Tahapan Perawatan Periodontal Fase I Etiotrophic Phase

15
1. Instruksi Kontrol Plak Pengunyahan makanan dalam bentuk kasar dan banyak tidak dapat mencegah pembentukan plak.Oleh karena itu pencegahan dan pengontrolan terhadap pembentukan plak gigi harus didasarkan atas usaha pemeliharaan hiegene oral secara aktif. Keberadaan karbohidrat menjadi sumber bakteri menghasilkan Polisakarida Ekstra Selular (PES). Bersama dengan protein saliva dan aktivitas bakteri dapat terbentu plak gigi. PES menjadi bahan perekat pada matriks plak. Dari dasar pemikiran tersebut usaha yang dapat dilakukan adalah mencegah dan mengontrol pembentkan plak yang meliputi, 1. Mengatur pola makanan 2. Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dan terhadap polisakarida ekstraselular 3. Tindakan secara mekanis berupa pembersihan rongga mulut 1. Mengatur pola makan Dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama sukrosa. Berdasarkan bukti-bukti ilmiah bahwa karbohidrat merupakan bahan utama dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi untuk bakteri dalam membentuk plak. 2. Tindakan secara kimiawi Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dapat dengan menggunakan obat kumur sebanyak 10 ml 2dd 1. Seperti penggunaan obat kumur yang mengandung klorhexidin dapat membunuh bakteri gram posittif maupun negatif dan merupakan zat antijamur. 3. Tindakan secara mekanis (Fisioterapi oral) Sikat gigi

description

Tahapan Perawatan Periodontal Fase II

Transcript of Tahapan Perawatan Periodontal Fase I Etiotrophic Phase

1. Instruksi Kontrol PlakPengunyahan makanan dalam bentuk kasar dan banyak tidak dapat mencegah pembentukan plak.Oleh karena itu pencegahan dan pengontrolan terhadap pembentukan plak gigi harus didasarkan atas usaha pemeliharaan hiegene oral secara aktif.Keberadaan karbohidrat menjadi sumber bakteri menghasilkan Polisakarida Ekstra Selular (PES). Bersama dengan protein saliva dan aktivitas bakteri dapat terbentu plak gigi. PES menjadi bahan perekat pada matriks plak. Dari dasar pemikiran tersebut usaha yang dapat dilakukan adalah mencegah dan mengontrol pembentkan plak yang meliputi,

1. Mengatur pola makanan

2. Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dan terhadap polisakarida ekstraselular

3. Tindakan secara mekanis berupa pembersihan rongga mulut

1. Mengatur pola makanDengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama sukrosa. Berdasarkan bukti-bukti ilmiah bahwa karbohidrat merupakan bahan utama dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi untuk bakteri dalam membentuk plak.

2. Tindakan secara kimiawi

Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dapat dengan menggunakan obat kumur sebanyak 10 ml 2dd 1. Seperti penggunaan obat kumur yang mengandung klorhexidin dapat membunuh bakteri gram posittif maupun negatif dan merupakan zat antijamur.

3. Tindakan secara mekanis (Fisioterapi oral) Sikat gigi

Sikat Gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa macam sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk.

Teknik menyikat gigi:

1. Scrub Brush Technique

Letak bulu sikat tegak lurus pada permukaan labil, bukal, palatinal, lingual, dan oklusal.

Gerak sikat : gigi anterior ke kiri-ke kanan, gigi posterior ke depan- ke belakang.2. Roll Technique

Letak bulu sikat pada margin gingiva, sejauh mungkin dari permukaan oklusal, ujung sikat mengarah ke apikal.

Gerak sikat :

a. Membentuk lengkungan, sehingga bulu sikat akan melalui permukaan gigi.

b. bulu sikat hampir tegak lurus pada permukaan enamel.

3. Charters Technique

Permukaan labial dan bukal :

a. Letak bulu sikat membentuk sudut 900 dengan sumbu gigi, tidak diletakkan pada gingiva.

b. Gerak sikat : sikat ditekan sehingga ujung bulu sikat masuk interproksimal, sisi bulu sikat menekan tepi gusi, dan digerakkan secara sirkula dengan ujung bulu sikat tetap pada tempat semula.

c. Untuk membersihkan permukaan interproksimal, fixed bridges, around fixed orthodontic appliances.

4. Stillman Mc Call Technique

Posisi sikat seperti pada teknik roll, namun bulu sikat lebih dekat dengan mahkota gigi. sikat digetarkan dengan cepat dan digerakkan sedikit maju mundur. Gerakan ini yang akan menekan bulu sikat ke arah interproksimal, membersihkan dan memijat. Teknik ini baik untuk memijat gingiva.

5. Physiology Technique

Letak sikat lurus dengan permukaan gigi, bulu sikat halus, tangkai sikat horizontal, gerakan sikat dari mahkota ke apikal. Gerakan ini dilakukan untuk memijat gingiva. Gerakan ini memiliki efek yang buruk, karena dapat menyebabkan retraksi gingiva.

6. Bass Technique

a. Kegunaan : untuk membersihkan plak dan debris di daerah sulkus gingiva, dan pasien pasca tindakan bedah.

b. Caranya : pegang sikat gigi secara horizontal dan letakkan kepala sikat gigi pada permukaan gigi, lebih tepatnya di margin gingiva, tempat plak menumpuk. Miringkan kepalasikat kira-kira 450 menghadap apeks gigi. Tujuannya agar bulu sikat dapat masuk ke saku gusi. Gerakan sikat secara horisontal dengan jarak yang sangat pendek maj-mundur seperti suatu getaran dan dengan tekanan yang lembut. Permukaan oklusal maju mundur seperti teknik scrub.

7. Fones Technique

Pada teknik ini gigi dalam keadaan oklusi, bulu sikat ditekankan pada gigi dan jaringan gingiva, kemudian sikat digerakkan melingkar seluas mungkin. Permukaan lingual oklusal digosok maju mundur. Metode ini efektif untuk anak yang memiliki gigi lengkap dengan oklusi yang baik.

Dalam menyikat gigi juga dikelompokkan berdasarkan arah gerakannya, yaitu :

1. Roll : Roll ataupun modifikasi dari teknik Stillman.

2. Vibrasi : Teknik Stillman, Charters, dan Bass.

3. Sirkuler : Teknik Fones.

4. Vertikal : Teknik Leonard.

5. Horizontal : Teknik Scrub.

Alat bantu sikat gigi

Perlu ditambahkan penggunaan alat bantu sikat gigi yang dapat membantu membersihkan ruang interproximal dengan baik.

a) Dental Flossing :

Pembersihan dengan menggunakan benang yang diarahkan untuk mengeliminasi plak gigi. Terbagi menjad dua yakni Floshing dengan tanpa menggunakan pemegang khusus dan floshing yang menggunakan pemegang khusus.

Dental Flosh tanpa pemegang khusus, dental flosh dengan pemegang khusus

b) Interdental Tip

Cara mengaktivasinya adalah dengan memasukkannnya ke dalam ruang interproximal dari arah bukal dengan sudut kurang lebih 45 derajat. Ujung tip mengarah ke oklusal dan bagian lateralnya mengenai gingiva dengan gerakan rotasi, kurang lebih 10 lingkaran per interdental area.

Gambar Interdental Tip

c) Interdental Brush

Yang umumnya digunakan adalah yang berbentuk conical dan silindris.

Kapan kita harus menggunakan Dental Flosh, Interdental Tip, dan Interdental Brush ?Pada kondisi tidak terdapat resesi gingiva menggunakan denal flosh, pada kondisi terbukanya area interproximal dengan bagian akar yang sedikit tampak dapat menggunakan interproximal brush atau interproximal tip, sedangkan pada kondisi kehilangan interpapill dapat menggunakan single-stuffed brush.

Gambar 44-11. Penggunaan Dental Flosh, Interdental Brush dan Single- Tufted

Gambar 44-12. Berbagai macam bentuk interdental tip, Interdental Brush dan Single-Tufted

2. Eliminasi Kalkulus Supra dan Subgingival

Menurut Krismariono (2009) terdapat faktor-faktor yang yang berperan dan mempengaruhi dalam efektifitas perawatan periodontal fase 1 khususnya perawatan tahap eliminasi kalkulus supragingiva dan sub gingiva, namun faktor-faktor tersebut juga berkaitan dengan perawatan root planing yang tidak terlepas dari perawatan scaling, antara lain sebagai berikut:

1. Asesibilitas Faktor ini menetukan efektifitas perawatan, yang berhubungan dengan posisi operator terhadap pasien. Hal ini penting karena berkaitan pula dengan kenyamanan dan ketahanan fisik operator selama perawatan. Scaling dan root planing merupakan tindakan perawatan yang dilakukan pada seluruh gigi, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang cukup, oleh karena itu perlu dipertimbangkan faktor kenyamanan posisi.2. Visibilitas, iluminasi dan retraksi Pandangan langsung dibantu dengan penerangan mutlak diperlukan. Jika pandangan tidak bisa secara langsung tertuju pada area perawatan (misalnya distal gigi molar), maka pandangan dapat dibantu dengan kaca mulut. Kaca mulut ini juga berfungsi sebagai pemantul cahaya ke area perawatan. Kaca mulut dalam hal ini juga berfungsi sebagai retraktor lidah sehingga operator dapat mencapai area perawatan tanpa adanya halangan.

3. Kondisi Alat Sebelum digunakan, hendaknya alat dalam keadaan baik, bersih dan steril. Bagian cutting edge seharusnya tajam agar memudahkan pengambilan kalkulus (Gambar 1). Alat yang tumpul cenderung tidak dapat memberikan hasil yang baik, karena kalkulus tidak terambil secara menyeluruh serta kepekaan operator terhadap adanya kalkulus dengan bantuan alat yang tumpul menjadikan hasil dari perawatan tidak optimal. Alat yang tumpul juga cenderung merusak jaringan karena adanya kekuatan yang berlebihan dan gerakan cenderung tidak terkontrol sebagai akibat kompensasi dari penggunaan alat yang tumpul.

4. Stabilisasi alat Stabilitas alat diperlukan agar penggunaan alat dapat dikendalikan dengan baik oleh operator, sehingga tergelincirnya alat (cutting edge) dari permukaan gigi dapat dicegah. Selain itu juga mencegah injuri pada tangan operator. Stabilisasi alat terdiri dari: instrument grasp dan finger rest. Instrumentasi Dalam Perawatan Periodontal Fase 1

1. Kuret

Kuret merupakan alat yang digunakan untuk scalling, bentuknya seperti sendok yang membengkok sesuai dengan bentuk permukaan gigi. Kuret dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Kuret Universal

Dapat digunakan diseluruh rongga mulut

Memiliki 2 cutting edge

Desain dari blade dengan sudut 80-90 derajat

b. Kuret Gracey

Hanya dapat digunakan untuk daerah yang spesifik

Memiliki 1 cutting edge

Desain blade dengan sudut 60-70 derajat

2. Hoe

Hoe merupakan alat yang digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan akar gigi serta menghilangkan sisa kalkulus dan sementum yang rusak. Hoe memiliki blade bengkok dengan sudut 99-100 derajat.

3. Sicle scaler

Sicle scaler merupakan alat yang digunakan untuk membersihkan kalkulus supra gingiva, permukaannya datar dan mempunyai 2 cutting edge yang menyatu membentuk ujung yang runcing. Desain alat ini hanya digunakan untuk penyingkiran kalkulus supra gingiva. Sicle scaler tidak dapat digunakan untuk kalkulus sub gingiva karena ujungnya yang runcing dapat mengakibatkan cedera pada jaringan periodontal.

4. File scaler

File scaler memiliki desain mirip dengan Hoe tidak banyak digunakan untuk scalling dan root planing karena ukurannya dan menyebabkan permukaan akar menjadi kasar. Terkadang digunakan untuk menghilangkan margin restorasi yang overhanging.

5. Ultrasonik Instrumen

Digunakan untuk scalling root planing, kuretase, dan menghilangan stain. Efektif untuk membersihkan kalkulus dan dinding epitel poket. Alat ini dapat menyebabkan permukaan akar menjadi kasar dan menghilangkan substansi gigi lebih banyak. Tetapi dapat dikurangi dengan memperkecil kecepatan instrumen sehingga kekuatannya lebih rendah dan digunakan dengan sentuhan yang ringan.

Gambar macam-macam alat scaller manual

Gambar Perbedaan adaptasi sickle dan kuret pada permukaan gigi

Teknik Skeling Supragingiva dan Subgingiva

Teknik skeling supragingiva dikerjakan dengan cara:

a. Alat dipegang dengan modifikasi pegangan pena (pen graps)

b. Sandaran jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat tumpuan lainnya

c. Sisi pemotong (cuting edge) mata skeler ditempatkan pada tepi apikal kalkulus. Mata skeler diadaptasikan ke permukaan gigi membentuk angulasi 45-90

d. Dengan tekanan lateral yang kuat, dilakukan serangkaian tarikan skeler yang pendek bertumpang tindih ke koronal dalam arah vertikal dan oblik

e. Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi sampai diperoleh permukaan gigi yang terbebas dari kalkulus.Teknik skeling subgingiva dan rootplaning dikerjakan dengan cara:

1. Alat dipegang dengan modifikasi pegangan pena (pen graps)

2. Sandaran jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat tumpuan lainnya

3. Pilih sisi pemotong yang sesuai

4. Sisi pemotong diadaptasikan ke permukaan gigi dengan angulasi 0 , diselipkan dengan hati-hati ke epitel penyatu

5. Setelah sisi pemotong mecapai dasar saku dibentuk angulasi 45-90

6. Dengan tekanan lateral yang kuat, dilakukan serangkaian sapuan penskeleran yang pendek secara terkontrol, bertumpang tindih dalam arah vertikal dan oblik

7. Instrumentasi dianjurkan dengan serangkaian sapuan penyerutan akar yang panjang bertumpang tindih dimulai dengan tekanan lateral sedang dan diakhiri dengan tekanan lateral ringan

8. Instrumentasi pada permukaan proksimal di bawah daerah kontak harus dilakukan dengan cara mengatur bagian bawah tangkai kuret sejajar dengan sumbu gigi.

3. Koreksi Restorasi mahkota yang cacatKeberadaan restorasi yang kasar, overcontured, lokasinya subgingivalmeskipun halus akan diikuti oleh penumpukan plak yang banyak, inflamasi gingiva, kehilangan tulang dan kehilangan perlekatan. Seperti halnya kalkulus, restorasi yang demikian dapat menghalangi akses pembersihan atau kontrol plak. Cara mendeteksi tepi restorasi yang cacat adalah dengan menggeser-geserkan ujung eksplorer yang halus naik-turun sepanjang tepi restorasi. Koreksi restorasi dan mahkota yang cacat dapat menggunakan bur atau hand instrument untuk memperbaiki restorasi.

4. Management Lesi Karies

Penghilangan lei karies dan memberi tumpatan sementara. Penyembuhan jaringan periodontal akan berjalan maximal dengan mengeliminasi reservoir bakteri pada lesi tersebt sehingga tidak terjadi repopulasi dari mikrobial plak.5. Re evaluasi Jaringan

Setelah scalling dan root planning, jarigan periodontal membutuhkan kira kira 4 minggu untuk melakukan penyembuhan. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan seluruh anatomi fisik secara detail untuk mengetahui diperlukan atau tidaknya perawatan lanjutan seperti bedah periodontal.

Jaringan periodonsium diperiksa kembali untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan perawatan lanjutan. Saku diprobing kembali untuk menentukan apakah bedah periodontal masih diindikasikan. 1. Krismariono, Agung. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Scalling dan Root Planing dalam Perawatan Periodontal. Jurnal Periodontic, Vol 1 (30-34)2. Newman, Takei, Klokkvold, Carranza. 2012. ClinicalPeriodontology, 11th ed. Saunders Elsevier Inc, St. Louis.