TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

156
UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN TATA KELOLA PADA PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DENGAN KERANGKA KERJA COBIT 5 : STUDI KASUS PT BANK XYZ (PERSERO) TBK KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi R. ARYO BAYU BIMANTARA 1206338421 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2015 Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Transcript of TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

Page 1: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

PERANCANGAN TATA KELOLA PADA PROYEK

PENGEMBANGAN SISTEM DENGAN KERANGKA KERJA

COBIT 5 : STUDI KASUS PT BANK XYZ (PERSERO) TBK

KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Teknologi Informasi

R. ARYO BAYU BIMANTARA

1206338421

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI

JAKARTA

JANUARI 2015

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 2: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

ii

AMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dari semua sumber baik dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : R. Aryo Bayu Bimantara.

NPM : 1206338421

Tanda Tangan :

Tanggal : 10 Desember 2014

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 3: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Akhir ini diajukan oleh :

Nama : R. Aryo Bayu Bimantara

NPM : 1206338421

Program Studi : Magister Teknologi Informasi

Judul Karya

Akhir

: Perancangan Tata Kelola pada Proyek Pengembangan

Sistem Dengan Kerangka Kerja COBIT 5 : Studi

Kasus PT Bank XYZ (Persero) Tbk

Karya akhir ini dibuat sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk

memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister

Teknologi Informasi , Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.

PEMBIMBING

Pembimbing 1 : Rizal Fathoni Aji S.Kom., M.Kom ( …………………. ……... )

Pembimbing 2 : Muh. Kasfu Hammi S.Kom., MTI ( …….. …………………... )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 30 November 2014

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 4: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Akhir ini. Penulisan karya akhir ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi,

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan karya akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya.

Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rizal Fathoni Aji S.Kom. M.Kom dan Muh. Kasfu Hammi S.Kom. MTI,

selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran

untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya akhir ini.

2. Bpk Ir. Wahyu Catur Wibowo, Ph.D dan Bpk Dana Indra Sensuse Ph.D selaku

dosen penguji seminar.

3. Segenap Keluarga saya yang telah tiada henti memberikan bantuan dukungan,

semangat serta moral kepada saya.

4. Bpk Assistant Vice President Development and Quality dan para Manager

Divisi Teknologi Informasi PT Bank XYZ (Persero) Tbk yang telah banyak

membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.

5. Sahabat – sahabat MTI angkatan 2012FA yang telah berjuang bersama dalam

menyelesaikan program studi MTI.

6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ilmu Komputer khususnya sekretariat

dan perpustakaan kampus salemba yang selalu membantu saya dalam

menyelesaikan karya akhir ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya akhir ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 10 Desember 2014

Penulis

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 5: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : R. Aryo Bayu Bimantara

NPM : 1206338421

Program Studi : Magister Teknologi Informasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Komputer

Jenis Karya : Thesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PERANCANGAN TATA KELOLA PADA PROYEK PENGEMBANGAN

SISTEM DENGAN KERANGKA KERJA COBIT 5 : STUDI KASUS PT

BANK XYZ (PERSERO) TBK.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-

ekskutif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database). Merawat, dan

mempublikasikan karya akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap

mencantumkan saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 10 Desember 2014

Yang menyatakan

(R. Aryo Bayu Bimantara)

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 6: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

vi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : R. Aryo Bayu Bimantara

Program Studi : Magister Teknologi Informasi

Judul : Perancangan Tata Kelola pada Proyek Pengembangan

Sistem dengan Kerangka Kerja COBIT 5 : Studi Kasus PT

Bank XYZ (Persero) Tbk.

Perkembangan teknologi informasi saat ini sangat penting untuk mendukung dan

meningkatkan keunggulan dan daya saing dalam bisnis organisasi. Dalam hal ini

PT Bank XYZ sebagai salah satu bank terdepan di Indonesia sangat

membutuhkan dukungan teknologi informasi organisasi untuk mengembangkan

fitur – fitur dan layanan yang berbasiskan sistem atau aplikasi kepada pelanggan

yang bertujuan meningkatkan daya saing organisasi terhadap pesaingnya.

Saat ini terdapat permasalahan dalam pengerjaan proyek pengembangan fitur dan

layanan berbasis teknologi informasi yang tidak memenuhi sasaran dalam

implementasinya sehingga hal ini mengakibatkan berkurangnya daya saing

organisasi. Hal ini diakibatkan karena tidak adanya suatu kebijakan tata kelola

dalam pengembangan sistem sehingga mengakibatkan tidak optimalnya aktifitas

dalam pengembangan sistem itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu

perancangan tata kelola terhadap pengelolaan proyek pengembangan sistem untuk

membentuk fungsi – fungsi baru yang dapat melakukan optimalisasi dalam

aktifitas pengembangan sistem.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan antara fungsi – fungsi

pengelolaan pengembangan sistem saat ini dengan kerangka kerja COBIT 5.

Selain itu dilakukan pengukuran tingkat kapabilitas tata kelola proyek

pengembangan sistem dengan tools Self Assesment COBIT 5 yang berguna untuk

mengetahui sejauh apa tata kelola serta fungsi – fungsi dalam aktifitas proyek

pengembangan sistem yang ada saat ini. Dari hasil penelitian ini diharapkan

mendapatkan rekomendasi pengembangan teknologi informasi untuk mendukung

tercapainya sasaran dari organisasi.

Kata Kunci : Tata Kelola, Pengembangan Sistem, COBIT 5

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 7: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

vii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : R. Aryo Bayu Bimantara

Program Study : Magister Teknologi Informasi

Title : Designing System Development Project Governance With

COBIT 5 Framework : A Case Study Of PT Bank XYZ

(Persero) Tbk.

Information Technology has evolved to be one of the most important aspects in

supporting and increasing the organization’s competitive advantage. One of

Indonesian’s leading banks, PT Bank XYZ (Persero) Tbk., is an example of

organization that highly need the IT support to provide features and services

applications to their customers, aiming to improve the organization’s

competitiveness against its competitors.

Unfortunately, there are issues in their system development projects that reduced

the competitiveness of the organization. It is because the project’s implementation

target typically does not meet the requirements. The absence of policy governance

for system development in the IT Department is considered as the biggest

constraints as it create ineffective system development process. Therefore, the

organization is required to design suitable governance for their system

development process, which will form new functions that could optimize it.

This research aim to map the current system development functions within the

COBIT 5 framework. Its method is to measure the capability level of the system

development governance by using Self Assessment COBIT 5 tools. It helps to

understand the current capability level and finding the gap to the desired level.

Therefore, it is expected to give recommendation for the organization in finding

ways to improve the system development governance to support the

organization’s goals.

Keyword : IT Governance, System Development, COBIT 5

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 8: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

viii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS.............................................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vi

ABSTRACT..........................................................................................................vii

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................x

DAFTAR TABEL.................................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................1

1.2. Perumusan Masalah........................................................................................4

1.3. Dampak Bagi Organisasi................................................................................8

1.4. Pertanyaan Penelitian......................................................................................9

1.5. Tujuan Penelitian............................................................................................9

1.6. Manfaat Penelitian..........................................................................................9

1.7. Batasan Penelitian.........................................................................................10

1.8. Sistematika Penulisan...................................................................................10

BAB 2 LANDASAN TEORI...............................................................................12

2.1. Tata Kelola Teknologi Informasi..................................................................12

2.2. Peraturan Menteri BUMN nomor 02 Tahun 2013........................................14

2.3. Peraturan Bank Indonesia No 09/15/PBI/2007.............................................17

2.4 Kerangka Kerja COBIT 5.............................................................................18

2.5 Proyek Teknologi Informasi.........................................................................24

2.6 Penelitian Terdahulu.....................................................................................27

2.7 Kerangka Teoritis..........................................................................................32

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.............................................................34

3.1 Metodologi Penelitian....................................................................................34

BAB 4 PROFIL ORGANISASI..........................................................................37

4.1 Sekilas tentang Organisasi.............................................................................37

4.2 Divisi Teknologi Informasi...........................................................................39

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN.........................................................44

5.1. Pemetaan proses COBIT 5............................................................................44

5.1.1. Pemetaan proses COBIT 5 dengan permasalahan organisasi...........44

5.1.2. Pemetaan proses COBIT 5 dengan peraturan kementrian BUMN...48

5.1.3. Pemetaan proses COBIT 5 dengan peraturan Bank Indonesia.........50

5.1.4. Penentuan proses COBIT 5...............................................................53

5.2. Pengukuran Proses COBIT 5........................................................................55

5.3. Pengukuran Tingkat Kepercayaan Kuisioner...............................................58

5.4. Hasil Pengukuran Proses dengan COBIT 5..................................................59

5.4.1. Hasil pengukuran Manage Programmes and Project

(BAI01).............................................................................................59

5.4.2. Hasil pengukuran Manage Requirement Definition (BAI02)...........60

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 9: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

ix Universitas Indonesia

5.4.3. Hasil pengukuran Manage Solution Identification and Build (BAI03)

...........................................................................................................62

5.4.4. Hasil pengukuran Manage Availability and Capacity (BAI04)........63

5.4.5. Hasil pengukuran Manage Organisational Change Enablement

(BAI05).............................................................................................64

5.4.6. Hasil pengukuran Manage Change (BAI06).....................................65

5.4.7. Hasil pengukuran Manage Change Acceptment and Transitioning

(BAI07).............................................................................................66

5.4.8. Hasil pengukuran Manage Knowledge (BAI08)..............................67

5.5. Gap Analysis.................................................................................................68

5.6. Rekomendasi.................................................................................................71

5.6.1. Panduan tata kelola...........................................................................72

5.6.1. Skema Rekomendasi SDLC..............................................................76

5.6.1. Pemetaan dengan Struktur Organisasi dan SDLC............................88

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................90

6.1. Kesimpulan...................................................................................................90

6.2. Saran..............................................................................................................90

DAFTAR REFERENSI.......................................................................................91

LAMPIRAN..........................................................................................................93

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 10: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

x Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Pengembangan Sistem Bank XYZ Periode Januari 2014 -

Juni 2014..........................................................................................3

Gambar 1.2 Diagram GAP antara harapan dan kenyataan..................................3

Gambar 1.3 Fishbone Diagram untuk masalah Keterlambatan Proyek

Pengembangan Sistem XYZ............................................................4

Gambar 1.4 Alur SDLC di Bank XYZ................................................................6

Gambar 2.1 Kerangka Kerja Tata Kelola TI BUMN (PER-02/MBU/2013,

2013)...............................................................................................15

Gambar 2.2 Prinsip COBIT 5............................................................................19

Gamber 2.3 Referensi Model pada COBIT 5....................................................20

Gambar 2.4 Capability Level COBIT 5.............................................................22

Gambar 2.5 Diagram keterkaitan scope, time dan cost......................................25

Gambar 2.6 Diagram keterkaitan quality, time dan cost....................................26

Gambar 2.7 Triple Constraint – Scope, Schedule and Budget...........................27

Gambar 2.8 Kerangka Teoritis...........................................................................33

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian....................................................................35

Gambar 4.1 Struktur organisasi Divisi Teknologi Informasi.............................40

Gambar 5.1 Rumus perhitungan tingkat kepercayaan.......................................58

Gambar 5.2 Diagram Gap level kapabilitas saat ini dengan level kapabilitas

yang diharapkan.............................................................................69

Gambar 5.3 Diagram struktur organisasi dengan penambahan unit baru...........88

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 11: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

xi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Proyek Pengembangan Bank XYZ Januari 2014 –Juni 2014

..........................................................................................................2

Tabel 2.1 Skala Penilaian COBIT 5...............................................................23

Tabel 2.2. Tabel Perbandingan Proyek IT dan Non IT...................................25

Tabel 2.3 Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu.....................................29

Tabel 5.1 Pemetaan Permasalahan dengan proses COBIT 5.........................45

Tabel 5.2 Pemetaan peraturan kementrian BUMN dengan proses COBIT 5

........................................................................................................49

Tabel 5.3 Pemetaan peraturan Bank Indonesia dengan proses COBIT 5......51

Tabel 5.4 Penentuan proses COBIT 5............................................................53

Tabel 5.5 Tingkat rating pengukuran kapabilitas...........................................56

Tabel 5.6 Matriks hubungan antara tingkat rating dengan skala kapabilitas

........................................................................................................57

Tabel 5.7 Tabel tingkat kepercayaan..............................................................59

Tabel 5.8 Hasil pengukuran proses BAI01 untuk kondisi saat ini.................60

Tabel 5.9 Hasil pengukuran kapabilitas BAI01 untuk kondisi saat ini..........60

Tabel 5.10 Tingkat kapabilitas proses BAI01..................................................60

Tabel 5.11 Hasil pengukuran proses BAI02 untuk kondisi saat ini.................61

Tabel 5.12 Hasil pengukuran kapabilitas BAI02 untuk kondisi saat ini..........61

Tabel 5.13 Tingkat kapabilitas proses BAI02..................................................61

Tabel 5.14 Hasil pengukuran proses BAI03 untuk kondisi saat ini.................62

Tabel 5.15 Hasil pengukuran kapabilitas BAI03 untuk kondisi saat ini..........62

Tabel 5.16 Tingkat kapabilitas proses BAI03..................................................62

Tabel 5.17 Hasil pengukuran proses BAI04 untuk kondisi saat ini.................63

Tabel 5.18 Hasil pengukuran kapabilitas BAI04 untuk kondisi saat ini..........63

Tabel 5.19 Tingkat kapabilitas proses BAI04..................................................64

Tabel 5.20 Hasil pengukuran proses BAI05 untuk kondisi saat ini.................64

Tabel 5.21 Hasil pengukuran kapabilitas BAI05 untuk kondisi saat ini..........64

Tabel 5.22 Tingkat kapabilitas proses BAI05..................................................65

Tabel 5.23 Hasil pengukuran proses BAI06 untuk kondisi saat ini.................65

Tabel 5.24 Hasil pengukuran kapabilitas BAI06 untuk kondisi saat ini..........66

Tabel 5.25 Tingkat kapabilitas proses BAI06..................................................66

Tabel 5.26 Hasil pengukuran proses BAI07 untuk kondisi saat ini.................66

Tabel 5.27 Hasil pengukuran kapabilitas BAI07 untuk kondisi saat ini..........67

Tabel 5.28 Tingkat kapabilitas proses BAI07..................................................67

Tabel 5.29 Hasil pengukuran proses BAI08 untuk kondisi saat ini.................67

Tabel 5.30 Hasil pengukuran kapabilitas BAI08 untuk kondisi saat ini.........68

Tabel 5.31 Tingkat kapabilitas proses BAI08.................................................68

Tabel 5.32 Aktifitas dan Deliverable Business Liaison...................................77

Tabel 5.33 Aktifitas dan Deliverable Solution Architect.................................78

Tabel 5.34 Aktifitas dan Deliverable Development........................................79

Tabel 5.35 Aktifitas dan Deliverable User Acceptment and QA....................80 Tabel 5.36 Aktifitas dan Deliverable Production Support.............................80

Tabel 5.37 Aktifitas dan Deliverable Project Management...........................81

Tabel 5.38 Aktifitas dan Kewenangan............................................................84

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 12: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi serta perumusan permasalahan hingga

pertanyaan penelitian yang menjadi pembahasan penulis untuk makalah ini.

1.1 Latar Belakang

Penggunaan produk layanan berbasis teknologi informasi sudah menjadi

komponen penting perusahaan untuk meningkatkan kualitas layanan kepada

nasabah yang menjadikan sebuah competitive advantage bagi perusahaan

perbankan. Beberapa produk layanan nasabah berbasis teknologi informasi adalah

sebagai berikut:

a. ATM (Automatic Teller Machine/Anjungan Tunai Mandiri),

b. CDM (Cash Deposit Machine),

c. EDC (Electronic Data Capture),

d. SMS Banking,

e. Phone Banking,

f. Internet Banking,

g. dan Mobile Banking.

Hal ini merupakan tantangan bagi Bank XYZ, khususnya di Divisi Teknologi

Informasi untuk melakukan pengembangan, pengelolaan, serta inovasi terhadap

sistem-sistem produk layanan tersebut agar selaras dengan visi dan misi

perusahaan untuk “Menjadi the bank of choice dengan menyajikan kualitas

layanan yang terbaik”. Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan tersebut,

Divisi Teknologi Informasi Bank XYZ mempunyai statement visinya tersendiri

yaitu “Menjadi partner strategis bagi perusahaan yang terdepan dalam teknologi

informasi serta menjadikan Teknologi Informasi perusahaan yang agile dan

berorientasi kepada nasabah”.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 13: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

2

Universitas Indonesia

Sesuai dengan visinya, Divisi Teknologi Informasi mempunyai komitmen untuk

memberikan product/feature solution delivery yang tepat waktu sehingga time to

market produk atau sistem yang berbasis pada layanan dapat memenuhi sasaran

yang sudah ditentukan. Terhadap visinya untuk ketepatan waktu, bentuk toleransi

keterlambatan yang sudah disepakati dengan perusahaan adalah sebesar 5% dari

jumlah sistem yang akan dikembangkan dan hanya diperbolehkan untuk

pengembangan sistem yang sifatnya minor changes.

Ketepatan waktu dalam penyelesaian sistem yang akan dikembangkan menjadi

penting karena begitu ketatnya kompetisi pasar dalam segmen perbankan,

sehingga apabila terjadi keterlambatan pemasaran sistem tersebut kepada nasabah

maka hal ini menjadi tidak sesuai dengan visi perusahaan yaitu menjadi yang

unggul dan terdepan dalam menyajikan kualitas layanan terbaik.

Pada kurun waktu Januari 2014 sampai dengan Juni 2014 hanya 55% proyek

pengembangan sistem yang dapat diselesaikan oleh Divisi Teknologi Informasi

secara tepat waktu, sementara terjadi keterlambatan untuk sekitar 42% proyek

sisanya. Gambar tabel dan diagram berikut ini menunjukkan rekapitulasinya:

Tabel 1.1 Daftar Proyek Pengembangan Bank XYZ Januari 2014 -Juni 2014

Proyek Pengembangan Sistem % Jumlah

Proyek Masuk 100 296

Memenuhi Sasaran (Go Live) 55 159

Dibatalkan 3 10

Terlambat 42 127

Gambar 1.1 Diagram Pengembangan Sistem Bank XYZ Periode Januari 2014 -

Juni 2014

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 14: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

3

Universitas Indonesia

Dari data yang tersedia, diketahui bahwa terdapat keterlambatan sebanyak 42%

proyek. Berdasarkan wawancara dengan IT Governance Manager Divisi

Teknologi Informasi Bank XYZ, diharapkan 95% proyek berbasis teknologi

informasi dapat memenuhi sasaran pasar dengan toleransi keterlambatan hanya

sebesar 5%. Fakta tersebut menunjukkan bahwa kondisi saat ini masih sangat jauh

dari sasaran. Sementara itu, pembatalan terhadap 3% proyek umumnya

dikarenakan oleh pertentangan antara prosedur sistem dengan regulasi yang

berlaku. Hal ini tentu tidak sesuai dengan komitmen Divisi Teknologi Informasi

dalam menjawab tantangan bisnis untuk menyediakan layanan berbasis teknologi

informasi yang unggul, terdepan yang berkualitas tinggi. Gambar dibawah ini

merupakan penjelasan gap yang ada,

Gambar 1.2 Diagram GAP antara harapan dan kenyataan

1.2 Perumusan Masalah

Fakta–fakta diatas menunjukkan bahwa delay time to market merupakan

permasalahan utama Divisi Teknologi Informasi untuk mendukung bisnis

perusahaan. Fishbone Diagram berikut ini akan memaparkan analisa dari

permasalahan tersebut serta menentukan ruang lingkup masalah yang dihadapi.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 15: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

4

Universitas Indonesia

42 % Proyek Pengembangan Sistem TI Terlambat

Memenuhi Sasaran Pasar

Infrastruktur TI Tata Kelola TI

Sumber Daya Manusia

Tidak terdapat kebijakan tata kelola Proyek Pengembangan Sistem yang jelasFungsi – fungsi

Pengelolaan dalamProyek pengembangan

Sistem tidak optimal

Keahlian TI yang kurangMemadai Jumlah SDM TI tidak

Sebanding denganJumlah proyek TI Terdapat Turn Over SDM TI

Yang Cukup Tinggi

Terdapat berbagai Platform teknologi

TI yang berbeda

Masih menggunakan teknologi TIYang sudah kuno

Gambar 1.3 Fishbone Diagram untuk masalah Keterlambatan Proyek

Pengembangan Sistem XYZ

Dalam tinjauan aspek berdasarkan dari fishbone diagram diatas, penulis mencoba

untuk melakukan penelitian pada aspek permasalahan “Tidak terdapat

kebijakan tata kelola proyek pengembangan sistem TI yang jelas dan tidak

optimalnya fungsi–fungsi dalam pengelolaan proyek pengembangan sistem”.

Sebelum melangkah lebih jauh penulis akan memberikan gambaran umum

mengenai tata kelola teknologi informasi yang ada pada Bank XYZ. Saat ini

terdapat dua permasalahan umum yang terjadi antara lain,

• Tidak terdapat kebijakan tentang pelaksanaan proyek pengembangan sistem

pada Divisi Teknologi Informasi Bank XYZ.

• Tidak optimalnya fungsi–fungsi pengelolaan pada pelaksanaan proyek

pengembangan sistem.

Saat ini bank XYZ telah mempunyai acuan khusus tentang pelaksanaan tata kelola

Teknologi Informasi yang tertuang di dalam dokumen ”Kebijakan umum

penggunaan dan pengelolaan Teknologi Informasi (IT Policy No.1/TEK/2009)”.

Di dalam dokumen tersebut terdapat beberapa kebijakan–kebijakan tata kelola

yang harus ada dalam organisasi antara lain,

• Manajemen perencanaan TI.

• Manajemen pengembangan dan implementasi TI.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 16: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

5

Universitas Indonesia

• Manajemen operasional TI.

• Manajemen keamanan TI.

Menurut IT Governance and Policy Manager, saat ini kebijakan-kebijakan tata

kelola manajemen perencanaan T, operasional TI dan kemananan TI sudah

diterapkan kecuali manajemen pengembangan dan implementasi TI. Hal ini

dikarenakan belum diterbitkannya kebijakan tata kelola dalam manajemen

pengembangan dan implementasi TI oleh organisasi. Hal tersebut mengakibatkan

pelaksanaan pengembangan sistem belum memiliki acuan yang jelas dan hanya

mengacu kepada kebijakan tata kelola Teknologi Informasi Menteri BUMN No. 2

Tahun 2013 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 09/15/PBI/2007 tentang

Manajemen Resiko dalam Teknologi Informasi perbankan.

Untuk pelaksanaan proyek pengembangan system, saat ini konsep SDLC (System

Development Life Cycle) menurut konteks Bank XYZ masih digunakan, dimana

dalam pelaksanaannya hanya terdapat empat fase proses seperti diilustrasikan

pada gambar 1.4 dibawah ini,

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 17: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

6

Universitas Indonesia

System Development Life Cycle Bank XYZ

De

ve

lop

me

nt

Use

r R

eq

uir

em

en

tT

est

ing

an

d Q

AP

rod

uct

ion

De

plo

ym

en

t

Phase

Start

User Needs Business LiaisonUnit

Core Banking Asset

Development

Core Banking Liabilities

Development

Channel and Connectivity Development

Office Automation

Development

MIS and Reporting

User Acceptment and Quality

Production Support Unit

End

Spesification

Spesification and Product

Deffect ?

No

Yes

Evaluate ?

No

Evaluation

Gambar 1.4 Alur SDLC di Bank XYZ

Pada gambar 1.4 diatas digambarkan terdapat 4 (empat) fase proses dalam

pengembangan sistem yaitu,

User Requirement. Pada tahap ini dilakukan pengelolaan dan

pengorganisasian berbagai permintaan user yang masuk serta dilakukan

pembuatan spesifikasi yang dibutuhkan untuk kemudian diserahkan kepada

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 18: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

7

Universitas Indonesia

proses pengembangan sistem. Fungsi ini di Bank XYZ berada pada unit kerja

Business Liaison.

Pengembangan Sistem. Pada proses ini dilakukan pengembangan sistem

sesuai dengan spesifikasi yang diberikan sebelumnya. Fungsi ini di Bank XYZ

berada pada unit kerja Core Banking Asset Development, Core Banking

Liabilities Development, Channel and Connectivity Development, Office

Automation Development dan Reporting Development.

Testing dan QA. Pada proses ini dilakukan pengetesan dan pengujian

kualitas terhadap sistem yang telah dikembangkan oleh para tester dan user.

User perlu membuat persetujuan apabila sistem telah sesuai dengan

spesifikasi. Fungsi ini di Bank XYZ berada pada unit kerja User Acceptment

and Quality.

Production Deployment. Pada proses ini pengembangan sudah dinyatakan

selesai dan sistem sudah dapat digunakan oleh user maupun oleh nasabah.

Pada proses ini juga dilakukan evaluasi apabila sistem tidak berjalan sesuai

dengan yang diharapkan. Fungsi ini di Bank XYZ berada pada unit kerja

Production Support.

Dari penjelasan tentang SDLC diatas terdapat beberapa permasalahan yang

mengakibatkan keterlambatan proyek pengembangan sistem. Menurut hasil

wawancara dengan Assistant Vice President Development and Quality dan

Governance and Policy Manager Divisi Teknologi Informasi Bank XYZ saat ini

keterlambatan proyek pengembangan sistem paling utama disebabkan oleh

terjadinya penumpukan dan antrian pada proses pengembangan sistem yang

diakibatkan oleh banyaknya permintaan dari Business Unit. Penyebab antrian dan

penumpukan pada proses tertentu antara lain disebabkan oleh,

Tidak optimalnya fungsi perencanaan ketersediaan dan kapasitas sumber daya

yang dibutuhkan sehingga terjadi penumpukan pada saat dilakukan

development.

Tidak optimalnya fungsi filterisasi pada saat awal permintaan user khususnya

pada pendeteksian permintaan yang layak atau tidak layak dijadikan proyek

pengembangan.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 19: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

8

Universitas Indonesia

Tidak dilakukan proses perencanaan prioritas proyek yang masuk dan tidak

dilakukan analisa dependensi antar proyek.

Permasalahan ini juga ditegaskan oleh Core Banking Asset Development Manager

yang mengatakan bahwa seringkali terjadi antrian dan penumpukan pada unit

Development yang disebabkan antara lain,

Terjadi overload pada pengembangan sistem yang diakibatkan oleh tidak

optimalnya komunikasi tentang perencanaan ketersediaan dan kapasitas

sumber daya antara unit Development dengan Business Liaison.

Terdapat kekurangan dalam penyusunan requirement oleh Business Liaison

sehingga Requirement menjadi tidak jelas maksud dan tujuannya. Hal ini

mengakibatkan pihak Development mengalami kesulitan untuk

memahaminya.

Dalam wawancara lanjutan dengan Assistant Vice President Development and

Quality dijelaskan bahwa dengan dituntutnya Divisi Teknologi Informasi sebagai

Business Unit Enabler, maka konsep SDLC (System Development Life Cycle)

dalam konteks Bank XYZ saat ini sudah tidak lagi dapat menunjang berbagai

permintaan User yang banyak, hal ini dikarenakan SDLC saat ini sangat

berorientasi kepada sistemnya saja. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengembangan konsep yang ada sekarang agar mempunyai fungsi–fungsi yang

lebih baik dan berorientasi kepada Business Solution. Proses–proses baru tersebut

diharapkan dapat lebih fokus dalam mengoptimalkan fungsi–fungsi tertentu

terkait dengan proyek pengembangan sistem. Untuk mewujudkan fungsi–fungsi

tersebut dibutuhkanlah suatu perangkat kebijakan tata kelola pengembangan

sistem yang dibentuk oleh manajemen serta jajaran pimpinan organisasi sebagai

kerangka dasar pembentukan fungsi – fungsi baru tersebut.

1.3 Dampak Bagi Organisasi

Keterlambatan dalam memenuhi layanan berbasis teknologi informasi yang sesuai

dengan sasaran pasar dapat menimbulkan dampak yang negatif untuk

mewujudkan visi Bank XYZ dalam menyajikan layanan yang unggul, terdepan

serta kualitas terbaik kepada nasabah, seperti:

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 20: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

9

Universitas Indonesia

Hilangnya keunggulan kompetitif (competitive advantage) Bank XYZ

terhadap layanan berbasis teknologi informasi karena telah didahului oleh

kompetitor,

Menurunkan Revenue dan keuntungan potensial (Fee Based Income) Bank

XYZ yang didapatkan dari layanan berbasis teknologi informasi.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan solusi yang diharapkan, penulis mencoba

memunculkan pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Sejauh apa pelaksanaan kegiatan proyek pengembangan sistem di Bank XYZ

yang sesuai dengan kerangka kerja COBIT 5?

2. Seperti apa rancangan kebijakan tata kelola proyek pengembangan sistem

yang sesuai dengan Bank XYZ berdasarkan kerangka kerja COBIT 5?

Dalam hal ini penulis akan mencoba melakukan analisa terhadap pertanyaan

penelitian tersebut dan berikutnya diharapkan dapat berkontribusi dalam

peningkatan dan perbaikan demi tercapainya visi dan misi perusahaan.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi dan perancangan tata kelola

dalam proyek pengembangan sistem di lingkungan Divisi Teknologi Informasi

bank XYZ dengan menggunakan kerangka kerja COBIT 5. Dari hasil evaluasi

akan didapatkan rekomendasi perancangan tata kelola dalam proyek

pengembangan sistem yang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan

umum yang ada di Divisi Teknologi Informasi Bank XYZ. Hasil dari rekomendasi

diharapkan juga dapat dijadikan acuan perbaikan bagi peningkatan tata kelola

dalam proyek pengembangan sistem di Divisi Teknologi Informasi Bank XYZ.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai suatu acuan dalam perbaikan dan peningkatan proses tata kelola

dalam proyek pengembangan sistem serta pembuatan kebijakan ataupun

pedoman tata kelola dalam proyek pengembangan sistem.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 21: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

10

Universitas Indonesia

2. Untuk melakukan pengukuran guna mendapatkan informasi sejauh apa

pelaksanaan tata kelola dalam proyek pengembangan sistem yang saat ini ada.

1.7 Batasan Penelitian

Pada sub bab berikut ini akan dijelaskan batasan–batasan yang ada pada penelitian

ini, antara lain,

1. Penelitian dilakukan di lingkungan Divisi Teknologi Informasi Bank XYZ.

2. Sumber–sumber informasi yang didapat pada penelitian ini berdasarkan

wawancara narasumber dan dokumen sekunder internal maupun regulator.

3. Lingkup penelitian adalah analisa dan evaluasi tata kelola pengembangan

sistem pada Divisi Teknologi Informasi Bank XYZ.

4. Lingkup teori yang digunakan adalah pengukuran proses dan tingkat

kematangan dengan COBIT 5.

5. Lingkup referensi proses yang digunakan dari COBIT 5 adalah Build, Acquire

and Implementation (BAI).

6. Lingkup referensi regulator yang digunakan adalah peraturan Bank Indonesia

Nomor 09/15/PBI/2007 (Pasal 7 dan 11) dan peraturan kementrian BUMN No

02 Tahun 2013 yang memiliki relevansi dengan tata cara pengelolaan proyek

pengembangan aplikasi.

1.8 Sistematika Penulisan

Berikut ini penjelasan sistematika penulisan yang dilakukan oleh penulis:

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis membahas tentang latar belakang permasalahan yang

dihadapi oleh organisasi dan harapan organisasi untuk adanya suatu kebijakan

tata kelola proyek pengembangan sistem.

2. BAB II STUDI LITERATUR

Pada bab ini penulis membahas berbagai teori – teori terkait dengan tata kelola

dan proyek pengembangan sistem. Perbandingan dari penelitian – penelitian

sebelumnya juga dipaparkan untuk dilakukan pembahasan persamaan maupun

perbedaannya.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 22: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

11

Universitas Indonesia

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini penulis membahas tentang metode yang dilakukan dalam

penelitian.

4. BAB IV PROFIL ORGANISASI

Pada bagian ini penulis membahas sekilas tentang organisasi sebagai tempat

penelitian ini dilakukan.

5. BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis membahas hasil penelitian yang dilakukan secara jelas

dan tepat. Pembahasan berisi tentang analisis terhadap permasalahan dan

kendala serta cara pemecahannya ditinjau secara menyeluruh dengan

pendekatan kuantitatif.

6. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi mengenai kesimpulan dan saran-saran yang dapat diambil

dari penelitian ini. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-

pihak lain yang berkepentingan untuk pengembangan lebih lanjut.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 23: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

12 Universitas Indonesia

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini akan menjelaskan mengenai studi literatur yang terkait dengan pertanyaan

penelitian yaitu tentang,

• Tata kelola teknologi inforamsi, Framework Cobit 5, proyek teknologi

informasi dan peraturan pemerintah tentang tata kelola.

• Analisa penelitian terdahulu.

• Kerangka teoritis.

2.1. Tata Kelola Teknologi Informasi

Pada sub bab berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi tata kelola teknologi

informasi dan pentingnya tata kelola teknologi informasi bagi organisasi

berdasarkan definisi yang telah dikemukakan sebelumnya.

“Specifying the decision rights and accountability framework to encourage

desirable behaviour in the use of IT”. (Weill & Ross, 2004, p.8)

Dari definisi diatas dijelaskan bahwa tata kelola informasi adalah menentukan

aturan dalam pengambilan keputusan dan menentukan kerangka kerja yang

akuntabel oleh manajemen dari organisasi serta melakukan implementasi oleh

manajemen untuk menciptakan perilaku dan budaya organisasi yang diinginkan.

Menurut ITGI (2003, p.10), “IT Governance is the responsibility of the board

directors and executive management. It is an integral part of enterprise

governance and consist of the leadership and organizational structures and

processes that ensure that organization’s IT sustains and extends the

organization’s strategies and objectives”.

Dari definisi diatas dijelaskan bahwa tata kelola teknologi informasi merupakan

suatu bentuk tanggung jawab manajemen eksekutif dan para dewan direksi. Hal

ini merupakan bagian tak terpisahkan dari tata kelola perusahaan dan terdiri dari

sturktur kepemimpinan organisasi dan proses yang memastikan bahwa organisasi

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 24: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

13

Universitas Indonesia

teknologi informasi dapat menopang dan memperluas strategi dan tujuan

organisasi.

Menurut Van Grembergen (2002, p.5) “IT Governance is the organisational

capacity exercised by the board, executive management and IT management to

control the formulation and implementation of IT strategy and in this way ensure

the fusion of bussiness and IT”

Dari definisi diatas dijelaskan bahwa tata kelola teknologi informasi adalah

kegiatan yang dilakukan oleh manajemen eksekutif, dewan direksi dan

manajemen teknologi informasi untuk melakukan kontrol dari formulasi dan

implementasi strategi TI dan memastikan perpaduan antara unit bisnis dan

teknologi informasi.

2.1.1. Pentingnya tata kelola teknologi informasi

Menurut Weill and Ross (2004), tata kelola teknologi informasi yang efektif tidak

terlepas dari perhatian dan waktu yang diberikan oleh manajemen karena tata

kelola teknologi informasi yang baik seharusnya menuntut keselarasan antara

keputusan manajemen, obyektifitas bisnis dan penggunaan teknologi informasi.

Apabila tidak presisi dalam desain dan implementasi struktur tata kelola maka

dapat terjadi kehilangan arah pada organisasi. Terdapat banyak alasan mengapa

teknologi informasi membutuhkan tata kelola yang baik, antara lain,

• Tata kelola teknologi informasi dapat meningkatkan efektifitas aktivitas

manajemen dalam berbagai area.

• Memfokuskan pengeluaran teknologi informasi untuk mendukung

organizations strategic priorities.

• Tata kelola teknologi informasi yang baik dapat mempertanggung jawabkan

setiap keputusan yang dihasilkan untuk teknologi informasi.

• Teknologi informasi dapat mendorong terciptanya kesempatan bisnis baru

bagi organisasi.

• Tata kelola teknologi informasi yang efektif dapat menciptakan mekanisme

untuk mengetahui tentang nilai dari teknologi informasi.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 25: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

14

Universitas Indonesia

• Tata kelola teknologi informasi dapat menciptakan proses pengambilan

keputusan terkait teknologi informasi dengan jelas dan transparan.

2.1.2. Prinsip Keputusan dalam Tata Kelola Teknologi Informasi

Menurut Weill and Ross (2004) terdapat 5 prinsip tata kelola teknologi informasi

yang mempengaruhi setiap keputusan tata kelola teknologi informasi sehingga

teknologi informasi merupakan aset yang strategis, kelima prinsip tersebut adalah,

• IT Principles decisions, Merupakan high level statements tentang bagaimana

teknologi informasi digunakan di dalam bisnis dan organisasi.

• IT Architecture decisions, Merupakan aktifitas dalam melakukan organisasi

data, aplikasi dan infrastruktur yang tertuang dalam sekumpulan kebijakan,

standarisasi teknikal dan integrasi.

• IT Infrastructure decisions, Merupakan dasar dalam menentukan layanan

teknologi informasi yang dapat digunakan secara bersama –sama dan

terkordinasi secara terpusat.

• Business Applications Needs, Merupakan aktifitas dalam menentukan dan

mendefinisikan kebutuhan organisasi yang dapat dipenuhi oleh aplikasi TI.

• IT Investment and Prioritization decisions, Merupakan aktifitas dalam

menentukan dan memprioritaskan investasi teknologi informasi yang

dibutuhkan oleh organisasi.

2.2. Peraturan Menteri BUMN nomor 02 tahun 2013 (PER-02/MBU/2013)

Pada sub bab berikut ini akan dijelaskan tentang peraturan menteri BUMN

Republik Indonesia nomor 2 tahun 2013 tentang penting tata kelola teknologi

informasi dalam lingkungan badan usaha milik negara (BUMN). Dalam peraturan

ini dijelaskan pentingnya peranan teknologi informasi bagi perusahaan yaitu

“dukungan teknologi informasi sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan

kapabilitas perusahaan dalam memberikan kontribusi pada penciptaan nilai

tambah, service excellent serta pelaksanaan operasional perusahaan yang efisien,

efektif dan optimal” (PER-02/MBU/2013, 2013, p.1). Masih menurut peraturan

tersebut bahwa pengelolaan informasi, sistem informasi dan komunikasi yang

efektif menjadi faktor kritikal dalam kesuksesan perusahaan antara lain,

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 26: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

15

Universitas Indonesia

• Potensi TI berperan dalam sistem pengendalian operasional yang dapat

mendorong transformasi perusahaan dan bisnis secara berkelanjutan.

• Penyebaran dan ketergantungan pada informasi dan layanan serta infrastruktur

teknologi informasi.

• Peningkatan skala dan biaya investasi teknologi saat ini dan masa mendatang.

• Perkembangan SDM dan organisasi.

2.2.1 Kerangka Kerja Tata Kelola Teknologi Informasi BUMN

Proses tata kelola TI dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 2 dalam domain

kebijakan yaitu pengendali strategis dan pengendali operasional. Gambar 2.1

dibawah ini mengilustrasikan kerangka kerja tata kelola teknologi informasi

BUMN.

Gambar 2.1 Kerangka Kerja Tata Kelola TI BUMN (PER-02/MBU/2013, 2013)

Sumber : (Kementrian BUMN, Kerangka kerja TI BUMN, 2013)

Dari gambar diatas dijelaskan bahwa domain kebijakan tata kelola TI terdapat

pada lingkup proses TI yang mana pada tujuannya dengan penerapan kebijakan

tata kelola TI dapat memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan dengan baik.

Kerangka kerja tersebut dapat diterapkan menjadi suatu standarisasi pada

perusahaan milik negara dan juga dapat pada tujuannya dilakukan penerapan pada

sumber daya TI yang meliputi aplikasi, perangkat keras, data/informasi, SDM dan

infrastruktur TI.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 27: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

16

Universitas Indonesia

2.2.2 Kebijakan Tata Kelola Teknologi Informasi BUMN

Sesuai dengan framework tata kelola TI BUMN untuk proses pengelolaan TI

meliputi 2 domain proses pengendalian kebijakan yaitu kebijakan strategis dan

kebijakan operasional. Secara lingkup standarisasi tata kelola TI BUMN dapat

dirinci sebagai berikut,

1. Kebijakan Strategis

a. Penetapan peran TI perusahaan.

b. Perencanaan TI.

c. Kerangka kerja proses dan organisasi TI.

d. Pengelolaan investasi TI.

e. Pengelolaan sumber daya TI

f. Pengelolaan resiko TI.

g. Pengelolaan Proyek TI.

h. Penanganan kebutuhan dan identifikasi solusi TI.

2. Kebijakan Operasional

a. Pengelolaan layanan TI.

b. Pengelolaan sekuriti TI.

c. Pengelolaan layanan pihak ketiga.

d. Pengelolaan operasional.

e. Pengelolaan mutu.

f. Manajemen Pengetahuan / Knowledge Transfer.

g. Monitor dan evaluasi pengendalian internal.

h. Pengelolaan compliance external regulation.

Rangkaian kebijakan tata kelola teknologi informasi diatas merujuk kepada

peraturan menteri BUMN yang diharapkan menjadi standarisasi tata kelola

teknologi informasi pada perusahaan milik negara.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 28: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

17

Universitas Indonesia

2.3. Peraturan Bank Indonesia No 09/15/PBI/2007

Pada sub bab berikut ini akan dijelaskan tentang pentingnya tata kelola teknologi

informasi melalui peraturan dari Bank Indonesia nomor 09/15/PBI/2007 tentang

penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi oleh bank

umum. Dalam peraturan (09/15/PBI/2007, 2007, p.2) dijelaskan bahwa dalam

rangka meningkatkan efisiensi kegiatan operasional dan mutu pelayanan Bank

kepada nasabahnya, Bank dituntut untuk mengembangkan strategi bisnis Bank

dengan lebih banyak memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi untuk

meningkatkan daya saing Bank. Mengingat bahwa Teknologi Informasi

merupakan aset penting dalam operasional yang dapat meningkatkan nilai tambah

dan daya saing Bank sementara dalam penyelenggaraannya mengandung berbagai

risiko, maka Bank perlu menerapkan IT Governance. Keberhasilan penerapan IT

Governance tersebut sangat tergantung pada komitmen seluruh unit kerja di Bank,

baik penyelenggara maupun pengguna Teknologi Informasi. Penerapan IT

Governance dilakukan melalui penyelarasan Rencana Strategis Teknologi

Informasi dengan strategi bisnis Bank, optimalisasi pengelolaan sumber daya,

pemanfaatan Teknologi Informasi (IT value delivery) sebagai pengukuran kinerja

dan penerapan manajemen risiko yang efektif. Untuk itu terdapat pasal – pasal

dalam peraturan tersebut yang mengatur tentang kebijakan proyek pengembangan

teknologi informasi, antara lain,

1. Pasal 6 ayat 5, terdapat sistem pengukuran kinerja proses penyelenggaraan

Teknologi Informasi yang paling kurang dapat:

a. Mendukung proses pemantauan terhadap implementasi strategi.

b. Mendukung penyelesaian proyek.

c. Optimalisasi pendayagunaan sumber daya manusia dan infrastruktur yang

diinvestasikan.

d. Meningkatkan kinerja proses penyelenggaraan Teknologi Informasi dan

kualitas layanan penyampaian hasil proses kepada pengguna.

2. Pasal 7 ayat 2, Bank wajib memiliki komite pengarah teknologi informasi

yang bertanggung jawab memberikan rekomendasi kepada direksi minimal

terkait dengan :

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 29: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

18

Universitas Indonesia

a. Rencana strategis teknologi informasi yang searah dengan kegiatan usaha

bank.

b. Kesesuaian proyek teknologi informasi yang disetujui dengan rencana

strategis bank.

c. Kesesuaian antara pelaksanaan proyek teknologi informasi dengan rencana

proyek yang disepakati (Project Charter).

3. Pasal 11, Dalam melakukan pengembangan dan pengadaan Teknologi

Informasi Bank wajib melakukan langkah-langkah pengendalian untuk

menghasilkan sistem dan data yang terjaga kerahasiaan dan integritasnya

serta mendukung pencapaiantujuan Bank, antara lain mencakup :

a. Menetapkan dan menerapkan prosedur dan metodologi pengembangan dan

pengadaan Teknologi Informasi secara konsisten

b. Menerapkan manajemen proyek dalam pengembangan sistem

c. Melakukan testing yang memadai pada saat pengembangan dan pengadaan

suatu sistem, termasuk uji coba bersama satuan kerja pengguna, untuk

memastikan keakuratan dan berfungsinya sistem sesuai kebutuhan

pengguna serta kesesuaian satu sistem dengan sistem yang lain;

d. Melakukan dokumentasi sistem yang dikembangkan dan pemeliharaannya

e. Memiliki manajemen perubahan sistem aplikasi.

Peraturan tentang penerapan manajemen risiko tersebut wajib untuk dipatuhi oleh

bank umum nasional sebagai pedoman tata cara pelaksanaan kegiatan penggunaan

teknologi informasi oleh bank umum.

2.4. Kerangka Kerja COBIT 5

COBIT (Control Objectives for Information and related Technology) merupakan

suatu panduan untuk melakukan kontrol terhadap informasi, teknologi informasi

dan risiko yang terkait. COBIT dikeluarkan oleh ITGI (IT Governance Institute)

dan sudah diakui secara internasional. COBIT 5 merupakan sebuah kerangka

kerja komprehensif yang mempunyai fungsi untuk membantu organisasi untuk

mencapai tujuannya dalam tata kelola dan manajemen teknologi informasi. Secara

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 30: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

19

Universitas Indonesia

sederhana COBIT 5 membantu organisasi untuk menciptakan nilai yang optimal

dari teknologi informasi dengan cara menyeimbangkan antara manfaat yang

didapat, optimalisasi tingkat risiko dan penggunaan sumber daya. COBIT 5

bersifat umum dan dapat digunakan pada segala jenis organisasi (profit maupun

non profit) serta tidak bergantung pada besar kecilnya ukuran organisasi tersebut.

COBIT 5 mempunyai 5 prinsip dalam tata kelola dan manajemen dalam teknologi

informasi seperti diilustrasikan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Prinsip COBIT 5

Sumber : (ISACA, COBIT 5 : A Bussiness Framework for the Governance and Management of

Enterprise IT, 2012)

1. Meeting Stakeholder Needs, Perusahaan yang memiliki banyak pemangku

kepentingan seringkali memunculkan konflik, tata kelola teknologi informasi

memiliki panduan untuk memustuskan kebutuhan yang harus dipenuhi namun

tetap memberikan manfaat bagi organisasi.

2. Covering the Enterprise End to End, Tata kelola teknologi informasi

berfungsi menyelaraskan antara teknologi informasi dengan tujuan dari

perusahaan.

3. Applying a Single Integrated Framework, Tata kelola teknologi informasi

menggunakan kerangka kerja yang terintegrasi untuk seluruh proses tata

kelola teknologi informasi.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 31: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

20

Universitas Indonesia

4. Enabling a Hollistic Approach, Tata kelola teknologi informasi melakukan

pendekatan yang menyeluruh dari setiap enabler untuk mencapai tujuan

perusahaan.

5. Separating Governance from Management, Secara jelas memisahkan antara

tata kelola dan manajemen. Dalam hal ini fungsi manajemen adalah untuk

melakukan perencanaan, mengembangkan dan melaksanakannya sedangkan

fungsi tata kelola adalah memastikan kebutuhan pemangku kepentingan dan

organisasi sudah terpenuhi.

2.4.1 Dimensi Proses COBIT 5

Dimensi proses pada COBIT 5 didefinisikan sebagai model referensi. COBIT 5

sudah menyediakan berbagai proses yang telah dilengkapi dengan panduan untuk

masing – masing proses. Gambar 2.3 mengilustrasikan proses – proses yang

terdapat pada referensi model.

Gamber 2.3 Referensi Model pada COBIT 5

Sumber : (ISACA, COBIT 5 : Process Assessment Model , 2012)

Pada gambar 2.3 diilustrasikan bahwa terdapat 5 domain pada model referensi

COBIT 5 dimana masing – masing kategori terdapat proses – proses yang terdiri

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 32: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

21

Universitas Indonesia

dari berbagai panduan dalam tata kelola teknologi informasi. Kategori tersebut

adalah,

1. Evaluate, Direct and Monitor, domain ini berisi tentang sekumpulan proses

dan panduan yang berguna untuk memastikan keselarasan antara proses tata

kelola dengan tujuan objektif dari pemangku kepentingan dan organisasi.

2. Align, Plan and Organise, domain ini mempunyai fungsi untuk penentuan

strategi dan melakukan identifikasi terhadap teknologi informasi sejauh apa

dapat berkontribusi terhadap kepentingan bisnis dan organisasi.

3. Build, Acquire and Implement, domain ini menyediakan berbagai solusi

dalam merealisasikan strategi yang sudah dibentuk. Dalam domain ini

memastikan perlunya kebutuhan akan teknologi informasi dapat diidentifikasi,

dibangun dan diimplementasikan. Manajemen perubahan dan pengelolaan

solusi teknologi informasi juga dicakup pada domain.

4. Deliver, Service and Support, domain ini memastikan bahwa seluruh solusi

teknologi informasi yang sudah diimplementasikan dapat melayani dan

mendukung pengguna sesuai dengan yang diharapkan.

5. Monitor, Evaluate and Assess, domain ini memastikan bahwa proses – proses

yang digunakan sudah sesuai dengan yang diharapkan serta dapat melakukan

evaluasi terhadap proses – proses yang belum optimal.

2.4.2 Dimensi Kapabilitas COBIT 5

Dimensi kapabilitas pada COBIT 5 menyediakan tingkatan / level dalam

pengukuran kapabilitas proses COBIT 5. Level kapabilitas pada dasarnya

mengikuti standar ISO/IEC 15504-2:2003. Gambar 2.4 dibawah ini

mengilustrasikan tingkatan / level kapabilitas dalam pengukuran COBIT 5.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 33: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

22

Universitas Indonesia

Gambar 2.4 Capability Level COBIT 5

Sumber : (ISACA, COBIT 5 : Process Assessment Model , 2012)

Dari ilustrasi gambar 2.4 dijelaskan bahwa tingkatan kapabilitas terbagi menjadi 6

tingkatan yaitu,

1. Level 0 Incomplete, Pada tingkatan ini organisasi tidak mengetahui sama

sekali tentang aktifitas teknologi informasi di organisasinya.

2. Level 1 Performed, Pada tingkatan ini organisasi sudah mengetahui tentang

aktifitas teknologi informasi di organisasinya, hanya pada umumnya tidak

menyediakan lingkungan yang stabil untuk melakukan aktifitas operasional teknologi

informasi dan mengembangkan suatu produk baru.

3. Level 2 Managed, Pada tingkatan ini perusahaan sudah mempunyai berbagai

kebijakan untuk mengatur berbagai aktifitas operasional dan pengembangan

teknologi informasi.

4. Level 3 Established, Pada tingkatan ini organisasi sudah mempunyai suatu

unit kerja beserta struktur organisasinya terkait dengan aktifitas teknologi

informasi. Selain itu organisasi sudah mempunyai standar khusus (SOP) yang

didefinisikan dari kebijakan terkait dengan aktifitas operasional dan

pengembangan teknologi informasi.

5. Level 4 Predictable, Pada tingkatan ini organisasi sudah mampu untuk

membuat suatu pengukuran untuk semua kegiatan teknologi informasi,

mampu untuk mengetahui nilai bisnis (IT Value) yang didapat dari teknologi

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 34: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

23

Universitas Indonesia

informasi dan mampu untuk menghasilkan suatu produk teknologi informasi

yang mempunyai nilai tambah (Added Value) bagi bisnis dan organisasi.

6. Level 5 Optimising, Pada tingkatan ini teknologi informasi sudah terintegrasi

dengan semua aspek aktifitas bisnis dan operasional organisasi. Pada tingkatan

ini teknologi informasi dapat membuat otomasi dan inovasi pada semua aspek

aktifitas bisnis agar kinerja organisasi menjadi efisien, efektif, transparan dan

berkualitas tinggi.

Selain dari tingkatan kapabilitas tersebut diatas COBIT 5 juga menyediakan skala

penilaian (Rating Scale) yang berfungsi untuk mengetahui nilai pencapaian

terhadap masing – masing tingkatan kapabilitas. Pada tabel 2.1 mengilustrasikan

skala penilaian untuk pencapain tingakatan kapabilitas.

Tabel 2.1 Skala Penilaian COBIT 5

Nilai Presentase

N (Not Achieved) 0 – 15

P (Partially Achieved) > 15 - 50

L (Largely Achieved) > 50 – 85

F (Fully Achieved) > 85 – 100

Sumber : (ISACA, COBIT 5 : Process Assessment Model , 2012)

Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa skala penilaian terbagi menjadi 4 bagian yang

dapat dilakukan penilaian terhadap setiap tingkatan kapabilitas yaitu,

1. N (Not Achieved), Tidak terdapat bukti atau aktifitas terkait pencapaian pada

atribut tersebut.

2. P (Partially Achieved), Terdapat beberapa bukti atau aktifitas terkait

pencapaian pada attribute tersebut, namun belum terdapat rangkaian aktifitas

yang sifatnya sistematis.

3. L (Largely Achieved), Pada tingkatan ini terdapat bukti aktifitas yang sifatnya

sistematis. Terdapat suatu standar /SOP terkait dengan atribut tersebut, namun

masih terdapat berbagai kelemahan dalam pelaksanaan dan kepatuhan

terhadap standar / SOP.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 35: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

24

Universitas Indonesia

4. F (Fully Achieved), Pada tingkatan ini semua aktifitas sudah dilakukan dengan

baik pada atribut tersebut. Penggunaan standar / SOP sudah bersifat lazim dan

tidak terdapat kelemahan dalam pelaksanaannya.

2.5. Proyek Teknologi Informasi

Terdapat beberapa pendekatan dalam menjalankan tata kelola proyek teknologi

informasi, karena adanya baik kesamaan maupun perbedaan antara proyek

teknologi informasi dengan proyek lain pada umumnya. Menurut Kathy Schwalbe

(2011) definisi dari kata proyek adalah sebuah usaha sementara yang dilakukan

untuk menciptakan atau mengembangkan produk, layanan dan hasil yang unik.

Oleh karena itu, definisi dari sebuah proyek teknologi informasi adalah sebuah

usaha sementara yang melibatkan penggunaan perangkat keras, perangkat lunak

maupun jaringan komputer untuk menciptakan atau mengembangkan produk,

layanan dan hasil yang unik (p.4). Menurutnya pula, secara umum terdapat tiga

constraint yang mempengaruhi di dalam proyek teknologi informasi, antara lain,

1. Scope

Mendefinisikan jenis pekerjaan yang dikerjakan, produk yang dihasilkan, serta

hasil yang diharapkan.

2. Time

Mendefinisikan waktu penyelesaian yang dibutuhkan, cara penjadualan,

kontrol terhadap penjadualan, serta pihak yang berwenang untuk merubah.

3. Cost

Mendefinisikan kebutuhan biaya proyek, cara membuat anggaran proyek,

kontrol terhadap anggaran, serta pihak yang berwenang untuk merubah.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 36: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

25

Universitas Indonesia

Gambar 2.5 Diagram keterkaitan scope, time dan cost

Sumber : (Schwalbe, Kathy, Information Technology Project Management, 2011)

Menurut James Taylor (2004) proyek teknologi informasi mengelola secara total

dan memastikan bahwa berbagai komponen telah diintegrasikan untuk

menghasilkan suatu produk berbasis Teknologi Informasi yang diinginkan oleh

penguna (James Taylor). Menurutnya, terdapat perbedaan antara proyek

Teknologi Informasi dengan non Teknologi Informasi, serta terdapat pula

kategorisasi terhadap komponen–komponen dalam proyek tersebut (p.12).

Tabel 2.2. Tabel Perbandingan Proyek IT dan Non IT

Komponen Non IT Projects IT Projects

Project Tidak Terintegrasi

Dengan fungsi bisnis

Terintegrasi dengan

fungsi bisnis

Scope Terdefinisi dengan

baik

Tidak terdefinisi

dengan baik

Change Control Terdefinisi dengan

baik

Tidak terdefinisi

dengan baik

Stake Holders Mudah diidentifikasi Sulit untuk

diidentifikasi

Resources Full Time, Spesialis Biasanya Part Timer,

Spesialis

Risk Terdefinisi dengan

baik

Tidak terdefinisi

dengan baik

Sumber : (Taylor, James, Managing Information Technology Projects, 2004)

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 37: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

26

Universitas Indonesia

Secara intuitif, proyek Teknologi Informasi dengan Non Teknologi Informasi

biasanya berbeda karena proyek Teknologi Informasi menggunakan perangkat

yang unik dan biasanya pula memiliki perangkat untuk manajemen proyek. Selain

itu, proyek Teknologi Informasi memiliki resiko yang besar dan kemungkinan

akan kualitas yang rendah lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh

perkembangan yang sangat cepat dalam memenuhi tuntutan pasar dengan cycle

yang sangat singkat sehingga kecenderungan ”rapid development requirements to

meet rush-to-market demands” banyak terjadi. Gambar berikut ini menunjukkan

perbandingannya:

Gambar 2.6 Diagram keterkaitan quality, time dan cost

Sumber : (Taylor, James, Managing Information Technology Projects, 2004)

Menurut Jack T.Marchewka (2012) Secara definitif, proyek Teknologi Informasi

adalah suatu aktivitas yang sifatnya sementara dengan tujuan untuk menghasilkan

produk yang unik yang berbasis Teknologi Informasi. Walaupun proyek

Teknologi Informasi dilaksanakan berdasarkan hasil dari penelitian untuk

menghasilkan sejumlah sistem/perangkat lunak, akan tetapi tujuan dari proyek

tersebut ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang nyata dan bernilai bagi

organisasi (p.9). Tujuan dari pelaksanaannya harus dapat mendorong proyek agar

dapat mendefiniskan pekerjaan, budget, jadwal dan anggaran yang jelas.

Proyek Teknologi Informasi pada umumnya memerlukan waktu, budget,

teknologi dan sumber daya. Hubungan ini biasanya disebut sebagai Triple

Constraint yang diilustrasikan pada Gambar 2.2.3. Ilustrasi tersebut biasanya

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 38: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

27

Universitas Indonesia

mempengaruhi pada saat melakukan pengambilan keputusan terkait proyek

Teknologi Informasi.

Gambar 2.7 Triple Constraint – Scope, Schedule and Budget

Sumber : (Marchewka, Jack, Information Technology Project Management, 2002)

2.6. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini penulis akan menghadirkan penelitian – penelitian sebelumnya

yang mengambil tema yang sama. Terdapat 3 buah penelitian sebelumnya yang

akan dilakukan perbandingan secara keseluruhan.

a) Evaluasi layanan teknologi informasi berdasarkan kerangka kerja

COBIT 5 pada PT.XYZ (Heri Bernandus, 2013)

Pada penelitian ini dijelaskan bahwa PT.XYZ memiliki permasalahan dalam

layanan teknologi informasi kepada pengguna seperti masalah kebijakan,

prosedur, kegiatan dokumentasi dan SDM. Peneliti melakukan pengukuran

kapabilitas layanan teknologi informasi berdasarkan kerangka kerja COBIT 5.

Dari hasil pengukuran tersebut peneliti melakukan gap analysis antara situasi

terkini dengan situasi yang diharapkan. Peneliti menggunakan process area

Deliver, Service and Support yang terapat pada model referensi dari COBIT 5.

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut peneliti mendapatkan nilai evaluasi

layanan teknologi informasi, KPI, process practice dan aktivitasnya yang

tujuannya adalah meningkatkan ketersediaan layanan teknologi informasi dan

berkurangnya gangguan dan waktu penanganan gangguan.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 39: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

28

Universitas Indonesia

b) Pengukuran tingkat kapabilitas tata kelola teknologi informasi

menggunakan COBIT 5 pada PT.Lintasarta (Aziz Budi Prasetyo, 2014)

Pada penelitian ini dijelaskan bahwa PT.Lintasarta memiliki permasalahan

market share produk VAS belum besar dikarenakan bahwa organisasi belum

mengetahui posisi sejauh apa tata kelola teknologi informasi

diimplementasikan. Peneliti melakukan pengukuran kapabilitas keseluruhan

organisasi teknologi informasi dengan menggunakan kerangka kerja COBIT 5

untuk semua proses area yang ada pada model referensi model COBIT 5.

Peneliti menggunakan metoda kualitatif dalam melakukan pengukuran dengan

cara focus group discussion (FGD) dan melakukan pemetaan antara visi misi

dengan enterprise goal pada COBIT 5. Dari hasil pengukuran tersebut peneliti

mendapatkan tingkat kapabilitas organisasi berdasarkan semua process area

COBIT 5 yang tujuannya adalah dapat memberikan rekomendasi kepada

organisasi untuk dapat menentukan prioritas untuk meningkatkan process area

yang tingkat kapabilitasnya masih rendah.

c) Evaluasi tata kelola teknologi informasi berdasarkan kerangka kerja

COBIT 5 pada Ditjen Administrasi Hukum Umum (Susan Sandra

Indriati, 2014)

Pada penelitian ini dijelaskan bahwa terdapat permasalahan pada pelaksanaan

pengembangan teknologi informasi yang tidak sesuai dengan perencanaan

sebelumnya, belum terdapat SOP dan tidak mengacu kepada aturan PP 82

tahun 2012. Peneliti melakukan pengukuran tingkat kapabilitas dengan

menggunakan proses area COBIT 5 yang telah dipetakan dengan PP 82 tahun

2012 sebagai standar tolok ukur Ditjen Administrasi Hukum Umum. Peneliti

menggunakan metode kuantitatif dalam menentukan tingkat kapabilitas

masing – masing proses area COBIT 5. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut

peneliti mendapatkan nilai kapabilitas proses area yang telah dipetakan

sebelumnya yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi peningkatan

kapabilitas masing – masing proses area yang pencapaian kapabilitasnya

rendah kepada organisasi serta pembuatan mekanisme SOP.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 40: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

29

Universitas Indonesia

Dari review penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, dapat dibuat tabel

perbandingan berdasarkan Compare (Persamaan), Contrast (Perbedaan), Criticize

(Kritik) dan Concize (Ringkasan) seperti di bawah ini.

Table 2.3 Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu

Item yang

dibandingkan

Karya Ilmiah 1

(Heri Bernandus,

2013)

Karya Ilmiah 2

(Aziz Budi

Prasetyo, 2014)

Karya Ilmiah 3

(Susan Sandra

Indriati, 2014)

Teori Cobit 5 Cobit 5 Cobit 5

Metodologi • Perumusan

masalah

• Studi literatur

• Pengumpulan

data

• Pemilihan

proses

COBIT 5

• Pengukuran

tingkat

kapabilitas

• Penentuan

target tingkat

kapabilitas

• GAP

Analysis

• Rekomendasi

• Pembuatan

KPI

• Perumusan

masalah

• Studi literatur

• Pengumpulan

data

• Analisis data

• Pengukuran

tingkat

kapabilitas

• Rekomendasi

• Perumusan

Masalah

• Studi Literatur

• Melakukan

pemetaan PP 82

tahun 2012

terhadap COBIT

5

• Pengumpulan

data

• Pengukuran

tingkat

kapabilitas

• Pemilihan

Prioritas

• Rekomendasi

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 41: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

30

Universitas Indonesia

Table 2.3 Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu (Sambungan)

Output • Rekomendasi

• KPI dan

process

practice

• Rekomendasi • Rekomendasi

• SOP

Industri Swasta,

manajemen

gedung

Swasta, sektor

telekomunikasi

Pemerintahan,

Direktorat

Administrasi Umum

Compare

(Persamaan)

• Menggunakan

COBIT 5

• Mengukur

tingkat

kematangan

• Menghasilkan

rekomendasi

• Menggunakan

COBIT 5

• Mengukur

tingkat

kematangan

• Menghasilkan

rekomendasi

• Menggunakan

COBIT 5

• Mengukur

tingkat

kematangan

• Menghasilkan

rekomendasi

Contrast

(Perbedaan)

• Pengukuran

dengan proses

area Deliver,

Service and

Support pada

model

referensi

COBIT 5

• Analisis

dengan

metode

kuantitatif

• Pengukuran

dengan semua

proses area

pada model

referensi

COBIT 5

• Analisis

dengan

metode

kualitatif

• Pengukuran

dengan proses

area yang sudah

dipetakan

berdasarkan PP

82 tahun 2012

pada model

referensi

COBIT 5

• Analisis dengan

metode

kuantitatif

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 42: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

31

Universitas Indonesia

Table 2.3 Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu (Sambungan)

Criticize

(Kritisi)

Peneliti hanya

melakukan

pemetaan

terhadap masalah

yang ada.

Peneliti tidak

melakukan

pemetaan terhadap

peraturan menteri

komunikasi dan

informatika nomor

41/PER/MEN.KOM

INFO /11/2007

tentang penerapan

tata kelola TI di

lingkungan institusi

pemerintah.

Concize

(Ringkasan)

Penelitian ini

melakukan

aktivitas

pengukuran

kapabilitas

layanan teknologi

informasi dengan

proses area

COBIT 5 secara

kuantitatif. Hasil

pengukuran

kemudian

dilakukan gap

analysis antara

kondisi saat ini

dan yang

diharapkan

dengan tujuan

untuk

Penelitian ini

melakukan

aktivitas

pengukuran

kapabilitas visi

dan misi

organisasi yang

dipetakan dengan

semua proses

area COBIT 5

yang dilakukan

secara kualitatif

(FGD,

wawancara dan

data sekunder).

Hasil pengukuran

kemudian

dijadikan dasar

sebagai

Penelitian ini

melakukan aktivitas

pengukuran

kapabilitas proses

terkait tata kelola

pada Ditjen AHU

yang dipetakan

dengan

permasalahan dan

PP 82 tahun 2012.

Penelitian dilakukan

secara kuantitatif

dan kemudian

dilakukan gap

analysis . Hasil dari

pengukuran

kemudian dijadikan

rekomendasi dan

mekanisme SOP

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 43: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

32

Universitas Indonesia

Table 2.3 Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu (Sambungan)

menghasilkan

rekomendasi ,

Process Practice

dan KPI bagi

organisasi

rekomendasi bagi

organisasi.

bagi perusahaan.

2.7. Kerangka Teoritis

Pada tahapan ini penulis akan menggambarkan ilustrasi kerangka teoritis yang

menggambarkan keterkaitan hubungan sebab akibat antara komponen berdasarkan

dari kajian terhadap penelitian sebelumnya, sebagai berikut

Perancangan Tata

Kelola TI pada proyek

pengembangan

Sistem

Proses COBIT 5 yang sudah dilakukan pemetaan

Kuisioner

Permasalahan

Harapan Tata Kelola yang harus

dicapai

COBIT 5

Peraturan Pemerintah dan Bank Indonesia

Gambar 2.8 Kerangka Teoritis

Pada gambar 2.8 dijelaskan bahwa perancangan tata kelola pada proyek

pengembangan sistem membutuhkan input berupa proses COBIT 5 yang sudah

dilakukan pemetaan, kuisioner dari responden dan kondisi tata kelola yang

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 44: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

33

Universitas Indonesia

diharapkan. Adapun pada proses COBIT 5 terlebih dahulu dilakukan pemetaan

dari permasalahan, peraturan kementrian BUMN dan peraturan Bank Indonesia.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keselarasan antara COBIT 5

dengan permasalahan dan peraturan yang ada. Setelah didapatkan pemetaan

proses COBIT 5 yang sesuai maka dilakukan asesmen dengan cara mendapatkan

kuisioner dan kondisi tata kelola yang diharapkan untuk dapat melakukan

perancangan tata kelola dan mendapatkan hasil rekomendasi yang diinginkan.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 45: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

34 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan langkah – langkah yang dilakukan untuk

melaksanakan penelitian.

3.1 Metodologi Penelitian

Pada gambar 3.1 dibawah ini mengilustrasikan langkah – langkah dan tahapan

penelitian yang akan dilakukan.

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 46: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

35

37 Universitas Indonesia

1. Perumusan Masalah

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan oleh penulis adalah melakukan

pengumpulan materi yang terkait dengan permasalahan yang ada. Metode

yang akan dilakukan adalah dengan melakukan wawancara dengan Manager

dan Assistant Vice President unit Development dan unit Governance divisi

teknologi informasi tentang berbagai masalah yang ada terkait dengan

pelaksanaan proyek pengembangan sistem di Bank XYZ. Setelah materi

permasalahan didapatkan penulis akan merumuskan permasalahan yang ada

menjadi poin – poin yang tujuannya dilakukan pengukuran kapabilitas.

2. Studi Literatur

Pada tahapan ini penulis akan melakukan kajian – kajian dari teori yang ada

tentang proyek teknologi informasi, framework tata kelola teknologi informasi

dan COBIT 5. Selain itu penulis juga melakukan perbandingan dari beberapa

penelitian terdahulu untuk didapatkan persamaan, perbedaan dan teori yang

terkait dengan pembahasan penelitian ini.

3. Pemetaan Masalah dengan Proses COBIT 5

Pada tahapan ini penulis akan melakukan pemetaan dari permasalahan –

permasalahan yang ada dengan proses yang ada pada model referensi pada

COBIT 5.

4. Melakukan Pengukuran Kapabilitas

Pada tahapan ini penulis akan melakukan pengukuran tingkat kapabilitas dari

proses COBIT 5 yang telah dilakukan pemetaan dengan permasalahan yang

ada. Pengukuran tingkat kapabilitasdilakukan dengan cara melakukan

pengumpulan kuisioner dari beberapa responden di lingkungan divisi

teknologi informasi yang terkait dengan proyek pengembangan sistem. Selain

untuk pengukuran kapabilitas kuisioner juga dilakukan untuk mendapatkan

informasi dari tingkat kapabilitas masing – masing proses yang diharapkan

dari responden.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 47: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

36

37 Universitas Indonesia

5. GAP Analysis

Pada tahapan ini penulis melakukan perbandingan antara hasil pengukuran

kapabilitas proses COBIT 5 dengan tingkat kapabilitas yang diharapkan oleh

responden. Dari hasil perbandingan ini diharapkan penulis mendapatkan nilai

selisih antara tingkat kapabilitas saat ini dan tingkat kapabilitas yang

diharapkan dengan tujuan untuk mendapatkan proses – proses apa saja yang

perlu dilakukan peningkatan kapabilitas.

6. Rekomendasi, Kesimpulan dan Saran

- Pada tahapan ini penulis sudah mendapatkan proses – proses apa saja yang

perlu dilakukan peningkatan kapabilitas dari tahapan gap analysis. Dari

proses proses tersebut penulis diharapakan dapat melakukan penarikan

kesimpulan terhadap poin – poin apa saja yang harus dilakukan

peningkatan atau pengembangan dengan tujuan dapat memberikan

rekomendasi kepada manajemen organisasi agar pada masa yang akan

datang dapat meningkatkan kinerja organisasi khususnya pada divisi

teknologi informasi.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 48: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

37 Universitas Indonesia

BAB 4

PROFIL ORGANISASI

Pada bab ini akan dijelaskan profil dari organisasi yang dijadikan tempat

penelitian. Sumber profil organisasi ini didapatkan dari dokumen Company

Profile Bank XYZ tahun 2014. Dalam profil organisasi akan dijelaskan sejarah

organisasi, kondisi saat ini dan struktur organisasi khususnya struktur divisi

teknologi informasi.

4.1. Sekilas tentang organisasi

Berdiri sejak 1946, XYZ yang dahulu dikenal sebagai Bank XYZ, merupakan

bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. XYZ mulai

mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah

Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang

tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga

kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari

pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank

Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah

Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan

Bank XYZ sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank XYZ lalu ditetapkan

sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai

bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan

dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank XYZ diubah menjadi

bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih

baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan

tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank XYZ resmi

digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank XYZ lebih

dikenal sebagai 'XYZ 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat

- 'Bank XYZ' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan

tahun 1988.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 49: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

38

Universitas Indonesia

Tahun 1992, status hukum dan nama XYZ berubah menjadi PT Bank XYZ

(Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan

melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan

XYZ untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-

budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan

yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan

komitmen XYZ terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus. Pada

tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk

menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan

mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank XYZ' dipersingkat menjadi

'XYZ', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk

meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada akhir tahun 2011, Pemerintah

Republik Indonesia memegang 60% saham XYZ, sementara 40% saham

selebihnya dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi,

domestik dan asing. Saat ini, XYZ adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia

berdasarkan total aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga. Kapabilitas

XYZ untuk menyediakan layanan jasa keuangan secara menyeluruh didukung

oleh perusahaan anak di bidang perbankan syariah (Bank XYZ Syariah),

pembiayaan (XYZ Multi Finance), pasar modal (XYZ Securities), dan asuransi

(XYZ Life Insurance).Dengan total aset senilai Rp 299,1 triliun dan lebih dari

23.639 karyawan pada akhir tahun 2013, XYZ mengoperasikan jaringan

pelayanan yang luas mencakup 1.364 outlet domestik dan 5 cabang luar negeri di

New York, London, Tokyo, Hong Kong dan Singapura, lebih dari 13.000 unit

ATM milik sendiri, serta fasilitas Internet banking dan SMS banking yang

memberikan kemudahan akses bagi nasabah. Berangkat dari semangat perjuangan

yang berakar pada sejarahnya, XYZ bertekad untuk memberikan pelayanan yang

terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara. Menjadi bank

yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja XYZ berupaya

menjadi Bank yang menunjukkan kinerja unggul untuk memberikan nilai

investasi yang memuaskan bagi para pemegang saham, menjadi the bank of

choice dengan menyajikan kualitas layanan yang terbaik, serta menjadi dominant

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 50: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

39

Universitas Indonesia

player (market leader) dengan menyajikan produk/jasa bernilai tinggi di segmen

pasar yang dilayani merupakan visi dari bank XYZ. Dan dibawah ini merupaka

misi dari bank XYZ

• Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh

nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice)

• Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.

• Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan

berprestasi.

• Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial.

• Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik

4.2. Divisi teknologi informasi

Divisi teknologi infromasi bank XYZ merupakan salah satu divisi yang bersifat

Business Support. Divisi ini berada di bawah direktorat IT and Operation yang

mempunyai utama mendukung aktifitas bisnis utama bank. Saat ini divisi

teknologi informasi mempunyai 19 bagian yang mempunyai fungsi yang spesifik

guna mendukung fungsi utamanya yaitu sebagai pendukung kegiatan bisnis

perbankan dan didukung oleh 198 personil yang terdiri dari,

1. Vice President sebanyak 1 orang.

2. Assistant Vice President sebanyak 3 orang.

3. Manager sebanyak 19 orang.

4. Assistant Manager sebanyak 43 orang

5. IT Staff sebanyak 132 orang.

Dibawah ini merupakan merupakan bagan struktur organisasi dari divisi

teknologi informasi saat ini.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 51: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

40

Universitas Indonesia

Vice President Information Technology

Division

Assistant Vice President

IT Strategic and Business Liaison Group

Assistant Vice President

IT Development and Quality Group

Assistant Vice President

IT Operational and SupportGroup

Manager

IT Strategic and Planning

Manager

IT Governance and Policy

Manager

IT Architecture

Manager

IT Communication

Manager

Business Liaison

Manager

Core Banking Liabilities Development

Manager

Channel and ConnectivityDevelopment

Manager

Office Automation Development

Manager

Information System and Reporting

Manager

User Acceptance and Quality Assurance

Manager

Data Center Operation

Manager

Branch Support

Manager

Networking and AssetManagement

Manager

Security Management

Manager

Office Administration

Manager

Production Support

Manager

Helpdesk Support

Manager

Core Banking Asset Development

Gambar 4.1 Struktur organisasi Divisi Teknologi Informasi

Berdasarkan bagan diatas terdapat 1 orang Vice President sebagai pemimpin

divisi yang membawahi 3 orang Assistant Vice President sebagai pemimpin

kelompok yang membawahi bagian – bagian atau uni kerja. Terdapat 18 bagian

atau unit kerja yang memiliki fungsi yang spesifik, antara lain,

1. IT Strategic Planning

Pada bagian ini berfungsi sebagai penyusun perencanaan dan strategi divisi

teknologi informasi sehingga divisi mempunyai Roadmap sebagai acuannya.

Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer, 1 orang asisten manajer dan 3

orang IT Staff.

2. IT Governance and Policy

Pada bagian ini berfungsi sebagai penyusun tata kelola dan kebijakan divisi

teknologi informasi sehingga divisi mempunyai suatu acuan dalam kebijakan

dan tata kelola dalam menjalankan aktifitasnya. Bagian ini dikepalai oleh 1

orang manajer,1 orang asisten manajer dan 3 orang IT Staff.

3. IT Architecture

Pada bagian ini berfungsi sebagai penyusun standar arsitektur divisi teknologi

informasi. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer, 1 orang asisten manajer

dan 3 orang IT Staff.

4. IT Communication

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 52: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

41

Universitas Indonesia

Pada bagian ini berfungsi sebagai penyusun standar arsitektur divisi teknologi

informasi. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer,1 orang asisten manajer

dan 2 orang IT Staff.

5. Business Liaison

Pada bagian ini berfungsi sebagai penghubung antara divisi teknologi

informasi dengan divisi lainnya dalam rangka penyusunan kebutuhan

teknologi informasi yang dibutuhkan oleh bisnis. Bagian ini dikepalai oleh 1

orang manajer,3 orang asisten manajer dan 7 orang IT Staff.

6. Core Banking Liabilities Development.

Pada bagian ini berfungsi melakukan pengembangan sistem – sistem yang

terkait dengan tabungan, deposito dan aktifitas keuangan harian. Bagian ini

dikepalai oleh 1 orang manajer,3 orang asisten manajer dan 10 orang IT Staff.

7. Core Banking Asset Development.

Pada bagian ini berfungsi melakukan pengembangan sistem – sistem yang

terkait dengan pinjaman dan kolateral. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang

manajer,3 orang asisten manajer dan 10 orang IT Staff.

8. Channel and Connectivity Development.

Pada bagian ini berfungsi melakukan pengembangan sistem – sistem yang

terkait dengan fitur channel antara lain ATM, Internet Banking, SMS banking,

Phone Banking serta Switching. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer,3

orang asisten manajer dan 15 orang IT Staff.

9. Office Automation Development.

Pada bagian ini berfungsi melakukan pengembangan sistem – sistem yang

terkait dengan aktifitas internal perbankan dan organisasi. Bagian ini dikepalai

oleh 1 orang manajer,3 orang asisten manajer dan 5 orang IT Staff.

10. Information System and Reporting.

Pada bagian ini berfungsi melakukan pengembangan sistem – sistem yang

terkait dengan aktifitas pelaporan, baik pelaporan internal maupun pelaporan

eksternal. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer,3 orang asisten manajer

dan 5 orang IT Staff.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 53: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

42

Universitas Indonesia

11. User Acceptance and Quality Assurance.

Pada bagian ini berfungsi memastikan kualitas sistem dan persetujuan dari

pengguna. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer,5 orang asisten manajer

dan 20 orang IT Staff.

12. Data Center Operation

Pada bagian ini berfungsi sebagai operator untuk mengendalikan aktifitas data

center. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer,2 orang asisten manajer dan

5 orang IT Staff.

13. Network and Asset Management.

Pada bagian ini berfungsi sebagai pengelola jaringan komputer dan server –

server yang ada. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer,2 orang asisten

manajer dan 5 orang IT Staff.

14. Security Management.

Pada bagian ini berfungsi untuk memastikan keamanan terhadap sistem –

sistem maupun infrastruktur teknologi informasi yang ada. Bagian ini

dikepalai oleh 1 orang manajer,2 orang asisten manajer dan 5 orang IT Staff.

15. Office Administration.

Pada bagian ini berfungsi untuk pengelolaan administrasi divisi seperti surat

menyurat, email, kontrol terhadap aktifitas internal divisi teknologi informasi.

Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer, dan 5 orang IT Staff.

16. Branch Support.

Pada bagian ini berfungsi untuk memastikan ketersediaan infrastruktur untuk

cabang – cabang di seluruh indonesia. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang

manajer,3 orang asisten manajer dan 15 orang IT Staff.

17. Production Support.

Pada bagian ini berfungsi untuk melakukan pengawasan dan kontrol aktifitas

di production serta melakukan penyelesaian permasalahan yang terjadi di

production. . Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer,5 orang asisten

manajer.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 54: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

43

Universitas Indonesia

18. Helpdesk Support.

Pada bagian ini berfungsi untuk bantuan operasional terhadap pengguna

maupun cabang. Bagian ini dikepalai oleh 1 orang manajer,2 orang asisten

manajer dan 7 orang IT Staff.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 55: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

44 Universitas Indonesia

BAB 5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis membahas mengenai aktivitas pengukuran kapabilitas tata

kelola di Divisi Teknologi Informasi Bank BNI. Tahapan yang pertama kali

dilakukan adalah memetakan proses, melakukan pengukuran dan menentukan

rekomendasi berbagai program kerja yang harus dilakukan.

5.1 Pemetaan proses COBIT 5

Untuk melakukan proses pengukuran kapabilitas tata kelola Teknologi Informasi

harus terlebih dahulu dilakukan penentuan proses yang perlu diukur dengan

COBIT 5. Dalam hal ini penulis melakukan pemetaan berdasarkan peraturan

kementrian BUMN Nomor 02 Tahun 2013 tentang pentingnya tata kelola

Teknologi Informasi dalam lingkungan BUMN dan peraturan Bank Indonesia

nomor 9/15/PBI/2007 tentang penerapan manajemen resiko di bank umum. Selain

dari peraturan tersebut juga dilakukan pemetaan dengan permasalahan yang

terdapat dalam organisasi.

5.1.1 Pemetaan proses COBIT 5 dengan permasalahan organisasi

Pada tahapan ini akan dilakukan pemetaan antara referensi proses COBIT 5

dengan permasalahan organisasi yang ada. Informasi permasalahan–permasalahan

yang terjadi didapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa jajaran pemimpin

pada Divisi Teknologi Informasi organisasi antara lain,

a. Assistant Vice President IT Development and Quality.

b. IT Governance and Policy Manager.

c. Core Banking Asset Development Manager.

Berdasarkan wawancara terhadap jajaran pemimpin pada Divisi Teknologi

Informasi organisasi didapatkan beberapa permasalahan umum yang terjadi di

organisasi, antara lain:

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 56: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

45

Universitas Indonesia

• Tidak optimalnya fungsi perencanaan ketersediaan dan kapasitas sumber daya

yang dibutuhkan sehingga terjadi penumpukan pada saat dilakukan

Development.

• Tidak optimalnya fungsi filterisasi pada saat awal permintaan user untuk

dilakukan pendeteksian permintaan yang layak atau tidak layak dijadikan

proyek pengembangan.

• Tidak dilakukan proses perencanaan prioritas proyek yang masuk dan tidak

dilakukan analisa dependensi antar proyek.

• Terjadi overload pada pengembangan sistem yang diakibatkan oleh tidak

optimalnya komunikasi tentang perencanaan ketersediaan dan kapasitas

sumber daya antara unit Development dengan Business Liaison.

• Tidak optimalnya penyusunan User Requirement Spesification yang baik

sehingga hal ini menyulitkan unit Development untuk memahami kebutuhan

yang dimaksud.

Berdasarkan permasalahan umum yang telah disebutkan diatas maka akan

dilakukan proses pemetaan dengan referensi proses pada COBIT 5.

Tabel 5.1 Pemetaan Permasalahan dengan proses COBIT 5

No Proses COBIT 5 Fungsi

di BNI

Relevansi Permasalahan

1 BAI01 Manage Programmes

and Projects

Tidak

Ada

Ya Tidak dilakukan

proses

perencanaan

prioritas proyek

yang masuk dan

tidak dilakukan

analisa

dependensi

antar proyek.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 57: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

46

Universitas Indonesia

Tabel 5.1 Pemetaan Permasalahan dengan proses COBIT 5 (Sambungan)

2 BAI02 Manage Requirement

Definition

Business

Liaison

Unit

Ya Tidak

optimalnya

penyusunan

User

Requirement

Spesification

yang baik

sehingga hal ini

menyulitkan

unit

Development

untuk

memahami

kebutuhan yang

dimaksud.

3 BAI03 Manage Solutions

Identification and

Build

Tidak

Ada

Tidak

4 BAI04 Manage Avalaibility

and Capacity

Tidak

Ada

Ya Tidak

optimalnya

fungsi

perencanaan

ketersediaan

dan kapasitas

kebutuhan

sumber daya

sehingga terjadi

penumpukan

pada

Development.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 58: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

47

Universitas Indonesia

Tabel 5.1 Pemetaan Permasalahan dengan proses COBIT 5 (Sambungan)

Terjadi

Overload pada

pengembangan

sistem yang

diakibatkan

oleh tidak

optimalnya

komunikasi

tentang

perencanaan

ketersediaan

dan kapasitas

sumber daya

antara unit

Development

dengan

Business

Liaison.

5 BAI05 Manage

Organisational

Change Enablement

Tidak

Ada

Tidak

6 BAI06 Manage Change Tidak

Ada

Ya Tidak

optimalnya

fungsi filterisasi

pada saat awal

permintaan user

untuk dilakukan

pendeteksian

permintaan

yang layak atau

tidak layak

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 59: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

48

Universitas Indonesia

Tabel 5.1 Pemetaan Permasalahan dengan proses COBIT 5 (Sambungan)

dijadikan

proyek

pengembangan

7 BAI07 Manage Change

Acceptment and

Transitioning

User

Acceptment

and

Quality

Assurance

Unit

Tidak

8 BAI08 Manage Knowledge Tidak Ada Tidak

9 BAI09 Manage Assets Tidak Ada Tidak

10 BAI10 Manage

Configuration

Tidak Ada Tidak

Jika dilihat dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa relevansi antara permasalahan

organisasi terhadap referensi proses COBIT 5 adalah pada proses BAI01, BAI02,

BAI04 dan BAI06.

5.1.2 Pemetaan proses COBIT 5 dengan peraturan kementrian BUMN

Saat ini Bank BNI merupakan salah satu perusahaan yang kepemilikan

mayoritasnya masih dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena

itu terdapat kewajiban kepatuhan terhadap regulasi tata kelola yang dikeluarkan

oleh pemerintah. Pada tahapan ini akan dilakukan pemetaan dengan peraturan

kementrian BUMN. Adapun berdasarkan sumber yang didapatkan dari peraturan

kementrian BUMN Nomor 02 Tahun 2013 terdapat beberapa hal yang harus

dipenuhi dalam kebijakan strategis dan operasional tata kelola TI BUMN dalam

penanganan proyek teknologi informasi antara lain,

a. Pengelolaan Proyek.

b. Penanganan kebutuhan dan identifikasi solusi.

c. Knowledge Transfer.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 60: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

49

Universitas Indonesia

Berdasarkan peraturan tersebut maka butir–butir peraturan tersebut dapat

dipetakan dengan proses COBIT 5 sebagai berikut:

Tabel 5.2 Pemetaan peraturan kementrian BUMN dengan proses COBIT 5

No Proses COBIT 5 Fungsi di

BNI

Relevansi Peraturan

Kementrian

BUMN

1 BAI01 Manage

Programmes and

Projects

Tidak Ada Ya Pengelolaan

Proyek

2 BAI02 Manage

Requirement

Definition

Business

Liaison

Unit

Ya Penanganan

Kebutuhan dan

identifikasi solusi

3 BAI03 Manage Solutions

Identification and

Build

Tidak Ada Ya

4 BAI04 Manage

Avalaibility and

Capacity

Tidak Ada Ya Pengelolaan

Sumber Daya TI

5 BAI05 Manage

Organisational

Change

Enablement

Tidak

6 BAI06 Manage Change Tidak Ada Tidak

7 BAI07 Manage Change

Acceptment and

Transitioning

User

Acceptment

and

Quality

Assurance

Unit

Tidak

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 61: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

50

Universitas Indonesia

Tabel 5.2 Pemetaan peraturan kementrian BUMN dengan proses COBIT 5

(Sambungan)

8 BAI08 Manage Knowledge Tidak

Ada

Ya Transfer

Knowledge

9 BAI09 Manage Assets Tidak

Ada

Tidak

10 BAI10 Manage

Configuration

Tidak

Ada

Tidak

Jika dilihat dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa relevansi antara peraturan Bank

Indonesia terhadap referensi proses COBIT 5 adalah pada proses BAI01, BAI02,

BAI03 dan BAI08.

5.1.3 Pemetaan proses COBIT 5 dengan peraturan Bank Indonesia

Pada tahapan ini akan dilakukan pemetaan dengan peraturan Bank Indonesia

Nomor 09/15/PBI/2007 tentang penerapan manajemen risiko dalam penggunaan

Teknologi Informasi bank umum. Dalam peraturan (09/15/PBI/2007, 2007, p.2)

dijelaskan bahwa mengingat Teknologi Informasi merupakan aset penting dalam

operasional yang dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing Bank

sementara dalam penyelenggaraannya mengandung berbagai risiko, maka Bank

perlu menerapkan IT Governance. Keberhasilan penerapan IT Governance

tersebut sangat tergantung pada komitmen seluruh unit kerja di Bank. Untuk itu

mengacu kepada peraturan tersebut (09/15/PBI/2007, 2007, p.11) terdapat

kebijakan Bank Indonesia tentang pelaksanaan proyek pengembangan teknologi

informasi yang tertuang dalam pasal 11 adalah dalam melakukan pengembangan

dan pengadaan Teknologi Informasi Bank wajib melakukan pengendalian untuk

menghasilkan sistem dan data yang terjaga kerahasiaan dan integritasnya serta

mendukung pencapaian tujuan Bank, antara lain mencakup :

1. Menetapkan dan menerapkan prosedur dan metodologi pengembangan dan

pengadaan Teknologi Informasi secara konsisten.

2. Menerapkan manajemen proyek dalam pengembangan sistem.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 62: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

51

Universitas Indonesia

3. Melakukan testing yang memadai pada saat pengembangan dan pengadaan

suatu sistem, termasuk uji coba bersama satuan kerja pengguna, untuk

memastikan keakuratan dan berfungsinya sistem sesuai kebutuhan pengguna

serta kesesuaian satu sistem dengan sistem yang lain.

4. Melakukan dokumentasi sistem yang dikembangkan dan pemeliharaannya.

5. Memiliki manajemen perubahan sistem aplikasi.

Adapun terdapat juga peraturan yang tertuang dalam pasal 7 (09/15/PBI/2007,

2007, p.8) tentang perlunya kesesuaian proyek pengembangan teknologi informasi

dengan kegiatan usaha bank, antara lain mencakup :

1. Rencana strategis teknologi informasi yang searah dengan kegiatan usaha

bank.

2. Kesesuaian proyek teknologi informasi yang disetujui dengan rencana

strategis bank.

3. Kesesuaian antara pelaksanaan proyek teknologi informasi dengan rencana

proyek. yang disepakati.

4. Kesesuaian teknologi informasi dengan kebutuhan sistem infoemasi dan

kegiatan usaha bank.

Berdasarkan butir – butir pasal ketentuan Bank Indonesia maka akan dilakukan

pemetaan terhadap proses COBIT 5 yang memiliki relevansi dengan butir – butir

pasal tersebut.

Tabel 5.3 Pemetaan peraturan Bank Indonesia dengan proses COBIT 5

No Proses COBIT 5 Fungsi

di BNI

Relevansi Peraturan Bank

Indonesia

1 BAI01 Manage

Programmes

and Projects

Tidak

Ada

Ya Menerapkan

manajemen proyek

dalam pengembangan

sistem

Kesesuaian antara

pelaksanaan proyek

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 63: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

52

Universitas Indonesia

Tabel 5.3 Pemetaan peraturan Bank Indonesia dengan proses COBIT 5

(Sambungan)

teknologi informasi

dengan rencana

proyek yang

disepakati

2 BAI02 Manage

Requirement

Definition

Business

Liaison

Unit

Ya Kesesuaian teknologi

informasi dengan

kebutuhan sistem

informasi dan

kegiatan usaha bank

3 BAI03 Manage

Solutions

Identification

and Build

Tidak Ada Tidak

4 BAI04 Manage

Avalaibility

and Capacity

Tidak

5 BAI05 Manage

Organisational

Change

Enablement

Tidak Ada Ya Memiliki manajemen

perubahan sistem

aplikasi

6 BAI06 Manage

Change

Tidak Ada Ya Memiliki manajemen

perubahan sistem

aplikasi

7 BAI07 Manage

Change

Acceptment

and

Transitioning

User

Acceptment

and

Quality

Assurance

Unit

Ya Melakukan testing

yang memadai pada

saat pengembangan

dan pengadaan suatu

sistem

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 64: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

53

Universitas Indonesia

Tabel 5.3 Pemetaan peraturan Bank Indonesia dengan proses COBIT 5

(Sambungan)

8 BAI08 Manage

Knowledge

Tidak

Ada

Ya Melakukan

dokumentasi sistem

yang dikembangkan

dan pemeliharaannya

9 BAI09 Manage

Assets

Tidak

Ada

Tidak

10 BAI10 Manage

Configuration

Tidak

Ada

Tidak

Jika dilihat dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa relevansi antara peraturan Bank

Indonesia terhadap referensi proses COBIT 5 adalah pada proses BAI01, BAI02,

BAI05, BAI06, BAI07 dan BAI08.

5.1.4 Penentuan proses COBIT 5

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan antara peraturan kementrian BUMN,

Peraturan Bank Indonesia, permasalahan organisasi dengan referensi proses

COBIT 5 maka didapatkan proses COBIT 5 seperti diilustrasikan pada tabel

dibawah ini.

Tabel 5.4 Penentuan proses COBIT 5

No Proses COBIT 5 Pemetaan yang sesuai

1 BAI01 Manage Programmes

and Projects

• Peraturan Kementrian BUMN.

• Peraturan Bank Indonesia.

• Permasalahan organisasi.

2 BAI02 Manage Requirement

Definition

• Peraturan Kementrian BUMN.

• Peraturan Bank Indonesia.

• Permasalahan organisasi.

3 BAI03 Manage Solutions

Identification

• Peraturan Kementrian BUMN.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 65: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

54

Universitas Indonesia

Tabel 5.4 Penentuan proses COBIT 5 (Sambungan)

4 BAI04 Manage Avalaibility

and Capacity

• Permasalahan organisasi.

• Peraturan Kementrian BUMN.

5 BAI05 Manage

Organisational

Change Enablement

• Peraturan Bank Indonesia.

6 BAI06 Manage Change • Peraturan Bank Indonesia.

• Permasalahan Organisasi.

7 BAI07 Manage Change

Acceptment and

Transitioning

• Peraturan Bank Indonesia.

8 BAI08 Manage Knowledge • Peraturan Kementrian BUMN.

• Peraturan Bank Indonesia.

Adapun dibawah ini merupakan penjelasan terhadap masing – masing proses yang

telah ditentukan.

1. Manage Programmes and Projects.

Pengelolaan semua proyek dan program TI dalam lingkup inisiasi, perencanaan,

kontrol, implementasi dan evaluasinya agar selaras dengan strategi dan tujuan

perusahaan. Proses ini diharapkan dapat memperlihatkan peran positif proyek dan

program TI pada bisnis serta untuk mengurangi resiko keterlambatan, pemborosan

biaya dan penurunan manfaat TI.

2. Manage Requirement Definition.

Pengelolaan terhadap identifikasi dan analisis Requirement sebelum dilakukan

pengembangan. Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa terdapat

keselarasan antara tujuan bisnis dengan Requirement yang akan dilakukan

pengembangan aplikasi, data maupun infrastrukturnya.

3. Manage Solution Identification and Build.

Dalam proses ini melakukan pengelolaan solusi – solusi yang ditawarkan untuk

setiap pengembangan aplikasi, data maupun infrastrukturnya. Hal ini dilakukan

untuk mengidentifikasi kriteria desain solusi, vendor / pihak ketiga, persiapan

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 66: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

55

Universitas Indonesia

pengembangan, persiapan tes maupun strategi pengembangan yang harus

dilakukan sebelum dimulainya pengembangan itu sendiri.

4. Manage Availability and Capacity.

Dalam proses ini dilakukan pengelolaan untuk mengidentifikasi kapasitas dan

ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan dalam perencanaan aktifitas

pengembangan. Hal ini dilakukan untuk memprediksi kebutuhan sumber daya

yang dibutuhkan agar tercipta efisiensi waktu dan biaya serta mengidentifikasi

resiko dan dampak yang mungkin terjadi.

5. Manage Organisational Change Enablement.

Pengelolaan terhadap berbagai perubahan di organisasi TI antara lain perubahan

di berbagai sektor seperti struktur organisasi dan standar yang digunakan. Hal ini

dilakukan untuk meminimalisir resiko yang diakibatkan oleh perubahan di dalam

organisasi.

6. Manage Change.

Pengelolaan terhadap Change Request termasuk dengan prioritisasi, tracking

status serta closing request.

7. Manage Change Acceptment and Transitioning.

Pengelolaan persetujuan pengguna berfungsi sebagai memastikan kecocokan

semua komponen yang terkait termasuk kecocokan Requirement, solusi yang

ditawarkan hasil tes serta persiapan Deployment ke Production.

8. Manage Knowledge.

Pengelolaan terhadap kumpulan dari semua aktifitas pembelajaran proyek

pengembangan. Hal ini bertujuan sebagai sarana pembelajaran, penyediaan,

berbagi Knowledge kepada semua personil yang bekerja pada lingkungan

pengembangan tentang berbagai aktifitas proyek pengembangan.

5.2 Pengukuran Proses COBIT 5

Pada tahapan ini akan dilakukan proses pengukuran proses – proses COBIT 5

yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun mekanisme pengukuran dilakukan

dengan cara mendistribusikan kuisioner yang mengacu kepada butir – butir

Process Assesment Model COBIT 5 kepada 10 responden jajaran pemimpin pada

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 67: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

56

Universitas Indonesia

divisi teknologi informasi yang terkait dengan aktivitas proyek pengembangan

sistem, antara lain,

a. Assistant Vice President IT Development.

b. IT Governance and Policy Manager.

c. Production Support Manager.

d. Core Banking Asset Development Manager.

e. Core Banking Liabilities Development Manager.

f. Channel and Connectivity Development Manager.

g. Office Automation Development Manager.

h. Information system and Reporting Manager

i. User Acceptance and Quality Assurance Manager.

j. Business Liaison Manager.

Dari kuisioner yang didistribusikan kepada para jajaran pimpinan diharapkan

dapat mendapatkan hasil yang akurat dari kondisi saat ini serta dapat memberikan

masukan tentang kondisi yang diharapkan.

Pada proses ini dilakukan skala pengukuran dengan menggunakan tingkat rating

dengan berdasarkan standar ISO/IEC 15504 seperti pada tabel dibawah ini,

Tabel 5.5 tingkat rating pengukuran kapabilitas

Nilai Presentase

N (Not Achieved) 0% – 15%

P (Partially Achieved) > 15% - 50%

L (Largely Achieved) > 50% – 85%

F (Fully Achieved) > 85% – 100%

Sumber : (ISACA, A Business Framework for the Governance and Management of

Enterprise IT., 2013)

Selain itu juga digunakan kriteria dari setiap level kapabilitas seperti dijelaskan

dibawah ini,

a. Level 0 Incomplete, Pada tingkatan ini organisasi tidak mengetahui sama

sekali tentang aktifitas teknologi informasi di organisasinya.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 68: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

57

Universitas Indonesia

b. Level 1 Performed, Pada tingkatan ini organisasi sudah mengetahui tentang

aktifitas teknologi informasi di organisasinya, hanya pada umumnya tidak

menyediakan lingkungan yang stabil untuk melakukan aktifitas operasional

teknologi informasi dan mengembangkan suatu produk baru.

c. Level 2 Managed, Pada tingkatan ini perusahaan sudah dapat

mengidentifikasi dan mempunyai berbagai kebijakan untuk mengatur

berbagai aktifitas operasional dan pengembangan teknologi informasi.

d. Level 3 Established, Pada tingkatan ini organisasi sudah mempunyai suatu

unit kerja beserta struktur organisasinya terkait dengan aktifitas teknologi

informasi. Selain itu organisasi sudah mempunyai standar khusus (SOP) yang

didefinisikan dari kebijakan terkait dengan aktifitas operasional dan

pengembangan teknologi informasi.

e. Level 4 Predictable, Pada tingkatan ini organisasi sudah mampu untuk

membuat suatu pengukuran untuk semua kegiatan teknologi informasi,

mampu untuk mengetahui nilai bisnis (IT Value) yang didapat dari teknologi

informasi dan mampu untuk menghasilkan suatu produk teknologi informasi

yang mempunyai nilai tambah (Added Value) bagi bisnis dan organisasi.

f. Level 5 Optimising, Pada tingkatan ini teknologi informasi sudah terintegrasi

dengan semua aspek aktifitas bisnis dan operasional organisasi. Pada

tingkatan ini teknologi informasi dapat membuat otomasi dan inovasi pada

semua aspek aktifitas bisnis agar kinerja organisasi menjadi efisien, efektif,

transparan dan berkualitas tinggi

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya terdapat rating penilaian dan skala

kapabilitas yang digunakan sebagai satuan (metrik) untuk melakukan

pengukuran. Adapun dibawah ini penulis mencoba untuk melakukan ilustrasi

matriks yang menggambarkan hubungan antara kedua metrik tersebut yang

digunakan sebagai alat pengukuran sesuai dengan Self Assesment Template

COBIT 5.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 69: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

58

Universitas Indonesia

Tabel 5.6 Matriks hubungan antara tingkat rating dengan skala kapabilitas

Kapabilitas Level

1 2 3 4 5

Level 5 – Optimizing L / F

Level 4 – Predictable L / F F

Level 3 – Established L / F F F

Level 2 – Managed L / F F F F

Level 1 – Performed L / F F F F F

Level 0 – Incomplete False If Level 1 > 0

Sumber : (ISACA, A Business Framework for the Governance and Management of

Enterprise IT., 2013)

5.3 Pengukuran Tingkat Kepercayaan Kuisioner

Pada tahapan ini akan dilakukan pengukuran tingkat kepercayaan (reliability) dari

kuisioner yang diberikan kepada responden. Pada pengukuran tingkat

kepercayaan dalam hal ini penulis menggunakan metode Cronbach’s Alpha.

Cronbach’s Alpha merupakan metode yang mengindikasikan seberapa baik

perangkat pertanyaan yang digunakan berkorelasi positif dengan responden.

Dibawah ini merupakan formulasi yang digunakan dalam melakukan pengukuran

tingkat kepercayaan kuisioner.

Gambar 5.1 Rumus perhitungan tingkat kepercayaan

Sumber : (Dominikus Unarjan, Metode Penelitian Kuantitatif, 2013)

Dimana :

CA = Nilai Tingkat Kepercayaan.

K = Jumlah Set Item Pertanyaan.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 70: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

59

Universitas Indonesia

b2 = Varian Item pertanyaan terhadap responden.

t 2

= Total varian item pertanyaan terhadap responden.

Selain itu terdapat skala nilai tingkat kepercayaan untuk menentukan sejauh apa

tingkat kepercayaan kuisioner yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 5.7 Tabel tingkat kepercayaan

Skala nilai Keterangan

CA > 0.90 Tingkat kepercayaan sempurna

CA antara 0.70 – 0.90 Tingkat kepercayaan tinggi

CA antara 0.50 – 0.70 Tingkat kepercayaan rata – rata

CA < 0.50 Tingkat kepercayaan rendah

Sumber : (Dominikus Unarjan, Metode Penelitian Kuantitatif, 2013)

5.4 Hasil Pengukuran Proses dengan COBIT 5

Setelah dilakukan pemilihan proses dan dilakukan pengukuran dengan cara

melakukan asesmen sesuai Self Assesment Template COBIT 5 terhadap jajaran

pemimpin divisi teknologi informasi maka pada sub bab ini akan dijelaskan hasil

yang didapatkan dari asesmen tersebut. Hasil pengukuran terdiri dari dua bagian

yaitu,

• Pengukuran kapabilitas terhadap kondisi saat ini. Aktifitas ini berfungsi untuk

mengetahui sejauh apa pencapaian kapabilitas tata kelola yang saat ini ada di

organisasi teknologi informasi.

• Perlunya penerapan sub area proses pada kuisioner untuk mengetahui harapan

tingkat kapabilitas yang ingin dicapai oleh jajaran pemimpin terkait kinerja

tata kelola teknologi informasi.

5.4.1 Hasil pengukuran Manage Programmes and Project (BAI01)

Dibawah ini merupakan pembahasan mengenai hasil pengukuran tingkat

kapabilitas pada proses BAI01: Manage Programmes and Project.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 71: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

60

Universitas Indonesia

Tabel 5.8 Hasil pengukuran proses BAI01 untuk kondisi saat ini

Rating

Criteria By

Responden

Level

1 2 3 4 5

1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Responden 1 100 100 100 80 83.3 66.64 40 100 66.66

Responden 2 83.3 100 100 80 83.3 49.98 40 60 0

Responden 3 66.64 49.98 100 80 83.3 100 80 60 0

Responden 4 49.98 83.3 75 100 66.64 66.64 0 60 66.66

Responden 5 83.3 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 6 66.64 83.3 50 20 16.66 0 0 0 0

Responden 7 33.32 100 100 20 0 0 0 0 0

Responden 8 100 100 100 40 0 0 0 0 0

Responden 9 49.98 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden

10

83 100 100 0 0 0 0 0 0

Nilai Rata -

rata

71.61 91.65 92.5 42 33.32 28.33 16 28 13.33

Tabel 5.9 Hasil pengukuran kapabilitas BAI01 untuk kondisi saat ini

Level

0 1 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

BAI01 1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Nilai 71.61 91.65 92.5 42 33.32 28.33 16 28 13.33

False L F F P P P P P N

Nilai 1

Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas maka didapatkan nilai kapabilitas untuk

proses BAI01 adalah sebagai berikut:

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 72: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

61

Universitas Indonesia

Tabel 5.10 Tingkat kapabilitas proses BAI01

Nilai Kapabilitas

BAI01

Tingkat kepercayaan dengan

Cronbach’s Alpha

1 0.851 (9 items)

5.4.2 Hasil pengukuran Manage Requirement Definition (BAI02)

Dibawah ini merupakan pembahasan mengenai hasil pengukuran tingkat

kapabilitas pada proses BAI02: Manage Requirement Definition.

Tabel 5.11 Hasil pengukuran proses BAI02 untuk kondisi saat ini

Rating Criteria

By Responden

Level

1 2 3 4 5

1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Responden 1 75 100 100 80 83.3 83.3 60 100 66.66

Responden 2 100 100 100 60 66.64 49.98 60 60 0

Responden 3 75 49.98 100 0 0 0 0 0 0

Responden 4 75 83.3 75 100 66.64 66.64 0 60 66.66

Responden 5 25 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 6 100 100 75 0 0 0 0 0 0

Responden 7 40 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 8 100 100 100 60 0 0 0 0 0

Responden 9 75 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 10 75 100 100 0 0 0 0 0 0

Nilai Rata -

rata

74 93.32 95 30 21.65 19.99 12 22 13.33

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 73: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

62

Universitas Indonesia

Tabel 5.12 Hasil pengukuran kapabilitas BAI02 untuk kondisi saat ini

Level

0 1

(%)

2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

BAI02 1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Nilai 74 93.32 95 30 21.65 19.99 12 22 13.33

False L F F P P P N P N

Nilai 1

Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas maka didapatkan nilai kapabilitas untuk

proses BAI02 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.13 Tingkat kapabilitas proses BAI02

Nilai

Kapabilitas

BAI02

Tingkat

kepercayaan

dengan

Cronbach’s

Alpha

1 0.873 (9

items)

5.4.3 Hasil pengukuran Manage Solution Identification and Build (BAI03)

Dibawah ini merupakan pembahasan mengenai hasil pengukuran tingkat

kapabilitas pada proses BAI03: Manage Solution Identification and Build.

Tabel 5.14 Hasil pengukuran proses BAI03 untuk kondisi saat ini

Level

Rating Criteria

By Responden

1 2 3 4 5

1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Responden 1 100 100 100 100 83.3 83.3 60 100 66.66

Responden 2 60 100 100 40 83.3 60.64 60 60 0

Responden 3 80 66.64 100 0 0 0 0 0 0

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 74: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

63

Universitas Indonesia

Responden 4 60 83.3 75 100 66.64 66.64 0 60 66.66

Responden 5 40 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 6 100 83.3 0 0 66.66 0 0 0 0

Responden 7 40 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 8 80 100 100 60 0 0 0 0 0

Responden 9 20 83.3 100 0 0 0 0 0 0

Responden 10 40 100 100 0 0 0 0 0 0

Nilai Rata - rata 62 91.65 87.5 30 29.99 21.05 12 22 13.33

Tabel 5.15 Hasil pengukuran kapabilitas BAI03 untuk kondisi saat ini

Level

0 1 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

BAI03 1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Nilai 62 91.65 87.5 30 29.99 21.05 12 22 13.33

Rating False L F F P P P N P N

Nilai 1

Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas maka didapatkan nilai kapabilitas untuk

proses BAI03 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.16 Tingkat kapabilitas proses BAI03

Nilai Kapabilitas

BAI03

Tingkat kepercayaan dengan

Cronbach’s Alpha

1 0.862 (9 items)

5.4.4 Hasil pengukuran Manage Availability and Capacity (BAI04)

Dibawah ini merupakan pembahasan mengenai hasil pengukuran tingkat

kapabilitas pada proses BAI04: Manage Avalaibility and Capacity.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 75: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

64

Universitas Indonesia

Tabel 5.17 Hasil pengukuran proses BAI04 untuk kondisi saat ini

Level

1 2 3 4 5

1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Responden 1 100 100 100 100 100 83.3 60 100 33.33

Responden 2 66.66 100 100 40 83.3 83.3 60 60 0

Responden 3 100 33.32 100 0 0 0 0 0 0

Responden 4 33.33 83.3 75 100 66.64 66.64 0 60 66.66

Responden 5 33.33 100 0 0 0 0 0 0 0

Responden 6 100 83.3 100 0 0 0 0 0 0

Responden 7 0 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 8 33.33 100 100 60 0 0 0 0 0

Responden 9 66.66 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 10 66.66 100 100 0 0 0 0 0 0

Nilai Rata -

rata

59.99 89.99 87.5 30 24.99 23.32 12 22 9.99

Tabel 5.18 Hasil pengukuran kapabilitas BAI04 untuk kondisi saat ini

Level

0 1 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

BAI04 1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Nilai 59.99 89.99 87.5 30 24.99 23.32 12 22 9.99

Rating False L F F P P P N P N

Nilai 1

Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas maka didapatkan nilai kapabilitas untuk

proses BAI04 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.19 Tingkat kapabilitas proses BAI04

Nilai Kapabilitas

BAI04

Tingkat kepercayaan dengan

Cronbach’s Alpha

1 0.851 (9 items)

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 76: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

65

Universitas Indonesia

5.4.5 Hasil pengukuran Manage Organisational Change Enablement

(BAI05)

Dibawah ini merupakan pembahasan mengenai hasil pengukuran tingkat

kapabilitas pada proses BAI05: Manage Organizational Change Enablement.

Tabel 5.20 Hasil pengukuran proses BAI05 untuk kondisi saat ini

Level

1 2 3 4 5

1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Responden 1 83.3 100 100 100 66.64 83.3 60 80 66.66

Responden 2 83.3 100 100 40 83.3 49.98 60 40 0

Responden 3 83.3 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 4 33.33 83.3 75 100 66.64 66.64 0 60 66.66

Responden 5 33.33 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 6 100 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 7 66.66 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 8 75 100 100 40 0 0 0 0 0

Responden 9 66.64 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 10 49.98 100 100 0 0 0 0 0 0

Nilai Rata -

rata

67.48 98.33 97.5 28 21.658 19.992 12 18 13.33

Tabel 5.21 Hasil pengukuran kapabilitas BAI05 untuk kondisi saat ini

Level

Level

0

1 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

BAI05 1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Nilai 67.48 98.33 97.5 28 21.658 19.99 12 18 13.33

Rating False L F F P P P N P N

Nilai 1

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 77: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

66

Universitas Indonesia

Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas maka didapatkan nilai kapabilitas untuk

proses BAI05 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.22 Tingkat kapabilitas proses BAI05

Nilai Kapabilitas

BAI05

Tingkat kepercayaan dengan

Cronbach’s Alpha

1 0.862 (9 items)

5.4.6 Hasil pengukuran Manage Change (BAI06)

Dibawah ini merupakan pembahasan mengenai hasil pengukuran tingkat

kapabilitas pada proses BAI06: Manage Change.

Tabel 5.23 Hasil pengukuran proses BAI06 untuk kondisi saat ini

Level

Level

1

Level 2 Level 3 Level 4 Level 5

1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Responden 1 100 100 100 100 100 83.3 60 100 66.66

Responden 2 75 100 100 40 83.3 49.98 60 40 0

Responden 3 100 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 4 100 83.3 75 100 66.64 66.64 0 60 66.66

Responden 5 50 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 6 100 100 100 60 33.33 40 0 0 0

Responden 7 50 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 8 75 100 100 40 0 0 0 0 0

Responden 9 50 83.3 75 0 0 0 0 0 0

Responden

10

50 100 100 0 0 0 0 0 0

Nilai Rata -

rata

75 96.66 95 34 28.32 23.99 12 20 13.33

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 78: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

67

Universitas Indonesia

Tabel 5.24 Hasil pengukuran kapabilitas BAI06 untuk kondisi saat ini

Level

Level

0

1 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

BAI06 1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Nilai 75 96.66 95 34 28.32 23.99 12 20 13.33

Rating False L F F P P P N P N

Nilai 1

Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas maka didapatkan nilai kapabilitas untuk

proses BAI06 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.25 Tingkat kapabilitas proses BAI06

Nilai Kapabilitas

BAI06

Tingkat kepercayaan dengan

Cronbach’s Alpha

1 0.896 (9 items)

5.4.7 Hasil pengukuran Manage Change Acceptment and Transitioning

(BAI07)

Dibawah ini merupakan pembahasan mengenai hasil pengukuran tingkat

kapabilitas pada proses BAI07: Manage Change Acceptment and Transitioning.

Tabel 5.26 Hasil pengukuran proses BAI07 untuk kondisi saat ini

Level

1 2 3 4 5

1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Responden 1 100 100 100 100 100 66.64 60 100 66.66

Responden 2 75 100 100 100 66.64 49.98 60 40 0

Responden 3 75 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 4 75 83.3 75 100 66.64 66.64 0 60 66.66

Responden 5 100 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 6 100 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 7 75 100 100 0 0 0 0 0 0

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 79: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

68

Universitas Indonesia

Responden 8 50 100 100 40 0 0 0 0 0

Responden 9 75 83 100 0 0 0 0 0 0

Responden 10 25 100 100 0 0 0 0 0 0

Nilai Rata -

rata

75 96.63 97.5 34 23.32 18.32 12 20 13.33

Tabel 5.27 Hasil pengukuran kapabilitas BAI07 untuk kondisi saat ini

Level

0 1 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

BAI07 1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Nilai 75 96.63 97.5 34 23.32 18.32 12 20 13.33

Rating False L F F P P P N P N

Nilai 1

Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas maka didapatkan nilai kapabilitas untuk

proses BAI07 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.28 Tingkat kapabilitas proses BAI07

Nilai Kapabilitas

BAI07

Tingkat kepercayaan dengan

Cronbach’s Alpha

1 0.884 (9 items)

5.4.8 Hasil pengukuran Manage Knowledge (BAI08)

Dibawah ini merupakan pembahasan mengenai hasil pengukuran tingkat

kapabilitas pada proses BAI08: Manage Knowledge.

Tabel 5.29 Hasil pengukuran proses BAI08 untuk kondisi saat ini

Level

1

Level 2 Level 3 Level 4 Level 5

1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Responden 1 100 100 100 100 100 80 60 100 66.66

Responden 2 100 100 100 20 89.98 49.98 60 40 0

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 80: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

69

Universitas Indonesia

Responden 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Responden 4 50 83.3 75 100 66.64 66.64 0 60 66.66

Responden 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Responden 6 25 66.66 100 0 0 0 0 0 0

Responden 7 25 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 8 70 100 100 0 0 0 0 0 0

Responden 9 25 49.98 50 0 0 0 0 0 0

Responden 10 100 100 100 0 0 0 0 0 0

Nilai Rata -

rata

49.5 69.994 72.5 22 25.66 19.66. 12 20 13.33

Tabel 5.30 Hasil pengukuran kapabilitas BAI08 untuk kondisi saat ini

Level

Level

0

1

(%)

2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

BAI08 1.1 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2

Nilai 49.5 69.994 72.5 22 25.66 19.66. 12 20 13.33

Rating False P L L P P P N P N

Nilai 1

Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas maka didapatkan nilai kapabilitas untuk

proses BAI08 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.31 Tingkat kapabilitas proses BAI08

Nilai Kapabilitas

BAI08

Tingkat kepercayaan dengan

Cronbach’s Alpha

1 0.918 (9 items)

5.5 Gap Analysis

Dari hasil pengukuran kapabilitas setiap proses yang sebelumnya maka

didapatkan hasil berupa level kapabilitas dari masing – masing proses. Dari

kapabilitas tersebut maka didapatkanlah gap dari kapabilitas proses saat ini

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 81: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

70

Universitas Indonesia

dengan kapabilitas yang diharapkan seperti digambarkan pada diagram dibawah

ini.

Gambar 5.2 Diagram Gap level kapabilitas saat ini dengan level kapabilitas

yang diharapkan

Berdasarkan dari ilustrasi gap antara tingkat kapabilitas saat ini dengan tingkat

kapabilitas yang diharapkan maka dapat disimpulkan terdapat beberapa outcome

yang tidak tercapai. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

a. Level 2 (Managed)

• Sasaran dari pelaksanaan proses atau aktifitas pengelolaan proyek dalam

pengembangan sistem saat ini belum teridentifikasi dengan baik.

• Pelaksanaan dari proses pengelolaan proyek dalam pengembangan sistem saat

ini belum dilakukan perencanaan dan monitoring dengan baik.

• Belum terdapat personil yang bertanggung jawab atau otoritas yang terkait

dengan aktifitas pengelolaan proyek dalam pengembangan sistem.

• Alokasi dan penggunaan sumber daya yang dibutuhkan terhadap aktifitas

pengelolaan proyek dalam pengembangan sistem saat ini belum dapat

teridentifikasi dengan baik.

• Aktifitas interaksi pihak – pihak yang terkait dalam proses pengelolaan

proyek pengembangan sistem saat ini belum teridentifikasi dengan baik.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 82: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

71

Universitas Indonesia

b. Level 3 (Established)

• Belum terdapat suatu standar yang baku dalam pelaksanaan pengelolaan

Acceptment dan Transition dalam pengembangan sistem saat ini.

• Belum terdapat keterkaitan interaksi antara proses standar dengan proses

pengelolaan proyek dalam pengembangan sistem saat ini

• Belum terdapat suatu standar kompetensi dan kewenangan dalam pengelolaan

proyek dalam pengembangan sistem saat ini.

• Belum terdapat suatu standar tertentu untuk infrastruktur dan lingkungan

kerja dalam aktifitas pengelolaan proyek dalam pengembangan sistem saat

ini.

• Belum menentukan suatu metode untuk melakukan monitoring terhadap

efektifitas proses pengelolaan proyek dalam pengembangan sistem saat ini.

c. Level 4 (Predictable)

• Belum terdapat suatu proses informasi dalam mendefinisikan tujuan bisnis

yang relevan.

• Belum terdapat suatu aktifitas pengukuran terhadap proses pengelolaan

proyek dalam pengembangan sistem.

• Belum terdapat suatu pengukuran secara kuantitatif dalam rangka

peningkatan proses pengelolaan proyek dalam pengembangan sistem yang

bertujuan untuk tercapainya tujuan organisasi.

• Belum mengidentifikasi satuan maupun standar pengukuran dalam proses

pengelolaan proyek dalam pengembangan sistem.

• Belum terdapat aktifitas pengumpulan, analisis dan pelaporan data terkait

proses pengelolaan proyek dalam pengembangan sistem.

• Belum melakukan proses pembuatan karakteristik untuk pengelolaan proyek

dalam pengembangan sistem.

d. Level 5 (Optimization)

• Belum terdapat teknik analisis dan kontrol terhadap proses pengelolaan

proyek dalam pengembangan sistem.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 83: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

72

Universitas Indonesia

• Belum menerapkan variasi limit kontrol terhadap proses pengelolaan proyek

dalam pengembangan sistem.

• Belum terdapat aktifitas untuk menganalisis data yang sudah diukur untuk

mendapatkan variasi yang unik terhadap proses pengelolaan proyek dalam

pengembangan sistem.

5.6 Rekomendasi

Berdasarkan hasil pengukuran dan gap yang didapatkan dari aktifitas sebelumnya

maka penulis merekomendasikan perlunya dikeluarkan berbagai kebijakan tata

kelola untuk mencapai tingkat kapabilitas yang baik. Adapun butir – butir

rekomendasi kebijakan yang penulis sarankan adalah sebagai berikut,

1. Proses pada kegiatan pengembangan sistem di lingkungan divisi teknologi

informasi harus melakukan minimal 8 proses seperti dibawah ini.

• Proses pengelolaan proyek.

• Proses pengelolaan User / Stakeholder Requirement.

• Proses pengelolaan solusi dan desain dalam pengembangan sistem.

• Proses pengelolaan ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI yang

dibutuhkan.

• Proses pengelolaan yang diakibatkan oleh perubahan organisasi.

• Proses pengelolaan terhadap perubahan sistem.

• Proses pengelolaan terhadap persetujuan dari pengguna (User /

Stakeholder Acceptment).

• Proses pengelolaan Knowledge pengembangan sistem.

2. Perlunya dilakukan standarisasi dalam setiap proses pengembangan sistem di

lingkungan divisi teknologi informasi. Hal ini diperlukan agar terdapat

suatu acuan yang jelas terhadap pihak – pihak yang terkait dalam aktifitas

proyek pengembangan sistem.

• Perlunya dilakukan alokasi personil yang berwenang dan bertanggung

jawab terhadap pengelolaan masing – masing proses.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 84: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

73

Universitas Indonesia

• Perlunya dilakukan pengukuran setiap pada setiap proses yang

berguna untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi dari masing

– masing proses.

• Perlunya dilakukan peningkatan proses secara berkelanjutan yang

bertujuan sebagai pembaharuan dan optimalisasi terhadap masing –

masing proses.

• Mewajibkan kepada seluruh pihak – pihak yang terlibat dalam

aktifitas pengembangan sistem untuk mempedomani pelaksanaan

proses – proses minimal tersebut.

5.6.1 Panduan tata kelola

Selain dari usulan kebijakan tata kelola proyek pengembangan sistem dibawah ini

merupakan uraian panduan terhadap aktifitas – aktifitas dalam tata kelola proyek

pengembangan sistem.

a. Proses pengelolaan proyek.

Dalam melakukan pengelolaan proyek, perlu dilakukan antara lain:

• Memiliki standar pengelolaan proyek untuk memudahkan manajemen dalam

melakukan monitoring dan pengambilan keputusan.

• Mengawali proyek dengan analisa kelayakan dan kewenangan, termasuk

dalam hal ini memastikan manfaat yang dihasilkan serta dukungan para

stakeholder.

• Mengatur keterlibatan para stakeholder dalam setiap proyek dengan

perencanaan, identifikasi hubungan, serta pengelolaan output yang

diharapkan.

• Menentukan lingkup pekerjaan dan tahap-tahap penyelesaian pekerjaan

yang jelas pada setiap proyek agar mengetahui apakah tujuan proyek

tersebut terpenuhi, memberikan nilai terhadap bisnis serta sejalan dengan

tujuan strategis perusahaan.

• Menjalankan pengelolaan proyek sesuai dengan perencanaan dan membuat

pelaporan terhadap progressnya.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 85: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

74

Universitas Indonesia

• Melakukan monitoring dan kontrol proyek berjalan terhadap nilainya untuk

kinerja perusahaan dengan melaporkan secara berkala kepada steering

commitee maupun para stakeholders.

• Mendefinisikan dan mendokumentasikan pekerjaan proyek secara formal

dan disetujui oleh para stakeholder terkait, termasuk hubungannya dengan

proyek-proyek lain dalam keseluruhan proyek IT.

• Mengintegrasikan aspek kualitas dan resiko pada tata kelola proyek serta

mendokumentasikannya secara formal dan terpusat.

• Mengukur kinerja proyek terhadap kriteria utama, yaitu jadual, kualitas,

biaya dan resiko agar deviasi terhadap perencanaan dapat dilaporkan dan

dievaluasi.

• Menempatkan dan menugaskan sumber daya proyek di posisi dan pekerjaan

yang yang sesuai.

• Melakukan evaluasi di setiap akhir proyek terhadap ekspektasi hasil dan

nilainya, serta melakukan closing terhadap program. Mendokumentasikan

hasil evaluasi tersebut untuk dijadikan bahan pembelajaran proyek yang

akan datang.

b. Proses pengelolaan Requirement.

Dalam melakukan pengelolaan requirement, perlu dilakukan antara lain:

• Memahami sudut pandang bisnis sehingga dapat mendefinisikan batasan

ruang lingkup seluruh inisiatif yang diperlukan untuk mencapai sasaran,

• Melakukan studi kelayakan untuk merumuskan solusi alternatif untuk

memenuhi tujuan.

• Melakukan pengelolaan resiko antara seluruh permintaan dengan solusi yang

ditawarkan.

• Mendokumentasikan persetujuan para stakeholder terhadap seluruh

permintaan, studi kelayakan, analisa resiko, dan solusi yang

direkomendasikan.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 86: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

75

Universitas Indonesia

c. Proses pengelolaan solusi dan desain dalam pengembangan sistem.

Dalam melakukan pengelolaan solusi dan desain pengembangan sistem, perlu

dilakukan antara lain:

• Mendesain solusi dari perspektif level tertinggi terlebih dahulu sehingga

evaluasi terhadap kinerja, nilai bisnis serta keselarasan dengan arsitektur

organisasi tetap dapat dipastikan sesuai.

• Melakukan desain yang mempertimbangkan seluruh komponen secara detail,

seperti alur bisnis, IT support, infrastruktur, dll.

• Melakukan pengembangan dan/atau pembelian atau penyewaan solusi yang

sesuai dengan permintaan, desain, prinsip dan standar arsitektur, prosedur

kontrak, jaminan kualitas, dan memenuhi aturan hukum

• Melakukan implementasi solusi yang terintegrasi dengan proses bisnis dan

dilengkapi dengan kontrol keamanan dan audit.

• Memastikan jaminan kualitas solusi dengan perencanaan dan pelaksanaan

aktivitas Quality Assurance, salah satunya dengan melakukan uji coba.

Sebelum dilakukan uji coba, diperlukan adanya persiapan seperti penyediaan

lingkungan uji coba dan alur uji coba. Sementara itu, uji coba perlu dilakukan

bersama-sama dengan pemilik dan pengguna solusi serta didokumentasikan

• Memiliki proses pencatatan permintaan untuk semua solusi dan mengatur

perubahan permintaan yang terjadi.

• Pemeliharaan terhadap solusi dan komponen infrastruktur pendukungnya,

termasuk melakukan review bisnis dan operasional.

• Memiliki pengelolaan portofolio IT services untuk mencatat definisi service

dan service level yang berlaku.

d. Proses pengelolaan ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI yang

dibutuhkan.

Dalam melakukan pengelolaaan ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI, perlu

dilakukan antara lain:

• Pertimbangan kondisi ketersediaan, kinerja, dan kapasitas TI saat ini untuk

dievaluasi dengan biaya, kebutuhan bisnis, serta Standard Level Agreement(s)

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 87: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

76

Universitas Indonesia

yang sesuai. Tentukan batasan tingkatan untuk dijadikan bahan evaluasi di

masa akan datang.

• Pertimbangan dampak bisnis yang disebabkan oleh servis TI dan sumber daya

yang dibutuhkan untuk menopang servis tersebut, serta apapun yang menjadi

dependensi bisnis. Hal-hal tersebut menjadi dasar perhitungan tingkat

Standard Level Agreement yang berlaku.

• Melakukan perencanaan atas implikasi ketersediaan, kinerja, dan kapasitas

terhadap perubahan permintaan servis untuk menopang kebutuhan bisnis.

• Melakukan pengawasan, pengukuran, analisa, pelaporan, investigasi dan

evaluasi terhadap ketersediaan, kinerja, dan kapasitas sumber daya TI, agar

setiap deviasi dan permasalahan dapat ditindaklanjuti.

e. Proses pengelolaan yang diakibatkan oleh perubahan organisasi.

Dalam melakukan pengelolaan yang diakibatkan oleh perubahan organisasi, perlu

dilakukan antara lain:

• Memahami ruang lingkup dan dampak dari visi perubahan serta kesiapan para

stakeholder untuk melakukannya. Selain itu juga melakukan aksi yang

memotivasi perubahan tersebut.

• Membentuk tim implementasi perubahan yang efektif serta menjadikan para

manajemen senior sebagai pihak yang mendukung perubahan dengan

mengkomunikasikan visi, misi, roadmap, serta target awal untuk menuju

perubahan tersebut.

• Memperkuat para implementor dengan menjamin akuntabilitas pekerjaan,

menyediakan pelatihan, serta menyelaraskan struktur organisasi dengan proses

SDM.

• Melakukan perencanaan dan implementasi seluruh aspek yang diperlukan

untuk kebutuhan masa yang akan datang.

• Melekatkan implementasi metode-metode baru dengan evaluasi dan koreksi

untuk perbaikan.

• Mempertahankan perubahan dengan melakukan pelatihan bagi pekerja baru,

melakukan komunikasi perubahan secara terus-menerus, mendapatkan

dukungan pimpinan tertinggi secara konsisten, serta mengadopsi kegiatan

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 88: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

77

Universitas Indonesia

monitoring dan berbagi pengalaman maupun pelajaran antara seluruh anggota

dalam perusahaan.

f. Proses pengelolaan terhadap perubahan sistem.

Dalam melakukan pengelolaan terhadap perubahan sistem, perlu dilakukan antara

lain:

• Melakukan evaluasi, prioritisasi dan otorisasi perubahan permintaan sistem.

• Melakukan pengelolaan perubahan permintaan yang bersifat emergency.

• Melakukan tracking dan pelaporan status perubahan permintaan sistem.

• Melakukan penutupan perubahan sistem apabila sudah selesai.

g. Proses pengelolaan terhadap persetujuan dari pengguna (User /

Stakeholder Acceptment).

Dalam pengelolaan terhadap persetujuan dari pengguna, perlu dilakukan antara

lain Menetapkan perencanaan implementasi sistem.

• Melakukan perencanaan dalam proses bisnis, sistem dan konversi data.

• Melakukan perencanaan system testing dan persetujuan dari user /

stakeholder.

• Menyediakan perangkat dan lingkungan yang digunakan untuk melakukan

system testing.

• Melakukan kegiatan User Acceptance Test untuk memastikan sistem telah

disepakati oleh user / stakeholder .

• Menyediakan berbagai dukungan dan perangkat untuk aktifitas Production

Release.

• Melakukan Review setelah dilakukan aktifitas implementasi.

h. Proses pengelolaan Knowledge pengembangan sistem.

• Memfasilitasi dan memelihara budaya Sharing Knowledge

• Melakukan identifikasi dan melakukan klasifikasi dari informasi yang ada.

• Mengorganisasikan dan melakukan kontekstualisasi informasi dan

Knowledge.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 89: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

78

Universitas Indonesia

• Melakukan evaluasi dan pembaharuan terhadap informasi dan Knowledge

yang ada.

5.6.1 Skema Rekomendasi SDLC

Pada sub bab ini akan diusulkan rekomendasi SDLC berdasarkan aktifitas –

aktifitas yang ada pada proses COBIT 5 serta akan dijelaskan hubungan dan

Deliverables pada setiap aktifitas.

Business LiaisonSolution Architect

DevelopmentUser

Acceptment and QA

Production Support

Project Management

Gambar 5.3 Skema SDLC yang direkomendasikan

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 90: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

79

Universitas Indonesia

Tabel 5.32 Aktifitas dan Deliverable Business Liaison

Aktifitas dan Deliverable Business Liaison

No Aktifitas Tujuan Deliverables

BAI02.01 Mendefinisikan dan

mengelola

Requirement fungsi

bisnis dan teknis dari

pengguna

Solution

Architect

Requirement

Bisnis yang

sudah

didefinisikan

BAI02.02 Melakukan studi

kelayakan dari

proyek dan

memformulasikan

solusi.

Solution

Architect

Pelaporan hasil

studi kelayakan

proyek

BAI02.03 Melakukan

pengelolaan resiko

dari Requirement

pengguna

Solution

Architect

Detail resiko

dari requirement

serta langkah –

langkah mitigasi. Project

Management

BAI02.04 Mendapatkan

persetujuan (Sign

Off) dari

Requirement bisnis

dan teknis serta studi

kelayakan dari

pengguna /

Stakeholder.

Solution

Architect

Persetujuan

(Approval) dari

pengguna

temasuk

persetujuan

Acceptment

Criteria dan

kualitas yang

diinginkan.

BAI05.01 Membuat analisis

ruang lingkup dan

analisa dampak pada

organisasi.

Project

Management

Hasil analisis

ruang lingkup

untuk

dikomunikasikan

kepada

manajemen.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 91: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

80

Universitas Indonesia

Tabel 5.33 Aktifitas dan Deliverable Solution Architect

Aktifitas dan Deliverable Solution Architect

No Aktifitas Tujuan Deliverables

BAI03.01 Membuat desain

solusi yang

sifatnya High

Level

Project

Management

Spesifikasi High

Level yang sudah

disetujui

BAI03.02 Membuat desain

solusi yang lebih

mendetail

Project

Management

Spesifikasi High

Level yang sudah

disetujui

BAI03.03 Mengembangkan

komponen –

komponen dari

solusi yang ada.

Project

Management

Dokumen detail

komponen

komponen dari

solusi yang sudah

disetujui

BAI08.04 Mengelola dan

membagi

Knowledge solusi

yang didapatkan.

Internal

Organisasi

Dokumentasi

detail komponen

komponen dari

solusi yang sudah

disetujui

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 92: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

81

Universitas Indonesia

Tabel 5.34 Aktifitas dan Deliverable Development

Aktifitas dan Deliverable Development

No Aktifitas Tujuan Deliverables

BAI03.09 Mengelola

permintaan

perubahan yang

dibutuhkan

Production

Support

Permintaan atas

kebutuhan

perubahan yang

sudah disetujui.

BAI03.05 Membangun solusi

yang sudah

ditentukan dan

mengintegrasikan

dengan aktifitas

proses bisnis.

Konfigurasi dan

integrasi dari

komponen –

komponen solusi.

BAI03.07 Mempersiapkan

testing untuk solusi

yang ada.

User Acceptance

and QA

Perencanaan dan

prosedur testing

yang harus

dilakukan.

BAI03.08 Melakukan testing

untuk solusi yang

ada.

User Acceptance

and QA

Dokumentasi

hasil testing dari

solusi.

BAI03.10 Mengelola solusi

yang sudah

dibangun.

User Acceptance

and QA

Hasil dan

pengukuran solusi

yang sudah

sukses.

BAI05.07 Mengkomunikasikan

perubahan yang ada

kepada pihak –

pihak terkait.

Project

Management

Perencanaan

transfer

Konowledge

terhadap

perubahan.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 93: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

82

Universitas Indonesia

Tabel 5.35 Aktifitas dan Deliverable User Acceptment and QA

Aktifitas dan Deliverable User Accepment and QA

No Aktifitas Tujuan Deliverables

BAI03.06 Melakukan

aktifitas Quality

Assurance

terhadap solusi

yang sudah

dibangun

Project

Management

Hasil review

kualitas solusi

yang dibangun

serta koreksi yang

ada.

BAI07.03 Merencanakan

Acceptance Test

dengan pengguna

Project

Management

Perencanaan test

yang sudah

disetujui

BAI07.05 Melakukan

aktifitas

Acceptance Test

dengan pengguna

Project

Management

Pelaporan hasil

Acceptance Test

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 94: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

83

Universitas Indonesia

Tabel 5.36 Aktifitas dan Deliverable Production Support

Aktifitas dan Deliverable Production Support

No Aktifitas Tujuan Deliverables

BAI06.01 Melakukan

evaluasi,

prioritisasi dan

otorisasi terhadap

permintaan

perubahan yang

ada.

Development Permintaan

perubahan yang

sudah disetujui.

BAI05.05 Perencanaan

implementasi,

operasional dan

segala aspek

elemen organisasi

yang terkait.

Project

Management

Rencana

operasional dan

penggunaan.

BAI07.06 Promosi solusi ke

Production

Internal

Organisasi

Catatan

pelaksanaan

promosi ke

Production

BAI07.08 Melakukan

aktifitas Post

Implementation

Review

Project

Management

Laporan status

Post

Implementation

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 95: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

84

Universitas Indonesia

Tabel 5.37 Aktifitas dan Deliverable Project Management

Aktifitas dan Deliverable Project Management

No Aktifitas Tujuan Deliverables

BAI04.02 Melakukan

Assesment

terhadap dampak

bisnis

Internal

Organisasi

Skenario tentang

Ketersediaan dan

kapasitas

BAI04.03 Merencanakan

ketersediaan dan

kapasitas terhadap

kebutuhan dari

perubahan

kebutuhan bisnis.

Solution Architect,

Development, QA,

dan Production

Support

Perencanaan

ketersediaan dan

kapasitas sumber

daya TI.

BAI05.02 Membentuk tim

implementasi agar

tercipta efektifitas

dalam

pengembangan

Solution Architect,

Development, QA,

dan Production

Support

Tim implementasi

dan kewenangan

yang sudah

dibentuk.

BAI01.02 Melakukan inisiasi

proyek

pengembangan

Solution Architect,

Development, QA,

dan Production

Support

Konsep dan

definisi proyek

yang diinisiasi.

BAI01.04 Membuat

perencanaan dan

pengelolaan

proyek

Solution Architect,

Development, QA,

dan Production

Support

Rencana proyek

serta sumber daya

yang dibutuhkan

dan

kewenangannya

BAI01.06 Melakukan

monitoring dan

kontrol serta

pelaporan dari status

proyek

Solution Architect,

Development, QA,

dan Production

Support

Hasil dan review

dari status proyek.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 96: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

85

Universitas Indonesia

Tabel 5.37 Aktifitas dan Deliverable Project Management (Sambungan)

BAI01.10 Pengelolaan resiko

yang mungkin ada

pada proyek

pengembangan

Solution

Architect,

Development,

QA, dan

Production

Support

Perencanaan

pengelolaan resiko

pada proyek

BAI01.08 Melakukan

pengelolaan

terhadap

perencanaan proyek

Solution

Architect,

Development,

QA, dan

Production

Support

Rencana,

Baseline, serta

pelaporan status

proyek.

BAI01.13 Melakukan Closing

proyek

Solution

Architect,

Development,

QA, dan

Production

Support dan

Internal

Organisasi

Pelaporan hasil

dari Post

Implementation

Review

BAI08.03 Melakukan

pengelolaan

informasi dan

Knowledge

Solution

Architect,

Development,

QA, dan

Production

Support dan

Internal

Organisasi

Kumpulan basis

data Knowledge

yang berhasil

didapatkan

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 97: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

86

Universitas Indonesia

Tabel 5.37 Aktifitas dan Deliverable Project Management (Sambungan)

BAI08.04 Mengelola dan

membagi

Knowledge yang

didapatkan.

Solution

Architect,

Development,

QA, dan

Production

Support dan

Internal

Organisasi

Kumpulan basis

data Knowledge

yang sudah

dipublikasikan

Untuk itu terdapat kategori yang menjelaskan peran dan partisipasi untuk masing

– masing personil yaitu,

1. Responsible, adalah entitas yang bertanggung jawab dalam melaksanakan

keputusan yang dimaksud.

2. Accountable, adalah entitas yang berwenang dalam pengambilan

keputusan akhir dalam suatu proses.

3. Consulted, adalah entitas yang berpartisipasi dalam proses pengambilan

keputusan untuk memberikan masukan bagi pengambil keputusan.

4. Informed, adalah entitas yang diinformasikan apabila terdapat proses

pengambilan keputusan.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 98: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

87

Universitas Indonesia

Tabel 5.38 Aktifitas dan Kewenangan

Bo

ard

Chie

f

Exec

utive

Offi

cer

Chi

ef

Fina

nce

Offi

cer

Chie

f

Oper

ating

Offic

er

Business

Process

Owner

Steering

Comitee

Project

Manage

ment

Officer

Busines

s

Liaison

Manage

r

Solution

Architect

Manager

Develop

ment

Manager

User

Acceptanc

e Manager

Produc

tion

Suppo

rt

Manag

er

Kewenangan

Business

Liaison

Mendefinisik

an dan

mengelola

Requirement

fungsi bisnis

dan teknis

dari

pengguna

R A R R R R R C

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 99: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

88

Universitas Indonesia

Melakukan

studi

kelayakan

dari proyek

dan

memformula

sikan solusi.

R A R R C R R C

Melakukan

pengelolaan

resiko dari

Requirement

pengguna

R A R R C R R R

Mendapatkan

persetujuan

(Sign Off)

dari

Requirement

bisnis dan

teknis serta

studi

kelayakan

dari

pengguna /

Stakeholder.

R A R R C C C C

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 100: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

89

Universitas Indonesia

Membuat

analisis

ruang

lingkup dan

analisa

dampak pada

organisasi.

R R R C C C C

Kewenangan

Solution

Architect

Membuat

desain solusi

yang sifatnya

High Level

R I R I R A A C

Membuat

desain solusi

yang lebih

mendetail

R I R I R A A C

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 101: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

90

Universitas Indonesia

Mengemban

gkan

komponen –

komponen

dari solusi

yang ada.

R I R I R A A C

Mengelola

dan membagi

Knowledge

solusi yang

didapatkan.

C C C C C

Kewenangan

Development

Mengelola

permintaan

perubahan

yang

dibutuhkan

R A R I C R I C

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 102: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

91

Universitas Indonesia

Mempersiap

kan testing

untuk solusi

yang ada.

R A I I C R I C

Melakukan

testing untuk

solusi yang

ada.

R A I I C R I C

Mengelola

solusi yang

sudah

dibangun.

R A R I C R I C

Mengkomuni

kasikan

perubahan

yang ada

kepada pihak

– pihak

terkait.

R R R R R R R R

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 103: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

92

Universitas Indonesia

Kewenangan

User

Acceptment

Melakukan

aktifitas

Quality

Assurance

terhadap

solusi yang

sudah

dibangun

R A R C C R R C

Merencanaka

n Acceptance

Test dengan

pengguna

R R I R R R R

Melakukan

aktifitas

Acceptance

Test dengan

pengguna

R R I R R R R

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 104: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

93

Universitas Indonesia

Kewenangan

Production

Support

Melakukan

evaluasi,

prioritisasi

dan otorisasi

terhadap

permintaan

perubahan

yang ada.

R C C C R I

Perencanaan

implementasi

, operasional

dan segala

aspek elemen

organisasi

yang terkait.

R R R C R R

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 105: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

94

Universitas Indonesia

Promosi

solusi ke

Production

R R R C R R R

Melakukan

aktifitas Post

Implementati

on Review

R I C C R R R

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 106: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

95

Universitas Indonesia

5.6.2 Pemetaan dengan Struktur Organisasi dan SDLC

Pada sub bab ini akan diusulkan penambahan fungsi struktur organisasi yang

sesuai dengan fungsi – fungsi baru yang telah ditentukan. Untuk itu dibawah ini

akan dilakukan pemetaan atau penambahan fungsi – fungsi baru dengan unit

kerja yang ada saat ini.

Vice President Information Technology

Division

Assistant Vice President

IT Strategic and Business Liaison Group

Assistant Vice President

IT Development and Quality Group

Assistant Vice President

IT Operational and SupportGroup

Manager

IT Strategic and Planning

Manager

IT Governance and Policy

Manager

IT Architecture

Manager

IT Communication

Manager

Business Liaison

Manager

Core Banking Liabilities Development

Manager

Channel and ConnectivityDevelopment

Manager

Office Automation Development

Manager

Information System and Reporting

Manager

User Acceptance and Quality Assurance

Manager

Data Center Operation

Manager

Branch Support

Manager

Networking and AssetManagement

Manager

Security Management

Manager

Office Administration

Manager

Production Support

Manager

Helpdesk Support

Manager

Core Banking Asset Development

Manager

Project Management

Manager

Solution Architect

Gambar 5.3 Diagram struktur organisasi dengan penambahan unit baru

Pada gambar diatas terdapat penambahan struktur unit kerja baru sebagai

penunjang aktifitas yang sudah dijabarkan sebelumnya, berikut ini merupakan

penjelasan dari unit kerja baru tersebut.

• Unit kerja Project Management, berfungsi untuk melakukan

pengelolaan end to end proyek dan juga sebagai pengelolaan

hubungan antar unit kerja.

• Unit kerja Solution Architect, berfungsi untuk membangun desain solusi –

solusi sebelum dilakukan pengembangan sistem oleh unit Development. Unit

ini juga melakukan penyelarasan antara kebutuhan Requirement yang ada

dengan desain sistem yang seharusnya dibuat.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 107: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

96 Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai penutup, bab ini akan membahas kesimpulan berdasarkan penelitian

dan saran yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan dalam hal keterkaitan

dengan pengelolaan tata kelola Teknologi Informasi di PT Bank XYZ (Persero)

Tbk.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian dengan kuisioner yang sesuai dengan Self

Assesment Template COBIT 5 terhadap jajaran pimpinan Divisi Teknologi

Informasi Bank XYZ, didapatkan tingkat kapabilitas untuk proses BAI01,

BAI02, BAI03, BAI04, BAI05, BAI06, BAI07 dan BAI08 berada pada

level 1. Hasil ini masih sangat jauh dari harapan pada level 5. Hal ini

mengindikasikan belum terdapat suatu standar, penerapan standar, metode

pengukuran dan optimalisasi proses–proses tersebut.

2. Dari hasil pemetaan dan pengukuran dihasilkan rekomendasi yang

menghasilkan usulan, antara lain,

a. Kebijakan tata kelola proyek pengembangan sistem.

b. Panduan aktifitas dalam pelaksanaan pengelolaan proyek pengembangan

sistem.

c. Pemetaan fungsi – fungsi baru dengan struktur organisasi baru.

d. System Development Life Cycle (SDLC) yang diselaraskan dengan fungsi

baru.

e. Penentuan otorisasi (roles) terhadap fungsi – fungsi baru yang diusulkan.

6.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis mempunyai saran-saran yang

nantinya dapat digunakan oleh perusahan untuk memperbaiki tata kelola

Teknologi Informasi di Divisi Teknologi Informasi Bank XYZ dan sebagai

landasan bagi penelitian selanjutnya. Saran- saran tersebut antara lain:

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 108: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

97

Universitas Indonesia

1. Melakukan langkah – langkah perancangan kerangka tata kelola teknologi

informasi dalam pengembangan sistem. Hal ini dilakukan agar dapat menjadi

acuan dalam berbagai aktivitas dan kegiatan proyek pengembangan sistem.

2. Melakukan perancangan tata kelola dengan menggunakan suatu standar

tertentu yang sudah dilengkapi dengan panduan–panduan yang baik seperti

COBIT 5. Hal ini dilakukan agar menciptakan efektifitas dan efisiensi

dalam perancangan tata kelola tersebut.

3. Mempersiapkan sumber daya dan lingkungan kerja yang memadai dalam

rangka mendukung tata kelola proyek pengembangan sistem yang baik.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 109: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

98

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Schwalbe, Kathy. (2011). Information Technology Project Management.

Boston: Course Technology.

Taylor, James. (2004). Managing Information Technology Projects. United

States Of America: AMACOM.

Marchewka, Jack. (2002). Information Technology Project Management.

Dekker.C.A : McGraw Hill.

Dooley, John. (2011). Software Development and Professional Practice.

New York : Springer.

Unaradjan, Dominikus. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta :

Universitas Atma Jaya.

Bernandus, Hery. (2013). Evaluasi layanan teknologi informasi berdasarkan

kerangka kerja COBIT 5 pada PT.XYZ. Jakarta : Universitas Indonesia.

Budi Prasetyo, Aziz. (2014). Pengukuran tingkat kapabilitas tata kelola

teknologi informasi menggunakan COBIT 5 pada PT.Lintasarta. Jakarta :

Universitas Indonesia.

Sandra Indriati, Susan. (2014). Evaluasi tata kelola teknologi informasi

berdasarkan kerangka kerja COBIT 5 pada Ditjen Administrasi Hukum

Umum. Jakarta : Universitas Indonesia.

Weill , P., & Ross , J. (2004). How Top Performers Manage IT Decision

Rights for Superior Results. United States Of America : Harvard Business

School Press.

Grembergen , W., & Haes , S. (2004). Strategies for Information Technology

Governance. United States Of America : Idea Group Publishing.

Applegate, L., Austin, R, & Soule, D. (2009). Corporate Information

Strategy and Management. New York : McGraw Hill.

ITGI. (2007). Framework Control Objectives Management Guidelines Maturity

Models. United States Of America : ITGI .

ISACA. (2013). Process Assessment Model (PAM) using COBIT 5 . United

States Of America : ISACA.

ISACA. (2013). A Business Framework for the Governance and

Management of Enterprise IT. United States Of America : ISACA.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 110: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

99

Universitas Indonesia

ISACA. (2013). COBIT 5 Process Enabler. United States Of America : ISACA.

Sekaran, U, & Bougie, R. (2013). Research Methods For Business. United

Kingdom : John Willey & Sons Ltd.

Kementrian BUMN. (2013). Peraturan Menteri BUMN nomor 02 tahun 2013

(PER- 02/MBU/2013). Republik Indonesia : Kementrian BUMN.

Bank Indonesia. (2007). Peraturan Bank Indonesia No 09/15/PBI/2007.

Republik Indonesia : Bank Indonesia.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 111: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

100

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara

Transkrip wawancara dengan bapak Nur Hendro sebagai IT Governance and

Policy Manager PT Bank XYZ (Persero) Tbk.

Pertanyaan Jawaban

Mengacu kepada data di PVCS Tracker

pada periode januari sampai dengan

juni 2014 terdapat banyak sekali project

development IT yang tidak selesai tepat

waktu, menurut bapak faktor – faktor

apakah yang menyebabkan terjadinya

keterlambatan tersebut ?

Sebenarnya banyak sekali faktor tapi

akan saya jelaskan isu – isu yang

prioritas saja ya.

Yang menjadi faktor paling penting

adalah saat ini tidak terdapat suatu

standar yang pasti dalam pengelolaan

Development Project sehingga

seringkali terjadi Priority Overlap dan

konflik antar Development Project

karena pada dasarnya tidak disertai

dengan proses yang baik.

Dengan dasar tidak terdapatnya standar

pengelolaan Development Project TI

itulah menjadi permasalahan yang

kedua yaitu Resource Supply. Ini

terjadi begitu proyek – proyek tersebut

masuk ke bagian Development , karena

tidak terdapat perencanaan yang cukup

matang akhirnya terjadi Overload pada

rekan – rekan kita di bagian

Development.

Berapa persentase toleransi

keterlambatan proyek pengembangan

yang dibolehkan dalam konteks XYZ ?

Jika mengacu kepada aturan divisi memang tidak

ada tetapi jika mengacu kepada lingkup visi

besar pencapaian XYZ seharusnya 95 persen

proyek – proyek dapat terealisasi dalam kurun

waktu satu tahun.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 112: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

101

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara (Lanjutan)

Menurut bapak, Apa dampak

ditimbulkan bagi bank XYZ dari

banyaknya project development IT

yang tidak selesai tepat waktu ?

Tentunya adalah tidak tercapainya

Time To Market Feature terhadap

pelayanan perbankan. Situasi ini

seringkali kita kalah Start oleh bank

lain. Hal ini tentunya membuat kita

tidak mempunyai daya saing yang kuat

terhadap kompetitor yang tentu

nantinya akan berdampak pada

Revenue.

Menurut bapak apa yang harus

ditingkatkan mengingat terdapat banyak

sekali project develpoment IT yang

tidak selesai tepat waktu ?

Ya itu tadi mas, perlu dilakukan

evaluasi kembali terhadap proses

pengelolaan Development Project TI

saat ini, Sejauh apa proses pengelolaan

proyek ini berjalan dan perlu juga

dilakukan evaluasi terhadap Resource

Supply dengan rekan – rekan

Develeopment

Mengacu kepada dokumen Kebijakan

umum manajemen teknologi informasi

atau IT Policy (No 1/TEK/2009) hanya

pengembangan proyek IT saja yang

belum memiliki dokumen kebijakan

tata kelola yang standar, apakah hal ini

merupakan salah satu faktornya ?

Jelaslah kalo itu sih. Kan yang menjadi

Core Problemnya memang itu, karena

sifatnya Confidential mungkin saya

tidak akan menjelaskan lebih lanjut ya

kenapa usulan policy tersebut sampai

saat ini belum direspon oleh Top Level

manajemen. Tapi yang jelas intinya

karena pengaruh itulah saat ini kita

belum ada acuan standar yang jelas

untuk pengelolaan project TI.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 113: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

102

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara (Lanjutan)

Menurut bapak, apakah tata kelola IT

develeopment project bank XYZ harus

mengacu kepada kebijakan pemerintah

yang ada dalam hal ini Bank Indonesia

dan Kementrian BUMN

Ya. Harus itu tidak boleh tidak ada.

Menurut bapak, Dalam konteks bank

XYZ apa perbedaan manajemen proyek

dan tata kelola proyek TI ? yang mana

yang seharusnya didahulukan apakah

tata kelola proyek TI atau project

management ?

Dalam konteks XYZ seharusnya tata

kelola TI menjadi suatu acuan dalam

membentuk Policy, artinya disini kita

bicara “Apa yang seharusnya ada”.

Kemudian manajemen project TI

adalah bentuk implementasi dari

Governance dan Policy, artinya disini

adalah “How To..”, bagaimana caranya

untuk merealisasikan Governance dan

Policy tersebut.

Saat ini terdapat peraturan BI nomor

09/15/PBI/2007 dan peraturan menteri

BUMN no 2 tahun 2013, menurut

bapak terkait dengan aktifitas proyek

pengembangan TI, apa saja poin – poin

yang harus dipatuhi dari peraturan

tersebut.

Kalau ini saya musti baca dulu ya

mas...

Oke..Nah Mengacu kepada peraturan

menteri adalah poin dari sisi

pengelolaan proyek, penanganan

kebutuhan solusi dan transfer

knowledge seharusnya ya. Kemudian

mengacu kepada BI biasanya sih

seharusnya untuk management project

pasal 7 sama pasal 11.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 114: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

103

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara (Lanjutan)

Yang terakhir pak, kondisi seperti apa

yang diharapkan ke depannya oleh

manajemen bank XYZ khususnya

manajemen divisi teknologi informasi

terhadap pengelolaan berbagai project

development IT ?

Yang pasti adalah kedepannya tidak

terjadi lagi keterlambatan pengerjaan

project – project Development sehingga

bisa memenuhi target Time to

Marketnya. Dan juga nantinya

diharapkan terdapat suatu perangkat

Governance dan Policy yang jelas

untuk aktifitas Development Project TI

sehingga segala sesuatunya bisa

menjadi lebih teratur dan terukur.

Transkrip wawancara dengan bapak Bachrul .N sebagai IT Governance and

Policy Manager PT Bank XYZ (Persero) Tbk.

Pertanyaan Jawaban

Mengacu kepada data di PVCS Tracker

pada periode januari sampai dengan

juni 2014 terdapat banyak sekali project

development IT yang tidak selesai tepat

waktu, menurut bapak faktor – faktor

apakah yang menyebabkan terjadinya

keterlambatan ?

Secara umum secara desain seharusnya

sudah dibentuk ada timelinenya dan

lain – lain, namun dalam perjalanannya

terdapat beberapa kendala misalnya ada

masalah dari resource development

yang tersedia, kemudian jika dilihat

dari skala prioritas project belum

didudukkan secara bersama sehingga

pada perjalannanya harus disesuaikan

dengan masing – masing project.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 115: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

104

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara (Lanjutan)

Apakah saat ini Requirement yang ada

cukup jelas dari Business Analyst ?

Kita saat ini tetap mensyaratkan pada

saat masuk ke development itu sudah

harus jelas. Namun pada perjalanannya

tidak bisa kita cegah adanya berbagai

kekurangan requirement dari user

tersebut sehingga sering tidak jelas.

Ataupun terjadi penambahan

requirement ketika sudah ditengah

perjalanan project.

Jika dilihat dari ketersediaan sumber

daya, apakah selama ini ada

perencanaan ?

Nah seharusnya dari Business Liaison

sudah melakukan kajian untuk itu dan

melakukan konfirmasi kepada

Development, jadi jika terdapat project

dibutuhkan berapa orang dan berapa

lama, namun saat ini bisa jadi belum

optimal ataupun Miss Planned ,

maksudnya begini misalnya dari awal

di set satu orang untuk jangka waktu

pengerjaan satu minggu, tetapi jika

dilihat pada saat development ternyata

itu tidak memungkinkan dan bisa jadi

orang tersebut ternyata sudah terdapat

pendingan dari pekerjaan sebelumnya.

Akhirnya hal ini mengakibatkan

terjadinya Overload pada sisi

Development

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 116: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

105

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara (Lanjutan)

Mengacu kepada dokumen Kebijakan

umum manajemen teknologi informasi

atau IT Policy (No 1/TEK/2009) hanya

pengembangan proyek IT saja yang

belum memiliki dokumen kebijakan

tata kelola yang standar, apakah hal ini

merupakan salah satu faktornya ?

Bisa jadi itu menjadi faktor juga, karena

jika memang ada suatu dokumen

standarisasi seperti itu tentu bisa

menjadi acuan bagi kita terutama untuk

unit Development untuk melakukan

pengembangan dan juga dapat menjadi

palang pintu kita bagi unit Business

Liaison untuk mendorong mereka

seharusnya terdapat suatu standar yang

harus dipenuhi terlebih dahulu.

Apakah saat ini terdapat terdapat suatu

SOP terkait dengan pekerjaan proyek

development dan menjadi suatu acuan

dalam kegiatan tersebut ?

Kalau untuk yang detail sampai

pengelolaan project development

mungkin belum ada ya. Kalaupun ada

saat ini sifatnya sangat High Level

seperti ITSP dan sebagainya. Dan itu

seharusnya menjadi tugas unit tertentu

untuk membuatnya.

kondisi seperti apa yang diharapkan ke

depannya oleh Tim Development

terhadap pengelolaan berbagai project

development IT ?

Tentu saja adalah optimalisasi dari

Deliverable kita dan sesuai dengan

ekspektasi yang diinginkan. Untuk

menuju kesana tentunya harus terdapat

suatu Guidance ataupun Rules yang

memProtect kita agar suatu project

tidak mundur atau bergeser dari waktu

yang ditentukan, sehingga hal ini

menghindari dari asumsi yang seolah –

olah keterlambatan diakibatkan dari

pihak Development.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 117: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

106

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara (Lanjutan)

Transkrip wawancara dengan bapak Susilo Indriasworo sebagai Assistant Vice

President IT Development PT Bank XYZ (Persero) Tbk.

Pertanyaan Jawaban

Mengacu kepada data di PVCS

Tracker pada periode januari sampai

dengan juni 2014 terdapat banyak

sekali project development IT yang

tidak selesai tepat waktu, menurut

bapak faktor – faktor apakah yang

menyebabkan terjadinya keterlambatan

?

Saat ini divisi teknologi berfungsi

sebagai support, oleh karena itu TI harus

menjadi enabler bagi seluruh business

banking unit. Hal ini tentunya terdapat

banyak sekali permintaan atau project.

Keterlambatan diakibatkan karena

permintaan tersebut menumpuk cukup

lama pada satu proses tertentu, dari

mulai masuk Requirement,

Development, Testing sampai dengan

Production. Karena tidak terdapat

pengelolaan yang baik pada masing –

masing proses maka akibatnya banyak

sekali project development yang

terlambat.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 118: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

107

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara (Lanjutan)

Apakah saat ini terdapat pengelolaan

terkait dengan ketersediaan sumber

daya dan kapasitas pada

pengembangan sistem ?

Saat ini di divisi TI dalam menjawab

pemenuhan kebutuhan terhadap user

hanya menggunakan konsep SDLC

yaitu System Development Life Cycle,

disini yang perlu kita garis bawahi

adalah System atau berorientasi kepada

System saja dimana ada Request maka

akan kita lakukan pengembangan

Systemnya dan tidak dilakukan

perhitungan tentang ketersediaann

sumber dayanya.

Semustinya dalam hal ini kita lakukan

filterisasi dari depan apakah yang

dbutuhkan user tersebut layak untuk

dijadikan project atau tidak.

Menurut bapak, Apa dampak

ditimbulkan bagi bank XYZ dari

banyaknya project development IT

yang tidak selesai tepat waktu ?

Ya tentu sangat berpengaruh pada

perkembangan bisnis, kita selalu

menjadi bank yang mengejar dan bukan

yang dikejar dari sisi fitur TI artinya

kompetitor kita selalu berada di depan

dalam hal ini dan kita tidak lagi

mempunyai daya saing.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 119: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

108

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara (Lanjutan)

Menurut bapak apa yang harus

ditingkatkan mengingat terdapat

banyak sekali project develpoment IT

yang tidak selesai tepat waktu ?

Ya itu tadi yang saya katakan, pengelolaan

project haruslah jelas fungsi – fungsinya

artinya kita tidak lagi dapat mengacu

kepada System Development Life Cycle lagi

tetapi kita harus lebih tarik kepada top level

lagi sebenarnya fungsi – fungsi apa saja

yang seharusnya ada dan dilakukan untuk

mengakomodir permintaan user tersebut.

Sebagai contoh misalnya, ada suatu fungsi

di awal tadi yang dinamakan Business

Partner untuk mengkomunikasikan kepada

user tentang pengelolaan permintaan dan

kebutuhannya. Dan juga misalnya

dibutuhkan fungsi pengelolaan Portofolio

yang mana berfungsi apabila ada kebutuhan

user kita tahu bahwa permintaan ini sudah

pernah ada atau belum. Kemudian juga

misalnya dibutuhkan juga fungsi

pengelolaan Solution Architect yang

berfungsi sebagai acuan penjelasan dan

desain apa yang harus dikerjakan kepada

unit development sehingga tidak terjadi

kesalahan dalam pengembangannya.

Jadi sebenarnya fungsi – fungsi seperti

itulah yang kita butuhkan untuk dilakukan

perancangan. Adapun dalam melakukan

perancangan tersebut tentu harus melalui

suatu kebijakan yang

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 120: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

109

Universitas Indonesia

Lampiran 1 : Traskrip Wawancara (Lanjutan)

dibentuk. Dan juga kedepannya

tidak lagi berupa System

Development Life Cycle lagi

tetapi menjadi sebuah Business

Solution Development.

Mengacu kepada dokumen

Kebijakan umum manajemen

teknologi informasi atau IT

Policy (No 1/TEK/2009) hanya

pengembangan proyek IT saja

yang belum memiliki dokumen

kebijakan tata kelola yang

standar, apakah hal ini

merupakan salah satu faktornya

?

Ya tentu saja, dan itu tadi

menurut saya seharusnya

kedepannya tidak lagi berupa

System Development Life Cycle

lagi tetapi menjadi sebuah

Business Solution Development.

Menurut bapak, Dalam konteks

bank XYZ apa perbedaan

manajemen proyek dan tata

kelola proyek TI ? seharusnya

tata kelola proyek atau

manajemen proyek yang

didahulukan ?

Ya kalo manajemen project

sebenarnya adalah bagaimana

caranya menjalankan project

yang sudah ada. Tetapi kalau

tata kelola adalah Scope yang

lebih besar lagi dimana

sebenarnya kita bisa mempunyai

fungsi – fungsi yang dapat

menjadi Solution bagi unit

bisnis.

Yang terakhir pak, kondisi

seperti apa yang diharapkan ke

depannya oleh manajemen

Harapan kita semua adalah

nantinya adalah kita berharap

dapat mempunyai suatu payung

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 121: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

110

Universitas Indonesia

bank XYZ khususnya

manajemen divisi teknologi

informasi terhadap pengelolaan

berbagai project development

IT ?

kebijakan yang mana suatu

permintaan dari user tersebut

betul – betul dapat kita lakukan

pengelolaan atau kita matangkan

dengan adanya fungsi – fungsi

Requirement yang baik, fungsi

Solution yang baik, fungsi

desain yang baik, fungsi

pengelolaan ketersediaan yang

baik serta pengembangan dan

pengetesan yang baik.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 122: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

111

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : IT Project Tracker System Bank XYZ

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 123: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

112

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : IT Project Tracker System Bank XYZ

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 124: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

113

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : IT Project Tracker System Bank XYZ

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 125: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

114

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : IT Project Tracker System Bank XYZ

BNI iCONS Project Tracker

CR Track No: 15370 CR Ref. No: TIK/1925 CR Ref. Date: 7/04/2014 12:00:00 AM Disposition Date: <<Unassigned>> Project Name: Compliance:MC Interchange Short Description: Compliance: Patches for MasterCard Asia/Pasific Region

Interchange Bulletin Raised By: BNL Viraliyetta Notification: Tidak Detail Requirement: Tidak Prioritisasi: Tidak Priority Score: 3 CR Status: Open CR Category: PR : New Project Priority Scale: 4. MEDIUM Link to CR Track No: Client/User: TEK Main Application/System: CARDLINK Sub System: OTHER Application Related 1: OTHERS Application Related 2: OTHERS Application Related 3: OTHERS Application Related 4: OTHERS Region: D: DEVELOPMENT CR Commitee Note: SDLC Requirement Description: Compliance: Patches for MasterCard Asia/Pasific Region

Interchange Bulletin. To support the MasterCard announcement of Intraregional and Intracountry IRD for World Elite MasterCard for Businness (Product Code MAB dan MAC) Perubahan akan efektif pada 16 Mei 2014, 08:00 St Louis time. Dikarenakan perubahan ini hanya di sisi settlement (BNI as Acquiring), maka implementasi di BNI akan dilakukan pada tanggal 19 Mei 2014 malam (bersamaan dengan batch CardLinK)

Mandatory by Gov. Reg.: Mandatory Overall System Impact: 6 Project Manager: TIK Charifadi Anwar Project Member: TIK, BNL Assign to (Current/MOST_UPDATE):

TIK Nurul Hidayati

Assign to Group (Main Group): CCT : Credit Card Technology Dev. Start Date (Main): 18/04/2014 9:13:07 AM Dev. Finish Date (Main): 22/04/2014 12:00:00 AM Assign to Related Group 1: Others Dev. Start Date 1: <<Unassigned>> Dev. Finish Date 1: <<Unassigned>> Assign to Related Group 2: Others Dev. Start Date 2: <<Unassigned>> Dev. Finish Date 2: <<Unassigned>> Assign to Related Group 3: Others Dev. Start Date 3: <<Unassigned>> Dev. Finish Date 3: <<Unassigned>> Assign to Related Group 4: Others Dev. Start Date 4: <<Unassigned>> Dev. Finish Date 4: <<Unassigned>> Sys Testing Start Date: <<Unassigned>> Sys Testing Finish Date: <<Unassigned>>

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 126: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

115

Universitas Indonesia

Developer Member 1: TIK Nurul Hidayati Developer Member 2: TIK Putri Meryfiani Developer Member 3: <<Unassigned>> Dev Member 10 / System Testing: <<Unassigned>> QAS Member 1: <<Unassigned>> QAS Member 2: <<Unassigned>> QAS Member 3: <<Unassigned>> TRP Member 1: <<Unassigned>> TRP Member 2: <<Unassigned>> TRP Member 3: <<Unassigned>> HCC Member 1: <<Unassigned>> HCC Member 2: <<Unassigned>> HCC Member 3: <<Unassigned>> Operation Member 1: <<Unassigned>> Operation Member 2: <<Unassigned>> Operation Member 3: <<Unassigned>> Submit Date: 8/04/2014 9:13:07 AM Prod. Target Date / Estimated: 19/05/2014 12:00:00 AM Delivery date to QAS: 8/05/2014 9:13:07 AM QA Testing Start Date: 8/05/2014 9:13:07 AM QA Testing Finish Date: 9/05/2014 12:00:00 AM Procedure Start Date: <<Unassigned>> Procedure Finish Date: <<Unassigned>> UAT Date: 12/05/2014 12:00:00 AM Piloting Date: 19/05/2014 12:00:00 AM Prod. Plan Date: 19/05/2014 12:00:00 AM PIR Start Date: 19/05/2014 12:00:00 AM PIR Finish Date: 26/05/2014 12:00:00 AM

REALISASI : R Dev. Start Date (Main): <<Unassigned>> R Dev. Finish Date (Main): <<Unassigned>> R Dev. Start Date 1: <<Unassigned>> R Dev. Finish Date 1: <<Unassigned>> R Dev. Start Date 2: <<Unassigned>> R Dev. Finish Date 2: <<Unassigned>> R Dev. Start Date 3: <<Unassigned>> R Dev. Finish Date 3: <<Unassigned>> R Dev. Start Date 4: <<Unassigned>> R Dev. Finish Date 4: <<Unassigned>> R Sys Testing Start Date: <<Unassigned>> R Sys Testing Finish Date: <<Unassigned>> R Delivery date to QAS: <<Unassigned>> R QA Testing Start Date: <<Unassigned>> R QA Testing Finish Date: <<Unassigned>> R Procedure Start Date: <<Unassigned>> R Procedure Finish Date: <<Unassigned>> R UAT Date: <<Unassigned>> R Piloting Date: <<Unassigned>> R Prod. Start Date: <<Unassigned>> R PIR Start Date: <<Unassigned>> R PIR Finish Date: <<Unassigned>> Close Date: <<Unassigned>> State: Open

BNL Note [18/04/2014 3:33:03 PM(Hidayati)]:

Dear All Member, Tidak dilampirkan requirement dari unit BNL, mohon untuk dilampirkan dokumen terkait perubahan yang dimaksud. Terima Kasih.

Lampiran 2 : IT Project Tracker System Bank XYZ

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 127: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

116

Universitas Indonesia

BNL Note [18/04/2014 9:41:09 AM(Anwar)]:

All, Saat ini masih dilakukan analisis oleh unit BNL terkait pekerjaan yang harus dilakukan. Thanks BNL Note [05/05/2014 10:13:22 AM(Viraliyetta)]:

Mbak Nurul, Pending Development sementara, karena analisis belum final. Estimated pending until August.. Terima Kasih.

BNI iCONS Project Tracker

CR Track No: 15300 CR Ref. No: PDM/4.2/673 CR Ref. Date: 7/02/2014 12:00:00 AM Disposition Date: <<Unassigned>> Project Name: Autoclosure Kartu Serentak Short Description: Autoclosure Kartu Secara Serentak Raised By: BNL Hasymy Arief Notification: Ya Detail Requirement: Tidak Prioritisasi: Ya Priority Score: 3 CR Status: Testing CR Category: PR : New Project Priority Scale: 4. MEDIUM Link to CR Track No: Client/User: TEK Main Application/System: BANCS-24 Sub System: TELEPAC Application Related 1: OTHERS Application Related 2: OTHERS Application Related 3: OTHERS Application Related 4: OTHERS Region: D: DEVELOPMENT CR Commitee Note: Requirement Description: Scope:

- Autoclosure kartu secara serentak Mandatory by Gov. Reg.: Non Mandatory Overall System Impact: 7 Project Manager: PRS Made Rimbawa Purnatapa Project Member: CBS, QAS, PRS Assign to (Current/MOST_UPDATE):

QAS Nur Firdaus Masrur

Assign to Group (Main Group): CBS : Core Banking System Dev. Start Date (Main): 30/03/2014 12:00:00 AM Dev. Finish Date (Main): 11/04/2014 12:00:00 AM Assign to Related Group 1: Others Dev. Start Date 1: <<Unassigned>> Dev. Finish Date 1: <<Unassigned>> Assign to Related Group 2: Others Dev. Start Date 2: <<Unassigned>> Dev. Finish Date 2: <<Unassigned>> Assign to Related Group 3: Others Dev. Start Date 3: <<Unassigned>> Dev. Finish Date 3: <<Unassigned>> Assign to Related Group 4: Others Dev. Start Date 4: <<Unassigned>> Dev. Finish Date 4: <<Unassigned>> Sys Testing Start Date: <<Unassigned>>

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 128: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

117

Universitas Indonesia

Sys Testing Finish Date: <<Unassigned>> Developer Member 1: PRS Made Rimbawa Purnatapa Developer Member 2: CBS Syaiful Effendi Developer Member 3: CBS Achirul Akbar Dev Member 10 / System Testing: <<Unassigned>> QAS Member 1: QAS Nur Firdaus Masrur QAS Member 2: <<Unassigned>> QAS Member 3: <<Unassigned>> TRP Member 1: <<Unassigned>> TRP Member 2: <<Unassigned>> TRP Member 3: <<Unassigned>> HCC Member 1: <<Unassigned>> HCC Member 2: <<Unassigned>> HCC Member 3: <<Unassigned>> Operation Member 1: <<Unassigned>> Operation Member 2: <<Unassigned>> Operation Member 3: <<Unassigned>> Submit Date: 15/02/2014 2:28:02 PM Prod. Target Date / Estimated: 21/05/2014 12:00:00 AM Delivery date to QAS: 11/04/2014 12:00:00 AM QA Testing Start Date: 14/04/2014 12:00:00 AM QA Testing Finish Date: 25/04/2014 12:00:00 AM Procedure Start Date: <<Unassigned>> Procedure Finish Date: <<Unassigned>> UAT Date: 8/04/2014 12:00:00 AM Piloting Date: 21/04/2014 12:00:00 AM Prod. Plan Date: 21/04/2014 12:00:00 AM PIR Start Date: 22/04/2014 12:00:00 AM PIR Finish Date: 29/04/2014 12:00:00 AM REALISASI : R Dev. Start Date 1: <<Unassigned>> R Dev. Finish Date 1: <<Unassigned>> R Dev. Start Date 2: <<Unassigned>> R Dev. Start Date 4: <<Unassigned>> R Dev. Finish Date 4: <<Unassigned>> R Sys Testing Start Date: <<Unassigned>> R Sys Testing Finish Date: <<Unassigned>> R Delivery date to QAS: <<Unassigned>> R QA Testing Start Date: <<Unassigned>> R Procedure Finish Date: <<Unassigned>> R UAT Date: <<Unassigned>> R Piloting Date: <<Unassigned>> R Prod. Start Date: <<Unassigned>> R PIR Start Date: <<Unassigned>> R PIR Finish Date: <<Unassigned>> Close Date: <<Unassigned>> State: Open BNL note [24/04/2014 7:22:08 PM(Afthon)]: Hasymy,

Pls lengkapi URS dan lengkapi planning time dan resource rgds

Dev Note [25/04/2014 7:33:02 AM(achirul.akbar)]: Karena URS ini belum sampai di CBS dan tanggal

pengembangan yang tertera di PVCS (21/03/2014 - 25/04/2014) ini sudah lewat, mohon di- resechedule-kan kembali sebelum sampai di CBS. regards, Achirul Akbar

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 129: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

118

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner

Proses ID BAI01

Nama Proses Pengelolaan Proyek dan Modul TI

Deskripsi Pengelolaan semua proyek dan program TI dalam lingkup inisiasi, perencanaan, kontrol, implementasi dan evaluasinya, agar selaras dengan strategi perusahaan

Tujuan Proses Untuk memperlihatkan peran positif proyek dan program TI pada bisnis serta untuk mengurangi resiko keterlambatan, pemborosan biaya dan penurunan manfaat TI .

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ? (Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 1.1 Kinerja Proses

Evaluasi proses-proses berikut:

BAI01-01 Semua pihak yang terkait memiliki keterlibatan erat dalam setiap proyek dan modul TI.

BAI01-02 Setiap ruang lingkup pekerjaan proyek dan program TI dapat dilaksanakan dan menghasilkan kesesuaian dengan tujuannya.

BAI01-03 Rencana dari setiap proyek dan modul TI biasanya menciptakan hasil yang diharapkan.

BAI01-04 Pelaksanaan aktivitas dalam setiap proyek dan modul TI selalu mengikuti perencanaan.

BAI01-05 Tersedianya sumber daya yang mencukupi dalam setiap pelaksanaan aktivitas proyek dan modul TI.

BAI01-06 Manfaat dari setiap proyek dan modul TI tercapai dan dapat diterima.

PA 2.1 Manajemen kinerja Proses

Target kinerja pengelolaan Proyek dan Modul TI dapat diidentifikasi.

Pencapaian kinerja pengelolaan Proyek dan Modul TI terencana dan termonitor.

Pencapaian kinerja pengelolaan Proyek dan Modul TI diatur untuk memenuhi perencanaan.

Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan pengelolaan Proyek dan Modul TI dapat didefinisikan, ditugaskan serta dikomunikasikan.

Sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan Proyek dan Modul TI dapat diidentifikasi, disediakan, dialokasikan dan digunakan.

Terdapat pengaturan cara komunikasi antara pihak-pihak terkait pengelolaan Proyek dan Modul TI, dengan tujuan menghasilkan komunikasi yang efektif dan tanggung jawab penugasan yang jelas.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 130: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

119

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 2.2 Manajemen Output dari kinerja proses

Persyaratan untuk dapat menghasilkan output dalam pengelolaan Proyek dan Modul TI dapat diidentifikasi.

Persyaratan untuk melakukan dokumentasi dan kontrol terhadap output proses pengelolaan Proyek dan Modul TI dapat diidentifikasi.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Proyek dan Modul TI teridentifikasi, terdokumentasi dan terkontrol baik.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Proyek dan Modul TI direview terhadap perencanaan dan disesuaikan untuk memenuhi harapannya.

PA 3.1 Pendefinisian Standar dari Proses

Adanya standar dalam proses pengelolaan Proyek dan Modul TI, termasuk diberlakukannya panduan-panduan.

Terdapat standar urutan dan cara interaksi diantara sub-proses pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Adanya standar penilaian terhadap kompetensi dan peran untuk menjalankan proses pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Adanya standar penilaian terhadap infrastruktur dan lingkungan kerja untuk menjalankan proses pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Adanya monitoring efektivitas proses yang sesuai dengan proses pengelolaan Proyek dan Modul TI.

PA 3.2 Penerapan Standar dari Proses

Proses pengelolaan Proyek dan Modul TI diterapkan menggunakan proses standar yang sesuai.

Penetapan peran, tanggung jawab, dan kewenangan terhadap proses pengelolaan Proyek dan Modul TI telah diterapkan dan saling berkesinambungan.

Penerapan proses pengelolaan Proyek dan Modul TI dijalankan oleh personil yang kompeten, terlatih dan berpengalaman di bidangnya.

Sumber daya dan informasi untuk mengelola Proyek dan Modul TI dapat disediakan, dialokasikan, serta digunakan.

Infrastruktur dan lingkungan kerja untuk mengelola Proyek dan Modul TI dapat disediakan, diatur, dan dipelihara.

Adanya pengumpulan dan analisa terhadap data pengelolaan Proyek dan Modul TI untuk menilai kinerja, kesesuaian, dan efektifitas proses, serta untuk mengetahui potensi peningkatan kualitas proses secara terus-menerus.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 131: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

120

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 4.1 Pengukuran Proses Terhadap Pencapaian Tujuan

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Proyek dan Modul TI tersedia untuk mendukung tujuan bisnis.

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Proyek dan Modul TI digunakan sebagai alat ukur kinerja pelaksanaan pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Digunakannya pengukuran kuantitatif terhadap kinerja pengelolaan Proyek dan Modul TI yang relevan dengan masing-masing tujuan bisnis.

Unit ukuran proses pengelolaan Proyek dan Modul TI disesuaikan dengan model output dari proses tersebut serta frekuensi pengukuran proses pengelolaan Proyek dan Modul TI disesuaikan dengan model kuantitatif penilaian kinerja proses tersebut.

Hasil pengukuran pengelolaan Proyek dan Modul TI dikumpulkan, dianalisa, dan dilaporkan untuk memonitor apakah secara kuantitatif kualitas kinerja proses tersebut telah tercapai.

Hasil pengukuran digunakan untuk mencari karakteristik pola tertentu dalam pengelolaan Proyek dan Modul TI.

PA 4.2 Kontrol Proses dari Aktifitas Pengukuran

Menggunakan teknik kontrol dan analisa tertentu terhadap pengukuran kinerja pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Adanya pembatasan jumlah variasi dalam pengukuran pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Data pengukuran dijadikan bahan untuk menganalisa kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi) dalam pengukuran pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Perbaikan terhadap cara analisa dilakukan untuk menunjukkan letak kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi pengukuran) dalam pengukuran pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Pembatasan variasi selalu diterapkan menyusul tindakan perbaikan yang diterapkan pada poin sebelumnya.

PA 5.1 Inovasi Proses

Mengetahui sasaran peningkatan proses pengelolaan Proyek dan Modul TI untuk mendukung tujuan bisnis.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi penyebab umum adanya variasi cara pengukuran kinerja pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi potensi penggunaan metode best-practice maupun berinovasi terhadap metode pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Dapat mengidentifikasi potensi peningkatan proses pengelolaan Proyek dan Modul TI dari kemunculan teknologi baru, lengkap dengan konsep prosesnya.

Memiliki strategi implementasi untuk mewujudkan sasaran peningkatan pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 132: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

121

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 5.2 Optimasi Proses

Melakukan penilaian atas keseluruhan dampak dari usulan perubahan metode pengelolaan Proyek dan Modul TI dengan cara membandingkan antara sasarannya dengan standar proses yang berlaku.

Adanya pengaturan terhadap penerapan seluruh perubahan yang disetujui agar dipastikan bahwa setiap gangguan kinerja pengelolaan Proyek dan Modul TI dapat dipahami dan diatasi.

Dilakukan evaluasi untuk menilai efektifitas perubahan metode pengelolaan Proyek dan Modul TI.

Proses ID BAI02

Nama Proses Pengelolaan Requirement

Deskripsi Proses ini melakukan aktifitas identifikasi dan analisis Requirements sebelum dilakukan pengembangan (Development). Aktifitas ini dilakukan untuk memastikan bahwa terdapat keselarasan antara tujuan bisnis dengan requirements yang akan dilakukan pengembangan aplikasi, data maupun infrastruktur.

Tujuan Proses Bertujuan untuk membuat solution design yang selaras dengan kebutuhan bisnis dan meminimalisir resiko

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ? (Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 1.1 Kinerja Proses

Evaluasi proses-proses berikut:

BAI02-01 Business Functional dan Technical Requirements saat ini sudah merefleksikan kebutuhan bisnis.

BAI02-02 Terdapat solusi yang ditawarkan dalam Business Functional dan Technical Requirements.

BAI02-03 Setiap solusi dalam Business Functional dan Technical Requirements yang ditawarkan sudah diasosiasikan dengan kemungkinan resiko yang dapat terjadi.

BAI02-04 Requirements dan solusi yang ditawarkan sudah memenuhi kebutuhan bisnis.

PA 2.1 Manajemen kinerja Proses

Target kinerja pengelolaan Requirements dapat diidentifikasi.

Pencapaian kinerja pengelolaan Requirements terencana dan termonitor.

Pencapaian kinerja pengelolaan Requirements diatur untuk memenuhi perencanaan.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 133: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

122

Universitas Indonesia

115

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan pengelolaan Requirements dapat didefinisikan, ditugaskan serta dikomunikasikan.

Sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan Requirements dapat diidentifikasi, disediakan, dialokasikan dan digunakan.

Terdapat pengaturan cara komunikasi antara pihak-pihak terkait pengelolaan Requirements , dengan tujuan menghasilkan komunikasi yang efektif dan tanggung jawab penugasan yang jelas.

PA 2.2 Manajemen Output dari kinerja proses

Persyaratan untuk dapat menghasilkan output dalam pengelolaan Requirements dapat diidentifikasi.

Persyaratan untuk melakukan dokumentasi dan kontrol terhadap output proses pengelolaan Requirements dapat diidentifikasi.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Requirements teridentifikasi, terdokumentasi dan terkontrol baik.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Requirements direview terhadap perencanaan dan disesuaikan untuk memenuhi harapannya.

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ? (Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 3.1 Pendefinisian Standar dari Proses

Adanya standar dalam proses pengelolaan Requirements , termasuk diberlakukannya panduan-panduan.

Terdapat standar urutan dan cara interaksi diantara sub-proses pengelolaan Requirements .

Adanya standar penilaian terhadap kompetensi dan peran untuk menjalankan proses pengelolaan Requirements .

Adanya standar penilaian terhadap infrastruktur dan lingkungan kerja untuk menjalankan proses pengelolaan Requirements .

Adanya monitoring efektivitas proses yang sesuai dengan proses pengelolaan Requirements .

PA 3.2 Penerapan Standar dari Proses

Proses pengelolaan Requirements diterapkan menggunakan proses standar yang sesuai.

Penetapan peran, tanggung jawab, dan kewenangan terhadap proses pengelolaan Requirements telah diterapkan dan saling berkesinambungan.

Penerapan proses pengelolaan Requirements dijalankan oleh personil yang kompeten, terlatih dan berpengalaman di bidangnya.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 134: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

123

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Sumber daya dan informasi untuk mengelola Requirements dapat disediakan, dialokasikan, serta digunakan.

Infrastruktur dan lingkungan kerja untuk mengelola Requirements dapat disediakan, diatur, dan dipelihara.

Adanya pengumpulan dan analisa terhadap data pengelolaan Requirements untuk menilai kinerja, kesesuaian, dan efektifitas proses, serta untuk mengetahui potensi peningkatan kualitas proses secara terus-menerus.

PA 4.1 Pengukuran Proses Terhadap Pencapaian Tujuan

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Requirements tersedia untuk mendukung tujuan bisnis.

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Requirements digunakan sebagai alat ukur kinerja pelaksanaan pengelolaan Requirements .

Digunakannya pengukuran kuantitatif terhadap kinerja pengelolaan Requirements yang relevan dengan masing-masing tujuan bisnis.

Unit ukuran proses pengelolaan Requirements disesuaikan dengan model output dari proses tersebut serta frekuensi pengukuran proses pengelolaan Requirements disesuaikan dengan model kuantitatif penilaian kinerja proses tersebut.

Hasil pengukuran pengelolaan Requirements dikumpulkan, dianalisa, dan dilaporkan untuk memonitor apakah secara kuantitatif kualitas kinerja proses tersebut telah tercapai.

Hasil pengukuran digunakan untuk mencari karakteristik pola tertentu dalam pengelolaan Requirements .

PA 4.2 Kontrol Proses dari Aktifitas Pengukuran

Menggunakan teknik kontrol dan analisa tertentu terhadap pengukuran kinerja pengelolaan Requirements .

Adanya pembatasan jumlah variasi dalam pengukuran pengelolaan Requirements .

Data pengukuran dijadikan bahan untuk menganalisa kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi) dalam pengukuran pengelolaan Requirements .

Perbaikan terhadap cara analisa dilakukan untuk menunjukkan letak kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi pengukuran) dalam pengukuran pengelolaan Requirements .

Pembatasan variasi selalu diterapkan menyusul tindakan perbaikan yang diterapkan pada poin sebelumnya.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 135: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

124

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 5.1 Inovasi Proses

Mengetahui sasaran peningkatan proses pengelolaan Requirements untuk mendukung tujuan bisnis.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi penyebab umum adanya variasi cara pengukuran kinerja pengelolaan Requirements .

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi potensi penggunaan metode best-practice maupun berinovasi terhadap metode pengelolaan Requirements .

Dapat mengidentifikasi potensi peningkatan proses pengelolaan Requirements dari kemunculan teknologi baru, lengkap dengan konsep prosesnya.

Memiliki strategi implementasi untuk mewujudkan sasaran peningkatan pengelolaan Requirements .

PA 5.2 Optimasi Proses

Melakukan penilaian atas keseluruhan dampak dari usulan perubahan metode pengelolaan Requirements dengan cara membandingkan antara sasarannya dengan standar proses yang berlaku.

Adanya pengaturan terhadap penerapan seluruh perubahan yang disetujui agar dipastikan bahwa setiap gangguan kinerja pengelolaan Requirements dapat dipahami dan diatasi.

Dilakukan evaluasi untuk menilai efektifitas perubahan metode pengelolaan Requirements .

Proses ID BAI03

Nama Proses Pengelolaan Solusi dan Desain

Deskripsi Dalam proses ini melakukan pengelolaan solusi – solusi yang ditawarkan untuk pengembangan aplikasi, data maupun infrastruktur. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kriteria desain solusi , vendor / pihak ketiga, persiapan pengembangan, persiapan test maupun strategi deployment yang harus dilakukan sebelum pengembangan aplikasi / data / infrastruktur dimulai.

Tujuan Proses Bertujuan untuk mendukung efektifitas waktu dan biaya dalam pengembangan dan mendukung keselarasan dengan kebutuhan serta tujuan bisnis.

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ? (Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 1.1 Kinerja Proses

Evaluasi proses-proses berikut:

BAI03-01 Solusi dan Desain yang ditawarkan sudah merefleksikan kebutuhan bisnis, menggunakan standar tertentu serta mengidentifikasi resiko – resiko yang ada.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 136: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

125

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

BAI03-02 Terdapat standar, kontrol dan audit terhadap solusi dan desain yang ditawarkan.

BAI03-03 Solusi dan Desain yang ditawarkan sudah memenuhi standar kualitas tertentu dan teruji.

BAI03-04 Requirement serta perubahan yang dibutuhkan sudah tercakup semua dalam solusi dan desain yang ditawarkan.

BAI03-05 Solusi dan desain yang ditawarkan sudah sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnis serta menyesuaikan dengan teknologi yang dibutuhkan.

PA 2.1 Manajemen kinerja Proses

Target kinerja pengelolaan Solusi dan Desain dapat diidentifikasi.

Pencapaian kinerja pengelolaan Solusi dan Desain terencana dan termonitor.

Pencapaian kinerja pengelolaan Solusi dan Desain diatur untuk memenuhi perencanaan.

Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan pengelolaan Solusi dan Desain dapat didefinisikan, ditugaskan serta dikomunikasikan.

Sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan Solusi dan Desain dapat diidentifikasi, disediakan, dialokasikan dan digunakan.

Terdapat pengaturan cara komunikasi antara pihak-pihak terkait pengelolaan Solusi dan Desain , dengan tujuan menghasilkan komunikasi yang efektif dan tanggung jawab penugasan yang jelas.

PA 2.2 Manajemen Output dari kinerja proses

Persyaratan untuk dapat menghasilkan output dalam pengelolaan Solusi dan Desain dapat diidentifikasi.

Persyaratan untuk melakukan dokumentasi dan kontrol terhadap output proses pengelolaan Solusi dan Desain dapat diidentifikasi.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Solusi dan Desain teridentifikasi, terdokumentasi dan terkontrol baik.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Solusi dan Desain direview terhadap perencanaan dan disesuaikan untuk memenuhi harapannya.

PA 3.1 Pendefinisian Standar dari Proses

Adanya standar dalam proses pengelolaan Solusi dan Desain , termasuk diberlakukannya panduan-panduan.

Terdapat standar urutan dan cara interaksi diantara sub-proses pengelolaan Solusi dan Desain .

Adanya standar penilaian terhadap kompetensi dan peran untuk menjalankan proses pengelolaan Solusi dan Desain .

Adanya standar penilaian terhadap infrastruktur dan lingkungan kerja untuk menjalankan proses pengelolaan Solusi dan Desain .

Adanya monitoring efektivitas proses yang sesuai dengan proses pengelolaan Solusi dan Desain .

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 137: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

126

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 3.2 Penerapan Standar dari Proses

Proses pengelolaan Solusi dan Desain diterapkan menggunakan proses standar yang sesuai.

Penetapan peran, tanggung jawab, dan kewenangan terhadap proses pengelolaan Solusi dan Desain telah diterapkan dan saling berkesinambungan.

Penerapan proses pengelolaan Solusi dan Desain dijalankan oleh personil yang kompeten, terlatih dan berpengalaman di bidangnya.

Sumber daya dan informasi untuk mengelola Solusi dan Desain dapat disediakan, dialokasikan, serta digunakan.

Infrastruktur dan lingkungan kerja untuk mengelola Solusi dan Desain dapat disediakan, diatur, dan dipelihara.

Adanya pengumpulan dan analisa terhadap data pengelolaan Solusi dan Desain untuk menilai kinerja, kesesuaian, dan efektifitas proses, serta untuk mengetahui potensi peningkatan kualitas proses secara terus-menerus.

PA 4.1 Pengukuran Proses Terhadap Pencapaian Tujuan

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Solusi dan Desain tersedia untuk mendukung tujuan bisnis.

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Solusi dan Desain digunakan sebagai alat ukur kinerja pelaksanaan pengelolaan Solusi dan Desain .

Digunakannya pengukuran kuantitatif terhadap kinerja pengelolaan Solusi dan Desain yang relevan dengan masing-masing tujuan bisnis.

Unit ukuran proses pengelolaan Solusi dan Desain disesuaikan dengan model output dari proses tersebut serta frekuensi pengukuran proses pengelolaan Solusi dan Desain disesuaikan dengan model kuantitatif penilaian kinerja proses tersebut.

Hasil pengukuran pengelolaan Solusi dan Desain dikumpulkan, dianalisa, dan dilaporkan untuk memonitor apakah secara kuantitatif kualitas kinerja proses tersebut telah tercapai.

PA 4.1 (lanjutan) Hasil pengukuran digunakan untuk mencari karakteristik pola tertentu dalam pengelolaan Solusi dan Desain .

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 138: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

127

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 4.2 Kontrol Proses dari Aktifitas Pengukuran

Menggunakan teknik kontrol dan analisa tertentu terhadap pengukuran kinerja pengelolaan Solusi dan Desain .

Adanya pembatasan jumlah variasi dalam pengukuran pengelolaan Solusi dan Desain .

Data pengukuran dijadikan bahan untuk menganalisa kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi) dalam pengukuran pengelolaan Solusi dan Desain .

Perbaikan terhadap cara analisa dilakukan untuk menunjukkan letak kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi pengukuran) dalam pengukuran pengelolaan Solusi dan Desain .

Pembatasan variasi selalu diterapkan menyusul tindakan perbaikan yang diterapkan pada poin sebelumnya.

PA 5.1 Inovasi Proses

Mengetahui sasaran peningkatan proses pengelolaan Solusi dan Desain untuk mendukung tujuan bisnis.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi penyebab umum adanya variasi cara pengukuran kinerja pengelolaan Solusi dan Desain .

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi potensi penggunaan metode best-practice maupun berinovasi terhadap metode pengelolaan Solusi dan Desain .

Dapat mengidentifikasi potensi peningkatan proses pengelolaan Solusi dan Desain dari kemunculan teknologi baru, lengkap dengan konsep prosesnya.

Memiliki strategi implementasi untuk mewujudkan sasaran peningkatan pengelolaan Solusi dan Desain .

PA 5.2 Optimasi Proses

Melakukan penilaian atas keseluruhan dampak dari usulan perubahan metode pengelolaan Solusi dan Desain dengan cara membandingkan antara sasarannya dengan standar proses yang berlaku.

Adanya pengaturan terhadap penerapan seluruh perubahan yang disetujui agar dipastikan bahwa setiap gangguan kinerja pengelolaan Solusi dan Desain dapat dipahami dan diatasi.

Dilakukan evaluasi untuk menilai efektifitas perubahan metode pengelolaan Solusi dan Desain .

Proses ID BAI04

Nama Proses Pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI

Deskripsi Dalam proses ini dilakukan pengelolaan untuk mengidentifikasi kapasitas dan ketersediaan sumber daya manusia dan infrastruktur TI dalam perencanaan aktifitas pengembangan. Hal ini dilakukan untuk melakukan prediksi terhadap kebutuhan sumber daya TI agar tercipta efisiensi waktu dan biaya serta mengidentifikasi resiko dan dampak yang mungkin terjadi.

Tujuan Proses Bertujuan untuk optimasi penggunaan sumber daya TI agar tercipta efisiensi serta melakukan prediksi kebutuhan sumber daya TI untuk waktu yang akan datang.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 139: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

128

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ?

(Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 1.1 Kinerja Proses

Evaluasi proses-proses berikut:

BAI04-01 Dalam pengelolaan ketersediaan kapasitas sumber daya TI melakukan analisis dan antisipasi apabila terdapat situasi yang kritikal dan tak terduga.

BAI04-02 Kapasitas dan ketersediaan sumber daya TI yang dibutuhkan sudah sesuai dengan Requirements.

BAI04-03 Kendala – kendala terkait ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI yang ada selalu diselesaikan dengan baik .

PA 2.1 Manajemen kinerja Proses

Target kinerja pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dapat diidentifikasi.

Pencapaian kinerja pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI terencana dan termonitor.

Pencapaian kinerja pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI diatur untuk memenuhi perencanaan.

Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dapat didefinisikan, ditugaskan serta dikomunikasikan.

Sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dapat diidentifikasi, disediakan, dialokasikan dan digunakan.

Terdapat pengaturan cara komunikasi antara pihak-pihak terkait pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI , dengan tujuan menghasilkan komunikasi yang efektif dan tanggung jawab penugasan yang jelas.

PA 2.2 Manajemen Output dari kinerja proses

Persyaratan untuk dapat menghasilkan output dalam pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dapat diidentifikasi.

Persyaratan untuk melakukan dokumentasi dan kontrol terhadap output proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dapat diidentifikasi.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI teridentifikasi, terdokumentasi dan terkontrol baik.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 140: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

129

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI direview terhadap perencanaan dan disesuaikan untuk memenuhi harapannya.

PA 3.1 Pendefinisian Standar dari Proses

Adanya standar dalam proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI , termasuk diberlakukannya panduan-panduan.

Terdapat standar urutan dan cara interaksi diantara sub-proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Adanya standar penilaian terhadap kompetensi dan peran untuk menjalankan proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Adanya standar penilaian terhadap infrastruktur dan lingkungan kerja untuk menjalankan proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Adanya monitoring efektivitas proses yang sesuai dengan proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

PA 3.2 Penerapan Standar dari Proses

Proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI diterapkan menggunakan proses standar yang sesuai.

Penetapan peran, tanggung jawab, dan kewenangan terhadap proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI telah diterapkan dan saling berkesinambungan.

Penerapan proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dijalankan oleh personil yang kompeten, terlatih dan berpengalaman di bidangnya.

Sumber daya dan informasi untuk mengelola Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dapat disediakan, dialokasikan, serta digunakan.

Infrastruktur dan lingkungan kerja untuk mengelola Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dapat disediakan, diatur, dan dipelihara.

Adanya pengumpulan dan analisa terhadap data pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI untuk menilai kinerja, kesesuaian, dan efektifitas proses, serta untuk mengetahui potensi peningkatan kualitas proses secara terus-menerus.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 141: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

130

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 4.1 Pengukuran Proses Terhadap Pencapaian Tujuan PA 4.1 (lanjutan)

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI tersedia untuk mendukung tujuan bisnis.

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI digunakan sebagai alat ukur kinerja pelaksanaan pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Digunakannya pengukuran kuantitatif terhadap kinerja pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI yang relevan dengan masing-masing tujuan bisnis.

Unit ukuran proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI disesuaikan dengan model output dari proses tersebut serta frekuensi pengukuran proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI disesuaikan dengan model kuantitatif penilaian kinerja proses tersebut.

Hasil pengukuran pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dikumpulkan, dianalisa, dan dilaporkan untuk memonitor apakah secara kuantitatif kualitas kinerja proses tersebut telah tercapai.

Hasil pengukuran digunakan untuk mencari karakteristik pola tertentu dalam pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

PA 4.2 Kontrol Proses dari Aktifitas Pengukuran

Menggunakan teknik kontrol dan analisa tertentu terhadap pengukuran kinerja pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Adanya pembatasan jumlah variasi dalam pengukuran pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Data pengukuran dijadikan bahan untuk menganalisa kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi) dalam pengukuran pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Perbaikan terhadap cara analisa dilakukan untuk menunjukkan letak kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi pengukuran) dalam pengukuran pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Pembatasan variasi selalu diterapkan menyusul tindakan perbaikan yang diterapkan pada poin sebelumnya.

PA 5.1 Inovasi Proses

Mengetahui sasaran peningkatan proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI untuk mendukung tujuan bisnis.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi penyebab umum adanya variasi cara pengukuran kinerja pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi potensi penggunaan metode best-practice maupun berinovasi terhadap metode pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 142: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

131

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Dapat mengidentifikasi potensi peningkatan proses pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dari kemunculan teknologi baru, lengkap dengan konsep prosesnya.

Memiliki strategi implementasi untuk mewujudkan sasaran peningkatan pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

PA 5.2 Optimasi Proses

Melakukan penilaian atas keseluruhan dampak dari usulan perubahan metode pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dengan cara membandingkan antara sasarannya dengan standar proses yang berlaku.

Adanya pengaturan terhadap penerapan seluruh perubahan yang disetujui agar dipastikan bahwa setiap gangguan kinerja pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI dapat dipahami dan diatasi.

Dilakukan evaluasi untuk menilai efektifitas perubahan metode pengelolaan Ketersediaan dan kapasitas sumber daya TI .

Proses ID BAI05

Nama Proses Pengelolaan Perubahan Organisasi TI

Deskripsi Pengelolaan terhadap berbagai perubahan organisasi Ti. Dalam hal ini dimungkinkan terjadi perubahan terhadap berbagai sektor antara lain perubahan metode, standar dan sebagainya.

Tujuan Proses Bertujuan untuk meminimalisir resiko yang diakibatkan perubahan organisasi

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ?

(Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 1.1 Kinerja Proses

Evaluasi proses-proses berikut:

BAI05-01 Perubahan oleh organisasi telah dipahami oleh semua personil TI.

BAI05-02 Terdapat tim implementasi untuk mewujudkan perubahan organisasi tersebut.

BAI05-03 Perubahan yang terjadi telah disepakati oleh semua pemangku kepentingan.

BAI05-04 Terdapat personil yang berpengalaman untuk mewujudkan perubahan oragnisasi TI.

BAI05-05 Terdapat personil yang berpengalaman untuk menjalankan operasional perubahan oragnisasi TI.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 143: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

132

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

BAI05-06 Terdapat pengelolaan yang terus menerus terhadap berbagai perubahan organisasi TI.

PA 2.1 Manajemen kinerja Proses

Target kinerja pengelolaan Perubahan organisasi TI dapat diidentifikasi.

Pencapaian kinerja pengelolaan Perubahan organisasi TI terencana dan termonitor.

Pencapaian kinerja pengelolaan Perubahan organisasi TI diatur untuk memenuhi perencanaan.

Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan pengelolaan Perubahan organisasi TI dapat didefinisikan, ditugaskan serta dikomunikasikan.

Sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan Perubahan organisasi TI dapat diidentifikasi, disediakan, dialokasikan dan digunakan.

Terdapat pengaturan cara komunikasi antara pihak-pihak terkait pengelolaan Perubahan organisasi TI, dengan tujuan menghasilkan komunikasi yang efektif dan tanggung jawab penugasan yang jelas.

PA 2.2 Manajemen Output dari kinerja proses

Persyaratan untuk dapat menghasilkan output dalam pengelolaan Perubahan organisasi TI dapat diidentifikasi.

Persyaratan untuk melakukan dokumentasi dan kontrol terhadap output proses pengelolaan Perubahan organisasi TI dapat diidentifikasi.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Perubahan organisasi TI teridentifikasi, terdokumentasi dan terkontrol baik.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Perubahan organisasi TI direview terhadap perencanaan dan disesuaikan untuk memenuhi harapannya.

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ?

(Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 3.1 Pendefinisian Standar dari Proses

Adanya standar dalam proses pengelolaan Perubahan organisasi TI, termasuk diberlakukannya panduan-panduan.

Terdapat standar urutan dan cara interaksi diantara sub-proses pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Adanya standar penilaian terhadap kompetensi dan peran untuk menjalankan proses pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 144: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

133

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Adanya standar penilaian terhadap infrastruktur dan lingkungan kerja untuk menjalankan proses pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Adanya monitoring efektivitas proses yang sesuai dengan proses pengelolaan Perubahan organisasi TI.

PA 3.2 Penerapan Standar dari Proses

Proses pengelolaan Perubahan organisasi TI diterapkan menggunakan proses standar yang sesuai.

Penetapan peran, tanggung jawab, dan kewenangan terhadap proses pengelolaan Perubahan organisasi TI telah diterapkan dan saling berkesinambungan.

Penerapan proses pengelolaan Perubahan organisasi TI dijalankan oleh personil yang kompeten, terlatih dan berpengalaman di bidangnya.

Sumber daya dan informasi untuk mengelola Perubahan organisasi TI dapat disediakan, dialokasikan, serta digunakan.

Infrastruktur dan lingkungan kerja untuk mengelola Perubahan organisasi TI dapat disediakan, diatur, dan dipelihara.

Adanya pengumpulan dan analisa terhadap data pengelolaan Perubahan organisasi TI untuk menilai kinerja, kesesuaian, dan efektifitas proses, serta untuk mengetahui potensi peningkatan kualitas proses secara terus-menerus.

PA 4.1 Pengukuran Proses Terhadap Pencapaian Tujuan PA 4.1 (lanjutan)

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Perubahan organisasi TI tersedia untuk mendukung tujuan bisnis.

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Perubahan organisasi TI digunakan sebagai alat ukur kinerja pelaksanaan pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Digunakannya pengukuran kuantitatif terhadap kinerja pengelolaan Perubahan organisasi TI yang relevan dengan masing-masing tujuan bisnis.

Unit ukuran proses pengelolaan Perubahan organisasi TI disesuaikan dengan model output dari proses tersebut serta frekuensi pengukuran proses pengelolaan Perubahan organisasi TI disesuaikan dengan model kuantitatif penilaian kinerja proses tersebut.

Hasil pengukuran pengelolaan Perubahan organisasi TI dikumpulkan, dianalisa, dan dilaporkan untuk memonitor apakah secara kuantitatif kualitas kinerja proses tersebut telah tercapai.

Hasil pengukuran digunakan untuk mencari karakteristik pola tertentu dalam pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 145: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

134

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 4.2 Kontrol Proses dari Aktifitas Pengukuran

Menggunakan teknik kontrol dan analisa tertentu terhadap pengukuran kinerja pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Adanya pembatasan jumlah variasi dalam pengukuran pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Data pengukuran dijadikan bahan untuk menganalisa kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi) dalam pengukuran pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Perbaikan terhadap cara analisa dilakukan untuk menunjukkan letak kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi pengukuran) dalam pengukuran pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Pembatasan variasi selalu diterapkan menyusul tindakan perbaikan yang diterapkan pada poin sebelumnya.

PA 5.1 Inovasi Proses

Mengetahui sasaran peningkatan proses pengelolaan Perubahan organisasi TI untuk mendukung tujuan bisnis.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi penyebab umum adanya variasi cara pengukuran kinerja pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi potensi penggunaan metode best-practice maupun berinovasi terhadap metode pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Dapat mengidentifikasi potensi peningkatan proses pengelolaan Perubahan organisasi TI dari kemunculan teknologi baru, lengkap dengan konsep prosesnya.

Memiliki strategi implementasi untuk mewujudkan sasaran peningkatan pengelolaan Perubahan organisasi TI.

PA 5.2 Optimasi Proses

Melakukan penilaian atas keseluruhan dampak dari usulan perubahan metode pengelolaan Perubahan organisasi TI dengan cara membandingkan antara sasarannya dengan standar proses yang berlaku.

Adanya pengaturan terhadap penerapan seluruh perubahan yang disetujui agar dipastikan bahwa setiap gangguan kinerja pengelolaan Perubahan organisasi TI dapat dipahami dan diatasi.

Dilakukan evaluasi untuk menilai efektifitas perubahan metode pengelolaan Perubahan organisasi TI.

Proses ID BAI06

Nama Proses Pengelolaan Change Request

Deskripsi Pengelolaan terhadap Change Request yang ada termasuk dengan inisisasi, prioritisasi, tracking status serta closing request.

Tujuan Proses Bertujuan untuk memberdayakan change request dengan efektif, resiko yang minim serta integritas pihak – pihak yang terlibat

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 146: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

135

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ?

(Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 1.1 Kinerja Proses

Evaluasi proses-proses berikut:

BAI06-01 Terdapat otorisasi terhadap setiap Change Request.

BAI06-02 Terdapat kajian dampak yang mungkin terjadi pada setiap Change Request.

BAI06-03 Semua Change request yang sifatnya emergency selalu dilakukan review kembali.

BAI06-04 Semua yang terlibat selalu diinformasikan terhadap detail yang terdapat pada Change Request.

PA 2.1 Manajemen kinerja Proses

Target kinerja pengelolaan Change Request dapat diidentifikasi.

Pencapaian kinerja pengelolaan Change Request terencana dan termonitor.

Pencapaian kinerja pengelolaan Change Request diatur untuk memenuhi perencanaan.

Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan pengelolaan Change Request dapat didefinisikan, ditugaskan serta dikomunikasikan.

Sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan Change Request dapat diidentifikasi, disediakan, dialokasikan dan digunakan.

Terdapat pengaturan cara komunikasi antara pihak-pihak terkait pengelolaan Change Request, dengan tujuan menghasilkan komunikasi yang efektif dan tanggung jawab penugasan yang jelas.

PA 2.2 Manajemen Output dari kinerja proses

Persyaratan untuk dapat menghasilkan output dalam pengelolaan Change Request dapat diidentifikasi.

Persyaratan untuk melakukan dokumentasi dan kontrol terhadap output proses pengelolaan Change Request dapat diidentifikasi.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Change Request teridentifikasi, terdokumentasi dan terkontrol baik.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 147: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

136

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Change Request direview terhadap perencanaan dan disesuaikan untuk memenuhi harapannya.

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ?

(Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 3.1 Pendefinisian Standar dari Proses

Adanya standar dalam proses pengelolaan Change Request, termasuk diberlakukannya panduan-panduan.

Terdapat standar urutan dan cara interaksi diantara sub-proses pengelolaan Change Request.

Adanya standar penilaian terhadap kompetensi dan peran untuk menjalankan proses pengelolaan Change Request.

Adanya standar penilaian terhadap infrastruktur dan lingkungan kerja untuk menjalankan proses pengelolaan Change Request.

Adanya monitoring efektivitas proses yang sesuai dengan proses pengelolaan Change Request.

PA 3.2 Penerapan Standar dari Proses

Proses pengelolaan Change Request diterapkan menggunakan proses standar yang sesuai.

Penetapan peran, tanggung jawab, dan kewenangan terhadap proses pengelolaan Change Request telah diterapkan dan saling berkesinambungan.

Penerapan proses pengelolaan Change Request dijalankan oleh personil yang kompeten, terlatih dan berpengalaman di bidangnya.

Sumber daya dan informasi untuk mengelola Change Request dapat disediakan, dialokasikan, serta digunakan.

Infrastruktur dan lingkungan kerja untuk mengelola Change Request dapat disediakan, diatur, dan dipelihara.

Adanya pengumpulan dan analisa terhadap data pengelolaan Change Request untuk menilai kinerja, kesesuaian, dan efektifitas proses, serta untuk mengetahui potensi peningkatan kualitas proses secara terus-menerus.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 148: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

137

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 4.1 Pengukuran Proses Terhadap Pencapaian Tujuan

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Change Request tersedia untuk mendukung tujuan bisnis.

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Change Request digunakan sebagai alat ukur kinerja pelaksanaan pengelolaan Change Request.

Digunakannya pengukuran kuantitatif terhadap kinerja pengelolaan Change Request yang relevan dengan masing-masing tujuan bisnis.

Unit ukuran proses pengelolaan Change Request disesuaikan dengan model output dari proses tersebut serta frekuensi pengukuran proses pengelolaan Change Request disesuaikan dengan model kuantitatif penilaian kinerja proses tersebut.

Hasil pengukuran pengelolaan Change Request dikumpulkan, dianalisa, dan dilaporkan untuk memonitor apakah secara kuantitatif kualitas kinerja proses tersebut telah tercapai.

PA 4.1 (lanjutan) Hasil pengukuran digunakan untuk mencari karakteristik pola tertentu dalam pengelolaan Change Request.

PA 4.2 Kontrol Proses dari Aktifitas Pengukuran

Menggunakan teknik kontrol dan analisa tertentu terhadap pengukuran kinerja pengelolaan Change Request.

Adanya pembatasan jumlah variasi dalam pengukuran pengelolaan Change Request.

Data pengukuran dijadikan bahan untuk menganalisa kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi) dalam pengukuran pengelolaan Change Request.

Perbaikan terhadap cara analisa dilakukan untuk menunjukkan letak kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi pengukuran) dalam pengukuran pengelolaan Change Request.

Pembatasan variasi selalu diterapkan menyusul tindakan perbaikan yang diterapkan pada poin sebelumnya.

PA 5.1 Inovasi Proses

Mengetahui sasaran peningkatan proses pengelolaan Change Request untuk mendukung tujuan bisnis.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi penyebab umum adanya variasi cara pengukuran kinerja pengelolaan Change Request.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi potensi penggunaan metode best-practice maupun berinovasi terhadap metode pengelolaan Change Request.

Dapat mengidentifikasi potensi peningkatan proses pengelolaan Change Request dari kemunculan teknologi baru, lengkap dengan konsep prosesnya.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 149: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

138

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Memiliki strategi implementasi untuk mewujudkan sasaran peningkatan pengelolaan Change Request.

PA 5.2 Optimasi Proses

Melakukan penilaian atas keseluruhan dampak dari usulan perubahan metode pengelolaan Change Request dengan cara membandingkan antara sasarannya dengan standar proses yang berlaku.

Adanya pengaturan terhadap penerapan seluruh perubahan yang disetujui agar dipastikan bahwa setiap gangguan kinerja pengelolaan Change Request dapat dipahami dan diatasi.

Dilakukan evaluasi untuk menilai efektifitas perubahan metode pengelolaan Change Request.

Proses ID BAI07

Nama Proses Pengelolaan User Acceptance

Deskripsi Pengelolaan User Acceptance (Persetujuan pengguna) terhadap semua komponen termasuk kecocokan requirement, solusi yang ditawarkan, hasil test serta persiapan deployment ke production.

Tujuan Proses Bertujuan agar proses implementasi dapat sejalan dengan ekspektasi dari user.

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ?

(Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 1.1 Kinerja Proses

Evaluasi proses-proses berikut:

BAI01-01 User Acceptance Test sebagian besar dapat memenuhi ekepektasi user.

BAI01-02 Persiapan dan proses deployment ke production selalu mendapat support dari user .

BAI01-03 Hasil deployment ke production selalu sukses, stabil dan sesuai dengan ekspektasi user.

BAI01-04 Terdapat proses pembelajaran dari setiap proses user acceptance.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 150: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

139

Universitas Indonesia

115

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 2.1 Manajemen kinerja Proses

Target kinerja pengelolaan User Acceptance dapat diidentifikasi.

Pencapaian kinerja pengelolaan User Acceptance terencana dan termonitor.

Pencapaian kinerja pengelolaan User Acceptance diatur untuk memenuhi perencanaan.

Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan pengelolaan User Acceptance dapat didefinisikan, ditugaskan serta dikomunikasikan.

Sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan User Acceptance dapat diidentifikasi, disediakan, dialokasikan dan digunakan.

Terdapat pengaturan cara komunikasi antara pihak-pihak terkait pengelolaan User Acceptance, dengan tujuan menghasilkan komunikasi yang efektif dan tanggung jawab penugasan yang jelas.

PA 2.2 Manajemen Output dari kinerja proses

Persyaratan untuk dapat menghasilkan output dalam pengelolaan User Acceptance dapat diidentifikasi.

Persyaratan untuk melakukan dokumentasi dan kontrol terhadap output proses pengelolaan User Acceptance dapat diidentifikasi.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan User Acceptance teridentifikasi, terdokumentasi dan terkontrol baik.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan User Acceptance direview terhadap perencanaan dan disesuaikan untuk memenuhi harapannya.

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ?

(Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 3.1 Pendefinisian Standar dari Proses

Adanya standar dalam proses pengelolaan User Acceptance, termasuk diberlakukannya panduan-panduan.

Terdapat standar urutan dan cara interaksi diantara sub-proses pengelolaan User Acceptance.

Adanya standar penilaian terhadap kompetensi dan peran untuk menjalankan proses pengelolaan User Acceptance.

Adanya standar penilaian terhadap infrastruktur dan lingkungan kerja untuk menjalankan proses pengelolaan User Acceptance.

Adanya monitoring efektivitas proses yang sesuai dengan proses pengelolaan User Acceptance.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 151: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

140

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 3.2 Penerapan Standar dari Proses

Proses pengelolaan User Acceptance diterapkan menggunakan proses standar yang sesuai.

Penetapan peran, tanggung jawab, dan kewenangan terhadap proses pengelolaan User Acceptance telah diterapkan dan saling berkesinambungan.

Penerapan proses pengelolaan User Acceptance dijalankan oleh personil yang kompeten, terlatih dan berpengalaman di bidangnya.

Sumber daya dan informasi untuk mengelola User Acceptance dapat disediakan, dialokasikan, serta digunakan.

Infrastruktur dan lingkungan kerja untuk mengelola User Acceptance dapat disediakan, diatur, dan dipelihara.

Adanya pengumpulan dan analisa terhadap data pengelolaan User Acceptance untuk menilai kinerja, kesesuaian, dan efektifitas proses, serta untuk mengetahui potensi peningkatan kualitas proses secara terus-menerus.

PA 4.1 Pengukuran Proses Terhadap Pencapaian Tujuan PA 4.1 (lanjutan)

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan User Acceptance tersedia untuk mendukung tujuan bisnis.

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan User Acceptance digunakan sebagai alat ukur kinerja pelaksanaan pengelolaan User Acceptance.

Digunakannya pengukuran kuantitatif terhadap kinerja pengelolaan User Acceptance yang relevan dengan masing-masing tujuan bisnis.

Unit ukuran proses pengelolaan User Acceptance disesuaikan dengan model output dari proses tersebut serta frekuensi pengukuran proses pengelolaan User Acceptance disesuaikan dengan model kuantitatif penilaian kinerja proses tersebut.

Hasil pengukuran pengelolaan User Acceptance dikumpulkan, dianalisa, dan dilaporkan untuk memonitor apakah secara kuantitatif kualitas kinerja proses tersebut telah tercapai.

Hasil pengukuran digunakan untuk mencari karakteristik pola tertentu dalam pengelolaan User Acceptance.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 152: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

141

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 4.2 Kontrol Proses dari Aktifitas Pengukuran

Menggunakan teknik kontrol dan analisa tertentu terhadap pengukuran kinerja pengelolaan User Acceptance.

Adanya pembatasan jumlah variasi dalam pengukuran pengelolaan User Acceptance.

Data pengukuran dijadikan bahan untuk menganalisa kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi) dalam pengukuran pengelolaan User Acceptance.

Perbaikan terhadap cara analisa dilakukan untuk menunjukkan letak kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi pengukuran) dalam pengukuran pengelolaan User Acceptance.

Pembatasan variasi selalu diterapkan menyusul tindakan perbaikan yang diterapkan pada poin sebelumnya.

PA 5.1 Inovasi Proses

Mengetahui sasaran peningkatan proses pengelolaan User Acceptance untuk mendukung tujuan bisnis.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi penyebab umum adanya variasi cara pengukuran kinerja pengelolaan User Acceptance.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi potensi penggunaan metode best-practice maupun berinovasi terhadap metode pengelolaan User Acceptance.

Dapat mengidentifikasi potensi peningkatan proses pengelolaan User Acceptance dari kemunculan teknologi baru, lengkap dengan konsep prosesnya.

Memiliki strategi implementasi untuk mewujudkan sasaran peningkatan pengelolaan User Acceptance.

PA 5.2 Optimasi Proses

Melakukan penilaian atas keseluruhan dampak dari usulan perubahan metode pengelolaan User Acceptance dengan cara membandingkan antara sasarannya dengan standar proses yang berlaku.

Adanya pengaturan terhadap penerapan seluruh perubahan yang disetujui agar dipastikan bahwa setiap gangguan kinerja pengelolaan User Acceptance dapat dipahami dan diatasi.

Dilakukan evaluasi untuk menilai efektifitas perubahan metode pengelolaan User Acceptance.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 153: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

142

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

Proses ID BAI08

Nama Proses Pengelolaan Knowledge

Deskripsi Pengumpulan semua aktifitas pembelajaran dari setiap proses yang ada untuk dikumpulkan dan dikelola menjadi suatu Knowledge yang terstruktur.

Tujuan Proses Sebagai sarana pembelajaran, penyediaan dan berbagi knowledge kepada semua personil yang bekerja pada lingkungan pengembangan. Tentang berbagai aktifitas proyek pengembangan TI.

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ?

(Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 1.1 Kinerja Proses

Evaluasi proses-proses berikut:

BAI08-01 Sumber informasi untuk knowledge yang ada sudah dilakukan pengklasifikasian.

BAI08-02 Saat ini terdapat knowledge center yang dapat digunakan untuk berbagi dan digunakan sebagai sarana pembelajaran.

BAI08-03 Pengelolaan Knowledge saat ini sudah sesuai dengan budaya perusahaan.

BAI08-04 Knowledge yang ada senantiasa dilakukan pembaharuan untuk mendukung aktifitas proyek pengembangan TI

PA 2.1 Manajemen kinerja Proses

Target kinerja pengelolaan Knowledge dapat diidentifikasi.

Pencapaian kinerja pengelolaan Knowledge terencana dan termonitor.

Pencapaian kinerja pengelolaan Knowledge diatur untuk memenuhi perencanaan.

Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan pengelolaan Knowledge dapat didefinisikan, ditugaskan serta dikomunikasikan.

Sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan Knowledge dapat diidentifikasi, disediakan, dialokasikan dan digunakan.

Terdapat pengaturan cara komunikasi antara pihak-pihak terkait pengelolaan Knowledge, dengan tujuan menghasilkan komunikasi yang efektif dan tanggung jawab penugasan yang jelas.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 154: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

143

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 2.2 Manajemen Output dari kinerja proses

Persyaratan untuk dapat menghasilkan output dalam pengelolaan Knowledge dapat diidentifikasi.

Persyaratan untuk melakukan dokumentasi dan kontrol terhadap output proses pengelolaan Knowledge dapat diidentifikasi.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Knowledge teridentifikasi, terdokumentasi dan terkontrol baik.

Output dari setiap pekerjaan pengelolaan Knowledge direview terhadap perencanaan dan disesuaikan untuk memenuhi harapannya.

Level Nomor Proses

Deskripsi Kriteria Apakah Kriteria

Terpenuhi ?

(Y/N)

Apakah Perlu Untuk

Diterapkan ? (Y/N)

PA 3.1 Pendefinisian Standar dari Proses

Adanya standar dalam proses pengelolaan Knowledge, termasuk diberlakukannya panduan-panduan.

Terdapat standar urutan dan cara interaksi diantara sub-proses pengelolaan Knowledge.

Adanya standar penilaian terhadap kompetensi dan peran untuk menjalankan proses pengelolaan Knowledge.

Adanya standar penilaian terhadap infrastruktur dan lingkungan kerja untuk menjalankan proses pengelolaan Knowledge.

Adanya monitoring efektivitas proses yang sesuai dengan proses pengelolaan Knowledge.

PA 3.2 Penerapan Standar dari Proses

Proses pengelolaan Knowledge diterapkan menggunakan proses standar yang sesuai.

Penetapan peran, tanggung jawab, dan kewenangan terhadap proses pengelolaan Knowledge telah diterapkan dan saling berkesinambungan.

Penerapan proses pengelolaan Knowledge dijalankan oleh personil yang kompeten, terlatih dan berpengalaman di bidangnya.

Sumber daya dan informasi untuk mengelola Knowledge dapat disediakan, dialokasikan, serta digunakan.

Infrastruktur dan lingkungan kerja untuk mengelola Knowledge dapat disediakan, diatur, dan dipelihara.

Adanya pengumpulan dan analisa terhadap data pengelolaan Knowledge untuk menilai kinerja, kesesuaian, dan efektifitas proses, serta untuk mengetahui potensi peningkatan kualitas proses secara terus-menerus.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 155: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

144

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 4.1 Pengukuran Proses Terhadap Pencapaian Tujuan

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Knowledge tersedia untuk mendukung tujuan bisnis.

Data dan informasi dari pelaksanaan pengelolaan Knowledge digunakan sebagai alat ukur kinerja pelaksanaan pengelolaan Knowledge.

Digunakannya pengukuran kuantitatif terhadap kinerja pengelolaan Knowledge yang relevan dengan masing-masing tujuan bisnis.

Unit ukuran proses pengelolaan Knowledge disesuaikan dengan model output dari proses tersebut serta frekuensi pengukuran proses pengelolaan Knowledge disesuaikan dengan model kuantitatif penilaian kinerja proses tersebut.

Hasil pengukuran pengelolaan Knowledge dikumpulkan, dianalisa, dan dilaporkan untuk memonitor apakah secara kuantitatif kualitas kinerja proses tersebut telah tercapai.

Hasil pengukuran digunakan untuk mencari karakteristik pola tertentu dalam pengelolaan Knowledge.

PA 4.2 Kontrol Proses dari Aktifitas Pengukuran

Menggunakan teknik kontrol dan analisa tertentu terhadap pengukuran kinerja pengelolaan Knowledge.

Adanya pembatasan jumlah variasi dalam pengukuran pengelolaan Knowledge.

Data pengukuran dijadikan bahan untuk menganalisa kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi) dalam pengukuran pengelolaan Knowledge.

Perbaikan terhadap cara analisa dilakukan untuk menunjukkan letak kondisi ‘special-causes’ (penyebab dibutuhkannya variasi pengukuran) dalam pengukuran pengelolaan Knowledge.

Pembatasan variasi selalu diterapkan menyusul tindakan perbaikan yang diterapkan pada poin sebelumnya.

PA 5.1 Inovasi Proses

Mengetahui sasaran peningkatan proses pengelolaan Knowledge untuk mendukung tujuan bisnis.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi penyebab umum adanya variasi cara pengukuran kinerja pengelolaan Knowledge.

Menganalisa data yang sesuai untuk mengidentifikasi potensi penggunaan metode best-practice maupun berinovasi terhadap metode pengelolaan Knowledge.

Dapat mengidentifikasi potensi peningkatan proses pengelolaan Knowledge dari kemunculan teknologi baru, lengkap dengan konsep prosesnya.

Memiliki strategi implementasi untuk mewujudkan sasaran peningkatan pengelolaan Knowledge.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015

Page 156: TA-Aryo Bayu Bimantara.pdf

145

Universitas Indonesia

Lampiran 2 : Kuisioner (Lanjutan)

PA 5.2 Optimasi Proses

Melakukan penilaian atas keseluruhan dampak dari usulan perubahan metode pengelolaan Knowledge dengan cara membandingkan antara sasarannya dengan standar proses yang berlaku.

Adanya pengaturan terhadap penerapan seluruh perubahan yang disetujui agar dipastikan bahwa setiap gangguan kinerja pengelolaan Knowledge dapat dipahami dan diatasi.

Dilakukan evaluasi untuk menilai efektifitas perubahan metode pengelolaan Knowledge.

Perancangan tata ..., Aryo Bayu Bimantara, Fasilkom UI, 2015