Taman Riyadhah

56
PENELITIAN ARSITEKTUR Evaluasi Pemakaian Ruang Terbuka Hijau ( Taman Riyadhah ) Di Kota Lhokseumawe Disusun Oleh: Panji Ahmad 100160009 Dosen pembimbing: Deni ST , M.Ars Fakultas Teknik 1

Transcript of Taman Riyadhah

PENELITIAN ARSITEKTUREvaluasi Pemakaian Ruang Terbuka Hijau ( Taman Riyadhah )Di Kota Lhokseumawe

DisusunOleh:

Panji Ahmad100160009

Dosen pembimbing:Deni ST , M.Ars

Fakultas TeknikJurusan ArsitekturUniversitas Malikussaleh

KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahimSyukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayahNya saya telah dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Fisika Bangunan. Selanjutnya shalawat dan salam saya curahkan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam tidak berilmu pengetahuan ke alam yang penuh pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.Selanjutnya pada kesempatan ini pula saya menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ;1. Bapak Rinaldi Mirsa ST,MT selaku ketua jurusan Arsitektur2. Bapak Deni ST , M.Ars selaku dosen mata kuliah Penelitian Arsitektur3. Teman-teman seangkatan 2010 yang sangat saya sayangi dan banggakanPenghargaan dan ucapan terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta serta keluarga yang saya hormati dan sayangi yang turut memberikan dukungan yang sangat besar baik moril maupun materil sehingga selesai penyusunan laporan ini.Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan penyusunan ini.

Lhokseumawe, Oktober 2012 Penyusun,

Panji Ahmad 100160009

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBab I Pendahuluan1I.1 Latar belakang1I.2 Rumusan masalah3I.3 Manfaat penelitian3I.4 Tujuan penelitian3I.5Batasan dan lingkup penelitian3Bab II Tinjauan pustaka4II.1 Elemen fisik Ruang Pertemuan Terbuka 4II.2 Sirkulasi5II.3 Tata Ruang11Bab III Metode penelitian19III.Ciri-ciri Penelitian Kualitatif..................................................... .............................19III.2 Dasar Teoritis Penelitian21III.3 Prosedur Penelitian21III.4 Alat Penelitian23III.5 Pengumpulan Data Dan Observasi Lapangan23III 6 Kriteria-kriteria Perumusan Masalah ...................................................................24III.7 Alur Penelitian......................................................................................................25

Bab IV Gambaran umum wilayah penelitian26Administrasi Dan Fisik Wilayah26IV.1. Letak Wilayah26IV.1.2 Fisik Wilayah 26Bab V . Analisis Dan Sintaksis 34Bab VI . Kesimpulan 36

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangRuang terbuka publik berfungsi sebagai civic centre, maka terlebih dahulu harus dipahami mengenai civic space. Civic space menurut Gibbert (1972) memiliki pengertian yang tidak dapat dipisahkan, yang artinya ruang terbuka sebagai wadah yang dapat digunakan untuk aktivitas penduduk sehari-hari. Sedangkan pengertian civic centre secara harfiah adalah pusat kegiatan dimana masyarakat melakukan \aktifitasnya.Maka pengertian ruang terbuka publik sebagai civic centre adalah suatu ruang luar yang terjadi dengan membatasi alam dan komponen-komponennya (bangunan) menggunakan elemen keras seperti pedestrian, jalan, plaza, pagar, dan sebagainya. maupun elemen lunak seperti tanaman dan air sebagai unsur pelembut dalam lansekap dan merupakan wadah aktivitas masyarakat yang berbudaya dalam kehidupan kota.Aktivitas yang dilakukan pada ruang terbuka publik ini pada prinsipnya merupakan tempat dimana masyarakat dapat melakukan aktivitas sehubungan dengan kegiatan hubungan sosial lainnya. Dengan demikian ruang terbuka publik bukan saja berupa ruang luar yang bersifat sebagai perancangan lansekap untuk taman kota saja atau daerah hijau dalam kota tetapi lebih condong pada keterlibatan manusia di dalamnya sebagai pemakai fasilitas tersebut.Pada umumnya ruang publik adalah ruang terbuka yang mampu menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang ini memungkinkan terjadinya pertemuan antar manusia untuk saling berinteraksi. Karena pada ruang ini seringkali timbul berbagai kegiatan bersama, maka ruang-ruang terbuka ini dikategorikan sebagai ruang umum. (sumber : Project for Public Spaces in New York tahun 1984)

Menurut Roger Scurton (1984) setiap ruang publik memiliki makna sebagai berikut: sebuah lokasi yang didesain seminimal apapun, memiliki akses yang besar terhadap lingkungan sekitar, tempat bertemunya manusia/pengguna ruang publik dan perilaku masyarakat pengguna ruang publik satu sama lain mengikuti norma-norma yang berlaku setempat.

Rustam Hakim (1987) mengatakan bahwa, ruang umum pada dasarnya merupakan suatau wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Menurut sifatnya, ruang publik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Ruang publik tertutup : adalah ruang publik yang terdapat di dalam suatu bangunan. 2. Ruang publik terbuka : yaitu ruang publik yang berada di luar bangunan yang sering juga disebut ruang terbuka (open space).

Menurut Eko Budihardjo (1998) ruang terbuka adalah bagian dari ruang yang memeiliki definisi sebagai wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik. Ruang terbuka memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

Fungsi umum Tempat bermain dan berolah raga, tempat bersantai, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan, tempat menunggu Sebagai ruang terbuka, ruang ini berfungsi untuk mendapatkan udara segar dari alam. Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain. Sebagai pembatas atau jarak di antara massa bangunan.

Fungsi ekologis : Penyegaran udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir, memelihara ekosistem tertentu. Pelembut arsitektur bangunan.

Ruang pertemuan terbuka yang terdapat di kota Bireun juga termasuk civic centre dimana warga Bireun memanfaatkannya sebagai tempat aktifitas seperti berolahraga, bersantai atau tempat berinteraksi dalam hal ini seperti rapat, pertemuan dan lain-lain. Maka penelitian akan cenderung mengarah kepada tingkat kenyamanan dari penggunanya.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan dari apa yang telah dijabarkan di atas maka penulis merumuskan beberapa masalah dari tujuan penelitian ini sebagai berikut :1. Apakah pengguna merasa aman dan nyaman dalam menggunakan tempat terbuka hijau ini.?2. Apakah sirkulasi di sekitar site cukup mendukung dan memadai.?3. Apakah aksesibilitas dari dan menuju site cukup layak dan nyaman.?4. Bagaimanakah pengaruh tempat pertemuan terbuka ini terhadap lingkungan.?

1.3 Manfaat PenelitianManfaat dari hasil penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara menata ruang dan sirkulasi bangunan bagi pengguna umum, mengetahui tingkat kenyamanan dan kelayakan huni bagi pengguna bangunan umum. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadikan objek berfungsi maksimal sesuai dengan fungsinya.

1.4 Tujuan PenelitianPenelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan tinjauan terhadap kelayakan dan kenyamanan pada aksesibilitas dan fasilitas-fasilitas yang terdapat pada tempat pertemuan terbuka ini. Penelitian pada tempat pertemuan terbuka ini dilakukan untuk mengetahui selayak apakah terminal bus ini dan senyaman apakah fungsi dari tempat pertemuan terbuka ini.

1.5 Batasan dan lingkup penelitian.1. Batasan penelitianPenelitian hanya sebatas lingkungan ruang pertemuan terbuka ini tanpa meneliti lingkungan sekitarnya. Hanya meliputi sarana dan prasarana yang terdapat di ruang pertemuan terbuka ini.2. Lingkup penelitian.Penelitian ruang pertemuan terbuka ini dilakukan dengan meneliti tentang kelayakan dan kenyaman bagi penggunanya yang mencakup sirkulasi dan pola ruang yang ada di ruang terbuka Kota Lhokseumawe.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Elemen Fisik Ruang Pertemuan TerbukaRuang Pertemuan terbuka adalah lokasi dimana masyarakat bertemu dalam satu wadah lingkungan dan melakukan kegiatan, kegiatan di ruang pertemuan terbuka diantaranya bermain, berolah raga, tempat bersantai, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan, tempat menunggu dan sebagainya.Ada beberapa komponen yang ada di taman, diantaranya:a. Pengguna ponenb. Sarana dan Prasaranac. Kegiatan Terbentuknya ruang terbuka dipengaruhi oleh beberapa faktor baik oleh alam maupun lingkungan buatan, dibedakan sebagai berikut :

Pembatas, dimana ruang selalu terbentuk oleh tiga elemen pembentuk ruang yaitu bidang alas, bidang langit-langit dan bidang pembatas/dinding Skala, dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan kebutuhan manusia. Skala terdiri atas 2 (dua) macam : Skala manusia, perbandingan ukuran elemen atau ruang dengan dimensi tubuh manusia Skala generik, perbandingan elemen bangunan atau ruang terhadap elemen lain yang berhubungan dengan sekitarnya. Bentuk, yang terdiri atas bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Dapat juga dikategorikan dalam dua bagian bentuk alami dan buatan. Menurut penampilan terbagi atas: bentuk teratur, bentuk lengkung dan bentuk tidak teratur.

2.2 Teori Henri Lefebvre (Ruang Produksi)Henri Lefebvre adalah Salah satu pemikir Prancis paling penting dari abad kedua puluh, Lefebvre - khususnya, 1947 bukunya The Critique of Everyday Life - exerted yang mendalam mempengaruhi, antara lain, para anggota International Situationist; Lefebvre bahkan menjadi terkait dengan Situasionis pribadi di tahun-tahun segera setelah 1958, ketika ia dikeluarkan dari Partai Komunis Perancis. Lefebvre hubungan erat dengan para Situasionis berlangsung sampai tahun 1962, ketika ada jahat jatuh-out; jalan mereka masing-masing tidak menyeberang lagi setelah itu. Meskipun Situasionis tidak pernah menyesali kepahitan dan permanen pemisahan mereka dari Lefebvre, ia jelas tidak. Ruang Produksi awalnya diterbitkan dalam bahasa Prancis pada tahun 1974, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh mantan situationist Donald Nicholson-Smith pada tahun 1991. Di dalamnya, para Situasionis berada di ruang tertentu, keberadaan mereka dan kontribusi pada gerakan revolusioner yang tidak diabaikan atau terlalu ditekankan. Kenyataan bahwa The Produksi Ruang mampu menangani Situasionis sedemikian bahkan cara tangan adalah ukuran yakin dengan kejujuran intelektual dan integritas dari kedua buku itu dan penulisnya. Produksi ruang merupakan proses yang meliputi multiplicity of works and great diversity of form yang di sederhanakan dalam 3 konsep : produksi (proses), produk ( hasil), dan labor ( buruh ) yang merupakan pondasi dari political economy. Bagi lefebvre, selain ruang terbentuk oleh pikiran kita, yang tak kalah pentingnya juga adalah ruang dalam fikiran kita secara sosial di produksi. Kalau sebelumnya Arsitektur lebih banyak berbicara tentang bagaimana kita mengkonstruksi ruang (construction of space) yang berhubungan dengan aspek fisik dan juga konsepsi filosofis dari ruang, maka Levebfre mengambil pendekatan yang lain yang sangat esensial yaitu dengan mempertanyakan bagaimana aspek fisik dan filosofis dari ruang yang dikonstruksikan tersebut dapat bermakna bila tidak ada makhluk sosial di dalamnya. Oleh karena itu Lefebvre membuat periodisasi sejarah perkembangan pemikiran ruang berlandaskan pada titik tolaknya sebagai seorang yang berhaluan kiri (sosialis). Jika ruang adalah bersejarah (historical), dan sepanjang sejarah itu kehidupan sosial berganti dan mengalami berbagai kehidupan yang berbeda-beda, maka begitu juga dengan ruang yang terjadi akan mengalami perubahan sejarah. 1. Ruang Alamiah (Natural Space) yaitu ruang yang sudah ada dengan sendirinya yang dibentuk oleh hukum-hukum alam. Dalam kita mencerap dan mengalami ruang semacam ini tidak merupakan suatu keharusan untuk mengetahui konsep bagaimana ruang ini diproduksi dan didiami, karena ruang semacam ini adalah already given. Seperti lingkungan dimana kita hidup. Lingkungn ini memng sudah terbentuk tanpa adnya campur tangn manusia, ruang yang sgt alami 2. Ruang Mutlak (Absolute Space), yaitu ruang yang merupakan fenomena universal yang diciptakan oleh Tuhan dan berlaku mutlak. Kadang-kadang, ruang ini dicerap sebagai bagian dari alam. Menurut Lefebvre, ruang mutlak ini tidak berlokasi dimana-mana, karena ruang ini menghuni semua tempat dan mempunyai eksistensi simbolik yang tegas. Ruang ini mengimplikasikan keberadaan dari institusi keagamaan, hubungan kosmos dan alam jagad raya. Dalam bentuknya yang mikro, ruang ini disimbolkan kepada bentuk-bentuk ruang ritual agama, kelahiran maupun kematian. Seperti kehidupan manusia, dimulai saat manusia lahir hingga manusia itu tiada manusia itu akan mengalami perubahan ruang. Ruang dimana manusia berhubungn dengan snag penciptnya. 3. Ruang Abstrak (Abstract Space). Disini Lefebvre mengkritisi konsep dari ruang abstrak dari budaya modern kapitalis yang cenderung mereduksi pemahaman dari perceived, conceived dan lived space menjadi sebuah abstraksi yang cenderung homogen. Dalam masyarakat kapitalis, ruang diperlakukan sebagai sebuah komoditas abstrak, yang tidak hanya dapat digunakan tapi juga diperjual-belikan untuk menghasilkan keuntungan tersendiri (profits). Dalam ruang abstrak kapitalis ini, ruang sosial tidak mempunyai existensinya, yang ada hanyalah ruang-ruang mental kapitalis yang mengalami komodifikasi homogenitas. Seperti ruang-ruang dengan batasan status sosial. Ruang dimana hanya golongan tertentu dapat memilikinya. 4. Ruang Diferensial (Differential Space). Ruang ini menurut Lefebvre adalah sebuah ruang yang lebih membaur (mixed) dan lebih inter-penetrative sifatnya. Seperti ruang publik yang dapat di gunakan oleh setiap lapisan masyarakat.

Ke empat ruang tersebut di bentuk oleh tiga unsur menurut henry lefebvre: 1. Perceived Spatial Practice Apa yang dimaksudkan oleh Lefebvre pada level ini adalah material activity atau lebih kepada praktek meruang (spatial practice). Hal ini merupakan kehidupan dan aktivitas keseharian (everyday), yang terjadi dalam ruang-ruang fungsional, mulai dari ruang-ruang individual dan bangunan-bangunan tunggal sampai tapak ruang urban yang lebih besar (seperti menyangkut sistem transportasi) yang membentuk bagian-bagian dari material production of space. Praktek meruang ini dapat terjadi dan secara perhitungan kasar menjadi ekuivalen dengan apa yang menjadi dasar-dasar perekonomian dan aspek materialitas, menghasilkan bentuk-bentuk meruang sesuai kegiatan-kegiatan produktif dan reproduktif yang berbeda-beda. Proyek-proyek Arsitektur dan planning pada level ini berperan memberikan material life untuk kota, melalui bangunan-bangunan yang dicerap (perceived) di sekitar kita. Seperti penataan kota, dan perancanaan dengan jumlah masa yang banyak yang juga di pengaruhi oleh meterial dari ruang tersebut Conceived --- Representations of Space Pada level yang kedua ini, Lefebvre memaklumatkan tentang adanya representasi secara sadar (conscious) dari ruang. Pengejawantahannya berasal dari konsepsi tentang ruang yang di-kodifikasi atau menjadi tipe tertentu oleh pemahaman abstrak dari ruang itu sendiri, seperti melalui pengetahuan planning, ruang matematis atau proses perancangan Arsitektur. Representasi ruang, baik sebagai sebuah pengetahuan (knowledge) maupun keyakinan (beliefs) menjadi hal yang perlu bagi berlangsungnya praktek-praktek meruang atau hubungan-hubungan produksi, dan oleh karena itu secara fundamental menjadi sesuatu yang ideologikal dalam karakternya. Proyek-proyek Arsitektur dan planning dalam level ini berperan memberikan pemahaman (understanding) tentang kota, sekaligus yang memberikan bentuk dan orientasi ruang pada kota. Contoh yang bisa diberikan disini adalah seperti peta atau lay-out kota, peta jalur transportasi, atau bahkan citra-citra yang muncul di postcard yang bersifat informasi. Contoh-contoh ini adalah sesuatu yang tidak hanya fungsional sifatnya dan membantu kita dalam berorientasi dan bergerak mengalami ruang kota, tapi juga ideologikal dalam hal pencitraan sebuah kota dan dasar-dasar fundamental bagi kita untuk berpikir tentang kota dan bagaimana kita hidup di dalamnya. Seperti pada perencanaan kota, tak semua ruang yang di ciptakan itu memiliki fungsional secara struktural, akan tetapi juga dapat sebagai ruang bebas, sirkulasi, ornamen penataan dan ruang lainya yang tidak terfungsi secara struktur. Lived --- Spaces of Representation Level pemahaman ruang yang ketiga adalah apa yang disebut Lefebvre sebagai ruang-ruang representasi (representational spaces). Level ini merupakan tahap tersulit dari teori Lefebvre tentang triad formulation of space, karena level ini mengacu pada pengalaman sub-conscious dari ruang melalui citra dan simbol yang dianggap ekuivalen terhadap pengaruh realitas dalam mengkondisikan kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak (action). Seperti ruang-ruan yang memang sudah dikususkan untk suatu hal, sehingga ruan tersebut tidak dapat di gunakan untk acara atau kegiatan yang berbeda. Habitus : Habitus adalah prilaku makhluk hidup terhadap lingkungannya, hal ini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang terhadap lingkungan atau ruang yang di tempatinya Dalam pandangannya mengenai tubuh, Michel Foucault mengikuti teori atau paham konstruksionisme yang bertentangan dengan teori naturalis tubuh. Tentang ketaatan dan kedisplinan tubuh, Foucault menjelaskan lebih lanjut melalui genealogi, yaitu metode menelusuri asal-mula dan perkembangan dari sesuatu yang sekarang ada. Sehingga hal tersebut dapat di aplikansiakn dalam kehidupan manusia, tubuh juga memerlukan perhatian khusus terhadap perilaku dalam tubuh seseorang. Kasus pertama adalah sejarah atau asal-mula kegilaan. Foucault menyatakan bahwa orang tertentu dianggap gila pertama-tama bukan karena ia tidak mampu berpikir sehat dan menggunakan tubuhnya dengan baik, melainkan karena masyarakat yang menentukan bagaimana kriteria orang yang sehat. Kegilaan dianggap suatu penyimpangan, maka disisihkan dari masyarakat. Setelah manusia mempelajari prilaku didalam tubuhnya, maka manusia baru bisa memulai kehidupannya dengan melakukan berbagai aktifitas yg ada di lingkunganya, seperti bekerja, sekolah, dan katifitas lainnya Kasus kedua adalah tentang lembaga pemasyarakatan atau penjara. Foucault menemukan bahwa penjara mempergunakan sistem panoptikon, di mana para penjaga dapat mengawasi setiap gerak-gerik atau tingkah laku narapidana. Nah, karena merasa terus-menerus diawasi, narapidana lalu membangun kesadaran untuk menyensor dirinya sendiri (self-censored), sehingga lama-kelamaan mereka mendisiplinkan diri sendiri, terlepas dari apakah mereka tahu bahwa mereka benar-benar sedang diawasi atau tidak. Semua kegiatan manusia itu memiliki dampak terhadap apa yang di lakoninya, baik itu dampak positif maupun dampak negatif, itu semua tergantung dari bagaimana prilaku manusia terhadap ruangnya, sehingga jika prilaku itu negatif, maka ada lembga tertentu yang akan menenganinya.

2.3 Sirkulasi Kata sirkulasi berasal dari bahasa inggris circulation yang mempunyai arti perputaran, peredaran. Sirkulasi merupakan ruang gerak antar pengguna dan tempat, sirkulasi memudahkan dalam mengakses kebutuhan ruang, sirkulasi suatu tempat harus menyesuaikan kebutuhan pengguna suatau ruang. Sirkulasi yang ada di Ruang Pertemuan Terbuka kota Bireun cukup layak dan memadai untuk para pengguna, hanya saja perlu adanya beberapa penambahan di beberapa sarana yang ada untuk menunjang fungsi dari sarana tersebut agar maksimal.Pola pola sirkulasi ruang ialah suatu bentuk bentuk rancangan atau alur alur ruang pergerakan dari suatu ruang ke ruang lainnya dengan maksud menambah estetika agar dapat memaksimalkan sirkulasi ruang utuk dipergunakan. Pola sirkulasi ruang dibagi menjadi 5 :

1. Pola LinierSuatu pola sirkulasi ruang melalui garis yang mempunyai arah sehingga dapat menjadi unsur pembentuk deretan ruang.Pola ini sangat mudah ditemui karena banyak dipergunakan.Contoh : jalan raya, jalan tol, sirkuit, lorong sekolah dan rumah sakit dll. jalan tol jalan tol

2. Pola RadialSuatu pola sirkulasi ruang melalui penyebaran atau perkembangan dari titik pusat.Biasanya pola radial ini mempunyai sifat mempunyai banyak ruang pergerakan.Karena pola yang digunakan sama seperti pola tang digunakan pada jari jari sepeda.Contoh : Gym, stadium dsb.

gambar 3d stadium

3. Pola SpiralSuatu pola sirkulasi ruang dengan cara berputar menjauhi titik pusat.Pola sirkulasi ini sangat berguna pada lahan yang mempunyai luas terbatas dan pada lahan yang mempunyai kontur tanah yang curam.Contoh : ram parkiran di mal, jalan didaerah pegunungan dsb.

tangga putar

ram parkiran4. Pola NetworkSuatu pola sirkulasi ruang melalui jaringan ( penyatuan ) dari beberapa ruang gerak untuk menghubungkan titik titik terpadu dalam suatu ruang.Umumnya pola ini dipergunakan pada ruang ruang gedung perkantoran dimaksudkan agar setiap orang bisa dengan mudah beraktivitas.Contoh : Ruang perkantoran

ruang kantor sekolah

denah ruang perkantoran

5. Pola CampuranSuatu pola sirkulasi ruang yang terdiri dari gabungan 4 pola ( linier, Radial, Spiral dan Network ) untuk menciptakan suatu pola yang berbeda menimbulkan kesan harmonisasi dari perpaduan 4 pola.Akan tetapi untuk menciptakannya amat sulit.Apabila tidak sesuai akan menimbulkan kesan membingungkan.

gabung pola linear, radial dan spiral

potongan gambar hotelSumber :Buku Teori arsitektur gunadarmaBuku data arsitekFoto google2.4 Tata RuangPenataan ruang merupakan proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karenanya dalam proses penataan ruang, tidak terbatas pada proses perencanaan saja. Tetapi, meliputi aspek pemanfaatan yang merupakan wujud operasional rencana tata ruang serta proses pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam proses pengendalian pemanfaatan memiliki mekanisme pengawasan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan tujuan penataan ruang wilayah. Adapun terdapat beberapa penataan ruang di antaranya :

Organisasi Ruang Terpusat

Sebuah ruang dominan terpusat dengan pengelompokan sejumlah ruang sekunder.Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengeIiIingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan.Ruang pemersatu terpusat pada umumnya berbentuk teratur dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan sejumlah ruang sekunder di sekelilingnya.Ruang-ruang sekunder dan suatu organisasi mungkin setara satu sama lain dalam fungsi, bentuk dan ukuran.

Menciptakan suatu konfigurasi keseluruhan yang secara geometnis teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.Ruang-ruang sekunder mungkin berbeda satu sama lain dalam hal bentuk atau ukurannya sebagai tanggapan terhadap: kebutuhan akan fungsi. menunjukkan kepentingan relatif. lingkungan sekitar. kondisi tapak.

Pola sirkuIasi dan pergerakan dalam suatu organisasi terpusat mungkin berbentuk radial, loop, atau spiral.Hampir dalam setiap kasus pola tersebut akan berakhir di dalam atau di sekeliling ruang pusat.

contoh gambar :

gambar denah lapangan olahraga beserta gambar tribun.ini termasuk ruang terpusat karena semua kegiatan berpusat pada lapangan yg beradadi tengah.

ka'bah dimana ka'bah menjadi pusatnya umat islam berkumpul untuk menunaikan ibadah haji dan semua shalat harus menghadap kiblat yaitu ka'bah.

Organisasi Ruang Linear

Suatu urutan dalam satu garis dan ruang-ruang yang berulang.Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.Organisasi linier biasanya terdiri dan ruang-ruang yang berulang, serupa dalam ukuran, bentuk, dan fungsi.

Ruang-ruang yang secara fungsional atau simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat berada di manapun sepanjang rangkaian linier.

Derajat kepentingannya ditegaskan melalui ukuran, bentuk, maupun lokasinya.Penempatan ruang penting pada bagian tengah rangkaian linier.Penempatan ruang penting pada ujung rangkaian linier.Penempatan ruang penting pada titik-titik belok rangkaian linier.Penempatan ruang penting di luar organisasi linier.

Bentuk organisasi Iinier bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam kondisi dan bentuk tapak. Bentuknya dapat lurus, bersegmen, atau melengkung. Konfigurasinya dapat berbentuk horisontal sepanjang tapak, diagonal menaiki suatu kemiringan, atau berdiri tegak seperti sebuah menara.

Bentuk-bentuk lengkung dan bersegmen pada organisasi linier melingkupi daerah ruang eksterior pada sisi cekungnya dan mengarahkan ruang-ruangnya menghadap ke pusat daerah.Pada sisi cembungnya bentuk ini tampak menghadang dan memisahkan ruang di hadapannya terhadap Iingkungannya.

contoh gambar :

Denah sekolah, yang ruang-ruang kelasnya tersusunmembentuk organisasi ruang linear.

Susunan bagunan walaupun berbentuk melingkartetapi ini termasuk organisasi ruang linear.

Organisasi Ruang Radial

Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang-ruang Iinier yang berkembang menurut arah jari-jari.Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur organisasi terpusat dan linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linier berkembang menurut arah jari-jarinya.Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang introvert yang memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar Iingkupnya.

Ruang pusat pada suatu organisasi radial pada umumnya berbentuk teratur. Lengan-lengan liniernya, mungkin mirip satu sama lain dalam hal bentuk dan panjang untuk mempertahankan keteraturan bentuk organisasi secara keseluruhan.Lengan-lengan radialnya juga dapat berbeda satu sama lain untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan akan fungsi dan konteksnya. Variasi tertentu dari organisasi radial adalah pola baling-baling.Susunan ini menghasilkan suatu pola dinamis yang secara visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi ruang pusatnya.contoh gambar :

Denah suatu bagunan yg posisi ruang-ruangnya berbentuk radial.

Denah bagunan yg berbentuk radial.

Organisasi Ruang Cluster

Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual.Organisasi dalam bentuk kelompok atau cluster mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Sering kali organisasi ini terdiri dart ruang-ruang yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi. Di dalam komposisinya, organisasi ini juga dapat menerima ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata visual seperti simetri atau sumbu.Karena polanya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku, bentuk organisasi ini bersifat fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi karakternya.Ruang-ruang cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang melaluinya. Ruang-ruang dapat juga dikelompokkan berdasarkan luas daerah atau volume ruang tertentu atau dimasukkan dalam suatu daerah atau volume ruang yang telah dibentuk.Kondisi simetris atau aksial dapat dipergunakan untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian organisasi dan membantu menegaskan pentingnya suatu ruang atau kelompok ruang.

contoh gambar :

Bentuk cluster karna da macam-macam bentuk bagunan yg menjadi satu. Organisasi Grid

Organisasi ruang-ruang dalam daerah struktural grid atau struktur tiga dimensi lain.Organisasi grid terdiri dan bentuk-bentuk dan ruang-ruang di mana posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau bidang grid tiga dimensi.Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola grid berubah menjadi satu set unit ruang modular berulang.Suatu grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem struktur rangka dari kolom dan balok. Kekuatan mengorganisir suatu grid dihasilkan dari keteraturan dan kontinultas pola-polanya. Pola-pola ini membuat satu set atau daerah titik-titik dan garis-garis referensi yang stabiI dalam ruang-ruang organisasi grid.Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan khusus mengenai dimensi ruang atau untuk menegaskan daerah ruang sirulasi, suatu grid dapat dibuat tidak teratur dalam satu atau dua arah.Bagian-bagian grid dapat bergeser untuk mengubah kontinuitas visual maupun kontinuitas ruang yang melampaui daerahnya.

Sebagian dari grid dapat dipisahkan dan diputar terhadap sebuah titik dalam pola dasarnya. Pola grid dapat diputus untuk membentuk ruang utama atau menampung bentuk-bentuk alami tapak.

contoh gambar

Bentuk bagunan yg pola organisasi ruangnya adalah grid.

Pola dan contoh pada bagunan organisasi ruang grid.sumber :ocw.gunadarma.ac.id/course/civil-and...of.../organisasi-ruang

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Penelitian adalah: Suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah (Cooper & Emory, 1995) Usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta2 baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia (Suparmoko, 1991)

Metode Penelitian adalah: Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah = didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional = Penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris = cara yang digunakan dapat diamati dengan indera manusia. Sistematis = proses penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metoda kualitatif atau disebut juga metode naturalistik yang menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara non-statistik meskipun tidak selalu harus menabukan penggunaan angka. Metode ini mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Artinya, peneliti harus dapat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan responden.

3.1 Ciri-ciri Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut ada 15 ciri penelitian kualitatif yaitu: 1. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting). 2. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara 3. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. 4. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi. 5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data langsung atau first hand. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan. 6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data. 7. Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti. 8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya. 9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya. 10. Verifikasi. Penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif. 11. Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian. 12. Menggunakan Audit trail. Metode yang dimaksud adalah dengan mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data. 13. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai. 14. Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.

3.2 Dasar Teoritis Penelitian Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Seorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya, baik dinyatakan secara eksplisit atau tidak, menerapkan paradigma tertentu sehingga penelitian menjadi terarah. Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah: 1. Pendekatan fenomenologis. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. 2. Pendekatan interaksi simbolik. Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang dlberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya bersifat esensial serta menentukan. 3. Pendekatan kebudayaan. Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa di mana manusia diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan pendekatan ini mengatakan bahwa bagaimana sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar kebudayaan. 4. Pendekatan etnometodologi. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya.3.3 Prosedur PenelitianMeneliti adalah melakukan serangkaian aktivitas intelektual secara sistematis, yaitu dengan langkah-langkah yang teratur atau runtut. Langkah pertama, memilih bidang, topik kajian atau judul penelitian. Bidang kajian atau subjek ilmu. Subjek ilmu dalam arti sebagai pokok persoalan yang dipelajari. Sedang judul, menjelaskan mengenai fokus atau ruanglingkup masalah yang dipelajari. Dengan demikian, gagasan untuk melakukan penelitian ilmiah bisa karena ingin membuktikan atau mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal atau informasi-informasi yang telah didapat sebelumnya yang dianggap belum cukup. Langkah kedua adalah melakukan kegiatan penelitian itu sendiri. Jika penelitian lapangan, maka aktivitas yang dilakukan ialah mengumpulkan data lapangan. Di dalam proses pengumpulan data lapangan itu, sejumlah hal harus dijalani, seperti masalah apa saja harus ditanyakan kepada siapa saja (informan), di mana dan kapan serta bagaimana melakukan wawancara. Ketika wawancara itu berlangsung, dalam suasana seperti apa sehingga informasi yang diberikan dapat terandalkan kebenarannya. Bagaimana pula mencatatnya, dan sebagainya. Langkah ketiga ialah menganalisis terhadap informasi, dalam arti memahami makna dari sekumpulan informasi yang telah didapatkan. Langkah keempat ialah menyusun laporan penelitiannya, dan langkah kelima adalah menyebar-luaskan hasil temuan.Prosedur penelitian dapat dirumuskan menjadi sebagai berikut :1. Memilih masalah2. Studi pendahuluan3. Merumuskan masalah4. Hipotesis5. Memilih pendekatan6. Menentukan variable7. Menentukan sumber data8. Menentukan dan menyusun instrument9. Mengumpulkan data10. Analisa data11. Menarik kesimpulan12. Menyusun laporan

3.4 Alat PenelitianDalam meneliti tentang sirkulasi dan penghawaan yang ada di tempat pertemuan terbuka di Bireun, peneliti menggunakan alat-alat sederhana, seperti mengambil gambar dengan menggunakan kamera digital, gambar-gambar tersebut nantinya akan dijadikan sebagi dokumentasi dari hasil survey lapangan.3.5 Pengumpulan Data Dan Observasi LapanganSumber Data dan Metode Pengumpulan Data Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi: a. Data Primer: Data yang diusahakan/didapat oleh peneliti b. Data Sekunder: Data yang didapat dari orang/instansi lain Pengumpulan data primer membutuhkan perancangan alat dan metode pengumpulan data Metode pengumpulan data penelitian: a. Observasi b. Wawancara c. Kuesioner (Daftar Pertanyaan) d. Pengukuran Fisik e. Percobaan Laboratorium

Ragam Paradigma Dalam Metode Penelitian Dalam rangka melakukan pengumpulan fakta-fakta para ilmuwan atau peneliti terlebih dahulu akan menentukan landasan atau fondasi bagi langkah-langkah penelitiannya. Landasan atau fondasi tersebut akan dijadikan sebagai prinsip-prinsip atau asumsi-asumsi dasar maupun aksioma, yang dalam bahasanya Moleong disebut sebagai paradigma. Menurut Bogdan dan Biklen paradigma dinyatakan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.

Paradigma didalam ilmu pengetahuan sosial memiliki ragam yang demikian banyak, baik yang berlandaskan pada aliran pemikiran Logico Empiricism maupun Hermeneutic. Masing-masing paradigma tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu para peneliti harus mempunyai pemahaman yang cukup terhadap dasar pemikiran paradigma-paradigma yang ada sehingga sebelum melakukan kegiatan penelitiannya, para peneliti dapat memilih paradigma sebagai landasan penelitiannya secara tepat. Menurut Meta Spencer paradigma di dalam ilmu sosial meliputi (1) perspektif evolusionisme, (2) interaksionisme simbolik, (3) model konflik, dan (4) struktural fungsional. Menurut George Ritzer paradigma di dalam ilmu sosial terdiri atas (1) fakta sosial, (2) definisi sosial, dan (3) perilaku sosial.

3.6 Kriteria-kriteria Perumusan Masalah Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian yaitu kriteria pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusaia. Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada. Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia. Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa variasi, antara lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu sistematika peneliti, (2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian. Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak terlalu penting dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.

BAB IVGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN( TAMAN RIYADHAH LHOKSEUMAWE )Administrasi Dan Fisik Wilayah4.1 Letak WilayahTempat terbuka hijau ini terletak di Depan BNI dan Bank Mandiri lhokseumawe.4.2 Fisik Wilayah Taman Riyadhah ini berada di seputaran kota Lhokseumawe dengan memiliki potensi yang beraneka ragam, kota Lhokseumawe berada di kawasan transit antara medan dan banda aceh, sehingga menjadikan kawasan ini ramai dikunjungi dan dilalui oleh masyarakat. Kota Lhokseumawe juga sebagai kota penting dengan aktivitas yang padat dari penduduknya. Hal ini menjadikan tempat terbuka tersebut sangat dibutuhkan sebagai tempat peristirahatan atau sekedar melepas penat dari segala aktivitas.

Islamic CenterTaman Riyadhah

Taman Riyadhah

Pengunjung yang bersantai di Taman RiyadhahTaman Riyadhah terletak di jalan merdeka Barat atau jalan masuk kota Lhokseumawe. Taman ini ditumbuhi banyak pohon-pohon yang membuat taman ini cukup rindang dan sejuk serta nyaman dikunjungi. Taman ini tergolong taman aktif karena banyak kegiatan di dalamnya mulai dari anak-anak bermain, jalan-jalan hingga orang yang beristirahat. Letaknya yang strategis sangat mudah dijangkau dari berbagai sisi. Taman interkatif ini juga secara ekologis sangat menyegarkan Kota Lhokseumawe karena banyaknya pohon.

Taman Riyadhah yang Rimbun

Fungsi lain taman ini adalah sebagai tempat pengendalian iklim mikro Kota Lhokseumawe, area penyerapan air serta memperindah estetika kota.

Pada dasar nya Taman aktif memiliki fungsi sebagai tempat beristirahat yang aman dan nyaman dengan penghawaan alami yang segar dan teduh .

Adapun permasalahan Di taman ini yaitu Kebisingan atau ketidak nyamanan bagi para pengguna yang ingin beristirahat yang disebabkan oleh adanya penjual kaki lima yang berada disekitar taman dan juga adanya tempat bermain anak

Untuk itu perlu adanya Pengaturan Pola Tata ruang guna mencapai fungsi taman yang sebenar nya sebagai tempat beristirahat yang nyaman . Pola tata ruang yang terpisah antara tempat bermain anak dan tempat bersantai . Taman Riyadhah ini juga satu satu nya taman aktif yang ada di kota lhokseumawe . karena itu taman Riyadhah harus menjadi sebuah percontohan dari semua taman taman pasif yang ada di kota lhokseumawe , guna mencapai kreditas kota lhokseumawe yang mempunyai 30% Ruang Terbuka hijau di kota .Karena ingin menjadi sebuah precontohan di antara taman taman yang lainnya , maka perlu adanya perubahan dari pemerintah untuk lebih mengedepankan kepentingan masyarakat setempat yang ingin menenangkan diri mereka dengan cara menggusur pedagang kaki lima dan menata ulang kembali pola tata ruang di taman tersebut guna mencapai fungsi yang maksimal .

BAB VANALISIS DAN SINTAKSIS

5.1. Analisis Sirkulasi Tempat Terbuka di Kota Lhokseumawe

Tempat Terbuka di Kota Lhokseumawe telah memenuhi kebutuhan dalam hal hiburan masyarakat Lhokseumawe dan bahkan telah memenuhi kebutuhan masyarakat di luar kota Lhokseumawe. Sehingga menjadikan tempat ini ramai dikunjungi oleh para pengunjung. Untuk itu perlu adanya suatu system yang baik untuk menunjang tempat ini agar tercipta lingkungan yang nyaman.Proses penghawaan alami membutuhkan pendorong terjadinya proses tersebut. Bentuk organisasi ruang menentukan kekuatan terjadinya penghawaan alami. Secara mendasar, ukuran dan lokasi dari tempat masuknya udara kedalam lokasi menentukan kemampuan untuk menangkap dan mengarahkan aliran udara ke lokasi.Secara umum, lokasi tempat terbuka di Kota Lhokseumawe sudah tertata dengan baik sesuai dengan fungsinya. Taman Riyadhah sebagai tempat peristirahatan sudah cukup baik dengan banyaknya pohon yang mengelilingi taman Secara sirkulasi, tempat terbuka di Kota Lhokseumawe cukup baik, terjangkau dari semua sisi, dan letaknya yang tidak berdekatan membuat fungsinya menjadi maksimal.

5.2 Sistem penataan ruang tempat terbuka Kota LhokseumawePenataan ruang di Taman Riyadhah saat ini cukup baik, adanya jogging track, tempat main anak, tempat santai, hingga tempat refleksi pun terdapat di Taman Riyadhah. Taman Riyadhah juga berfungsi sebagai tempat pengendalian iklim mikro di Kota Lhokseumawe.

BAB VIKESIMPULANDari hasil penelitian dan laporan ini, maka dapat disimpulkan bahwa, lokasi tempat terbuka di Kota Lhokseumawe sudah tertata dengan baik sesuai dengan fungsinya. Taman Riyadhah sebagai tempat peristirahatan sudah cukup baik dengan banyaknya pohon yang mengelilingi taman. Secara sirkulasi, tempat terbuka di Kota Lhokseumawe cukup baik, terjangkau dari semua sisi, dan letaknya yang tidak berdekatan membuat fungsinya menjadi maksimal. Peneliti meneliti objek berupa masa banyak dengan meneliti aspek sirkulasi dan aspek penghawaan pada pasar tersebut. Sirkulasi terbagi menjadi 3 yaitu,a. Sirkulasi linierpola linier adalah jalan yang lurus yangg dapat menjadi unsur pembentuk utama deretan ruang. Tipe ruang ini biasanya menempatkan fungsi-fungsi yang ada dalam satu tata atur yang menyerupai sebuah garis lurus yang meneruskan fungsi dari ruang satu ke ruang yang lain sehingga terjadi interaksi tatap muka langsung antar keduanya.

b. Sirkulasi radialTipe Ruang radial merupakan perkembangan dari tipe ruang pertama hanya saja pada tipe ini punggung saling berhadapan sehingga muka mengarah keluar dan tidak ada akses masuk untuk kedalam. Pada jenis tipe radial harus menentukan satu fungsi ruang yang akan dijadikan pusat perhatian penghuni, dan ruang-ruang yang memiliki fungsi lain akan selalu mengarah atau memusatkan pada ruang yang dijadikan pusat. Bisa disebut juga pusat/center dari ruangam tersebut dimana langkah sesorang akan otomatis mengarah pada ruangan itu.

c. Sirkulasi spiral Pola spiral adalah suatu jalan menerus yang bersasal dari titik pusat, berputar mengelilinginya dan bertambah jauh darinya.

DAFTAR PUSTAKAhttp://1.bp.blogspot.com//s1600-h/radial1.jpg http://1.bp.blogspot.com/ /s1600-h/spiral2.jpg file:/// penghawaan/penghawaan-alami-natural-ventilation_27_files/1.jpghttp://4.bp.blogspot.com/1600-h/linier2.jpghttp://.bp.blogspot.com/sistemsirkulasi.com http://www.cce.ufl.edu/current/green_building/images/stackvent.jpghttp://www.cce.ufl.edu/current/penghawaan yang baik/stackvent.jpgData hasil survey lapangan.

2