Tabel Spesifikasi

23
BAB 12 TABEL SPESIFIKASI 1. Fungsi Tabel Spesifikasi Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus memiliki validitas isi dan tingkah laku . Dan memang validitas inilah yang terpenting dalam menyusun tes prestasi . Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan( materi ) serta aspek kejiwaan (tingkah laku ) yang akan dicakup dalam tes , dibuatlah sebuah tabel spesifikasi . Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue print . Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan / proporsi yang dikehendaki oleh penilaian Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukan jumlah soal . Dalam contoh hanya dicantumkan 3 buah aspek karena yang banyak digunakan di sekolah sampai sekarang hanya 3 buah ini (Ingatan , Pemahaman , dan Aplikasi ) . Hal ini tidak bahwa pengungkapan aspek lain tidak diseyogyakan. Contoh : Aspek yang Diungkap Pokok Materi Ingata n (1) Pema- haman Apli- Kasi (A) Jumlah Bagian I ...... ..... ..... ..... . ......... ........ ....... ....... .

description

78

Transcript of Tabel Spesifikasi

Page 1: Tabel Spesifikasi

BAB 12 TABEL SPESIFIKASI

1. Fungsi Tabel Spesifikasi

Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus

memiliki validitas isi dan tingkah laku . Dan memang validitas inilah yang terpenting

dalam menyusun tes prestasi .

Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari

bahan( materi ) serta aspek kejiwaan (tingkah laku ) yang akan dicakup dalam tes ,

dibuatlah sebuah tabel spesifikasi .

Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue print .

Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah

laku beserta imbangan / proporsi yang dikehendaki oleh penilaian Tiap kotak diisi

dengan bilangan yang menunjukan jumlah soal .

Dalam contoh hanya dicantumkan 3 buah aspek karena yang banyak

digunakan di sekolah sampai sekarang hanya 3 buah ini (Ingatan , Pemahaman , dan

Aplikasi ) . Hal ini tidak bahwa pengungkapan aspek lain tidak diseyogyakan.

Contoh :

Aspek yang Diungkap

Pokok Materi

Ingatan (1)

Pema-haman

Apli-Kasi(A)

Jumlah

Bagian I ........... ........... ................. ...............Bagian II ............ ........... ................ ................Bagian(terakhir) ............ ........... ................. ...............

Jumlah .............. ........... .................. ................

Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris , sehingga tampak hubungan

antara materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK . Sebenarnya penyusunan tes

bukan hanya mengingat hubungan antara dua hal tersebut tetapi empat hal , yaitu

hubungan antara materi . TIK , Kegiatan belajar , dan evaluasi .

Keempat hal , yaitu materi , TIK , Kegiatan belajar , dan evaluasi merupakan

kaitan yang erat sekali .Dengan mengenal materi yang akan diajarkan (yang dipilih

untuk mencapai Tujuan Kurikuler dan Tujuan Intruksional Umum ), kita segera tahu

bagaimana sifat materi tersebut misalnya fakta , konsep atau hubungan antarkonsep .

Apabila materinya berupa fakta , tentu TIK-nya menyangkut ingatan . Kegiatan

Page 2: Tabel Spesifikasi

belajarlah informasi dan evaluasi dapat terurai , isian singkat , benar-salah atau pilihan

ganda biasa .

Dalam program satuan pelajaran yang dikembangkan oleh Pemantapan Kerja

Guru (PKG) dapat diketahui dengan jelas hubungan antara empat komponen tersebut .

Urutannya adalah : TIK , materi , kegiatan belajar-mengajar , dan evaluasi . Ini

merupakan urutan yang benar . Memang dakam mengajar harus diketahui terlebih

dahulu apa yang akan dicapai . Kemudian ditentukan materi penunjangnya . Apa yang

disajikan diatas mengikuti kebiasaan yang ada dalam praktek . Karena yang tersedia

dihadapan guru adalah materi yang tercakup dalam buku , maka barulah dari materi

tersebut dirumuskan TIK-nya tentu saja ini kurang benar , tetapi mudah dilakukan ,

khususnya bagi mereka yang belum tarbiasa menyusun soal .

Kebiasaan yang salah dan tidak boleh lagi diteruskan adalah dari materi disusun

soalnya , baru kemudian dirumuskan TIK-nya .

Sebagai contoh kaitan antara TIK , materi , kegiatan balajar-mangajar dan

evaluasi adalah sebagai berikut .

TIK : 4.2.2. Siswa dapat menghitung kecepatan benda

Materi : 4.2.2. Percepatan benda .

KBM : Informasi dan tanya jawab percepatan .

Evaluasi : 4.2.2. Sebuah banda yang mula-mula diam , massanya 5 kg dan

menerima dua buah gaya yang berlawanan dan sama besar masing-

masing 10 newton.

Maka percepatannya ialah :

A. 0 m/dt²

B. 0,5 m/dt²

C. 2 m/ dt²

D. 4 m/dt²

Dalam beberapa tahun terakhir ini istilah “tabel spesifikasi atau tabel kisi-kisi” ini

mulai luntur dikalangan guru-guru . Sebagai alasan lunturnya adalah munculnya

istilah “indikator ” . Sebetulnya kita tidak perlu “kagum ”, “terharu ”, atau “lekas

terpengaruh” dengan munculnya istilah –istilah baru yang bjustru kadang membuat

kita bingung padahal sebetulnya sama saja . Istilah “indikator” sebetulnya tidak

berbada banyak dengan inti aspek yang dirumuskan didalam Tujuan Instruksional

Page 3: Tabel Spesifikasi

Khusus atau TIK . Tentu saja berbeda , tetapi dalam aplikasi nya tidak jauh berbada .

Oleh karena itu , agar tidak membingungkan pembaca , istilah yang digunakan dalam

buku ini tetap “kisi-kisi” atau “tabel spesifikasi” .

2.Langkah – Langkah Pembuatan

Sebenarnya ada beberapa macam tabel spesifikasi . Macam tabel ini

ditentukan oleh bidang studi dan homogenitas materi yang akan diteskan . Satu hal

yang sama adalah bahwa langkah pertama yang harus diambil adalah mendaftar

pokok- pokok materi yang diteskan kemudian memberikan imbangan bobot masing-

masing pokok materi .

Contoh :

Akan membuat tes untuk evaluasi . Pokok-pokok materinya adalah :

a. Pengertian (2)

b. Fungsi evaluasi (3)

c. Macam-macam cara evaluasi (5)

d. Persyaratan evaluasi (4)

Angka – angka yang tertera didalam kurung yang tertuliskan dibelakang

pokok materi . Penentuan imbangan bobot dilakukan oleh penyusunan soal

berdasarkan atas luasnya materi atau kepentingannya untuk dites . Penentuan

imbangan dilakukan atas perkiraan (judgment) saja.Pada waktu menuliskan angka

tidak perlu dihitung-hitung bahwa jumlahnya harus 10 karena semuanya akan diubah

menjadi angka dalam bentuk persentase .

Dari contoh diatas , maka pokok-pokok materi dapat dipindahkan kedalam

tabel dan mengubah indeks menjadi persentase . Inilah merupakan langkah kedua dari

pembuatan tabel spesifikasi .

\

Page 4: Tabel Spesifikasi

TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI

Aspek yang Di Ungkapkan

PokokMateri

Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah

Pengertian evaluasi (14 %) 7

Fungsi evaluasi (21%) 10

Macam-macam cara Evaluasi (36%) 18

Persyaratan evaluasi (29%) 15

Jumlah 50 butir soal

Setelah mencantumkan pokok –pokok materi yang akan diteskan beserta

presentasenya , langkah ketiga adalah merinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap

pokok materi , dan angka ini dituliskan pada kolom paling kanan . Caranya adalah

membagi jumlah butir soal (disini 50 buah ) menjadi 4 bagian berdasarkan imbalan

bobot yang tertera sebagai persentase .

Angka 50 ditentukan oleh guru berdasarkan alokasi waktu yang disediakan

dan bentuk soal yang akan diberikan . Dalam contoh ini dimisalkan bahwa akan

disusun tes berbentuk objektif dalam jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda ,

karena waktu yang disediakan adalah 75 menit . Sekali lagi disini diperlukan

kebijaksanaan guru untuk memperkirakan banyaknya soal agar tidak terlalu sedikit

maupun terlalu banyak .

Sebagai ancar-ancar waktu adalah bahwa sebuah soal tes obyektif

membutuhkan waktu 1 menit untuk membaca dan menjawabnya sehingga jika

disediakan waktu 75 menit untuk tes , dapat disusun butir soal sejumlah :

- 50 buah bentuk soal obyektif (50 menit)

- 5 buah bentuk uraian (25 menit )

Jadi banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh :

Page 5: Tabel Spesifikasi

1. Waktu yang tersedia ,

2. bentuk soal

Sampai dengan langkah ketiga , cara yang dilalui sam bagi seluruh bidang

studi .

Untuk langkah-langkah selanjutnya , terdapat langkah khusus , tergantung

dari homogenitas atau heterogenitas (keragaman) materi yang diteskan .

a. Untuk materi yang seragam

Yang dimaksud dengan ‘seragam’ di sini adalah bahwa antara pokok materi yang

satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek

tingkah laku . Misalnya 50% untuk ingatan , 30% untuk pemahaman , dan 20%

untuk aplikasi . Apabila demikian halnya , maka angka persentase dapat dituliskan

pada kolom , di bawah kata-kata ‘ingatan’ , ‘Pemahaman’ , dan ‘ aplikasi ’ .

Selanjutnya banyak butir soal untuk setiap sel (kotak kecil) diperoleh dengan cara

menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap pokok materi yang sudah

tertulis dikolom paling kanan . Perlu diperhatikan bahwa angka yang diperoleh

untuk setiap sel merupakan pembulatan dari perhitungan dengan cara mereka-reka

atau mengeser-gesernya sehingga jumlah ke samping dan ke bawah diperoleh

angka benar.

Contoh :

TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES EVALUASI

Aspek yang

Diukur

Pokok

Materi

Ingatan

(50%)

Pemahaman

(30%)

Aplikasi

(20%)

Jumlah

(100%)

Pengertian evaluasi

(14 %) (A) (B) (C) 7

Fungsi evaluasi

(21%) (D) (E) (F) 10

Macam-macam cara evaluasi

(36%) (G) (H) (I) 18

Persyaratan evaluasi

(29%) (K) (L) (M) 15

Page 6: Tabel Spesifikasi

Jumlah 50

Untuk mengisi / menentukan banyak butir soal untuk tiap sel dilakukan demikian :

Sel A =50

x 7 soal = 3.5 ( 4 soal)100

Sel B =30

x 7 soal = 2.1 ( 2 soal)100

Sel C =20

x 7 soal = 1.4 ( 1 soal)100

Untuk mengisi sel-sel yang lain , dilakukan dengan cara yang sama dengan cara yang

digunakan untuk menentukan sel A , sel B , dan sel C.

Catatan :

Di samping cara yang diajukan ini , untuk menentukan jumlah butir soal untuk tiap-

tiap pokok materi , ada lagi cara lain yang diambil orang , yakni mulai dari pengisian

sel-sel kemudian baru diperoleh jumlah soal dari tiap pokok materi .

Contoh :

TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES IPS

Aspek yang Diukur

PokokMateri

Ingatan(50%)

Pemahaman(30%)

Aplikasi(20%)

Jumlah(100%)

Bab 1

(40%)(A) (B) (C)

Bab 2

(30%)(D) (E) (F)

Bab 3

(30%)(G) (H) (I)

Jumlah

(100%)

40

Misalnya berdasarkan waktu yang telah ditentukan , diperkirakan akan disusun 40

buah butir soal . Maka tiap diperoleh imbangan jumlah sebagai berikut :

Sel A =50

X40

X 40 soal = 8 soal100 100

Sel B =30

X40

X 40 soal = 4,8 soal (dibulatkan 5 soal)100 100

Sel C = 20 % X 40 % X 40 soal = 3,2 soal (dibulatkan 3 soal)

Page 7: Tabel Spesifikasi

Sel D = 50% X 30% X 40 soal = 6 soal.

Demikian seterusnya setelah dihitung dengan cara yang sama , terdapatlah angka-

angka yang menggambarkan banyaknya soal seperti tercantum pada tiap aspek .

Sesudah itu baru dijumlahkan ke kanan maupun ke bawah sehingga terdapat jumlah

soal untuk setiap bagian / pokok materi maupun untuk setiap aspek tingkah laku .

Dengan demikian maka tabel spesifikasi penyusunan tes IPS tersebut akan terisi

seperti di bawah ini :

Aspek yang

Diukur

Pokok

Materi

Ingatan

(50%)

Pema-

Haman

(30%)

Apli-

Kasi

(20%)

Jumlah

(100%)

Bab 1

(40%)

(A)

8

(B)

5

(C)

3 16

Bab 2

(30%)

(D)

6

(E)

4

(F)

2 12

Bab 3

(30%)

(G)

6

(H)

4

(I)

2 12

Jumlah

(100%) 20 13 7 40

b. Untuk materi yang tidak seragam

Apa yang telah dijelaskan adalah pembuatan kisi-kisi (tabel spesifikasi) untuk

materi yang arti seragam dalam imbangan aspek tingkah laku .

Adakalanya pokok-pokok materi dalam satu bulan hanya mencakup satu aspek

tingkah laku saja , yakni ingatan saja misalnya : suku-suku bangsa yang ada

diindonesia .Adanya suku-suku bangsa tersebut hanya dapat dihafalkan , tanpa

perlu dipahami , apalagi diaplikasikan .Dalam keadaan demikian maka isi

hanya kolom ingatan.Dalam kedaan lain misalnya hal osmose dan difusi ,

hanya dapat dipahami dan diaplikasikan , sebaiknya tidak di hafalkan .

Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam ,

tidak perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala

Page 8: Tabel Spesifikasi

kolom . Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas

banyaknya soal untuk materi itu dan imbangan yang dikehendaki oleh penilai

menurut sifat pokok materi yang bersangkutan .

Contoh :

Aspek yang

Diukur

Pokok

Materi

Ingatan

(I)

Pema-

Haman

(P)

Apli-

Kasi

(A)

Jumlah

Bab 1

(25%)

(A) 60%

6

(B)30%

3

(C)10%

1 10

Bab 2

(40%)

(D)20%

3

(E)50%

8

(F)30%

5 16

Bab 3

(35%)

(G)20%

3

(H)20%

3

(I)60%

8 14

Jumlah

(100%) 40

Dalam keadaan seperti dicontohkan misalnya :

Bab 1 mayoritas hafalan

Bab 2 mayoritas pemahaman

Bab 3 mayoritas aplikasi

Maka imbangan aspek tingkah laku , tidak dapat dituliskan pada kepala kolom .

Penentuan angka yang menunjukan banyaknya butir soal pada tiap sel ,

ditentukan perbab.

Kiraan (judgment) apakah materi-materi yang akan diteskan merupakan materi

yang homogen atau bukan.

Apabila tabel spesifikasi sudah jadi, maka ini berarti bahwa guru sudah

melakukan tugas betul dan aman di dalam rangkaian tugas menyusun tes.

Page 9: Tabel Spesifikasi

Penyesuaiaan tes yang disertai dengan melalui tabel spesifikasi dapat dijamin

bahwa tesnya cukup mempunyai validitas isi dan validitas tingkah laku.

Adakalanya guru memperoleh bimbingan dalam menyusun soal tes. Agar

pembimbing dapat berlangsung secara efektif. Dituliskan sekaligus unsur-unsur

item bagi sel yang bersangkutan, misalnya sebagai berikut :

Aspek yang

Diukur

Pokok

Materi

Ingatan

(I)

Pema-

Haman

(P)

Apli-

Kasi

(A)

Jumlah

Bab 1

(25%)

(6)

1,2,6,7,

8,10

(3)

3,4,9

(1)

5 10

Bab 2

(40%)

(3)

11,18,22

(8 )

12,13,14,15

19,20,23,24

(5)

16,17,21

25,26

16

Bab 3

(35%)

(3)

27,32,26

(3)

28,33,37

(8)

29,30,31,34

35,38,39,40

14

Jumlah (100%) 12 14 14 40

Dengan dicantumkannya nomor-nomor item tersebut pembimbing dapat

menelusuri sesuatu rumusan item kembali pada kisi-kisi. Misalnya untuk item

nomor 16 menurut kehendak penulisan soal, item tersebut mengukur aplikasi.

Oleh pembimbing ditelaah rumusan kalimat dan isinya. Sangat mungkin

ternyata item tersebut hanya mengungkap ingatan saja. Memang demikianlah

menurut pengalaman penulis buku ini dalam memberikan bimbingan kepada

para guru maupun mahasiswa. Paling mudah adalah membuat item yang

mengukur aspek ingatan.

Pada waktu ini ada kecendrungan di dalam dunia pendidikan tidak

menggunakan pendendekatan aspek-aspek ini lagi tetapi “indikator”

Page 10: Tabel Spesifikasi

kecendrungan baru tersebut tidak berarti menyalahkan yang lama. Tetapi

menyempurnakannya. Pendekatan dengan “indikator” tidak jauh berbeda dengan

pendekatan “aspek”. Dalam kesempatan lain akan dimasukkan juga kedalam

buku ini.

3. Tindak Lanjut Sesudah Penyusunan Tabel Spesifikasi

Dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah menyusun tabel spesifikasi

untuk memperoleh seperangkat soal tes. Dua langkah tersebut adalah:

menentukan bentuk soal dan menulis soal-soal tes.

a. Menentukan bentuk soal

Dalam pengalaman yang diperoleh sehari-hari dapat diketahui adanya

bermacam-macam bentuk soal tes. Dengan kebaikan dan keburukan masing-

masing. Dengan ketergantungan tentang bagai mana cara mengatasi keburukan

atau kekurangan tiap bentuk, maka kita dapat mengambil berbagai bentuk.

Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal yaitu :

a.Waktu yang tersedia,

b. Sifat meteri yang dites.

Sebagai pertimbangan dalam menentukan bentuk soal sehubungan dengan waktu

yang tersedia adalah bahwa soal bentuk betul-salah membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada isian atau pilihan ganda. Bentuk menjodohkan adalah

bentuk yang memerlukan waktu banyak untuk menyelesaikan. Yang perlu

mendapat perhatian adalah soal bentuk uraian. Soal bentuk ini paling banyak

memakan waktu dibandingkan dengan pernyataan”mengapa”.

Sifat materi, sangat menentukan bentuk soal tes pula. Adakalanya sebuah pokok

materi tidak dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda karena sukar dicarikan

alternatif yang hampir sama.

Materi yang berisikan fakta-fakta, lebih mudah dibuatkan alat pengukur bentuk

isian singkat. Materi-materi yang dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda,

apabila digabungkan dapat diukur dengan soal bentuk menjodohkan.

Perlu diingat lagi keuntungan dan kerugian dalam menggunakan soal bentuk

objektif dan bentuk uraian, untuk menentukan bentuk soal ini.

Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih dahulu kita harus sudah

mengetahui beberapa lama lokasi waktu nyang tersedia untuk mengerjakan tes.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan alokasi waktu tes adalah:

Page 11: Tabel Spesifikasi

1) Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali pertemuan

(@ 45 menit) kira-kira memerlukan 15-20 menit, sedangkan untuk

mempelajaran yang berlangsung selama 1 jam pelajaran memerlukan waktu

kira-kira 5-10 menit.

2) Waktu yang digunakan untuk menyelesaiakn soal bentuk objektif pilihan

ganda kira-kira ½-1 menit untuk setiap butir tes (untuk pilihan ganda

sederhana benar-salah barangkali dapat lebih singkat).

3) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaiakn soal bentuk uraian tergantung

dari berapa lama siswa harus berpikir dan menuliskan jawaban.

Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berpikir adalah sebagai

berikut:

1) Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi

yang diajarkan. Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini berhubungan

dengan aspek ingatan.

2) Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi.

Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahamansiswa.

3) Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan

konsep ini berhubungan dengan aspek pemahaman tetapi dapat juga aplikasi.

4) Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan dan menghubungkan

konsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini berhubunagn dengan

aspek aplikasi.

5) Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam

permasalahan yang lebih luas. Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat

sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis, sintesis, atau evaluasi.

Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari aspek yang

diukur.

Untuk mementukan bentuk soal ditinjau dari segi konstruksi soal. Yaitu bentuk

objektif dan uraian, maka dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama, atau istilah. Hal-hal seperti

ini merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan butir soal benar-salah

(B-S) ataupun isian singkat.

2) Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi ditentukan

untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiple choice). Definisi atau

hubungan sebab-akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk

Page 12: Tabel Spesifikasi

benar-salah, pilihan ganda ataupun hubungan antarhal (dua pernyataan yang

dihubungkan dengan kata”sebab”).

3) Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya, untuk dijadikan soal

bentuk uraian .

Dengan pertimbangan butir soal ditinjau dari aspek yang diukur dan dibentuknya,

kita akan tahu bahwa antara keduanya terdapat perkaiatn. Bentuk “Hubungan

Antarhal” tidak tepat digunakan untuk mengukur aspek ingatan, tetapi aspek

pemahaman ke atas.

b. Menulis soal-soal tes

Langakah terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal tes (item

writing). Walaupun tampaknya tinggal satu langkah, akan tetapi langkah ini

merupakan langkah penting karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal.

Hal-hal yang harus diperhatikan:

(a) Bahasnya harus sederhana dan mudah dipahami. Perlu diingat sekali lagi

bahwa kesalahan dalam memilih kalimat dapat berakibat tidak validnya

sebuah tes. Untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar, faktor bahasa

tidak boleh menjadikan hambatan penyelesaian soal.

(b) Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.

(c) Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu diperhatikan

agar tidak ditafsirkna salah. Dalam matematika misalnya, penulisan pangkat

maupun indeks harus diusahakan pada tempat yang semestinya.

(d) Petunjuk mengerjakan.

Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa melihat bentuk-bentuk soal yang

dijumpai, namun petunjuk mengerjakan tiap kelompok soal merupakan hal

yang penting dan tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus dituliskan

sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dari

yang dikehendaki oleh guru.

Catatan :

Untuk memperoleh sebuah tes yang terstandar, harus dilakukan uji coba (try out)

berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji coba

terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, paling tidak dapat ditarik manfaat-manfaat

sebagai berikut :

(1) Pengalaman menggunkan tes tersebut.

Page 13: Tabel Spesifikasi

(2) Mengetahui kesukaran bahasa.

(3) Mengetahui variasi jawaban siswa.

(4) Mengetahui waktu yang dibutuhkan.

(5) Dan lain-lain kesulitan.

Uji coba yang sesungguhnya dilakukan oleh para penyusun tes terstandar

sehingga tes tersebut sudah diketahui dengan pasti. Hal ini tidak berarti bahwa guru

tidak dimungkinkan melaksanakan uji coba. Sebetulnya kondisi tes yang menyangkut

dengan keadaan siswa dan suasana kelas, sudah dikenal oleh guru, terutama oleh guru

yang mengajar suatu tingkat kelas berturut-turut beberapa tahun. Masukan siswa yang

dihadapi sudah dikenal. Rata-rata kepandaian anak sudah dapat diperkirakan oleh

sebelumnya.

Guru yang baik selalu akan meningkatkan mutu tes yang digunakan oleh karena

menyusun tes itu sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan soal-soal

tesnya, dan disertai dengan catatan –catatan mengenai butir-butir mana yang terlalu

mudah, terlalu sukar, atau membingungkan. Dengan cara demikian maka

keterampilan guru dalam menyusun tes akan meningkat, dan akan diperoleh

sekelompok tes yang mutunya buka lagi yang paling bawah.

Tes merupakan suatu alat untuk mengukur sesuatu. Alat ukur tersebut dengan

sendirinya harus sedemikian keadaannya sehingga memberikan gambaran hasil

seperti yang diharapkan.

Evaluasi selalu harus sejalan dengan materi yang diajarkan. Disekolah dasar

banyak hal-hal yang bersifat hafalan yang diajarkan. Disekolah lanjutan tingkat

pertama, lebih banyak pemahaman daripada hafalannya. Disekolah lanjutan tingkat

atas beralih kehal-hal yang bersifat anlitik-sintetik dan problematik. Ini semua

berakibat pada aspek-aspek evaluasinya, yaitu bahwa makin ketingkat atas

pendidikannya, aspek yang diukur mengarah ke kognitif tingkat tinggi.

Berhubungan setiap bidang studi memiliki sifat dan karakteristik sendiri-sendiri

maka presentase yang menggambarkan aspek tidak diungkap tidak mungkin

diseragamkan. Berikut ini disajikan satu tabel yang menggambarkan alokasi persen

setiap aspek untuk berbagai bidang studi. Contoh ini diambil dari Pedoman

Penyusunan Tes Sumatif di Proyak Perintis Sekolah Pembangunan, yang mungkin

saja dapat dijadikan pedoman dalam menyusun tes sejenis.

KOMPOSISI ASPEK YANG DIUNGKAP

Page 14: Tabel Spesifikasi

DALAM MENYUSUN TES SUMATIF

UNTUK TIAP BIDANG STUDI

(dalam 100%)

Aspek yang diungkapkan

Bidang studi / Tingkat

Ingatan (1%)

Pemahaman(%)

Aplikasi (%)

Jumlah (100%)

MatematikaSD 50 30 20 100

SMP 40 30 30 100SMA 40 30 30 100

IPA SD 60 30 10 100SMP 50 35 15 100SMA 40 40 20 100

PENDIDIKAN MORAL PANCASILA

SD 60 25 15 100SMP 50 35 20 100SMA 40 35 25 100

IPSSD 65 25 10 100

SMP 55 30 15 100SMA 45 35 20 100

BAHASA INGGRIS

SD - - - -SMP 25 50 25 100SMA 25 50 25 100

BAHASA INDONESIA

SD 40 35 25 100SMP 25 40 35 100SMA 20 50 30 100

*) Untuk Bahasa Inggris:

a. Catatan,yang dimaksud dengan “ ingatan” adalah vacabulary indiomatic expression

b. pemahaman adalah structure dan comprehension.

c. kemampuan menjawab pertanyaan dalam bentuk essay dan kemampuan translation.

Evaluasi Bab 12

1. Untuk memperoleh dua tes yang paralel, apakah yang harus sama?

- Materi yang dicakup.

- Tabel Spesifikasi.

- Bentuk soal.

- Taraf kesukaran soal.

- Kunci jawaban

- Pedoman penilaian

Jelaskan jawaban saudara!

2. Seorang penilai akan menyusun tes untuk 3 bab dari materi yang sudah diajarkan.

Page 15: Tabel Spesifikasi

- Bab 1 : berbobot dua kali bab 2.

Aspek yang diukur, seperlima hafalan, seperlima pengertian, dan tiga

perlima aplikasi.

- Bab 2 : berbobot setengah dari bab 3.

Aspek yang diukur hanya pengertian dan aplikasi dengan bobot

yang sama

- Bab 3 : berbobot dua kali bab 2.

Aspek yang diukur hanya ingatan dan aplikasi dengan imbangan 1:3

Bantulah untuk menyusun tabel spesifikasinya !

3. kepada siapa penyusun tes harus bertanya agar diketahui bahwa bahasanya cukup

mudah dipahami?