Tahap Pembuatan GTL

33
Tahap Pembuatan GTL Prosedur Pembuatan GTL Membuat Model Rahang a. Cetakan rahang Cetakan rahang adalah bentuk negative dari seluruh jaringan pendukung geligi tiruan. Setelah dicor akan didapatkan bentuk negative dari rahang yang lazim disebut model rahang. Hasil cetakan rahang harus memberikan kekokohan,kemantapan dan dukungan geligi tiruan, oleh karena itu rahang harus dicetak seakurat mungkin sehingga geligi tiruan dapat mempertahankan kesehatan jaringan pendukungnya. b. Macam cetakan Macam cetakan pasien tidak bergigi ialah: - Cetakan awal/cetakan anatomis Hasil cetakannya secara lazim disebut model study/model diagnostic pada mana kita akan mempelajari masalah yang mungkin timbul selama pembuatan geligi tiruan dan digunakan sebagai penunjang diagnostic. - Cetakan akhir/cetakan fisiologis Hasil cetakannya lazim disebut model kerja, yang digunakan untuk membuat geligi tiruan. Cara Mencetak a.Cara mencetak cetakan awal pilih sendok cetak jadi yabg bentuk dan ukurannya sesuai dengan rahang pasien pada hasil cetakan harus dicatat - Seluruh jaringan pendudkung - Bentuk anatomis sekitar jaringan pendukung

description

b

Transcript of Tahap Pembuatan GTL

Tahap Pembuatan GTL

    Prosedur Pembuatan GTL   Membuat Model Rahang

a.       Cetakan rahangCetakan rahang adalah bentuk negative dari seluruh jaringan pendukung geligi

tiruan. Setelah dicor akan didapatkan bentuk negative dari rahang yang lazim disebut model rahang.

Hasil cetakan rahang harus memberikan kekokohan,kemantapan dan dukungan geligi tiruan, oleh karena itu rahang harus dicetak seakurat mungkin sehingga geligi tiruan dapat mempertahankan kesehatan jaringan pendukungnya.

b.      Macam cetakanMacam cetakan pasien tidak bergigi ialah:

-          Cetakan awal/cetakan anatomisHasil cetakannya secara lazim disebut model study/model diagnostic pada mana kita akan mempelajari masalah yang mungkin timbul selama pembuatan geligi tiruan dan digunakan sebagai penunjang diagnostic.

-          Cetakan akhir/cetakan fisiologisHasil cetakannya lazim disebut model kerja, yang digunakan untuk membuat geligi tiruan.

Cara Mencetaka.Cara mencetak cetakan awal pilih sendok cetak jadi yabg bentuk dan ukurannya sesuai dengan rahang pasien

pada hasil cetakan harus dicatat - Seluruh jaringan pendudkung- Bentuk anatomis sekitar jaringan pendukung -Bentuk normal dan perluasan fisiologik dari jaringan mulut

b.Cara mencetak cetakan akhir Lakukan pemotongan "base plate " sesuai dengan batas jaringan gerak dan

tidak bergerak ,bila dikehendaki dapat 1-2 mm lebih rendah untuk memberi tempat cetak asal jangan mudah lepas dari rahang pasien.Penguranagn biasanya pada rahang berlingir tinggi dan mempunyai daerah gerong berlebih

Kemudian laukan"muscle trimming" atau border moldimg yaitu pembentukan pinggiran mulut dan batas posterior untuk rahang atas .Hasilnya harus membentuk "seal' yang dapt mencegah kebocoran

Buat lah peganagan sendok cetak pribadi dan buat pula lubang dengan 3 didaerah langit-langit ,berjarak 4-5mm.Kegunaan lubang ini untuk bahan cetak yang berlebih,karena bial btertahan akan menyebabkan tekanan berlebiah pada geliegintiruan pada jarinagan pendukungnya .

Itjiningsih hl 34c.       Macam teknik mencetak-          Dalam keadaan mulut terbuka

Yang aktif adalah operatorya. Saat mencetak operator memegang sendok cetak sambil menggerakkan otot bibir,pipi, kecuali gerakan lidah yang dilakukan oleh pasien. Cetakan dalam keadaan mulut terbuka untuk kasus normal, untuk kasus bila masih terdapat beberapa gigi asli yang tinggal dilakukan:

·         Cetakan berganda: bila gigi asli yang tinggal,gigi posterior·         Cetakan bersekat: bila gigi asli yang tinggal,gigi anterior.

-          Dalam keadaan mulut tertutupYang aktif adalah pasiennya sendiri selama encetaan maka sendok cetak pribadi harus dibuat dari bahan yang kuat, yang tidak mudah patah, biasanya dibuat dari oston.

d.      Membuat model kerjaSetelah cetakan rahang dikeluarkan dari mulut pasien, langsung dicuci pada

kran yang mengalir. Seringkali terdapat air liur kental yang sukar hilang bila hanya disiram dengan air yang mengalir, untuk ini cetakan disiram dengan larutan gibs encer, lalu disiram dengan air kran yang mengalir kemudian keringkan dengan semprotan udara kering.

Sebaiknya sebelum dicor dengan sone/gibs batu dibuat dinding dari lembaran malam sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi cetakan yang disebut boxing. Maksud dari boxing adalah agar bentuk/batas tepi tetap dipertahankan.

             Penentuan Dimensi Vertikal dan Oklusi Sentris

Pasien yang sudah kehilangan seluruh gigiya berarti sudah kehilangan :1.      Bidang oklusal2.      Tinggi gigitan/dimensi vertikal3.      Oklusi sentrik

Ketiga hal ini harus kita cari saat membuat geligi tiruan lengkap dengan media tanggul gigitan/galangan gigit/occlusal bite rim.Fungsi tanggul gigitan ialah untuk :

1.      Menentukan dimensi vertikal.

2.      Mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien, pasien harus tampak wajar saat tanggul gigitan dipasang.Bidang orientasi adalah bidang oklusal dalam tanggul gigitan. Tanggul gigitan terdiri dari :

1.      Bentuk landasan2.      Galangan malam

Tahapan yaitu :1.    Membuat Bentuk Landasan

Landasan dibuat dengan shelac base plate yang telah dilunakan dan ditekan pada model. Kemudian malam ditekan sedemikian rupa lalu dipotong sesuai keadaan anatomi model. Potongan tersebut tepat pada perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak.

2.    Membuat Tanggul MalamCara membuat tanggul ada 2, yaitu :

a.       Dengan wax rims formerPotongan malam dicairkan lalu dituangkan pada wax rims former dan dikeluarkan ketika malam sudah mengeras.

b.      Dengan lembaran malam yang digulungPertama kita lunakan selembar malam di atas lampu spiritus pada sebelah sisi, kemudian sisi ini kita gulung (dalam gulungan ada malam cair, untuk penyatu). Lembaran malam dipanasi lagi, lalu digulung lagi sampai membentuk sebuah silinder. Harus diperhatikan bahwa setiap digulung malam tersebut harus melekat satu dengan yang lainnya.Gulungan malam yang berbentuk silinder dibentuk bentuk tapal kuda dengan tebal 10-12 mm.

3.    Membuat Tanggul GigitanMeletakan tanggul malam di atas bentuk landasan dengan patokan :

a.       Membuat titik A (titik di bawah tanggul malam yang merupakan titik pertemuan garis tengah tanggul dengan tengah-tengah tanggul anterior) berhimpit dengan titik B (titik pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah model rahang kerja).

b.      Garis puncak lingir model kerja pada tanggul malam sehingga garis puncak lingir rahang letaknya pada tanggul malam rahang atas :

c.       Panjang tanggul malam sampai bagian distal gigi molar pertama.d.      Lalu kontur bukal tanggul gigitan diselesaikan dengan menggunakan pisau gips.e.       Lunakan tanggul gigitan bidang orientasi di atas sebuah glass slab/kape yang

telah diminyaki pada sebuah sisinya (yang berhadapan dengan bidang orientasi)

dan hangat. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan tinggi tanggul: depan 12 mm dan belakang 10-11 mm.

4.    Uji Coba Tanggul Gigitan Rahang Atas dan BawahPasien diminta duduk dengan enak dan posisi tegak, lalu tanggul gigitan malam

rahang atas dimasukkan ke dalam mulut pasien dan dilakukan uji coba tanggul gigitan rahang atas dengan pedoman:

a.       Adaptasi landasan·      Landasan harus diam di tempat, tidak boleh mudah lupas ataupun bergerak

karena akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.·      Pinggiran landasan gigi tiruan harus merapat dengan jaringan pendukung.·      Pinggiran landasan tepat, tidak terlalu panjang atau terlalu pendek.

b.      Dukungan bibir dan pipiSetelah tanggul gigitan dipasang di dalam mulut

·      Pasien harus tampak normal seakan akan seperti bergigi. Penilaiannya pada sulkus naso-labialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau hilang alurnya.Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cembung atau cekung.Mengukur 1/3 panjang muka dan dimensi vertikal dengan Boley gauge atau jangka sorong.Mengukur kesejajaran bidang orientasi dengan Fox bite gauge.

c.       Panjang tanggul gigitanSebagai pedoman untuk tanggul gigitan atas adalah “low lip line” yaitu pada saat pasien istirahat, garis insisal/bidang oklusal/bidang orientasi tanggul gigitan atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat dari muka dan dilihat dari lateral, sejajar garis ala nasi-tragus (seolah-olah tidak terlihat tanggul gigitan). Sedangkan pada saat tersenyum garis insisal/bidang orientasi tanggul gigitan ini terlihat kira-kira 2 cm di bawah sudut bibir.Panjang tanggul gigitan atas dan bawah berdasarkan pedoman : glabela-subnasion = subnasion-gnathion = pupil-sudut bibir.

d.      Bidang orientasiKita cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :

-       bagian anterior dengan garis pupil dengan-       bagian porterior garis Camper yang berjalan dari ala nasi ke tragus/porion.

Kemudian kita lakukan uji coba tanggul gigitan rahang bawah dengan pedoman :·      Adaptasi landasan-       Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam di tempat, tidak boleh

mudah lepas/bergerak.-       Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan yang

lebih sempit dan gangguan gerakan lidah.

Tanggul gigitan, yang hasus diperhatikan ialah :-       Bidang orientasi tanggul gigitan rahang bwah harus merapat (tidak boleh ada

celah) dengan bidang orientasi tanggul gigitan rahang atas.-       Permukaan labial/bukal tanggul gigitan harus sebidang dengan yang atas. Bila

kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus ditambah.Posisi rahang atas dan bawah dalam gigitan sentrik sementara yang disebut juga dengan tentatif.

-       Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median pasien.5.    Penerapan Rumus Dimensi Vertikal

Pasien ompong telah kehilangan dimensi vertikalnya dan kita harus cari kembali dengan menerapkan rumus yaitu :

Dimensi vertikal = Physiological Rest – Free Way SpacePertama kita ukur dimensi/jarak vertikal pasien dalam keadaan istirahat tanpa

tanggul gigitan dalam mulut (misal 70 mm). Free way space besarnya antara 2-3 mm maka dimensi vertikalnya 70-3=67 mm. Pengukuran dilakukan dengan alat jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm atau dengan mistar.

P.F.N. (posisi fisiologis nonaktif) dapat digunakan sebagai petunjuk untuk memperoleh dimensi vertikal pada pembuatan gigi tiruan lengkap. Posisinya diambil waktu wax bite block/tanggul gigit malam dimasukkan ke dalam mulut tanpa mengganggu posisi istirahat; bibir penderita dibuka perlahan-lahan untuk melihat apakah ada ruang bebas antar tanggul gigit malam atas dan bawah; yang biasanya 2-4 mm.

Pengukuran dimensi vertikal ada 2 cara :a.        Dengan Willis Bite Gauge

Pada alat ini ada 3 bagian penting :-       Fixed arm, yang diletakkan di bawah hidung.-       Sliding arm, yang dapat dogeser dan mempunyai sekrup, diletakkan di bawah

dagu.-       Vertical orientation gauge, yang mempunyai skala dalam mm atau cm,

ditempatkan sejajar dengan sumbu vertikal dari muka.b.        Two Dot Technique

Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada rahang bawah), yang ditempatkan pada daerah yang tidak bergerak yaitu di atas dan di bawah garis bibir dan kedua titik diukur dengan jangka sorong.

6.    Penentuan Gigitan Sentrik/Oklusi SentrikMengukur relasi sentrik tanpa alat dengan cara :

a.        -   Gerakan menelan-       Menempatkan ujung lidah pada bulatan malam yang ditempatkan pada garis

tengah landasan paling posterior.-       Membantu pasien agar rahang bawah dalam posisi paling belakang,

dengan mendorong rahang bawah dalam keadaan otot kendor.-       Menengadahkan posisi kepala pasien semaksimal mungkin.

Karena tidak ada satupun cara di atas yang mempunyai kelebihan dalam ketepatannya maka paling sedikit harus dilakukan dengan 2 cara untuk menjadi perbandingan. Misalnya kita lakukan dengan cara gerakan menelan (A) kemudian dengan salah satu cara lain (B/C/D) dan hasilnya dibandingkan.Sebagai pedoman dengan menarik garis de daerah geraham pada tanggul gigitan atas yang diteruskan ke tanggul gigitan bawahnya. Pada setiap cara dilakukan berkali-kali dan bila tamoak sama lakukan cara yang lain. Bila belum sama harus dicari sampai sama dan ambilah garis yang menempatkan pada posisi paling belakang/dorsal.

b.      Cara lain untuk menentukan relasi sentrik sekaligus mengfiksir tanggul gigitan rahang atas dan bawah dengan cara sebagai berikut :

-       Setelah dimensi vertikal didapat, buatlah kunci berbentuk segitiga sebanyak 4 buah: 2 di sisi kiri dan 2 di sisi kanan, yang letaknya pada regio kanisus dan premolar 2, agar fiksasi tidak berubah.

-       Pasien dilatih melakukan macam gerakan yang menempatkan rahang bawah dalam posisi paling belakang/dorsal.

-       Aduk zinc oxide eugenol/gips dan tempatkan di lekukan segitiga tadi. Pasien segera melakukan gerakan menelan atau menempatkan ujung lidah pada bulatan malam di garis “A”, pertahankan sampai gips mengeras, dapat dicek dari sisa adukan pada spatulanya.

7.    Menarik Garis-garis Orientasia.       High lip line yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien tersenyum.b.      Tandai bagian distal kaninus atas kiri dan kanan (garis lacrimal duct – ala nasi).

Lepaskan kedua tanggul gigitan atas dan bawah dari mulut pasien. Bila mungkin bersama-sama, bila terpisahkan tidak mengapa karena dapat dikatupkan kembali sesuai dengan keadaan dalam mulut dengan menggunakan lekuk V yang sekarang terisi pasta zinc oxide eugenol/gips sebagai pengunci dan tempatkan pada model kerjanya.

8.    Pemasangan Model Dalam ArtikulatorSebelum memasang model kerja dengan ranggul gigitan, harus dipersiapkan

jenis artikulator yang akan dipakai dan lakukan persiapan model yang meliputi: penyesuaian ketinggian model atas dan bawah dengan ruang antara bagian atas dan bawah artikulator.

Bila terlalu tinggi, yang paling aman mengurangi model bawah.

Mengurangi model atas harus hati-hati karena dapat menembus palatum terutama yang mempunyai palatum bentuk tinggi.

a.       Goreskan garis median pada bagian atas model bawah.b.      Persiapkan artikulator sesuai dengan kasusnya. Untuk geligi tiruan lengkap

harus menggunakan artikulator yang dapat menirukan segala gerakan rahang dan keadaan lainnya dalam mulut secara umum seperti “free plane articulator”.

c.       Pertama pasang model kerja berikut tanggul gigitan atas pada meja/mounted table artikulator dengan pedoman :

-       Garis tengah model kerja dan tanggul gigitan atas berhimpit dengan garis tengah meja artikulator dan garis tengaj artikulator.

-       Bidang orientasi tanggul gigitan atas berhimpit (tidak boleh ada celah) dengan meja artikulator.

-       Garis median anterior tanggul malam menyentuh titik perpotingan garis median dan garis insisal meja artikulator.

-       Petunjuk jarum insisal horisontal harus menyentuh titik perpotongan garis tengah dan garis insisal meja artikulator. Kegunaannya ialah supaya mengikuti segitiga Bonwill yang dibentuk oleh kedua kondilus kiri dan kanan dan titik perpotongan tadi. Segitiga Bonwill merupakan segitiga sama sisi yang menentukan jarak rahang atas terhadap kondilus secara umum.

-       Petunjuk insisal vertikal harus menyentuh meja insisivus untuk mempertahankan dimensi vertikal yang telah didapat dari pasien (banyak kemungkinan berubah saat menyusun gigi).

d.      Setelah kelima pedoman terpenuhi maka model kerja berikut tanggul gigitan malam atas kita cekatkan dengan malam pada meja artikulator.

e.       Lalu bagian atas model kerja kita fiksir dengan gips pada bagian atas artikulator.

f.       Setelah gips mengeras, meja artikulator kita lepas.g.      Model kerja berikut tanggul gigitan malam bawah disatukan dengan yang atas

dengan bantuan 4 kunci bentuk segiempat tadi yang telah diberi nomor 1, 2, 3, dan 4.

h.      Artikulator kita balik, lalu bagian bawah mode kerja rahan bawah kita fiksir dengan gips pada bagian bawah artikulator.

Memilih GigiAnasir  gigi tiruan  merupakan bagian  dari  GTL  yang  berfungsi

mengantikan  gigi asli  yang  hilang. Pemilihan  dan  penyusunan  anasir gigi tiruan  harus  dapat  memperbaiki penampilan  selain  untuk  memperbaiki fungsi  lainnya  dari  gigi tiruan.  Dalam pemilihan  dan penyusunan  anasir gigi

tiruan  anterior maupun  posterior  ada faktor-faktor  yang  harus diperhatikan yaitu  mengenai  ukuran,  bentuk,  warna, bahan, jenis kelamin, umur serta inklinasi dari  anasir  gigi tiruan  dapat  memenuhi fungsinya.  Pada kasus pasien ompong, pemilihan gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien untuk menentukan warnanya dan tingkat keausaannya. Sedangkan ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada tanggul gigitan.

Penyusunan GigiPenyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi anterior

atas, gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M1 bawah dan gigi posterior bawah lainnya. Dengan syarat utama :

-          Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi1.      Inklinasi mesio-distal2.      Inklinasi anterio-posterior atau inklinasi labio/bukopalatal/lingual sesuai dengan

kecondongan tanggul gigitan. Bila terlalu kelabial akan tampak penuh dan bila terlalu kepalatal akan tampak ompong.

-          Dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang.-          Penyusunan gigi harus disesuaikan dengan keadaan lingir, pada pasien yang

sudah lama ompong sering sudah terjadi rresopsi lingir.-          Resopsi pada lingir atas berjalan keatas dan kepalatal yang menyebabkan bibir

jatuh dan tampak masuk, maka penyusunan gigi tidak dilingir tapi lebih kelabial dan sebaliknya resopsi lingir bawah mengarah keanterior sehingga penyusunan gigi lebih kelingual.

Berhubung dengan tujuan  pembuatan geligi tiruan ialah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, fungsi bicara dan estetik maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam penyusunan gigi:

a.       Inklinasi atau posisi setiap gigib.      Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangganya dan gigi antagonisnya.c.       Hubungan kontak antar gigi atas dan bawah yaitu hubungan :

#oklusi sentris#oklusi protusiv#sisi kerja#sisi yang mengimbangi

d.      Overbite dan overjet gigi atas dan bawah dalam hubungan rahang yang normale.       Estetik :

 # bentuk gigi hendaknya sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bentuk   kepala, bentuk muka, dan jenis kelamin.

# Besar gigi sesuai dengan besar kecilnya lengkung rahang.# Susunan gigi tiruan hendaknya dibuat sewajar mungkin agar bila kelak geligi tiruan dipakai kelihatan wajar.

# Profil pasien yang menyangkut ketepatan dimensi vertikal dan oklusi sentrik kita tentukan. Dimensi vertikal yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan merubah profil pasien

A. Penyusunan gigi anteriorI.     Penyusunan gigi anterior atas, pada permukaan labial setiap gigi yang akan disusun kita tarik porosnya.

Tanggul gigitan malam dipotong bertahap supaya tidak kehilangan jejak selebar mesio-distal dan sedalam lebar antero-posterior gigi yang akan disusun  ditempat tersebut. Gigi yang disusun harus memenuhi  syarat inklinasi mesio-distal dan inklinasi anterio-posteriornya serta dilihat dari bidang oklusal, tepi insisal gigi anterior atas berada diatas lingir rahang dan sesuai lengkung lingir rahang. Untuk memudahkan penyusunan gigi gambaran lengkung puncak lingir rahang kita pindahkan ke meja artikulator dan incisal edge gigi anterior atas menyentuh lengkung ini pada meja artikulator saat penyusunan gigi.

1.      Gigi  I-1 atasTanggul gigitan malam dipotong secukup gigi I-1 atas,lalu gigi I-1 atas yang telah digambar porosnya digambar diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal.

2.      Gigi  I-2 atasTanggul gigitan malam dipotong secukup gigi I-2 atas, lalu gigi I-2 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal, long axisnya membuat sudut 80 derajat dengan bidang oklusal dan tepi oklusalnya 1 mm diatas bidang oklusal.

3.      Gigi C/ kaninus atasTanggul gigitan malam dipotong secukup gigi C atas lalu gigi C yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal : long axisnya hampir sama dengan gigi I-1 atas atau paling condong garis luar distal tegak lurus bidang oklusi atau meja artikulator dan inklinasi antero posterior : bagian servikal tampak lebih menonjol dan ujung cusp lebih kepalatal dan menyentuh bidang orientasi dilihat dari bidang oklusal.Kemudian gigi I-1, I-2 dan C atas lainnya disusun seperti syarat-syarat diatas.II.      Penyusunan gigi anterior bawah pada permukaan labial gigi yang akan disusun kita tarik porosnya.

Penyusunan gigi anterior bawah disesuaikan dengan gigi anterior atas yang telah disusun memenuhi estetik dan diutamakan untuk fungsi memotong atau menyobek makanan. Posisi gigi anterior atas dan bawah harus diberi jarak vertikal/ overbite dan jarak horizontal/overjet secukupnya menyesuaikan dengan tinggi bonjol/cusp gigi posterior. Saat gigi anterior berfungsi, gigi anterior bawah

maju berkontak tepi lawan tepi dengan gigi anterior atas untuk mengimbanginya kecuali kasus lain. Jalan yang ditempuh gigi anterior bawah akan membentuk sudut dengan bidang horisontal yang disebut sudut insisal atau incisal guidance.

1.      Gigi I-1 bawahTanggul gigitan malam bawah dipotong secukup gigi I-1 bawah lalu gigi I-1 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal long axisnya membuat sudut 85 derajat dengan bidang oklusal dan tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal, inklinasi antero-posterior.

2.      Gigi I-2 bawahTanggul gigitan malam bawah dipotong secukup gigi I-2 bawah lalu gigi I-2 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio distal, long axisnya membuat sudut 80 derajat dengan bidang oklusal inklinasi antero posterior,long axisnya tegak lurus bidang oklusal, bagian tepi insisal dan bagian servikal sama jaraknya, tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal, serta dilihat dari bidang oklusal  tepi insisal terletak diatas lingir rahang.

3.      Gigi C/kaninus bawahTanggul gigitan malam bawah dipotong secukup gigi C / kaninus bawah lalu C bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempatnya dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal : long axisnya miring/ paling condong garis luar distalnya tegak lurus bidang oklusal, inklinasi antero-posterior. Gigi condong kelingual/bagian servikal menonjol serta dilihat  dari bidang oklusal ujung cusp terletak diatas lingir rahang, bagian kontak distal berhimpit dengan garis lingir posterior.

Saat setiap penyusunan gigi bawah, selalu kita periksa artikulasi keanterior dan lateral dengan menggerakan bagian atas artikulator kearah posterior dan kelateral dimana dapat terlihat tepi tepi insisal saling menyentuh.

B. Penyusunan gigi posteriorSebelum menyusun gigi posterior terlebih dahulu kita membuat goresan  garis lingir bagian oklusal galangan malam yang sejajar garis lingir pada dasar  model. Penyusunan gigi posterior berdasarkan :

a.       Menyusun diatas rahang sehingga terbentuk lengkung gigib.      Membentuk lengkung/kurva kompensasic.       Hubungan gigi-gigi dirahang : inklinasi, overbite, overjet.

III.         Penyusunan gigi posterior atas harus disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk lengkung/ kurva dari sppe dan kurva dari wilson dan agar tetap berada dalam hubungan yang tepat dengan gigi lawannyatidak saja saat oklusi sentris

tetapi juga saat pergerakan protusif dan pergerakan lateral dari rahang bawah selama fungsi pengunyahan.

1.      Gigi P-1 atasTanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi P-1 atas lalu gigi P-1 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal : long axisnya tegak lurus bidang oklusi, inklinasi antero-posterior. Cusp bukal pada bidang oklusi dan cusp palatal kira-kira 1mm diatas bidang oklusi serta dilihat dari bidang oklusi serta dilihat dari bidang oklusal groove developmental sentral terletak diatas lingir rahang.

2.      Gigi P-2 atasTanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi P-2 atas lalu gigi P-2 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal, inklinasi antero-posterior. Cusp bukal dan cusp palatal terletak pada bidang oklusal serta dilihat dari bidang oklusal  development groove sentralnya terletak diatas lingir rahang.

3.      Gigi M-1 atasTanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi M-1 atas lalu gigi M-1 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya condong kedistal, inklinasi antero-posterior, cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique dari kurva antero-posterior yaitu cusp mesio-palatal terletak pada bidang oklusi, cusp mesio-bukal dan disto-palatal sama tinggi kira-kira 1mm diatas bidang oklusi dan cusp disto-bukal kira-kira 2 mm daiatas bidang oklusi serta dilihat dari bidang oklusal cusp-cuspnya terletak pada kurva lateral.

4.      Gigi M-2 atasSisa tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi M-2 atas lalu gigi M-2 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya condong kedistal, inklinasi antero-posterior, cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique dari kurva antero-posterior, serta dilihat dari bidang oklusal permukaan bukal gigi M-2 atas terletak pada kurva lateral.

IV.             Penyusunan gigi posterior bawah disusun sedemikan rupa sehingga terbentuk lengkung sphere dari Monson agar tetap berada dan berhubungan yang tepat terhadap gigi geligi lawannya, tidak saja saat oklusi sentris tetapi juga saat semua gerakan dari rahang bawah selama pengunyahan.

1.       Gigi M-1 bawahTanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi M-1 bawah lalu gigi M-1 bawah diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: cusp mesio-bukal gigi M-1 atas berada digroove mesio-bukal gigi M-1 bawah. Inklinasi antero-posterior ; cusp bukal gigi M-1 (holding cusp) bawah berada difosa sentral gigi geraham atas dan terlihat adanya overbite dan overjet serta dilihat dari bidang oklusal cusp bukal gigi geraham bawah berada diatas lingir rahang.

2.       Gigi P-2 bawah

Tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi P-2 bawah lalu gigi P-2 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal, inklinasi antero-posteriornya ; cusp bukalnya berada pada di fosa sentral gigi P-1 dan P-2 atas terlihat adanya overjet dan overbite serta dilihat dari bidang oklusal: cusp bukalnya berada diatas lingir rahang.

3.       Gigi M-2 bawahSisa tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi M-2 bawah lalu gigi M-2 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal, inklinasi antero-posteriornya serta dilihat dari bidang oklusal: cusp bukalnya berada diatas lingir rahang.

4.       Gigi P-1 bawahSisa tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi P-1 bawah lalu gigi P-1 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal, inklinasi antero-posteriornya ; cusp bukalnya berada pada di fosa sentral gigi P-1 dan C atas serta dilihat dari bidang oklusal: cusp bukalnya berada diatas lingir rahang.

Wax Countouring Geligi TiruanWax countouring dari geligi tiruan ialah membentuk dasar dari geligi

tiruan malam sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut oleh karena kontur geligi tiruan malam yang sama dengan kontur jaringan lunak dalam mulut akan menghasilkan geligi tiruan yang stabil, menjaga denture pada tempatnya secara tetap dan selaras dengan otot-otot orofasial penderita.            Kontur ini harus sudah terbentuk dengan baik pada saat dilakukan trial denture agar dapat dievaluasi dengan baik hubungan maxilo-mandibular, estetik,fonetik, stabilitas dan retensi gigi tiruan.            Trial denture adalah geligi tiruan malam yang sudah dilakukan waxing, dan dicoba di dalam mulut penderita untuk melihat estetik, fonetik dan fungsinya oleh karena itu trial denture harus sudah seperti gigi tiruan jadi, demikian juga mengenai tebal, batas-batas perifer dan anatomisnya.            Bentuk geligi tiruan yang dipoles mempengaruhi retensi dan estetik, oleh karenanya bentuk permukaan sekitar gigi agar estetik baik, harus dapat meniru jaringan lunak disekitar gigi, bila bentuknya kurang atau berlebihan akan mengurangi nilai estetik, dan bentuk akar gigi yang tertanam dalam tulang rahang harus tetap ditiru serta bagian perifer harus dibentuk sedemikian rupa sehingga batas-batas perifer geligi tiruan tetap utuh.

Prosedur Kerja            Setelah uji coba geligi tiruan malam dalam mulut pasien, kedua geligi tiruan atas dan bawah ditempatkan kembali pada model dalam artikolator, lalu kita bentuk kontur permukaan luar geligi tiruan (wax countouring) sedemikian  rupa untuk memenuhi tujuan estetik, retensi dan fonetik serta kebituhan kesehatan.            Ada 2 cara membentuk kontur gusi / wax countouring yaitu :A.CARA LANGSUNGMembentuk kontur gusi secara langsung dilakukan dalam mulut pasien pada saat dilakukan uji coba geligi tiruan malam.1. Ketebalan sayap dikurangi dan diganti dengan malam lunak lalu tempatkan kembali dalam mulut pasien.

2. Untuk bagian fasial : pasien diminta untuk mengerut-erutkan bibirnya dan pipinya kita gerakan.

3. Untuk bagian lingual : pasien diminta menggerakkan lidahnya ke semua arah.

4. Dengan demikian malam lunak akan mengikuti bentuk otot saat berfungsi dan ketebalannnya sesuai dengan ruangan vestibulum dalam keadaan berfungsi.

B.CARA TAK LANGSUNGMembentuk kontur gusi secara tak langsung yang paling sering dan lazim dilakukan :

1.      Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam pada model kerja sambil disesuaikan dengan bentuk cetakan akhir rahang.

2.       Lunakkan lempeng lilin di atas lampu spiritus sampai lunak dan bias dibentuk.3.       Tekanlah lilin tersebut pada bagian bukal dan labial dari geligi tiruan atas dan

bawah sampai sekitar leher gigi dan bentuk dengan tekanan jari.4.      Tunggu lilin sampai mengeras, kemudian dengan lecron/pisau malam, potong

llin disekitar garis servikal dengan sudut 450

5.      Bentuk alur tonjolan akar dari setiap gigi , alurnya makin kea rah apical makin sempit, kadang-kadang tidak jelas.

6.      Daerah interproksimal harus sedikit cembung , meniru daerah-daerah interdental papilla sehingga higienis serta mencegah pengendapan sisa-sisa  makan dan plak.

7.      Penyelesaian bagian posterior.Atas; daerah bukal sampai menutupi tuberositas dan daerah palatal yaitu antara mukosa bergerak dan tak bergerak.

Bawah: daerah bukal bila resorpsi sampai minimal , biasanya di daerah molar dibuat cekung dan daerah lingual dibuat cekung untuk ruang gerak lidah.

8.      Bentuk rugae pada langit-langit9.      Bentuk postdam pada model kerja.10.  Haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam dengan melewatkan di atas

api.11. Buat stippling seperti keadaan jaringan yang sehat dengan menggunakan sikat

yang berbulu kaku.12. bila keadaan rahang pasien prostusive, sayap labialnya dibebaskan dan dibutkan

lidah-lidah . linggir region gigi anterior atas model rahang diradiar sedikit, sehingga ketika geligi tiruan dipakai akan menekan gusi dan keliahatan gigi seolah-olah keluarr dari gusi

13. Bila bagian lingual dan palatal terlalu tebal dapat mengganggu bicara dan bila bagian lingual geligi tiruan terlalu mencuat maka lidah dapat mengangkat geligi tiruan sehingga geligi tiruan tidak stabil.

14.Sayap labial harus duduk dengan baik sekitar frenulum labialis, dibuat labial notch.

FlaskingSetelah bentuk kontur permukaan gigi tiruan malam/waxing selesai

dilakukan, lalu geligi tiruan dipendalm dalam suatu kotak metal yang terdiri dari bagian-bgian yaitu bagian bawah dengan “plug”/ sumbat di dasarnya dan bagian atsa s dengan penutup yang digunakan untuk membuat “sectional mold” , untuk memampatkan dan memproses resin akrilik saat pembuatan landasan geligi tiruan dan alat-alat prostetik lainnya yang disebut FLASK.

Flasking ialah suatu proses penanaman modal dan “trial denture” malam dalam suatu flask / cuvet  untuk membuat sectional mold. Mold bagian bawah dibuat dengan menanam model dalam gips dan bagian atas dibuat dari 2 adukan stone yang terpisah diatas denture malam.

Prosedur Kerja Flasking/ Penanaman Geligi Tiruan1.      Geligi tiruan malam lengkap dicekatkan pada modelnya, lalu dilepaskan dari

articulator.2.      Pilih flask yang ukurannya sesuaio ndengan geligi tiruan lengkap tersebut lalu

model dan geligi tiruan malam diletakkan dalam flask bagian bawah untuk memastikan bahwa flasknya cukuppada dasar model.

3.       disini dapat dilihat apakah model dengan geligi tiruan cukup masuk di dalam flask, harus ada jrak model –dinding flask paling sedikit 1/8 inci dan dapat diliat pula tingginya gigi-gigi dalam flask, jarak gigi- tutup flask paling sedikit ¼ inci, bila model terlalu tinggi , dasar model ditrim tetapi jangan merusak groove pada dasar model.

4.      Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan vaselin tipis dan plug bagian bawah flask diletakkan.

5.      Setelah gips mengeras lalu gips dicat dengan air sabut.6.      Buatlah adonan ston dan kuaskan pada geligi dam malm geligi tiruan sambil

degetar-getarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung udara. Pasang flask bagian atas tanpa tutup, lalu isikan stone kedalam flask sampai batas permukaan oklusal gigi-gigi.

7.      Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuanglah ke dalam flask smpai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah press.

8.      Setelah stone mengeras, rendamlah flask dan press dalam air berdidih selama 5 menit, yang akan melunakkan malam dari geligi tiruan sehingga malam mudah diangkat dari mold waktu flask dibuka. Setelah 5 menit, keluarkan flask dari air mendidih dan buka perlahan-lahan dengan memasukkan suatu alat pada slot antara bagian atas dan bagian bawah flask, kemudian putar perlahan-lahan sehingga terpisah.

9.      Buang semua malam dari geligi tiruan , semua gigi-gigi tinggal di mold bagian flask atas, kemudian siram dengan air mendidih sampai tak ada lagi sisa –sisa malam , ddemikian pula pada flask bagian bawah. Kalau masih ada residu malam, siram dengan air detergen panas, kemudian bials dengan air mendidih kembali sehingga tak ada lagi detergen yang tertinggal. Kalau ada gigi-gigi yang lepas, kembalikan lagi pada tempatnya yang tepat.

10.  Sambil menunggu flask dingin, operator hendaknya mempersiapkan posterior palatal seal ( untuk retensi)  dan daerah-daerah akan di relief ( untuk mengurangi daya pada daerah-daerah tertentu) pada model atas.

11.  Untuk mencegah cairan resin terserap ke permukaan mold, ulasilah mold dengan cairan tinfoil untuk menseal porositas dari stone. Cairan tinfoil akan kering dan segera melekat pada stone. Pelapisan pertama dibiarkan kering dudlu, baru dilakukan pelapisan kedua dengan cara yang sama sampai kering. Prosedur ini harus menghasilkan permukaann yang halus dan mengkilap.

PackingPacking adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.Prosedur kerja packing:

a.       Bubuk polimer warna ditaruh pada permukaan fasial dari moldb.      Lalu monomer dituangkan ke polimer dengan kuas sampai polimernya menyatuc.       Tambahkan polimer dadu muda keputih-putihan ke mold geligi tiruan pada

daerah tonjolan cuspid dan tonjolan-tonjolan permukaan fasial lainnya, warna dadu keputih-putihan ini member warna yang biasa terlihat pada jaringan-jaringan diatas tonjolan-tonjolan.

d.      Tambahkan monomer ke polimer dengan kuas sampai bubuknya menyatue.       Tambahkan selapis polimer dadu muda kira-kira setebal 1 mm ke mold untuk

membentuk 1/3 bagian sayap dekat pinggiran landasan geligi tiruan. Sambil membentuk pinggiran landasan geligi tiruan bagian jarinagn alveolar,campurkanlah beberapa serat-serat nilon merah ke bubuk lapsan pinggiran untuk meniru pembuluh darah yang disusun secara tidak teratur,untuk meniru pembuluh-pembuluh darah pada jaringan yang hidup. Kemudian tambahkan sedikit polimer dadu muda dilapisan yang mengandung serat-serat nilon.

f.       Bila pasien mempunyai warna tua pada jaringan di ruang nterdenta dan pinggiran, berikanlah polimer dadu tua di bagian tersebut.

g.      Tambahkan selapis polimer dadu tua setebal 1 mm pada bagian 1/3 sayap dekat pinggiran di atas pewarna dadu muda yang terdahulu, campurkan beberapa serat nilon merah pada lapisan polimer dan monomer ini, kemudian tambahkan sedikit lebih polimer dadu tua. Gunakan polimer dadu muda untuk mencampur warna pinggiran ke warna bagian leher gigi-gigi dan ruang interdental dengan tidak ada batas perbedaan warna. Bila bubuk polimer pewarna dan serat-serat nilon diberikan dengan hati-hati sebelum terjadi gumpalan resin akrilik waktu packing, warna landasan geligi tiruan akan mirip dengan jaringan hidup.

h.      Pencampuran resin akrilik yang benar antar polimer dan monomer sanagt penting dan rasio yang dianjurkan pabrik yang harus digunakan yaitu 3 bagian polimer dan 1 bagian monomer dalam volume. Biasanya 10 cc monomer dan 30 cc polimer cukup untuk packing satu geligi tiruan. Cara pencampuran ialah monomer dituangkan dalam mixing jar prselen ynag bersih dan masukkan polimer sampai semua caira terserap oleh bubuk. Aduklah dengan spatula stainless steel samapai monomer dan polimer tercampur dengan baik. Pasang tutupnya mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer saat polimerisasi. Adonan didiamkan kira-kira selama waktu yang dianjurkan pabrik. Jar dibuka dan bahan dites dengan spatula. Jika adonan sudah lunak tetapi tidak lengket, tidak menempel pada dinding mixing jar, berarti sudah dough stage dan siap dimasukkan komold. Jika waktunya monomer melunakkan polimer (sebelum resin akilik dipacking) terlalu singkat maka permukaan halus dari geligi tiruan akan berlubang-lubang halus.

i.        Packing resin akrilik yang sudah dough stage ke dalam mold ke daerah sekitar gigi –gigi dengan jari telunjuk yang terbungkus cellophane demek tetapi kering. Adonan dipacking satu arah untuk menghindari terjebaknya hawa udara antar resin akrilik dan mold. Gunakan bahan yang cukup untuk menjamin mold harus dipacking lebih pada penutupan flask pertama.mixing jar ditutup saat prosedur packing percobaan agar monomer tidak menguap dari resin akrilik. Letakkan cellophane demek tak berair diatas resin akrilik dan flask bagian bawah diletakkan, tekan dengan tangan lalu kedua bagian flask tersebut ditaruh dibawah

bench press dan flask ditutup perlahan –lahan untuk member cukup waktu pada resin akrilik untuk mengalir.

j.        Flask dikeluarkan dari press,bagiannya dibuka hati-hati dan cellophane disingkirkan. Kelebihan esin akrilik pada pinggiran mold dibuang dengan lecron tajam. Tmbahkan sedikit esin pada landasan geligi tiruan di 3 atau 4 tempat,taruh cellophane demek lagi (baru) di atas resin akrilik dan flask bagian bawah diletakkan, tekan dengan tanagan lalu press dengan bench press. Flask dibuka lagi, cellophane disingkirkan dan kelebihan resin dibuang lagi. Teruskan trial closure ini sampai mold terisi padat,sema kelebihan resin dibuang dan bagian-bagian flask berkontak metal lawan metal.

k.      Sebelum final closure dari flask, tinfoil dipasang dan ulasi tinfoil cair pada permukaan model di flask bagian bawah. Tunggu coating pertama kering lalu lakukan coating kedua, karema cellophane tidak digunakan pada final closure.

l.        Penambahan tulisan identitas dengan menggunakan kertas karbon agar kelihatan nyata. Basahi kertas tersebut dengan air, dengan hati-hati letakan pada resin akrilik yang lunak dengan hurufnya menghadap keatas dan atur seperti tulisan tersebut terlihat pada geligi tiruan yang sudah jadi.

m.    Flask ditutup perlahan-lahan dan taruh flask dalam suatu pengapit untuk processing. Ketika processing deposit/endapan karbon ditransfer dari kertas rokok ke resin akrilk lunak dengan tekanan. Setelah processing/curing resin akrilik, kertas rokok tersebut dibuang dari landasan geligi tiruan dengan digosok-gosok perlahan-lahan, meninggalkan tulisan pada geligi tiruan.

Processing / CuringProses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnyaPolimerisasi ada 2 cara yaitu:

1.      Secara klinis yang disebut heat curing2.      Secara khemis (zat kimianya sudah ditambahkan dalam monomer) yang disebut

cold/self curingPemberian panas dapat berupa:

1.      Dry heat terjadi bila dipanaskan dengan udara kering2.      Vapour heat terjadi bila dipanaskan dengan uap panas3.      Water heat terjadi bila dipanaskan dengan air panas, yang biasa digunakan di

laboratorium            Pemberian panas ini harus teratur karenareaksi kimia antara monomer dan polimer itu sendiri bersifat exothermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka temperatur resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomernya akan berdidih pada temperatur 2120 F / 1000 C. oleh karena itu pada tahap permulaan polimerisasi, temperature air harus dijaga jangan terlalu tinggi. Dengan demikian

panas yang timbul dari reaksi polimerisasi dapat dialirkan ke bahan investingnya, dan pemanasan yang berlebihan sehingga monomer mendidih akan mengakibatkan terjadinya porositas pada hasil curing. Porositas dapat juga disebabkan oleh mold yang kurang terisi atau selama curing kuang dipress sehingga terjadi shrinkage porosity.

DeflaskingIalah melepaskan geligi tiruan resin akrilik dari flask dan bahan

tananmnya tapi tidak boleh lepas dari model rahangnya supaya geligi tiruan dapat diremounting di articulator kembali persis seperti sebelum proses flasking, packing, dan curing.Caranya ialah:

1.      Mold geligi tiruan dilepaskan dari flask.2.      Gergai dinding luar dari stone mold dari atas  ke bawah pada daerah kaninus

kanan dan kiri dan pada uung distalnya kanan dan kiri, hati-hati angan sampai kena geligi tiruanya.

3.      Lalu bongkar sekat stone mold perlahan-lahan, lepas dari permukaan fasial gigi-gigi denagn pisau gips.

4.      Stone pada permukaan lingual gigi-gigi di trim/dipangkas, yang memperkecil kesempatan patahnya gigi-gigi.

Pemasangan Kembali dan Pengasahan Selektif

Pemasangan kembali geligi dalam artikulator bertujusn untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari geligi tiruan yang baru selesai diproses.

Setiap perubahan dalam kontak oklusal dari geligi tiruan setelah selesai diproses, harus diperbaiki dengan mengembalikan geligi tiruan akrilik beserta model kerjanya pada artikulator sebelum geligi tiruan  akrilik dilepaskan dari model kerjanya.

Perbaikan oklusi dilakukan dengan cara :·         Mengembalikan tinggi vertikal sesuai dengan tinggi vertikal sebelum geligi

tiruan diproses·         Memperbaiki oklusi eksentrik

Pada saat pemasangan geligi tiruan dalam artikulator, dimensi vertikal oklusal ditetapkan kembali dengan pengasahan selektif. Cusp palatal gigi atas dan cusp bukal gigi bawah atau holding cusp yang mempertahankan dimensi vertikal           tidak boleh diasah. Oklusi diperbaiki dengan spot grinding selektif sampai incisal guide pin berkontak dengan meja insisal dalam hubungan sentris.

Memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal

Elemen kondil dikunci dalam hubungan sentris sehingga hanya suatu gerakan engsel yang mungkin dilakukan. Katupkan gigi-gigi tersebut diatas pita ketik sutra gigi, kertas karbon atau kertas artikulasi dengan mengatupkan artikulator. Permukaan gigi yang menyimpang kontak oklusalnya terlihat berwarna.

Setelah menandai kontak-kontak yang menyimpang pada oklusi sentris, lepaskan kunci elemen kondil dan gerakkan gigi-gigi ke oklusal kerja, seimbang dan protrusif untuk menandai kontak oklusi yang menyimpang dalam oklusi eksentris. Kontak-kontak yang menyimpang dari oklusi sentris hanya dikurangi untuk memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal dan warna yang berbeda akan membantu membedakan antar kontak yang menyimpang dalam oklusi sentris dengan yang dalam oklusi eksentris.

Untuk memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal, satu dari kedua permukaan gigi yang berlawanan dari setiap kontak  yang menyimpang dalam oklusi sentris harus dikurangi. Permukaan gigi yang dikurangi dipilih sesuai dengan dua hukum dasar, yaitu:

·         Jika cuspnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris dan eksentris, ketinggian cusp dikurangi

·         Jika cuspnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris tetapi tidak dalam oklusi eksentris, fossanya diperdalam. Pengurangan cusp atau fossa terpilih dengan stone kecil bulat, pengurangannya cukup sampai pada substansi gigi untuk menghilangkan kontak oklusal yang menyimpang.

Pengasahan selektifPengasahan selektif ialah memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi

dengan mengasahnya pada tempat-tempat selektif sesuai dengan eraturan yang berlaku. Pengasahan ini menghilangkan kontak oklusal yang menyimpang kontak-kontak gigi yang menyimpangklan rahang bawah dari alur penutupan normal hingga relasi sentris.

Langkah awal dari pengasahan selektif adalah selalu untuk memperoleh kembali dimensi oklusal.

Setelah menghilangkan kontak awal yang menyimpang, tandai setiap kontak yang menyimpang tambahan. Elemen kondil harus selalu terkunci dalam relasi sentris ketika kontak-kontak yang menyimpang dalam oklusi snetris ditandai, kemudian kunci dilepaskan untuk menandai kontak-kontak yang menyimpang dalam oklusi eksentris. Lanjutkan pengasahan selektif sampai jarum penunjuk insisal menyentuh meja insisal, menunjukkan dimensi vertikal oklusal telah diperoleh kembali. Pada saat ini warna penunjuk dapat terlihat disemua permukaan oklusal, menunjukkan bahwa gigi-gigi dalam oklusi eksentris.

Setelah dimensi  vertikal oklusal diperoleh kembali, ada 3 hukum tambahan yang harus diperhatikan ;

·         Holding cusp/ cusp palatal gigi atas tidak boleh dikurangi·         Holding cusp/ cusp fasial gigi bawah tidak boleh dikurangi·         Fossa gigi tidak boleh diperdalam

Penyelesaian Gigi TiruanPenyelesaian geigi tiruan terdiri dari menyempurnakan bentuk akhir geligi

tiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas geligi tiruan, sisa-sisa resin akrilik atau stone yang tertinggal sekitar gigi,tonjolan-tonjolan akrlik pada permukaan landasan geligi tiruan akibat dari processing.

Pemolesan Gigi TiruanPemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan

geligi tiruan tanpa mengubah konturnya.Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles tepi

permukaan lingual dan palatal geligi tiruan. Karena rag wheel dapat merusak kontur asli dan stain pada permukaan fasial,maka tidak boleh menyentuh permukaan fasial geligi tiruan

Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial ynag distain dengan brush wheel putih dan bubuk pumice halus yang basah. Pada permukaan fasial digunakan tekanan seringan mungkin dan putara roda serendah mungkin

Itjiningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC