TA GTL TPA Kaliori

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang bumi. Yang meliputi bagian permukaan dan bawah permukaan, batuan sebagai komponen penyusun, serta proses – proses fisik yang membentuk selama waktu geologi (eksogen dan endogen). Lingkungan yakni total keseluruhan dari suatu keadaan. Lingkungan meliputi kondisi fisik dan sosial budaya. Kondisi fisik berupa bentuk lahan, udara, air, dan gas. Sedangkan sosial budaya meliputi etika, ekonomi, estetika, dan kenyamanan. Geologi Lingkungan adalah interaksi antara manusia dengan lingkungan geologi. Lingkungan geologi terdiri dari unsur-unsur fisik bumi (batuan, sedimen, tanah dan fluida) dan unsur permukaan bumi, bentang alam dan proses-proses yang mempengaruhinya. Bagi kehidupan manusia, lingkungan geologi tidak hanya memberikan unsur-unsur yang menguntungkan/bermanfaat seperti ketersediaan air bersih, mineral ekonomis, bahan bangunan, bahan bakar dan lain-lain, tetapi juga memiliki potensi bagi terjadinya bencana seperti gempa bumi, letusan gunung api dan banjir.

description

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kaliori merupakan TPA yang baru dibangun pada tahun 2013 lalu.

Transcript of TA GTL TPA Kaliori

Page 1: TA GTL TPA Kaliori

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang bumi. Yang

meliputi bagian permukaan dan bawah permukaan, batuan sebagai komponen

penyusun, serta proses – proses fisik yang membentuk selama waktu geologi

(eksogen dan endogen). Lingkungan yakni total keseluruhan dari suatu

keadaan. Lingkungan meliputi kondisi fisik dan sosial budaya. Kondisi fisik

berupa bentuk lahan, udara, air, dan gas. Sedangkan sosial budaya meliputi

etika, ekonomi, estetika, dan kenyamanan.

Geologi Lingkungan adalah interaksi antara manusia dengan

lingkungan geologi. Lingkungan geologi terdiri dari unsur-unsur fisik bumi

(batuan, sedimen, tanah dan fluida) dan unsur permukaan bumi, bentang alam

dan proses-proses yang mempengaruhinya. Bagi kehidupan manusia,

lingkungan geologi tidak hanya memberikan unsur-unsur yang

menguntungkan/bermanfaat seperti ketersediaan air bersih, mineral ekonomis,

bahan bangunan, bahan bakar dan lain-lain, tetapi juga memiliki potensi bagi

terjadinya bencana seperti gempa bumi, letusan gunung api dan banjir.

Geologi Lingkungan bisa dikategorikan sebagai bagian dari ilmu

lingkungan, karena ilmu lingkungan adalah dasar pemahaman kita mengenai

bumi dan membahas interaksi manusia dengan seluruh aspek yang ada

disekelilingnya, termasuk aspek geologi serta dampaknya bagi kehidupan

manusia. Karena itu filosofi utama dari geologi lingkungan adalah konsep

manajemen lingkungan yang didasarkan pada sistem geologi untuk

pembangunan berkelanjutan dan bukan pada beban lingkungan yang tidak bisa

diterima.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah

mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,

pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA

merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak

Page 2: TA GTL TPA Kaliori

menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya

diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan

tersebut dapat dicapai dengan baik.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kaliori adalah tempat pembuangan

sampah yang terletak di desa Kaliori Kecamatan Kalibagor, Kabupaten

Banyumas telah berbenah agar dampak pencemaran limbah sampah bisa

ramah lingkungan, maka TPA kaliori dipasang Geo Membran sebagai dasar

alas supaya peresapan air limbah bisa tersaring. TPA kaliori ini sendiri masih

berada di daerah Provinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan Kabupaten

Purwokerto, yang mana proyek dari TPA Kaliori ini merupakan proyek dinas

Satker Cipta Karya Semarang.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dalam penulisan laporan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.2.1 Maksud

Menganalisis kondisi dan lokasi tempat pembuangan akhir

dengan jarak pemukiman sekitar

Melakukan pengamatan pencemaran udara dan air tanah sekitar

Menganalisis kondisi geomorfologi dengan kelayakan tempat

pembuangan akhir yang tepat

1.2.2 Tujuan

Mengetahui dan mencegah besar kecilnya kemungkinan akan

pencemaran lingkungan pada daerah penelitian

Mengetahui perubahan terhadap udara dan air tanah baik

sebelum maupun sesudah adanya tempat pembuangan akhir

Mengetahui kelayakan keselamatan terhadap lingkungan dari

tempat pembuangan akhir daerah penelitian

Page 3: TA GTL TPA Kaliori

1.3 Rumusan Masalah

Dengan adanya tempat pembuangan akhir (TPA) Kaliori ini dapat

menimbulkan kerusakan pada unsur-unsur tanah, pencemaran udara serta

perubahan sifat fisik maupun kualitas dari air tanah sekitar TPA tersebut jika

pada TPA kaliori tersebut pengolahannya tidak sesuai dengan aturan

pengolahan limbah sampah yang baik dan tepat.

Untuk itu perlu diketahui tentang pengolahan akhir sampah dan limbah

yang terdapat pada TPA tersebut guna mengetahui kelayakannya serta sangat

diperlukan arah angin dan kondisi air tanah terhadap pemukiman warga dan

kondisi kesehatan warga sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) kaliori

tersebut.

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan dari rumusan permasalahan tersebut maka batasan masalah

penelitian ini difokuskan pada lingkup batasan pencemaran dari tempat

pembuangan akhir (TPA) kaliori ini terhadap udara, air tanah serta warga

pemukiman disekitar TPA tersebut terutama pada bagian timur TPA, serta

kelayakan keamanan pengolahan sampah dan limbah pada TPA Kaliori

tersebut berdasarkan ketetapan pemerintah khususnya di Kabupaten

Banyumas, Kecamatan Kalibagor, Provinsi Jawa Tengah.

1.5 Ruang Lingkup

Secara geografis lokasi daerah penelitian terletak pada Desa Kaliori,

Kabupaten Banyumas, Kecamatan Kalibagor, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi

penelitian ke arah barat laut dari Kota Semarang dan dapat ditempuh dengan

menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor dengan waktu tempuh

selama ± 6 jam perjalanan. Lokasi penelitian rata-rata memiliki elevaasi

ketinggian berkisar antara 150 – 230 mdpl. Dengan batas-batas wilayah

administratif sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kabupaten Purwokerto

b. Sebelah selatan : Kecamatan

Page 4: TA GTL TPA Kaliori

c. Sebelah timur : Kecamatan

d. Sebelah barat : Kecamatan G. Tugel

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ialah untuk mengetahui besar maupun

kecilnya dampak dari pencemaran tempat pembuangan akhir (TPA) pada desa

Kaliori terhadap pemukiman warga sekitar TPA tersebut. Sehingga didapatkan

informasi mengenai manfaat keberadaan TPA kaliori tersebut serta dampak

yang ditimbulkan baik positif maupun negatif terhadap lingkungan dan warga

di sekitar TPA kaliori. Serta upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga

lingkungan sekitar khususnya pada daerah penelitian tersebut.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, tersusun atas beberapa bab

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan,

rumusan masalah, batasan masalah, ruang lingkup / lokasi penelitian,

manfaat penelitian, sistematika penulisan, serta kerangka pikir dalam

penyusunan laporan ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan tentang kondisi geologi regional daerah

penelitian dan beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan dan dianalisis.

BAB III METODOLOGI

Bab ini berisikan tentang metodologi penelitian, alat dan bahan, tahapan

penelitian dan diagram alir prosedur penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang hasil dari pengolahan serta analisis data

penelitian dan pembahasan dari hasil data-data tersebut.

Page 5: TA GTL TPA Kaliori

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini berisikan tentang kesimpulan dan saran

berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan dan disimpulkan.

1.8 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilakukan pada daerah tempat pembuangan akhir (TPA) Kaliori dan sekitarnya terutama pada daerah

pemukiman yang terdekat dengan lokasi TPA Kaliori

Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah

Pengamatan tentang kondisi morfologi, litologi serta kondisi lingkungan disekitar TPA Kaliori

Analisis data lapangan dan data laboratorium terdahulu sebelum dan sesudah keberadaan TPA Kaliori

Potensi positif dan negatif serta pengaruh keberadaan TPA Kaliori terhadap kondisi Geologi Tata Lingkungan pada

daerah penelitian

Page 6: TA GTL TPA Kaliori

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional

2.1.1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah oleh van Bemmelen,

(1949) dibagi menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: Dataran Aluvial Jawa

Utara, Gunungapi Kuarter, Antiklinorium Bogor – Serayu Utara –

Kendeng, Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Selatan Jawa (Gambar

2.1).

Gambar 2.1 Fisiografi Jawa oleh Van Bemmelen (1949)

Dataran Aluvial Jawa Utara, mempunyai lebar maksimum 40 km

kearah selatan. Semakin kearah timur, lebarnya menyempit

hingga 20 km.

Gunungapi Kuarter di Jawa Tengah antara lain G. Slamet, G.

Dieng, G. Sindoro, G. Sumbing, G. Ungaran, G. Merapi, G.

Merbabu, dan G Muria.

Zona Serayu Utara memiliki lebar 30-50 km. Di selatan tegal,

zona ini tertutui oleh produk gunungapi kuarter dari G. Slamet. Di

bagian tengah ditutupi oleh produk vulkanik kuarter G.

Rogojembangan, G. Ungaran, dan G. Dieng. Zona ini menerus ke

Jawa Barat menjadi Zona Bogor dengan antara keduanya terletak

Page 7: TA GTL TPA Kaliori

disekitar Prupuk, Bumiayu hingga Ajibarang, persis disebelah

barat G. Slamet, sedangkan ke arah timur membentuk Zona

Kendeng. Zona Antiklinorium Bogor terletak di Selatan Dataran

Aluvial Jakarta berupa Antiklinorium dari lapisan Neogen yang

terlipat kuat dan terintrusi. Zona kendeng meliputi daerah yang

terbatas antara G. Ungaran hingga daerah sekitar Purwodadi

dengan singkapan batuan tertua berumur Oligosen-Miosen Bawah

yang diwakili oleh Formasi Pelang.

Zona Depresi Jawa Tengah menempati bagian tengah hingga

selatan. Sebagian merupakan dataran pantai dengan lebar 10-25

km. Morfologi pantai ini cukup kontras dengan pantai selatan

Jawa Barat dan Jawa Timur yang relatif lebih terjal.

Pegunungan Selatan Jawa memanjang di sepanjang pantai selatan

Jawa membentuk morfologi pantai yang terjal. Namun di Jawa

Tengah, zona ini terputus oleh Depresi Jawa Tengah.

Pegunungan Serayu Selatan terletak di antara Zona Depresi Jawa

Tengah yang membentuk kubah dan punggungan. Di bagian barat

dari Pegunungan Serayu Selatan yang berarah barat-timur

dicirikan oleh bentuk antiklinorium yang berakhir di timur pada

suatu singkapan batuan tertua terbesar di Pulau Jawa, yaitu daerah

Luk Ulo, Kebumen.

Daerah kegiatan termasuk ke dalam fisiografi Pegunungan

Selatan Pulau Jawa dengan topografi terdiri dari perbukitan

bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 80 m hingga 550 m

dan daerah pedataran. Batuan penyusun daerah kegiatan terdiri dari

bawah ke atas adalah batuan Formasi Pemali yang terdiri dari

batulempung dan napal berumur Eosen, kemudian diatasnya

diendapkan Formasi Rambatan yang terdiri dari batugamping dan

konglomerat dengan sisipan napal serpih berumur Oligosen, Formasi

Halang yang terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, batulempung

dan napal. Anggota Formasi Halang yang terdiri dari endapan turbidit

Page 8: TA GTL TPA Kaliori

berseling dengan breksi gunungapi bersusunan andesit dan

batugamping berumur Miosen Tengah. Formasi Kumbang terdiri dari

breksi gunungapi, lava, tuf, batupasir tufaan berumur Miosen Atas.

Formasi Tapak yang terdiri dari batupasir batugamping dan breksi

gunungapi berumur Pliosen dan endapan alluvium.

Stratigrafi daerah Gumelar dan sekitarnya yang merupakan bagian

dari cekungan Banyumas umumnya terdiri dari batuan sedimen yang

termasuk kedalam Formasi Halang (batupasir andesit, konglomerat

tufaan dan napal yang mengandung sisipan-sisipan batupasir andesit)

berumur Miosen Atas, ditutupi oleh anggota batugamping Formasi

Tapak berupa lensa-lensa yang berlapis hingga masif, dan Formasi

Tapak (batupasir berbutir kasar dan konglomerat, dibeberapa tempat

terdapat breksi, di bagian atas terdiri dari batupasir gampingan dan

napal).

Disamping batuan-batuan tersebut di atas di daerah penyelidikan

juga diendapkan batuan hasil gunungapi tak teruraikan (breksi, lava,

lapili dan tufa dari G. Slamet), aluvium gunungapi (bongkah-bongkah

andesit sampai basal) dan aluvium (lempung, lanau, pasir dan kerikil).

Sedangkan batuan terobosan diorit terletak disebelah selatan

Ajibarang berdekatan dengan aliran Kali Tajum.

Struktur geologi yang berkembang di daerah ini umumnya berupa

sesar naik, sesar normal dan sesar geser dengan arah umum baratlaut -

tenggara sampai timurlaut baratdaya dan perlipatan berupa sinklin-

antiklin dengan arah relatif barat-timur. Mineralisasi terjadi pada

batuan breksi gunugapi, berupa urat-urat pirit halus yang mengisi

rekahan.

2.1.2 Struktur Geologi Regional

Menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994), pada dasarnya ada 3

arahkelurusan struktur geologi yang dominandi Pulau Jawa. Ketiga

arah tersebut adalahTimurlaut –Baratdaya (pola Meratus), Utara –

Selatan (pola Sunda) dan Barat – Timur (pola Jawa).

Page 9: TA GTL TPA Kaliori

Gambar 2.2 Pola Kelurusan Struktur Geologi Di Pulau Jawa

Pulunggono dan Martodjojo (1994)

Pola struktur pertama adalah pola Meratus yang berarah Timur

laut – Barat daya. Arah ini didominasi oleh sesar-sesar geser sinistral.

Arah struktur ini diduga disebabkan oleh penunjaman lempeng Indo-

Australia pada Akhir Eosen hingga Akhir Miosen Tengah. Pola

Meratus yang dijumpai diwakili oleh sesar Cimandiri di Jawa Barat.

Pola sesar ini dapat diikuti ke arah timurlaut sampai batas timur

Cekungan Zaitun dan Cekungan Biliton. Pola singkapan batuan Pra-

Tersier di daerah Luk Ulo (Jawa Tengah) juga menunjukkan arah

Meratus.

Pola struktur kedua adalah pola Sunda yang berarah Utara –

Selatan yang aktif pada Akhir Eosen hingga Akhir Oligosen. Arah ini

diwakili oleh sesar-sesar yang membatasi Cekungan Asri, Cekungan

Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola ini umumnya terdapat di bagian

barat wilayah Jawa Barat.

Pola struktur yang ketiga adalah pola Jawa yang berarah Barat –

Timur. Arah ini terbentuk sebagai akibat dari gaya tegangan yang

berarah Utara-Selatan yang berkembang pada Awal Pleistosen. Pola

ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti Baribis dan sesar-sesar di

dalam zona Bogor (van Bemmelen, 1949).

Page 10: TA GTL TPA Kaliori

Secara regional di zona Pegunungan Serayu Selatan dijumpai

struktur geologi berupa lipatan, sesar, dan kekar (Asikin, dkk, 1992).

Pada umumnya struktur–struktur tersebut dijumpai pada batuan yang

berumur Kapur hingga Pliosen. Lipatan–lipatan sebagian besar berada

di daerah barat dan umunya berarah barat–timur. Di bagian timur dan

selatan struktur lipatan pada umumnya berupa monoklin dengan

kemiringan lapisan ke arah selatan. Sumbu–sumbu lipatan tersebut

memiliki arah yang relatif sejajar dan sebagian besar terpotong oleh

sesar.

Struktur Geologi permukaan yang terdapat di daerah Banyumas

dan sekitarnya umumnya didominasi oleh sumbu-sumbu lipatan dan

jurus perlapisan batuan yang berarah baratlaut-tenggara. Dari

interpretasi penampang seismik melalui Adipala-Purwokerto, terlihat

adanya tinggian dan rendahan pada Cekungan Banyumas. Tinggian

dan rendahan tersebut dipisahkan oleh sesar-sesar turun membentuk

struktur graben dan setengah graben. Pada graben ini diendapkan

material sedimen Paleogen dan Neogen.

Di Jawa Tengah sesar sungkup dan lipatan  di Zona Serayu Utara

dan Serayu Selatan mempunyai arah hampir barat-timur. Di Jawa

Timur pola ini ditunjukkan oleh sesar-sesar sungkup dan lipatan di

Zona Kendeng. Struktur Arah Sumatra terutama terdapat di wilayah

Jawa Barat dan di Jawa Tengah bagian timur struktur ini sudah tidak

nampak lagi. Struktur arah barat-timur atau Arah Jawa, di cekungan

Jawa Timur ternyata ada yang lebih tua dari Miosen Awal, dan disebut

Arah Sakala (Sribudiyani et al., 2003). Struktur Arah Sakala yang

utama adalah zona sesar RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala)

dan merupakan struktur yang menginversi cekungan berisi Formasi

Pra-Ngimbang yang berumur Paleosen sampai Eosen Awal sebagai

endapan tertua. Sebagian besar batuan tertua di Jawa, yakni yang

berumur Pra-Tersier sampai Paleogen dan dianggap sebagai

batuandasar Pulau Jawa, tersingkap di wilayah Jawa bagian timur.

Page 11: TA GTL TPA Kaliori

Gambar 3: Kerangka tektonik Pulau Jawa (modifikasi dari Baumann, 1982; dan

Simandjuntak dan Barber 1996).

Gambar 4: Elemen-elemen tektonik di wilayah tepi tenggara Daratan

Sunda (Sundaland) (Hamilton, 1979).

Page 12: TA GTL TPA Kaliori

Gambar 5: Jalur magmatik Tersier Pulau Jawa (Soeria-Atmadja et al., 1994).

Gambar 6: Jalur subduksi Kapur sampai masa kini di Pulau Jawa (Katili 1975,

dalam Sujanto et al., 1977).

Gambar 7: Pola struktur Pulau Jawa (Martodjojo & Pulunggono, 1994)

(RMKS = Rembang-Madura-Kangean-Sakala).

Page 13: TA GTL TPA Kaliori

Mereka tersingkap di Komplek Melange Luk Ulo-

Karangsambung, Kebumen (Asikin, 1974; Suparka, 1988);

Nanggulan, Kulonprogo (Rahardjo et al., 1995); dan Pegunungan

Jiwo, Bayat-Klaten (Sumarso dan Ismoyowati, 1975; Samodra dan

Sutisna, 1997).  Sedangkan untuk batuan yang lebih muda, yakni yang

berumur Neogen, telah banyak penelitian dilakukan terhadapnya (Van

Bemmelen, 1949; Marks, 1957; Sartono, 1964; Nahrowi et al, 1978;

Pringgo-prawiro, 1983; De Genevraye dan Samuel, 1972; Soeria-

Atmadja et al., 1994). Pada umumnya penelitian geologi Tersier ini

menyepakati fenomena struktur atau tektonik  yang berarah umum

timur-barat sebagai hasil interaksi lempeng dengan zona tunjaman di

selatan Jawa dan searah dengan arah memanjang Pulau Jawa.

2.1.3 Litologi daerah Selatan Jawa Tengah (South Central Java)

Kulon Progo-Banyumas-Cilacap Area (South Central Java)

Old Andesite berumur Oligo-Miosen di daerah ini dikenal sebagai

Volkanik Gabon atau Waturanda. Terdiri dari breksi volkanik, lahar

dan breksi tufa. Bersamaan dengan pembentukan struktur didaerah ini

telah terbentuk daerah tinggian dan dalaman. Kerangka fisiografi

tektonik yang penting adalah Tinggian Gabon, Dalaman Citanduy,

Tinggian Besuki-Majenang, Dalaman Kroya, Tinggian Karang

Bolong, Dalaman Kebumen, Tinggian Kebumen dan Tinggian Kulon

Progo (Suyanto dan Sumantri,1977). Volkanisme selama Oligo-

Miosen telah mengendapkan  endapan volcano-turbidit Formasi

Waturanda di darah dalaman.  Di bagian atas  volkanik Gabon

dijumpai secara setempat fragmen batugamping yang dikenal sebagai

Batugamping Sigugur, yang tertranspor dari daerah luar Cilacap.

Sedimentasi karbonat yang pertama terjadi di bagian atas Miosen

Awal dan terjadi pada daerah tinggian seperti Tinggian Kulon Progo

dan Tinggian Karang Bolong yang menghasilkan  Batugamping

Page 14: TA GTL TPA Kaliori

terumbu Karang Bolong/Kalipucang, Jonggrangan dan Formasi

Sentolo berumur Miosen Awal – Tengah.

Pengendapan napal dan kalkarenit Formasi Sentolo, Panosogan

dan Pananjung menandai genang laut yang luas pada kala Miosen

Tengah. Di daerah Banyumas, KarangBolong-Nusakambangan

muncul dan bertindak sebagai penghalang yang memotong hubungan

antara daerah Banyumas dengan laut terbuka di selatan. Pada akhir

Miosen Tengah penghalang tersebut tertutup oleh laut menghasilkan

perkembangan batugamping Terumbu Formasi Kalipucang.

Tektonisme dan volkanisme mulai lagi pada Miosen Akhir yang

menghasilkan  Horison Breksi II, Gunung Wetan sheets and flows,

Formasi Kumbang.  Pengangkatan Tinggian Majenang menyebabkan

perkembangan palung pada depresi Majenang-Wangon dan terjadi

pengendapan turbidit Formasi Halang. Di daerah Kebumen

pengankatan menghasilkan pengendapan sedimen berbutir kasar dari

Horison Tufa Napal III, sedang di Kulonprogo pengendapan napal

Formasi Sentolo.

2.2 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah

mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,

pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak

menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya

diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan

tersebut dapat dicapai dengan baik.

Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering

dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini

menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa saying untuk

mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan

kurang prioritas disbanding dengan pembangunan sektor lainnya.

Page 15: TA GTL TPA Kaliori

Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah

dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara

cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah

yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini

memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada

proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat

mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap

TPA yang telah ditutup.

2.2.1 Metoda Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam

pelaksanaannya yaitu:

a. Open Dumping

Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara

pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu

lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah

lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini

karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dan lain-lain).

Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi

pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:

Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan lain-lain

Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan

Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul

Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor

b. Control Landfill

Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana

secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan

tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang

ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan

pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan

dan kestabilan permukaan TPA.

Page 16: TA GTL TPA Kaliori

Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan

di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini

diperlukan penyediaan beberapa fasilitas diantaranya:

Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan

Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan

Pos pengendalian operasional

Fasilitas pengendalian gas metan

Alat berat

c. Sanitary Landfill

Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara

internsional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga

potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian

diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi

penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk

kota besar dan metropolitan.

2.2.2. Persyaratan Lokasi TPA

Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan

terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan

dengan seksama dan hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat

rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam SNI tentang

Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah; yang

diantaranya dalam kriteria regional dicantumkan:

Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan

longsor, rawan gempa, dan lain-lain)

Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi

kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah

meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam hal tidak terpenuhi

harus dilakukan masukan teknologi)

Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%)

Page 17: TA GTL TPA Kaliori

Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara

(jarak minimal 1,5 – 3 km)

Bukan daerah/kawasan yang dilindungi

2.3 Geologi Tata Lingkungan

Geologi Tata Lingkungan merupakan media dalam penerapan

informasi geologi melalui penataan ruang dalam rangka pengembangan

wilayah dan pengelolaan lingkungan, yaitu memberikan informasi

tentang karakteristik lingkungan geologi suatu lokasi/wilayah

berdasarkan keterpaduan dari aspek sumber daya geologi sebagai faktor

pendukung dan aspek bencana geologi sebagai faktor kendala.

Selanjutnya hasil kajian geologi lingkungan menggambarkan tingkat

keleluasaan suatu wilayah untuk dikembangkan.

Tingkat keleluasaan (restraint) suatu wilayah untuk dikembangkan

pada dasarnya menggambarkan tingkat kemudahan dalam

pengorganisasian ruang kegiatan maupun pemilihan jenis penggunaan

lahan (Indra Badri 2005).  Pengertian keleluasaan yaitu peringkat

wilayah yang dapat dikembangkan sebagai kawasan budi daya dalam arti

leluasa dalam pemilahan penggunaan lahan dan mudah dalam

pengorganisasian ruang.

Tersedianya data dan informasi geologi lingkungan dapat

dijadikan bahan masukan dan sekaligus evaluasi terhadap Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang sudah ada maupun yang

akan disusun terutama berguna untuk:

Memberi gambaran secara garis besar rekomendasi dalam

penggunaan lahan ditinjau dari geologi lingkungan dan sebagai

bahan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten/Kota maupun bagi Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kecamatan.

Page 18: TA GTL TPA Kaliori

Memberi gambaran mengenai faktor pendukung dan kendala

geologi lingkungan bagi pembangunan wilayah dan pengelolaan

lingkungan secara keseluruhan.

Penyusunan informasi Geologi Lingkungan dilakukan dengan

menggabungkan informasi dari peta tematik geologi maupun peta non-

geologi. Informasi geologi lingkungan dapat membantu mengatasi

permasalahan lingkungan dan upaya pengelolaannya melalui

rekomendasi penggunaan lahan dan juga menyediakan alternatif

pemecahan permasalahannya.

Analisis geologi lingkungan menggunakan metode

pembobotan/skoring secara kuantitatif dan penilaian para ahli ditumpang

susun (overlay) dari peta-peta tematik secara manual maupun dengan

Sistem Informasi Geografi (SIG).

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

Pasal 5 ayat (2) adalah landasan hukum bagi penataan lingkungan fisik

(geologi). Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa penataan ruang

berdasarkan fungsi utama kawasan yang terdiri atas kawasan lindung dan

kawasan budidaya. Pengertian kedua kawasan tersebut kemudian

dijelaskan dalam Pasal 1 no. 21 dan 22, yakni kawasan lindung adalah

wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

buatan. Sedangkan kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan

dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi

sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional dijelaskan bahwa kawasan lindung geologi

merupakan bagian dari kawasan lindung nasional. Pada pasal 53

dijelaskan kawasan rawan bencana merupakan bagian dari kawasan

lindung geologi.

Kaitan Penataan Ruang dengan Undang-Undang RI No. 24 Tahun

2007 tentang penanggulangan bencana dijelaskan pada pasal 35 huruf f

Page 19: TA GTL TPA Kaliori

mengenai pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dan dalam pasal

38 huruf d tentang penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 1 dijelaskan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau

faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan dampak psikologis.

Geologi lingkungan merupakan gabungan interaksi antara tiga

ilmu bumi terapan yaitu Geomorfologi Terapan, Geologi Ekonomi dan

Geologi Teknik. Perkembangan dari interaksi ketiga ilmu terapan ini dan

fokusnya pada penataan lingkungan menghasilkan tiga kecenderungan

utama, yaitu:

1. Sustainable Development. 

Konsep untuk mempertemukan antara kepentingan

pembangunan/eksploitasi dan konservasi lingkungan dan sistem

pengawasannya. Yaitu menciptakan sebuah konsep manajemen yang

mampu mengurangi dampak negatif dari eksplotasi sumber daya alam

dan pembuangan limbah. 

2. Pertentangan dalam pengelolaan proses-proses yang terjadi di alam.

Dalam mitigasi bencana alam muncul dua tipe konsep

pengelolaan, yaitu:  

 The Structural Response, menekankan pada aspek-aspek teknik

sipil untuk mengatasi masalah yang timbul dari bencana alam,

misalnya dibuatnya konstruksi “sea wall” untuk mengatasi erosi

pantai. 

The Process-based Response, menekankan pada sistem yang telah

terbentuk di alam dimanfaatkan dan dipelihara oleh kita agar tidak

menimbulkan bencana bagi manusia. Misalnya dalam pengelolaan

kondisi pantai, kita berusaha memahami proses dasar yang terjadi

Page 20: TA GTL TPA Kaliori

secara alamiah di alam dan berusaha agar kondisi pantai tetap terjaga

dan terpelihara seperti aslinya. 

 3. Adanya pergeseran dari keterlibatan reaktif menjadi proaktif.

2.4 Geologi Lingkungan Sebagai Sebuah Model

Perkembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang proses-

proses alam telah menimbulkan konsep yang baik dalam pengelolaan

lingkungan terhadap, bencana alam yaitu mencegah (proaktif) adalah

lebih baik dari pada memperbaiki (reaktif). Akan tetapi untuk dapat

proaktif dibutuhkan data dan informasi yang akurat tentang penyebaran

sumber daya, bencana alam dan kondisi tanah maka berarti dibutuhkan

integrasi yang efektif antara tiga cabang ilmu kebumian yaitu

Geomorfologi Terapan, Geologi Teknik dan Geologi Ekonomi.

Dari sudut pandang yang lain, Geologi Lingkungan bisa juga

disebut sebagai manajemen dari sistem alam yaitu konsep yang sekarang

dikenal sebagai Sustainable Development, yaitu manajemen sumber

daya alam untuk mendukung pembangunan ekonomi dan sosial

berkelanjutan yang berkaitan dengan sumber daya alam terbarukan dan

upaya minimalisasi dampak dari pengambilan dan penggunaan

sumberdaya alam tak terbarukan. Kata kuncinya adalah manajemen

lingkungan yang efektif . Dalam hal ini kita tidak hanya melihat sisi

konsekuensi lingkungan yang timbul akibat interaksi manusia dengan

lingkungan geologis, tetapi juga sisi manajemen yang efektif untuk

menjamin ketersediaan sumber daya alam di masa depan, strategi

pembentukan lingkungan yang aman, dan pembuangan limbah yang

tepat, serta  mitigasi dampak dari bencana alam.

Kondisi yang paling ideal untuk membahas Geologi Lingkungan

dan hubungannya dengan pembangunan adalah pada lingkungan

permukiman di perkotaan karena intensitas interaksi antara manusia

dengan lingkungan geologis sangat tinggi dan juga menimbulkan banyak

permasalahan yang memerlukan solusi tepat dalam pengelolaannya.

Page 21: TA GTL TPA Kaliori

Gambar 2.1. Proses yang terjadi pada lingkungan permukiman di

perkotaan (Bennett, Matthew R. dan Peter Doyle, 1997)

Gambar 2.1. memperlihatkan tentang lingkungan perkotaan (urban

environment), dapat dianalogikan dengan sebuah mesin yang

membutuhkan input dan mengeluarkan output pada proses kerjanya.

Input terdiri dari: 

Air, berasal dari reservoir dan sungai disekitarnya.

Bahan Mentah/Baku, berbentuk sumber daya mineral untuk industri

dan konstruksi.  

Makanan. 

Energi, sebagai produk akhir dari sumber daya alam seperti batubara, gas

danuranium.

Sedangkan output yang dihasilkan adalah:

Produk-produk dari industri dan perdagangan. 

Limbah/Sampah, berbagai bentuk/jenis bahan-bahan sisa/buangan dan

limbah rumah tangga dan industry.

Polusi, disebabkan oleh strategi manajemen pembuangan limbah yang

buruk sehingga sistem air, tanah dan atmosfir alam tidak lagi mampu

untuk mendaur ulang limbah cair, padat maupun gas yang dihasilkan oleh

aktifitas lingkungan perkotaan.  

Sistem mesin ini membutuhkan perawatan yang konstan dalam

rangka peningkatan dan pembangunan infrastruktur yang fondasinya

bergantung pada stabilitas kondisi geologi, dimana keamanan sistemnya

Page 22: TA GTL TPA Kaliori

terancam oleh adanya bencana alam baik dari dalam bumi maupun dari

proses yang terjadi dipermukaan.  

Gambar 2.2. Model skematis hubungan antara lingkungan

perkotaan dengan daerah di sekitarnya

(Bennett, Matthew R. dan Peter Doyle, 1997)

Gambar 2.2 memperlihatkan tentang model skematis tentang

hubungan antara pusat permukiman di perkotaan dengan kebutuhan akan

sumber daya alam dari daerah di sekitarnya. Agar hubungan ini tidak

membawa dampak negatif maka dalam pengelolaannya dibutuhkan

manajemen lingkungan yang tepat, dimana Geologi Lingkungan

memegang peranan sangat penting begitu pula dengan geologi teknik,

manajemen limbah dan mitigasi bencana alam. Pada gambar tersebut

dijelaskan tentang tingkat kebutuhan akan Geologi Lingkungan untuk

daerah perkotaan dan daerah sekitar perkotaan yang menjadi sumber dari

sumber daya alam yang dibutuhkan oleh daerah perkotaan tersebut. 

2.5 Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau

bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu

sumber daya air. Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga

mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga

keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah

tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Air tanah juga

Page 23: TA GTL TPA Kaliori

berarti air yang mengalir di lapisan akuifer di bawah water table.

Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah

mencapai ± 70%. Penduduk biasanya mengambil air dan air tanah

ditingkat dangkal untuk kebutuhan domestik dan pertanian, sedangkan

industri biasanya memerlukan air dalam jumlah banyak sehingga

mengambil air tanah dalam, yaitu dari sumur artesis. Air tanah bergerak

di dalam tanah mengisi ruang-ruang antarbutir tanah atau dalam retakan

batuan. Aliran air tanah merupakan salah satu rangkaian proses dalam

siklus hidrologi. Sumber utama air tanah adalah air hujan yang

terinfiltrasi, dikurangi penguapan dari permukaan tanah dan transpirasi.

Keberadaan air tanah sangat tergantung pada sifat lapisan batuan

yang ada dibawahnya. Lapisan batuan yang mudah dilalui oleh air,

minyak, dan gas disebut lapisan permiabel, terdiri dari batuan lepas-

lepas, seperti kerikil atau pasir. Permeabilitas ini tergantung dari jenis

tanah. Lapisan ini juga disebut lapisan akuifer. Akuifer dapat dibedakan

menjadi empat tipe, yaitu :

1. Akuifer tidak tertekan, batas atasnya adalah muka air tanah.

Kedalaman dan bentuk muka air tanah sangat tergantung pada

keadaan air di permukaan tanah, luas daerah tangkapan air, debit air,

dan banyaknya sumur.

2. Lapisan akuifer tertekan, sering disebut juga akuifer artesis, yakni

suatu lapisan air tanah yang terletak diantara dua lapisan kedap air.

3. Akuifer setempat, merupakan lapisan air yang lokasinya setempat-

setempat mengikuti lapisan kedap air yang keberadaannya juga

setempat setempat.

4. Akuifer semi tertekan, merupakan akuifer yang dibatasi oleh lapisan

yang agak tembus air.

Daerah-daerah yang banyak mengandung air tanah (akuifer)

diantaranya adalah dataran aluvial, daerah antargunung api, daerah kapur,

dan daerah delta/gosong pasir. Di daerah pantai, air tanah tawar banyak

dijumpai pada bekas beting pantai, air alam gosong pasir (natural levee).

Page 24: TA GTL TPA Kaliori

Lahan ini basanya dignkan untuk areal pemukiman karena tersedia air

tanah dangkal yang tawar.

Secara alamiah, tinggi permukaan air tanah akan naik turun

(berfluktuasi), namun tetap dalam keadaan seimbang. Fluktuasi

permukaan air tanah terjadi karena:

1. Adanya kegiatan penghambatan air tanah untuk konsumsi manusia

(rumah tangga), industri, dan pertanian

2. Adanya pergantian musim, sehingga pada musim hujan tinggi muka

air tanah mengalami kenaikan, tetapi pada musim kemarau cenderung

menurun secara bertahap.

Lapisan batuan yang tidak dapat dilalui oleh air disebut lapisan

impermeabel atau lapisan kedap air yang terdiri dari tanah bertekstur

lempung. Adanya lapisan batuan yang berbeda ini mengakibatkan

perbedaan daya tampung lapisan batuan terhadap air.

 Sistem perairan di bawah permukaan dapat disamakan dengan

sistem perairan permukaan dalam hal adanya input, output, dan

penyimpanan. Perbedaan yang paling mendasar adalah kecepatan dan

kapasitasnya; air tanah mengalir dengan kecepatan bervariasi, antara

beberapa hari hingga ribuan tahun untuk muncul kembali ke perairan

permukaan dari wilayah tangkapan hujan, dan air tanah memiliki

kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar dari perairan permukaan.

Input alami dari air tanah adalah serapan dari perairan permukaan,

terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan output alaminya

adalah mata air dan serapan menuju lautan.

2.5.1 Sumber-sumber Air Tanah

Berdasarkan jenisnya, air tanah dapat dikelompokkan ke dalam

tujuh bagian, yaitu sebagai berikut :

a)      Meteoric Water (Vadose Water)

  Air tanah ini berasal dari air hujan, dan terdapat pada lapisan

tanah yang tidak jenuh.Air dari danau, sungai, dan lelehan salju termasuk

Page 25: TA GTL TPA Kaliori

dalam air meteorik yang perasal dari pengendapan secara tidak langsung.

Sementara sebagian besar air hujan atau air lelehan dari salju dan es

mencapai laut melalui aliran permukaan, sebagian besar dari air meteorik

merembes ke dalam tanah. Air yang sudah terinfiltasi akan mengalir ke

lapisan tanah jenuh dan menjadi bagian dari air tanah di akuifer.

b)      Connate Water (Air Tanah Tubir)

Air tanah ini berasal dari air yang terperangkap dalam rongga-

rongga batuan endapan, sejak pengendapan tersebut terjadi. Termasuk

juga air yang terperangkap pada rongga-rongga batuan beku leleran

(lelehan) ketika magma tersembur ke permukaan bumi. Dapat berasal

dari air laut atau air darat. Ait connate juga disebut air fosil. Air ini

memiliki salinitas yang tinggi dibandingkan dengan air daerah laut.

c)     Fossil Water (Air Fosil)

Air tanah ini berasal dari hasil pengendapan fosil-fosil, baik fosil

tumbuhan maupun fosil binatang.

d)      Juvenil Water (Air Magma)

Air ini berasal dari dalam bumi (magma). Air ini bukan dari

atmosfer atau air permukaan, tetapi berasal dari magma yang berupa gas

(H2O) tang masuk ke bagian pori-pori bumi bagian dalam.

e)     Pelliculkar Water (Air Pelikular)

Air yang tersimpan dalam tanah karena tarikan molekul-molekul

tanah.

f)      Phreatis Water (Air Freatis)

Air tanah yang berada pada lapisan kulit bumi yang poreus

(sarang). Lapisan air  tersebut berada di atas lapisan yang tidak tembus

air (pejal/kedap) atau di antara dua lapisan yang tidak tembus air.

g)       Artesian Water (Air Artesis)

Air artesis ini dinamakan juga air tekanan (pressure water). Air

tersebut berada di antara dua lapisan batuan yang kedap (tidak tembus)

air, sehingga dapat menyebabkan air tersebut dalam keadaan tertekan.

Jika air tanah ini memeroleh jalan keluar baik secara disengaja atau tidak,

Page 26: TA GTL TPA Kaliori

akan keluar dengan kekuatan besar ke permukaan bumi dan terjadilah

sumber air artesis.

2.5.2 Klasifikasi Air Tanah

1. Air Tanah Dangkal (air freatis)

Air tanah dangkal adalah air tanah yang terletak di atas lapisan

kedap air dan biasanya tidak begitu dalam. Air ini banyak dimanfaatkan

unutk sumur galian.

2. Air Tanah Dalam (air artesis)

Air tanah dalam adalah air tanah yang terletak di antara dua

lapisan kedap air, seperti air yang berasal dari pegunungan. Umunya air

ini terletak pada lapisan akuifer dengan jumlah air yang relatif besar. jika

tekanan air sangat besar.

2.5.3 Pencemaran Air Tanah

Pencemaran air tanah adalah keadaan dimana tanah tercemar oleh

pollutant sehingga membuat air yang berada didalamnya ikut tercemar.

Zat pencemar (pollutant) dapat didefinisikan sebagai zat kimia biologi,

radio aktif yang berwujud benda cair, padat, maupun gas, baik yang

berasal dari alam yang kehadirannya dipicu oleh manusia (tidak

langsung) ataupun dari kegiatan manusia (anthropogenic origin) yang

telah mengakibatkan efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan

lingkungannya. Tanda-tanda pencemaran air dapat dilihat secara:

1. Fisis, yaitu pada kejernihan air, perubahan suhu, perubahan rasa, dan

perubahan warna air.

2. Kimia, yaitu adanya zat kimia yang terlarut dalam air dan perubahan

pH

3. Biologi, yaitu adanya mikroorganisme di dalam air tersebut

Banyak penyebab yang dapat mengakibatkan air tanah tercemar,

misalnya saja terdapat bahan-bahan buangan hasil dari kegiatan manusia

yang terdapat pada sumur dan tanah yang mencemari air didalamnya.

Bahan-bahan tersebut dapat berupa :

Page 27: TA GTL TPA Kaliori

1. BahanBuanganPadat

Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat,

baik yang kasar maupun yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut

bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan

pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal.

2. Bahan Buangan Organikdan Olahan Bahan Makanan

Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat

membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang

ke perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme. Seperti :sayur,

bahan makanan yang membusuk, buah-buahan, dan lain sebagainya.

3. Bahan Buangan  Anorganik

Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme,

umumnya adalah logam. Apabila masuk keperairan, maka akan terjadi

peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini

biasanya berasal dari limbah industri yang melibatkan unsur-unsur logam

seperti timbal (Pb), Arsen (As), Magnesium (Mg), dan lain-lain.

4. Bahan Buangan Cairan Berminyak

Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan

mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak

mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan

luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.

Penyusutan minyak ini tergantung jenis minyak dan waktu. Lapisan

minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme

tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.

5. Bahan Buangan Zat Kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan

pencemaran air ini akan dikelompokkan menjadi :

1. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya)

2. Bahan pemberantas hama (insektisida)

3. Zat warna kimia

4. Zat radioaktif

Page 28: TA GTL TPA Kaliori

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan

tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk kedalam

tanah. Pencemaran yang masuk kedalam tanah kemudian terendap

sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat

berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat

mencemari air tanah dan udara di atasnya.

6. Air Lindi

Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai

open dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan

tanah. Pengaruh pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA

antara lain dapat berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air,

rasa, bau dan kekeruhan. Suhu limbah yang berasal dari lindi umumnya

lebih tinggi dibandingkan dengan air yang tidak tercemar lindi. Hal ini

dapat mempercepat reaksi kimia dalam air, mengurangi kelarutan

oksigen dalam air, mempercepat pengaruh rasa dan bau.

Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia

yang terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia,

kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH

yang konsentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya

kehidupan hewan dan binatang lainnya yang hidup di sawah disekitar

TPA. Disamping itu pula tercemarnya air bawah permukaan yang

diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap kesehatan penduduk terutama

bagi penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Lindi yang semakin lama

semakin banyak volumenya akan merembes masuk ke dalam tanah yang

nantinya akan menyebabkan terkontaminasinya air bawah permukaan

yang pada akhirnya akan menyebabkan tercemarnya sumur-sumur

dangkal yang dimaanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air minum.

Page 29: TA GTL TPA Kaliori

2.6 Udara

Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada

permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen,

21% oksigen, dan 1% uap air, karbon dioksida, dan gas-gas lain.

Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan

berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga

massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian. Semakin dekat

dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga melewati

batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali.

Apabila makhluk hidup bernapas, kandungan oksigen berkurang,

sementara kandungan karbon dioksida bertambah. Ketika tumbuhan

menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali dibebaskan.

Di antara gas-gas yang membentuk udara adalah seperti berikut :

Helium

Nitrogen

Oksigen

Karbon dioksida

2.6.1 Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi

fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat

membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu

estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami

maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti

polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi

udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat

bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

Pencemaran udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi

kesehatan manusia sama buruknya dengan pencemaran udara di ruang

terbuka.

Page 30: TA GTL TPA Kaliori

2.6.2 Sumber Polusi Udara

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer

dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar

yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon

monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia

merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi

pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di

atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah

contoh dari pencemaran udara sekunder.

Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi

udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global

yg memengaruhi:

Kegiatan manusia

Transportasi

Industri

Pembangkit listrik

Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai

jenis bahan bakar) termasuk pembakaran biomassa secara

tradisional.

Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti CFC

Sumber alami

Gunung berapi

Rawa-rawa

Kebakaran hutan

Denitrifikasi

Dalam kondisi tertentu, vegetasi dapat menghasilkan senyawa

organik volatil yang signifikan yang mampu bereaksi dengan polutan

antropogenik membentuk polutan sekunder.

Sumber-sumber lain

Transportasi, Kebocoran tangki gas, Gas metana dari tempat

pembuangan akhir sampah dan Uap pelarut organik.

Page 31: TA GTL TPA Kaliori

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan tahapan tentang cara kerja yang

digunakan dalam menganalisis suatu bahan kajian dalam lingkup ini yaitu

karya ilmiah tugas akhir untuk mendapatkan hasil data yang baik dan

sistematis. Adapun metode penelitian yang dilakukan dalam

menyelesaikan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

3.1.1 Metode Survei

Metode survei yaitu metode yang dilakukan dalam

pengambilan data analisis tugas akhir dengan cara pengamatan

secara langsung mengenai lokasi yang ditentukan maupun objek

yang dijadikan sebagai bahan analisis atau penelitian. Pengamatan

secara langsung dilakukan melalui observasi lapangan atau pemetaan

permukaan (Surface Mapping) dengan tujuan mengamati kondisi

geologi wilayah pemetaan secara umum yang meliputi pengamatan

geomorfologi, litologi, tata guna lahan, airtanah daerah penelitian,

sumberdaya geologi, potensi sumberdaya geologi wilayah penelitian,

hingga melakukan wawancara ke warga disekitar wilayah penelitian

khususnya di daerah sekitar TPA Kaliori tersebut, untuk mengetahui

kondisi perubahan ataupun dampak yang ditimbulkan akibat

keberadaan TPA tersebut terhadap warga sekitar.

3.1.2 Metode Deskriptif

Metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan untuk

mendeskripsikan objek geologi yang telah dilakukan atau didapatkan

melalui observasi dari pemetaan permukaan sebelumnya yang

kemudian dideskripsikan untuk mendapatkan data lebih lanjut

seperti: pendeskripsian geomorfologi (bentuklahan) disekitar

wilayah penelitian, pendeskripsian litologi (batuan) yang terdapat di

Page 32: TA GTL TPA Kaliori

wilayah penelitian dan sekitarnya, pendeskripsian mengenai

perubahan sebelum dan sesudah adanya objek penelitian (TPA

Kaliori) tersebut, kondisi arah angin pada siang dan malam hari,

hingga kondisi kesehatan terhadap warga sekitar akibat adanya TPA

Kaliori tersebut.

3.1.3 Metode Analisis

Metode analisis yaitu metode yang digunakan untuk

menganalisis suatu sampel atau pengamatan dari data dilapangan

yang kemudian diambil hasil dari data-data yang telah diolah dengan

sampel dan data pengamatan sebelumnya.

Analisis yang dilakukan dari pengamatan lapangan maupun

data yang didapatkan yaitu analisis geomorfologi, analisis litologi,

hingga analisis mengenai keberadaan TPA Kaliori terhadap dampak

pengaruh airtanah disekitar lokasi TPA dan pemukiman warga.

Untuk penjelasan masing-masing metode data analisis adalah

sebagai berikut :

1. Analisis Geomorfologi

Analisis geomorfologi adalah analisis yang dilakukan

dengan cara mengamati kondisi bentuk lahan ataupun relief dari

lokasi pengamatan yang dikaji. Analisis ini dilakukan dengan

pengamatan langsung dilapangan sekitar TPA Kaliori dan data-

data pengamatan terdahulu. Hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah bentuk lahan, kelerengan lokasi, tumbuhan disekitar lokasi

penelitian dan tata guna lahan yang terdapat disekitar daerah atau

lokasi TPA kaliori tersebut yang digunakan untuk aktivitas

kegiatan masyarakat sekitar.

2. Analisis Litologi

Analisis litologi adalah analisis yang dilakukan melalui

pengamatan langsung dilapangan mengenai batuan atau lapisan

batuan penyusun yang terdapat disekitar daerah penelitian.

Page 33: TA GTL TPA Kaliori

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lapisan

permukaan dari daerah penelitian, sehingga diketahui kondisi

lapisan tanah daerah tersebut yang menjadi “penyangga” beban

diatasnya, baik seperti persawahan, perkebunan, pemukiman,

hingga dijadikan tempat pembuangan akhir (TPA) yang menjadi

objek kajian penelitian ini.

3. Analisis Airtanah

Analisis ini dilakukan dengan cara mengamati perubahan

airtanah pada lokasi penelitian dan wilayah sekitarnya terhadap

keberadaan tempat pembuangan akhir (TPA) Kaliori tersebut.

Analisis atau pengamatan yang dilakukan dilihat dari perubahan

warna dan aroma (bau) yang terdapat pada airtanah disekitar

wilayah pemukiman warga yang dekat dengan daerah TPA

Kaliori tersebut, yang dilihat dari perbedaan sebelum dan sesudah

adanya keberadaan TPA terhadap dampaknya kepada masyarakat.

Dengan analisis ini ditambah pengaruh kesehatan warga sekitar,

dapat diketahui dampak yang muncul ataupun yang berpotensi

mempengaruhi kehidupan warga disekitar TPA Kaliori tersebut.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada saat pelaksanaan penelitian

langsung dilapangan antara lain :

Kompas Geologi

Palu geologi berupa palu batuan sedimen

Global Positioning System (GPS)

Buku catatan lapangan

Kantong sampel

Kamera

Pensil

Pulpen

Penggaris

Page 34: TA GTL TPA Kaliori

Penghapus atau stip X

Software Global Mapper 10, ArcGIS 10, Google Earth, Corel Draw

Peta Geologi Regional Lembar .............. skala 1:100.000 tahun 1992

oleh Soerono, B. Toha, dan I. Sudarno.

Peta RBI Lembar Purwokerto, skala 1:25.000 tahun 1998 oleh

BAKOSURTANAL.

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penulisan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan

penelitian, yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan data, dan tahap yang

terakhir adalah tahap penyajian data. Secara lebih jelas akan diuraikan

sebagai berikut :

3.3.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah tahap yang dilakukan sebelum

memulai pengambilan data langsung ke lokasi atau objek yang akan

dilakukan penelitian tersebut. Dalam penelitian kali ini adalah

pemetaan lapangan pada daerah TPA Kaliori dan sekitarnya. Hal ini

dilakukan agar data yang akan diambil dapat terperinci dan

didapatkan data lapangan yang lebih maksimal. Tahapan persiapan

ini meliputi :

1. Melakukan studi pustaka dari berbagai sumber literatur maupun

pustaka dan penelitian terdahulu mengenai informasi yang dapat

diperoleh dari daerah penelitian yang akan diteliti, mulai dari

kondisi geologi daerah tersebut seperti fisiografi secara regional,

litologi daerah penelitian, stratigrafi, hingga kondisi geomorfologi

dari daerah penelitian yaitu TPA Kaliori.

2.