TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

150
TAHUNAN 2020 Penyusun : Penangungjawab : Ratih Hapsari Ketua Tim : Mushlih Kontributor: M. Ali Marzuki I Noprid Dalapang I Stephen Ignatius S DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Transcript of TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Page 1: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

TAHUNAN 2020

Penyusun : Penangungjawab : Ratih Hapsari

Ketua Tim : Mushlih

Kontributor: M. Ali Marzuki I Noprid Dalapang I Stephen Ignatius S

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Page 2: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

K4HW!l DJPb Provinsi ,S&Jlawesl Utam

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, marilah kite panjatkan puji den syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa sehingga Kajian Fiskal Regional (KFR) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Tahun 2020 ini terselesaikan dengan sangat baik.

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang menyebar sangat cepat sejak awal tahun 2020 telah menyebabkan kepanikan di pasar keuangan dan resesi ekonomi dunia pada 2020. Selain berdampak pada aspek kemanusiaan, pandemi COVID-19 berdampak pula pada langkah kebijakan yang diambil baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam rangka menekan penyebarannya. Berbagai kebijakan pembatasan yang diambil pemerintah mengakibatkan mandeknya aktivitas perekonomian, meningkatnya pengangguran, dan menurunnya pendapatan masyarakat Meskipun pemerintah telah melakukan stimulus fiskal don bank sentral menurunkan suku bunga serta melakukan injeksi likuiditas dale jumlah besar, resesi ekonomi tetap tidak terelakkan.

Analisis fiskal ini diharapkan dapat memfasilitasi pencapaian tujuan akro-ekonomi dalam mendukung pencapaian fungsi APBN terkait lokasi, distribusi den stabilisasi seperti menyediakan informasi ntuk penyusunan kerangka ekonomi makro yang menjadi dasar enyusunan kebijakan fiskal, penyusunan APBN/ APBD den sebagai

alat analisis den evaluasi sejauh mana kebijakan fiskal pemerintah telah sesuai dengan tujuan makroekonomi yang telah ditetapkan.

• Berbagai perkembangan ekonomi den respons kebijakan yangtelah diambil pemerintah dirangkum dalam KFR ini dengan maksud

menggombarkon dengan tepat upaya den komitmen Pemerintah ndonesia khususnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam

ewujudkan stabilitas sistem keuangan den mendorong pulihnya perekonomian. KFR ini kami dedikasikan bagi para pelaku

di ekonomi, industri keuangan baik nasional maupun lokal Sulawesi Utara, seluruh elemen pemerintah den

toritas, akademisi, serta seluruh masyarakat Indonesia. Kami berharap KFR ini dapat menjadi referensi bagi

engambilan keputusan regulasi maupun bisnis, sehingga bersama-sama kita dapat memperkuat

sinergi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.

---

Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan perlindungan pada setiap ikhtiar don doa kite dalam menjaga stabilitas sistem keuangan don memulihkan ekonomi Indonesia.

Manado, 25 Februari 2021

Kepala Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Utara,

Ratih Hapsa!sumawardani

p OJPb

-..-.

Page 3: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

RINGKASAN EKSEKUTIF

Hantaman badai pandemi Covid-19 di seluruh dunia termasuk Indonesia, sangat berpengaruh terhadap perekonomian dan kesejahteraan di Sulut. Perlahan Indikator perekonomian Sulut mulai menunjukkan progress yang semakin membaik hingga akhir tahun 2020, meskipun masih terkontraksi. Perekonomian Sulawesi Utara pada tahun 2020 terkontraksi sebesar -0,99 persen. Hal ini merupakan efek pertumbuhan sebagian besar lapangan usaha yang juga terkontraksi. Kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar -25,96 persen, diikuti oleh Transportasi dan Pergudangan sebesar -13,78 persen dan Jasa lainnya sebesar -10,06 persen. Ketiga lapangan usaha tersebut merupakan lapangan usaha yang berkaitan erat dengan aktivitas pariwisata yang mengalami pukulan paling kuat akibat adanya pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Sementara itu, lapangan usaha yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni Informasi dan Komunikasi sebesar 10,90 persen. Aktivitas masyarakat yang masih cukup banyak dilakukan di rumah seperti work from home, school from home, beribadah dari rumah, serta kegiatan sosial lainnya menyebabkan konsumsi pulsa dan paket data terus meningkat. Ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2020 terhadap triwulan sebelumnya (q-to-q) tumbuh sebesar 7,66 persen. Aktivitas masyarakat di luar rumah yang mulai relatif tinggi mendorong pertumbuhan pada triwulan ini membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2020 Ekonomi Sulawesi Utara terkontraksi sebesar -2,23 persen bila dibandingkan triwulan IV-2019 (y-on-y). Sebagian besar lapangan usaha masih mencatatkan pertumbuhan negatif. Kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar -8,74 persen; sementara itu, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh sebesar 17,76 persen. Perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2020 mencapai Rp132,30 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp88,13 triliun.

Tingkat Inflasi di Sulawesi Utara diwakili oleh Kota Manado. Bulan Desember 2020 Kota Manado mengalami Inflasi sebesar 0,47 persen karena adanya peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,27 pada November

Page 4: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

2020 menjadi 105,76 pada Desember 2020. Kota Manado, pada Desember 2020 mengalami deflasi secara tahun kalender sebesar 0,18 persen dan inflasi “year on year” sebesar - 0,18 persen. Penyumbang Inflasi terbesar di Kota Manado pada bulan Desember 2020 yaitu ikan cakalang/sisik sebesar 0,1217 persen, sedangkan penyumbang deflasi terbesar adalah tomat sebesar 0,0804 persen.

Perkembangan dan Pengaruh Fiskal di Provinsi Sulut

Belanja pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2020 dialokasikan sebesar Rp9.12 triliun, turun jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp9.64 triliun. Untuk alokasi dana transfer ke daerah juga mengalami penurunan dari Rp13,31 triliun di tahun 2019 menjadi sebesar Rp12.32 triliun di tahun 2020, dimana penurunan ini sebagai bentuk kebijakan realokasi dan refocusing anggaran dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dampak pandemi Covid-19. Pos penerimaan perpajakan pada tahun 2020 juga mendapatkan imbas pandemi, sehingga terjadi penurunan target penerimaan perpajakan di tahun 2020 yang ditetapkan sebesar Rp3,4 triliun, turun dibanding tahun sebelumnya Rp4.2 triliun. Sedangkan realisasi PNBP tahun 2020 mengalami kenaikan 12.59%, dari realisasi tahun sebelumnya. Data realisasi belanja menunjukan penurunan 9.45% dibanding tahun 2019. Sama halnya dengan penyerapan dana transfer ke daerah juga mengalami penuruan sebesar 5.69% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Realisasi pendapatan daerah sampai dengan Triwulan IV 2020 secara agregat telah mencapai 89,7 persen dari target. Secara proporsional, sumber penerimaan terutama berasal dari dana transfer/perimbangan sebesar 83 persen (Rp13.729 miliar realisasi 12,471 miliar) dan PAD sebesar 14 persen (Rp2.331 miliar realisasi sebesar 2.105 miliar) sedangkan lain-lain pendapatan daerah yang sah sekitar 3 persen dari pagu 600 miliar realisasi 369 miliar. Realisasi pendapatan dana transfer pemerintah pusat s.d Triwulan IV tahun 2020 ke pemda lingkup Provinsi Sulut telah mencapai Rp12 triliun, atau 91 persen dari target. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, capaian realisasi pada periode laporan ini mengalami penurunan yang cukup terasa meskipun masih dibawah 10%, yaitu berada pada kisaran 5%. Komposisi realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat yang berjumlah Rp12.194 miliar sebagian besar berasal dari transfer DAU yang mencapai 67 persen, selanjutnya DAK sebesar 20 persen, Dana Penyesuaian sebesar 10 persen dan DBH sebesar 3 persen. Tingginya dana DAU sejalan dengan penguatan desentralisasi pemerintah pusat di daerah. Sementara itu, perlu mendapat perhatian bahwa masih rendahnya realisasi transfer DAK Fisik lingkup Sulawesi Utara mencerminkan kinerja pelaksanaan kegiatan yang belum maksimal. Dari analisa rasio kemandirian, tidak terdapat satupun pemerintah daerah yang menunjukkan kemandirian pendapatan, yang berarti semua pemda memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap dana transfer dari pusat. Sedangkan dari perhitungan rasio kesehatan keuangan pemda, sebagian besar pemda mengalami kondisi keuangan yang kurang sehat. Pemprov Sulawesi Utara merupakan daerah yang tingkat ketergantungannya paling rendah dengan selisih rasio yang paling kecil. Sedangkan Pemda yang paling tergantung terhadap dana transfer adalah Kab. Bolsel dan Kab. Minsel.

Selanjutnya pada laporan konsolidasian, pendapatan pemerintah pusat di Sulut dan masih didominasi sektor perpajakan. Sedangkan belanja konsolidasian, masih didominasi oleh belanja pegawai. Banyaknya satker atau K/L yang berkantor bayar di Kota Manado mengakibatkan rasio belanja konsolidasian per kapita tertinggi berada di Kota Manado yaitu sebesar Rp3,93 juta per kapita. Proporsi belanja antara pusat daerah sampai dengan akhir tahun masih berpola sama dengan tahun sebelumnya yaitu di dominasi oleh Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal. Sedangkan porsi belanja lainnya sangat kecil dari sisi pagu, seperti Bansos Pusat maupun Daerah yang porsi realisasi kurang dari 1 persen. Porsi Belanja Hibah di daerah pun hanya sebesar 5,92 persen. Perbedaan yang mencolok terlihat pada belanja pegawai dimana realisasi daerah lebih besar dibanding belanja pusat. Sedangkan proporsi terbesar Belanja Pusat terdapat pada Belanja Barang. Total belanja operasional pusat sedikit lebih tinggi dibandingkan belanja operasional daerah, yang menunjukkan kinerja dalam efisiensi belanja rutin satker pusat maupun daerah di Sulut relatif sama Namun dari sisi kinerja keseluruhan, besarnya belanja rutin mencerminkan rendahnya

Page 5: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

fleksibilitas fiskal dalam pembangunan daerah. Besarnya porsi belanja pegawai dan belanja barang mengindikasikan bahwa belanja negara lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja yang bersifat mengikat dan wajib sehingga fleksibilitas fiskal untuk membiayai prioritas pembangunan menjadi terbatas.

Proporsi lain yang menonjol adalah adanya belanja modal pusat yang lebih rendah dari daerah, hal ini terkait dengan realokasi dan refocusing APBN di masa pandemi Covid-19. Belanja modal di daerah perlu menjadi perhatian mengingat belanja modal berdampak secara jangka panjang kepada perekonomian regional. Besarnya kontribusi belanja pemerintah berdasarkan LO Konsolidasian Sulut terhadap PDRB Sulut tahun 2020 sebesar 16,40 persen, sedangkan kontribusi investasi pemerintah terhadap PDRB Sulut sebesar 3,42 persen. Jika dilihat dari kontribusi terhadap PDRB, belanja pemerintah, investasi pemerintah maupun belanja pemerintah seluruhnya mengalami penurunan. Strategi ke depannya adalah dengan melihat tren laju pertumbuhan perekonomian Sulut yang membaik, porsi belanja investasi pemerintah dapat lebih diperbesar sehingga mampu menjaga tren pertumbuhan jangka panjang di Sulut.

Geolokasi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang berada di bibir Samudera Pasifik menjadikan Provinsi Sulut lebih dekat dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara di Asia Pasifik. Posisi geografis ini cukup strategis bagi sulut untuk menjadi hub jalur perdagangan laut maupun udara di Indonesia Timur dan didukung struktur demografi yang bagus. Selain itu, tingginya aktifitas pembangunan infrastruktur dan dengan disertai prospek local factor endowment yang besar menjadikan Sulut sebagai wilayah yang cukup menjanjikan. Keunggulan pada berbagai wilayah, didukung oleh adanya jalur tol Manado - Bitung yang menopang pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sulawesi Utara yaitu KEK Industri Bitung dan KEK Pariwisata Likupang diharapkan mampu menguatkan struktur perekonomian Sulut. Namun demikian masih terdapat tantangan yang perlu diselesaikan seperti rendahnya kemandirian fiskal, peningkatan kualitas SDM dan penyediaan lapangan kerja, titik pertumbuhan yang tidak merata dan hanya berkumpul di Sulut bagian Utara, serta tingginya ketergantungan terhadap produk kelapa dan olahannya. Potensi dan keunggulan yang ada jika dioptimalkan akan mampu mengatasi permasalahan dan tantangan di Sulut.

Page 6: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Page 7: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

DAFTAR ISI

BAB ISasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah

PENDAHULUANTUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAHBerdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahBerdasarkan Rencana Kerja Pemerintah DaerahTantangan DaerahTantangan Ekonomi DaerahTantangan Sosial KependudukanTantangan Geografis WilayahTantangan Daerah Sebagai Dampak COVID-19

12

2

4

9

9111113

1.11.2

1.2.1

1.2.2

1.31.3.11.3.21.3.31.3.4

KATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GRAFIKDAFTAR GAMBARRINGKASAN EKSEKUTIFDASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONAL

iiiviviiix

xixii

INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTALProduk Domestik Regional BrutoSuku BungaTantangan Ekonomi DaerahInflasiNilai Tukar/KursINDIKATOR KESEJAHTRAANIndeks Pembangunan Manusia (IPM)Tingkat KemiskinanTingkat Ketimpangan (Rasio Gini)Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat PengangguaranNilai Tukar Petani (NTP)Nilai Tukar Nelayan (NTN)

17

17

22

2327272728

30

30

3234

2.1

2.1.1

2.1.22.1.32.1.42.22.2.12.2.22.2.32.2.4

2.2.52.2.6

BAB IIPerkembangan dan Analisis

Ekonomi Regional

ii

Page 8: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

APBN TINGKAT PROVINSIPENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONALPenerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan PajakPenerimaan HibahBELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONALTRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESADana Transfer UmumDana Transfer KhususDana DesaDana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan KeistimewaanANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONALPENGELOLAAN BLU PUSATPENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

3535

35

373838

42

4242

4546

47

48

51

3.1

3.2

3.2.13.2.23.2.33.3

3.4

3.4.13.4.23.4.33.4.4

3.5

3.63.7

BAB IIIPerkembangan dan AnalisisPelaksanaan APBN Tingkat Regional

Penerusan pinjamanKredit Program

PERKEMBENGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAHMandatory Spending di DaerahBelanja Sektor PendidikanBelanja Sektor KesehatanBelanja InfrastrukturINSENTIF FISIKALInsentif PerpajakanInsentif Kepabeanan dan Cukai

5152

56

56

565757585866

3.7.13.7.2

3.8

3.8.1

3.8.2

3.8.33.8.43.93.9.13.9.2

APBN TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)PENDAPATAN DAERAH Dana Transfer/PerimbanganPendapatan Asli DaerahPendapatan Lain-lainBELANJA DAERAHPERKEMBANGAN BLU DAERAHSURPLUS/DEFISIT APBDPEMBIAYAANANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

69

707073

7676

787879

80

4.1

4.2

4.2.14.2.24.2.34.34.4

4.54.64.7

BAB IVPerkembangan dan AnalisisPelaksanaan APBD

iii

Page 9: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAHBelanja Daerah Sektor PendidikanBelanja Daerah Sektor KesehatanBelanja Infrastruktur Daerah

8081

81

82

83

4.7.1

4.8

4.8.14.8.24.8.3

LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIANPENDAPATAN KONSOLIDASIAN BELANJA KONSOLIDASIANSURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIANANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT

84

84

5354

92

5.1

5.25.35.4

5.5

BAB VSasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah

SEKTOR UNGGULAN DAERAHSektor Pertanian, Kehutanan dan PerikananSEKTOR POTENSIAL DAERAHSektor Informasi dan KomunikasiTANTANGAN FISKAL REGIONALTantangan Fiskal Pemerintah PusatTantangan Fiskal Pemerintah Daerah

96969898100100100

BAB VIKeunggulan Dan Potensi Ekonomi

Serta Tantangan Fiskal Regional

BAB VIIAnalisis Tematik Penyusunan

KFR Tahunan

6.16.1.16.26.2.16.36.3.16.3.2

iv

Page 10: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

DAFTAR PUSTAKA viii

Konvergensi Program PC Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) di Daerah

PENANGANAN BIDANG KESEHATANPENANGANAN BIDANG EKONOMI PENYEDIAAN JARING PENGAMAN SOSIAL

103

104106109

v

KESIMPULANREKOMENDASI

111112

8.18.2

BAB VIIIPenutup

7.1

7.2

7.37.4

Page 11: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

DAFTAR TABEL369101214

15 23

353838404142

45454548505051

54

565759

72

73

77

798080818283

83

84

86

vi

Tabel 1.1 Tujuan dan Sasaran RPJMD 2016-2021 Provinsi Sulawesi UtaraTabel 1.2 Asumsi Makro Pemprov Sulawesu utara Tahun 2020Tabel 1.3 Penyesuaian Prioritas Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara Tahun2020Tabel 1.4 Tantangan Ekonomi Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020Tabel 1.5. Tantangan Sosial Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020Tabel 1.7. Peta Sebaran jasus Terkonfirmasi Covid 19 Tahun 2020 di SulutTabel 1.8. Peta Sebaran Kasus Terkonfirmasi Covid 19 Per Kab/Kota Tahun 2020Tabel2.2 Perkembangan Inflasi/Deflasi Kota Manado Menurut kelompok pengeluaran

(2018=100) Desember 2020Tabel 3.1. Alokasi APBN untuk Provinsi Sulawesi Utara T.A. 2019-2020Tabel 3.2 Pagu dan Realisasi per KPPN TA 2020Tabel 3.3. Tingkat Penyerapan 10 K/L Terbesar di Sulut TA 2019Tabel 3.4. Perkembangan Pagu dan Realisasi per Jenis Belanja 2019Tabel 3.5 Perbandingan 3 (tiga) Fungsi dengan Indikator PerekonomianTabel 3.6. Perkembangan Anggaran dan Realisasi Dana Transfer Daerah Prov. Sulut

2019-2020Tabel 3.7 Rekapitulasi Pagu Dana BOS per Jenis Tabel 3.8 Jumlah Desa dan KPM Yang Menerima BLT Per Pemda di Sulawesi Utara Tabel 3.9 Realisasi Dana Desa periode 2018 – 2020Tabel 3.10 Badan Layanan Umum di Sulawesi Utara T.A 2020 Tabel 3.12 Analisis Kemandirian BLU Tahun 2020 Tabel 3.13. Rasio Efektivitas BLU Tahun 2020 Tabel 3.14 Profil dan Perkembangan Outstanding Pinjaman BUMD/Pemda Sulut

Posisi per 31 Desember 2020 Tabel 3.15 Realisasi Penyaluran Pembiayaan UMi di Sulawesi Utara periode 2017-

2020 Tabel 3.16 Fungsi Pendidikan Tabel 3.17 Fungsi Kesehatan Tabel 4.1 Profil APBD Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (miliar

Rupiah)Tabel 4.2. Perbandingan Rasio Kemadirian Daerah TA 2020 pada Prov/Kota/Kab di

Provinsi Sulawesi Utara Tabel 4.3. Alokasi dan Realisasi Pendapatan di Provinsi Sulawesi Utara (miliar

Rupiah)Tabel 4.4. Profil APBD Klasifikasi Jenis Belanja Pemda Lingkup Provinsi Sulawesi Utara

(dalam miliar Rupiah) Tabel 4.5. Rasio Surplus/Defisit Terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Utara Tabel 4.6. Analisis Horizontal 2020 (miliar rupiah) Tabel 4.7. Tabel Analisis Vertikal Tabel 4.8. Peta Kapasitas Fiskal Daerah Kab/Kota Lingkup Sulawesi Utara 2020 Tabel 4.9. Perkembangan Belanja Urusan Pendidikan Tabel 4.10. Perkembangan Kinerja Sektor Kesehatan Prov Sulawesi Utara Tabel 4.11. Perkembangan Kinerja Sektor Pekerjaan Umum & Penata Ruangan Prov

Sulawesi UtaraTabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Sulawesi Utara tahun 2020

(miliar rupiah)Tabel 5.2 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pusat/Daerah

Page 12: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

86

8687

91

91

93959696979899105

107

vii

dan PDRB Prov. Sulut Tahun 2020 dan 2019Tabel 5.2 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pusat/Daerah

dan PDRB Prov. Sulut Tahun 2020 dan 2019Tabel 5.3 Rasio Pajak per kapita per daerah (dalam ribuan)Tabel 5.4 Realisasi Pendapatan Konsolidasi Pusat/Daerah dan Pertumbuhan

Ekonomi Prov. Sulut tahun 2020 dan 2019Tabel 5.5 Korelasi antara belanja pemerintah konsolidasian terhadap beberapa

Indikator Ekonomi RegionalTabel 5.6 Korelasi antara Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan Sektor

Lapangan UsahaTabel 5.7 Laporan Operasional – GFS SulutTabel 6.1. Indeks Location Quotient Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014-2020Tabel 6.2. Hasil Analisis MRP, LQ dan Overlay Provinsi Sulawesi UtaraTabel 6.3 Produksi Sektor Pertanian dan PerkebunanTabel 6.4 Produksi Sektor PerikananTabel 6.5. Persentase Individu Pengguna InternetTabel 6.6. Persentase Akses Internet Menurut Kegiatan Utama Sehari-hariTabel 7.1 DATA REFOCUSING DAN REALOKASI APBD DALAM RANGKA PENANGANAN

PANDEMI COVID-19 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA POSISI DESEMBER 2020

Tabel 7.2 Alokasi Anggaran Hasil Refocusing APBD Yang Dikelola Dinas Koperasi, UMKM Sulut Tahun 2020

Page 13: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

DAFTAR GRAFIK183031323233343436

37

373737394041

4244

44

464749

49

55

565770

72

727373747875767677

78

viii

Grafik 2 Sumber Pertumbuhan PDRB Sulut Tahun 2018-2020Grafik 2.5 Indeks Pembangunan Masyarakat Sulut dan Nasional tahun 2018 s.d 2020 Grafik 2.6. IPM Provinsi du Pulasu Sulawesi Tahun 2028-2020Grafik 2.7. Perkembangan Kemiskinan di SUlut Tahun 2016 s.d. 2020Grafik 2.8. Gini Ratio Provinsi Sulut Periode 2016. S.d. 2020Grafik 2.9. Nilai Tukar Petani Sulut tahun 2016-2020Grafik 2.11 Indeks Harga Yang Diterima Petani Tahun 2019-2020 Grafik 2.12 Indeks Harga Yang DIbayar Petani 2019-2020Grafik 3.1. Realisasi Penerimaan Perpajakan Provinsi Sulawesi Utara TA 2019 (miliar

rupiah)Grafik 3.2.Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat

tingkat Provinsi di Sulawesi Utara (Miliar rupiah)Grafik 3.3. Perkembangan Tax Ratio 5 tahun terakhirGrafik 3.4. Pajak Perkapita (dalam ribuan)Grafik 3.5. Perkembangan Realisasi PNBP di Sulawesi Utara (miliar rupiah)Grafik 3.6. Alokasi Fungsi di Sulawesi Utara TA 2020 (Triliun rupiah)Grafik 3.7. Pagu dan Realisasi per Fungsi TA 2020 (Triliun rupiah)Grafik 3.8. Perbandingan belanja sektor konsumtif dan sektor produktif APBN Sulut

TA 2019-2020Grafik 3.9 Perbandingan Pagu dan Realisasi DAUGrafik 3.10 Perbandingan Pagu dan Realisasi DAK Fisik di Sulawesi Utara Tahun 2020Grafik 3.11 Perbandingan Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik di Sulawesi Utara Tahun

2020 (miliar)Grafik 3.12 Realisasi DID Regional Sulawesi TA 2020Grafik 3.13 Realisasi DID per Kab/Kota di Sulawesi Utara TA 2020 (dalam miliar)Grafik 3.14 Perkembangan Aset BLU Unsrat dan RS Kandouw (miliar rupiah)Grafik 3.15 Perkembangan Pagu BLU dan Pagu Rupiah Murni Satker BLU di Sulut

Tahun 2018-2019 (dalam Miliar Rupiah) Grafik 3.16 Perbandingan Realisasi dan Jumlah Debitur UmiGrafik 3.17 Pagu dan Realisasi Fungsi Pendidikan per K/L TA 2020 (dalam miliar)Grafik 3.18 Pagu dan Realisasi Fungsi Kesehatan per K/L TA 2020 (dalam miliar)Grafik 4.1 Realisasi Dana Transfer Pusat Grafik 4.2. Perbandingan Rasio Ruang Fiskal TA 2020 Pemda Lingkup Provinsi

Sulawesi UtaraGrafik 4.3 Dana Transfer Perimbangan Grafik 4.4 Perbandingan Realisasi PAD Grafik 4.5 PAD PemdaGrafik 4.6. Perkembangan Rasio PAD Terhadap Belanja DaerahGrafik 4.7. Rasio PAD Terhadap PDRB ADHB Sulawesi Utara Tahun 2013-2020Grafik 4.8. Perbandingan Realisasi Pajak Daerah (Rp Miliar)Grafik 4.9. Penerimaan RetribusiGrafik 4.10. Perbandingan Realisasi Pendapatan Lain-Lain (Rp Miliar)Grafik 4.11. Proporsi dan Realisasi Belanja APBD Urusan Wajib di Provinsi Sulawesi

Utara Tahun 2020Grafik 4.12. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan

Pemda Lingkup Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020

Page 14: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

ix

7784

85

85

87

88

89899090979899

Grafik 4.14. Perbandingan Rasio SILPA Terhadap Alokasi Belanja Tahun 2020Grafik 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Sulawesi Utara tahun 2020 (miliar

rupiah)Grafik 5.2 Perbandingan Proporsi Total Pendapatan Konsolidasian Tahun 2020

(dalam miliar Rupiah)Grafik 5.3 Perbandingan Proporsi Realisasi Belanja Pusat dan Daerah di Prov. Sulut

TA 2020Grafik 5.4 Perbandingan Proporsi Realisasi Belanja Pusat dan Daerah di Prov. Sulut

TA 2020Grafik 5.5 Perbandingan Proporsi Realisasi Belanja Pusat dan Daerah di Prov. Sulut

TA 2020Grafik 5.6 Rasio Belanja Konsolidasian per kapitaGrafik 5.7 Rasio Belanja Konsolidasian per Kapita per Kab/Kota (dalam juta)Grafik 5.8 Rasio Belanja Modal/InfrastrukturGrafik 5.9 Perbandingan Porsi Alokasi Belanja Konsolidasian Kab/KotaGrafik 6.1 Persentase Distribusi PDRB Menurut Lapangan UsahaGrafik 6.2. NTP 2020Grafik 6.3. Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun

Dasar 2010Grafik 7.2 Porsi Anggaran Pemulihan Ekonomi Yang DIkelola Dinas Koperassi UKM

Daerah Prov. Sulut 2020

Page 15: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

18

x

DAFTAR GAMBARGambar 1 Posisi Strategis Sulut Sebagai Gerbang Utara Indonesia

Page 16: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Halaman ini sengaja di kosongkan

Page 17: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Page 18: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

BAB ISasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah

Page 19: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

11

1.1. PENDAHULUAN

Perencanaan Pembangunan merupakan proses dinamis yang disesuaikan dengan perkembangan permasalahan dan isu strategis terkini serta dinamika kondisi perekonomian daerah maupun kebijakan nasional yang membutuhkan penyesuaian. Pandemi Covid-19 yang telah dirasakan masyarakat Sulawesi Utara sejak minggu ketiga Maret 2020, menuntut Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk bersiap diri guna menghadapi tantangan dan risiko kedepan dengan memperhatikan kondisi internal dan eksternal yang ada. Kesiapan ini dapat di wujudkan melalui peningkatan dan penguatan koordinasi kebijakan bersama pemerintah kabupaten dan kota guna mengurangi dampak pandemi Covid-19 pada perekonomian Sulawesi Utara melalui refocusing anggaran belanja daerah yang ditujukan untuk penanganan kesehatan, penyediaan jaring pengaman sosial dan penanganan dampak ekonomi. Setiap penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah memliliki tujuan mulia yakni untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Untuk mendukung terwujudnya tujuan dimaksud, perlu adanya dukungan unsur pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemegang kekuasaan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden, sedangkan di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota, oleh karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah, maka diperlukan sinergi dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan daerah dalam memastikan efektifitas dalam pelaksanaannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Fungsi APBN selalu dikaitkan dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi, sehingga kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan. Tidak terlepas dari hal tersebut, maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi, sosial-kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi.

Setiap penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat

pusat maupun di daerah memliliki tujuan mulia

yakni untuk mewujudkan keselarasan antara

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat yang adil dan merata.

Page 20: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

2 32

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016 – 2021, yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2021. RPJMD Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021 disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda Sulut Hebat Gubernur/Wakil Gubernur Olly Dondokambey, Se dan DRS. Steven Kandouw. RPJMD Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016-2021 memiliki visi “Terwujudnya Sulawesi Utara Berdikari Dalam Ekonomi, Berdaulat Dalam Politik, Dan Berkepribadian Dalam Budaya”. Rumusan misi dalam dokumen RPJMD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah. Misi diarahkan untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi Sulawesi Utara yang berdikari dalam ekonomi, berdaulat dalam politik dan berkepribadian dalam budaya. Sesuai dengan harapan Terwujudnya Sulawesi Utara Berdikari dalam Ekonomi, Berdaulat dalam Politik dan Berkepribadian dalam Budaya maka ditetapkan Misi Pembangunan Sulawesi Utara 2016-2021 sebagai berikut:1. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan memperkuat sektor pertanian dan

sumberdaya kemaritiman serta mendorong sektor industri dan jasa2. Memantapkan pembangunan sumber daya manusia yang berkepribadian dan

berdaya saing3. Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai destinasi investasi dan pariwisata yang

berwawasan lingkungan4. Mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat yang adil, mandiri dan maju5. Memantapkan pembangunan infrastruktur berlandaskan prinsip pembangunan

berkelanjutan6. Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia di kawasan timur7. Mewujudkan Sulawesi Utara yang berkepribadian melalui tata kelola pemerintahan

yang baik.Tujuh misi pembangunan ini sesungguhnya merupakan refleksi dari visi

pembangunan, dimana setiap misi menunjukkan dengan jelas upaya-upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan visi daerah. Ketujuh misi tersebut disusun dan ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis eksternal dan internal daerah Provinsi Sulawesi Utara. Dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan RPJMD Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016-2021, ketujuh misi tersebut disusun dan ditetapkan oleh Kepala Daerah serta dijabarkan kedalam 27 Tujuan dan 38 Sasaran Pembangunan Daerah, yang secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Page 21: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

32

Tabel 1.1 Tujuan dan Sasaran RPJMD 2016-2021 Provinsi Sulawesi Utara

Page 22: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

4 54

Sumber : RPJMD Provinsi SULAWESI UTARA 2016-2021

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Penyusunan RKPD Provinsi Sulawesi Utara tahun 2020 mengacu pada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang disusun dengan memperhatikan Pendekatan teknokratik, partisipatif, politis, bottom up dan top down, holistik-tematik, integratif, dan spasial serta pendekatan penganggaran yang terintegrasi yakni

Page 23: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

54

“Money Follow Program”. Pemerintah Sulawesi Utara memiliki prioritas pembangunan Tahun 2020 yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020 mengusung tema “Memantapkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas dan Peningkatan Pemerataan Infrastruktur”. RKPD Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020 merupakan penjabaran tahun ke-4 dalam periode dokumen RPJMD 2016-2021 sebagai bagian dari gerobong pencapaian visi “Terwujudnya Sulawesi Utara Berdikari Dalam Ekonomi, Berdaulat Dalam Politik, Dan Berkepribadian Dalam Budaya”, serta terus berusaha dalam pencapaian Visi Pembangunan Daerah Yaitu “Sulawesi Utara Yang Berbudaya, Berdaya Saing, Aman, Dan Sejahtera Sebagai Pintu Gerbang Indonesia Ke Kawasan Asia Timur Dan Pasifik”. RKPD Provinsi Sulawesi Utara tahun 2020 memuat arah kebijakan pembangunan daerah menggunakan skenari moderat untuk mendorong dan mengembangkan pembanguan ekonomi daerah serta pembangunan yang menekankan pada transformasi dan akselerasi. Sejalan dengan arah kebijakan pembangunan Sulawesi Utara tahun 2020, yaitu: “Memantapkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Peningkatan Pemerataan Infrastrutur”, maka kebijakan perekonomian daerah tahun 2020 ditujukan untuk:1. Penanggulangan Kemiskinan Dan Pengangguran;2. Pemantapan Sumber Daya Manusia;3. Pariwisata, Ketahanan Pangan dan Industri Ekonomi Kreatif;4. Pemerataan Infrastrutur;5. Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat dan Sukses Pemilu Kepala

Daerah; 6. Reformasi Birokrasi; dan7. Mitigasi Bencana dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Untuk mencapai 7 (tujuh) prioritas pembangunan, diperlukan kondisi yang kondusif yang terkait pembangunan politik, hukum, pertahanan dan keamanan. Berkaitan dengan sinkronisasi/ penyelarasan maka prioritas pembangunan yang tertuang dalam RKPD Provinsi dan Kabupaten Kota, harus mampu dikaitkan dengan prioritas pembangunan nasional. Sinkronisasi NAWACITA dengan program prioritas pembangunan Tahun 2020 menunjukkan bahwa penting bagi Provinsi Sulawesi Utara untuk berperan aktif dalam menggerakkan dimensi pembangunan manusia, dimensi pembangunan sektor unggulan, dimensi pembangunan pemerataan dan kewilayahan serta dimensi lainnya.

Target Indikator Makro Provinsi Sulawesi Utara dalam RKPD Tahun 2020 berdasarkan target RPJMD tahun 2016-2021 dan Hasil Kesepakatan Kerangka Ekonomi Makro Daerah dalam RKP tahun 2020, yakni:1. Pertumbuhan Ekonomi sebesar 6,2 %;2. Inflasi sebesar 5 %;3. Pengangguran 6,63 %;4. Angka Kemiskinan 7,3 %;

Page 24: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

6 76

5. Gini Ratio 0,39; dan6. IPM sebesar 73.

Pada bulan Maret 2020 pandemi Corona Virus Disease-2019 (Covid-19) resmi dinyatakan masuk ke Indonesia. Sejak itu, penyebarannya semakin meluas dan berkembang di hampir seluruh provinsi. Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, melainkan juga pada kondisi sosial dan ekonomi. Pada sektor ekonomi, pandemi ini menyebabkan anjloknya aktivitas perekonomian domestik, yang tidak menutup kemungkinan akan menurunkan kesejahteraan masyarakat. Pandemi Covid-19 menekan perekonomian dari berbagai sektor kehidupan manusia. Penyebaran Covid-19 di Provinsi Sulawesi Utara yang terjadi sejak minggu ketiga bulan Maret 2020 juga sangat berpengaruh pada sektor ekonomi dan kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara. Tren menunjukan kenaikan penyebaran Covid-19 di Sulawesi Utara dari waktu-waktu memaksa Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk mengambil langkah cepat dengan menetapkan status siaga darurat penanganan bencana non alam virus Covid-19 di seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Status siaga darurat ini berlangsung selama 75 hari terhitung mulai 16 Maret sampai 29 Mei 2020 dan dapat diperpanjang ataupun diperpendek sesuai kebutuhan penyelenggaraan penanganan darurat bencana. Kebijakan yang dikeluarkan melalui SK Gubernur

Page 25: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

76

No. 97 tahun 2020 ini mengacu pada pernyataan juru bicara pemerintah Covid-19 dalam konferensi pers pada tanggal 14 Maret 2020, yang menyatakan bahwa Sulut menjadi salah satu daerah penyebaran Covid-19. Berdasarkan hasil evaluasi dalam hal terjadi kebijakan nasional, keadaan luar biasa atas dampak pandemi Covid-19, yang mengakibatkan tidak optimalnya kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dan dapat mempengaruhi pencapaian target pembangunan makro yang telah ditetapkan di tahun 2020, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap asumsi makro pembangunan Sulut di tahun 2020.

Untuk mencapai asumsi tersebut, pemerintah provinsi Sulawesi Utara perlu meningkatkan dan memperkuat koordinasi kebijakan bersama pemerintah kabupaten dan kota guna mengurangi dampak pandemi Covid-19 pada perekonomian Sulawesi Utara, dengan skenario asumsi kebijakan ekonomi daerah berdasarkan 5 struktur pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara yang harus diperhatikan yaitu:1. Sektor pertanian dan perikanan melalui rencana aksi strategis dan kolaborasi

antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk mengalokasi kegiatan strategis terkait sektor pertanian dan perikanan di masing-masing kabupaten/kota.

2. Pada sektor perdagangan dan perindustrian, bisa dilakukan melalui subsidi bagi belanja online, kegiatan pasar murah, barang dan jasa tetap terdistribusi secara lancar antar kab/ kota dan antar provinsi, ekspor ke luar negeri masih berjalan lancar dengan dukungan pemda kab/ kota dalam kelancaran dan ketersediaan bahan baku serta protokol kesehatan mutlak diterapkan di semua sektor riil dan sektor jasa.

3. Pada sektor industri pengolahan pemerintah provinsi dan kab/kota menjamin stimulus ekonomi melalui relaksasi kredit, reschedule kredit dan dukungan kredit kodal kerja yang dapat mengggerakan UKM/IKM, industri pengolahan menengah dan besar tetap berproduksi serta menjamin ketersediaan bahan baku industri pengolahan yakni ikan dan kelapa.

4. Di sektor informasi dan komunikasi pemerintah Prov dan Kab/Kota wajib mendukung kelancaran perizinan investasi usaha infokom serta meningkatkan investasi swasta di bidang infokom.

5. Pada sektor kesehatan pemerintah provinsi dan kab/ kota perlu terus meningkatkan upaya promotif dan preventif, dan surveilance kesehatan serta tetap mengoptimalkan pelayanan kesehatan regular di unit-unit pelayanan kesehatan

Pendemi Covid-19 juga berdampak pada kebijakan nasional dan kondisi daerah, maka upaya pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melakukan penyesuaian atas prioritas pembangunan tahun 2020 dimana sebelumnya terdapat 7 prioritas utama disesuaikan dengan kondisi saat ini yang di fokuskan pada 3 prioritas utama, yakni:

Page 26: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

8 98

1. Penanganan Kesehatan a. Penyediaan sarana prasarana kesehatan berupa barang pelindung diri warga,

barang pelindung komunitas masyarakat dan alat pelindung petugas medis, antara lain masker, hand sanitizer, vitamin C, vitamin E, Alat Pelindung Diri (APD) dansarung tangan karet dan penyediaan sarana prasarana kesehatan lainnya;

b. Penyediaan sarana fasilitas kesehatan antara lain kamar isolasi, tempat tidur pasien, rapid test kit, ventilator, dan alat uji deteksi Covid-19, dan penyediaan sarana fasilitas kesehatan lainnya;

c. Merekrut tenaga kesehatan/medis yang potensial (dokter dan tenaga perawat yang baru lulus pendidikan atau tenaga kesehatan/medis lainnya) dan memberikan pelatihan singkat serta SOP penanganan Pasion Covid-19;

d. Pemberian insentif bagi tenaga kesehatan/medis, tenaga penyidik (investigator) korban terpapar Covid-19, tenaga relawan, dan tenaga lainnya yang terlibat dalam penanganan pandemi Сovid-19 sesuai dengan Standar Harga Satuan yang ditetapkan Kepala Daerah;

e. Penyemprotan desinfektan; f. Penyewaan rumah singgah sebagai ruang isolasi untuk pasien dalam

pengawasan (PDP);g. Pemeriksaan laboratorium bagi masyarakat yang berpotensi terjangkit

Covid-19;h. Pengadaan alat dan bahan evakuasi korban positif Covid-19, yang meliputi

perlengkapan paska wafat, tandu, sarung tangan, sepatu bot, peralatan dan bahan evakuasi lainnya;

i. Penanganan jenazah korban positif Covid-19;j. Penanganan kesehatan lainnya;

2. Penyediaan Jaring Pengaman Sosial Penyediaan Jaring Pengaman Sosial melalui pemberian Hibah/Bansos dalam bentuk uang dan/atau barang dari pemerintah daerah secara memadai kepada antara laina. Individu/masyarakat yang terdampak atau memiliki resiko sosial seperti keluarga

miskin, pekerja sektor informal/ harian dan individu/masyarakat lainnya yang memiliki resiko social akibat terdampak Covid-19;

b. Fasilitas kesehatan milik masyarakat/ swasta yang ikut serta melakukan penanganan pandemi Сovid-19, dan/ atau

c. Instansi vertikal yang wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan dalam rangka mendukung penanganan pandemi Сovid-19.

3. Penanganan Dampak Ekonomia. Pengadaan bahan pangan dan kebutuhan pokok dalam rangka

menjaga ketahanan pangan daerah dan menekan dampak panic buying;

b. Pemberian insentif berupa:

Page 27: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

98

1) pengurangan atau pembebasan pajak daerah;

2) perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan;

3) perpanjangan kewajiban pembayaran dana bergulir.c. Pemberian stimulus berupa penguatan modal usaha kepada

pelaku UMKM dan mikro yang terkena dampak ekonomi akibat Covid-19;

d. Penanganan dampak ekonomi lainnya;

1.3. TANTANGAN DAERAH1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2020 menghadapi tantangan yang berat dalam melaksanakan pembangunan di tengah-tengah pendemi Covid-19 yang belum menunjukkan tren akan mereda. Pandemi Covid-19 ini memberikan dampak yang sangat besar terhadap sendi-sendi perekonomian di Provinsi Sulawesi Utara. Penutupan penerbangan internasional secara total, penurunan pertumbuhan ekonomi dunia, dan pembatasan penerbangan domestik akan mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Disisi lainnya pembatasan aktivitas sosial akan mempengaruhi perekonomian terutama dari risiko turunnya permintaan yang ditransmisikan pada penurunan insentif produksi, serta risiko tertahannya pertumbuhan konsumsi pemerintah seiring dengan penurunan pendapatan dan terbatasnya aktivitas yang bisa dilakukan. Terdapat beberapa isu strategis yang muncul akibat Covid-19 di Sulawesi Utara, antara lain:1. Penyediaan anggaran untuk penanganan Covid-19 dalam APBD TA 2020;2. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan penanganan Covid-19;3. Kesiapan tenaga medis dalam menghadapi Covid-19;4. Penyediaan tenaga medis dalam penanganan Covid-19;5. Penyediaan bahan pangan dan kebutuhan pokok yang terganggu

akibat panic buying; https://corona.sulutprov.go.id/news/detail/gubernur-olly-tetapkan-siaga-darurat-covid-19-hingga-29-mei-1587937695

Page 28: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

10 1110

6. Penanganan dampak ekonomi kepada pekerja harian pelaku ekonomi tingkat bawah (pelayan restoran, ojek, pedagang kaki lima, dll) yang tidak dapat bekerja sehingga tidak mempunyai penghasilan serta kemungkinan PHK bagi industri yang tutup; dan

7. Mengoptimalkan potensi penerimaan APBD dari Jenis Pendapatan8. Asli Daerah (terutama pajak dan retribusi); dan9. Memaksimalkan penyerapan APBD atas dampak kebijakan Workfrom Home.

Selain menghadapi tantangan akibat pendemi Covid-19, tantangan pembangunan di Sulawesi Utara tahun 2020 bila dilihat dari sisi ekonomi daerah erat kaitannya dengan peningkatan keterampilan tenaga kerja, illegal fishing, masih ditemukan kasus akibat

Page 29: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

1110

keracunan makanan, jumlah penambahan kendaraan tidak sejalan dengan penambahan jalan dan masih adanya masalah terkait pembebasan lahan. Rincian permasalahan/ tantangan pembangunan Sulawesi Utara tahun 2020 dari sisi keekonomian dapat dilihat pada tabel 1.4

1.3.2. 1.3.3. Tantangan Sosial Kependudukan

Jumlah penduduk di Sulawesi Utara pada September tahun 2020 berdasarkan data sensus BPS Sulut sebanyak 2,6 jiwa. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, lanu pertumbuhan penduduk Sulawesi Utara sebesar 1,40 persen tahun. Terdapat selisih penambahan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,40 persen per tahun. Dengan luas daratan Sulawesi Utara sebesar 13.892kilometer persegi, maka kepadatan penduduk Sulawesi Utara sebanyak 189 jiwa kilomerter persegi. Adapun sebaran penduduk Sulawesi Utara terkonsentarsi di daerah perkotaan, yang meliputi Kota Manado dengan luas geografis hanya sebesar 1,13 persen wilayah Sulawesi Utara, namun Kota Manado di huni oleh 451.916 penduduk atau 17,24 persen penduduk Sulawesi Utara.

Untuk sebaran penduduk di daerah administratif kota (Manado, Bitung, Tomohon dan Kotamobagu) berjumlah 901.359 jiwa menempati 4.91 persen wilayah Sulawesi Utara. Sementara itu sebaran penduduk paling kecil yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan denag total populasi penduduk sebanyak 69.791 atau 2,66 persen dari total populasi Sulawesi Utara. Melihat komposisi sebaran penduduk di atas, tercatat bahwa sebesar 7,86 persen atau sekitar 206 ribu penduduk lainnya berdomisili tidak sesuai KTP/KK. Hal ini mengindikasikan bahwa banyaknya penduduk yang bermigrasi dari wilayah tempat tinggal sebelumnya karena sekarang sudah tidak tinggal pada alamat yang tercatat pada KK lagi. Kota Manado dan daerah Administratif Kota lainya masih menjadi magnet penduduk sebagai pusat kegiatan

perekonomian dari sisi konsumsi masyarakat. Ketidakmerataan jumlah penduduk

berdampak pada alokasi keuangan daerah maupun strategi pengembangan/

pembangunan daerah. Dari sisi komposisi penduduk bekerja menurut lapangan

pekerjaan utama sampai dengan Agustus 3030 terbagi dalam 3 lapangan kerja yang

meiliki distribusi tenaga kerja paling banyak yaitu Pertanian 29,75 persen, Perdagangan

17,48 persen dan Industri Pangan sebesar 8,58 Persen dan ini selaras dengan nilai

PDRB per sektor lapangan usaha dimana porsi terbesarnya di sektor lapangan usaha

tersebut.

Pendidikan merupakan salah satu indikasi terhadap kemampuan dan

produktivitas tenaga kerja. Semakin tinggi pendidikan cenderung semakin tinggi juga

keahlian dan produktivitas yang dimiliki. Saat ini, penduduk bekerja masih didominasi

Page 30: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

12 1312

oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah yaitu sebanyak 29,43 persen pada

Agustus 2020 yang bekerja di sekor informasl, buruh tani dan sebainya. Sedangkan

tenaga kerja yang berpendidikan tinggi yaitu Diploma dan Universitas hanya sebesar

15,16 persen pada Agustus 2020. Mayoritas penduduk Sulawesi Utara beragama

Protestan dengan suku yang dominan adalah suku Minahasa. Selain tantangan

bidang sosial kependudukan yang telah dijabarkan sebelumnya, permasalahan

pembangunan Sulawesi Utara tahun 2020 juga dapat dilihat dari masih tingginya

prevelensi penyebaran penyakit menular, masih dijumpai kawasan kumuh,

penyediaan air bersih, dan database kependudukan yang masih labil. Rincian

tantangan sosial penduduk yang dihadapi masyarakat Sulawesi Utara pada tahun

Page 31: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

1312

2020 dapat dilihat pada tabel 1.5

1.3.4. Tantangan Geografi Wilayah

Secara geografis wilayah darat Provinsi Sulawesi Utara terletak antara 0°15’–5°34’ Lintang Utara dan 123°07-27°10’

Bujur Timur, yang berbatasan dengan Republik Filipina di sebelah utara dan Laut Maluku di sebelah timur, serta berbatasan dengan Provinsi Gorontalo di sebelah barat dan Teluk Tomini di sebelah selatan. Secara fisiografis, wilayahnya dapat dikelompokkan dalam dua zona yaitu zona selatan dan zona utara. Pada zona

selatan yaitu dari Bolaang hingga Minahasa Utara, berupa dataran rendah dan dataran tinggi dengan karakteristik tanah yang cukup subur. Sedangkan pada zona utara yaitu dari Pulau Miangas, Sangihe, hingga Pulau Siau, berupa kepulauan. Provinsi ini merupakan provinsi kepulauan yang terdiri dari 287 pulau dengan 59 pulau yang berpenduduk dan 228 tidak berpenduduk. Dari pulau tersebut, sebelas diantaranya berbatasan dengan negara tetangga Filipina dan Laut Pasifik. Salah satunya, Pulau Miangas yang berada paling utara dari Republik Indonesia dengan luas 3,15 kilometer persegi dan dihuni oleh 782 warga. Geoposisi Sulawesi Utara yang berhadapan langsung dengan lautan Pasifik menempatkannya lebih dekat dengan negara-negara yang masuk dalam kerja sama ekonomi Asia Tenggara (ASEAN Free Trade Area, AFTA) dan Asia Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation, APEC). Letak geografis Sulawesi Utara secara geoposisi terdapat pada Pasific Rim yang merupakan jalur distribusi perdagangan dunia. Dengan kondisi demikian, letak Provinsi ini cukup relatif dekat dengan negara tujuan ekspor dan pusat pertumbuhan ekonomi dunia, seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok dan Amerika Serikat, sehingga

sangat prospektif dalam pendistribusian hasil prosuksi berupa barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun internasional. Dalam konteks jalur ekspor-impor, Pelabuhan Bitung berada pada posisi strategis karena posisi Sulawesi Utara yang diapit oleh dua Alur Laut Kepulauan Indonesia

Peta Posisi Provinsi Sulawesi UtaraSebagai Gerbang Utara Indonesia

Keunggulan Pelabuhan Samudra BitungSebagai Pelabuhan Ekspor-Impor

Page 32: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

14 1514

(ALKI), yaitu ALKI 2 (Laut Sulawesi) dan ALKI 3 (Laut Maluku dan Samudra Pasifik). Geoposisi yang sangat strategis tersebut telah dioptimalkan melalui pengembangan. KEK Bitung yang diproyeksikan sebagai International Hub pada jalur distribusi perdagangan domestik di KTI, maupun perdagangan internasional. Tabel 1.1. memberikan gambaran bahwa jarak tempuh distribusi barang dari Sulawesi Utara ke pelabuhan tujuan ekspor, seperti Kaohsiung, Hongkong, Sanghai, Busan, Tokyo, dan Los Angeles lebih dekat dibandingkan dari Jakarta (via Singapura). Selisih jarak rute pelayaran tersebut tentunya akan membawa dampak pada efisiensi waktu dan biaya. Tabel tersebut juga menggambarkan bahwa angka efisiensi baik waktu maupun biaya tersebut cukup signifikan. Hal ini tentunya dapat menekan biaya logistik yang selama ini ditengarai menjadi salah satu faktor rendahnya daya saing Indonesia di pasar Internasional. Oleh karena itu optimalisasi Pelabuhan Bitung dalam kerangka ekspor-impor menjadi sesuatu yang urgen untuk segera direalisasikan. Pada gilirannya berdasarkan letak geografis ini pemerintah daerah tertantang untuk melakukan program optimalisasi Pelabuhan Bitung dengan peningkatan kapasitas bongkar-muat dapat menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya saing produk-produk nasional.

1.3.5. Tantangan Pandemi Bagi DaerahPertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) 2020 tercatat sebesar -0,99 persen

(yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan 2019 yang tercatat sebesar 5,65 persen (yoy). Penutupan penerbangan internasional secara total, penurunan pertumbuhan ekonomi dunia, dan pembatasan penerbangan domestik akan mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Disisi lainnya pembatasan aktivitas sosial akan mempengaruhi perekonomian terutama dari risiko turunnya permintaan yang ditransmisikan pada penurunan insentif produksi, serta risiko tertahannya pertumbuhan konsumsi pemerintah seiring dengan penurunan pendapatan dan terbatasnya aktivitas yang bisa dilakukan. Terdapat 9 kelompok besar masyarakat yang terdampak akibat Covid-19, yang rata-rata bekerja di sektor informal, yaitu pekerja yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa dengan skala usaha mikro dan kecil, pekerja yang bergerak di bidang pertanian skala usaha mikro dan kecil, pekerja yang bergerak di bidang pariwisata skala usaha mikro dan kecil, pekerja yang bergerak di bidang transportasi skala usaha mikro dan kecil, pekerja yang bergerak di bidang industri skala usaha mikro dan kecil, penduduk yang bekerja sebagai pemulung, penduduk lanjut usia, penduduk dengan kebutuhan khusus (disabilitas) dan penduduk yang anggota

Page 33: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

1514

keluarganya terindikasi ODP, PDP, suspect dan terinfeksi Covid-19 Menyikapi berbagai tantangan dan risiko ke depan tersebut, dengan memperhatikan kondisi eksternal dan internal, maka pemerintah provinsi Sulawesi Utara perlu meningkatkan dan memperkuat koordinasi kebijakan bersama pemerintah kabupaten dan kota guna mengurangi dampak pandemi Covid-19 pada perekonomian Sulut melalui refocusing anggaran belanja daerah yang ditujukan untuk penanganan kesehatan, penyediaan jaring pengaman sosial dan penanganan dampak ekonomi. Implementasi kebijakan pemerintah daerah dalam rangka menjaga daya beli masyarakat melalui skema

social safety net (jaring pengaman sosial) terutama bagi masyarakat miskin maupun masyarakat rawan miskin akibat shock pandemi Covid-19 pada kondisi keuangan. Peta sebaran Covid-19 di Provinsi Sulawesi Utara sudah menyebar ke 15 Kabupaten/Kota. Adapun rincian peta sebaran Covid-19 di Provinsi Sulawesi Utara sejak merebaknya penyebaran Covid-19 :

Pandemi Covid 19 dimulai di Sulawesi Utara pada bulan Maret 2020 dengan adanya 2 kasus awal yang saling terkoneksi satu sama lainnya. Kemudian selang bulan April 2020, jumlah kasus meningkat menjadi 43 kasus bulanan yang sebagian besari berasal dari pelaku perjalanan dan juga kontak erat dari kasus sebelumnya. Pada bulan Mei Jumlah Kasus meningkat drastis menjadi 294 kasus. Pada bulan ini mulai terdeteksi adanya transmisi lokal di Sulawesi Utara. Pembukaan 2 Laboratorium PCR Covid19 (BTKLPP dan BPOM) di Sulawesi Utara yang kemudian diikuti dengan tambahan 2 lagi (Unsrat dan RSUP Proof Kandou), mendorong terjadinya perluasan kegiatan tracing

Peta Sebaran Kasus Terkonfirmasi Covid-19 Tahun 2020

Page 34: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

16 1616

dan testing di lapangan. Kasus meningkat secara bermakna di Bulan Juni sebanyak 770 kasus dan Juli sebanyak 1471. Kegiatan testing dan tracing yang meluas ini, kelihatannya membawa dampak yang sangat signifikan pada pengendalian Covid 19 di Sulawesi Utara, karena mampu menekan jumlah pertambahan kasus bulanan menjadi 1268 di bulan Agustus dan 639 di bulan September. Akan tetapi di awal bulan Oktober mulai terlihat lagi adanya peningkatan kasus. Warning di keluarkan kepada seluruh pelaku testing dan tracing di lapangan untuk melipat gandakan upaya testing dan tracing. Bulan Oktober terjadi peningkatan kasus sebanyak 50% dari bulan sebelumnya yakni 920 kasus. Akan tetapi pada bulan November penggandaan kasus meningkat makin tajam sampai dengan bulan Desember 2020. Selama 2 bulan ini, pertambahan kasus mencapai 4.266 kasus. Atau menyumbang 44% dari total kumulatif kasus sepanjang tahun 2020.

Melihat data di atas, sudah selayaknya Pemerintah Provinsi Sulawesi memberlakukan penerapan pembatasan aktifitas masyarakat dalam upaya menekan laju penyebaran Covid-19. Sesuai Surat Keputusan Gubernur No. 97 tahun 2020 yang mengacu pada pernyataan juru bicara pemerintah covid-19 dalam konferensi pers pada tanggal 14 Maret 2020, yang menyatakan bahwa Sulut menjadi salah satu daerah penyebaran covid-19. Berdasarkan keputusan tersebut Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menetapkan status siaga darurat penanganan bencana non alam virus Covid-19 di seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Status siaga darurat ini berlangsung selama 75 hari terhitung mulai 16 Maret sampai 29 Mei 2020 dan dapat diperpanjang ataupun diperpendek sesuai kebutuhan penyelenggaraan penanganan darurat bencana. Menyikapi berbagai tantangan akibat pandemi Covid-19, dengan memperhatikan kondisi eksternal dan internal, maka pemerintah provinsi sulawesi utara perlu melalukan refocusing anggaran belanja daerah yang ditujukan untuk penanganan kesehatan, penyediaan jaring pengaman sosial dan penanganan dampak ekonomi. Implementasi kebijakan pemerintah daerah dalam rangka menjaga daya beli masyarakat melalui skema social safety net (jaring pengaman sosial) terutama bagi masyarakat miskin maupun masyarakat rawan miskin akibat shock pandemi Covid-19 pada kondisi keuangan.

Page 35: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Jembatan Soekarno

Page 36: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

BAB IIPerkembangan dan Analisis

Ekonomi Regional

Page 37: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

171716

BAB II SASARAN PEMBANGUNAN DANTANTANGAN DAERAH

2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL

Di dalam perencanaan kebijakan pembangunan ekonomi di daerah diperlukan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian daerah pada suatu periode tertentu. Indikator tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi pembangunan ekonomi yang telah dicapai dan bahan perencanaan di masa yang akan datang. Salah satu indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

2.1.1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Persentase Terhadap PDRB Provinsi Sulawesi UtaraKab/Kota 2019 2018 2017 Rata-rata

Kota Manado 28.26% 25.85% 23.52% 25.88%

Minahasa 12.94% 11.92% 10.96% 11.96%

Kota Bitung 12.33% 11.46% 10.64% 11.48%

Minahasa 10.45% 9.55% 8.65% 9.55%

Minahasa Selatan 6.50% 6.01% 5.55% 6.02%

Seperti telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya, perencanaan kebijakan pembangunan ekonomi di daerah memerlukan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian daerah pada periode tertentu. Indikator dimaksud dapat dijadikan bahan evaluasi pembangunan ekonomi yang telah dicapai dan bahan perencanaan pembangunan di masa yang akan datang. Salah satu indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu daerah dalam suatu periode adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) pada periode waktu tertentu. Untuk mengukur tingkat PDRB Tahun 2020 dihadapkan pada sejumlah tantangan yang berbeda dari krisis-krisis sebelumnya, dan membutuhkan respon kebijakan extraordinary. Krisis yang bermula dari krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi akibat kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Menghadapi krisis yang luar biasa, pemerintah menerapkan respon kebijakan extraordinary, yang secara umum mencakup stimulus fskal dan relaksasi kebijakan sektor keuangan. Berpedoman pada kebijakan-kebijakan dalam menghadapi krisis ekonomi akibat pendemki ini, berdampak pada tingkat Perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2020 mencapai Rp132,30 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp88,13 triliun. Dengan capaian PDRB tersebut, Ekonomi Sulawesi

Ekonomi Sulawesi Utara tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,99 persen. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara ini masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional

Page 38: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

18 18

Utara tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,99 persen. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara ini masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Sesuai table 2.1 dapat digambarkan sebaran kontribusi terbesar dari besaran PDRB 5 terbesar di Provinsi Sulawesi Utara yakni berasal dari Kota Manado sebesar 25,88 persen diikuti Kab.Minahasa sebesar 11,94 persen dan Kota Bitung sebesar 11,48%, Kabupaten Minahasa Utara dan Minahasa Selatan masing-masing sebesar 9,55 persen dan 6,02 persen. Kondisi menggambarkan bahwa konsentrasi roda perkenomian masih berada di sekitar Ibukota Provinsi Sulawesi Utara.

A. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sulut Ekonomi Sulawesi Utara tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,99 persen (c-to-c). Pertumbuhan ekonomi ini merupakan efek pertumbuhan sebagian besar lapangan usaha yang juga terkontraksi. Kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar -25,96 persen, diikuti oleh Transportasi dan Pergudangan sebesar -13,78 persen dan Jasa Lainnya sebesar -10,06 persen. Ketiga lapangan usaha tersebut merupakan lapangan usaha yang berkaitan erat dengan aktivitas pariwisata yang mengalami pukulan paling kuat akibat adanya pandemi covid-19 pada tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara Tahun 2020 masih di bawah target Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Perubahan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020. Apabila kita menengok tingkat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara untuk tiga tahun terakhir, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara Tahun 2020 ini merupakan pertumbuhan yang terendah bila dibanding pertumbuhan ekonomi Tahun 2018 yang tumbuh sebesar 6,01 persen dan mengalami penurunan pertumbuhan 0.35 persen di tahun 2019. Hal ini sangat dipengaruhi adanya kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat sebagai upaya mengurangi penyebaran Covid-19. Dari sisi produksi, sebagian besar lapangan usaha masih terkontraksi, dengan kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yakni sebesar -25,96 persen. Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen

Page 39: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

191918

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mengalami kontraksi sebesar -2,34 persen. Sementara itu, lapangan usaha yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni Informasi dan Komunikasi sebesar 10,90 persen, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 8,28 persen, dan Pengadaan Listrik, Gas, dan Produksi Es sebesar 6,95 persen. Aktivitas masyarakat yang masih cukup banyak dilakukan di rumah seperti work from home, school from home, beribadah dari rumah, serta kegiatan sosial lainnya menyebabkan konsumsi pulsa dan paket data terus meningkat. Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2020, Informasi dan Komunikasi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 0,54 persen. Capaian ini disebabkan banyak aktifitas masyarakat masih dilakukan di rumah baik untuk bekerja dan belajar sedangkan Transportasi dan Pergudangan menjadi sumber kontraksi terdalam, yaitu sebesar -1,22 persen karena adanya pembatasan aktifitas masyarakat untuk menekan penyebaran Covid-19. Sebagian besar lapangan usaha masih mencatat pertumbuhan negatife. Kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar -8,74 persen, sementara untuk pertumbuhan tertinggi dicapaioleh lapangan uisaha jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh sebesar 17,76 persen.

B. PDRB Menurut Pengeluaran Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,99 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Hampir seluruh komponen pengeluaran mengalami kontraksi di tahun 2020. Kontraksi terdalam terjadi pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar -5,75 persen. Hal ini sedikit banyak disebabkan selama pandemi Covid-19 timbul, segala kegiatan pembangunan/ konstruksi yang telah direncanakan di awal tahun, batal dilaksanakan karena adanya refocusing dan realokasi anggaran pembangunan untuk menanggulangi dampak pandemi Covid-19 ini. Komponen Pengeluaran yang terkontraksi berikutnys Konsumsi Lembaga Non Profit Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar -3,63 persen; dan komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar -2,57 persen. Struktur PDRB Sulawesi Utara menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada tahun 2020 masih didominasi oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), serta Ekspor Barang dan Jasa. Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Page 40: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

20 20

ekonomi Sulawesi Utara tahun 2020, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi sumber kontra ksi terdalam yakni sebesar -2,11 persen. Hal ini terjadi akibat penurunan realisasi belanja modal APBN dan swasta, dimana hingga akhir tahun 2020 belanja modal APBN masih difokuskan pada kegiatan percepatan penanganan Pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi di Sulawesi Utara. Untuk sumber kontraksi terdalam kedua yaitu komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar -1,08 persen. Kontraksi pada komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) disebabkan oleh menurunnya beberapa subkomponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) seperti subkomponen minuman beralkohol dan rokok, pakaian, transportasi/angkutan, rekreasi dan budaya, pendidikan, penginapan dan hotel, serta barang pribadi dan jasa perorangan, masyarakat cenderung melakukan saving di bank daripada membelanjakan untuk kepentingan konsumtif. Sementara itu, komponen ekspor barang dan jasa menjadi sumber kontraksi terdalam ketiga sebesar -0,63 persen yang terjadi karena penurunan signifikan pada ekspor barang barang luar negeri yaitu komoditi perhiasan/permata. Dilihat dari sisi pengeluaran, perbandingan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-tahun 2020 terhadap triwulan IV-tahun 2019 (y-on-y) terjadi kontraksi hampir pada semua komponen. Kontraksi terdalam terjadi pada komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar -10,43 persen. Kontraksi pada sektor ini disebabkan masih belum maksimalnya kegiatan ekspor barang dan jasa dari Sulawesi Utara ke negara-negara tujuan karena pembatasan pergerakan arus barang ke luar negeri baik dari pelabuhan dan bandar udara selama pandemi Covid-19. Sector yang terkongtraksi berikutnya adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar -4,66 persen. Seperti disampaikan pada pembahasan sebelumnya, sector ini mengalami kontraksi disebabkan tidak berjalannya rencana kegiatan pembangunan/ kontruksi sesuai rencana awal karena poembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi Covid-19. Sektor Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi sebesar -4,56 persen disebabkan karena kinerja belanja pemerintah telah dilakukan secara cukup efektif (spending better) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.

C. PDRB Menurut Lapangan Usaha

Dari sisi Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha, hampir semua sektor mengalami pertumbuhan bila dibandingkan dengan tahun 2019. Pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 0,54 persen, kemudian diikuti dengan sektor Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 0,42, sektor Lapangan Usaha Pertanian,Kehutanan dan Perikanan sebesar 0.41 persen dan sektor

Page 41: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

212120

Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 0,34 persen. Apabila ditinjau dari struktur Ekonomi menurut Lapangan Usaha pertumbuhan masih didomoniasi pada Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 21,51 persen, lapangan usaha. Perdaganan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 13,06 dan Lampangan Usaha Kontruksi sebesar 11,33 persen. Merujuk pada grafik 4, ditampilan lima lapangan usaha dengan kontribusi terbesar PDRB periode 2018 s.d 2020 di Sulawesi Utara. Terlihat bahwa sebaran kontribusi

PDRB ditahun 2020 ini menunjuk angka yang paling kecil bila di bandingkan sebaran kontribusi dua tahun sebelumnya. Jika kita melihat tingkat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2020 mengalami kontraksi sebesar -2,23 persen bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi peridoe yang sama pada tahun 2019 (y on y).

Sebagian besar lapangan usaha masih mencatatkan pertumbuhan negatif. Kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar -8,74 pers-en; sementara itu, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh sebesar 17,76 persen. Pertumbuhan pada lapangan usaha ini terjadi karena tingkat kesadaran masyarakat Sulawesi Utara semakin meningkat akibat pendemi Covid-19 ini sekaligus semakin tinggi solidaristas masyarakat untuk saling membantu dan berbagi dengan masayarakat yang mengalami kesusahan.

D. PDRB per KAPITA PDRB perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu

daerah, yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan penduduk suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk regional tersebut Pendapatan per kapita Sulut menunjukkan tren peningkatan. Perkembangan PDRB per kapita Sulut tahun 2020 yaitu sebesar Rp 42 juta, mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 48,31 juta dan tahun 2019 sebesar 52,5

21,26

11,01

13,31

22,04

10,73

13,73

21,66

11,52

12,95

21,15

11,94

12,36

0 5 10 15 20 25

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; ReparasiMobil dan Sepeda Motor

Grafik 3.1 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha (Persen)

Triwulan IV Triwulan III Triwulan II Triwulan I

-1,5

0,5

2,5

Pertanian,Kehutanan,

dan Perikanan

IndustriPengolahan

Konstruksi PerdaganganBesar dan

Eceran;Reparasi Mobildan Sepeda

Motor

Transportasidan

Pergudangan

Jasa lainnya

Grafik 4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha (Persen) Tahun 2018-2020

2018 2019 2020

Page 42: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

22 22

juta. Jika dibandingkan dengan PDB per kapita nasional, posisi PDRB per ka-pita Sulut masih lebih rendah. Jika dilihat dari PDRB per kapita Nasional dima-na pada tahun 2020 sebesar 56,9 turun jika dibanding dengan tahun 2019 sebesar 59,01 juta.

2.1.2. TINGKAT SUKU BUNGA

Kebijakan terkait suku bunga memiliki hubungan yang erat dengan laju inflasi, dan kondisi perekonomian secara keseluruhan. Suku bunga mempengaruhi jumlah uang yang beredar yang berpengaruh terhadap tingkat inflasi. Suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) ditetapkan agar suku bunga kebijakan dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil. Semester pertama tahun 2020, Bank Sentral memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap berada pada besaran 4,25 persen mengingat stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang cenderung menurun karena pandemi Covid-19 yang mampu menguncang perekonomian nasional dengan tetap menjaga daya tarik investasi dan arus kapital ke dalam negeri. Memasuki semester II 2020, sejalan dengan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendorong aktivitas perekonomian, bank sentral juga melakukan penurunan BI 7-day Reverse Repo Rate. Bank Indonesia melakukan penyesuaian dengan menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, yaitu masing-masing sebesar 0,25 basis poin mulai bulan Juli dan Nopember. Sehingga sampai dengan akhir tahun, suku bunga Bank Indonesia (BI 7-day Reverse Repo Rate) menjadi 3,75 persen. Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi. Bank Indonesia memperkuat sinergi kebijakan dan mendukung berbagai kebijakan lanjutan untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional, melalui pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dan aman Covid-19, akselerasi stimulus fiskal, penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, melanjutkan stimulus moneter dan makroprudensial, serta mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan. Sejalan dengan itu, nampak bahwa penurunan suku bunga acuan ini telah diikuti oleh penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) oleh Perbankan (BRI) sebesar 0,25 persen di sektor mikro dan 0,05 persen di sektor

Bank Sentral memutuskan untuk

mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap

berada pada besaran 4,25

persen mengingat stabilitas

makroekonomi dan sistem keuangan yang cenderung menurun karena

pandemi Covid-19

5 4,75 4,5 4,5 4,5 4,25 4 4 4 4 3,75 3,75

9,90 9,90 9,80 9,80 9,80 9,80 9,80 9,80 9,80 9,75 9,75 9,75

17,25 17,25 16,75 16,75 16,75 16,75 16,75 16,75 16,75 16,50 16,50 16,50

2468

101214161820

Grafik 2.5 Perkembangan Suku Bunga BI Rate 7-Day Repo Rate, dan SBDK BRI 2020 % per tahun

BI Rate SBDK Ritel SBDK Mikro

Page 43: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

232322

retail.

2.1.3. TINGKAT INFLASI

Tingkat inflasi Sulawesi Utara pada Tahun 2020 adalah 0.47 persen. Tingkat inflasi ini masih pada level yang rendah dan terkendali. Tingkat inflasi Sulawesi Utara pada Tahun 2020 masih di bawah capaian

inflasi tingkat Nasional yang berada pada angka 1.68 persen. Untuk tingkat inflasi Sulawesi Utara pada tahun 2020 ini menunjukkan tingkat inflasi yang terkecil bila dibandingkan dengan tingkat inflasi dua tahun sebelumnya yakni tingkat inflasi Tahun 2019 sebesar 3,52 persen dan 3,83 persen untuk tingkat inflasi tahun 2018. Inflasi Sulawesi Utara pada Bulan Desember 2020 ini terjadi karena adanya peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,27 pada November 2020 menjadi 105,76 pada Desember 2020. Kontribusi penyumbang tingkat inflasi tersebut berasal diantaranya kelompok pengeluaran mengalami peningkatan indeks terjadi pada kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar

1,61 persen, kelompok transportasi sebesar 1,22 persen, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,80 persen, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,55 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,13 persen dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,05 persen. Terdapat kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks adalah

kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,10 persen. Dan kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, kelompok kesehatan, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok

Untuk tingkat inflasi Sulawesi Utara pada tahun 2020 ini menunjukkan tingkat inflasi yang terkecil bila dibandingkan dengan tingkat inflasi dua tahun sebelumnya yakni tingkat inflasi Tahun 2019 sebesar 3,52 persen dan 3,83 persen untuk tingkat inflasi tahun 2018.

0,47

3,523,83

2,44

1,68

2,723,13

3,61

00,5

11,5

22,5

33,5

44,5

2020 2019 2018 2017

Sulut Nasional

Page 44: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

24 24

pendidikan. Sedangkan untuk Komoditas yang memberikan sumbangan/andil terbesar terhadap Inflasi Kota Manado adalah ikan cakalang/ikan sisik sebesar 0,1217 persen, angkutan udara sebesar 0,0806 persen, ikan malalugis/ikan sohiri sebesar 0,0702 persen, cabai rawit sebesar 0,0680 persen, kain gorden sebesar 0,0486 persen, telur ayam ras sebesar 0,0454 persen, tarif kendaraan roda 4 online sebesar 0,0345 persen, ikan selar/ikan tude sebesar 0,0330 persen, sepeda motor sebesar 0,0241 persen, dan parfum sebesar 0,0217 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil deflasi terbesar adalah tomat sebesar 0,0804 persen, lemon sebesar 0,0662 persen, emas perhiasan sebesar 0,0296 persen, pisang sebesar 0,0144 persen, jeruk nipis/limau sebesar 0,0115 persen, apel sebesar 0,0109 persen, buncis sebesar 0,0067 persen, cabai merah sebesar 0,0059 persen, terong sebesar 0,0042 persen dan bawang merah sebesar 0,0034 persen. Pergerakan indeks harga konsumen pada kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,80 persenKelompok makanan, minuman dan tembakau pada Desember 2020 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,2351 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi antara lain: ikan cakalang/sisik sebesar 0,1217 persen; ikan malalugis/sohiri sebesar 0,0702 persen; cabai rawit sebesar 0,0680 persen; telur ayam ras sebesar 0,0454 persen; ikan selar/ikan tude sebesar 0,0330 persen; ikan oci sebesar 0,0194 persen; ikan kembung sebesar 0,0142 persen; daging ayam ras sebesar 0,0100 persen; ikan tuna 0,0095, dan minyak goreng sebesar 0,0093 persen. Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan deflasi antara lain: tomat sebesar 0,0804 persen; lemon sebesar 0,0662 persen; pisang sebesar 0,0144 persen; jeruk nipis/limau sebesar 0,0115 persen; apel sebesar 0,0109 persen; buncis sebesar 0,0067 persen; cabai merah sebesar 0,0059 persen; terong sebesar 0,0042 persen; bawang merah sebesar 0,0034 persen dan sawi hijau sebesar 0,0015 persen. Sesuai Tabel 2.2, Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Desember 2020 secara umum mengalami peningkatan. Kota Manado mengalami Inflasi sebesar 0,47 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen dari 105,27 pada bulan November 2020 menjadi 105,76 di bulan Desember 2020. Perkembangan inflasi Kota Manado sampai dengan bulan Desember 2020 sebesar -0,18 persen, sedangkan inflasi “year on year” yaitu sebesar -0,18 persen. Pergerakan indeks harga konsumen pada kelompok pakaian dan alas kaki mengalami inflasi sebesar 0,13 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki pada Desember 2020 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0079 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi, yaitu: celana panjang katun pria sebesar 0,0053 persen; kemeja panjang katun pria sebesar 0,0014 persen; celana panjang jeans anak sebesar 0,0009 persen dan baju kaos berkerah anak sebesar 0,0003 persen, sedangkan sisa komoditas lainnya

Page 45: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

252524

tidak mengalami perubahan/stabil. Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya pada Desember 2020 tidak mengalami perubahan indeks, masih dengan nilai IHK sebesar 100,11 persen sama dengan nilai November 2020. Pergerakan indeks harga konsumen pada kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rumah tangga mengalami inflasi sebesar 1,61 persen. Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga pada Desember 2020 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0708 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi yaitu: kain gorden sebesar 0,0486 persen; sabun

detergen bubuk/cair sebesar 0,0116 persen; sprey sebesar 0,0036 persen; lampu emergency sebesar 0,0029 persen; sofa sebesar 0,0025 persen; sabun cair/cuci piring sebesar 0,0021 persen; kasur sebesar 0,0018 persen, air conditioner (AC) sebesar 0,0009 persen dan pembasmi nyamuk spray sebesar 0,0005 persen . Komoditas yang memberikan sumbangan deflasi yaitu: penyegar ruangan sebesar

0,0030 persen; sabun cream detergen sebesar 0,0004 persen dan kulkas/lemari es sebesar 0,0003 persen, sedangkan sisa komoditas lainnya tidak mengalami perubahan/stabil. Kelompok pengeluaran kesehatan pada Desember 2020 tidak mengalami perubahan indeks, masih dengan nilai IHK sebesar 108,41 persen sama dengan nilai November 2020. Pergerakan indeks harga konsumen pada kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 1,22 persen. Kelompok transportasi pada Desember 2020 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,1439 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi yaitu: angkutan udara sebesar 0,0806 persen; tarif kendaraan roda 4 online sebesar 0,0345 persen; sepeda motor sebesar 0,0241 persen dan pelumas/oli mesin sebesar 0,0047 persen, sedangkan sisa komoditas lainnya tidak mengalami perubahan/stabil. Kelompok pengeluaran informasi, komunikasi dan Jasa Keuangan pada Desember 2020 tidak mengalami perubahan indeks, dengan nilai IHK sebesar 96,50 persen sama dengan nilai November 2020. Pergerakan indeks harga konsumen pada kelompok Rekreasi, olahraga dan budaya mengalami inflasi sebesar 0,55 persen. Kelompok rekreasi, olahraga dan budaya pada Desember 2020 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0084 persen.

Page 46: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

26 26

Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi yaitu: pulpen/ballpoint sebesar 0,0080 persen dan playstation sebesar 0,0004 persen, sedangkan sisa komoditas lainnya tidak mengalami perubahan/stabil. Kelompok pengeluaran pendidikan pada Desember 2020 tidak mengalami perubahan indeks, masih dengan nilai IHK sebesar 122,80 persen sama dengan nilai November 2020. Pergerakan indeks harga konsumen pada kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi sebesar 0,05 persen. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran pada Desember 2020 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0057 persen. Komoditi yang memberikan sumbangan inflasi yaitu: pizza sebesar 0,0057 persen, sedangkan sisa komoditas lainnya tidak mengalami perubahan/stabil. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya di bulan Desember 2020 mengalami deflasi sebesar 0,10 persen. Sumbangan inflasi yang diberikan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya adalah sebesar -0,0068 persen. Komoditi penyumbang deflasi yaitu emas perhiasan sebesar 0,0296 persen. Komoditas penyumbang inflasi adalah: parfum sebesar 0,0217 persen; pembalut wanita sebesar 0,0010 persen dan sikat gigi sebesar 0,0001 persen, sedangkan sisa komoditas lainnya tidak mengalami perubahan.

2.1.4. NILAI TUKAR/ KURSNilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang

dapat dipertukarkan dengan unit mata uang negara lain. Tujuan analisis nilai tukar adalah untuk mengetahui nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing khususnya USD, EUR, JPY, dan CNY yang mempengaruhi indikator ekonomi lainnya khususnya terkait dengan neraca perdagangan/pemba-yaran, ekspor impor, dan cadangan devisa. Berikut perkembangan nilai kurs tengah transaksi rupiah dengan mata uang tersebut selama tahun 2020.

Grafik 2.5 Kurs Jual Transaksi USD,EUR,JPY,CNY terhadap IDR (dalam rupiah)

Page 47: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

272726

Apresiasi Rupiah Tertinggi Depresiasi Rupiah Tertinggi Nilai Tukar Rupiah Akhir Tahun

Sepanjang tahun 2020, pergerakan kurs mata uang USD, EUR, JPY, dan CNY terhadap rupiah menunjukkan pola yang relatif sama dan berulang. Setelah sempat menguat (apresiasi) pada saat akhir triwulan I, pergerakan rupiah kembali mengalami tekanan sepanjang kuartal II dan III. Setelah mengalami tekanan di sepanjang kuartal II dan III tren penguatan rupiah kembali terjadi ketika memasuki awal triwulan IV dan kencerungannya semakin terjaga sampai dengan akhir tahun. Nilai tukar terendah untuk rupiah (IDR) selama 2020 berada pada nilai Rp 2.164.93 per 100 CNY, Rp 13.654,9 per 100JPY, Rp 17,034.55 per EUR dan Rp 14.248.89per USD. Berfluktuasi nilai tukar tambah ini sangat dipengaruhi perekonomian yang mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19 yang menyebar keseluruh negara di dunia.

2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN/ PEMBANGUNAN

Salah satu outcome dari suatu kebijakan fiskal yang telah dilaksanakan baik oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat pada suatu wilayah adalah perbaikan kualitas kesejahteraan yang umumnya terefleksikan pada indikator Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan.

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dikelompokkan dalam beberapa kategori, IPM < 60 (Rendah), 60 ≤ IPM < 70 (sedang), 70 ≤ IPM < 80 (Tinggi), IPM ≥ 80 (Sangat Tinggi). Berdasarkan Grafik 2.5 berikut

menunjukkan bahwa IPM Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan seiring dengan pencapaian nasional. Indeks IPM Sulawesi Utara menunjukkan angka di atas indeks IPM Nasional lima dalam tahun berturut-turut. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat di Sulawesi Utara telah memiliki harapan

6062646668707274

SulawesiUtara

SulawesiTengah

SulawesiSelatan

SulawesiTenggara

Gorontalo SulawesiBarat

Grafik 2.6 IPM Provinsi di Pulau SulawesiTahun 2018-2020

2020 2019 2018

68,569

69,570

70,571

71,572

72,573

73,5

2020 2019 2018 2017 2016

Grafik 2.5 Indeks Pembangunan Masyarakat Sulut dan Nasional tahun 2018 s.d 2020

Sulawesi Utara Nasional

Page 48: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

28 28

hidup waktu lahir, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok. Kondisi ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas sumber daya manusia di Sulawesi Utara.

Apabila kita melihat Grafik 2.6 IPM Provinsi yang berada di Pulau Sulewesi, memunjukan bahwa dalam tiga tahun berturut-turut IPM di Sulawesi Utara menjadi yang tertinggi bila dibandingkan indek IPM provinsi-provinsi yang lain di Pulau Sulawesi. Capaian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah melalui intrumen belanja negara untuk penyediaan akses dan pelayanan dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan peningkatan standar kehidupan yang layak bagi masyarakat sudah on the track. Agenda kerja SULUT HEBAT Pemerintah Sulawesi Utara dapat berdaya dan berhasil guna serta dapat dirasakan seluruh masyarakat Sulawesi Utara. Melihat capaian IPM Sulawesi Utara tersebut tidak lepas dari peningkatan capaian IPM dari masing-masing kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Utara. Dari 15 Kab/Kota yang ada di Sulawesi Utara, terdapat Enam Kabupaten yang masuk kategori Sedang (60 ≤ IPM < 70) dan Sembilan Kab/Kota masuk kategori Tinggi (70 ≤ IPM < 80). Kab/Kota yang masuk kategori IPM “Tinggi” rata-rata berada disekitar pusat ibukota provinsi kecuali Kabupaten Kepulauan Sangihe. Hal ini membuktikan bahwa sebaran kemudahan pemenuhan layanan kesehatan dan pendidikan belum bisa dirasakan secara merata masyarakat di seluruh Kab/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Tantangan Sulawesi Utara ke depan adalah bagaimana Pemerintah Daerah meningkatkan indikator pendidikan dan kesehatan secara merata di seluruh kabupaten/kota.

2.2.2. Tingkat Kemiskinan

Penurunan tingkat kemiskinan adalah salah satu ukuran keberhasilan p e m b a n g u n a n dan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kesejahteraan penduduk miskin tidak hanya tercermin pada penurunan angka kemiskinan saja namun juga terdapat

perbaikan kualitas hidup penduduk miskin. Presentase Penduduk Miskin Sulawesi Utara pada 2020 sebesar 7,62 persen. Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Utara pada tahun 2020 sejumlah 192.370. Apabila dibandingkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2019, terdapat penambahan jumlah

Page 49: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

292928

penduduk miskin pada tahun 2020 sebesar 0.67 ribu, dan jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada tahun 2018 terdapat pengurangan jumlah penduduk miskin

pada tahun 2020 sebanyak 0,94 ribu. Perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016 s.d. 2020 dapat disajikan dalam grafik 2.7 berikut: Secara umum, pada periode 2016-2020, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Utara cenderung fluktuatif namun menunjukkan

tren menurun sejak September 2017. Perkembangan persentase tingkat kemiskinan tahun 2016 sampai dengan Maret 2020 menunjukan bahwa persentase kemiskinan terendah terjadi pada bulan September 2019 sebear 7.51 persen atau 188.600 penduduk miskin dan tertinggi terjadi pada Maret 2016 sebesar 8.34 persen atau 202.820 penduduk. Dimensi kemiskinan lainnya yang perlu diperhatikan adalah indeks kedalaman dan indeks keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan menggambarkan ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk. ndeks keparahan kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks keparahan kemiskinan, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Pengukuran kemiskian tidak hanya berhenti pada jumlah dan persentase penduduk miskin, namun perlu juga diperhatikan dimensi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan akan menggambarkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, sedangkan indeks keparahan kemiskinan akan menunjukkan sejauh mana sebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Secara total, Indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami keniakan. Pada periode September 2019 – Maret 2020 kenaikan terjadi di Perkotaan dan Pedesaan. Indeks P1 untuk Perkotaan naik mencapai 0,32 dan Perdesaan naik mencapai 0.18. Kondisi ini diduga merupakan dampak awal dari keberhasilan dana desa

Page 50: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

30 30

pemerintah dimana meskipun belum bisa menurunkan disparitas jumlah penduduk miskin yang signifikan namun paling tidak telah dapat menurunkan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan yang ada di desa.

2.2.3. Tingkat KesenjanganDistribusi pendapatan merupakan salah satu aspek penting sebagai ukuran pemerataan pendapatan masyarakat di suatu daerah.

Sebagai ukuran pemerataan yang juga merefleksikan ukuran ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat, biasanya digunakan koefisien Gini (Ratio Gini). Nilai koefisien Gini berkisar antara 0 (sangat merata) sampai dengan 1 (sangat timpang). Adapun kriteria ukuran ketimpangan Gini Ratio meliputi Ketimpangan Rendah (Gini Ratio< 0,3), Sedang (0,3 ≤ Gini Ratio ≤ 0,5) dan Tinggi (Gini Ratio> 0,5). Gini Ratio Provinsi Sulawesi Utara Maret 2020 sebesar 0,370. Dibandingkan dengan nilai September 2019, Gini Ratio Maret 2020 secara total mengalami penurunan 0,006 poin. Gini Ratio di daerah perkotaan mengalami penurunan 0,005 poin dibandingkan September 2019 menjadi 0,370. Artinya, ketimpangan pengeluaran antara si kaya dan si miskin di perkotaan semakin kecil. Sedangkan, Gini Ratio di daerah perdesaan Maret 2020 yang sebesar 0,340. Gini Ratio September 2019 masih dikategorikan ke dalam kelompok ketimpangan sedang (suatu wilayah dikatakan mempunyai ketimpangan yang tinggi jika Gini Ratio melebihi angka 0,5). Ketimpangan di Sulawesi Utara masuk dalam kategori “sedang” dengan nilai koefisien Gini mencapai 0,340 pada Maret 2020, turun tipis 0,005 poin dari koefisien Gini pada September 2019 untuk Perkotaan dan turun 0.006 untuk Perdesaan. Hal ini mengartikan bahwa berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, kencenderungan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan lebih tinggi terjadi pada masyarakat di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan.

2.2.4. Tingkat PengangguranPengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang

tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah bekerja), atau

Tahun Perkotaan Perdesaan TotalSeptember 2019 0,375 0,346 0,376Maret 2020 0,370 0,340 0,370September 2020 - - -

Page 51: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

313130

sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Secara spasial, Pada Tahun 2020, terdapat tiga kabupaten/kota di Sulawesi Utara yang memiliki tingkat pengangguran yang tertinggi, yakni tertinggi pertama berada di kota Mando (13,88 persen), kedua di Kota Bitung (10,23 persen) dan ketiga terjadi di Kota Tomohon (8,99 persen). Sementara itu, tingkat p e n g a n g g u r a n terendah terdapat pada Kabupaten Kepulauan Talaud (2,64 persen). Total penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara pada Tahun 2020 mencapai 2,62 juta orang, yang terdiri dari 1.34 juta laku-laki dan 1.28 juta perempuan. Jumlah ini bertambah 351,3 ribu orang dibandingkan keadaan pada Tahun 2019. Berdasarkan tabel 2.4 TPT Provinsi-Provinsi Di Pulau Sulawesi menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Utara menjadi yang tertinggi bila dibandingkan dengan TPT di provinsi yang lain bahkan di Indonesia. Terminologi penduduk usia kerja dalam publikasi ini adalah penduduk berusia 15 tahun keatas. Penduduk usia kerja terbagi dalam 2 kelompok yakni Angkatan kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Kelompok Angkatan kerja merupakan kelompok penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi baik bekerja ataupun penduduk yang mencari pekerjaan. Sementara itu bukan angkatan kerja adalah kelompok penduduk usia kerja yang tidak aktif secara ekonomi. Kelompok penduduk ini aktivitas utamanya adalah sekolah atau mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan aktif lainnya. Tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah pekerja tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, pada 2020, penduduk Sulawesi Utara paling banyak bekerja pada sektor pertanian. Diikuti oleh sektor

Maret 2020 September 2020 Maret 2019 September 2019Sulawesi Utara 5,57 7,37 5,37 6,25Sulawesi Tengah 2,98 3,77 3,54 3,15Sulawesi Selatan 6,07 6,31 5,42 4,97Sulawesi Tenggara 3,17 4,58 2,96 3,59Gorontalo 3,59 4,28 3,47 4,06Sulawesi Barat 2,61 3,32 1,45 3,18INDONESIA 4,99 7,07 5,01 5,28

Provinsi di Pulau SulawesiTPT Provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi (Persen)

2020 2019

Kabupaten/Kota 2020 2019 2018 2017

Bolaang Mongondow 64,01 62,84 64,77 64,10Minahasa 62,34 63,33 66,11 60,83Kepulauan Sangihe 64,56 62,27 63,37 64,46Kepulauan Talaud 80,97 71,20 67,88 68,32Minahasa Selatan 67,09 70,22 64,76 62,42Minahasa Utara 61,64 62,38 60,16 60,85Bolaang Mongondow Utara 64,75 64,12 59,38 61,68Kepulauan Sitaro 65,14 63,47 65,99 56,65Minahasa Tenggara 64,34 67,58 62,06 60,90Bolaang Mongondow Selatan 63,51 58,84 61,20 61,52Bolaang Mongondow Timur 66,94 66,82 64,11 59,58Kota Manado 58,63 62,63 59,55 59,03Kota Bitung 61,73 61,88 62,85 56,55Kota Tomohon 59,59 62,68 60,69 61,66Kota Kotamobagu 66,48 63,50 64,87 57,96

Tabel 2,9 TPAK Menurut Kabupaten/Kota (Persen)

Page 52: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

32 32

perdagangan dan industri pengolahan. Dilihat dari tempat tinggalnya, TPT di perkotaan tercatat lebih tinggi dibanding di perdesaan. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada Tahun 2020, TPT baik di perkotaan maupun di perdesaan mengalami peningkatan. Kejadian ini sebagai dampak dari penyebaran Covid-19 yang merata di Sulawesi Utara. Sementara dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, pengangguran tertinggi adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tertinggi kedua adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak terserap terutama pada tingkat pendidikan SMA dan SMK. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dilihat dari TPT SD ke bawah terendah diantara semua tingkat pendidikan. Berdasarkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara pada Tahun 2020 menunjukkan bahwa capaian tertinggi berada di Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar 80.97 persen naik 9.77 poin apabila dibandingkan capaian tahun 2019. Berikutnya Kabupaten Minahasa Selatan dengan TPAK sebesar 67.09 persen turun 3.13 poin dan Kota Kotamubago denagn capain 66.48 persen naik 2.98 dari capaian tahun 2019.

2.2.5. Nilai Tukar Petani (NTP)

NTP merupakan indikator proxy kesejahteraan petani, yang dihasilkan melalui perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib). Parameter NTP dibagi menjadi tiga yakni NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih

2020 2019 2018 2017 2016Januari 99,27 95,41 95,21 92,86 97,69 Februari 99,10 95,18 93,93 92,47 97,47 Maret 98,85 94,51 94,81 91,65 96,83 April 97,79 94,60 94,41 92,15 97,14 Mei 97,85 93,85 94,87 92,43 96,63 Juni 96,52 93,91 94,89 92,40 97,00 Juli 98,12 94,61 94,63 92,32 97,00 Agustus 98,27 94,15 95,22 92,26 96,93 September 97,64 94,52 96,23 92,99 95,82 Oktober 99,26 93,34 96,38 94,27 94,54 November 100,76 92,79 96,14 94,24 94,44 Desember 102,11 95,06 95,38 95,16 93,94

Bulan NTP

Page 53: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

333332

besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya, NTP = 100, berarti petani mengalami impas. K e n a i k a n / p e n u r u n a n harga produksinya sama dengan persentase

kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya dan NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun, lebih kecil dari pengeluarannya. NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga. Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan produk lain. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat dilakukan. Pada tahun 2020, Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukan fluktuatif. Dibandingkan dengan tahun 2019 Indeks It ini mengalami penurunan yang signifikan 33.77 persen. Pada Triwulan II (periode April-Juni) indeks ini mencapai titik terendah sepanjang tahun 2020, nilainya hanya 102,26. Nilai tertinggi terjadi pada pertengahan triwulan IV yang mencapai 108,20; namun terjadi peningkatan di penghujung tahun 2020. Tercatat tiga kali terjadi penurunan yang signifikan, yaitu pada bulan Mei, Juni dan September. Secara umum It di tahun 2020 menjadi yang terendah sejak lima tahun terakhir di setiap bulannya yang berada pada range antara 102,26 sampai dengan 108,20 dan nilai rata-rata setahun sebesar 104,33. Sejalan dengan It, nilai Ib menunjukkan capaian yang terendah sejak lima tahun terakhir. Di mulai dengan nilai 104,56 di bulan Januari, indeks It mengalami fluktuasi peningkatan sampai akhir tahun dan ditutup dengan nilai 105,96 di bulan Desember 2020. Indeks Ib terendah dibulan Januari dan tertinggi pada bulan April sepanjang tahun 2020. Perubahan indeks ini lebih disebabkan pada pergerakan indeks harga konsumsi rumah tangga yang dikeluarkan oleh petani. Pola perubahan Ib lebih dominan mengikuti indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) Pada saat IKRT meningkat maka Ib juga mengalami peningkatan, Selama tahun 2020, Ib hanya turun pada bulan Mei, dengan penurunan sebesar 1,18 persen. Penurunan Ib ini lebih disebabkan oleh penurunan IKRT terutama pada kelompok bahan makanan. NTP Provinsi Sulawesi Utara pada periode Januari - Desember 2020 cenderung naik dan nilainya berada di atas seratus pada Bulan November

November Desember % November Desember %1 Sulawesi Utara 100,76 102,11 1,35 101,52 102,51 0,982 Sulawesi Tengah 94,38 95,91 1,53 95,89 97,43 1,613 Sulawesi Selatan 97,33 97,56 0,23 98,00 98,32 0,334 Sulawesi Tenggara 96,8 97,28 0,48 97,01 97,83 0,855 Gorontalo 100,56 101,13 0,57 101,94 102,45 0,506 Sulawesi Barat 113,08 115,3 2,22 114,85 116,81 1,71

Tabel 2.11 NTP Di 6 Provinsi di Pulau Sulawesi dan Persentase PerubahannyaNovember-Dsember 2020

NTP NTUPProvinsiNo

Page 54: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

34 34

dan Desember 2020. Diawali pada triwulan pertama dan kedua, dimana trendnya yang terus turun hingga mencapai 96,52 diakhir triwulan kedua. Pergerakan NTP diawali dengan nilai 99,27 di awal tahun dan diakhiri pada nilai 102,11 pada akhir tahun. Nilai NTP mulai menunjukan kenaikan pada awal triwulan ketiga dan akhir triwulan keempat. Pada bulan Maret, Juli, Oktober dan Desember terdapat kenaikan, namun dengan persentase satu persen. Penurunan terdalam terjadi di bulan Juni hingga mencapai 1,6 persen dan cenderung meningkat pada bulan berikutnya. Namun Perkembangan NTP Sulawesi Utara mulai bulan November 2020 sudah menunjukan nilai diatas 100, keadaan ini menunjukan tingkat daya beli petani secara umum sudah lebih baik dibanding kondisi pada tahun 2018 (tahun dasar). Seluruh Provinsi di Pulau Sulawesi mengalami kenaikan NTP dengan nilai yang bervariatif nilai tertinggi diperoleh Sulawesi Barat yang mencapai 1,96 kemudian disusul oleh Sulawesi Utara 1,35 persen sementara provinsi lainnya dibawah satu persen. Perubahan NTP terendah dialami Sulawesi Selatan yang hanya 0,23 persen. Sebagian dari provinsi yang ada sudah menunjukan nilai NTP diatas 100, hal ini menunjukan tingkat daya beli petani secara umum sudah lebih baik dibanding kondisi pada tahun 2018 (tahun dasar). Provinsi yang mempunyai nilai NTP diatas 100 mulai dari yang tertinggi adalah Sulawesi Barat (115,30), Sulawesi Utara (102,11) dan Gorontalo (101,13). Selain NTP yang bergerak positif, nilai NTUP juga mengalami hal yang serupa. Kenaikan tertinggi diperoleh Sulawesi Barat dengan kenaikan 1,71 persen disuul oleh Sulawesi Tengah 1,61 persen sementara provinsi lainnya dibawah satu persen. Pola nilai NTUP antar provinsi di bulan Desember cenderung sama dengan nilai NTP.

2.2.6. Nilai Tukar Petani Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTPI)

2020 2019 2018 2017 2016Januari 101,14 95,42 95,05 92,57 92,31Februari 99,25 95,93 94,24 91,06 92,06Maret 99,68 94,97 93,91 90,41 92,04April 99,48 93,99 93,93 90,68 92,96Mei 97,40 93,89 93,27 91,01 92,96Juni 97,60 95,37 94,38 91,29 92,83Juli 99,77 93,89 94,69 91,80 92,95Agustus 100,99 94,25 94,69 92,97 92,76September 100,06 94,53 94,88 93,22 94,26Oktober 98,02 92,58 94,10 93,28 93,54November 98,00 91,47 94,40 93,13 93,36Desember 98,21 100,80 94,31 92,68 93,42

Bulanan tanpa Tahunan Nilai Tukar Petani Nelayan dan Pembudidaya Ikan

Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebagai alat ukur kesejahteraan yang diperoleh dari perbandingan besarnya harga yang diterima, dengan harga yang dibayarkan oleh nelayan. Jadi, angka ini menunjukkan perbandingan antara indeks harga yang diterima nelayan (IT) dan indeks harga yang dibayar nelayan (IB). IT adalah indeks pergerakan harga paket komoditas yang

90,00

92,00

94,00

96,00

98,00

100,00

102,00

Grafik 2.12 Nilai Tukar Petani Nelayan dan Pembudidaya Ikan Sulut Tahun 2018-2020

2020 2019 2018

Grafik 2.12 Nilai Tukar Petani Nelayan dan Pem-budidaya Ikan Sulut Tahun 2018-2020

Page 55: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

BAB IIIPerkembangan dan AnalisisPelaksanaan APBN Tingkat Regional

Page 56: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Jalan Tol Manado - Bitung

Page 57: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

35Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201935 35

3.1. APBN TINGKAT PROVINSI Belanja pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2020 dialokasikan sebesar Rp9.12 triliun, turun jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp9.64 triliun. Untuk alokasi dana transfer ke daerah juga mengalami penurunan dari Rp13,31 triliun di tahun 2019 menjadi sebesar Rp12.32 triliun di tahun 2020, dimana penurunan ini sebagai bentuk kebijakan realokasi dan refocusing anggaran dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dampak pandemi Covid-19. Pos penerimaan perpajakan pada tahun 2020 juga mendapatkan imbas pandemi, sehingga terjadi penurunan target penerimaan perpajakan di tahun 2020 yang ditetapkan sebesar Rp3,4 triliun, turun dibanding tahun sebelumnya Rp4.2 triliun.

Tabel 3.1. Alokasi APBN untuk Provinsi Sulawesi Utara T.A. 2019-2020 (Miliar Rp)

Uraian2019 2020

Pagu Real % Pagu Real % A. Pendapatan Negara 5,134.40 4,899.38 95.4% 4,676.11 4,362.95 93.3%

I Penerimaan Perpajakan 4,224.92 3,803.55 90.03% 3,421.90 3,109.31 90.87%

1 Pajak Dalam Negeri 4,203.05 3,782.89 90.00% 3,405.48 3,090.49 90.75%

2 Pajak Perdagangan Internasional 21.87 20.66 94.47% 16.42 18.82 114.62%

II PNBP 909.48 1,095.83 120.49% 1,254.21 1,253.64 99.95%

III Hibah - - 0.00% - - 0.00%

B. Belanja Negara 4,163.62 23,524.29 97.35% 22,660.30 21,916.70 96.72%

I Belanja Pemerintah Pusat 9,643.69 9,386.76 97.34% 9,117.28 8,499.09 93.22%

1 Belanja Pegawai 3,091.13 3,049.16 98.64% 3,225.50 3,096.72 96.01%

2 Belanja Barang 4,094.18 3,754.08 91.69% 4,057.83 3,692.87 91.01%

3 Belanja Modal 3,215.70 2,569.24 79.90% 1,822.02 1,697.74 93.18%

4 Belanja Bantuan Sosial 14.80 14.28 96.49% 11.93 11.76 98.58%

II Transfer ke Daerah dan Dana Desa 14,519.93 14,137.53 97.37% 13,543.02 13,417.61 99.07%

1 Transfer ke Daerah 13,309.37 12,928.58 97.14% 12,317.78 12,193.65 98.99%

a. Dana Perimbangan 13,008.81 12,653.04 97.27% 11,784.51 11,660.38 98.95%

1) DAU 8,994.87 8,986.35 99.91% 8,186.12 8,147.79 99.53%

2) DBH 558.78 488.17 87.36% 431.07 430.77 99.93%

3) DAK Fisik 1,659.41 1,569.16 94.56% 1,404.68 1,339.76 95.38%

4) DAK Non Fisik 1,795.75 1,609.36 89.62% 1,762.64 1,742.06 98.83%

b. Otonomi Khusus - - 0.00% - - 0.00%

c. Dana Insentif Daerah 300.56 275.54 91.68% 533.27 533.27 100.00%

2 Dana Desa 1,210.56 1,208.95 99.87% 1,225.24 1,223.96 99.90%

C. SURPLUS DEFISIT (19,029.22) (18,624.91) -1.93% (17,984.19) (17,553.75) -3.42%

Sumber: GFS Sulut, Kanwil DJP Suluttenggo & Malut, Kanwil BC Sulbagtara

Sedangkan realisasi PNBP tahun 2020 mengalami kenaikan 12.59%, dari realisasi tahun sebelumnya. Data realisasi belanja menunjukan penurunan 9.45% dibanding tahun 2019. Sama halnya dengan penyerapan dana transfer ke daerah juga mengalami penuruan sebesar 5.69% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

3.2.1. PENERIMAAN PERPAJAKAN

Kontribusi Pajak Dalam Negeri tahun 2020 di Provinsi Sulut sangat dominan sebesar 99,4% dibandingkan Pajak Perdagangan Internasional yang hanya 0,6% dengan total realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp3.109 miliar.

Page 58: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

36 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 36

Grafik 3.1. Realisasi Penerimaan Perpajakan Provinsi Sulawesi Utara TA 2019 (miliar rupiah)

Sumber: Kanwil DJP dan Kanwil BC

Pos dengan kontribusi terbesar adalah PPh dan PPN dengan total nilai Rp3.296,24 miliar (96,79%), sedangkan Cukai menjadi pos penerimaan dengan persentase pencapaian target terbesar hingga 209,3 % meski nilai penerimaan hanya Rp13,21 miliar. Kanwil DJP Suluttenggomalut teah melakukan upaya diantaranya Joint Program dengan Kanwil Bea Cukai Sulbagtara untuk pengamanan penerimaan negara, berkoordinasi dengan bendahara untuk setoran yang bersumber dari APBN dan APBD. Selain itu juga, telah dilakukan optimalisasi penggalian dan pemanfaatan data eksternal untuk penggalian potensi WP berbagai sektor di Sulawesi Utara.

Grafik 3.2. Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat tingkat Provinsi di Sulawesi Utara (Miliar rupiah)

Sumber: GFS Sulut, Kanwil DJP Suluttenggo & Malut, Kanwil BC Sulbagtara

Selanjutya, beberapa analisis akan dipaparkan untuk mengukur kinerja penerimaan perpajakan, diantaranya:

a. Analisis Pajak Terhadap PDRB (Tax Ratio)

Kontribusi perekonomian di Sulawesi Utara tahun 2020 terhadap penerimaan perpajakan tercermin dalam Tax Ratio. Data Tax Ratio diatas menggambarkan bahwa terdapat kemampuan kolektifitas penerimaan perpajakan di Provinsi Sulawesi Utara, selaras dengan peningkatan tax ratio nasional. Terdapat penurunan tax ratio di tahun 2020, baik secara nasional maupun di Sulawesi Utara.

0,61 %

99,93 %

Pajak Dalam Negeri 3.090.49 M

Pajak Dalam Negeri 3.090.49 M

16.56

2.26

B E A M A S U K B E A K E L U A R

PPh PPN PBB CukaiPajak

Lainnya

1,741.21

1,210.35

81.5444.17

13.21

1,949.06

1,585.73

67.99 21.29

51.20 19.02

1.64

1,741.21

1,210.35

81.54 13.21

44.17 16.56 2.26

-10.7%

-23.7%

19.9%

-37.9% -13.7%

-12.9%

37.8%

-50.0%

-40.0%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

PPh PPN PBB Cukai Pajak Lainnya Bea Masuk Bea Keluar

2019 2020 Growth

Page 59: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

37Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201936 37

b. Analisis Komposisi Penerimaan Pajak Tahun 2020Secara keseluruhan, sektor swasta menyumbang 69,7% dari total penerimaan pajak tahun 2020. Upaya peningkatan ekstensifikasi pajak, optimalisasi penumpulan, pengolahan, dan analisis data distributor di sektor swasta di daerah sentra bisnis yaitu Manado dan Bitung terus dilakukan guna penggalian potensi penerimaan yang ada. Penerimaan di KPP Tahuna masih didominasi dari APBN dan APBD. Salah satu penyebab rendahnya peningkatan pajak sektor swasta di daerah tersebut adalah masih sulitnya perolehan data perdagangan antar pulau atas hasil bumi.

c. Analisis pajak perkapita Pajak perkapita adalah perbandingan

2016 2017 2018 20202019

1443.05

1393.931325.07

1470.73

1185.89penerimaan perpajak dengan jumlah penduduk. Tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak dan pertumbuhan jumlah penduduk menjadi faktor utama dalam menaikan pajak perkapita tersebut. Angka pajak per kapita di tahun 2020 merupakan yang terendah dalam periode 5 tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya aktivitas ekonomi dampak pandemi Covid-19.

3.2.2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI PNBP merupakan cost sharing dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan oleh negara kepada masyarakat. Pada periode 2020, PNBP mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya, bahkan merupakan penerimaan PNBP tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Untuk melihat kinerja pendpatan PNBP dapat dilihat tren perkembangan dari lima tahun terakhir.

Dari data diatas terlihat bahwa pendapatan terbesar disumbang oleh pendapatan dari Badan Layanan Umum. Di Sulawesi Utara terdapat 5 Badan Layanan Umum (BLU) yang terhitung aktif yaitu: RS. Prof.Dr. R.D. Kandou; Universitas Samratulangi; Rumkit Bhayangkara Manado; Rumkit Tk.III R.W. Monginsidi Dam XIII/Merdeka; dan Politeknik Kesehatan Manado.

Pendapatan BLU merupakan

Sumber: BPS & Kanwil DJP, data

Grafik 3.4. Pajak Perkapita (dalam ribuan)

807.90

1,108.71 1,106.49

1,202.04 1253.64

-

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

1,200.00

1,400.00

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

2016 2017 2018 2019 2020Pendapatan BLU PNBP lainnya Total

10.8 10.711.5

10.3

6.9

3.46 3.16 3.612.9

2.3

2016 2017 2018 2019 2020

Tax Ratio

Nasional Sulut

Grafik 3.3. Perkembangan Tax Ratio 5 tahun terakhir

Sumber: BPS,GFS Sulut,www.kemenkeu.go.id, diolah

Grafik 3.5. Perkembangan Realisasi PNBP di Sulawesi Utara (miliar rupiah)

Sumber: BPS,GFS Sulut

Page 60: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

38 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 38

sumber PNBP dominan di Sulut dimana tren peningkatan dimulai sejak tahun 2015 dengan beroperasinya 2 BLU awal di Sulut yaitu RS Prof.Dr. R.D. Kandou dan Universitas Sam Ratulangi Manado. Peningkatan penerimaan rumah sakit dan intalasi kesehatan lainnya disebabkan status RS Kandou menjadi RS Tipe A sehingga menjadi RS rujukan utama untuk wilayah Indonesia Bagian Timur. Sedangkan Pendapatan jasa disumbang oleh jasa bandar udara, kepelabuhan dan kenavigasian bersumber dari mobilitas transportasi udara. Optimalisasi pendapatan dari PNBP dilaksanakan dengan prinsip untuk tidak mengesampingkan perbaikan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan pendapatan PNBP harus juga berimbas pada peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Berbagai kebijakan telah diambil oleh pemerintah, antara lain: terus melakukan kebijakan ekstensifikasi dan intensifikasi PNBP melalui inventarisasi potensi PNBP pada K/L hingga perbaikan perundangan yang ada.

3.2.3. PENERIMAAN HIBAH Pada tahun 2020 belum ada penerimaan hibah di Provinsi Sulawesi Utara.

3.3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL Belanja pemerintah bertujuan untuk membiayai pengeluaran pemerintah pusat sekaligus berperan sebagai salah satu instrumen bagi pemerintah untuk melakukan stimulus fiskal, yaitu bagian dari kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat yang selanjutnya diharapkan akan berpengaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek.

1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi (K/L) Belanja APBN untuk K/L di Sulawesi Utara dialokasikan sebesar Rp12,33 triliun yang selanjutnya dicairkan melalui 4 (empat) KPPN di Sulawesi Utara.

Tabel 3.2 Pagu dan Realisasi per KPPN TA 2020

(dalam miliar)

NO KPPN PAGU REAL

1 KPPN MANADO 8,965.79 8,400.59

2 KPPN TAHUNA 807.91 770.34

3 KPPN KOTAMOBAGU 1,418.76 1,356.28

4 KPPN BITUNG 1,136.80 1,087.35

TOTAL 12,329.26 11,614.55

Hingga akhir 2020, total belanja pemerintah pusat yang disalurkan melalui 44 K/L sebanyak Rp11,61 triliun atau sebesar 94,20% dari pagu anggaran 2020 yaitu sebesar 12,33 triliun. Perkembangannya dapat dilihat pada grafik berikut:

Tabel 3.3. Tingkat Penyerapan 10 K/L Terbesar di Sulut TA 2019 (dalam miliar)

NO KEMENTERIAN/LEMBAGA2020 2019

PAGU REAL % PAGU REAL %

1 KEMENTERIAN PUPR 1,617.8 1,532.1 94.7% 2,866.0 2,212.8 77.2%

2 KEMENTERIAN PERTAHANAN 1,252.3 1,175.4 93.9% 1,230.4 1,165.5 94.7%

3 KEMENTERIAN KESEHA TAN 1,021.9 951.1 93.1% 998.8 944.3 94.5%

4 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 1,057.3 895.4 84.7% 941.2 857.2 91.1%

Page 61: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

39Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201938 39

5 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 963.1 966.2 100.3% 884.1 957.9 108.3%

6 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 428.9 417.9 97.4% 617.0 595.8 96.6%

7 KEMENTERIAN AGAMA 529.1 515.3 97.4% 587.4 555.8 94.6%

8 KOMISI PEMILIHAN UMUM 488.7 387.9 79.4% 313.1 303.3 96.9%

9 KEMENTERIAN PERTANIAN 188.1 181.1 96.3% 220.4 210.5 95.5%

10 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 186.9 178.5 95.5% 197.9 189.3 95.7%

Dari tabel 3.2. menggambarkan 10 K/L di Prov. Sulut yang memiliki pagu terbesar di tahun 2020 yang merupakan 62,73% dari total pagu seluruh K/L. Pada tahun 2020, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat masih menjadi K/L dengan pagu terbesar yang diantaranya dimanfaatkan dalam rangka membangun Infrastruktur strategis di Sulawesi Utara antara lain lanjutan pembangunan Bendungan Kuwil dan Bendungan Lolak serta Jalan Tol Manado-Bitung. Realisasi pada masing masing kementerian/lembaga rata-rata sudah diatas 85% hal ini menunjukan bahwa pengelolaan keuangan di masing-masing kementerian/lembaga sudah membaik dan efisien.

2. Perkembangan pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Fungsi ekonomi dengan porsi 16%, mendapatkan alokasi terbesar kedua setelah Pelayanan Umum 34%. Yang menarik dari fungsi ekonomi adalah lebih dari 70% diantaranya dimanfaatkan untuk sektor Perkebunan dan Pertanian. Hal ini selaras dengan struktur PDRB Sulawesi Utara dimana sektor terbesarnya adalah Pertanian dan Perkebunan. Selain fungsi ekonomi, fungsi pendidikan juga mendapatkan porsi yang besar yakni 14%, dikarenakan pendidikan merupakan salah satu faktor utama pembentuk pembangunan SDM. Rendahnya alokasi fungsi pariwisata sebesar 20 miliar atau 0,20% perlu menjadi perhatian pusat mengingat salah satu fokus pembanguan Sulut adalah pengembangan sektor pariwisata yang pada tahun 2020 terkontraksi akibat pandemi Covid-19. Pada tahun 2020, fungsi pelayanan umum, yang sebagian besar diantaranya merupakan realisasi DAK Fisik, mengalami penurunan capaian realisasi dibanding tahun sebelumnya. Rata-rata capaian realisasi per Fungsi ada diatas kisaran 90% artinya telah menunjukan kinerja positif meskipun ditengah pandemi. Fungsi pendidikan menjadi belanja per fungsi terendah dengan capaian 90%, sedangkan fungsi pariwisata dan budaya adalah satu-satunya yang mencatatkan realisasi 100%.

PELAYANAN UMUM34%

PERTAHANAN10%

KETERTIBAN KEAMANAN

11%

EKONOMI16%

LINGKUNGAN HIDUP2%

PERUMAHAN FASUM3%

KESEHATAN9%

PARIWISATA BUDAYA0%

AGAMA1% PENDIDIKAN

14%

PERLINDUNGAN SOSIAL

0%

Grafik 3.6. Alokasi Fungsi di Sulawesi Utara TA 2020 (Triliun rupiah)

Page 62: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

40 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 40

Grafik 3.7. Pagu dan Realisasi per Fungsi TA 2020 (Triliun rupiah)

Sumber : Monev PA, diolah

3. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja Secara keseluruhan, alokasi belanja Pemerintah Pusat di Sulawesi Utara untuk tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 5,46% dari alokasi tahun 2019. Hal ini merupakan dampak realokasi dan refocusing anggaran TA 2020 akibat pandemi Covid-19. Penurunan alokasi terbesar terdapat pada belanja modal yang turun 43,34%, belanja Bansos 19,39%, belanja pegawai 4,35%, sedangkan alokasi belanja barang turun sebesar 1%. Sedangkan dari sisi realisasi, penurunan persentase realisasi maupun nilai realisasi belanja modal cukup disayangkan karena turut berkontribusi terhadap turunnya PDRB Sulut.

Tabel 3.4. Perkembangan Pagu dan Realisasi per Jenis Belanja 2019 (dalam miliar Rp)

JENIS BELANJA2020 2019

PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %

BEL PEGAWAI 3,225.50 3,096.72 96.01% 3,091.13 3,049.17 99%

BEL BARANG 4,057.83 3,692.87 91.01% 4,094.18 3,754.09 92%

BEL MODAL 1,822.02 1,697.74 93.18% 3,215.70 2,569.25 80%

BANSOS 11.94 11.76 98.52% 14.81 14.28 96%

TOTAL 9,117.29 8,499.09 93.22% 10,415.81 9,386.78 90%

Sumber: Monev PA

4. Analisis belanja pemerintah pusata. Analisis sektor konsumtif-produktif Berdasarkan analisa komparasi sektor konsumtif-produktif, seperti halnya di TA 2019, belanja APBN TA 2020 Sulawesi Utara didominasi oleh belanja sektor konsumtif yang berupa belanja pegawai dan layanan administrasi perkantoran yang merupakan belanja operasional yang bersifat rutin. Bahkan untuk tahun 2020, porsi realisasi naik

4.23

1.25 1.34

2.02

0.19 0.35

1.06

0.14

1.72

4.00

1.18 1.33

1.93

0.17 0.32

0.99

0.13

1.55

94% 94%

99%

96%

91% 92%93%

100%

94%

90%

98%

95.3%

99.1%101.0%

87.6%

90.2% 90.8% 90.6%

99.5%

94.9%

87.6%

96.1%

80%

85%

90%

95%

100%

105%

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Pagu Realisasi 2020 2019

Page 63: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

41Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201940 41

menjadi 80% dari tahun sebelumnya yang hanya 73%. Belanja operasional adalah jenis belanja yang nilai kemanfaatannya bersifat jangka pendek, berbeda dengan belanja produktif yang berdampak jangka panjang.

Grafik 3.8. Perbandingan belanja sektor konsumtif dan sektor produktif APBN Sulut TA 2019-2020

Penyebab utama penurunan belanja produktif adalah adanya kebijakan refocusing dan realokasi anggaran terkait penanganan pandemi Covid-19 yang salah satu kebijakannya adalah menghentikan proses pengadaan barang dan jasa tertentu.

b. Analisis penyerapan APBN oleh Penyedia Barang/Jasa, Uang Beredar dari dana APBN , dan Penerimaan Pajak dari APBN

Ditinjau dari sisi penerimaan pajak yang dihasilkan dari dana APBN TA 2020, berdasarkan hasil koordinasi dengan Kanwil DJP S u l u t t e n g g o m a l u t , angka sebesar Rp545,86 miliar. Angka tersebut diperoleh dari potongan pajak dari potongan SP2D hingga pajak yang disetorkan langsung oleh perusahaan atas pekerjaan yang diterima dari pendanaan APBN. Terdapat empat Kantor Pelayanan Pajak di Sulawesi Utara, dan KPP Manado mencatatkan penerimaan pajak dari APBN terbesar yang mencapai Rp300,96 miliar.

c. Analisis Belanja APBN per fungsi terhadap dampak perekonomian regionalBelanja per fungsi pada periode tiga Tabel 3.5 Perbandingan 3 (tiga) Fungsi dengan Indikator Perekonomian

2018 2019 2020

FUNGSI

EKONOMI (MILIAR) 3,656.35 3,018.64 2,017.33

KESEHATAN (MILIAR) 918.39 1,017.37 1,062.52

PENDIDIKAN (MILIAR) 1474.29 1,538.60 1,720.92

INDIKATOR PEREKONOMIAN/KESEJAHTERAAN

PDRB 6.1 5.6 -0.99

KEMISKINAN (RIBU ORANG) 193.31 191.70 192.37

ANGKA HARAPAN HIDUP (TAHUN) 71.26 71.58 71.69

RATA-RATA LAMA SEKOLAH (TAHUN) 9.24 9.43 9.49

IPM 72.2 72.99 72.93

Sumber : BPS Sulut & MEBE

tahun terakhir menunjukkan progres kenaikan pada realisasi belanja per fungsi untuk tiga fungsi utama yang berhubungan erat dengan indikator perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara. Hanya fungsi ekonomi yang menunjukkan penurunan realisasi yang cukup besar di tahun 2020, dan terbukti berkorelasi signifikan dengan penurunan PDRB di tahun 2020.

73%

27%

2019

Belanja Konsumtif Belanja Produktif

80%

20%

2020

Belanja Konsumtif Belanja Produktif

2032.40

675.67

251.07

118.13

0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00

Manado

Bitung

Kotamobagu

Tahuna

Chart Title

Page 64: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

42 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 42

3.4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Kebijakan umum TKDD pada tahun 2020 menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah pusat dalam upaya memperkuat otonomi daerah dan desentralisasi fiskal secara kontinu, sekaligus pengejawantahan Nawacita ketiga yaitu membangun dari pinggiran dengan memperkuat pembangunan daerah dan desa dalam kerangka NKRI. Namun melalui Perppu Nomor 1 Tahun v2020, alokasi dana transfer ke daerah mengalami revisi pemotongan sebagai respon atas gejolak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Tabel 3.6. Perkembangan Anggaran dan Realisasi Dana Transfer Daerah Prov. Sulut 2019-2020

Uraian 2020 2019

pagu real % pagu real %

Dana Bagi Hasil 431.07 430.77 99.9% 534.57 488.18 91.3%

Dana Alokasi Umum 8,186.12 8,147.79 99.5% 8,994.87 8,986.36 99.9%

DAK Fisik 1,404.68 1,339.76 95.4% 1,659.41 1,569.16 94.6%

DID 533.27 533.27 100.0% 300.56 275.54 91.7%

DAK Non Fisik 1,762.64 1,742.06 98.8% 1,795.07 1,609.36 89.7%

Dana Desa 1,225.24 1,223.96 99.9% 1,210.01 1,208.95 99.9%

Total 13,543.02 13,417.61 99.1% 14,494.51 14,137.55 97.5%

sumber: OMSPAN, Simtrada, diolah

Tabel 3.6 diatas menunjukkan bahwa alokasi belanja transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) di Sulawesi Utara tahun 2020 turun sebesar 6,73% dimana penurunan ini disebabkan oleh terkontrakisnya pendapatan negara maupun pendapatan asli daerah, sehingga perlu dilakukan revisi/ penyesuaian kembali atas alokasi anggaran TKDD.

3.4.1. DANA TRANSFER UMUMa. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU Sulut tahun 2020 turun sebesar 8,99% dibandingankan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh penyesuaian/revisi alokasi DAU TA 2020.

Grafik 3.9 Perbandingan Pagu dan Realisasi DAU

1,340.96

628.99

520.86

504.78

466.83

512.62

478.88

388.59

354.43

368.89

333.55

329.83

718.11

402.38

475.31

361.11

1,335.81

626.20

518.15

502.58

465.38

509.96

472.54

387.10

353.07

367.50

332.26

328.47

715.06

400.74

473.50

359.46

- 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00 1,600.00

PROV SULUT

KAB. MINAHASA

KAB. BOLAANG MONGONDOW

KAB. KEPULAUAN SANGIHE

KAB. KEPULAUAN TALAUD

KAB. MINAHASA SELATAN

KAB. MINAHASA UTARA

KAB. MINAHASA TENGGARA

KAB. BOLAANG MONGONDOW UTARA

KAB. KEP. SIAU TAGULANDANG BIARO

KAB. BOLAANG MONGONDOW SELATAN

KAB. BOLAANG MONGONDOW TIMUR

KOTA MANADO

KOTA TOMOHON

KOTA BITUNG

KOTA KOTAMOBAGO

REALISASI PAGU

Page 65: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

43Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201942 43

b. Dana Bagi Hasil DBH yang terdapat di Sulut terdiri dari DBH Pajak dan DBH SDA. DBH Pajak berasal dari setoran para wajib pajak

REALISASI DANA BAGI HASIL 2020 Y2019

TRANSFER DBH PAJAK 271.81 235.24

TRANSFER DBH SDA 132.62 252.94

PERTAMBANGAN UMUM - 220

PANAS BUMI 14 22

KEHUTANAN 1 1

PERIKANAN 12 10

TOTAL DBH 404.43 488.18

sementara DBH SDA berasal dari pemanfaatan sumber daya alam di daerah yang disetor ke pemerintah pusat dan dibagikan kembali ke daerah penghasil secara proporsional. Realisasi DBH Sulut tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 17,15%. Meskipun terjadi kenaikan porsi transfer DBH Pajak, di sisi lain terjadi penurunan penerimaan dari sektor Pertambangan Umum akibat berhentinya aktivitas pertambangan dampak pandemi Covid-19.

3.4.2. DANA TRANSFER KHUSUSa. Dana Alokasi Khusus Fisik DAK Fisik dialokasikan dalam APBN TA 2020 Sulut sebesar Rp1.404,68 miliar, turun 15,35% dari tahun 2019. Alokasi DAK Fisik tersebut sudah termasuk pada DAK Kesehatan Untuk Kegiatan Covid sebesar Rp25, 35 miliar. DAK Fisik Tahun Anggaran 2020 tersebar pada 16 Pemerintah Daerah di Sulawesi Utara, yaitu pada 1 Pemerintahan Provinsi, 4 Pemerintahan Kota dan 11 Pemerintahan Kabupaten. Terdapat 12 Bidang DAK Fisik yang terbagi menjadi 3 Jenis yaitu Reguler, Penugasan, dan Afirmasi serta 10 Bidang Cadangan DAK Fisik. Dengan adanya PMK 35/PMK.07/2020 terlihat bahwa terjadi perubahan (Pengurangan Pagu DAK Fisik) yang cukup signifikan, terlihat dari rata-rata penurunan pagu mencapai 38%. Hal ini disebabkan adanya kebijakan refocusing dan realokasi anggaran terkait penanganan pandemi Covid-19. Salah satu kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Menteri Keuangan Nomor: S-247/MK.07/2020 hal Penghentian atas seluruh proses Pengadaan Barang/ Jasa untuk seluruh Jenis/Bidang/Subbidang DAK Fisik TA 2020. Penghentian Proses PengadaanBarang/ Jasa Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik TA 2020 diberlakukan untuk bidang selain bidang Pendidikan dan Bidang Kesehatan KB. Penghentian dilakukan pada seluruh jenis dan tahapan proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan, baik melalui Penyedia maupun Swakelola, baik kegiatan konstruksi maupun kegiatan lainnya. Untuk Subbidang Gedung Olahraga (GOR) dan Subbidang Perpustakaan Daerah pada Bidang Pendidikan juga termasuk yang dihentikan proses pengadaan barang/jasanya. Pengurangan pagu terbesar terjadi Kabupaten Minahasa Selatan dengan persentase pengurangan mencapai 68%, sedangkan pengurangan pagu terkecil terjadi di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan persentase pengurangan mencapai 16%.

Page 66: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

44 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 44

Grafik 3.10 Perbandingan Pagu dan Realisasi DAK Fisik di Sulawesi Utara Tahun 2020 (dalam miliar)

Sumber: OMSPAN, diolah

b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik Alokasi DAK Non Fisik Sulawesi Utara TA 2020 sebesar Rp1.762,64 miliar, turun 1,84% dibanding tahun 2019, dengan capaian realisasi TA 2020 mencapai 98,83%.

Grafik 3.11 Perbandingan Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik di Sulawesi Utara Tahun 2020 (miliar)

313.56

78.44

69.39

111.98

70.07

47.58

83.73

64.22

86.13

45.87

91.68

109.58

61.14

56.69

57.59

57.02

303.28

75.85

63.92

107.15

67.35

46.68

71.94

61.30

83.54

43.02

88.60

104.78

58.17

55.19

52.74

56.24

- 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00

SULAWESI UTARAKAB. MINAHASA

KAB. BOLAANG MONGONDOWKAB. KEPULAUAN SANGIHEKAB. KEPULAUAN TALAUDKAB. MINAHASA SELATAN

KAB. MINAHASA UTARAKAB. MINAHASA TENGGARA

KAB. BOLAANG MONGONDOW UTARAKAB. KEP. SIAU TAGULANDANG BIARO

KAB. BOLAANG MONGONDOW SELATANKAB. BOLAANG MONGONDOW TIMUR

KOTA MANADOKOTA TOMOHON

KOTA BITUNGKOTA KOTAMOBAGO

REALISASI PAGU

790.57

134.13

85.25

71.88

59.35

91.04

74.20

51.63

41.90

46.18

33.80

26.03

106.94

57.27

50.63

41.84

768.28

134.13

85.25

73.60

59.35

91.04

74.20

51.63

41.90

46.18

33.80

26.03

106.94

57.27

50.63

41.84

- 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00

PROV SULUT

KAB. MINAHASA

KAB. BOLMONG

KAB. KEP SANGIHE

KAB. KEP TALAUD

KAB. MINSEL

KAB. MINUT

KAB. MITRA

KAB. BOLMUT

KAB. KEP. SITARO

KAB. BOLSEL

KAB. BOLTIM

KOTA MANADO

KOTA TOMOHON

KOTA BITUNG

KOTA KOTAMOBAGO

REALISASI PAGU

Page 67: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

45Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201944 45

Salah satu yang menjadi perhatian adalah penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Sulawesi Tabel 3.7 Rekapitulasi Pagu Dana BOS per Jenis

NO JENIS DANA BOS PAGU

1 REGULER 512,651,420,000

2 AFIRMASI 39,240,000,000

3 KINERJA 22,140,000,000

TOTAL 574,031,420,000

Utara. Pagu Dana BOS Reguler memiliki porsi terbesar dari total Dana BOS tahun 2020 yaitu 89,31 persen, selanjutnya Dana BOS Affirmasi 6,84 persen dan Dana BOS Kinerja 6,84 persen. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2020, KPPN Manado telah menyalurkan Dana BOS Fisik Tahap I dari RKUN ke Rekening masing-masing Sekolah yaitu Tahap I sebesar Rp.147,891,630,000,- untuk 3.379 Sekolah, Tahap 2 (dua) sebesar Rp 197,255,920,000,- untuk 3.379 Sekolah, dan Tahap 3 (tiga) sebesar Rp 145,209,270,000,- untuk 3.307 sekolah.

3.4.3. DANA DESA Dana Desa dialokasikan dalam APBN TA 2020 untuk lingkup Kanwil DJPb Prov. Sulut sebesar Rp1.225,24 miliar, naik jika dibandingkan tahun 2019 yaitu Rp1.210,56 miliar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara hingga Agustus 2020 tercatat adanya peningkatan Pengangguran Terbuka sebesar 1,36 persen dibanding tahun sebelumnya pada bulan yang sama dengan Tingkat Pengangguran Terbuka pada Agustus 2020 adalah 7,37 persen. Dalam upaya mengurangi beban masyarakat miskin akibat dampak pemutusan hubungan kerja, pada tahun 2020 ini Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi anggaran Dana Desa sebesar Rp1,22 triliun yang tersebar di 1.507 desa pada 12 Kab/Kota yang mayoritas diperuntukan untuk jaring pengaman sosial berupa pemberian BLT di Desa. Adapun nilai BLT Dana Desa adalah Rp600.000 setiap bulan untuk setiap keluarga miskin yang memenuhi kriteria dan diberikan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan April, Mei, dan Juni serta Rp300.000 setiap bulan untuk 6 bulan berikutnya hingga bulan Desember 2020 disesuaikan dengan kondisi keuangan Desa. Sampai dengan tahap III penyaluran BLT- Dana Desa di Provinsi Sulawesi Utara adalah sejumlah 1.506 Desa dan 1 Desa yang tidak salur dengan total Keluarga Penerima Manfaat sebanyak 115.003 KPM. Adapun rincian Jumlah Desa dan KPM Yang Menerima BLT Per Pemda jumlah KPM di masing-masing Pemda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Jumlah Desa dan KPM Yang Menerima BLT Per Pemda di Sulawesi Utara

Tabel 3.9 Realisasi Dana Desa periode 2018 - 2020Pemda Desa 2018 2019 2020

Kab. Bolaang Mongondow 200 141,11 160,1 161,56Kab. Minahasa 227 151,91 170,06 170,71Kab. Kepulauan Sangihe 145 99,72 113,22 113,93Kab. Kepulauan Talaud 142 98,45 111,96 113,98Kab. Minahasa Selatan 167 120,4 137,49 138,43Kab. Minahasa Utara 125 89,47 101,47 103,18Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 83 59,93 68,73 69,328Kota Kotamobago 15 17,43 21,27 22,36Kab. Bolaang Mongondow Utara 106 75,47 84,8 86,36Kab. Minahasa Tenggara 135 93,33 105,3 106,11Kab. Bolaang Mongondow Timur 81 59,1 67,41 68,49Kab. Bolaang Mongondow Selatan 81 59,56 68,75 70,78

Total 1507 1.065,86 1.210,56 1.225,24

Page 68: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

46 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 46

3.4.4. DANA INSENTIF DAERAH, OTONOMI KHUSUS DAN KEISTIMEWAAN DID merupakan bagian dari dana transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) yang diberikan kepada daerah tertentu sebagai penghargaan atas pencapaian kinerja di bidang tata kelola keuangan daerah, pelayanan umum, pelayanan dasar publik, dan kesejahteraan masyarakat. Terdapat 4 kriteria utama, yang diantaranya opini WTP atas laporan keuangan Pemda, dan 8 Kategori Kinerja, yang diantaranya pelayanan dasar publik bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, peningkatan investasi, ekspor dan pengelolaan sampah. Dari total 6 provinsi yang ada di regional Sulawesi, Provinsi Sulut berada di peringkat ketiga penerima DID terbesar di tahun 2020. Hal ini menggambarkan Pemda di Sulut telah menunjukkan kinerja yang cukup baik atas pengelolaan keuangan, pelayanan masyarakat serta tata kelola pemerintahan.

Grafik 3.12 Realisasi DID Regional Sulawesi TA 2020(dalam miliar)

sumber: SIMTRADA

Dana Insentif Daerah di lingkup Sulawesi Utara diterima oleh 16 Pemda di Sulawesi Utara. Alokasi DID yang diterima pemerintah Provinsi Sulut sebesar Rp533.27 miliar. Sedangkan untuk Kab/Kota yang mendapatkan alokasi DID terbesar adalah Kota Tomohon yang mencapai Rp78.38 miliar Sedangkan alokasi terkecil terdapat di Kab. Bolmong sebesar 14,94 miliar.

Grafik 3.13 Realisasi DID per Kab/Kota di Sulawesi Utara TA 2020 (dalam miliar)

533.27

244.62

342.68

663.09

572.81

138.77

- 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00

SULAWESI UTARA

GORONTALO

SULAWESI TENGAH

SULAWESI SELATAN

SULAWESI TENGGARA

SULAWESI BARAT

Chart Title

41.39

14.94

40.87

29.26

28.74

29.98

17.83

33.34

51.73

28.72

16.12

56.60

78.38

17.47

21.53

- 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

KAB. MINAHASA

KAB. BOLMONG

KAB. KEP SANGIHE

KAB. KEP TALAUD

KAB. MINSEL

KAB. MINUT

KAB. MITRA

KAB. BOLMUT

KAB. KEP. SITARO

KAB. BOLSEL

KAB. BOLTIM

KOTA MANADO

KOTA TOMOHON

KOTA BITUNG

KOTA KOTAMOBAGO

Chart Title

Page 69: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

47Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201946 47

3.5. ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL Berdasarkan data Dashboard MPN, penerimaan negara di Sulut selama tahun 2020 rata-rata per bulan mencapai Rp368 miliar, naik dibandingkan rata-rata penerimaan tahun sebelumnya yang mencapai Rp345 miliar. Sedangkan rata-rata belanja APBN per bulan berdasar data MEBE di luar transfer daerah mencapai Rp691 miliar, sehingga rata-rata cash mismatch atau defisit di Sulut per bulannya sebesar Rp323 miliar. Hal tersebut menunjukkan bahwa, pemenuhan belanja APBN di Sulawesi Utara mendapatkan subsidi silang bagian penerimaan negara dari daerah lainnya di Indonesia atau dari sumber pembiayaan pusat.

Grafik 3.11. Cash Flow APBN Sulut diluar Transfer Daerah (dalam miliar)

Belanja di bulan mei disebabkan karena pembayaran THR sedangkan bulan Juli gaji ke-13, Dari sisi bel modal, tampak tren penyerapan rendah di awal tahun dan penumpukan di akhir tahun yang menunjukkan lemahnya perencanaan pelaksanaan kegiatan. Realisasi penerimaan mengalami penaikan di periode April-Mei yang merupakan batas periode penyampaian SPT Tahunan badan. Selanjutnya relatif stabil sampai bulan Agustus yang mengalami kenaikan sebagaimana meningkatnya kegiatan belanja APBN dan seperti tren tahun-tahun sebelumnya, penerimaan negara memuncak di periode Desember. Jika diamati, periode trend peningkatan mulai bulan April tersebut sejalan dengan peningkatan realisasi Belanja Modal dan Barang di Sulut. Berdasarkan analisa cash mismatch per bulan, tampak bahwa hanya penerimaan negara di bulan Januari yang mampu memenuhi belanja APBN diluar transfer daerah. Namun, setelah periode tersebut mengalami defisit dimana belanja APBN selalu melebihi realisasi penerimaan negara. Kontribusi penerimaan per bulan terindikasi hanya cukup memenuhi Belanja Pegawai di Sulawesi Utara. Selanjutnya untuk memenuhi belanja APBN sisanya, pusat harus “mensubsidi” Sulawesi Utara. Ini menunjukkan ketergantungan fiskal provinsi Sulu terhadap pusat cukup tinggi. Hal tersebut bukan berarti kinerja institusti penerimaan negara di Sulawesi Utara tidak optimal, karena penilaian kinerja institusi penerimaan berdasarkan target tahunan

166.61 225.13 231.90 239.58 358.58

234.85 240.05 356.13

242.16 244.74 242.17 314.76 60.11

166.43 173.40 225.61 186.19

305.12 306.87 249.23 304.41

289.09 393.69

842.41

2.00 22.61

111.85 64.61 115.00 67.20 97.12

92.70 116.45 146.19

346.88

514.11

-

300.00

600.00

900.00

1,200.00

1,500.00

1,800.00

jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des

Bel Pegawai Bel Barang Bel Modal Penerimaan

Page 70: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

48 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 48

yang memang jauh dibawah nilai pagu belanja APBN di Sulawesi Utara.

3.6. PENGELOLA BADAN LAYANAN UMUM (BLU) PUSAT Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang selanjutnya disingkat PPK BLU adalah pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.

1. Profil dan jenis layanan satker BLU PusatKanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara memiliki 5 (lima) satker yang ditetapkan menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU, yaitu: Dari kelima satker BLU tersebut, terdapat dua satker yang paling menonjol dilihat dari sisi aset maupun pendapatan, yaitu RS Kandou dan Unsrat, sedangkan ketiga BLU lainnya masih dalam masa transisi (belum disusun struktur Dewas). RS Kandou sudah ditetapkan menjadi BLU sejak tahun 2007, sedangkan Unsrat di tahun 2017.

Tabel 3.10 Badan Layanan Umum di Sulawesi Utara T.A 2020 (DALAM MILIAR)

NO SATKER LAYANAN NILAI ASET PAGU PNBP PAGU RM TOTAL PAGU

1

RUMAH SAKIT UMUM PROF.

DR. R. KANDOU MANADO

(538815)

KESEHATAN 1,805.07 481.64 840.02 1,321.66

2UNIVERSITAS SAM RATULANGI

(UNSRAT)PENDIDIKAN 3,058.14 148 552.45 700.45

3RUMKIT BHAYANGKARA

MANADO (651732)KESEHATAN 79.22 18.73 23.46 42.19

4

RUMKIT TK.III R.W.

MONGINSIDI DAM XIII/

MERDEKA (418392)

KESEHATAN 114.44 62.35 70.26 132.61

5POLITEKNIK KESEHATAN

MANADO (632327)KESEHATAN 368.19 16.18 80.66 96.84

Sumber:e-rekon-lk

2. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP dan RM BLU PusatSelama periode 2017-2020, perkembangan aset kedua BLU menunjukkan tren positif, dimana setiap tahun terjadi penambahan aset. Pada tahun 2017, posisi aset pada Neraca di kedua satker meningkat hampir 2 kali lipat yang berasal dari penambahan nilai aset tetap yang berasal dari revaluasi aset sehubungan dengan perubahan status menjadi BLU.

Page 71: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

49Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201948 49

Grafik 3.14 Perkembangan Aset BLU Unsrat dan RS Kandouw (miliar rupiah)

Sumber: LK Unsrat dan LK RS Kandou

Hal tersebut menunjukkan kinerja pengelolaan aset kedua BLU tersebut dapat dinilai sangat baik. Namun, selanjutnya jika dibandingkan dengan pagu PNBP, besarnya aset suatu satker tidak linear dengan target pagu PNBP. Hal tersebut disebabkan perbedaan sifat bidang BLU atas layanan yang diberikan mempengaruhi besar kecinya penerimaan BLU.

Grafik 3.15 Perkembangan Pagu BLU dan Pagu Rupiah Murni Satker BLU di Sulut Tahun 2018-2019 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: E-Rekon, LK RS Kandou dan LK Unsrat, diolah

Berdasarkan data pada tabel di atas, baik pagu PNBP maupun pagu RM tahun 2020 pada kedua BLU mengalami kenaikan dibanding tahun 2019. Dari data tersebut menunjukkan, meski telah berstatus BLU Penuh, namun kedua satker tersebut masih mengandalkan APBN. Kondisi ideal yang diharapkan adalah kenaikan target PNBP lebih besar dibandingkan kenaikan Pagu RM yang mendorong efektifitas dan performa BLU sekaligus mengurangi beban APBN.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

RS Kandou Unsrat2017 2018 2019 2020

Page 72: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

50 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 50

3. Kemandirian BLU

Rasio Sumber Pendanaan

Satker BLU didorong untuk menciptakan kemandirian terhadap dirinya sendiri sebagaimana tujuan utama diberikannya status BLU pada satuan kerja yakni untuk mewiraswastakan pemerintah (enterprising the goverment). Kemandirian tersebut dapat dilihat dari porsi alokasi pagu rupiah murni (RM) dan pagu/target PNB. Adapun kemandirian satker BLU tersaji dalam tabel berikut: Tingkat kemandirian dari sisi rasio sumber pendanaan pada kedua satker BLU utama di Sulut justru mengalami penurunan. Kedua satker masih jauh dari standar penilaian performa kemandirian BLU, jika pagu PNBP di atas 65% mengindasikan bahwa BLU mampu menjalankan aktivitas tanpa bergantung sepenuhnya pada bantuan Pemerintah Pusat (APBN).

Tabel 3.11 Rasio Sumber Pendanaan BLU

Nama Satker BLU2019 2020

Pagu RM Pagu PNBP Rasio Pagu RM Pagu PNBP Rasio

RS Kandou 792,06 500 61,3: 38,7 840.02 481.64 63,6: 36,4

Universitas Sam Ratulangi 537,21 141 79,2: 20,8 552.45 148 78,9: 21,1

Sumber: Monev PA, LK RS Kandou dan LK Unsrat, diolah

Analisis Kemandirian BLU

Selain rasio sumber dana, dapat pula membandingkan antara pendapatan BLU dengan biaya operasional (seluruh belanja BLU selain belanja modal). Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemandirian BLU dalam hal membiayai kebutuhan belanja dari sumber pendapatan BLU. Hasil hitungan dapat dikelompokkan dengan skor rasio: PB>65 skor=2,5; 57<PB≤65 skor=2,25; 50<PB≤57 skor=2; 42<PB≤50 skor=1,75; skor 35<PB≤42 skor=1,5 dst hingga 0≤PB≤4skor=0. Ditinjau dari rasio sumber dana tingkat kemandirian satker RS Kandou tidak terlalu bagus, namun tingkat kemandirian BLU untuk dapat membiayai kebutuhan belanja dari hasil pendapatan BLU tergolong baik dengan skor kategori yaitu 2,25. SedangkanUnsrat mampu mendapatkan skor 2 untuk Rasio PNBP terhadap Biaya Operasionalnya.

Tabel 3.12 Analisis Kemandirian BLU Tahun 2020

SatkerPendapatan dan Biaya Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional (PB)

Pendapatan BO Rasio Skor

RS Kandou 396.11 634.92 62.39% 2,25

Univ. Sam Ratulangi 209.5 376.45 55.65% 2

Analisis Efektivitas BLU

Untuk mengetahui kemampuan BLU dalam menghasilkan pendapatan dari aset yang dimilikinya diukur melalui Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turn Over/PAT) yaitu dengan membandingkan PNBP dengan aset BLU dengan formula Pendapatan Operasional dibandingkan dengan Aset Tetap. Hasil perhitungan

Page 73: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

51Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201950 51

tersebut dikelompokkan menjadi: PAT>20 skor=2, 15<PAT≤20 skor=1,5, 10<PAT≤15 skor=1, 5<PAT≤10=0,5, 0<PAT≤5 skor=0,25 dan PAT=0 skor=0. Rasio perputaran aset tetap RS Kandou mengalami penurunan dari sebesar 24,01% pada tahun 2020, masih di kategori baik dengan skor 2. Sedangkan Unsrat belum mampu meningkatkan performa PAT dan masih mendapatkan skor 0,5, yang menunjukkan rendahnya kemampuan/kreativitas pengelolaan aset oleh manajemen untuk menghasilkan tambahan penerimaan.

Tabel 3.13. Rasio Efektivitas BLU Tahun 2020

SatkerPendapatan dan Biaya Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional (PB)

Pendapatan BO Rasio Skor

RS Kandou 396.11 634.92 62.39% 2,25

Univ. Sam Ratulangi 209.5 376.45 55.65% 2

3.7. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

3.7.1. PENERUSAN PINJAMAN Tugas dan fungsi Direktorat Sistem Manajemen Investasi kepada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan antara lain adalah memonitoring pinjaman BUMN/Perseroan Terbatas dan BUMD serta rekonsiliasi kewajiban debitur atas pinjaman RDI/RPD sesuai Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-8/PB/2011 tentang Pendelegasian Sebagian Tugas dan Fungsi Direktorat Sistem Manajemen Investasi kepada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan. Berdasarkan surat penugasan dari Direktur Sistem Manajemen Investasi Ditjen Perbendaharaan, Kanwil Ditjen Perbendaharaan melaksanakan tugas dan fungsi dengan melakukan monitoring dan rekonsiliasi terhadap:1. Penerusan Pinjaman yang sumber dananya dari pinjaman atau hibah luar negeri

yang diterus pinjamkan Pemerintah Pusat kepada Pemda dan BUMN/BUMD2. Pinjaman yang sumber dananya dari Rekening Dana Investasi (RDI) atau

Rekening Pembangunan Daerah (RPD) yang dipinjamkan oleh Pemerintah Pusat sebagai pinjaman daerah bagi pembiayaan investasi Pemerintah Daerah dalam pembangunan prasarana yang terdiri dari air bersih, persampahan, terminal (baik darat, sungai dan danau), pasar serta rumah sakit umum daerah.

Terdapat beberapa Debitur Pemda dan BUMD yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, antara lain Pemerintah Daerah dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Debitur pemerintah daerah yaitu Pemerintah Kota Manado dan Pemerintah Kota Bitung. Sedangkan debitur PDAM adalah PDAM Kabupaten Kepulauan Sangihe.Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara telah melaksanakan Rekonsiliasi outstanding pinjaman dengan debitur Pemda dan PDAM pada tanggal 20 Januari 2020 untuk posisi pinjaman per 31 Desember 2019 dengan hasil sebagaimana tersaji pada tabel dibawah ini: Pada Provinsi Sulawesi Utara pinjaman debitur bersumber dari penerusan pinjaman luar negeri, rekening dana investasi dan rekening pembangunan daerah dengan total sebanyak 3 (tiga) debitur. Ketiga debitur ini terdiri atas 2 (dua) Pemerintah Daerah dan 1 (satu) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan jumlah pinjaman sebanyak 5 perjanjian pinjaman.

Page 74: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

52 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 52

3.7.2. KREDIT PROGRAM Tabel 3.14 Profil dan Perkembangan Outstanding Pinjaman BUMD/Pemda Sulut

Posisi per 31 Desember 2020

NoNamaDebitur

No. PenerusanPinjaman

OutstandingPokok(miliar)

Pembayaran Pokok Tunggakan Hak Tagih Pemerintah

Kas Restrukturisasi Pokok Non Pokok

1 Pemkot Manado

RDA.P5-132/DP3/1993 10.932,82 - 10.932,82 - - 33.368,93

2 Pemkot Manado AMA-163/RDA.P5-132 10.932,82 10.932,82 - - - -

3 Pemkot Bitung RDA-243/DP3/1996 4.217,37 499.50 1.998,03 - - -

4 Pemkot Bitung

RDA.P5-125/DP3/1993 1.758,28 463.16 886,66 - - -

5PDAM Kab Sangihe Talaud

RDA-213/DP3/1994 2.501,81 1.505.49 - - - -

TOTAL 30.343,11 13.400.99 13.817.52 - - 33.368,93

Sumber: Aplikasi SLIM Dit. SMI

Kredit program yang diselenggarakan oleh pemerintah selain SLA, yang masih berjalan terdiri dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ultra Mikro (UMi). Pada tahun 2020, realisasi penyaluran KUR di wilayah Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut:

Grafik 3.11. Realisasi Penyaluran KUR Berdasarkan Kab/ Kota di Sulawesi Utara TA 2020 (Miliar)

Sumber: Aplikasi SIKP

Permasalahan terkait penyaluran di KUR adalah rendahnya partisipasi Pemda untuk melakukan penginputan data calon debitur potensial pada aplikasi SIKP meski telah diberikan akses dan pelatihan penguploadan data calon debitur yang akan dapat dimanfaatkan Bank Penyalur. Selain itu, minimnya informasi ke masyarakat terkait KUR juga serta tingginya NPL di Manado.

Grafik 3.16 Penyaluran KUR Berdasarkan Sektor Ekonomi di Sulawesi Utara TA 2020

121.6259849

127.940096986.21123521

27.2704767

97.0771486671.2466478

29.9937754411.58482

2.1274

5.940455.99416

256.0495868

71.23572425

30.3933264.67657

0 50 100 150 200 250 300

KAB. BOLMONG

KAB. MINAHASA

KAB. KEP SANGIHE

KAB. KEP TALAUD

KAB. MINSEL

KAB. MINUT

KAB. MITRA

KAB. BOLMUT

KAB. KEP. SITARO

KAB. BOLTIM

KAB.BOLSEL

KOTA MANADO

KOTA BITUNG

KOTA TOMOHON

KOTA KOTAMOBAGU

Realisasi Penyaluran KUR Berdasarkan Kab/ Kotadi Sulawesi Utara TA 2020 (Miliar)

Page 75: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

53Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201952 53

Grafik 3.12 Penyaluran KUR Berdasarkan Sektor Ekonomi di Sulawesi Utara TA 2020

Grafik 3.13 Debitur KUR di Sulawesi Utara TA 2020 Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sektor Perdagangan besar dan eceran merupakan sektor utama yang paling besar menyerap debitur KUR di Sulawesi Utara hingga mencapai 49,09 persen, diikuti sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 22,22 persen. Kedua Sektor ini merupakan pembentuk PDRB Sulawesi Utara terbesar menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2020, dimana sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menyumbangkan 21,66 persen dari total PDRB Sulawesi Utara sedangkan sektor Perdagangan Besar dan Eceran menyumbang 13,02 persen.

PERTANIAN, PERBURUAN & KEHUTANAN, 0.000518111

PERIKANAN, 0.129021077

INDUSTRI PENGOLAHAN, 0.252612218

KONSTRUKSI, 0.000730451

PERDAGANGAN BESAR & ECERAN, 0.00131947PENY. AKOMODASI & PENY.

MAKAN MINUM, 0.279444415

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN &

KOMUNIKASI, 0.047712763

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN & JASA

PERUSAHAAN, 0.024296155

JASA KESEHATAN & KEG, SOSIAL, 0.02378158

KEMASY, SOSBUD, HIBURAN & PERORANGAN LAINNYA,

0.24056376

Penyaluran KUR Berdasarkan Sektor Ekonomi di Sulawesi Utara TA 2020

PERTANIAN, PERBURUAN & KEHUTANAN PERIKANAN

INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR & ECERAN PENY. AKOMODASI & PENY. MAKAN MINUM

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN & KOMUNIKASI REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN

JASA KESEHATAN & KEG, SOSIAL KEMASY, SOSBUD, HIBURAN & PERORANGAN LAINNYA

Page 76: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

54 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 54

Grafik 3.14 Debitur KUR di Sulawesi Utara TA 2020 Berdasarkan skema

Skema KUR Mikro menyerap jumlah Debitur terbesar hingga 80,75 persen dari keseluruhan jumlah Debitur KUR di Sulawesi Utara. Skema KUR Mikro merupakan skema pinjaman KUR dengan plafon diatas 10 juta - 50 juta, diikuti dengan Skema KUR terbaru yaitu SuperMi (Super Mikro) 13,12 persen dengan plafon pinjaman sampai dengan 10 juta. Selanjutnya KUR Kecil dengan plafon diatas 50 juta – 500 juta menyerap 6 persen debitur, sedangkan KUR Penempatan TKI dengan plafon pinjaman sampai dengan 25 juta hanya menyerap 0,12 persen dari total debitur di Sulawesi Utara. Kemunculan Skema baru KUR yaitu “SuperMi” adalah bentuk perluasan jangkauan KUR yang bankable diutamakan bagi pekerja yang terkena PHK dan ibu rumah tangga yang melakukan usaha, dimana skema ini merupakan salah satu stimulus program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di tahun 2020.

Tabel 3.15 Realisasi Penyaluran Pembiayaan UMi di Sulawesi Utara periode 2017-2020

PENYALUR TAHUN JML DEBITURREALISASI

(MILIAR)

PT. PEGADAIAN 2017 185 1.39

PT. PEGADAIAN 2018 348 2.70

PT. PEGADAIAN / PT. PNM 2019 720 3.11

PT. PEGADAIAN / PT. PNM 2020 4642 20.38

Page 77: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

55Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201954 55

Grafik 3.15 Perbandingan Realisasi dan Jumlah Debitur UMi

Grafik 3.16 Perbandingan Realisasi dan Jumlah Debitur UMi

Pada periode Semester I tahun 2020 penambahan jumlah debitur UMi di Sulawesi Utara adalah 279 debitur dengan realisasi Rp1,9 miliar. Jumlah debitur UMi yang mengalami kenaikan signifikan pada periode Semester II tahun 2020 yaitu mencapai 93,61 persen dengan nilai realisasi penyaluran yang juga turut mengalami kenaikan sebesar 89,14 persen. Adanya program stimulus seperti Banpres UMKM dan Subsidi bunga/ margin bagi pelaku usaha non-KUR menjadi menjadi alasan utama kenaikan ini. Berdasarkan hasil survey on-site yang telah dilakukan Tim Monev Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Utara ke beberapa Pemerintah Daerah dalam wilayah Sulawesi Utara terungkap adanya lonjakan pengurusan surat keterangan usaha sebagai syarat pengajuan pinjaman/ pembiayaan. Kota Manado menjadi penyumbang jumlah debitur dan realisasi penyaluran UMi terbesar di Sulawesi Utara, diikuti Kab. Minahasa Utara; Kab. Minahasa; Kab. Minahasa Selatan; Kota Kotamobagu; Kab. Bolaang Mongondow dan Kota Bitung.

1516

866

498

426

355

366

273

342

6,921

3,737

2,377

1,866

1,402

1,330

1,173

1,571

KOTA MANADO

KAB. MINUT

KAB. MINAHASA

KAB. MINSEL

KOTA KOTAMOBAGU

KAB BOLMONG

KOTA BITUNG

LAINNYA

Realisasi Penyaluran UMi per Kab/Kotadi Sulawesi Utara TA 2020

Real (Juta) Jml Debitur

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

Perbandingan Realisasi dan Jumlah Debitur UMi 2020

Jml Debitur Real (Juta)

Page 78: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

56 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 56

3.8. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH

3.8.2 BELANJA SEKTOR PENDIDIKAN Kementerian/Lembaga yang menangani bidang Pendidikan tersebar di 11 (sebelas) Kementerian/Lembaga dengan alokasi anggaran Kementerian/Lembaga yang menangani bidang pendidikan di Wilayah Sulawesi Utara sebesar Rp. 1.720,92 miliar dengan realisasi anggaran sampai dengan akhir tahun 2020 sebesar Rp1.547,54 miliar atau 89,93% dari pagu anggaran.

Grafik 3.17 Pagu dan Realisasi Fungsi Pendidikan per K/L TA 2020 (dalam miliar)

Fungsi Pendidikan mendapat porsi sebesar 13,96% dari APBN Sulut TA 2020, terbesar ketiga setelah fungsi ekonomi dan fungsi pelayanan umum. Tren kenaikan fungsi tersebut harusnya selaras dengan penambahan infrastruktur bangunan sekolah. Namun demikian, perlu mendapat perhatian khusus tren kenaikan siswa yang mengulang dan angka putus sekolah agar dapat ditekan peningkatnnya.

Tabel 3.16 Fungsi PendidikanURAIAN 2018 2019 2020

APBN FUNGSI PENDIDIKAN (DALAM MILIAR) 1474.29 1540.87 1547.54

JUMLAH BANGUNAN SEKOLAH (SD, SMP, SMA/SMK) 3,245 3,254 3,254

S I S W A 455,022 442,683 430344

MENGULANG 3,736 4,533 3,736

PUTUS SEKOLAH 1,197 2,199 1,912

KS & GURU 31,962 31,966 31,960

TENAGA KEPENDIDIKAN 2,234 2,132 2,132

Sumber: MEBE, Kemendikbud, diolah

32.18

56.22

1,057.27

28.12

391.92

2.51

22.62

125.49

0.49

0.42

3.68

31.78

55.75

895.45

24.54

386.16

2.50

21.63

125.17

0.48

0.41

3.67

- 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN KESEHATAN

KEMENTERIAN AGAMA

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN…

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK…

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN…

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

Chart Title

REALISASI PAGU

Page 79: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

57Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201956 57

1.8.3. BELANJA SEKTOR KESEHATAN Kementerian/Lembaga yang menangani bidang kesehatan tersebar di 3 (tiga) Kementerian/Lembaga dengan alokasi Anggaran Kementerian/Lembaga yang menangani bidang kesehatan di Wilayah Sulawesi Utara sebesar Rp1.062,52 dengan realisasi anggaran sampai dengan akhir tahun 2020 sebesar Rp990,10 miliar atau 93,18% dari pagu anggaran.

Tabel 3.17 Fungsi Kesehatan

URAIAN 2017 2018 2019 2020

APBN FUNGSI KESEHATAN (MILIAR) 743 918 926 990

ANGKA HARAPAN HIDUP 71.02 71.26 71.58 71.69

RUMAH SAKIT 47 46 47 47

PUSKESMAS 188 195 195 195

POSYANDU 2230 2231 2302 2314

POLINDES 57 40 39 42

Sumber: MEBE, BPS, KEMENKES, diolah

Pada APBN Sulut TA 2020, fungsi kesehatan mendapatkan alokasi 8,62% dari total keseluruhan dana. Realisasi dana APBN yang disalurkan untuk fungsi Kesehatan di Sulut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tren tersebut selaras dengan capaian output, khususnya angka harapan hidup yang juga mengalami peningkatan. Demikian juga dengan penambahan unit Puskesmas dan Posyandu yang turut mengalami tren peningkatan.

Grafik 3.18 Pagu dan Realisasi Fungsi Kesehatan per K/L TA 2020 (dalam miliar)

3.8.3. BELANJA INFRASTRUKTUR Dari sekian banyaknya proyek infrastruktut seperti rehabilitasi jalan, jembatanan, gedung operasional/layanan dan lain-lain di Sulawesi Utara yang dibiayai oleh APBN pada tahun 2019 - 2020, setidaknya terdapat 8 proyek yang bernilai cukup strategis. Diantaranya adalah lanjutan proyek pembangunan Jalan Tol Manado Bitung sepanjang 39,9 km yang telah dioperasikan tahun 2020. Tol Manado-Bitung akan berperan vital yang akan menghubungkan Kota Manado pusat bisnis di Sulawesi Utara dengan Kota Bitung sebagai pusat industri pengolahan serta kota pelabuhan hub-internasional Indonesia bagian Utara-Timur. Selain itu, jalan tol tersebut sekaligus memfasilitasi keberadaan KEK Bitung.

993.82

31.84

36.85

926.59

31.50

32.02

- 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00

KEMENTERIAN KESEHATAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGABERENCANA NASIONAL (BKKBN)

REALISASI PAGU

Page 80: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

58 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 58

No Proyek Strategis 2020Nilai

(Miliar)

1 Jalan Tol Manado Bitung 143,32

2 Bandara Bolaang Mongondow 32

3 Lanjutan Pembangunan Bandara Siau 65

4 Lanjutan Bendungan Lolak 485

5 Lanjutan Pembangunan Bendungan Kuwil 457

6 Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Prioritas Nasional-Tahuna 27,95

7 Pengaman Pantai di Pulau Miangas dan Marore 131

8 Pelebaran Jalan Akses Pariwisata Likupang 47

Selanjutnya, terdapat pula ground-breaking pembangunan Bandara Bolaang Mongondow dan lanjutan pembangunan Bandara Siau sebagai bandara perintis. Proyek pembangunan bandara tersebut diharapkan mampu meningkatkan konektivitas antar daerah di Sulawesi Utara. Lanjutan Bendungan Lolak dan Bendungan Kuwil sebagai bagian irigasi daerah, juga menjadi salah satu proyek utama di Sulawesi Utara hingga tahun 2020. Guna mendukung dan sebagai peran nyata pemerintah terhadap pembangunan di daerah terluar di Indonesia Bagian Utara, terdapat proyek pembangunan fasilitas pelabuhan prioritas di Tahuna dan pembangunan pengaman pantai di Pulau Miangas dan Marore yang berbatasan langsung dengan negara Filipina. Selain berbagai proyek diatas, terdapat pula proyek pelebaran jalan akses pariwisata Likupang untuk mendukung pengembangan KEK Pariwisata Likupang yang telah dicanangkan menjadi salah satu diantara lima destinasi superprioritas, selain Danau Toba, Borobudur, Manadalika dan Labuan Bajo.

3.9 INSENTIF FISKAL

3.9.1. INSENTIF PERPAJAKAN

a. Insentif Perpajakan- Keringanan PPh 21 (DTP) Insentif PPh 21 (DTP) dan kelima insentif pajak lainnya diatur dalam PMK Nomor 9 Tahun 2021, hal perpanjangan Insentif Perpajakan hingga Juni 2021, menggantikan PMK Nomor 86/PMK.03/2021 jo PMK Nomor 110/PMK.03/2021 yang mengatur pemberian insentif pajak hingga 31 Desember 2020.Terdapat 1.189 bidang usaha yang dapat memanfaatkan insentif PPh 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) bagi karyawan swasta ini. Karyawan yang PPh 21-nya ditanggung pemerintah adalah mereka yang bekerja di salah satu perusahaan berikut ini:• Jenis usaha tertentu• Perusahaan yang mendapatkan fasilitas Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor

(KITE)• Perusahaan di kawasan berikat Jika perusahaan memiliki cabang, maka pemberitahuan pemanfaatan insentif PPh Pasal 21 ini cukup disampaikan oleh pusat dan berlaku untuk semua cabang.Insentif pajak PPh 21 DTP atau pembebasan pajak penghasilan pasal 21 ini diberikan

Page 81: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

59Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201958 59

pada karyawan dengan ketentuan sebagai berikut:• Karyawan punya NPWP• Gaji karyawan tersebut tidak lebih dari Rp200 juta setahun Insentif PPh 21 Ditanggung Pemerintah ini tidak berlaku bagi pegawai yang penghasilannya berasal dari APBN seperti PNS, TNI, dan POLRI sesuai Pasal 2 ayat (6) PMK No 9/PMK.03/2021.

- Pembebasan PPh 22 Impor Insentif PPh 22 Impor yang diperpanjangan hingga 30 Juni 2021 ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Coronavirus Disease 2019. Harapannya, dengan memanfaatkan insentif pajak 2021 berupa pembebasan PPh 22 impor, pelaku usaha dapat bertahan di tengah kondisi yang serba sulit akibat pandemi Virus Corona (Covid-19) yang masih berlanjut di tahun ini. Insentif PPh 22 impor berupa pembebasan pemungutan PPh Pasal 22 impor ini diberikan kepada usaha tertentu sebanyak 730 bidang usaha. Jumlah jenis usaha yang dapat mengajukan insentif bebas PPh 22 impor ini bertambah 9 bidang usaha dari sebelumnya diberikan pada 721 bidang usaha. Jenis usaha yang dapat pembebasan PPh 22 impor adalah perusahaan KITE atau perusahaan di kawasan berikat. PPh 22 impor ini dipungut oleh Bank Devisa atau DJBC (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai) pada saat WP melakukan impor barang. Dengan adanya insentif PPh 22 impor ini, maka kegiatan importasi perusahaan yang sesuai klasifikasi yang dapat memanfaatkan insentif ini, tidak akan dipungut alias bebas PPh impor pasal 22.Syarat umum untuk bisa mendapatkan insentif pajak yang diperpanjang hingga 30 Juni 2021 adalah: • Jenis usaha atau KLU termasuk dalam daftar penerima insentif pajak;• Sudah melaporkan realisasi pemanfaatan insentif pajak 2020;• Memiliki Surat Keterangan Bebas (SKB);• Menyampaikan pemberitahuan pemanfaatan insentif kembali. Sedangkan syarat khusus bagi perusahaan yang bisa mengajukan insentif PPh 22 impor adalah:• Memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU);• Telah ditetapkan sebagai perusahaan KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor);• Telah mendapatkan izin Penyelenggaraan Kawasan Berikat, izin Pengusaha Kawasan

Berikat, atau izin PDKB, pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean;

• Untuk mengajukan insentif PPN 2021, harus menyampaikan pemberitahuan pemanfaatan insentif pengembalian pendahuluan PPN pada kepala KPP tempat perusahaan terdaftar melalui saluran tertentu pada laman Ditjen Pajak.

Adapun alur cara untuk mengajukan bebas penghasilan pasal 22 impor ini di antaranya:• Wajib pajak mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal

22 Impor;• Pengajuan dilakukan melalui situs resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada www.

pajak.go.id;• Menggunakan formulir yang telah ditetapkan oleh DJP;• Melampirkan penetapan sebagai perusahaan yang mendapat fasilitas KITE• Melampirkan penetapan sebagai perusahaan yang mengantongi izin Penyelenggara

Kawasan Berikat, izin Pengusaha Kawasan Berikat, atau izin PDKB.

Page 82: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

60 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 60

- Keringanan Angsuran Pajak PPh 25 Berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan, diatur bahwa PPh harus diangsur setiap bulan dalam tahun berjalan. Secara umum, besarnya angsuran yang dibayarkan tiap bulan dihitung berdasarkan data historis, yaitu nilai Pajak yang Harus Dibayar Sendiri dari Tahun Pajak sebelumnya dibagi 12 (dua belas) bulan. Pembayaran angsuran pajak oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan sedapat mungkin mendekati jumlah pajak yang akan terutang diakhir tahun, sehingga terdapat mekanisme penyesuain besaran PPh Pasal 25 pada tahun berjalan sesuai perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak baik karena penurunan atau peningkatan usaha. Pada saat terjadi penurunan usaha, Wajib Pajak dapat mengajukan pengurangan angsuran PPh Pasal 25 ke Kantor Pajak. Sebaliknya, apabila terjadi peningkatan usaha, Kantor Pajak dapat meminta kenaikan angsuran PPh Pasal 25 kepada Wajib Pajak. Kondisi ekonomi pada masa pandemi covid-19 mengalami tekanan, dimana terjadi kontraksi ekonomi sehingga menyebabkan keadaan usaha Wajib Pajak mengalami perubahan, yang mayoritas berupa penurunan usaha. Pemerintah selanjutnya bertindak dengan memberikan insentif perpajakan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2020 beserta aturan turunannya yang diantaranya adalah pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Dikarenakan perubahan kondisi ekonomi yang cepat, serta adanya masukan dari masyarakat, pemerintah melalui Menteri Keuangan beberapa kali mencabut atau merubah peraturan terkait insentif pajak dalam hitungan minggu dan bulan. Perubahan ketentuan yang mengatur tentang insentif PPh Pasal 25 antara lain:1. Pasal 7, 8, 9, dan 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.03/2020 yang

diundangkan pada 23 Maret 2020, dan dicabut pada tanggal 27 April 2020 Melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020.

2. Pasal 10, 11 dan 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020 yang diundangkan pada 27 April 2020, dan dicabut pada tanggal 16 Juli 2020 Melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.03/2020.

3. Pasal 9,10,11 dan 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.03/2020 yang diundangkan pada tanggal 16 Juli 2020, dan diubah pada tanggal 14 Agustus 2020 dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.03/2020.

Peraturan yang sering berubah menyebabkan Wajib Pajak kadang bingung dengan ketentuan yang berlaku saat ini. Jika menilik pasal-pasal di peraturan keuangan tersebut, perubahan lebih bersifat memperluas insentif PPh Pasal 25, yang antara lain:1. Sektor penerima insentif diperluas dari semula 102 Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)

diperluasa menjadi 1.013 KLU.2. Diluar KLU tersebut diatas, tadinya hanya Perusahaan KITE (Kemudahan Impor

Tujuan Ekspor) yang memperoleh fasilitas, kemudian diperluas menjadi wajib pajak KITE dan Wajib Pajak dengan Izin Kawasan Berikat (Penyelenggara Kawasan Berikat, Pengusaha Kawasan Berikat dan PDKB)

3. Periode diperpanjang dari semula sampai dengan September 2020, menjadi sampai dengan Desember 2020.

4. Pengurangan angsuran semula 30% diperbesar menjadi 50% dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang.

Dalam perubahan terakhir, di Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/

Page 83: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

61Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201960 61

PMK.03/2020, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat memperoleh Insentif penguragan angsuran PPh Pasal 25, yang antara lain:1. Merupakan Wajib Pajak yang memiliki KLU tertentu sebagaimana dimaksud dalam

Lampiran M Peraturan Menteri Keuangan, atau Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai perusahaan KITE, atau Wajib Pajak yang telah mendapatkan Izin Terkait Kawasan Berikat.

2. Menyampaikan pemberitahuan pengurangan sebesar 50% dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang melalui saluran pada laman www.pajak.go.id

3. Menyampaikan Laporan Realisasi Pengurangan angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang melalui saluran pada laman www.pajak.go.id, dengan ketentuan:

4. Masa Pajak April 2020 s.d. Juni 2020; Setiap 3 bulan paling lambat 20 Juli 20205. Masa Pajak Juli 2020 s.d. Desember 2020; Setiap bulan paling lambat 20 Bulan

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

Pengurangan angsuran PPh Pasal 25 bukan merupakan pengurangan pajak yang terhutang di akhir tahun. Pajak yang terutang diakhir tahun tidak berubah, kecuali Wajib Pajak Badan, dimana Tarif PPh Tahun 2020 dan 2021 menjadi 22% sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020. Wajib pajak tetap harus melunasi pajak kurang bayar di SPT Tahunan PPh dengan tarif normal.Insentif dimaksudkan untuk memberikan kelonggaran arus kas bagi wajib pajak guna meningkatkan ketahanan menghadapi tekanan kondisi perekonomian sebagai dampak pandemi Covid-19. Disamping itu, insentif juga dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya penurunan usaha Wajib Pajak, sehingga angsuran PPh Pasal 25 yang dibayar pada tahun 2020 dapat mendekati nilai pajak terutang dalam satu tahun pajak.

b. Insentif PPh Final UMKM (DTP) Selain memperluas cakupan wajib pajak yang dapat memanfaatkan insentif, PMK Nomor 44/PMK.03/2020 juga memunculkan satu jenis insentif pajak baru yang sebelumnya tidak ada di PMK Nomor 23/PMK.03/2020. Insentif pajak baru yang dimaksud adalah PPh Final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 ditanggung pemerintah (Insentif PPh Final UMKM DTP). Dengan adanya insentif pajak ini, UMKM bisa ‘’free’’ bayar PPh Final selama April s.d September 2020 karena selama periode tersebut PPh Final mereka ‘‘dibayari’’ oleh pemerintah. Langkah pertama yang harus dilakukan UMKM agar bisa memanfaatkan insentif PPh Final UMKM DTP adalah mengajukan permohonan Surat Keterangan Memenuhi Kriteria sebagai Wajib Pajak Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 (SUKET PP 23). Pengajuan permohonannya dilakukan secara daring melalui laman pajak.go.id. Apabila wajib pajak memenuhi kriteria, SUKET PP 23 akan terbit segera setelah permohonan disampaikan. Kemudian, untuk dapat memanfaatkan insentif mulai masa pajak April 2020, wajib pajak harus mengajukan permohonan SUKET PP 23 paling lambat 20 Mei 2020. Bagi wajib pajak yang telah memiliki SUKET PP 23―baik yang diterbitkan secara daring maupun manual―sebelum PMK Nomor 44/PMK.03/2020 berlaku, harus mengajukan ulang permohonan SUKET PP 23 agar bisa memanfaatkan Insentif PPh Final UMKM DTP. Sebab, dalam SUKET PP 23 yang baru (setelah PMK Nomor 44/PMK.03/2020 berlaku) terdapat tambahan klausul yang menyatakan bahwa SUKET PP

Page 84: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

62 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 62

23 tersebut juga dapat digunakan untuk memanfaatkan insentif PPh Final UMKM DTP.Setelah punya SUKET PP 23 dan memanfaatkan Insentif PPh Final UMKM DTP, wajib pajak perlu menyampaikan laporan realiasi pemanfaatan insentif tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban. Peyampaian laporan realisasi pemanfaatan insentif PPh final UMKM DTP wajib dilakukan setiap bulan, paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Sama seperti pengajuan permohonan SUKET PP 23, penyampaian laporan realisasi ini juga dilakukan melalui laman pajak.go.id. Selain mengunggah dokumen laporan, wajib pajak juga harus melampiri laporan realisasi pemanfaatan Insentif PPh Final UMKM DTP dengan cetakan kode billing yang dibubuhi cap atau tulisan “PPh FINAL DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR 44/PMK.03/2020” dari pemotong atau pemungut. Jadi ketika bertransaksi dengan pemotong atau pemungut, wajib pajak mesti meminta kode billing dengan ketentuan di atas sebagai pengganti bukti pemotongan atau pemungutan karena dalam hal ini tidak dilakukan pemotongan atau pemungutan PPh Final UMKM. Bagi wajib pajak yang telah memanfaatkan Insentif PPh Final UMKM DTP tetapi tidak menyampaikan laporan realisasi pemanfaatan insentif tersebut, ada konsekuensi yang mesti dihadapi. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 memberikan pedoman mengenai hal ini. Beleid tersebut menyebutkan bahwa jika tidak menyampaikan laporan realisasi, wajib pajak tidak dapat memanfaatkan insentif PPh final UMKM DTP. Artinya, wajib pajak tetap wajib menyetor PPh final UMKM sebesar 0,5% seperti biasa. Lebih daripada itu, ada sanksi administrasi yang akan dikenai kepada wajib pajak yang tidak menyampaikan laporan realisasi. Seperti kita ketahui, dalam PPh Final UMKM, tanggal pembayaran dianggap juga sebagai tanggal pelaporan SPT Masa PPh Final. Jadi, ketika wajib pajak terlanjur memanfaatkan Insentif PPh Final UMKM DTP, namun belakangan ternyata tidak berhak memanfaatkan insentif tersebut karena tidak menyampaikan laporan realisasi, terjadi keterlambatan penyetoran PPh Final UMKM sekaligus pelaporan SPT Masa PPh Final. Di sinilah letak permasalahnnya. Wajib pajak akan dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan (maksimal 24 bulan) dari nilai yang terlambat dibayar atas keterlambatan pembayaran PPh Final UMKM. Di samping itu, wajib pajak juga akan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000 atas keterlambatan pelaporan SPT Masa PPh Final.

c. Percepatan Restitusi PPN Percepatan restitusi PPN merupakan program yang dijalankan pemerintah sejak April 2018 dengan tujuan menurunkan cost compliance karena pengembalian lebih bayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dapat diberikan lebih cepat tanpa melewati alur pemeriksaan yang terbilang sangat ketat.Sebelum dicetuskan percepatan restitusi PPN, wajib pajak harus melewati proses pemeriksaan yang ketat sebelum mendapatkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Proses hingga mendapatkan SKPLB ini sebelumnya membutuhkan waktu hingga 10 bulan. Dengan adanya program percepatan restitusi maksimal hanya memakan waktu 1 bulan. Program percepatan restitusi PPN ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 39/PMK.03/2018. Dalam PMK Nomor 39/PMK.03/2018, disebutkan bahwa PKP yang bisa mendapatkan fasilitas percepatan restitusi PPN ini terbagi menjadi tiga, yakni:

Page 85: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

63Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201962 63

1. Wajib Pajak Kriteria Tertentu2. Wajib Pajak Persyaratan Tertentu3. Pengusaha Kena Pajak (PKP) Berisiko Rendah Yang dimaksud dengan wajib pajak kriteria tertentu menurut PMK Nomor 39/PMK.03/2018 adalah, wajib pajak yang memenuhi klasifikasi yang disyaratkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP), yaitu:1. Wajib pajak yang tepat waktu menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).2. Wajib pajak tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3. Laporan keuangan wajib pajak diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.

4. Wajib pajak tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.

Hal yang dimaksud dengan tepat waktu dalam menyampaikan SPT adalah:1. Wajib pajak selalu tepat waktu menyampaikan SPT tahunan dalam 3 tahun pajak

terakhir yang wajib disampaikan sampai dengan akhir tahun sebelum penetapan wajib pajak kriteria tertentu.

2. Wajib pajak telah menyampaikan SPT masa atas masa pajak Januari sampai dengan November dalam tahun pajak terakhir sebelum penetapan wajib pajak kriteria tertentu.

Kalau pun ada keterlambatan dalam penyampaian SPT masa, keterlambatan tersebut tidak melebihi tiga masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak melewati batas waktu penyampaian SPT masa pada masa pajak berikutnya.Meski sudah memenuhi kategori dan persyaratan yang dibutuhkan, tak langsung membuat wajib pajak mendapatkan status wajib pajak kriteria tertentu. Pasalnya, untuk mendapatkan status status wajib pajak kriteria tertentu dan bisa mengajukan percepatan restitusi PPN, wajib pajak harus mengajukan permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak terdaftar. Berdasarkan permohonan yang disampaikan wajib pajak, maka Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan melakukan penelitian atas pemenuhan persyaratan wajib pajak kriteria tertentu dan menerbitkan keputusan penetapan Wajib Pajak Kriteria Tertentu, dalam hal wajib pajak memenuhi persyaratan. DJP juga bisa menolak permohonan status wajib pajak kriteria tertentu, apabila didapati wajib pajak tidak memenuhi persyaratan yang diwajibkan. Penerbitan surat keputusan penetapan wajib pajak kriteria tertentu ini dikeluarkan paling lama 1 bulan setelah surat permohonan status wajib pajak kriteria tertentu ini diajukan. Jika DJP tak juga mengeluarkan surat keputusan dalam kurun waktu 1 bulan, maka permohonan wajib pajak dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan penetapan wajib pajak kriteria tertentu.DJP pun juga berwenang mencabut keputusan penetapan wajib pajak kriteria tertentu. Pencabutan keputusan ini dilakukan jika wajib pajak didapatkan hal sebagai berikut:1. Terlambat menyampaikan SPT tahunan2. Terlambat menyampaikan SPT masa atas suatu jenis pajak dalam 2 masa pajak

berturut-turut.3. Terlambat menyampaikan SPT masa atas suatu jenis pajak untuk 3 masa pajak

Page 86: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

64 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 64

dalam 1 tahun kalender.4. Dilakukan pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka atau tindakan penyidikan

tindak pidana di bidang perpajakan. Untuk memperoleh restitusi PPN, wajib pajak yang masuk kategori wajib pajak kriteria tertentu harus mengajukan permohonan. Pengajuannya dilakukan dengan cara mengisi kolom “Pengembalian Pendahuluan” dalam SPT masa pajak PPN. Berdasarkan permohonan “Pengembalian Pendahuluan”, DJP akan melakukan penelitian kewajiban formal yang meliputi:1. Penetapan wajib pajak kriteria tertentu masih berlaku.2. Wajib pajak tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka

atau tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.3. Wajib Pajak tidak terlambat menyampaikan SPT masa untuk suatu jenis pajak

dalam 2 masa pajak berturut-turut.4. Wajib Pajak tidak terlambat menyampaikan SPT masa untuk suatu jenis pajak

dalam 3 masa pajak dalam 1 tahun.5. Wajib Pajak tidak terlambat menyampaikan SPT tahunan. Setelah dilakukan penelitian dan didapati wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, DJP akan melanjutkan penelitian terhadap:1. Kebenaran penulisan dan penghitungan pajak.2. Bukti pemotongan atau bukti pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) yang

dikreditkan wajib pajak, untuk pengajuan restitusi PPh.3. Pajak Masukan yang dikreditkan dan/atau dibayar sendiri oleh wajib pajak, untuk

pengajuan restitusi PPN. Terkait dengan pajak masukan, penelitian dilakukan untuk memastikan pajak masukan yang dikreditkan oleh wajib pajak telah dilaporkan dalam SPT masa PPN Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang membuat faktur pajak. Selain itu, penelitian juga dimaksudkan untuk memastikan pajak masukan yang dibayar sendiri oleh wajib pajak telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Berdasarkan penelitian terhadap pajak masukan, penghitungan kelebihan pembayaran pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:1. Faktur pajak yang dikreditkan wajib pajak pemohon dan tidak dilaporkan dalam

SPT masa PPN PKP yang membuat faktur pajak, tidak diperhitungkan sebagai bagian dari kelebihan pembayaran pajak.

2. Faktur pajak yang dilaporkan dalam SPT masa PPN PKP yang membuat faktur pajak dan tidak dikreditkan wajib pajak pemohon, tidak diperhitungkan sebagai bagian dari kelebihan pembayaran pajak.

Jika hasil penelitian yang dilakukan DJP mengkonfirmasi bahwasanya wajib pajak kriteria tertentu yang mengajukan permohonan restitusi PPN telah memenuhi ketentuan formal, serta benar telah melakukan lebih bayar PPN, maka Direktur Jenderal Pajak akan menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP). SKPPKP ini diterbitkan paling lama 1 bulan untuk pengajuan restitusi PPN.

d. Insentif PPh Final Jasa Konstruksi (DTP) atas Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK.03/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 86/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease

Page 87: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

65Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201964 65

2019 (PMK 110/2020). Dalam PMK 110/2020, pemerintah menambahkan satu insentif pajak baru, yaitu insentif pajak penghasilan (PPh) final atas jasa konstruksi. Sesuai Pasal 6A ayat (3) PMK 110/2020, PPh final atas penghasilan jasa konstruksi yang diterima atau diperoleh wajib pajak penerima P3-TGAI akan ditanggung pemerintah (PPh final DTP). Adapun yang dimaksud dengan wajib pajak penerima P3-TGAI merujuk pada Pasal 1 angka 28 PMK 110/2020, yaitu: “Wajib Pajak Penerima P3-TGAI adalah P3A, GP3A, dan/atau IP3A yang melaksanakan P3-TGAI sebagaimana telah ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh Kepala Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai atau Balai Wilayah Sungai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.” Adapun yang dimaksud dengan P3-TGAI, P3A, GP3A, dan IP3A masing-masing merujuk pada Pasal 1 angka 23 s.d. angka 26 PMK 110/2020. Bunyi pasal-pasal tersebut sebagai berikut:

“23. Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi yang selanjutnya disebut P3-TGAI adalah program perbaikan, rehabilitasi, atau peningkatan jaringan irigasi dengan berbasis peran serta masyarakat petani yang dilaksanakan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air, Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air, atau Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air.

24. Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut P3A adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.

25. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut GP3A adalah kelembagaan sejumlah P3A yang bersepakat bekerja sama memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi.

26. Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut IP3A adalah kelembagaan sejumlah GP3A yang bersepakat bekerja sama untuk memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok primer, gabungan beberapa blok primer, atau satu daerah irigasi.” Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan tidak seluruh jasa konstruksi berhak untuk mendapatkan insentif PPh final DTP. PPh final DTP hanya diberikan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak penerima P3-TGAI yaitu berupa program perbaikan, rehabilitasi, atau peningkatan jaringan irigasi. Dalam skema insentif ini, pemotong pajak yang melakukan pembayaran dalam pelaksanaan P3-TGAI kepada wajib pajak penerima P3-TGAI tidak melakukan pemotongan PPh final. Adapun PPh final DTP tersebut tidak diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak sejak PMK 110/2020 diundangkan (14 Agustus 2020) sampai dengan masa pajak Desember 2020. Selanjutnya, pemotong pajak harus menyampaikan laporan realisasi PPh final DTP melalui saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id dengan menggunakan formulir sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran R PMK 110/2020. Selain itu, pemotong pajak harus membuat Surat Setoran Pajak (SSP) atau cetakan kode billing yang dibubuhi cap atau tulisan “PPh FINAL JASA KONSTRUKSI DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR .../PMK.03/2020” atas PPh final DTP yang diberikan. Kemudian, pemotong pajak menyampaikan laporan realisasi PPh final DTP paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

Page 88: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

66 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 66

3.9.2. INSENTIF KEPABEANAN DAN CUKAIa. Pemanfaatan Fasilitas Kawasan Berikat (KB) Menurut PP No. 32 tahun 2009 terakhir diubah dengan PP 85 tahun 2015 tentang tentang Tempat Penimbunan Berikat yang berlaku sejak 25 November 2015. Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan sebelum diekspor atau diimpor untuk dipakai. Tujuan Kawasan Berikat adalah dalam rangka meningkatkan investasi dan mendorong industrialisasi serta kinerja ekspor nasional. Daya saing produk ekspor Indonesia perlu ditingkatkan antara lain dengan jalan efisiensi proses produksi, peningkatan mutu barang, memperlancar arus keluar masuknya barang ke dan dari Indonesia. Dengan adanya pemberian fasilitas Kawasan Berikat, para investor akan lebih bergairah untuk melakukan kegiatan bisnisnya secara terpadu dan dapat lebih bersaing di pasaran internasional atas produk industri yang mereka hasilkan. Kawasan berikat ini berperan sebagai Export Processing Zone karena barang-barang yang diproduksi dalam kawasan ini diutamakan untuk ekspor. Perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat mendapatkan fasilitas penangguhan bea masuk, yaitu peniadaan untuk sementara kewajiban pembayaran bea masuk sampai dengan timbulnya kewajiban untuk membayar berdasarkan undang-undang. Artinya sepanjang ketentuan yang menyebabkan harus dibayarkannya bea masuk tersebut tidak terjadi maka penangguhan bea masuk tetap berlaku. Apabila perusahaan hendak mengeluarkan barang asal impor ke dalam daerah pabean (diimpor untuk dipakai), maka akan dipungut bea masuk, sepanjang pengeluarannya tersebut tidak ditujukan kepada pihak yang mendapatkan fasilitas pembebasan atau penangguhan bea masuk. Pada dasarnya pajak dikenakan atas barang yang dikonsumsi di dalam negeri. Barang yang diproduksi di Indonesia dan kemudian diekspor, tidak dikenakan pajak karena tidak akan dikonsumsi di daerah pabean. Value added Tax atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku di Indonesia menganut prinsip destination principle, yakni dipajaki dimana barang itu dikonsumsi. Berdasarkan prinsip itu maka importasi bahan dan barang ke Kaber diberikan fasilitas tidak harus membayar pungutan perpajakannya. Dengan begitu ketika barang hasil olahannya diekspor, tidak perlu dilakukan restitusi atau pengembalian atas pajak-ajak yang telah dibayar. Bagi Perusahaan penerima fasilitas Kawasan Berikat, akan mendapat manfaat antara lain:1. Efisiensi waktu pengiriman barang dengan tidak dilakukannya pemeriksaan fisik di

Tempat Penimbunan Sementara (TPS / Pelabuhan);2. Fasilitas perpajakan dan kepabeanan memungkinkan pengusaha kawasan

berikat dapat menciptakan harga yang kompetitif di pasar global serta dapat melakukan penghematan biaya perpajakan;

3. Cash Flow Perusahaan serta Production Schedule lebih terjamin;4. Membantu usaha pemerintah dalam rangka mengembangkan program

keterkaitan antara perusahaan besar, menengah, dan kecil melaui pola kegiatan sub kontrak.

Kebijakan terbaru memberikan kelonggaran penjualan hasil produksi ke Pasar Domestik atau Daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL). Industri yang beroperasi di KB berhak mendapatkan fasilitas fiskal, antara lain pembebasan BM dan PPN ketika

Page 89: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

67Kajian Fiskal Regional Sulawesi Utara Tahun 201966 67

mengimpor bahan baku. Namun, sesuai PMK 44/ 2012, pelaku industri harus mengekspor 75% produk olahannya dan hanya 25% yang boleh dijual ke pasar domestik. Namun demikian sektor tertentu pemberian ijin menjual ke DPIL mencapai 50% atau lebih (paling tinggi 70%) dibanding total produksi, tidak lagi sesuai dengan definisi “terutama untuk tujuan ekspor”. Apabila produksi kawasan berikat banyak masuk ke pasar domestik, hal itu akan terjadi dua risiko, yaitu: 1. Mengganggu industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis, tetapi tidak

mendapatkan fasilitas kawasan berikat. Menimbulkan ketidakadilan dan harga dari produk non Kawasan Berikat menjadi tidak kompetitif di pasar lokal.

2. Penerimaan negara akan tertunda karena barang dari produksi kawasan berikat mendapatkan fasilitas bebas bea masuk dan pajak untuk impor bahan bakunya.

b. Pemanfaatan Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) merupakan perlakuan kepada barang impor atau barang rakitan yang akan diekspor dan dapat diberikan keringanan bea masuk. KITE merupakan kebijakan dari Menteri Keuangan yang pelaksanaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai. Fasilitas KITE ini diberikan kepada perusahaan yang disebut wajib pajak KITE. Untuk menjadi wajib pajak KITE dan mendapatkan kemudahan di bidang ekspor impor ini, perusahaan harus memenuhi persyaratan seperti:1. Memiliki Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dan izin usaha industri. 2. Memiliki jenis usaha di bidang manufaktur.3. Memiliki bukti kepemilikan yang berlaku untuk waktu paling singkat 3 tahun atas lokasi

yang akan digunakan untuk kegiatan produksi. 4. Memiliki tempat penimbunan barang dan hasil produksi.5. Menggunakan sistem informasi persediaan berbasis IT Inventory untuk pengelolaan

barang berkaitan dengan dokumen kepabeanan dan dapat diakses oleh Ditjen Bea dan Cukai.

Setelah memenuhi semua syarat, perusahaan juga harus mengajukan permohonan kepada kepala Kantor Wilayah atau KPU yang mengawasi lokasi kegiatan usaha. Impor Tujuan Ekspor diperuntukkan bagi badan usaha industri manufaktur yang berorientasi ekspor dan telah memiliki NIPER (Nomor Induk Perusahaan). Lebih lanjut fasilitas KITE diatur dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 10 tentang Kepabeanan. Fasilitas ini juga mempengaruhi sisi perpajakan. Melalui fasilitas ini, pemerintah mempermudah alur impor bahan baku untuk produksi barang jadi yang kemudian akan diekspor.

Berdasarkan klasifikasinya, KITE dapat dibagi menjadi 2 jenis:1. Fasilitas pembebasan bea masuk dan PPN Impor tidak dipungut atas impor bahan

baku untuk diolah dirakit, dipasang, dan hasil produksinya di ekspor;2. Fasilitas pengembalian bea masuk atas impor bahan baku untuk dirakit, diolah,

dipasang dan hasil produksinya diekspor. Bea masuk yang dimaksud di sini adalah bea tambahan seperti bea masuk pembalasan, bea masuk anti dumping, bea safeguard dan bea masuk imbalan.

Sehubungan dengan Covid-19, pemerintah memberikan insentif tambahan kepada perusahaan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE). Fasilitas ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 31/PMK.04/2020. Dalam kebijakan ini, pemasukan barang dari dalam negeri untuk diolah menjadi komoditas ekspor tidak lagi dikenakan PPN, PPnBM dan bea masuk. Perusahaan yang telah menjadi wajib pajak KITE juga diizinkan untuk melakukan penyerahan hasil produksi untuk diolah dengan hasil produksi dari kawasan berikat. Selain untuk wajib pajak KITE, kebijakan ini juga dikenakan pada wajib pajak yang mendapat fasilitas KITE IKM (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Industri Kecil Menengah). Fasilitas KITE IKM merupakan fasilitas kemudahan pembebasan bea masuk, PPN serta

Page 90: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

68 Kajian Fiskal Regional Sulaesi Utara Tahun 2019 68

PPnBM terutang tidak dipungut, termasuk bahan pengemas maupun mesin untuk keperluan pengolahan barang yang akan diekspor untuk penyerahan produksi industri kecil menengah. Pemberian fasilitas ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi para pengusaha yang menjalankan bisnisnya di tengah pandemi Covid-19. Melalui fasilitas ini para pengusaha diharapkan akan mendapat berbagai manfaat seperti: kemudahan pengembalian bea masuk; menekan arus kas perusahaan; serta meningkatkan daya saing perusahaan, ekspor nasional dan investasi.

Page 91: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

BAB IVPerkembangan dan AnalisisPelaksanaan APBD

Page 92: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Page 93: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

69 69

4.1. APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan bagian fiskal yang menjadi salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi dan penentu tercapainya target dan sasaran ekonomi makro daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Analisisi terkait perkembangan dan pelaksanaan APBD berdasarkan klasifikasi ekonomi pemerintah daerah pada wilayah Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Profil APBD Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (miliar Rupiah)

Uraian2018 %

Pagu

2019 %

Pagu

2020% Growth

Pagu Realisasi

Pendapatan 17.061,7 16.479,9 96,6% 17.737,0 15.992,3 90,2% 16.661,6 14.945,9 89,7% -6,5%

PAD 2.255,5 2.217,4 98,3% 2.460,6 2.305,9 93,7% 2.331,9 2.105,4 90,3% -8,7%

Pajak daerah 1.526,4 1.577,4 103,3% 1.660,5 1.602,8 96,5% 1.628,0 1.388,0 85,3% -13,4%

Retribusi daerah 331,0 264,4 79,9% 356,4 232,4 65,2% 307,6 274,0 89,1% 17,9%

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

74,6 76,4 102,4% 96,4 96,4 100,0% 62,0 60,4 97,4% -37,3%

Lain-lain PAD yang sah 323,5 299,2 92,5% 347,3 374,3 107,8% 334,3 382,9 114,6% 2,3%

Pendapatan Transfer 14.425,6 14.064,6 97,5% 14.715,3 13.388,9 91,0% 13.729,3 12.471,0 90,8% -6,9%

Transfer Pemerintah Pusat 13.937,2 13.534,1 97,1% 14.239,0 12.960,9 91,0% 13.337,0 12.194,4 91,4% -5,9%

DBH 580,0 525,0 90,5% 555,9 424,9 76,4% 500,3 427,5 85,4% 0,6%

DAU 8.518,5 8.516,7 100,0% 8.914,4 8.398,7 94,2% 8.245,2 8.143,9 98,8% -3,0%

DAK 3.587,2 3.289,3 91,7% 3.438,3 2.961,4 86,1% 3.121,5 2.454,1 78,6% -17,1%

Dana penyesuaian 1.251,5 1.203,1 96,1% 1.330,4 1.175,9 88,4% 1.470,0 1.168,8 79,5% -0,6%

Transfer Pemerintah Provinsi 488,4 530,5 108,6% 476,3 428,0 89,9% 392,3 276,6 70,5% -35,4%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 380,6 197,9 52,0% 561,1 297,5 53,0% 600,3 369,5 61,5% 24,2%

Hibah 241,4 62,8 26,0% 351,5 87,0 24,8% 289,2 105,4 36,5% 21,2%

Lain-lain 139,2 135,1 97,1% 209,6 210,5 100,4% 311,2 264,0 84,9% 25,4%

Belanja 18.425,5 16.260,4 88,2% 19.125,5 17.192,8 90,2% 18.810,6 16.048,2 85,3% -6,6%

Belanja Pegawai 6.343,5 5.962,4 94,0% 6.446,4 6.238,4 96.8% 6.215,4 5.969,5 96,0% -4,3%

Belanja Barang 4.750,1 4.023,7 84,7% 5.344,6 4.748,1 88,8% 4.730,7 3.839,3 81,2% -19,1%

Belanja Modal 4.127,7 3.289,8 79,7% 4.241,8 3.254,5 76,1% 3.681,8 2.749,6 74,7% -15,5%

Belanja Bunga 6,0 - 0,0% 24,6 5,2 21,2% 25,1 7,9 31,3% 51,3%

Belanja Subsidi 2,8 2,6 92,5% 3,6 3,0 99,6% - - - -100,0%

Belanja Hibah 836,0 754,1 90,2% 716,2 716.2 100% 1.230,0 843,8 68,6% 17,8%

Belanja Bantuan sosial 76,1 68,8 90,4% 153,5 134,0 87,3% 119,5 138,2 115,7% 3,1%

Belanja Bagi Hasil ke Prov/Kab/Kota dan

Pemdes727,0 707,1 97,3% 525,0 504,6 96,1% 317,0 306,0 96,5% -39,4%

Belanja Takk Terduga 32,5 7,2 22,2% 27,3 9,73 35,6% 653,8 712,9 109,0% 7226,4%

Belanja Bantuan Keuangan 1.523,8 1.444,7 94,8% 1.642,5 1.631,1 99,3% 1.837,2 1.480,9 80,6% -9,2%

Page 94: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

70

Surplus/Defisit (1.363,8) 219,5 (1.388,5) (85,2) (2.149,0) (1.102,3) 1193,1%

Pembiayaan Netto 1.368,4 942,0 1.616,2 1.066,3 2.115,6 1.617,2 51,7%

Penerimaan Pembiayaan 1.499,6 1.031,6 68,8% 1.685,0 1.113,5 66,1% 2.161,6 1.636,5 75,7% 47,0%

Pengeluaran Pembiayaan 131,2 89,6 68,3% 68,8 47,2 68,6% 46,0 19,3 42,0% -59,0%

SiLPA Tahun Berjalan 4,6 1.161,5 227,7 981,0 (33,4) 514,9 -47,5%

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Unaudited Lingkup Pemda Prov.Sulawesi Utara (diolah)

Dapat dilihat selama dua tahun terakhir mulai dari TA 2019-2020 penganggaran pemerintah daerah lingkup Provinsi Sulawesi Utara pada TA 2020 menerapkan kebijakan anggaran defisit, sebagai wujud upayanya dalam memacu perekonomian dan pembangunan. Hal ini juga diakibatkan dengan adanya Pandemi Covid-19 di tahun 2020 yang mengakibatkan penurunan realisasi Pendapatan dan Belanja dibanding tahun 2019, dimana untuk realisasi pendapatan mengalami penurunan hingga 6,5% dan realisasai belanja mengalami penurunan sebesar 6,6%. Penurunan realisasi tersebut juga tidak luput diakibatkan dari adanya refocusing dan realokasi anggaran dari pemerintah pusat yang berimbas pada anggaran di pemerintah daerah.

4.2. PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah sampai dengan Triwulan IV 2020 secara agregat telah mencapai 89,7 persen dari target. Secara proporsional, sumber penerimaan terutama berasal dari dana transfer/perimbangan sebesar 83 persen (Rp13.729 miliar realisasi 12,471 miliar) dan PAD sebesar 14 persen (Rp2.331 miliar realisasi sebesar 2.105 miliar) sedangkan lain-lain pendapatan daerah yang sah sekitar 3 persen dari pagu 600 miliar realisasi 369 miliar.

4.2.1. DANA TRANSFER/ PERIMBANGAN Realisasi Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja Negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian. Realisasi untuk tahun 2020 turun jika

76%

99% 100% 98% 95% 94% 98%84%

100% 97% 95%82%

99% 100%87%

97%

0% 200% 400% 600% 800% 1000% 1200% 1400% 1600% 1800%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

Mil

iar R

upi

ah

Realisasi Dana Transfer Pusat

DBH DAU DAK Dana Penyesuaian % Transfer Pemerintah Pusat

dibanding dengan tahun 2019 dimana pada tahun 2019 mencapai 13.389 miliar sedangkan pada tahun 20202 hanya mencapai 12.471 miliar. Kalau dilihat dari pagu untuk 2020 mengalami Penurunan dari 14.715 di tahun 2019 menjadi 13.729 di tahun 2020. Hal ini dikarenakan adanya refocusing dan realokasi anggaran. Realisasi pendapatan dana transfer pemerintah pusat s.d Triwulan IV tahun 2020 ke pemda lingkup Provinsi Sulut telah mencapai Rp12 triliun, atau 91 persen dari target. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, capaian realisasi pada periode laporan ini mengalami penurunan yang cukup terasa meskipun masih dibawah 10%, yaitu berada pada kisaran 5%. Komposisi realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat yang berjumlah Rp12.194 miliar sebagian besar berasal dari transfer DAU yang mencapai 67 persen, selanjutnya DAK sebesar 20 persen, Dana

Grafik 4.1. Realisasi Dana Transfer Pusat

Page 95: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

70 71

Penyesuaian sebesar 10 persen dan DBH sebesar 3 persen. Tingginya dana DAU sejalan dengan penguatan desentralisasi pemerintah pusat di daerah. Sementara itu, perlu mendapat perhatian bahwa masih rendahnya realisasi transfer DAK Fisik lingkup Sulawesi Utara mencerminkan kinerja pelaksanaan kegiatan yang belum maksimal. Rerata persentase realisasi dari Dana Transfer Pemerintah Pusat di setiap Pemda sudah mencapai lebih dari 90%, hal ini diakibatkan pada komponen yang menyusun “Tansfer Pemerintah Pusat” terdapat akun yang realisasinya melebihi 100% sehingga menutupi akun lain yang pencapaiannya belum mencapai 100%. Untuk realisasi terendah berada pada Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 76%.

a. Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah1. Proporsi Ruang Fiskal Daerah Ruang Fiskal merupakan salah satu indikator yang dilihat terkait dengan kesehatan keuangan daerah untuk mengetahui seberapa besar keleluasaan yang dimiliki daerah dalam menggunakan dananya secara bebas sesuai prioritas belanja yang telah ditentukan tanpa mengganggu solvabilitas keuangan. Semakin besar rasionya berarti semakin besar ruang fiskalnya. Ruang Fiskal dapat diperbesar dengan cara peningkatan pendapatan sektor pajak daerah dan memotong belanja daerah yang tidak prioritas. Berdasarkan perhitungan, diperoleh bahwa ruang fiskal tahun 2020 Provinsi Sulawesi Utara secara agregat sebesar 36 persen. Pada tingkat kabupaten/kota, pemerintah daerah yang memiliki ruang fiskal terbesar adalah Kabupaten Bolaang

45%

30%

25%27%

39% 39% 40%

27%

21%

29%

42%

35%33%

43%

34%

46%

36%

Ruang Fiskal

Mongondwo Selatan yaitu sebesar 46%. Sementara daerah dengan ruang fiskal terendah adalah Kota Tomohon yaitu sebesar 21%. Besarnya rasio ruang fiskal Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan diakibatkan dari Belanja Pegawai yang tidak terlalu besar sehingga dari total pendapatan yang didapat masih memiliki ruang fiskal yang cukup untuk menganggarkan pada program belanja prioritas lainnya, salah satunya seperti belanja modal untuk pembangunan infrastruktur pada Kabupaten Bolsel.

2. Rasio Kemandirian Daerah Kemandirian daerah dapat diukur melalui perbandingan dua indikator yaitu Rasio Realisasi PAD terhadap Total Realisasi Pendapatan dibandingkan dengan Rasio Realisasi Dana Transfer terhadap Total Realisasi Pendapatan. Berdasarkan tabel yang ada menunjukkan bahwa belum ada satupun daerah yang mampu mandiri tanpa dana transfer dari Pemerintah Pusat. Hal ini ditunjukkan dengan rasio PAD terhadap Pendapatan belum ada yang mencapai angka 50%, sehingga secara data bisa dikatakan belum ada satu daerah pun di lingkup Sulawesi Utara yang mampu mandiri dengan menggunakan PAD masing-masing. Jika dibandingkan antara pemda yang satu dengan lainnya, maka Pemprov Sulawesi Utara merupakan daerah yang tingkat ketergantungannya paling rendah dengan selisih rasio yang paling kecil. Pemda yang paling tergantung terhadap dana

Grafik 4.2. Perbandingan Rasio Ruang Fiskal TA 2020Pemda Lingkup Provinsi Sulawesi Utara

Tidak satu-pun Pemda

lingkup Provinsi

Sulawesi Utara yang

mampu mandiri

tanpa dana

transfer dari Pemerintah

Pusat

Page 96: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

72

transfer adalah Kab. Bolsel dan Kab. Minsel. Untuk meningkatkan rasio kemandirian, tidak ada pilihan lain kecuali dengan efisiensi belanja pada sektor yang benar-benar prioritas tanpa mengurangi kualitas belanja dan meningkatkan PAD dengan cara optimalisasi setiap potensi yang ada.

Tabel 4.2. Perbandingan Rasio Kemadirian DaerahTA 2020 pada Prov/Kota/Kab di Provinsi Sulawesi Utara

No Pemda Rasio PAD Rasio Dana Transfer

1 Prov. Sulawesi Utara 35,9% 63,5%

2 Kab. Bolmong 6,1% 87,6%

3 Kab. Minahaa 9,1% 87,9%

4 Kab. Kep. Sangihe 10,8% 87,8%

5 Kota Bitung 9,5% 86,6%

6 Kota Manado 19,8% 74,4%

7 Kab. Kep. Talaud 5,5% 79,1%

8 Kab. Minsel 4,0% 92,8%

9 Kota Tomohon 5,5% 91,9%

10 Kab. Minut 8,6% 88,5%

11 Kota Kotamobagu 12,4% 83,1%

12 Kab. Mitra 5,2% 92,9%

13 Kab. Bolmut 4,1% 92,7%

14 Kab. Kep. Sitaro 4,2% 83,4%

15 Kab. Boltim 4,4% 93,7%

16 Kab. Bolsel 2,0% 84,5%

Total 14,1% 81,6%

Sumber: LRA Pemda, data diolah

3. Perbandingan Dana Transfer year on year Dalam Tahun 2020 secara agregat Pendapatan di Provinsi Sulawesi Utara melalui komponen Dana Transfer

14,715 13,729 13,389

12,471

-

4,000

8,000

12,000

16,000

20,000

2019 2020

Mili

ar R

upia

h

Dana Transfer Perimbangan

Pagu Realisasi

Perimbangan mengalami penurunan sebesar 5%, hal ini tidak terlepas dari adanya Pancemi Covid-19 yang melanda tidak hanya Indonesia tapi juga secara global. Penurunan Dana Transfer yang diterima oleh pemerintah daerah di lingkup Provinsi Sulawesi Utara ternyata juga berdampak pada penurunan Indeks Pembangunan Manusia di wilayah Sulawesi Utara, dimana Indeks Pembangunan Manusia di tahun 2020 menurun sebesar 0,06 poin dari tahun 2019 atau sebesar 72,93, dimana di tahun 2020 berada pada nilai 72,99. Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara apabila dibandingkan secara year on year dibandingkan triwulan IV tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara mengalami kontraksi sebesar -2,23 persen. Begitu juga dengan tingkat penduduk misikin mengalami peningkatan sebesar 3,48 ribu orang sepanjang tahun 2020 mulai dari bulan Maret hingga bulan September. Hal ini bisa dikatakan berkaitan dengan kondisi perekonomian yang dialami secara nasional yang tentunya juga berdampak pada keuangan (baik pengelolaan hingga realisasi) di daerah, khususnya di lingkup Provinsi Sulawesi Utara.

Grafik 4.3 Dana Transfer Perimbangan

Page 97: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

72 73

Grafik 4.4 Perbandingan Realisasi PAD

Grafik 4.5 PAD Pemda

4.2.2. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Pendapatan Daerah yang diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi pemerintahan daerah adalaha

1,286.0

377.7

1,125.9

261.8

-

300.0

600.0

900.0

1,200.0

1,500.0

Axis

Title

Perbandingan Realisasi PAD

2019 2020

dari Pendapatan asli Daerah (PAD), karena hal ini berarti pemerintah daerah didorong untuk dapat meningkatkan kemandirian keuangannya. Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan perturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk realisasi PAD masing-masing pemda yang ada di Sulawesi Utara, PAD paling tinggi masih disumbangkan oleh

Prov. Sulawesi

Utara , 53.5%

Kab. Minahasa ,

5.3%

Kab. Sangihe

5%

Kota Manado ;

12.4%

Kab. Minut , 3.6%

Prov. SulawesiUtara Kab.Bolmong

Kab. Minahasa

Kab. Sangihe

Kota Bitung

Kota Manado

Kab. Talaud

Kab. Minsel

Kota Tomohon

Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara sama seperti tahun lalu. Untuk tahun ini Pemprov Sulawesi Utara menyumbang PAD sebesar 53,5 % dari keseluruhan PAD yang ada di Sulawesi Utara, lalu diikuti oleh Kota Manado sebesar 12,4%, Kabupaten Minahasa sebesar 5,3% dan Kabupaten Sangihe sebesar 5%. Untuk Provinsi Sulawesi Utara dan Kota Manado menjadi penyumbang terbanyak hal ini dikarenaan kedua pemerintahan ini masih menjadi pusat terjadinya kegiatan ekonomi yang mengakibatkan tingginya Pendapatan Asli Daerah yang didapatkan Secara Agregat Realisasi Pendapatan Asli Daerah pemda lingkup Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2020 mengalami penuruan sebesar 8,7% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dimana untuk tahun 2020 PAD yang didapatkan berhasil memperoleh realisasi senilai Rp2.105 miliar (90.3% dari target), Perkembangan pagu dan realisasi pendapatan tahun 2020 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Alokasi dan Realisasi Pendapatan di Provinsi Sulawesi Utara (miliar Rupiah)Uraian 2019 2020 Growth

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % %

Pendapatan 17,737.0 15,992.3 90.2% 16,661.6 14,945.9 89.7% -6.5%

PAD 2,460.6 2,305.9 93.7% 2,331.9 2,105.4 90.3% -8.7%

Pajak daerah 1,660.5 1,602.8 96.5% 1,628.0 1,388.0 85.3% -13.4%

Retribusi daerah 356.4 232.4 65.2% 307.6 274 89.1% 17.9%

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

96.4 96.4 100.0% 62.0 60.4 97.4% -37.3%

Lain-lain PAD yang sah 347.3 374.3 107.8% 382.9 382.9 114.6% 2.3%

Pendapatan Transfer 14,425.6 13,388.9 91.0% 13,729.3 12,471.0 90.8% -6.9%

Transfer Pemerintah Pusat 14,239.0 12,960.9 91.0% 13,337.0 12,194.4 91.4% -5.9%

DBH 555.9 424.9 76.4% 500.3 427.5 85.4% 0.6%

DAU 8,914.4 8,398.7 94.2% 8,245.2 8,143.9 98.8% -3.0%

DAK 3,438.3 2,961.4 86.1% 3,121.5 2,454.1 78.6% -17.1%

Dana penyesuaian 1,330.4 1,175.9 88.4% 1,470.0 1,168.8 79.5% -0.6%

Transfer Pemerintah Provinsi 476.3 428.0 89.9% 392,3 276.6 70.5% -35.4%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 561.1 297.5 53.0% 600,3 369.5 61.5% 24.2%

Page 98: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

74

Hibah 351.5 87.0 24.8% 289.2 105.4 36.5% 21.2%

Lain-lain 209.6 210.5 100.4% 311.2 264.0 84.9% 25.4%

Sumber: LRA Unaudited Lingkup Pemda Prov.Sulawesi Utara

1. Rasio PAD terhadap Belanja Daerah Kemampuan pemerintah daerah lingkup Provinsi Sulawesi Utara untuk membiayai belanja daerah menunjukkan penurunan secara agregat, namun tidak besar hanya sekitar 1 persen. Kondisi tersebut tidak sepenuhnya buruk dikarenakan tercermin pada rasio PAD terhadap belanja daerah dimana tidak semua pemda mengalami penurunan namun ada juga yang mengalami kenaikan tapi tidak signifikan, Secara rinci, perkembangan rasio PAD ditunjukkan pada grafik.

Sumber:LRA Pemda , data diolah

Penurunan rasio PAD terhadap belanja daerah secara agregat pada tahun 2020 terutama disebabkan penurunan oleh kinerja PAD pemda provinsi Sulawesi Utara yang proporsinya diatas 50 persen dan Kota Manado. Penurunan rasio paling besar berada pada Kota Manado yaitu sebesar 6% dibanding tahun lalu. Dengan demikian, angka rasio untuk tahun 2020 turun sebesar 1 persen jika dibanding pada tahun 2019 yaitu pada angka rasio 13 persen hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan pemda lingkup Prov. Sulawesi Utara dalam membiayai belanja daerahnya masih sangat rendah dan apabila hanya mengandalkan sumber dari PAD maka pemda lingkup Sulawesi Utara hanya mampu membiayai belanja daerahnya sebesar 13 persen. Rasio terbesar terutama dicatatkan oleh daerah-daerah yang memiliki potensi penerimaan PAD terbesar, seperti Prov. Sulawesi Utara, Kota Manado, Kab. Sangihe, Kota Bitung dan Kota Kotamobagu. Secara positif untuk Kabupaten Sangihe mengalami peningkatan rasio sebesar 3% dibanding tahun 2019 yang menjadi 11%. Hal ini membuat Kabupaten Sangihe bersama dengan 4 Pemkot lainnya masuk menjadi Pemerintah Daerah yang rasio PAD nya terhadap Belanja Daerah diatas 10%. Dimana untuk Pemprov Sulawesi Utara rasionya sebesar 29%, Pemkot Manado 18%, Pemkot Bitung 9,3%, dan Pemkot Kotamobagu 12%. Untuk Pemkot Bitung mengalami penurunan sebesar 1% dibanding tahun 2019

2. Rasio PAD terhadap PDRB Kinerja optimalisasi penerimaan PAD Sulawesi Utara pada tujuh tahun terakhir yang tercermin pada rasio PAD terhadap PDRB relatif stabil ditengah pertumbuhan

Tax base pajak

daerah masih sangat

bergantung pada pajak kendaraan, pajak hotel & restoran

dan retribusi parkir

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Rasio PAD terhadap Belanja

2019 2020

Grafik 4.6. Perkembangan Rasio PAD Terhadap Belanja Daerah

Page 99: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

74 75

Grafik 4.7. Rasio PAD Terhadap PDRB ADHB Sulawesi Utara Tahun 2013-2020

ekonomi Sulawesi Utara yang tergolong

2%

2.4%2.2%

1.8%1.9% 1.9%

1.8%

1.6%

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

tinggi, meskipun dalam 3 tahun terakhir menunjukkan penurunan dikarenakan terdampakanya Pandemi Covid-19 secara nasional. Terbatasnya kemampuan daerah dalam meningkatkan PAD disebabkan tax base pajak daerah (antara lain: pajak kendaraan, pajak hotel, pajak restoran dan retribusi parkir) terutama hanya terpusat di Kota Manado. Oleh karena itu peran pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan yang menunjang tercapainya peningkatan pajak daerah juga sangat menentukan. Pemerataan tax base disemua kabupaten/kota mutlak dilakukan melalui pengembangan wilayah dengan melihat potensi masing-masing. Dengan potensi dan kendala yang ada, pemerintah daerah harus terus meningkatkan koordinasi untuk mengembangkan wilayah Sulawesi Utara secara umum, antara lain kendala konektivitas antar wilayah dan potensi ekonomi lainnya. Sebagai contoh saat ini Pemerintah Pusat/ Daerah Sulawesi Utara sedang mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus di Bitung dan jalan tol Manado-Bitung yang sudah bisa dilalui kendaraan. Kedepannya, diharapkan dengan adanya pembangunan berkelanjutan salah satunya guna mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Wisata Likupang di Kabupaten Minahasa Utara dengan membangun jalan Bandara Sam Ratulangi-Likupang dan jalan lingkar Likupang-Pulisan-Pantai Pal yang tentunya berpotensi meningkatkan PAD di masa yang akan datang.

a. Penerimaan Pajak Daerah Realisasi Pajak Daerah

92% 145%

97%

78%

107%

57%70%

106%

89%75%

100%

154%

103%95%

87%

107%

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

0%

50%

100%

150%

200%

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1000.00

1200.00

Mili

ar R

upia

h

Tahun 2019 Tahun 2020 % Realisasi 2020

agregat sampai dengan Triwulan IV 2020 lingkup Provinsi Sulut sebesar Rp1.388 miliar atau sebesar 90 persen dari target. Pada tingkat Kab/Kota, Pemkot Manado tercatat sebagai daerah penyumbang pajak daerah terbesar, yaitu sebesar Rp201,4 miliar. Sumber penerimaan Pajak Daerah. Kota Manado terutama berasal Pajak Restoran dan Rumah Makan. Meskipun demikian, persentase realisasi penerimaan Pajak Daerah untuk Kota Manado sendiri masih rendah, yaitu berkisar pada 57% dan perlu adanya peningkatan sehingga nilai Pajak Daerah yang didapatkan bisa lebih banyak dan maksimal

b. Penerimaan Retribusi Daerah Penerimaan Retribusi Daerah Sulut hingga Triwulan IV 2020 secara keseluruhan bernilai sebesar Rp274 miliar atau 89% dari target, tumbuh sebesar 17 persen dibanding capaian Triwulan IV di tahun sebelumnya. Pada tingkat kabupaten/ kota, Kota

Grafik 4.8. Perbandingan Realisasi Pajak Daerah (Rp Miliar)

Page 100: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

76

Kotamobagu tercatat sebagai

97% 96%82%

114%

46%

92%82%

39%

77%

119%

64%

24%

94%

178%

96%

0%

50%

100%

150%

200%

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

Mili

ar Ru

piah

Tahun 2019 Tahun 2020 % Realisasi 2020

daerah dengan penerimaan retribusi terbesar dengan nilai mencapai Rp45 miliar. Hal ini ditunjukan dengan realisasi yang melebihi 100% atau melebihi pagu yang ada. Hal tersebut tentu tak lepas dari kerja keras dan baiknya koordinasi internal sehingga mampu mengoptimalkan penerimaan potensial yang ada ditengah keterbatasan sumber penerimaan retribusi daerah pada umumnya.

4.2.3 Pendapatan Lain-Lain Secara keseluruhan,

65%

115%

149%

93% 82%

124%103%

78%

107%92%

292%

113% 111%

146%

67%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

Milia

r Rup

iah

Tahun 2019 Tahun 2020 % Realisasi 2020

Pendapatan lain-lain PAD yang sah mengalami peningkatan realisasi sebesar 2% dengan persentase realisasi sebesar 114%. Hal ini merupakan hal yang positif dan patut untuk dipertahankan. Kabupaten Sangihe menjadi Pemda yang memiliki pendapatan dengan nilai paling besar diantara Kabupaten/ kota lainnya di lingkup Sulawesi Utara dengan nilai mencapai Rp89,2 miliar atau sebesar 149% dari pagu yang ditargetkan.

4.3. BELANJA DAERAH Realisasi Belanja Daerah pemda lingkup Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2020 sebesar Rp16.048 miliar (85,3 persen dari pagu anggaran), lebih kecil 6,9 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Secara rinci diuraikan berdasarkan klasifikasi urusan dan jenis belanja.

1. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan Fungsi Untuk Belanja Daerah yang dibagi berdasarkan Urusan Pemerintah Darah dan FUngsi dalam kerangka pelaksanaan kerangka pengelolaan keuangan Negara, diambil 4 urusan dengan porsi proporsi yang cukup besar yaitu Urusan Pendidikan, Kesehatan dan Perumahan & Fasilitas Umum (Pekerjaan Umum dan Penataan ruang serta Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman).

Grafik 4.9. Penerimaan Retribusi

Grafik 4.10. Perbandingan Realisasi Pendapatan Lain-lain (Rp Miliar)

Page 101: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

76 77

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

Pendidikan Kesehatan Pekerjaan umum danPenataan ruang

Perumahan rakyat

Milia

r Rup

iah

Pagu Realisasi

Grafik 4.11. Proporsi dan Realisasi Belanja APBD Urusan Wajib di Provinsi

Dimana dari keempat urusan diatas, Pendidikan memiliki proporsi paling besar lalu diikuti Kesehatan dan Perumahan & Fasilitas Umum. Hal ini juga sudah sesuai dengan Mandatory Spending dimana untuk Pendidikan, proporsi yang diberikan sudah lebih dari 20%. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Kota Manado masih menjadi penyumbang nilai belanja terbesar untuk wilayah lingkup Sulawesi Utara.

Rincian Belanja Daerah menurut Jenis Belanja Perkembangan Belanja Daerah menurut Jenis Belanja adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Profil APBD Klasifikasi Jenis Belanja Pemda Lingkup Provinsi Sulawesi Utara (dalam miliar Rupiah)

Uraian2019 2020 Growth

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Belanja Daerah 19.125,3 17.192,8 89,9% 18.810,6 16.048,2 85,3% -6,6%

Belanja Operasi 12.688,7 11.792,4 92,9% 12.320,7 10.798,7 87,6% Belanja Pegawai 6.446,4 6.238,4 96,8% 6.215,4 5.969,5 96,0% -4,3%

Belanja Barang 5.344,5 4.748,1 88,8% 4.730,7 3.839,3 81,2% -19,1%

Belanja Bunga 24,6 5,2 21,2% 25,1 7,9 31,3%

Belanja Subsidi 3,6 3,0 84,4% - - - -100%

Belanja Hibah 716,1 663,6 92,7% 1.230,0 843,8 68,6% 17,8%

Belanja Bantuan sosial 153,5 134,0 87,3% 119,5 138,2 115,7% 3,1%

Belanja Modal 4.241,8 3.254,6 76,7% 3.681,8 2.749,6 74,7% -15,5%

Belanja Tak Terduga 27,2 9,7 35,7% 653,8 712,9 109,0% 7226,4%

Belanja Transfer 2.167,5 2.136,1 98,6% 2.154,2 1.786,9 82,9%

Bagi Hasil Pajak Daerah 525,0 504,6 96,1% 317,0 306,0 96,5% -39,4%

Bantuan Keuangan 1.642,5 1.631,5 99,3% 1.837,2 1.480,9 80,6% -9,2%

Sumber: LRA Pemda Lingkup Prov. Sulut, data diolah

Anggaran belanja yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah lingkup Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2020 secara agregat menurun sebesar 1,6 persen dari anggaran belanja tahun 2019. Penurunan alokasi belanja paling besar terjadi pada belanja Hibah, dimana untuk tahun anggaran 2020 pagu belanja hibah tidak ada, sehingga terjadi penurunan hingga 100%. Sedangkan untuk peningkatan alokasi terbesar terjadi pada komponen Belanja Tak Terduga yang naik sebesar 7000%. Peningkatan ini diduga terjadi akibat adanya Pandemi Covid-19 sehingga banyak dana yang dialokasikan untuk penanganan Covid-19 yang terjadi di wilayah Sulawesi Utara. Hal ini juga sejalan dengan meningkatnya Alokasi Belanja Transfer.

Sumber: data sementara LRA Pemerintah Daerah, diolah

Page 102: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

78

Sampai dengan akhir TA 2020 realisasi belanja mencapai 85,3%, menurun dibandingkan penyerapan di tahun sebelumnya sebesar 89,9 persen. Untuk Belanja Tak Terduga, terjadi realisasi yang melebihi target sebesar 109%, hal ini menunjukkan bahwa Pemerintahan Daerah di lingkup Provinsi Sulawesi Utara cukup bergerak aktif dalam menangani hal-hal terkait yang disebabkan oleh Pandemi Covid019 yang terjadi. Perlu dievaluasi lebih lanjut terkait realisasi belanja modal yang hanya terserap sebesar 74,7 persen. Padahal realisasi belanja modal membawa multiplier effect terhadap perekonomian Sulawesi Utara. Sebagaimana prinsip efisiensi dan efektifitas belanja, disebutkan bahwa anggaran yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagaimana prioritas pembangunan, sehingga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

4.4. PERKEMBANGAN BLU DAERAH Di lingkup Provinsi Sulawesi Utara belum terdapat BLU Daerah

4.5. SURPLUS/DEFISIT APBDa. Rasio surplus/defisit terhadap agregat pendapatan Pada tahun 2020, struktur fiskal seluruh pemerintah daerah di wilayah ini adalah pola penganggaran yang defisit, yaitu kondisi dimana jumlah belanja yang ditetapkan pemerintah dalam satu tahun

-5.8%

-1.7%

0.3%1.7%

-1.8%

-5.2%

-0.5%

-3.1%

-3.8%

-2.8%

-0.4%

3.6%

2.1% 2.0%

-1.7%

1.0%

-2.1%

anggaran melebihi dari jumlah pendapatan yang diperkirakan diterima. Pada perkembangan sampai dengan akhir tahun 2020, terdapat lima pemda yang mengalami surplus anggaran. Yaitu Pemkab Minahasa, Pemkab Sangihe, Pemkot Tomohon, Pemkab Sitaro, dan Pemkab Bolsel Rasio surplus terhadap pendapatan keenam pemda sebagaimana ditunjukkan pada grafik 3.8, menunjukkan pemda-pemda tersebut masih memiliki kemampuan untuk meningkatkan kegiatan yang dibiayai belanja daerahnya, namun hal tersebut belum dilakukan.

b. Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (semester 1 tahun 2019) Rasio ini untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran terhadap salah satu sumber pendapatan

28.8% 28.6%

39.9%51.6%

17.3%

13.2%

26.3% 25.0%

51.2%

16.7%

28.5%

38.1%

15.7%

36.9%

24.9%

37.4%

31.3%

APBD, yaitu realisasi pencairan dana transfer. Hal ini dapat menunjukkan ekses likuiditas Pemda akibat frontloading pencairan dana transfer. Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi timing pencairan dana transfer, terutama pada daerah yang sangat bergantung pada dana

Grafik 4.13. Perbandingan Rasio surplus/defisit terhadaprealisasi dana transfer (semester 1 tahun 2020)

Pemanfaatan belanja yang

sebagian besar

bersumber dari dana

transfer, cenderung

terkonsentrasi pada paruh

kedua tahun anggaran

Grafik 4.12. Perbandingan Rasio surplus/defisit terhadapAgregat Pendapatan Pemda Lingkup Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020

Sumber: data sementara LRA Pemerintah Daerah, diolah

Sumber: data sementara LRA Pemerintah Daerah, diolah

Page 103: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

78 79

transfer namun mengalami ekses likuditas Berdasarkan LRA Pemda di lingkup wilayah Sulawesi Utara hingga periode semester I tahun 2020, Seluruh Pemda di wilayah Sulawesi Utara mencatatkan rasio surplus terhadap total transfer pemerintah pusat, namun hanya terdapat 2 Pemda yang rasio surplusnya diatas 50 persen. Tingginya rasio tersebut mengindikasikan pemanfaatan belanja yang sebagian besar bersumber dari dana transfer tidak terealisasi secara merata di sepanjang tahun anggaran dan cenderung meningkat mendekati akhir tahun anggaran.

c. Rasio Surplus/Defisit Terhadap PDRB Rasio ini diperlukan untuk menggambarkan kesehatan ekonomi regional, semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan jasa untuk membiayai defisit anggaran pemerintah daerahnya. Rasio surplus/defisit terhadap PDRB tahun 2020 sedikit menaik dibanding tahun 2019. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di Tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar -2,23% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Pemda perlu terus mengupayakan peningkatan kualitas belanja daerah agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara.

Tabel 4.5. Rasio Surplus/Defisit Terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Utara

Uraian 2018 2019 2020

PDRB 119.543.612.000.000 130.201.361.000.000 132.299.414.000.000

Surplus/Defisit 213.603.293.149,55 378.407.780.403,69 1.102.285.126.284,01

Rasio 0,2% 0,3% 0,8

4.6. PEMBIAYAAN

a. Rasio SILPA Terhadap Alokasi Belanja APBD Rasio ini diperlukan untuk mengetahui

4.1%4.5%

5.5%

3.2%

1.1%0.2%

-8.7%

2.6% 2.4%

0.6%

3.4%

11.6%

2.0%

13.3%

2.4%

5.4%

-1 0.0%

-5 .0 %

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%proporsi belanja atau kegiatan yang tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah. SILPA pemda lingkup Provinsi Sulawesi Utara paada tahun 2020 mencapai Rp517.880 miliar, atau turun sebesar 32 persen dibanding SILPA tahun 2019. Secara rinci per pemda, rasio tertinggi dicatatkan oleh pemda Kab. Sitaro (Siau Tagulandang Biaro) yang mencapai 13,3 persen. Perlu dicermati lebih lanjut apakah SILPA tersebut lebih disebabkan oleh kebijakan efisiensi, perencanaan yang kurang matang atau tahapan pelaksanaannya yang kurang optimal.

b. Komponen Pengeluaran Pembiayaan Dari data APBD TA 2020, pada komponen Pengeluaran Pembiayaan, paling banyak dialokasikan pada Penyertaan Modal Daerah dan Pembayaran Pokok Utang. Untuk Penyertaan Modal Daerah realisasi sebesar 15,7 Miliar dengan persentase 91%

Grafik 4.14. Perbandingan Rasio SILPA Terhadap Alokasi Belanja Tahun 2020

Sumber: data sementara LRA Pemerintah Daerah, diolah

Page 104: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

80

dan untuk pembayaran Pokok Utang terealisasi 1,5 Miliar dengan persentase 44%.

4.7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

4.7.1. ANALISIS HORIZONTAL DAN VERTIKAL

a. Analisis Horizontal Dilihat dari tabel menjelaskan bahwa hampir semua pemerintahan daerah kabupaten/ kota lingkup Sulawesi Utara mencapai target PAD yang ditetapkan. Bahkan terdapat 9 Kabupaten/Kota melebihi 100 persen realiasasi PAD. Dimana tertinggi berada di Kab. MItra yang mencapai 231% dan terendah di Kota Tomohon hanya mencapai 67%. Jika dilihat dari Realisasi belanja modal. Dari belanja modal terdapat 7 kab/kota yang berhasil mencapai/ melebihi 90% dan 1 kota yang mencapai realisasi terendah. Ketujuh kab/ kota tersebut adalah Kab. Bolaang Mongondow (94%), Kota Kotamobagu (96%), Kota Tomohon (95%), Kab. Sangihe (98%), Kab. Talaud (90%), Kab. Bolaang Mongondow Utara (96%) dan Kab. Boltim (95%) sementara terendah adalah Kota Manado dengan persentase realisasi mencapai (38%).

Tabel 4.6. Analisis Horizontal 2020 (miliar rupiah)

b. Analisis Vertikal Analisis vertikal membandingkan kontribusi PAD terhadap total pendapatan dimana di Sulawesi utara masih belum mandiri karena masih mengandalkan pendapatan transfer atau pendapatan lain-lain yang menjadi pendapatan terbesar. Karena tidak ada yang mencapai angka 50 persen dari total pendapatan. Sedangkan belanja modal terhadap total belanja masih belum terlalu signifikan, karena realisasi belanja modal tertinggi hanya 27,5% (Kab. Minahasa Tenggara).

Tabel 4.7. Tabel Analisis Vertikal

Pemda Kontribusi PAD thd total Pendapatan Kontribusi Bel. Modal thd total Belanja

Prov. Sulawesi Utara 35,9% 26,4%

Kab. Bolaang Mongondow 6,1% 11,9%

Kab. Minahasa 9,1% 9,7%

Kab. Sangihe 10,8% 13,6%

Kota Bitung 9,5% 9,7%

Kota Manado 19,8% 9,8%

Kab. Talaud 5,5% 10,2%

Kab. Minsel 4% 8,8%

Kota Tomohon 5,5% 18,6%

Sumber: data sementara LRA Pemerintah Daerah, diolah Sumber: data sementara LRA Pemerintah Daerah, diolah

Page 105: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

80 81

Kab. Minut 8,6% 11,2%

Kota Kotamobagu 12,4% 13%

Kab. Mitra 5,2% 27,5%

Kab. Bolmut 4,1% 24,9%

Kab. Sitaro 4,2% 19%

Kab. Boltim 4,4% 23,8%

Kab. Bolsel 2% 17,4%

Sumber: LRA Pemda

4.7.2. ANALISIS KAPASITAS FISKAL DAERAH Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk DAK, Dana Darurat, Dana Pinjaman lama dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) setelah dikurangi belanja pegawai dan dibagi dengan jumlah penduduk miskin. Dengan menggunakan perhitungan pada PMK-126/PMK.07/2019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah, Indeks Kapasitas Fiskal Daerah pemda lingkup Provinsi Sulawesi Utara diperoleh dengan menghitung Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten/ kota dibagi dengan rata-rata Kapasitas Fiskal Daerah seluruh daerah kabupaten kota di Sulawesi Utara. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kategori: Sangat Tinggi (IKFD≥1,959), Tinggi 1,089≤IKFD<1,959), Sedang (0,720≤IKFD<1,089), Rendah (0,509≤IKFD<0,720), Sangat Rendah (IKFD<0,509). Peta Kapasitas Fiskal Daerah Kab/Kota Lingkup Sulawesi Utara dari tahun 2019-2020 sebagaimana tabel diatas menunjukkan bahwa dari lima belas daerah kabupaten/kota di Sulawesi Utara, hanya terdapat lima pemda yang tergolong sebagai daerah dengan kapasitas fiskal tinggi pada tahun 2020. Sedangkan untuk kategori rendah dan sangat rendah secara keseluruhan terjadi penurunan dibanding tahun 2019, menjadi 4 Pemda.

4.8 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH Belanja Wajib/ mandatory spending adalah alokasi belanja yang diatur dalam undang-undang. Tujuan dari mandatory spending dalam tata kelola keuangan Pemerintah Daerah meliputi alokasi pendidikan, alokasi kesehatan, penggunaan dana transfer umum, dan alokasi dana desa. Belanja ini juga merupakan wujud dari daerah untuk mengurangi masalah ketimpangan social dan ekonomi daerah. Selain itu, ini juga merupakan bentuk kepatuhan dari pemerintah daerah terhadap pengalokasian belanja yang telah diperintahkan oleh Undang-Undang yang berlaku.

4.8.1. BELANJA DAERAH SEKTOR PENDIDIKAN Besarnya proporsi realisasi urusan Pendidikan oleh pemda lingkup Provinsi Sulawesi Utara yang mencapai 23 persen dari total pagu. Hal ini telah sesuai dengan apa yang diamanatkan pada Undang-Undang yaitu untuk mengalokasikan

Tabel 4.8. Peta Kapasitas Fiskal Daerah Kab/KotaLingkup Sulawesi Utara 2020

Page 106: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

82

anggaran Pendidikan sebesar 20% dari APBN/ APBD dan telah sejalan dengan misi pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk memantapkan pembangunan sumber daya manusia yang berkepribadian dan berdaya saing. Belanja urusan pendidikan tercatat sebagai sektor yang senantiasa menjadi prioritas dan mendapat perhatian setiap tahun anggaran. Untuk anggarannya sendiri paling besar dialokasikan di Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara dengan nilai mencapai Rp1,10 triliun rupiah serta realisasi sebesar Rp953 miliar. Untuk pagu urusan pendidikan terbesar kedua adalah Kota Manado dengan nilai sebesar Rp393 miliar dimana telah terealisasi sebesar Rp302,5 miliar. Sedangkan untuk persentase terbaik terdapat pada Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dimana telah terealisasi sebesar 99% dari pagu yang ada. Secara keseluruhan realisasi yang terjadi di sebagian besar Pemda berada diatas 80% sehingga rerata persentase realisasi yang terjadi Pemda lingkup provinsi Sulawesi Utara berada pada 88%.

Tabel 4.9. Perkembangan Belanja Urusan Pendidikan

PemdaPendidikan

Pagu Realisasi

Prov. Sulawesi Utara 1.106.706.908.226 953.538.672.128

Kab. Bolaang Mongondow 233.456.922.294 230.441.669.929

Kab. Minahasa 317.309.193.534 287.910.273.514

Kab. Sangihe 218.844.907.390 183.951.229.587

Kota Bitung 152.413.927.616 136.954.013.672

Kota Manado 393.852.476.526 302.500.770.600

Kab. Talaud 187.446.817.241 166.572.539.403

Kab. Minsel 256.012.001.788 222.945.344.568

Kota Tomohon 120.366.413.777 113.147.819.582

Kab. Minut 215.422.600.932 210.949.911.938

Kota Kotamobagu 113.262.274.775 110.783.855.228

Kab. Mitra 140.421.564.416 127.584.008.952

Kab. Bolmut 132.983.715.233 131.021.968.078

Kab. Sitaro 121.901.008.571 109.260.025.623

Kab. Boltim 102.113.985.857 100.708.536.558

Kab. Bolsel 121.601.018.090 89.457.561.972

Sumber : LRA-Urusan Fungsi Pemda

4.8.2 BELANJA DAERAH SEKTOR KESEHATAN Sementara itu, kebijakan pemerintah daerah lingkup Provinsi Sulawesi Utara yang menjadikan urusan Kesehatan sebagai salah satu prioritas pembangunan daerah, sejalan dengan kinerja positif sektor kesehatan daerah ini pada beberapa tahun terakhir dan misi Pembangunan di Sulawesi Utara salah satunya adalah Mewujudkan Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat Yang Tinggi, Maju, dan Mandiri. Untuk alokasi anggaran terbesar berada pada Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar Rp774 miliar dengan realisasi sebesar Rp667 miliar atau senilai dengan 86% dari pagu Pemprov Sulut. Sedangkan untuk alokasi terbesar kedua adalah pada Kota Manado dengan pagu Rp278 miliar, dimana telah direalisasikan sebesar RP221 miliar atau sebesar 80%. Secara agregat persentase realisasi berada pada angka 86% dengan persentase realisasi paling tinggi berada pada Pemda Kota Kotamobagu yang mencapai 99%. Sedangkan persentase paling sedikit pada Kabupaten Minahasa sebesar 70%, sehingga diperlukan realisasi lebih lagi kedepannya.

Page 107: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

82 83

Tabel 4.10. Perkembangan Kinerja Sektor Kesehatan Prov Sulawesi Utara

PemdaKesehatan

Pagu Realisasi

Prov. Sulawesi Utara 774.694.103.133 667.476.439.259

Kab. Bolaang Mongondow 162.740.120.632 137.718.602.365

Kab. Minahasa 235.535.274.609 163.934.274.488

Kab. Sangihe 259.972.810.357 218.521.503.172

Kota Bitung 106.954.943.062 96.353.010.441

Kota Manado 278.496.150.800 221.888.500.109

Kab. Talaud 150.756.593.618 133.968.178.283

Kab. Minsel 98.402.963.941 90.554.435.570

Kota Tomohon 140.608.325.409 130.979.309.728

Kab. Minut 241.583.412.712 216.351.311.376

Kota Kotamobagu 185.652.043.077 183.431.503.992

Kab. Mitra 110.878.481.288 78.936.134.683

Kab. Bolmut 174.186.688.040 161.362.187.789

Kab. Sitaro 148.766.957.177 112.141.613.177

Kab. Boltim 120.484.645.723 110.294.497.400

Kab. Bolsel 115.405.833.431 102.712.510.384

Sumber : LRA-Urusan Fungsi Pemda

4.8.3. BELANJA INFRASTRUKTUR DAERAH Untuk Infrastruktur daerah (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) dialokasikan anggaran sebesar Rp1,3 Triliun dengan realisasi sebesar Rp1,09 Triliun. Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara menjadi Pemda dengan alokasi terbanyak yaitu sebesar Rp318 miliar dengan realisasi Rp274 miliar. Sedangkan untuk setingkat Pemda Kabupaten/ Kota, Kota Manado menjadi Pemda dengan alokasi terbesar yaitu sebesar Rp196 miliar namun realisasinya masih kecil yaitu Rp52 miliar atau sekitar 27%. Untuk persentase realisasi tertinggi berada pada Pemkab Bolaang Mongondow, Pemkab Bolaang Mongondow Utara dan Pemkab Bolaang Mongondow Timur dengan persentase realisasi sebesar 97%.

Tabel 4.11. Perkembangan Kinerja Sektor Pekerjaan Umum & Penata Ruangan Prov Sulawesi Utara

PemdaPekerjaan Umum & Penataan Ruangan

Pagu Realisasi

Prov. Sulawesi Utara 318,209,061,102 274,168,927,045

Kab. Bolaang Mongondow 64,199,042,535 62,100,029,571

Kab. Minahasa 73,196,542,511 69,437,621,523

Kab. Sangihe 59,058,078,151 49,641,575,957

Kota Bitung 48,002,806,890 45,259,567,827

Kota Manado 196,292,136,400 52,111,012,691

Kab. Talaud 58,644,840,794 52,114,088,666

Kab. Minsel 42,103,290,391 38,419,169,086

Kota Tomohon 51,423,714,467 48,773,588,563

Kab. Minut 29,444,976,840 27,127,240,264

Kota Kotamobagu 44,520,941,563 42,035,499,116

Kab. Mitra 114,240,968,876 109,906,267,522

Kab. Bolmut 52,258,322,299 50,620,018,589

Kab. Sitaro 72,315,803,954 67,933,087,415

Kab. Boltim 46,717,110,143 45,155,553,473

Kab. Bolsel 63,167,665,002 59,513,428,053

Page 108: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Halaman ini sengaja di kosongkan

Page 109: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Bendungan Lolak, Kab. Bolaang Mongondow

Page 110: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

BAB VSasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah

Page 111: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

84

BAB V SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH

5.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

Pendapatan negara konsolidasian di tahun 2020 turun 10,9 persen dibanding tahun 2019 dengan nilai Rp19,54 triliun, sebagai dampak dari terkontraksinya potensi penerimaan berbagai sektor penerimaan Pajak dan PNBP. Demikian juga belanja konsolidasian mengalami penurunan 6,4 persen di banding tahun 2019 dengan total nilai Rp24,64 triliun, penurunan ini dikarenakan revisi atau penyesuaian kembali anggaran TA 2020 melalui kebijakan realokasi dan refocusing anggaran dalam mengatasi dampak pandemi Covid-19.

Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Sulawesi Utara tahun 2020 (miliar rupiah)

Uraian 2020 2019

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan/ Penurunan Konsolidasi

Pendapatan Negara 4,679.4 14,863.1 19,542.4 -10.9% 21,933.6

Penerimaan Perpajakan 3,425.0 1,658.9 5,083.9 -6.9% 5,462.5

Penerimaan Negara Bukan Pajak 1,254.4 421.7 1,676.1 -9.8% 1,857.3

Penerimaan Hibah 0 142.3 142.3 34.2% 106.1

Pendapatan Transfer 0 12,640.1 12,640.1 -12.9% 14,507.6

Belanja Negara 21,938.5 16,122.6 24,643.5 -6.4% 26,319.9

Belanja Pemerintah Pusat/Daerah 8,520.9 14,335.7 22,856.6 -6.5% 24,444.0

Transfer ke Daerah 13,417.6 1,786.9 1,786.9 -4.7% 1,875.9

Surplus (Defisit) Anggaran (17,259.1) (1,259.6) (5,101.0) 16.29% (4,386.3)

Pembiayaan 0 1,665.7 1,665.7 46.2% 1,139.0

Penerimaan Pembiayaan Daerah 0 1,686.1 1,686.1 42.1% 1,186.3

Pengeluaran Pembiayaan Daerah 0 20.3 20.3 -57.0% 47.3

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran (17,259.1) 406.2 (3,435.3) 5.79% (3,247.3)

Sumber:GFS Sulut

5.2. Pendapatan Konsolidasiana. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Pendapatan Konsolidasian terdiri dari penerimaan Pajak, PNBP, Hibah dan Transfer ke Daerah. Total Pendapatan Kosolidasian pemerintah pusat dan pemerintah daerah tahun 2020 adalah sebesar Rp19,54 triliun, dimana dana transfer menyumbang porsi sebesar 64,68 persen atau Rp12,64 triliun.

Pendapatan perpajakan konsolidasi sebesar Rp5,08 triliun berkontribusi 26,01 persen dari total pendapatan konsolidasian. Sedangkan PNBP

Grafik 5.1 Proporsi Pendapatan

Page 112: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

85

Konsolidasian berkontribusi sebesar 8,58 persen atau sebesar Rp1,67 triliun. Pada tahun 2020, Pemerintah Daerah menerima Hibah Daerah sebesar 142,31 miliar.

Grafik 5.2 Perbandingan Proporsi Total Pendapatan Konsolidasian Tahun 2020

(dalam miliar Rupiah)

Sumber : GFS Sulut, diolah

Pendapatan Hibah dan Dana Transfer hanya terdapat di Pemerintah Daerah. Dari grafik diatas tampak jelas dominasi transfer pada pendapatan konsolidasian 2020 sedangkan jika ditinjau perbandingan porsi pendapatan pemerintah pusat dan daerah diluar dana transfer adalah 69,22 persen pendapatan pusat dan 30,78 persen pendapatan daerah.

b. Analisis Perubahan

Pusat Daerah2020 4.679,37 2.080,672019 4.899,38 2.420,47Perubahan -4,49% -14,04%2020 4.679,37 2.080,672019 4.899,38 2.420,47Perubahan -4,49% -14,04%

Grafik 5.3 Perubahan Total Pendapatan Pusat dan

Daerah selain Dana Transfer

Pos Pendapatan Pemerintah Pusat didominasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri, PNBP Lainnya, dan Pendapatan BLU. Pendapatan Pemerintah Pusat tahun 2020 secara keseluruhan mengalami penurunan 4,49 persen, pos pendapatan Perpajakan adalah yang mengalami kenaikan selain Transfer dibandingkan dengan tahun 2019.

c. Rasio Pajak ( Tax Ratio)

Rasio Pajak adalah perbandingan antara penerimaan pajak yang dikumpulkan pada suatu masa dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di masa yang sama. Terkait dengan ratio pajak, PDRB mengambarkan jumlah pendapatan potensial yang dapat dikenakan pajak, PDRB juga mengambarkan kegiatan ekonomi masyarkat yang berkembang dengan baik merupakan potensi yang baik bagi pengenaan pajak diwilayah tersebut.

a) Rasio Pajak Konsolidasian Provinsi Sulut

PDRB Provinsi Sulut tahun 2020 sebesar Rp132,29 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 1,61 persen dari tahun sebelumnya. Berbanding terbalik dengan jumlah penerimaan perpajakan tahun 2020 yang mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 6,93 persen dari tahun sebelumnya.

Page 113: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

86

Tabel 5.2 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Konsolidasi Pusat/Daerah dan PDRB Prov. Sulut Tahun 2020 dan 2019

Uraian 2020 2019 Growth

Perpajakan

5,083.90

5,462.52 -6.93%

PDRB

132,299.41

130,201.36 1.61%

Tax Ratio 3.84% 4.20% -0.35%

Sumber: GFS Sulut, diolah

Rasio pajak terhadap PDRB di Provinsi Sulut pada tahun 2020 adalah 3,84 persen, turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 4,20 persen. Penurunan Rasio pajak disebabkan oleh penurunan penerimaan perpajakan di Provinsi Sulut. Adanya potensi penerimaan sektor perpajakan di Sulut berasal dari pengusaha yg ber-NPWP di daerah lain, sehingga kedepannya strategi pengoptimalan potensi pajak yang ada perlu dibangun lebih baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

b) Rasio Pajak Per Kapita per kab/kota

Pajak per kapita adalah perbandingan jumlah penerimaan perpajakan yang dihasilkan suatu daerah dengan jumlah penduduknya. Rasio tersebut menunjukkan kontribusi setiap penduduk pada pendapatan perpajakan suatu daerah. Kota Manado merupakan daerah dengan pajak perkapita tertinggi yaitu sebesar Rp3,93 juta per kapita, sedangkan daerah atau kabupaten yang memiliki rasio perpajakan per kapita terkecil adalah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan nilai perpajakan per kapitanya hanya mencapai Rp216,03 ribu per kapita.

Tingginya pajak per kapita di Manado disebabkan karena selain Manado merupakan pusat kegiatan bisnis di Sulut, juga disebabkan pemilik usaha yang sebagian besar memiliki NPWP di Sulut terdaftar di KPP Manado. Besarnya pajak per kapita di Kota Manado, Kota Bitung, Kota Kotamobagu, dan Kab. Kep. Sangihe lebih disebabkan penerimaan pajak pusat tercatat di Kantor Pajak yang beroperasi di wilayah tersebut.

d. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian

Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) pada 2020 tercatat mengalami penurunan pertumbuhan -6,65 persen dibandingkan tahun 2019. Begitu halnya dengan pendapatan konsolidasi untuk Penerimaan Perpajakan juga mengalami penurunan sebesar -6,93 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan penerimaan

(dalam miliar)

Tabel 5.3 Rasio Pajak per kapita per daerah (dalam ribuan)

Page 114: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

87

PNBP konsolidasian turut terkontraksi dengan pertumbuhan -9,76 persen. Secara umum perlambatan pertumbuhan ekonomi di Sulut juga terjadi di semua daerah di Indonesia.

Tabel 5.4 Realisasi Pendapatan Konsolidasi Pusat/Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Sulut tahun 2020 dan 2019

Uraian 2020 2019 Growth

Penerimaan Perpajakan 5,083.90 5,462.52 -6.93%

PNBP 1,676.14 1,857.33 -9.76%

PDRB -0,99 % 5.66% -6,65%

Sumber: GFS Sulut, diolah

5.3 Belanja Konsolidasian1. Analisa Proporsi dan Perbandigan

Proporsi belanja antara pusat daerah sampai dengan akhir tahun masih berpola sama dengan di dominasi oleh Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal. Sedangkan porsi belanja lainnya sangat kecil dari sisi pagu, seperti Bansos Pusat maupun Daerah yang porsi realisasi kurang dari 1 persen. Porsi Belanja Hibah di daerah pun hanya sebesar 5,92 persen. Perbedaan yang mencolok terlihat pada

belanja pegawai dimana realisasi daerah lebih besar dibanding belanja pusat. Sedangkan proporsi terbesar Belanja Pusat terdapat pada Belanja Barang. Grafik 5.4 Perbandingan Proporsi Realisasi Belanja Pusat dan Daerah di Prov. Sulut TA 2020

Total belanja operasional pusat sedikit lebih tinggi dibandingkan belanja operasional daerah, yang

menunjukkan kinerja dalam efisiensi belanja rutin satker pusat maupun daerah di Sulut relatif sama. Namun dari sisi kinerja keseluruhan, besarnya belanja rutin mencerminkan rendahnya fleksibilitas fiskal dalam pembangunan daerah.

Proporsi lain yang menonjol adalah adanya belanja modal pusat yang lebih rendah dari daerah, hal ini terkait dengan realokasi dan refocusing APBN di masa pandemi Covid-19. Belanja modal di daerah perlu menjadi perhatian mengingat belanja modal berdampak secara jangka panjang kepada perekonomian regional.

1. Analisis Perubahan

Penyerapan alokasi anggaran konsolidasian Sulut tahun 2020 tercatat sebesar Rp24.54 triliun, dengan struktur belanja yang hampir sama dari

36,44% 41,86%

43,45% 26,92%

19,98%19,28%

Pusat Daerah

Bel Pegawai Bel Barang Bel Modal

35,0%

33,0%

22,3%

2,5%

36,9%

30,7%

18,1%

3,4%

Grafik 5.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Prov. Sulut Tahun 2020 dan 2019

Bel. Pegawai Bel. Barang Bel. Modal Hibah Bantuan Sosial

20192018

Sumber: GFS Sulut, diolah

Sumber: GFS Sulut,

Grafik 5.4 Perbandingan Proporsi Realisasi

Page 115: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

88

Sumber: GFS Sulut, diolah

periode yang sama tahun sebelumnya. Dominannya belanja pegawai menunjukkan belanja yang dialokasikan lebih bersifat operasional rutin. Perubahan yang menjadi perhatian adalah turunnya proporsi realisasi belanja operasional belanja modal dan belanja belanja barang yang semuanya mengalami revisi/ penyesuaian anggaran di tahun 2020.

Besarnya porsi belanja pegawai dan belanja barang mengindikasikan bahwa belanja negara lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja yang bersifat mengikat dan wajib sehingga fleksibilitas fiskal untuk membiayai prioritas pembangunan menjadi terbatas.

3.Analisis Rasio Belanja Konsolidasian terhadap jumlah penduduk Rasio belanja konsolidasian terhadap jumlah penduduk menunjukkan seberapa

besar belanja pusat dan daerah untuk menyejahterakan per penduduk di suatu daerah. Jumlah penduduk Sulut di tahun 2020 berjumlah 2,62 juta jiwa. Dengan angka tersebut rasio belanja konsolidasian terhadap jumlah penduduk menunjukkan nilai Rp2,16 juta perkapita. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam periode tahun 2020 pemerintah telah membelanjakan Rp2,16 juta untuk setiap jiwa penduduknya dalam usaha meningkatkan kesejahteraan penduduk Sulut.

-

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

3.500,00

Bel.Pegawai

Bel.Barang

Bel.Modal

Hibah Subsidi Bansos Bel. Lain-lain

3.457,86 2.872,78

1.696,23

321,84

-

57,19 274,89

3.494,13 3.291,16

2.221,13

253,09

- 56,57 -

2020 2019

Grafik 5.4 Perbandingan Proporsi Realisasi Belanja Pusat dan Daerah di Prov. Sulut TA 2020

Page 116: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

89

Grafik 5.6 Rasio Belanja Konsolidasian per kapita

sumber: GFS Sulut, diolah

Jika dianalisa lebih dalam lagi, terlihat dari grafik 5.7 bahwa belanja konsolidasian per kapita Kota Manado tertinggi dibanding daerah lainnya, yakni sebesar Rp14,76 juta. Banyaknya satker K/L maupun pemda serta proyek provinsi yang dibelanjakan di Kota Manado menjadi penyebab utama angka tersebut. Kep. Sangihe, Kep. Talaud dan Kep Sitaro juga memiliki rasio belanja konsolidasian per kapita terbesar. Hal tersebut bersumber dari besarnya alokasi DAK Fisik terutama Affirmasi yang memang diperuntukkan untuk daerah terluar Indonesia.

Grafik 5.7 Rasio Belanja Konsolidasian per Kapita per Kab/Kota (dalam juta)

sumber: GFS Sulut, diolah

Selain itu, tercatatnya realisasi belanja pusat berdasarkan lokasi satker pemiliki kegiatan, bukan berdasarkan lokasi kegiatan juga menjadi penyebab besarnya rasio belanja di Kota Manado.

2. Analisis Sensitivitas Kebijakan Pemerintah Daerah

Page 117: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

90

Analisis sensitivitas kebijakan pemerintah dilakukan dengan mengimplementasikan rasio belanja non pegawai dan belanja modal.

Dari 16 pemda, hanya 10 pemda yang memiliki mengelola dana APBN (DK, TP, UB). Pemprov Sulut memiliki dana porsi dana kelolaan belanja APBN terbesar dibanding daerah lain.

Kebijakan penyaluran DAK Fisik yang makin besar di daerah mempengaruhi porsi pengeloalan dana DK, TP, dan UB di daerah, bahkan beberapa daerah sudah tidak lagi mendapatkan alokasi dana tersebut. Rasio Belanja Modal menunjukkan Kota Manado, Kab. Kep Sangihe dan Prov. Sulut menggunakan belanja modal APBN yang jauh lebih besar dibandingkan APBD. Terdapat proyek-proyek infrastruktur pemerintah pusat yang berlokasi bayar di ketiga daerah tersebut, diantaranya pembangunan bendungan dan jalan tol. Sedangkan daerah lainnya, lebih banyak menggunakan dana APBD dalam membangun infrastruktur masing-masing daerah. Namun perlu digaris bawahi bahwa belanja modal APBD juga termasuk alokasi DAK Fisik.

Sumber: GFS Sulut, diolah

3. Analisis Spasial Alokasi Anggaran Konsolidasian per Daerah

Perbandingan antar wilayah (spasial) atas alokasi anggaran konsolidasian per daerah dilakukan untuk menganalisa kebijakan fiskal pemerintah baik pusat maupun daerah terhadap wilayah tersebut. Perbandingan dilakukan berdasarkan alokasi per jenis belanja konsolidasian. Dalam sasaran sebagaimana RPJMN tahun 2016-2020 diharapkan rata-rata belanja modal seluruh pemda telah mencapai 30% dan rata-rata belanja pegawai mencapai 35% untuk kab/kota dan 13% untuk provinsi pada tahun 2020.

Grafik 5.9 Perbandingan Porsi Alokasi Belanja Konsolidasian Kab/Kota

0,30

0,54 0,51 0,50

0,54 0,57 0,51 0,43

0,39 0,46

0,41 0,46

0,40

0,55 0,53

0,44 0,31 0,34 0,35

0,30 0,32 0,34 0,34 0,26

0,32 0,31 0,37

0,26

0,44

0,27

0,37

0,43

0,39

0,12 0,15 0,20

0,14 0,09

0,15

0,30 0,29 0,22 0,22

0,27

0,16 0,18

0,10 0,13

-

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70Bel Pegawai Bel Barang Bel Modal

Sumber: GFS Sulut, diolah

0,4520,022

0,014

0,007

0,007

0,034

0,002

0,028

0,025

0,001

Provinsi Sulut

Kab Minahasa

Kab Bolmong

Kab Kep sangihe

Kab Kep Talaud

Kab Minsel

Kab Mitra

Kab Kep Sitaro

Kota Tomohon

Kab Minut

Grafik 5.8 Rasio Belanja Modal/Infrastruktur

Page 118: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

91

Berdasar hasil analisa, persentase belanja pegawai dibawah 35% hanya terdapat di Pemprov Sulut. Bahkan Kab. Minahasa, Kab. Bolmong, Kab Kep Talaud, Kab. Minut, Kota Tomohon dan Kota Bitung memiliki persentase belanja pegawai lebih dari 50%. Kebijakan pemerintah keenam wilayah tersebut jelas perlu diperbaiki. Dari alokasi tersebut sudah mencerminkan kurangnya keseriusan pemerintah daerah dalam mengoptimalkan anggaran yang ada untuk pembangunan wilayahnya. Sedangkan performa pencapaian realisasi belanja modal minimal 30% terdapat pada semua Kabupaten/ Kota di Sulut, sedangkan Pemprov Sulut mencatatkan realisasi terbesar hingga 39%.

4. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Kebijakan fiskal pemerintah terutama dari sisi belanja, diharapkan mampu berkontribusi secara optimal, tidak hanya pertumbuhan ekonomi regional, namun juga terhadap pemerataan pendapatan maupun peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan positif berbagai indikator ekonomi regional.

Tabel 5.5 Korelasi antara belanja pemerintah konsolidasian terhadap beberapa Indikator Ekonomi Regional

Indikator/Variabel 2019 2020 Growth

Belanja Pemerintah 26,164,119,130,876 24,547,270,564,686 -6.18%

Jumlah Pengangguran (per Agustus) 75,485 184,764 144.77%

Inflasi 3.83% 0.47% -87.73%

Angkatan Kerja yang Bekerja (per Agustus) 1,131,521 1,589,927 40.51%

Industri Konstruksi 15,356,041,000 14,987,747,000 -2.40%

Industri Pengolahan 11,361,121,000 12,646,946,000 11.32%

Jumlah wisatawan 129,587 23,031 -82.23%

Sumber: GFS Sulut, BPS Sulut

Data diatas menunjukkan bahwa turunnya realisasi belanja pemerintah di Sulut yang hingga -6,18 persen berkontribusi negatif terhadap hampir semua indikator pertumbuhan dan pembangunan kecuali indikator jumlah penduduk miskin dan Gini Ratio. Dampak pandemic Covid-19 adalah menyebabkan inflasi mengalami penurunan -87,73 persen serta jumlah pengangguran yang bertambah 144,77 persen.

Hal tersebut sangat jelas mencerminkan tingginya peran fiskal di Sulut dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Rendahnya realisasi belanja berimbas kurang baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap indikator-indikator perekonomian dan pembangunan manusia.

Tabel 5.6 menunjukkan korelasi pertumbuhan realisasi belanja pemerintah 2020 dengan laju pertumbuhan berbagai sektor lapangan usaha (yoy) di Sulut. Penurunan realisasi belanja pemerintah di Sulut secara umum berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan di semua sektor lapangan usaha, yang mengindikasikan bahwa belanja pemerintah juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor-

Page 119: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

92

sektor tersebut. Dengan melihat sebagian besar sektor usaha tersebut beroperasi di Manado, rendahnya realisasi belanja sangat berpengaruh dengan roda ekonomi lapangan usaha setidaknya di ibukota Provinsi Sulut.

Tabel 5.6 Korelasi antara Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan Sektor Lapangan Usaha

Sektor/Variabel Growth

Belanja Pemerintah -6.18

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.08

Pertambangan dan Penggalian 0.11

Industri Pengolahan 0.04

Pengadaan Listrik dan Gas 0.10

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.05

Konstruksi 0.09

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0.14

Transportasi dan Pergudangan 0.09

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.03

Informasi dan Komunikasi 0.10

Jasa Keuangan dan Asuransi 0.06

Real Estate 0.07

Jasa Perusahaan 0.12

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.03

Jasa Pendidikan 0.15

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.12

Jasa lainnya 0.24

Sumber: GFS Sulut, BPS Sulut; diolah

5.4. Surplus/Defisit KonsolidasianKeseimbangan umum atau surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara

pendapatan dan belanja dalam tahun anggaran yang sama. Surplus/defisit Konsolidasian merupakan gabungan surpuls defisit APBD ditambah dengan surplus/defisit LKPP Tigkat Wilayah.

1. Analisis Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio Pada tahun 2020 Surplus/Defisit Pemerintah Konsolidasian di Provinsi Sulut adalah minus Rp5,1 triliun. Pemerintah Pusat di wilayah Provinsi Sulut mencatatkan defisit sebesar Rp17,23 triliun sedangkan Gabungan Pemerintah Daerah Sulut juga masih mencatatkan defisit sebesar Rp1,3 triliun.Tabel 3.7 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB pada Provinsi Sulut

Surplus/Defisit Rasio terhadap PDRBRealisasi (miliar) Komposisi

Gabungan Pem-da Sulut 531,28 -2,89% 0,44%

Pempus di Sulut -18.922,14 102,89% -15,83%

Konsolidasian -18.390,86 100% -15,38%

Sumber: GFS Sulut, BPS Sulut, diolah

Page 120: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

93

Secara konsolidasian, defisit pada Provinsi Sulut melebihi batas penetapan defisit APBN secara Nasional yaitu 3%. Hal tersebut menunjukkan, posisi defisit Prov. Sulut terhadap defisit nasional terbantu oleh surplus anggaran di provinsi lain. Sedangkan surplus APBD menunjukkan posisi aman Pemda Sulut terhadap batas defisit maksimal pada APBD sebesar 0.3% dari PDRB.

2. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit antar Kabupaten/KotaSecara keseluruhan, apabila dirinci pada masing-masing kabupaten/kota,

keseimbangan umum surplus/defisit berada pada posisi minus (defisit).Surplus/defisit konsolidasian tahun 2020 provinsi Sulut adalah sebesar minus Rp5,1 triliun. Nilai defisit tersebut sebagian besar berasal dari APBN dan sisanya dari APBD. Hal ini karena APBN berperan sebagai fungsi distribusi. Penerimaan perpajakan bagian pemerintah pusat dicatat secara dalam APBN tidak dirinci per daerah. Selanjutnya seluruh penerimaan tersebut didistribusi ke seluruh Pemerintah Daerah dalam bentuk transfer ke daerah.

5.5. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal AgregatSalah satu analisis data GFS adalah analisis kontribusi pemerintah pada PDRB.

Analisis ini dilakukan dengan data dari Laporan Operasional (Statement of Government Operations).

Tabel 5.7 Laporan Operasional – GFS SulutSTATEMENT OF GOVERNMENT OPERATIONS

(LAPORAN OPERASIONAL STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH) TRANSACTIONS AFFECTING NET WORTH: 1 Revenue 29.903.164.247.749,4

11 Taxes 4,807,575,170,382.2

12 Social contributions 0.0

13 Grants 977,060,667,862.0

14 Other revenue 24.118.528.409.505,2

2 Expense 21.698.117.642.190,4

21 Compensation of employees 9,215,098,824,592.8

22 Use of goods and services 6,953,772,271,253.6

23 Consumption of fixed capital 0.0

24 Interest 7,869,502,533.0

25 Subsidies 0.0

26 Grants 3,887,296,348,554.0

27 Social benefits 151,837,102,186.0

28 Other expense 1,482,243,593,071.0

GOB Gross operating balance (1-2+23+NOBz) 8,205,046,605,558.9

NOB Net operating balance (1-2+NOBz) c/ 8,205,046,605,558.9

TRANSACTIONS IN NONFINANCIAL ASSETS:

31 Net Acquisition of Nonfinancial Assets 4,599,386,674,258.0

311 Fixed assets 4,531,001,393,544.0

312 Change in inventories 0.0

313 Valuables 0.0

Page 121: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

94

314 Nonproduced assets 68,385,280,714.0

NLB Net lending / borrowing (1-2+NOBz-31) 3,605,659,931,300.0

TRANSACTIONS IN FINANCIAL ASSETS AND LIABILITIES (FINANCING):

32 Net acquisition of financial assets 4,462,767,590,343.0321 Domestic 4,462,767,590,343.0322 Foreign 0.033 Net incurrence of liabilities 857,107,659,043.0331 Domestic 857,107,659,043.0

332 Foreign 0.0

Sumber: GFS Sulut

LO adalah ringkasan transaksi yang berasal dari interaksi yang disepakati bersama antara unit institusi pada suatu periode akuntansi yang mengakibatkan perubahan posisi keuangan.Dalam LO, kita dapat menghitung kontribusi pemerintah terhadap PDRB, terutama dari belanja pemerintah (G) dan investasi (I). ). Nilai belanja pemerintah (G) tercermin dari nilai Pengeluaran

Konsumsi Pemerintah yang berasal dari kompensasi pegawai ditambah penggunaan barang dan jasa, konsumsi aset tetap, dan pembelian barang/jasa untuk transfer langsung ke rumah tangga (umumnya manfaat sosial dalam bentuk barang/jasa), dikurangi penjualan barang dan jasa. Sedangkan nilai Investasi Pemerintah diproxikan dari nilai Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) yang merupakan nilai akuisisi aset tetap dikurangi penghentian aset tetap, dalam Laporan Operasional sama dengan nilai Aset tetap pada Transaksi Aset Non Keuangan Neto.

Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari Belanja Pemerintah dihitung dengan cara membandingkan nilai Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dengan PDRB. Sedangkan kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari lnvestasi dihitung dari perbandingan nilai PMTB dibagi dengan PDRB.

Dilihat dari efeknya terhadap pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah memiliki efek yang jangka waktunya lebih pendek dalam perekonomian dibandingkan dengan investasi terutama terkait dengan pengadaan aset tetap. Dalam kondisi perekonomian melambat, belanja pemerintah dinilai lebih efektif untuk menggenjot pertumbuhan, sedangkan dalam kondisi perekonomian yang relatif baik, penambahan porsi investasi dianggap lebih tepat untuk mempertahankan pertumbuhan dalam jangka panjang.

Tabel Analisis Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB berdasar LO GFS 2019 2020

Nilai (miliar) Kontribusi PDRB Nilai (miliar) Kontribusi

PDRB Belanja Pemerintah (G) 26,319.90 20.21% 21,698.12 16.40%

Investasi Pemerintah (I) 5,660.92 4.35% 4,531.00 3.42%

PDRB 130,201.36 132,299.41

Besarnya kontribusi belanja pemerintah berdasarkan LO Konsolidasian Sulut terhadap PDRB Sulut tahun 2020 sebesar 16,40 persen, sedangkan kontribusi investasi pemerintah terhadap PDRB Sulut sebesar 3,42 persen. Jika dilihat dari kontribusi terhadap PDRB, belanja pemerintah, investasi pemerintah maupun belanja pemerintah seluruhnya mengalami penurunan. Laju pertumbuhan perekonomian Sulut cenderung membaik 7,66 persen secara q to q, tercermin dari peningkatan pertumbuhan q3 menuju q4. Strategi ke depannya adalah dengan melihat tren laju pertumbuhan perekonomian Sulut yang membaik, porsi belanja investasi pemerintah dapat lebih diperbesar sehingga mampu menjaga tren pertumbuhan jangka panjang di Sulut.

Page 122: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Halaman ini sengaja di kosongkan

Page 123: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Page 124: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

BAB VIKeunggulan Dan Potensi Ekonomi

Serta Tantangan Fiskal Regional

Page 125: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

95 95

Identifikasi dan analisis sektor ekonomi yang menjadi unggulan dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara dilakukan dengan membandingkan dengan kondisi perekonomian nasional sehingga sangat penting dikaji secara lebih terinci, agar kegiatan-kegiatan ekonomi unggulan di Provinsi Sulawesi Utara dapat lebih dikembangkan. Dengan mengetahui sektor unggulan dan potensial untuk

dikembangkan maka perencanaan pembangunan dan alokasi anggaran dapat lebih terarah sehingga merangsang terciptanya pembangunan yang berkelanjutan. Alat analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi sektor unggulan dan potensial di Provinsi Sulawesi Utara adalah analisis Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan analisis Overlay.

Analisis LQ mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu sektor di Provinsi Sulawesi Utara terhadap nasional. Analisis LQ melihat pada perbandingan kontribusi PDRB suatu sektor. Jika LQ lebih besar dari satu (LQ>1) maka sektor tersebut merupakan sektor basis yang perlu diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Analisis dilakukan dengan menggunakan data PDRB Provinsi Sulawesi Utara dan PDB Indonesia yang terbagi dalam 17 sektor dengan periode observasi tahun 2014-2020. Hasil Analisis LQ sebagai berikut :

Untuk melengkapi hasil analisis LQ yang melihat dari sisi kontribusi, maka dilakukan analisis model rasio pertumbuhan (MRP) untuk melihat dari sisi pertumbuhan baik secara eksternal (wilayah referensi) maupun internal (wilayah studi). Jika nilai Rasio Pertumbuhan Studi (RPS) positif, maka sektor tersebut potensial peranannya dalam memberikan kontribusi pertumbuhan. Sektor tersebut merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan di Provinsi Sulawesi Utara. Selanjutnya analisis overlay digunakan untuk melihat kegiatan ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan (Analisis MRP) dan kriteria kontribusi (Analisis LQ). Berdasarkan analisis overlay diperoleh empat kuadran yaitu:

1. Kuadran I, pertumbuhan (+), kontribusi (+), menunjukkan suatu kegiatan yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun kontribusi. Sektor ini merupakan sektor unggulan yang tumbuh positif.

2. Kuaran II, Pertumbuhan (+), kontribusi (-), menunjukkan bahwa pertumbuhan dominan, kontribusinya kecil. Sektor dalam kuadran II merupakan sektor yang potensial dikembangkan dapat ditingkatkan kontribusinya untuk menjadi kegiatan yang dominan.

Tabel 6.1. Indeks Location Quotient Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014-2020

Sumber: Diolah dari Tabel PDRB Sulawesi Utara dan PDB Nasional

Page 126: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

96

3. Kuadran III, Pertumbuhan (-), kontribusi (+), merupakan sektor unggulan yang sedang mengalami penurunan.

4. Kuadran IV, Pertumbuhan (-), kontribusi (-), menunjukkan bahwa sektor ini tidak potensial dari kedua kriteria.

Dari tabel 6.2 diatas sektor yang menjadi sektor unggulan dan tumbuh positif adalah sektor: Pertanian, Ke¬hutanan dan Perikanan; Sektor Konstruksi dan Sektor Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial. Sedangkan sektor unggulan yang sedang mengalami penurunan kinerja diantaranya adalah sektor: Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Limba; Transportasi dan Pergudangan; Real Estate; dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Untuk lebih memfokuskan pembahasan maka pembahasan awal akan difokuskan pada sektor unggulan yang tetap mengalami peningkatan pertumbuhan maupun kontribusi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.

Sedangkan sektor potensial di Sulawesi Utara adalah sektor: Informasi dan Komunikasi; Akomodasi dan Makan Minum; Jasa Keuangan, dan Jasa Lainnya. Sektor Informasi dan Komunikasi yang merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusi positif bagi PDRB Sulawesi Utara dipilih sebagai fokus pembahasan sektor potensi unggulan Sulawesi Utara.

6.1. SEKTOR UNGGULAN DAERAH

6.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi utama di Sulawesi Utara. Sektor ini didukung dengan kondisi alam dan geografi dari Sulawesi Utara yang sangat baik. Kondisi morfologi geografi yang terdiri dari dataran tinggi dan dataran rendah, perbukitan hingga pegunungan cukup memberikan variasi komoditas yang dapat dihasilkan baik dari pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Selain itu terdapatnya beberapa gunung berapi aktif turut berperan serta dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

Tabel 6.2. Hasil Analisis MRP, LQ dan Overlay Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari Tabel PDRB Sulawesi Utara dan PDB Nasional

Tabel 6.2 Produksi Sektor Pertanian dan Perkebunan

Sumber: Paparan Potensi dan Peluang Investasi di Sulawesi Utara oleh

Page 127: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

96 97

komoditas pertanian. Untuk komoditas perhutanan juga cukup banyak terutama untuk produksi kayu, dimana berbagai jenis kayu dari kelas satu hingga kelas empat dengan berbagai variasi kayu.. Beberapa diantaranya adalah jenis kayu besi, linggua, cempaka, meranti dan kayu lokal lainnya. Sedangkan untuk sektor pertanian dan perkebunan produksi paling tinggi didapati pada produksi Kelapa, dimana dengan luas area yang mencapai 300.120 Ha dapat menghasilkan hingga 290.650 ton setiap tahunnya. Untuk beberapa komoditas Pertanian dan Perkebunan dapat dilihat pada tabel berikut. Selanjutnya untuk sektor perikanan, dengan wilayah Sulawesi Utara yang berada dekat dengan Laut Maluku dan Samudra Pasifik menunjukkan suatu kekayaan alam laut yang melimpah dan menjadikan daerah Sulawesi Utara menjadi salah satu daerah dengan penangkapan ikan terbesar di Indonesia, dimana terdapat dua Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) di Sulawesi Utara, yaitu WPP 715 dan WPP 716

Dari data-data diatas menunjukkan betapa besarnya produk yang dihasilkan dari sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Hal ini juga sejalan dengan Distribusi PDRB menurut lapangan usaha di Sulawesi Utara, dimana untuk sektor Pertanian, kehutanan dan Perikanan setiap triwulannya menyumbang sebesar lebih dari 20% diantara 17 sektor lainnya, dan untuk Persentase tahunan 2020 menyumbang sekitar 21,51% dari keseluruhan sektor yang ada. Selain itu berkaitan juga dengan pengukuran kesejahteraan Petania dimana Indikator Utama yang digunakan dalam pengukurannya adalah Nilai Tukar Petani. Untuk NTP 2020 di bulan Desember ditutup pada rasio 102% yang menunjukkan pertumbuhan terhitung sejak bulan September. Semakin tinggi Nilai Tukar Petani, menggambarkan kemampuan daya beli/ tukar petani relative lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Tabel 6.4 Produksi Sektor Perikanan

Sumber: Paparan Potensi dan Peluang Investasi di Sulawesi Utara oleh Wagub Sulawesi Utara

Grafik 6.1

Sumber: BPS SulutUtara

Page 128: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

98

6.2. SEKTOR POTENSIAL DAERAH

6.2.1. Sektor Informasi dan Komunikasi

Dengan adanya Pandemi Covid-19 yang melanda secara global sepanjang tahun 2020, berbagai macam sektor usaha pun terkena imbas dan dampaknya, namun, untuk Sektor Informasi dan Komunikasi, sepanjang tahun 2020 sumber

pertumbuhan tiap triwulan

(Triwulan I sampai dengan

t r i w u l a n IV) selalu

menunjukkan nilai yang positif.

Bahkan selalu mencatatkan sebagai sektor

dengan sumber pertumbuhan tertinggi setiap triwulannya (kecuali triwulan III). Hal ini menunjukkan bahwa Sektor Informasi dan Komunikasi menjadi salah satu sektor dengan potensi yang sangat besar.

Sebagaimana terlihat pada tabel 6.5. bahwa hingga tahun 2019, individu pengguna internet terus meningkat dan bahkan Sulawesi Utara menjadi Provinsi dengan persentase Individu Pengguna Internet terbesar di antara Provinsi lain yang ada di Sulawesi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor informasi dan komunikasi terus menerus berkembang dan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Tingginya persentase penggunaan internet diakibatkan juga dengan meningkatnya aktivitas yang menggunakan sarana informasi dan komunikasi. 2 kegiatan utama yang menunjukkan peningkatan penggunaan internet adalah Bekerja dan Sekolah. Sesuai dengan tabel 6.6. terlihat bahwa Kegiatan Bersekolah mengalami peningkatan dalam hal penggunaan internet, yang mana apabila diasumsikan lebih jauh kedalam tahun 2020, maka akan terjadi peningkatan yang lebih lagi dalam penggunaan tersebut. Hal itu juga berbanding lurus dengan pekerjaan, dimana dewasa ini penggunaan media digital sudah semakin digencarkan. Mulai dari rapat internal, pelaksanaan layanan, hingga transanksi

Tabel 6.5. Persentase Individu Pengguna Internet

Tabel 6.2 NTP 2020

Sumber: BPS SulutUtara

Sumber: BPS SulutUtara

Page 129: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

98 99

serta prosesi-prosesi yang terkait dengan pekerjaan.

Sebagaimana terlihat pada tabel 6.5. bahwa hingga tahun 2019, individu pengguna internet terus meningkat dan bahkan Sulawesi Utara menjadi Provinsi dengan persentase Individu Pengguna Internet terbesar di antara Provinsi lain yang ada di

Sulawesi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor informasi dan komunikasi terus menerus berkembang dan mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Tingginya persentase penggunaan internet diakibatkan juga dengan meningkatnya aktivitas yang m e n g g u n a k a n sarana informasi dan komunikasi. 2 kegiatan

utama yang menunjukkan p e n i n g k a t a n penggunaan internet adalah Bekerja dan Sekolah. Sesuai dengan

tabel 6.6. terlihat bahwa Kegiatan Bersekolah mengalami peningkatan dalam hal penggunaan internet, yang mana apabila diasumsikan lebih jauh kedalam tahun 2020, maka akan terjadi peningkatan yang lebih lagi dalam penggunaan tersebut. Hal itu juga berbanding lurus dengan pekerjaan, dimana dewasa ini penggunaan media digital sudah semakin digencarkan. Mulai dari rapat internal, pelaksanaan layanan, hingga transanksi serta prosesi-prosesi yang terkait dengan pekerjaan.

Dengan adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi sepanjang tahun 2020 dan masuknya serta meningkatnya penggunaan internet dalam lingkup pekerjaan, tentu saja bisa berpotensi membuka peluang usaha baru yang sejalan dengan terbukanya lapangan usaha terkait dengan Informasi dan Komunikasi. Hal ini tentu saja bisa menjadi salah satu peluang yang terbuka, khususnya dalam menghadapi kondisi Pandemi seperti saat ini.

Oleh karena itu, Setali tiga uang dengan hal di atas, sepanjang tahun 2020 sektor Informasi dan Komunikasi menjadi sektor yang pertumbuhan PDRB menurut lapangan usahanya tidak pernah negatif. Bahkan dalam 2 triwulan pertama, menjadi sektor yang pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha menjadi tertinggi dengan perbandingan dari tahun ke tahun (y-o-y). hal ini sejalan dan berbanding lurus dengan Sumber Pertumbuhan di setiap triwulan yang tidak pernah menyentuh nilai negatif.Dengan tetap positifnya pertumbuhan PDRB untuk sektor Informasi dan

Grafik 6.3. Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010

Sumber: BPS Sulut

Tabel 6.5. Persentase Individu Pengguna Internet

Sumber: BPS Sulut

Page 130: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

100

Komunikasi cukup membantu pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang pada Triwulan IV mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,99% (c-to-c) menjadi tidak jatuh jauh lebih dalam. Potensi dari sektor ini cukup baik apabila dapat diselaraskan dengan program dari Pemerintah, khususnya dari Pemerintah Daerah masing-masing, dan tentunya bekerja sama dengan berbagai pihak terkait agar dampak dari pertumbuhan Sektor Potensial ini benar benar dapat dirasakan oleh berbagai pihak dari masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah Sulawesi Utara.

6.3. TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH

6.3.1. Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Dengan adanya Pandemi Covid-19 yang mengglobal, termasuk melanda secara nasional membuat berbagai macam sektor yang ada di dalam negeri mengalami kemunduran yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional sempat mengalami kontraksi/ pertumbuhan negatif di pertengahan tahun. Bahkan untuk Sulawesi Utara, secara c-to-c pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar -0,99%. Dengan adanya masalah Pandemi ini, Pemerintah Pusat segera mengeluarkan Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai upaya untuk tetap menjaga daya beli dan produksi di masyarakat. Apabila kedua hal tersebut (produksi dan konsumsi) tidak bisa dijaga keseimbangannya maka akan berdampak pada perekonomian secara nasional. Dengan kondisi seperti itu sudah pasti diperlukan extra effort dalam menanganinya. Berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah, salah satunya berupa stimulus fiskal. Stimulus Fiskal yang dituangkan dalam berbagai program ini diproyeksikan untuk mempertahankan dan memulihkan kondisi perekonomian secara nasional dan juga daerah. Salah satunya yang terkait dengan sektor unggulan dan Potensial adalah program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa dan Penempatan Dana pada Bank Daerah.

Program BLT Desa dilaksanakan dengan tujuan untuk mempertahankan kemampuan daya beli masyarakat (ability) yang tentu saja akan berdampak pada sektor pertanian, kehutanan dan perikana yang berkaitan erat dengan masyarakat desa. Dengan adanya penyaluran BLT ini, maka diharapkan bisa membantu masyarakat desa dengan mempertahankan kemampuan daya beli masyarakat yang tentunya akan berpengaruh pada konsumsi rumah tangga di desa, sehingga arus ekonomi di desa masih dapat berjalan.

Hambatan dalam melaksanakan program pemerintah tersebut sebenarnya cukup beragam apalagi pemerintah dituntut untuk beradaptasi secara cepat dalam menghadapi masalah yang terjadi. Untuk pelaksanaan BLT Dana Desa sendiri paling banyak terkait permasalahan data yang terkadang terjadi tumpang tindih dan perbedaan data. Sehingga terkadang kondisi di lapangan berbeda dengan kondisi yang ada pada sistem. Untuk mengatasi hal ini diperlukan adanya satu sistem database yang menjadi sumber data dalam pelaksanaannya dan sinergi dari berbagai pihak.

6.3.2. Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah juga mengalami hal yang sama dengan pemerintah pusat, dengan adanya Efek dari Pandemi Covid-19, membuat Pemerintah Daerah dituntut untuk membuat kebijakan yang dapat membantu masyarakat di daerahnya sehingga efek dari Pandemi bisa diminamilisir. Diantaranya adalah penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dan Pengalokasian Belanja Daerah Untuk Penangangan Covid-19. Pengalokasian belanja daerah tersebut diantaranya untuk

Page 131: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

100 101

bidang kesehatan, penyediaan jaring pengaman sosial dan penanganan dampak ekonomi. Disamping itu juga telah dilakukan berbagai langkah-langkah strategis yaitu pengkoordinasian untuk menentukan insentif keringanan pembayaran Pb1 atau Pajak Restoran dan Hotel sebagai bagian dari stimulus sektor tersebut, dan adanya pelaksanaan relaksasi cicilan pengusaha UMKM di wilayah Sulawesi Utara.

Tidak hanya hal tersebut, Pemerintah Daerah Sulawesi Utara yang sedang membangun 2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yaitu KEK Bitung dan KEK Likupang dan Bendungan di Lolak juga mengalami hambatan, khususnya untuk proyek pembangunan KEK BItung dan Bendungan di Lolak, dimana untuk sementara pekerjaan harus terhenti dikarenakan Covid-19. Pembangunan Bendungan yang rencananya Paket I selesai pada 31 Agustus 2021

tersebut harus mengejar ketertinggalan pembangunan yang sempat terhenti. Untuk KEK Bitung, kawasan yang nantinya akan menjadi Indsutri Pengolahan Sumber Daya Alam Lokal (lokal (produk turunan perikanan, produk turunan kelapa dan sawit) dan industri pengolahan produk lainnya) juga mengalami keterhambatan dalam pembangunannya. Dalam situasi Pandemi Covid-19 yang terjadi, pengerjaan pembangunan fisik yang dilakukan oleh investor yang berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus Bitung harus terhenti. Dimana dari pengerjaan pembangunan fisik tersebut, baru terealisasi sebesar 40%. KEK Bitung Sendiri merupakan suatu Kawasan Ekonomi Khusus yang dibangun di Kota Bitung, Sulawesi Utara. Lokasinya yang strategis didukung dengan adanya pelabuhan Hub Internasional yang berfungsi juga sebagai Hub perdagangan bagi kawasan timur Indonesia. Infrastruktur pendukung yang juga baru diresmikan di tahun 2020, yaitu Jalan Tol Manado-Bitung (Manado – Danowudu) juga diharapkan bisa semakin mempermudah akses untuk menuju kawasan ini.

Namun dengan adanya hambatan tersebut, pemerintah tetap berupaya untuk menyelesaikan proyek yang ada sehingga bisa dirasakan kemanfaatannya. Berbagai fasilitas dan kemudahan diberikan kepada Investor, agar mau berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Beberapa fasilitas dan kemudahan yang diberikan antara lain :

1. Perpajakan, Kepabeanan dan Cukai• Memberikan keringanan pajak, pembebasan cukai dan penangguhan bea

masuk2. Lalu Lintas Barang

• Memberikan Bebas Pajak dan cukai dalam rangka Impor3. Ketenagakerjaan

• Hanya ada 1 forum SP/SB disetiap perusahaan serta Pengesahan dan Perpanjangan RPTKA di KEK

4. Keimigrasian• Voa 30 hari dan dapat diperpanjang hingga 5 kali• Visa Multiple Entry dan Visa Tinggal Terbatas selama 5 tahun dan dapat

diperpanjang• Pemberian izin tinggal sementara bagi orang asing yang bekerja dan/ atau

memiliki properti di KEK5. Pertanahan, serta perizinan dan Non-perizinan

• Mendapatkan HPL, HGB, dan Hak Pakai serta untuk HGB dan Hak Pakai dapat diperpanjang

• Mendapatkan insentif dan kemudahan lainnya, seperti pinjaman modal dengan bunga rendah, bantuan teknis, dan lain-lain.

Page 132: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

102

6.3.3. Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat-Daerah

Sampai dengan akhir 2020, Pemerintah telah melakukan realokasi dan refocusing anggaran yang ada. Kebijakan tersebut juga diikuti oleh Pemerintah Daerah, dimana juga terjadi pengalokasian dan pemfokusan ulang anggaran yang ada pada APBD. Kebijakan realokasi dan refocusing anggaran ini dilakukan dengan memperhatikan sektor-sektor yang sekiranya perlu mendapat perlindungan sehingga pengalokasian anggaran akan difokuskan pada sektor tersebut. Sehingga dengan menurunnya pendapatan baik secara nasional maupun daerah, pelaksanaan realisasi belanja masih bisa dioptimalkan dan difokuskan untuk sektor yang perlu diutamakan. Tidak hanya sampai pada realokasi dan refocusing anggaran, Pemerintah juga melaksanakan stimulus fiskal yang juga bertujuan untuk penanganan Pandemi dan Pemulihan Ekonomi.

Stimulus Fiskal yang dirangkum dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional juga dilakukan untuk meningkatkan imunitas sisi supply dan demand di tengah-tengah masyarakat. Beberapa program yang dilakukan di daerah adalah Penempatan Uang Negara di Bank Pembangunan Daerah (SulutGo), subsidi bunga/ margin Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Non-KUR, dan Bantuan Langsung Tunai. Beberapa program tersebut direalisasikan sampai ke tingkat daerah. Untuk penempatan Uang Negara di BPD SulutGo, telah dilakukan untuk tahap I periode 1. Selama pelaksanaan penyaluran Uang Negara tersebut, banyak sektor yang disasar dalam melakukan penyaluran kredit termasuk sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta sektor Komunikasi. Hal ini tentu saja cukup memberikan dampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan pada sektor tersebut. Tidak hanya itu, penyaluran pinjaman KUR dan Non-KaUR juga turut membantu peningkatan usaha masyarakat sehingga bisa menstimulus dan menahan masyarakat agar bisa tetap melakukan kegiatan produksi dan konsumsi.

Selain itu, terkait dengan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus yang ada di Sulawesi Utara, yaitu Kawasan Ekonomi Khusus Bitung dan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Likupang, Pemerintah juga saling bekerjasama terutama dalam upaya menarik investasi dari para investor agar mau melakukan investasi di Kawasan tersebut. Dengan adanya investasi dari para investor tentu saja diharapkan akan berdampak pada keberlanjutan kegiatan khususnya ekonomi di wilayah tersebut yang akan berdampak pada sektor infrastrukutr (pembangunan), sosial, pariwisata, akomodasi dan perdagangan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah yang mana bertujuan untuk menarik investor. Keringanan pajak, pembebasan cukai, penangguhan bea masuk hingga pembebasan pajak dalam rangka impor. Tidak hanya itu, pembangunan infrastruktur pendukung pun mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat, berupa pendanaan dari APBN seperti pembangunan Jalan Tol. Kebijakan yang tersinergi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah akan menghasilkan output yang baik pada pembangunan di daerah yang akan berdampak baik secara regional hingga nasional. Bahkan apabila dalam proses kedepannya terjadi pertumbuhan ekonomi yang baik, maka efek dari pembangunan proyek strategis di Sulawesi Utara bisa memberikan dampak hingga skala internasional. Sehingga diperlukan dukungan dari berbagi pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga warga masyarakat untuk saling bersinergi dalam mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Sulawesi Utara.

Page 133: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Jembatan Soekarno, Kota Manado

Page 134: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

BAB VIIAnalisis Tematik Penyusunan

KFR Tahunan

Page 135: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

103

BAB VII ANALISIS TEMATIK PENYUSUNAN KFR TAHUNAN 2020

7.1 Konvergensi Program PC Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) di DaerahPandemi Covid-19 secara nyata telah mengganggu aktivitas perekonomian

Indonesia termasuk di Sulawesi Utara. Selama terjadinya pandemi ini, kegiatan dunia usaha mengalami gangguan yang signifikan baik dalam proses produksi, distribusi, dan kegiatan operasional lainnya yang pada akhirnya mengganggu kineja perekonomian di Sulawesi Utara.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O2O tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/ atau dalam rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/ atau Stabilitas Sistem Keuangan telah mengamanatkan upaya pemulihan ekonomi nasional melalui Program PEN.

Program PEN merupakan bentuk respon kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dalam upaya untuk menjaga dan mencegah aktivitas usaha dari pemburukan lebih lanjut, mengurangi semakin banyaknya pemutusan hubungan kerja dengan memberikan subsidi bunga kredit bagi debitur usaha mikro, kecil, dan menengah yang terdampak, mempercepat pemulihan ekonomi nasional, serta untuk mendukung kebijakan keuangan negara.

Program PEN bertujuan untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para Pelaku Usaha termasuk kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah, dalam menjalankan usahanya. Pelaksanaan Program PEN diharapkan dapat meminimalkan terjadinya pemutusan hubungan kerja oleh dunia usaha karena dampak pandemi Covid-19 . Untuk mewujudkan tujuan Program PEN dimaksud, tentunya diperlukan dukungan ketersediaan anggaran yang memadai baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan nomor 185/PMK.02/2020 tentang Pengelolaan Anggaran Dalam Rangka Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/ atau Program Pemulihan Ekonomi Nasional diamanatkan bahwa untuk penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/ atau untuk menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/ atau stabilitas sistem keuangan, perlu dialokasikan anggaran penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/ atau Program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dirinci lebih lanjut dalam Peraturan Presiden mengenai rincian anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran berkenaan. Seiring perubahan dampak pandemi Covid-19 yang semakin meluas, diperlukan upaya penangan bersama antara Pemerintah dan Pemda melalui realokasi dan refocusing anggaran belanja APBN dan APBD Tahun 2020 untuk menangani pandemi dan dampak Covid-19.

Berdasarkan kebijakan dan strategi penanganan pandemi Covid-19 dan/ atau Program PEN dan rencana strategis awal mengenai pendanaan untuk penanganan pandemi Covid-19 dan/ atau Program PEN, Program penanganan pandemi Covid-19 dan/ atau Program PEN meliputi program sebagai berikut:1. program kesehatan;2. program perlindungan sosial;3. program dukungan sektoral Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;4. program insentif usaha;5. program dukungan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah; dan

1https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/176110/PP_Nomor_23_Tahun_2020.pdf

Page 136: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

104

6. program pembiayaan korporasiSesuai tema pembangunan dalam RKPD Sulut Tahun 2020, yakni: “Memantapkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas dan Peningkatan Pemerataan Infrastruktur”. Dengan mengacu pada tema tersebut dan memperhatikan kondisi serta dampak pandemi covid-19,maka prioritas pembangunan daerah dalam Perubahan RKPD maka penyusunan KUA-PPAS Perubahan 2020, difokuskan pada tiga Prioritas Pembangunan Daerah berkaitan dengan penanganan dampak Covid-19 yaitu: Penanganan Kesehatan, Penyediaan Jaring Pengaman Sosial dan Penanganan Dampak Ekonomi, fokus pada bidang pertanian dan peternakan, perkebunan, perikanan dan kelautan, ketahanan pangan, koperasi dan UMKM, serta perindustrian dan perdagangan.

7.2 PENANGANAN BIDANG KESEHATANSebagai upaya apresiasi yang besar Pemerintah Daerah kepada seluruh tenaga

kesehatan dalam penanganan korban COVID-19, seluruh tenaga kesehatan yang bertugas langsung diberikan insentif dan santunan kematian sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.0107/MENKES/278/2020 yang kemudian diubah menjadi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/392/2020. Pemberian insentif dan santunan tersebut diberikan tidak hanya kepada tenaga medis pada instansiinstansi Pemerintah Pusat, namun juga diberikan kepada jajaran tenaga kesehatan di daerah dan instalasi-instalasi pelayanan kesehatan pada sektor swasta.

Untuk mewujudkan tema pembangunan sebagai mana uraian di atas, penanganan sektor Kesehatan sebagai dampak penyebaran pandemi Covid-19 Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara melakukan beberapa kegiatan2.

1. Rehabilitasi sarana dan prasarana kesehatan;2. Penyediaan makan minum rumah singgah dan posko;3. Pengadaan ambulance;4. Insentif petugas kesehatan;5. Penyediaan bahan dan peralatan kesehatan seperti APD, masker, dll.;6. Peralatan dan perlengkapan rumah singgah;7. Edukasi kesehatan;8. Biaya penginapan tenaga kesehatan;9. Penyediaan tempat tidur rumah singgah/RS darurat.Dengan data jumlah pasien penanganan Covid-19 yang terus meningkat, beban

kerja seluruh tenaga kesehatan sebagai garda terdepan semakin bertambah. Keberadaan tenaga kesehatan merupakan faktor penting dan faktor yang menentukan keberhasilan untuk menekan penyebaran pandemi. Dengan peranan pentingnya tersebut, tenaga kesehatan memiliki resiko yang tinggi terpapar Covid-19, sehingga perlu diberikan apresiasi dan penghargaan yang bersifat finansial dan nonfinansial. Pemberian penghargaan yang bersifat finansial diberukan dalam bentuk insentif dengan nominal tertentu yang didasarkan pada tingkat resiko keterpaparan dan beban kerja, serta dalam bentuk santuan kematian bagi tenaga kesehatan yang meninggal akibat terpapar Covid-19 pada saat memberikan layanan kesehatan.

Di Provinsi Sulawesi Utara tercatat jumlah kasus yang terus meningkat dari hari ke hari. Data per 3 Januari 2021, jumlah kasus positif Covid-19 di Provinsi Sulawesi Utara mencapai 9.863 jiwa, dengan rincian yang masih dalam perawatan berjumlah 2.251 jiwa, jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 7.291 jiwa, dan angka korban meninggal sebanyak 321 jiwa3 . Sebaran kasus terbanyak berada pada

2http://www.elnusanews.com/2020/08/kua-ppas-apbd-p-sulut-2020-fokus.html 3 www. corona.sulutprov.go.id, diakses tanggal 3 Januari 2021

Page 137: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

105

Kota Tomohon, disusul oleh Kabupaten Minahasa dan Kota Manado.

Pembayaran insentif tenaga kesehatan Covid-19 tahun 2020 di Provinsi Sulawesi Utara telah dilaksanakan di tahun 2020 ini. Terdapat 48 fasilitas kesehatan yang tercatat menangani Covid-19 di lingkup Provinsi Sulawesi Utara dengan jumlah tenaga kesehatan ditetapkan menangani langsung kasus Covid-19 berjumlah 11.639 nakes. Data per 11 Desember 2020 telah

didistribusikan kepada 11.639 nakes tersebut, dengan catatan jumlah kasus yang ditangani sebanyak 7.666 kasus.

Untuk mendanai pembayaran Insentif Tenaga Kesehatan tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan refocusing anggaran yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2020, melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tambahan. Pembayaran insentif bagi tenaga kesehatan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tambahan meliputi fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah Daerah dan institusi kesehatan milik Pemerintah Daerah. Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil perhitungan jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 pada fasilitas pelayanan kesehatan dan instusi kesehatan di daerah melalui rekomendasi dari hasil verifikasi dan validasi kepada Kementerian Keuangan terkait dengan perkiraan jumlah alokasi dana untuk pembayaran insentif tenaga kesehatan di tiap kabupaten/kota dan provinsi.

Berdasarkan data Pemerintah provinsi melalui Dinas Kesehatan Alokasi anggaran hasil refocusing yang diperuntukkan untuk Program Pemuloihan Ekonomi Nasional (PEN) bagi sektor Kesehatan adalah Rp127.418.513.000 dengan tingkat realisasi sampai dengan 31 Desember 2020 sebesar Rp123.621.579.076 atau 97.02 persen. Sesuai Tabel 7.1, melalui Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara alokasi anggaran terbesar untuk penangangan Covid-19 adalah belanja habis pakai/material kesehatan sebesar 57.7 persen. Alokasi belanja ini digunakan seperti untuk pemenuhan kebutuhan bahan medis habis pakai ( BMHP), alkes buffer stock dan penunjang logistik program, Pemenuhan Peralatan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tingkat Provinsi Sulut

Tabel 7.1 DATA REFOCUSING DAN REALOKASI APBD DALAM RANGKA PENANGANAN PANDEMI COVID-19 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA POSISI DESEMBER 2020

2http://www.elnusanews.com/2020/08/kua-ppas-apbd-p-sulut-2020-fokus.html 3 www. corona.sulutprov.go.id, diakses tanggal 3 Januari 2021

Page 138: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

106

dan Penanggulangan Krisis Kesehatan COVID-19. Alokasi anggaran terbesar kedua adalah untuk pengadaan Alat Kesehatan sebesar 19,63 persen dari pagu anggaran. Pengadaan Alkes ini diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan lalat Kesehatan di seluruh rumah sakit yang ada di Sulawesi Utara seperti masker non media, Alat Pelindung Diri (APD) dan Ventilator. Kebutuhan APD untuk rumah sakit yang ada di Provinsi Sulawesi Utara sangat besar, terutama untuk kebutuhan APD di rumah sakit rujukan Covid-19 misalnya RSUP Kandou di Manado membutuhkan sekitar 180 APD setiap hari.bagi dokter, perawat dan staf rumah sakit4. Alokasi anggaran Belanja Tidak Terduga Lainnya mencapai 16.72 persen. Belanja Tidak Terduga Insentif Tenaga Kesehatan mengambil porsi 5,12 persen dari alokasi pagu anggaran. Adapun besaran insentif yang diberikan Pemprov Sulut kepada tenaga medis bervariasi. Untuk dokter spesialis menerima insentif sebesar Rp 7.500.000, dokter Rp 5.000.000 dan tenaga non medis Rp 3.000.000. Insentif yang bersumber dari APBD Provinsi Sulawesi Utara tersebut hanya diperuntukkan kepada tenaga kesehatan yang berada di rumah isolasi, tenaga laboratorium, serta tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi yang melakukan tracing kasus Covid-19 di Provinsi Sulawesi Utara.

Alokasi untuk Belanja Tidak Terduga berupa pengadaan obat-obatan untuk menangani pandemi Covid-19 mendapatkan pagu alokasi sebesar 0,8 persen dari total pagu anggaran refocusing untuk penanganan Pandemi Covid-19 untuk sektor Kesehatan.

7.2.1 KENDALA PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan kebijakan pemanfaatan refocusing APBD untuk program PC PEN di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya penanganan di sektor Kesehatan, masih dijumpai beberapa kendala yaitu:

1. Letak geografis Kabupaten/Kota yang kepulauan dan luasnya area penanganan dampak pandemi Covid-19 menyulitkan dalam pendistribusian semua peralatan pendukung dalam menangani pandemi Covid-19 ini;

2. Keterbatasan fasilitas kesehatan rujukan untuk menangani Covid-19;3. Tingkat kesadaran masyarakat masih rendah dalam mendukung protokol

kesahatan untuk menekan penyebaran Covid-19. 4. Keterbatasan jumlah persediaan alat kesehatan menyulitkan untuk

memenuhi kebutuhan seluruh rumah sakit di Sulawesi Utara.5. Jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan penambahan jumlah

pasien Covid-19.

7.3 PENANGANAN BIDANG EKONOMI

Pandemi Covid-19 merupakan bencana nasional yang memberikan dampak bagi hampir seluruh pelaku sektor usaha, termasuk UMKM yang mayoritas bergerak di sektor riil. Pembatasan akses wilayah dan physical distancing merupakan langkah pemerintah dalam mengatasi penyebaran pandemi yang secara langsung membebani aktivitas para pelaku usaha. Kondisi tersebut membuat perekonomian menjadi lesu dan para pelaku usaha cenderung sulit untuk dapat mempertahankan usahanya. Menyikapi keadaan tersebut dan dalam rangka membantu memulihkan perekonomian nasional, Pemerintah meluncurkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Langkah ini

4 https://www.corona.sulutprov.go.id

Page 139: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

107

merupakan stimulus ekonomi yang bertujuan untuk mengatasi kelesuan ekonomi pada sektor-sektor usaha terdampak, khususnya bagi pelaku usaha sektor riil. Bagi Pelaku UMKM, stimulus dilakukan salah satunya dengan cara memberikan fasilitas perlakuan khusus dalam bentuk restrukturisasi kredit/ pembiayaan selama 6 bulan atas kredit pinjaman usaha produktif yang dimiliki di Perbankan dan atau Lembaga Keuangan Bukan Bank dengan besaran kredit/pembiayaan sampai dengan Rp10 miliar.

Sejalan dengan KUA-PPAS Perubahan 2020, salah satu fokus Prioritas Pembangunan Daerah berkaitan dengan penanganan dampak Covid-19 yaitu Penanganan Dampak Ekonomi yang meliputi:

1. Penyediaan benih dan saprodi peternakan (daging ayam, daging babi, telur ayam);

2. Bantuan premi asuransi kepada peternak sapi, bersama2 juga dengan asurans gagal panen buat padi sawah

3. Penyediaan benih tanaman pangan hortikultura;

4. Optimalisasi lahan persawahan.

5. Pasar murah dan operasi pasar;

6. Bantuan bagi IKM;

7. Bantuan benih ikan dan pakan;

8. Bantuan cool box;

9. Bantuan BBM untuk nelayan.

Dari kegiatan-kegiatan prioritas tadi, Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Utara mengelola anggaran hasil refocusing APBD Tahun 2020 sebesar Rp2.500.000.000 yang diperuntukan pengelolaan pelaku usaha UMKM agar bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19 ini. Adapun kegiatan tersebut meliputi:

1. Fasilitasi Pembelian dan Pemasaran Produk Koperasi dan Usaha Mikro, Kecl dan Menengah (KUMKM) Kagiatan ini mengantongi anggaran sebesar Rp2.450.000.000 atau sebesar 98 persen dari total ;pagu yang dikelola Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Sulawesi Utara untuk menanggulangi dampak pendemi

Page 140: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

108

Covid-19 di sektor UMKM Sesuai grafik 7.2 digambarkan bahwa porsi terbesar dari kegiatan ini adalah alokasi anggaran untuk pembelian produk pangan olahan sejumlah Rp1.839.675.000 atau 75,09 persen. Menurut informasi dari Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Sulawesi Utara, alokasi anggaran untuk kegiatan ini mendapat prioritas karena selama pandemi Covid-19 ikni berlangsung, perekonomian Sulawesi Utara mengalami penurunan salah satunya ditandai dengan melemahnya kemampuan daya beli masyarakat untuk membeli produk UMKM ini. Masyarakat lebih memprioritaskan pemenuhankebutuhan primer untuk tetap menjaga kelangsungan hidup selama pandemi ini. Selain itu, adanya kebijakan pembatasan mobilitas warga masyarakat untuk pencegahan penyebaran Covid-19 sangat dirasakan memberatkan para pelaku usaha guna memasarkan produk-produk olahannya. Kehadiran institusi ini sangat menolong pada pelaku usaha untuk membeli produk pangan olahan dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2020 sebesar Rp1.473.493.032 atau 80,10 persen dengan rincian realisasi pangan olahan sebesar Rp971.700.550 dan Non pangan sebesar Rp501.792.482. Alokasi anggaran berikutnya adalah belanja untuk kegiatan Biaya Penunjang Gedung PLUT sebagai Toko KUMKM sebesar Rp193.950.000 atau 7.92 persen dari total pagu keseluruhan. Gedung PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu) adalah sarana promosi yang disediakan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk

Menampung semua hasil olahan pelaku usaha baik olahan pangan maupun non pangan dari seluruh pelaku Koperasi UMKM Kabupaten/Kotai di Provinsi Sulawesi Utara. Selain itu keberadaan Gedung PLUT Provinsi Sulawesi Utara ini juga menyediakan 7 Layanan untuk KUMKM5 , yaitu:

1. Konsultasi Bisnis KUMKM, seperti pengembangan SDM KUMKM, manajemen usaha, pemanfaatan teknologi informasi, dan lain sebagainya.

2. Pendampingan atau Mentoring Bisnis, memberikan pendampingan secara reguler untuk KUMKM.

3. Fasilitasi Akses Pembiayaan, seperti akses kredit ke lembaga perbankan & non-bank.

4. Pemasaran dan Promosi, yaitu membuat gallery untuk KUMKM Kab/Kota se-Provinsi Sulawesi Utara

5. Pelatihan Bisnis

6. Networking, yaitu sharing pengalaman dengan pengusaha / lembaga lainnya

7. Layanan Pustaka, yaitu penyediaan buku-buku bisnis bagi KUMKM

8. Layanan Konsultasi di bidang IT

2. Tingkat realisasi untuk alokasi anggaran ini adalah sebesar Rp230.668.391atau sebesar 118,93 persen. Alokasi selanjutnya adalah belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah Dalam Rangka Verifikasi Penyedia Produk UMKM sebesar Rp185.000.000 atau 7,55 persen dari pagu anggaran kegiatan. Realiasi anggaran ini sampai dengan 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp287.072.300 atau sebesar 155,17 persen. Pembatasan ruang gerak para pelaku usaha sangat mempengaruhi jumlah produk yang berkualitas yang akan diproduksi. Keterlibatan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Sulawesi Utara untuk terjun langsung ke tempat usaha sangat dirasakan manfaatnya untuk menyaring penyedia produk-produk UMKM berkualitas dari para pelaku usaha Kabupaten/Kota di seluruh Sulawesi Utara guna selanjutnya dilakukan promosi hasil produksi dimaksud. Untuk sebaran

5 https://plutkumkm-sulut.page.tl/PLUT-KUMKM-SULUT.htm

Page 141: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

109

alokasi anggaran untuk kegiatan Fasilitasi Pembelian dan Pemasaran Produk Koperasi dan Usaha Mikro, Kecl dan Menengah (KUMKM) lainnya adalah Biaya ATK mempunyai porsi 1,09 persen, biaya cetak memiliki porsi anggaran 0,72 persen, porsi biaya Sewa Kendaraan untuk Tim Satgas dalam rangka Verifikasi Penyedia Produk UMKM 15 Kab/Kota sebesar 1,63 persen, biaya makan dan minum kegiatan sebesar 3,96 persen dan biaya kiriman produk KUMKM sebesar 2,04 persen.

3. Fasilitasi Pemasaran dan Promosi Produk KUMKM melalui media social Kagiatan ini mengantongi anggaran sebesar Rp50.000.000 atau sebesar 2 persen dari total anggaran pemanfaatan hasil refocusing yang dikelola Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Sulawesi Utara dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2020 sebesar 100 persen. Media promosi sangat diperlukan bagi pelaku usaha untuk mempromosikan hasil olahan produknya. Keterbatasan ruang gerak, memaksa paar pelaku usaha dan instansi terkait memulai merambah media promosi secara elektronik.

7.3.1 KENDALA PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan kebijakan pemanfaatan refocusing APBD untuk program PC PEN di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya di sektor UMKM, masih dijumpai beberapa kendala dalam pelaksanaan meliputi:

1. Semenjak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSB) hampir di seluruh wilayah di Sulawesi Utara, banyak para UMKM kita mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku dan

2. Pembatasan aktivitas masyarakat, berdampak distribusi logistik terganggu yang membuat barang kiriman yang dipesan atau yang dibeli menjadi lama diterima.

3. Masalah cashflow. Banyak pelaku UMKM yang merasakan pendapatannya menurun akibat tidak adanya pelanggan yang membeli produk semenjak PSBB dan physical distancing diberlakukan.

4. Anjloknya permintaan. Ketidakpastian pasar membuat permintaan akan barang yang dijual oleh para UMKM menjadi berpengaruh.

5. Para pelaku usaha belum secara penuh memanfaatkan kemajuan teknologi dalam mendukung usahanya.

6. Kedudukan para pelaku usaha yang tersebar di Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara menuntut kesiapan SDM dan ketersediaan dukungan anggaran untuk terus memberikan dukungan agar para pelaku usaha tetap dapat bertahan di tengah-tengah masa sulit pandemi Covid-19 ini;

7.4 PENYEDIAAN JARING PENGAMAN SOSIAL

Sulawesi Utara sedang dilanda kondisi sulit. Pandemi Covid-19 menghantam semua sektor ekonomi di Bumi Nyiur Melambai ini. Dalam rangka penanganan Covid-19, Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Utara telah mengalokasikan anggaran untuk bantuan reguler yang sasarannya keluarga miskin yang terdampak pandemi Covid-19. Terkait hal tersebut, Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Anggaran memperoleh anggaran sebesar Rp64.000.000.000 yang diperuntukan jaring pengaman sosial, dengan tingkat realisasi sebesar Rp56.500.000.000 atau 88,28%6 . Adapun program penyediaan Jaring Pengaman

6 https://hubmaspemprovsulut.com/2020/09/08/pemprov-sulut-optimalkan-pengelolaan-anggaran-covid-19/

Page 142: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

110

Sosial ini diwujudkan dalam bentuk:

1.Bantuan langsung bahan pokok kepada masyarakat;

Bantuan langsung bahan pokok kepada msayarakat, diwujudkan dalam bentuk sembako. Bantuan sembako ini ditujukan untuk masyarakat dalam hal ini keluarga miskin yang terdampak akibat pandemi Covid-19. Mekanisme penyaluran yang dilakukan adalah melalui pendekatan lembaga keagamaan. Karyawan yang kena PHK bisa menerima bantuan dengan jalur keagamaan. Bantuan sembako yang disiapkan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Utara adalah sebanyak 250 ribu paket sembako.

2. Belanja bahan makanan dari masyarakat untuk masyarakat (daging ayam, daging babi);

Bantuan dari Pemerintah Daerah dalam wujud Belanja bahan makanan dari masyarakat untuk masyarakat (daging ayam, daging babi) ini sebagai langkah antisipasi pemerintah daerah mengingat ketersediaan hasil produksi dipasaran tidak didukung kemampuan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19 ini. Pemerintah Provinsi melalui Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Utara mengalokasikan anggaran untuk membeli bahan makanan pokok dari masayarakat untuk selanjunya diserahkan untuk masyarakat Kembali.

3. Membuka dapur umum (paket makanan siap saji).

Alokasi anggaran jarring pengaman social dalam bentuk Membuka dapur umum (paket makanan siap saji) dipersiapkan untuk masyarakat yang berpenghasilan harian yang terdampak akibat pandemi Covid-19. Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Utara menyediakan dapur umum di Kota Manado yang kebanyakan diperuntukan bagi tukang pembersih sampah, tukang ojek pangkalan, sopir angkot dan karyawan swalayan dan juga anak panti asuhan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) melalui Dinas Sosial (Dinsos) membuka dapur umum dan membagikan 3.000 paket makanan kepada masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19

7.4.1 KENDALA PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan kebijakan pemanfaatan refocusing APBD untuk program PC PEN di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya program Jaring Pengaman Sosial, masih dijumpai beberapa kendala dalam pelaksanaannya meliputi:

1. Keterbatasan anggaran menyebabkan bantuan-bantuan seperti Bantuan langsung bahan pokok kepada masyarakat, Belanja bahan makanan dari masyarakat untuk masyarakat (daging ayam, daging babi); dan Membuka dapur umum (paket makanan siap saji) tidak dapat dilaksankan secara terus menerus selama pandemi Covid-19 ini berlangsung.

2.Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Utara, tidak dapat melakukan pendataan secara pasti jumlah masyarakat yang terdampak Covid-19, sehingga dengan alokasi anggaran yang telah dianggarkan, masih dijumpai warga masayarakat yang tidak mendapatlan bantuan.

Pandemi Covid-19 belum dapat diprediksi kapan akan berakhir. Kesiapsiagaan pemerintah daerah sangat diperlukan sebagai upaya mengurangi dampak pandemi Covid-19 baik di sektor ekonomi, kesehatan dan sosial. Diharapkan dengan kesiapsiagaan Pemerintah Daerah ini akan membantu mempercepat perbaikan ekonomi masyarakat seperti sediakala.

Page 143: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Pelabuhan Bitung

Page 144: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

BAB VIIIPenutup

Page 145: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

111

8.1. KESIMPULAN

a. Pendapatan negara konsolidasian di tahun 2020 turun 10,9 persen dibanding tahun 2019 dengan nilai Rp19,54 triliun, yang diakibatkan dari lemahnya penerimaan pajak, PNBP, dan pendapatan transfer. Demikian juga belanja konsolidasian mengalami penurunan sebesar 6,4 persen di banding tahun 2019 dengan total nilai Rp24,64 triliun. Penurunan berasal dari belanja pemerintah pusat termasuk transfer ke daerah.

b. Pendapatan Konsolidasian terdiri dari penerimaan Pajak, PNBP, Hibah dan Transfer ke Daerah. Total Pendapatan Kosolidasian pemerintah pusat dan pemerintah daerah tahun 2020 adalah sebesar Rp19,54 triliun, dimana dana transfer menyumbang porsi Rp12,64 triliun (64 persen). Pendapatan perpajakan konsolidasi sebesar Rp5,08 triliun yang berkontribusi 25,99 persen dari total pendapatan konsolidasian. Sedangkan PNBP Konsolidasian berkontribusi sebesar 8,59 persen atau sebesar Rp1,68 triliun. Untuk Pendapatan Hibah berkontribusi sebesar 0,7 persen atau sebesar Rp142 miliar.

c. Dari keseluruhan pos pendapatan konsolidasian, hanya pos Pendapatan Hibah yang mengalami kenaikan proporsi, sedangkan pos lain mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi penerimaan pemerintah pusat bersama pemerintah daerah.

d. Proporsi belanja antara pusat daerah sampai dengan akhir tahun masih berpola sama dengan di dominasi oleh Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal. Belanja modal APBN lebih rendah dari daerah, hal ini terkait dengan realokasi dan refocusing APBN di masa pandemi Covid-19.

e. Turunnya realisasi belanja pemerintah di Sulut yang hingga -6,18 persen berkontribusi negatif terhadap hampir semua indikator pertumbuhan dan pembangunan kecuali indikator jumlah penduduk miskin dan Gini Ratio. Dampak pandemi Covid-19 adalah menyebabkan inflasi mengalami penurunan -87,73 persen serta jumlah pengangguran yang bertambah 144,77 persen.

f. Provinsi Sulawesi Utara juga merupakan salah satu dari 7 (tujuh) provinsi kepulauan di Indonesia. Jumlah pulau di Sulawesi Utara cukup banyak, yaitu mencapai 668 pulau dan 11 buah pulau diantaranya merupakan pulau terluar yang berbatasan langsung dengan luar negeri, yaitu negara tetangga Philipina. Tiga kabupaten dari 15 kabupaten kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara merupakan kabupaten kepulauan, walaupun kabupaten/kota lainnya juga mempunyai pulau, seperti pulau Manado Tua di Manado dan Pulau Lembeh di Kota Bitung. Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi terluar di Indonesia dengan letak yang strategis di bibir pasifik dan langsung berhadapan dengan luar negeri dan dilalui oleh 2 alur laut internasional, serta merupakan salah satu pintu gerbang masuk Indonesia, yang memiliki pelabuhan laut Internasional dan Bandar Udara Internasional.

g. Pembangunan Prioritas Nasional seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Bendungan juga mengalami hambatan dimana untuk sementara pekerjaan harus terhenti dikarenakan Covid-19.

Page 146: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

112

h. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menarik investor, di antaranya keringanan pajak, pembebasan cukai, penangguhan bea masuk hingga pembebasan pajak dalam rangka impor. Tidak hanya itu, pembangunan infrastruktur pendukung pun mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat, berupa pendanaan dari APBN seperti pembangunan Jalan Tol.

i. Pandemi Covid-19 secara nyata telah mengganggu aktivitas perekonomian Indonesia termasuk di Sulawesi Utara. Dalam rangka menghadapi Pemulihan Ekonomi Nasional, Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan rencana strategis untuk menangani Pandemi Covid-19 yaitu yang meliputi program Kesehatan, perlindungan social, dukungan sektoral Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, insentif usaha, dukungan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah, serta pembiayaan korporasi.

8.2. REKOMENDASI

1. Sebagai daerah kepulauan, Sulawesi Utara memerlukan sistem angkutan laut dan udara yang baik untuk menghubungkan antar pulau-pulaunya maupun menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara dengan provinsi lain, bahkan negara lain. Diperlukan pengembangan pelabuhan laut dan bandar udara yang semakin berkembang dengan baik dan dikelola secara efisien. Daya saing produsen baik dalam pasar regional, nasional maupun internasional, efisiensi distribusi internal, keterpaduan dan integritas ekonomi daerah dengan nasional sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor transportasi khususnya transportasi laut dan udara, tanpa mengesampingkan pentingnya pembangunan angkutan darat yang notabene sebagai pendukung lingkaran transportasi secara utuh

2. Strategi ke depannya adalah dengan melihat tren laju pertumbuhan perekonomian Sulut yang membaik, porsi belanja investasi pemerintah dapat lebih diperbesar sehingga mampu menjaga tren pertumbuhan jangka panjang di Sulut.

3. Pemerintah Daerah melakukan langkah percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur demi konektivitas yang berkualitas antar wilayah dalam memacu pertumbuhan dan pemerataan perekonomian, serta memperkuat aksesibilitas ke wilayah terpencil dan kepulauan.

4. Pemerintah Daerah secara konsisten mengembangkan destinasi unggulan, ketahanan pangan, dan industri ekonomi kreatif di Sulawesi Utara dengan tidak mengabaikan peningkatkan SDM yang berdaya saing melalui pendidikan yang berkualitas, jaminan kesehatan yang menyeluruh (universal health coverage), penanggulangan kemiskinan, serta peningkatan kualitas, kompetensi, dan produktivitas tenaga kerja.

5. Menguatkan sektor basis dan unggulan seperti sektor Konstruksi, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan melalui peningkatan, perkuatan dan restrukturisasi secara keseluruhan yang di dukung kelembagaan yang dan mekanisasi pertanian yang handal.

Page 147: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

113

6. Mengembangkan sektor potensial di Sulawesi Utara seperti Sektor Informasi dan Komunikasi, Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Keuangan, dan Jasa Lainnya serta sektor Penyediaan Transportasi dan Pergudangan yang merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusi positif bagi PDRB Sulawesi Utara.

7. Untuk mendorong indikator makro ekonomi daerah semakin meningkat, pemerintah provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah, berkewajiban mengarahkan alokasi APBD baik prov dan kabupaten/ kota semakin besar alokasi belanja modal untuk sektor prioritas daerah dan pelayanan dasar publik.

8. Dalam rangka meningkatkan kemampuan fiskal daerah, pemerintah daerah perlu melakukan terobosan-terobosan melalui optimalisasi dan/atau penggalian sumber-sumber PAD baru, seperti ekstensifikasi dan intensfikasi retribusi dan pajak daerah, sehingga ketergantungan terhadap dana transfer daerah semakin kecil. Langkah-langkah terobosan dimaksud haruslah mempertimbangkan faktor kenyamanan bagi pelaku usaha dan masyarakat pada umumnya.

9. Dengan adanya Pandemi Covid-19, belanja modal di daerah yang direfocusing untuk penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional kedepannya perlu menjadi perhatian pemerintah pusat mengingat belanja modal berdampak secara jangka panjang kepada perekonomian Sulawesi Utara.

Page 148: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

xii

DAFTAR PUSTAKAAplikasi Online:Pusat Data dan Statistik Pendidikan, Kemdikbud, http://statistik.data.kemdikbud.go.id

Dit. Pelaksanaan Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, Kemenkeu, Aplikasi Monitoring Evaluasi Budget Execution (MEBE) http://ditpa.kemenkeu.go.id/

Dit. Sistem Manajemen Investasi, Ditjen Perbendaharaan, Kemenkeu. Subsidiary Loan Information Managemen, (SLIM) http://10.242.143.177/slim/app/login.php

Idem, Aplikasi Sistem Informasi Kredit Program, (SIKP) https://sikp.kemenkeu.go.id/

Dit. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Kemenkeu,Aplikasi E-Rekon & LK http://e-rekon-lk.djpbn.kemenkeu.go.id/login

Ditjen Perimbangan Keuangan Daerah. Kemenkeu. Aplikasi SIMTRADAhttp://www.djpk.depkeu.go.id/simtrada/

Dit. Sistem Informasi dan Teknologi Perbendaharaan, Ditjen Perbendaharaan, Kemenkeu, Aplikasi OMSPAN

https://spanint.kemenkeu.go.id/spanint/latest/app/

Sumber Data:Kanwil DJPb Prov Sulut., Government Financial Statistic Prov. Sulawesi Utara TA. 2019Kanwil Ditjen Pajak SuluttenggomalutKanwil Ditjen Bea dan Cukai SuluttenggomalutBadan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi UtaraBank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Prov. SulutBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kota ManadoBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kota TomohonBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kota BitungBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kota KotamobaguBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab MinahasaBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Minahasa SelatanBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Minahasa TenggaraBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Minahasa UtaraBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Bolaang MongondowBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Bolaang Mongondow TimurBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Bolaang Mongondow UtaraBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Bolaang Mongondow SelataBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Kep. TalaudBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Kep. SangiheBadan Pengelola Aset dan Keuangan Daerah Kab Kep.Siau Tagulandanga Biaro

Page 149: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

xiii

Dinas Kesehatan Daerah Provinsi SulutDinas Ketahanan Pangan Prov. Sulut

Regulasi:Nota Dinas Nomor 54/PB.2/2020 Hal Penyusunan dan Tema Analisis Tematik Kajian Fiskal Re-

gional Tahunan 2019

Literatur:Afrisal. 2007. Negara dan Komplik Adraria: Studi Kasus pada Komunitas Pusat Perkebunan Kela-

pa Sawit Berskala Besar di Sumatera. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik.

Dornbusch, Rudiger., Fischer Stainley., & Startz, Richad. 2008. Makroekonomi, ed.10. McGrow-Hill

ISEI. 2006 “Rekomendasi Kebijakan Pemerintah. Langkah-Langkah Strategis Pemulihan Ekonomi Indonesia”. Jakarta. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.

KPPOD. 2003, Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia: Persepsi Dunia Udaha, The Asian Fondation.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Ekonomika Indonesia: Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global, Cet.1. UPP SIM YKPN Yogyakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2007. Principles of Macroekonomic. United State America: Thompson Higher Education.

Saaty, Thomas L. 2002. Hard Mathematics Applied to Soft Decisions.

Sukirno, Sadono. 2001. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. Rajawali Pers. Jakarta.

World Economic Forum. 2006. The Global Competitiveness Report 2005-2006. Geneva: World Economic Forum.

World Bank. 2005. Iklim Investasi yang Lebih Baik bagi Setiap Orang. Laporan Pembangunan Dunia 2005. The World Bank. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.

Salvatore, D. (2004), International Economics, Eight Edition, Wiley

Lewis, B.D. 2015. Decentralising to Villages in Indonesia: Money (and Other) Mistakes, Public Ad-ministration and Development 2015.

Wiley Online Library Idris, Amiruddin. 2016. Ekonomi Publik. Penerbit Deepublish. Yogyakarta

Page 150: TAHUNAN 2020 - Kementerian Keuangan Republik Indonesia

TAHUNAN 2020

Penyusun : Penangungjawab : Ratih Hapsari

Ketua Tim : Mushlih

Kontributor: M. Ali Marzuki I Noprid Dalapang I Stephen Ignatius S

KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

Disain Grafis:

Frangky Pasuhuk | Imanuel Tengkue | Stevanus Salmon

| Efan Rame