tahap2 konseling

27
TAHAP-TAHAP KONSELING Ada 4 tahapan dasar dalam proses konseling, yaitu: 1. membangun hubungan 2. melakukan identifikasi dan penilaian masalah 3. memfasilitasi perubahan teraupetik 4. evaluasi dan terminasi. Tahapan tersebut dapat dijelaskan secara detil oleh Gladding (1992) dalam skema berikut: 1

description

tahap2 konseling

Transcript of tahap2 konseling

Page 1: tahap2 konseling

TAHAP-TAHAP KONSELING

Ada 4 tahapan dasar dalam proses konseling, yaitu:

1. membangun hubungan

2. melakukan identifikasi dan penilaian masalah

3. memfasilitasi perubahan teraupetik

4. evaluasi dan terminasi.

Tahapan tersebut dapat dijelaskan secara detil oleh Gladding

(1992) dalam skema berikut:

(Gladding dalam Murad, 2009)

1

Page 2: tahap2 konseling

Struktur dianggap penting oleh Gladding karena kelancaran

suatu proses konseling sangat dipengaruhi oleh pemahaman

konselor akan apa yang akan dihadapinya dan bagaimana klien

merasa aman sepanjang proses konseling. Selain itu, Gladding

juga menekankan kemungkinan adanya informasi tambahan yang

diperlukan dari luar klien mengenai permasalahan yang dialami

klien (alloanamnesa).

Sedangkan Hackney dan Cormier (2001) lebih menekankan

akan pentingnya rapport sepanjang proses konseling berlangsung

dan menjelaskan bahwa langkah satu dengan yang lain saling

bertumpang tindih dan selalu mengarah pada proses

penyelesaian (progressive movement). Dapat dilihat di tabel

berikut:

(Hackney dan Cormier, dalam Murad, 2009)

2

Page 3: tahap2 konseling

A. MEMBANGUN HUBUNGAN

Menurut Culley (1992) dalam tahap membangun

hubungan di awal proses konseling, terdapat dua

keterampilan koneselor yang harus dikuasai, yaitu:

- keterampilan merefleksi kembali dengan:

mengulang kata penting yang diungkap klien,

paraphrasing, dan menyimpulkan.

- kemampuan memperdalam (probing) dengan:

bertanya dan membuat statement untuk tujuan

mengumpulkan informasi dan mulai mengarahkan tujuan

sesi konseling.

Sasaran dalam tahap ini adalah:

klien dapat menjelaskan masalahnya atau alasannya

datang

menentukan sejauhmana klien mengenali

kebutuhannya untuk mendapatkan bantuan dan

kesediaannya melakukan komitmen.

Untuk itu, diperlukan upaya membangun hubungan yang

positif antara klien dengan konselor. Adapun beberapa hal

yang harus disadari konselor adalah bahwa konseling

merupakan suatu proses menuju perubahan perubahan

tidaklah selalu mulus dan mengenakkan menimbulkan

3

Page 4: tahap2 konseling

resistensi klien konselor haruslah peka dan mau membantu

klien mengatasinya.

RAPPORT

Rapport adalah suatu iklim psikologis yang positif, yang

mengandung kehangatan dan penerimaan, sehingga klien

tidak merasa terancam saat berhubungan dengan konselor.

Bentuk komunikasi yang dapat menumbuhkan tanda-

tanda emosi positif bagi yang menjalaninya, adalah: respek,

menunjukkan penerimaan, empatik, dan genuineness.

KETERAMPILAN MENDENGAR

Agar hubungan di awal tahap konseling dapat

dipertahankan, dibutuhkan keterampilan mendengar (McKay,

dkk, 1992). Dalam mendengar terdapat komitmen dan

komplimen.

Komitmen di sini diartikan sebagai keinginan kuat dari

konselor untuk memahami bagaimana perasaan orang lain,

dengan mengesampingkan prasangka dan keyakinan

pribadinya.

4

Page 5: tahap2 konseling

Komplimen diartikan sebagai kemauan dan niat untuk

memberikan perhatian (atensi) kepada klien dengan

melibatkan tingkah laku melihat dan mendengarkan:

- kesadaran tentang bahasa tubuh klien

- kesadaran tentang bahasa tubuh sendiri

- mendengarkan apa yang dikatakan klien dan bagaimana

cara menyampaikannya.

Manfaat pemberian atensi dalam sesi konseling:

klien merasa dihargai dan konselor semakin mudah

memahami

alasan klien meminta pertolongan dan mampu menilai dapat

memberi pertolongan atau tidak.

Komunikasi :

1. Verbal

proses pertukaran makna dari penggunaan kata-kata

(Pearson, 1983). Kata-kata dapat bersifat simbolik, dapat

pula memberi pesan dan kesan tertentu, bahkan

menghalangi komunikasi.

Contoh: ayam kampus = PSK, bukan ayam.

”saya ini nothing ...” mencampur 2 bahasa, ada

makna dibalik itu.

2. Non-verbal

Pearson (1983) mendefinisikan sebagai proses

pertukaran makna dari semua makna yang bersifat non-

verbal. Didalamnya termasuk: gerakan tubuh, ekspresi

5

Page 6: tahap2 konseling

wajah, penggunaan ruang, sentuhan, tanda vokal, pakaian,

dan penampilan saat itu keadaan mental seseorang saat

itu.

Tingkah laku non-verbal yang diasosiasikan dengan

postive regard bagi lawan bicaranya adalah:

- nada suara: lembut, menentramkan

- ekspresi wajah: tersenyum, penuh minat

- posture: relaks, condong ke arah lawan bicara

- kontak mata: melihat langsung

- gesture: open dan welcome

- kedekatan fisik: dekat

- sentuhan: lembut dan diskrit controversial.

Empat keterampilan mendengar aktif:

1. Paraphrasing

jawaban yang menyebutkan esensi dari isi pesan yang

disampaikan (content response). Harus:

- ringkas

- merefleksikan esensi dari pesan yang disampaikan

- memfokuskan pada isi pesannya

- diucapkan dengan kata-kata si pendengar sendiri

contoh:

A: Saya tidak yakin dengan apa yang saya mau. Saya

sangat menyukai seni dan menginginkannya, tetapi saat

6

Page 7: tahap2 konseling

ini bisa menikmati kuliah di psikologi dan mulai

mendapat nilai-nilai yang memuaskan.

B: Tampaknya anda mulai menyukai kuliah dan melihatnya

sebagai usaha yang bagus, meskipun tetap merasa

menyukai seni.

2. Reflecting feelings

Merupakan upaya mencerminkan kembali perasaan yang

disampaikan oleh pemberi pesan. Cara mendengarkan

perasaan klien:

- fokus pada perkataan

- perhatikan isi umum pesan itu

- amati bahasa tubuh

- tanyalah pada diri sendiri, bila saya mengamali peristiwa

tersebut, apa yang saya rasakan?

Contoh:

A: Saya sudah sangat yakin padanya, lalu dia meninggalkan

saya begitu saja.

B: Membuat anda merasa dikhianati, ya?

A: Betul, sehingga saya tidak bisa lagi percaya pada orang

lain.

3. Reflecting meanings

7

Page 8: tahap2 konseling

mencampur perasaan dan fakta dalam suatu respon

yang akurat. Elemen penting dalam hal ini adalah: isi

pembicaraan dan perasaan yang menyertai.

Contoh:

A: Pacar saya selalu menanyakan masa lalu saya. Padahal

saya sudah mengingatkannya untuk tidak melakukan itu.

B: Anda merasa kesal karena si dia tidak memahami

keinginan anda.

4. Summative reflections.

Mengungkap kembali tema atau topik serta perasaan

utama yang diekspresikan pembicara selama durasi

percakapan yang lebih lama dan kompleks.

feedback dan clarifying.

HAMBATAN KOMUNIKASI

a. masalah motivasional

klien takut dipermalukan/ keliru dengan informasi yang

diberikan – menahan info

konselor berespon terhadap pikiran mereka sendiri

berusaha mengevaluasi motif dibalik pembicaraan –

malah kehilangan info karena tidak konsen.

b. hambatan psikologis

8

Page 9: tahap2 konseling

lupa, distorsi informasi

c. kesulitan dalam berbahasa

sulitnya menemukan kata-kata yang tepat

latar belakang pendidikan dan budaya, juga

mempengaruhi perbendaharaan kata.

d. kecemasan dalam komunikasi

cemas mendapat moral judgement

cemas rahasia pribadinya dijadikan alat untuk

menguasai dirinya

cemas keburukannya dipahami konselor, tanpa dirinya

memahami hal tersebut terlebih dahulu

cemas pembicaraan dengan konselor akan

memunculkan topik yang selama ini dihindarinya.

B. IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN MASALAH

ASSESSMENT

Definisi asesmen (Kendall, 1982): ”asesmen merupakan

proses pengumpulan informasi mengenai subjek untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih baik”.

Tujuan asesmen:

9

Page 10: tahap2 konseling

a. memberikan pendekatan yang sistematik untuk

memperoleh dan mengorganisasikan informasi yang

relevan tentang klien.

b. mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang memberikan

kontribusi pada timbulnya masalah klien.

c. meningkatkan hubungan klien-konselor.

Komponen asesmen (Hacney & Cormier (2001):

1. Interviu intake riwayat hidup

2. Definisi masalah

IDENTIFIKASI KLIEN

a. Data identifikasi (a.l: nama, alamat, telp, usia, jenis

kelamin, agama, status, pekerjaan, pendidikan)

b. Presentasi problem oleh klien

c. Riwayat keluarga

d. Riwayat pribadi

e. Deskripsi tentang klien selama interviu

Sundberg, dkk (2002) membagi interviu riwayat hidup,

sebagai berikut:

1. data identifikasi

2. alasan datang ke konselor

3. keadaan sekarang

4. konstelasi keluarga

10

Page 11: tahap2 konseling

5. ingatan-ingatan dini

6. kelahiran dan perkembangan

7. kondisi kesehatan dan fisik

8. pendidikan dan pelatihan

9. catatan pekerjaan

10.minat dan kesenangan

11.perkembangan seksual

12.data marital dan keluarga

13.dukungan sosial

14.deskripsi diri

15.turning point dalam hidup klien

16.tujuan dan pandangan tentang masa depan

17.keterangan lain

(sifatnya netral, dapat digunakan dalam pendekatan

manapun).

IDENTIFIKASI MASALAH KLIEN

lebih berfokus pada cara klien mempresentasikan problem

yang dimiliki. Mencakup:

1. presenting problem

2. real problem

11

Page 12: tahap2 konseling

3. personalized meaning of problems

Area dalam eksplorasi masalah klien menurut Hackney dan

Cormier (2001):

a. perasaan yang diasosiasikan dengan masalah

b. kognisi yang diasosiasikan dengan masalah

c. tingkah-laku yang diasosiasikan dengan masalah

d. keluhan fisik yang diasosiasikan dengan masalah

e. aspek interpersonal dari masalah.

Adapun informasi yang dapat melengkapi identifikasi masalah

klien, adalah:

- pola peristiwa (misal: terulang, intens, kapan dan dengan

siapa, yang memperburuk/memperingan)

- durasi masalah

- keterampilan coping klien

KETERAMPILAN BERTANYA

Jenis :

1. Terbuka

bermanfaat saat: awal interviu, mendorong klien

berelaborasi, meminta contoh yang spesifik

12

Page 13: tahap2 konseling

contoh:

”Apa yang anda ingin bicarakan?”

”Bagaimana keadaan anda minggu ini?”

”Bagaimana menurut anda supaya keadaan menjadi lebih

baik?”

”Coba anda berikan contohnya?”

2. Tertutup

Jawabannya sempit dan spesifik, bahkan dengan

jawaban ”ya” atau ”tidak”.

Contoh:

”Tahukan anda kapan ayah mulai marah pada anda?”

”Pernahkah anda mendapat konseling sebelumnya?”

”Apakah anda masih bersekolah?”

CARA BERTANYA EFEKTIF:

- gunakan nada suara yang menunjukkan minat, keramahan

dan kepedulian

- tanyakan satu pertanyaan dan tunggu dulu jawabannya

- tanyakan pertanyaan yang mendorong klien mengutarakan

kebutuhannya

- usahakan seminimal mungkin menggunakan pertanyaan

tertutup dengan jawaban: ya/ tidak

- gunakan kata-kata seperti: Lalu?; Dan?; Oh...; ya?

mendorong klien bercerita/ berbicara

13

Page 14: tahap2 konseling

- hindari memulai pertanyaan dengan ”mengapa”

berkesan menyalahkan klien

- bila anda berpikir klien anda belum paham dengan

pertanyaan anda, gunakan beberapa cara bertanya untuk

menanyakan hal yang sama.

SEMI-DIRECTIVE TECHNIQUES

Ada beberapa cara bertanya dalam teknik ini, antara lain:

1. narrowing misal: ceritakan tentang diri anda (luas ke

detil)

2. progression dimulai dengan hal yang paling dekat

dengan topik baru mengarah pada point dari topik tersebut

secara bertahap

misal: bertanya ttg PMS

a. seberapa sering anda berkencan?

b. wanita seperti apa yang membuat anda tertarik?

c. kemana anda pergi berkencan dengannya?

d. bagaimana menurut anda kemungkinan terkena PMS?

3. embedding menyembunyikan pertanyaan yang

sebenarnya karena mungkin dianggap sensitif oleh klien.

4. leading tidak samadengan direct

contoh: ttg kebiasaan mengkonsumsi alkohol

leading – apakah anda suka minum ketika pesta? seberapa

banyak?

direct – berapa banyak anda minum setiap harinya?

KATEGORI PERCAKAPAN (Vrolyk & Dijkema)

14

Page 15: tahap2 konseling

E-in probing sesuai topik yang dibicarakan

E-ex

I (Informasi)

F (formal)

S (sisipan)

-----------------------------------------------------------------------------------

Ev (evaluasi) sifatnya meragukan/ tdk mempercayai klien

A (asumsi) praduga

Adv (nasihat) (ketiganya jangan diberikan

terlalu

sering sebelum rapport

terbentuk)

-----------------------------------------------------------------------------------

M (menenangkan) (jangan terlalu sering, tidak

menyelesaikan masalah klien)

-----------------------------------------------------------------------------------

O (ordering/ refleksi)

- O.echo

- O.content = paraphrasing (mendengar aktif)

- O.feeling = refleksi

Keterangan:

a. bila klien bicara pendek-pendek, gunakan E-in

b. penilaian kuantitatif

O + E-in

---------- x 100% = > 60%

15

Page 16: tahap2 konseling

N – (F+S)

C. MEMFASILITASI PERUBAHAN TERAUPETIK

MENGEMBANGKAN SASARAN KONSELING

memberi arah dalam konseling.

Fungsi Sasaran Konseling:

1. Motivasional.

apabila klien didorong dan turut berpartisipasi untuk

menentukan sasaran yang spesifik, maka klien akan

termotivasi dan bertanggung jawab dalam pencapaiannya.

2. Edukasional.

dengan proses belajar selama sesi konseling, klien yang

yang menegakkan sasaran konseling akan belajar

membuat struktur dalam hidupnya beserta tingkah laku

baru apa yang harus dilakukannya untuk mencapai sasaran

tersebut.

3. Evaluatif.

sasaran yang ditetapkan akan membantu konselor untuk

memilih strategi intervensi yang paling baik dalam

membantu klien mencapai sasarannya, selain dapat

dijadikan patokan penilaian berhasil/ tidaknya proses

konseling, atau adakah perubahan perilaku yang

diharapkan.

4. Asesmen untuk teknik intervensi.

merupakan langkah awal penggalian data untuk intervensi

selanjutnya (misal: perlu dilakukan psikoterapi).

16

Page 17: tahap2 konseling

KETERAMPILAN DALAM MENETAPKAN SASARAN

Krumboltz dan Thoresen (1969, dalam Murad 2006),

menyatakan bahwa sasaran haruslah:

a. merupakan sasaran yang diinginkan

klien

b. mau dikerjakan bersama antara klien-

konselor

c. memiliki fungsi evaluatif bagi klien

(sejauhmana klien mencapai sasarannya).

Langkah memudahkan klien membuat sasaran

(Hackney dan Cormier, 2001):

1. pilih sasaran utama (jangka pendek atau

jangka panjang)

2. membuat sub-sasaran

menyusun minimal 5 langkah yang harus dilakukan

untuk mencapai sasaran di atas

3. menyusun tugas segera

untuk setiap sasaran, dibuatlah 2 langkah spesifik

yang harus dilakukan agar sasaran tercapai.

Pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu klien

mengembangkan sasaran:

- Perubahan apa yang anda inginkan?

17

Page 18: tahap2 konseling

- Apa yang ingin Anda lakukan (pikiran/ perasaan),

yang berbeda dari sekarang?

- Seberapa banyak Anda berpikir dapat mengubah

dunia Anda?

- Hal-hal apa yang menurut Anda harus terjadi

sebagai langkah awal Anda menuju kepuasan?

- Bagaimana Anda tahu bahwa Anda telah

berhasil?

Manfaat menetapkan sasaran dalam konseling:

a. mengurangi kebingungan klien tahu

yang dibutuhkan dan diinginkan

b. membantu klien memilah apa yang

penting dan tidak dalam hidupnya

c. mendorong klien untuk membuat

keputusan dan pilihan yang mewakili nilai dan

prioritas dalam hidupnya

d. membuat klien merasa nyaman karena

telah mencapai sesuatu sense of inertia (merasa

mampu menggerakkan kekuatan yang akan berakhir

pada penyelesaian)

e. memberi pandangan lain pada klien

tentang kepribadian dan masalahnya

f. bersifat reaktif tindakan memilih dan

mendefinisikan akibat sudah dapat berkontribusi

pada perubahan yang dikehendaki.

18

Page 19: tahap2 konseling

BASIC-ID

Bagaimana menilai cara keberadaan klien di dunia-nya,

maka dikemukakan oleh Lazarus (dalam Ivey, dkk, 2001)

suatu strategi bagi konselor, yaitu:

B-ehaviour : tingkah laku

A-ffect : perasaan/ emosi

S-ensations : kesan dari panca indera, ditambah dengan

sensualitas

dan seksualitas.

I-magery : kemampuan membentuk gambaran mental

mengenai

kejadian, ditambah dengan khayalan/ fantasi

klien.

C-ognitions: pikiran-pikiran tentang diri, ide, dan falsafah.

I-nterpersonal Relationship: gaya umum dan bagaimana klien

merupakan individu yang berinteraksi (people person).

D-rugs : faktor obat-obatan, biologis, dan kesehatan.

D. EVALUASI DAN TERMINASI

kapan terminasi dilakukan?

- ketika klien sudah merasa mampu menggunakan

sumber-sumber yang dimiliki untuk menyelesaikan

masalah.

- saat respon klien menjadi positif dan dapat

menunjukkan pemahaman terhadap diri sendiri.

19

Page 20: tahap2 konseling

- bila sasaran dari kontrak konseling sudah

dicapai.

- apabila klien maupun konselor merasa sesi

konseling tidak ada manfaatnya.

- konteks awal dari konseling berubah, misal: lama

tidak berjalan, salah satu pihak lama sakit, tempat dan

waktu berubah-ubah, dll.

MEMILIH STRATEGI INTERVENSI DAN EVALUASI

TERMINASI

a. Terminasi dalam tiap sesi

misal setelah 50 menit .

- biasanya dilakukan oleh konselor durasi yang

ditetapkan di awal sesi sudah berakhir.

- sebelum mengakhiri sesi, konselor membuat

ringkasan/kesimpulan

- usahakan tidak mendiskusikan materi baru di

akhir sesi.

b. Terminasi di sesi terakhir konseling

20

Page 21: tahap2 konseling

setelah maksimal 10 sesi pertemuan. perlu evaluasi

konselor sebelum mengakhiri proses konseling, misal

tentang:

- apakah masalah atau simtom sudah berkurang/

menghilang?

- masih adakah perasaan yang menimbulkan

stres?

- apakah klien telah memiliki kemampuan

mengatasi masalah?

- sejauhmana pemahaman klien terhadap diri

sendiri dan orang lain?

- apakah klien sudah mampu berelasi dengan lebih

baik?

- apakah klien sudah mampu mencintai dan mau

dicintai?

- apakah klien sudah mampu membuat rencana

dan dapat bekerja dengan baik?

- apakah klien sudah lebih bisa menikmati

hidupnya?

LANGKAH TERMINASI

1. Persiapan verbal

21

Page 22: tahap2 konseling

melalui ucapan konselor untuk membuat klien aware

bahwa konseling sudah akan segera berakhir.

misal: ”saya melihat Anda sudah lebih memahami diri

sendiri dan dapat membuat rencana yang realistis,

apakah Anda berpikir Anda bisa sendiri melakukannya

sekarang?”

Tugas konselor:

- membuat ringkasan final untuk dibicarakan

reviu apa yang telah dicapai.

- tindak lanjut nantinya.

- ringkasan tertulis bila perlu.

2. Buka jalur untuk memungkinkan follow-up

konselor tetap memberi kesempatan klien melakukan

follow-up atas apa yang telah dikerjakannya nanti selepas

konseling, akan tetapi perlu standar/ jangka waktu

ditetapkan bersama agar menghindari ketergantungan

klien pada konselor.

3. Kemungkinan merujuk

dapat dilakukan dengan memberi alternatif profesional

lain bagi klien (terutama pada klien yang dependen).

Konselor juga dapat melakukan rujukan apabila merasa

tidak mampu menghadapi klien dengan karakteristik atau

masalah tertentu.

4. Pamitan secara formal (formal leave-taking)

usahakan dalam suasana yang menyenangkan dan

penuh kepercayaan, dengan menghargai klien yang sudah

22

Page 23: tahap2 konseling

datang mempercayakan masalahnya untuk dibantu oleh

konselor.

23