Tak Paham Fiqih Dilarang Masuk Pasar

3
Tak Paham Fiqih Dilarang Masuk Pasar Agak keras memang judul yang dipilih oleh penulis dalam artikel ini. Namun penulis tidak sembarangan dalam memilih judul, karena judul artikel ini merupakan intisari dari perkataan sahabat mulia yang menempati urutan kedua setelah Abu Bakar yang akhirnya juga menjadi khalifah kedua menggantikan Abu Bakar. Sahabat yang ide-idenya menjadi sebab turunnya beberapa ayat al-Qur’an. Juga sahabat yang kata Rasulullah SAW seandainya ada nabi setelahnya maka dialah orangnya. Ya, dialah sahabat mulia Umar ibn Khathab. Apa Kata Umar ibn Khathab? Memiliki kecerdasan yang luar biasa serta pemahaman yang mendalam tentang agama Islam, menarik memang jika kita mengupas perkataan Umar Ibn Khathab. Dalam artikel ini kita akan mencoba untuk mengupas perkataan Umar ibn Khathab yang berbunyi: َ ْ عِ بَ ييِ ف اَ نِ وقُ سِ إْ نَ مْ دَ قَ قهَ فَ تيِ فِ الدين“Tidak boleh berjualan di pasar kita kecuali orang yang memiliki pemahaman (fiqih) dalam urusan agama” Atsar dari Umar ibn Khathab di atas diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam kitab Sunannya. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa sanad dari atsar di atas adalah hasan. Pentingnya Belajar Fiqih Memang yang dimaksud tafaqquh (memahami) dalam urusan agama tidak hanya dalam urusan ilmu fiqih saja, akan tetapi dalam semua ilmu yang berkaitan dengan agama Islam. Namun di antara ilmu-ilmu itu yang paling erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari adalah ilmu fiqih. Kenapa? Karena ilmu fiqih menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah dan mu’amalah kita sehari-hari. Oleh karena itu belajar ilmu fiqih selayaknya tidak terbatas kepada kalangan tertentu saja semisal ulama atau para penuntut ilmu. Bahkan para pedagang juga seharusnya belajar ilmu fiqih dulu sebelum menjadi pedagang. Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa yang dimaksud tafaqquh fid diin oleh Umar ibn Khathab adalah belajar ilmu fiqih. Atsar tersebut

description

Artikel dari Ali Sadikin Lc, tentang pentingya pemahanan terhadap fiqih

Transcript of Tak Paham Fiqih Dilarang Masuk Pasar

  • Tak Paham Fiqih Dilarang Masuk Pasar

    Agak keras memang judul yang dipilih oleh penulis dalam artikel ini. Namun penulis tidak sembarangan dalam memilih judul, karena judul artikel ini merupakan intisari dari perkataan sahabat mulia yang menempati urutan kedua setelah Abu Bakar yang akhirnya juga menjadi

    khalifah kedua menggantikan Abu Bakar. Sahabat yang ide-idenya menjadi sebab turunnya beberapa ayat al-Quran. Juga sahabat yang kata Rasulullah SAW seandainya ada nabi setelahnya maka dialah

    orangnya. Ya, dialah sahabat mulia Umar ibn Khathab.

    Apa Kata Umar ibn Khathab?

    Memiliki kecerdasan yang luar biasa serta pemahaman yang mendalam tentang agama Islam, menarik memang jika kita mengupas perkataan Umar Ibn Khathab. Dalam artikel ini kita akan mencoba untuk mengupas

    perkataan Umar ibn Khathab yang berbunyi:

    Tidak boleh berjualan di pasar kita kecuali orang yang memiliki

    pemahaman (fiqih) dalam urusan agama

    Atsar dari Umar ibn Khathab di atas diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam kitab Sunannya. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa sanad dari atsar di atas adalah hasan.

    Pentingnya Belajar Fiqih

    Memang yang dimaksud tafaqquh (memahami) dalam urusan agama tidak hanya dalam urusan ilmu fiqih saja, akan tetapi dalam semua ilmu yang berkaitan dengan agama Islam. Namun di antara ilmu-ilmu itu yang

    paling erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari adalah ilmu fiqih. Kenapa? Karena ilmu fiqih menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan

    dengan ibadah dan muamalah kita sehari-hari. Oleh karena itu belajar ilmu fiqih selayaknya tidak terbatas kepada kalangan tertentu saja semisal ulama atau para penuntut ilmu. Bahkan para pedagang juga

    seharusnya belajar ilmu fiqih dulu sebelum menjadi pedagang.

    Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa yang dimaksud tafaqquh fid

    diin oleh Umar ibn Khathab adalah belajar ilmu fiqih. Atsar tersebut

  • dinukil oleh Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqhus Sunnah ketika beliau

    membahas tentang fiqih jual beli.

    Tidak boleh berjualan di pasar kita kecuali orang yang memiliki pemahaman (fiqih), jika tidak maka dia akan makan hasil riba, baik

    ketika dia menghendaki maupun tidak.

    Jadi, jelaslah alasan Umar ibn Khathab melarang seorang yang tidak mengerti fiqih, khususnya fiqih jual beli untuk berjualan di pasar adalah

    supaya dia terhindar dari memakan hasil riba.

    Ketika para pedagang dan pembeli tidak menguasai fiqih jual beli, tidak hanya riba yang berpotensi mereka lakukan, bahkan transaksi jual beli

    yang haram serta kecurangan pun akan mereka kerjakan. Hal tersebut seperti yang Allah SWT firmankan dalam al-Quran.

    Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang

    yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)

    Jika seperti ini kondisinya, maka pantaslah jika pasar menjadi tempat yang paling tidak disukai oleh Allah SWT. Hal tersebut sebagaimana yang

    disabdakan oleh Rasulullah SAW.

    Tempat yang paling Allah sukai adalah masjid, dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar. (HR. Muslim)

    Potensi Memakan Yang Haram

    Ketika para pedagang maupun pembeli tidak menguasai fiqih jual beli,

    kemudian mereka terjatuh dalam praktek riba, jual beli haram, maupun kecurangan, maka sudah jelas bahwa uang hasil transaksi tersebut

    adalah haram. Dan memakan makanan hasil dari sesuatu yang haram,

    maka efeknya sangat bahaya sekali.

  • Diantara efek buruk dari memakan makanan maupun menggunakan hasil

    dari sesuatu yang haram adalah hilangnya keberkahan, ditolak doanya, serta ancaman yang sangat keras pada hari kiamat.

    Efek yang paling mengerikan adalah kita menyiapkan generasi-generasi

    yang rusak. Bagaimana tidak rusak, jika generasi itu adalah generasi yang berpotensi menjadi penghuni neraka? Hal tersebut berdasarkan sabda Nabi SAW.

    Sesungguhnya tidaklah berkembang daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram kecuali neraka adalah lebih layak baginya. (HR. at-Tirmidzi)

    Begitu pentingnya ilmu fiqih dalam kehidupan sehari-hari, maka

    merupakan kenikmatan yang sangat luar biasa jika Allah SWT menganugerahkan nikmat pemahaman (fiqih) dalam urusan agama. Rasulullah SAW bersabda:

    Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Dia akan menjadikannya faqih dalam urusan agama. (Muttafaq Alaih)

    Wallahu Alam Bish Showab

    Ali Shodiqin, Lc