TAHAPAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM...
Transcript of TAHAPAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM...
TAHAPAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI
PROGRAM PELESTARIAN BIR PLETOK DI
KELOMPOK WANITA TANI (KWT) CEMPAKA RW.02
KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Di Susun Oleh:
Resa Risaldi Gosal
(1113054100044)
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1441/2019 M
i
ii
iii
ABSTRAK
Resa Risaldi Gosal, 1113054100044
Tahapan Pemberdayaan Perempuan Melalui Program
Pelestarian Bir Pletok di Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka Rw.02 Kelurahan Petukangan Selatan
Perempuan merupakan potensi keluarga yang memiliki
semangat. Namun, masih banyak juga perempuan yang kurang
berdaya yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti ekonomi
yang rendah, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang rendah
serta kurangnya akses untuk menambah pengetahuan dan
keterampilannya. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang
memiliki tujuan untuk merubah keadaan hidup masyarakat
menjadi lebih baik dengan cara memberdayakan perempuan atau
ibu rumah tangga yang mayoritas masih di usia produktif.
Melihat hal itu peneliti tertatik dalam membahas
permasalahan diatas dengan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk
mendeskripsikan tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka Rw.02 Kelurahan
Petukangan Selatan dan hambatan yang dialami selama proses
kegiatan Pelestarian Bir Pletok berlangsung.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka Rw.02
Kelurahan Petukangan Selatan melakukan tahapan pemberdayaan
melalui mempersiapkan dan mengkaji potensi wilayah,
melakukan pelatihan dan pemberian materi kepada anggota, serta
praktek lapangan dan mengadakan evaluasi dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pemberdayaan.
Selama proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani Cempaka berlangsung, beberapa hambatan pun
dialami seperti hambatan dalam bidang produksi dan hambatan
dalam bidang pemasaran.
Kata Kunci: Tahapan Pemberdayaan, Hambatan
Pemberdayaan
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan karunia tak terhingga kepada penulis,
juga memberikan kesehatan sehingga penulis mendapatkan
kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir dalam kuliah yaitu
skripsi yang berjudul “Tahapan Pemberdayaan Perempuan
Melalui Program Pelestarian Bir Pletok di Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka Rw.02 Kelurahan Petukangan Selatan”.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabat, tabi‟in dan umat islam.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan, sekalipun
penulis sudah berusaha untuk menyusun skripsi ini sebaik
mungkin. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah
SWT.
Pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan, motivasi, dan arahan serta saran terhadap penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
v
Jakarta, serta segenap jajaran Dekanat Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Ahmad Zaky, M.Si sebagai ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hj.
Nunung Khoriyah, MA selaku sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Rosita Tandos, M.Comdev,. Ph.D sebagai Dosen
Pembimbing skripsi saya, yang secara ikhlas dan sabar
dalam membimbing dan memberikan pemahaman,
petunjuk serta arahan baik dalam penulisan skripsi.
Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan
kepada beliau.
4. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pengajaran, dan bimbingan selama penulis
menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka Rw.02
Kelurahan Petukangan Selatan, khususnya kepada Ibu Hj.
Satimin sebagai ketua, seluruh pengurus dan seluruh
anggota Kelompok Wanita Tani Cempaka yang sudah
meluangkan waktunya dan memberikan kesempatan
kepada penulis dalam menjalani penelitian ini.
6. Kepada kedua Orangtua penulis, Jerry Gosal dan Hj. Siti
Aisyah yang telah mendidik, memberikan semangat serta
selalu mendoakan anak-anaknya.
7. Kepada teman-teman Kesejahteraan Sosial Angkatan
2013 yang selalu memberikan energi positif kepada
vi
penulis dan Keluarga besar mahasiswa Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
berperan besar dalam penulis selama menjadi mahasiswa
dan menerima penulis dalam Keluarga Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Kepada teman-teman Angkatan 2013, sahabat, dan para
senior mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah mengenal saya. Terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala perbuatan baik yang
diberikan kepada penulis dan selalu mendukung penulis
selama menjadi mahasiswa.
Jakarta, 10 Oktober 2019
Penyusun.,
Resa Risaldi Gosal
1113054100044
vii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x
BAB I ................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 9
1. Pembatasan Masalah .............................................................. 9
2. Perumusan Masalah ............................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 10
1) Tujuan Penelitian ................................................................. 10
2) Manfaat Penelitian ............................................................... 10
D. Metodelogi Penelitian .............................................................. 11
1. Pendekatan ........................................................................... 11
1. Sumber Data ......................................................................... 12
a. Data Primer .......................................................................... 12
b. Data sekunder ....................................................................... 13
2. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 13
3. Teknik Analisis Data ............................................................ 15
4. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 15
5. Teknik Pemilihan Informan ................................................. 15
6. Teknik Penulisan .................................................................. 17
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 17
viii
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 19
BAB II ................................................................................................. 21
KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 21
A. Pemberdayaan .............................................................................. 21
1. Pengertian Pemberdayaan ........................................................ 21
2. Prinsip Pemberdayaan .............................................................. 24
3. Tujuan Pemberdayaan .............................................................. 27
4. Tahapan Pemberdayaan ........................................................... 29
a. Tahap Persiapan (Engagement) ........................................... 29
b. Tahap Pengkajian (Assesment) ............................................. 29
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
(Designing) .................................................................................. 30
d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi ................................. 30
6. Pemberdayaan Perempuan ....................................................... 38
BAB III ................................................................................................ 41
GAMBARAN UMUM LEMBAGA .................................................. 41
A. Sejarah Singkat Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka .......................................................................................... 41
B. Visi dan Misi ............................................................................ 42
C. Tujuan ...................................................................................... 43
D. Struktur Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ................. 43
E. Bir Pletok Cempaka ................................................................. 46
F. Cara Pembuatan Bir Pletok ...................................................... 47
G. Pemasaran dan Promosi ........................................................... 48
BAB IV ................................................................................................ 50
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............................................ 50
A. Tahapan Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Cempaka ..... 50
1. Pemberdayaan terhadap Anggota Kelompok ....................... 50
2. Tahapan-tahapan dalam Proses Pemberdayaan anggota
Kelompok ..................................................................................... 53
ix
B. Hambatan Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani
Cempaka .......................................................................................... 68
a. Bidang Produksi ................................................................... 68
b. Bidang Pemasaran ................................................................ 69
BAB V ................................................................................................. 70
PEMBAHASAN ................................................................................. 70
A. Analisis Tahapan-tahapan Pemberdayaan Kelompok Wanita
Tani Cempaka .................................................................................. 70
1. Tahap Persiapan (Engagement) ........................................... 71
2. Tahap Pengkajian (Assesment) ............................................. 72
B. Hambatan Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani
Cempaka .......................................................................................... 76
a. Hambatan di Bidang Produksi ............................................. 76
b. Hambatan di Bidang Pemasaran .......................................... 77
BAB VI ................................................................................................ 78
KESIMPULAN .................................................................................. 78
A. Kesimpulan .............................................................................. 78
B. Implikasi .................................................................................. 80
C. Saran ........................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 83
LAMPIRAN........................................................................................ 85
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkip Wawancara 1 .......................................... 86
Lampiran 2 Transkip Wawancara 2 .......................................... 92
Lampiran 3 Transkip Wawancara 3 ......................................... 95
Lampiran 4 Transkip Wawancara 4 ......................................... 98
Lampiran 5 Transkip Wawancara 5 ......................................... 101
Lampiran 6 Hasil Observasi .................................................... 104
Lampiran 7 Dokumentasi ........................................................ 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu Negara yang
mempunyai kawasan wisata yang beraneka ragam dan
menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik atau
internasional. Dengan adanya berbagai macam tempat-
tempat wisata di Indonesia turut memberikan dampak
positif untuk perkembangan industri pariwisata di
Indonesia. Keanekaragaman pariwisata yang ada telah
memberikan pilihan kepada wisatawan untuk memilih
daerah mana yang akan menjadi destinasi wisata. Menurut
Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan pada Pasal 1, Pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Menurut Pendit (2003:33) Pariwisata adalah salah
satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,
peningkatan penghasilan, standar hidup serta
menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Pariwisata
merupakan aktifitas yang diperlukan untuk setiap individu
dalam kehidupan. Maka dari itu keberadaan industri
pariwisata merupakan salah satu yang mampu membantu
2
meningkatkan pendapatan pada suatu Negara,
mengenalkan sektor pariwisata yang ada di daerahnya,
baik di kancah nasional maupun internasional.
Seperti yang diketahui bahwa banyak sekali jenis
wisata yang ada di Indonesia maupun di dunia. Jenis-jenis
wisata yang dikenal antara lain wisata alam, wisata
budaya, wisata sejarah, wisata pendidikan, wisata
pertanian, wisata religi, wisata bahari, dan wisata kuliner.
Dari semua jenis wisata tersebut, wisata kuliner
memiliki daya tarik yang tinggi bagi para wisatawan.
Makanan di setiap daerah di Indonesia mempunyai ciri
khas tersendiri yang berasal dari racikan rempah-
rempahnya baik untuk makanan maupun minumannya.
Makanan dan minuman yang ada di setiap daerah
merupakan produk yang mempunyai nilai penting dalam
industri pariwisata. Jadi dapat disimpulkan jika wisata
kuliner adalah kegiatan berpergian untuk dapat
menemukan makanan dan minuman disertai dengan
suasana yang baru.
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta merupakan kota
besar sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia
dengan luas 662 km persegi, Jakarta termasuk salah satu
kota terbesar di dunia. Sebagai Ibukota Republik
Indonesia, Jakarta merupakan propinsi mandiri terdiri dari
5 kotamadya yaitu: Jakarta pusat, utara, barat,, timur dan
selatan serta wilayah Kepulauan Seribu. Sebagai pusat
3
pemerintahan Indonesia tidak heran jika DKI Jakarta
sebagai daerah yang sering dikunjungi oleh wisatawan
mancanegara maupun domestik.
Jumlah wisman yang berkunjung ke Jakarta dari
bulan Januari sampai November tahun 2016 mencapai
2.284.070 kunjungan meningkat 4,51 persen dibandingkan
periode yang sama tahun 2015 yang mencapai 2.185.594
kunjungan. Penurunan kunjungan wisman bulan
November tahun 2016 yang mencapai 7,29 persen
terhadap bulan sebelumnya, merupakan satu-satunya
penurunan kkunjungan wisman di bulan November
terhadap bulan Oktober sepanjang tahun 2013-2016.
DKI Jakarta sebagai kota yang sering dikunjungi dan
juga memiliki keanekaragaman dalam kulinernya.
Kuliner-kuliner khas Jakarta masing-masing memiliki
sejarah yang unik. Tidak kalah dengan daerah lainnya,
kuliner Jakarta yang terkenal adalah Asinan Jakarta dan
Gado-gado Jakarta. Keduanya adalah campuran sayuran
yang terdiri dari bayam, seledri, toge, kacang panjang,
mentimun, kangkung, dan lainnya. Namun ada juga salah
satu kuliner khas Jakarta yang unik yaitu Bir Pletok.
Bir Pletok merupakan salah satu kuliner minuman
yang melegenda di Jakarta, dimana keberadaannya sulit
ditemukan namun masih diminati untuk di konsumsi oleh
masyarakat khususnya di daerah DKI Jakarta. Bir Pletok
adalah minuman dari ekstrak rempah yang sama sekali
4
tidak mengandung alkohol, walau namanya mengandung
kata “Bir”. Bir pletok salah satu minuman tradisional yang
berkhasiat dan memiliki sejarah yang unik di balik nama
„Bir Pletok” itu sendiri.
Bir pletok merupakan minuman tradisional khas dari
DKI Jakarta atau biasa disebut asli Betawi. Bir ini banyak
memiliki khasiat yang sangat baik untuk tubuh karena
kandungan yang terdapat di minuman tersebut. Salah
satunya adalah untuk menghangatkan tubuh dan
pelancaran darah. Selain untuk kesehatan tubuh, bir ini
tidak mengandung alkohol seperti bir pada umumnya
karena bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan bir
ini berasal dari rempah-rempah yang sering kita gunakan
di kehidupan sehari-hari. Seperti Jahe, daun pandan, serai,
kayu manis, dan cengkeh sebagai penambah aroma pada
bir. Bir yang satu ini bisa dicampur dengan tambahan
rempah kayu secang, tambahan ini akan membuat bir
menjadi merah atau berwarna kecoklatan ketika diseduh
dengan air panas dan mampu menarik perhatiann
penggemar minuman ini. Didik (2013:22)
Namun sekarang keberadaan bir pletok khususnya di
DKI Jakarta semakin sulit ditemukan. Karena
berkurangnya partisipasi masyarakat dalam melestarikan
makanan dan minuman tradisional khas daerah DKI
Jakarta, padahal masih banyak masyarakat yang ingin
mengkonsumsi makanan dan minuman tradisional. Jika
5
makanan dan minuman tradisional mampu dikembangkan
dengan baik sehingga dapat dijadikan sebagai peluang
usaha serta sebagai pekerjaan yang menghasilkan.
Beda halnya dengan Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka yang memiliki tujuan untuk merubah keadaan
hidup masyarakat menjadi lebih baik dengan cara
memberdayakan perempuann atau ibu rumah tangga yang
mayoritas masih di usia produktif. Salah satu
pemberdayaanya adalah melalui program pelestarian Bir
pletok.
Perempuan merupakan potensi keluarga yang
memiliki semangat. Namun, masih banyak juga
perempuan yang kurang berdaya yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti ekonomi yang rendah, tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang rendah serta
kurangnya akses untuk menambah pengetahuan dan
keterampilannya. Faktor tersebutlah yang mendorong
perempuan untuk ikut serta mengambil alih tanggung
jawab ekonomi keluarga dengan bekerja diluar rumah.
Para perempuan juga boleh bekerja diberbagai
bidang, di dalam maupun di luar rumah, baik untuk
bekerja sendiri ataupun bekerja untuk orang lain, dengan
lembaga pemerintahan maupun swasta , selama pekerjaan
tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan,
serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari
pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.
6
Dalam proses pemberdayaan perempuan terkandung
usaha-usaha untuk mencerdaskan perempuan. Sebab
proses pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan sebagai
suatu proses perubahan yang dilakukan dengan membantu
dan menolong orang untuk memahami potensi yang
mereka miliki agar mereka dapat hidup dengan lebih baik
dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Di dalam
proses tersebut, masyarakat tidak serta merta memeteakan
diri sendiri potensi mereka, tetapi dibantu oleh orang lain
agar mereka dapat mengerti dan memahami apa yang
menjadi kebutuhannya dan memenuhi hak-haknya dengan
melakukan apa yang menjadi kewajibannya, sehingga
pada akhirnya mereka dapat menentukan sendiri dan
memutuskan nasib dan kehidupannya agar dapat hidup
menuju kesejahteraan sosial yang lebih baik. Hal ini
membutuhkan pendampingan dari pemerintah, swasta dan
masyarakat luas termasuk kelembagaan sosial untuk
membantu masyarakat dari jeratan kemiskinan. Oleh
karena itu pentingnya pemberdayaan masyarakat untuk
mengubah kondisi ekonomi keluarga.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka merupakan
salah satu kelompok yang memiliki kegiatan yang efektif
dalam rangka ikut berpartisipasi untuk pembangunan di
bidang pertanian dan turut menciptakan kondisi
masyarakat yang berdaya dalam upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Disisi lain Kelompok Wanita Tani
7
(KWT) Cempaka juga mempunyai manfaat sosial dan
lingkungan. Dengan menggunakan lahan kososng sebagai
tempat kegiatan, Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka juga memberikan solusi murah dan fleksibel
bagi masyarakat yang terkendala finansial dengan
menggunakan lahan perkarangannya dengan metode
tambulampot.
Bir pletok, instan jahe, temulawak, dan keripik pisang
merupakan produk makanan dan minuman hasil panen
yang diolah oleh Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka. Dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jual
yang diharapkan dapat membantu peningkatan pendapatan
dan berdampak pada kesejahteraan keluarga, maka
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka berinisiatif
untuk mengolah hasil panen ini. Dari pemberdayaan yang
dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Cempaka (KWT)
kepada masyarakat khususnya perempuan atau ibu rumah
tangga yang masih berada di usia produktif, menyebabkan
adanya perubahan terkait sosial, ekonomi, dan budaya.
Berdasarkan data dan definisi-definisi singkat diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan, dikarenakan Kelompok ini
mempunyai tujuan meningkatkan pendapatan keluarga
untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera dengan cara
meningkatkan kemampuan dan kualitas kelompok dari sisi
8
pembinaan, pengelolaan, permodalan dan pengembangan
usaha yang berdampak pada perubahan sosial ekonomi
keluarga.
Dalam Al – Qur‟an juga menjelaskan bahwa
perubahan kearah yang lebih baik, sebagaimana dijelaskan
dalam Surah Al – Ra‟ad: 11
Artinya: “Bagi Manusia ada malaikat- malaikat yang
selalu mengikutinya bergiliran, di muka bumi dan
dibelakangnya, mereka menjaganya atas perinta Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah mengkehendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali – kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.” (QS. Al- Ra‟ad: 11).
Memaknai kandungan dalam surah diatas, bahwa
tidak ada suatu perubahan kearah yang lebih baik kecuali
perubahan itu dilakukan oleh diri sendiri. Hal ini sangat
9
sesuai dengan upaya pemberdayaan dimana
pemberdayaan ataupun kekuatan menuju kemandirian
senantiasa dimulai dan dilakukan oleh diri sendiri.
Jika dilihat dari Latar Belakang Masalah diatas
tentang adanya Pemeberdayaan Masyarakat khusunya
perempuan atau ibu rumah tangga sehingga menimbulkan
perubahan sosial masyarakat, maka dari itu penulis
tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang
TAHAPAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
MELALUIPROGRAM PELESTARIAN BIR
PLETOK DI KELOMPOK WANITA TANI (KWT)
CEMPAKA RW.02 KELURAHAN PETUKANGAN
SELATAN
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dengan melihat dari latar belakang di atas, penulis
memberikan batasan permasalahan agar penelitian lebih
terarah sesuai dengan judul dan tujuan dilakukanya
penelitian, yaitu pada Tahapan Pemberdayaan Perempuan
Melalui Program Pelestarian Bir Pletok Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan.
10
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Tahapan Pemberdayaan di Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan
Petukangan Selatan?
2. Bagaimana Hambatan yang terjadi dalam Tahapan
Pemberdayaan di Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui proses tahapan pemberdayaan
perempuan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan dalam program pelestarian Bir Pletok
b. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi selama
melakukan Tahapan Pemberdayaan di Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan
Petukangan Selatan
2) Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan, serta dapat
bermanfaat juga bagi kepustakaan di bidang Ilmu
Kesejahteraan Sosial di Indonesia.
11
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka Di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan seperti dapat mengetahui bagaimana
langkah tahapan pemberdayaan yang dilakukan dan
hambatan selama melaksanakannya.
D. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan
Dalam penelitian mengenaiTahapan Pemberdayaan
Perempuan Melalui Program pelestarian Bir Pletok yang
ada di Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan., dengan ini penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat post-positivisme. Filsafat post-
positivisme sering juga disebut sebagai paradigma
interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas
sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks,
dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat
interaktif (reciprocal = timbal balik).(Rustanto 2015,
8)Penelitian kualitatif sendiri merupakan penelitian yang
dilakukan pada kondisi alamiah dengan berlandaskan pada
paradigma post-positivisme, yang lebih ditujukan untuk
mengungkap makna dari pandangan subjek yang diteliti
untuk mendapatkan pemahaman tentang fenomena yang
12
diteliti secara luas, menyeluruh, dan mendalam, bukan
ditujukan untuk mencari generalisasi.(Rustanto 2015, 8)
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif, dimana dalam pengertiannya,
penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian
dalam kehidupan kerja organisasi, swasta,
kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olahraga, seni
dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan
untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.
(Gunawan 2001, 80)
Penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan
untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah,
tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-ain. Laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut
mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau
memo dan dokumen resmi lainnya.(Moleong 2007, 11)
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang berasal dari hasil
wawancara dan hasil pengamatan lapangan. Data ini juga
terdiri dari dua sumber yaitu:
1. Data utama yaitu data yang diperoleh secara langsung
di lapangan dan dalam pengamatan
13
langsung.Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa
dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
proposial maupun pengetahuan yang langsung
diperoleh dari sumber-sumber terpercaya. Peneliti
melakukan wawancara langsung dengan indikator
pemberdayaan yaitu Hj. Sunarti Satimin selaku Ketua
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.
2. Sumber umum, yaitu data yang diperoleh langsung
dari anggota atau ibu rumah tangga yang ikut
bergabung dengan Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka dalam pemberdayaan perempuan ibu rumah
tangga melalui pelestarian Bir Pletok di RW 02
Petukangan Selatan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
keterangan-keterangan dari orang lain yang mengerti
mengenai obyek yang diteliti, dan keterangan-keterangan
dari buku, artikel, dan sejenisnya, yang ada hubungannya
dengan obyek penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang
dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.
Misalnya dalam hal ini bagaimana yang harus dilakuakn
untuk memperoleh informasi dari informan.
(Rustanto 2015, 58)Teknik pengumpulan data ini
dilakukan dengan:
14
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan peneliti
untuk memperoleh informasi secara lisan dari informan,
melalui interaksi verbal secara langsung dengan tatap
muka atau dengan menggunakan media (seperti telepon),
dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat
menjawab permasalahan penelitian. Wawancara
merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan
dalam proses penelitian. Dengan wawancara data yang
diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali
pemikiran atau pendapat secara detail.(Rustanto 2015, 58)
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu
utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga,
penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya, melalui hasil kerja pancaindra mata serta
dibantu dengan pancaindra lainnya.(Bungin 2012, 115)
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan dokumen atau bahan-bahan
tertulis/cetak/rekaman peristiwa yang berhubungan
dengan hal yang ingin diteliti.(Rustanto 2015, 60)
15
3. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah
selanjutnya adalah penyusutan data secara sistematis
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan
sistem kategorisasi. Kategorisasi berarti penyususanan
kategori, dan kategori tidak lain adalah suatu tumpukan
dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar
pikiran, intusi, pendapat, atau kriteria tertentu.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka RW.02 Petukangan
Selatandi Jl. Manunggal II No. 7, RT.03/RW.02,
Petukangan Selatan, Kec. Pesanggrahan, Kota Jakarta
Selatan.
Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Dan penulis melakukan
penelitian pada bulan Maret 2019 sampai September 2019
5. Teknik Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
purposive sampling (bertujuan) yang merupakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kita
memilih orang yang benar-benar mengetahui atau
memiliki kompetensi dengan topik penelitian
kita.(Martono 2011, 79)Informan dipilih berdasarkan
16
pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang
yang tepat dalam memberikan informasi tentang
perubahan sosial masyarakat RW.02 terhadap Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW.02 Kelurahan
Petukangan Selatan.
Tabel 1.2
Rancangan Informasi
No Informan Informasi yang dicari Jumlah
1. Ketua
dan
pengurus
Kelompo
k Wanita
Tani
Cempaka
RW.02
Gambaran umum tentang Kelompok
Wanita Tani Cempaka RW.02, tahap-
tahap pemberdayaan Kelompok
Wanita Tani Cempaka RW.02,
proses pembudidayaan tanaman
hydroponic, instan jahe, dll. Dan
kegiatan yang dilakukan Kelompok
Wanita Tani Cempaka RW.02
2
2. Anggota
Kelompo
k Wanita
Tani
Cempaka
RW.02
Apa tujuan menjadi anggota
Kelompok Wanita Tani Cempaka
RW.02, hambatan-hambatan yang
dirasakan, keberhasilan yang dicapai.
1
17
3. Anggota
Kelompo
k Wanita
Tani
Cempaka
RW.02
Bagaimana dampak setelah menjadi
anggota Kelompok Wanita Tani
Cempaka RW.02, hambatan-
hambatan yang dirasakan,
keberhasilan yang dicapai.
2
6. Teknik Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi, maka
peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasarkan
pada buku „Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Disertasi).
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan
pustaka terhadap beberapa skripsi terdahulu yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian. Ada sebuah
hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang
akan penulis jadikan bahan perbandingan, yaitu:
a. Nama : Budhi Baihakki.
Jurusan/Universitas :Pengembangan Masyarakat
Islam/Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
JakartaJudul Skripsi
:TahapanPemberdayaanMas
yarakat Melalui
18
ProgramUrban Farming
Yayasan Bunga Melati
Indonesia (YBMI) di
PerigiBaru.
Skripsi ini meneliti tentang bagaimana tahapan
pemberdayaan masyarakat melalui program urban farming
di yayasan bunga melati indonesia (ybmi) di perigi baru.
b. Nama : Fachry.
Jurusan / Universitas :Kesejahteraan Sosial /
UniversitasIslam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi
:PerubahanKeberdayaanMa
syarakat Kelompok Tani
Bina Avera di Cilodong.
Skripsi tersebut membahas tentang perubahan Sosial
dan Ekonomi serta proses pembedayaan masyarakat bagi
masyarakat petani lidah buaya.
Penelitian-penelitian diatas berisikan mengenai
Tahapan Pemberdayaan Dan Perubahan Keberdayaan
Masyarakat. Penelitian penelitian di atas mempunyai
kesamaan dengan penelitian yang ingin di teliti oleh
penulis, yaitu sama-sama ingin mengetahui bagaimana
Tahapan Pemberdayaan yang terjadi akan tetapi lokasi
pelaksanaan programnya berbeda.
19
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian pertama terdiri dari : Latar Belakang,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metode Penelitian, Tehnik Penulisan serta Sistematika
Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini meliputi landasan teori, kajian pustaka dan
kerangka berpikir seperti : Pengertian Pemberdayaan
Masyarakat, Prinsip Pemberdayaan, Tujuan
Pemberdayaan, Tahapan Pemberdayaan, Pengertian
Pemberdayaan Perempuan dan Pengertian Petani.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITI
Bab III terdiri dari penjabaran mengenai Kelompok
WanitaTani (KWT) Cempaka Rw.02 Kelurahan
Petukangan Selatanyang akan dijadikan subjek penelitian
seperti Sejarahberdirinya kelompok, Visi&Misi
Kelompok, StrukturOrganisasi Kelompok, Kegiatan
Kelompok.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bagian ini akan diuraikan data dan penemuan
penelitian di Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
Rw.02 Kelurahan Petukangan Selatan
20
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dituangkan uraian yang mengaitkan
latar belakang, teori, dan rumusan teori dari penelitian di
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka Rw.02
Kelurahan Petukangan Selatan.
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Di bagian ini akan dituliskan simpulan, implikasi, dan
saran penelitian.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah
Bahasa Inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan
berasal dari kata power yang berarti kemampuan berbuat,
mencapai, melakukan atau memungkinkan. Pemberdayaan
dapat diartikan sebagai kekuatan dalam diri manusia,
karena arti dari awalan em yang berasal dari Bahasa Latin
dan Yunani yang berarti di dalamnya.(Bariadi 2005, 53–
54). Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat atau mengoptimalkan keberdayaan (dalam
arti kemampuan dan atau keunggulan bersaing) kelompok
lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu
yang mengalami masalah kemiskinan. Pemberdayaan juga
merujuk pada kemampuan, untuk berpartisipasi
memperoleh kesempatan dan mengakses sumberdaya dan
layanan yang diperlukan guna memperbaiki mutu
hidupnya (baik secara individual, kelompok, dan
masyarakat).(Mardikanto M.S 2013, 61)
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori
pemberdayaan dikarenakan pemberdayaan yang dilakukan
22
Kelompok Wanita Tani Cempaka RW 02 berdasarkan
keinginan Ibu Rumah Tangga yang ada di kawasan
Petukangan Selatan untuk membuat komunitas ini agar
para Ibu Rumah Tangga disini dapat memperoleh daya
untuk mengambil keputusan dan mempunyai kesadaran
dan kekuasaan penuh untuk membentuk hari kedepannya
seperti teori Totok Mardikanto, M.S. Pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani
Cempaka RW 02 bertujuan untuk membangun pertanian
kearah perekonomian yang lebih baik. Suku Dinas
Pertanian dan Peternakan Kota Administrasi Jakarta
Selatan berperan sebagai fasilitator dalam melakukan
pendampingan terhadap anggota Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.
Hal ini selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Totok
Mardikanto, M.S.
Istilah pemberdayaan, juga dapat diartikan sebagai
upaya memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh
individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka
memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan
mengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi
keinginan-keinginannya, termasuk aksesibilitasnya
terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaannya,
aktivitas sosialnya, dll.
Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses
dimana masyarakat, terutama mereka yang miskin sumber
23
daya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan
lainnya, didukung agar mampu meningkatkan
kesejahteraanya secara mandiri. LSM yang berperan
sebagai fasilitator yang mendampingi proses
pemberdayaan masyarkat ini.
Artinya, proses pemberdayaan ditujukan untuk
membantu penerima manfaat memperoleh daya (kuasa)
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka,
termasuk mengurangi efek hambatan pribadim dan sosial
dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalu
transfer daya dari lingkungannya.
Pemberdayaan sebagai suatu program biasanya dilihat
dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu
tujuan, yang biasanaya sudah ditentukan jangka waktunya.
Jika pemberdayaan dilihat sebagai suatu proses yang
berkesinambungan (on going) sepanjang komunitas itu
masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, tidak
hanya terpaku pada suatu program saja.
Dengan demikian pemberdayaan secara konseptual
pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,
ataupun komunitas berusaha mengkontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk
masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Prinsip ini
24
pada intinya mendorong penerima manfaat untuk
menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam
kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang
dihadapi, sehingga penerima manfaat mempunyai
kesadaran dan kekuasaan penuh untuk membentuk hari
kedepannya.
2. Prinsip Pemberdayaan
Prinsip akan berlaku umum, dapat diterima secara
umum, dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai
pengamatan dalam kondisi yang beragam. Dengan
demikian “prinsip” dapat dijadikan sebagai landasan
pokok yang benar, bagi pelaksanaan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Meskipun “prinsip” biasanya diterapkan dalam dunia
akademis, Leagans (1961) menilai bahwa setiap
penyuluh/fasilitator dalam melaksanakan kegiatannya
harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip
pemberdayaan.
Pemberdayaan memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Mengerjakan, artinya, kegiatan pemberdayaan harus
sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk
mengerjakan/menerapkan sesuatu. Karena melalui
mengerjakan mereka akan mengalami proses belajar
(baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan)
25
yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang
keterampilannya lebih lama.
b. Akibat, artinya, kegiatan pemberdayaan harus
memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau
bermanfaat; karena, perasaan akan memperngaruhi
semangatnya untuk mengikuti kegiatan
belajar/pemberdayaan di masa-masa mendatang.
c. Asosiasi, setiap kegiatan pemberdayaan harus
dikaitkan dengan kegiatan lainnya, sebab, setiap
orang cenderung untuk mengaitkan/menghubungkan
kegiatannya dengan kegiatan/peristiwa yang lainnya.
Pemberdayaan akan dapat berjalan dengan baik
apabila didukung oleh kualitas sumber daya manusia,
ketersediaan sumber daya, kolektivitas, dan organisasi.
Aset dan kapabilitas ini saling bersinergi dengan aspek
pemberdayaan (informasi, inklusi dan partisipasi,
akuntabilitas, dan kapasitas organisasai lokal). Partisipasi
masyarakat dalam proses pemberdayaan memiliki peranan
yang vital untuk menentukan berjalan atau tidaknya suatu
pemberdayaan. Partisipasi masyarakat dalam berbagai
tahap pemberdayaan akan mendukung mereka menjadi
lebih berdaya dan memiliki ketahanan dalam menghadapi
berbagai perubahan yang terjadi. Conyers (1994)
mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat, di antaranya adalah
masyarakat akan merasa lebih dihargai apabila
26
keterlibatan (partisipasi) mereka berpengaruh terhadap
suatu kebijakan tertentu dan berpengaruh langsung
terhadap apa yang mereka rasakan. Faktor lainnya yang
mempengaruhi adalah penyesuaian diri perencana sosial
atau pemangku kepentingan atas apa yang penting dan apa
yang tidak penting oleh suatu komunitas. Kaum miskin
tidak akan berpartisipasi dalam sebuah kegiatan apabila
partisipasi mereka tidak dihargai dan tidak menimbulkan
perubahan-perubahan yang cukup signifikan bagi
kesejahteraan mereka dan berguna dalam proses
pengambilan keputusan.
Dalam pemberdayaan masyarakat, upaya yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan kemampuan atau
kapasitas masyarakat khususnya masyarakat miskin.
Meningkatkan kemampuan dan kapasitas masyarakat ini
disebut juga dengan penguatan kapasitas (capacity
building). Penguatan kapasitas ini merupakan suatu proses
dalam pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan
atau merubah pola perilaku individu, organisasi, dan
sistem yang ada di masyarakat untuk mencapai tujuan
yang diharapkan secara efektif dan efisien. Melalui
penguatan kapasitas ini, maka masyarakat dapat
memahami dan mengoptimalkan potensi yang mereka
miliki untuk mencapai tujuan pemberdayaan, yaitu
kesejahteraan hidup masyarakat. Strategi yang digunakan
dalam penguatan kapasitas ini adalah melalui
27
pendampingan. Jadi, strategi pendamping sangat efektif
dan efisien dalam proses pemberdayaan masyarakat,
karena dengan adanya pendampingan makan kapasitas
masyarakat dapat dikembangkan atau diberdayakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat dan secara tidak langsung dapat membantu
pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan.
3. Tujuan Pemberdayaan
Adapun telah dikemukakan bahwa “pemberdayaan”
merupakan implikasi dari strategi pembangunan yang
berbasis pada masyarakat (people centered development).
Terkait dengan pembangunan, apapun pengertian yang
diberikan, selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama
perbaikan pada mutu-hidup manusia, baik secara fisik,
mental, ekonomi maupun sosial-budaya-nya.
Ketika halnya dalam pembangunan pertanian, tujuan
pemberdayaan diarahkan pada terwujudnya perbaikan
teknis bertani (better farming), perbaikan usahatani (better
business), dan perbaikan kehidupan petani dan
masyarakatnya (better living).
Untuk mencapai ketiga bentuk perbaikan yang
disebutkan di atas masih memerlukan perbaikan-
perbaikan lain yang menyangkut:(Mardikanto M.S. 2013,
109)
28
a. Perbaikan kelembagaan pertanian (better
organization) demi terjalinnya kerjasama dan
kemitraan antar stakeholders. Dimana inovasi sosial
yang dilakukan melalui usahatani berkelompok
mampu menembus kemandegan kenaikan
produktivitas (leveling off)yang dicapai melalui
inovasi teknis.
b. Perbaikan kehidupan masyarakat (better comunity),
yang tercermin dalam perbaikan pendapatan,
stabilitas keamanan dan politik, yang sangat
diperlukan bagi terlaksananya pembangunan
pertanian yang merupakan sub-sistem pembangunan
masyarakat (community development). Pembangunan
pertanian tidak dapat berlangsung seperti diharapkan,
manakala petani tidak memiliki cukup dana yang
didukung oleh stabilitas politik, keamanan serta
pembangunan bidang dan sektor kehidupan yang lain.
Sebaliknya, pertanian menjadi tidak berarti manakala
tidak memberikan perbaikan kepada kehidupan
masyarakatnya.
c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better
environment) demi kelangsungan usahataninya.
Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan
dan tidak seimbang dapat berpengaruh negatip pada
produktivitas, pendapatan petani dan juga kerusakan
lingkungan-hidup yang lain, yang dikhawatirkan akan
29
mengancam keberlanjutan pembangunan pertanian itu
sendiri.
4. Tahapan Pemberdayaan
Isbandi Rukminto (2005, 179-186) menjelaskan
bahwa terdapat tujuh tahapan dalam melakukan perubahan
sosial terencana kepada kelompok, yaitu:
a. Tahap Persiapan (Engagement)
Pada tahap ini ada sekurang-kurangnya dua tahapan
yang harus dikerjakan, yaitu Persiapan petugas, dan
persiapan lapangan. Persiapan petugas, dalam hal ini
tenaga pemberdayaan masyarakat yang juga dilakukan
oleh Community Worker, hal ini dilakukan untuk
penyamaan persepsi mengenai metode pendekatan apa
yang akan dipilih untuk melakukan pemberdayaan
masyarakat dan persiapan lapangan merupakan persyarat
suksesnya suatu program Intervensi Komunitas di tingkat
lokal, yang pada dasarnya dilakukan secara non-detektif.
b. Tahap Pengkajian (Assesment)
Pada tahapan ini petugas sebagai agen perubah
berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang
dirasakan dan juga sumber yang dimiliki klien, dalam
analisis kebutuhan masyarakat ini ada berbagai teknik
yang dapat digunakan untuk melakukan assesment. Baik
itu pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.
30
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau
Kegiatan (Designing)
Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubahan
secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi
permasalahan yang ada, masyarakat diharapkan
memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan
yang dapat mereka lakukan.
d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing
kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan
mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya
dengan pembuatan proposal kepada pihak penyandang
dana. Dalam tahap pemformulasian rencana aksi ini,
diharapkan petugas dan masyarakat sudah dapat
membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa
yang akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai
tujuan tersebut. Kemudian mereka dapat mengarahkan
tindakan itu seusai dengan apa yang sudah
diformulasikan.
e. Tahap Pelaksanaan Program (Implementation)
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap
yang paling penting dalam program pemberdayaan,
karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik bisa
31
saja dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila
tidak ada kerja sama antara petugas dengan masyarakat,
maupun kerjasama antar warga. Pertentangan antar
kelompok warga juga dapat menghambat pelaksanaan
suatu program ataupun kegiatan.
f. Tahap Evaluasi
Evaluasi dalam bentuk proses pengawasan dari warga
dan petugas terhadap program pengembangan masyarakat
yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada
tahapan ini akan membentuk suatu sistem dalam
komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal.
Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan
membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih
mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Akan tetapi kadangkala dari hasil pemantauan dan
evaluasi ternyata hasil yang dicapai tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Bila ini terjadi maka evaluasi proses
diharapkan akan dapat memberikan umpan balik yang
berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan.
g. Tahap Terminasi (Disengagement)
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan
secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam
suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak jarang
dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap
32
mandiri, tetapi lebih karena proyek sudah harus
diberhentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang
ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah
selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan
mau meneruskan.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka Rw.02
menggunakan tahapan pemberdayaan sebagai bentuk
kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar para petani
dan keluarganya khususnya perempuan yang ada di RW
02 Kelurahan Petukangan Selatan mampu secara mandiri
mengorganisasikan dirinya dan masyarakatnya agar bisa
hidup lebih sejahtera.
5. Hambatan Pemberdayaan
Watson (1984) menggambarkan beberapa kendala
(hambatan) yang dapat menghalangi proses pemberdayaan
masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan, antara
lain:
1. Faktor Internal (hambatan yang berasal dari
kepribadian individu)
a. Kestabilan (Homeostatis). Homeostatis merupakan
dorongan internal individu yang berfungsi untuk
menstabilkan (stabilizing forces) dorongan-dorongan
dari luar. Tubuh manusia memiliki mekanisme untuk
mengatur perubahan fisiologis, seperti temperatur,
kadar gula, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
33
suatu proses pelatihan yang diberikan dalam waktu
yang relatif singkat belum tentu dapat membuat
perubahan yang permanen pada diri individu jika
tidak diikuti dengan penguatan yang relatif terus
menerus dari sistem yang melingkupinya (tidak
diikuti program lanjutan untuk menstabilkan hasil
latihan).
b. Kebiasaan (Habit). Sebagian pakar dari teori belajar
(learning theory) berasumsi bahwa jika tidak ada
perubahan situasi yang tak terduga, setiap individu
pada umumnya akan bereaksi sesuai dengan
kebiasaannya.
c. Hal yang utama (Primacy). Merupakan hal-hal yang
berhasil mendatangkan hasil yang memuaskan. Jika
tindakan yang pertama dilakukan seseorang
mendatangkan hasil yang memuaskan ketika
menghadapi suatu situasi tertentu, ia cenderung
mengulanginya pada saaat yang lain (ketika
menghadapi situasi yang sama).
d. Seleksi ingatan dan persepsi (Selective perception and
retention). Jika seseorang terhadap “obyek sikap”
telah terbentuk, tindakan yang dilakukannya di saat-
saat yang berikutnya akan disesuaikan dengan “obyek
sikap” yang ia jumpai.
e. Ketergantungan (Dependence). Ketergantungan
seseorang terhadap orang yang lebih dewasa dapat
pula menjadi faktor yang menghambat terjadinya
34
suatu perubahan dalam masyarakat. Jika dalam suatu
kelompok masyarakat terlalu banyak orang yang
memiliki ketergantungan terhadap orang lain, proses
“pemandirian” masyarakat tersebut dapat menjadi
lebih lama dari waktu yang diperkirakan.
f. Superego. Superego yang terlalu kuat cenderung
membuat seseorang tidak mau menerima pembaruan,
dan kadangkala menganggap pembaruan sebagai
suatu yang tabu. Dorongan Superego yang berlebihan
ini menimbulkan kepatuhan yang berlebihan pula
karena dorongan dari Id lebih sering teredam dan tak
tersalurkan. Keadaan seperti inilah yang menghambat
suatu inovasi yang diperkenalkan oleh community
worker kepada masyarakat tersebut.
g. Rasa tidak percaya diri (Self-distrusi). Rasa tidak
percaya diri dapat merupakan konsekuensi dari
ketergantungan sejak masa kanak-kanak yang
berlebihan, serta dorongan dari superego yang kuat
sehingga ia merasa perlu menghindari dorongan yang
datang dari dirinya sendiri. Rasa tidak percaya diri ini
bila terus berlanjut pada akhirnya dapat membuat
seseorang tidak yakin akan kemampuannya sehingga
berbagai potensi yang dimilikinya sulit untuk muncul
ke permukaan.
h. Rasa tidak “aman” dan regresi (Insecurity and
regression. Merupakan kecenderungan untuk mencari
“rasa aman” yang ia peroleh di masa lalu. Mereka
35
merasa bahwa perubahan yang akan terjadi justru
akan dapat meningkatkan “kecemasan dan
ketakukan” mereka. Sehingga, mereka menjadi pihak
yang cenderung untuk menolak pembaruan.
i. Faktor predisposisi (Predisposing factors).
Merupakan sesuatu yang muncul sebelum
(antecdents) perilaku itu terjadi dan menyediakan
landasan motivasional ataupun rasional terhadap
perilaku yang dilakukan oleh seseorang. Pada intinya,
faktor predisposisi ini mengarah pada prilaku yang
belum nyata (covert behaviour) dari komunitas
sasaran.
2. Faktor Eksternal (hambatan yang berasal dari sistem
sosial)
a. Kesepakatan terhadap norma tertentu (Conformity to
norms). Norma sebagai suatu aturan yang tidak
tertulis „mengikat‟ sebagian besar anggota
masyarakat pada suatu komunitas tertentu. Pada titik
tertentu, norma dapat menjadi faktor yang
menghambar ataupun halangan terhadap perubahan
(pembaruan) yang ingin diwujudkan.
b. Kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (Systemic
and cultural coherence). Seperti apa yang dipahami
sebagai prinsip dasar dalam Gesalt dimana “setiap
bagian dari suatu bentuk tersebut sebagai hasil dari
interaksi dengan totalitas bentuk tersebut”.
Berdasarkan pandangan ini dapat dipahami bahwa
36
perubahan yang dilakukan pada suatu area akan dapat
mempengaruhi area yang lain. Hal ini terjadi karena
dalam suatu komunitas tidak hanya berlaku satu
sistem, tetapi berbagai sistem yang saling kait-
mengkait, menyatu, dan terpadu sehingga
memungkinkan masyarakat itu hidup dalam keadaan
yang mantap (steady state).
c. Kelompok kepentingan (Vested interests). Adanya
berbagai kelompok kepentingan dalam masyarakat
tidak jarang menjadi faktor penghambat dalam upaya
pengembangan masyarakat karena mereka cenderung
ingin menyelamatkan, mengamankan, dan
memperluas aset yang mereka milik tanpa
memperhatikan kepentingan kelompok lainnya.
d. Hal yang bersifat sakral (The Sacrosanct).
Berdasarkan penelitian beberapa antropolog. Watson,
melihat bahwa pada berbagai budaya, beberapa
kegiatan tertentu tampak lebih mudah berubah
dibandingkan beberapa kegiatan yang lain. Salah satu
yang memiliki nilai kesulitan untuk berubah yang
tinggi adalah ketika suatu teknologi ataupun program
inovatif yang akan dilontarkan ternyata membentur
nilai-nilai keagamaan ataupun nilai-nilai yang
dianggap “sakral”.
e. Penolakan terhadap “orang luar” (Rejection of
“outsiders”). Dari sudut pandang psikologi dikatakan
bahwa manusia memiliki sifat universal, salah
37
satunya adalah ia memiliki rasa curiga dan rasa
terganggu terhadap orang asing. Oleh karena itu,
community worker harus memiliki keterampilan
berkomunikasi yang baik agar ia tidak menjadi
“orang luar” dalam masyarakat tersebut.
f. Faktor penguat perubahan (Reinfocing factors).
Merupakan sesuatu yang muncul sebelum
(antecedents) perilaku itu terjadi dan memfasilitasi
motivasi tersebut agar dapat terwujud (those
antecedents to behaviour that facilitate a motivation
to be realized). Jika faktor predisposisi mengarah
pada faktor covert behaviour dari komunitas sasaran,
faktor penguat perubahan lebih mengarah pada covert
behaviour dan overt behaviour (perilaku nyata yang
dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain) dari
pihak-pihak terkait dengan komunitas sasaran.
g. Faktor pemungkin perubahan (Enabling factors).
Merupakan faktor yang mengikuti (subsequent) suatu
perilaku dan menyediakan “imbalan” (reward or
incentive) yang berkelanjutan untuk berkembangnya
perilaku tersebut dan memberikan kontribusi terhadap
tetap bertahannya perilaku tersebut. Faktor ini
seringkali merupakan kondisi yang ada di lingkungan
komunitas sasaran yang memfasilitasi meningkatnya
ataupun dapat menghambat kinerja individual
ataupun organisasi.
38
Menurut Mu‟arifuddin dalam penelitiannya tentang
pemberdayaan masyarakat di kelompok tani meliputi
beberapa bidang:
1. Bidang permodalan, ini disebabkan tingkat sumber
daya manusia yang rendah dalam hal
pengadministrasian modal.
2. Bidang produksi, melipiuti kepemilikan lahan yang
sempit, iklim yang tidak mendukung, kurangnya
pengetahuan pemahaman akan jenis lokasi
penanaman, kurangnya motivasi perawatan, dan hasil
produksi yang rendah.
6. Pemberdayaan Perempuan
Pada dasarnya pemberdayaan perempuan menjadi
penting di karenakan beberapa faktor, yaitu:
a. Pembangunan dengan perspektif patriakhal
mengakibatkan perempuan menjadi tidak berdaya
(tidak dapat mengekspresikan kebebasan yang di
milikinya).
b. Tingkat pendidikan perempuan juga cenderung lebih
rendah dari pada laki-laki.
c. Hak reproduksi yang cenderung di paksakan.
d. Ketinggalan perempuan dalam dunia politik dan
sebagainya.(Sunarjati 2000, 130)
Sebagaimana pemberdayaan perempuan ini bertujuan
untuk membuat setiap perempuan menjadi lebih Mandiri
yang tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain.
39
Untuk meningkatkan kualitas hidup atau
kesejahteraan bagi perempuan dapat dilakukan dengan
cara memberdayakan kaum perempuan yang lemah dan
menciptakan hubungan yang lebih adil, setara antara laki-
laki dan perempuan serta mengikutsertakan perempuan
dalam proses pengambilan keputusan.
Pemberdayaan perempuan adalah upaya peningkatan
kemampuan perempuan dalam mengembangkan kapasitas
dan keterampilannya untuk meraih akses dan penguasaan
terhadap, antara lain : pengambilan keputusan, sumber
dan struktur atau jalur yang menunjang.(Hasanah 2013a,
74).
Pemberdayaan perempuan dapat dilakukan melalui
proses penyadaran dengan diharapkan perempuan mampu
menganalisis secara kritis situasi masyarakat dan dapat
memahami praktik-praktik diskriminasi yang merupakan
konstruksi sosial. Dengan cara membekali dengan
informasi dalam proses penyadaran, pendidikan pelatihan,
dan motivasi agar mengenal jati diri, lebih percaya diri,
dapat mengambil keputusan yang diperlukan, mampu
menyatakan diri, memimpin, menggerakan perempuan
untuk mengubah dan memperbaiki keadaannya untuk
mendapatkan bagian yang lebih adil sesusai nilai
kemanusiaan.(Hasanah 2013, 74–75)
Pola ketergantungan yang tercipta dari kontruksi
sosial yang bias gender yang mengganggu perkembangan
40
pribadi seseorang perempuan untuk mandiri karena
didasarkan pada budaya parthikal.
Budaya parthikal ini merupakan suatu sistem yang
berciri-cirikan laki-laki (ayah). Dalam sistem ini laki-laki
yang berkuasa menentukan dimana sistem ini di anggap
wajar karena di sejajarkan dengan pembagian kerja
berdasarkan seks.
Jadi, dalam hal ini pada dasarnya perempuan dapat
bergerak bebas dalam bidang ekonomi, sosial, budaya
maupun politik sekalipun, jika budaya parthikal ini di
tiadakan.
Jika budaya tersebut masih di pegang kuat oleh
masyarakat pada umumnya maka hal ini masih
mempersulilt perempuan dalam berkarya, sehingga
pribadinya merasa tidak berdaya untuk menghadapi
permasalahan tersebut dan berarti melanggar ketetapan
perempuan untuk memperoleh haknya sebagai warga
negara yang sah.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai
gambaran umum objek penelitian yaitu Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka yang berada di Jl. Manunggal II
No. 7, RT.03/RW.02, Petukangan Selatan, Kec.
Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan.
A. Sejarah Singkat Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka berdiri pada
tahun 1992. Ibu Hj. Sunarti mendirikan kelompok ini dan
sekaligus menjadi ketua dari kelompok ini. Ibu Hj. Sunarti
Satimin merupakan ibu rumah tangga yang gemar
mengkonsumsi minuman tradisional, beliau biasa
mengolah rempah-rempah seperti jahe dengan cara di
rebus bersama air dan menambahkan gula sedikit
kedalamnya. Dari sini beliau memulai usahanya karena
kecintaanya terhadap minuman tradisional.
Dalam menjalankan usahanya ini beliau ingin
memanfaatkan sumber daya masyarakat yang ada agar
lebih produktif, terutama ibu-ibu rumah tangga yang tidak
memiliki pekerjaan dan ingin menambah penghasilan.
Setelah 3 tahun berjalan usaha kelompok ini menarik
42
Perhatian pemerintah setempat dan karena dirasa
dapat berkembang dengan baik maka pemerintah
memberikan mereka penyuluhan dan pendampingan oleh
petugas lapangan Suku Dinas Pertanian DKI Jakarta.
Diharapkan dengan adanya bantuan berupa penyuluhan
dan pendampingan yang diberikan dapat mengembangkan
usaha ini.
Usaha Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini
bergerak di bidang home industry yang mengolah hasil
pasca panen menjadi suatu produk minuman dan
makanan, seperti bi pletok, instan jahe, keripik pisang dan
lainnya.
B. Visi dan Misi
Visi dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
yaitu “Semua Keluarga Ikut Berperan Dalam Kegiatan
yang Menyangkut Hal-Hal Pertanian.”
Misi dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
ingin mewujdkan kemandirian petani binaan di
Kelurahan Petukangan Selatan.
meningkatkan pengetahuan pada sektor pertanian dan
perekonomian.
meningkatkan keterampilan pada sector pertanian.
meningkatkan kemampuan daya berpikir serta.
meningkatkan pendapatan keluarga.
43
C. Tujuan
Tujuan umum Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka adalah meningkatkan kemampuan dan kuallitas
kelompok dari sisi pembinaan, pengelolaan, permodalan,
dan pengembangan usaha dalam pemberdayaan ekonomi
keluarga lewat ibu-ibu rumah tangga yang ada di
Kelurahan Petukangan Selatan khususnya di wilayah
RW.02, sebagai upaya meningkatkan pendapatan keluarga
untuk mewujudkan Keluarga Sejahtera. Tujuan khusus
yang dibuat oleh Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka diantaranya :
a. Meningkatkan kesetaraan keluarga agar aktif menjadi
peserta KB.
b. Mengembangkan kegiatan usaha kelompok ekonomi
keluarga.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dan pembinaan
akseptor KB.
d. Meningkatkan kualitas kelompok UPPKS secara
bertahap.
e. Meningkatkan tahapan keluarga anggota kelompok
UPPKS secara vbertahapp ke tahapan keluarga yang
lebih baik.
D. Struktur Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka
Susunan organisasi merupakan elemen yang paling
penting untuk mencapai tujuan bersama. Dimana dalam
44
struktur itu ada sebuah mekanisme kepengurusan yang di
susun atau di bangun secara teratur untuk mencapai tujuan
bersama. Karena aspek seperti ini akan menjadi dasar dari
bagian mekanisme tugas dan bertanggung jawab para
pengurus yang terlibat, selanjutnya akan berpengaruh
pada kualitas dan kuantitas program.
Gambar 1.
Susunan Kepengurusan Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka
SEKERTARIS
Ibu Hj. Latifah
BENDAHARA
Ibu Juwarsih
KETUA
Ibu Hj. Satimin
SEKSI PRODUKSI
Ibu Iriyani
SEKSI MUTU
Ibu Murniyati
SEKSI PEMASARAN
Ibu Hj. Amroh
45
Sumber: laporan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka, Kelurahan
Petukangan Selatan-Pesanggrahan-Jakarta Selatan, tahun 2019.
a) Seksi Produksi
Seksi produksi ini bertugas untuk merencanakan
jumlah produk yang akan di produksi setiap bulannya,
mengkoordinasikan jenis produk yang akan di produksi
pada setiap anggota kelompok, menghitung kebutuhan
bahan dan alat yang digunakan dalam mengolah produk
yang akan dipasarkan. Seksi produksi ini di pimpin oleh
Ibu Iriyani yang beranggotakan:
b) Seksi Mutu
Seksi mutu ini bertugas untuk mengecek kebersihan
dan kehigienisan produk yang dihasilkan, kemudian
mengecek jenis kemasan produk serta mengecek tempat
penyimpanan sebelum dipasarkan dan ketika dipasarkan.
Selain itu, secara periodik seksi mutu ini bertugas untuk
memperpanjang P2RT dan sertifikat halal. Seksi mutu ini
dipimpin oleh Ibu Murniyati dan mempunyai anggota:
c) Seksi Pemasaran
Seksi pemasaran ini bertugas untuk mencari
konsumen tempat pemasaran, menjalin kerja sama dengan
pihak-pihak lain yang mau membantu memasarkan
produk. Mendatangi pusat-pusat promosi, bazar-bazar,
yang diadakan oleh intsansi terkait seperti Dinas
Pariwisata, UKM, Dinas Pertanian, Program OKE/OCE
Kecamatan, dan lain-lainnya. Seksi pemasaran ini
dipimpin oleh Ibu Hj. Amroh yang beranggotakan:
46
E. Bir Pletok Cempaka
Minuman tradisional bir pletok adalah salah satu
minuman tradisional khas Betawi. Bir pletok terbuat dari
berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah
yang banyak tumbuh di Negeri ini. Bir pletok di ciptakan
sejak jaman Belanda masih ada di Indonesia, saat itu
orang orang Belanda masih sangat gemar mengkonsumsi
bir namun karena di Betawi banyak Masyarakat yang
beragama Islam, maka meminum bir yang mengandung
alkohol di larang.
Bermula dari sanalah kreatvitas kuliner Betawi di
mulai. Untuk menyaingi hangatnya bir dengan kandungan
alkohol, masyarakat Betawi menciptakan bir yang dibuat
dari campuran rempah-rempah. Walaupun namanya
minuman ini sama sekali tidak memabukan. Asal usulnya
cukup unik, yaitu terinsipasi dari kegemaran orang-orang
Belanda yang gemar meminum-minuman bir pada malah
hari.
Ide inilah yang menjadi sebuah minuman yang
mempunyai efek menghangatkan tubuh, dan akhirnya
terciptalah minuman tradisional bir pletok. Karena saat itu
masyarakat pribumi meminumnya menggunakan gelas
dari bambu yang biasa disebut bumbung, bumbung yang
diisi bir pletok dan es batu kemudian bila di kocok akan
mengeluarkan bunyi “pletak pletok”, dan dari sinilah asal
usul nama Bir Pletok.
47
F. Cara Pembuatan Bir Pletok
Jenis usaha yang telah dijalankan oleh Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka ialah mengolah hasil pasca
panen pertanian dengan produk unggulan minuman
kesehatan berupa jahe, kunyit, dan rempah-rempah,
dengan label produk yang telah dipasarkan yaitu
Cempaka.
Jenis produksi yang telah dibuat dan dipasarkan
adalah:
a. Aneka sirup
b. Temulawak
c. Minuman khas Betawi Bir Pletok
d. Kripik pisang
Ada beberapa langkah yang harus di perhatikan
dalam pembuatan minuman tradisional khas Betawi Bir
Pletok diantaranya:
1. Pengupasan
Jahe dikupas kemudian dicuci sampai bersih lalu
dipotong kecil-kecil dan di tiriskan.
2. Pemberian Bumbu
Bumbu-bumbu dan rempah-rempah yang di perlukan
juga dicuci sampai bersih.
3. Pengerebusan
Masukan air ke dalam panic kurang lebih empat liter
air, rebus air hingga mendidih selama 30 menit
dengan pengapian yang besar. Setelah air mendidih,
48
rebusan bumbu-bumbu dan rempah-rempah disaring
terlebih dahulu kemudian masukan gula pasir. Dan
yang perlu di ingat dalam memberikan gula pasir ini
perbandingannya untuk empat liter air cukup
menggunakan gula pasir sebanyak 1 kilogram.
4. Pengemasan
Terakhir, siap dimasukkan kedalam kemasan botol
yang sudah di seterilkan.
Berikut bahan-bahan yang digunakan untuk membuat
bir pletok diantaranya adalah Jahe, Gula Pasir, Pandan,
Sereh, Kapulaga, Lada Hitam, Kayu Secang, Cabe Jawa,
Mesoyi.
Bir Pletok mengandung beberapa manfaat bagi tubuh
diantaranya Mencegah masuk angin, Mencegah radang
tenggorokan, Meningkatkan stamina tubuh, Mencegah
susah tidur, menghangatkan tubuh, dll.
G. Pemasaran dan Promosi
Pemasaran yang digunakan oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka dalam memperkenalkan produknya
yaitu dengan cara yang sangat mudah, hanya
menggunakan jalur pameran serta bekerja sama dengan
mitra luar. Adapun sistem pemasarannya hanya bermula
dari lingkungan sendiri.
49
Pendapatan yang didapat Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka dalam sebulan bias mendapatkan
sebesar Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,-
dan dalam proses pembuatan minuman tradisional Bir
Pletok saja paling tidak bias mengeluarkan biaya sebesar
Rp. 200.000,-.
50
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini penulis mencoba memaparkan hasil
data dan temuan lapangan terkait pemberdayaan,
spesifiknya pada tahapan pemberdayaan di Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan
Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan. Teknik
dari pengambilan data dan temuan lapangan ini
merupakan hasil dari observasi lapangan, wawancara dan
dokumentasi. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan,
terdapat tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.
Oleh karena itu perlu sekiranya penulis memaparkan
hasil temuan lapangan terkait pemberdayaan di Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka.
A. Tahapan Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani
Cempaka
1. Pemberdayaan terhadap Anggota Kelompok
Pemberdayaan Masyarakat selalu dilakukan dalam
bentuk pengembangan kegiatan produktif untuk
peningkatan pendapatan (incomegenerating).
Pemberdayaan bersifat komunitas atau kelompok
merupakan proses meningkatkan kemampuan dari suatu
51
kelompok untuk dapat mengatur kelompoknya secara
mandiri.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka merupakan
sebuah kelompok tani yang terbentuk karena timbulnya
permasalahan-permasalahan kurang produktif dan kurang
berdayanya perempuan atau Ibu Rumah Tangga di RW.02
KelurahanPetukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan,
Jakarta Selatan. Berawal dari Ibu Hj. Satimin yang sangat
gemar mengkonsumsi minuman tradisional, beliau biasa
mengolah rempah-rempah seperti jahe dengan cara
sederhana, yaitu hanya direbus bersama air dan
menambahkan gula sedikit kedalamnya. Dari situ ia
memulai usahanya dan dalam menjalankan usahanya ini
beliau ingin memanfaatkan sumber daya masyarakat yang
ada agar lebih produktif, terutama ibu-ibu rumah tangga
yang tidak memiliki pekerjaan dan ingin menambah
penghasilan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Hj. Satimin
sebagai berikut :
“Awalnya karena saya suka mengkonsumsi
minuman atau makanan tradisional. Dulu yang ada
hanya posyandu lalu dari penyuluh pertanian
kecamatan pesanggrahan mengajak untuk membuat
kwt ini.”
Dengan melihat permasalahan tersebut Ibu Satimin
dengan penyuluh pertanian dari Kecamatan Pesanggrahan
mendiskusikan untuk membuat Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka.Kelompok ini dibentuk untuk
52
memberikan kesempatan kepada ibu rumah tangga di
RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan agar mendapatkan
pelatihan dalam program pemberdayaan yang dilakukan.
Tujuan utama dari pelatihan tersebut adalah meningkatkan
kemampuan dan kualitas kelompok dari sisi pembinaan,
pengelolaan, permodalan, dan pengembangan usaha
dalam pemberdayaan ekonomi. Pelatihan-pelatihan yang
dilakukan sepertibudidaya sayuran, budidaya tanaman
hias, penyuluhan KB dan bina keluarga remaja, bertani di
kota (urban farming), pelatihan penanaman buah dalam
pot (tambulampot), mengolah hasil pasca panen seperti
memproduksi minuman tradisional bir pletok dan
membuat kripik pisangserta cara pemasarannya. Seperti
yang dikatakan oleh Ibu Hj. Satimin :
“Selain untuk memberdayakan ibu-ibu rumah
tangga yang ada di kelurahan petukangan selatan
khususnya di wilayah rw.02, tujuan ini juga untuk
meningkatkan perekonomian ibu-ibu rumah tangga
lewat kegiatan yang kami lakukan.”
Pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka adalah dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada terutama sumber
daya manusia yaitu ibu-ibu rumah tangga yang tidak
mempunyai pekerjaan atau hanya sebagai Ibu Rumah
Tangga dengan tujuan agar ibu – ibu rumah tangga dapat
mempunyai penghasilan tambahan. Oleh karena itu, dalam
bab ini akan dipaparkan hasil temuan tentang bagaimana
53
tahapan-tahapan dalam proses pemberdayaan yang
dilakukan oleh Kelompook Wanita Tani (KWT)
Cempaka.
2. Tahapan-tahapan dalam Proses Pemberdayaan
anggota Kelompok
Untuk mencapai tujuan dalam proses pemberdayaan maka
diperlukan adanya tahapan-tahapan yang dilakukan. Jika
pemberdayaan dilihat dari proses yang berkesinambungan
(on going) sepanjang kelompok itu masih ingin melakukan
perubahan dan perbaikan, tidak hanya terpaku pada suatu
program saja. Dari hasil pengamatan yang dilakukan,
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka melakukan
tahapan-tahapan pemberdayaan masyarakat sebagai berikut :
1. Tahapan Persiapan (Engagement)
Pada tahap persiapan ini ada dua tahapan yang harus
dikerjakan, dua tahapan ini menjadi indikator pada
berjalannya proses persiapan. Ini menjadi sangat penting
karena tujuan dari tahapan ini adalah untuk menyamakan
pandangan mengenai cara pendekatan apa yang dipilih
untuk melakukan suatu pemberdayaan dan persiapan
lapangan yang menjadi indikator suksesnya suatu
Intervensi Komunitas di tingkat lokal. Tahapan tersebut
yaitu:
1) Tahapan Penyiapan Petugas, Yang dilakukan pada
tahapan ini pertama-tama Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka bersama Penyuluh Pertanian dari
54
Kecamatan Pesanggrahan mengadakan penyuluhan,
misi dari penyuluhan ini adalah mewujudkan
kemandirian petani binaan Kecamatan Pesanggrahan.
Salah satu programnya adalah pembentukan
kelompok tani sebagai wadah petani untuk belajar
mengekspresikan kemampuannya. Dari kegiatan itu
masyarakat bisa menentukan minat atau ketertarikan
untuk berpartisipasi dalam Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Hj.
Satimin selaku Ketua Kelompok pada Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam wawancara
pada tanggal 30 Maret 2019 :
“Awalnya karena saya suka mengkonsumsi
minuman atau makanan tradisional. Dulu yang ada
hanya posyandu lalu dari penyuluh pertanian
kecamatan pesanggrahan mengajak untuk membuat
kwt ini”.
Pada tahapan ini Ibu Hj.Satimin melakukan
pengamatan terhadap sasaran pemberdayaan yang
akan dilakukan dengan mengundang para ibu-ibu
rumah tangga yang ada di sekitar RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan untuk
memberikan pandangan tentang pembentukan
kelompok dan manfaat jika bergabung dengan
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dengan
memanfaatkan sumber daya masyarakat yang ada
agar lebih produktif, terutama ibu-ibu rumah
55
tanggayang tidak memiliki pekerjaan dan ingin
menambah penghasilan.
Pendapat yang hampir serupa juga di katakana
oleh Ibu Sri Hartati sebagai anggota dari Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka, Ibu Sri mengatakan:
“Ingin menambah pengetahuan dan menambah
penghasilan. Jadi dari pada saya dirumah saja
mending saya ikut gabung disini supaya ada
kegiatan”
2) Tahap Penyiapan Lapangan: Pada tahapan ini
Kelompok Wanita Tani melakukan upaya-upaya
dalam menentukan lokasi atau wilayah untuk
melakukan proses pemberdayaan serta menentukan
target dalam upaya pemberdayaan seperti yang
diharapkan. Hal ini Kelompok Wanita Tani Cempaka
membuat forum diskusi dengan masyarakat terutama
ibu-ibu rumah tangga, karena dalam tahapan ini
sangatlah penting adanya partisipasi masyarakat
dalam mengambil keputusan. Seperti yang dikatakan
oleh Ibu Hj. Satimin pada wawancara yang dilakukan
di tanggal 30 Maret 2019, beliau mengatakan :
“Dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada
di wilayah rw 02. Jadi lahan itu awalnya adalah
tempat pembuangan sampah, sehingga kita bersama
masyarakat melalui forum diskusi yang sebelumnya
sudah kita lakukan, kita berinisiatif untuk
memanfaatkan lahan tersebut karena lahan itu cukup
bisa kita gunakan untuk media penanaman bahan-
bahan untuk kegiatan kita. Dengan ini kita dapat
menentukan lokasi dimana kita bisa melakukan
56
kegiatan-kegiatan kita dan juga kita dapat
mengetahui target yang menerima proses
pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani Cempaka”.
Hasil forum diskusi dalam tahapan ini
menghasilkan sebuah penentuan lokasi, dalam proses
pemberdayaan masyarakat penentuan lokasi ini
dianggap penting serta sebagai hal utama dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan di Kelompok Wanita
Tani Cempaka
2. Tahapan Pengkajian (Assesment)
Pada tahapan ini Ibu Hj. Satimin bersama dengan
pendamping Kecamatan berusaha mengidentifikasi dan
mengkaji potensi wilayah, permasalahan yang dialami
oleh anggota kelompok, serta peluang-peluangnya.
Pengkajian masalah pertama-tama dilakukan untuk
melihat kebutuhan dan permasalahan anggota kelompok
yang tergabung di Kelompok Wanita Tani Cempaka.
Pendekatan yang dilakukan oleh Ibu Hj. Satimin
kepada anggota Kelompok Wanita Tani Cempaka dengan
teknik diskusi Kelompok. Dalam diskusi tersebut Ibu Hj.
Satimin memberikan pandangannya tentang pemanfaatan
wilayah yang bisa digunakan untuk menanam berbagai
macam tanaman. Ibu Hj. Satimin dan pendamping dari
kecamatan memberikan informasi kepada anggota atau
ibu-ibu rumah tangga mengenai manfaat dari wilayah
57
yang bisa kita gunakan untuk menanam tanaman yang
nantinya dapat dimanfaatkan sebagai obat dan bahan
produksi bir pletok.
Hasil yang didapat dari diskusi tersebut adalah untuk
mempersiapkan ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar
menjadi anggota yang lebih kreatif dan membuat ibu-ibu
sadar akan permasalahan yang ada di wilayahnya juga
mempunyai keinginan untuk melakukan perubahan
terhadap perokonomian dan lingkungannya. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu Hj. Satimin sebagai ketua kelompok
wanita tani pada wawancara tanggal 30 Maret 2019:
“Awalnya kita mengadakan diskusi bersama para
ibu-ibu sekitar dan disitu kita berikan materi serta arahan
dari pendamping kecamatan tentang bagaimana
penentuan lokasi yang bagus untuk penanaman tanaman
bahan-bahan kebutuhan memproduksi bir pletok”.
Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Sri Hartati sebagai
salah satu anggota Kelompok Wanita Tani Cempaka
dalam wawancara pada tanggal 15 April 2019:
“Saya diberikan materi ilmu pengetahuan tentang
bagaimana cara-cara memilih lokasi yang baik untuk
ditanamkan bahan-bahan pembuatan bir pletok. Seinget
saya waktu itu ada diskusi bareng dan dihadiri juga oleh
pendamping dari kecamatan”.
3. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau
Kegiatan
Dalam tahapan ini Kelompok Wanita Tani Cempaka
mengadakan rapat anggota yang biasa diadakan dalam
58
minggu ke-2 disetiap bulan, dengan memberikan
kesempatan kepada ibu-ibu rumah tangga yang menjadi
calon penerima kegiatan agar lebih aktif dalam
memberikan suatu pendapat serta memutuskan bersama.
Dengan itu Kelompok Wanita Tani Cempaka dapat
mengetahui apa saja kendala yang dialami oleh anggota
dan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang mereka perlukan
dalam melakukan kegiatan-kegiatan di Kelompok Wanita
Tani Cempaka, khususnya pada pelestarian minuman
tradisional bir pletok. Hal ini dilakukan sebagai upaya
dalam mengatasi permasalahan yang dialami kelompok
dengan harapan dapat memikirkan beberapa alternatif
program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan. Seperti
yang dikatakan oleh Ibu Hj. Latifah selaku sekertaris di
Kelompok Wanita Tani Cempaka:
“Masih banyak ibu-ibu disini yang belum bisa
menerima langsung materi dan pelatihan yang kita
berikan dalam kegiatan ini. Akhirnya ibu-ibu yang belum
bisa diajari langsung sama ibu-ibu yang sudah lebih
mengerti dengan cara melakukan diskusi bersama diluar
waktu kegiatan kita”.
Tahapan ini memiliki tujuan agar Kelompok Wanita
Tani Cempaka dapat menggambarkan rencana yang akan
mereka capai, juga memikirkan bagaimana cara agar
rencana tersebut bisa terlaksana dengan baik.
59
4. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan
(Implementasi)
Pada tahapan ini Kelompok Wanita Tani Cempaka
merencanakan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh kelompok melalaui diskusi bersama anggota
kelompok.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mulai dari
pelatihan-pelatihan, praktik lapangan cara menanam
tanaman, cara memproduksi minuman tradisional bir
pletok hingga sistem pemasaran. Seperti yang dikatakan
oleh Ibu Hj. Latifah dalam wawancara pada tanggal 30
Maret 2019:
“Ada banyak kegiatan disini seperti budidaya
sayuran, budidaya tanaman hias, tambulampot (tanaman
buah dalam pot), penyuluhan kb, olahan hasil pasca
panen, dan yang terakhir pemasaran. Kalau untuk fokus,
kita fokus di kegiatan pemberdayaan”.
Adapun fokus pemberdayaan yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani Cempaka adalah kegiatan-
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan potensi juga
kreatifitas ibu rumah tangga rw.02 dalam memproduksi
minuman tradisioanal bir pletok. Kegiatan tersebut
meliputi pemberian materi keterampilan, penyiapan lahan,
pelatihan pembuatan minuman tradisional bir pletok, serta
pengemasan dan pemasaran. Seperti yang disampaikan
oleh Ibu Sri Hartati:
60
“Kegiatan yang kami lakukan seperti belajar
menanam, belajar memproduksi bahan makanan dan
minuman, belajar mengolah hasil pasca panen, dan
belajar mengemas hingga memasarkan”.
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh anggota Kelompok
Wanita Tani Cempaka di kebun setempat. Dipimpin oleh
Ibu Hj. Satimin selaku ketua dan beliau juga salah satu
orang yang paling berpengalaman dalam memproduksi
minuman tradisional bir pletok.
Kelompok Wanita Tani Cempaka juga mendapatkan
pelatihan serta pendampingan dari Suku Dinas Pertanian
dan Peternakan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Dalam
pelatihan tersebut Suku Dinas Pertanian dan Peternakan
Kota Administrasi Jakarta Selatan memberikan motivasi
kepada anggota, menggali potensi yang ada di dalam diri
masing-masing anggota, lalu mengembangkannya.
61
Gambar 4.1 Suasana Ketika Pelatihan yang diadakan oleh Suku
Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Administrasi Jakarta
Selatan
Pelaksanaan kegiatan pelestarian minuman tradisional
bir pletok yang dilakukan para anggota Kelompok Wanita
Tani Cempaka terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya
pemberian materi keterampilan, penyiapan lahan, proses
pelestarian minuman tradisional bir pletok, serta
pengemasan dan pemasaran. asan.
Pemberian materi keterampilan
Pada tahapan ini anggota yang sudah masuk ke dalam
pelestarian minuman tradisional bir pletok akan diberikan
materi mengenai proses pembuatan minuman tradisional
bir pletok, dan bagaimana tata cara pembuatan minuman
tradisional bir pletok. Tahapan pemberian materi
62
keterampilan ini wajib diikuti oleh para ibu rumah tangga
yang tergabung dalam anggota Kelompok Wanita Tani
Cempaka.
Pertemuan kegiatan pelestarian minuman tradisional
bir pletok biasa dilakukan setiap hari Selasa pada minggu
ke 1 dan ke 2 setiap bulannya.
Penyiapan lahan
Gambar 4.2 Lokasi Kebun Kelompok Wanita Tani Cempaka
63
Dalam kegiatan pelestarian minuman tradisional bir
pletok, Kelompok Wanita Tani Cempaka juga
menyiapkan lahan kosong yang akan dijadikan tempat
untuk bercocok tanaman, sayur-sayuran, juga buah-
buahan.
Dan rempah-rempah yang digunakan dalam
pembuatan minuman tradisional bir pletok juga di tanam
di kebun Kelompok Wanita Tani Cempaka.
Dari sebagian lahan yang digunakan untuk di jadikan
tempat untuk bercocok tanaman, ada pula tempat untuk
diadakannya pertemuan atau tempat berkumpul.
Proses Pelestarian Minuman Tradisional Bir
Pletok
Pada tahap selanjutnya, anggota yang dianggap sudah
menguasai materi yang sebelumnya sudah diberikan,
langsung mempraktekannya. Berikut langkah-langkah
yang dilakukan dalam proses pelestarian minuman
tradisional bir pletok:
Pengupasan jahe, jahe dikupas kemudian dicuci
sampai bersih lalu dipotong kecil-kecil dan di
tiriskan.
Pemberian bumbu, bumbu-bumbu atau rempah-
rempah yang di perlukan juga di cuci sampai bersih.
Pengerebusan, masukkan air ke dalam panci
sebanyak empat liter air dan rebus air hingga
mendidih selama kurang lebih 30 menit dengan
pengapian yang cukup besar, setelah mendidih
64
rebusan rempah-rempah disaring terlebih dahulu
kemudian masukan gula pasir. Dan yang perlu diingat
dalam memberikan gula pasir ini perbandingannya
untuk empat liter air cukup menggunakan gula pasir
sebanyak 1 kilogram.
Pengemasan dan Pemasaran
Setelah memasukkan gula pasir kedalam air rebusan,
tahapan selanjutnya adalah diaduk hingga rata dan setelah
itu bir pletok dapat dikemas. Kemasan yang Kelompok
Wanita Tani Cempaka pakai ini adalah botol beling.
Sebelum bir pletok dikemas, botol beling disterilkan
terlebih dahulu dengan cara dicuci dengan air panas.
Dari hasil kegiatan pelestarian minuman tradisional
bir pletok, Kelompok Wanita Tani Cempaka mampu
memproduksi bir pletok cair sebanyak 75 botol per
minggu, kegiatanusaha (produksi) dilaksanakan sebanyak
4 kali dalam sebulan, dengan hasil bir pletok cair
sebanyak 300 botol. Setelah itu Kelompok Wanita Tani
Cempaka melakukan pemasaran hasil produksi minuman
tradisional bir pletok. Pemasaran yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani Cempaka tidak terlalu sulit
karenapemasaran ini dilakukan dengan cara dijual kepada
masyarakat sekitar dan juga melalui kerjasama dengan
mitra luar, serta melalui pameran dan bazar yang
dilakukan oleh intstansi pemerintah dan swasta. Seperti
yang dikatakan oleh Ibu Hj. Satimin pada wawancara
tanggal 30 Maret 2019:
65
“Biasanya kita menawarkan kepada masyarakat
sekitar sekalian menjelaskan manfaat dari minuman
tradisional ini, kita juga bisa menitipkan minuman ini ke
warung-warung sekitar dan kita jual pada saat ada bazar
atau event-event”.
Ibu Hj. Latifah selaku sekertaris di Kelompok Wanita
Tani Cempaka juga mengatakan hal yang sama:
“Melakukan penjualan di lingkungan sendiri, lalu
kalau ada bazar atau pameran kita biasa masukin kesitu”
Namun saat ini Kelompok Wanita Tani Cempaka
tidak memproduksi produk ini secara rutin, karena banyak
kegiatan lainnya maka produksi dilakukan dengan
disesuaikan oleh kondisi dan pemesanan.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dalam
hal ini hambatan yang sering dihadapi oleh anggota
kelompok seperti kurang mampunya para anggota
kelompok dalam memahami secara langsung materi yang
diberikan oleh pendamping Kecamatan dalam pelatihan
yang sudah dijalani. Hal ini dikatakan oleh Ibu Hj.
Satimin dalam wawancara pada tanggal 30 Maret 2019:
“Hambatan yang kita rasakan paling di awal-awal
doang sih, seperti misalnya pada awaktu memberikan
materi pelatihan kepada ibu-ibu yang masih belum paham
karena kan tipikal orang itu berbeda-beda yaa ada yang
cepet nangkep ada juga yang engga. Kalo selama
kegiatan produksi bir pletok ini alhamdulillah semua
66
berjalan dengan lancar karena kita kompak bersama-
sama”.
Dan hambatan yang dikemukakan oleh Ibu Hj.
Latifah dalam wawancara pada tanggal 30 Maret 2019:
“Kendalanya kita sedikit susah memberikan materi
dan pelatihan kepada ibu-ibu rumah tangga yang masih
awam”
5. Tahap Evaluasi
Memantau proses dan hasil kegiatan merupakan suatu
proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan,
baik pelaksanaan maupun hasil dan dampaknya agar dapat
disusun proses perbaikan kalau diperlukan, dalam hal ini
Kelompok Wanita Tani Cempaka menggunakan diskusi
kelompok yang diadakan setiap bulannya dengan tujuan
membahas proses dan hasil kegiatan ini (evaluasi). Hal ini
dilakukan agar kegiatan kedepannya dapat berjalan lebih
baik lagi, dengan harapan dapat membentuk suatu
program yang dilakukan kelompok lebih mandiri dengan
memanfaatkan segala sumber daya yang ada. Pengawasan
ini juga melibatkan pihak pendamping Kecamatan dan
Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Kota administrasi
Jakarta Selatan sebagai pembina yang melibatkan anggota
lainnya terhadap kegiatan pertanian yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani Cempaka.
67
6. Tahap Terminasi
Tahap ini berupa pendampingan untuk menyiapkan
masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri
kegiatannya. Sebagai fasilitator, Suku Dinas Pertanian dan
Peternakan Kota administrasi Jakarta Selatan selalu
mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani Cempaka untuk melihat perkembangan
dalam menjalani Tahapan ini. Hingga akhirnya, Suku
Dinas Pertanian dan Peternakan Kota administrasi Jakarta
Selatan melepas Kelompok Wanita Tani Cempaka karena
merasa Kelompok Wanita Tani Cempaka sudah bisa
mandiri dalam menjalani kegiatan ini. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibu Hj. Satimin selaku anggota dari
Kelompok Wanita Tani Cempaka:
“Alhamdulillah yaa dengan pelatihan dan kegiatan
yang kita lakukan, kita sudah bisa menjadikan ibu-ibu
rumah tangga disini menjadi mandiri dan mereka sudah
bisa membuat usaha sendiri”.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Hj. Latifah
pada selaku sekertaris dari Kelompok Wanita Tani
Cempaka:
“Kelompok kita sudah mendapat sertifikat hasil
analisa AP4 (Agricurtural Product Processing Pilot
Plant) dari Kampus IPB (Institut Pertanian Bogor).
Sertifikat itu menyatakan kalau bir pletok yang kita
produksi itu aman untuk kesehatan”.
68
B. Hambatan Proses Pemberdayaan Kelompok
Wanita Tani Cempaka
Hambatan Tahapan Pemberdayaan pada Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan.
Terdapat beberapa hambatan yang dirasakan oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan
Petukangan Selatan di antaranya yaitu:
a. Bidang Produksi
Dalam bidang ini Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan
mengalami hambatan pada sektor kepemilikan lahan,
karena lahan yang selama ini mereka gunakan untuk
melakukan kegiatan masih menggunakan lahan
lingkungan RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan, yang
dimana lahan tersebut dahulunya adalah tempat
pembuangan sampah.Ibu-ibu rumah tangga yang
tergabung dalam anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan juga
mengalami kurangnya pengetahuan pemahaman akan
jenis lokasi yang baik untuk menanam tanaman dan
kurangnya motivasi dalam perawatan tanaman. Seperti
yang dikatakan oleh Ibu Hj. Satimin:
“Iyaa hambatan kita yaa itu tadi.. yang pertama itu
lahan yang kita gunakan ini masih milik kawanasan rw,
69
teruss ibu-ibu disini juga masih belum paham mengenai
perawatan tanaman”
b. Bidang Pemasaran
Dalam bidang pemasaran, hambatan yang dirasakan
oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ialah para
anggota masih sangat ketergantungan hanya dengan satu
mitra. Artinya jika suatu saat mitra tersebut mengalami
tingkat jual yang rendah, Kelompok Wanita Tani (KWT)
pun juga akan mengalami penurunan di bidang pemasaran
ini. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Hj. Latifah selaku
sekertaris di Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka:
“Hambatan dalam pemasaran paling kita masih
ketergantungan dengan satu pihak mitra yang kita pegang
untuk penjualan hasil produksi bir pletok. Itu terjadi
mungkin karena udah langganan kali yaa atau bisa juga
karena deket dari lokasi kebun”
Upaya dalam hal itu adalah Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan
harus menambah lagi mitra luar dengan tujuan agar bisa
mempercepat tingkat penjualan hasil produksi bir pletok.
70
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Tahapan-tahapan Pemberdayaan Kelompok
Wanita Tani Cempaka
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meggunakan
metodepenelitian kualitatif dimana nantinya temuan-temuan
yang sudah dibahas dalam bab sebelumnya yang kemudian
dikaitkan dengan teori-teori pemberdayaan yang digunakan
dalam penelitian ini. Penelitian ini mengkaji tentang proses
tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka Rw.02 Kelurahan Petukangan
Selatan, Kecamatan Pesanggrahan terhadap anggota atau ibu-
ibu rumah tangga yang ada di kawasan Rw.02 Kelurahan
Petukangan Selatan.
Mengacu pada tahapan pemberdayaan menurut Isbandi
Rukminto yang mana terdiri dari tahapan persiapan
(engagement), tahapan pengkajian (assesment), tahapan
perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahapan
pelaksanaan program atau kegiatan (impelementasi), tahapan
evaluasi dan tahapan terminasi yang dimana berdasarkan
temuan peneliti tahapan pemberdayaan masyarakat di
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka telah berjalan
cukup baik.
71
1. Tahap Persiapan (Engagement)
Pada persiapan ini sekurang-kurangnya ada dua
tahapan yang harus dikerjakan yaitu persiapan petugas
dan persiapan lapangan, hal ini dilakukan untuk
persamaan pandangan mengenai metode pendekatan apa
yang akan dilakukan dalam melakukan pemberdayaan.
a. Tahapan Penyiapan Petugas:Pada tahapan ini
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka melakukan
persiapan petugas melalui penyuluhan, misi dari
penyuluhan ini adalah mewujudkan kemandirian
petani binaan. Tujuan dari kegiatan ini membentuk
minat dan ketertarikan individu.
b. Tujuan Persiapan Lapangan:berdasarkan hasil
temuan lapangan dalam hal ini peneliti melihat
adanya persiapan yang dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat. Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka melakukan penentuan
lokasi/wilayah untuk melakukan proses
pemberdayaan serta menentukan target dalam upaya
pemberdayaan seperti yang diharapkan.
72
2. Tahap Pengkajian (Assesment)
Pada tahap ini, mengidentifikasi dan mengkaji potensi
wilayah dilakukan secara kelompok dengan teknik
diskusi. Ibu Hj. Satimin bersama dengan tim pendamping
dari Kecamatan berusaha mengidentifikasi dan mengkaji
potensi wilayah, dan permasalahan yang dialami oleh
anggota kelompok.Pengkajian ini dilakukan untuk melihat
permasalahan anggota kelompok yang tergabung dalam
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.Selanjutnya Ibu
Hj. Satimin bersama dengan pendamping dari Kecamatan
melakukan diskusi dengan anggota kelompok yang
tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka untuk memberikan pandangan tentang
pemanfaatan wilayah yang mereka punya agar bisa
digunakan untuk menanam berbagai macam tanaman yang
nantinya dapat dimanfaatkan sebagai obat dan bahan
produksi bir pletok.
3. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau
Kegiatan
Perencanaan kegiatan kelompok yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka berdasarkan
kesepakatan bersama melalui rapat anggota yang biasa
dilakukan pada minggu ke-2 disetiap bulannya. Dalam
rapat ini ketua kelompok berperan sebagai pemimpin
rapat dan mewajibkan para anggota kelompok untuk
berperan aktif dalam memikirkan permasalahan yang
73
mereka hadapi serta mencari solusi untuk permasalahan
tersebut. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah agar
kegiatan-kegiatan yang direncanakan sesuai dengan
kebutuhan bersama. Selain itu perencanaan kegiatan yang
akan dilakukan juga disesuaikan dengan konidisi yang
sedang terjadi di Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka.
Berdasarkan temuan lapangan yang telah dibahas
pada. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka mencari
alternatif kegiatan ketika kegiatan tersebut sudah berjalan,
sebenarnya akan lebih baik jika Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka memikirkan beberapa alternatif kegiatan
atau solusi ketika sedang merencanakan kegiatan yang
akan dilakukan.
4. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan
(Implementasi)
Dalam proses pemberdayaan yang dilakukan, tahap
ini merupakan salah satu tahap terpenting. Dalam tahap
ini Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sebelumnya sudah
direncanakan dan disepakati dalam rapat anggota
kelompok. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan yang ada di Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka. Berdasarkan pada temuan
lapangan yang dibahas pada (Bab IV 2019, 62) kegiatan
74
yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan potensi anggota dalam memproduksi
minuman tradisional bir pletok:Kegiatan ini diikuti
oleh seluruh anggota kelompok dengan metode
pelatihan dan pendampingan. Pelatihan produksi
dipimpin oleh Ibu Hj. Satimin selaku ketua
kelompok. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
juga mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari
Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Kota
Administrasi Jakarta Selatan, pelatihan ini dilakukan
mulai dari pemberian materi keterampilan sampai
dengan pengemasan dan pemasaran.
Jika dilihat dari hasil produksi minuman tradisional
bir pletok yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka dimana Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka mampu memproduksi bir pletok cair sebanyak
75 botol per minggu, kegiatan usaha (produksi) ini
dilaksanakan sebanyak 4kali dalam sebulan dengan hasil
bir pletok sebanyak 300 botol. Dengan ini bisa dikatakan
bahwa pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dan Suku Dinas
Pertanian dan Peternakan Kota Administrasi Jakarta
Selatan berjalan dengan efektif.
75
b) Sistem pemasaran:Berdasarkan tujuan pemberdayaan
yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka, yaitu ingin memberdayakan ibu rumahh
tangga dan membuat ibu rumah tangga menjadi
mempunyai penghasilan tambahan, maka pada
pemberdayaan ini diberikan juga pelatihan berupa
pemasaran.
Sistem pemasaran yang dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka bisa dibilang tidak begitu
sulit karena hanya dilakukan dengan cara dijual kepada
masyarakat sekitar dan juga melalui kerjasama dengan
mitra luar, serta melalui pameran dan bazar yang
dilakukan oleh intstansi pemerintah dan swasta.
5. Tahapan Evaluasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada,
pada tahap ini Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
melibatkan seluruh anggota kelompok yang diadakan
dalam sebulan sekali dengan teknik diskusi kelompok. Hal
ini dilakukan karena partisipasi anggota kelompok sangat
penting dalam melakukan pengawasan kegiatan. Pada
tahap ini mempunyai tujuan agar kegiatan kedepannya
dapat berjalan dengan baik dan lebih mandiri denganm
memanfaatkan sumber daya yang ada.
6. Tahapan Terminasi
Merujuk pada, Pada tahapan ini Suku Dinas Pertanian
dan Peternakan Kota administrasi Jakarta Selatan sebagai
fasilitator dalam proses pemberdayaan yang dilakukan
76
oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka melepas
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka karena merasa
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka sudah bisa
mandiri dalam menjalani kegiatan ini.
B. Hambatan Proses Pemberdayaan Kelompok
Wanita Tani Cempaka
Seperti yang dijelaskan oleh Mu‟arifuddin dalam
penelitiannya tentang pemberdayaan masyarakat di
kelompok tani meliputi beberapa bidang diantaranya:
1. Bidang Produksi
2. Bidang Pemasaran
Dari hasil penelitian, penulis melihat hambatan yang
terjadi pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan yaitu pada Bidang
Produksi dan Bidang Pemasaran. Dengan ini mengacu
pada teori yang sudah ada pada Bab II dan temuan data
yang dijelaskan pada Bab IV, penulis dapat menganalisi
terkait hambatan yang dialami oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan sebagai berikut:
a. Hambatan di Bidang Produksi
Pada hambatan ini Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan
mengalami hambatan pada sektor kepemilikan lahan.
Kelompok Wanita Tani mengalami hambatan ini karena
lahan yang mereka gunakan selama ini sebelumnya adalah
77
tempat pembuangan sampah. Selain itu, ibu-ibu rumah
tangga yang tergabung dalam anggota Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan ini juga mempunyai hambatan dalam menjalankan
kegiatan yaitu masih kurangnya pengetahuan atau
pemahaman dalam menentukan lokasi yang baik dan
kurangnya motivasi dalam perawatan tanaman.
Dengan adanya hambatan tersebut, Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan perlu lagi mengadakan pertemuan yang lebih
intensif dengan Suku Dinas Pertanian dan Peternakan
Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan tujuan agar ibu-
ibu rumah tangga yang tergabung dalam anggota
Kelompok Wanita Tani dapat menambah ilmu dan
pengetahuan terkait penentuan lokasi dan perawatan
tanaman.
b. Hambatan di Bidang Pemasaran
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan hanya menjalin kerja sama
kepada satu mitra saja, hal ini yang menjadi hambatan
untuk Kelompok Wanita Tani (KWT) di bidang
pemasaran. Yang menjadi hambatan adalah ketika mitra
tersebut tidak memiliki pelanggan yang tetap, itu akan
berdampak kepada tingkat penjualan hasil produksi bir
pletok.
78
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah melalui proses observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi pada bagian ini peneliti akan menuangkan
simpulan dari penelitian mengenai Pemberdayaan
Perempuan Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW. 02 Kelurahan Petukangan Selatan simpulan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka melakukan
pemberdayaan terhadap ibu-iburumah tangga di
kawasan Rw.02 Kelurahan Petukangan Selatan,
Kecamatan Pesanggrahan. Dengan adanya Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka, ibu-ibu rumah tangga
yang ada di RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan
menjadi memiliki akses dan kesempatan dalam
menambah ilmu pengetahuan dalam bertani maupun
mengolah hasil pasca panen serta keterampilan.
Dalam melakukan pemberdayaan tersebut Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka melakukan beberapa
tahapan-tahapan dalam proses pemberdayaan, mulai
dari tahapan penyiapan petugas dimana dalam tahap
ini Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
melakukan penyiapan petugas melalui penyuluhan,
79
tahapan persiapan lapangan dalam tahap Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka melakukan penentuan
lokasi/wilayah untuk melakukan proses pemberdayaan
serta menentukan target dalam upaya pemberdayaan
yang diharapkan. Setelah itu Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka melakukan tahapan pengkajian
dimana tahapan ini adalah untuk mengkaji
permasalahan dan kebutuhan yang dialami oleh
anggota kelompok tahapan perencanaan alternatif
program atau kegiatan, tahapan perencanaan program
atau kegiatan, tahapan evaluasi dan tahapan terminasi.,
Hambatan Pemberdayaan juga dirasakan oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam
melakukan kegiatan pemberdayaan, dimana hambatan
tersebut adalah Hambatan di Bidang Produksi dan
Hambatan di Bidang Pemasaran.
2. Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Kota
administrasi Jakarta Selatan yang berperan sebagai
fasillitator atau pendamping dalam kegiatan yang
dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka melakukan tugasnya sebagai motivator,
pendamping memotivasi para anggota kelompok agar
selalu mau untuk mengembangkan pengetahuan dan
potensi yang ada di dalam dirinya menjadi lebih baik.
Pendamping memberikan beberapa materi dalam
pelatihan yang rutin dilaksanakan, materi tersebut
80
seperti alih fungsi lahan dan manfaat dari wilayah
yang bisa kita gunakan untuk menanam tanaman yang
nantinya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini
ditujukan untuk merangsang para anggota agar bisa
terampil dalam melihat kebutuhan serta permasalahan
yang mereka hadapi sehingga para anggota dapat
mencari solusi dari masalah tersebut.
B. Implikasi
Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan dari
kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi. Maka
dari itu penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi
banyak pihak dan penelitian-penelitian selanjutnya.
Sehubung dengan hal tersebut, maka implikasinya adalah:
1. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka merupakan
sebuah kelompok tani yang menjadi wadah bagi para
perempuan atau ibu-ibu rumah tangga yang tidak
memiliki pekerjaan di kawasan Rw.02 Kelurahan
Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka berdasarkan kebutuhan yang dialami
oleh anggota kelompok. Dengan adanya Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka para ibu-ibu rumah tangga
dapat belajar dan menambah ilmu pengetahuan dalam
bertani maupun mengolah hasil pasca panen serta
keterampilan dengan harapan dapat meningkatkan
81
kesejahteraan, perekonomian keluarga, dan kehidupan
yang lebih baik.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
dalam sebuah kelompok atau komunitas sebagai upaya
dalam meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya
dan kemampuan yang secara maksimal. Maka perlu
adanya penelitian lebih baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, berikut saran untuk pengurus
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dan peneliti
selanjutnya:
1. Di karenakan masih kurangnya partisipasi masyarakat
khususnya perempuan atau ibu rumah tangga di RW 02
dalam kegiatan yang dilakukan Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka maka peneliti menyarankan supaya
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka bisa
mensosialisasikan adanya kelompok ini untuk
mengajak lebih banyak perempuan atau ibu rumah
tangga yang ada di RW 02 agar kualitas sumber daya
manusia dan sumber daya alam di sekitarnya bisa
dikembangkan dan dimanfaatkan ke arah yang lebih
baik lagi.
82
2. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka diharapkan
dapat mereaktualisasi pengurus dan melatih para
anggota lainnya karena struktur kepengurusan masih
sama sejak awal berdirinya kelompok ini, dan
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka juga dapat
meresmikan lahannya yang selama ini kelompok pakai
kepada pemilik lahan agar nantinya kelompok bisa
mencari alternatif lain untuk lahan yang digunakan
ketika lahan yang sekarang akan dipakai oleh
pemiliknya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Adi Rukminto, Isbandi 2001. Pemberdayaan pengembangan
masyarakat dan intervensi komunitas. Jakarta: Universitas
Indonesia
Bariadi, Lili. 2005. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: Pustaka
Amora.
Bungin, Burhan. 2012. Penelitian Kualitatif: Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarat: Prenada Media Grup (Kencana).
Didik, F. 2013. Cara Membuat Bir Pletok Khas Betawi Hangat
Berkhasiat Dan Sehat. Resep Masakan Internasional ,
(http//www.menuinternasional.com). di akses pada 1
Desember 2019
Gunawan, Imam. 2001. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan
Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasanah, Siti. 2013. “Pemberdayaan Perempuan Melalui
Kegiatan Ekonomi Berkeadilan (Simpan Pinjam Syariah
Perempuan).”
Mardikanto M.S, Totok. 2013. Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta.
Muslim, Aziz. 2012. Dasar-Dasar Pembangunan Masyarakat.
Yogyakarta: Samudra Biru
84
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Isi
dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pendit, S Nyoman (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar
Perdana. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya
Rustanto, Dr. Bambang. 2015. Penelitian Kualitatif Pekerjaan
Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sunarjati, Ari. 2000. Perempuan Yang Menuntun: Sebuah
Perjalanan Inspirasi dan Kreasi. Bandung: Ashoka
Indonesia.
Watson, D.L., Tregerthan, G.D., Frank, J. 1984. Social
Psychology, Science and Application. United States of
America: Scott, Foresman, and Company
LAMPIRAN
Transkip wawancara
Wawancara 1
Hari dan Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019
Nama : Hj. Sunarti Satimin
Jabatan : Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW. 02 Kelurahan Petukangan Selatan.
Bagaimana awal berdirinya
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Awalnya karena saya suka
mengkonsumsi minuman dan
makanan tradisional. Dulu
yang ada hanya posyandu lalu
dari penyuluh pertanian
kecamatan pesanggrahan
mengajak membuat kwt ini.
Apa tujuan dan visi misi dari
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Selain untuk memberdayakan
ibu – ibu rumah tangga yang
ada di kelurahan petukangan
selatan khususnya di wilayah
rw.02, tujuan ini juga untuk
meningkatkan perekonomian
ibu – ibu rumah tangga lewat
kegiatan yang kami lakukan.
Apa kegiatan dan fokus utama
dari Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Kegiatan yang kita lakukan
ada penanaman tanaman
hydroponik, tambulampot
(tanaman buah dalam pot),
mengolah hasil pasca panen
seperti kripik singkong, instant
jahe, dan pengolahan minuman
tradisional bir pletok. Kalau
untuk fokus yaa semua
kegiatan bisa dibilang kami
fokuskan.
Mengapa kegiatan pelestarian
minuman tradisional bir
pletok menjadi kegiatan yang
utama di Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Karena lewat kegiatan ini kami
bisa melestarikan budaya
betawi dan juga bahan – bahan
untuk kegiatan itu mudah kita
dapati. Melalui kegiatan ini
kita juga bisa mendapatkan
penghasilan.
Bagaimana tahapan
pemberdayaan yang
dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka
RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Kalau ngomongin tahapan
pemberdayaan yaa.. disini
tahapan yang kita lakukan itu
awalnya kita mengumpulkan
semua anggota kelompok, lalu
kita berikan arahan kepada
mereka bagaimana cara – cara
menentukan lokasi penanaman
seperti jenis tanah yang cocok
untuk ditanamkan bahan –
bahan kebutuhan produksi bir
pletok. Setelah itu kita juga
melakukan pengawasan ketika
sedang memproduksi bir
pletok dengan tujuan agar
kegiatan ini berjalan dengan
baik.
Bagaimana cara Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka
RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan dalam memasarkan
hasil pelestarian minuman
tradisional bir pletok ?
Biasanya kita menawarkan
kepada masyarakat sekitar
sekalian menjelaskan manfaat
dari minuman tradisional ini.
Kita juga bisa menitipkan
minuman ini ke warung –
warung sekitar atau kita jual
pada saat ada bazar.
Bagaimana cara Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka
RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan dalam menentukan
lokasi ?
Dengan memanfaatkan lahan
kosong yang ada di wilayah rw
02. Jadi lahan itu awalnya
adalah tempat pembuangan
sampah, sehingga kita
bersama masyarakat melalui
forum diskusi yang
sebelumnya sudah kita
lakukan, kita berinisiatif untuk
memanfaatkan lahan tersebut
karena lahan itu cukup bisa
kita gunakan untuk media
penanaman bahan-bahan untuk
kegiatan kita. Dengan ini kita
dapat menentukan lokasi
dimana kita bisa melakukan
kegiatan-kegiatan kita dan juga
kita dapat mengetahui target
yang menerima proses
pemberdayaan yang dilakukan
oleh Kelompok Wanita Tani
Cempaka.
Perkembangan apa saja yang
sudah dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Alhamdulillah yaa dengan
pelatihan dan kegiatan yang
ada disini kita sudah bisa
membuat ibu – ibu rumah
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
tangga yang ada disini menjadi
lebih mandiri dan mereka
sudah bisa membuat usaha
sendiri.
Apa saja kendala atau
hambatan yang dirasakan oleh
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Kendala yang kita rasakan
paling di awal – awal doang
sih. Seperti misalnya pada
waktu memberikan pelatihan
kepada ibu – ibu yang masih
belum paham karena kan
tipikal orang itu berbeda –
beda yaa ada yang cepet
nangkep ada juga yang engga.
Paling itu aja sih..
Apa saja dampak dari proses
pemberdayaan pelestarian
minuman tradisional bir
pletok ?
Dampak itu kan ada yang
positif ada juga negatif yaa..
karena kegiatan kita disini itu
membuahkan hasil jadi
dampak yang terjadi hanya ada
dampak positif. Dampak
positifnya sih Alhamdulillah
ibu – ibu disini jadi bisa
mempunyai keterampilan yang
lebih sehingga mereka bisa
mendapatkan penghasilan
tambahan dari hasil kegiatan
pelestarian bis pletok ini.
Apa harapan anda untuk
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW. 02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Harapan saya untuk Kelompok
ini semoga semakin kompak
dan terus menjadi kelompok
tani yang membanggakan.
Kalau untuk pelestarian bir
pletok semoga kegiatan ini
terus berlanjut dan terus
menghasilkan bir pletok yang
berkualitas dengan tujuan
untuk mempertahankan budaya
betawi.
Peneliti Informan
Wawancara II
Hari dan Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019
Nama : Hj. Latifah
Jabatan : Sekertaris Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan.
Bagaimana awal berdirinya
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Waktu itu awalnya dari
pertemuan ibu – ibu pkk,
posyandu terus oada akhirnya
terbentuklah kwt ini.
Apa tujuan dan visi misi dari
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Untuk memberdayakan ibu –
ibu rumah tangga dan
menambah wawasan serta
keahlian dalam bertani dan
dalam mengolah hasil pasca
panen.
Apa kegiatan dan fokus utama
dari Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Ada banyak kegiatan disini
seperti budidaya sayuran,
budidaya tanaman hias,
tambulampot (tanaman buah
dalam pot), penyuluhan kb,
olahan hasil pasca panen, dan
yang terakhir pemasaran.
Kalau untuk fokus kita fokus
di Pemberdayaan Masyarakat.
Mengapa kegiatan pelestarian
minuman tradisional bir
pletok menjadi kegiatan yang
utama di Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Karena kita ingin terus
mempertahanan budaya
betawi.
Bagaimana tahapan
pemberdayaan yang dilakukan
oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Contoh tahapan yang kita
lakukan adalah mengumpulkan
ibu – ibu rumah tangga dan
memberikan materi pelatihan
serta penyiapan lahan untuk
penanaman bahan – bahan
pembuatan bir pletok seperti
jahe, kayu manis, dll.
Bagaimana cara Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka
RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan dalam memasarkan
hasil pelestarian minuman
tradisional bir pletok ?
Melakukan penjualan di
lingkungan sendiri, lalu kalau
ada bazar atau pameran kita
biasa masukin kesitu.
Perkembangan apa saja yang
sudah dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Kelompok kita sudah
mendapatkan sertifikat hasil
analisa AP4 (Agricultural
Product Processing Pilot Plant)
dari Kampus IPB. Sertifikat itu
menyatakan kalau bir pletok
yang kita produksi itu aman
untuk kesehatan.
Apa saja kendala atau
hambatan yang dirasakan oleh
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Kendalanya paling Cuma
susah aja sih memberikan
materi dan pelatihan ke ibu –
ibu rumah tangga yang masih
awam.
Apa saja dampak dari proses
pemberdayaan pelestarian
minuman tradisional bir
pletok ?
Alhamdulillah kita dan para
ibu – ibu rumah tangga yang
lainnya dapat bertambah
wawasannya tentang membuat
minuman tradisional bir pletok
dan dapat menambahkan
penghasilan.
Apa harapan anda untuk
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW. 02
Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Harapan saya agar tetap
menjadi yang terbaik aja sih
simple.
Peneliti Informan
Wawancara III
Hari dan Tanggal : Senin, 15 April 2019
Nama : Sri Hartati
Jabatan : Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan.
Apa yang anda ketahui tentang
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Saya mengetahui kelompok
ini sebagai tempat untuk
mendapatkan illmu. Ilmu
pertanian, cara menanam,
macam – macam tanaman
sayur, obat, dan juga
keterampilan. Selain
kelompok ini memanfaatkan
lahan kosong untuk
sarananya, disini kita juga bisa
mendapatkan penghasilan.
Apa tujuan anda masuk
menjadi anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka
RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Ingin menambah pengetahuan
dan menambah penghasilan.
Jadi dari pada saya dirumah
saja mending saya ikut
kegiatann disini.
Kegiatan apa saja yang anda
lakukan di Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Saya melakukan banyak
kegiatan contohnya seperti
belajar menanam, belajar
memproduksi bahan makanan
dan minuman, belajar
mengolah hasil pasca panen,
dan belajar memasarkan.
Bagaimana partisipasi anggota
kelompok dalam
mengembangkan kelompok ?
Yaa salah satu caranya adalah
dengan semangat mengikuti
kegiatan yang ada di
Kelompok Wanita Tani.
Perubahan apa saja yang anda
rasakan setelah menjadi
anggota Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Menambag wawasan serta
ilmu pengetahuan untuk diri
saya sendiri tentunya.
Bagaimana tahapan
pemberdayaan yang dilakukan
oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Yang saya rasakan sihh saya
diberikan materi ilmu
pengetahuan tentang
bagaimana cara – cara
memilih jenis lokasi yang baik
untuk ditanamkan bahan –
bahan pembuatan bir pletok
ini.
Apa saja dampak
pemberdayaan yang diberikan
oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Dampaknya positif. Seperti
misalnya saya bisa
mendapatkan penghasilan
walaupun tidak banyak yaa
seenggaknya bermanfaat buat
saya.
Apa saja kendala atau
hambatan yang anda rasakan
dalam menjalankan program
pelestarian minuman
tradisional bir pletok ?
Kendalanya oaling kalau
lagibanyak produksi tetapi ada
beberapa ibu – ibu anggota
yang lain tidak bisa datang, itu
bikin kita jadi keteter mas..
Apa harapan anda untuk
Kelompok Wanita Tani dan
Pelestarian minuman
tradisional bir pletok ?
Harapannya agar minuman ini
bisa dikenal seluruh
masyarakat Indonesia dan bir
pletok ini makin disukai
banyak orang.
Peneliti Informan
Wawancara IV
Hari dan Tanggal : Senin, 15 April 2019
Nama : Yani
Jabatan : Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan.
Apa yang anda ketahui tentang
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Kelompok ini tuh suatu
kumpulan ibu – ibu yang
didalamnya terdapat struktur
organisasiyang jelas, ada
ketua, ada wakil, sekertaris,
dll. Di kelompok ini kita
dikasih kesempatan untuk bisa
belajar mengenai pertanian,
hasil pasca panen, produksi
sampai cara pemasarannya.
Apa tujuan anda masuk
menjadi anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka
RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Saya pribadi sih ingin bisa
memiliki penghasilan
tambahan
Kegiatan apa saja yang anda
lakukan di Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Kalau lagi ada penyuluh
dataeng kita diberikan
penyuluhan, kumpul bareng
ibu – ibu yang lainnya, kadang
kalau sore saya suka nyiramin
tanaman yang ada di kebun
Kelompok Wanita Tani.
Bagaimana partisipasi anggota
kelompok dalam
mengembangkan kelompok ?
Menurut saya dengan giat dan
semangat tinggi kalau lagi ada
kegiatan – kegiatan gitu...
Perubahan apa saja yang anda
rasakan setelah menjadi
anggota Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Alhamdulillah saya
mendapatkan banyak ilmu
disanaa
Bagaimana tahapan
pemberdayaan yang dilakukan
oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Ini menurut saya aja yaa,
karena saya ga begitu paham
betul mengenai tahapan
pemberdayaan. Menurut saya
Kelompok Wanita Tani
memberikan tahapan yang
berupa memberikan semua
materi dan cara – cara
memproduksi bir pletok ini
dengan sedetail mungkin
Apa saja dampak
pemberdayaan yang diberikan
oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Dampaknya saya bisa
mendapatkan penghasilan
Apa saja kendala atau
hambatan yang anda rasakan
dalam menjalankan program
pelestarian minuman
tradisional bir pletok ?
Kendala buat saya pribadi sih
saya gabisa langsung
menerima dan menangkap apa
yang kelompok berikan, mesti
harus dijelaskan beberapa kali
dulu mas..
Apa harapan anda untuk
Kelompok Wanita Tani dan
Pelestarian minuman
tradisional bir pletok ?
Harapan saya tentunya
semoga keompok ini bisa
terus bertahan supaya semakin
banyak lagi ibu – ibu rumah
tangga di daerah sini yang
bisa memperoleh banyak ilmu
dan pelajaran dari kelompok
ini.
Peneliti Informan
Wawancara V
Hari dan Tanggal : Senin, 15 April 2019
Nama : Wuriyaningsih
Jabatan : Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW.02 Kelurahan Petukangan Selatan.
Apa yang anda ketahui
tentang Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Ini merupakan kelompok yang
menyediakan kesempatan kita
supaya dapat pengetahuan
tentang tanaman buah dalam
pot, dan produksi olahan hasil
panen. Intinya tuh
pemberdayaan buat ibu – ibu
disini biar bisa bantu
pendapatan keluarga juga.
Apa tujuan anda masuk
menjadi anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka
RW.02 Kelurahan Petukangan
Selatan ?
Tujuan saya ingin belajar
terkait ilmu tentang cara
bertani dan ingin
memberdayakan diri sendiri
juga.
Kegiatan apa saja yang anda
lakukan di Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Menanam dan praktek
membuat makanan dari kebun
sendiri
Bagaimana partisipasi anggota
kelompok dalam
mengembangkan kelompok ?
Lebih berusaha lagi dalam
memproduksi minuman
tradisional bir pletok
Perubahan apa saja yang anda
rasakan setelah menjadi
anggota Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Kepandaian, pengalaman, dan
penghasilan dapur lancar hehe
Bagaimana tahapan
pemberdayaan yang dilakukan
oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Disini kita diajarkan untuk
gimana cara memilih tekstur
tanah yang cocok untuk
ditanamkan bahan – bahan
untuk pembuatan bir pletok,
setelah itu diajarkan juga cara
memproduksinya dan cara
memasarkannya juga.
Apa saja dampak
pemberdayaan yang diberikan
oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan Selatan
?
Dampaknya sangat terasa
untuk diri sendiri, yaitu
banyak kita dapat ilmu disini
Apa saja kendala atau
hambatan yang anda rasakan
dalam menjalankan program
pelestarian minuman
tradisional bir pletok ?
Hambatannya sih paling kan
namanya kita disini masih
sama sama belajar yaa paling
agak susah di mengerti aja
sih..
Apa harapan anda untuk
Kelompok Wanita Tani dan
Pelestarian minuman
tradisional bir pletok ?
Harapannya supaya minuman
khas betawi ini tidak hilang
atau tidak kalah dengan
minuman yang baru. Untuk
kelompok ini agar selalu
diberikan keberkahan
Peneliti Informan
Hasil Observasi
NO Tanggal Kegiatan Tempat
1 14
Desember
2018
Berkunjung ke Kebun
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan untuk mengikuti
kegiatan bercocok tanam
sekaligus berbincang
dengan ibu – ibu anggota
yang sedang mengamati
tanaman yang ditanam di
Kebun KWT, sekaligus
membuka omongan dan
meminta izin melakukan
penelitian dengan Ibu. Hj.
Sunarti Satimin selaku
ketua Kelompok.
Kebun
Kelompok
Wanita Tani
(KWT)
Cempaka
RW.02
Kelurahan
Petukangan
Selatan.
2 30 Maret
2019
Berkunjung ke Kebun
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan dalam rangka ingin
berbincang – bincang
mengenai proses
pemberdayaan yang
Kebun
Kelompok
Wanita Tani
(KWT)
Cempaka
RW.02
Kelurahan
Petukangan
dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani melalui
kegiatan Pelestarian Bir
Pletok.
Selatan.
3 30 Maret
2019
Masih di Kebun Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan. Setelah mengikuti
kegiatan dan berbincang –
bincang dengan ketua
kelompok , sekarang
melakukan wawancara
terkait sejarah berdirinya
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka, proses
pemberdayaan yang
dilakukan oleh Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka melalui kegiatan
pelestarian minuman
tradisional bir pletok.
Kebun
Kelompok
Wanita Tani
(KWT)
Cempaka
RW.02
Kelurahan
Petukangan
Selatan.
4 15 April
2019
Berkunjung ke Kebun
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Kebun
Kelompok
Wanita Tani
(KWT)
Selatan untuk melakukan
wawancara kepada Ibu Sri
Hartati sebagai anggota
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka
mengenai pemberdayaan
yang dilakukan Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka melalui kegiatan
pelestarian minuman
tradisional bir pletok.
Cempaka
RW.02
Kelurahan
Petukangan
Selatan.
5 17 April
2019
Berkunjung ke Kebun
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan untuk melakukan
wawancara kepada Ibu
Yani sebagai anggota
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka
mengenai pemberdayaan
yang dilakukan Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka melalui kegiatan
pelestarian minuman
tradisional bir pletok.
Kebun
Kelompok
Wanita Tani
(KWT)
Cempaka
RW.02
Kelurahan
Petukangan
Selatan.
6 18 April
2019
Berkunjung ke Kebun
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka RW.02
Kelurahan Petukangan
Selatan untuk melakukan
wawancara kepada Ibu
Wuriyaningsih sebagai
anggota Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka
mengenai pemberdayaan
yang dilakukan Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka melalui kegiatan
pelestarian minuman
tradisional bir pleto yang ia
rasakan.
Kebun
Kelompok
Wanita Tani
(KWT)
Cempaka
RW.02
Kelurahan
Petukangan
Selatan.
DOKUMENTASI
Kegiatan wawancara dengan Ibu Hj. Satimin sebagai Ketua,
Ibu Hj. Latifah sebagai Sekertaris, dan Ibu Sri dan Ibu Yani
sebagai Anggota Kelompok Wanita Tani
Kegiatan pertemuan rutin bersama pihak Suku Dinas
Pertanian dan Peternakan Kota Administrasi Jakarta Selatan