TA_05

download TA_05

of 12

description

DG

Transcript of TA_05

SEMINAR HASIL PENELITIAN MAHASISWAJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul Penelitian: Pengaruh Pemberian Pupuk Cair terhadap Pertumbuhan dan

Hasil Tanaman Melon (Cucumis melo L.)Pemrasaran/ NIM: Sania Meirahel S / 05081001030

Pembimbing

: Dr. Ir. M. Ammar, M.P

Astuti Kurnianingsih, S.P, M.Si

Pembahas

: Ir. Karnadi Gozali Ir. Endang D Setiaty

Ir. Teguh Achadi, M.PHari/ Tanggal:

Waktu

:

Tempat

: Ruang Seminar Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sriwijaya

AbstractThe Influance by Giving Fertilizer Liquid For Growth and Yield Of Melon (Cucumis melo L). This research aims to know effect of biofitalik and bioverin giving to growth and yield of melon (Cucumis melo L.). This research at Agriculture Risearch Station Faculty of Agriculture Sriwijaya University, Indralaya, Ogan Ilir, South Sumatra. This research started from November 2011 to February 2012.

This research used Randomized Block design (RAK) with seven treatment by giving fertilizer liquid biofitalik and bioverin is Control (without liquid fertilizer) (F0), a gift biofitalik fertilizer liquid 10 days after the move planting (F1), twice gift biofitalik fertilizer liquid repeated 10 days (F2), three times the biofitalik fertilizer liquid repeated 10 days (F3), a gift bioverin fertilizer liquid 10 days after the move planting (F4), twice gift bioverin liquid fertilizer repeated 10 days (F5), three gift a bioverin liquid fertilizer repeated 10 days (F6).

The result showed that melon is very responsive by giving liquid fertilizer expecially 2 times giving bioverin liquid fertilizer repeated 10 times a day. The result not showed real effect for all parameters. Keyword : Liquid bio-fertilizer, Melon (Cucumis melo L.)

I. PENDAHULUANMelon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi daging buahnya, baik untuk tipe konsumsi segar maupun olahan. Melon mengandung 0.6 g protein, 0.4 mg besi, 30 mg vitamin C, 0.4 g serat dan 6.0 g karbohidrat (Samadi, 2007). Melon merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari produksi melon yang semakin meningkat. Data produksi nasional melon tahun 2006 menunjukkan sebesar 55,798 ton dan tahun 2007 produksi melon sebesar 59,184 ton (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008).Usaha tani melon diminati petani karena cukup menguntungkan, umur panen pendek yaitu 55-65 hari (Rukmana 1994), dan harga buah melon relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas hortikultura pada umumnya (Tjahjadi 2000). Hal ini memungkinkan perbaikan perekonomian Indonesia khususnya dibidang pertanian dengan peningkatan ekspor buah melon selain itu juga dapat memperbaiki gizi masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan. Melon memiliki nilai ekonomi yang cukup besar dalam pemasarannya namun didalam budidayanya tanaman ini memerlukan penanganan yang cukup intensif. Salah satu usaha untuk peningkatan produksi tanaman melon dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk cair. Tanaman melon memerlukan persyaratan tumbuh, antara lain tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan pH tanah mendekati netral (6-6,8) (Samadi 2004). Peranan pupuk sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian, yang dimaksudkan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Dengan pemberian pupuk secara intensif yang dilakukan tepat waktu, dosis dan jenisnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan mutu tanaman (Suriatna,1987). Biofitalik adalah ekstrak kompos yang terbuat dari campuran kulit udang dengan pupuk kandang sapi. Ekstrak kompos merupakan salah satu bahan alami murah dan aman. Ekstrak kompos kulit udang lebih unggul dari pestisida sintetik bahkan agens hayati dan dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman (Suwandi, 2004). Menurut Irsan dan Suswandi (2009), pupuk cair ekstrak kompos Biofitalik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan mengendalikan penyakit tanaman, yang mengandung bahan aktif mikroba pengompos, bakteri pelarut P dan unsur hara N, P, K, Mg, S, Zn, dan Fe.Bioverin (Beauveria bassiana) adalah salah satu jamur entomopatogenik yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen pengendali hayati. Berbagai kelebihan pemanfaatan jamur entomopatogen dalam pengendalian hama ialah mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek, dapat membentuk spora yang tahan lama di alam walaupun dalam kondisi yang tidak menguntungkan, relatif aman, bersifat selektif, relatif mudah diproduksi, dan sangat kecil kemungkinan terjadi resistensi (Prayogo et al. 2005). Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman (Hanolo, 1997). Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman (Suwandi dan Nurtika, 1987). Kebutuhan hara yang relatif besar dan singkat untuk budidaya sayur dan buah seperti bawang merah, lombok, semangka dan melon perlu aplikasi pupuk cair yang diberikan dengan penyemprotan pada daun atau dialirkan bersama air irigasi (Yuwono, N. W. 2009).

Peningkatan produksi melon seringkali mengalami kegagalan karena adanya serangan hama dan penyakit. Cendawan Beauveria bassiana ini dilaporkan sebagai agensi hayati yang sangat efektif mengendalikan sejumlah spesies serangga hama termasuk rayap, kutu putih, dan beberapa jenis kumbang (Gillespie, 1988). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian biofitalik dan bioverin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon (Cucumis melo L.). Diduga terdapat pupuk cair tertentu yang memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon.II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan November 2011 sampai Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan pemberian bio-fitalik dan bioverin sebagai berikut :

F0 : Kontrol (tanpa pupuk cair)

F1 : 1 kali pemberian pupuk cair bio-fitalik 10 hari setelah pindah tanam

F2 : 2 kali pemberian pupuk cair bio-fitalik diulang 10 hari sekali F3 : 3 kali pemberian pupuk cair bio-fitalik diulang 10 hari sekali

F4 : 1 kali pemberian pupuk cair bioverin 10 hari setelah pindah tanam

F5 : 2 kali pemberian pupuk cair bioverin diulang 10 hari sekaliF6 : 3 kali pemberian pupuk cair bioverin diulang 10 hari sekali

Perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga didapat 3 x 7 = 21 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari enam tanaman, maka secara keseluruhan tanaman terdapat sebanyak 126 tanaman. Cara kerja yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pembersihkan lahan, pembuatan bedengan, pemupukan, pemasangan mulsa, pembibitan, penanaman, pemberian pupuk cair, pemeliharaan dan pemanenan. Parameter yang diamati ada 9 yaitu pertambahan panjang tanaman, pertambahan jumlah ruas, pertambahan jumlah daun, bobot berangkas segar, bobot berangkas kering, jumlah buah, bobot buah, diameter buah dan ketebalan daging buah.V. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilHasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk cair pada tanaman melon belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati (Tabel 1).

Tabel 1. Analisis keragaman pengaruh perlakuan terhadap seluruh parameter yang diamati

No.Parameter yang DiamatiF HitungKK (%)

1.Panjang Tanaman (cm)0,93tn21,01

2.Jumlah Ruas Daun1,24tn19,97

3.Jumlah Daun1,24tn19,97

4.Jumlah Buah (buah)1,39tn15,24

5.Bobot Berangkas Segar (g)1,06tn27,22

6.Bobot Berangkas Kering (g)1,45tn41,85

7.Bobot Buah (kg)1,01tn 0,25

8.Diameter Buah (cm)

2,44tn 0,14

9.Ketebalan Daging Buah (cm)

0,99tn 0,19

F Tabel 0,05

F Tabel 0,01 2,60

3,87

Keterangan : tn= Tidak berbeda nyata

KK = koefisien Keragaman

1. Panjang Tanaman (cm)Perlakuan pemberian pupuk cair tidak berbeda nyata untuk parameter pertambahan panjang tanaman (Tabel 1). Pertambahan panjang tanaman perlakuan 1 kali pemberian pupuk cair Bio-Fitalik setelah 10 hari pindah tanam (F1) adalah yang tertinggi yaitu 150,62 cm dan yang terendah adalah tanpa pupuk cair (F0) yaitu 104,71 cmPengaruh semua perlakuan pemberian pupuk cair terhadap pertambahan panjang tanaman (Gambar 1).

Gambar 1. Rata-Rata Panjang Tanaman Melon Berbagai Perlakuan Pemberian Pupuk Cair

2. Jumlah Ruas DaunPertambahan jumlah ruas daun tanaman melon tertinggi dihasilkan oleh perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bioverin diulang 10 hari sekali (F5) yaitu 33,89, sedangkan nilai terendah dihasilkan oleh perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bio-Fitalik diulang 10 hari sekali (F2) yaitu 22,16.

Gambar 2. Rata-Rata Jumlah Ruas Daun Tanaman Melon Berbagai Perlakuan Pemberian Pupuk Cair

3. Jumlah Daun

Gambar 3. Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Melon Berbagai Perlakuan Pemberian Pupuk CairPerlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bioverin diulang 10 hari sekali (F5) menunjukkan nilai tertinggi yaitu 33,89, sedangkan nilai terendah dihasilkan oleh perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bio-Fitalik diulang 10 hari sekali (F2) yaitu 22,16.

4. Jumlah Buah (Buah)

Gambar 4. Rata-Rata Jumlah Buah Tanaman Melon Berbagai Perlakuan

Perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bio-Fitalik diulang 10 hari sekali (F2) yaitu 5,67 menunjukkan nilai tertinggi untuk parameter jumlah buah5. Berat Berangkasan Segar (g)

Perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bioverin diulang 10 hari sekali (F5) menunjukkan nilai tertinggi untuk parameter berat berangkasan segar yaitu 816 g.

Gambar 5. Rata-Rata Berat Berangkasan Segar Tanaman Melon Berbagai Perlakuan.

6. Berat Berangkasan Kering (g)

Berat berangkasan kering tanaman melon dengan perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bioverin diulang 10 hari sekali (F5) 83,50 g, sedangkan nilai terendah tanpa pupuk cair (F0) yaitu 55,20 g.

Gambar 6. Rata-Rata Berat Berangkasan Kering Tanaman Melon Berbagai Perlakuan7. Jumlah Buah (Buah)

Gambar 7. Rata-Rata Jumlah Buah Tanaman Melon Berbagai Perlakuan

Perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bio-Fitalik diulang 10 hari sekali (F2) yaitu 5,67 menunjukkan nilai tertinggi untuk parameter jumlah buah8. Berat Buah (kg)

Perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bioverin diulang 10 hari sekali (F5) yaitu 1,93 Kg, menunjukkan nilai tertinggi sedangkan nilai terendah ditunjukkan oleh perlakuan 1 kali pemberian pupuk cair Bioverin setelah 10 hari pindah tanam (F4) yaitu 1,30 Kg.

Gambar 8. Rata-Rata Berat Buah Melon Berbagai Perlakuan Pemberian Pupuk Cair

9. Diameter Buah (cm)

Gambar 9. Rata-Rata Diameter Buah Melon Berbagai Perlakuan Pemberian Pupuk CairPada perbandingan perlakuan, terlihat bahwa tanaman melon perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair Bioverin diulang 10 hari sekali (F5) menunjukkan nilai diameter tertinggi yaitu 15,37 cm, Perlakuan 3 kali pemberian pupuk cair Bioverin diulang 10 hari sekali (F6), menunjukkan pengaruh yang lebih rendah yaitu 14,07 cm.

10. Ketebalan Daging Buah (cm)

Gambar 10. Rata-Rata Ketebalan Daging Buah Melon Berbagai Perlakuan Pemberian Pupuk Cair

Ketebalan daging buah tertinggi dihasilkan oleh perlakuan 1 kali pemberian pupuk cair Bioverin setelah 10 hari pindah tanam (F4) yaitu 3,33 cm, sedangkan nilai terendah dihasilkan oleh perlakuan 3 kali pemberian pupuk cair Bio-Fitalik diulang 10 hari sekali (F3) yaitu 2,76.B. Pembahasan

Hasil penelitian ini secara keseluruhan belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter. Namun secara statistik terlihat bahwa tanaman melon yang diberi pupuk cair lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk cair. Hal ini diduga tanaman melon yang diberi pupuk cair lebih banyak mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara yang diserap oleh tanaman tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti pembentukan akar, pemanjangan batang, pembentukan daun, bunga dan buah sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui peningkatan ketersediaan unsur hara yang diserap oleh tanaman melalui pemberian pupuk cair. Pendapat ini didukung oleh Prajnanta (2004), bahwa pemberian pupuk organik dalam bentuk cair lebih efektif karena dapat langsung masuk ke dalam tanah, juga dapat dengan mudah mencapai tempat-tempat yang dilalui akar.

Pada parameter panjang tanaman perlakuan 1 kali pemberian pupuk cair Bio-Fitalik setelah 10 hari pindah tanam (F1) sudah mampu memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman hal ini diduga pupuk cair biofitalik banyak mengandung unsur N, dengan penambahan dari unsur hara yang terkandung di dalam pupuk cair biofitalik tersebut mampu mensuplai ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Banyaknya unsur N yang diserap oleh perakaran melon mampu mempercepat pemanjangan batang tanaman, jumlah cabangnya semakin banyak dan daunnya bertambah sehingga menunjang terjadinya proses fotosintesis. Dengan demikian hasil fotosintesis dapat digunakan pada saat pembentukan buah.Pertumbuhan tanaman melon menunjukkan hasil yang rendah pada perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair bio-fitalik diulang 10 hari sekali (F2) dan meningkat pada perlakuan 3 kali pemberian pupuk cair bio-fitalik diulang 10 hari sekali (F3) hal ini diduga pupuk cair terbawa oleh air hujan pada saat pengaplikasian sehingga unsur hara di dalam tanah tidak tersedia bagi tanaman akibatnya tanaman mengalami penurunan pada fase vegetatif seperti penurunan panjang tanaman, jumlah ruas dan jumlah daun. Namun, pada fase generatif tanaman mengalami peningkatan kembali pada berat berangkasan segar, berat berangkasan kering, jumlah buah, berat buah, diameter buah dan ketebalan daging buah. Sebaliknya tanaman melon yang diberi perlakuan pupuk cair bio-fitalik diulang 10 hari sekali (F3) mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan tidak terjadi keseimbangan antara kedua fase tersebut. Menurut Djafar et al (1990) dalam Suhartini (2005), apabila fase vegetatif dominan terhadap fase generatif maka pemakaian karbohidrat lebih banyak digunakan sehingga produksi berkurang. Apabila fase generatif dominan terhadap fase vegetatif maka produksi juga akan berkurang karena organ vegetatif tidak maksimal melakukan fotosintesis. Bila vegetatif dan generatif berimbang maka karbohidrat yang disimpan juga berimbang sehingga produksi optimal.Respon perlakuan pupuk cair biofitalik dan bioverin menunjukkan pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada perlakuan pemberian pupuk cair biofitalik tanaman melon mampu menyelesaikan fase vegetatifnya namun pada fase generatif tanaman melon mengalami penurunan. Sedangkan tanaman melon yang diberi perlakuan pupuk cair bioverin menunjukkan hasil yang kurang baik dalam menyelesaikan fase vegetatifnya namun pada fase generatif tanaman melon memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan tanaman melon yang diberi perlakuan pupuk cair biofitalik. Hal ini diduga pemberian pupuk cair biofitalik sudah melebihi kebutuhan, menyebabkan gangguan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk cair bioverin tanaman memberi respon yang baik dengan perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair bioverin diulang 10 hari sekali (F5). Hal ini diduga pupuk cair yang diaplikasikan 1 kali pemberian pupuk cair bioverin 10 hari setelah pindah tanam (F4) kedaun masih kurang diserap oleh pori-pori daun hal ini didukung juga pada saat pengaplikasian kondisi cuaca hujan sehingga pupuk cair yang telah diaplikasikan tercuci oleh air hujan sehingga perlakuan 2 kali pemberian pupuk cair bioverin diulang 10 hari sekali (F5) memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon karena pupuk cair yang telah tercuci dapat tergantikan dengan pemberian selanjutnya sehingga unsur hara yang diserap oleh pori-pori daun dapat terpenuhi untuk melakukan kegiatan metabolisme tanaman. Hal ini juga diduga pupuk biofitalik yang diaplikasikan langsung kedalam tanah lebih banyak diserap oleh tanaman ketika hujan turun karena ada mulsa yang mengurangi terbawanya pupuk cair oleh air hujan di dalam tanah sebaliknya pupuk cair bioverin yang diaplikasikan kedaun lebih berpotensi mengalami pencucian pada saat aplikasi terjadi hujan.

Banyak faktor yang menyebabkan perlakuan pemberian pupuk cair biofitalik dan bioverin menunjukkan pertumbuhan dan hasil tanaman melon tersebut berbeda-beda. Diduga pemberian pupuk cair biofitalik dan bioverin belum menunjukkan hasil yang lebih baik juga diduga karena dosis pupuk anorganik dan organik sudah tinggi sehingga fungsi dari penambahan dari pupuk cair biofitalik dan bioverin tidak kelihatan. Selain itu diduga juga pestisida yang diberikan kepada tanaman pada saat penelitian untuk menekan pertumbuhan hama memberikan pengaruh terhadap tanaman yang diaplikasikan pupuk cair biofitalik dan bioverin. Pupuk cair biofitalik dan bioverin mungkin dapat memberikan efek yang nyata bila digunakan dalam jangka panjang bukan dua bulan seperti umur tanaman melon.

Kondisi cuaca pada saat penelitian juga kurang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon. Curah hujan yang tinggi pada bulan desember sampai januari menyebabkan gugurnya calon buah yang sudah terbentuk, pelayuan daun akibat terserang penyakit, batangnya patah, adanya serangan penyakit pada buah sehingga buah menjadi busuk sebelum dipanen sehingga mengurangi hasil tanaman melon. Dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung diduga pupuk cair yang seharusnya menambah unsur hara untuk memicu pertumbuhan dan menekan serangan penyakit tanaman tidak mampu bekerja secara optimal. Curah hujan selama penelitian berkisar 5,0 mm sampai 11,38 mm per hari, suhu tersebut berada diatas kisaran suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman melon. Menurut Tindall (1983), dalam Suhartini (2005) tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2000 - 3000 mm/tahun. Samadi (1995), menambahakan bahwa intensitas matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman melon, jika tanaman melon tidak mendapat cahaya matahari, maka tanaman akan lemah dan mudah rebah sehingga tanaman mudah terserang penyakit. Tjahjadi (2000) juga menambahkan bahwa tanaman melon menghendaki udara kering untuk pertumbuhannya. Namun demikian, tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan jika hari tidak hujan.

Kondisi tanah di lahan penelitian juga mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan poduksi tanaman melon, pH tanah yaitu 4,57. Pengapuran dan pemberian pupuk kandang telah dilakukan untuk menaikkan pH tanah dan meningkatkan kesuburan tanah namun pengaplikasian ini belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman melon. Hal ini diduga tanah di lahan penelitian ini tergolong tanah masam, tingkat kesuburannya rendah dan miskin akan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman sehingga walaupun telah dilakukan pengapuran untuk meningkatkan pH tanah, namun belum mampu memperbaiki struktur tanah karena ada beberapa unsur hara yang tidak tersedia didalam tanah walaupun sudah dilakukan pengapuran.

VI. Kesimpulan dan SaranA. KesimpulanPemberian pupuk cair belum dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman melon B. Saran

Perlu dilakukannya penelitian lanjutan dengan konsentrasi yang berbeda agar dapat dilihat pengaruh berbagai konsentrasi pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon yang dilakukan pada musim kemarau.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Data Produksi Melon Nasional. http //: www.hortikultura.deptan.go.id/. [28-07-2009]Djafar, Z.R., Dartius, Ardi, D. Suryanti, S. Yuliadi, Handoyo, Y. Sjofyan, M. Aswad dan Sagiman. 1990. Dasar-dasar Agronomi. Western Universities Agricultural Education Project. Palembang.Gillespie, A.T. 1988. Use of fungi to control pests of agricultural importance, p. 37-60. In M. N. Burge (ed.), Fungi in biological control systems. Manchester University Press, Manchester, England.Hanolo, W. 1997. Tanggapan tanaman selada dan sawi terhadap dosis dan cara pemberian pupuk cair stimulan. Jurnal Agrotropika 1(1):25-29.Irsan, C dan Suswandi. 2009. Biofitalik : Kandungan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Klinik Tanaman Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian Unsri. Indralaya.

Prayogo Y, Wedanimbi T, Marwoto. 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarhizium anisopliae untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura Pada Kedelai. J. Litbang Pertanian, 24(1):19-26.Rukmana, R. 1994. Budi Daya Melon Hibrida. Kanisius, Yogyakarta. 71 hlm.Samadi, Budi. 1995. Melon Usahatani dan Pengembangan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Samadi, B. 2004. Usaha Tani Melon. Kanisius, Yogyakarta. . 1995. Melon Usahatani dan Pengembangan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. . 2007. Melon, Usaha Tani dan

Penanganan Pasca Panen. Edisi ke-3.

Kanisius. Yogyakarta. 128 hal.Suriatana, S. 1987. Pupuk dan Pemupukan. PT. Mediatama Sarana Perkasa BogorSuwandi. 2004. Efikasi Ekstrak Kompos Kulit Udang untuk Pengendalian Penyakit pada Daun Tanaman Kacang Panjang, Cabai dan Kubis. Pest Tropical Journal page 1(2) : 18-25Suwandi dan N, Nurtika, 1987. Pengaruh pupuk biokimia Sari Humus pada tanaman kubis. Buletin Penelitian Hortikultura 15(20):213-218. Tjahjadi, N. 2000. Bertanam Melon.Kanisius. Yogyakarta. 47 hlm.Tindall, H. D. 1983. Vegetables in Tropic. Mc-Millan Education. Hampshire.

Yuwono, N. W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah Di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: 137-141

5