Tak Halusinasi Rsj Surakarta

63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas dalam asuhan keperawatan khususnya dalam memberikan tindakan keperawatan jiwa, terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi yang dilakukan oleh perawat kepada sekelompok klien yang memiiliki masalah keperawatan jiwa yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok sebagai target asuhan. Kelompok adalah kumpulan yang memilki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung, dan mempunyai norma yang sama (Stuart dalam Kelitat, 2009). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, tajut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok. B. Tujuan 1. Tujuan Umum

description

keperawatan jiwa

Transcript of Tak Halusinasi Rsj Surakarta

Page 1: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas

dalam asuhan keperawatan khususnya dalam memberikan tindakan

keperawatan jiwa, terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi yang

dilakukan oleh perawat kepada sekelompok klien yang memiiliki masalah

keperawatan jiwa yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan

kelompok sebagai target asuhan. Kelompok adalah kumpulan yang memilki

hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung, dan mempunyai norma

yang sama (Stuart dalam Kelitat, 2009). Anggota kelompok mungkin datang

dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya,

seperti agresif, tajut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan,

kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika

kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang

berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulisan makalah ini berjudul tentang Terapi Aktivitas Kelompok

yang bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan Keperawatan Jiwa.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Pengertian TAK

b. Untuk mengetahui Fungsi TAK

c. Untuk mengetahui Tujuan TAK

d. Untuk mengetahui Kerangka Teoritis Kelompok

e. Untuk mengetahui Komponen dan Perkembangan Kelompok

f. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi Kelompok

g. Untuk mengetahui Pengorganisasian Kelompok

h. Untuk mengetahui Jenis-jenis TAK

Page 2: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok

klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh

seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. (Direktorat

Kesehatan Jiwa)

Terapi aktivitas kelompok : Stimulasi sensori adalah upaya untuk

menstimulasi semua pancaindera (sensoori) agar memberi respon yang

adekuat (Keliat, 2009)

Terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori merupakan aktivitas yang

digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien, kemuadian

diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui

gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan.Terapi aktivitas kelompok untuk

menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi

sensoris.Tekhnik yang digunakan meliputi fasilitas penggunaan pancaindera

dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal

(Purwaningsih, 2009).

B. Fungsi

Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling

membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.

Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan

hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang

adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya

oleh anggota kelompok yang lain.

Page 3: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

C. Tujuan

Tujuan Umum:

a. Meningkatkan kemampuan uji realitas

b. Membentuk sosialisasi

c. Meningkatkan fungsi psikologis : meningkatkan kesadaran tentang

hubungan antara reaksi emosional dengan perilaku defensive

d. Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif

Tujuan Khusus:

a. Meningkatkan identitas diri

b. Menyalurkan emosi

c. Keterampilan hubungan social

Tujuan Rehabilitatif:

a. Meningkatkan kemampuan hidup mandiri

b. Soialisasi di tengah masyarakat

c. Empati

d. Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian.

D. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok

1. Model fokal konflik

Menurut Whiteaker dan Liebermen's, terapi kelompok berfokus

pada kelompok daripada individu. Prinsipnya:

Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak

disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul

kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis

membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai

penyelesaian konflik.

Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus

memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk

mengekpresikan perasaan dan mendiskusikan perasaan dan

Page 4: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah.

2. Model komunikasi

Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi

dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi

tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota

kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan

kelompok menurun.

Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi

efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan

diselesaikan.

Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:

a. Perlu berkomunikasi

b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya

komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup

c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain

d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu

dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif

Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan

interpersonal dan sosial anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi

membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih

efektif. Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-

prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta

menganalisa proses komunikasi tersebut.

3. Model interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan,

tindakan) digambarkan nielalui hubungan interpersonal. Contoh : Interaksi

dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku

anggota lain.

Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan

kelompok.Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan

terapis.Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial

Page 5: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

yang efektif dipelajari.

Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk

mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku. Contoh : Tujuan

salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal.

Pada saat konflik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi

tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan

mereka dan mempelajari konflik apa yang rnembuat anggota merasa

cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari

atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.

4. Model psikodrama

Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting

sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah

lalu.Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.

Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.

E. Komponen dan Perkembangan

Menurut Stuart & Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005),

komponen kelompok terdiri dari delapan aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Struktur Kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses

pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur

kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan

interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan

anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan

diambil secara bersama.

2. Besar Kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil

yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok

kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005)

adalah 7-10 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck

(1993, dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10 orang. Jika anggota

Page 6: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat

kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika

terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.

Sedangkan menurut Johnson (dalam Yosep, 2009) terapi kelompok

sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi

interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan jumlah sebanyak

itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka akan terlalu banyak

tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih

terekspos, lebih cemas, dan seringkali bertingkah laku irasional.

3. Lamanya Sesi

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 0-40 menit bagi fungsi

kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang

tinggi (Stuart & Laraia, dalam Keliat dan Akemat, 2005). Biasanya

dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan

finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi tergantung pada tujuan

kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu; atau dapat

direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

4. Komunikasi

Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi

dan menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin

menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota

kelompok terhadap dinamika yang terjadi.

5. Peran Kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam

kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota

kelompok dalam kerja kelompok (Bernes & Sheats, 1948, dalam Keliat

dan Akemat, 2005), yaitu maintenance roles, task roles, dan individual

role. Maintence role, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan

fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas.

Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada kelompok.

6. Kekuatan Kelompok

Page 7: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam

mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan

kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang

paling banyak mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam

kelompok.

7. Norma Kelompok

Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok.

Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang

berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang

norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku anggota

kelompok dengan normal kelompok, penting dalam menerima anggota

kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap

pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.

8. Kekohesifan

Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama

dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk

tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok

tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan

kelompok dapat dipertahankan.

Perkembangan Kelompok

Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk

tumbuh dan kembang. Pemimpin akan mengembangkan kelompok melalui

empat fase (Kelliat, 2005) yaitu:

1. Fase PraKelompok

Hal penting yang haras diperhatikan ketika memulai kelompok

adalah tujuan dari kelompok.Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi

oleh perilaku pemimpin dan pelaksana kegiatan kelompok untuk

mencapai tujuan tersebut.Untuk itu perlu disusun panduan pelaksanaan

kegiatan kelompok.

2. Fase Awal Kelompok

Page 8: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok

baru. Dan peran yang baru. Fase ini terbagi dalam tiga fase (Kelliat,

2005) yaitu:

a. Tahap Orientasi

Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam

memberi pengarahan. Pemimpin kelompok mengorientasikan

anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari

tujuan, kerahasian, waktu pertemuan, struktur, kejujuran dan aturan

komunikasi, misalnya hanya satu orang yang berbicara pada satu

waktu, norma perilaku, rasa memiliki, atau kohesif antara anggota

kelompok diupayakan terbentuk pada fase orientasi.

b. Tahap Konflik

Peran dependen dan independent terjadi pada tahap ini,

sebagian ingin pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin

pemimpin lebih mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin

berperan sebagai pemimpin.Adapula anggota yang netral dan dapat

membantu menyelesaikan konflik peran yang terjadi.Perasaan

bermusuhan yang ditampilkan, baik antara kelompok maupun

anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini.Pemimpin

perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negative

dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik.Serta

mencegah perilaku yang tidak produktif, seperti menuduh anggota

tertentu sebagai penyebab konflik.

c. Tahap Kohesif

Setalah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan

yang kuat satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering

diungkapkan. Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas

membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain.

Pemimpin tetap berupaya memberdayakan kemampuan anggota

kelompok dalam melakukan penyelesaian masalah. Pada tahap akhir

fase ini, tiap anggota kelompok belajar bahwa perbedaan tidak perlu

Page 9: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

ditakutkan, mereka belajar persamaan dan perbedaan, anggota

kelompok akan membantu pencapaian tujuan yang menjadi suatui

realitas.

3. Fase Kerja Kelompok

Pada fase mi, kelompok sudah menjadi tim, walaupun mereka

bekerja keras, tetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin

kelompok. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Tugas utama

pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan tetap

menjaga kelompok ke arah pencapaian tujuan, serta mengurangi dampak

dari faktor apa saja yang dapat mengurangi produktivitas kelompok.

Selain itu pemimpin juga bertindak sebagai konsultan. Beberapa problem

yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-desclosure,dan

resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat akrab, berlomba

mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi kerahasian karena

keterbukaan sangat tinggi dan keengganan berubah perlu didefinisikan

pemimpin kelompok agar segera melakukan strukturisasi. Pada akhir

fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan

yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada fase ini

kelompok segera masuk ke fase berikutnya yaitu perpisahan.

4. Fase Terminasi

Terminasi dapat sementara atau akhir.Terminasi dapat pula

terjadi karena anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari

kelompok.Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian, baik

kelompok maupun individu.Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan

instrument evaluasi kemampuan individual dari anggota kelompok.

Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang

merupakan paket dengan memperhatikan pencapaian tertentu. Terminasi

yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan

digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari.

Page 10: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

F. Faktor yang Mempengaruhi TAK

1. Perawat

Perawat berperan sebagai tim terapis dalam TAK selama proses TAK

berlangsung, perawat perlu untuk memberikan support pada klien agar mau

aktif dalam kegiatan. Dan memberikan pujian untuk setiap keberhasilan yang

dilakukan klien.

2. Keluarga

Dukungan dari keluarga bagi anggota keluarganya yang sedang

dirawat sangat diperlukan agar pasien merasa dirinya dihargai dan

dibutuhkan. Dan dukungan dari keluarga ini juga dapat membantu klien

untuk mau mengikuti TAK

3. Lingkungan

Dibutuhkan suasana yang kondusifdan nyaman, serta tidak dekat

dengan keramaian, agar saat TAK diberikan klien dapat fokus terhadap

kegiatan yang dilakukan.

4. Anggota Kelompok

Hubungan antara anggota kelompok yang satu dengan anggota yang

lain perlu dijalin secara akrab. Perawat perlu memfasilitasi agar keakraban

antar anggota kelompok dapat terjalin dengan baik.

5. Obat

Setiap pasien gangguan jiwa membutuhkan pengobatan yang teratur

agar pasien berada dalam keadaan tenang dan dapat diarahkan dalam jadwal

kegiatan harian.

G. Pengorganisasian Kelompok

Menurut Bulletin Klasik, 2008 :

1. LEADER

Fungsinya:

a) Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal)

b) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan

c) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,

Page 11: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

mengajukan pendapat dan umpan balik.

d) Sebagai "rolemode"

e) Memotivasi setiap anggota kelompok untuk mengemukaan

pendapat dan memberikan umpan balik.

2. CO-LEADER

Fungsinya : membantu leader dalam mengorganisasikananggota

kelompok.

3. OBSERVER

Fungsinya:

a) Mengobservasi semua respon klien.

b) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku

klien.

c) Memberikan umpan balik terhadap kelompok

4. FASILITATOR

Fungsinya:

a) Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan

memotivasi kelompok

b) Memfokuskan kegiatan

c) Membantu mengkoordinasi anggota kelompok

H. Jenis-jenis TAK

Terapi aktifitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang

paling banyak ditemukan ditemukan dikelompok sebagai berikut:

1. TAK Sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada

tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik).

2. TAK Stimulasi Sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sansori).

3. TAK Orientasi Realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol

halusinasinya, klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan

sehat secara fisik).

4. TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi (Untuk Klien Dengan Halusinasi)

5. TAK Peningkatan Harga DM (Untuk Klien Dengan HDR)

Page 12: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

6. TAK Penyaluran Energy (untuk klien perilau kekerasan yang telah dapat

mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat

berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehat secara fisik)

Kegiatan kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok sebagai

tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Menurut kelliat,

2005 membagi kelompok menjadi tiga yaitu:

1. Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui

dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan

tertentu. Focus terapi kelompok adalah membuat sadar diri, peningkatan

hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.

2. Kelompok Terapeutik

Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit

fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misahiya kelompok

ibu hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit

terminal. Banyak kelompok terapeutik dikembangkan menjadi self-help-

group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut : mencegah masalah

kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok,

meningkatkan kualitas kelompok. antara anggota kelompok saling

membantu dalam menyelesaiakan masalah.

3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang

menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau

kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompoLHasil diskusi kelompok dapat

berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.Tujuan

umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah klien mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan

stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan khususnya adalah klien dapat

mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien

dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

Page 13: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

Aktivitas terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dibagi dalam empat

bagian yaitu :

a. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari

Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan

perubahan perubahan persepsi sensori dan klien menarik diri yang telah

mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasLAktivitas dibagi dalam

beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu aktivitas menonton

televisi, aktivitas membaca majalah/Koran/artikel dan aktivitas melihat

gambar.

b. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respon yang dialami

dalam kehidupan

Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan

perilaku kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam

beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal

kekerasan yang biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui

kegiatan fisik, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi

social asertif, aktivitas mencegah

perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat, aktivitas

mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah.

c. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan

harga diri rendah

Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien

gangguan konsep diri : harga diri rendah. Aktivitas ini dibagi dalam

beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas

mengidentifikasikan aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek

positif kemempuan yang dimiliki selama hidup (di rumah dan di rumah

sakit), aktivitas melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah

sakit dan di rumah

d. Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami

dalam kehidupan Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah

klien yang mengalami perubahan persepsi sensori : halusinasi. Aktivitas

Page 14: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :

aktivitas mengenal halusinasi, aktivitas mengusir/menghardik halusinasi,

aktivitas mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, aktivitas

mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap, aktivitas mengontrol

halusinasi dengan patuh minum obat.

I. Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi

1. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien

mengalami perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa

suara- suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penghirup.

2. Etiologi

Menurut Budi Anna,SKP. M.App Sc. Dkk : pada proses

keperawatan, kesehatan Jiwa 1998,adalah:

a. Adanya ketidak mampuan menilai dalam berespon realitas atau tidak

b. Dapat membedakan antara stimulus eksternal atau internal,

c. Terganggunya fungsi otak,

d. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial.

3. Jenis - Jenis Halusinasi:

a. Halusinasi pendengaran ( auditorik ) secara manusia, hewan,

musik, mesin, dll.

b. Halusinasi penglihatan ( Visual ) berbentuk sinar, kilatan, cahaya, orang,

dll.

c. Halusinasi penciuman (olfaktorius) mencium bau - bauan

d. Halusinasi pengecapan, merasa mengecap sesuatu

e. Halusinasi peraba, klien merasa di raba atau di pegang.

4. Gejala Halusinasi

Menurut Rasman 1999: 24, gejala halusinasi yaitu:

a. Bicara, senyum, dan tertawa sendiri

b. Menarik diri dan menghindarkan diri dari orang lain

c. Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata

Page 15: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

d. Tidak dapat memusatkan perhatian

e. Curiga, bermusuhan, merusak.

5. Tujuan TAK halusinasi

a. Tujuan umum

Peningkatan Kepekaan Tehadap stimulus

b. Tujuan khusus

1) Klien dapat menjelasakan cara yang selama ini dilakukan untuk

mengatasi halusinasi.

2) Klien dapat memahami car menghardik halusinasi

3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

6. Klien

Karakteristik/ criteria

Dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK) Stimulasi sensorik

mengambar di ikuti oleh semua pasien atau anggota kelompok yang

mempunyai stimulus atau pengalaman di masa lalu.

Page 16: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok

klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh

seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. (Direktorat Kesehatan

Jiwa)

Terapi aktivitas kelompok : Stimulasi sensori adalah upaya untuk

menstimulasi semua pancaindera (sensoori) agar memberi respon yang adekuat

(Keliat, 2009)

B. Saran

Kami selaku penyusun merasa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Page 17: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

PREPLANNING TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK(TAK)

TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

Sesi 1: Mengenal Halusinasi

A. TOPIK

TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Sesi 1: Mengenal halusinasi

B. TUJUAN

1. Klien dapat mengenal halusinasi.

2. Klien mengenal waktu terjadi halusinasi.

3. Klien mengenal situasi terjadi halusinasi.

4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

C. KRITERIA KLIEN

Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori

persepsi: halusinasi.

D. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK

Hari/tanggal : Sabtu, 11 Juli 2015

Waktu Pelaksanaan : Pukul 09.00 - 09.30 (30 menit)

Pembukaan : 5 menit

Inti : 20 menit

Penutup : 5 menit

Tempat : Ruang Senna RSJD Surakarta

Pembagian Tugas

1 Leader : Ashri Maulida R

2 Co Leader :

a. H

b. H

3 Observer :

a. J

b. J

Page 18: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

c. j

6 Fasilitator :

a. H

b. H

c. H

d. H

e. H

f. H

E. METODE

1. Diskusi dan Tanya jawab

2. Bermain peran/ simulasi.

F. ANTISIPASI MASALAH

1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada

terapis.

2. Lama kegiatan 30 menit

3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

G. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan

memungkinkan klien untuk berkonsentrasiterhadap kegiatan

b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar

c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan

d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik

e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana

mestinya.

2. Evaluasi Proses

a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.

b. Leader mampu memimpin acara.

c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.

d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.

e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung

Page 19: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

jawab dalam antisipasi masalah.

f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada

kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok

g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir

3. Evaluasi Hasil

a. 100% klien dapat mengenal halusinasi.

b. 98 % klien mengenal waktu terjadi halusinasi.

c. 95 % klien mengenal situasi terjadi halusinasi.

d. 95 % klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

H. PROSES EVALUASI

1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)

2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku

anggota (klien)

3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok

I. MEDIA/ALAT

1. Spidol

2. Kertas HVS

3. Tikar

J. SETTING

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Page 20: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

Keterangan :

: Leader

: Co Leader

: Observer

: Pasien

: Fasilitator

K. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi (contoh : klien dengan perubahan

sensori persepsi: halusinasi)

b. Membuat kontrak dengan klien.

c. Mempersiapkan alat, tempat dan setting pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada klien

2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

b. Evaluasi dan validasi: menanyakan perasaan klien saat ini Menanyakan

apakah klien masih mendengar suara-suara

c. Kontrak:

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu

mengenal suara-suara yang datang

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:

(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada terapis.

(b) Lama kegiatan 30 menit.

Page 21: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

d. Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu

mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya,

waktu terjadinya dan perasaan klien saat terjadi.

b. Putar music edarkan bola searah jarum jam, apabila music

berhenti klien yang memegang balon terakhir dianjurkan untuk

menceritakan isi halusinasi, kapan tejadinya, situasi yang

membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi,

lakukan hingga semua peserta mendapat giliran.

c. Hasilnya tulis di kertas HVS

d. Beri pujian ketika klien melakukannya dengan baik.

e. Kasih kesempatan klien lain untuk bertanya

f. Ulangi kegiatan tsb sampai semua anggota mendapat giliran

g. Simpulkan isi,waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien

dari suara yang biasa didengar.

h. Beri reinforcement positif

e. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindaklanjut

Terapis meminta klien melaporkan isi, waktu, situasi, dan

perasaannya jika terjadi halusinasi.

c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara menggontrol

halusinasi dengan patuh minum obat

2) Menyepakati waktu dan tempat.

.

Page 22: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

L. EVALUASI DAN DOKUMENTASI

Sesi 1 :

Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Kemampuan mengenal halusinasi

j

NoNama

klien

Menyebut isi

halusinasi

Menyebut

waktu terjadi

halusinasi

Menyebut

situasi terjadi

halusinasi

Menyebut

perasaan saat

halusinasi

1. Syaiful

2. Eko Nur

3. Wahid

4. Habibi

5. Sumarno

6.

7.

8.

Petunjuk:

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama

b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi,

waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda √  jika klien

mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi

halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

Page 23: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

A. TOPIK

TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Sesi 3: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

B. TUJUAN

1. Klien memahami pentingnya minum obat

2. Klien memahami akibat tidak minum obat

3. Klien dapat menyebutkan 6 benar minum obat

C. METODE

1. Diskusi tanya jawab

2. Melengkapi jadwal harian

D. ANTISIPASI MASALAH

1. Jika ada peserta yang hendak keluar dari kelompok maka harus izin

terlebih dahulu kepada terapis, kemudian terapis menanyakan siapa

namanya dan alasannya mengapa keluar dari ruangan, kemudian terapis

akan bertanya kepada anggota kelompok lain boleh/tidak klien tersebut

keluar dari ruangan.

2. Apabila ada anggota kelompok lain di luar yang ingin mengikuti TAK

maka leader akan meminta persetujuan dari semua anggota kelompok

boleh/ tidak klien tersebut masuk ke dalam anggota kelompoknya.

3. Jika diperbolehkan maka leader akan menjelaskan tujuan terapi dan

peraturan yang hams dipatuhi oleh semua anggota kelompok.

E. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya

kegiatan.

b. Alat dan tempat siap.

c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat.

d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.

e. Terapis dan klien siap.

Page 24: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

2. Evaluasi Proses

a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.

b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah

direncanakan.

3. Evaluasi Hasil

a. 100 % Klien dapat menyebutkan 6 benar minum obat, keuntungan

minum obat, dan akibat tiak minum obat.

b. 95 % Klien dapat menyebutkan 6 benar minum obat dan

menyebutkan keuntungan minum obat.

c. 90% Klien dapat menyebutkan 6 benar minum obat.

F. PROSES EVALUASI

1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)

2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku

anggota (klien)

3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok

G. MEDIA/ALAT

1. Spidol dan whiteboard/papan tulis

2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen

3. Beberapa contoh obat

H. SETING

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang.

I. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi 2

b. Terapis membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2 . Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis klien

2) Klien dan terapis pakai papan nama

Page 25: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

b. Evaluasi/ validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah

menggunakan tiga cara yang telah di pelajari/ ( mengardik,

menyibukkan diri dengan kegiatan terarah dan bercakap-cakap )

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan

     bercakap-cakap dan minum obat.

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut

 Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta

ijin kepada terapis

  Lama kegiatan 30 menit

  Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap Kerja

a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah

kambuh karena obat memberi perasaan tenang

b. Terapis menjelaskan kerugian bila tidak patuh minum obat.

c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan

waktu

d. memakannya. Buat daftar di whiteboard

e. Menjelaskan lima benar minum obat

f. Meminta klien untuk menyebutkan lima benar minum obat

g. Berikan pujian pada klien yang benar

h. Diskusikan perasaan klien sebelum minum obat (tulis di

whiteboard)

i. Diskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (whiteboard)

j. Menjelaskan keuntungan minum obat, yaitu salah satu cara

mencegah

k. halusinasi/kambuh

l. Menjelaskan akibat/kerugian tidak minum obat,yaitu halusinasi

kambuh

Page 26: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

m. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan dan kerugian

minum atau tidak minum obat.

n. Berikan pujian bila benar.

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah

dilatih

3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi

yaitu, menghardik, melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap

dan minum obat

c. Kontrak yang akan datang

a. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara menggontrol

halusinasi dengan menghardik

b. Menyepakati waktu dan tempat.

Page 27: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

J. EVALUASI DAN DOKUMENTASI

Sesi 2

Stimulasi persepsi : Halusinasi

Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi

NoNama

Klien

Menyebutkan 6 benar

cara minum obat

Menyebutkan

keuntungan

minum obat

Menyebutkan

akibat tidak patuh

minum obat

1 Syaiful

2 Eko Nur

3 Wahid

4 Habibi

5 Sumarno

6

7

8

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 6 benar

cara minum obat, manfaat dan akibat tidak minum obat beri tanda √ jika

klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan

proses keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti  TAK stimulasi

persepsi: halusinasi sesi 3. Klien mampu menyebutkan 6 benar minum

obat, manfaat dan akibat bila tidak patuh minum obat. Anjurkan klien

minum obat dengan cara yang benar.

Page 28: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik

B. TOPIK

TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik

C. TUJUAN

1. Klien dapat menjelaskan cara selama ini dilakukan untuk mengatasi

halusinasi

2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi

3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

D. KRITERIA KLIEN

Klien dengan halusinasi yang sudah mengenal halusinasi

E. METODE

1. Diskusi dan tanggung jawab

2. Bermain peran / stimulasi

F. ANTISIPASI MASALAH

1. Jika ada peserta yang hendak keluar dari kelompok maka harus izin terlebih

dahulu kepada terapis, kemudian terapis menanyakan siapa namanya dan

alasannya mengapa keluar dari ruangan, kemudian terapis akan bertanya

kepada anggota kelompok lain boleh/tidak klien tersebut keluar dari ruangan.

2. Apabila ada anggota kelompok lain di luar yang ingin mengikuti TAK maka

leader akan meminta persetujuan dari semua anggota kelompok boleh/ tidak

klien tersebut masuk ke dalam anggota kelompoknya.

3. Jika diperbolehkan maka leader akan menjelaskan tujuan terapi dan

peraturan yang hams dipatuhi oleh semua anggota kelompok.

G. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan.

b. Alat dan tempat siap.

c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat.

d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.

e. Terapis dan klien siap.

Page 29: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

2. Evaluasi Proses

a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.

b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah

direncanakan.

3. Evaluasi Hasil

a. 100 % Klien dapat menjelaskan cara selama ini dilakukan untuk

mengatasi halusinasi

b. 95 % Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi

c. 90% Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

H. PROSES EVALUASI

1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)

2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku

anggota (klien)

3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok

I. MEDIA/ALAT

1. Tikar

2. Botol

3. Jadwal kegiatan klien

J. SETTING

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

K. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak kepada klien.yang telah mengikuti sesi 1

b. Mempersiapkan alat, tempat dan setting pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada klien

2) Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi dan validasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini

Page 30: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,

situasi, dan perasaan

c. Kontrak:

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu

dengan latihan salah satu cara mengontrol halusinasi dengan

menghardik

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:

(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada terapis.

(b) Lama kegiatan45 menit.

(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

(d) Putar music yang asik sebagai back sound, cara permainan yang

akan dilakukan pada sesi ke 2 yaitu memutar botol untuk

menunjuk salah satu pasien untuk melakukan cara menghardik

halusinasi, caranya botol ditidurkan laku diputar dan siapa yang

tertujuk dengan botong bagian atas maka dialah yang akan

mempraktikan cara menghardik.

3. Tahap kerja

a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukanya pada saat

mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua

klien mendapat giliran

b. Terapis mempersiapkan botol ditengaah-tengah peserta yang mengikuti

TAK, botol dimiringkan, botol siap untuk diputar. Terapis memutar botol

tersebut, hingga botol berhenti dan botol bagian atas menunjuk kepada

salah satu peserta maka peserta itulah yang akan maju dan

memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.

c. Hasilnya tulis di kertas HVS

d. Beri pujian ketika klien melakukannya dengan baik.

e. Kasih kesempatan klien lain untuk bertanya

f. Ulangi kegiatan tsb sampai semua anggota mendapat giliran

g. Simpulkan isi,waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara

Page 31: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

yang biasa didengar.

h. Beri reinforcement

i. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik

halusinasi saat halusinasi muncul

j. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu: "pergi

janggan ganggu saya, kamu palsu"

k. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik

halusinasi dimulai dari klien yang mau mendapat giliran pertama jika

tidak mau maka terapis menunjuk klien sampai semua peserta

mendapatkan giliran

l. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan

saat setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah

dipelajari jika halusinasi muncul

2) Memasukan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien

c. Kontrak yang akan datng

1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang

berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap

- cakap

2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

Page 32: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

L. EVALUASI DAN DOKUMENTASI

Sesi 3 :

Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Kemampuan menghardik halusinasi

No Aspek yang dinilai Nama klien

Syaiful Eko Wahid Habibi Sumarno

oo1. Menyebutkan cara

yang selama ini

digunakan mengatasi

halusinasi

2. Menyebutkan

efektivitas cara

3. Menyebutkan cara

mengatasi halusinasi

dengan menghardik

4. Memperagakan

menghardik

halusinasi

Petunjuk:

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama

b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang

biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang

digunakan, cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan

memperagakan cara menghardik halusinasi. Beri tanda √  jika klien

mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi

persepsi sensori. Klien mampu memperagakan cara menghardik

halusinasi, anjurkan klien mengguanakannnya jika halusinasi muncul.

Page 33: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

Sesi 4 : Mencegah  Halusinasi dengan Bercakap-cakap

A. TOPIK

TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Sesi 4: Mengontrol Halusinasi dengan Bercakap cakap

B. TUJUAN

1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mencegah munculnya halusinasi

2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi

C. METODE

1. Diskusi kelompok

2. Bermain peran/stimulasi

D. ANTISIPASI MASALAH

1. Jika ada peserta yang hendak keluar dari kelompok maka harus izin terlebih

dahulu kepada terapis, kemudian terapis menanyakan siapa namanya dan

alasannya mengapa keluar dari ruangan, kemudian terapis akan bertanya

kepada anggota kelompok lain boleh/tidak klien tersebut keluar dari

ruangan.

2. Apabila ada anggota kelompok lain di luar yang ingin mengikuti TAK

maka leader akan meminta persetujuan dari semua anggota kelompok

boleh/ tidak klien tersebut masuk ke dalam anggota kelompoknya.

3. Jika diperbolehkan maka leader akan menjelaskan tujuan terapi dan

peraturan yang hams dipatuhi oleh semua anggota kelompok.

E. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan.

b. Alat dan tempat siap.

c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat.

d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.

e. Terapis dan klien siap.

Page 34: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

2. Evaluasi Proses

a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.

b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah

direncanakan.

3. Evaluasi Hasil

a. 100 % Klien dapat menyebutkan orang yang diajak bicara,

memperagakan percakapan. Dan menyebutkan 3 cara mengontrol dan

mencegah halusinasi.

b. 95 % Klien dapat menyebutkan orang yang diajak bicara, memperagakan

percakapan.

c. 90% Klien dapat menyebutkan orang yang diajak bicara.

F. PROSES EVALUASI

1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)

2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku

anggota (klien)

3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok

G. MEDIA/ALAT

1. Spidol dan whiteboard/papan tulis

2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen

3. Beberapa contoh obat

H. SETING

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang.

I. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi 3

b. Terapis membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

Page 35: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

1) Salam dari terapis klien

2) Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1) Menayakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara

yang

3) telah di pelajari (mengardik, menyibukkan diri dengan kegiatan

4) terarah ) untuk mencegah halusinasi.

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap.

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut

Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus

meminta ijin kepada terapis

Lama kegiatan 30 menit

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap Kerja

a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain

untuk mengontrol dan mencegah halusinasi

b. Terapis meminta tiap tiap klien untuk menyebutkan orang yang

biasa dan bisa diajak bercakap-cakap.

c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang

biasa dan bisa dilakukan

d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi itu

muncul ”suster ada suara di telinga saya pengen ngobrol sama

suster saja”

e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan

orang di sebelahnya

f. Berikan pujian atas keberhasilan klien

g. Ulangi e dan f sampai semua klien giliran.

Page 36: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah di

latih

3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi

yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap.

c. Kontrak yang akan datang

1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK

berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan

melakukan kegiatan terjadwal

2) Terapis menyepakati waktu dan tempat

Page 37: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

J. EVALUASI DAN DOKUMENTASI

Sesi 4

Stimulasi persepsi: halusinasi

Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi

N

OAspek yang dinilai

Nama klien

Syaiful Eko N Wahid Habibi Sumarno

1 Menyebutkan orang

yang diajak bicara

2 Memperagakan

percakapan

3 Menyebutkan tiga

cara mengontrol dan

mencegah halusinasi

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang

yang biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal

kegiatan harian,dan menyebutkan 3 cara mencegah halusinasi, beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidsak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan

proses keperawatan tiap klien. contoh klien mengikuti  TAK stimulasi

persepsi: halusinasi sesi 4. Klien mampu memperagakan bercakap-cakap

dengan orang lain. Anjurkan klien untuk melakukan percakapan kepada

klien dan perawat untuk mencegah halusinasi.

Page 38: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

Sesi 5: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan Terjadwal

A. TOPIK

TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Sesi 5: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan Terjadwal

B. TUJUAN

1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah

munculnya halusinasi

2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya

halusinasi

C. METODE

1. Diskusi kelompok

2. Bermain peran/stimulasi

D. ANTISIPASI MASALAH

1. Jika ada peserta yang hendak keluar dari kelompok maka harus izin terlebih

dahulu kepada terapis, kemudian terapis menanyakan siapa namanya dan

alasannya mengapa keluar dari ruangan, kemudian terapis akan bertanya

kepada anggota kelompok lain boleh/tidak klien tersebut keluar dari

ruangan.

2. Apabila ada anggota kelompok lain di luar yang ingin mengikuti TAK

maka leader akan meminta persetujuan dari semua anggota kelompok

boleh/ tidak klien tersebut masuk ke dalam anggota kelompoknya.

3. Jika diperbolehkan maka leader akan menjelaskan tujuan terapi dan

peraturan yang hams dipatuhi oleh semua anggota kelompok.

E. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

a. Pre planing TAK sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan.

b. Alat dan tempat siap.

c. Perencanaan penentuan terapi aktifitas kelompok sesuai dan tepat.

Page 39: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.

e. Terapis dan klien siap.

2. Evaluasi Proses

a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.

b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah

direncanakan.

3. Evaluasi Hasil

a. 100 % Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan,

memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan, mampu menyusun jadwal

kegiatan harian.

b. 95 % Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukasn,

memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan.

c. 90% Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan.

F. PROSES EVALUASI

1. Observer mengobservasi & mencatat respon anggota (klien)

2. Observer mencatat semua proses yg terjadi& semua perubahan perilaku

anggota (klien)

3. Observer memberikan umpan balik pada kelompok

G. MEDIA/ALAT

1. Jadwal kegiatan harian

2. Bolpoint

3. Spidol dan whiteboard/papan tulis

H. SETING

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang.

I. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak klien yang telah mengikuti sesi 4

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

Page 40: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis klien

2) Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1) Terapis menyakan keadaan klie saat ini

2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang telah di

pelajari

3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara

menghadrik halusinasi.

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu terjadinya halisinasi

2) dengan melakukan kegiatan

3) Menjelaskan aturan main berikut

Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta

ijin kepada terapis

Lama kegiatan 30 menit

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan cara keempat yaitu melakukan kegiatan

sehari- hari. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang

teratur akan mencegah munculnya halusinasi

b. Terapis meminta tiap-tiap klien menyampaikan kegiatan yang

biasa dilakukan sehari-hari dan tulis di whiteboard

c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan.terapis menulis

formulir yang sama di whiteboard

d. Terapis membimbinng satu persatu klien untuk membuat jadwal

kegiatan, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien

menggunakan formulir dan terapis menggunakan whiteboard

e. Tertapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah di susun.

f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang

sudah selesai membuat jadwal kegiatan dan memperagakannya.

Page 41: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun

jadwal  kegiatan dan memperagakanya

2) Tearpis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien melaksanakan 2 cara mengontrol

halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.

c. Kontrak yang akan datang

1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK

berikutnya, yaitu belajar mengontrol halusinasi dengan

bercakap-cakap.

2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

Page 42: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

J. EVALUASI DAN DOKUMENTASI

SESI 5

STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

Kemampuan Mencegah Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

NOASPEK YANG

DINILAI

NAMA KLIEN

Syaiful Eko Nur Wahid Habibi1 Menyebutkan

kegiatan yang biasa

dilakuakan

2 Mempergakan

kegiatan yang biasa

dilakukan

3 Menyusun jadwal

kegiatan harian

4 Menyebutkan 2 cara

mengontrol halusinasi

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan

harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah stau kegiatan,

menyusun jadwal kegiatan harian dan menyebutkan 2 cara mencegah

halusinasi, beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidsak

mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan

proses keperawatan tiap klien. contoh klien mengikuti  TAK stimulasi

persepsi: halusinasi sesi 5. Klien mampu memperagakan kegitan  harian

dan menyusun jadwal. Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan untuk

mencegah halusinasi.

Page 43: Tak Halusinasi Rsj Surakarta

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Dr. Budi Anna, S.Kp, M.App.Sc, & Akemat S.Kp, M.Kep. (2004).

Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC