TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN...

96
TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh Anisya Ulfah NIM 1111011000070 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015

Transcript of TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN...

Page 1: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN

(Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

Anisya Ulfah

NIM 1111011000070

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015

Page 2: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Tafsir Surat Al-M6'fin (Nilai-Nilai Pendidikan fslam dalam

Aspek Sosial) disusun oleh Anisya Ulfah, NIM. 1111011000070, Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilrnu Tarbiyah dao Keguruarg Universitas Islam

Negeri Syarif HiCayafullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah

sebagai karya ifuniah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh tbkiltas.

Jakart4 7 september 2015

Yang Mengesahkan,

Pembimbing,

r{rP. 19681208 199703 1 003

Page 3: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAh{

Skripsi berjudul: "TAFSIR SIIRAT AL-MA'UN (Nilai-Nilai Pendidikan Islamdalam Aspek Sosial ", disusun oleh Anisya Ulfah, Nomor Induk Mahasiswa

1111011000070, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)UIN Syarif Hidayatullah lakarta dan dinyatakan lulus pada Ujian Munoqasah

pada tanggal 26 ktober 2015 di depan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd.D dalam bidang pendidikan Agama Islam.

Jakartq 26 Oktober 2015Panitia Uj ian MunaqasahKetua Panitia (Ketua Jurusan/Progpm Studi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. H. Abdul Maiid Khon. M.AeMP. 19s80707 198703 1 005

Sekretaris (Sekretaris JurusanlProdi)

Marhamah Saleh. Lc. MANIP. 19720313 200801 2010

Penguji I

Prof.I)r. Salman HarunNIP. 19450612 196510 r00lPenguji II

Henv Narendranv. M.PdNIP. 19710512 199603 2 002

2(!:?/:-

i o /,a/,,

Mengetahui,Ilmu Tarbiyah

NIP. 19550421 I

Page 4: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

. \ KEMENTERIAN AGAMA

-^O. uIN.IAIIARTA

tr{,El ll,'rn**rr,o,cip'@ 151)2hldhdb

FORM (rR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

Tgl. Tetbit : I Mmet 2010

No. Revisi: : 0lHal Ut

SURAT PERNYATAAI\ KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

Tempat/Tgl.Lahir

NIM

Jurusan / Prodi

Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

Anisya Ulfah

Tangerang, 13juli 1990

1111011000070

Pendidikan Agama Islam

TAFSIR SLIRAT AI-MA'UN (Nilai-Nilai Pendidikan Sosial)

Abdul Ghafur, MA

dengan ini menyaakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya

bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 16 September 2015"mAnisya UltbhNrM. 11r 1011000070

Page 5: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

i

ABSTRAK

Anisya Ulfah (1111011000070)

Tafsir Surat Al-Mâ’ȗ n (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial)

Surat al-Mâ’ȗn merupakan kelompok ayat yang membahas tentang masalah

antara hablun min Allah dan hablun min annas. Tujuan meneliti surah al-Mâ’ȗn

adalah untuk dapat menguraikan mengenai kandungan dari surat al-Mâ’ȗn, serta

analisis tentang apa saja dan bagaimana aktualisasi nilai-nilai pendidikan Islam

dalam aspek sosial yang terkandung di dalamnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis library research

(penelitian kepustakaan) dengan tehnik analisis deskriptif kualitatif, dengan cara

mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema pembahasan

dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber kepustakaan, kemudian

dianalisis dengan metode tahlilî, yaitu metode tafsir yang menjelaskan kandungan

ayat al-Qur`ân dari seluruh aspeknya.

Adapun hasil penelitian, yaitu terdapat beberapa nilai-nilai pendidikan sosial yang

tekandung dalam surat al-Mâ’ȗn ayat 1-7 meliputi: bagaimana Sikap

memperhatikan anak yatim yang baik, membantu orang miskin dan dhu’afa,

melatih keihlasan, manjauhi sifat ria, dan menjauhi sifat kikir. Dampak dari

pengamalan nilai-nilai islam aspek sosialnya adalah dapat mengatasi masalah

kemiskinan dan melatih diri agar menjadi dermawan.

Kata kunci : Tafsir Surat al-Mâ’ȗn, Nilai – Nilai Pendidikan Aspek Sosial

Page 6: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

i

ABSTRACT

Anisya Ulfah (1111011000070)

Tafsir Surat Al-Mâ’ȗn (Islamic Education Values in Social Aspect)

Surat al-Mâ’ȗn is a group of verses about both hablun min Allah and hablun min

annas (“Hablu minallah” means that the relationship between your God and you

yourself, whereby “hablu minannas” is the relationship between human beings).

The purposes of researching surah al-Mâ’ȗn are to decipher its content and to

analyze what are the Islamic education values and how its actualization in the

social aspect.

The method used in this research is library research by using descriptive

qualitative technique by collecting data related to the topic and its problem from

library sources to be analyzed using tahlilî, a method of interpreting the Qur'an

which attempts to explain the Quran by outlining the variety of its aspects and

explain what is meant by the Qur'an.

As a result, this research found that there are several social education values

contained in surah al-Mâ’ȗn verse 1-7 including how to take care of the orphans,

help the poor, habituate sincerity, and avoid miserly and ria (insincerity). The

effects of Islamic values from the social aspect are to decrease poverty and to

habituate self for being generous

Key word : Tafsir Surat Al-Mâ’ȗn ,Islamic Education Values in Social Aspect

Page 7: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

ii

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh

Alhamdulillah, puji syukurku atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan kasih sayang-Nya, bahwa upaya penulis untuk menyelesaikan

tugas akhir kuliah berjalan dengan tanpa ada hambatan yang berarti, sehingga

skripsi ini dapat rampung tepat waktu. Shalawat dan salam selalu tercurah

bagi Rasulullah SAW juga bagi keluarga dan para sahabat beliau yang mulia.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, baik dari

segi kemampuan berfikir maupun fasilitasnya, sudah barang tentu dari

berbagai segi dalam skripsi ini masih banyak kekurangannya. Sungguhpun

demikian, penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan

skripsi ini meskipun dalam prosesnya tidak sedikit cobaan dan hambatan

yang harus dihadapi, namun Alhamdulillah atas bantuan, saran, dan

bimbingan dari semua pihak yang telah memberikan kemudahan bagi penulis

sehingga skripsi akhirnya dapat terselesaikan, oleh karena itu izinkan penulis

untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada.:

1. Orang tua penulis, yaitu: Ayahanda terkasih, Jalaluddin ( Almarhum)

semoga Allah selalu menyayangimu dan Ibunda tercinta, Lismawati

yang tanpa hentinya merawat, mendidik putra-putrinya dengan tulus

ikhlas, dan berjuang mencukupi kebutuhan moril, materil serta

membimbing, memotivasi, berjuang penuh pengorbanan dan

mendo’akan penulis dalam menempuh langkah hidup di dunia yang

sementara ini.

Page 8: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

iii

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

3. Bapak H. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. Dan ibu Hj. Marhamah

Saleh, Lc. MA selaku ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam. Semoga kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah

kepada kontinuitas eksistensi mahasiswanya.

4. Bapak Abdul Ghafur, MA selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan perhatian, bimbingan, nasehat, kritik dan saran, serta

motivasi yang besar dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Bapak Fauzan, MA selaku dosen pebimbing akademik yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi

penulis.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai

materi perkuliahan.

7. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan

skripsi ini.

8. Kakak-Kakak dan Adik-Adikku tersayang, Aa Taufik, Uni

Zulfahmiyati beserta Suami, Juzaili Rasis, Abidah Agnia Qalby,

Nurdini Febriana, M. Furqan Naufal Falah, yang selalu memberikan

semangat kepada penulis, semoga kita selalu menjadi anak-anak yang

bisa membanggakan kedua orang tua kita baik di dunia maupun

akhirat.

9. Teman-teman sejawat jurusan PAI angkatan 2011, khususnya sahabat

TWO PAI (PAI B) yang selalu ada untuk menemani membimbing dan

terus memberikan semangat kepada penulis.

10. Kepada sahabat yang selalu sedia untuk memberikan nasehat, arahan,

serta semangatnya untuk penulis, yaitu: Faturahmah Avicienna,

Yohanna Makatangin, Haifa Kairunnisa, Nur Baiti, Yolla Diatry

Page 9: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

iv

Marlian, Nailah Alfiani, Nuni Nuraini, Marsita Eka, Ummu Hanifah,

Eka Maharani, yang sama-sama menepuh studi pada jurusan PAI UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah

berjasa membatu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan

pahala dan rahmat Allah SWT. Dan semoga apa yang telah ditulis dalam

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Âmîn Yâ Robbal `Âlâmîn.

Ciputat, 09 September 2015

Anisya Ulfah

Page 10: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 7

D. Perumusan Masalah .................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Acuan Teori................................................................................................ 9

1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan ......................................................... 9

2. Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam ................................................ 12

3. Macam-Macam Nilai Pendidikan Islam ................................................ 15

4. Tujuan Pendidikan Islam ...................................................................... 19

5. Pendidikan Sosial dan Ruang Lingkupnya ............................................ 22

B. Hasil Penelitian Yang Relevan.................................................................... 28

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian ....................................................................... 30

B. Metode Penelitian ....................................................................................... 30

C. Fokus Penelitian ......................................................................................... 32

Page 11: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

ix

D. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 32

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Mengenai Sȗrah Al-Mâ’ȗn ............................................................ 34

1. Sebab-Sebab Turunnya Ayat ................................................................ 34

2. Munâsabah Ayat ................................................................................... 35

3. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Menurut Ahli Tafsir ......................................... 36

a. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 1 ........................................................ 36

b. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 2 ........................................................ 41

c. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 3 ........................................................ 45

d. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 4-5 ..................................................... 48

e. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 6 ........................................................ 52

f. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 7 ........................................................ 55

B. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn dan

Dampaknya ................................................................................................ 58

1. Sikap Memperhatikan Anak Yatim ...................................................... 59

2. Membantu Orang Miskin dan Dhua’fa ................................................. 62

3. Melatih keikhlasan dan Menjauhi Sifat Ria .......................................... 65

4. Menjauhi Sifat Kikir ............................................................................ 67

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 70

B. Saran .......................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72

LAMPIRAN .........................................................................................................

Page 12: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‘ân adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah

SAW melalui malaikat Jibril. al-Qur‘ân merupakan mukjizat yang berlaku

hingga akhir zaman, karena al-Qur‘ân bersifat ‘aqliyah yaitu mukjizat

yang hanya dapat ditangkap oleh nalar manusia. Ia adalah kitab yang

sempurna dan merupakan sumber ajaran Islam, berisi tentang pedoman

hidup manusia yang menjadi tolak ukur dan pembeda antara kebenaran

dan kebathilan. Ia dapat mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju

cahaya terang benderang, tidak ada satu aspek pun dalam kehidupan

manusia yang tidak dibicarakan di dalam al-Qur‘ân.

Melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan umat manusia pada

zaman sekarang ini, seperti sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur‘ân, oleh

karena itu bentuk penyimpangan terhadap nilai-nilai al-Qur‘ân mudah

ditemukan dalam lapisan masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat

terhadap pemahaman al-Qur‘ân, akan semakin memperparah kondisi

moral masyarakat. Oleh sebab itu, satu-satunya upaya yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan kembali

kepada ajaran al-Qur‘ân sebagai paduan dalam menjalani kehidupan.

Al-Qur‘ân dalam pengertian umum bukanlah merupakan kitab ilmiah,

namun kitab suci ini banyak sekali berbicara tentang masyarakat, hal ini

disebabkan karena fungsi utama al-Qur‘ân adalah mendorong lahirnya

perubahan-perubahan posistif dalam masyarakat. 1

Dalam buku karangan Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawar,

M.A. yang berjudul Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani menjelaskan tentang

fungsi al-Qur‘ân, bahwa :

1M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‘ân, (Bandung: Mizan Pustaka, 1997) , cet. VI, h. 319

Page 13: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

2

Di antara fungsi al-Qur‘ân adalah sebagai petunjuk (huda),

penerang jalan hidup (bayyinat), pembeda antara yang benar dan yang

salah (Furqan), penyembuh penyakit hati (syifa), nasihat atau petuah

(mau’izah) dan sumber informasi (bayan).2

Al-Qur‘ân mengajarkan banyak hal kepada manusia dari persoalan

keyakinan, moral, prinsip-pripsip ibadah dan mu’amalah sampai kepada

asas-asas ilmu pengetahuan. Ia memberikan wawasan dan motivasi kepada

manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam sebagai bukti kekuasaan

Allah. Berdasarkan pemahaman ini, al-Qur‘ân berperan sebagai motivator

dan inspiratory bagi para pembaca, pengkaji dan pengamalnya.

Kemudian Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Wawasan

Al-Qur‘ân mengemukakan tujuan diturunkan al-Quran sebagai berikut :

(1) Membersihkan akal dan menyucikan diri dari segala bentuk syirik

serta menerapkan keyakinan tentang ke–Esaan yang sempurna bagi

Tuhan. (2) Mengajarkan kepada manusia yang adil dan beradab. Yakni

bahwa manusia merupakan suatu umat yang wajib bekerja sama dalam

pendidikan kepada Allah SWT dan pelaksanaan sebagai Khalifah di

muka bumi.(3) Menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar

suku atau bangsa, tetapi kesatan semesta alam, kesatuan kehidupan

dunia dan akhirat.(4) Mengajak manusia berfikir dan bekerja sama

dalam bidang kehidupan masyarakat dan bernegara melalui

musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan.(5)Membasmi kemiskinan material dan spiritual,

kebodohan, penyakit penderita hidup, serta pemerasan manusia, dalam

bidang social, ekonomi, politik, dan juga agama.(6)Menekankan

peranan ilmu dan teknologi, untuk menciptakan satu peradaban yang

sejalan dengan jati diri manusia, dengan panduan nur Ilahi3

Demikian tujuan dan fungsi kehadiran al-Qur‘ân yang dijelaskan oeh

beberapa tokoh. al-Qur‘ân sebagai kitab terpadu dan menyeluruh yang

tidak sekedar mewajibkan manusia pada pendekatan religius yang bersifat

mistik saja tetapi al-Qur‘ân juga merupakan sebaik-baik petunjuk yang

bila dipelajari akan membantu kita dalam menanamkan nilai-nilai yang

dapat dijadikan penyelesaian berbagai problem hidup sehingga tercipta

ketenangan lahir dan batin. Al-Qur‘ân juga merupakan solusi bagi segenap

2Said Agil Husin Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani (Ciputat: PT. Ciputat Press,

2005), cet II, h. 4.

3M. Quraish Shihab, Op. Cit. h. 16.

Page 14: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

3

urusan di dunia dan menjadi bekal kekal kelak untuk akhirat, karena itu

kita sebagai umat Islam wajib memahami, mempelajari, dan mengamalkan

isinya.

Dari penjelasan kandungan al-Qur‘ân di atas apabila diklasifiasikan

maka dapat disimpulkan bahwa al-Qur‘ân mengandung tiga aspek:

1. Berkaitan dengan masalah ketauhidan seperti pengenalan tentang sifat-

sifat ketuhanan yakni menyakini adanya Allah SWT, meyakini kitab-

kitab Allah, Malaikat, Rasul dan hari akhir, serta meyakini qodha dan

qodar

2. Berkaitan dengan masalah akhlak, antara lain sabar, tabah,

menghormati orang tua serta saling menghormati antara makhluk

hidup.

3. Berkaitan dengan masalah ibadah, seperti sholat, puasa dan lain-lain.

Menurut Zakiah Daradjat, ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman

tidak banyak dibicarakan dalam al-Qur‘ân, tidak sebanyak ajaran yang

berkenan dengan amal perbuatan, ini menujukkan bahwa amal itulah yang

paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal manusia dalam

hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan anusia

sesamanya, dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya,

termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh.4

Jika melihat ke masa lalu, keadaan dimana pertama kali Al-Qur‘ân

diturunkan, maka akan ditemukan keadaan masyarakat Makkah yang

penuh dengan berbagai problem sosial, dari yang paling kronis seperti

praktek-praktek penyembahan terhadap berhala-berhala, eksploitasi

terhadap orang miskin-miskin, penyalahgunaan dalam perdagangan,

sampai pada tidak adanya tanggung jawab umum terhadap masyarakat.

Menyikapi situasi masayarakat seperti itu, al- Qur‘ân meletakkan ajaran

tauhid dan sosial atau hablu minnannas wa hablu minallah yaitu tuntunan

berhubungan dengan Allah dan sesama manusia, di mana setiap manusia

harus bertanggungjawab kepada sesamanya, pemberantasan kejahatan

4Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet 10. H.20.

Page 15: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

4

sosial dan ekonomi dari tingkat yang paling bawah sampe ke tingkat yang

paling atas.5

Gerak pemahaman dan pengamalan al-Qur’an merupakan pandangan

teologi al-Qur’an yang dikembangkan oleh K.H Ahmad Dahlan, yakni

pemahaman manusia terhadap al-Qur’an belum dikatakan sempurna

apabila belum diiringi dengan pengamalannya dalam kehidupan nyata,

agar Islam bukan saja memberi makna bagi diri sendiri dan orang-orang

sekitarnya, dengan kata lain ini adalah usaha untuk membuktikan bahwa

Islam itu benar-benar sebagai rahmat bagi semesta alam.6

Pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan

manusia, karena pendidikan sendiri adalah media dalam membina

kepribadian dan mengembangkan potensi yang dimiliki manusia. Dalam

menciptakan kepribadian yang ideal diperlukan pendidikan. Pendidikan

tidak hanya dilakukan di Sekolah saja, tetapi pendidikan juga dilakukan di

rumah dan masyarakat pun juga ikut berperan besar dalam menanamkan

nilai-nilai pendidikan. Pribadi seseorang akan menjadi baik apabila tiga

lingkungan tersebut, yaitu rumah, sekolah dan masyarakat, saling

membantu dan saling mendukung, agar mencetak seseorang menjadi

manusia yang berpendidikan dan berakhlak karimah.

Zakiyah Darajat menjelaskan beberapa konsep Pendidikan Islam

yaitu:

1. Pendidikan Islam mencakup semua dimensi manusia sebagaiman

ditentukan oleh Islam.

2. Pendidikan Islam menjangkau kehidupan di dunia dan kehdupan

dia akhirat secara seimbang.

3. Pendidikan Islam memperhatikan manusia dalam semua gerak

kegiatannya, serta mengembangkan kepadanya daya hubungan

dngan orang lain.7

5Sjamsudhuha, Pengantar Sosiologi Islam, (Surabaya:JP BOOKS, 2008), h. 107-115

6M. Yunan Yusuf, Tafsir Juz ‘Amma Sirajl Wahhaj, (Jakarta: Pena Madani, 2010), h. 786

7Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,(Jakarta:Ruhama,1995) cet.

2 h. 35

Page 16: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

5

Dapat dipahami bahwa untuk melaksanakan semua tugas kehidupan,

baik bersifat pribadi maupun sosial, diperlukan keyakinan yang kuat dan

akhlak terpuji agar terbentuknya Insan Kamil.

Manusia adalah makhluk sosial, sebagaimana yang dijelaskan oleh

ayat kedua dari wahu pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw, yaitu

surat al-‘Alaq yang berbunyi:

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

Ayat di atas dapat dipahami sebagai “diciptakan dinding dalam

keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup

sendiri.8

Selain memelihara hubungan kita dengan Allah dan diri sendiri, kita

juga harus memelihara dan membina hubungan baik dengan sesama

manusia. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kesempatan untuk

dapat membina serta menciptakan suasana lingkungan sosialnya, agar

lingkungan tersebut benar-benar dapat mendukung keberlangsungan

kehidupannya, maka Nilai-nilai sosial perlu ditanamkan. nilai-nilai sosial

berfungsi sebagai acuan bertingkah laku dalam berinteraksi antar sesama

manusia sehingga keberadaannya bisa diterima di lingkungan masyarakat.

Nilai-nilai sosial memberikan pedoman bagi manusia agar tercipta

kehidupan yang harmonis, disiplin, demokrasi dan bertanggung jawab

dalam masyarakat. Sebaliknya, tanpa nilai-nilai sosial suatu masyarakat

tidak akan mendapatkan kehidupan yang harmonis dan demokratis.

Dengan demikian nilai-nilai sosial memiliki kedudukan yang penting

dalam mayarakat. Agar tercipta keharmonisan hidup tentu saja harus

dimulai dari kualitas diri yang unggul (insan kamil), yakni keterpaduan

antara iman, ilmu, dan amal.9

8M. Quraish Shihab, op.cit, h. 320

9Umar Syihab, Kontekstualisasi Al-Qur‘ân ; Kajian Tematik atas Ayat-Ayat Hukum dalam Al-

Qur‘ân (Jakarta : Penamadani, 2005), hlm. 41.

Page 17: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

6

Beriman tidak selalu identik dengan pengucapan bentuk rutinitas

keagamaan yang tidak mempunyai pantulan dalam kehidupan masyarakat.

Demikian pula amal saleh tidak identik dengan bentuk lahiriah keagamaan

semata, tetapi seberapa jauh amal itu dapat mengarahkan pelakunya ke

dalam kecenderungan individu yang selalu baik dan benar dalam segala

tindakan sosialnya sehari-hari.10

Ajaran Islam yang selama sering dilupakan oleh ummat Islam adalah

kewajiban untuk menolong orang miskin, yatim dan kaum lemah lainnya.

Salah satu ajaran al–Quran yang populer berbicara tentang hal tersebut

adalah surat al-Mâ‘ȗn ayat 1-7, Surat al-Mâ‘ȗn sangat tegas menganggap

orang yang tidak peduli dengan anak yatim dan tidak mau memberi makan

orang miskin disebut sebagai pendusa agama, Ayat tersebut menunjukkan

bahwa agama (al-Islam) adalah agama yang kaffah. yaitu agama yang

memperhatikan segala aspek kehidupan, baik aspek individu maupun

aspek sosial. berbanding lurus dengan fenomena yang terjadi saat ini,

bahwa masalah yang masih membelit bangsa kita adalah masalah

kesejahteraan sosial, hal ini tidak lain dikarenakan karena ulah

manusiannya, Surat Al-Mâ‘ȗn menjelaskan sebab-sebab munculnya

kesenjangan sosial terjadi karena tidak ada keseimbangan yang baik dalam

menjalin hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia.

Berdasarkan uraian di atas, maka sangat dibutuhkan penanaman nilai-

nilai kebaikan dalam jiwa setiap insan, agar kelak siapa pun akan

merasakan kebahagian hidup di dunia dan akhirat secara hakiki. Oleh

sebab itu untuk lebih terarahnya uraian di atas, maka penulis sangat

tertarik untuk mengkaji lebih mendalam atas tafsîr dan isi kandungan surat

Al-Mâ‘ȗn yang di dalamnya mengandung nilai-nilai pendidikan sosial

yang selanjutnya penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Tafsir

Surat Al-Mâ‘ȗn (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial)”

10 Ibid. hlm. 42.

Page 18: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis susun, maka penulis

dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya kesadaran masyarakat muslim dalam menerapkan nilai-

nilai Islam yang terkandung dalam al-Qur‘ân.

2. Banyaknya nilai-nilai pendidikan Islam dalam aspek sosial dalam Q.S

al-Mâ‘ȗn yang sesuai dengan kegiatan hidup kita sehari-hari yang

belum sepenuhnya diterapkan.

3. Kurangnya pengetahuan kita bagaimana mengenali ciri-ciri orang yang

mendustakan agama.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, maka perlu dilakukan

pembatasan masalah dalam penelitian agar dapat dikaji lebih mendalam

dan tidak terjadi perbedaan pemahaman dalam penelitian ini. Penulis

membatasi permasalahan ini berdasarkan identifikasi masalah dengan

batasan pembahasan surat Al-Mâ‘ȗn yang berkaitan dengan nilai-nilai

pendidikan Islam dalam aspek sosial.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka

penulis merumuskan masalah yaitu, apa saja nilai-nilai pendidikan Islam

dalam pendekatan sosial yang terkandung dalam surat Al-Mâ‘ȗn? dan

Bagaimana implementasinya?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini untuk mengetahui

nilai-nilai pendidikan Islam dengan pendekatan sosial yang terkandung

dalam Al-Qur‘ân surat Al-Mâ‘ȗn dan bagaimana implementasinya?.

Page 19: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

8

F. Manfaat Penelitian

Setelah mengetahui tujuan tersebut di atas, maka diharapkan

penelitian ini dapat dikembangkan dan diamalkan baik secara teoritis

maupun secara praktis. Maka manfaat penelitian ini ada dua, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan khazanah pemikiran atau wawasan bagi ilmu

pendidikan Islam mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang

terkandung daalam surat al-Mâ‘ȗn.

b. Mengetahui bagaimana pandangan al-Qur‘ân terhadap nilai

pendidikan sosial yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat Praktis

a. Berusaha mensosialisasikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung

dalam surat al-Mâ‘ȗn di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

sehingga perilaku kita diharapkan sesuai dengan aturan ajaran

Agama Islam.

b. Bahan upaya pengembangan diri penulis maupun bagi orang yang

memerlukannya.

Page 20: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Acuan Teori

1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Istilah nilai dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer “berarti

hal-hal atau sifat-sifat yang bermanfaat atau penting untuk

kemanusian”.1

Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan “sifat

sifat yang penting atau berguna bagi kemanusian, sesuatu yang penting

atau berguna bagi kemanusian, sesuatu yang menyempurnakan manusia

sesuai dengan hakikatnya”.2

Sedangkan menurut Mohammad Noor Syam mendefinisikan nilai

ialah suatu penetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu

jenis apresiasi atau minat.3

“Nilai adalah suatu pola normatif yang menentukan tingkah laku

yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan

lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi dari bagian-

bagiannya”.4

Secara filosofis nilai sangat terkait dengan masalah etika, etika juga

sering disebut dengan filsafat nilai yang mengkaji nilai-nilai moral

sebagai tolak ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek

kehidupannya. Sumber-sumber etika bisa merupakan hasil pemikiran,

adat istiadat, tradisi, atau ideologi bahkan dari agama.

1Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern

English Press, 2005), h.103.

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), Cet. II, h. 783.

3Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h.133.

4Ibid

Page 21: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

10

Dalam konteks etika pendidikan Islam, maka sumber etika dan nilai

nilai yang paling shahih adalah al-Qur‘ân dan sunnah Nabi Muhammad

SAW, yang kemudian dikembangkan dengan hasil ijtihad para ulama.5

Berdasarkan pada pendapat di atas, maka penulis dapat memahami

bahwa nilai merupakan suatu hal yang bersifat penting dan bermanfaat

bagi kehidupan manusia sebagai landasan setiap tindakan yang menjadi

norma untuk membantu manusia agar menjadi lebih baik.

Arti pendidikan menurut istilah di antaranya dalam pandangan Ki

Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata ialah sebagai

berikut:

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh

keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan

manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi

sering merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara

hidup tumbuh kearah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan

kemarin menurut alam kemarin, pendidikan adalah usaha

kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar

mempertinggi derajat kemanusiaan6

Sedangkan pengertian Pendidikan Islam menurut Zakiyah Daradjat

dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam “adalah pendidikan

Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang

akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri

maupun orang lain”.7

Menurut M. Arifin, Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan

yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin

kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam yang dilandasi nilai-nilai

Islam dalam jiwanya. 8

5Said Agil Husin Al-Munawwar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem

Pendidikan Islam, (Ciputat: Press, 2005), h.3.

6Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam , (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), , Cet. I, h.

9.

7Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : umi Aksara,2012),

Cet. I0, h. 28

8M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipline, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. IV, h. 11

Page 22: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

11

Kemudian M. Arifin melanjutkan, pengertian Pendidikan Islam

yaitu suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek

kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah

menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi

maupun ukhrawi.9

Menurut Abuddin Nata, Pendidikan Islam “Dapat diartikan sebagai

belajar tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai

ajaran Islam berdasarkan al-Qur‘ân dan Hadiśt”.10

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membekali

siswa dalam memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam

melalui kegiatan bimbingan agar tercipta kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional

disamping untuk membentuk keshalehan dan kualitas pribadi yang

bertaqwa.11

Dari uraian dan penjelasan tersebut di atas, maka penulis

menyimpulkan bahwa nilai Pendidikan Agama Islam adalah sifat-sifat

atau hal-hal yang melekat pada Pendidikan Agama Islam dan digunakan

sebagai dasar untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi

kepada Allah SWT, nilai-nilai tersebut harus ditanamkan sejak kecil

kepada anak, karena pada masa itu merupakan waktu yang tepat untuk

menanam kebiasaan-kebiasaan yang baik terhadap anak didik. Nilai

Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah suatu sistem

kepercayaan yang bersifat rohaniah, baik dan buruk, pantas dan tidak

pantas yang sesuai dengan sumber nilai pendidkan Islam yakni menurut

al-Qur‘ân dan Sunnah. Proses kependidikan Islam bertugas pokok untuk

membentuk kepribadian Islam dalam diri manusia selaku makhluk sosial

dan individual.

9Ibid, h. 10

10Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan multidisipliner, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2009), h. 13.

11Akmal Hawl,Kompetensi Guru PAI, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),h. 3

Page 23: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

12

2. Landasan dan tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan aktifitas yang selalu terjadi secara

berkesinambungan dan juga merupakan sebagai sarana transformasi

ilmu pengetahuan, agar pendidikan itu berjalan dengan semestinya

maka pendidikan itu memerlukan suatu dasar-dasar yang kuat.

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar

dapat berdiri dengan kokoh. Pengertian dasar menunjukkan sesuatu

yang penting dalam segala hal sebagai tempat berpijak dan berdirinya

sesuatu, kaitannya dengan masalah pendidikan agar memiliki kekuatan

dan kesinambungan yang kokoh dan kekuatan yang kuat.12

Kajian tentang pendidikan Islam tidak boleh lepas dari landasan

yang terkait dengan sumber ajaran Islam yang mendasar yaitu al-Qur‘ân

dan al-Hadiś yang merupakan sumber hukum dan pengetahuan Islam

yang lengkap, ajarannya mencakup keseluruhan aspek hidup manusia,

baik di dunia maupun di akhirat.

Kedudukan al-Qur‘ân sebagai sumber dan dasar dapat dilihat

dalam kandungan surat al-Baqarah ayat 2 dan surat al-‘Alaq

Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi

mereka yang bertaqwa.(Q.S. al-Baqarah: 2)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1).

Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah(2). Bacalah,

dan Tuhanmulah yang Maha pemurah (3). Yang mengajar (manusia)

dengan perantaran kalam (4). Dia mengajar kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya (5).

12 Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: UIN Press,2003), Cet

I. h. 110.

Page 24: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

13

Al-Qur‘ân adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur dan merupakan kitab

suci yang tiada tandingnya dengan kitab manapun dan siapapun, walau

oleh ahli sastra sekalipun. Jika kita meneliti lebih dalam lagi surat al-

Alaq tersebut dapat kita pahami bahwa Allah SWT memerintahkan

umatnya untuk menggali ilmu pengetahuan sedalam-dalamnya agar

umat manusia tidak terbelakang dalam hal ilmu pengetahuan. Karena

dalam al-Qur‘ân memuat berbagai ilmu pengetahuan termasuk ilmu

pengetahuan tentang pendidikan.

Al-Qur‘ân memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan

aqidah, syari’ah dan akhlak dengan meletakkan dasar-dasar mengenai

persoalan tersebut, Hal ini dikarenakan agama Islam merupakan jalan

hidup yang menjamin kebahagian hidup pemeluknya di dunia dan

akhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang berfungsi untuk

memberikan petunjuk yang sebaik-baiknya.

Bagi umat Islam, al-Qur‘ân adalah landasan dasar dan pedoman

pokok menjalani kehidupan, salah satunya pedoman hidup sosial. Selain

al-Qur‘ân sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, Hadiś juga

merupakan sumber ilmu Pengetahuan., karena hadiś merupakan

perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW.

Adapun Hadiś memiliki beberapa sinonim, menurut para pakar

ilmu Hadiś yaitu Sunnah, Khabar, Atsar. Kata Hadiś berasal dari bahasa

Arab dari kata” Hadatsa-Yahdutsu-Hudutsan”.13

Hadiś dijadikan sebagai dasar pendidikan agama Islam karena

seluruh umat Islam telah menerima paham, bahwa Hadiś Rasulullah

SAW, dijadikan sebagai pedoman hidup setelah al-Qur‘ân . Tingkah

laku manusia yang telah ditegaskan keterangan hukumnya, tidak

diterangkan cara mengamalkannya, tidak diperincikan menurut

petunjuk dalil yang masih utuh, tidak dikhususkan menurut petunjuk

13Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: AMZAH, 2008), Cet. I, h.1.

Page 25: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

14

yang masih mutlak dalam al-Qur‘ân , maka dicarikan pemecahannya

dalam Hadiś.

Sebagaimana al-Qur‘ân, Hadiś berisi petunjuk-petunjuk untuk

kemaslahatan manusia dalam segala aspeknya yang membina manusia

menjadi muslim yang bertaqwa. Hadis memberikan keteladanan secara

baik dan universal dalam pendidikan. Ia juga merupakan sumber

berbagai aspek kehidupan manusia yang relevan dalam segala zaman

dan tempat. Hadis kaya dengan konsep-konsep ilmu pengetahuan dan

pendidikan yang masih belum di ungkap umumnya oleh umat Islam

sendiri. 14

Dapat dipahami bahwa dasar pendidikan agama Islam adalah

identik dengan dasar ajaran agama Islam itu sendiri yaitu Al-Qur‘ân dan

Hadiś yang merupakan sumber hukum Islam dan pengetahuan yang

mencakup tuntunan keseluruhan hidup manusia baik dunia maupun

akhirat. Keduanya menjadi petunjuk yang tak pernah usang bagi

manusia untuk menjalani kehidupannya. al-Qur‘ân dan Hadiś

membimbing kegiatan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Kita

dapat mengambil banyak pelajaran ataupun kisah di dalam al-Qur‘ân

dan Hadiś yang dapat kita jadikan pedoman untuk menjalani kehidupan

demi keselamatan dunia dan akhirat.

Adapun tujuan pendidikan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan

Hadis adalah agar terwujud kepribadian seseoran yang membuatnya

menjadi “insan kamil” yaitu manusia utuh rohani dan jasmani, dapat

hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya

kepada Allah SWT, hal ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam

itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan

masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan

ajaran Islam dalam berhubungan Allah dan dengan sesamanya.

14Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, (Bandung:Karisma Putra Utama, 2012), h. v

Page 26: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

15

3. Macam-macam Nilai Pendidikan Islam

Secara umum lingkup nilai pendidikan Islam dalam buku

pendidikan perspektif Hadiś karya Prof. Dr. H. Abudin Nata yaitu:15

a. Pendidikan Akidah

Akidah dalam bahasa Arab diartikan sebagai ikatan, sangkutan,

karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala

sesuatu. Dalam pengertian lainnya akidah disebut dengan istilah

keimanan yang berarti keyakinan. 16

Iman adalah kepercayaan dari dalam hati dengan penuh

keyakinan yaitu melafadzkan dengan lidah, mengakui benar

denngan hati dan mengamalkan dengan anggota badan.

Pendidikan akidah disebut juga dengan pendidikan tauhid atau

keimanan. Akidah adalah ajaran tentang keimanan terhadap ke-

Esaan Allah SWT, pengertian iman secara sempit berarti

kepercayaan sedangkan luas iman adalah keyakinan penuh yang

dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan diwujudkan dengan

amal perbuatan.17

Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah

kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan

(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(15)

Pendidikan akidah atau keimanan dalam Islam mencakup

enam hal yang disebut dengan rukun iman. Kedudukan rukun iman

menjadi central karena telah menjadi gantungan segala sesuatu

15Abuddin Nata, Pendidikan Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Press, 2005), Cet. I, h. 78-

88

16Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta; Grafindo, 2008), h. 199.

17Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2004),

Cet. IV, h. 98.

Page 27: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

16

dalam Islam. Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan

adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT agar dapat

melandasi sikap dan tingkah laku serta kepribadian anak didik.

“Pembentukan iman seharusnya diberikan kepada anak sejak

dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya.

Berbagai hasil pengamat pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin

di dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaaan sikap

dan emosi ibu yang mengandungnya.”18

Nilai-nilai pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan

yang patut ditekankan pada anak didik sejak usia dini, agar dapat

mawas diri dari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya. Dengan

nilai pendidikan keimanan ini peserta didik akan merasa terdorong

untuk belajar dengan sungguh-sungguh karena ia yakin dengan janji

dan keutamaan menuntut ilmu yang Allah SWT telah sebutkan

dalam al-Qur‘ân.

b. Pendidikan Ibadah

Islam memberikan aturan-aturan peribadatan sebagai rasa

syukur bagi makhluk kepada khalik, karena ajaran-ajaran Islam

bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia

dalam hubungan-hubungannya dengan sang khalik yang diatur

dalam ubudiyah juga dalam hubungannya sehari-hari dengan

masyarakat sekitar, dan aturan budi pekerti yang baik.

Menurut Dr. Zurinal dan Drs. Aminuddin yang mengutip dari

Abu al-A‟la al- Maududi ibadah adalah “rasa tunduk seseorang

kepada orang lain karena kebesaran dan kegagahannya, kemudian ia

membatasi kemerdekaan dan kebebasan dirinya, serta patuh secara

mutlak kepadanya”.19

18Zakiah Darajat, Pendidikan Anak dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1993), h. 55

19Zurinal. Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Ciputat: LPUIN SyaHid, 2008), h. 26.

Page 28: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

17

Ibadah ialah segala jenis ketaatan yang dilaksanakan sebagai

tanda pengabdian kita kepada-Nya dengan tujuan mendapatkan

ridha Allah SWT serta mengharapkan pahala yang Allah janjikan di

akhirat kelak.20

Pendidikan ibadah merupakan hubungan sang khalik Allah

SWT dengan makhluk yang merupakan amal shaleh dan latihan

spiritual baik melalui ibadah shalat, zakat, puasa, dan amal shaleh

lainnya.

Islam dalam satu tujuan, yaitu penghambaan kepada Allah

SWT Pelaksanaan ibadah merupakan semua aspek kehidupan yang

sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang dilakukan dengan ikhlas

untuk mendapat ridha-Nya. Ibadah adalah perilaku manusia yang

dilakukan atas perinta Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah sperti

pengaturan hidup seorang muslim baik itu melalui pelaksanaan

shalat, pengaturan pola makan tahunan melalui puasa, serta

kehidupan ekonomi muslim yang bertanggung jawab melalui zakat.

Pendidikan ibadah telah menyatukan umat”21

,

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku

dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(162) Tiada

sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku

dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri

(kepada Allah)"(163).

Menyampaikan pendidikan ibadah terhadap peserta didik

diperlukan adanya metode atau cara terutama pengetahuan teoritis.

Dalam hal nilai ibadah sesungguhnya ilmu adalah pemimpin amal

perbuatan, sedangkan amal perbuatan ialah pengikutnya. Setiap

20Ibid, h. 30

21Abu Ahmadi, Op.Cit, h. 240

Page 29: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

18

amal perbuatan yang tidak berpedoman kepada ilmu akan tidak

berguna bagi pelakunya.

c. Pendidikan Akhlak

Akhlak menurut adalah sifat yang tertanam kuat dalam jiwa

dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik dan buruk tanpa

membutuhkan pemikiran dan pertimbangan, sehingga hal ini sudah

menjadi kepribadiannya. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan dengan sesungguhnya, bukan karena bersandiwara.22

Akhlak adalah ibarat sifat atau keadaan dari perilaku yang tetap

dan meresap dalam jiwa, darinya tumbuh perbuatan-perbuatan

dengan wajar dan mudah tanpa memerlukan pemikiran karena telah

tertanam kuat sehingga menjadi kepribadiannya.23

Menurut Dr. M. Abdullah Daraz, perbuatan-perbuatan manusia

dapat dikatakan sebagai akhlak “apabila memenuhi syarat sebagai

berikut, pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang-ulang

sehingga perbuatan itu menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan-

perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena

adanya tekanan tekanan yang datang dari luar seperti ancaman dan

paksaan atau sebaliknya melalui bujukan atau pun rayuan.”24

Pendidikan akhlak adalah kegiatan yang berkaitan dengan

akhlak baik dengan Allah SWT, orang tua, maupun masyarakat

sekitar lingkungan kehidupan sehari-hari yang bersumber dari al-

Qur‘ân dan sunnah Nabi

Agama Islam menganjurkan pemeluknya untuk meningkatkan

kecakapan akhlak generasi muda, sebab pendidikan adalah sebuah

penanaman modal manusia untuk masa depan dengan membekali

22Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Pers, 2013), Cet. 1, h. 4.

23M. Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), cet. 2, h.

151

24Abdurrahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), Cet.

I,hal.42

Page 30: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

19

generasi muda budi pekerti yang luhur dan kecakapan tinggi.

Kedudukan akhlak dalam pendidikan Islam amat penting. Islam

menganjurkan agar kita berakhlak mulia dengan mencontoh

perilaku Nabi Muhammad SAW, karena dalam diri beliau terdapat

suri tauladan baik yang harus diterapkan.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Akmal Hawl ruang lingkup Pendidikan Islam mencakup usaha

mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara lain:

hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama

manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungna

manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.25

Hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan yang

harus diutamakan dan secara tertib diatur tetap terpelihara agar

manusia dapat mengendalikan diri dari melakukan kejahatan

terhadap diri sendiri maupun orang lain. Hubungan manusia dengan

sesama adalah memelihara dan membina hubungan baik dengan

sesama manusia. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri dengan

senantiasa berlaku sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang

amanah, dan berakhlak baik. Hubungan manusia dengan lingkungan

hidup dengan memelihara semua ciptaan Allah untuk kepentingan

dan kesejahteraan manusia dan makhluk lainnya.26

4. Tujuan Pendidikan Islam

Pengertian dari tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah

sesuatu atau kegiatan selesai, dari penjelasan ini dapat kita lihat bahwa

Pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui

tahapan-tahapan dan tingkatan-tingkatan, maka tujuan pendidikan pun

bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang

25Akmal Hawl, Op. Cit. h.

26M. Daud Ali, Op. Cit , h. 367-361 a

Page 31: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

20

berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari

kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.27

Menurut Prof. Salman Harun, “Tujuan pendidikan adalah

membentuk manusia yang berdedikasi, yaitu manusia yang bekerja

untuk kebaikan, giat, semangat, penuh tanggung jawab, tidak mengambil

muka, karena ia mempersembahkan kerjanya demi Allah. Hanya

dedikasilah yang akan membawa kemajuan, sedangkan mementingkan

dirri sendiri akan merugikan masyarakat dan pada gilirannya cepat atau

lambat akan merugikan dirinya sendiri juga”.28

Kemudian Prof Abdul Majid Khon mengutarakan kesimpulan tujuan

Pendidikan Islam berdasarkan Hadiśt Nabi, yakni agar terbentuk

manusia yang berkualitas baik jasmani dan rohani, mampu

mengendalian diri dari hawa nafsu dan bermanfaat bagi diri sendiri

maupun orang lain.29

Seseorang yang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan

diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan

masyarakat, serta senang mengamalkan apa yang telah didapatkan

selama ini, dan dapat mengambil manfaat dari alam semesta ini untuk

kepentingan dunia dan akhirat.

Selanjutnya ada pula yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah membina umat manusia agar menjadi hamba yang

senantiasa beribadah kepada Allah swt, dengan menyebarkan dan

menanamkan ajaran Islam ke dalam jiwa manusia, mendorong

penganutnya untuk mewujudkan nilai-nlai ajaran Al-Qur‘ân dan Hadiś,

juga mendorong kita untuk menciptakan pola kemajuan hidup yang

dapat menyejahterakan pribadi dan masyarakat , meningkatan derajat

dan martabat manusia dan seterusnya.30

27Dzakiah Derajat, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit, h. 29

28Salman Harun, Tafsir Tarbawi. (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013),h. 34-35

29Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Karisma Putra Utama, 2012), h. 170

30Abuddin Nata, Ilmu pendidikan Islam, op.cit,. h. 21

Page 32: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

21

Adapun beberapa tujuan pendidikan Islam menurut Dzakiyah

Derajat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam,yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Tujuan umum adalah tujuan yang dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan

itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,

tingkahlaku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum

ini berbeda pada setiap tingkatan umur,kecerdasan, situasi, dan

kondisi dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan

pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang

sudah didik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah,

sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.

2. Tujuan akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan

akhrnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula.

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman

Allah dalam surat Al- imran ayat 102 Mati dalam keadaan berserah

diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa

sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan.

Insan kamil yang mati dan akan menghadap tuhannya merupakan

tujuan akhir dari proses pndidikan Islam.

3. Tujuan sementara

Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak

didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam

suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk

insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam

ukuran sederhana.

4. Tujuan operasional

Tujuan oprasional ialah tuajuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan

pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan

Page 33: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

22

diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan

operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional ini

disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan

menjadi tujuan instrusioksional umum dan tujuan instruksional

khusus (TIU dan TIK).31

Dalam tujuan opersional ini lebih banyak dituntut dari anak didik

suatu kemampuan dan keterampilan tertentu, misalnya ia dapat berbuat,

terampil melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami,

meyakini, dan menghayati dalam soal kecil. Dalam pendidikan hal ini

terutama dalam kegiatan lahiriyah, seperti bacaan dan kaifiyat shalat,

dan tingkah laku. Anak harus sudah terampil melakukan ibadat,

(sekurang-kurangnya ibadat wajib) meskipun ia belum memahami dan

menghayati ibadat itu.

5. Pendidikan Sosial dan ruang lingkupnya

Sedikit mengulas tentang pendidikan, yakni Tarbiyah dalam kata

benda “rabba” ini digunakan untuk “Tuhan” mungkin karena Tuhan yang

bersifat mendidik, mengasuh ,memelihara, dan menciptakan. Kata lain

yang berarti pendidikan itu ialah “addaba” kata ta’lim dengan kata

kerjanya ‘allama’ juga sudah digunakan pada zaman Nabi 32

Pendidikan merupakan salah satu bentuk interaksi manusia, yakni

suatu tindakan sosial yang memungkinkan terjadinya interaksi melalui

suatu jaringan hubungan-hubungan kemanusiaan. Aspek-aspek sosial

pendidikan dapat digambarkan dengan memandang ketergantungan

individu-individu satu sama lain dalam proses belajar.33

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang

dilakukan untuk menumbuhkan, mendidik, mengasuh dan memelihara

31Dzakiah Derajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 29-33

32ibid, 25-26

33Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Op.cit, h. 205

Page 34: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

23

personalitas yang utuh dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

dalam kehidupannya dengan dengan lingkungan sekitar.

a. Pengertian Sosial

Adapun para ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian

Sosial sebagai berikut:

I. Dalam Kamus Sosiologi dan Kependudukan mendefinisikan sosial

adalah hubungan seseorang individu dengan lainnya dari jenis

yang sama atau pada sejumlah individu untuk membentuk lebih

banyak atau lebih sedikit, kelompok-kelompok yang terorganisir,

juga tentang kecenderungan-kecenderungan dan impuls-impuls

yang berhubungan dengan lainnya.34

II. Menurut R. Soegarda Poerbakawatja dan H. Ali Harahap dalam

ensiklopedi pendidikan mendefinisikan sosiologi “adalah

penyesuaian kepentingan atau sifat-sifat umum dari masyarakat

dengan menyisihkan atau melebur kepentingan-kepentingan

dengan hasil timbul atau keadaan yang stabil serta harmonis".35

Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manusia

sebagai makhluk sosial, artinya manusia sebagai warga masyarakat,

yaitu dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapat hidup

sendiri atau mencukupi kebutuhannya sendiri. Setiap manusia

cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi

dengan manusia lainnya.

b. Pendidikan Sosial

Adapun pendapat para ahli pendidikan menafsirkan pendidikan

sosial sebagai berikut :

34Kartasapura, G. Kartini, kamus sosioogi dan kependudukan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1992),

h. 382

35R. Soegarda Poerbakadja dan A. H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1994), h. 275

Page 35: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

24

I. Menurut St. Vembriarto “pendidikan sosial adalah usaha

memengaruhi dan mengembangkan sikap sosial yang dilakukan

secara sengaja dan sadar.36

II. Menurut Abudin Nata “pendidikan sosial dalam Islam adalah

menunjuk pada adanya inisiatif (kepekaan sosial) bagi anak dan

memiliki sikap yang berani dan mandiri dengan tanggung jawab

yang baik.” 37

Proses pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu dengan

anggota masyarakat lainnya dan tidak diadakan perbedaan antara orang

tua dengan anak, antara guru dengan murid. Yang diutamakan adalah

hubungan yang erat antara individu dengan individu yang lain atau

individu dengan masyarakat. Belajar adalah sosialisasi yang berkontinu.

Setiap individu dapat menjadi murid dan menjadi guru. Individu belajar

dari lingkungan sosialnya dan juga mengajar dan memengaruhi orang

lain.

“(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau

di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

Dari ayat di atas kita dapat mengetahui cara luqman mendidik

anaknya dengan menanamkan nilai-nilai agama, mulai dari penampilan

Luqman yang beriman, beramal saleh, bersyukur kepada Allah dan

bijaksana dalam segala hal, kemudian sopan santun terhadap orang tua

dan kepada semua mausia serta taat beribadah. 38

36ST. Vembriarto, Pendidikan Sosial,(Yogyakarta: Paramita, 1984), h. 6

37Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005),

38Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Op. cit, h. 63

Page 36: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

25

Intisari dari nasihat Luqman pada anaknya adalah tentang

pembinaan iman, amal saleh (ibadah), kepribadian yang sehat, kuat, dan

penuh kepedulian terhadap masyarakat. Selain memelihara hubungan

kita dengan Allah dan diri sendiri, kita juga harus memelihara dan

membina hubungan baik dengan sesama manusia.

Pendidikan sosial tidak akan lepas dari pendidikan masyarakat,

Sjamsudhuha merumuskan pengertian masyarakat secara bertingkat

yaitu:

Pertama, sekelompok manusia yang merupakan kesatuan sosial

dengan antar hubungan yang nyata dan memperlihatkan struktur

yang nyata, memiliki nilai dan norma sosial serta kebudayaan,

menempati wilayah tertentu, teroganisasi secra rapi atau tidak, ada

tujuan, kebutuhan, kepentingan yang bersifat umum yang

diprtahankan dengan disiplin dalam kerangka mempertahankan

kelompok.

Kedua, sekelompok manusia dengan antaar hubungan sosial nyata

tetapi tidak terdapat struktur, memiliki nilai, norma dan

kebudayaan, kepentingan atau minat umum yang sama39

Terdapat hubungan yang kuat antara pendidikan dan masyarakat,

hubungan tersebut berada dalam posisi simbiosis mutualisme. Pengaruh

pendidikan dalam masyarakat terlihat pada peran pendidikan dalam

mencerdaskan, menyadarkan, dan menggerakan masyarakat untuk

mengikuti aturan agama dan kebijakan pemerintah.40

Dalam kamus pedagogik, pendidikan masyarakat diartikan sebagai

proses akulturasi pada masyarakat yang masih muda oleh angota-

anggota masyarakat yang lebih senior meliputi bagian pendidikan yang

mempersiapkan anak-anak memperoleh gambaran tentang seluk beluk

pergaulan hidup.41

39Sjamsudhuha, Pengantar Sosiologi Islam, (Surabaya: JP Books,2008) h. 10

40Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit, h. 217

41ST. Vembriato, op. cit, h. 3

Page 37: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

26

Hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat sosial

dapat dijaga dan dipelihara antara lain dengan tolong-menolong, bantu-

membantu, memafkan, lapang dada dan berlaku adil pada siapapun.42

Dari uraian di atas maka penulis memahami bahwa setiap

kelompok atau masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya melalui

pendidikan. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka

kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan,

keterampilan dan bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan

dimiliki setiap anggota. Tiap masyarakat meneruskan kebudayaannya

dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui pendidikan,

melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan

sebagai sosialisasi.

Kematangan bersosialisasi sangat terkait dengan perkembangan

sosial seseorang. Sedangkan perkembangan sosial berarti memperoleh

kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. Menjadi

orang yang mampu bermasyarakat memerlukan proses belajar

berperilaku yang dapat diterima secara sosial, belajar memainkan peran

sosial sebagai individu yang dapat diterima masyarakat dan untuk

bermasyarakat dengan baik harus menyukai orang dan aktifitas sosial.

Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam

penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok

masyarakat tempat mereka menggabungkan diri.

Jadi, Pendidikan Sosial yaitu Pendidikan Kemasyarakatan atau

pendidikan yang berbasis masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat

merupakan upaya untuk lebih melibatkan masyarakat dalam upaya-

upaya membangun pendidikan untuk kepentingan masyarakat dalam

menjalankan perannya di kehidupan.

Kelompok individu atau masyarakat ideal yang konseptualisasi

hidupnya berdasarkan dan berstandarkan al-Qur‘ân dan Hadiś yang

merupakan referensi utama agar terwujudnya masyarakat muslim yang

42M. Daud Ali, Op. Cit, h. 370

Page 38: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

27

akan mencipkatan suasana yang menentramkan dan mendamaikan

setiap masing-masing individu dalam suatu lingkungan tersebut43

Allah ta’ala telah mewajibkan untuk berbuat baik dan mencegah

kemungkaran kepada setiap anggota/warga masyarakat berdasarkan

firman-Nya dalam Qur’an surat Ali Imran ayat 104 yang bebunyi:44

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari

yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”

Al-Qur‘ân menjelaskan bahwa manusia yang mencapai kualitas

hidup sejahtera adalah manusia yang beriman kepada Allah, berhasil

membangun masyarakat yang peduli dan berbagi yang satu terhadap

yang lain atas dasar cinta dan kasih sayang karena mengharap ridha

Allah, seperti masyarakat Muhajirin dan Anshar yang dipimpin oleh

Rasulullah SAW seperti digambarkan keadaan mereka dalam al-Qur’an

yang mengutamakan orang lain,meskipun mereka sendiri

membutuhkanya.45

Mengembangkan tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan

usaha mensejahterakan sosial yang mencakup lima hal, yakni bidang

kesehatan, bidang pendidikan, perumahan, jaminan sosisal, dana

jaminan pekerjaan. Lima tersebut selain dari tanggung jawab

pemerintah, hal ini juga bagian tanggung jawab masyarakat muslim

terhadap sesamana yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan dasar

dalam bidang kesehatan, pendidikan, perumahan,dan jaminan sosial

tersebut.46

43Sjamsudhuha, op.cit, h. 67

44Ibid, h. 72

45Asep Usman Ismail, Al-Qur‘ân dan Kesejahteraan Sosial,(Jakarta: Lentera Hati 2012), h. 4

46Ibid

Page 39: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

28

Secara mendasar pendidikan sosial berkenaan dengan kebutuhan

manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhanya, baik

upaya dalam memenuhi kebutuhan materi, budaya and kejiwaanya.

Memanfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur

kesejahteraan dan pemerintahan, maupun kebutuhan lainnya dalam

rangka mempertahankan kehidupan.

Dari uraian di atas, Maka menurut hemat penulis, untuk

menciptakan lingkungan masyarakat muslim yang sejahtera, hendaknya

setiap muslim mencontoh ummat-ummat Rasul terdahulu yang

mencintai Allah dengan menjalani ibadah yang baik sesuai dengan

ketentuan Allah, saling tolong-menolong, salaing mengasihi hanya

karena Allah dan mencegah kemungkaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis

lakukan adalah sebagai berikut:

1. Nidaul Islamiyyah, dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam

Surat Al-Furqan Ayat 63-72”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dalam surat Al-Furqan ayat 63-73 sifat hamba Allah adalah rendah hati

(Tawadhu) dan membalas kejahatan dengan kebaikan, selalu mengingat

Allah pada malam hari, dan di siang hari ia bersosialisasi dengan

masyarakat, larangan boros dan kikir larangan membunuh nyawa yang

diharamkan, larangan bermaksiat, perintah bertaubat dan larangan

membuat kesaksian palsu dan menjauhkan perbuatan yang sia-sia.47

Persamaan yang penulis kaji dengan penelitian ini adalah larangan kikir

dan bersosialisasi dengan baik terhadap masyarakat. Adapun

perbedaannya dengan dalam penelitian saya membahas ciri-ciri pendusta

agama, yaitu mereka yang tidak peduli anak yatim, menganjurkan

berbuat baik, dan saling tolong-menolong.

47Nidaul Islamiyyah, Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Surat Al-Furqan Ayat 63-

72,(Jakarta: UIN Jakarta,2013).

Page 40: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

29

2. M. Romadhon, dengan judul Nilai-Nilai Penidian dalam Surat Al-

Baqarah Ayat 177 (Kajian Tafsir Thalili). Karya ini menjelaskan tentang

nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 177.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam surat Al-Baqarah ayat

177 yang meliputi ibadah mahdhah seperti melaksanakan rukun Islam

,dan ibadah ghairu mahdhah, seperti menfakahi keluarga, menyantuni

anak yatim, membantu orang-orang miskin, memberikan pertolongan

pada musafir, memerdekakan hamba sahaya.48

Persamaan yang penulis kaji dengan penelitian ini adalah menyantuni

anak yatim, membantu orang-orang miskin. Adapun perbedaannya

dengan penelitian saya membahas ciri-ciri pendusta agama, larangan

kikir, larangan ria dan menganjurkan untuk berbuat baik.

48M. Ramadhon, Nilai-Nilai Pendidikan dalam surat Al-Baqarah Ayat 177, (Jakarta: UIN

Jakarta,2012).

Page 41: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai kajian tentang tafsir Sȗrah

Al-Mâ‘ȗn ayat 1-7.

Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu selama satu

semester terhitung dari tanggal 02 Maret 2015.

B. Metode Penelitian

Dalam suatu metode penelitian, harus ada rancangan penelitian (research

design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-

langkah yang harus ditempuh, sumber data dan dengan cara bagaimana data

tersebut dihimpun dan diolah. Untuk itu, dalam penulisan skripsi ini perlu

dikemukakan rancangan penelitian (research design) tersebut, agar jelas dan

terarah dalam memecahkan masalah dari penulisan skripsi ini.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode deskriprif analisis yang menggunakan

tehnik analisis kajian melalui studi kepustakaan (Library Research).

Karena penelitian ini merupakan library research, maka sumber data

pada penelitian ini adalah literatur-literatur yang berkaitan. Sebagaimana

yang dikatakan oleh Maman, “sumber data penelitian kualitatif ialah tindakan

dan perkataan manusia dalam suatu latar yang bersifat alamiah. Sumber data

lainnya ialah bahan-bahan pustaka, seperti: dokumen, arsip, koran, majalah,

jurnal ilmiah, buku, laporan tahunan dan lain sebagainya”.1

Adapun literatur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer,

yaitu sumber pokok yang menjadi acuan utama sebagai data penelitian karya

ilmiah ini adalah tasfir al-Qur’an diantaranya sebagai berikut:

1U. Maman Kh, dkk., Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktek, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada Press, 2006), h. 80

Page 42: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

31

1. Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab

2. Tafsir Al-Azhar, Tafsir Juz ‘Amma As-Siraju’l Wahhaj karya Prof.

Dr. M. Yunan Yusuf

3. Tafsir Qurthubi,

Adapun data sekunder, yaitu data yang mendukung dan melengkapi

sumber data primer:

1. Tafsir Al-Maragi,

2. kitab-kitab tafsir dan buku lain yang menjelaskan Tafsir Sȗrah Al-

Mâ‘ȗn dan,

3. buku-buku yang membahas tentang nilai-nilai, pendidikan Islam

dalam aspek sosial.

Mengenai analisis data, analisis telah mulai sejak merumuskan dan

menjelaskan masalah, namum dalam kenyataannya analisis data kualitatif

berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah pengumpulan

data.2Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode tahlili. Metode

tafsir tahlili adalah satu metode tafsir yang mufassirnya berusaha

menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur`an dari berbagai seginya dengan

memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur`an sebagaimana tercantum di dalam

mushaf. Dalam hubungan ini, mufassir mulai dari ayat-ke ayat berikutnya,

atau dari sȗrah ke sȗrah berikutnya dengan mengikuti urutan ayat atau sȗrah

sesuai yang termaktub di dalam mushaf. 3

Prosedur metode tahlili dilakukan dengan mengikuti susunan mushaf, ayat

per ayat dan sȗrah per sȗrah. Metode ini terkadang menyertakan pula

perkembangan perkembangan generasi Nabi sampai Tabi’in, uraian ini

bertujuan untuk memahamiAl-Qur‘ân yang mulia.4

Dapat dipahami bahwa, tafsir tahlili ialah metode menafsirkan ayat-ayat

al-Qur‘ân dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat-

ayat yang ditafsirkan, serta menerangkan makna-makna yang tercakup sesuai

2Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods),

(Bandung: Alfabeta, 2011), h.287

3Ibid.

4Rosihon Anwar,Pengantar Ulumul Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), h. 148

Page 43: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

32

dengan keahlian dan kecenderungan mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat

tersebut.

C. Fokus Penelitian

Sugiyono berpendapat bahwa, “batasan masalah dalam penelitian

kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi fokus masalah yang masih

bersifat umum”.5 Dengan melihat pendapat Sugiyono, maka penulis

mencantumkan apa yang ada dalam batasan masalah menjadi fokus penelitian

dalam penulisan ini, yaitu mengenai tafsir Sȗrah Al-Mâ‘ȗn .

Jadi, dalam penelitian ini penulis bermaksud mengkaji tentang tafsir

Sȗrah Al-Mâ‘ȗn , dengan mencari data-data dan sumber yang membahas

mengenai ayat tersebut.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian Kualitatif bermaksud membicarakan metodologi penelitian

yang di dalamnya mencakup pandangan-pandangan filsafati mengenai realitas

dan objek yang dikaji. Dalam penelitian ini, penulis meneliti menggunakan

metode deskripstif untuk menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi,

situasi, atau berbagai fenomena sosial yang ada di masyarakat.

Penelitian kualitatif melihat hubungan sebab-akibat dalam suatu latar

yang bersifat alamiah, yakni peneliti mengamati keaslian suatu gejala sosial,

kemudian dengan cermat peneliti menelusuri apakah fenomena tersebut

mengakibatkan fenomena lain atau tidak, dan sejauh mana suatu fenomena

sosial mengakibatkan terjadinya fenomena yang lain.6

Dalam metode tafsir tahlili, para mufassir menguraikan makna yang

dikandung oleh Al-Qur‘ân ayat demi ayat dan surah demi surah, sesuai

urutan di dalam mushaf. Uraian ayat tersebut termasuk berbagai aspek yang

dikandung oleh seluruh ayat dari surah Al-Mâ‘ȗn yang ditafsirkan dengan

pengertian/makna kosa kata, Asbâbu nuzulnya (sebab-sebab turunnya ayat),

5Sugiyono, Op. Cit, h.287

6U. Maman,0p.cit, h. 76

Page 44: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

33

kaitannya dengan ayat lain, baik sebelum atau sesudahnya (munasabah ayat),

dan pendapat-pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan tafsiran Sȗrah

Al-Mâ‘ȗn, baik yang disampaikan oleh Nabi, Sahabat, para Tabi’in maupun

tafsir lainnya.7

Dari penjelasan di atas, maka penulis akan meneliti dengan menguraikan:

1. Isi Sȗrah beserta artinya, arti dari kosa kata inti pada Sȗrah,

2. Sebab-sebab turunnya sȗrah,

3. Munasabah (hubungan dengan sȗrah lainnya)ayat, dan tafsir Sȗrah

menurut para ahli. Pada bagian selanjutnya penulis akan,

4. Menganalisa nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam

sȗrah Al-Mâ‘ȗn .

Setelah menguraikan tafsir dan menganalisa nilai-nilai pendidikan sosial

yang terkandung dalam surah Al-Mâ‘ȗn, selanjutnya adalah menarik

kesimpulan dari seluruh ayat pada sȗrah Al-Mâ‘ȗn . Kesimpulan dari

penelitian ini berkaitan tentang apa saja kandungan seluruh ayat dari surah

Al-Mâ‘ȗn kemudian bagaimana mengamalkan nilai-nilai pendidikan sosial

yang terkandung dalam ayat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

7Nasaruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‘ân , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998),

h. 71

Page 45: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

34

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas mengenai Sȗrah Al-Mâ’ȗn 1-7

1. Sebab-Sebab Turunnya Ayat

Al-Mâ’ȗn termasuk sȗrah makiyyah, di dalam isi pokoknya

menerangkan tentang beberapa sifat dan watak manusia yang bisa

dianggap sebagai mendustakan agama, yakni menghardik anak yatim

dan memenelantarkan mereka dalam kehidupan, tidak mau bersedekah

dan tidak menganjurkan orang lain menyantuni fakir miskin.1

Menurut Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-

Suyuti mereka mengutip dari Imam Ibnul Mundzir yang

mengetengahkan sebuah hadis melalui Tharif Abu Thalhah yang

bersumber dari Ibnu Abbas r.a. yaitu “ bahwasannya ayat ini diturunkan

berkenaan dengan orang-orang munafik, karena mereka selalu

memamerkan shalat mereka dihadapan orang-orang mu’min secara ria,

sewaktu orang-orang mukmin diantara mereka, tetapi jika orang-orang

mukmin tidak ada, maka mereka meninggalkan shalat”.2

Dalam sȗrah al-Mâ’ȗn ditegaskan pula perihal orang-orang yang

mengerjakan shalat, tetapi mereka tidak mengahayati dan merenungkan

bacaan-bacaannya, tidak memperhatikan tujuan shalat itu sendiri dan

tidak sadar bahwa shalat dilakukan dalam upaya mencegah kejahatan

dan kemungkaran. Bahkan mereka melakukan shalat hanya untuk

sekedar pamer di hadapan manusia.

Tujuh ayat dalam sȗrah al-Mâ’ȗn dan juga semua langkah-

langkahnya menyinggung perilaku manusia yang sangat tercela.

Diantara sifat tercela ialah melakukan ibadah hanya karena ingin pamer,

1A. Mudjab Mahalli, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur‘ân. Ter, Bahrun Abu Bakar,

(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2002) h.953

2Imam Jalaluddin Al-Mahalliy dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemah Tafsir Jalalain

berikut Asbaabun Nuzul, (Bandung:Penerbit Sinar Baru Bandung, 1990), h. 2791

Page 46: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

35

bukan mencari ridha Allah SWT. Tidak bersedia membayar zakat, tidak

mau bersedekah kepada fakir miskin, dan tidak memiliki belas kasihan

terhadap yatim piatu yang menderita. Orang-orang yang memilik sifat

dan watak sebagaimana dikemukakan di atas tidak lain hanyalah akan

mendapat ancaman dan siksa neraka yang sangat pedih. Mereka

termasuk orang mendustakaan agama Islam.3

Sebagian berpendapat bahwa ia diturumkan berkaitan dengan Abu

Sufyan, menurut Allamah Kamal Faqih Imani “Abu Sufyan yang biasa

membunuh dua unta besar setiap hari untuk disantap bersama kaumnya.

Namun, pada suatu hari, ada seorang anak yatim mendatangi pintunya

dan meminta pertolongan. Alih-alih mendapat pertolongan, Abu Sufyan

malah memukul anak yatim itu dengan tongkat dan mengusirnya”.4

Mereka menunjukkan keshalehannya di depan kaum muslimin lain

agar mendapat pujian dari publik, tetapi tanpa sepengetahuan kaum

muslim ketika sedang tidak bersama orang-orang munafik, maka

perlakuan mereka sangatlah bertolakbelakang dengan apa yang mereka

lakukan di depan banyak orang .

Peristiwa di atas telah melatarbelakangi turunnya ayat-ayat yang

terkandung dalam sȗrah al-Mâ’ȗn, Yakni ayat yang ke-4 sampai dengan

ayat yang ke-7, yang di dalamnya berisi tentang peringatan bagi

perilaku orang-orang munafik.5

2. Munâsabatul Ayât

Sebelum membahas tafsir sȗrah al-Mâ’ȗn terlebih dahulu penulis

akan menguraikan munasabah atau hubungan sȗrah ini dengan sȗrah

sebelumnya. Di dalam susunan Al-Qur‘ân sȗrah al-Mâ’ȗn didahului

oleh sȗrah Al-Quraisy, dalam sȗrah ini menerangkan tentang

3A. Mudjab Mahali, Op.Cit.

4Allamah kamal faqih imani, Tafsir Nurul Qur’an ”sebuah tafsir sederhana menuju cahaya Al-

Qur‘ân”, Ter. Rahardian M.S, (Iran: al huda, 2006), jilid xx.. H. 349

5A. Mudjab Mahali, Op.Cit. h. 954

Page 47: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

36

penghidupan orang-orang Quraisy serta kewajiban yang seharusnya

mereka penuhi.

Allah mengatakan dalam sȗrah Quraisy, bahwa Dia membebaskan

manusia dari kelaparan, sedangkan dalam sȗrah al-Mâ’ȗn Allah

mencela orang-orang yang tidak menganjurkan dan tidak memberi

makan kepada orang miskin. Sȗrah Quraisy juga membahas tentang

perintah Allah untuk menyembah-Nya, maka dalam sȗrah al-Mâ’ȗn

Allah mencela orang yang shalat dengan lalai dan ria’.6

Dalam sȗrah Quraisy Allah meneraangkan tentang nikmat-nikmat

yang telah diberikan kepada orang-orang Quraisy, walaupun demikian

tetap juga mengingkari hari kebangkitan, dalam sȗrah al-Mâ’ȗn Allah

mengancam ummat yang yang bersikap demikian.7

Al-Kautsar merupakan sȗrah setelah al-Mâ’ȗn dalam susunan al-

Qur‘ân. Dalam sȗrah al-Mâ’ȗn dikemkakan sifat-sifat manusia yang

lebih buruk, sedangkan dalam sȗrah al-Kaustar ditunjukkan sifat-sifat

yang mulia dan diperintahkan untuk mengerjakannya.8

3. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Menurut Ahli Tafsir

a. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 1

Ayat pertama surah Al-Mâ’ȗn berbunyi:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”

Kalimat pertama adalah أرءيت, Huruf pada kata tersebut

merupakan kata tanya yang memiliki arti apa/apakah. Dalam istilah

kamus Arab huruf disebut sebagai استفهام .همزة 9

6Hafiz Dasuki, Al-Qur‘ân dan Tafsirnya, (Jogjakarta:PT Dana Bhakti Wakaf), h. 815

7Teuku Muhammad hasbi Ash Shiddieqy, Al-Bayan Tafsir Penjelas Qur’anul Karim,

(Semarang:PT Pustaka Rizky Putra) h. 1618

8Ibid, h. 819

9Kaserun AS. Rahman dan Nur Mufid, Kamus Modern Arab-Indonesia, (Surabaya: Al-

Kamal,Pustaka,2010) , h

Page 48: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

37

Dalam kamus Nahwu dan Sharaf, istifhâm adalah minta

kepahaman hakikat suatu nama, bilangan atau sifat. Adapun fungsi

istifhâm pada huruf أ adalah untuk tashawwur (meminta

keterangan).10

Dalam kitab Al-Burhân fỉ Ulȗmil Qur’ân huruf hamzah istifhâm

dijelaskan sebagai berikut: .11

على رأيت امتنع أن تكون من رؤية البصر أو القلب وصارت مبعىن وإذا دخلت أخربين كقولك أرأيك زيدا ما صنع يف املعىن تعدى حبرف ويف اللفظ تعدى بنفسه

هى عبدا إذا صلى}: ومنه قوله تعاىل أرأيت الذي يكذب } {أرأيت الذي ي ن ين {بالد

Dari teks di atas maka dapat dipahami bahwa Apabila hamzah

istifhâm masuk ke kata رأيت maka tidak bisa diartikan menjadi

penglihatan dengan mata dan hati, akan tetapi berarti memberitahu

atau kabar, seperti perkataan: apakah kamu melihat apa yanag

diperbuat Zaidun? Secara makna membutuhkan objek dengan

menggunakan satu huruf sedangkan secara lafadz membutuhkan

objek dengan sendirinya

Sedangkan kata أيتر berasal dari kata kerja yang dalam رأي

kamus Al-Munawwir banyak memiliki arti seperti melihat,

mengerti, menyangka, dan mengira.12

Sedangangkan huruf ت pada

kalimat tersebut merupakan salah satu dhâmir (kata ganti orang)

yang menunjukkan arti “Anda”.

Dalam kamus Lisânul ‘Arab dijelaskan bahwa arti kata رءي

adalah sebagai berikut:

10Imam Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahmu & Sharaf, (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 43-44

11Muhammad Badaruddin, Al-Burhân fỉ Ulȗmil Qur’ân, (Darul Ihya Kutub Arabiyah, 1957),

jilid 4, h. 179

12Ahmad warson munawwir, Al-Munawwir: Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap,

(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 495

Page 49: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

38

: يقال, و مبعين العلم ايل مفعولني, الرؤية بالعني تتعدي ايل مفعول واحد: رأي 13رأي زيدا عاملا 14 .الرؤية النظر بالعني والقلب: قال ابن سيده

Dari penjelasan teks Lisânul ‘Arab di atas maka dapat dipahami

bahwa kata رأي memiliki arti melihat dengan indera penglihatan,

dan kata الرؤية berarti melihat secara ainiyah/dzâhir (sesuatu yang

nampak) membutuhkan pada satu objek, dan apabila kita artikan

dengan “pendapat” maka kata ini membutuhkan pada dua الرؤية

objek, contoh dalam kalimat: عالما زيدا Dia melihat Zaid ) رأي

seorang yang berilmu). Dan menurut Ibnu Saidah, الرؤية melihat

dengan mata dan hati.

Pada ayat pertama sȗrah al-Mâ’ȗn yang berbunyi يأرءيتالذ

ayat ini bagaikan menyatakan: “apakah engkau wahai , بالدين يكذب

Nabi Muhammad SAW. Atau siapapun, telah melihat orang yang

mendustakan hari pembalasan? Yakni beritahu aku tentang

mereka?” 15

Ayat ini dimulai dengan pertanyaan “Tahukah Engkau?”, maka

al-Qur‘ân menyuruh agar masalah yang ditanyakan itu diperhatikan

sunguh-sungguh. Pertanyaan pada ayat ini mengenai penerapan

agama, yakni “bagaimanakah ciri orang yang mendustakan

agama?”, banyak yang mengira bahwa pendusta agama adalah

mereka yang tidak melaksanakan rukun Islam saja, namun

pemahaan ini sangatlah keliru.16

13Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, (Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-

Ilmiyah, 2003), jilid 14, h. 360

14Ibid

15Quraih Shihab, Tafsir Al-Lubab “Makna,Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qr’an”,

(Ciputat: Lentera Hati, 2012), h.760

16M. Yunan Yusuf, Tafsir juz ‘Amma As-Sirajul Wahhaj, (Jakarta: Penamadani dan Az-Zahra

Pustaka Prima, 2010), h. 778

Page 50: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

39

Perlu diketahui bahwa pada ayat ini sebenarnya terdapat kalimat

yang tidak disebutkan dan prediksi makna yang dimaksud adalah:

bagaimana pendapat kamu mengenai orang yang mendustakan hari

kiamat? apakah benar tindakannya atau salah?.17

Pertanyaan pada ayat ini menyuruh kepada RasulNya agar

memperhatikan pertanyaan ini dengan sungguh-sungguh, karena

apabila pertanyaaan seperti ini tidak dijelaskan akan disangka

bahwa yang mendustakan agama ialah semata-mata karena

menyatakan tidak mau percaya kepada agama Islam, dan kalau ada

orang yang sudah shalat, puasa, dia tidak lagi mendustakan agama.18

Lebih lanjut Prof. M. Yunan Yusuf menjelaskan ayat ini

memperingatkan Nabi dan kaum beriman agar benar-benar

memahami agama sebagai ajaran yang menerapkan nilai-nilai secara

konkret dalam kehidupan sehari-hari. Maksud dari mendustakan

hari kiamat dalam ayat ini adalah mengingkari nilai-nilai Islam

dalam hal berkaitan dengan harkat dan martabat manusia sebagai

khalifah di muka bumi yang dimuliakan Allah.19

Allah maha mengetahui, jadi pertanyaan yang diajukan pada

ayat pertama ini bukanlah bertujuan untuk memperoleh jawaban,

melainkan untuk menggugah hati dan pikiran lawan bicara agar

memperhatikan kandungan pembicaraan tersebut, yakni mengajak

manusia untuk menyadari salah satu bukti utama kesadaran

beragama, yang tanpa itu keberagamaannya dinilai sangat lemah.20

Pada ayat pertama ini lebih menjelaskan tentang beberapa sifat

manusia yang mendustakan agama, yang dimaksud dengan

menggunakan istilah الدين dalam ayat ini adalah untuk saat hari

pembalasan. Mendustakan hari pengadilan agung itu mempunyai

17 Saikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Ter . dari Tafsir Al-Qurthubi oleh Dudi

Rosyadi dan Faturrahman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h.. 789

18Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), h. 280

19Ibid, h. 779

20Quraish Shihab, tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‘ân , (Jakarta: Lentera

Hati, 2002) vol. 15, h. 546

Page 51: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

40

pengaruh yang sangat buruk terhadap perbuatan para pendusta,

sebagaimana diuraikan dalam sȗrah al-Mâ’ȗn pengaruh buruk

tersebut di antaranya, menghardik anak yatim dan tidak

menganjurkan orang lain untuk memberi ,makan kepada orang

miskin.21

M. Quraish Shihab ketika memberikan penjelasan terhadap

pemaknaan الدين terlebih dahulu mengungkapkan bahwa الدين dari

segi bahasa antara lain berarti agama, kepatuhan, dan pembalasan.

Kata الدين dalam Q.S. al-Mâ’ȗn ayat pertama sangat populer

diartikan dengan agama, tetapi dapat juga berarti pembalasan.

Kemudian jika makna kedua ini dikaitkan dengan sikap mereka

yang enggan membantu anak yatim atau orang miskin karena

menduga bahwa bantuannya itu tidak menghasilkan apa-apa, maka

berarti bahwa pada hakikatnya sikap mereka itu adalah sikap orang-

orang yang tidak percaya akan adanya (hari) pembalasan. Sikap

yang demikian merupakan pengingkaran serta pendustaan terhadap

ad-dỉn, baik dalam arti agama, lebih-lebih dalam arti hari

pembalasan. Bukankah yang percaya dan meyakini bahwa kalaulah

bantuan yang diberikannya tidak menghasilkan sesuatu di dunia,

namun yang pasti ganjaran serta balasan perbuatannya itu akan

diperoleh di akhirat kelak.22

Quraish Shihab melanjutkan, ia mengutip dari perkataan Sayyid

Quthub tentang hakikat pembenaran الدين yaitu bukannya hanya

pembenaran dengan lidah tetapi ia adalah perubahan dalam jiwa

yang mendorong kepada kebaikan dan kebajikan terhadapan

sesama, Allah tidak menghendaki pembenaran tersebut hanya

21Allamah Kamal Faqih, Tafsir Nurul Qur’an ”sebuah tafsir sederhana menuju cahaya Al-

Qur‘ân” . (Jakarta: al-Huda, 2006), Jilid xx, h. 352

22M. Quraish Shihab, Loc. Cit,

Page 52: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

41

dengan lisan saja, namum harus dibuktikan dalam amalan sehari-

hari.23

Ahmad Mustafa Al-Maragi menyebutkan ciri-ciri orang-orang

yang tidak percaya terhadap kebenaran agama atau hari pembalasan

yakni “suka menghina orang-orang yang tidak mampu, bersikap

sombong terhadap mereka”. 24

Dari uraian para mufassir di atas, maka penulis dapat

memahami bahwa Ayat pertama ini menjelaskan tentang seperti apa

sebenarnya maksud dari pendusta agama, dan bagaimana ciri-

cirinya, yakni mereka yang menjalankan kehidupannya sehari-hari

tanpa dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam, kasar dan kikir terhadap

anak yatim berlaku buruk kepada sesama dan beribadah bukan

karena Allah, maka mereka yang berbuat demikanlah yang

dikatakan sebagai pendusta agama.

b. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 2

Bunyi ayat kedua surah al-Mâ’ȗn adalah:

“Itulah orang yang menghardik anak yatim”

Kata يدع yang berasal dari satu kata dan satu dhamir ي yang

menunjukkan arti orang ketiga tunggal, kata دع memiliki arti

menolak atau mengusir dengan keras dan kasar.25

Menurut Quraish Shihab “kata يدع tidak harus diartikan terbatas

pada dorongan fisik, tetapi mencakup segala macam penganiayaan,

23M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan kesan dan keserasian Al-Qr’an, (Ciputat: lentera

Hati, 2002), Vol. 15, H. 553

24Ahmad Mustafa Al-Maragi,Tafsir Al-Maragi, Ter. BAhrun Abu Bakar, dkk, (Semarang: PT.

Karya Toha Putra Semarang, 1993), h. 436

25Ahmad Warson, Op. Cit, h. 405

Page 53: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

42

gangguan dan sikap tidak bersahabat tehadap anak yatim”.26 Dalam

kamus Lisânul ‘Arab kata دع dijelaskan sebagai berikut:

عا عنيفا: و قال ابن دريد, دف عه يف جفوة: دعه يدعه دعا: دعع . دعه دف عه دف عا وانتهارا, (فذالك الذي يدع اليتيم: )يف التنزيل . 27 اي يعنف به عنفا دف

Dari pernyataan Jamaluddin di atas maka dapat dipahami

maksud arti دع adalah Memperlakukan dengan perlakuan kasar, dan

Ibnu Duraid berpendapat: mengusirnya, menghardik dengan

kekasaran. Dalam contoh ayat pada sȗrah Al-Mâ’ȗn ayat dua yang

berarti “Itulah orang yang menghardik anak yatim”, yakni

memperlakukan anak yatim dengan kejam, mendorong dan

mengusirnya.

Kata berikutnya adalah اليتيم, kata ini memiliki arti anak yatim,

yaitu anak yang ditinggal wafat oleh ayahnya.28

Dalam kamus

Lisânul ‘Arab kata اليتيم dijelaskan sebagai berikut:

29 .فقدان األب: واليتم واليتم : الفرد: واليتيم. عن يعقوب, األنفراد : اليتم : يتم 30 .أمهوت ى متوالعجي الذ, اليتيم الذي ييموت ابوه: قال ابن بري

Dapat dipahami bahwa اليتيم dari kata اليتم ,اليتم maksudnya

adalah terpisah atau kesendirian, menurut Ya’qub yatim berarti

sendirian. واليتم واليتم : keduanya sama-sama kehilangan seorang

ayah. Menurut Ibnu Bari, yatim adalah anak yang meninggal

ayahnya, dan piatu adalah anak yang meninggal ibunya.

Bagian pertama sȗrah ini, Nabi Saw. Diperingatkan dengan

cerminan buruk dari pengingkaran manusia terhadap akhirat melalui

26M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan kesan dan keserasian Al-Qr’an, (Ciputat: lentera

Hati, 2002), Vol. 15, H. 547

27Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, (Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-

Ilmiyah, 2003), jilid 8, h. 101

28Ahmad Warson Munawwir, Op. Cit, h. 1587

29 Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, (Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-

Ilmiyah, 2003), jilid 14, h. 360

30Ibid

Page 54: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

43

perbuatan-perbuatan mereka melalui firman Allah yang berbunyi:

Sudahkah Kamu melihat orang yang mendustakan hari

pembalasan? Dialah yang menghardik anak yatim (dengan kasar).

Dan tidak menganjurkan orang lain memberi makan yterhadap

orang miskin.31

Ayat kedua sȗrah ini menjelaskan sebagian ciri-ciri pendusta

agama berikutnya, yaitu mereka yang sungguh jauh dari kebajikan

dan memperlakukan anak yatim dengan sewenang-wenang.

Penolakan seperti itu merupakan penghinaan dan takaburnya

terhadap anak-anak yatim.32

Kata yadu’-‘u adalah suatu kebencian yang sangat, rasa tidak

senang, jijik dan tidak boleh mendekat. Apabila ada yang mencoba

mendekat maka ditolak sehingga ia tersungkur. Jelaslah maksud

ayat bahwa orang membenci anak yatim karena rasa benci, sombong

dan kikir tidak boleh ada pada jiwa orang yang mengaku

beragama.33

Sikap buruk terhadap anak yatim ini muncul dari orang-orang

yang pembenci, sombong, kikir dan pelit. Orang yang tidak mau

mengasuh dan memberi bantuan sedikitpun kepada anak yatim,

tidak hanya mengacuhkan mereka tetapi juga mengusir mentah-

mentah. Kalaupun ada orang yang tidak menghardik anak yatim dan

mengurusnya dengan maksud tertentu sebagai jembatan untuk

mendapat keuntungan bagi diri pribadi, seperti untuk keperluan

komersial, maka ini juga termasuk dalam makna mendustakan

agama.34

Orang-orang yang menolak dan membentak anak-anak yatim

yang datang kepadanya untuk memohon belas kasihnya agar

31Allamah Kamal Faqih, Loc. Cit.

32M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab, Loc. Cit

33Hamka, Loc. Cit

34M. Yunus Yusuf, Op. Cit. h. 780

Page 55: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

44

memberikan bantuan demi kebutuhan hidupnya, penolakan ini juga

bentuk perilaku mendustakan agama.35

Abu Ja’far Muhamad menafsirkan ayat kedua ini sebagai

berikut ”orang yang mendustakan agama adalah orang yang

mencegah anak yatim dari haknya dan menżaliminya.36

Syaikh Imam Al-Qhurtubi mengutip dari riwayat Adh-

Dhahhak, yaitu: Amru bin Aidz. Ibnu Juraij berpendapat, “bahwa

orang yang dimaksud adalah Abu Sufyan, karena ialah yang selalu

menyembelih kambing atau unta pada setiap minggunya, namun

ketika anak-anak yatim yang meminta daging sembelihan tersebut ia

mengetuk kepala anak-anak yatim itu dengan tongkatnya”.37

Kata يدع dan kata يحض dua kata ini digunakan dalam pola

masa depan, mereka mengisyaratkan keawaman dalam perbuatan

menyangkut anak yatim dan kaum miskin. Ketika kita berhubungan

dengan anak yatim, perlakuan kasih sayang dan manusiawi lebih

baik ketimbang memberi makanan, karena mereka harus menahan

kurangnya kasih sayang dan kebutuhan spiritual daripada kebutuhan

jasmani.38

Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa semua ulama

sepakat apabila ada seseorang memperlakukan anak yatim dengan

sewenang-wenang, mendorong dengan keras, menghardikya,

mengabaikan haknya, menzhaliminya, serta sombong dan takabbur

terhadap mereka, maka orang itu dianggap telah mendustakan hari

pembalasan kelak, karena perilakunya jauh dari nilai kebajikan yang

telah diajarkan agama.

35Zaini Dahlan, Al-Qur‘ân dan Tafsirnya , (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf), Jilid x, h.

817

36Abu Ja’far Muhammad bin Ath-Thabari Tafsir Ath-Thabari, Ter. Ahsan Ahkan, (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009), h. 983

37 Saikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Ter . dari Tafsir Al-Qurthubi oleh Dudi

Rosyadi dan Faturrahman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 788

38Allamah Kamal Faqih, Op. Cit, h. 353

Page 56: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

45

c. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 3

Bunyi ayat ketiga pada surah al-Mâ’ȗn :

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat”

Kata المسكين yang artinya adalah yang fakir atau orang

miskin.39

Dalam kamus Lisânul ‘Arab kata المسكين dijelaskan

sebagai berikut:

ل ابو اق, الذى ال شئ له يكفي عياله: قيل و , الذي ال شئ له: المسكني وهذا بعيد ألن مسكينا يف , هاي قلل حركت املسكني الذي اسكنه الفقر : اسحاق

الفرق بني و, و قوله الذي أسكنه الفقر يرجه إيل معين مفعول, معىن فاعلمن وهو مفعيل, سنذكر منه هنا شيئا, مذكور يف موضعه املسكني و الفقري

.مثل املنطيق من النطق, السكونله و الفقري الذي, قال يو نس الفقري احسن حاال من املسكني: قال ابن االنباري

40وهو قول ابن السكيت, حاال من الفقري أ و املسكني اس و,ما يقيمه بعض

Dari teks di atas maka dapat dipahami bahwa Miskin diartikan

sesorang yang tidak memiliki sesuatu, dan dikatakan juga, orang

yang tidak memiliki sesuatu cukup untuk menafkahinya, Abu Ishâq

berpendapat: miskin adalah orang yang diselimuti kefakiran yaitu

orang yang membatasi ruang geraknya (karena tidak memiliki

sesuatu ia tidak dapat berbuat apa-apa). Dan makna ini sangat tidak

tepat, karena kata miskỉn itu adalah subjek, dan perkatan Abu Ishâq

yang mengatakan bahwasannya miskỉn itu adalah yang diselimuti

kefakiran mengubah maknanya menjadi objek. Adapun perbedaan

antara miskin dan fakir disebutkan pada tempatnya masing-masing,

dan kami akan menyebutkan sebagian penjelasan dari kata tersebut.

Salah satunya adalah mif’ỉlun dari kata assukȗn seperti al-mintỉq

39Ahmad Warson Munawwir, Op. Cit, h. 647

40Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, (Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-

Ilmiyah, 2003), jilid 13, h. 260

Page 57: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

46

dari annutqi. Menurut Ibnu Al-Anbâri, Yunus berkata, fakir itu

lebih baik keadaannya daripada miskin, dan fakir adalah orang yang

memiliki sesuatu atau sebagian yang membuatnya bertahan hidup.

Sedangkan miskin merupakan keadaan yang lebih buruk daripada

fakir. Dan ini juga merupakan perkataan dari Ibnu Sukait.

Asep Usman Ismail mengartikan kata مسكين bahwa “ istilah

miskin menggambarkan dari keadaan diri seseorang atau

sekelompok orang yang lemah”.41

Dalam ayat ini Allah menegaskan lebih lanjut bagaimana sifat

pendusta itu, menurut Prof. H. Zaini Dahlan, MA. Dkk “yaitu dia

tidak mengajak orang lain untuk membantu dan memberi makan

orang miskin. Berdasarkan keterangan ini, bila seseorang tidak

sanggup membantu orang-orang miskin, maka hendaklah ia

menganjurkan orang lain untuk usaha yang mulia itu”.42

Orang yang tidak mau berbagi dan membenci orang lain yang

berbagi, mereka memiliki sifat kikir, buka orang-orang yang tidak

dapat berbagi karena memang mereka tidak mampu, tetapi karena

pendustaannya terhadap balasan dan ganjaran di akhirat nanti.43

Mereka yang tidak mau mengajak orang lain supaya memberi

makan orang miskin, ia melahap dan menikmatinya sendiri tanpa

memikirkan orang miskin atau tidak dididiknya anak istrinya supaya

menyediakan makanan bagi orang miskin itu jika mereka datang

meminta bantuan. Orang seperti ini pun disebut sebagai pendusta

agama.44

Quraish shihab menekankan bahwa “ayat di atas bukannya

menyatakan tidak memberi makan, tetapi tidak menganjurkan

41Asep Usman Ismail, Al-Qur‘ân dan Kesejah teraan Sosial, (Jakarta: Lentera Hati 2012), h.

8

42Zaini Dahlan, Op. Cit, h. 818

43Syaikh Imam Al-Qurtubi, Op. Cit, h. 791

44Hamka, Op. Cit, h. 281

Page 58: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

47

memberi makan (harta). Dengan demikian tidak ada alasan bagi

siapa pun, kendati miskin, untuk tidak mengamalkan kebaikan”.45

Abu Ja’far maksud “tidak menganjurkan memberikan makan

orang miskin” ialah tidak mendorong orang lain untuk memberi

makan kepada orang yang membutuhkan.46

M. Yunan mengutip dari Imam Zamakhsyari, seseorang disebut

sebagai pendusta agama “karena dalam sikap dan perangainya.

Tidak mau menolng sesamanya yang lemah padahal Allah telah

menjanjikan pahala dan balasan, tentu dia akan takut dengan azab

Allah. Kalau sudah ditolaknya anak yatim dan didiamkannya orang

miskin minta makan, jelaslah bahwa agama itu didustakannya”.47

Perlu diketahui bahwa orang-orang yang rajin melaksanakan

ibadah shalat dan puasa sekalipun, namun ia suka menghina, pelit

dan tidak mau menghimbau orang lain untuk berbuat kebajikan,

mereka tetap dikelompokkan sebagai orang yang tidak percaya

kepada agama. Orang yang benar-benar percaya pada agama, pasti

ia akan menjadi orang yang tawadhu, tidak takabbur terhadap fakir

miskin, tidak mengusir dan tidak mengahrdik mereka.48

Menurut Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-

Suyuti, ayat ini diturunkan berkenaan orang yang bersikap demikan

tersebut adalah Al-Ash Ibn Wa’il atau Al-Walid Ibnu Mughirah.49

Dapat dipahami bahwa para mufassir sepakat menjelaskan

tentang lanjutan ciri-ciri orang yang mendustakan agama, yakni

mereka yang tetap melakukan shalat terlebih bagi yang tidak

melakukannya sedangkan mereka tidak mau memberi makan (harta)

pada orang miskin, padahal itu adalah salah satu amal shaleh yang

paling penting dia tahu akan adanya pahala atau balasan dari Allah

45M.Quraih shihab, Membumikan Al-Qur‘ân 2, (Jakarta: Lentera hati 2010) h. 186

46Abu Ja’far Muhammad bin Ath-Thabari ,Op. Cit, h. 985

47M. Yunan Yusuf, Op. Cit, h. 781

48Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Op. Cit, h. 436

49Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, (Bandung:

Sinar Baru, 1990), h. 2788

Page 59: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

48

untuk setiap perbuatan kita, sehingga kalaupun kita tidak bisa

memberi makan (harta) seorang miskin, kita harus menganjurkan

orang lain untuk berbuat demikian. Mereka yang kikir biasanya

akan selalu mencari alasan untuk tidak mengeluarkan hartanya,

maka orang yang berperangai demikian lemah imannya dan

keyakinannya tidak kokoh.

d. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 4-5

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (4) (yaitu)

orang-orang yang lalai dari shalatnya (5)”

Kata ويل yang memiliki arti celaka atau binasa.50

jika dilihat dari

kamus Lisânul ‘Arab maka penjelasannya adalah::

وأصل الويل يف اللغة : قال, لكل من وقع يف عذاب أو هلكة كلمة تقال : الويلويل :تقول .كة يستحقهال دعى به ملن وقع يف ه اهلالك ي : والويل . العذاب واهلالك

51ويل للمطففني :ومنه, لزيد Maka dapat dipahami الويل adalah kata yang dimaksudkan

untuk setiap orang yang terkena azab atau kebinasaan/kehancuran.

Dan dikatakan pula, bahwasannya الويل menurut bahasa berarti azab

dan celaka/binasa, dan الويل merupakan kebinasaan, dilontarkan

kepada orang yang berhak menerimanya. Sebagai contoh, binasalah

bagi Zaid, dan dalam al-Qur‘ân disebutkan: celakalah bagi orang-

orang yang curang.

berikutnya adalah Kata ساهون, kata ini merupakan isim fâil,

yang asal katanya adalah سها memiliki arti lupa.52

50Ahmad Warson Munawwir, Op. Cit, h. 1586

51Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, (Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-

Ilmiyah, 2003), jilid 11, h. 883

Page 60: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

49

Lisânul ‘Arab menjelaskan pengertian سها sebagai berikut:

53 .عنه اىل غريه ب لهاب قنسيان الشيء والغفلة عنه وذ : السهو والسهوة : سها. .عن شيئ منها الغفلة : يف الصالة السهو

54 , والسهو عنه تركه مع العلم, السهو يف الشئ تركه عن غري علم : قال ابن األ ثري

55 (.الذين هم عن صلتهم ساهون: )ومنه قوله تعاىل Dari teks di atas dapat dipahami bahwa kata ساهون berasal dari

kata سها yang bentuk masdarnya adalah السهو dan السهوة, artinya

adalah melupakan sesuatu dan lalai terhadap sesuatu tersebut, dan

berlalunya hati tentangnya kepada hal yang lain (hatinya menuju

sesuatu yang lain sehingga pada akhirnya ia melalaikan tujuan

pokoknya).

Adapun lupa dalam shalat, yaitu lalai terhadap suatu bagian dari

shalat. Ibnu Atsir berkata bahwasannya في السهو (lupa) pada sesuatu

berarti meninggalkannya tanpa disadarinya (tidak disengaja),

sedangkan عن السهو (lalai) meninggalkan sesuatu secara sengaja

atau sadar. Seperti potongan firman Allah dalam sȗrah Al-Mâ’ȗn

ساهونصلتهمعنهمالذين “(yaitu) orang-orang yang lalai dari

shalatnya”.

Ayat sebelumnya membahas bahwa mereka yang menghardik

anak yatim dan tidak memperlakukannya dengan baik, begitu pula

dengan orang-orang yang tidak menganjurkan memberi makan

kepada orang yang butuh, mereka merupakan orang-orang yang

mendustakan agama yang menigkari hari pembalasan. Pada ayat ke

4-5 yang artinya berbunyi “maka kecelakaanlah bagi orang-orang

yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,”

52 Ahmad Warson Munawwir, Op. Cit, h. 674

53Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, (Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-

Ilmiyah, 2003), jilid 14, h. 499-500

54Ibid

55Ibid

Page 61: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

50

menurut Abu Ja’far maksudnya adalah “maka lembah yang dialiri

oleh nanah para penghuni neraka, diperuntukkan bagi orang-orang

munafik yang mengerjakan shalat tapi dengan shalat itu mereka

tidak menginginkan Allah, dan dalam shalat itu mereka lalai dalam

mengerjakannya”.56

Quraish Shihab menafsirkan bahwa “ayat ini merupakan

kecaman terhadap orang-orang yang lalai serta lupa dalam

shalatnya, dan ketika itu ia berarti celakalah orang-orang yang pada

saat shalat, hatinya lalai, sehingga menuju kepada sesuatu selain

shalatnya”.57

Shalat adalah sarana untuk menyembah Allah yang merupakan

simbol ketundukan dan penyerahan diri kepada-Nya. Pendusta

agama juga melakukan shalat, namun bukan menegakkan shalat.

Orang yamng menegakan shalat maka ia akan mencegah dirinya

dari perbuatan keji dan munkar, maka bagi orang yang hanya

melakukan shalat sebagai formalitas adalah celaka dengan dengan

dimasukan ke neraka weil.58

Orang yang telah melakukan shalat, shalatnya hanya membawa

celaka bagi dirinya, karena tidak dikerjakan secara sungguh-

sungguh, tidak timbul dari kesadarannya bahwa kita adalah sebagai

hamba Allah.59

Kata ساهون yang memiliki arti suatu kesalahan yang dilakukan

tanpa disengaja atau secara lalai. Ayat ini ingin mengatakan bahwa

mereka abai dari shalat, membiarkan waktu shalatnya tertunda

berlalu dalam kesia-siaan demi aktivitas tertentu baik pekerjaan

maupun kesenangan duniawi atau mereka yang shalat hanya untuk

56Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Tahabari, Op. Cit, h. 983

57Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Op. Cit, h. 550

58M. Yunan Yusuf, Op. Cit, h. 781

59Hamka, Loc. Cit

Page 62: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

51

dianggap sholeh, bagaimanapun jenis orang yang shalatnya seperti

demikian layak mendapat murka Allah.60

Zaini Dahlan menafsirkan ayat ini dengan penjelasan sebagai

berikut:

bahwa Allah mengungkapkan satu ancaman yaitu celakalah

orang-orang yang mengerjakan shalat dengan tubuh dan

lidahnya namun tidak sampai ke hatinya. Dia lalai tidak

menyadari apa yang dia ucapkan lidahnya dan yang dikerjakan

oleh sendi anggotanya. Ia ruku’ dan sujud dalam keadaan

lengah, ia mnegucapkan takbir tetapi tidak menyadari apa yang

diucapkannya. Semua itu adalah hanya gerak biasa dan kata-

kata hafalan semata yang tidak mempengaruhi apa-apa, tidak

ubahnya seperti robot.61

Sejalan dengan pendapat di atas, Ahmad Mustafa menafsirkan

ayat ini sebagai berikut “siksaan itu bagi orang-orang yang

melakukan shalat hanya dengan raganya saja tidak membekas dalam

jiwa, dan tidak membuahkan hasil dari tujuan shalat. Hal ini karena

hatinya kosong, sehingga tidak berpengaruh pada tingkah lakunya.62

Berbanding lurus dengan pernyataan di atas, bahwa sebelumnya

Nabi pun pernah bersabda dan diriwayatkan oleh HR. Thabrani

yang berbunyi:

و , فان صلحت صلح سائر عمله , أول ما ياسب عليه العبد يوم القيامة الصالة إن فسدت فسد سائر عمله

“Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba

pada hari kiamat ialah shalat. Jia ia baik, maka baiklah seluruh

amalannya, sebaliknya jika jelek, jeleklah pula semua

amalannya.” 63

Shalat merupakan tiangnya agama, maka perintah shalat harus

dikaji secara kritis, sebab perintah shalat seringkali hanya dipahami

dari sisi ritualnya saja, sementara sisi dampak sosialnya dilupakan.

60Allamah Kamal Faqih, Op. Cit, h. 354

61Zaini Dahlan, Op. Cit, h. 818

62Ahmad Mustafa Al-Maragi, Op. Cit, h. 437

63Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 2013), h. 206

Page 63: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

52

Shalat berkaitan erat dengan perbaikan aspek sosial, berarti baiknya

shalat harus dibarengi dengan kebaikkan sosial, jika tidak ada

dampak positif dalam masyarakat utamanya dalam tolong menolong

dan memberi bantuan orang-orang yang menderita, maka shalat

adalah sesuatu hal yang mencelakakan, celaka karena tidak

mendapat pahala atau sia-sia. 64

Setelah menelusuri tafsir dari ayat 4-5 ini maka dapat dipahami

bahwa ternyata melakukan shalat saja tidak cukup dianggap sholeh,

karena syarat dan pokok dari shalat adalah kesadaran sebagai hamba

dan keikhlasan yang melakukannya karena Allah SWT. Seringkali

kita mendengar bahwa shalat akan mencegah kita dari perbuatan

munkar, maka dari kalimat inilah kita bisa mengetahui apakah shalat

kita sudah baik atau belum dengan melihat prilaku kita sehari-hari.

Dari sȗrah ini ditemukan dua syarat pokok atau tanda utama

dari pemenuhan hakikat shalat, pertama, keikhlasan melakukannya

demi karena Allah. Kedua, merasakan kebutuhan orang-orang lemah

dan kesediaan mengulurkan bantuan walau yang kecil sekalipun.

e. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 6

“Orang-orang yang berbuat ria”

Kata يراءون adalah bentuk dari isim fâil, asal katanya adalah

.yang memiliki arti melihat رأي65

Umar Sulaiman menjelaskan “Ria menurut bahasa adalah,

seseorang yang senang dilihat dalam melakukan suatu amal, padahal

sebenarnya kalau tidak dilihat, maka amalnya tidaklah demikian.”66

64Sri Muryanto, Islam Agama Cinta, (Semarang: Gama Gemilang, 2006), h. 40

65Ahmad Warson Munawwir, Op. Cit, h. 460

66Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, ikhlas agaramal tak sia-sia, (Jakarta:Gadika Pustaka,

2007), h. 137

Page 64: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

53

Dalam kamus Lisânul ‘Arab dijelaskan bahwa lafadz رأي

mengandung arti sebagai berikut:

يراؤون ومينعون : وقوله, يراؤون الناس: وأما قول اهلل عز وجل: قال أبو منصورولكن معناه إذا آبصرهم الناس صلو وإذا مل يرو هم , فليس من املشاورة, املاعون

67تركوا الصالة Dapat dipahami bahwa رأي dari perkataan Abu Mansur:

berdasarkan firman Allah: الناس يراؤون dan firman-Nya juga:

الماعونيراؤون ويمنعون , tidak ada kesepakatan satu sama lain,

tetapi bermakna, apabila orang-orang melihatnya, maka mereka

shalat, dan jika tidak ada yang melihatnya, maka mereka

meninggalkan shalat. Atau dapat disimpulkan bahwa orang yang

melakukan ibadah tersebut hanya untuk pamer/dilihat orang-orang.

Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan bagaimana ciri-ciri

orang yang shalatnya hanya akan membawa celaka bagi pelakunya

sendiri karena shalatnya tidak disertai kesadaraan hatinya, maka di

ayat enam ini Allah melanjutnya firmannya bahwa disamping

orang-orang yang lalai dalam shalatnya dia juga ria, mereka ingin

dilihat orang bahwa shalatnya khusyu. Orang-orang yang bila

menyantuni anak yatim dia bermuka manis, bila memberi makan

fakir miskin ia sangat antusias, tetapi mereka hanya ingin dilihat dan

dipuji. Disebabkan karena rianya itu, kalau orang tidak mengujinya

atau berkurang sedikit dari yang biasa ia terima, maka ia berhenti itu

melakukan perbuatan tersebut.68

Sejalan dengan uraian di atas, Hamka menafsirkan, “orang-

orang yang ria’ pada ayat enam ini termasuk pendusta agama,

kadang ia bermuka manis kepada anak yatim, menganjurkan

memberi makan fakir miskin, kadang terlihat khusyu’’ shalat, tetapi

67Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, (Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-

Ilmiyah, 2003), h. 373

68M. Yunan Yusuf, Op. Cit, h. 784

Page 65: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

54

semua itu dikerjakannya karena ria agar dilihat dan dipuji orang

lain. 69

Lebih lanjut Ahmad Mustafa menjelaskan “mereka melakukan

perbuatan-perbuatan itu hanya karena ingin mendapat pujian orang

lain. Tetapi hati mereka sama sekali tidak mengetahui hikmah dan

rahasia-rahasianya”.70

Menurut Saikh Imam Al-Qurthubi, “makna hakiki dari kata ria

adalah mengharapkan sesuatu yang bersifat duniawi melalui ibadah,

dan makna awal dari kata ini adalah mencari kedudukan di hati

manusia”.71

Pengertian ria’ yang sebenarnya menurut Ahmad Mustafa Al-

Maragi adalah mengharapkan keduniaan dengan kedok ibadah untuk

mempertahankan kedudukannya di mata masyarakat.72

Kurangnya iman dan keingkaran terhadap balasan dari Allah

akan memunculkan salah satu unsur kepura-puraan dan

kemunafikan dengan mengabaikan ganjaran dari Allah dan hanya

memperhatikan keridhaan makhluk lain.73

Ria adalah sesuatu yang tidak terlihat atau bersifat abstrak,

sangat sulit dapat dideteksi oleh orang lain, bahkan yang

bersangkutan sendiri tidak menyadarinya. Ria diibaratkan sebagai

semut kecil hitam berjalan dengan perlahan di tengah kelamnya

malam di tubuh seseorang.74

Dari keterangan di atas maka dapat dipahami bahwa penyebab

rusaknya ibadah kita adalah perbuatan ria, yakni hilangnya makna

dan nilai dari ibadah yang dilakukan. banyak dari kita yang tidak

menyadari bahwa kita sering kali berbuat ria dengan cara bercerita

dengan teman-teman kita atas kebaikan yang telah kita lakukan,

69Hamka, Op. Cit, h. 282

70Ahmad Mustafa Al-Maragi, Op. Cit, h. 436

71Syaikh Imam Al-Qurthubi, Op. Cit, h. 795

72Ahmad Mustafa Al Maragi, Op. Cit, h. 434

73Allamah Kamal Faqih, Loc. Cit

74Quraih Shihab, Tafsir Al-Misbah, Op, Cit, h. 551

Page 66: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

55

menganggap diri paling baik, dengan kalimat pembuka “bukannya

mau sombong ya, saya cerita ini/itu”, menulis status di media sosial

tentang ibadah yang kita lakukan, dan lain sebagainya, Hal ini hanya

akan menghapus esensi dari tujuan ibadah yang kita lakukan walau

secara teknis shalat kita sudah sah. Berkaitan dengan ini Rasul

pernah bersabda yang berbunyi: ria itu amatlah samar dibanding

derapnya semut hitam dikegelapan malam yang merayap dipakaian

hitam yang kasar.

f. Tafsir Sȗrah Al-Mâ’ȗn Ayat 7

“Dan enggan (menolong dengan) barang berguna “

Kata inti terakhir adalah الماعون yang memiliki arti bantuan

atau pertolongan.75

Dalam lisanul arabi kata Al-Mâ’ȗn dijelaskan

sebagai berikut:

.76الطاعة: املاعوناملاعون : أنه قال, روي عن علي رضوان اهلل عليه. ومينعون املاعون: يف التنزيل العزيز

.الزكاة 77

Maka dapat dipahami bahwa kata al-maun memiliki arti

ketaatan atau kebaikan. Sedangkan yang dimaksud dalam ayat Sȗrah

al-Mâ’ȗn, diriwayatkan dari Ali Ra. Al-Mâ’ȗn adalah zakat.

Sesuai dengan penjelasan arti di atas, pada kosa kata ini Syaikh

Imam Al-Qurthubi menjelaskannya sebagai berikut:

Para ulama yang mengartikan kata الماعون dengan makna zakat,

maka kata tersebut adalah bentuk fâ’ul dari kata al-mu’n, yang

artinya adalah sesuatu yang sedikit. Hubungan antara al-mu’n yang

bermakna sesuatu yang sedikit dengan kewajiban zakat adalah

75Ahmad Warson Munawwir, Op. Cit, h. 988

76Jamaluddin Abi Al-Fadhli Muhammad, Lisânul ‘Arab, (Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-

Ilmiyah, 2003), vol. 13, h. 515

77Ibid

Page 67: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

56

karena zakat itu hanya diambil dari dua setengah persen dari

keseluruhan harta, dan jumlah itu adalah jumlah yang sedikit dari

sesuatu yang banyak. Kalangan yang berpendapat bahwa kata

berasal dari mau’nah (bantuan), dan huruf alif pada kata الماعون

tersebut adalah huruf pengganti kata ta’ marbuthah.78

Ayat ini merupakan ayat terakhir pada sȗrah al-Mâ’ȗn yang

artinya berbunyi “enggan menolong dengan barang berguna” ini

adalah ciri berikutnya dari pendusta agama, ia selalu mengelak dari

perbuatan menolong sesama, selalu menahan, bahkan menghalang-

halangi orang lain yang ingin menolong. Hatinya selalu terpaut pada

benda yang fana, ia selalu membenci orang lain mempertahankan

apa yang dimilikinya. Dia menyangka begitulah hidup yang baik,

padahal itulah yang akan membawanya celaka.79

Sȗrah ini memang sangat tepat dan pas jika ditujukan kepada

orang-orang munafik. Seperti yang telah disebutkan apada ayat

sebelumnya, pada diri mereka terkumpul tiga sifat buruk, yakni

meninggalkan shalat, bersifat ria dan kikir terhadap harta. Sifat-sifat

tersebut sangat jauh dengan karakter seorang muslim sejati yang

seharusnya. Siapa saja yang melakukan salah satu dari ketiga hal

tersebut tetap akan mendapatkan sebagian dari hukuman wail,

karena kikir, ria, dan meninggalkan shalat adalh sifat-sifat tercela.80

Menurut Syaikh Imam Qurthubi Ayat ini menjelaskan tentang

“mereka yang tidak tergerak sedikitpun hatinya untuk membantu

orang lain, bahkan justru dia menghalangi orang yang hendak

melakukan pertolongan tersebut dengan berbagai cara dan dalih agar

pertolongan tersebut tidak terlaksana”.81

Lebih lanjut Ahmad Mustafa menafsirkan bahwa “mereka yang

tidak memberikan apa yang menjadi kebutuhan kaum miskin.

78Saikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Ter . dari Tafsir Al-Qurthubi oleh Dudi

Rosyadi dan Faturrahman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 801

79Hamka, Loc. Cit

80Saikh Imam Al-Qurthubi, Op. Cit, h. 803

81M. yunan Yusuf, Op. Cit, h. 784

Page 68: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

57

Biasanya, orang kikir tidak mau memberikan berbagai kebutuhan

orang lain, seperti panci, kapak dan lain sebagainya.mereka juga

akan dinyatakan sebagai orang bakhil dikalangan masyarakat

luas”.82

Allah telah menggambarkan tentang orang-orang yang

mendustakan agama, yaitu mereka yang enggan memberikan

hartanya kepada orang lain, dan Allah menggambarkan ini secara

umum, tanpa mengkhususkan sesuatu. Allah menyatakan bahwa

mereka enggan memberikan kepada orang lain apa-apa yang biasa

saling dipinjamkan di antara mereka, dan enggan memberikan

kepada orang butuh dan orang miskin hal-hal yang telah diwajibkan

Allah atas mereka pada harta mereka, yaitu hak-haknya, karena

semua ini merupakan manfaat-manfaat yang bisa diambil

manfaatnya oleh sesama manusia.83

Berkaitan dengan keterangan dia atas, Zaini Dahlan

menambahkan, “sifat pendusta agama ialah ria, curang, aniaya,

takabur, kikir, memandang rendah rang lain, tidak mementingkan

yang lain kecuali dirinya sendiri, bangga dengan harta dan

kedudukan serta tidak mau mengeluarka sebagian hartanya untuk

keperluan orang lain”.84

Allamah Kamal Faqih menambahkan “seseorang yang enggan

memberikan barang-barang remeh kepada orang lain adalah orang

yang pelit, tidak mempunyai iman sama sekali. Benda-benda ini

tidak berharga mahal, tetapi kadang-kadang sangat berguna,

sehingga ketia seseorang menolak menyedekahkannya kepada orang

lain maka akan menghasilkan sejumlah kesulitan penting dalam

kehidupan masyarakat”.85

82Ahmad Mustafa Al-Maragi, Op. Cit, h. 437

83Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Op. Cit, h. 1012

84Zaini Dahlan, Op. Cit, h. 818

85Allamah kamal Faqih, Op. Cit, h. 354

Page 69: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

58

Allamah mengutip sebuah hadis yang berbunyi “orang yang

menolak untuk memberikan kebutuhan-kebutuhan tetangganya,

pada hari kiamat Allah akan menolak untuk memberikan kebaikan-

Nya dan meninggalkan orang itu sendirian, dan alangkah buruknya

bagi siapa pun yang Allah tinggalkan sendirian”.86

Penelusuran dari ayat terakhir ini maka dapat dipahami bahwa

Allah menjelaskan ciri-ciri berikutnya bagi mereka yang

mendustakan agama. Allah telah menegaskan ancaman celaka bagi

mereka yang mendustakan agama, yakni orang-orang tidak peduli

terhadap kehidupan anak yatim, orang-orang miskin, mereka yang

enggan sekali menolong sesamanya yang sangat membutuhkan,

bahkan menghalang-halangi orang lain yang hendak melakukan

pertolongan. Semua sifat-sifat di atas sangatlah jauh dari ajaran

Islam yang mengajarkan kita agar selalu baik dalam berhubungan,

baik hubungan dengan Allah maupun hubungan sesama manusia.

B. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial

dalam Sȗrah Al-Mâ’ȗn dan Dampaknya

Orang yang dinilai baik keislamannya tidak hanya baik dalam ritual

ibadahnya saja, melainkan juga baik dalam hubungan sosial. Surah al-

Mâ’ȗn merupakan salah satu wahyu yang menuntut tentang dakwah dan

tanggung jawab sosial umat Islam. Pada sȗrah al-Mâ’ȗn al-Qur‘ân tidak

semata-mata memberi penekanan menyangkut kepercayaan atau rukun

iman, tidak juga amalan-amalan yang berkaitan dengan rukun Islam saja,

tetapi perhatian dan perlakuan kita terhadap anak yatim serta penghayatan

dan pengalaman substansi shalatnya yang ditegaskan, yakni perbuatan kita

sebagai bentuk penghambaan kepada Allah dan pemberian bantuan dalam

bentuk dan segi apapun meskipun kecil atau sedikit kepada siapa pun yang

memerlukan, dia yang menjaga baik hubungannya dengan Allah dan

86Ibid, h. 355

Page 70: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

59

sesamanya, maka semua kebaikan tersebut merupakan tanda sebagai

muslim yang baik dan benar.

Dalam sȗrah ini, Allah menjelaskan keburukan mereka yang

mendustakan agama dengan menerangkan ciri-cirinya, yaitu mereka yang

menelantarkan anak yatim, tidak mau membantu orang miskin, mereka

yang menjalankan shalat hanya untuk mendapatkan perhatian manusia,

serta mereka yang enggan meminjamkan barang miliknya untuk

dimanfaatkan oleh orang lain.

Setelah menelusuri tafsir dari para ulama di atas, maka dapat

diklasifikasikan bahwa nilai-nilai sosial yang diajarkan dalam Sȗrah al-

Mâ’ȗn adalah sebagai berikut:

1. Sikap Memperhatikan Anak Yatim

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang definisi anak yatim

yang sesungguhnya, yakni mereka yang ditinggal wafat oleh ayahnya,

mereka masih dikatakan yatim apabila usianya masih dibawah tujuh

belas tahun. M. Quraish Shihab juga menjelaskan hal yang senada yaitu

bahwa istilah yatim digunakan untuk menunjuk anak manusia yang

belum dewasa yang ayahnya telah wafat, atau anak binatang yang

induknya telah tiada. Kematian ayah bagi seseorang yang belum dewasa

menjadikannya kehilangan pelindung, ia seakan-akan menjadi

sendirian, sebatang kara, karena itu ia dinamai yatim.87

Islam menganjurkan memberi perlindungan kepada anak yatim

antara lain:

a. Memelihara harta anak yatim, yaitu melarang keras dan

menyalahgunakan harta anak yatim

b. Memperlakukannya secara baik, yaitu menggerakkan umat muslim

untuk berperan sebagai orang tua yang mengasuh, mengasah, dan

mengasihi mereka.

87M. Quraish Shihab, Loc. Cit

Page 71: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

60

c. Kewajiban memberi nafkah, yaitu tidak menelantarkan mereka dari

segi pangan, sandang dan papan.88

Anak-anak yatim sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang

yang mampu lagi dermawan. Memelihara anak yatim dan

menyelamatkan harta bendanya merupakan kewajiban bersama. Apabila

ada anak yatim yang hidup terlantar, umat Islam yang berada di

sekitarnya tergolong orang-orang yang mendustakan agama, pernyataan

ini telah dijelaskan pada awal tafsir Sȗrah al-Mâ’ȗn .89

Quraish Shihab mengemukakan bahwa “di dalam al-Qur‘ân

ditemukan 12 sȗrah yang berbicara tentang anak-anak yatim, ayat-ayat

tersebut menguraikan berbagai tuntunan, ada yang berupa perintah, ada

juga larangan, ada lagi pujian dan kecaman”. Adapun pada sȗrah al-

Mâ’ȗn, Allah menjelaskan tentang kecaman terhadap pelaku kekerasan

pada anak yatim.90

Bantuan yang terbaik bagi mereka tentunya berupa kasih sayang

dan pendidikan. Anak-anak yatim sangat memerlukan kasih sayang.

Secara psikologis, orang yang telah dewasa sekalipun akan sedih

hatinya apabila kehilangan orang yang sangat dekat dalam hidupnya.

Orang yang selama ini menyayangi, memperhatikan dan menasihati kita

telah berpulang kepangkuan-Nya, bayangkan apabila hal ini terjadi pada

anak kecil, oleh sebab itu kita harus bersikap lemah lembut terhadap

mereka, menyayangi mereka dan menyantuni mereka. Seseorang tidak

boleh mebiarkan anak yatim dalam keadaan sengsara apalagi

menghardik dan mengabaikan mereka dengan perasaan benci.

Rasûlullâh semasa hidupnya sangat dekat dengan anak-anak yatim

dan beliaupun sangat menyayangi mereka. Beliau didik anak-anak

yatim agar ketika dewasa kelak mereka akan tumbuh menjadi baik dan

mulia. Kecintaan dan kasih sayang beliau patut dijadikan teladan oleh

88M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur‘ân Tematik, (Jakarta: Kamil Pustaka, 2014), h. 276

89Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam “Edisi yang disempurnakan, (Bogor:

Cahaya Islam, 2006), h. 521

90Quraish Shihab, membumikan Al-Qur‘ân , (Jakarta: Lentera Hati, 2010), h. 181

Page 72: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

61

siapa saja dalam mengasuh dan menyayangi anak-anak yatim. Banyak

sabda Rasul tentang persoalaan anak yatim, salah satunya berbunyi:

و أشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئا, يم يف اجلنة هكذاأنا و كافل اليت “Aku dan pengurus anak yatim kelak di surge akan seperti ini,

sambil mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan

membuat sedikit jarak di antara keduanya” (H.R. Bukhari)91

Islam sangat memperhatikan segala hal mengenai anak yatim,

memberikan kedudukan yang tinggi terhadap anak yatim dengan

memerintahkan kaum muslim untuk berbuat baik dan memuliakan

mereka. Dalam menyantuni anak yatim, sebaiknya seseorang

menyantuni anak yatim tidak hanya dengan memperhatikan

makanannya saja, melainkan juga segala apa yang ia butuhkan, seperti

pendidikan agamanya. Hendaklah menyekolahkannya ke lembaga

pendidikan yang baik seperti pesantren atau madrasah. Hal ini bertujuan

agar anak yatim sejak dini mendapat bekal dengan ilmu agama yang

bisa memberi manfaat bagi kehidupan mereka dalam menjalankan

perannya dengan baik dan benar di masa yang akan datang.

Setelah menelusuri keterangan sebelumnya, bahwa banyak dari kita

yang belum sepenuhnya sadar betul bagaimana sebenarnya yang disebut

dengan pendusta agama, namum sebagian lagi yang telah menyadarinya

akan langsung nampak jelas dari perilaku mereka bagaimana

menyantuni anak yatim dan menyikapi orang miskin dengan baik dan

benar. Di pesantren Dârul Aitam contohnya, ini merupakan yayasan

pendidikan yang didirikan langsung oleh para dermawan dari Negara

Kwait yang bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk

menyejahterakan anak-anak yatim baik dari segi sandang, pangan,

pendidikan dan lain sebagainya. Dana yang mereka kucurkan selalu

rutin diterima oleh pengurus yayasan yang berada di sini demi

91Muhammad Ibnu Ismail Abi Abdullah Al-Bukhari, Al-Jamỉ’ As-Shahỉh Al-Mukhtashar,

(Bairut: Daar Ibnu Katsỉr, 1987)

Page 73: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

62

terlaksana dengan baik niat mulia mereka, agar hubungan dengan Allah

dan manusia tetap terjalin dengan baik.

2. Membantu Orang Miskin dan Dhu’afa

Rasul menganjurkan umatnya untuk menyayangi anak yatim dan

mengasihi orang miskin. Sȗrah al-Mâ’ȗn mengajak kaum muslim untuk

memperhatikan kaum miskin. Bersedekah bagi fakir miskin merupakan

pekerjaan yang baik bagi sendiri dan orang lain, karena sebagian dari

harta yang kita miliki ada hak orang lain bagi mereka yang

membutuhkan. Sȗrah al-Mâ’ȗn menyadarkan kita bahwa orang beriman

yang taat beragama, tekun shalat, serta rajin zikir, dan membaca al-

Qur‘ân , serta berulang-ulang menunaikan haji dan umrah akan tetap

dikelompokkan sebagi pendusta agama, jika ketaatan beribadahnya

tidak melahirkan kepedulian sosial terhadap kaum dhuafa.

Ciri kedua para pendusta agama yang telah dibahas pada bab

sebelumnya adalah mereka yang tidak mau menolong atau

menganjurkan ntuk memberi makan orang miskin. Mengasihi orang

miskin juga merupakan kewajiban kita sebagai muslim yang meyakini

akan hari akhir dan hari pembalasan.

Perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraan orang miskin dan

dhu’afa merupakan tanggung jawab negara dan seluruh anggota

masyarakat. Memberi makan kepada orang miskin merupakan salah

satu pertolongan pertama dalam penanggulangan kemiskinan, hal ini

tidak hanya menjadi tanggung jawab orang kaya saja, tetapi sudah

menjadi kewajiban bagi setiap muslim, oleh sebab itu pada Sȗrah al-

Mâ’ȗn Allah mengecam orang-orang yang tidak mendorong (orang

lain) untuk memberi makan orang miskin. Dalam pandangan al-Qur‘ân

penanggulangan kemiskinan harus menjadi gerakan kolektif umat yang

saling bersatu padu dari setiap lapisan masyarakat.92

92Asep Usman Ismail, Al-Qur‘ân dan Kesejahteraan Sosial, (Tangerang: Lentera Hati, 2012) ,

h. 40-41

Page 74: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

63

Kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab masyarakat dan

Negara, karena kemiskinan merupakan pangkal munculnya berbagai

masalah sosial. Mengatasi fenomena kemiskinan merupakan berjuang di

jalan Allah. Sȗrah al-Mâ’ȗn menyadarkan kita bahwa orang yang

beriman dan taat beragama, tekun shalat, serta rajin dzikir, membaca al-

Qur‘ân dan berulang-ulang mengerjakan haji dan umrah akan tetap

dikelompokkan sebagai kelompok pendusta agama, jika ketaatan

beribadahnya tidak melahirkan kepedulian sosial terhadap nasib kaum

dhu’afa.93

Quraish Shihab menekankan “ perlu digarisbawahi bahwa ayat di

atas bukannya menyatakan ‘tidak memberi makan’ tetapi ‘tidak

menganjurkan memebri makan’, dengan demikan tidak ada alasan bagi

siapapun, kendati miskin untuk tidak mengamalkan ayat di atas”94

Menyeru atau mengajak orang lain kepada kebajikan, baik melalui

lisan maupun tindakan merupakan perbuatan yang telah disinggung oleh

Sȗrah al-Mâ’ȗn kewajiban pelaksanaannya. Sesuai dengan firman

Allah dalam hadis qudsi mengenai keutamaan menyeru kepada

kebaikan adalah sebagai berikut:

لمعروفوانهواعنالمنكرامرواب

“suruhlah dengan yang makruf dan laranglah dari pperbuatan

yang mungkar”(diriwayatkan oleh dailamy dari Aisyah)95

Menyuruh berbuat baik dan melarang kemungkaran merupakan

perbuatan Fardhu kifâyah. Kita harus menunjukkan contoh dan teladan

yang baik dan melarang berbuat jahat. Kita harus melakukan apa yang

kita serukan, karena cara ini merupakan nasihat yang paling baik dan

utama.96

93Ibid, h. 37

94Quraish Shihab, membumikan Al-Qur‘ân Jilid 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), h. 185-186

95Firdaus A. N. 325 Hadis Qudsi pilihan “Jalan ke Surga”, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu

Jaya,1990), h. 75

96Imam Habib Abdullah Haddadh, Nasehat Agama dan Wasiat Imam, ( Semarang: CV. Putra

Semarang, 1986), h. 260

Page 75: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

64

Kita semua telah dimampukan oleh Allah untuk saling tolong

menolong bahkan meskipun kita tidak mampu mengasihi mereka

dengan materi, cukuplah kita menolongnya dengan cara menasihati atau

menyarankan orang sekitar kita yang sekiranya mampu menolong

secara materi sebagai bentuk kepedulian kita terhadap mereka.

Perlakuan kita yang terkadang acuh dengan anak yatim dan orang

miskin acapkali membuat kita lupa akan esensi sȗrah al-Mâ’ȗn yang

telah kita hapal, dengar dan baca.

Cinta kepada Allah tidak cukup hanya menegakkan ritual ibadah

saja, tetapi harus ada hubungannya dengan tingkat kebaikan hubungan

sosial, hali ini berarti, benarnya ibadah kita kita dapat di ukur dari

bagaimana hubungan sosial kita. Banyak ayat al-Qur‘ân yang

mengajarkan kita agar peduli terhadap sesama, tidak mementingkan diri

sendiri dengan rajin ibadah tetapi melupakan kaum lemah, karna orang-

orang yang demikian adalah termasuk golongan orang-orang yang

egois, dan Allah sunguh sangat tidak suka manusia yang egois dan

sombong, sebab mereka adalah termasuk pendusta agama. 97

Usaha melatih kebiasaan untuk peduli kepada fakir dan miskin

harus dilakukan sedini mungkin, baik dalam lingkungan keluarga,

sekolah dan lain sebagainya. Pembentukan itu bisa dilakukan dengan

mengadakan program penarikan sumbangan pada waktu yang telah

ditentukan secara berkala dan mengadakan bakti sosial, hal ini

dilakukan agar kita turut merasakan penderitaan mereka yang lemah

sehingga mendorong kita untuk peduli kepada lingkungan sekitar.

Seseorang yang membiasakan memberikan pertolongan kepada orang-

orang miskin, berarti seseorang mendidik dirinya untuk selalu peka

dengan orang-orang disekitarnya yang hidup dengan penuh kekurangan,

dan selalu menjadikan kehidupannya untuk senantiasa menjadi

dermawan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan darinya.

97Sri Muryanto, Islam Agama Cinta, (Semarang: Gama Gemilang, 2006), h. 42

Page 76: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

65

3. Melatih Keikhlasan dan Menjauhi Sifat Ria

Dalam melakukan segala hal, haruslah disertai keikhlasan. Tidak

ada perbedaaan pendapat, bahwa ikhlas merupakan salah satu syarat sah

diterimanya suatu amal. Kita niatkan segala sesuatunya hanya untuk

mencari ridha Allah, bila suatu amal tidak diniatkan untuk mencari

ridha Allah maka amal tersebut tidak akan bernilai apa-apa. Dalam

Sȗrah al-Mâ’ȗn Allah menerangkan bahwa orang yang tidak ikhlas

atau mereka yang ria dalam beribadah atau beramal yaitu hanya untuk

mendapat kesan baik dari pandangan manusia, maka orang tersebut

termasuk dalam kategori pendusta agama.

Ikhlas adalah mengharapka ridha Allah semata dalam amalan hati

dan anggota badan, sedangkan makna ria’ adalah menuntut kedudukan

dan kehormatan dalam pandangan manusia, segala bentuk ibadah yang

dilakukan bertujuan agar orang memujinya, menghormatinya dan

memberinya harta benda sebagai bentuk penghargaan.

Orang yang ikhlas tidak akan takut terhadap celaan dan tidak pula

bangga dengan segala bentuk penghargaan dari manusia, karena ikhlas

itu adalah melakukan suatu perbuatan hanya untuk mencari ridha Allah

semata, sedangkan tanda-tanda orang yang ria adalah menyukai pujian

dan sanjungan, dan benci terhadap celaan atau kritikan, karena ria selalu

dilandas dengan pengharapan pujian dari orang lain.

Ria merupakan perbuatan yang berbahaya dan mengancam, banyak

ayat dan hadis yang mengancam, jika kita melakukan ibadah karena ria,

maka ia termasuk dosa besar, bahkan termasuk syirik. Orang yang

beramal karena ria pasti tidak mengharapkan ridha Allah semata.

Sedangkan ikhlas mengharuskan seorang hamba untuk beribadah hanya

karena Allah saja, perbuatan ini sama saja dengan mempermainkan

syari’at dan tidak meletakan sesuatu pada tempatnya.98

98Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Ikhlas Agar Agama Tak Sia-Sia, (Jakarta: Gadika

Pustaka, 2007), h.130

Page 77: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

66

Ria merupakan perilaku yang dapat mebinasakan pelakunya, karena

itu, menjaga diri dari sifat ria adalah perlu bahkan wajib. Di antara

contoh ria yaitu, misalnya: seseorang yang berangkat beribadah ke

masjid dan ia berangkat lebih awal, namun dengan niat agar gerak

geriknya dilihat dan diperhatikan orang banyak. Contoh lainnya

seseorang yang beramal mengharapkan pahala dari Allah dan untuk

mendekatkan diri pada-Nya, namun ia juga suka memperlihatkan dan

menyebutkan amalanya kepada orang ramai agar dipuji dan dihormati,

maka semua perbuatan seperti ini tidak meghasilkan pahala apapun.

Sebelum melaksanakan segala amalan, kita harus meluruskan niat

kita, terutama dalam ibadah. Kita niatkan bahwa tujuan yang hendak

dicapai beribadah hanya satu, yaitu ridha Allah. Jiwa manusia

diciptakan untuk beribadah dan berharap kepada Allah, bila dia

beribadah dan berharap kepada selain Allah, sesungguhnya dia telah

menzalimi dirinya sendiri.99

Landasan setiap perbuatan dibangun dengan niat, karena Islam

telah mengajarkan bahwa sebelum mengerjakan sesuatu harus diawali

dengan niat, niat yang dimaksud adalah niat yang suci, sesuai dengan

hadis Nabi yang di kutip oleh Allamah Kamal Faqih dari kitab Wasa’il

asy-Syi’ah yang berbunyi:

“segenap perbuatan tergantung pada niat, sesungguhnya bagi

manusia terggantung pada niatnya. Bagi siapa saja yang berjuang demi

Allah dalam jihad ganjarannya di sisi Allah, dan barangsiapa yang

yang berjuang demi dunia ini atau bahkan demi seutas tali pengikat

(seekor unta) maka ia hanya akan memperoleh hal tersebut (dan tidak

lebih).”100

Dalam berbuat kebaikan dan beribadah selain harus dilakukan

dengan ikhlas dan didasarkan niat hanya karena mencari ridha Allah

saja, juga dibutuhkan kesabaran, yakni dengan keuletan, konsistensi,

99Ibid, h. 42

100Allamah Kamal Faqih, Op. Cit, h. 356

Page 78: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

67

dan berkesinambungan, serta meyakini janji Allah bahwa oranng yang

melakukan kebaikan tidak akan disia-siakan, begitupula sebaliknya.

Untuk menghindari dari perbuatan ria, maka sebaiknya kita beramal

secara rahasia agar tidak dilihat atau diketahui orang banyak, karena hal

ini lebih dekat kepada keikhlasan, namun apabila seseorang yang

menyadari bahwa ridha Allah akan berbuah manis yaitu hatinya sudah

benar-benar besih dan ikhlas, yang apabila beramal secara terang-

terangan hanya semata-mata untuk memberi contoh yang baik terhadap

orang sekitarnya.

4. Menjauhi Sifat Kikir

Sesuai dengan konteks Sȗrah al-Mâ’ȗn pada ayat terakhir yang

menjelaskan bahwasanya orang yang enggan untuk menolong dengan

barang berguna juga salah satu ciri pendusta agama, oleh sebab itu kita

Islam mengajarkan kita agar selalu berkasih sayang dan memiliki sifat

murah hati kepada sesama manusia, yaitu menafkahkan sebagian harta

yang kita miliki kepada yang membutuhkannya di jalan yang benar,

misalnya memberi pinjaman kepada yang membutuhkan.

Al-Qur‘ân menegaskan tentang bahaya sifat kikir pada QS.

Muhammad ayat 38 yang berbunyi:

“Ingatlah, kamu Ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan

(hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan

siapa yang kikir Sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya

sendiri. dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-

orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling

niscaya dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan

mereka tidak akan seperti kamu ini”

Page 79: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

68

Sifat kikir merupakan kebakhilan yang melampaui batas,

sebagaimana telah ditafsirkan dia atas, yaitu mereka tidak mau

memeberi bantuan dengan barang sepele. Ia mengutamakan hartanya

dan bertekad untuk menahannya. Ia menjadi seorang yang bakhil untuk

membelanjakan hartanya pada jalan yang lebih baik dan lebih

bermanfaat bagi dirinya disisi Allah. Rasulullah bersabda:

بعيد من اجلنة, بعيد من الناس, البخيل بعيد من اهلل

“Orang yang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh

dari surga”. 101

Sifat kikir merupakan salah satu sifat tercela yang harus dihindari

dalam hidup bermasyarakat. Kekikiran tidak akan mendatangkan

kekayaan, bahkan akan mendatangkan kemiskinan karena orang lain

juga tidak ingin berbagi dengannya. Biasanya orang yang memiliki sifat

kikir, tidak mau memberikan sedikitpun hartanya kepada orang lain,

tidak mau berbagi rizki dengan orang lain, karena ia takut hartanya akan

habis jika ia berbagi dengan orang lain. Padahal sebagian dari harta

yang dimiliki ada hak orang lain didalamnya. Oleh sebab itu, sedikit

dari harta yang dimiliki seharusnya diberikan untuk menolong orang

lain.

Adapun dampak dari nilai-nilai sosial yang terkandung dalam surah ini

yaitu dapat memberi solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan, sebab

surah al-Ma’un mengajarkan kita agar tidak menolak atau mengabaikan

sesorang dalam memenuhi kebutuhannya, seperti tidak memotong atau

menghambat dana yang seharusnya dialokasikan kepada orang-orang yang

membutuhkan, enggan menolong dan enggan mengingatkan agar saling

menolong, bahkan melarang orang lain untuk menolong para kaum lemah,

tidak mengabaikan kewajiban kita untuk membayar zakat.

Dampak selanjutnya adalah menjadi pribadi yang dermawan dalam

rangka pembelaan kaum lemah yaitu dengan pemenuhan kebutuhan dasar

101Habipb Abdullah, Op. Cit, h. 417-418

Page 80: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

69

atau pokok mereka, karena pada surah ini terdapat pemahaman untuk

melindungi dan mengayomi orang-orang lemah, seperti anak yatim, dhu’afa

lansia, pengemis dan lain sebagainya. Pemenuhan kebutuhan pokok dapat

diaplikasikan dengan beasiswa miskin, pemberian sembako/santunan,

bantuan pendidikan dan bantuan kesehatan, serta membayar zakat dan pajak

dengan pas dan tepat.

Page 81: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam dalam aspek sosial yang

terkandung dalam surat al-Mâ‘ȗn adalah tentang materi yakni kesejahteraan

sosialnya saja, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pada ayat 1-3 disebutkan beberapa ciri-ciri pendusta agama, yaitu

mereka yang tidak memperhatikan hak anak yatim dan tidak peduli

dengan nasib fakir miskin serta tidak menganjurkan untuk saling tolong

menolong dalam berbuat kebaikan.

2. Ayat berikutnya menegaskan tentang bagaimanakah sholat bisa

membuat pelakunya celaka, vaitu orang yang suka melalaikan sholat.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa sholat itu dapat mencegah kita dari

perbuatan munkar atau tercela. Baik atau buruknya kualitas sholat kita

dapat dilihat dari perilaku kita sehari-hari.

3. Di ayat ke-6 dijelaskan bagaimana sifat orang ria yang akan

menjerumuskan pelakunya kekebinasaan, yaitu orang melakukan

kebaikan hanya untuk mengharap pujian dan perhatian manusia.

4. Secara keseluruhan pendusta agama yang telah digambarkan oleh sȗrah

al-Mâ‘ȗn antara lain perilaku buruk terhadap anak yatim, tidak memberi

makan orang miskin, enggan mengingatkan/menganjurkan pada

kebaikan, lalai dalam mendirikan sholat, menipu diri dengan perbuatan

ria dan enggan berbuat baik.

5. Adapun ayat yang mengandung nilai-nilai sosial adalah ayat kedua,

ketiga dan ketujuh. Dimana Allah mengklaim para pendusta agama

yakni, orang tidak memedulikan anak yatim, orang yang tidak mau

memberi makan orang miskin dan orang yang bakhil.

Page 82: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

71

B. Implementasi

Allah memerintahkan kita lewat firman-Nya dalam Surat Al-Mâ‘ȗn

agar kita melindungi dan mengayomi kaum lemah baik dari segi makanan,

pendidikan, tempat tinggal, dan kesehatan. Penerapan ayat ini dapat

diaplikasikan pada penyediaan beasiswa miskin, sembako, bantuan BOS,

JAMKESMAS, ASKES, rumah zakat, BAZIS, serta bantuan atau tunjangan

apapun yang dapat memberikan kontribusi bagi mereka yang

membutuhkan. Semua ini dapat diwujudkan apabila pendidikan akhlak

yang benar sudah ditanamkan sejak dini, maka kepekaan akan kebutuhan

sesama orang lain bisa dirasakan sehingga terjalin kerja sama yang baik.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis

kemukakan, maka ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai

bahan masukan dan saran dalam upaya meningkatkan pendidikan,

khususnya pendidikan sosial. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai umat muslim yang meyakini bahwa Allah adalah Maha

segalanya, sudah seharusnya kita menjaga perbuatan dan lisan kita

terhadap sesama manusia. Ibadah yang baik berbanding lurus dengan

perbuatan kita.

2. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik sedini mungkin, dengan

bersedia mengorbankan kepentingan pribadi demi orang lain demi

meraih cinta dan ridha-Nya adalah yang terbaik.

3. Pemahan terhadap al-Qur‘ân belum bisa dikatakan sempurna apabila

tidak diiringi dengan pengamalan isi kandungan al-Qur’an dalam

kehidupan sehari-hari, maka sebagai pendidik, baik formal maupun

nonformal hendaknya membantu menanamkan nilai-nilai sosial agar

lebih mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari., karena

al-Qur‘ân bukan hanya untuk dibaca, di hafal dan dipahami saja, tetapi

lebih pada pengamalan isi al-Qur‘ân yang telah kita pelajari.

Page 83: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

72

DAFTAR PUSTAKA

.

A. N, Firdaus. 325 Hadis Qudsi pilihan “Jalan ke Surga”, Jakarta: CV. Pedoman

Ilmu Jaya,1990.

Agil, Said Husin Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani, Ciputat: PT. Ciputat

Press, 2005, cet II.

Ahmadi, Abu, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,

2004, Cet. IV.

An- Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam,

Bandung: Diponegoro,1992.

An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani: 1995, Cet.

II.

Anwar, Rosihon, Pengantar Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.

Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan

Assegaf, Abdurrahman, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo,

2011, Cet. I.

AS. Kaserun, Rahman dan Nur Mufid, Kamus Modern Arab-Indonesia, Surabaya:

Al-Kamal Pustaka, 2010.

Ath-Thabari, Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari, Terj. Ahsan Askan,

jilid. 15. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007

Baidan, Nasaruddin, Metodologi Penafsiran Al-Qur‘ân, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998.

Dahlan, Zaini, Tafsir Al-Qur‘ân , Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf.

Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, cet 10.

Page 84: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

73

Darajat, Zakiyah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,

Jakarta:Ruhama, 1995, cet. 2

Dasuki, Hafiz Al-Qur‘ân dan Tafsirnya, Jogjakarta: PT Dana Bhakti Wakaf.

Daud, Mohammad Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta; Grafindo, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2002, Cet. II.

Departemen Agama RI, Al-Qur‘ân dan Terjemahnya , Bandung: CV. Penerbit

Diponegoro, 2007.

Fatimatuzzahra,Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam surat Al-Muzamil Ayat 1-10,

Jakarta: UIN Jkarta, 2012

Habib, Imam Abdullah Haddadh, Nasehat Agama dan Wasiat Imam, Semarang:

CV. Putra Semarang, 1986.

Harun, Salman, Tafsir Tarbawi. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013.

Hamid, Abdul Hasyimi, Mendidik ala Rasulullah, Jakarta: Pustaka Azam, 2001.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

Hawl, Akmal, Kompetensi Guru PAI, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, h. 3

Ibnu, Muhammad Ismail Abi Abdullah Al-Bukhari, Al-Jamỉ’ As-Shahỉh Al-

Mukhtashar, Bairut: Daar Ibnu Katsỉr, 1987.

Imam, Saikh Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Ter . dari Tafsir Al-Qurthubi oleh

Dudi Rosyadi dan Faturrahman, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Jalaluddin, Imam Al-Mahalliy dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemah Tafsir

Jalalain berikut Asbaabun Nuzul, Bandung:Penerbit Sinar Baru Bandung,

1990.

Page 85: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

74

Kamal, Allamah faqih imani, Tafsir Nurul Qur’an ”sebuah tafsir sederhana

menuju cahaya Al-Qur‘ân”, Ter. Rahardian M.S, Iran: al huda, 2006, jilid

xx..

Kartasapura, G. Kartini, kamus sosioogi dan kependudukan, Jakarta: Bumi

Aksara, 1992.

M. Ramadhon, Nilai-Nilai Pendidikan dalam surat Al-Baqarah Ayat 177, Jakarta:

UIN Jakarta,2012.

Mudjab, A. Mahalli, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur‘ân., Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2002

Majid, Abdul Khon, Ulumul Hadits, Jakarta: AMZAH, 2008, Cet. I.

Majid, Abdul Khon, Hadis Tarbawi, Jakarta: Karisma Putra Utama, 2012.

Maman Kh, U., dkk. Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktek. Jakarta:

Raja Grafindo Persada Press, 2006.

Muhammad Badaruddin, Al-Burhân fỉ Ulȗmil Qur’ân, Darul Ihya Kutub

Arabiyah, 1957, jilid 4.

Muhammad, Jamaluddin Abi Al-Fadhli. Lisânul ‘Arab, vol. 14. Beirut Libanon:

Dar Al Kotob Al-Ilmiyah, 2003a.

----------. Lisânul ‘Arab, vol. 13. Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-Ilmiyah,

2003b.

----------. Lisânul ‘Arab, vol. 8. Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-Ilmiyah, 2003c.

----------. Lisânul ‘Arab, vol.11. Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-Ilmiyah,

2003d.

----------. Lisânul ‘Arab, vol. 14. Beirut Libanon: Dar Al Kotob Al-Ilmiyah,

2003e.

Page 86: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

75

Muhammad, Teuku hasbi Ash Shiddieqy, Al-Bayan Tafsir Penjelas Qur’anul

Karim, Semarang: PT Pustaka Rizky Putra h. 1618

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Bahasa Arab-Indonesia

Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, Filsafat Pendidikan, Jakarta: UIN

Press,2003, Cet I.

Mustafa, Ahmad Al-Maragi,Tafsir Al-Maragi, Ter. BAhrun Abu Bakar, dkk,

Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993.

Muryanto, Sri, Islam Agama Cinta, Semarang: Gama Gemilang, 2006.

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997,

Cet. I.

Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan multidisipliner,

Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Nata, Abuddin, Pendidikan Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Press, 2005, Cet. I.

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Pers, 2013, Cet. 1.

Nidaul Islamiyyah, Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Surat Al-Furqan Ayat 63-

72,Jakarta: UIN Jakarta,2013.

Nuraida, Charater Building Guru PAI, (Jakarta, Aulia Publishing House, 2008),

Cet: II.

Perpustakaan Nasional RI, Tafsir Al-Qur‘ân Tematik, Jakarta: Kamil Pustaka,

2014.

Rijal, Syamsul Hamid, Buku Pintar Agama Islam “Edisi yang disempurnakan,

Bogor: Cahaya Islam, 2006.

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Bandung: PT Al-Ma’arif, 2013.

Page 87: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

76

Salim, Peter, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:

Modern English Press, 2005.

Saiful, Imam Mu’minin, Kamus Ilmu Nahmu & Sharaf, Jakarta: AMZAH, 2009.

Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol.

15. Jakarta: Lentera Hati, 2002

----------, AL-LUBÂB: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-

Qur’an. Tangerang: Lentera Hati, 2012

----------. Membumikan Al-Qur‘ân 2, Jakarta: Lentera hati 2010.

Sjamsudhuha, Pengantar Sosiologi Islam, Surabaya: JP BOOKS, 2008.

Syihab, Umar, Kontekstualisasi Al-Qur‘ân ; Kajian Tematik atas Ayat-Ayat

Hukum dalam Al-Qur‘ân, Jakarta : Penamadani, 2005.

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur‘ân, Bandung: Mizan Pustaka, 1997, cet.VI

Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat

Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Soegarda, R. Poerbakadja dan A. H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta:

Balai Pustaka, 1994.

Sulaiman, Umar Abdullah Al-Asyqar, ikhlas agar amal tak sia-sia, Jakarta:

Gadika Pustaka, 2007, h. 137

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta, 2011.

Usman, Asep Ismail, Al-Qur‘ân dan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Lentera Hati

2012.

Vembriarto, ST., Pendidikan Sosial, Yogyakarta: Paramita, 1984.

Yusuf , M. Yunan, Tafsir Juz ‘Amma Sirajl Wahhaj, Jakarta: Pena Madani, 2010.

Page 88: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

77

Yunan, M. Yusuf, Tafsir juz ‘Amma As-Sirajul Wahhaj, Jakarta: Penamadani dan

Az-Zahra Pustaka Prima, 2010.

Z. Zurinal, dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, LPUIN Jakarta, 2008

Page 89: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

Nama

NIM

Fakultas

Jurusan

Judul

LEMBAR UJI REFERENSI

Anisya Ulfah

1111011000070

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Pendidikan Agama Islam

Tafsir Sflrah Al-Mf iin (Nilai-Nilai Perdidikan Sosial)

No Judul Buku BAB No.Footnote

HalamanSkripsi

ParafPembimbing

1 M. Quraish Shihab,Wawasan Al-Qur'dn,(Bandung: Mizan ,1997) ,

cet. M, h. 319

I I I

I2 Said Agil Husin

Munawar, AkrualisasiNilai-Nilai Qur'ani(Ciputat PT. CiputatPress,2005), cet II, h. 4.

1

2

2

5

2

10

3 M. Quraish Shihab,Wawasan Al-Qur'dn,Bandung: Mizan Pustaka,2007 , Cet. 1, h. 16.

I 3dan8 2 danl

4 Zal<tyahDarajat,IlmuPendidikan Islam, {Jakarta: Bumi Aksara,2012), cet 10. H.20.

I

2

4

7,27,31,32

J

14,19,22 P

5 Sj amsudhuh a, P en gant arSosiologi Islam,(Surabaya:JP BOOKS,200$, h, r07-t ts

I

2

5

39,43,44

4

25,26

6 M. Yunan Yusuf, TqfsirJuz 'Amma Sirajl Wahhaj,(lakarta: Pena Madani,2010), h.786

1

4

6

39,51,61,66,73.82-

4

44,47, 49,51,53,56

7 ZakryahDarajat,Pendidikan Islam dalamKeluarga danS elro I ah, (J akxta:Ruhama,1995) cet.2 h.35. 55 .63

1

2

7

18,39

4

L6,24

l

)

Page 90: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

8 Umar Syihab,Kontekstualisasi Al-Qur'dn ; Kajian Tematikatas Ayat-Ayat Hulasmdalam Al - Qur' dn (Jakarta: Penamadani, 2005), hlm.41.

I 9 dan 10 5dan6

I Peter Salimo Yenny Salim,Kamw B*hosa IndanesiaKontemporer, (Jakarta:ModernEnglish Press, 2005),h.103.

2 1 I

10 Departemen PendidikanNasional, Kamus BesarBahxa Indonesia,(Jakarta: BalaiPustaka, 2AA2), Cet. II, h.783

2 2 9

11 MohammadNoor Syam,Fil safat P endidikan danDas ar Filsafat P endidikanPancasila,(Surabaya: UsahaNasional, 1986), h.133

2 3 dan4 9

IrFl-13 Abuddin Nata, Filsafat

Pendidikan Islam ,

(Jakarta: Logos \YacanaIknu, 1997),, Cet.I, h.9.

2 6 10

15 M. Aifin,IlmuPendidikan Islam;Tinjauan Teoretis danPraktis BerdasarkanP endelmt an Int erdi s ipline,(Jakarta: Bumi Aksara,2009), Cet. fV, h. 1l

2 Sdanq 10dan 1l

l6 AbuddinNxa"IlmuPendidi*an Is lam denganpendekatanmultidis ipl iner, (Jakarta:Rajawali Pers, 2009), h.13.

aL 10,31,34, dan

4L

LL,24,22,dan 25

Page 91: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

17 Akmal Hawl,KompetensiGuru PAI, (Jakarta:Raiawali Pers, 20 13i"h. 3

2 11 dan26 tl dan 19 I18 Djunaidatul Munawwaroh

dan Tanenji, FilsafatP endidikan, (Jakarta: {IINPress,2003), Cet I. h. 110.

2 t2 t2

19 Abdul Majid Khon,Ulumul Hadits, (Jakarta:AMZAH,2008), Cet.I,h.1.

2 13 r3

20 Abdul Majid Khon, HadisTarbqwi, Bandung:Karisma Putra Utama,20l2,hal. V

2 14,29 14,20

21 Abuddin Nx4- PendidikonPerspelctif Hadits,(Jakarta: LIIN Press,2005), CeL I, h. 78-88

2 15,37 14,24

22 Mohammad Daud Aii,P endidikan Agama Islam,( Jakarta; Grafindo, 2008),h. 199.

2 16,27,dan 43

15, 19 dan25

[-23 Abu Ahmadi, Dascr-

Dasar Pendidtlmn AgamaIslarn, (Jakarta: BumiAksara,2004),Cet.IV, h. 98.

2 17,21 15, t7

25 Zvljrnal Z. danAminuddin, Fiqih lbadah,Ciputat: LPUIN SyaHid,2008, h.26, 30

? 19,2A l6

28 Abuddin Natz, AkhlakTa s aw uf , (Jakarta : Raj aPers,2013), Cet. 1, h. 4.

2 22 L7

29 M. Alim, PendidikanAgama klam, Bandung:PT. RemajaRosdaKarya,20rt"h. 151

2 23 18

30 Abdurrahman Assega{Fils afat P endidilmn Is lam,

2 24 18

I

Page 92: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

{Jakarta: Raja Grafindo,2011). Cet.I.hal.42 1

31 Salman Harun, TafsirTar b ot vi. (Ciputat: UINJakarta Press, 2013)h. 34-35

2 29 20

33 Kartasapura, G. Kartini,kamus sosiologi dankependudukan, { Jakarta:Bumi Aksara, 1992), h.382

2 35 23

34 R. Soegarda Poerbakadjadan A. H. Harahap,Ens ikl ope di P en di dikan,

{Jakarta: Belai Pustalra,1994), h. 275

2 36 23

35 ST. Vembriarto,PendidikanSosial,(Yogyakarta:Paramita, 1984), &. 6

2 37 dan42 23 dan25

39 Asep Usman Ismail,,4/-Qur'dn danKesejahteraanS o s i a l, (J akarta: L enteraHati201?),h.4

2

4

45,46

16,93,94

?7

38,62rY

40 U. MarnanKh, dkk.,Metodologi PenelitianAgama Teori dan Pral*ek,(Jakarta: Raja GrafindoPersada Press, 2006), h.80

J ldan6 30 dan 32

41 Sugiyono, MetodeP enel i t i an Kuanti tatif,Kua I i t at if dan Komb in as i(Mixed Methods),(Bandung: Alfabeta,20l l). h.287

_) 2 dan3,dan 5

31 dan 32

42 RosihonAnw ar,P engantar UlumulQltr'an, @andung: CVPustaka Setia, 2009), h.148

aJ 4 3t

Page 93: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

43 Nasaruddin Baidan,Metodologi PenafsiranAl-Qur'dn, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1998), h.31

J 7 JJ

I44 Departemen Agama F.l, Al-

Qur'dn dan Terjemahnya ,

(Bandung: CV. PenerbitDioonesoro. 200n. h. 485

I 34

45 Imam Saiful Mu'minin, KamusIlmu Nahmu & Sharaf, (Jakarta:AMZAH' 2009), h.43-44

J 34

46 Muhammad Badaruddin, l/-Burhdnfi Ufrmil Qur'dn, (DarulIhya Kutub Arabiyah, 1957), jilid4,h.179

4 35

47 Ahmad Warson Munawwir, l/-Munawwir: Kamus Bahasa Arab-Indones ia Terlengkap, (Surabaya:Pustaka Progresif, 1997), h.495,405, 1 587, 647,1586,674, 460,dan 988

5,8,11,14,17,19,23,

26,

35,36,37,39 ,39, dan

40

L=47 Jamaluddin Abi Al-Fadhli

Muhammad, Lisdnul'Arab,(Beirut Libanon: Dar Al KotobAl-Itmiyah,2003) vol. 14, h. 360,373

6 dan 25 36 dan 40

48 Jamaluddin Abi f-FadhliMuhammad, Lis dnul' Arab,(Beirut Libanon: Dar Al KotobAl-Ilmivah" 2003) vol. 8. h. 101

10 36

49 Jamaluddin Abi Al-FadhliMuhammad Lisdnal'Arab,@eirut Libanon: Dar Al KotobAl-Ilmiyah,2003) vol. 14, h. 360,499-500

12,13,2A,21,dan 22

37 dan39

50 Jamaluddin Abi Al-FadhliMuhammad, Lisdnul'Arab,(Beirut Libanon: Dar Al KotobAl-Ilmiyah,2003) vol. 13, h.260,515

15, 25,dan 28

38 dan 40

I

Page 94: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

\

5t Jamaluddin Abi Al-FadhliMuhammad, Li"sdnul' Arab,(Beirut Libanon: Dar Al KotobAl-Itmiyah,2003), jilid 11, h.883

18 38

l52 Saikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir

Al-Qurthubr, Ter . dari Tafsir Al-Qurthubi oleh Dudi Rosyadi danFahrrahman, (Jakarta: PustakaAzzam, 2009), h. 801, 788, 789,79t

29,4A,54,57,81

dan 76

40,44,48,49,

56 dan 54

53 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan danKeserasian Al-Qur'an, vol. 14(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.547 ,546,553, 550, 55 1,

9,43,45,46,65,54,89

36, M,45,46,51,54,

59

54 Abu Ja'far Muhammad bin JarirAth-Thabari, Tafs ir Ath-Thabari,Terj. Ahsan Askan,, jilid. 15

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2AO7),

h.983.98s.983. 1012

53,60,64, darl

84

47,49,51, dan

56

55 Quraish Shihab, Al-Lubdb:Malcna, Tujuaru, dan PelajaranSurah- Surah Al - Qur' an,(Tangerang: Lentera Hati, 2012),h.760

38 dan 49 43 dan 47

-tr56 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:

Pustaka Panjimas, 2001), h. 280,779,281,282,

41,42,50,59,67,74dan 80

44,47,49,51,

54 dan55

58 Umar Sulaiman Abdullah At-Asyqar, ikhlas agar amal tak sia-sza, (Jakarta:Gadika Pustaka2007), h.t37,130,42,

24,99,100,

39,65

59 Jamaluddin Abi Al-FadhliMuhammad, Lisdnul'Arab,(Beirut Libanon: Dar Al KotobAl-Ilmiyah, 2003), h. 373

30 4L

60 A. Mudjab Mahalli, AsbabunNwul Studi Pendalaman Al-Qur'dn- Ter, Bahrun Abu Bakar,(Jakarta:PT Raja GrafindoPersada, 2002) h.953

30 dan 32 4l dan42

Page 95: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

7

61 Imam Jalaluddin Al-Mahalliy danImam Jalaluddin As-Suyuti,Terjemah Tafsir Jalolain berikutAsbaabun Nuzul,(Bandung :Penerbit Sinar BaruBandung, 1990), h. 2791, 2788,

31,63 40,50

I62 Allamah kamal faqih imani,

Tafsir Nurul Qur'an "sebualttafsir sederhana menuju cahayaAl-Qur'dn", Ter. Rahardian M.S.(kan: al huda, 2006), jilid xx.. H.349,352,353, 354, 354,

33,44,48,55,68,79,86,101

42,45,46,48,51,54,

57 dan66

63Hafiz Dasuki, AI-Qur'dn danTafs irny a, (Jogj akarta :PT DanaBhakti Wakaf), h. 815

35 43

64 Teuku Muhammad Hasbi AshShiddieqy, Al- Bayan Tafs irPerujelas Qur'anul K*rim,(Semarang:PT Pustaka RizkyPutra) h. 1618

36 dan37 43

66 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafs irAl-Maragi, Ter. BAhrun AbuBakar, dkk, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang,1993), h. 436, 436, 437, 436,434,437

47,62,70,75,77,83,

46,50,52,54,

s6, h67 Zaini Dahlan, Tafsir Al-Qur'dn ,

(Yogyakarta: PT. Dana BhaktiWakaf), h.817,818,

52,56,69,95,

47,48,52,57

68 M.Quraih shihab, MembumilmnAl-Qur'dn 2, (Jakarta: Lenterahati2010)h.186

59 49

69 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,(Bandung: PT Al-Ma'arif, 2013),h.206

71 52

70 Sri Muryanto, Islam AgamaCinta, (Semarang: GamaGemilang, 2006), h. 4A,42

72,99 53,63,

Page 96: TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam … · TAFSIR SURAT Al- MȂ’ÛN (Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Aspek Sosial) SKRIPSI . Diajukan . k. epada Fakultas

V

7' M. Quraish Shihab, Tafsir At-Qar'dn Tematik,(Jakarta: KamilPustaka,2014), h.276

89 59 I72 Syamsul Rijal Flamid, Buku

Pintar Agama Islam "Edisiyangdis empurnakan, (Bogor: CahayaIslam,2006), h.52L

90 59

t3 Quraish Shihab, membumikan Al-Qur'dn, (Jakarta: Lentera Hati,2010), h.181,185-186

91,95 59,62

74 Muhammad Ibnu Ismail AbiAbdullah Al-Bukhari, Al-Jami'As - Shahih Al- Mukhtas har,

Eairut: Daar Ibnu Katsir, 1987)

92 60

L-75 Firdaus A. N. 325 Hadis Sqdii

pilihan "Jalan ke Surga",(Jakarta: CV. Pedoman IlmuJava.1990). h. 75

96 63

76 Imam Habib Abdullah Haddadh,Nasehat Agama dan WasiatImam, ( Semarang: CV. PutraSemarans. 1986). h. 260

97 dan102

63 dan 67

'-l