Dokter yang memiliki banyak pasien atau yang sangat sibuk bukanlah tipe penolong persalinan yang ideal. Sebab seorang penolong persalinan yang baik tidak hanya berpengalaman, berpengetahuan, dan berketerampilan di bidangnya, sebaiknya juga seorang pribadi yang berdedikasi tinggi dalam membimbing persalinan. Sebagai contoh, proses pembukaan jalan lahir hingga sempurna biasanya dipimpin seorang bidan. Selama proses ini sang calon ibu biasanya mengalami rasa sakit mulas yang makin lama makin sering disertai nyeri dalam waktu yang relatif agak lama. Dalam kondisi seperti ini sang penolong persalinan harus bisa menanamkan rasa percaya diri, rasa tenang dan aman, rasa terlindung, serta kepastian akan keselamatan pada sang calon ibu yang ditolong.

Ketiga adalah mempersiapkan satu kamar atau ruang bersalin di rumah. Tidak perlu harus ruangan khusus. Cukup sebuah kamar tidur keluarga dapat dipersiapkan merangkap sebagai “kamar bersalin”. Toh, yang akan dilahirkan adalah warga baru keluarga ini juga. Kamar ini hendaknya bersih, tenang dengan penerangan dan ventilasi udara yang baik dan memadai. Tersedia pula perlengkapan lain untuk kebutuhan ibu dan

Page 22: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

bayi. Misalnya untuk ibu, dua helai kain panjang bersih, satu gunting steril, minimal direbus dulu dalam air mendidih selama lebih dari 15 menit. Jangan lupa, benang kasur steril, satu buah kateter urin logam steril untuk wanita, sebuah neerbeken atau pispot bersih dan sebuah baskom penampung ari-ari. Sedangkan untuk bayinya harap disediakan air hangat secukupnya untuk mandi, sebotol baby-oil, baju, popok, baju hangat, sepotong kain kasa steril, dan sebotol alkohol 70% sebanyak kurang lebih 60 cc (echalucu, 2007).

Kelebihan dan kekurangan persalinan di rumah

Persalinan di rumah ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya, suasana di rumah yang akrab membuat ibu hamil merasa didukung keluarga maupun tetangga. Kamar selalu tersedia dan tak memerlukan pengangkutan ke rumah sakit. Di rumah, ibu hamil terhindar dari infeksi silang yang bisa terjadi di rumah sakit. Hal terpenting, biaya bersalin di rumah jauh lebih murah. (echalucu, 2007).

Kekurangannya, penolong persalinan (dukun bayi, bidan atau tenaga lain) umumnya hanya satu. Sanitasi, fasilitas, peralatan dan persediaan air bersih mungkin kurang. Jika memerlukan rujukan, diperlukan pengangkutan dan pertolongan pertama selama perjalanan. Jika perjalanannya jauh atau lama, maka komplikasi yang terjadi misalnya perdarahan atau kejang-kejang dapat lebih parah. Di rumah, perawatan bayi prematur juga sulit.

Persalinan di rumah diharapkan berlangsung normal. Untuk amannya persalinan di rumah, penolong perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:

* Tugas penolong persalinan pada waktu ibu menunjukkan tanda-tanda mulainya persalinan ialah mengawasinya dengan sabar, dan tak melakukan tindakan jika tidak indikasi.

* Ibu yang sedang dalam persalinan perlu ditenangkan agar kontraksi rahim teratur dan adekuat, sehingga persalinan berjalan lancar. Jika persalinan belum selesai setelah 18 jam, ia perlu dirujuk karena ini berarti persalinannya mengalami kesulitan.

* Kala pengeluaran bayi hendaknya jangan terburu-buru, karena dapat menyebabkan robekan pada jalan lahir dan terjadinya perdarahan pasca-persalinan sebab rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik. Jika persalinan tidak juga selesai 1 jam, maka ibu bersalin perlu dirujuk karena ini berarti persalinannya macet.

* Setelah bayi lahir, penolong hendaknya jangan memijat-mijat rahim atau menarik tali pusat dengan maksud melepaskan dan melahirkan uri, tunggulah dengan tenang. Jika setelah setengah jam uri belum juga lepas,

Page 23: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan

dapat diberikan obat untuk memperkuat kontraksi rahim. Kalau perlu, uri dapat dikeluarkan dengan tangan setelah 1 jam bayi lahir.

* Jika terjadi perdarahan setelah uri lahir, berilah obat penguat kontraksi rahim, karena biasanya perdarahan itu disebabkan rahim yang berkontraksi lemah. Periksalah apakah ada robekan jalan lahir.

* Para penolong persalinan hendaknya memeriksakan kembali ibu bersalin sebelum meninggalkan rumahnya. Periksalah nadi, pernapasan, tekanan darah, kontraksi rahim, ada tidaknya perdarahan dari jalan lahir, dan keadaan bayinya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, persalinan di rumah dapat dibenarkan bagi wanita dengan kehamilan risiko rendah — setelah penapisan melalui Pan. Namun persalinan ini perlu didukung fasilitas yang memadai. Jika diperlukan, rujukan dapat diberikan dengan cepat dan tepat. Di sisi lain, para penolong persalinan di rumah juga perlu ditingkatkan kemampuannya, dan mampu menjalin kerja sama dengan jaringan pelayanan yang lebih tinggi (Lesti, 2005).

Leave a Comment

Page 24: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 25: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 26: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 27: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 28: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 29: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 30: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 31: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 32: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 33: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 34: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan
Page 35: Tanda Dan Gejala Kala II Persalinan