Takhrij hadis

18
1 Takhrij Hadis dan Metode-Metodenya Oleh: Early Ridho Kismawadi 11 EKNI 2364 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2013 M/1433 H

description

Pada awalnya ilmu takhrij hadis tidak diperlukan oleh ulama namun seiring berjalannya waktu dan kebutuhan terhadap penunjukan hadis terhadab sumber aslinya maka memunculkan berbagai kitab-kitab takhrij, menjelaskan metodenya, dan menentukan kualitas hadis sesuai kedudukanya. Takhrij adalah menunjukkan hadits pada rujukan pokok ( asli ) yang sudah dikeluarkan lalu disebutkan pula kedudukan hadits tersebut pada saat yang diperlukan. Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Disamping itu, didalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadis. suatu hadis merupakan hal yang mutlak diperlukan. Dalam makalah takhrij hadis kali ini akan dibahas mengenai: Pengertian takhrij hadis, tujuan dan manfa’at takhrij hadis, kitab-kitab yang diperlukan dalam mentakhrij, cara pelaksanaan dan metode takhrij

Transcript of Takhrij hadis

Page 1: Takhrij hadis

1

Takhrij Hadis dan Metode-Metodenya

Oleh:

Early Ridho Kismawadi

11 EKNI 2364

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2013 M/1433 H

Page 2: Takhrij hadis

2

Takhrij Hadis dan Metode-Metodenya

A. Pendahuluan

Pada awalnya ilmu takhrij hadis tidak diperlukan oleh ulama namun

seiring berjalannya waktu dan kebutuhan terhadap penunjukan hadis terhadab

sumber aslinya maka memunculkan berbagai kitab-kitab takhrij, menjelaskan

metodenya, dan menentukan kualitas hadis sesuai kedudukanya.

Takhrij adalah menunjukkan hadits pada rujukan pokok ( asli ) yang sudah

dikeluarkan lalu disebutkan pula kedudukan hadits tersebut pada saat yang

diperlukan. Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat

perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk

mengetahui sumber hadis itu berasal. Disamping itu, didalamnya ditemukan

banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas

sanad hadis. suatu hadis merupakan hal yang mutlak diperlukan.

Dalam makalah takhrij hadis kali ini akan dibahas mengenai: Pengertian

takhrij hadis, tujuan dan manfa‟at takhrij hadis, kitab-kitab yang diperlukan dalam

mentakhrij, cara pelaksanaan dan metode takhrij

B. Pengertian Takhrij Hadis

Secara etimologi, kata takhrij ( تخشج) berasal dari fi‟il madli kharaja (خسج)

yang berarti mengeluarkan. Kata tersebut merupakan bentuk imbuhan dari kata

dasar khuruj (خشج) yang berasal dari kata kharaja ( جخش ) yang berarti keluar.

Dengan demikian takhrij hadis berarti mengeluarkan hadis dari sumbernya.

Page 3: Takhrij hadis

3

Sedangkan secata terminology takhrij adalah menunjukkan tempat hadits

pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap

dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan.1

Sedangkan menurut Al-Thahhan, setelah menyebutkan beberapa macam

pengertian takhrij di kalangan ulama hadis, menyimpulkan bahwa: takhrij hadis

adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-

sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap

dengan sanad-nya masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan

kualitas hadis yang bersangkutan.dari definisi tersebut terlihat bahwa hakikat dari

takhrij al-hadis adalah:penelusuran atau pencarian sumbernya yang asli yang

didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan sanad-nya.2

C. Tujuan dan Manfa’at Takhrij Hadis.

Mengenai tujuan dan manfaat takhrij hadits ini, „Abd al-Mahdi melihatnya

secara terpisah antara satu dengan yang lainnya. Menurut „Abd al-Mahdi, yang

menjadi tujuan dari takhrij adalah menunjukkan sumber hadits dan menerangkan

ditolak atau diterimanya hadits tersebut. Dengan demikian, ada dua hal yang

menjadi tujuan takhrij, yaitu :

1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan

2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima atau ditolak.

Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya:3

1 Mahmud, Al-Tahhan, Usul al-Takhrij Wa Dirasat al-Isanid, (Beirut:, Dar al-Qur‟an al-

Karim, 1978). h. 9.

2 Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis (Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2011). h. 152.

3 Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor, Ghalia Indonesia Cet, I, 2010), h. 27.

Page 4: Takhrij hadis

4

1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits

beserta ulama yang meriwayatkannya.

2. Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang

ditunjukkannya.

3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahhui apakah munqathi‟

atau lainnya.

4. Memperjelas perawi hadits yang samar karena dengan adanya takhrij,

dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.

5. Dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan

lafadz dan yang dilakukan dengan makna saja.

Sedangkan menurut „Abd al-Mahdi manfaat takhrij hadis setelah

disimpulkan sebagai berikut4:

Diantara manfaat takhrij antara lain yaitu:

1.Takhrij dapat memperkenalkan sumber hadits.

2.Takhrij dapat menambah perbedaan sanad hadits melalui kitab-kitab

yang ada.

3.Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad.

4.Takhrij memperjelas hukum hadits dengan banyak meriwayatkannya itu.

5.Dengan takhrij kita dapat mengetahui pendapat-pendapat para ulama

sekitar hukum hadits.

6.Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang samar.

4 Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah

SAW, Terj. S Agil Husin Munawwar dan H. Ahmad Rifqi Muchtar(Semarang: Dina Utama, 1994),

h. 6-7.

Page 5: Takhrij hadis

5

7.Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya.

8.Takhrij dapat menafikan pemakaian “An” dalam periwayatan hadits oleh

seorang perawi mudallis.

9.Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran

riwayat.

10. Takhrij dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya.

11. Takhrij dapat memperkenalkan periwayatan yang tidak dapat dalam

satu sanad.

12. Takhrij dapat memperjelas arti kalimat yang asing yang terdapat dalam

satu sanad.

13. Takhrij dapat menghilangkan hukum “syadz” (kesendirian riwayat yang

menyalahi riwayat tsiqat) yang terdapat pada suatu hadits.

14. Takhrij dapat membedakan hadits yang mudraj (yang mengalami

penyusupan sesuatu) dari yang lainnya.

15. Takhrij dapat mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan yang

dialami oleh seorang perawi.

16. Takhrij dapat mengungkap hal-hal yang terlupakan atau diringkas oleh

seorang perawi.

17. Takhrij dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan

dengan lafal dan yang dilakukan dengan ma‟na (pengertian) saja.

18. Takhrij dapat menjelaskan sebab-sebab timbulnya hadits.

19. Takhrij dapat menjelaskan masa dan tempat timbulnya hadits.

Page 6: Takhrij hadis

6

20. Takhrij dapat mengungkapkan kemungkinan terjadinya kesalahan

percetakan dengan melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada

D. Kitab-kitab yang diperlukan dalam Mentakhrij

Dalam melakukan takhrij, seseorang memerlukan kitab-kitab tertentu yang

dapat dijadikan pegangan atau pedoman sehingga dapat melakukan kegiatan

takhrij secara mudah dan mencapai sasaran yang dituju. Diantara kitab-kitab yang

dapat dijadikan pedoman dalam men-takhrij adalah: Usul al- Takhrij wa Dirasat

al-Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij oleh

Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij Hadis Rasul Allah

Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi,

Metodologi Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain.

Selain kitab-kitab di atas, di dalam men-takhrij diperlukan juga bantuan

dari kitab-kitab kamus atau mu‟jam hadis dan mu‟jam para perawi hadis,

diantaranya seperti:

AL-Mu`jam Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi. Kitab ini

memuat hadis-hadis dari Sembilan kitab induk hadis seperti Sahih

al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmidzi, Sunan abu Daud,

Sunan Nasa‟i, Sunan ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa‟ Imam

Malik dan Musnad Imam Ahmad.

Miftah Kunuz al- Sunna. Kitab ini memuat hadis-hadis yang

terdapat dalam empat belas buah kitab, baik mengenai Sunnah

maupun biografi Nabi. Yaitu selain dari Sembilan kitab induk

hadis yakni; musnad al-Tayalisi, Musnad Zaid ibn Ali ibn Husein

Page 7: Takhrij hadis

7

ibn Ali ibn Abi Talib, Al-Tabaqat al-Kubra, Sirah ibn Hisyam, Al-

Magazi.

Sedangkan kitab yang memuat biografi para perawi hadis diantaranya

adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Thahhan sebagai berikut:

a) Kitab yang memuat biografi sahabat

Al-Isti ab fi Ma`rifat al Asahab, oleh ibn „abd al-Barr al-Andalusi (w. 463

H/1071 M).

Usud al-Ghabah fi Ma`rifat al-Sahabah, oleh Iz al-Din Abi al-Hasan Ali

ibn Muhammadibn Al-asir al-Jazari (w. 630 H/ 1232 M)

Al-Ishabah fi Tamyizal-Sahabah, oleh Al-Hafiz ibn Hajar al-asqalani (w.

852 H/ 1449).

b) Kitab-kitab Tabaqat yaitu kitab-kitab yang membahas biografi para perawi

hadis berdasarkan tingkatan para perawi (tabaqat al-ruwat), seperti:

Al-Tabaqat al-Kubra, oleh `Abdullah Muhammad ibn Sa`ad Khatibal-

Waqidi (w. 230 H).

Tazkirat al-Huffaz, karangan Abu `Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn

Usman al-Zahabi (w. 748 H/ 1348 M).

c) Kitab-kitab yang memuat para perawi hadis secara umum;

Al-Tarikh al-Kabir, oleh Imam Al-Bukhari (w 256 H/870 M)

Al-Jarh wa al-Ta`dil, karya ibn Abi Hatim (w 327 H).

d) Kitab-kitab yang memuat perawi hadis dari kitab-kitab hadis tertentu

Page 8: Takhrij hadis

8

Al-Hidayah wa al-irsyad fi ma‟rifat Ahl al-Tsiqat wa al-saad oleh Abu

Nashr Ahmad ibn Muhammad al-Kalabzi (w.398 H), Khusus memuat

perawi kitab shahih bukhari

Rijal Shahih Muslim, oleh Abu Bakar Ahmad ibn al-ashfalani (w. 438 H)

Al-Ta‟rif Rijal al-Muwwaththa‟, oleh Muhammad ibn Yahya al Hidzdza‟

al-Tamimi (w. 416 H)

E. Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij

1. Takhrij Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis

Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis. Hadis-hadis

dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan

huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang berbunyi;

س ذ ل تالصشعح الشذ

Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah

yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal

matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun

oleh Muhammad fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman

2014. Bearti, lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah

diperiksa, bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah;

ا عي شج ت ل أى ش سس صل الل الل س< قال سلن عل ذ ل تاالصشعح الشذ

ذ اوا الشذ ولل الز ة فس ذالغ ع

Page 9: Takhrij hadis

9

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat

(perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang

disebut sebagai orang yang kuat adalh orang yang mampu menguasai dirinya

tatkala dia marah”.

Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan

yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadis-hadis yang dicari

dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu, apabila

terdapat kelainan atau perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, mak akan sulit

unruk menemukan hadis yang dimaksud. Sebagai contoh ;

ى هي راأتامنا تشض د خلق ج فض

Berdasarkan teks di atas, maka lafaz pertama dari hadis tersebut adalah iza

atakum ( اتامن ارا ). Namun, apabila yang diingat oleh mukharrij sebagai lafaz

pertamanya adalah law atakum ( من اتا ل ) atau iza ja‟akum (اراجاءمن), maka hal

tersebut tentu akan menyebabkan sulitnya menemukan hadis yang sedang dicari,

karena adanya perbedaan lafaz pertamanya, meskipun ketiga lafaz tersebut

mengandung arti yang sama.

2. Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis

Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat

dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini

tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya

sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat.

Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian

hadis berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang penggunaanya.

Page 10: Takhrij hadis

10

Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-Mu`jam

Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi (Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis

yang terdapat di dalam Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu; Sahih

Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan Nasa‟i, Sunan

Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa‟ malik, dan Musnad Imam Ahmad) yang

ditulis oleh A.J.Wensinck yang merupakan orientalis dan guru besar bahasa arab

pada universitas Leiden. dan Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi Takhrij.

Contohnya pencarian hadis berikut;

اى صل الث الل سلن عل ي طعام عي ؤمل أى الوتثاس

Dalam pencarian hadis di atas, pada dasrnya dapat ditelusuri melalui kata-

kata naha ( ) ta‟am ( طعام), yu‟kal (ؤمل) al-mutabariyaini (الوتثاسي). Akan tetapi

dari sekian kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan

kata al-mutabariyaini (ي karena kata tersebut jarang adanya. Menurut (الوتثاس

penelitian para ulama hadis, penggunaan kata tabara (تثاس) di dalam kitab induk

hadis (yang berjumlah Sembilan) hanya dua kali.

Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini:

Langkah pertama, adalah menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan

dipergunakan sebagai alatuntuk mencari hadis. Sebaiknya kata kunci yang dipilih

adalah kata yang jarang dipakai, karena semakin bertambah asing kata tersebut

akan semakin mudah proses pencarian hadis. Setelah itu, kata tersebut

dikembalikan kepada bentuk dasarnya. Dan berdasarkan bentuk dasar

tersebutdicarilah kata-kata itu di dalam kitab Mu‟jammenurut urutannya secara

abjad (huruf hijaiyah).

Page 11: Takhrij hadis

11

Langkah kedua, adalah mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang

terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu‟jam ini. Di bawah

kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang sedang dicari dalam bentuk

potongan-potongan hadis (tidak lengkap). Mengiringi hadis tersebut turut

dicantumkan kitab-kitab yang menjadi sumber hadis itu yang dituliskan dalm

bentuk kode-kode sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu; Metode ini mempercepat

pencarian hadis dan memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja

yang terdapat dalam matan hadis. Selain itu, metode ini juga memiliki beberapa

kelemahan yaitu; Terkadang suatu hadis tidak didapatkan dengan satu kata

sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain.

Selain mempunyai kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan,

diantaranya:

Adanya keharusan memiliki kemampuan bahasa arab beserta

perangkat ilmunya secara memadai.

Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat yang

menerima Hadis dari Nabi SAW. Karenanya, untuk mengetahui

nama sahabat, harus kembali kepada kitab-kitab aslinya setelah

men-takhrij-nya dengan kitab ini.

Terkadang suatu Hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga

orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain5.

5 Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah

SAW, h. 60

Page 12: Takhrij hadis

12

3. Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama

Takhrij ini menelusuri Hadits melalui sanad yang pertama atau yang

paling atas yakni para sahabat atau tabi‟in. berart peneliti harus mengetahui

terlebih dahulu siapa sanadnya dikalangan sahabat atau tabi‟in. dan dicari dalam

kitab-kitab Musnad, seperti Musnad Ahmad bin Hambal, dan sebagainya.

Kemudian bagaimana cara men-takhrij sebuah hadits dengan

menggunakan metode ini?, berikut contoh Hadits dalam Musnad Ahmad:

تشاالقاهح االراى شفع اى تالل اهش قال هالل تي اس عي

Sahabat perawi sudah diketahui yaitu Anas bin Malik, terlebih dahulu

Anas bin Malik itu dilihat dalam daftar isi sahabat dalam kitab Musnad, maka

didapati adanya sahabat Anas pada juz 3 h. 98. Bukalah kitab dan halaman

tersebut didalam kitab Musnad Anas, dicari satu persatu hadits yang ingin dicari

sampai ditemukan, maka ditemukan pada hlm. 103. Dari pentakhrijan ini dapat

dikatakan : Hadits itu ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya Juz 3, h.

103.6

4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis

Arti takhrij kedua ini adalah penelusuran Hadits yang didasarkan pada

topik, misalnya bab Al-kalam, Al-khadim, Al-Ghusl, Ad-Dhahiyah, dan lain-lain.

Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu Hadits kemudian

ditelusuri melalui kamus Hadits tematik. Salah satu kamus Hadits tematik adalah

Miftah min Kunuz As-Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi, terjemahan dari aslinya

6 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah, 2010), h. 126

Page 13: Takhrij hadis

13

bahasa inggris A Handbook of Early Muhammadan karya A.J. Wensinck pula.7

Kitab-kitab yang menjadi referensi kamus Miftah tersebut sebanyak 14 kitab lebih

banyak dari pada Takhrij bi Lafdzi diatas yaitu 8 kitab sebagaimana diatas

ditambah 6 kitab lain. Masing-masing diberi singkatan yang spesifik yaitu sebagai

berikut:

Shahih Al-bukhari dengan diberi lambang: تخ

Shahih Muslim dengandiberi nama: هس

Sunan abu Dawud dengan diberi lambang:تذ Sunan At-Tirmidzi dengan diberi lambang: تش

Sunan An-Nasa‟i dengan diberi lambang:س

Sunan Ibnu Majah dengan diberi lambang:هج

Sunan Ad-Darimi dengan diberi lambang:ه

Muwattha Malik dengan diberi lambang:ها

Musnad Ahmad dengan lambang:حن

Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi dengan diberi lambang:ط

Musnad Zaid bin Ali: ص

Sirah Ibnu Hisyam:ش

Maghazi Al-Waqidi:قذ

Thabaqat Ibnu Sadim:عذ

Kemudian arti singkatan-singkatan lain dipakai dalam kamus ini adalah

sebagai berikut:

7 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, h. 122.

Page 14: Takhrij hadis

14

Kitab :ك

Hadits :ح

Jus : ج

Bandingkan (Qabil):قا

Bab :ب

Shahifah :ص

Bagian (qismun):ق

Misalnya ketika ingin men-takhrij Hadits yaitu:

هث هث الل صالج

Hadits tersebut temanya shalat malam. Dalam kamus Miftah dicari pada bab

Al-Layl tentang shalat malam. Disana dicantumkan yaitu sebagai berikut:

a. 51 ب =5 ك, 5ب 589 ك, 8> ب > ك-تخ

b. 58-589 ح :ك-هس<

c. 6 ب9ك-تذ:

d. 618 ب 6 ك -تش

e. 6;5 ب 6 ك – هج

f. 65 599 ب 6 ك – ه

g. 57 ح ; ك – ها h

h. 51 = 9 ص ثاى – حن

Diantara keistimewaan metode ini adalah, bahwa metode ini hanya menuntut

pengetahuan akan kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafaz

pertamanya, pengetahuan bahasa arab dengan perubahan katanya, atau pengetahuan

lainnya8, metode ini menuntut agar kita memahami hadis, mengatahui maksud dari

hadis tersebut dan hadis lain yang serupa.

8 Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis (Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2011). h. 167

Page 15: Takhrij hadis

15

Namun demikian metode ini tidak dapat diterapkan pada suatu hadis yang

tidak diketahui secara pasti tema atau topic, selain itu pemahaman yang berbeda

antara mukharrij dengan penyusun kitab yang berbeda juga menjadi kendala dalam

penerapan metode ini, umpamanya hadis yang dipahami oleh mukharrij sebagai hadis

ekonomi namun penyusun kitab tidak demikian.

5. Takhrij Berdasarkan Status Hadis

Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan para

ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan

statusnya. Karya-karya tersebut sangat membantu sekali dalam proses pencarian

hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal dan

lainnya. Seorang peneliti hadis dengan membuka kitab-kitab seperti diatas dia telah

melakukan takhrij al hadis.9

Kelebihan metode ini dapat dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini

karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifat-

sifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun,

karena cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam

karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini.10

Kitab kitab yang disusun berdasarkan metode ini :

9 Ibid. h. 168

10 Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah SAW,

h. 195.

Page 16: Takhrij hadis

16

Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akbar al-Mutawatirah karangan Al-

Suyuthi.

Al-Ittihafat al-Saniyyat fi al-Ahadis al-Qadsiyyah oleh al-Madani.

Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan kitab-kitab sejenis lainnya.

F. Kesimpulan

Takhrij hadis adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada

sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap

dengan sanad-nya masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan

kualitas hadis yang bersangkutan

Secara umum ada dua hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu :

1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan

2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima atau ditolak

Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya:

1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits

beserta ulama yang meriwayatkannya.

2. Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang

ditunjukkannya.

3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahhui apakah munqathi‟

atau lainnya, dan lain-lain.

Diantara kitab-kitab yang dapat dijadikan pedoman dalam men-takhrij adalah:

Usul al- Takhrij wa Dirasat al-Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi

Usul al-Takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij

Page 17: Takhrij hadis

17

Hadis Rasul Allah Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd

al Hadi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain.

Selain kitab-kitab di atas, di dalam men-takhrij diperlukan juga bantuan dari

kitab-kitab kamus atau mu‟jam hadis dan mu‟jam para perawi hadis, selain itu juga

diperlukan kitab yang memuat biografi para perawi hadis

Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij

1. Takhrij Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis

2. Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis

3. Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama

4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis

Daftar Pustaka

Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah

SAW, Terj. S Agil Husin Munawwar dan H. Ahmad Rifqi Muchtar.

Semarang: Dina Utama, 1994.

Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah

SAW

Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah

SAW

Al-Tahhan, Mahmud, Usul al-Takhrij Wa Dirasat al-Isanid. Beirut:, Dar al-Qur‟an

al-Karim, 1978.

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits. Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah, 2010.

http://blog.sunan-ampel.ac.id/nurlaila/2011/05/31/takhrij-hadis-smt-2sjb/ (Akses 09

September 2012)

Page 18: Takhrij hadis

18

http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/metode-takhrij-hadits/ (Akses 09 September 2012)

Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits. Bogor, Ghalia Indonesia Cet, I, 2010.

Yuslem, Nawir, Kitab Induk Hadis. Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2011.

Yuslem, Nawir, Ulumul Hadis, Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, Cet. Kedua,

2003