Tami

8
ANALISIS PELAKSANAAN RENCANA AKSI PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DI PUSKESMAS BILALANG KOTA KOTAMOBAGU Tri Utami D. Mokogjnta*, Franckie R.R Maramis*, Ardiansa Tucunan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Angka Kematian Ibu di daerah Kota Kotamobagu adalah tertinggi dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pelaksanaan 7 (tujuh) program utama penurunan angka kematian ibu di Puskesmas Bilalang serta apa saja tantangan yang dihadapi dan strategi yang dilaksanakan jika ditinjau dari pedoman RAN-PPAKI tahun 2013-2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran dokumen dengan informan penelitian Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Kepala Puskesmas Bilalang dan Bidan Koordinator Puskesmas. Pelaksanaan ketujuh program utama untuk menurunkan angka kematian ibu di Puskesmas Bilalang sudah baik namun untuk jumlah fasilitas PONED and PONEK belum sesuai standar yaitu sekurang-kurangnya 4 Puskesmas PONED dan 1 Rumah sakit PONEK. Ini didukung pula dengan hasil observasi dokumen mengenai pelaksanaan program penurunan AKI di Dinas Kesehatan dan Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu yang hampir 80% lengkap dan termasuk dalam kriteria baik. Tantangan yang dihadapi perihal rendahnya akses terhadap layanan berkualitas, masih perlunya penambahan tenaga kesehatan terlatih, serta masih rendahnya taraf pengetahuan ibu hamil dan keluarga. Strategi yang digunakan mengacu pada tantangan dan merupakan solusi dalam menghadapi tantangan yang ada. Pelaksanaan program penurunan angka kematian ibu disarankan dibekali dengan pedoman RAN- PPAKI 2013-2015 yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan. Selain itu Pemerintah Daerah diharapkan mengembangkan fasilitas PONED/PONEK sesuai standar sekurang-kurangnya 4 (empat) Puskesmas berstatus PONED dan 1 (satu) Rumah Sakit berstatus PONEK. Kata Kunci:: Pelaksanaan, Tantangan, Strategi, RAN-PPAKI ABSTRACT The amount of maternal mortality rate in Indonesia is still relatively high icompared with other countries. The maternal mortality rate in Kotamobagu City is the highest compared with other cities in North Sulawesi. The aim of study is to know the implementation of seven major programs of the decreasing of maternal mortality rate at Puskesmas Bilalang Kotamobagu City as well as the challenge which has been faced and also the strategy which has been implemented if it is based upon the RAN-PPAKI guidance from 2013 to 2015. This study used a qualitative design through indepth interview, observation, and documentation tracking which have involved the study informants those are the chief of health department Kotamobagu City, the chief of health service department, the chief of Puskesmas Bilalang and the coordinator midwives of Puskesmas Bilalang. The implementation of seven major programs to decrease the maternal mortality rate at Puskesmas Bilalang Kotamobagu City has been good but the amount of PONED and PONEK facilities are not yet as standard that is at least 4 Puskesmas PONED and 1 Hospital PONEK. It is also supported by the documentation observation result on the implementation of program of the maternal mortality rate decrease at health department of Kotamobagu City and Puskesmas Bilalang Kotamobagu City which has been almost reached completely 80% and included into good criteria. The faced challenge in terms of the lower access to high quality service, it is needed skilled health workers, lower knowledge level of pregnancy women and her family. The using strategy reffered absolutely to the challenge. The program implementation of maternal mortality rate decrease is suggested that it is supported by the guidance of RAN-PPAKI 2013-2015 which has been published by Ministry of Health. The regional goverment is expected to develop the PONED/PONEK facilities as convenient the standard this is at least four Puskesmas with PONED status and one hospital with PONEK status. Keyword: Implementation, Challenge, Strategy, RAN-PPAKI

description

aki resti

Transcript of Tami

Page 1: Tami

ANALISIS PELAKSANAAN RENCANA AKSI PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA

KEMATIAN IBU DI PUSKESMAS BILALANG KOTA KOTAMOBAGU Tri Utami D. Mokogjnta*, Franckie R.R Maramis*, Ardiansa Tucunan*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain.

Angka Kematian Ibu di daerah Kota Kotamobagu adalah tertinggi dibandingkan dengan kota-kota lainnya

di Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pelaksanaan 7 (tujuh) program utama

penurunan angka kematian ibu di Puskesmas Bilalang serta apa saja tantangan yang dihadapi dan strategi

yang dilaksanakan jika ditinjau dari pedoman RAN-PPAKI tahun 2013-2015. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran dokumen dengan

informan penelitian Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Kepala Puskesmas

Bilalang dan Bidan Koordinator Puskesmas. Pelaksanaan ketujuh program utama untuk menurunkan angka

kematian ibu di Puskesmas Bilalang sudah baik namun untuk jumlah fasilitas PONED and PONEK belum

sesuai standar yaitu sekurang-kurangnya 4 Puskesmas PONED dan 1 Rumah sakit PONEK. Ini didukung

pula dengan hasil observasi dokumen mengenai pelaksanaan program penurunan AKI di Dinas Kesehatan

dan Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu yang hampir 80% lengkap dan termasuk dalam kriteria baik.

Tantangan yang dihadapi perihal rendahnya akses terhadap layanan berkualitas, masih perlunya

penambahan tenaga kesehatan terlatih, serta masih rendahnya taraf pengetahuan ibu hamil dan keluarga.

Strategi yang digunakan mengacu pada tantangan dan merupakan solusi dalam menghadapi tantangan yang

ada. Pelaksanaan program penurunan angka kematian ibu disarankan dibekali dengan pedoman RAN-

PPAKI 2013-2015 yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan. Selain itu Pemerintah Daerah diharapkan

mengembangkan fasilitas PONED/PONEK sesuai standar sekurang-kurangnya 4 (empat) Puskesmas

berstatus PONED dan 1 (satu) Rumah Sakit berstatus PONEK.

Kata Kunci:: Pelaksanaan, Tantangan, Strategi, RAN-PPAKI

ABSTRACT

The amount of maternal mortality rate in Indonesia is still relatively high icompared with other countries.

The maternal mortality rate in Kotamobagu City is the highest compared with other cities in North Sulawesi.

The aim of study is to know the implementation of seven major programs of the decreasing of maternal

mortality rate at Puskesmas Bilalang Kotamobagu City as well as the challenge which has been faced and

also the strategy which has been implemented if it is based upon the RAN-PPAKI guidance from 2013 to

2015. This study used a qualitative design through indepth interview, observation, and documentation

tracking which have involved the study informants those are the chief of health department Kotamobagu City,

the chief of health service department, the chief of Puskesmas Bilalang and the coordinator midwives of

Puskesmas Bilalang. The implementation of seven major programs to decrease the maternal mortality rate at

Puskesmas Bilalang Kotamobagu City has been good but the amount of PONED and PONEK facilities are

not yet as standard that is at least 4 Puskesmas PONED and 1 Hospital PONEK. It is also supported by the

documentation observation result on the implementation of program of the maternal mortality rate decrease

at health department of Kotamobagu City and Puskesmas Bilalang Kotamobagu City which has been almost

reached completely 80% and included into good criteria. The faced challenge in terms of the lower access to

high quality service, it is needed skilled health workers, lower knowledge level of pregnancy women and her

family. The using strategy reffered absolutely to the challenge. The program implementation of maternal

mortality rate decrease is suggested that it is supported by the guidance of RAN-PPAKI 2013-2015 which

has been published by Ministry of Health. The regional goverment is expected to develop the

PONED/PONEK facilities as convenient the standard this is at least four Puskesmas with PONED status and

one hospital with PONEK status.

Keyword: Implementation, Challenge, Strategy, RAN-PPAKI

Page 2: Tami

PENDAHULUAN

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa, masalah

kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih

memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu

(AKI) yang masih di atas dari Target MDGs.

Angka Kematian Ibu (AKI) secara nasional masih

tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2012 mengenai angka kematian ibu

sangat mengejutkan. Kematian Ibu melonjak

sangat signifikan menjadi 359 per 100.000.

(Saputra, 2013). Di Sulawesi Utara (Sulut) sendiri

berdasarkan data dari Profil Kesehatan Sulawesi

Utara tahun 2012, penyebab langsung kematian

ibu pada tahun 2012 juga didominasi oleh

Perdarahan (36%). Penyebab tertinggi kedua yaitu

Eklamsi (29%), kemudian Infeksi (4%), dan

Penyebab Lain-lain (29%) (Profil Kesehatan

Sulut, 2012). Dalam rangka memfokuskan

percepatan pencapaian target MDGs 5 yaitu

meningkakan Kesehatan Ibu, diperlukan upaya-

upaya yang efektif dan efisien serta konsisten dari

seluruh pemangku kepentingan untuk ikut

bersama-sama berupaya dalam mempercepat

penurunan AKI di Indonesia. Untuk itu

Kementrian Kesehatan menyusun Rencana Aksi

Nasional Percepatan Penurunan AKI (RAN-

PPAKI) tahun 2013-2015 yang difokuskan pada 3

strategi dan 7 program utama. (Kemenkes, 2013)

METODE PENELITIAN

Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota

Kotamobagu dan Puskesmas Bilalang Kota

Kotamobagu. Informan dalam penelitian ini

terdiri dari 4 (empat) orang informan meliputi

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu,

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas

Kesehatan Kota Kotamobagu, Kepala Puskesmas

Bilalang Kota Kotamobagu, dan Bidan

Koordinator Puskesmas Bilalang Kota

Kotamobagu. Instrumen penelitian adalah peneliti

sendiri dengan instrumen tambahan berupa alat

tulis menulis, alat rekam, kamera dan pertanyaan

dalam bentuk wawancara mendalam. Jenis data

yang dikumpulkan yaitu data primer.

Pengumpulan data primer berasal dari hasil

observasi dan proses wawancara mendalam

dengan responden. Selanjutnya dilakukan

triangulasi untuk mengecek kebenaran informasi

yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Informan

Tabel 1. Karakteristik Informan

Kode

Infor

man

Nama Informan

Penelitian Jabatan Umur /

Tahun

Lama

Menjabat

Pendidikan

Terakhir

R1

dr. Salmon

Helweldery,

MA

Kepala Dinas

Kesehatan Kota

Kotamobagu

56 7 tahun S-II

R2

dr. Hj Wahdania

Mantang,

M.Kes

Kabid Pelayanan

Kesehatan Dinas

Kesehatan Kota

Kotamobagu

37 3 bulan S-II

R3

Sakina

Damopolii,

S.ST

Kepala Puskesmas

Bilalang

Kotamobagu

45 10 bulan D-IV

R4 Sitti Nurhayati,

Amd.Keb

Bidan Koordinator

Puskesmas Bilalang 42 8 tahun D-III

Page 3: Tami

Ditinjau dari segi pendidikan, setiap

informan memiliki taraf pendidikan yang baik

yakni merupakan lulusan perguruan tinggi. Rata-

rata informan memiliki latar belakang pendidikan

mulai dari Diploma III hingga Strata II. Untuk

Kepala Puskesmas Bilalang dan Bidan

Koordinator Puskesmas memiliki latar belakang

pendidikan kebidanan. Rata-rata usia informan

penelitian ini adalah di atas 35 tahun. Dalam usia

ini, tentu produktivitas kerja semakin baik karena

sudah memiliki pengalaman kerja dalam kurun

waktu yang cukup lama.

2. Pelaksanaan Program Utama RAN-PPAKI

2013-2015

2.1 Penjaminan Kompetensi Bidan Desa Sesuai

Standar

Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan, upaya yang telah dilaksanakan dalam

rangka penjaminan kompetensi bidan sesuai

standar yakni berupa kegiatan sosialisasi maupun

pelatihan tenaga kesehatan khususnya di bidang

kesehatan ibu dan anak, baik di tingkat provinsi

maupun di tingkat kabupaten kota, serta melalui

pendidikan formal dengan bantuan dana dari

daerah. Selain itu, Pemerintah Kota Kotamobagu

sejauh ini telah mendanai pembangunan fasilitas

kesehatan desa dan sekaligus dilengkapi dengan

sarana prasarana termasuk bidan kit untuk para

bidan desa. Kemudian untuk kader kesehatan di

Puskesmas Bilalang sudah pernah mengikuti

pelatihan mengenai Antenatal Care yang

diadakan di tingkat Provinsi maupun Kabupaten

Kota.

Kemampuan dan keterampilan memainkan

peranan penting sekali dalam perilaku individual

dan performa. Kemampuan atau ability

merupakan sebuah sifat yang melekat pada

manusia atau yang dipelajari, yang

memungkinkan seseorang melaksanakan sesuatu

tindakan atau pekerjaan mental atau fisikal.

Keterampilan merupakan kompetensi yang

berkaitan dengan tugas. (Winardi, 2009).

2.2 Ketersediaan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Mampu Pertolongan Persalinan

sesuai standar

Jumlah puskesmas yang termasuk dalam kriteria

PONED di Kota Kotamobagu adalah 1 (satu) unit

yaitu Puskesmas Bilalang. Indikator yang menjadi

acuan dalam menentukan Puskesmas yang layak

menjadi Puskesmas PONED antara lain memiliki

tim inti yang terlatih antara lain dokter, bidan, dan

perawat. Puskesmas juga harus dilengkapi

fasilitas untuk pertolongan persalinan dan rawat

inap sesuai kebutuhan. Informan juga menyatakan

sampai saat ini belum ada Rumah Sakit PONEK

di wilayah kerja Kota Kotamobagu.

2.3 Penjaminan Seluruh Puskesmas PONED

dan RS PONEK Kabupaten/Kota berfungsi

sesuai standar

Dalam upaya penjaminan berfungsinya

fasilitas PONED dan PONEK di wilayah Kota

Kotamobagu, berdasarkan hasil wawancara

dengan informan dapat diketahui bahwa belum

adanya kerjasama tertulis antara Puskesmas

PONED dengan Rumah Sakit PONEK mengingat

belum adanya Rumah Sakit berstatus PONEK di

wilayah kerja Kota Kotamobagu.

Untuk penjaminan ketersediaan darah yang

aman, daerah Kota Kotamobagu sudah memiliki

PMI (Palang Merah Indonesia) Kotamobagu.

Namun karena belum lengkapnya sarana

prasarana yang ada, maka upaya penjaminan

ketersediaan darah dilakukan dengan cara

bekerjasama dengan pihak PMI Bolaang

Mongondow Induk yang terletak di daerah

Mongkonai Kota Kotamobagu. Adapun upaya

yang dilakukan Pemerintah dalam hal

Page 4: Tami

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu

dan anak di fasilitas PONED maupun PONEK

antara lain dengan melengkapi sarana dan

prasarana yang ada di fasilitas pelayanan

kesehatan, menyiapkan insentif khusus untuk

kader kesehatan, dan memberikan kesempatan

untuk para kader kesehatan untuk mengikuti

pelatihan-pelatihan kesehatan.

2.4 Penjaminan Terlaksananya Rujukan

Efektif Pada Kasus Komplikasi

Berdasarkan hasil penelitian melalui proses

wawancara dengan informan, dapat diketahui

bahwa Puskesmas Bilalang sendiri sudah

mengacu pada pedoman Manual Rujukan

Maternal Neonatal atau Manual Rujukan KIA

yang disusun dan disesuaikan dengan situasi dan

kondisi di wilayah kerjanya. Kemudian perihal

sistem rujukan untuk pasien peserta Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) pada umumnya sama

dengan pasien umum. Untuk pasien JKN

diharuskan memiliki kartu kepesertaan dan akan

dilengkapi dengan surat rujukan dari Puskesmas

yang merujuk ke Rumah Sakit. Khusus kader

kesehatan dari Puskesmas Bilalang sudah pernah

mengikuti pelatihan sistem rujukan di Tingkat

Provinsi. Di samping itu, adapun proses

perencanaan tingkat puskesmas seperti pertemuan

bulanan atau yang dikenal dengan mini lokakarya

yang rutin diselenggarakan oleh pihak puskesmas

dengan melibatkan seluruh kader kesehatan

terutama para pemegang program.

2.5 Penjaminan Dukungan Pemda Terhadap

Regulasi Yang Mendukung Pelaksanaan

Program

Dukungan Pemerintah Daerah dalam hal

pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sangat

penting. Saat ini dukungan yang sudah dilakukan

dan sedang terus diupayakan oleh pemerintah

daerah Kota Kotamobagu adalah pengadaan

beasiswa pendidikan formal untuk kader

kesehatan yang ada di wilayah kerja Kota

Kotamobagu. Untuk pendidikan informal,

pemerintah Kota Kotamobagu memfasilitasi

pelaksanaan pelatihan bagi tenaga yang belum

terlatih.

Kemudian berdasarkan pernyataan informan

dalam hal penjaminan kebutuhan tenaga

kesehatan, para tenaga kesehatan yang sudah

dilatih untuk fasilitas PONED maupun PONEK

diharapkan untuk tidak dimutasi selama kurang

lebih 5-6 tahun. Namun untuk tenaga dokter di

Puskesmas Bilalang sudah pernah ada yang

dimutasi atau dipindahkan. Di samping itu,

dukungan pemerintah dalam hal pengadaan alat

dan obat sudah terlaksana dengan baik. Menurut

informan penelitian, untuk penyediaan alat dan

obat di fasilitas pelayanan kesehatan masih terus

tercukupi. Adapun usulan yang disampaikan

kepada pemerintah kota mengenai peningkatan

dana alokasi khusus bidang kesehatan.

Pemerintah Kota Kotamobagu telah berkomitmen

untuk menjadikan program kesehatan sebagai

salah satu program prioritas daerah dalam rangka

Rencana Pemenuhan Jangka Menengah Daerah,

khususnya untuk mencapai target MDGs. Dari

hasil wawancara mendalam, dapat diketahui

bahwa sudah pernah dilaksanakan sosialisasi

mengenai Pedoman Rujukan Nasional sesuai

dengan Permenkes No.1 tahun 2012. Sosialisasi

ini diikuti pula oleh kader kesehatan dari

Puskesmas Bilalang dan dilaksanakan di tingkat

provinsi.

2.6 Peningkatan Kemitraan Dengan Lintas

Sektor Dan Swasta

Dalam hal peningkatan kemitraan di wilayah

kerja Kota Kotamobagu, sudah ada kerjasama

yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Page 5: Tami

Kota dengan sektor lain selain Pemerintah

Daerah, yaitu dengan BKKBN, Bappeda, PKK,

Dinas Pendidikan, dan kerjasama lintas sektor

dengan instansi lainnya yang mendukung

percepatan penurunan angka kematian ibu

sekaligus juga berperan dalam peningkatan

derajat kesehatan ibu di wilayah kerjanya.

Adapun kerjasama yang dilakukan dengan sektor

pendidikan dasar dan menengah dalam rangka

meningkatkan informasi remaja mengenai

kesehatan reproduksi, baik dari Dinas Kesehatan

sendiri maupun bekerja sama dengan Dinas

Pendidikan. Untuk saat ini sudah ada SMA

Kristen Kotamobagu yang menjadi pusat

konseling kesehatan remaja. Selain itu juga ada

kerjasama yang dilakukan dengan pihak BKKBN

dalam rangka meningkatkan akses wanita usia

subur terhadap pelayanan KB.

2.7 Program 7 : Peningkatan Pemahaman Dan

Pelaksanaan Program P4K Di Masyarakat

Salah satu program utama dalam pedoman

RAN-PPAKI 2013-2015 adalah peningkatan

pemahaman dan pelaksanaan program P4K di

masyarakat. Hasil wawancara dengan setiap

informan menyatakan bahwa sudah ada upaya

orientasi kembali mengenai konsep P4K melalui

pelatihan maupun sosialisasi kepada kader

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas mampu

PONED Bilalang. Adapun sosialisasi mengenai

stiker P4K yang telah dilakukan di Puskesmas

mampu PONED Bilalang kepada Pemerintah

Desa dan para kader kesehatan yang ada di

wilayah kerjanya. Untuk Program Gerakan

Sayang Ibu (GSI) masih dalam proses untuk

kembali diaktifkan. Hanya saja saat ini masih

lebih banyak dilakukan sosialisasi mengenai

program P4K karena Gerakan Sayang Ibu dinilai

sudah kurang populer.

Selain itu adapula kegiatan Kelas Ibu Hamil

yang sudah berjalan dengan baik hampir di

seluruh Puskesmas di Kota Kotamobagu,

terkhusus di Puskesmas Bilalang. Kegiatan ini

dilaksanakan sebulan dua kali. Sasaran dari

kegiatan Kelas Ibu Hamil ini adalah ibu-ibu hamil

yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Suami dan

masyarakat desa juga merupakan sasaran karena

berperan penting dalam mengantisipasi terjadinya

komplikasi pada ibu hamil.

Sejalan dengan pernyataan Zulhadi (2013)

dalam penelitiannya, beberapa faktor yang

menyebabkan tingginya kesadaran masyarakat

adalah penyuluhan berkelanjutan yang dilakukan

bidan dan kader posyandu kepada ibu hamil akan

kehamilan resiko tinggi dan bahaya yang

ditimbulkannya (Zulhadi, 2013).

3. Tantangan dalam Penurunan Angka

Kematian Ibu

Berdasarkan situasi dan kondisi di wilayah kerja

Puskesmas Bilalang, tantangan yang dihadapi

dalam hal akses terhadap pelayanan kesehatan

yang berkualitas salah satunya adalah masyarakat

masih banyak yang menganut budaya jaman dulu.

Adapun masyarakat yang lebih senang

memanfaatkan jasa dokter spesialis tanpa mau

mengakses terlebih dahulu ke Puskesmas yang

sudah memiliki tenaga terlatih. Tantangan yang

dihadapi perihal sumber daya diantaranya masih

kurangnya jumlah bidan untuk ditempatkan di

Puskesmas-Puskesmas maupun Rumah Sakit di

wilayah Kota Kotamobagu sesuai dengan

pernyataan dari Kepala Dinas Kota Kotamobagu.

Selain itu tantangan juga ditemukan pada petugas

kesehatan yang tidak tinggal menetap di tempat

tugasnya. Adapun tantangan yang dihadapi

perihal pengetahuan masyarakat adalah taraf

pendidikan masyarakat maupun kesadaran ibu

hamil yang masih rendah. Kesadaran masyarakat

Page 6: Tami

juga masih kurang untuk mencari tahu atau

mempelajari berbagai informasi tentang kesehatan

khususnya dalam masa kehamilan. Untuk ibu

hamil, sumber informasi yang lengkap tertulis

dalam buku KIA, namun masih sedikit ibu hamil

maupun keluarga yang membaca maupun

memahami isinya. Menurut penelitian Nugroho

(2010), seseorang dengan semakin tinggi tingkat

pendidikan semakin mudah untuk menerima

informasi sehingga dengan semakin banyak

informasi yang diperolehnya maka semakin baik

pula tingkat pengetahuannya (Nugroho, 2010).

4. Strategi Pelaksanaan

Dari hasil wawancara mendalam, adapun strategi

untuk meningkatkan cakupan dan kualitas

pelayanan kesehatan ibu yakni dengan membuat

kemitraan antara bidan, dukun, kader, PKK, dan

tokoh masyarakat untuk memantau adanya resiko

tinggi di wilayah kerjanya. Selain itu, adapun

kegiatan kunjungan rumah oleh para petugas

kesehatan kepada para ibu hamil yang tidak hadir

dalam kegiatan posyandu di wilayah kerjanya.

yang kedua, strategi dalam meningkatkan peran

pemerintah daerah dan swasta dalam upaya

kesehatan ibu salah satunya adalah melalui

penyelenggaraan mini lokakarya bulanan lintas

sektor untuk meminta dukungan pelaksanaan

program kesehatan di setiap puskesmas yang ada.

Ketiga adalah strategi dalam pemberdayaan

keluarga dan masyarakat dilakukan dengan

kegiatan penyuluhan di posyandu, kunjungan-

kunjungan lapangan, kunjungan-kunjungan

rumah, kegiatan posyandu, kelas ibu hamil, dan

swipping ibu hamil yang tidak datang ke

posyandu oleh pihak Puskesmas setempat serta

melalui kegiatan Perempuan Peduli Perempuan.

5. Hasil Observasi Dokumen

Tabel 3. Matriks Reduksi Hasil Observasi

Pelaksanaan Program RAN-PPAKI di Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

No Materi

Observasi

Dinas Kesehatan Kota

Kotamobagu

Puskesmas Bilalang

Kota Kotamobagu

L TL L TL

1 Program Penjaminan

Kompetensi Bidan Desa

Sesuai Standar

- 3/3 6/6 -

2 Program Ketersediaan

Fasilitas PONED/PONEK 4/6 1/3 4/6 1/3

3 Program Penjaminan

Puskesmas PONED/RS

PONEK berfungsi sesuai

standar

4/6 1/3 2/6 2/3

4 Program Penjaminan Rujukan

Efektif Pada Kasus

Komplikasi

6/6 - 4/6 1/3

5 Program Dukungan Pemda

Terhadap Regulasi yang

mendukung pelaksanaan

program

6/6 - - 3/3

6 Program Kemitraan Lintas

Sektor dan Swasta 4/4 - 4/4 -

7 Pelaksanaan Program P4K 4/6 1/3 4/6 1/3

Page 7: Tami

Jumlah 28

6 24 8

Total Skor

34 32

Keterangan :

L = Lengkap

TL = Tidak Lengkap

Penilaian masing-masing program untuk setiap instansi diberi skor sebagai berikut:

Nilai 2 : Ada dan Lengkap Dokumen

1 : Ada dokumen namun tidak lengkap

0 : Tidak ada dokumen

Kemudian didapatkan total nilai dan dikelompokkan sebagai berikut :

Total nilai 36 – 40 ( 88 – 100% ) = Amat baik

31 – 35 ( 76 – 87% ) = Baik

26 – 30 ( 63 – 75% ) = Cukup

21 – 25 ( 51 – 62% ) = Kurang

< 20 ( 50% ) = Amat kurang

Berdasarkan hasil observasi dokumen, kedua

instansi kesehatan yang merupakan lokasi

penelitian termasuk dalam kategori baik. Skor

yang didapatkan dari kelengkapan dokumen

pelaksanaan pada Dinas Kesehatan Kota

Kotamobagu adalah 34. Sedangkan skor untuk

Puskesmas Bilalang yaitu 32.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pelaksanaan ketujuh program utama dalam rangka

penurunan angka kematian ibu di Puskesmas

Bilalang Kota Kotamobagu sudah baik. Hal ini

didukung pula dengan hasil observasi dokumen.

Berdasarkan tabel hasil observasi dokumen secara

keseluruhan, dapat diketahui bahwa kelengkapan

dokumen mengenai pelaksanaan program

penurunan AKI di Dinas Kesehatan dan

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu sudah

hampir 80% lengkap dan termasuk dalam kriteria

baik. Untuk pelaksanaan dan pengembangan

program yang efektif dan terarah, maka

diharapkan pelaksanaan program penurunan

angka kematian ibu dapat dibekali dengan buku

pedoman Rencana Aksi Nasional Pelaksanaan

Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN-PPAKI)

2013-2015 yang diterbitkan oleh Kementrian

Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Bartini, I. 2012. ANC : Asuhan Kebidanan Pada

Ibu Hamil Normal, Cetakan Pertama.

Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Rencana Aksi

Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu

Di Indonesia. Direktorat Bina Kesehatan

Ibu. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman

Penyelenggaraan Puskesmas Mampu

PONED. Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan. Jakarta

Saputra, W. 2013. Angka Kematian Ibu : (AKI)

Melonjak Indonesia Mundur 15 Tahun.

Prakarsa Policy Review. Jakarta.

Page 8: Tami

Winardi, J. 2009. Manajemen Perilaku Organisasi

: Cetakan Ketiga. Penerbit Kencana Prenada

Media Group. Jakarta. h.201 dan 366.

Zulhadi, Trisnantoro L, Zaenab S. 2013. Problem

Dan Tantangan Puskesmas Dan Rumah

Sakit Umum Daerah Dalam Mendukung

Sistem Rujukan Maternal Di Kabupaten

Karimun Provinsi Kepri Tahun 2012. Jurnal

Kebijakan Kesehatan Indonesia Volume 2,

Nomor, 4, Desember 2013. Fakultas

Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

http://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jkki/article/

download/3203/2812