Takshew tuter

7
Klasifikasi Fenetik dari Naja Laurenti Disusun oleh: Chintya Rizki Octaviani B1J012109 Ricke Dwi Prakoso B1J012163 TUGAS TERSTRUKTUR TAKSONOMI HEWAN

description

kkp

Transcript of Takshew tuter

Page 1: Takshew tuter

Klasifikasi Fenetik dari Naja Laurenti

Disusun oleh:

Chintya Rizki Octaviani B1J012109Ricke Dwi Prakoso B1J012163

TUGAS TERSTRUKTUR TAKSONOMI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2014

Page 2: Takshew tuter

I.PENDAHULUAN

Umumnya reptil yang banyak dikenal oleh masyarakat awam hanyalah buaya, kura-kura, dan kadal. Ular juga termasuk kedalam kelas reptil, ular merupakan salah satu predator yang menduduki rantai makanan tingkat ketiga dan termasuk menjadi salah satu bagian penting dalam kajian taksonomi. Penelitian khususnya dalam bidang taksonomi sering dilakukan seperti mengamati perbedaan morfologi suatu spesies yang berdekatan dan atau sebagainya.

Kobra merupakan jenis ular yang paling banyak dikenal dari sebagian jenis ular yang ada, namun meskipun banyak diketahui tetapi sistem taksonominya tertinggal jauh dan kurang dipahami. Genus Naja Laurenti 1768 terdiri menjadi 4 subgenera. Bentuk khasnya terdapat 11 spesies di Asia. Nama Ureus Wagler, 1830, digunakan kembali untuk selompok dari 4 kobra yang tidak mengeluarkan bisa, berhabitat di sabana dan Afrika-Arab. Sementara Boulengerina Dollo, 1886, diterapkan untuk 4 spesies kobra hutan Afrika yang tidak menyemprotkan bisa, termasuk yang berhabitat terrestrial, akuatik, dan semi fossorial. Subgenus baru didirikan untuk 7 spesies kobra Afrika yang menyemprotkan bisa.

Sistem tatanama ilmiah di dalam kehidupan menyajikan kunci untuk mengklasifikasikan nama- nama dari setiap kekayaan hayati yang ada di bumi. Untuk dapat membuat sistem klasifikasi yang prediktif, secara umum disepakati bahwa klasifikasi harus tercermin dari pengetahuan tentang hubungan evoluasi dalam kelompok. Sistem hirarki dari tatanama ditujukan hanya mengakui monofiletik grup yang dinamakan sebagai taxa.

Sistem klasifikasi: 1. sistem fenetik 2. sistem filogenenetik berdasarkan hubungan genetik antar makhluk hidup 3. Sitem evolusioner

Perkembangan: penggabungan klasifikasi filogenetik dengan sistem evolusioner

Metode klasifikasi 1. Metode fenetik - Berdasarkan karakter fenetik (morfologi) yang diamati. - Nampak berkurangnya kemiripan karakter pada kategori yang makin tinggi - tidak memerlukan pengetahuan atau analisis hubungan evolusi - kelemahan sulit membedakan karakter yang terlihat sama atau menunjukkan kemiripan. Spesies sibling dan species simpatrikdalam makalh ini, yang akan kami bahas adalah sistem pengklasifikasian ular kobra menggunakan metode fenetik.

Page 3: Takshew tuter

II. ISI

Kobra merupakan jenis ular yang populasinya banyak tersebar di Afrika

dan Asia, termasuk di anak benua India. Kobra merupakan spesies elapidae

(yaitu ular yang memiliki gigi taring di bagian depan mulut dan berbisa).

Kebanyakan dari spesies ini memiliki ukuran yang cukup besar pada saat

dewasa, rata-rata dengan panjang 1-2 meter dan kebanyakan berbahaya bagi

manusia. Kebanyakan spesies diklaim sebagai penyebab kematian pada

manusia dalam beberapa kurun waktu terakhir. Ratusan kasus kematian

biasanya dihubungkan dengan ular kobra. Berdasarkan fakta, telah diakui

bahwa bagian leher mereka lentur, dengan tulang rusuk yang dapat

memanjang dengan bagian yang disebut “hood” yang menjadi karakteristik dari

grup ini.

Genus Naja telah ada sejak 1768 dan dalam beberapa waktu termasuk

perluasan dari taksa yang telah berpindah ke genera lain, termasuk King Cobra

(Ophiophagus) dari Asia, deskripsi dari genus Naja adalah sebagai berikut :

Tipe spesies ini merupakan Naja naja Laurenti 1768, Genus ini diidentifikasi

dari sisik halus yang terletak miring pada tubuhnya, dengan jumlah 25-35 baris

di leher, 21-25 baris di bagian tengah tubuh, 15-17 baris dibagian ventral, 43-56

terbagi pada bagian subcaudal. Dibagian ventral terdapat sekitar 164-200.

Terdapat 7 supralabial, dan yang bagian ketiga terletak diantara nasal dan

matanya. Tulang maxillar terletak memanjang diluar palatine. Taringnya

biasanya diikuti dengan gigi kecil berjumlah 1-3. Nostrilnya berada diantara

anterior dan posterior dari sisik nasal. Sisik pada tubuhnya terletak miring.

Matanya bulat, dengan ukuran kurang lebih sama dengan jarak dari diameter

ke mulut . nostrilnya besar dan kurang lebih ellips secara vertikal. Bagian

internasal sedikit lebih pendek dari bagian prefrontal, dan preocular biasanya

berhubungan dengan bagian internasal. Genus ini tersebar dari pegunungan

Caspian (Elburz mountains) ke timur, termasuk Asia Tenggara. Di bagian barat

kebanyakan berupa spesies N.oxiana. Naja dapat terbagi dari “true cobras”

yang lainnya berdasarkan diagnosa dari tiap yang diberikan dibawah ini, dari

kombinasi atau berdasarkan proses eliminasi.

Page 4: Takshew tuter

Species in genus Naja:

a. Naja naja (Linnaeus 1758)

b. Naja kaouthia Lesson 1831

c. Naja siamensis Laurenti 1768

d. Naja sputatrix Boie 1827

e. Naja samarensis Peters 1861

f. Naja atra Cantor 1842

g. Naja sumatrana Muller 1890

h. Naja philippinensis Taylor 1922

i. Naja mandalayensis Slowinski and Wüster 2000

j. Naja oxiana (Eichwald 1831)

k. Naja sagittifera Wall 1913

Saat ini masih terdapat 26 spesies dari terrestrial kobra purba yang

ditempatkan dalam genus Naja, 11 berhabitat di Asia dan 15 di sekitar Afrika.

Jumlah ini tidak termasuk 4 spesies dari genus Naja yang telah punah, maupun

yang berkerabat jauh dengan Arboreal Cobra (Pseudohaje), Shield Cobra

(Asidelaps), desert cobra (Walterinnesia) atau rinkhals (Hemachatus).

Bogert (1943) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang cukup

signifikan antara derivat gigi dari Asiatic Naja, dibandingkan dengan African

Naja. Asiatic Naja memiliki 0-1 gigi taring yang kuat, sedangkan African Naja

memiliki 2-3 gigi taring, sedangkan Wuster et.al (2007) mendemonstrasikan

bahwa keturunan kobra dari genus Naja terpisah menjadi 3 bagian secara

evolusioner. 1 dari mereka memiliki 2 sublineage utama, yaitu :

1. Keturunan Asia diwakili oleh N. kaouthia, N. naja, N. siamensis, dan N.

sputatrix

2. Keturunan non-spitting Afrika terdiri dari 2 sister lineages, salah satunya

terdiri dari N. annulifera, N. haje, and N. nivea, N. melanoleuca plus

Boulengerina annulata dan Paranaja multifasciata.

3. keturunan African-spitter terdiri dari N. ashei, N. katiensis, N. mossambica,N.

nigricincta, N. nigricollis, N. nubiae, and N. Pallida.