Tak Kelompok Besar Shinta

27
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA Disusun Oleh : 1. Bambang Adi N. 2. Nur kholifah 3. Alfian Rizky M. 4. Mei Dwi Saputri 5. Kusnul Tri A. 6. Paksi Reinaldo

description

tak

Transcript of Tak Kelompok Besar Shinta

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :1. Bambang Adi N.2. Nur kholifah3. Alfian Rizky M.4. Mei Dwi Saputri5. Kusnul Tri A.6. Paksi Reinaldo

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA2013

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. LATAR BELAKANGManusia adalah makhluk social, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesame manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu. Sedingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.

Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan berhubungan social) klien menarik diri, curiga. Alas an untuk memilih menarik diri, curiga dalam terapi aktivitas kelompok, karena banyak klien menarik diri yang ditemui di ruangan dan sesuai dengan kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana klien perlu belajar untuk interaksi.

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain (struart & Laraia 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart & Laria 2001).

Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.

Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.

Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat.Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.B. PENGERTIAN TAKTerapi Aktivitas Kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin, diarrahkan oleh seorang terapis/petugas kesehatan yang telah terlatihC. TUJUANa.Tujuan Umum Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.

b. Tujuan Khusus Klien dapat memperkenalkan dirinya Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya dan di dengar serta dimengerti oleh anggota kelompok lainnya. Meningkatkan ketrampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari. Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.

D. LANDASAN TEORIPENGERTIANPsikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika (bekerja pada sistem saraf).Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi:1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan electro convulsi therapy (ECT)2. Psikoterapeutik3. Terapi modalitas

KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI1. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi2. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka3. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan GABA (Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain4. Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental5. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter

KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI1. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah dan kecepatan zat yang memasuki otak2. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi sistem saraf3. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin dan asetilkolin4. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat penggunaan obat penghambat acetilkolin

Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan:1. Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti parkinson2. Anti depresi3. Anti maniak4. Anti cemas (anti ansietas)5. Anti insomnia6. Anti obsesif-kompulsif7. Anti panik

YANG PALING SERING DIGUNAKAN OLEH KLIEN JIWAA. Anti PsikotikAnti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik: neuroleptika.Mekanisme kerja: menahan kerja reseptor dopamin dalam otak (di ganglia dan substansia nigra) pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal.Efek farmakologi: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.Indikasi pemberian: Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak dan paranoid

EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK

a. Efek samping pada sistem saraf (extrapyramidal side efect/EPSE)1). ParkinsonismeEfek samping ini muncul setelah 1 - 3 minggu pemberian obat. Terdapat trias gejala parkonsonisme:Tremor: paling jelas pada saat istirahatBradikinesia: muka seperti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat berjalanRigiditas: gangguan tonus otot (kaku)2). Reaksi distonia: kontraksi otot singkat atau bisa juga lamaTanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol3). AkathisiaDitandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk.Ketiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali normal).4). Tardive dyskinesiaMerupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang berulang pada lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.

b. Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efectTerjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping anti kolinergik adalah: Mulut kering Konstipasi Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris) menyebabkan presbiopia Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik Kongesti/sumbatan nasal

Jenis obat anti psikotik yang sering digunakan: Chlorpromazine (thorazin) disingkat (CPZ) Halloperidol disingkat Haldol Serenase

B. Anti ParkinsonMekanisme kerja: meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik.Efek samping: sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.Jenis obat yang sering digunakan: levodova, tryhexifenidil (THF).

C. Anti DepresanHipotesis: syndroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu/beberapa aminergic neurotransmitter (seperti: noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada sistem limbik.

Mekanisme kerja obat: Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmiter Menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron di SSP.Efek farmakologi:Mengurangi gejala depresiPenenangIndikasi: syndroma depresiJenis obat yang sering digunakan: trisiklik (generik), MAO inhibitor, amitriptyline (nama dagang).Efek samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap sistem saraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi orthostatik.

D. Obat Anti Mania/Lithium CarbonateMekanisme kerja: menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas reseptor dopamin.Hipotesis: pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine.

Efek farmakologi:Mengurangi agresivitasTidak menimbulkan efek sedatifMengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight of ideaIndikasi:Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan kondisi berat pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik.Efek samping: efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi nausea, diare.Efek toksik: pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan oedema.

E. Anti Ansietas (Anti Cemas)Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat antara lain: diazepam (chlordiazepoxide).

F. Obat Anti Insomnia: phenobarbital

G.Obat Anti Obsesif Kompulsif: clomipramine

H. Obat Anti Panik: imipramine

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBATPengumpulan data sebelum pengobatan, meliputi: Diagnosa medis Riwayat penyakit Riwayat pengobatan Hasil pemeriksaan laboratorium (yang berkaitan) Jenis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian Program terapi lain Mengkombinasikan obat dengan terapi modalitas Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum obat dan penanganan efek samping obat Monitor efek samping penggunaan obat

Melaksanakan prinsip pengobatan psikofarmaka1. Persiapan Telihat order pemberian obat di lembaran obat (di status) Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek samping dan cara pemberian Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obaTKaji kondisi klien sebelum pengobatan2. Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obatyang meliputi:1.Benar PasienSebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.2.Benar ObatObat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.3.Benar DosisSebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti ! 4.Benar Cara/RuteObat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.1. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.2. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).3. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.4. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.5. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.5.Benar WaktuIni sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

3. Laksanakan program pemberian obat Gunakan pendekatan tertentu Bantu klien minum obat, jangan ditinggal Pastikan bahwa obat telah diminum Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal4. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan5. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologik6. Turut serta dalam penelitian tentang obat-obat psikofarmaka

EVALUASIReaksi obat efektif jika:1. Emosional stabil2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun4. Perilaku mudah diarahkan5. Proses berpikir ke arah logika6. Efek samping obat7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadiE. METODE AKTIVITAS KELOMPOKMetode yang digunakan pada terapi aktivitas kelompok (TAK) sesi V mengenai "Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi obat adalah metode :a. Dinamika kelompokb. Diskusi dan Tanya Jawab F. TUJUANSESI Va. Tujuan Umum Klien selalu patuh dalam minum obatb. Tujuan Khusus Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat Klien dapat menyebutkan akibat / kerugian tidk minum obat Klien dapat menyebutkan 5 benar cara minum obat

G. PERSIAPAN1. Kriteria AnggotaKlien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah Klien yang tidak terlalu gelisah Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil Klien tenang dan kooperatif Kondisi fisik dalam keadaan baik Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas2. Waktu dan Tempat PelaksanaanTerapi aktifitas kelompok ini dilaksanakan pada :Hari / Tanggal : Rabu, 23 Januari 2013Waktu : 12.30-13.00 WIBTempat : Ruang Makan Shinta3. Nama KlienKlien yang mengikuti kegiatan TAK berjumlah 7 orang, adapun nama-nama kien yang akan mengikuti TAK yaitu :1. Sdr. Yunida2. Sdr. Apri3. Sdr. Novita4. Sdr. Nur Yanti5. Sdr. Evita6. Sdr. Sawab7. Sdr. Dwi Astuti4. Media dan AlatTAK ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alatnya hanya berdasar apa yang ada di ruangan saja seperti :1. Papan tulis / flipchart / whiteboard.2. Kapur / Spidol.3. Buku catatan dan pulpen4. Jadwal kegiatan klien5. Contoh obat 5. Susunan Acara a. Leader : Nur Kholifah

b. Co Leader : Mei Dwi Saputric. Fasilitor : 1. Khusnul Tri Ariyani 2. Bambang Adi Nugroho 3. Muhammad Paksi Reinaldod. Observer : 1. Alfian Rizky Muhammad6. Uraian Tugas Pelaksanaana. LeaderTugas :1. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan perasaannya.2. Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi3. Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.b. Co Leader1. Tugas :2. Membuka acara3. Mendampingi leader4. Mengambil posisi leader jika leader blocking5. Menyerahkan posisi kembali kepada leader6. Menutup acara diskusic. FasilitatorTugas :1. Mempertahankan kehadiran peserta2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta3. Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun dalam kelompok.d. ObserverTugas :1. Mengidentifikasi kedalam kegiatan2. Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader3. Mengamati dan mencatat Jumlah anggota yang hadir Siapa yang terlambat Daftar hadir Siapa yang memberi pendapat atau ide Toik diskusi4. Mencatat moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang5. Memprediksi respon anggota kelompok pada sission berikutnya.

7. Setting TempatKeterangan : Leader :

Co leader :

Fasilitator:

Obserserver:

Peserta :

8. Tata Tertib dan Program Antisipasia) Tata tertib :1. peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK2. Berpakaian rapi dan bersih3. Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan TAK4. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut diganti peserta cadangan.5. Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.6. Paserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai7. Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.

b) Program Antisipasi1. Usahakan dalam keadaan terapeutik2. Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.3. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.4. Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.5. Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai persetujuan dari peserta TAK yang lain.6. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok.7. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.

9.Rencana pelaksaan1. Persiapana. Mengingatkan kodrat dengan klien yang telah ikut sesi IVb. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan2. Orientasia. Salam Terapiutika. Salam dari terapis kepada klienb. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai) papan namac. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)b. Evaluasi / Validasia. Menanyakan perasaan klien saat inib. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah serta perilaku kekerasanc. Tanyakan apakah kegiatan fisik, interakasi social yang asertif dan kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukanc. Kontraka. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu, mengenal obat,kegunaan dan 5 benar cara minum obat yang biasa dilakukan.b. Menjelaskan aturan main sebagai berikut :c. Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada terapis.d. Lama kegiatan 30 menit.Tahap kerja Mendiskusikan macam obat yang diminum klien : nama dan warna Mendiskusikn waktu minum obat yang bisa dilakukan klien Tuliskan di papan tulis hasil a dan b Menjelaskan 5 benar minum obat Meminta klien menyebutkan 5 benar cara minum obat Berikn pujian kepada klien yang benar Mendiskusikan perasan klien sebelum minum obat Mendiskusikan peranan klien setlah teratur minum obat Menjelaskan keuntungan patuh minum obat salah satu cara mencegah perilaku kekerasaan Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat , terjadinya kekambuhan perilaku kekerasaan Meminta klien menyebutkan kembali keuntungan dan kerugian minum obat Member pujian setiap kali benard. Terapi 1) Evaluasia. Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAKb. Menanyakan jumlah cara meminum obat yang benar dan pentingngya obat bagi kesehatanc. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif2) Tindak lanjuta. Menanyakan tindakan fisik interaksi social asertif, kegiatan ibadah dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasaanb. Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.3) Kontrak yang akan datang.a. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.10.Evaluasi dan DokementasiSesi TAK VMencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi obatKemampuan psikologis.NoNAMA KLIEN

Menyebutkn 5 benar minum obatMenyebutkan keuntungan minum obatMenyebutkan akibat tidak minum obat

1

2

3

4

5

6

7

Petunjuk :b. Tulis nama panggilan pasien klien yang ikut TAK pada kolom nama klienc. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku kekerasan tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tandaV jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu

DokumentasiDokumentasi tentang kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi V. TAK mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat. Klien mampu menyebutkan 5 benar minum obat, menyebutkan keuntungan mminum obat, menyebutkan akibat tidak patuh minum obat. Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua di rasakan selama di rumah sakit.

H. PENUTUPDemikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.