tanaman binahong

21
A. JUDUL PROGRAM Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Tumbuhan Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) steen ) Terhadap Bakteri Penyebab Gingivitis Streptococcus sanguis dengan metode difusi agar B. LATAR BELAKANG Tanaman obat di Indonesi terdapat dalam jumlah yang sangat banyak. Tanaman tersebut telah digunakan secara turun-temurun untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit, mempercantik diri serta menjaga kondisi tubuh. Salah satu alasannya adalah efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional dapat dikatakan tidak ada jika dibandingkan dengan obat-obatan kimia (Attamimi, 2001; Herlinawati, 2006; Iman, 2010). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan tanaman potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Dalam pengobatan, berbagai tanaman yang digunakan dapat berasal dari daun maupun rimpang yang menempel pada ketiak daun. Binahong mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol (Manoi, 2009; Setiaji, 2009).

description

tanaman binahong terhadap gingivitis

Transcript of tanaman binahong

A. JUDUL PROGRAMAktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Tumbuhan Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) steen ) Terhadap Bakteri Penyebab Gingivitis Streptococcus sanguis dengan metode difusi agar

B. LATAR BELAKANGTanaman obat di Indonesi terdapat dalam jumlah yang sangat banyak. Tanaman tersebut telah digunakan secara turun-temurun untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit, mempercantik diri serta menjaga kondisi tubuh. Salah satu alasannya adalah efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional dapat dikatakan tidak ada jika dibandingkan dengan obat-obatan kimia (Attamimi, 2001; Herlinawati, 2006; Iman, 2010).Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan tanaman potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Dalam pengobatan, berbagai tanaman yang digunakan dapat berasal dari daun maupun rimpang yang menempel pada ketiak daun. Binahong mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol (Manoi, 2009; Setiaji, 2009).Tanaman yang dikenal dengan sebutan Madeira Vine oleh orang inggris ini memiliki kandungan antioksidan tinggi dan antivirus. Berdasarkan data empiris di masyarakat, binahong dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, antara lain batuk, diabetes mellitus, radang ginjal, gusi berdarah (Iman, 2010; Manoi, 2009).Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan oleh bakteri (Moore, et al. 1987). Gingivitis marginal kronis dan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh radang yang bersifat merusak jaringan sekitar gigi. Pada awal gingivitis, organism gam positif dan fakultatif anaerob mendominasi, termasuk didalamnya streptococcus. Pada awal luka, Actinomyces spp meningkat. Pada fase non-bleeding gingivitis, jumlah Actinomyces israelii dan Actinomyces naeslundi meningkat dua kali. Setelah pendarahan mulai terbentuk, terjadi pergantian flora, dan bakteri anaerob seperti Porphyromonas gingivitis dan Prevotella intermedia jumlahnya meningkat 0,1-0,2 % dari total flora pada plak (Samaranayake, 2002).

C. PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:1. Apakah ekstrak daun tumbuhan binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus sanguis dan Actinomyces esraelii sebagai bakteri uji?2. Berapakah Konsentrasi Hambat Minimun (KHM) ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap bakteri uji?

D. TUJUANPenelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak daun tumbuhan binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap bakteri penyebab gingivitis Streptococcus sanguis dan Actinomyces israelii isolate pasien gingivitis.

E. LUARAN YANG DIHARAPKANDengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi suatu bentuk produk sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan formulasi obat kumur untuk perawatan gingivitis.

F. KEGUNAANHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aktivitas antibakteri ekstrak daun tumbuhan binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap bakteri penyebab gingivitis Streptococcus sanguis.

G. TINJAUAN PUSTAKA1. Tumbuhan BinahongKlasifikasi binahong:Tumbuhan binahong memiliki hierarki taksonomi sebagai berikut (backer 1963;cronquist 1981):Kingdom: Plantae (tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (biji)Divisi: Magnoliophyta (berbunga)Kelas : Magnoliopsida (dikotil)Sub kelas: HamamelidaeOrdo : CaryophyllalesFamili : BasellaceaeGenus : AnrederaSpesies: Anredera cordifolia (Ten.) SteenisSinonim : Boussingaultia gracilis Miers

Morfologi Tumbuhan:Binahong merupakan tumbuhan menjalar dan dapat mencapai panjang lebih kurang 5 m. Akar berbentuk rimpang dan berdaging lunak. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, kadang membentuk semacam tumbi melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek, tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (condata), panjang daun 5-10 cm, lebar daun 3-7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, dan bisa dimakan (Usman. 2010).

Kandungan kimia:Kandungan senyawa kimia yang telah dilaporkan dalam daun binahong (Anredera cordifolia (ten.) Steenis) yaitu saponin, alkaloid, flavanoid, dan polifenol (Usman. 2010).Manfaat dan kegunaan: Daun Binahong (Anredera Cordifolia (ten) Steenis) berguna sebagai obat batuk atau muntah darah, radang paru-paru, kencing manis, sesak nafas, borok akut yang menahun, darah rendah, radang ginjal, gejala liver, disentri, hidung mimisan, habis bedah operasi, luka akibat benda tajam, jerawat, usus bengkak, gusin berdarah, kurang nafsu makan, melancarkan haid, menjaga stamina tubuh agar tetap sehat, penghangat badan, dan lemah syahwat (Usman, 2010). 2. Metode Ektraksi Cair CairEktraksi adalah proses penarikan senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan atau bagian tumbuhan dengan menggunakan cairan penyari yang sesuai. Alcohol adalah pelarut yang umumnya digunakan untuk ektraksi pendahuluan. Ektraksi yang diperoleh kemudian dipekatkan dalam penguap putar yang akan memekatkan larutan menjadi volume kecil pada suhu antara 30oC dan 40oC. Metode ini merupakan metode pemisahan sauatu molekul zat terlarut dari suatu fase cair kedalam fase cair lainnya berdasarkan kelarutannya. Ekstraksi ini menggunakan sebuah corong pisah sebagai suatu alat yang efektif untuk ekstraksi. Dengan emnggunakan corong ini maka proses pencampuran dan pemisahan terjadi dalam suatu keseimbangan distribusi senyawa antara fase cair dengan fase organic (Harborne, 1987).

3. Pengujian Aktivitas AntibakteriUji antibakteri dari suatu senyawa atau suatu zat, dimaksudkan untuk mengetahui apakah zat tersebut mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh suatu bakteri tertentu. Metode pengujian antibakteri yang umum dilakukan, antara lain:Metode Pengencerana. Metode Pengenceran Tabung Metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi terkecil dari suatu zat antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh suatu bakteri tertentu. Metode ini digunakan untuk menghitung Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) (Madigan, 1997).b. Metode Pengenceran AgarAntibakteri dicampurkan homogen pada media perbenihan yang masih cair, larutan antibakteri tersebut dkocok dan dibuat dengan berbagai konsentrasi kemudian dituangkan kedalam cawan petri steril. Setelah memadat pada permukaan media dinoklulasi bakteri uji, kemudian diinkubasi didalam inkubatro selama 18-24 jam (Madigan, 1997).c. Media Difusi Agara. Metode Cakram KertasMetode ini dapat menggunakan cakram kertas yang sudah mengandung zat antibakteri tertentu atau menggunakan cakram kertas yang masih kosong sehingga dapat diisi dengan suatu zat antibakteri lain.Untuk cakram kertas yang telah berisi zat uji dengan konsentrasi tertentu ditempatkan pada media padat yang telah diimokulasi bakteri uji , lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Adanya penghambatan pertumbuhan bakteri dapat terlihat dengan adanya zona bening disekeliling cakram kertas tersebut (Madigan, 1997).b. Metode Difusi dengan PerforasiMetode ini menggunakan zat antibakteri yang sudah dilartukan dalam pelarut tertentu. Agar yang masih cair pada suhu 37oC dicampurkan dengan suspense bakteri, lalu ditempatkan dalam cawan petri steril, dibiarkan memadat 30 menit. Setelah agar memadat, dibuat lubang-lubang dengan perforator. Kedalam lubang-lubang tersebut dimasukkan zat antibakter yang akan diuji aktivitasnya dengan menggunakan mikropipet, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah hambat yang terjadi di sekeliling lubang, berupa daerah bening (Madigan, 1997).c. Metode difusi silinderMetode ini digunanakn untuk zat antibakteri yang kontak langsung dengan bakteri uji menggunakan silinder gelas berdiameter tertentu, steril, dan terbuka dikedua ujungnya . kemudian silinder diletakkan diatas permukaan agar padat yang telah berisi bakteri. Silinder diisi zat bakteri yang akan diuji aktivitasnya, diinkubasi pada suhu 37pC selama 18-24 jam. Aktivitas antibaketri dapat dilihat dari daerah hambat yang terjadi di sekeliling lubang berupa daerah hening (Tortora, 1998).

3. Tinjauan Umum Mengenaik GingivitisGingivitis merupakan salah satu bentuk penyakit periodontal yang umum dapat terjadi pada setiap orang. Faktor penyebabnya bersifat local atau sistemik, dan yang paling utama adalah akibat akumulasi bakteri plak pada margin gusi (Gjermo, 1984).Patologis GingivitisPerkembangan gingivitis tergantung pada hadirnya bakteri dan akumulasi bakteri plak yang menimbulkan proses patologi pada gingival. Produk dihasilkan oleh bakteri akan berinteraksi dengan mononuclear fagosit dan fibroblast untuk mengaktivasi system imun local yaitu limfosit T dan B, melalui cytokine pathway yang memiliki semua elemen yang dibutuhkan untuk menimbulkan terjadinya perubahan jaringan. Perubahan jaringan yang terjadi berupa meningkatnya vaskularisasi, degradasi kolagen, perubahan bentuk sel epitel dan infiltrasi neutrofil pada jaringan.Perubahan patologis pada gingivitis berhubungan dengan kehadiran mikroorganisme yang berikatan dengan gigi di dekat sulkus gusi. Organisme tersebut mampu mensintesis beberapa produk seperti kolagenase, hialuronidase, protease, kondroitin sulfatase, dan endotoksin yang membahayakan sel epitel dan jaringan ikat serta komponen intersel. Pelebaran ruangan diantara sel epitel junctional selama fase awal gingivitis dapat mengakibatkan bahan-bahan berbahaya masuk ke jaringan ikat.4. Karakteristik Bakteri UjiStreptococcus SanguisPada rongga mulut, kehadiran nutrisi, debris, serkesi saliva, serta adanya jaringan keras dan lunak, menyebabkan rongga mulut menjadi habitat berbagai macam jenis bakteri. Salah satu bakteri yang hidup di rongga mulut adalah Streptococcus yang dapat menghasilkan berbagai zat ekstrasel dan enzim-enzim. Streptococcus merupakan golongan bakteri yang berbentuk kokus atau bulat, tersusun dalam formasi rantai, berdiameter 0,7-0,9 m, Gram positif, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora. Streptococcus termasuk bakteri heterogen yang hidup secara fakultatif anaerob hingga obligat anaerob dan dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37C (Koneman, et al., 1997; Samaranayake 2002; Jawetz, et al., 2004).Streptococcus sanguis memiliki membran asam lipoteikhoat (LTA) yang terdiri dari beberapa rantai -glukosil. LTA yang berada pada permukaan tubuh bakteri merupakan komponen yang berperan dalam pelekatan Streptococcus sanguis dengan pelikel saliva. Salah satu ujung LTA berupa lemak hidrofob dan ujung lainnya berupa lemak hidrofil. Lemak hidrofob yang terdapat pada LTA akan berinteraksi dengan fosfat atau kalsium yang terdapat pada hidroksiapatit atau grup sulfat di pelikel saliva (Rosan, 1994).

Table 2.2 Klasifikasi Streptococcus (Prescott, et al, 2003).Kingdom : ProcaryotaePhylum : FirmicutesClass : BaciliFamily : StreptococcaceaeGenus : StreptococcusSpesies : Streptococcus sanguis

H. METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan dengan tahapan kerja yang meliputi pengumpulan, determinasi, dan preparasi bahan, ekstraksi, penapisan fitokimia, pengujian aktivitas antibakteri1. Pengumpulan, determinasi, dan preparasi bahanBahan tumbuhna yang digunakan adalah daun binahong (Andrera cordifolia (Tenore) Steen) dikumpulkan dari perkebunan Mannoko dilembang, Preparasi dilakukan dikeringkan sampai kering dan terlindung dari cahaya matahari.

2. Ekstraksi Daun Binahong segar dicuci dan di Rajang kemudian dikeringkan di udara terbuka terlindungi dari cahaya matahari secara langsung. Simplisia daun binahong masing masing diekstraksi dengan menggunakan etanol 70% dengan cara maserasi 3 kali 24 jam. Ekstrak yang diperoleh kemudian dikentalkan dengan alat rotary evaporator. Ektrak kental ditimbang kemudian dihitung randemennya.

3. Penapisan Fitokimiaa. Alkaloid Sampel dibasakan dengan ammonia encer, lalu ditambahkan dengan kloroform. Kemudian sampel ditambahkan 2 mL HVL 0,1 Ndan dipanaskan di atas penangas air, lalu disaring. Filtrate ketiga digunakan sebagai blangko. Hasil positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan untuk Dregendorf, dan endapan putih untuk Mayer (Fansworth, 1966).b. PolifenolSampel ditambahkan larutkan pereaksi FeCl2 1%. Adanya polifenol bila tertentu warna biru-hijau (Harborne, 1987).c. FlavanoidSampel dilarutkan dalam aquadest kemudian ditambahkan serbuk Mg dan beberapa tetes larutan HCl pekat. Selanjutnya campuran dipanaskan selama 30 menit. Adanya flavanoid bila terbentuk warna kuning hingga merah yang dapat ditarik oleh amil alcohol (Fansworth, 1966).d. Saponin Sampel ditambah air panas, didihkan selama 2-3 menit, lalu dinginkan dan disaring. Filtrat dikocok selama 10 detik. Apabila timbul basa menujukkan adanya saponin. Untuk menyakinkan ditambah 1 tetes HCl 0,1 N, apabila basanya hilang, artinya benar saponin (Fansworth, 1966).e. TaninSampel dipanaskan di atas penangas air selama 30 menit, kemudian disaring. Filrat ditambahkan larutan gelatin 1%. Adanya tanin bila terbentuk endapan berwarna putih (Fansworth, 1966).

4. Pengujian Aktivitas Antibakteria. Persiapan alat dan bahanCawan petri, tabung reaksi, pipet volum, air suling, dan media agar disterilkan dengan otoklaf pada suhu 115-121C selama 15 menitb. Pembuatan media agarAgar SS dibuat dengan melarutkan 3 gr agar SS dalam 50 mL air suling. Media agar TSB dibuat dengan melarutkan 2 gr Trypthone Soya Broth dalam 50 ml air suling, dipanaskan sambil diaduk hingga larutan menjadi jernih. Disterilkan dalam otoklaf selama 15 menit.c. Kultivasi Bakteri ujiBakteri uji diambil satu ose, kemudian digoreskan pada agar miring SS, lalu diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jamd. Suspensi bakteriBakteri Streptococcus sanguis yang telah dibiakkan di dalam media agar SS selama 24 ajm pada suhu 37C diambil saru ose, kemudian disuspensikan di dalam TSB, lalu diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam.e. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) steen ).1. Dibuat suspense ekstrak etanol daun binahong dengan berbagai konsentrasi dalam Trypthone Soya Broth.\2. Sebanyak 0,2 mL suspense bakteri Streptococcus sanguis dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan media agar SS sebanyak 20 mL yang sudah hangat. Campuran tersebut kemudian dihomogenkan dengan gerakan memutar, lalu dibiarkan memadat.3. Setelah campuran media agar SS dan suspense bakteri memadat dibuat lubang-lubang dengan perforator (d=0,95 cm)4. Tiap lubang kemudian diisikan larutan ekstrak.5. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasikan dalam incubator selama 18-24 jam pada suhu 37C. setelah diinkubasi, kemudian diamati dan diukur diameter hambatnya.5. Penetapan nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimal (KHTM) Ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) steen )Disiapkan larutan ekstrak daun (Anredera cordifolia (Tenore) steen ) dalam Trypthone Soya Broth (TSB), kemudian dibuat menjadi konsentrasi 10%, 12,5%, 17,5%, 20%, dan 22,5% yang diencerkan dengan penambahan media nutrisi dalam tabung reaksi hingga volume 2 mL secara aseptic dan dicampurkan hingga homogen. Masing-masing diberi 0,1 mL suspense bakteri Streptococcus sanguis dengan volume pipet steril. Tabung reaksi kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam. Dari tiap tabung diambil satu ose dan digoreskan diatas media agar SS secara aseptic kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam. Hasilnya dilihat diantara goresan tersebut ditumbuhi bakteri atau tidak.

I. JADWAL KEGIATANNo.Kegiatan PenelitianBulan ke-

123456

1.Studi Literatur

2Pengumpulan Bahan

3Determinasi dan Preparasi

4Penapisan Fitokimia

5Ekstraksi

6Pengujian aktivitas antibakteri

7Pengolahan data

8Pembuatan laporan

J. RANCANGAN BIAYARincian Pengeluaran1. Pembelian Alat Tulis Kertas 1 rim@Rp. 20.000, 00Rp. 20.000, 00Tinta Print 3 buah@Rp. 20.000, 00Rp. 60.000, 002. Bahan Buat Praktek Simplisia Binahong 1 kg@Rp. 88.000, 00Rp. 88.000, 00Etanol 10 liter@Rp. 100.000, 00Rp. 1.000.000, 00Streptococcus sanguis@Rp. 500.000, 00Rp. 500.000, 00Trypthone Soya Broth (TSB)@Rp. 700.000,00Rp. 700.000,00Agar Salmonella shihella (SS)@Rp. 1.000.000,00Rp. 1.000.000,00Spirtus1L@Rp. 6.000,00Rp. 6.000,00Aquadest 5 liter@Rp. 2000,00Rp. 10.000,003. Alat praktekCawan petri 10 buah@Rp. 13.000,00Rp. 130.000,00Jangka sorongSewa MikropipetPerforator 1 buah@Rp. 36.000,00Rp. 36.000,00Tip Mikropipet@Rp. 60.000,00Rp. 60.000,004. TransportasiPencarian Bahan PraktekRp 200.000, 005. Lain LainInternetRp 250.000, 00Pembuatan laporanRp 200.000, 00Analisis DataRp 100.000, 00DokumentasiRp 100.000, 00

Total Rp. 4.460.000, 00DAFTAR PUSTAKACronquistm A. 1981. An Integrated System Of Classification Of Flowering Plants.Columbia University Press. New YorkFansworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant. Pharm Scl.55(3) : 243-269Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Pemisahan Cara Modern MenganalisisTumbuhan, diterjemahkan oleh K. Padmawinata dan I. Soediro. Penerbit ITB.Jakarta Madigan, M. T., J. M. Martinko, and J. Parker. 1997. Biology of Microorganism.Pearson Education. United States of America.Tortora, et. Al. 1997. Microbiology on Introduction. Addison Wesley Longman. California.Usman, Mochamad. 2010. Binahong Tanaman Herbal. Tersedia online di http://www.kompasiana.com [diakses pada tanggal 26 mei 2013].Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. 211-217Samaranayake L. P. 2002. Essential Microbiology for Dentistry. Churchill. Livingstone. London, hal. 227 228Prescott, Lansing. M.; Harley, John P.; Klein, Donald. A. 2003. Microbiology. 5th ed. Singapore : Mc. Graw Hill.pp.346-390Rosan, B. 1994. The Streptococci : Newman, N.G. and Nisengard, R. Oral Microbiology and immunology. 4th ed. W.B.Saunders Co.p 140-144Gjermo P, Basstad KL, Rolla. 1984. The plaque-inhibiuting capacity of 11 antibacterial coumpounds. Journal Periodont. Res;5: 10209Koneman and Allen. 1997. Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. 5th ed. Philadelphia:j.B. Lippincott company. Pp. 606-612; 1045-1047; 1097-1098