TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU...

132
TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I ) Disusun oleh : ERSYAD TONNEDY NIM: 105054102070 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H ./ 2010 M.

Transcript of TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU...

Page 1: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I )

Disusun oleh :

ERSYAD TONNEDY

NIM: 105054102070

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H ./ 2010 M.

Page 2: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I )

Disusun oleh :

ERSYAD TONNEDY

NIM: 105054102070

Pembimbing:

Ismet Firdaus, M.Si

NIP: 150411196

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H / 2010 M

Page 3: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan

ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 April 2010

Ersyad Tonnedy

Page 4: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

ABSTRAK

Ersyad Tonnedy

Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh PKPU

Ancaman bencana tidak mengenal waktu dan tempat. Rusaknya infrastruktur, bangunan rumah, hilangnya korban jiwa, harta benda dan mata pencaharian, hingga timbulnya rasa trauma yang membekas adalah gambaran kerugian akibat bencana. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu penanggulangan bencana yang bersifat menyeluruh baik sebelum, pada saat maupun setelah terjadi bencana.

Penulis mengambil judul Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh PKPU karena pada dasarnya penanggulangan bencana merupakan upaya untuk mencegah dan mengurangi dampak bencana dengan tujuan memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman dan kerugian akibat bencana

Berdasarkan UU penanggulangan bencana RI No. 24/ 2007, penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahapan, yaitu tahapan pra bencana (pencegahan; kesiapsiagaan; mitigasi), tanggap darurat dan pasca bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi). Rangkaian tahapan penanganan bencana tersebut merupakan upaya melindungi dan menyelamatkan manusia sebagai sumber daya pembangun, mengembalikan kerugian harta benda dan kerusakan sarana prasarana serta memulihkan kehidupan dan penghidupan masyarakat

Prosedur pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling.

Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 7 orang penerima program dan 3 orang koordinator program (pelaksana program), yaitu Koordinator Rescue, Koordinator Pemberdayaan Ekonomi dan Koordinator divisi Kesehatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini adalah tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU, yaitu pada masa tanggap darurat dengan menurunkan Team Ekspedisi/ SAR, membuat posko bantuan darurat, mengadakan program dapur air, program bersih rumah, program steam gratis dan memberikan beragam paket-paket sumbangan bagi korban Situ Gintung. Pada masa pasca bencana/ recovery yaitu kegiatan rehabilitasi meliputi program trauma healing anak-anak, program tag sale, program wisata keluarga dan program gizi. Kemudian masa rekonstruksi melalui program ekonomi. Sedangkan pada tahapan pra bencana, PKPU tidak ikut terlibat dalam upaya-upaya penanganan bencana. Kemudian faktor pendukung tahapan penanggulangan bencana PKPU yaitu tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, adanya mitra usaha yaitu para donator yang mendukung jalannya program dari segi pendanaan, kemudian mitra kerja yang solid. Faktor penghambatnya yaitu kondisi medan yang berat dan sulitnya akses keluar masuk wilayah bencana akibat lumpur dan material-material lainnya, serta terhalang oleh ribuan orang yang datang melihat, lokasi korban dan pengungsian yang terpencar sehingga agak menyulitkan pelaksanaan program penanggulangan bencana.

Page 5: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

KATA PENGANTAR

Segala puji ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Adil dan Maha Pengasih. Hanya

kepada-Nya kita memuji, memohon ampun dan pertolongan. Hanya dengan inayah-Nyalah

penulis dapat menyelesaikan pendidikan sampai pada tingkat strata satu (S1).

Shalawat serta salam semoga tercurah ke haribaan baginda Rasulullah SAW beserta

keluarganya, sahabat-sahabatnya dan seluruh umatnya sampai akhir zaman yang senantiasa

ikhlas mengikuti sunah-sunah serta jejak perjuangannya.

Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik moril

maupun materiil yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta

para pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Helmi Rustandi, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial

dan sebagai Penguji, terimakasih telah memberikan kritik, saran dan masukan untuk

skripsi yang telah penulis selesaikan.

3. Bapak Ismet Firdaus, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial,

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia membagi waktunya

untuk memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta masukan-masukan berharga

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.A. dan Ibu Wati Nilamsari, M.Si., selaku Dosen Penguji,

penulis mengucapkan terima kasih telah memberikan kritik, saran dan masukan

membangun terhadap skripsi yang telah penulis selesaikan

Page 6: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

5. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta seluruh Civitas Akademika yang

telah membagi wawasan serta keilmuan, juga membimbing penulis selama mengikuti

proses perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Pimpinan Perpustakaan, para staff dan para karyawan, baik perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah maupun perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah

membantu penulis selama menjalani perkuliahan dan khususnya dalam proses

penyelesaian skripsi

7. Para staff dan pengurus PKPU, Bapak Ir. Muhammad Yasin, Bapak Nurzaman, Bapak

Feri, Mba Ida, Mba Nia, Mba Ina dan seluruh pengurus dan staff PKPU yang tidak bisa

disebutkan satu persatu atas kesediaannya memberian kesempatan bagi penulis untuk

mengambil skripsi di PKPU. Kemudian kepada para korban Situ Gintung yang telah

banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibunda “Murni Ainun, S. Pd” dan Ayahanda “Ir. Edison” yang begitu tulus mencintai,

mengerti dan tidak henti-hentinya selalu mengiringkan do’a bagi penulis. Kakakku

tersayang “Erisya Indah Rahmania Tonnedy, S.pt” dan adikku “Ervan Tonnedy” terima

kasih atas dukungan, motivasi dan canda tawanya. Nenek dan Kakek, Nek Mami, Mbah

Putri, Om dan tanteku, bibi, sepupu-sepupuku, de Ria, Harits, Fadel, Bayu, Taufan dan

lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu.

9. Sahabat dan teman-teman seperjuangan di Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial

Angkatan 2005. Kawan-kawan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial angkatan 2003, 2004,

2006, 2007, 2008 terima kasih atas support dan dukungannya.

10. Teman-teman “Capung Community”

11. “Nda” terima kasih atas perhatiannya yang selalu mendukung dan memberikan semangat

bagi penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

12. Keluarga besar Aula Insan Cita HMI

Page 7: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

13. Teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa terima kasih

penulis kepada kalian.

Akhir kata, karena keterbatasan wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis, tentu

banyak kesalahan dan kekhilafan penulis dalam skripsi ini. Selanjutnya penulis ucapkan

terima kasih dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Amin

Ciputat, 20 April 2010

Ersyad Tonnedy

Page 8: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………. i

ABSTRAK……………………………………………………………. ii

KATA PENGANTAR……………………….………………………. iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………. vi

DAFTAR TABEL…………………………………………………… viii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………… ix

DAFTAR LAMPIRAN…………………....……………………… … x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………….……. 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………… 13

D. Metodologi Penelitian…………………………………. 14

E. Sistematika Penulisan………………………………….. 21

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bencana……………………………………………….... 23

1. Pengertian Bencana ……………………………. ….. 23

2. Jenis - Jenis Bencana.................................................. 25

3. Penyebab Bencana………………………….............. 26

4. Dampak - Dampak Bencana………………………... 28

5. Pengelolaan Bencana (Disaster Management)……... 30

6. Tahapan Penanggulangan Bencana……………….... 37

a. Pra Bencana…………………………………….. 40

1) Pencegahan (prevention)……………………. 41

2) Kesiapsiagaan (preparedness)…………….... 43

3) Mitigasi (mitigation)……………………....... 47

b. Tanggap Darurat (response)……………………... 52

c. Pasca Bencana (pemulihan/ recovery)…………... 57

1) Rehabilitasi (rehabilitation)…………….......... 59

2) Rekonstruksi (reconstruction)……………….. 62

BAB III GAMBARAN UMUM PKPU

A. Profil PKPU…………...................................................... 65

1. Sejarah Singkat…………………………………........ 65

2. Visi dan Misi……………………………………..…. 66

3. Tujuan ………………………………………………. 66

4. Nilai Budaya Organisasi……....……………………. 67

Page 9: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

5. Aktivitas Lembaga…………………………………. 67

6. Struktur Lembaga…………………………………... 68

7. Jaringan Kerja……………………………………..... 70

B. Profil Situ Gintung…………………………………....... 70

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Analisis Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh PKPU

….………………………………………….......... 73

1. Pra Bencana…………………………………………. 73

2. Tanggap Darurat…………….……………………..... 74

a. Menurunkan Team Ekspedisi/ SAR...…............... 74

b. Penyediaan Posko Bantuan……………............... 83

c. Program Dapur Air……..…………….................. 86

d. Program Bersih Rumah..……………................... 88

e. Program Steam Gratis………………………....... 91

f. Paket-Paket Sumbangan …..……………………. 93

3. Pasca Bencana (pemulihan/ Recovery)…..…………. 96

a. Rehabilitasi……………………...…………….… 96

1) Program Trauma Healing Anak-Anak……..… 96

2) Program Tag Sale………………….……........ 101

3) Program Wisata Keluarga…………..……....... 105

4) Program Gizi…………………………………. 107

b. Rekonstruksi…………………………………….. 113

1) Program Ekonomi………………………......... 113

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Tahapan Penanggulangan Bencana

Situ Gintung oleh PKPU……………………….

…………………………... 127

1. Faktor Pendukung…………………………………..... 130

2. Faktor Penghambat…………………………………... 130

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………... 111

B. Saran………………………………...………………...... 112

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..... 132

LAMPIRAN

Page 10: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rancangan Penelitian…………………………………... 15

Tabel 2 Siklus Penanganan Bencana……………......................... 40 Tabel 3 Struktur Lembaga PKPU.………………………………. 69 Tabel 4 Aktivitas Team Ekspedisi/ SAR PKPU………………… 83 Tabel 5 Aktivitas Penyediaan Posko Bantuan PKPU…………… 85 Tabel 6 Aktivitas Program Dapur Air PKPU……………………. 87 Tabel 7 Aktivitas Program Bersih Rumah PKPU………………... 90 Tabel 8 Aktivitas Program Steam Gratis PKPU…………………. 92 Tabel 9 Aktivitas Program Trauma Healing Anak PKPU……….. 101

Tabel 10 Aktivitas Program Tag Sale PKPU……………………… 104

Tabel 11 Aktivitas Program Wisata Keluarga……………………... 107

Tabel 12 Aktivitas Program Gizi…………………………………... 111

Tabel 13 Aktivitas Program Ekonomi PKPU……………………… 119

Tabel 14 Rangkuman Analisis Data……………………………..... 121

Page 11: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Jaringan Kerja PKPU………………………………………. 70

Page 12: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Riset/ Penelitian Lampiran 2 Form Assesment Lampiran 3 Pedoman Wawancara Lampiran 4 Transkrip Wawancara Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan

Page 13: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Wilayah Indonesia yang bercirikan kepulauan dan lingkungan alam tropiknya dengan

curah hujan yang cukup tinggi, secara alamiah dapat menyebabkan terjadinya

pembentukan situ, danau atau waduk yang kemudian selain berfungsi sebagai tempat

penampungan dari air hujan, mata air maupun sungai-sungai yang terdapat disekitarnya,

juga dimanfaatkan untuk perairan ladang pertanian, tambak dan tempat wisata alam.

Situ adalah sejenis waduk kecil sebagai wadah genangan air di atas permukaan tanah

atau air permukaan yang terbentuk secara alamiah sebagai siklus hidrologi dan

merupakan salah satu bagian yang juga berperan potensial dalam kawasan lindung.1

Sedangkan waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai

kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun buatan manusia.2

Terjadinya pembentukan situ atau danau baik secara alami maupun buatan, yang

tanpa disadari semakin lama sudah berumur relatif tua namun tidak disertai dengan

adanya pemeliharaan dan perawatan yang memadai, kemudian ditambah dengan

pelanggaran-pelanggaran tata ruang yang terjadi dan telah berlangsung sejak lama, sedikit

demi sedikit menyebabkan kemungkinan akan kerentanan terhadap terjadinya bencana

sangatlah besar. Hingga fenomena bencana jebolnya tanggul situ atau danau di Indonesia

yang sangat berdampak bagi lingkungan sekitarnya menjadi semakin bertambah.

1 Roviky, “Dongeng Seputar Situ-situ di Indonesia,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http://rovicky.wordpress.com/2009/03/30/dongeng-seputar-situ-situ-di-indonesia-beauty-and-the-beast-1/

2 “Waduk,” artikel diakses pada Minggu, 28 Februari 2010 dari http://.wikipedia/waduk. org/

Page 14: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Hasil inventarisasi situ-situ di Jabodetabek oleh BBWS-CC (Balai Besar Waduk dan

Sungai-Ciliwung Cisadane) yang dilakukan tahun 2009, Jabodetabek yang dulunya

memiliki 202 situ kini hanya tinggal 182 situ. Situ-situ yang tersisa pun saat ini cukup

memprihatinkan dan kurang baik, ada pula yang dinyatakan rusak.3 Dengan demikian,

seharusnya menjadi tolak ukur untuk dapat berbuat banyak dalam menjamin keselamatan

warga.4

Wilayah, daerah dan lokasi yang semestinya tidak/ kurang layak dihuni atau

dikembangkan sebagai pemukiman, aktivitas produksi dan industri tanpa memperhatikan

kaidah alam dan perilakunya, serta tidak menggunakan pertimbangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang bijaksana dan tepat, misalnya pada lokasi pinggir danau/ situ, dapat

menimbulkan kerentanan terhadap bencana. Pada akhirnya, aktivitas pembangunan,

industri, produksi, transportasi dan rekreasi untuk tujuan pembangunan sosial, budaya,

politik, hukum dan keamanan yang dapat dilihat betapa semarak dan berpacu tanpa henti-

hentinya tersebut, menjadi kandas dan pudar manakala bencana datang dengan

dahsyatnya.5

Lebih-lebih Indonesia kini termasuk dalam daftar negara paling beresiko bencana

(dilansir Badan Pencegahan Bencana PBB atau United Nations International Strategy for

Disaster Reduction). Dalam daftar ini, negara-negara di Asia mendominasi dan Indonesia

berada diposisi Sembilan (sangat tinggi) bersama Bangladesh, China, India dan

Myanmar. Data disusun berdasarkan bencana sejak tahun 1977 sampai 2009, yang tidak

hanya mengukur resiko bencana, namun juga menunjukan kemampuan negara dan

masyarakat di negara bersangkutan dalam menanggulangi bencana. Tidak mengherankan

3 “Situ Gintung Segera di Bangun Lagi,” Kompas, 18 Mei 2009, h. 7. 4 “Departemen PU Kaji Kondisi Situ di JABOTABEK” artikel diakses pada Sabtu, 20 Maret 2010 dari

http://bbwsciliwungcisadane.com/index.php?option=com_content&task=view&id=136 &Itemid=2 5 Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (Jakarta: Yarsif Watampone,

2006), h. 2-3.

Page 15: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

bila Indonesia oleh masyarakat Internasional dikenal sebagai supermarket bencana,

karena hampir semua jenis bencana ada di Indonesia. Jepang misalnya, masuk dalam

negara beresiko sedang atau medium karena dinilai sangat siap menghadapi bencana jenis

apapun.6

Dalam dasa warsa terakhir pengelolaan bencana semakin bergeser kearah

pemberdayaan komunitas, seperti yang dicanangkan dalam World Conference on Natural

Disaster Reduction di Yokohama pada tahun 1994 mengenai Community-based Disaster

Management. Suatu kesadaran mengenai pentingnya upaya pemberdayaan komunitas agar

memiliki informasi yang memadai, memiliki kewaspadaan yang lebih tinggi, lebih aktif,

serta memiliki kemampuan untuk berkoordinasi dan mendukung pemerintah. Tentunya

bukan hanya sekedar merespon bencana tetapi juga dalam kegiatan mitigasi.7

Melihat banyaknya potensi bencana, sudah seharusnya bangsa Indonesia senantiasa

sadar dan waspada. Bencana sudah seyogyanya dijadikan peristiwa yang membuat kita

patut merenungi dan merefleksi diri bahwa negara kita merupakan wilayah yang hampir

semua bencana exist.8

Ketika terjadinya suatu bencana maka kita berhadapan dengan manusia, sehingga

kondisi serta kebutuhan para korban harus didahulukan dan akhir dari tindakan terlihat

pada hasil yang dinikmati korban. Kebutuhan korban harus dimaknai sebagai menjawab

kebutuhan manusia yang tengah menderita tersebut.9

Terjadinya bencana seolah menagih simpati jiwa kemanusiaan kita untuk

mengaplikasikan nilai-nilai moral. Dengan demikian, suara hati manusia tanpa harus

memandang agama dan kepercayaannya akan bicara mengenai tindakan-tindakan yang

6 “Resiko Tinggal di Negeri Seribu Bencana,” Komunika, Edisi 12/tahun V (Agustus 2009): h. 8. 7 Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (Jakarta: Yarsif Watampone,

2006), h. 92. 8 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 2-3. 9 Abraham Fanggidae, “Soal Nilai Dalam Manajemen Bencana”, artikel diakses pada Selasa, 23 Februari

2010 dari http://www.averroes.or.id/breaking-news/soal-nilai-dalam-manajemen-bencana.htmlZ

Page 16: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

berperikemanusiaan. Begitu banyak manusia yang tunduk pada tuntutan-tuntutan moral

karena menanti surga dan kekhawatiran akan Jahanam dan ancaman siksa. Tentu dalam

hal ini, agama mempunyai peran sebagai pendorong untuk menerapkan nilai-nilai moral.

Dalam kerangka interaksi sosial, aplikasi nilai-nilai moral adalah harga mati yang tak bisa

ditawar lagi karena keadilan dan tatanan sosial bersemayam dalam nilai-nilai moral yang

bertanggungjawab.10 Seperti yang dikatakan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Maidah/ 5: 2) yang

berbunyi:11

��������� � ������ ��������� �� �������� �� !�"#⌧� %��� ���� &'�()*�� +�&�,-�� ���� "./�0123�� ���� "�5�6�78,*�� 9��� �:�;����� <=,>?,*�� +�&�,-�� @��B'C� D⌧/E72 F�;� 'G�HIJK ��LM��/NK�� O �7PQ8�� S�T2�6�"U ���V>�7W/X��72 O ���� 'G�YZ��[&,\7] �@�%0^⌧� �_'�7� @�` 'Gab�K�<X cF� ��def"☺,*�� �_�&�,-�� @�` ���V�B#7h i ���L���"#7h�� k6h� QH�d*,*�� Y.��,8lB*���� � ���� ���L���"#7h k6h� dm,m=n�� @M��/��#,*���� O ���a8Zh���� ���� � Z@Q8 ���� V����⌧� do�78�#,*�� cp

Artinya:

“Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah

saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah amat keras dalam hukuman-Nya.”

Allah SWT menyuruh umat manusia untuk saling membantu, tolong menolong dalam

mengerjakan kabaikan/ kebajikan dan ketaqwaan. Sebaliknya Allah melarang kita untuk

saling menolong dalam melakukan perbuatan dosa dan pelanggaran.

Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendirian namun membutuhkan orang

lain. Tak hanya sebagai teman dalam kesendirian, tetapi juga partner dalam melakukan

10 “Aplikasi Nilai-Nilai Moral Dalam Bencana”, artikel diakses pada Kamis, 25 Februari 2010 dari http://en.search.zorpia.com/murtaufiq/journal/1770283

11 M Said, Tarjamah Al Qur’an Al Karim (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987), h. 368-369.

Page 17: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

sesuatu. Entah itu aktivitas ekonomi, sosial, budaya, politik maupun amal perbuatan yang

terkait dengan ibadah kepada Tuhan. Di sinilah tercipta hubungan untuk saling tolong

menolong antara manusia satu dengan yang lainnya. Allah SWT memberikan rule

(kaidah/ panduan) agar dalam melakukan tolong menolong itu seyogyanya dalam

melakukan hal-hal yang baik, tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah keagamaan

maupun budaya atau norma yang berlaku di masyarakat dimana kita tinggal. Masing-

masing membantu orang lain sesuai dengan kapasitas dan kemampuan.12

Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk biologis, makhluk pribadi dan

makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial atau makhluk yang bermasyarakat, manusia tidak

dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia ada kalanya sehat, sakit senang dan

ada kalanya susah. Kita sangat membutuhkan bantuan orang lain. Jadi adab kepada orang

yang kena musibah adalah membantu atau menolong mereka untuk meringankan

penderitaannya, serta menghiburnya dalam kesusahan. Allah SWT akan senantiasa

menolong hambanya yang suka memberi pertolongan kepada orang lain.13 Sebagaimana

dalam suatu hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda:

(ملسم �اور) �يخأ نوع ىف دبعلا ناك ام دبعلا نوع يف �للاو

Artinya:

“Allah senantiasa akan menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong

saudaranya sendiri.” (H.R Muslim).

Kita harus mencoba memahami setiap musibah yang kita dapatkan. Segala musibah

tersebut terjadi dengan seizin Allah. Manusia memang ditakdirkan tidak pernah lepas dari

ujian. Baik yang sudah diprediksikan ataupun yang datang tiba-tiba seketika. Musibah

12 Ahmad Nurcholish, “Tolong Menolong Dalam Kebajikan”, artikel diakses pada Rabu, 23 Februari 2010 dari http://ahmadnurcholish.wordpress.com/2008/08/27/tolong-menolong-dalam-kebajikan-qs-al-maidah52/

13 Anggit Saputra Dwi Pramana, “Tolong Menolong dalam Kebaikan”, artikel diakses pada Rabu, 23 Februari 2010 dari http://anggitsaputradwipramana.blogspot.com/2009/08/tolong-menolong-dalam-kebaikan.html

Page 18: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

merupakan salah satu cara Allah dalam menilai keimanan seseorang kepada takdir, karena

seorang mukmin yakin bahwa segala sesuatu yang diterimanya adalah ketentuan dari

Allah SWT.14

Sudah selayaknya manusia sebagai salah satu penghuni muka bumi ini untuk

senantiasa merawat, melestarikan serta menjaga bumi ini dari hal-hal negatif yang dapat

merusak alam semesta. Paling tidak dapat mengurangi terjadinya bencana yang

disebabkan oleh ulah tangan-tangan manusia dan kelalaian-kelalaiannya yang berakibat

fatal.15 Peringatan Allah seperti yang dikatakan dalam Al-Qur’an (QS. Ar-Rum/ 30: 41)

yang berbunyi:16

&"\7V V>�<f⌧q,*�� kQ� QH�"*,*�� [&7?,*���� �"☺Qr /=C<f⌧s .����` Z�Z�*�� GV\78�du�u�* �v#r .������ ���#��w⌧x 'GV\��"#7* @��#yz'&� cN

Artinya:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan ulah manusia, supaya

Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka

kembali (ke jalan yang benar).”

Allah dengan segala Kebesaran dan Anugrah-Nya telah memberikan akal budi dan

pikiran kepada manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya di planet

bumi. Manusia sebagai makhluk sosial itulah yang justru cenderung kurang bijaksana

menyikapi dan menyiasati eksistensi alam sebagai habitatnya yang penuh dengan rahasia

dan peristiwa alam, serta berpotensi menimbulkan bencana yang bisa datang dan pergi

tiba-tiba.17

14 “Ujian Bagi Mereka Adalah Ujian Bagi Kita”, artikel diakses pada Rabu, 23 Februari 2010 dari http://mta-online.com/v2/2009/10/02/ujian-bagi-mereka-adalah-ujian-bagi-kita/

15 Agus Mustofa, Menuai Bencana (Surabaya: PADMA press, 2005), h. 236. 16 M Said, Tarjamah Al Qur’an Al Karim (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987), h. 368-369. 17 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 2.

Page 19: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Pada hakekatnya bencana juga merupakan suatu cobaan, peringatan dan ujian dalam

kehidupan manusia didunia. Sebagai suatu alat introspeksi diri serta pelajaran berharga

bagi manusia untuk senantiasa memperbaiki dirinya, karena suatu saat kita pasti akan

kembali kepada-Nya.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT (QS. Al-Anbiyaa/ 21: 35) yang berbunyi:18

K K{�s |J,qL #�78}��7P �G'�"☺,*�� Y

G�s�#�'?L�� QH�(~*��Qr Q�'&7�,-����

������2 � ���,>7*Q8�� @��#"z'&#h c[Q

Artinya:

“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan

keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu

dikembalikan.”

Bagi orang-orang yang menggunakan akalnya dan membuka diri, mereka akan dapat

mengambil hikmah dari berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Hikmah tersebut

akan menjadi pelajaran berharga untuk menghadapi masalah di masa depan, serta

membangun kedekatan dengan Allah sang penguasa kehidupan. Demikian seharusnya

kita menyikapi setiap bencana yang menimpa kita, menimpa sahabat-sahabat kita atau

mungkin sanak famili kita. Hikmah yang terkandung di dalam bencana tentu selalu

memuat beberapa pelajaran agar kita berintrospeksi dan kemudian termotivasi untuk

melangkah kearah yang lebih baik dan produktif. Bagi orang-orang yang berfikir positif,

mereka akan selalu berpendapat bahwa semua ini adalah ujian dan cobaan. Ujian terhadap

keimanan kita dan cobaan bagi kesabaran kita dalam menerima musibah. Karena semua

itu datangnya dari Allah dan kita pun akan kembali pada-Nya.19

18 Said, Tarjamah Al Qur’an Al Karim, h. 293. 19 Mustofa, Menuai Bencana, h. 236-237.

Page 20: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Untuk itu, atas semua musibah dan bencana yang tengah kita alami saat ini,

seharusnya membuat kita mawas diri dan jangan sampai menunggu bencana yang lebih

besar kembali datang memusnahkan kita. Penanggulangan terhadap ancaman bencana

yang tidak mengenal waktu dan tempat, juga memerlukan pengelolaan secara menyeluruh

baik sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana maupun juga pasca terjadinya bencana.

Penanggulangan bencana harus ditangani secara terpadu dan terkoordinasi, serta

menekankan pada upaya penanganan secara sistemik, termasuk kebijakan-kebijakan

sosial terkait. Kebijakan sosial memiliki fungsi preventif (pencegah), kuratif

(penyembuh) dan pengembangan (developmental). Kebijakan sosial adalah ketetapan

yang didesain secara kolektif untuk mencegah terjadinya masalah sosial (fungsi

preventif), mengatasi masalah sosial (fungsi pengembangan) sebagai wujud kewajiban

negara (state obligation) dalam memenuhi hak-hak sosial warganya (Suharto, 2006a).20

Penanggulangan bencana pada hakekatnya merupakan upaya kemanusiaan untuk

melindungi dan menyelamatkan manusia sebagai sumber daya pembangun dari ancaman

bencana. Penanggulangan bencana juga merupakan upaya kegiatan ekonomi yang

bertujuan memulihkan dan mengembalikan kerugian harta benda, kerusakan sarana dan

prasarana, serta kehidupan dan penghidupan masyarakat. 21

Usaha kesejahteraan sosial dengan mengacu pada program penanggulangan bencana

yang secara kongkrit, bertujuan untuk mengembalikan keberfungsian sosial para korban

bencana pada kondisi yang normal dan merupakan suatu tanggung jawab bersama semua

kalangan baik pemerintah, swasta maupun lapisan dan golongan masyarakat lainnya

untuk turut andil dalam proses penanggulangan bencana.

20 Suharto, Kebijakan Sosial; Sebagai Kebijakan Publik, h. 11. 21 Soeladi, Manajemen Bencana Alam Tsunami (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1995), h. 1.

Page 21: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Dalam undang-undang no. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok

kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai berikut:

“Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dan menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia serta kewajiban manusia sesuai dengan falsafah kita, yaitu pancasila”.22

Dalam kondisi bencana, diperlukan upaya penanganan agar dapat menumbuhkan

semangat korban dalam membangun kembali wilayahnya yang telah hancur dengan

partisipasi sosial masyarakat, dimana manusia (warga masyarakat) tidak boleh dipandang

dan diperlakukan sebagai objek pembangunan belaka, namun menjadi subjek terhadap

pembangunan daerahnya sendiri.23 Dengan melaksanakan aktivitas kemanusiaan baik itu

didalam maupun diluar lembaga pelayanan sosial, yang direkat tidak hanya oleh sikap

karitatif atau belas kasihan, melainkan dengan dasar pengetahuan (body of knowledge)

dan keterampilan (body of skill),24 untuk membantu individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat agar berfungsi sosial dalam memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial,

serta dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan sesuai dengan peran dan situasi

sosialnya.25

Hal-hal tersebut diatas dapat diwujudkan melalui pelayanan-pelayanan sosial yang

pada prinsipnya mempunyai tiga unsur utama, yaitu: 1. Pelayanan sosial merupakan

aktivitas profesi pekerjaan sosial bersama dengan profesi lain (bukan monopoli profesi

pekerjaan sosial), 2. Pelayanan sosial ditujukan untuk membantu agar seseorang dapat

mengembangkan diri, tidak bergantung, memperkuat relasi keluarga dan juga

22 Syarif Muhidin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial,1997), h. 5.

23 Jusman Iskandar, Strategi Dasar Membangun Kekuatan Masyarakat (Bandung: KM STKS, 1993), h. 27. 24 Edi Suharto, M.Sc, Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: LSP-STKS, 1997),

h. 392. 25 Siti Napsiyah, Review: Konsep, Sejarah dan Peran Pekerja Sosial (Makalah), h. 1.

Page 22: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

memperbaiki individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, 3. Pelayanan sosial diberikan

agar penerima pelayanan dapat berfungsi sosial dengan baik.26

Selama ini, umumnya banyak diantara kita yang bereaksi hanya pada waktu terjadi

bencana dan setelah itu dilupakan, baru ramai lagi saat terjadi bencana pada waktu dan

lokasi lain. Penanggulangan bencana sesaat (responsive) lebih terlihat dari pada upaya

antisipatif dan pencegahan (preventif) yang cenderung dilupakan.27 Penanggulangan

bencana harus dilakukan baik sebelum, pada saat maupun setelah terjadi bencana. Upaya

ini harus dilakukan secara terus menerus secara bersama, baik oleh pemerintah,

masyarakat serta dunia usaha yang merupakan segi tiga kekuatan yang harus solid dalam

penanggulangan bencana.

Bencana yang terjadi di Indonesia selalu menimbulkan bentuk simpatik dari

masyarakat baik secara nasional maupun internasional dari lembaga pemerintah, swasta,

organisasi-organisasi, partai politik dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).28 Kini

semakin banyak lembaga-lembaga terkait yang concern dan aware terhadap masalah

penanggulangan bencana, yang diwujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk usaha

kesejahteraan sosial melalui berbagai program-program pelayanan sosial yang konkrit

(jelas).

PKPU sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional yang telah melakukan berbagai misi

kemanusiaan baik didalam maupun luar negeri, tetap konsisten dan kontinyu menjalankan

aksi-aksi kemanusiaannya. Bencana jebolnya tanggul Situ Gintung yang menyebabkan

terjadi banjir bandang beberapa waktu silam juga tak luput untuk ditangani. Beragam

rangkaian aksi program-program penanggulangan bencana untuk para korban bencana

26 Soetarso, MSW, Kesejahteraan Sosial, Pelayanan Sosial dan Kebijakan Sosial (Bandung: Koprasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1993), h. 103.

27 “Resiko Tinggal di Negeri Seribu Bencana,” Edisi 12/tahun V, h. 8. 28 Dedi Gunawan, “Upaya Pekerja Sosial dalam Menumbuhkan Semangat Membangun Kembali

Masyarakat Korban Bencana Gempa Bumi di Klaten (Jawa Tengah) pada Tahap Rehablitasi,” (Skripsi S1 Institut Imu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, 2007), h. 2.

Page 23: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Situ Gintung digulirkan oleh PKPU secara bertahap dari awal terjadinya bencana hingga

proses pasca bencana/ recovery.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka kemudian mendorong

penulis untuk melakukan pembahasan dan penelitian secara lebih mendalam mengenai

“Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung Oleh PKPU.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan penulis dalam hal ilmu pengetahuan, waktu, dana dan

demi terfokusnya pikiran, maka peneliti membatasi masalah penanggulangan bencana

(disaster management) Situ Gintung pada “Tahapan Penanggulangan Bencana Situ

Gintung oleh PKPU.”

2. Perumusan Masalah

1.) Apa saja tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU untuk Situ

Gintung?

2.) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam tahapan penanggulangan

bencana Situ Gintung oleh PKPU ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana bentuk aplikasi tahapan penanggulangan bencana

Situ Gintung oleh PKPU dilaksanakan.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam program

penanggulangan bencana Situ Gintung oleh PKPU.

Page 24: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah khasanah

ilmu pengetahuan bagi semua pihak dan juga diharapkan dapat menjadi

sumbangan pemikiran serta masukan bagi lembaga yang bergerak dalam bidang

penanggulangan bencana (disaster management).

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan masukan

bagi masyarakat secara umum dan tentunya dapat menambah wawasan bagi

penulis.

D. Metodologi Penelitian

1. Unit Analisa

Pencatatan data penelitian ini menggunakan sampel yang bertujuan menjaring

informasi dari berbagai sumber. Teknik yang digunakan untuk penentuan subyek

dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling dimana informan dipilih

berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat

dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.29 Menurut

Neuman konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana

memilih informan atau situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi yang

mantap dan terpercaya mengenai elemen-elemen yang ada. Tidak ada ketentuan baku

29 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan

Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63.

Page 25: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

tentang jumlah informan minimal yang harus dipenuhi pada suatu penelitian

kualitatif.30

Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis adalah keterwakilan unsur dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana oleh PKPU, yaitu 7 orang dari para korban

bencana Situ Gintung sebagai wakil dari unsur penerima/ peserta program. Kemudian

3 orang koordinator program, yaitu Koordinator Rescue, Koordinator Pemberdayaan

Ekonomi dan Koordinator Divisi Kesehatan sebagai unsur dari pemberi/ pelaksana

program.

Tabel 1 : Rancangan Penelitian

No. Informan Informasi yang dicari Jumlah

1. Koordinator Divisi Program

Perihal Program Penanganan Bencana untuk Situ Gintung, Faktor pendukung dan penghambat program

3 orang

2. Penerima Program (Korban Situ Gintung)

Perihal pelayanan sosial yang diterima 7 orang

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses

menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek,

dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis

maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-

30 Lawrence W. Neuman. Social Research Methods: Qualitative dan Quantitative Approaches (Needham Heights: Allyn & Bacon, 2000), h. 20-21.

Page 26: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi

yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.31

Kemudian menurut Bagdon dan Taylor dalam Syamsir menjelaskan bahwa

metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.32

Oleh sebab itu, penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk

menggambarkan tahapan-tahapan program yang dilakukan PKPU dalam upaya

melakukan penanggulangan bencana bagi para korban jebolnya tanggul Situ Gintung.

3. Sumber Data

a. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari partisipan atau sasaran

penelitian. Data primer yang penulis gunakan adalah observasi dan interview atau

wawancara langsung kepada semua unsur terkait penyelenggaraan program.

b. Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diperoleh dari berbagai

sumber dan literatur, buku-buku, internet juga beragam sumber atau tulisan-

tulisan lainnya terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Seperti laporan

praktikum Penanggulangan Bencana Situ Gintung PKPU dan brosur PKPU.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah melalui:

a. Observasi

Yaitu pengamatan langsung pada suatu objek yang diteliti. Dimana penulis

melakukan pengamatan secara langsung, memperhatikan secara akurat, mencatat

31 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h. 209.

32 Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 30.

Page 27: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

fenomena yang muncul dan mempertimbangkan antar aspek dari hasil rangkaian

tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU untuk korban bencana

Situ Gintung.

b. Interview atau wawancara

Yaitu suatu alat pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa

jenis data.33 Wawancara yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data dari

berbagai narasumber. Alat yang digunakan dalam pencatatan data berupa alat tulis

dan tape recorder. Pencarian data dengan metode ini sangatlah penting untuk

mendapatkan berbagai informasi mengenai tahapan penanggulangan bencana Situ

Gintung oleh PKPU.

c. Dokumentasi

Yaitu suatu cara memperoleh data yang tidak diperoleh dengan observasi dan

interview, namun dengan melakukan penelusuran data melalui telaah buku,

majalah, surat kabar, jurnal, sumber internet, laporan hasil praktikum

penanggulangan bencana Situ Gintung PKPU dan sumber lain terkait dengan

masalah yang sedang diteliti.

5. Teknik Analisis Data

Setelah terkumpulnya data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan

permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melakukan analisis terhadap data

dan informasi tersebut. Dalam menulis data tersebut penulis menggunakan analisis

deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara sistematis, faktual

dan akurat yang disertai dengan petikan hasil wawancara.

33 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 49.

Page 28: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Nasir mengemukakan bahwa analisa data merupakan bagian yang sangat penting

dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi data dan

makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.34

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Data-data kualitatif

dari hasil wawancara mendalam yang berupa kalimat-kalimat atau pernyataan

pendapat atau sikap tersebut, dianalisa dan diinterpretasikan untuk mengetahui makna

yang terkandung didalamnya dan memahami keterikatan dengan permasalahan yang

sedang diteliti.

Data kualitatif dari hasil wawancara, observasi langsung dan dokumentasi,

selanjutnya disusun dalam catatan lapangan. Kemudian diringkas dan dipilih hal-hal

yang penting dan pokok, dikategorikan serta disusun secara sistematis dengan

mengacu pada perumusan masalah dan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan

penelitian ini.

6. Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria, yaitu:

a. Kredibilitas dengan teknik triangulasi, yaitu memeriksa keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain.35 Misalnya membandingkan keadaan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. Kemudian juga

membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini

penulis melakukan perbandingan wawancara dari informan satu ke informan lain

dan juga melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi yang penulis

lakukan.

34 Mohammad Nasir D, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h. 405. 35 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 330.

Page 29: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

b. Ketekunan/ keajegan pengamatan, dengan maksud menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Dengan kata lain peneliti hanya memusatkan jawaban sesuai dengan rumusan

masalah saja. Dalam teknik keabsahan ketekunan ini, penulis melakukan

pengamatan hanya kepada masalah yang sedang diteliti yaitu tahapan

penanggulangan bencana Situ Gintung oleh PKPU.

7. Pedoman Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti menggunakan

teknik penulisan berdasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang

diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta, 2007.

8. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan perbandingan, maka penulis memaparkan beberapa skripsi sebagai

berikut:

1) Dalam skripsi yang berjudul: Upaya Pekerja Sosial dalam Menumbuhkan

Semangat Membangun Kembali Masyarakat Korban Bencana Gempa Bumi di

Klaten (Jawa Tengah) pada Tahap Rehablitasi.

Di susun oleh : Dedi Gunawan

Univ/ Prog Studi : Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta/

Kesejahteraan Sosial

Lulus : 1428 H/ 2007 M

Page 30: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi saya, adapun letak perbedaannya antara

lain:

a. Subjek dan objeknya: subjek skripsi ini adalah pekerja sosial di wilayah

Klaten (Jawa Tengah) dan objeknya adalah kegiatan rehabilitasi yang

dilaksanakan untuk korban bencana gempa bumi di Klaten (Jawa Tengah).

b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsinya yaitu, Pertama: Bagaimana

proses rehabilitasi untuk korban bencana gempa bumi di Klaten (Jawa

Tengah)? Kedua: Bagaimana kontribusi pekerja sosial dalam menumbuhkan

semangat membangun kembali masyarakat korban bencana gempa bumi di

Klaten (Jawa Tengah)?.

Dengan melihat skripsi diatas, maka skripsi saya berbeda materi yang dibahas,

yaitu tentang: “Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh PKPU”.

Adapun masalah yang penulis bahas adalah:

a. Apa saja tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU untuk Situ

Gintung ?

b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam tahapan penanggulangan

bencana Situ Gintung oleh PKPU ?

9. Teknik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan oleh UIN

Jakarta Press Tahun 2007.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini berdasarkan sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Page 31: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori

Pengertian Bencana, Jenis-Jenis Bencana, Penyebab Bencana, Dampak-

Dampak Bencana, Pengelolaan Bencana (Disaster Management), Tahapan

Penanggulangan Bencana meliputi tahap Pra bencana yaitu Pencegahan

(prevention); Kesiapsiagaan (preparedness); Mitigasi (mitigation), Tanggap

Darurat (response), Pasca Bencana (Pemulihan/ recovery) yaitu Rehablitasi

(rehabilitation) dan Rekonstruksi (reconstruction).

BAB III Gambaran Umum PKPU

Sejarah Berdiri, Visi dan Misi, Tujuan, Nilai Budaya Organisasi, Aktivitas

Lembaga, Struktur Lembaga, Jaringan Kerja dan Profil Situ Gintung.

BAB IV Temuan dan Analisis

Analisis Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh PKPU, Analisis

Faktor Pendukung dan Penghambat Program Penanggulangan Bencana Situ

Gintung oleh PKPU.

BAB V Penutup

Kesimpulan dan Saran.

Page 32: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

BAB II

LANDASAN TEORI

B. Bencana

1. Pengertian Bencana

Istilah bencana dapat diartikan sebagai sesuatu yang menimbulkan kesusahan,

kerugian, penderitaan, malapetaka, kecelakaan dan mara bahaya.36 Bencana

merupakan kejadian yang luar biasa, diluar kemampuan normal seseorang

menghadapinya, menakutkan dan juga mengancam keselamatan jiwa. Akibatnya,

berbagai bangunan penting hancur, korban jiwa berjatuhan dan mempengaruhi

kondisi psikologis dari mereka yang terkena dampak bencana.37

Bencana adalah keadaan yang mengganggu kehidupan sosial ekonomi masyarakat

yang disebabkan oleh gejala alam atau perbuatan manusia. Bencana dapat terjadi

36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 100.

37 Nani Nurrachman, ed., Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam

(Jakarta, LPSP3 Fakultas psikologi UI, 2007), h. 3.

Page 33: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

melalui proses yang panjang atau situasi tertentu dalam waktu yang sangat cepat tanpa

adanya tanda-tanda.38 Bencana merupakan sumber kesulitan dan kemalangan yang

potensial untuk sementara waktu, menjerumuskan kelompok-kelompok tertentu ke

bawah garis kemiskinan. Bencana dapat menimbulkan kehilangan jiwa, rumah dan

aset, mengganggu peluang penghidupan, pendidikan dan penyelenggaran pelayanan-

pelayanan sosial, menggerogoti tabungan dan menciptakan masalah-masalah

kesehatan, seringkali dengan konsekuensi-konsekuensi yang berjangka panjang.39

Bencana merupakan gangguan atau kekacauan pada pola normal kehidupan.

Gangguan atau kekacauan ini biasanya hebat, terjadi tiba-tiba, tidak disangka-sangka

dan wilayah cakupan cukup luas. Dampak kepada manusia seperti kehilangan jiwa,

luka-luka dan kerugian harta benda. Dampak ke pendukung utama struktur sosial dan

ekonomi seperti kerusakan infrastruktur berupa sistem jalan, air bersih, listrik,

komunikasi dan pelayanan penting lainnya.40

Dalam UU RI No. 24/ 2007 dikatakan bahwa bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau non-alam maupun faktor

manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.41

Dengan demikian, maka dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pengertian bencana yaitu suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang dapat

menimbulkan ancaman dan gangguan terhadap keberfungsian suatu masyarakat

38 Deny Hidayati, Panduan Siaga Bencana Berbasis Mayarakat (Jakarta: LIPI Press. Vol. 8 no. 1, 2005), h. 65.

39 ProVention Consortium Secretariat, Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Resiko Bencana:

Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan (Yogyakarta: Circle Indonesia, 2007), h. 40.

40 Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (Jakarta: Yarsif Watampone, 2006), h. 67.

41 Sentosa Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana (Bandung: Nuansa Aulia, 2009), h. 10.

Page 34: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

melebihi batas kemampuannya, sehingga mengakibatkan kerusakan, kerugian serta

penderitaan bahkan sampai jatuhnya korban jiwa, baik terjadi karena alam ataupun

non-alam (seperti oleh manusia) ataupun karena faktor keduanya.

C. Jenis - Jenis Bencana

Dalam UU RI No. 24/ 2007 berdasarkan jenis dan klasifikasinya, bencana yang

terjadi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Bencana Alam :

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,

banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

b. Bencana non-Alam :

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam

yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah

penyakit.

c. Bencana Sosial :

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa karena

manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas

masyarakat dan terror.42

Sedangkan jenis bencana menurut UU No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air

yaitu banjir, erosi dan sedimentasi, tanah longsor, banjir lahar dingin, tanah ambles,

perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologoi dan fisik air, terancam punahnya

jenis tumbuhan dan satwa, wabah penyakit, intrusi, perembesan dan kekeringan.

Kemudian dalam Disaster Management Handbook, jenis bencana yaitu gempa bumi,

42 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 11.

Page 35: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

letusan gunung berapi, tsunami, angin topan, banjir, tanah longsor, kebakaran,

kekeringan, wabah/ epidemik, kecelakaan besar, kerusuhan massal.43

Bencana yang menimbulkan ancaman dan kerugian bagi umat manusia, juga dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: geologi (gempa bumi, tsunami, longsor, gerakan

tanah), hidro-meteorologi (banjir, topan, banjir bandang, kekeringan), biologi

(epidemi, penyakit tanaman, hewan), teknologi (kecelakaan transportasi, industri),

lingkungan (kebakaran, kebakaran hutan, penggundulan hutan), sosial (konflik,

terrorisme).44

D. Penyebab Bencana

Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua yaitu alam dan manusia (dapat juga

karena faktor keduanya). Secara alami bencana akan selalu terjadi di muka bumi,

misalnya tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda dari langit ke

bumi, tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu yang relatif lama sehingga

menimbulkan bencana kekeringan atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi di

suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor. Bencana oleh aktivitas

manusia adalah terutama akibat eksploitasi alam yang berlebihan, alih tata guna lahan

meningkat, pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan kebutuhan pokok dan non-

pokok meningkat, kebutuhan infrastrukturpun meningkat.45 Bencana yang

dikarenakan ulah manusia, antara lain dapat pula disebabkan oleh gencarnya

43 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 5. 44 “Pengantar Bencana,” artikel diakses pada Jum’at, 07 Agustus 2009 dari http://www.pirba.hrdp-

network.com/e5781/e5795/e5809/e14422/eventReport14449/pengantar bencana(FILEminimizer).ppt 45 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 68.

Page 36: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

pembangunan fisik terutama di kota, yang tidak atau kurang memperhatikan aspek

kelestarian dan keseimbangan alam.46

Salah satu hal yang sangat penting dalam pengelolaan bencana adalah penegakan

hukum (law enforcement). Peraturan perundangan telah banyak diterbitkan, namun

pada implementasinya sering dilanggar. Pelanggaran tidak diikuti dengan sanksi

maupun hukuman yang tegas walaupun sudah dinyatakan dalam aturan. Sehingga ada

istilah yaitu low law enforcement.47

Proses penggunaan lahan yang terus-menerus, lama kelamaan dapat menimbulkan

gerakan masa. Gerakan masa yang dapat menimbulkan bencana adalah gerakan masa

yang terjadi pada daerah yang berpenghuni, sehingga menimbulkan resiko kerugian

terhadap harta maupun jiwa. Penggunaan lahan bersifat dinamis, mempunyai

kecenderungan merubah faktor-faktor topografi, keadaan tanah, batuan dan vegetasi

alam, sehingga dapat mengganggu stabilitas.48

BAKORNAS PBP (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan

Pengungsi) dalam “Panduan Pengenalan Karakter Bencana dan Upaya Mitigasi di

Indonesia” menjelaskan empat faktor utama yang dapat menimbulkan terjadinya

bencana, yaitu kekurangan pemahaman terhadap karakteristik bahaya (hazard), sikap

atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya alam

(vulnerability), kurangnya informasi atau peringatan dini (early warning) yang

menyebabkan ketidaksiapan dan ketidakmampuan/ ketidakberdayaan dalam

menghadapi ancaman bahaya.49

46 Warto dkk, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otonomi

Daerah (Yogyakarta: Departemen Sosial RI, 2003), h. 11. 47 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 93. 48 Sutikno, dkk., “Dampak Penggunaan Lahan Terhadap Bencana Alam Akibat Gerakan Massa Tanah/

Batuan di Daerah Temanggung, Jateng” (Laporan Penelitian Fakultas Geologi Universitas Gajah Mada, 1992), h. 10.

49 A.B. Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan

Bencana (Jakarta: PT Aksara Grafika Pratama, 2006), h. 3.

Page 37: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

E. Dampak - Dampak Bencana

Dampak bencana yaitu pengaruh atau segala sesuatu yang terjadi akibat bencana.

Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana adalah kematian, luka-

luka, kerusakan, kehilangan dan kehancuran harta benda, sumber mata pencaharian

dan hasil pertanian, gangguan proses produksi, gangguan gaya hidup, kehilangan

tempat tinggal, kerusakan infrastruktur, gangguan sistem pemerintahan, kerugian

ekonomi, dampak psikologi, dll.50

Dampak bencana bervariasi tergantung pada kondisi, kerentanan lingkungan dan

masyarakat.51 Namun seiring dengan berjalannya waktu, dampak bencana secara fisik

perlahan teratasi dengan berbagai program bantuan dari berbagai organisasi, baik

pemerintah maupun LSM. 52

Para korban selamat saat terjadi bencana mengalami persoalan dalam penyesuaian

diri terhadap kondisi fisik, psikologis dan sosial yang ada setelah terjadinya bencana.

Seringkali kondisi tersebut memunculkan konflik batin bagi korban yang

bersangkutan untuk bisa menerima kenyataan bahwa kondisi kini sudah tidak seperti

dulu.53 Bencana sebagai suatu pengalaman traumatik, karena dalam waktu sekejap

perubahan di lingkungan dan diri sendiri terjadi secara sangat bermakna.54

Secara sederhana trauma bermakna pukulan atau luka yang mengacu pada

pengalaman-pengalaman mengagetkan dan menyakitkan, bahkan mengancam nyawa

50 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 146. 51 Hidayati, Panduan Siaga Bencana Berbasis Mayarakat, h. 65. 52 Nurrachman, Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam, h. 11. 53 Saru Arifin, “Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban Bencana Alam (Studi Kasus di Kabupaten

Bantul, Yogakarta),” (Laporan Penelitian Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2008), h. 5. 54 Nurrachman, Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam, h. 4.

Page 38: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

yang memukul dan menimbulkan luka, dimana situasinya melebihi situasi sulit yang

dialami manusia sehari-hari pada kondisi wajar.55

Reaksi terhadap trauma tidak dapat disamaratakan antara seseorang dengan

lainnya. Demikian pula dengan faktor yang melatarbelakangi perbedaan seseorang

dalam reaksi trauma. Sifat pengalaman traumatik, ciri/ kualitas diri seseorang yang

mengalami dan ada/ tidak adanya dukungan sosial juga mempengaruhi reaksi

seseorang terhadap trauma yang dialami.56

Bencana juga merupakan salah satu faktor besar yang dapat menghambat lajunya

pembangunan nasional. Dalam pembangunan terdapat fungsi-fungsi pembangunan,

dimana fungsi tersebut mempunyai tugas yang harus dilaksanakan yaitu peningkatan

pertumbuhan ekonomi (economic growth), perawatan masyarakat (community care)

dan pengembangan manusia (human development).57 Semua fungsi pembangunan

tersebut dapat terhambat atau bahkan hilang apabila terjadi suatu bencana. Bencana

juga merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan

masyarakat. Untuk itu, berbagai unsur terkait harus menjadikan pengurangan resiko

bencana sebagai prioritas pembangunan nasional, sehingga bencana dapat dicegah

atau paling tidak dapat dikurangi dampaknya.58

F. Pengelolaan Bencana (Disaster Management)

Manajemen bencana membahas tentang bagaimana mengelola resiko bencana.

Meliputi persiapan, pemberian dukungan dan pembangunan kembali masyarakat

ketika bencana terjadi. Manajemen bencana adalah sebuah proses yang berkelanjutan

55 Kristi poerwandari, “Psikologi Korban Pasca Bencana,” Jurnal Perempuan no. 40, Maret 2005, h. 47. 56 Ibid., h. 38. 57 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refia Aditama, 2005), h. 5. 58 Syamsul Maarif, SIP, M.Si. “Indonesia Supermarket Bencana,” Komunika, Edisi 12/tahun V (Agustus

2009): h. 9.

Page 39: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

dimana setiap individu, kelompok dan masyarakat mengelola bahaya dalam sebuah

usaha untuk menghindari dan mengatasi pengaruh bencana sebagai akibat dari

bencana tersebut. Manajemen bencana adalah sebuah proses yang terus-menerus

dimana pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sipil merencanakan dan mengurangi

pengaruh bencana, mengambil tindakan segera setelah bencana terjadi dan mengambil

langkah-langkah untuk pemulihan. Prinsip manajemen bencana adalah bagaimana

mengatasi keterbatasan manusia dalam memprediksi dan menghadapi bencana, yang

kemudian dituangkan dalam strategi dan kebijakan dalam mengantisipasi, mencegah

dan menangani bencana melalui tahapan penanggulangan bencana.59

Ada beberapa substansi yang perlu dalam filosofi pengelolaan bencana, meliputi:

1. Bencana memberi dampak mulai yang sangat kecil sampai ke yang sangat besar,

tergantung dari antara lain jenis bencana, luas area yang terkena, land-use.

2. Kerugian baik jiwa maupun materi (harta) dialami oleh semua lapisan masyarakat,

stakeholders maupun pemerintah

3. Penanggung jawab utama pengelolaan bencana ada di Pemerintah yang berperan

dominan sebagai enabler

4. Pemerintah dibantu oleh stakeholder terkait.60

Pengelolaan bencana adalah suatu proses terpadu yang mempromosikan

koordinasi pengembangan dan pengelolaan bencana juga pengelolaan aspek lainnya

yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam rangka mengoptimalkan

kepentingan ekonomi dan kesejahteraan sosial dan untuk meningkatkan tindakan-

59 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 10.

60 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 21.

Page 40: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

tindakan (measures) yang terorganisir dan sistematis terkait dengan preventif,

mitigasi, persiapan, respon darurat dan pemulihan.61

Pengelolaan bencana dapat dikelompokan dalam 3 elemen penting, yaitu the

enabling environmental, peran-peran institusi (institutional roles) dan alat-alat

manajemen (management instruments).62

1. Enabling Environmental

Sebagai suatu pengkondisian yang memungkinkan terjadi terhadap hal-hal

utama atau substansi pokok yang membuat pengelolaan dilakukan dengan cara-

cara, strategi dan langkah-langkah ideal yang tepat sehingga tercapai tujuan

pengelolaan bencana yang optimal. Ada 3 hal substansi di dalam pengkondisian

tersebut, yaitu kebijakan, kerangka kerja legislatif dan finansial.

a. Kebijakan, Visi dan Misi

Pengelolaan bencana harus dibuat sesuai dalam tahapan siklus pengelolaan

bencana mulai dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Kebijakan

ditetapkan oleh pemerintah yang dapat dimengerti dan diterima oleh semua

lapisan masyarakat. Secara makro hal-hal yang perlu diakomodir dalam

penentuan kebijakan diantaranya:

1. Pengelolaan bencana harus dilihat dari multi aspek meliputi: teknik, sosial-

budaya, ekonomi, hukum, kelembagaan dan politik.

2. Semua stakeholder harus terlibat dengan masing-masing peran sebagai

pengelola bencana yang meliputi: penyedia pelayanan (service provider),

pengatur (regulator), perencana (planner), organisasi pendukung (support

organization), pelaksana kegiatan, pemakai (user) dari hasil pelaksanaan

61 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 79.

62 Ibid, h. 105.

Page 41: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

dari rencana tindak dan penerima dampak bencana baik langsung maupun

tidak langsung.

3. Keterkaitan kebijakan pengelolaan bencana dengan kebijakan-kebijakan

lainnya

4. Kebutuhan biaya untuk pengelolaan bencana

b. Kerangka kerja legislatif

Adalah kebijakan tentang bencana yang diterjemahkan dalam aspek

hukum. Perlu adanya peraturan perundangan tentang bencana sebagai acuan

hukum. Kerangka legislatif ini berperan sebagai rambu-rambu yang harus

dipatuhi oleh semua pihak.

1. Reformasi peraturan yang ada

a. Kerangka kerja institusi, meliputi peran legal dan tanggung jawab dari

institusi, interelasi antar institusi dan para pihak lainnya yang sesuai

dengan fungsi-fungsi penyedia pelayanan, pengatur, perencana,

pelaksana, organisasi pendukung dan pemakai (user).

b. Mekanisme para pihak untuk berpartisipasi dalam pengelolaan bencana

c. Mekanisme penyelesaian konflik

2. Peraturan tentang bencana

RUU tentang bencana telah disusun oleh DPR RI yang terdiri dari 10

bab dan 72 pasal.

3. Penegakan hukum

Salah satu hal yang sangat penting dalam pengelolaan bencana adalah

penegakan hukum. Peraturan perundangan telah banyak diterbitkan namun

sering dilanggar. Pelanggaran tidak diikuti dengan sanksi maupun

hukuman yang tegas.

Page 42: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

c. Finansial

Pembiayaan untuk pengelolaan bencana meliputi semua biaya untuk

kegiatan struktural maupun non-struktural, baik yang berskala kecil, skala

kabupaten, skala propinsi maupun skala nasional. Substansi pentingnya adalah

menyangkut waktu terjadi bencana sesuai dengan siklus tahapan

penanggulangan bencana yaitu pada masa pra bencana, saat bencana dan pasca

bencana. Aspek-aspek finansial yang harus dikaji meliputi proses anggaran,

pengelolaan finansial, pengertian biaya, penentuan manfaat, hubungan

manfaat-biaya, ekonomi publik.

2. Peran Institusi

a. Penciptaan kerangka kerja organisasi-bentuk dan fungsi

Pengelolaan bencana adalah kompleks dan saling ketergantungannya sangat

tinggi, maka dalam kelembagaan perlu dibuat organisasi lintas batas, baik

secara nasional, propinsi maupun kabupaten kota. Untuk institusi nasional

resmi dan legal yang menangani adalah Bakornas PBP (Badan Koordinasi

Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi) yang bersifat

non struktural dan bertanggung jawab langsung pada Presiden.

b. Para pihak pengelolaan bencana

Meliputi unsur pemerintah (enabler), perguruan tinggi, lembaga swadaya

masyarakat (LSM), sukarelawan/ti (volunteer), swasta/ investor, kontraktor,

konsultan, masyarakat. Pada prinsipnya pihak-pihak ini dikelompokan menjadi

5 group, yaitu: pengatur (regulator), perencana (planner), pemakai (user),

organisasi pendukung (support organizations), penyedia pelayanan (service

provider).

Page 43: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

c. Institutional Capacity Building

Adalah semua usaha usaha dan upaya untuk melatih, mendidik, mengajar,

mengembangkan kemampuan dan kecakapan sumber daya manusia.

Tujuannya agar sumber daya manusia dapat lebih efektif dan efisien bekerja di

bidangnya, dapat bekerja sama dan menjalin komunikasi secara lebih baik

dengan sumber daya manusia dibidang lainnya dalam konteks pengelolaan

bencana.

1) Kapasitas pengelolaan

Diperlukan pendidikan, pelatihan dan pengajaran yang sistematis baik

untuk jangka pendek, menengah dan panjang termasuk juga situasi dan

kondisi normal maupun darurat.

2) Kapasitas pengaturan

Building capacity yang menonjolkan keterampilan daripada alih ilmu

pengetahuan dapat dipakai untuk meningkatkan penampilan organisasi

yang terstruktur termasuk dalam organisasi pengelolaan bencana. Pelatihan

dapat meliputi pelatihan manajemen, pemberdayaan sumber daya manusia,

tindakan-tindakan terapan dalam pengelolaan bencana, pengenalan

bencana spesifik dan pengelolaannya.

3) Berbagai (Alih) ilmu pengetahuan

Karena bencana dapat dialami oleh semua orang maka pengertian alih

pengetahuan dan teknologi perlu dibuat secara tersistem dan terfokus

kepada SDM yang menerimanya. Dapat saja alih ilmu ini untuk substansi-

substansi yang canggih dan modern sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan namun perlu juga dilakukan transfer teknologi yang sederhana

dan tepat guna.

Page 44: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

3. Alat-alat manajemen atau instrument-instrumen pengelolaan

Instrumen-instrumen pengelolaan bencana meliputi:

1. Analisis penilaian bencana

Terkait pemahaman tentang kebencanaan oleh para pihak. Analisis meliputi

kuantitas dan kualitas terhadap potensi bencana. Terkait dengan pertumbuhan

penduduk dan ekonomi, tata guna lahan, keseimbangan antara keberlanjutan

ekologi, ekonomi dan sosial, otonomi daerah, perpaduan sistem alam dan

sistem manusia, proses terjadinya, lokasi kejadian, penyebarannya, daerah

rawan, dll.

2. Perancangan dan perencanaan pengelolaan bencana terpadu

Pengelolaan bencana (disaster management) harus menyeluruh dan terpadu dan

merupakan proses, harus kontinyu dan bukan tindakan periodic (sesaat). Unsur

manajemennya antara lain: manusia (SDM), alam (SDA), infrastruktur,

institusi, keuangan, kebijakan, legalitas dan kemampuan pengelolaan.

3. Instrument perubahan sosial

Meliputi pendidikan, pelatihan, komunikasi, partisipasi dan kepedulian

4. Pengendalian perencanaan tata guna lahan dan perlindungan alam

Penentuan zona khusus dari pemakaian tanah dilarang, peraturan pembangunan,

standar aplikasi daerah konservasi dan suaka alam, peraturan pembuangan

sampah,dll.

5. Pengalihan dan pengelolaan data dan informasi

Meliputi sistem informasi, penyelenggaraan dan materi informasi, jaringan

informasi, penyelenggaraan informasi, pembagian data dan alih teknologi.

G. Tahapan Penanggulangan Bencana

Page 45: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Pengertian kata tahapan dapat diartikan sebagai suatu tingkatan ataupun jenjang.63

Sedangkan pengertian penanggulangan adalah suatu proses, perbuatan dan cara

menanggulangi.64 Penanggulangan bencana menurut UU RI No. 24/ 2007 adalah

serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko

timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan

rekonstruksi.65

Upaya penanggulangan bencana merupakan usaha berkelanjutan yang

direncanakan dan dikoordinir untuk mereduksi atau meminimalisir dampak suatu

bencana dengan tujuan agar masyarakat daerah rawan bencana merasa aman dalam

melakukan aktivitas sehari-hari, namun tetap mengerti dan memahami betul kondisi

lingkungannya sehingga selalu waspada.66

Penanganan bencana berangkat dari keterbatasan manusia dalam memprediksi dan

menghadapi bencana. Jadi pengertian ini justru berangkat dari sikap bahwa bencana

tidak sepenuhnya dapat dikendalikan.67

Para pihak yang terlibat untuk pengelolaan bencana meliputi unsur-unsur

pemerintah (enabler), perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM),

sukarelawan/ti (volunteer), swasta/ investor, kontraktor, konsultan, masyarakat dan

lain-lain. Pemerintah dibantu stakeholders lainnya sebagai mitra dalam pengelolaan

bencana secara terpadu. Para pihak dapat memberikan kontribusi sesuai dengan peran

masing-masing, mulai dari jauh sebelum bencana, saat bencana dan pasca bencana.68

63 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 884 64 Ibid., h. 898. 65 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 10. 66 Herryal Z. Anwar, “Penanggulangan Bencana di Daerah Rawan Bencana,” dalam Kompas, 20 Februari

2003, h. 9. 67 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h.

3. 68 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 105.

Page 46: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Penanggulangan bencana tidak dapat dilaksanakan dengan mengandalkan suatu

instansi saja, melainkan mutlak diperlukan adanya kerja sama antar instansi. Karena

sebagai suatu sistem kerja sama, disini dapat secara langsung bersama-sama

menangani proyek tertentu. Namun juga dapat secara partial yaitu tidak langsung,

dimana saling melengkapi untuk penanggulangan bencana yang terjadi di suatu

daerah.69

Prinsipnya, manajemen bencana adalah bagaimana mengatasi keterbatasan

manusia dalam memprediksi dan menghadapi bencana, yang kemudian dituangkan

dalam strategi dan kebijakan dalam mengantisipasi, mencegah dan menangani

bencana.70

Sehingga tahapan penanggulangan bencana dapat diartikan sebagai suatu proses

berjenjang dan berkelanjutan yang bertujuan untuk meminimalisir dampak suatu

bencana, melalui serangkaian kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,

rehabilitasi dan rekonstruksi, agar terciptanya suatu kondisi yang aman namun tetap

waspada terhadap bencana. Berikut tabel tahapan penanggulangan bencana:

Tabel 2: Siklus Penanganan Bencana

69 Soeladi, Manajemen Bencana Alam Tsunami (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1995), h. 9.

70 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 18.

Saat Pra Bencana

Pasca Bencana

PENCEGAHAN

MITIGAS

TANGGAP DARURAT

REHABILITASI REKONSTRUKSI

KESIAPSIAGAAN

Page 47: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

(Sumber: Depkes, 2007)

Jadi manajemen bencana bukanlah hanya sekedar memberikan pertolongan

kepada korban yang terkena bencana seperti yang selama ini dipahami. Penanganan

bencana harus dilakukan jauh sebelum bencana terjadi dan juga setelah terjadinya

bencana.71 Berikut tahapan penanggulangan bencana, yang meliputi kegiatan pra

bencana (pencegahan, kesiapsiagaan, mitigasi), tanggap darurat dan pasca bencana/

pemulihan (rehabilitas, rekonstruksi):

d. Pra Bencana

Bencana hampir seluruhnya datang mendadak, oleh karena itu perlu

mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan apabila terjadi musibah. Apalagi

pada daerah yang tidak terduga akan terjadi bencana, karena tidak termasuk

daerah rawan bencana sebab sudah puluhan atau ratusan tahun tidak pernah ada

bencana didaerah tersebut.72

Persiapan menghadapi bencana yaitu berbagai kegiatan yang dipersiapkan

untuk menghadapi kemungkinan timbulnya bahaya dari bencana.73 Untuk itu

dalam masa pra bencana, dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

4) Pencegahan (prevention)

71 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 9.

72 Soeladi, Manajemen Bencana Alam Tsunami, h. 44. 73 Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otonomi Daerah, h.

12.

Page 48: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Pencegahan bencana menurut UU RI No. 24/ 2007 adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko

bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan

pihak yang terancam bencana.74 Fungsi pencegahan (prevention) disini adalah

mengidentifikasi penyebab-penyebab maupun akibat-akibat yang ditimbulkan

lebih dini. Dengan demikian beberapa tindakan dapat dilakukan untuk

meminimalisir kemungkinan tejadinya bencana.75

Tindakan pencegahan (prevention) menurut UU RI No. 24/ 2007, meliputi:

a. Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau

ancaman bencana.

b. Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang

secara tiba-tiba dan berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana.

c. Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan berangsur

berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana.

d. Pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup.

e. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.76

Dari penjelasan diatas, pencegahan bencana dapat diartikan sebagai suatu

upaya untuk mengelola dan mengidentifikasi penyebab-penyebab maupun

akibat-akibat bencana terhadap sumber-sumber yang berpotensi menjadi

sumber ancaman bencana, dengan tujuan agar dapat mengurangi atau

menghilangkan resiko bencana. Upaya pencegahan/ prevention yaitu seperti

pengelolaan dan perawatan tanggul, pengerukan endapan situ/ danau, kelola

tata kota.

74 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 12. 75 “Banjir,” artikel diakses pada jum’at, 16 Oktober 2009 dari http://climatecoolnetwork.n

ing.com/profilesnblogs/ banjir-1 76 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 28.

Page 49: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Namun dalam pelaksanaannya, berbagai permasalahan dalam pencegahan

bencana pada umumnya yaitu:

a. Terbatasnya dana dan biaya.

b. Prioritas nasional yang lain.

c. Aspek politik (kadang terjadi masalah bencana yang kurang populer atau

tidak menarik dari sudut pandang poitik, sehingga tidak dilakukan upaya-

upaya pengelolaan secara terpadu). Umumnya pencegahan bencana

menjadi perhatian yang besar dan yang penting tatkala bencana sudah

terlanjur terjadi.

d. Masalah pembangunan.

e. Keseimbangan pengelolaan bencana alam dengan pengelolaan yang lain.

f. Pandangan tradisional yang sudah melekat (sulit melakukan perubahan).

g. Pandangan bahwa program pengelolaan bencana adalah proyek

pemerintah semata.77

5) Kesiapsiagaan (preparedness)

Kesiapsiagaan (preparedness) menurut UU RI No. 24/ 2007 adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian dan langkah yang tepat guna serta berdaya guna.78

Kesiapsiagaan juga merupakan setiap aktivitas sebelum terjadinya bencana

yang bertujuan untuk mengembangkan kapabilitas operasional dan

memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi.79

77 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 142. 78 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 11. 79 “Disaster Management,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http://

www.siagabencana.lipi.go.index/i php?q=node/17

Page 50: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Tindakan kesiapsiagaan (preparedness) menurut UU RI No. 24/ 2007,

meliputi:

a. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana.

b. Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistem peringatan dini.

c. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar.

d. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan gladi tentang mekanisme

tanggap darurat.

e. Penyiapan lokasi evakuasi.

f. Penyusunan data akurat, informasi dan pemutakhiran prosedur tetap

tanggap darurat bencana.

g. Penyediaan dan penyimpanan bahan, barang dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.80

Mitigation dan preparedness adalah aktivitas yang beririsan. Mitigasi/

mitigation dan juga planning (perencanaan) adalah elemen utama dalam

preparedness. Pendidikan kesiapsiagaan bencana dilakukan sebagai bagian

dari mitigation yang otomatis juga merupakan bagian dari preparedness.

Ragam pendidikan yang dilakukan dapat berupa konsep-konsep pencegahan

bencana ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Baik di sekolah dasar,

menengah hingga tinggi. Dapat melalui training untuk siswa, guru ataupun

karyawan sekolah. Materinya dapat berupa peningkatan ketrampilan

menghadapi bencana (emergency response skill) ataupun perencanaan

menghadapi bencana (disaster preparedness planning). Bagi masyarakat

umum, dapat berupa penyuluhan secara reguler ataupun melaksanakan latihan

pencegahan bencana (disaster drill) secara rutin yang melibatkan unsur

80 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 29.

Page 51: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

masyarakat umum, LSM, pemerintah, lembaga kesehatan, pemadam

kebakaran, palang merah, angkatan bersenjata hingga pekerja kantor dan para

profesional.81

Dengan demikian, kesiapsiagaan (preparedness) dapat diartikan sebagai

suatu upaya yang tepat guna dan berdaya guna menghadapi bencana, melalui

penyusunan perencanaan yang efektif dalam mengantisipasi bencana. Lingkup

preparedness ini seperti pemberian training emergency response, pelatihan

komunikasi dan koordinasi antar lembaga terkait untuk saling memberikan

bantuan seperti peralatan, informasi, personil dan bantuan keuangan selama

terjadinya bencana.

Sistem peringatan dini (early warning system) sebagai bagian dari

kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan pemberian tanda peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya

bencana di suatu tempat.82 Karena pada prinsipnya, dapat bencana tersebut

diatas/ dicegah lebih dini sehingga tidak perlu mengorbankan begitu banyak

harta benda dan jiwa yang tak ternilai harganya.

Beberapa contoh sistem peringatan dini yang dapat digunakan, seperti:

a. Alat pengukur curah hujan otomatis antara hulu dan poros bendungan,

yang akan mengirimkan data ke komputer pusat/ server (komunikasi/

pengiriman datanya bisa melalui radio/ seluler/ lainnya). Komputer pusat

akan mengolah dan menganalisa data, jika ada sesuatu parameter/ nilai

yang melewati ambang dan dianggap bahaya, maka komputer pusat secara

otomatis akan memberikan peringatan/ warning dan menyebarkan

informasinya ke pejabat-pejabat terkait (ke handphonenya misalnya),

81 “Disaster Management.” 82 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 11

Page 52: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

instansi-instansi terkait maupun ke posko-posko dan masyarakat yang

berkepentingan dengan adanya alarm tanda bahaya.83

b. Mengadopsi teknologi georadar dan geolistrik. Georadar dapat memantau

kondisi ketebalan sedimentasi waduk atau situ hingga kedalaman 5 meter,

sedangkan dengan geolistrik bisa hingga kedalaman 100 meter.

c. Memasang jaring penyelamatan.

d. Sirene yang bisa didengarkan masyarakat sekitar.84

e. Memasang alat deteksi longsor yang ditanamkan sebagai pengukur tingkat

kejenuhan air.85

f. Penyediaan “informasi satu menit” (atau kurang), dengan lebih

menitikberatkan pada penyebaran informasi lewat Internet, yang cocok

untuk negara yang sudah memiliki tingkat pemakaian Internet tinggi dan

ini merupakan solusi alternatif yang lebih murah dan berbasis pada

khalayak pemakai teknologi informasi.86

3. Mitigasi (mitigation)

Mitigasi (penjinakan) yaitu segala kegiatan yang bertujuan memperkecil

kerugian yang timbul akibat peristiwa bencana, terutama terhadap jiwa raga

manusia, harta benda dan berbagai bangunan.87

83 Imam Marzuki Shofi, “Belajar dari Situ Gintung, Perlu Sistem Realtime Peringatan Dini Bahaya Jebolnya Bendungan”, artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http://imamshofi.wordpress.com/2008/11/25/sistem-pemantau-curah-hujan-dengan-memanfaatkan

-teknologi-layanan-komunikasi-bergerak/ 84 MH Habib Shaleh, “Sekar Langit akan dipasangi Sistem Peringatan Dini,” artikel diakses pada Selasa, 23

Februari 2010 dari http://suaramerdeka.com/v1/ind ex.php/read/news/2010/02/15 /47084/Sekar-Langit-akan-Dipasangi-Sistem-Peringatan-Dini 85 Nugroho, “Faktor Curah Hujan hanya Pemicu.” 86 Ikhlasul Amal, “Sistem Peringatan Dini Bencana Alam,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010

dari http://direktif.web.id/arc/2006/05/sistem-peringatan-dini 87 Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otonomi Daerah, h.

15.

Page 53: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Mitigasi (mitigation) menurut UU RI No. 24/ 2007 adalah serangkaian

upaya untuk mengurangi dan meminimalkan risiko serta dampak bencana,

baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana.88

Tindakan mitigasi (mitigation) menurut UU RI No. 24/ 2007, meliputi:

a. Pelaksanaan penataan tata ruang.

b. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan

c. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan. 89

Isu utama dalam mitigasi, yaitu :

a. Sasaran mitigasi: tentukan dampak terbesar

Prinsip utama dalam mitigasi adalah menyelamatkan jiwa dan harta.

Skala bencana dan jumlah korban yang mungkin ditimbulkan adalah

alasan utama yang mendasari pentingnya mitigasi.

b. Mengurangi bahaya atau kerawanan

Perlindungan terhadap ancaman terjadinya bencana dapat dicapai

dengan menyingkirkan penyebab ancaman ataupun dampaknya

(mengurangi tingkat kerawanannya). Misalnya kebijakan penetapan

Rencana Umum Tata Ruang (RUTR).

c. Peralatan, “Power” dan Anggaran

Pengurangan resiko bencana perlu dibangun melalui serangkaian

aktivitas yang dilakukan bersama. Misalnya, pemerintah dapat

memanfaatkan berbagai peralatan dan wewenang yang dimilikinya dalam

banyak cara untuk menjamin keselamatan masyarakat.

88 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 11. 89 Ibid., h. 30.

Page 54: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

d. Timing

Kebijakan mitigasi sering dikatakan penerapannya sebelum terjadinya

bencana. Kenyataannya, waktu yang paling tepat untuk

mengimplementasikan kebijakan mitigasi adalah setelah terjadinya

bencana. Kesadaran masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan akibat

bencana menjadi tinggi dan kemauan politik untuk melaksanakannya

biasanya sedang tinggi. Misalnya, pembangunan sistem peringatan dini

(early warning system).90

Rangkaian aktivitas yang dapat dimanfaatkan untuk merancang

serangkaian mitigasi bencana yang tepat adalah: 91

1. Engineering

Mengacu kepada “memperkuat” fasilitas melawan kekuatan bahaya.

Teknik-teknik bangunan tahan bencana adalah kebijakan bersifat defensif

yang paling penting untuk menghasilkan struktur engineering yang lebih

kuat.

2. Perencanaan tata ruang

Dampak ancaman bencana dapat dikurangi secara signifikan bila

pemanfaatan area atau daerah yang berbahaya sebagai daerah pemukiman

dapat dihindari.

3. Kebijakan ekonomi

Ekonomi yang kuat adalah perlindungan yang terbaik terhadap

bencana. Ekonomi yang kuat berarti lebih banyak dana yang akan

dibelanjakan untuk bangunan yang lebih kokoh, tempat-tempat yang aman

90 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 32.

91 Ibid., h. 38.

Page 55: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

dan cadangan keuangan yang lebih besar dalam berurusan dengan

bencana.

4. Manajemen dan institusionalisasi mitigasi bencana

Institusionalisasi mitigasi bencana bertujuan untuk mengurangi resiko

bencana sebagai hal penting yang harus selalu berlanjut. Agar dapat

bertahan untuk jangka waktu yang cukup panjang terhadap perubahan

politik dan perubahan prioritas anggaran, seperti adanya BAKORNAS

PBP.

5. Kemasyarakatan

Mitigasi bencana hanya akan efektif bila terdapat kesadaran dalam

masyarakat bahwa memang hal tersebut benar-benar diperlukan.

Sebaliknya jika kesadaran ini rendah, proses mitigasi tidak akan berjalan

mulus. Dibutuhkan kesadaran masyarakat akan potensi bahaya dan siap

mendukung usaha yang bersifat protektif.

Dengan demikian, mitigasi (penjinakan) dapat diartikan sebagai suatu

upaya mengurangi dan meminimalkan risiko serta dampak bencana melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana. Baik melalui pembuatan dan perkuatan

bangunan-bangunan fisik maupun non fisik-struktural melalui peraturan/

perundangan dan pelatihan.

Kebijakan mitigasi dapat dikalisifikasikan dalam beberapa cara:

1. Aktif dan pasif

Untuk kebijakan yang aktif, pemerintah mendorong tindakan yang

diharapkan dengan memberikan insentif. Untuk kebijakan yang bersifat

Page 56: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

pasif, pemerintah mencegah tindakan yang tidak diharapkan dengan

menggunakan pengendalian dan hukuman.

2. Struktural dan non struktural

Mitigasi struktural melibatkan kebijakan yang bersifat fisik, dengan

cara memanfaatkan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk

pencegahan banjir, bangunan tahan gempa, memberikan tambahan sistem

perkuatan tanggul ataupun sistem peringatan dini (early warning system).

Sedangkan kebijakan non-struktural lebih bersifat non teknis seperti

legalitas, asuransi, sosialisasi dan arahan yang tepat tentang potensi risiko

bencana yang mungkin terjadi. Kebijakan mitigasi, baik yang bersifat

struktural maupun non struktural harus saling mendukung antara satu

dengan yang lainya.92

3. Jangka pendek dan jangka panjang

Kebijakan jangka pendek adalah kebijakan yang diambil dengan cepat

dan dampaknya sangat singkat. Kebijakan jangka panjang memakan waktu

yang lama dan memerlukan waktu, seperti merubah perilaku masyarakat

melalui pendidikan.

4. Restriktif dan insentif

Kebijakan restriktif adalah kebijakan untuk meningkatkan keselamatan

dengan melarang pembangunan proyek-proyek tertentu. Kebijakan insentif

menyediakan atau memberikan insentif keuangan, hukum dan insentif

lainnya yang mendorong proses mitigasi.93

92 “Bencana Situ Gintung,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http://www.christianpost.co.id/society/nation/20090329/4687/walhi- bencana-situ-gintung-akibat-arogansi/index.html

93 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 41.

Page 57: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Mengurangi resiko bencana juga dapat dilakukan dengan memelihara,

mengelola serta memperhatikan aspek lingkungan secara bijaksana, sehingga

dapat menjamin generasi mendatang agar dapat menjalani kehidupan yang

layak. Penurunan kualitas lingkungan akibat ulah manusia yang semena-mena

adalah sumber dari berbagai macam bencana.94

e. Tanggap Darurat (response)

Penanganan saat terjadi bencana adalah semua kegiatan yang dilakukan ketika

bencana melanda, yang tujuannya adalah menyelamatkan korban manusia (jiwa-

raga) dan harta benda. Meliputi kegiatan evakuasi korban ke tempat penampungan

sementara, penyelenggaraan dapur umum, distribusi atau penyaluran bantuan

dalam bentuk pangan, sandang, obat-obatan, bahan bangunan, peralatan

ekonomis-produktif (seperti alat pertanian dan pertukangan) serta uang sebagai

modal awal hidup pasca bencana, pendataan korban dan jumlah kerugian material

(harta benda).95

Dalam UU RI No. 24/ 2007 dikatakan bahwa tanggap darurat bencana adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat terjadinya bencana

untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.96

Tindakan tanggap darurat (response) menurut UU RI No. 24/ 2007, meliputi:

1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya.

2. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.

3. Pemenuhan kebutuhan dasar.

4. Perlindungan terhadap kelompok rentan.

94 Ibid., h. 46. 95 Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otnomi Daerah, h.

12. 96 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 11.

Page 58: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

5. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.97

Tindakan respon (biasanya) terjadi dalam kondisi yang tidak normal,

misalnya: lokasi yang sulit dijangkau, kebutuhan alat berat yang besar namun

dengan transportasi jalan yang tak memadai (akses jalan sulit), cuaca yang tidak

menguntungkan, kondisi lahan bangunan yang bisa saja belum stabil, trauma dan

kepanikan masyarakat yang terkena bencana dan bisa menjadi potensi gangguan

tindakan respon. Yang termasuk tindakan pertolongan yaitu pencarian dan

penyelamatan (search and rescue/ SAR), pemenuhan kebutuhan dasar (basic

needs) bagi para korban seperti penampungan (shelter) sementara, air, bahan

makanan dan kesehatan.98

Rencana darurat harus dibangun untuk disesuaikan dengan konteks dimana

rencana darurat itu beroprasi, yang mencakup komunikasi, search and rescue,

mengkoordinasikan tugas-tugas emergency, sektor transportasi, kesejahteraan

sosial, kesehatan dan tenaga medis, polisi dan keamanan, militer dan tenaga

sukarelawan.99 Relawan adalah mereka yang bergerak dibidang kesejahteraan

sosial, tetapi bukan berasal dari (lulusan) atau tidak mendapatkan pendidikan

khusus dari sekolah pekerjaan sosal ataupun ilmu kesejahteraan sosial.100

Fase tanggap darurat yaitu dimana pemerintah bersama-sama masyarakat

melakukan langkah tanggap darurat, termasuk diantaranya mengumumkan status

bencana. Kemudian melakukan penyelamatan dokumen-dokumen negara,

menyediaan informasi kepada publik mengenai korban bencana, melakukan

prosesi pemakaman korban meninggal, menyediakan posko informasi,

97 Ibid., h. 31. 98 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 149. 99 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h.

76. 100 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Jakarta: FISIP UI Press, 2004),

h. 53.

Page 59: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

menyediakan rumah sakit darurat, melakukan koordinasi antar lembaga terkait,

masyarakat dan instansi pemerintah.101

Berkaitan dengan kebutuhan, ada 3 macam kebutuhan yang meningkat akibat

bencana. Pertama, kebutuhan yang bersifat materi seperti makanan, pakaian,

tempat tinggal, obat-obatan dan uang. Kedua, kebutuhan yang bersifat sosial

seperti teman, sahabat, keluarga, masyarakat. Ketiga, kebutuhan yang bersifat

psikologis seperti perhatian, penghargaan, rasa aman, cinta kasih dan pandangan

hidup.102

Selain itu, keberadaan para kelompok rentan (vulnerable group) juga harus

menjadi prioritas utama dalam penanganan koban pada situasi bencana.103

Kelompok rentan yang dimaksud ialah bayi/ balita dan anak-anak, ibu yang

sedang mengandung atau menyusui, penyandang cacat dan lansia.104

Jangka waktu masa tanggap darurat beragam sesuai dengan besar kecilnya

skala bencana, umumnya adalah 2 (dua) minggu sampai dengan 1 (satu) bulan

setelah terjadinya bencana dan dapat diperpanjang berdasarkan keputusan dari

Presiden/ Kepala Daerah.105

Dengan demikian, tanggap darurat (response) dapat diartikan sebagai suatu

upaya penanganan segera saat terjadi bencana berupa penyelamatan (korban jiwa

dan harta benda), kegiatan evakuasi korban, pendataan (jumlah korban dan

kerugian) dan pemenuhan kebutuhan dasar untuk menangani dampak buruk yang

101 Arifin, “Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban Bencana Alam (Studi Kasus di Kabupaten Bantul, Yogakarta),” h. 7.

102 Nurrachman, Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam, h. 4. 103 Arifin, “Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban Bencana Alam (Studi Kasus di Kabupaten

Bantul, Yogakarta),” h. 5. 104 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 33. 105 “Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman

Penggunaan Dana Siap Pakai,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:DHf0roEnOEMJ:bnpb.go.id/website/documents/produk_hukum/perkaBNPB/Pedoman%2520DSP.pdf+standar+jangka+waktu+masa+tanggap+darurat&hl=id

Page 60: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

ditimbulkan akibat bencana. Dengan cara merespon yang berbeda setiap kondisi

darurat atau bencana, tergantung dari skala kejadiannya maupun jenis bencana

yang terjadi. Kualitas penanggulangan darurat, akan sangat bergantung pada

kualitas persiapan yang dilakukan.

Beberapa prinsip rencana darurat yaitu sebagai suatu proses yang

berkelanjutan, usaha untuk mengurangi ketidakpastian dalam situasi darurat,

mendorong tindakan sesegera mungkin, berdasarkan kepada apa yang mungkin

akan terjadi, berdasarkan pengetahuan dan fleksibel agar bisa disesuaikan dengan

berbagai macam situasi.106

Pemerintah perlu membuka peluang seluas-luasnya bagi partisipasi seluruh

komponen masyarakat.107 Karena dalam upaya penanganan segera setelah

terjadinya bencana, ciri gotong royong dan azas kekeluargaan yang dimiliki oleh

penduduk atau masyarakat Indonesia dapat dengan cepat memobilisasi bantuan

baik berupa tenaga sukarela maupun material.

Penyebab lambannya upaya penanggulangan bencana pada tahap tanggap

darurat, seperti bantuan logistik yang seharusnya sudah didistribusikan ke daerah

yang tertimpa bencana menumpuk di mana-mana, tidak ada upaya alternatif atas

kehancuran fisik dan sarana, lemahnya koordinasi dan pengorganisasian, tidak

adanya data yang memadai mengenai jumlah korban, pos-pos pengungsian serta

jenis bantuan yang diperlukan.108 Bantuan yang disalurkan dari berbagai fihak ke

lokasi bencana umumnya agak sulit dilakukan karena di lokasi bencana tidak

tersedia fasilitas cukup untuk penyimpanan bantuan, misalnya gudang, dapur

106 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 86.

107 Ibid., h.13. 108 M. Djazuli Ambri, “Efektifitas Penanggulangan Bencana oleh Bulan Sabit Merah Indonesia (Kasus

Bencana Gempa dan Tsunami Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2004-2005),” (Tesis Program Studi Kajian Ketahanan Nasional UI, 2008), h. 6.

Page 61: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

umum, balai kesehatan dan lokasi distribusi bantuan, dsb.109 Selain itu, belum

seluruh provinsi terbentuk BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah),

Satkorlak PB tingkat provinsi dan Satlak PB tingkat kabupaten/ kota adalah bukan

organisasi struktural yang tidak mempunyai anggaran, personil serta peralatan

yang cukup karena hanya bersifat kepanitiaan saja.110

Tindakan respon memang jelas sangat diperlukan, tetapi terdapat kesepakatan

diantara para praktisi bahwa penanganan bencana yang efektif terletak pada

penyusunan dan implementasi kebijakan mitigasi. Sehingga fase penyelamatan

korban dapat menjadi indikator gagalnya kebijakan proses mitigasi (mitigation).111

Kemudian tindakan respon juga harus mempertimbangkan dan

memperhitungkan sequence selanjutnya yaitu tindakan pemulihan (recovery).

Dengan kata lain, respon harus mendapatkan hasil yang optimal sehingga dapat

menjadi pendukung untuk tindakan pemulihan.112

f. Pasca Bencana (Pemulihan/ recovery)

Bantuan kemanusiaan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah segala bentuk

kegiatan yang dilaksanakan setelah terjadinya bencana, untuk secara berurut

menyelamatkan nyawa manusia dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang

mendesak, memulihkan kegiatan normal dan memulihkan infrastruktur fisik serta

pelayanan masyarakat, pembangunan hunian sementara, penyebaran informasi

109 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 45.

110 Ir. Soetrisno, “Paradigma Responsif Sesaat Harus Diubah,” Komunika, Edisi 6/ Tahun V (April 2009): h. 8.

111 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana, h. 81.

112 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 148.

Page 62: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

publik, pendidikan kesehatan dan keselamatan, rekonstruksi, program konseling

dan studi mengenai dampak ekonomi yang ditimbulkan.113

Proses transfer tindakan respon ke tindakan pemulihan ini perlu dilakukan

karena situasi dan kondisi yang berbeda dari tindakan respon dan tindakan

pemulihan. Saat respon, maka tindakan harus cepat, urgent, darurat (jangka waktu

sangat pendek). Sedangkan situasi dan kondisi pemulihan, jangka waktu bisa

menengah maupun panjang.114

Pemulihan harus didukung oleh penilaian (assesment) tentang penyebab dan

dampak kerusakan yang akurat, serta perancangan dan implementasian kebijakan

mitigasi yang lebih baik.115

Penilaian dampak bencana (disaster asessment) adalah proses penghitungan

dampak bencana terhadap masyarakat. Prioritas utama adalah menentukan

kebijakan secepatnya untuk menyelamatkan dan mempertahankan kondisi

kesehatan korban yang jiwanya masih dapat tertolong. Prioritas kedua adalah

mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan untuk memfasilitasi dan

mempercepat pemulihan. Penilaian ini memperhitungkan kerugian langsung

maupun tidak langsung dan juga pengaruh yang ditimbulkan. Penilaian juga

mencakup rekomendasi yang berkaitan dengan perbaikan, rekonstruksi, usaha

pemulihan kegiatan ekonomi. Penilaian (asessment) harus direncanaan dan

dikelola dengan hati-hati. Serangkaian aktivitas yang dilakukan harus

direncanakan dengan detil.116

113 ProVention, Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Resiko Bencana: Catatan Panduan bagi

Lembaga-Lembaga yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan, h. 212. 114 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 149. 115 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana,

h. 115. 116 Ibid., h. 120.

Page 63: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Pemulihan (recovery) menurut UU RI No. 24/ 2007 adalah serangkaian

kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang

terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana dan

sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi.117

Fase jangka pendek merupakan aktivitas awal untuk pembersihan, juga

merupakan fase dimulainya perencanaan secara cermat dan teliti dalam fase

pemulihan (recovery) untuk jangka waktu yang lebih panjang.118

Dengan demikian, pemulihan/ recovery merupakan suatu upaya

memfungsikan kembali kegiatan, infrastruktur fisik, prasarana dan sarana (jalan,

listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll) serta pelayanan masyarakat melalui upaya

rehabilitasi dan rekonstruksi, dengan jangka waktu bisa menengah maupun

panjang.

3) Rehabilitasi (rehabilitation)

Rehabilitasi (memampukan kembali) adalah kegiatan yang tujuannya

memulihan kembali kemampuan baik kondisi fisik, psikis maupun kondisi

sosial masyarakat yang terkena bencana. Kegiatan rehabilitasi ini mencakup:

a. Bersifat fisik, misalnya pembenahan batas-batas pekarangan antar

ketetanggaan, perfungsian kembali lahan pekarangan atau perkebunan,

penggarapan kembali sawah dan ladang pertanian.

b. Bersifat non fisik, misalnya kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial

tentang kesetiakawanan dan kegotongroyongan, usaha kesejahteraan sosial

dan kesiapan mental psikologis apabila menghadapi bencana.119

117 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 12. 118 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster Management di Negeri Rawan Bencana,

h. 132.

Page 64: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Rehabilitasi menurut UU RI No. 24/ 2007 adalah perbaikan dan

pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat untuk normalisasi

semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah

pascabencana.120

Tindakan rehabilitasi (rehabilitation) menurut UU RI No. 24/ 2007,

meliputi:

a. Perbaikan lingkungan daerah bencana.

b. Perbaikan prasarana dan sarana umum.

c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.

d. Pemulihan sosial psikologis.

e. Pelayanan kesehatan.

f. Pemulihan sosial ekonomi budaya.

g. Pemulihan keamanan dan ketertiban.

h. Pemulihan fungsi pemerintahan.

i. Pemulihan fungsi pelayanan publik.121

Rehabilitasi juga mencakup:

a. Melakukan pembersihan puing-puing dan pemugaran rumah-rumah yang

masih dapat digunakan serta bangunan-bangunan lainnya.

b. Penyediaan rumah atau penampungan sementara sejauh yang dibutuhkan.

c. Pemberian rehabilitasi fisik dan psikologis kepada masyarakat korban

bencana yang mengalami penderitaan serta traumatik akibat bencana.

d. Peletakan dasar bagi tindakan rekonstruksi, antara lain penggantian

bangunan dan infrastruktur yang hancur akibat bencana.122

119 Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otonomi Daerah, h. 12.

120 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 11. 121 Ibid., h. 33.

Page 65: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Fase rehabilitasi seperti membuka posko pusat krisis, mengambil alih

pengasuhan anak-anak korban bencana, menyediakan sarana dan prasarana

hiburan bagi korban bencana yang masih hidup.123

Dengan demikian, rehabilitasi (memampukan kembali) dapat dikatakan

sebagai suatu upaya mengembalikan kemampuan baik kondisi fisik, psikis

maupun kondisi sosial masyarakat pasca terjadinya bencana melalui

perbaikan-perbaikan dan pelayanan-pelayanan sosial. Kegiatannya meliputi

perbaikan rumah, fasilitas umum dan fasilitas sosial, pemulihan trauma pasca

bencana dan mulai menghidupkan kembali roda perekonomian.

4) Rekonstruksi (reconstruction)

Rekonstruksi (perbaikan kembali) yaitu kegiatan perbaikan dan

perfungsian kembali, baik kondisi fisik maupun kondisi sosial masyarakat

yang tertimpa bencana. Meliputi:

a. Bersifat fisik, misalnya pembangunan kembali seperti semula rumah

penduduk, gedung sekolah, tempat ibadah dan jalan yang putus ataupun

jembatan yang rusak.

b. Bersifat non fisik, yaitu kegiatan yang bersifat penyembuhan mental

psikologis para korban bencana. Misalnya bimbingan kerohanian dan

penyelengaraan konsultasi.124

122 Dedi Gunawan, “Upaya Pekerja Sosial dalam Menumbuhkan Semangat Membangun Kembali Masyarakat Korban Bencana Gempa Bumi di Klaten (Jawa Tengah) pada Tahap Rehablitasi,” (Skripsi S1 Institut Imu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, 2007), h. 30.

123 Arifin, “Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban Bencana Alam (Studi Kasus di Kabupaten Bantul, Yogakarta),” h. 30.

124 Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otonomi Daerah, h. 12.

Page 66: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Rekonstruksi menurut UU RI No. 24/ 2007 adalah pembangunan kembali

semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik

pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama yaitu

tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,

tegaknya hukum dan ketertiban masyarakat dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat pada wilayah pascabencana.125

Perlu didesain sebuah sistem pengembangan ekonomi bagi para korban

bencana yang bertumpu pada semangat kewirausahaan, dengan memanfaatkan

semaksimal mungkin potensi lokal yang dimiliki daerah. Oleh sebab itu,

pemberian bekal keterampilan untuk mengolah potensi lokal harus dilakukan

dan segera menghentikan pemberian bantuan yang bersifat karitatif. Karena

pemberian bantuan karitatif dalam jangka waktu lama hanya akan membuat

para korban menjadi tergantung dan tidak mandiri.126 Misalnya melalui usaha

mikro-kecil yaitu suatu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, termasuk

diantaranya sektor informal serta usaha keci tradisional yang menghidupi

sebagian besar masyarakat. Tujuan usaha mikro adalah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan menumbuhkan kapasitas serta kapabilitas untuk

tatanan masyarakat secara luas.127

Langkah-langkah dalam rekonstruksi juga meliputi pembangunan tanggul/

bendungan penahan/ pengendali sedimen, perkuatan tebing, penghijauan dan

125 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 12. 126 Arifin, “Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban Bencana Alam (Studi Kasus di Kabupaten

Bantul, Yogakarta),” h. 7. 127Adriani S. Soemantri, “Psikologi Korban Pasca Bencana,” Jurnal Perempuan no. 40, Maret 2005, h. 83.

Page 67: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

juga penyempurnaan kurikulum di sekolah-sekolah, peninjauan kembali tata

ruang kawasan.128

Sedangkan tindakan rekonstruksi (reconstruction) menurut UU RI No. 24/

2007, meliputi:

a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana.

b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.

c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.

d. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

e. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang

lebih baik dan tahan bencana.

f. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia

usaha dan masyarakat.

g. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.

h. Peningkatan fungsi pelayanan publik.

i. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.129

Dengan demikian, rekonstruksi (perbaikan kembali) dapat diartikan

sebagai suatu upaya pemulihan secara menyeluruh baik kondisi fisik maupun

kondisi sosial masyarakat yang tertimpa bencana melalui program jangka

menengah dan jangka panjang dengan sasaran utama yaitu tumbuh dan

berkembangnya segala aspek kehidupan bermasyarakat yang sama atau lebih

baik dari sebelumnya baik ekonomi, hukum, sosial dan budaya.

128 Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otonomi Daerah, h. 15.

129 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 34.

Page 68: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Masing-masing tahapan dalam upaya penanggulangan bencana tidak dapat

dipisah-pisah secara nyata (ketat dan kaku), tetapi diantara tahapan tersebut saling

berhubungan dan bergantung.130

130 Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otonomi Daerah, h. 15.

Page 69: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Lembaga PKPU

1. Sejarah Singkat

Peristiwa krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 mempengaruhi kondisi

perekonomian bangsa dan rakyat Indonesia. Menyikapi krisis yang berkembang (17

September 1998), sejumlah anak-anak muda melakukan aksi-aksi sosial disebagian

besar wilayah Indonesia seperti kegiatan sembako murah, kesehatan gratis,

penyuluhan gizi, konsultasi keluarga dan lain-lain.

Menindak lanjuti aksi-aksi tersebut, mereka kemudian menggagas entitas

kepedulian publik yang bisa bergerak secara sistematis dan independent. Maka pada

10 Desember 1999 lahirlah lembaga sosial bernama PKPU yang tumbuh menjadi

LSM Islam professional.

Dalam perkembangannya, PKPU menyadari bahwa potensi dana ummat yang

berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqah sangat besar. Sebagai negara berpenduduk

muslim terbesar di dunia, Indonesia dapat mengoptimalkan dana ZIS-nya untuk

memberdayakan masyarakat miskin.

Pada tanggal 8 Oktober 2001, PKPU mendapat pengukuhan sebagai Lembaga

Amil Zakat Nasional sesuai dengan SK Menteri Agama RI No. 441. Sehingga

memperoleh otoritas sebagai lembaga pengelola dana lokal (Zakat, Infak dan

Shadakoh). Dalam rangka memfasilitasi antara dermawan atau donator disatu fihak

dan dengan fakir miskin (dhuafa) dilain fihak. Sebagai suatu kerja amanah dan

professional, merupakan suatu keharusan bahkan tuntutan yang diwujudkan dalam

kultur dan etos kerja PKPU. Menunaikan dan menyampaikan kewajiban serta hak

Page 70: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

sesuai amanah secara professional, adil dan transparan hingga kepercayaan donator

dan bantuan yang diberikan dapat meningkat, tentu menjadi harapan PKPU. PKPU

bertekad untuk berkiprah dalam operasi-operasi kemanusiaan dan peduli terhadap

kepentingan ummat.

2. Visi & Misi

a. Visi

Menjadi lembaga terpercaya dalam membangun kemandirian

b. Misi

1) Mendayagunakan program rescue, rehabilitasi dan pemberdayaan untuk

mengembangkan kemandirian.

2) Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat, perusahaan, pemerintah dan

lembaga swadaya masyarakat didalam maupun luar negeri.

3) Memberikan pelayanan informasi, edukasi dan advokasi kepada masyarakat

penerima manfaat (beneficiaries).

3. Tujuan

a. Terdepan dalam memberikan solusi terhadap masalah kemanusiaan

b. Terbangunnya loyalitas atau mitra dalam dan luar negeri

c. Terciptanya pengembangan lembaga sesuai dengan dinamika dan perkembangan

masyarakat

d. Terbentuknya jaringan kerja dengan azas saling memberikan manfaat

e. Terbangunnya solidaritas dalam mengembangkan kemandirian masyarakat

Page 71: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

4. Nilai Budaya Organisasi

a. Ukhwah, setiap langkah kerja pelayanan harus membangun suasana persaudaraan

b. Kreatif dan inovatif, mewujudkan kinerja yang produktif dalam berbagai aktifitas

kerja baik internal dan eksternal

c. Proaktif dan cepat, merespon permasalahan yang terjadi dan memberikan solusi

nyata secara tepat dan cepat

d. Inklusif, terbuka dan siap bekerjasama dengan berbagai pihak

5. Aktivitas Lembaga

Untuk merealisasikan visi dan misi tersebut, PKPU mempunyai 4 strategi

pemberdayaan ummat yaitu:

a. Pengumpulan dana dan bantuan masyarakat

1) Zakat, Infaq, Shodaqah (ZIS) dan Wakaf

2) Dana khusus bencana kemanusiaan

3) Pakaian, bahan makanan (sembako) dan obat-obatan.

4) Hewan qurban

b. Pendayagunaan

1) Misi penyelamatan kemanusiaan

a) Daerah-daerah konflik (Maluku, Maluku Utara, Poso, Aceh, dll)

b) Daerah-daerah bencana

c) Daerah kritis dan minus

2) Rehabilitasi kemanusiaan

a) Rehabilitasi fasilitas kesehatan dan air bersih

b) Rehabilitasi fasilitas pendidikan

Page 72: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

c) Rehabilitasi fasilitas ibadah

d) Rehabilitasi fasilitas ekonomi

3) Pembangunan masyarakat

a) Pemberdayaan ekonomi ummat

b) Pendidikan alternatif

c) Pembangunan pelayanan kesehatan mandiri

d) Distribusi hewan qurban

Keseluruhan aktivitas tersebut didedikasikan pada ummat dan rakyat Indonesia

untuk bersama "Menggugah Nurani Menebar Peduli". Menggugah nurani siapa saja,

dimana saja dan kapan saja untuk peduli pada nasib sesama dalam amal ibadah yang

nyata.

6. Struktur Lembaga PKPU

Untuk dapat memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat luas, maka PKPU

dikelola secara profesional oleh tim manajemen yang handal.

Berikut struktur lembaga PKPU:

Direktur Utama : Agung Notowiguno, SE

Deputi Dirut : Sri Adi Bramasetia

Direktur Pendayagunaan : Tomy Hendrajati

Direktur Keuangan & GA : Ecky Awal Mucharam

Direktur Penghimpunan : Wildhan Dewayana

Disamping itu, PKPU juga didukung pula oleh relawan yang cukup besar dan

cepat dalam bekerja, serta tanggap dalam merespon tuntutan lapangan.

Page 73: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Dalam rangka mewujudkan upaya meringankan beban ummat, PKPU dengan

sebelas cabang dan perwakilan di daerah, telah membuat program dengan

memperhatikan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah sehingga dapat

mengena pada sasaran. Berikut struktur lembaga PKPU:

Tabel 3: Struktur Lembaga PKPU

7. Jaringan Kerja PKPU

Dewan Pembina Dewan Pengawas Dewan Pengurus

CEO

SAHABUDIN

Deputi Dirut

SRI ADI

Corporate

DEDI SULARSO

14 Cabang PKPU Seluruh Indonesia

Empowerment

AGUNG

Fundraising

WILDHAN

Partnership

TOMY

Financial Director

DEDI SULARSO

Page 74: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

PKPU dengan Kantor Pusat di Jakarta, memiliki mitra dan jejaring kerja meliputi

seluruh wilayah Indonesia dengan 14 Cabang, yaitu: Nangroe Aceh Darussalam,

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,

Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,

Maluku, Maluku Utara.

Dalam menjalankan aktivitasnya, PKPU didukung dengan mitra kerja di seluruh

wilayah Indonesia yang siap terjun langsung ke lapangan kapan saja dan dimana saja

diperlukan.

B. Profil Situ Gintung

Situ Gintung adalah danau buatan yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda pada

tahun 1933 dalam upaya mengatasi banjir (di musim hujan) maupun menahan air,

sehingga dimusim kemarau Batavia masih punya cadangan air dan sebagai sumber air

irigasi untuk persawahan. Namun seiring dengan perkembangan waktu, sejak tahun 1982

sudah mulai beralih fungsi dan berkembang menjadi permukiman yang padat.131

Waduk Situ Gintung terletak di sebelah selatan Kota Jakarta, masuk dalam wilayah

Desa Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Letaknya bersebelahan

dengan Kodya Jakarta Selatan dan dibelakang kampus Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.132 Waduk ini memiliki luas awal 31 hektare pada awalnya, kini

hanya seluas 21,4 hektare dengan kapasitas daya tampungnya mencapai 2,1 juta meter

131 http://www.ytbindonesia.org/ytbwebsite/baru/index.php?detail=News&id=295, artikel diakses pada Selasa, 12 Januari 2010

132 “Dampak dari Bencana Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http://putriraturetno.blogspot.com/2009/10/dampak-dari-bencana-situ-gintung.html

(Sumber: PKPU, 2009)

Page 75: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

kubik dan kedalamannya di atas rata-rata yakni sekitar 10 meter,133 bahkan tercatat waduk

tersebut pernah memiliki luas sampai 70 hektar.134 Air waduk Situ Gintung ini umumnya

berasal dari mata air Gunung Salak dan Gunung Pangrango (Bogor).135 Jenis tanggul ini

adalah dari tanah yang ditimbun dan dikeraskan, namun belum pernah diturap.136 Situ

Gintung adalah sebuah bendungan dengan satu jenis tanah atau bendungan homogen. Di

sana juga dibangun celah yang disebut pelimpah atau spill way yang lebarnya 5 meter. Di

samping itu, di bendungan tersebut juga dibangun pintu air kecil untuk irigasi.

Banyak fasilitas yang tersedia di sana, antara lain restoran, taman rekreasi dan kolam

renang yang menghadirkan suasana pegunungan. Ada pula tempat bermain untuk anak-

anak, lapangan tenis dan olahraga, pemancingan, zona petualang, gazebo, area outbound,

motor ATV, waterboom, banana boat dan pemandangan danau. Situ Gintung juga

merupakan salah satu tempat wisata alternatif untuk warga Jakarta dan daerah wisata ini

tak begitu jauh dari Jakarta. Pada akhir pekan dan hari-hari libur, lokasi ini biasanya

ramai pengunjung.

Namun, pada hari Jumat dini hari tanggal 27 Maret 2009, pagi hari pukul 04.00 WIB,

Situ Gintung yang cukup dikenal dikalangan masyarakat Jakarta Selatan dan Ciputat ini

hancur lebur setelah tanggul danau Situ Gintung secara tiba-tiba jebol, yang dipicu oleh

hujan dalam waktu yang cukup lama karena melebihi kapasitas penampungan danau dan

tidak ada terusan aliran air danau yang berfungsi dengan baik, sehingga mengakibatkan

tanggul jebol dan banyak korban meninggal dunia, hilang, kerusakan rumah dan

133 “Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http://himatan06.wordpr ess.com/2009/03/28/bencana-situ-gintung//

134 Firman M. Hutapea, MUM, “Tinjauan Bencana Situ Gintung dari Sudut Pandang Penataan Ruang,”(artikel), h. 3

135 “Bencana Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http://www.su rya.co.id/2009/04/01/ situ-gintung.html

136 Sutopo Purwo Nugroho, “Faktor Curah Hujan Hanya Pemicu,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/2009/04/06/WAW/mbm. 20090406.WA W129968.id

Page 76: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

bangunan lainnya, juga berbagai kerugian lainnya.137 Setelah berumur 76 tahun atau

sudah lebih dari tiga perempat abad, tanggul itu pun jebol selebar ± 65 m. Hal ini

merupakan tragedi kemanusiaan yang berdampak besar bagi kehidupan masyarakat di

sekitarnya.138 Posisi permukiman yang berada di bawah tanggul inilah yang membuat

banyak korban jatuh ketika tanggul tersebut jebol dan pemukiman dilanda banjir

bandang.139

137 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 20 138 “Bencana Situ Gintung: Kombinasi dari Respons yang Lemah,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari

2010 dari http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/28/04212810/kombinasi.dari respons.yang.lemah

139 “Situ Gintung.”

Page 77: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

Seluruh pihak dapat memberikan kontribusi terhadap proses penanggulangan bencana

sesuai dengan peran masing-masing, mulai dari tahap pra bencana (pencegahan,

kesiapsiagaan, mitigasi), tanggap darurat dan pasca bencana/ pemulihan (rehabilitasi dan

rekonstruksi). Berikut analisis terhadap tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan

oleh PKPU dalam upaya membantu dan memulihkan kembali kondisi masyarakat Situ

Gintung kepada suatu keadaan yang lebih ideal.

C. Analisis Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh PKPU

Berdasarkan hasil observasi, wawancara serta data dokumen yang dilakukan dan

diperoleh peneliti, didapatkan data dan informasi tentang serangkaian tahapan-tahapan

penanggulangan bencana Situ Gintung yang digulirkan oleh PKPU.

1. Pra Bencana

PKPU tidak ikut terlibat dalam upaya-upaya penanganan bencana pada masa pra

bencana/ sebelum terjadinya bencana. PKPU sebagai lembaga kemanusiaan, ikut

terlibat dalam tahapan penanggulangan bencana Situ Gintung sesuai dengan kapasitas

dan peranannya, karena pada dasarnya tanggung jawab dan wewenang

penanggulangan bencana berada pada pemerintah dan pemerintah daerah (dalam pasal

5 UU RI No. 24/ 2007). Namun setiap orang, kelompok, lembaga masyarakat bahkan

masyarakat asingpun boleh dan harus perduli terhadap bencana. Karena baik

pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha, merupakan segi tiga kekuatan yang

harus solid dalam penanggulangan bencana.

Page 78: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Semua pihak dapat memberikan kontribusi sesuai dengan peran masing-masing

mulai dari jauh sebelum bencana, pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.140

Dimana saling melengkapi satu sama lainnya untuk penanggulangan bencana yang

terjadi di suatu daerah.141

D. Tanggap Darurat

Berbagai upaya-upaya yang dilakukan PKPU untuk penanganan bencana Situ

Gintung pada masa tanggap darurat, yaitu:

1. Menurunkan Team Ekspedisi/ SAR

Ketika terjadinya suatu bencana, dibutuhkan respon yang cepat dan kesigapan

untuk melakukan penanganan terhadap bencana, khususnya tindakan evakuasi

korban dan pemenuhan kebutuhan dasar.

Team Ekspedisi atau SAR dari divisi Rescue PKPU yang dipimpin oleh Bapak

Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU), diturunkan segera setelah

terjadinya bencana untuk mencari dan menelusuri korban akibat jebolnya Tanggul

Situ Gintung pada terusan aliran air dari tumpahan danau. Kemudian juga sambil

mengamati dampak dari aliran sungai banjir bandang Situ Gintung.142

Seperti dikatakan dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 48, bahwa pada masa

tanggap darurat harus dilakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,

kerusakan dan sumber daya, seperti mengidentifikasi cakupan lokasi bencana,

jumlah korban, kerusakan pra sarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi

pelayanan umum serta pemerintahan dan kemampuan sumber daya alam maupun

140 Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (Jakarta: Yarsif Watampone, 2006), h. 105.

141 Soeladi, Manajemen Bencana Alam Tsunami (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1995), h. 9.

142 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 62.

Page 79: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

buatan. Kemudian juga tindakan pencarian dan evakuasi korban, serta pemenuhan

terhadap kebutuhan dasar.143

“Team Ekspedisi itu adalah kita melakukan perjalanan menelusuri

limpahan aliran air sampai dimana habisnya, nah berarti sepanjang jalur air

itulah kita fokuskan. Dengan tujuan kita bisa memetakan secara langsung

dimana titik-titik parahnya dan kemungkinan-kemungkinan titik-titik korban

yang masih tersangkut atau tertindih begitu. Dengan pendataan dan

assesment yang dilakukan juga sekaligus mencari korban, kita bisa

menentukan secara langsung titik-titik pengumpulan mayat, dimana posisi

yang tepat mendirikan posko dan kemungkinan-kemungkinan lainnya”.144

Tim ekspedisi menggali berbagai aspek sosial dan kemanusiaan serta

memotret sebaran pengungsi, kerusakan fisik, jumlah korban jiwa serta jenis

bantuan apa yang akan diberikan kepada para korban. Penelusuran ekspedisi Situ

Gintung ini dimulai dari depan tanggul yang jebol hingga Sekolah Polisi Wanita

(Sepolwan), Pasar Jumat, Jakarta Selatan.145 Luas jangkauan bencana ini yaitu

sampai dengan wilayah kali Pesanggrahan, Pasar Jum’at. Akibat jebolnya tanggul

Situ Gintung ini, selain memporak-porandakan bangunan rumah, tempat usaha,

fasilitas umum seperti masjid, posyandu, pemakaman umum, jembatan, kampus

UMJ (Universitas Muhammadiah Jakarta), pemancingan umum, juga

menyebabkan pemukiman yang berada di wilayah sekitar kali pesanggrahan

(terusan aliran air Situ Gintung) terendam air bercampur lumpur sampai dengan

ketinggian sekitar 2 m lebih, hal tersebut terlihat dari bekas batas air pada tembok-

tembok rumah penduduk.146

Pada masa tanggap darurat Situ Gintung, jenis penyakit yang diderita oleh

para korban yaitu seperti diare, penyakit kulit, luka ringan, ispa, nyeri sendi dan

143 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 31. 144 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 145 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 62. 146 Observasi Peneliti. Jakarta, 09 Oktober 2009.

Page 80: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

otot, hipertensi (darah tinggi) dan dilakukan pula suntik tetanus. Kemudian dari

jenis kebutuhan yang diperlukan seperti pakaian, makanan, obat-obatan, air

bersih, alat MCK, alat tidur, penerangan. Selain itu, alat-alat berat juga dibutuhkan

untuk pembersihan. Untuk lokasi posko pengungsian korban pada masa tanggap

darurat yaitu Posko FK UMJ, Posko Balai Warga, Posko Depsos, Posko FH UMJ

dan Posko RW 02/ 03. Dan jumlah instansi yang terlibat pada masa tanggap

darurat Situ Gintung ± 343 instansi.147

Berdasarkan hasil pencarian dan penelusuran yang dilakukan, Team Ekspedisi

PKPU berhasil menemukan 3 sosok mayat yang terdiri atas 2 orang anak−anak

dan 1 orang wanita dewasa yang tersangkut dan kemudian dievakuasi untuk

selanjutnya dikirim ke rumah sakit terdekat.148

“Ya, yang dilakuin sama team SAR PKPU itu mencari korban-korban yang

bisa ditemuin, karena keadaannya kan penuh lumpur, jadi Team SAR itu

emang sangat dibutuhin lah saat kejadian banjir itu”.149

Dampak bencana Situ Gintung yang ditimbulkan secara lebih rinci, yaitu:

1. Jumlah korban yang ditemukan tewas dipastikan sudah mencapai angka 100

jiwa, jumlah korban yang hilang menjadi 5 orang dan jumlah pengungsi

adalah 902 orang (berdasarkan update terakhir pada 3 April 2009),150

memporak-porandakan 315 rumah penduduk.151

2. Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang berada di tengah

perlintasan air bah, mengakibatkan rusaknya sebagian besar infrastruktur,

147 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 31. 148 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 149 Wawancara Pribadi dengan Supriyati (Penerima Program). Jakarta, 17 Desember 2009. 150 “Kabar Nasional: Total Jumlah Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari

http://nasional.tvone.co.id/berita/view/10696/20 09/04/01/total_jumlah korban_tewas_situ_gintung_100 orang/

151 Dian Yuliastuti, “Bekas Jalan Air Situ Gintung Akan di Lebarkan,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http://tempointeraktif.com/2009/04/01/ situ gintung /

Page 81: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

meninggalnya 3 orang mahasiswa dan 1 orang karyawan UMJ,

menghancurkan ribuan buku perpustakaan, alat kantor, komputer dan data

yang berada di lantai 1 Gedung Perintis 1 serta semua arsip FISIP dan

Fakultas Agama Islam (FAI) UMJ yang berada di lantai 1 Gedung Perintis II.

Gedung kuliah Fakultas Pertanian harus dirubuhkan karena kerusakannya

sudah sedemikian parah. Selain itu, 6 unit mobil dan 2 unit Bus rusak parah

karena terendam dan terbawa arus air hingga puluhan meter. Gedung TK

Labschool dan Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ beserta isinya juga hancur

karena hantaman air yang sangat keras. Semua isi Koperasi Karyawan,

Laboratorium Komputer dan Baitul Mal Wa Al-tamwil UMJ juga musnah.

Infrastruktur di lingkungan kampus UMJ seperti jalan, jembatan dan pagar

juga mengalami kerusakan yang sangat signifikan.152

3. Dampak dari segi trauma yang dialami oleh anak-anak akibat kasus Situ

Gintung, dimana sekilas anak-anak seperti tak mengalami trauma dan mereka

tampak asyik bermain di lokasi pengungsian. Namun ternyata banyak diantara

mereka yang trauma melihat air. Pada saat lelap ada yang mengigau dan

ketakutan, lalu ketika terbangun berteriak minta dibuatkan kapal. Ada anak

yang tak berani mandi karena ketakutan melihat air. Banyak yang mengalami

kesulitan tidur dan ketakutan saat melihat hujan turun karena takut banjir itu

datang lagi.153 Ketika melihat genangan air atau mendengar suara gemuruh,

mereka tampaknya masih belum berani untuk menyentuh bahkan sempat

menutup kupingnya. Jika menyaksikan televisi yang menyajikan kejadian Situ

152 “Peran Universitas Muhammadiyah Jakarta di Tengah Tragedi Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http://suara-muhammadiyah.com/2009/?p=581

153 “Trauma Serang Anak Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http://tangerangselatan.wordpress.com/2009/03/31/trauma-serang-anak-korban-situ-gintung/

Page 82: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Gintung, ada yang sampai keluar dan enggan menonton.154 Ada yang tidak

bisa konsentrasi, gelisah dan tidak bisa tidur.155 Selain itu, ada kondisi anak-

anak yang kesulitan melanjutkan sekolah karena tidak memiliki peralatan

sekolah, ada pula yang kehilangan ijazahnya. Banyak anak balita yang tidur di

pengungsian dengan alas seadanya. Sekitar 120 anak mengungsi ke kontrakan,

30 anak ke Wisma Kertamukti dan 80-an tersebar di wilayah sekitar.156

Menurut kak Seto (pemerhati anak yang juga menjadi korban bencana Situ

Gintung) mengatakan, sekitar 25 persen dari 286 anak korban bencana

mengalami depresi dan trauma berat. Dibutuhkan waktu minimal tiga bulan

untuk pemulihannya. Namun angka itu sudah mengalami penurunan tidak

seperti setelah bencana Situ Gintung yang pertama kali terjadi.157

Kemudian penyebab terjadinya banjir bandang (debris flow) Situ Gintung,

yaitu:

• Hujan lebat yang berlangsung lama dengan curah hujan tinggi sebagai pemicu

jebolnya tanggul, mengakibatkan volume air danau bertambah besar.

Sementara pintu air pembuang (outlet) dan saluran pembuangan tidak

berfungsi secara optimal, menyebabkan air melimpas melalui mercu

(permukaan) tanggul (over topping). Diperkirakan jumlah air yang melimpas

ke luar sungai mencapai 2 juta kubik, setara dengan 400.000 truk tangki BBM

yang berkapasitas 5.000 liter. Tanggul yang masih terbuat dari tanah dan

belum pernah diturap inipun menimbulkan kerawanan baru karena

154 “12 Bocah Situ Gintung Alami Trauma,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http://www.kapanlagi.com/h/12-bocah-situ-gintung-alami-trauma.html

155 Eko Priliawito, “Beragam Kategori Trauma yang dialami Anak-anak Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http://metro.vivanews.com/news/read/47384-110_anak_situ_gintung_trauma_berat

156 “12 Bocah Situ Gintung Alami Trauma.” 157 Priliawito, “Beragam Kategori Trauma yang dialami Anak-anak Korban Situ Gintung.”

Page 83: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

dikhawatirkan ambruknya tanggul. Akibat jebolnya tanggul beberapa waktu

lalu, apabila ditambah hujan terus menerus, tanah dapat menjadi gembur di

sekitarnya dan rawan untuk bergerak. Untuk kedepannya direkomendasikan

agar masyarakat mewaspadai kemungkinan munculnya gerakan tanah atau

longsor di sekitarnya.158

• Erosi buluh, peluapan air atau overtopping, fondasi jebol dan longsor.159

• Adanya retakan-retakan pada tubuh tanggul sebelum terjadi bencana,

menyebabkan munculnya rembesan-rembesan air yang terjadi sebelum

bencana.

• Limpasan air pada mercu tanggul yang meresap ke dalam tubuh tanggul,

menyebabkan tanah tanggul menjadi jenuh air, tanah tanggul menjadi gembur

dan tahan geser menjadi berkurang.160

• Alih fungsi lahan di sekitar waduk dan di daerah aliran sungai yang

menyebabkan perubahan kondisi di bagian hulu dan hilir yang sudah berubah

dari fungsi awalnya, menjadi kawasan hunian padat dan berkembang seperti

tempat rekreasi, restoran, perumahan dan juga fasilitas pendidikan. 161

• Pintu air yang tak berfungsi baik

• Tidak adanya kontrol yang kuat dan tegas, juga tanpa adanya sanksi terhadap

pelanggaran-pelanggaran alih fungsi lahan.162

• Rendahnya manajemen resiko dan kurang tanggapnya aparatur negara melihat

berbagai resiko/ dampak yang mungkin terjadi. Ditambah lagi sebelumnya

158 “Bencana Situ Gintung: Kombinasi dari Respons yang Lemah,” artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010 dari http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/28/04212810/ kombinasi.dari respons.yang.lemah

159 Nugroho, “Faktor Curah Hujan Hanya Pemicu.” 160 “Laporan Singkat Bencana Situ Gintung, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,” artikel diakses pada

Senin, 22 Februari 2010 dari http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/ind\ex.php?op tion=com_content&task=view&id=459& Itemid=1

161 Rukmana, “Tinjauan Tata Ruang terhadap Bencana Situ Gintung.” 162 Hutapea, “Tinjauan Bencana Situ Gintung dari Sudut Pandang Penataan Ruang,” h. 4.

Page 84: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

sudah ada laporan/ keluhan dari masyarakat atas kerusakan tanggul yang

berada di area Situ Gintung.163

• Sebagian rumah dibangun persis di punggung tanggul. Pembangunan rumah di

badan tanggul akan menambah beban bendungan dan ini jelas dilarang,

seharusnya jarak minimal permukiman dari tanggul adalah sekitar 100 meter.

164

Dalam team ekspedisi atau SAR ini, secara khusus mengambil relawan-

relawan ahli saja sebanyak 6 orang. Kemudian menggunakan 2 buah perahu karet,

1 mobil SAR dan 1 ambulan.165

Namun menurut beberapa korban bencana, aktivitas Team SAR pada

umumnya hanya terkonsentrasi lebih kepada korban meninggal dan bukan pada

hal yang lainnya seperti harta benda, karena pada dasarnya itu juga penting untuk

diperhatikan oleh semua team SAR yang ada dilokasi. Apabila ada kehilangan

tentu sulit untuk meminta pertanggungjawaban, sebab siapa saja dapat turun untuk

mengakses ke lokasi.166

Penghentian kegiatan oprasi SAR dalam PP RI No. 36/ 2006 pasal 13, karena

pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti seluruh korban telah berhasil

ditemukan dan dievakuasi. Kemudian tidak ada tanda-tanda korban akan

ditemukan kembali.167 Team Ekspedisi/ SAR PKPU sendiri mulai melaksanakan

163 “Pengungsi Korban Situ Gintung,” artikel diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari http://www.surya.co.id/2009/04/01/pengungsi-korban-situ-gintung-akan-ditempatkan-ke-wisma-kerta-mukti.html

164 Nugroho, “Faktor Curah Hujan Hanya Pemicu.” 165 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 166 Wawancara Pribadi dengan Syaifal Kamal, SH (Penerima Program). Jakarta, 12 Desember 2009. 167 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 170.

Page 85: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

aksinya pada tanggal 27 Maret 2009 (pada saat terjadinya bencana) sampai

dengan 5 (lima) hari kedepan.168

Gambaran kondisi wilayah Situ Gintung akibat bencana tersebut kini sebagian

besar berupa hamparan lumpur kering dengan sisa-sisa bangunan yang hancur

(terutama lokasi yang terdekat dengan tanggul) dan terendam oleh endapan

lumpur, berikut puing-puing material lainnya yang sudah mulai dilakukan

pembersihan secara kontinyu dilokasi. Lokasi terparah akibat bencana ini yaitu

pada wilayah yang dekat dengan jebolnya tanggul, karena banyak bangunan yang

rata dengan tanah. Selain itu, aktivitas warga korban bencana juga masih banyak

yang berada di pengungsian (Kertamukti I, Kertamukti II dan kontrakan-

kontrakan sekitar kampus UMJ) yang selalu mengecek kondisi rumahnya,

mengamankan barang-barangnya, melakukan pembersihan-pembersihan,

memperbaiki rumahnya/ tempat usahanya, memberikan batas-batas rumahnya

(bagi yang rumahnya habis/ rata dengan tanah).169

Tabel 4: Aktivitas Team Ekspedisi/ SAR PKPU

No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil 1 Jum’at, 27 Maret

– Rabu, 8 April 2009

• Pencarian dan evakuasi korban

• Pengkajian dan penilaian terhadap bencana

Praktek

• Menemukan 3 sosok mayat (1 orang wanita dewasa dan 2 orang anak-anak)

• Memperoleh data tentang dampak bencana (luas lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan pra sarana dan sarana,fasilitas umum, titik

168 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 62. 169 Observasi Peneliti. Jakarta, 25 September 2009.

Page 86: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

terparah, lokasi pendirian posko, sebaran pengungsi, jenis penyakit yang sering timbul pada masa bencana, jenis kebutuhan korban, jumlah instansi yang terlibat, trauma), penyebab bencana

E. Penyediaan Posko Bantuan

Pembuatan posko dalam situasi bencana sangat diperlukan sebagai langkah

awal dalam memulai beragam aktivitas dan proses penanggulangan bencana.

Posko bantuan merupakan suatu upaya yang menitikberatkan pada kesiapsiagaan,

mengingat begitu banyak hal dan kemungkinan yang dapat terjadi ketika bencana

datang.

“Untuk posko itu pada hari 1 dan ke 2 kita arahkan langsung kepada

evakuasi, jadi kita sebut sebagai Posko Evakuasi, karena memang fokus pada

saat itu adalah evakuasi segera setelah terjadinya bencana. Nah kemudian

hari ke 3 sampai hari ke 6 kita sebut sebagai Posko Live Saving, yang mana

benar-benar memberikan suatu kepercayaan atau penguatan korban dalam

program-program kita, disini adalah proses pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

dasar bagi mereka para korban bencana yang memang sangat urgen untuk

diberikan. Kemudian hari ke 7 dan seterusnya itu kita sudah masuk kedalam

Posko Trauma, kita sebut posko trauma karena bekas-bekas yang tertinggal

akibat bencana itu harus kita hilangkan dan coba untuk kita hilangkan, seperti

bekas lumpur yang sukar sekali dibersihkan, bekas trauma akibat bencana

dan lain-lain. Kesemuanya bekas-bekas yang tertinggal itu kita coba untuk

hilangkan melalui program-program yang kita luncurkan.170

Posko PKPU terletak disamping tenda pengungsi Depsos, di daerah Kp.

Poncol, Cirendeu. Posko ini juga menjadi tempat untuk menaruh barang-barang

logistik dan menjadi pusat tempat kegiatan-kegiatannya PKPU. Dalam

170 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009.

Page 87: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

pelaksanaanya, posko PKPU ini buka selama 24 jam yang di jaga secara

bergantian oleh relawan PKPU.171

“Posko PKPU ya untuk memudahkan kegiatan PKPU membantu warga

korban sini, kalo ngga ada posko coba, pasti ya ribet, susah untuk ngelakuin

kegiatan ini itu. Ya posko itu penting yang saya liat, jadi kalo ada apa-apa ya

kita bisa ke posko gitu untuk keperluan dan urusan ini itunya buat nanganin

bencana”.172

Posko peduli bencana PKPU sendiri sudah mulai beroprasi pada tanggal 27

Maret 2009 (pada saat terjadinya bencana) sampai dengan tanggal 8 April 2009

(penutupan posko bencana sesuai ketentuan dari pihak Satkorlap setempat) atau

sekitar 12 hari.173 Seperti dikatakan dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 29 tentang

peran lembaga usaha, dimana lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan

kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana.174

Selain itu, posko PKPU juga menjadi tempat transit berbagai kalangan terkait

penanggulangan bencana. Kemudian sebagai pusat sarana informasi dan juga

koordinasi antara satu pihak dengan pihak lainnya, baik instansi maupun individu

dalam memperlancar pelaksanaan.175 Sehingga tergambarkan begitu memiliki

posisi yang cukup sentral dan pentingnya keberadaan dari posko bencana.

Setelah beberapa bulan kedepan, kondisi wilayah sekitar UMJ yang pada masa

tanggap darurat dipenuhi oleh posko-posko darurat dari berbagai instansi terkait,

kini sudah bersih dari kegiatan posko bencana dan aktivitas tanggap darurat

171 Wawancara Pribadi dengan Dwiyono (Penerima Program). Jakarta, 12 Desember 2009. 172 Wawancara Pribadi dengan Saman (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 173 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana ( Disaster

Management ) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 63. 174 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 24. 175 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 63.

Page 88: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

lainnya. Kegiatan belajar mengajar di sekitar kampus UMJ pun sudah berjalan

normal.176

Tabel 5: Aktivitas Penyediaan Posko Bantuan PKPU

No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil

1 Jum’at, 27 Maret – Rabu, 8 April 2009

• Pendukung program penanggulangan bencana PKPU

• Sebagai tempat transit berbagai kalangan terkait penanggulangan bencana

• Sebagai tempat koordinasi antar pihak/ instansi

• Sebagai tempat menaruh barang-barang logistic

Praktek

• Terlaksananya berbagai program penanggulangan bencana PKPU

• Tersedianya tempat untuk transit, koordinasi dan menaruh barang-barang logistik

F. Program Dapur Air

“Pada dasarnya program ini adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar korban

yang sangat penting dan semua orang sudah tentu sangat membutuhkannya,

siapapun itu tanpa terkecuali, yaitu air, semua orang butuh air untuk minum.

Dengan cara, ente tahu, kita berikan suatu hiburan yang menarik dengan

kemasan entertain. Yang menarik adalah kita memberikan beragam air minum

dari kopi, kopi susu, teh dan air putih. Mereka bisa sambil ngobrol-ngobrol

atau berbincang-bincang relax dan santai dengan suguhan pilihan air minum

ini, yang suka ngopi ya ngopi, yang suka ngeteh ya ngeteh, yang suka kopi

susu ya silahkan, dan semuanya itu masih hangat tinggal tuang saja, sampai

air putih juga tak lupa kita sediakan”. 177

Seperti dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 48, dikatakan bahwa aktivitas pada

masa tanggap darurat diantaranya yaitu pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban

bencana.178

176 Observasi Peneliti. Jakarta, 20 Oktober 2009. 177 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 178 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 31.

Page 89: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

“Dari hasil riset kita, itu merupakan suatu kebutuhan dasar, yah air, itulah

salah satu kebutuhan dasar kita. Dan program ini selalu kita luncurkan

disetiap kejadian, mau itu kebakaran ke atau yang lainnya, dapur air selalu

kita gulirkan, karena merupakan kebutuhan dasar. Dan insya Allah di tahun

2010 kita berencana untuk membuat mobil dapur air, jadi ngga perlu repot-

repot untuk masak-masak air lagi, mudah-mudahan terwujud”.179

Program Dapur Air ini memberikan berbagai jenis minuman-minuman secara

gratis untuk para pengungsi, relawan-relawan yang bekerja dan juga kepada

orang-orang yang hanya sekedar lewat, sehingga siapa saja dapat mengaksesnya

secara gratis. Para pengungsi khususnya ibu-ibu juga turut berpartisipasi secara

bergantian dengan relawan untuk memasak dan menyeduh air, karena air minum

ini disajikan selama 24 jam setiap harinya.180 Kegiatan ini dilakukan selama masih

adanya posko bencana PKPU dilokasi bencana.181

“Pelayanan PKPU bagus, ama masyarakat deket, berbagi rasa sama para

korban bencana juga sama para pengungsi-pengungsi, sehingga kita juga

menjadi dekat dan akrab”.182

Program-program yang berdasarkan community need seperti yang dilakukan

PKPU memang harus menjadi prioritas utama, karena menjadi kebutuhan yang

harus segera dipenuhi pada saat itu. Dari situlah kemudian akan tercipta program-

program yang tepat sasaran.

179 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 180 Wawancara Pribadi dengan Rosidah (Penerima Program). Jakarta, 12 Desember 2009. 181 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 63. 182 Wawancara Pribadi dengan Syaifal Kamal, SH (Penerima Program). Jakarta, 12 Desember 2009.

Page 90: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Tabel 6: Aktivitas Program Dapur Air PKPU

No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil

1 Jum’at, 27 Maret – Rabu, 8 April 2009

memberikan beragam air minum seperti kopi, kopi susu, teh dan air putih selama 24 jam

Praktek

Terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar korban, yaitu air minum

G. Program Bersih Rumah

Terjadinya bencana Situ Gintung menyisakan endapan lumpur tebal. Karakter

lumpur yang sulit dibersihkan karena ketebalannya dan bercampur dengan

beragam material-material bangunan lainnya, menjadi kendala tersendiri bagi para

korban untuk membersihkannya. Untuk itu, PKPU menggulirkan program Bersih

Rumah PKPU.

“Program ini memberikan harapan kepada korban akan trauma banjir yang

begitu hebat. Kita berusaha secepat mungkin menghilangkan bekas-bekas

banjir, dengan cara kita semprot dengan steamer yang kita turunkan sebanyak

13 unit. Untuk menghilangkan lumpur dalam jumlah yang besar ini ditambah

dengan isi material-material yang semakin menyulitkan para korban, tentu

sangat sulit untuk dilakukan dengan swadaya sendiri”.183

Dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 48 mengenai masa tanggap darurat, salah

satu upaya yang harus segera dilakukan yaitu pemulihan pra sarana dan sarana

vital.184 Rumah merupakan sarana yang vital bagi warga korban bencana, karena

akan lebih baik jika para korban dapat kembali ke rumah.

Program Bersih Rumah ini dalam pelaksanaanya melibatkan banyak tenaga

relawan-relawan dan juga alat-alat bantu untuk mengatasi medan yang berat.

Selain mesin steam, juga ada alat−alat kebersihan lainnya seperti 1 unit mesin

penyedot air, 3 unit gergaji mesin, 5 unit alat semprot air (jet stream), 45 buah

183 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 184 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 31.

Page 91: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

sepatu bot, 240 buah disinfektan, masker, 15 unit drum air, karet pel, cangkul,

sekop, sikat dan sebagainya, untuk menolong para korban dan warga masyarakat

lain yang rumahnya habis terendam lumpur danau Situ Gintung.185

“Program ini dalam 1 hari memakai 40 orang tenaga relawan yang

memegang alat dan bekerja sehari selama 8 jam. Untuk masalah air sendiri

tidak begitu bermasalah, hanya diawal-awal saja bermasalah, sehingga

terpaksa kita menggunakan air kali”.186

Program Bersih Rumah PKPU ini membantu mengurangi beban para korban

untuk membersihkan lumpur yang tebal sampai ke bagian dalam rumah. Karena

endapan lumpur ini bukan hanya berisi lumpur, tetapi juga bercampur dengan

puing-puing, pakaian-pakaian dan beragam material lainnya sehingga sangat

menyulitkan.187

Dalam pelaksanaannya, program ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2009

sampai 4 April 2009/ sekitar 6 (enam) hari. Dengan konsentrasi kegiatan 4

(empat) hari pertama di wilayah Kp. Poncol, 1 (satu) hari di Komplek Cirendeu

dan Kp. Poncol (terbagi dalam dua team) dan terakhir di BMT UMJ. Jumlah

rumah yang dibersihkan ± 45 rumah (total), akses jalan dan lingkungan sekitar

Kp. Poncol.188

“Bersih Rumah PKPU, ya disini sangat membantu ya, para warga disini

umumnyakan korban yang rumahnya juga habis terendam lumpur dan lumpur

juga harus dibersihkan tapi sulit. Jadi ya berguna sekali, terutama itu, mesin-

mesin steam yang banyak itu di bagi kebeberapa tempat, wah itu bisa bagus

sekali untuk bantu warga yang sulit bersihin rumahnya. Kita lihat itu bagus

ko”.189

185 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 65. 186 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 187 Wawancara Pribadi dengan Rosita (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 188 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 65. 189 Wawancara Pribadi dengan Saman (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009.

Page 92: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Kondisi sanitasi, listrik dan sarana prasana lainnya di sekitar lokasi musibah

yang hancur sehingga tidak berfungsi. Lalu kondisi cuaca yang tidak menentu dan

kondisi tenda pengungsian yang kurang layak karena banyak lumpur

disekitarnya.190 Sehingga akan menjadi lebih baik lagi jika memungkinkan warga

untuk kembali ke rumahnya masing−masing.

Lokasi yang menjadi tempat pelaksanaan program Bersih Rumah PKPU, yaitu

daerah Kp. Poncol, Komplek Cirendeu dan BMT UMJ, kini sudah sangat jauh

berbeda dari kondisi ketika masa tanggap darurat. Kondisinya kini sudah bersih

dari lumpur dan puing-puing yang tersisa akibat bencana. Keadaannya sudah jauh

berubah bahkan sudah mengalami perbaikan-perbaikan pada kondisi bangunan

maupun lingkungan sekitarnya. Akses jalan yang pada mulanya sangat sulit

dilewati akibat tebalnya lumpur bermaterial, kini sudah bersih dan diperbaiki.191

Program ini terselenggara atas kerjasama PKPU dengan ZIS Indosat, Keluarga

Muslim Citibank (KMC), JICT dan MTXL.192

Tabel 7: Aktivitas Program Bersih Rumah PKPU

No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil 1 • Senin, 30 Maret

– Kamis, 2 April 2009 di Kp. Poncol

• Jum’at, 3 April 2009 di Komplek Cirendeu dan Kp. Poncol

• Sabtu, 4 April 2009 di BMT UMJ

Membersihkan rumah, akses jalan dan lingkungan daerah bencana

Praktek

45 rumah, akses jalan dan lingkungan sekitar Kp. Poncol, Komplek Cirendeu dan BMT UMJ dibersihkan dari lumpur bermaterial

190 Ibid., 191 Observasi Peneliti. Jakarta, 20 Oktober 2009. 192 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 41.

Page 93: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

H. Program Steam Gratis

Pasca terjadinya bencana, ada banyak barang-barang perabotan rumah tangga

dan barang-barang lainnya yang ikut terendam, namun masih dapat diselamatkan

walau dalam kondisi penuh dengan lumpur. Untuk itu, PKPU memberikan

pelayanan melalui Program Steam Gratis.

“Dalam program ini, ya kita membantu itu satu atap, jadi masing-masing ada

bagiannya, ada yang membersihkan, ada yang memperbaiki, seperti itu kira-

kira. Dan kita disini dengan ketersediaan mesin-mesin steam yang kita miliki,

kita gunakan untuk membersihkan perabotan-perabotan rumah tangga,

elektronik, sampai dengan motor kita steam juga dan posko lain ada yang

memberikan pelayanan jasa perbaikan, reparasi dan lain-lainnya, kira-kira

seperti itu”.193

Pelaksanaan program Steam Gratis berbarengan dengan program Bersih

Rumah PKPU yang juga sedang berjalan, karena sama-sama menggunakan mesin

Steam dalam pengoprasiannya.194 Steam Gratis PKPU memberikan banyak

manfaat bagi para korban, agar mereka dapat membersihkan barang-barang milik

mereka, seperti motor juga perabotan-perabotan lainnya misalnya TV, kulkas,

lemari, kompor, VCD, dll dengan menggunakan mesin steam secara gratis yang

disediakan PKPU.195

“Mesin steam yang disediain itu ya manfaatnya emang banyak banget juga

untuk rumah dan barang-barang. Yah pokoknya apa aja yang kena lumpur

bisa dibersihin”.196

Program Steam Gratis ini digulirkan tepat disamping Posko PKPU, yang

disediakan bagi siapa saja korban Situ Gintung.197 Tujuan digulirkannya program

193 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 194 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 66. 195 Wawancara Pribadi dengan Saman (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 196 Wawancara Pribadi dengan Supriyati (Penerima Program). Jakarta, 17 Desember 2009. 197 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 66.

Page 94: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

ini adalah memberikan dan mengembalikan senyum para korban bencana Situ

Gintung dengan membantu memberikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan

mereka tepat pada waktunya.

Tabel 8: Aktivitas Program Steam Gratis PKPU

No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil

1 Senin, 30 Maret – Sabtu, 4 April 2009 di samping posko PKPU

Membersihkan barang-barang yang terkena lumpur seperti perabotan rumah tangga, barang-barang elektronik dan kendaraan bermotor

Praktek

perabotan rumah tangga, barang-barang elektronik dan kendaraan bermotor seperti kasur, lemari, TV, kulkas, kompor, VCD, motor dibersihkan dari lumpur bermaterial

I. Paket-Paket Sumbangan

“Pelayanan PKPU untuk korban bencana Situ Gintung yang banyak

memberikan bantuan-bantuan bagi korban berupa barang-barang kebutuhan

sehari-hari dan materi-materi lainnya. Kalo kata gua mah baguslah untuk

bantu warga Situ Gintung”.198

Dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 53, dijelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan

dasar yang dapat dilakukan untuk korban bencana diantaranya adalah bantuan

penyediaan sandang dan pangan.199

Dalam tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU segera setelah

terjadi bencana maupun pasca terjadinya bencana, ada beragam jenis bantuan

kebutuhan yang disalurkan kepada warga korban bencana Situ Gintung secara

kontinyu dan bertahap melalui lembaga kemanusiaan PKPU, diantaranya yaitu:200

198 Wawancara Pribadi dengan Syaifal Kamal, SH (Penerima Program). Jakarta, 12 Desember 2009. 199 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 32. 200 “PKPU untuk Situ Gintung,” artikel diakses pada Rabu, 16 Desember 2009 dari http://www.pkpu.co.id

Page 95: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

1) Bantuan untuk Situ Gintung dari Muslim Indonesia di Korea Selatan.

Sebanyak 12 organisasi yang tergabung dalam Komunitas Muslim Indonesia

di Korea (KMI Korea) menyalurkan bantuan untuk korban Situ Gintung

sebesar Rp. 25.968.150,− melalui Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU.

2) Kerjasama Pramita Utama-PKPU, serahkan bantuan 200 paket Beras untuk

korban Situ Gintung, mendistribusikan beras sebanyak 1 ton dalam kemasan 5

kg sebanyak 200 paket. 200 paket beras tersebut didistribusikan untuk korban

Situ Gintung yang tersebar di Wisma Kertamukti, Ciputat, Tangerang

sebanyak 40 kepala keluarga. Di distribusikan juga untuk korban Situ Gintung

di RW 08 sebanyak 120 KK dan RT 004 sebanyak 40 KK.

3) Sebanyak 7 organisasi kemanusiaan dan keagamaan yang berada di luar

negeri, masing−masing pengajian ibu−ibu muslimah Indonesia di Dallas, Indo

Emirates Abu Dhabi, Isned Belanda, IMSA, KMII Jepang, FORKOM Jerman

dan Gema Peduli Bangsa−Dubai menyalurkan donasi Situ Gintung melalui

PKPU.

4) Siswa-siswi SDI Nurul Iman dan SMPIT Al Fatah salurkan bantuan untuk

korban Situ Gintung melalui PKPU.

5) Bantuan uang tunai sebesar Rp. 8.600.000 diberikan oleh siswa−siswi dan

guru SD Islam Nurul Iman Pondok Bambu Jakarta Timur. Tak ketinggalan

anak−anak TK Islam Nurul Iman dan guru turut menyalurkan bantuan uang

tunai sebesar Rp. 5.290.000.

6) LDK (Lembaga Dakwah Kampus) sampaikan bantuan bagi korban Situ

Gintung melalui PKPU

7) YPI Salman Al Farisi Kota Bandung, menyalurkan bantuan bagi korban Situ

Gintung. Pemberian bantuan yang berupa 5 karung beras, 1 dus susu kental

Page 96: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

manis, 2 dus pakaian layak pakai dan 30 dus mie instan serta uang tunai

sebesar Rp 30 juta.

8) Pengajian Muslimah Indonesia di Dallas, TEXAS sumbang dana untuk Situ

Gintung sejumlah US$ 600 melalui PKPU guna penanggulangan bencana Situ

Gintung.

9) IKADI menggandeng PKPU untuk serahkan bantuan berupa alat rumah

tangga. IKADI berkesempatan menyerahkan bantuan tersebut langsung

kepada Satkorlap RW 08 yang warganya menjadi korban. Sebanyak 100 paket

rumah tangga yang terdiri dari 100 lusin piring, gelas dan sendok diterima

langsung oleh perwakilan korban, sisanya akan dibagikan berdasarkan data

yang dimiliki oleh Satkorlap.

10) PKPU menyalurkan Family Kits yang terdiri dari Hygiene Kits berupa sabun

mandi, pasta gigi, sikat gigi, betadine, obat anti nyamuk, paramex/ aspirin,

obat demam, salep gatal, cotton selama tahap tanggap bencana. Dan juga

mendistribusikan bantuan berupa bahan makanan seperti abon, air mineral,

kecap, beras serta kelengkapan lainnya seperti sarung, pembalut wanita,

handuk, paperbag serbaguna.

11) Nuskin Force serahkan bantuan melalui Dapur Umum PKPU. Adapun

bantuan yang diberikan berupa makanan bayi, susu, selimut dan peralatan

pembersih.

12) PKPU bekerjasama dengan Yayasan Baitul Hikmah (YBH) Elnusa

memberikan bantuan paket pendidikan berupa tas sekolah, buku tulis dan

perlengkapan sekolah. Bertempat di Musholla Al Huda RT 004 RW 08

Kelurahan Cirendeu, Tangerang Selatan. Paket pendidikan serta santunan

Page 97: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

pendidikan sebesar Rp 5 juta diberikan kepada 20 anak korban bencana Situ

Gintung, dll.

Beragam bantuan datang kepada lembaga PKPU dari berbagai wilayah di

Indonesia bahkan sampai dari mancanegarapun tak luput menyalurkan bantuannya

melalui lembaga PKPU. Hal itu menunjukan bahwa kepercayaan masyarakat baik

itu masyarakat dalam negeri maupun mancanegara begitu besar terhadap lembaga

PKPU.

Beragam jenis bantuan yang diberikan PKPU, ada yang diserahkan secara

langsung melalui posko bencana PKPU dan ada pula yang disalurkan melalui

posko Satkorlap setempat dimana PKPU sebagai mediator.201

Setelah beberapa bulan kemudian pasca terjadinya bencana, terlihat bahwa

warga korban bencana Situ Gintung sudah memperoleh begitu banyak jenis

bantuan khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar mereka, seperti

kebutuhan rumah tangga, berbagai perlengkapan dan peralatan untuk kebutuhan

sehari-hari.202

J. Pasca Bencana (Pemulihan/ Recovery)

Berbagai upaya-upaya pemulihan yang dilakukan oleh PKPU untuk Situ Gintung

pada tahap recovery ini antara lain:

a. Rehabilitasi

1) Program Trauma Healing Anak-Anak

Bencana banjir bandang Situ Gintung yang terjadi juga menyisakan trauma

yang membekas bagi para korban. Salah satu kelompok yang paling rentan

201 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 63. 202 Observasi Peneliti. Jakarta, 11 November 2009

Page 98: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

yaitu anak-anak. Sehingga diperlukan suatu upaya-upaya untuk dapat

mengobati rasa trauma berkelanjutan.

Ketidakseimbangan kondisi psikologis akibat bencana termanifestasi

dalam bentuk terganggunya fungsi-fungsi psikologis seseorang seperti fungsi

pikiran, perasaan, perilaku dan spiritual. Selain itu, fungsi fisik juga

terpengaruh akibat terganggunya fungsi psikologis. Bebeapa gejala yang

umumnya muncul adalah shock, sering teringat-ingat pada peristiwa yang

dialami meskipun tidak ingin mengingatnya, mimpi buruk, sulit

mengkonsentrasikan pikiran, cemas, waspada secara berlebihan dan mrasa

tidak aman. Selain itu, juga ditemui gejala berupa kesedihan yang mendalam,

merasa hampa, menutup diri atau engganm embina hubungan sosial,

menghindari hal-hal yang terkait dengan peristiwa yang dialami dan merasa

tak berdaya. 203

Dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 55 mengatakan bahwa, dilakukan

prioritas bagi kelompok rentan yang salah satunya adalah anak-anak.204

Kemudian dalam pasal 53 tentang pemenuhan kebutuhan dasar, dapat berupa

bantuan penyediaan pelayanan psikososial.205

Pemulihan kondisi psikologis akibat bencana merupakan sebuah proses

yang kadang memerluan waktu yang tidak singkat.Untuk mendukung proses

pemulihan tersebut diperlukan dua macam dukungan. Pertama, dukungan yang

besifat psikologis seperti mendengarkan dengan empatik keluhan-keluhan dan

masalah-masalah yang dialami penyintas, membantu mereka mengurangi

gejala-gejala yang mengganggu serta membantu mereka menemukan jalan

203 Nani Nurrachman, ed., Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam

(Jakarta, LPSP3 Fakultas psikologi UI, 2007), h. 5. 204 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 33. 205 Ibid., h. 32.

Page 99: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

keluar untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Kedua, dukungan yang

bukan bersifat psikologis namun memiliki efek psikologis seperti dukungan

dari berbagai pihak untuk memulihkan kondisi lingkungan, sosial dan

ekonomi, kehidupan kembali normal dan peluang kerja meningkat sehingga

memberikan kesempatan kepada mereka yang terkena bencana untuk dapat

bekerja kembali dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. 206

“Program ini berupaya untuk mengembalikan dunia anak dengan cara

mengembalikan mainannya. Prinsipnya seperti itu dan mainan yang kita

berikan itu haruslah mainan yang berwarna-warni, bergerak dan

berbunyi, kan cakep jadinya”.207

Program Trauma Healing anak-anak, merupakan suatu program yang

diluncurkan dengan memberikan dan menghadirkan berbagai kebahagiaan

serta keceriaan bagi anak-anak korban bencana Situ Gintung. Rangkaian

kegiatan yang dilakukan dalam trauma healing ini yaitu cerita anak−anak atau

dongeng yang dibawakan oleh Kak Yayan (pendongeng) dan menggambar

bersama. Selain itu, dalam program ini juga dimeriahkan oleh artis ibu kota

Cheche Kirani yang merupakan duta zakat PKPU, yang juga ikut membantu

memberikan seragam dan buku kepada anak-anak. Tak hanya itu, kegiatan ini

dihadiri pula oleh artis Yana Julio, yang juga ikut berdialog dan menyanyi

bersama. Pada kesempatan ini juga diberikan beragam mainan berupa

mobil−mobilan, masak−masakan, boneka, game watch, pistol mainan,

gelembung busa, bola karet, cincin air dan yoyo elektrik. Selain itu, dibagikan

pula 70 paket berisi paket mainan, tas ransel, buku gambar dan krayon.

Program ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam.208

206 Nurrachman, ed., Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam, h. 8. 207 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 208 Ibid.,

Page 100: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Dalam pelaksanaannya, dilakukan pada tanggal 11 April 2009 di Mushola

RT 004 RW 02 dekat Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta

(UMJ), dengan kapasitas 70 orang anak.209

Pemulihan sosial psikologis masyarakat yang terkena bencana dalam PP

RI No. 21/ 2008 Pasal 68, dikatakan bahwa untuk membantu memulihkan

kembali kehidupan sosial dan kondisi psikologis pada keadaan normal seperti

kondisi sebelum bencana, dapat dilakukan dengan memberikan pendampingan

pemulihan trauma.210

“Ya kegiatan yang menyenangkan kaya gini seperti mendongeng, cerita-

cerita, menggambar, terus juga dikasih hadiah-hadiah, mainan, apalagi

PKPU juga mengundang artis Yana Julio dan Cece Kirani untuk

bernyanyi bersama dan menghibur anak-anak pasti sangat ngebantu untuk

ngilangin trauma anak-anak kita”.211

Beragam rangkaian program acara menarik diciptakan, sehingga membuat

anak-anak terhibur dan sejenak melupakan kejadian yang menimpa mereka.

Program ini digulirkan untuk para anak-anak korban bencana Situ Gintung,

demi mengembalikan keceriaan mereka dan melupakan kejadian bencana

tersebut.

Namun para korban bencana juga merasakan bahwa sebenarnya yang

mengalami rasa trauma bukan saja kelompok sasaran anak-anak, tetapi yang

lainnya juga. Tetapi banyak pihak yang hanya terfokus pada anak-anak saja.

212

Ketika terjadi bencana Situ Gintung, terlihat gejala-gejala trauma pada

anak-anak akibat bencana seperti murung dan juga tidak merasa nyaman

dengan kondisi bencana. Kini setelah beberapa bulan pasca terjadinya

209 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 67.

210 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 92. 211 Wawancara Pribadi dengan Rosita (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 212 Wawancara Pribadi dengan Syaifal Kamal, SH (Penerima Program). Jakarta, 12 Desember 2009.

Page 101: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

bencana, kondisi anak-anak korban bencana Situ Gintung sudah terlihat begitu

ceria dan banyak yang sudah kembali kerumah mereka masing-masing dan

juga kembali bersekolah. Mereka terlihat gembira bermain dengan beragam

jenis mainan dan juga telah memiliki berbagai perlengkapan lainnya seperti

alat tulis dan perlengkapan sekolah yang mereka peroleh.213

Program ini terselenggara atas kerjasama PKPU dengan ZIS Indosat,

MTXL, BDI CNOOC, Nuskin Force For Good Foundation, KMC (Keluarga

Muslim Citibank), Majelis Taklim TELKOMSEL, Tarbawi Foundation, PT

Satasti, Pengajian Ibu−ibu Muslimah Indonesia di Dallas, Majelis Taklim

Komplek Marinir Cilandak, RISKA, LAZIS PT PLN, PPDI JICT, Telaga

Golf, ISNED, IMSA America, IKADI dan TELKOMSEL−NetApp. 214

Tabel 9: Aktivitas Program Trauma Healing Anak PKPU

No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil

1 Sabtu, 11 April 2009 di Mushola Al-Muhajirin RT 004 RW 02

• Mendongeng anak

• Menggambar

• Berdialog dan bernyanyi

• Pemberian paket hadiah berupa mainan (mobil−mobilan, masak−masakan, boneka, game watch, pistol mainan, gelembung busa, bola karet, cincin air dan yoyo elektrik), tas ransel, buku gambar dan krayon

• Pemberian paket seragam dan buku

Praktek

70 orang anak (korban Situ Gintung) mendapatkan paket hadiah dan terhibur

213 Observasi Peneliti. Jakarta, 8 Oktober 2009. 214 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 58.

Page 102: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

2) Program Tag Sale

“Untuk ide awal terbentuknya program Tag Sale ini yaitu karena

pengalaman lapangan dan kebutuhan lapangan. Apapun yang diturunkan

dilapangan pada saat terjadi bencana pasti terjadi perebutan yang tidak

lagi memperhatikan asas manfaat dari bantuan yang ada, entah barang-

barang tersebut dibutuhkan ataupun tidak, yang terpenting mereka

mendapatkan barang sebanyak-banyaknya. Perebutan itu tidak bisa

dihindarkan karena tidak adanya mekanisme yang baik yang disiapkan

jauh hari sebelumnya, ditambah lagi kebutuhan yang mendesak saat itu.

Kebutuhan di lapangan tidak dapat dipungkiri dalam lapangan bencana

sudah bisa dipetakan dengan tepat kebutuhan mereka dan kapan mereka

memerlukan. Namun semua itu hanya bisa didapatkan dengan cara

membeli. Dari sisi lain ketersediaan bahan kebutuhan yang terbatas

memerlukan solusi yang tidak mudah”.215

Program Tag Sale PKPU pada dasarnya berkaitan erat dengan upaya

pemenuhan kebutuhan dasar dan pemulihan trauma korban bencana. Dalam

PP RI No. 21/ 2008 Pasal 85, dikatakan bahwa diperlukan pembangkitan

kembali kehidupan sosial budaya masyarakat diantaranya dengan

menghilangkan rasa traumatik masyarakat terhadap bencana.216

Peristiwa bencana mengakibatkan keseimbangan kondisi psikologis

seseorang terganggu. Ada 3 faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi.

Pertama, peristiwa bencana itu sendiri yang “menakutkan dan mengancam

keselamatan jiwa”. Kedua, wafatnya orang-orang yang disayangi dan

hilangnya harta benda yang dimiliki dalam bencana tersebut. Ketiga,

kehilangan mata pencaharian dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar hidup.

217

“Kalau dari segi psikologis kegiatan ini sangat bermanfaat karena korban

bencana yang umumnya hanya nerima saja bantuan yang dikasih, dengan

kegiatan ini korban jadi merasa seperti hidup normal yang punya daya

215 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 216 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 102. 217 Nurrachman, ed., Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam, h. 4.

Page 103: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

beli dan bisa membeli, apalagi untuk ibu-ibu yang suka belanja, pas

belanja dan terjadi tawar menawar, nah disitulah poinnya untuk ngilangin

trauma”.218

Program ini tanpa disadari juga merupakan suatu kegiatan yang bersifat

trauma healing untuk keluarga dan khususnya bagi para ibu-ibu, karena

mengingat ibu-ibu merupakan kelompok sasaran yang paling suka berbelanja

barang-barang kebutuhan.219 Para Ibu sebagai korban bencana terlihat begitu

antusias mengikuti program ini. Dalam kondisi bencana, biasanya mereka

hanya dapat menerima pemberian begitu saja. Tetapi disini mereka dapat

memilih dan membeli barang-barang.220

Dukungan yang diberikan bagi korban bencana dapat mendorong mereka

yang terkena bencana untuk dapat bangkit kembali menjalani dan memulihkan

kehdupannya. Karena setiap orang memiliki ketangguhan yakni kemampuan

untuk kembali bangkit setelah ditimpa kesulitan hidup yang berat.

Ketangguhan ini bersumber dari apa yang mereka miliki, kemampuan yang

mereka kuasai dan juga keyakinan dan nilai-nilai yang ada di dalam hati.221

“Pelaksanaan kegiatan Tag Sale ini kita lakukan di beberapa lokasi titik

wilayah berbeda, yang terkena dampak dari aliran banjir tersebut dan

dilaksanakan pada Senin, 13 April 2009 hingga Rabu, 15 April 2009 atau

selama 3 hari. Pertama kita gelar di pengungsian korban Situ Gintung di

RW 02 dan RW 08, Cireundeu, Tanggerang. Dilanjutkan ke lokasi korban

bencana lainnya di Wisma Kertamukti, Ciputat Tangerang. Lalu kemudian

di IKPN, Pesanggrahan, Bintaro. Kita sendiri menyiapkan

barang−barang kebutuhan Tag Sale yang akan kita berikan berupa

sembako, piring, gelas, sapu, snack, sampo, baju layak pakai. Selain itu

seluruh kebutuhan rumah tangga, perlengkapan ibadah, kebersihan,

dapur, sekolah, alat kerja, kamar mandi dan mainan anak−anak.

Sebelumnya, pengungsi korban Situ Gintung sudah mendapatkan kupon

Tag Sale yang telah dibagikan PKPU kepada mereka sebelum acara

218 Wawancara Pribadi dengan Syaifal Kamal, SH (Penerima Program). Jakarta, 12 Desember 2009. 219 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 220 Wawancara Pribadi dengan Rosita (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 221 Nurrachman, ed., Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma Akibat Bencana Alam, h. 7.

Page 104: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

digulirkan. Sehingga yang menerima bantuan memang benar merupakan

korban bencana Situ Gintung”.222

Lokasi pengungsian para korban yang tersebar dan wilayah penduduk

yang terkena dampak bencana juga tidak hanya pada satu lokasi, sehingga

program ini dirasa tepat dan cukup mengakomodir kebutuhan korban. Karena

sifatnya yang mobile dengan menggunakan truk angkle dari satu tempat ke

tempat yang lainnya seperti sebuah Toserba berjalan.223

Tabel 10: Aktivitas Program Tag Sale PKPU

No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil

1 • Senin, 13 April 2009 di RW 08, Cireundeu, Tanggerang

• Selasa, 14 April 2009 di Wisma Kertamukti, Ciputat Tangerang

• Rabu, 15 April 2009 di IKPN, Pesanggrahan, Bintaro

Jual beli barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti sembako, peralatan makan, perlengkapan mandi, pakaian, perlengkapan ibadah, kebersihan, dapur, sekolah, alat kerja dan mainan anak−anak dengan transaksi menggunakan uang kupon yang dibagikan sebelum kegiatan digulirkan

Praktek

945 orang (korban Situ Gintung) terpenuhi kebutuhan dasarnya dan terhibur (khususnya untuk kelompok sasaran ibu-ibu)

3) Program Wisata Keluarga

Korban bencana Situ Gintung pada dasarnya tidak hanya membutuhkan

bantuan secara fisik saja, tetapi juga dukungan psikologis. Yang menjadi

222 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 223 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana ( Disaster

Management ) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 68.

Page 105: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

korban bencana Situ Gintung juga dari beragam kalangan seperti anak-anak,

orang dewasa dan orang tua. Untuk itu diperlukan suatu penanganan yang

bersifat mengakomodir semua kalangan.

“PKPU juga melakukan kegiatan trauma healing dengan kelompok

sasaran yang dituju yaitu keluarga. Program ini tidak hanya sekedar

kegiatan lepas saja, tetapi merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup

kegiatan kelompok maupun pendekatan individual. Pendekatan yang

massal seperti wisata keluarga diperuntukkan guna meningkatkan

kedekatan dan dukungan kelompok. Kegiatan Wisata Keluarga ini

membawa 25 keluarga untuk berwisata dan kegiatan dalam kelompok.

Ada berbagai games dilakukan guna mempererat hubungan dalam

keluarga dan perasaan kebersamaan diantara mereka dan kita”.224

Seperti dikatakan dalam PP RI No. 21/ 2008 Pasal 85 tentang

penghilangan rasa traumatik masyarakat terhadap bencana.225 Program wisata

keluarga ke Taman Safari juga merupakan bentuk layanan bagi korban untuk

menghilangkan rasa trauma melalui rangkaian kegiatan yang dilakukan seperti

lomba menggambar anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan berkeliling-

keliling Taman Safari. Program ini bagus sekali untuk menghilangkan rasa

trauma untuk sementara.226

“Wisata keluarga itu yang PKPU ngajak warga korban bencana untuk

rekreasi ke Taman Safari. Cuman sayangnya itu terbatas yah, yah tapi

sebenarnya bagus untuk korban bencana yang pada stress karena banyak

keilangan-keilangan, keilangan keluarga, barang-barang, harta benda

jadi abis, ya ia bagus dah”.227

Pelaksanaan kegiatan Wisata Keluarga dilakukan pada tanggal 16 Mei

2009. Program massal semacam ini membawa suatu kelompok sasaran

(keluarga) ke luar wilayah Situ Gintung untuk memberikan semacam hiburan

dalam rangka menghilangkan sejenak rasa trauma akibat bencana, dengan

224 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 225 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 102. 226 Wawancara Pribadi dengan Dalih Ihsan (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 227 Wawancara Pribadi dengan Dwiyono (Penerima Program). Jakarta, 12 Desember 2009.

Page 106: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

bertamasya ke Taman Safari dan mengikuti permainan-permainan kelompok

seperti permainan bola lingkaran, serta kegiatan menggambar bersama untuk

anak-anak.228 Akibat terjadinya bencana, tentu menjadi sangat jarang

melewatkan waktu bersama dengan keluarga untuk rileks sejenak dan

menghadirkan kembali keceriaan dalam keluarga seperti pergi bersama-sama

menuju tempat hiburan. Akibat bencana juga mengakibatkan hilangnya

keceriaan dan merubah suasana dalam keluarga. Dengan adanya program ini,

setiap keluarga bisa kembali merasakan kebersamaan dalam kehangatan

keluarga yang pernah hilang akibat bencana Situ Gintung.

Program ini terselenggara atas kerjasama PKPU dengan Family Care

Institute (FCI). 229

Tabel 11: Aktivitas Program Wisata Keluarga

No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil

1 Sabtu, 16 Mei 2009 di Taman Safari

• Tamasya/ wisata ke Taman Safari

• Games kelompok bola lingkaran

• Menggambar anak-anak

Praktek

Praktek

Praktek

• 25 keluarga korban Situ Gintung terhibur

• Terjalin keakraban di dalam keluarga

4) Program Gizi

“Program Budarzi (Ibu Sadar Gizi) seperti yang digulirkan di Situ

Gintung adalah program pembinaan dan pendampingan bagi ibu dan

balita diwilayah tertentu dalam rangka peningkatan wawasan, perilaku

dan keterampilan tentang gizi masyarakat”.230

228 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 73.

229 Ibid., h. 74. 230 Wawancara Pribadi dengan Ferry Suranto (Manager Divisi Kesehatan PKPU). Jakarta, 28 Desember

2009.

Page 107: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 55, dikatakan bahwa kelompok rentan

yang harus diprioritaskan diantaranya yaitu bayi dan balita.231 Banyak bantuan

yang datang untuk korban bencana, tetapi lebih banyak hanya fokus pada

kebutuhan dasar orang dewasa, sedangkan untuk balita berkisar pada

perlengkapan balita, seperti baju, selimut, pampers dan lainnya. Padahal

Posyandu yang biasanya menjadi sentral pemantauan status gizi balita pun tak

tersentuh oleh banyak pihak.232 Banyaknya bantuan yang datang tidaklah

begitu berarti jika tidak ada kesadaran dari semua pihak terutama ibu dalam

memantau perkembangan gizi balitanya.

“Program gizi PKPU yang untuk balita itu membantu anak-anak balita

supaya sehat selalu walaupun suasananya itu lagi ngga stabil. Jadi

ngebantu orang tua supaya gizi anaknya tetep bagus lah gitu”.233

Kemudian dikatakan pula dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 58, bahwa

aktivitas dalam masa rehabilitasi diantaranya adalah kegiatan pelayanan

kesehatan bagi korban bencana.234

“Yang pertama itu kita melakukan assesment terlebih dahulu, pendataan-

pendataan, ya kita cari data dulu tentang kebutuhan-kebutuhan dasar

korban, apa yang menjadi kebutuhan dasarnya pada saat itu untuk bidang

kesehatannya. Kalau waktu itukan kita dengar bahwa untuk program

kesehatan seperti pengobatan gratis itu sudah ada, bahkan sepi sampai

harus menjemput bola lah begitu untuk menjemput orang-orang atau

korban yang ingin diobati karena minatnya memang kurang. Nah hal-hal

seperti itu yang menjadi dasar untuk penentuan program apa yang tepat

dan pada waktu itu terkait dengan kegiatan posyandu memang belum

tersentuh oleh instansi atau lembaga lainnya. Jadi kalau program gizi itu

kita cari data balitanya dulu, yang memang menjadi korban Situ Gintung

ataupun bukan korban Situ Gintung yang secara langsung tetapi

terpengaruh juga secara psikologis akibat bencana tersebut juga bisa kita

231 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 33. 232 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 70. 233 Wawancara Pribadi dengan Saman (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 234 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 33.

Page 108: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

libatkan. Data itu kita dapatkan dari posyandu setempat. Setelah data itu

didapatkan lalu kemudian dicatat dan dianalisis, kemudian ditentukan

mana yang menjadi skala prioritas kita dan juga kesepakatan dengan para

stakeholder setempat terkait dengan program apa yang akan kita

gulirkan”.235

Program Budarzi (Ibu Sadar Gizi) merupakan program yang memberikan

pelayanan kesehatan secara gratis bagi korban bencana Situ Gintung dengan

kelompok sasarannya adalah balita sampai dengan usia 5 tahun. Program ini

digulirkan oleh team gizi dan kesehatan PKPU dengan menggelar kegiatan

Pondok Gizi. Pelaksanaannya sendiri dilakukan pada tanggal 8 Mei 2009 di 2

(dua) lokasi yang berbeda, pertama di wilayah RW 08 kemudian di

Pengungsian Kertamukti I. Program ini dilaksanakan 4 kali pertemuan pada

bulan-bulan berikutnya, disetiap minggu ke 3.236

“Kegiatan yang dilakukan dalam program Budarzi (Ibu Sadar Gizi) ini

yaitu penimbangan dan pencatatan status gizi balita. Kemudian setelah

mamperoleh data, lalu itu kita analisa lagi apakah balita khususnya yang

mengalami gizi buruk memerlukan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)

atau tidak, mulai dari susu bubuk, buah, biscuit, telur dan madu juga.

Dengan program ini diharapkan gizi balita berada diatas BGM (Bawah

Garis Merah). Selain itu tujuan dari program ini juga yaitu membangun

kesadaran semua pihak terutama ibu akan pentingnya memantau

perkembangan gizi balitanya khususnya pasca terjadinya bencana.

Kegiatan ini juga sebagai perangsang agar Posyandu setempat yang

sebelumnya ada namun tidak berfungsi kembali akibat bencana, dapat

kembali difungsikan. Kemaren program ini digulirkan sebanyak 4 kali

karena memang alokasinya terkait dengan buget yang diberikan oleh

pihak donator, yaitu hanya cukup untuk menyelenggarakannya sebanyak

4 kali. Sebenarnya bisa saja dijadikan lebih dari itu, tetapi kita tetap

mempertahankan dan menjaga kualitas dari program ini sendiri”.237

235 Wawancara Pribadi dengan Ferry Suranto (Manager Divisi Kesehatan PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009.

236 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana (Disaster

Management) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 70. 237 Wawancara Pribadi dengan Ferry Suranto (Manager Divisi Kesehatan PKPU). Jakarta, 28 Desember

2009.

Page 109: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Jumlah anak (penerima program) dalam Program Budarzi (Ibu Sadar Gizi)

ini kurang lebih sekitar 50 anak. Kegiatannya meliputi pemeriksaan dan

pengecekan gizi balita warga korban Situ Gintung, apakah masuk kedalam

garis merah atau tidak. Apabila masuk kedalam garis merah berarti sudah

termasuk gizi buruk. Namun untuk anak-anak balita korban Situ Gintung tidak

sampai masuk BGM (bawah garis merah). Anak-anak balita disini juga

diberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk memperbaiki gizi.

Kita tentunya berharap agar anak-anak balita korban Situ Gintung semakin

meningkat berat badannya.238

“Untuk mendukung bagusnya kualitas gizi anak, para ibu dan balita juga

mendapatkan penyuluhan dan praktek di setiap pertemuan kegiatannya

itu, yaitu materi seputar gizi seimbang bagi ibu dan balita, tentang

personal hygiene (Kesehatan Pribadi dan Lingkungan), lalu PHBS

(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) seperti cuci tangan dan sikat gigi yang

baik dan benar, sekaligus juga mendapatkan paket hygiene pribadi seperti

sikat dan pasta gigi, sabun, bedak dan lainnya. Nah khusus bagi posyandu

setempat, diberikan pula seperangkat timbangan bayi dan timbangan

digital untuk menunjang sarana dan prasarana Posyandu setempat agar

memotivasi mereka untuk kembali menjalankan posyandunya”.239

Kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan PKPU seperti pemberian

praktek langsung bagi anak-anak sangat disenangi oleh ibu-ibu. Akan lebih

baik jika pesertanya tidak dibatasi hanya 50 peserta saja, karena banyak ibu-

ibu yang menyukai program ini. Untuk saat ini, kesulitan yang dialami yaitu

dari segi tenaga pengelolaan Posyandu yang hanya 3 orang saja, sehingga agak

kewalahan. Bulan depan rencananya ingin diupayakan perekrutan orang lagi

agar memperlancar kegiatan Posyandu. 240

238 Wawancara Pribadi dengan Supriyati (Penerima Program). Jakarta, 17 Desember 2009. 239 Wawancara Pribadi dengan Ferry Suranto (Manager Divisi Kesehatan PKPU). Jakarta, 28 Desember

2009. 240 Wawancara Pribadi dengan Supriyati (Penerima Program). Jakarta, 17 Desember 2009.

Page 110: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Setelah beberapa bulan kemudian pasca terjadinya bencana, kegiatan

Posyandu di wilayah RW 008 kini sudah berjalan normal kembali. Kegiatan

Posyandu dilakukan biasanya dilaksanakan dilokasi Posyandu RW 008 pada

minggu ke 3. Bantuan berupa timbangan digital yang diberikan oleh PKPU

untuk Posyandu setempatpun cukup bermanfaat karena selalu digunakan

setiap kegiatan Posyandu dilaksanakan. Balita yang mengikuti

penimbanganpun terlihat sehat dan tidak ada yang berada dalam kondisi BGM

(Bawah Garis Merah).241

Program ini terselenggara atas kerjasama PKPU dengan LAZIS PLN

Kantor Pusat, Sekolah Salman Al−Farisi dan Indosat Mega Media (IM2). 242

Tabel 12: Aktivitas Program Gizi

No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil

1 Jum’at, 8 Mei 2009 di Pengungsian RW 08 dan Kertamukti 1

• Pelayanan penimbangan dan pencatatan status gizi

• Pemberian paket PMT yang lengkap mulai dari susu bubuk, buah, biskuit dan madu.

• Penyuluhan dan praktek PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) berupa cuci tangan dan sikat gigi yang baik dan benar

• Pemberian paket hygiene pribadi seperti sikat dan pasta gigi, sabun, bedak dan lainnya.

• Pemberian seperangkat timbangan

Praktek

Praktek

Dialog

Praktek

Praktek

• 46 balita (pengungsi Situ Gintung di RW 08, Kertamukti 1 dan 2) mendapat pemantauan, perbaikan gizi dan paket kesehatan

• Tidak ada balita yang berada dalam BGM (Bawah Garis Merah) atau gizi buruk

• Orang tua mendapatkan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang bersih dan sehat bagi anak−anak

• Memotivasi dan merangsang aktifnya kembali Posyandu

241 Observasi Peneliti. Jakarta, 24 Oktober 2009. 242 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana ( Disaster

Management ) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 61.

Page 111: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

bayi dan timbangan injak digital bagi Posyandu setempat

setempat

2 Selasa, 2 Juni 2009 di Pengungsian RW 08 dan Kertamukti 1

• Penimbangan dan pencatatan status gizi

• Pemberian makanan tambahan (PMT)

• Penyuluhan PHBS dan penyuluhan Pentingnya Datang ke Posyandu

• Lomba kebersihan dengan mengisi angket yang dibagikan untuk diberikan jawaban. Jika benar akan mendapatkan hadiah berupa paket kebersihan seperti sabun mandi, odol, shampo, sikat gigi dan handuk.

Praktek

Praktek

Dialog

Praktek

• 50 balita(pengungsi Situ Gintung di RW 08, Kertamukti 1 dan 2) mendapat pemantauan, perbaikan gizi dan paket kesehatan

• Tidak ada balita yang berada dalam BGM (Bawah Garis Merah) atau gizi buruk

• Orang tua mendapatkan pengetahuan tentang pola hidup yang bersih dan sehat bagi anak−anak dan pentingnya Posyandu. Juga paket kebersihan

3 Senin, 27 Juli 2009 di Pengungsian RW 08 dan Kertamukti 1

• Penimbangan dan pencatatan status gizi

• Pemberian makanan tambahan (PMT) yang lengkap mulai dari fresh milk, buah, biskuit dan madu.

Praktek

Praktek

• 50 balita(pengungsi Situ Gintung di RW 08, Kertamukti 1 dan 2) mendapat pemantauan dan perbaikan gizi

• Tidak ada balita yang berada dalam BGM (Bawah Garis Merah) atau gizi buruk

4 Selasa, 25 Agustus 2009 di Pengungsian RW 08 dan Kertamukti 1

• Penimbangan dan pencatatan terakhir status gizi

• Pemberian paket PMT yang lengkap mulai dari susu, buah, biskuit dan madu.

Praktek

Praktek

• 50 balita(pengungsi Situ Gintung di RW 08, Kertamukti 1 dan 2) mendapat pemantauan dan perbaikan gizi terakhir

• Tidak ada balita yang berada dalam BGM (Bawah Garis Merah) atau gizi buruk

Page 112: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

b. Rekonstruksi

1) Program Ekonomi

Pasca terjadinya bencana, kondisi kehidupan dan penghidupan masyarakat

korban bencana Situ Gintung pun ikut terganggu. Untuk itu, diperlukan suatu

upaya pemulihan kembali geliat perekonomian setempat agar dapat berjalan

normal.

Dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 58, pasca bencana tepatnya masa

rekonstruksi yang diantaranya adalah kegiatan pemulihan sosial ekonomi

budaya.243

“Kita masuk dalam proses recovery bagi korban Situ Gintung dalam

program pemberdayaan ekonominya. Tujuannya yaitu untuk memulihkan

roda perekonomian korban Situ Gintung. Pemberian modal bergulir untuk

korban atau masyarakat Situ Gintung yang fokusnya adalah untuk

kelompok usaha mikro”.244

Dalam upaya normalisasi roda perekonomian di wilayah bekas bencana

Situ Gintung, PKPU menggelar kegiatan sosialisasi program pemberdayaan

ekonomi dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

“KSM adalah program pemberdayaan masyarakat yang memberikan

pendampingan dan pinjaman modal dana bergulir dengan skema Syariah,

yaitu dengan Akad Qordul Hasan (Pinjaman Kebajikan) kepada kelompok

masyarakat yang berstatus Mustahik dari sudut pandang agama”.245

Kegiatan pemulihan sosial ekonomi budaya pasca bencana dikatakan

dalam PP RI No. 21/ 2008 Pasal 71, bahwa dalam membantu masyarakat

menghidupkan dan mengaktifkan kembali kegiatan sosial, ekonomi dan

243 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 34. 244 Wawancara Pribadi dengan Nurzaman (Manager PROSPEK PKPU). Jakarta, 30 Desember 2009. 245 Ibid.,

Page 113: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

budaya diantaranya melalui bantuan stimulan aktivitas ekonomi dan

pelatihan.246

Para anggota KSM diberikan pendampingan dan pinjaman uang untuk

usaha tanpa bunga. Hal tersebut sangat positif untuk menutupi modal usaha

kembali setelah banjir ini, karena setelah banjir umumnya barang dagangan

pun juga ikut terkena imbasnya. Dengan modal yang diberikan semoga dapat

mengembalikan kondisi kembali.247

“Untuk tahapan yang kita lakukan dalam program ekonomi untuk Situ

Gintung ini sebenarnya proses awalnya sih kita sudah melakukan

penilaian, assesment dan pendataan terlebih dahulu diawal segera setelah

terjadinya bencana, bareng-bareng bersama Team Rescue dan yang

lainnya. Setelah masuk tahap recovery bencana itu, baru kita melakukan

sosialisasi terhadap program ekonomi ini. Kemudian setelah

disosialisasikan, dilanjutkan dengan pembentukan KSM (Kelompok

Swadaya Masyarakat), yang mana untuk Situ Gintung ini sendiri nama

KSMnya adalah KSM Gintung Barokah dan itu bukanlah kita yang

menamakan, tetapi mereka sendiri yang menentukan. Lalu pembentukan

pengurusnya”.248

Kemudian terkait dengan pemulihan geliat perekonomian dalam PP RI No.

21/ 2008 Pasal 88, dikatakan dapat dilakukan melalui upaya pembinaan

kemampuan keterampilan masyarakat yang terkena bencana, pemberdayaan

kelompok usaha bersama berbentuk bantuan atau barang dan mendorong

penciptaan lapangan usaha yang produktif.249

Dalam program ekonomi PKPU untuk Situ Gintung, para anggota KSM

juga kemudian kita berikan pelatihan-pelatihan dasar dan pokok seperti

tentang PD/ PRT (Pedoman Dasar/ Pedoman Rumah Tangga) dan juga tentang

pengelolaan ekonomi rumah tangga, sehingga setiap anggota mampu

246 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 94. 247 Wawancara Pribadi dengan Saman (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 248 Wawancara Pribadi dengan Nurzaman (Manager PROSPEK PKPU). Jakarta, 30 Desember 2009. 249 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 104.

Page 114: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

mengelola aktivitas keuangan usahanya. Kemudian diberikan panduan

bagaimana cara membuat proposal pengajuan dana, karena nantinya mereka

pun harus membuat proposal pengajuan dana. Untuk persyaratan dari

penerima program ekonomi sendiri yaitu dari jenis usahanya lebih kepada

usaha mikro, kemudian tergolong mustahik. Kriteria mustahik yaitu seorang

yang penghasilannya dibawah 2 $ per hari. Persyaratan lainnya dari segi jenis

usahanya harus halal, bermanfaat dan mendidik. Program ini diperuntukan

bagi mereka yang sebelumnya sudah memiliki usaha.250

“Awalnya anggota KSM yang terbentuk itu 20 orang, tetapi setelah

diseleksi jadinya 14 orang. Seleksi tersebut berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan seperti misalnya jenis usaha apa yang ingin dilakukan,

kalau seperti rental PS begitu tidak diperbolehkan lah begitu, jadi

berdasarkan manfaat yang dirasakan juga begitu dari usaha yang ingin

dibuka itu. Nah sekarang ini saya sedang upayakan supaya menjadi 20

orang anggota KSM-nya di KSM Gintung Barokah ini. Pengucuran

dananya kalau tidak salah itu bulan Juli. Dan sebelum pengucuran

dananya juga ada semacam survey lah gitu oleh pihak PKPUnya. Syarat

lainnya juga yah yang standarlah kaya foto copy KTP, KK, terus juga

semacem surat keterangan dari RT setempatlah bahwa memang sebagai

korban begitu”.251

Untuk kegiatan pendampingannya sendiri, dilakukan pertemuan sebanyak

2 kali setiap bulan. Kegiatan pendampingannya sendiri itu terkait dengan

managemen KSM, managemen usaha, kemudian juga teknologi tepat guna

untuk mempercepat kearah pengolahan usaha seperti pelatihan pembuatan

empek-empek, pembuatan fried chicken, dll. Namun untuk Situ Gintung

belum sampai diberikan pelatihan-pelatihan seperti itu. Kemudian ada juga

pembekalan kemandirian dan motivasi.252

“Kita disini juga ada semacam pembinaan gitu dari PKPU. Pembinanya

sendiri berjumlah 2 orang. Pembinaannya sendiri itu sebulan 2 x di

250 Wawancara Pribadi dengan Nurzaman (Manager PROSPEK PKPU). Jakarta, 30 Desember 2009. 251 Wawancara Pribadi dengan Dalih Ihsan (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 252 Wawancara Pribadi dengan Nurzaman (Manager PROSPEK PKPU). Jakarta, 30 Desember 2009.

Page 115: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

minggu 1 dan 3 di Mushola Al-Muhajirin, hari kamis dan jum’at. Terus

kemudian kalau tentang isi materi pas pembinaannya itu ya seputar

motivasi lah begitu, motivasi usaha, tentang pengelolaan keuangan.

Bahkan waktu pertama-tama itu yang diundang itu pembicara khusus.

Kalau sekarang itu paling tentang keluhan-keluhan anggota KSM

bagaimana dalam usahanya begitu”.253

Untuk program ini, pada dasarnya dana yang digulirkan berasal dari dana

ZIS (Zakat, Infaq dan Shodaqoh) yang dananya sebenarnya adalah untuk

mereka dan posisi PKPU adalah sebagai amil. Jadi kurang tepat kalau disebut

sebagai pinjaman, karena uang yang dikembalikan nantinya setelah terbayar

lunas akan menjadi milik mereka sebagai modal usaha, namun tidak

diberitahukan dahulu kepada mereka sampai waktu pelunasan. Ini dilakukan

untuk mendidik mereka. Sebelum para anggota KSM mendapatkan

pengucuran dana, mereka terlebih dahulu diminta kesediaannya untuk

membuka simpanan atau tabungan. Hal ini juga sebagai latihan bagi mereka

untuk bersedia berkorban sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Kemudian setelah terlihat sikap keseriusan mereka kita anggap cukup, baru

setelah itu kurang lebih 2 bulan digulirkanlah modal usaha yang mereka

ajukan. Besarnya nilai modal usaha yang diberikan juga tergantung dari hasil

assessment dan observasi terhadap usahanya dan pertimbangan-pertimbangan

lainnya seperti omset juga skala usahanya. Itulah yang menjadi dasar terhadap

besarnya jumlah dana yang diberikan kepada masing-masing individu.254

“Menurut saya programnya baguslah, sangat membantu, karena

disamping memberikan modal, juga memotivasi kita ni para anggota KSM

untuk bangkit lah gitu, kita harus liat kedepan bagaimana. Ya Cuma

kadang dalam pertemuan itu semuannya gak lengkap gitu, ada aja yang

ngga hadir pertemuan. Terus kalo dari kita sih pertemuan rutin itu kalo

bisa harinya itu hari libur gitu, tapi dari pembimbing KSMnya ngga bisa.

Kemudian untuk mekanisme pengembaliannya itu per hari, tergantung

253 Wawancara Pribadi dengan Dalih Ihsan (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 254 Wawancara Pribadi dengan Nurzaman (Manager PROSPEK PKPU). Jakarta, 30 Desember 2009.

Page 116: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

dari besarnya pinjaman. Dalam pengembaliannya ini enaknya ya dari

PKPUnya sendiri ngga terlalu saklek untuk harus bayar tepat waktu

begitu, masih ada kerengganganlah dan ngga merasa terkekang begitu.

Saya sebagai ketua jugakan harus keliling menagihnya untuk disetor ke

rekening KSM Gintung Barokah”.255

Untuk mekanisme pengembalian pinjaman dilakukan per hari dan

besarnya adalah tergantung dari jumlah modal yang kita berikan, jadi besarnya

pengembalian per harinya juga berbeda-beda satu sama lainnya. Dan untuk

batas waktu pelunasannya kita targetkan selama kurang lebih 1 tahun.256

Setelah beberapa bulan pelaksanaan program ekonomi PKPU dan akan

berakir pada bulan Juni 2010. Para peserta program KSM Gintung

Barokahpun sudah kembali menjalankan aktivitas usahanya dengan normal.

Dengan unit-unit usaha yang dijalankan itu seperti toko, warung sembako,

warung makan, bengkel las, voucher, rental internet/ komputer dan fotokopi.

Dimana setiap bulannya selalu intens dilakukan pertemuan dengan membahas

materi-materi seputar usaha yang sedang dijalankan yaitu seperti bagaimana

omset sehari-hari, kemudian materi-materi seputar rencana yang akan

dijalankan kedepannya setelah cicilan dilunasi, seperti rencana-rencana untuk

membuat koperasi simpan pinjam, dll, karena setelah nanti cicilan dilunasi,

uang tersebut akan dikembalikan lagi kepada para peserta KSM (Kelompok

Swadaya Masyarakat) Gintung Barokah. Dan kendala yang umumnya

dihadapi dalam program ini yaitu seputar pengembalian angsuran yang

terkadang terhambat karena omset tidak selalu stabil dan kehadiran peserta

dalam pertemuan-pertemuan setiap bulannya yang terkadang sulit untuk

255 Wawancara Pribadi dengan Dalih Ihsan (Penerima Program). Jakarta, 13 Desember 2009. 256 Wawancara Pribadi dengan Nurzaman (Manager PROSPEK PKPU). Jakarta, 30 Desember 2009.

Page 117: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

mengumpulkan semua peserta. Selain itu, pelaksanaan pertemuan pun

seringkali hanya 1 bulan sekali.257

Program ini terselenggara atas kerjasama PKPU dengan Indosat Mega

Media (IM2), Sekolah Salman Al−Farizi, Yayasan Pendidikan Islam An−Nisa

dan Gerakan Peduli Bangsa (GPB). 258

Tabel 13: Aktivitas Program Ekonomi PKPU

No. Waktu & Tempat

Kegiatan Metode Hasil

1 Mei 2009 s/d Juni 2010 (1 tahun)

• Sosialisasi program pemberdayaan ekonomi PKPU

• Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat

• Pengarahan dan pelatihan awal KSM Gintung Barokah, diantaranya teknik pembuat proposal

• Pedoman KSM dan PERT (Pedoman Ekonomi Rumah Tangga)

• Pengajuan proposal pinjaman

• survey terhadap unit-unit usaha

• acc & pencairan dana

• Materi-materi pendampingan, bekal kemandirian dan motivasi

Dialog Dialog Dialog Dialog Praktek Dialog

Praktek

Dialog

• Terbentuknya KSM Gintung Barokah dengan 20 orang anggota dan pengurus

• Setiap anggota mengetahui cara pembuatan proposal pengajuan dana

• Setiap anggota mampu mencatat aktivitas keuangan usahanya

• Anggota termotivasi untuk menjalankan usahanya pembinaan

• Setiap anggota mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai wirausaha dan pengelolaan keuangan

• Setiap anggota mendapatkan modal usaha

• Setiap anggota dapat menjalankan usahanya kembali

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai program pelayanan sosial

yang diberikan oleh PKPU untuk korban bencana Situ Gintung sudah cukup efektif

257 Observasi Peneliti. Jakarta, 11 Maret 2010. 258 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial “Program Penanggulangan Bencana ( Disaster

Management ) Situ Gintung oleh PKPU” tahun 2009, h. 72.

Page 118: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

dan efisien. Tercermin dari digulirkannya program-program yang berdasarkan

community need, sehingga bermanfaat dan tepat sasaran. Kemudian antusiasme

penerima program juga cukup baik. Selain itu, program-program yang digulirkan juga

didukung dengan ketersediaan sarana prasarana yang cukup memadai.

Dalam UU RI No. 24/ 2007 pasal 33, disebutkan bahwa penyelenggaraan

penanggulangan bencana meliputi 3 tahap: pra bencana, tanggap darurat dan pasca

bencana.259 Dan program penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU meliputi

tahap tanggap darurat dan pasca bencana. Namun PKPU tidak ikut terlibat dalam

masa pra bencana. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, PKPU telah ikut

berpartisipasi dan berupaya membantu memulihkan kembali kondisi masyarakat

korban bencana Situ Gintung kepada suatu keadaan yang lebih ideal. Selain itu juga

membantu pihak pemerintah yang merupakan penanggung jawab dan yang memiliki

wewenang terhadap keseluruhan penyelenggaraan tahapan penanggulangan bencana.

Tahapan penanggulangan bencana tersebut direalisasikan melalui program-

program pelayanan yang digulirkan PKPU yaitu pada masa tanggap darurat

menurunkan team Ekspedisi/ SAR, membuat posko bantuan, program dapur air,

program bersih rumah, program steam gratis dan paket-paket sumbangan. Kemudian

pada masa pasca bencana meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi, menggulirkan

program trauma healing anak-anak, program tag sale, program wisata keluarga,

program gizi, program ekonomi. Berikut tabel analisis data:

259 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan Bencana, h. 25.

Page 119: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Tabel 14: Rangkuman Analisis Data

Dimensi Kondisi yang ada Kondisi yang diharapkan

Pra Bencana

1. Pencegahan : Tidak terlibat dalam

upaya-upaya pencegahan sebelum terjadinya bencana

2. Kesiapsiagaan : Tidak terlibat dalam

upaya-upaya kesiapsiagaan sebelum terjadinya bencana

1. Pencegahan : Identifikasi dan

pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana.

: Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba dan berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana.

: Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana.

: Pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup.

: Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

2. Kesiapsiagaan : Penyusunan dan uji coba

rencana penanggulangan kedaruratan bencana

: Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistem peringatan dini

: Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar

: Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat

: Penyiapan lokasi evakuasi

: Penyusunan data akurat, informasi dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana

: Penyediaan dan

Page 120: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

3. Mitigasi Bencana : Tidak terlibat dalam

upaya-upaya mitigasi sebelum terjadinya bencana

penyimpanan bahan, barang dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana

3. Mitigasi Bencana : Pelaksanaan Penataan

Tata Ruang. : Pengaturan

pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan

: Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan.

Tanggap Darurat

: Menurunkan Team Ekspedisi/ SAR PKPU (jangka waktu 5 hari), yang kemudian dilakukan pencarian, evakuasi serta penelusuran titik-titik kemungkinan korban-korban yang masih tersangkut atau tertindih. Dan berhasil menemukan 3 sosok mayat yang terdiri atas 2 orang anak−anak dan 1 orang wanita dewasa. Melalui Team Ekspedisi/ SAR PKPU, juga dilakukan pengamatan dampak aliran, yang kemudian menjadi dasar untuk menentukan jenis bantuan apa yang akan diberikan kepada para korban

: Penyediaan Posko Bantuan PKPU (jangka waktu 12 hari), yang menjadi pusat tempat kegiatan-kegiatan PKPU, penyimpanan logistik dan aktivitas pelayanan sosial lainnya terkait pemenuhan kebutuhan dasar dan perlindungan kelompok rentan

: Program Dapur Air (jangka waktu 12 hari), sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar korban Situ Gintung

: Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya

: Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana

: Pemenuhan kebutuhan dasar : Perlindungan terhadap

kelompok rentan : Pemulihan dengan segera

prasarana dan sarana vital

Page 121: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

: Program Bersih Rumah (jangka waktu 6 hari), mengupayakan pembersihan rumah-rumah dan jalan umum, sebagai langkah awal dalam pemulihan sarana prasarana dan perbaikan lingkungan daerah bencana

: Program Steam Gratis (jangka waktu 6 hari), berupaya memenuhi kebutuhan dasar korban yang sesuai dengan kebutuhan tepat pada waktunya

: Paket-paket Sumbangan, yang diberikan secara kontinyu dan bertahap sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar

Pasca Bencana/ Recovery

1. Rehabilitasi : Program Trauma Healing

Anak-anak (jangka waktu 1 hari), sebagai upaya untuk penghilangan trauma terhadap kelompok rentan yaitu anak-anak dan merupakan upaya pemulihan kondisi sosial psikologi

: Program Tag Sale

(jangka waktu 3 hari), sebagai upaya untuk penguatan dan penghilangan trauma dan pemenuhan kebutuhan dasar yang sesuai dengan kebutuhan, dengan kelompok sasaran yaitu ibu-ibu dan keluarga

: Program Wisata Keluarga (jangka waktu 1 hari), sebagai penguatan dan penghilang rasa trauma dengan kelompok sasaran yaitu keluarga

: Program Gizi (jangka waktu 4 bulan), sebagai suatu bentuk pelayanan

1. Rehabilitasi : Perbaikan lingkungan

daerah bencana : Perbaikan prasarana dan

sarana umum : Pemberian bantuan

perbaikan rumah masyarakat

: Pemulihan sosial psikologis

: Pelayanan kesehatan : Pemulihan sosial

ekonomi budaya : Pemulihan keamanan

dan ketertiban : Pemulihan fungsi

pemerintahan : Pemulihan fungsi

pelayanan publik

Page 122: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

kesehatan bagi kelompok rentan yaitu bayi/ balita berupa pemantauan perkembangan gizi balita, pembinaan/ pendampingan bagi ibu dan balita dalam rangka memberikan peningkatan wawasan, perilaku dan keterampilan tentang gizi masyarakat. Melalui Program Gizi, ikut merangsang keaktifan kembali aktivitas pelayanan publik yaitu Posyandu, karena pelaksanaannya melibatkan unsur posyandu setempat

: Tidak terlibat dalam pemulihan keamanan dan ketertiban, juga pemulihan fungsi pemerintahan

2. Rekonstruksi : Program Ekonomi

(jangka waktu 1 tahun), dengan pemberian modal bergulir untuk korban Situ Gintung, pendampingan intens setiap bulannya, pelatihan dasar dan pembekalan pengelolaan usaha serta motivasi sebagai upaya pemulihan dan peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat pasca bencana

: Tidak terlibat dalam pembangunan kembali prasarana dan saran utama sosial masyarakat

2. Rekonstruksi : Pembangunan kembali

prasarana dan sarana : Pembangunan kembali

sarana sosial masyarakat : Pembangkitan kembali

kehidupan sosial budaya masyarakat

: Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana

: Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat

: Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya

: Peningkatan fungsi pelayanan publik

: Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat

Page 123: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Berdasarkan tabel diatas, tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU

sangat terkait satu sama lain antara masa tanggap darurat dengan masa pemulihan/

recovery pasca bencana.

Masing-masing tahapan upaya penangguangan bencana tidak dapat dipisah-pisah

secara nyata (ketat dan kaku), tetapi diantara tahapan tersebut saling berhubungan dan

bergantung.260

Dalam UU penanggulangan bencana RI No. 24/ 2007, bahwa penyelenggaraan

penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahapan yang meliputi tahapan pra bencana,

tanggap darurat dan pasca bencana. Pra Bencana meliputi kegiatan pencegahan;

kesiapsiagaan; mitigasi, Tanggap darurat dan Pasca Bencana yang meliputi rehablitasi

dan rekonstruksi. Berdasarkan tabel rangkuman analisis data tersebut diatas, dengan

mengacu kepada Undang-Undang Penanggulangan Bencana RI No. 24/ 2007, tahapan

penanganan bencana yang dilakukan oleh PKPU yaitu pada masa tanggap darurat dan

pasca bencana yang meliputi rehablitasi dan rekonstruksi. Sedangkan pada tahapan pra

bencana, PKPU tidak ikut terlibat dalam upaya-upaya penanganan bencana.

Rangkaian tahapan tersebut direalisasikan melalui berbagai program penanggulangan

bencana yaitu pada masa tanggap darurat dengan menurunkan Team Ekspedisi/ SAR,

membuat posko bantuan darurat, mengadakan program dapur air, program bersih rumah,

program steam gratis dan memberikan beragam paket-paket sumbangan yang disalurkan

bagi para korban bencana Situ Gintung. Pada masa pasca bencana/ recovery yaitu

rehabilitasi meliputi program trauma healing anak-anak, program tag sale, program

wisata keluarga dan program gizi. Dan rekonstruksi melalui program ekonomi (jangka

waktu 1 tahun).

260 Warto dkk, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otonomi

Daerah (Yogyakarta: Departemen Sosial RI, 2003), h. 15.

Page 124: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

PKPU sebagai lembaga kemanusiaan, ikut terlibat dalam tahapan penanggulangan

bencana Situ Gintung sesuai dengan kapasitas dan peranannya, karena pada dasarnya

tanggung jawab dan wewenang penanggulangan bencana berada pada pemerintah dan

pemerintah daerah (dalam pasal 5 UU RI No. 24/ 2007). Namun setiap orang, kelompok,

lembaga masyarakat bahkan masyarakat asingpun boleh dan harus perduli terhadap

bencana. Karena baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha, merupakan segi tiga

kekuatan yang harus solid dalam penanggulangan bencana.

Para pihak dapat memberikan kontribusi sesuai dengan peran masing-masing mulai

dari jauh sebelum bencana, pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.261 Dan saling

melengkapi untuk penanggulangan bencana yang terjadi di suatu daerah.262

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Tahapan Penanggulangan Bencana Situ

Gintung oleh PKPU

Beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat dari pelayanan sosial yang

diberikan oleh PKPU untuk korban bencana Situ Gintung, yaitu:

Faktor pendukung dalam Team Ekspedisi/ SAR PKPU diantaranya adalah tersedianya

sarana dan pra sarana yang memadai, relawan ahli dalam Ekspedisi dan SAR, serta

koordinasi yang baik dengan penyelenggara setempat seperti dalam pembagian lokasi

pencarian korban. Faktor penghambatnya diantaranya adalah kondisi medan yang berat

berisi lumpur bermaterial sehingga sulit mencari korban yang tertimbun, kesulitan akses

keluar masuk wilayah bencana karena ribuan orang datang untuk melihat.

Faktor pendukung dalam Posko Bantuan PKPU diantaranya adalah tersedianya sarana

dan pra sarana yang memadai, lokasi posko dekat dengan salah satu tenda pengungsian

261 Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu (Jakarta: Yarsif Watampone, 2006), h. 105.

262 Soeladi, Manajemen Bencana Alam Tsunami (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1995), h. 9.

Page 125: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

sehingga memudahkan pelaksanaan program pelayanan sosial. Kemudian adanya relawan

yang selalu standby di posko selama 24 jam. Faktor penghambatnya diantaranya adalah

lokasi posko dan sekitarnya yang medannya cukup berlumpur sehingga menyulitkan

aktivitas diposko.

Faktor pendukung dalam Program Dapur Air PKPU diantaranya adalah tersedianya

sarana dan prasarana yang memadai, serta relawan yang kontinyu memberikan pelayanan.

Kemudian antusiasme warga masyarakat khususnya korban bencana yang cukup baik

terhadap program ini. Faktor penghambatnya diantaranya yaitu kontinuitas yang harus

dilakukan seperti memasak air dalam jumlah besar secara terus menerus sehingga agak

merepotkan.

Faktor pendukung dalam Program Bersih Rumah PKPU diantaranya adalah

tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan jumlah tenaga relawan yang cukup

besar. Kemudian juga antusias warga korban bencana yang cukup baik terhadap program

ini, dimana mereka ikut terlibat dalam pelaksanaan program ini. Faktor penghambatnya

diantaranya adalah karakter lumpur yang sulit dibersihkan, karena bercampur dengan

beragam material-material bangunan lainnya.

Faktor pendukung dalam Program Steam Gratis PKPU diantaranya yaitu tersedianya

sarana dan prasarana yang memadai, adanya team relawan yang memberikan pelayanan.

Faktor penghambatnya diantaranya yaitu terkadang terjadi kerusakan pada alat mesin

steam misalnya seperti selang mesin steam yang mudah terlepas.

Faktor pendukung dalam peberian paket-paket sumbangan yaitu adanya mitra usaha

(donator/ dermawan) yang selalu mendukung dalam memberikan bantuan untuk korban

Situ Gintung melalui PKPU. Sedangkan faktor penghambatnya seperti lokasi

pengungsian korban yang tersebar, sehingga agak menyulitkan pemberian paket

sumbangan dan harus dilakukan secara mobile.

Page 126: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Faktor pendukung dalam Program Trauma Healing Anak-Anak adalah tersedianya

sarana dan pra sarana yang mendukung. Kemudian juga dimeriahkan oleh artis-artis ibu

kota yang menambah keceriaan dalam pelaksanaan program dan respon anak-anak yang

begitu antusias. Faktor penghambatnya diantaranya adalah jumlah peserta yang ternyata

lebih banyak dari perkiraan.

Faktor pendukung dalam Program Tag Sale adalah tersedianya sarana dan pra sarana

yang memadai. Kemudian ada beragam variasi barang-barang kebutuhan yang

disediakan. Faktor penghambatnya diantaranya yaitu lokasi pengungsian yang berbeda-

beda sehingga mengharuskan untuk dilakukan secara mobile.

Faktor pendukung dalam Program Wisata Keluarga adalah tersedianya sarana dan pra

sarana yang memadai, mitra kerja yang solid dalam bekerjasama mensukseskan program

ini. Kemudian antusias warga yang cukup baik. Faktor penghambatnya diantaranya yaitu

keterlambatan waktu pelaksanaan dan keterbatasan kapasitas jumlah peserta, sementara

banyak warga yang ingin ikut teribat.

Faktor pendukung dalam Program Gizi adalah tersedianya sarana dan pra sarana yang

memadai dan team gizi PKPU yang solid. Faktor penghambatnya diantaranya yaitu lokasi

pengungsian yang berbeda-beda sehingga kegiatan ini harus dilaksanakan di beberapa

lokasi pengungsian.

Faktor pendukung dalam Program Ekonomi adalah tersedianya sarana pra sarana yang

memadai, respon warga yang baik terutama bagi mereka yang sebelumnya memang sudah

memiliki usaha namun terhambat akibat bencana. Faktor penghambatnya diantaranya

yaitu tingkat kesadaran anggota masih kurang akan pentingnya program ini berikut juga

dengan prosesnya seperti dari jumlah kehadiran anggota yang tidak lengkap setiap

pertemuan, kemudian juga ada sedikit hambatan dalam cicilan pengembalian.

Page 127: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Secara umum, faktor pendukung dan penghambat dalam tahapan penanggulangan

bencana Situ Gintung oleh PKPU, yaitu:

1. Faktor Pendukung

Beberapa faktor yang sangat berperan sebagai pendukung dalam tahapan

penanggulangan bencana Situ Gintung oleh PKPU, yaitu:

a. Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup memadai guna memperlancar

proses dalam tahapan penanggulangan bencana.263

b. Adanya mitra usaha yang sangat berpengaruh dalam mendukung jalannya

program penanggulangan bencana, seperti dari segi pendanaan oleh para donator

baik dari instansi maupun individu baik itu berupa uang ataupun barang.264

c. Adanya mitra kerja yang solid dalam melaksanakan tahapan demi tahapan yang

dilakukan, yaitu seperti team dari masing-masing divisi PKPU maupun mitra

dengan instansi lain.265

d. Para penerima program korban bencana Situ Gintung yang sangat menyambut

positif terhadap program-program dalam tahapan penanggulangan bencana yang

digulirkan PKPU.266

2. Faktor Penghambat

a. Kondisi medan yang berat berisi lumpur bermaterial sehingga munyulitkan

aktivitas penanggulangan bencana.267

b. Kesulitan akses keluar masuk wilayah bencana karena ribuan orang datang untuk

melihat.268

263 Wawancara Pribadi dengan Ferry Suranto (Manager Divisi Kesehatan PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009.

264 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 265 Ibid., 266 Wawancara Pribadi dengan Nurzaman (Manager PROSPEK PKPU). Jakarta, 30 Desember 2009. 267 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009.

Page 128: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

c. Lokasi korban dan pengungsian yang terpencar sehingga agak menyulitkan

pelaksanaan program.269

268 Ibid., 269 Wawancara Pribadi dengan Ferry Suranto (Manager Divisi Kesehatan PKPU). Jakarta, 28 Desember

2009.

Page 129: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rangkaian tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh PKPU yaitu pada

masa tanggap darurat dengan menurunkan Team Ekspedisi/ SAR, membuat posko

bantuan darurat, mengadakan program dapur air, program bersih rumah, program

steam gratis dan memberikan beragam paket-paket sumbangan yang disalurkan bagi

para korban bencana Situ Gintung. Pada masa pasca bencana/ recovery yaitu

rehabilitasi meliputi program trauma healing anak-anak, program tag sale, program

wisata keluarga dan program gizi. Dan rekonstruksi melalui program ekonomi.

Sedangkan pada tahapan pra bencana, PKPU tidak ikut terlibat dalam upaya-upaya

penanganan bencana.

2. Faktor pendukung dalam tahapan penanggulangan bencana Situ Gintung oleh PKPU

yaitu tersedianya sarana dan prasarana yang cukup memadai guna memperlancar

proses dalam tahapan penanggulangan bencana, adanya mitra usaha yang sangat

berpengaruh dalam mendukung jalannya program penanggulangan bencana, seperti

dari segi pendanaan oleh para donator baik dari instansi maupun individu berupa uang

ataupun barang. Kemudian adanya mitra kerja yang solid dalam melaksanakan

tahapan demi tahapan yang dilakukan, yaitu seperti team dari masing-masing divisi

PKPU. Selain itu para penerima program korban bencana Situ Gintung yang sangat

menyambut positif terhadap program-program dalam tahapan penanggulangan

bencana yang digulirkan PKPU. Faktor Penghambat dalam tahapan penanggulangan

bencana Situ Gintung oleh PKPU yaitu kondisi medan yang berat berisi lumpur

Page 130: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

bermaterial sehingga munyulitkan aktivitas penanggulangan bencana, kesulitan akses

keluar masuk wilayah bencana karena ribuan orang datang untuk melihat. Kemudian

lokasi pengungsian yang berbeda-beda sehingga agak menyulitkan pelaksanaan

program.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan dalam skripsi ini,

maka ada beberapa saran-saran yang ingin peneliti sampaikan, yaitu:

1. Ditujukan untuk penelitian selanjutnya

a. Untuk penelitian lain yang ingin meneliti di lembaga ini, masih terbuka

kemungkinan untuk mendalami beragam bidang maupun program dalam lembaga

ini, khususnya mengenai penanggulangan bencana atau disaster management.

b. Dalam melakukan penelitian terkait penanggulangan bencana atau disaster

management, hendaknya dapat lebih bersifat aware terhadap lingkungan dan

situasi sosial yang kita hadapi, baik itu dari segi tempat (place), pelaku (actors)

dan aktivitas (activity) yang terkait satu sama lain.

2. Ditujukan untuk PKPU

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan beberapa hal

yang diharapkan dapat membawa PKPU menjadi semakin terdepan dalam

memberikan pelayanan yang terbaik melalui tahapan penanggulangan bencana bagi

para penerima program. Saran-saran tersebut antara lain:

a. Agar ikut terlibat dalam upaya penanggulangan bencana pada masa pra bencana/

sebelum terjadinya bencana

Page 131: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

b. Kuantitas jumlah penerima program PKPU lebih diperbesar lagi agar semakin

banyak orang atau korban yang dapat menerima dan merasakan program-program

pelayanan PKPU, namun tentunya juga disesuaikan dengan kapasitas program.

c. Pengembangan program-program pelayanan sosial terkait pemenuhan kebutuhan

dasar dan peningkatan fungsi sosial yang sudah cukup baik dan kreatif, agar lebih

beragam dan terus berinovasi dalam menciptakan program-program yang memang

berdasarkan community need dengan tampilan atau kemasan yang semakin

menarik.

d. Menciptakan program-program terkait dengan penyadaran masyarakat akan

pentingnya perilaku sadar bencana, sehingga menjadikan masyarakat kita sebagai

masyarakat yang mengerti akan pentingnya menjaga, memelihara dan

melestarikan lingkungan sekitar sehingga terhindar atau paling tidak

meminimalisir terjadinya suatu bencana.

e. Wilayah Indonesia yang begitu rawan terhadap bencana, baik itu bencana akibat

kejadian alam, ataupun dikarenakan ulah manusia atau bahkan karena keduanya,

sehingga tentu masih banyak membutuhkan kehadiran dari program-program

pelayanan PKPU diberbagai wilayah di Indonesia.

3. Ditujukan untuk Pemerintah terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan dalam skripsi

ini, maka ada beberapa saran-saran yang ingin peneliti sampaikan khususnya untuk

pihak pemerintah setempat, yaitu:

a. Pemerintah sebagai penanggung jawab dan yang memiliki wewenang terhadap

penyelenggaraan penanggulangan bencana, hendaknya menjalankan tahapan-

tahapan penanggulangan bencana secara konsisten dan menyeluruh, dimulai dari

tahap pra bencana, tanggap darurat hingga tahap pasca bencana.

Page 132: TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3928/1...TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU Skripsi Diajukan kepada Fakultas

b. Pemerintah hendaknya melakukan penegakan peraturan hukum (law enforcment)

terkait pendirian bangunan, tata ruang dan pendayagunaan alam sekitar dari

praktek-praktek yang dilarang, agar tidak menimbulkan dampak ancaman yang

buruk terhadap keselamatan publik.