t2 (Trash Trap) Sebagai Solusi

23
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA T2 (TRASH TRAP) SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN SAMPAH PADA WADUK DIPONEGORO DENGAN PEMBUATAN BANGUNAN PENGUMPUL SAMPAH BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS Diusulkan Oleh : SYAFIIQUL AZIZ PRIANI SURYA 21010112130100/2012 MAGHFUR ROZAK 21010112130081/2012 ADI PUTRA ROHENDI 21010112140247/2012 FIQRI RANGGA 21010112130098/2012 SEPTIAWAN PAMBUDI 21010113120093/2013 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

description

contoh PKM GT 2015

Transcript of t2 (Trash Trap) Sebagai Solusi

  • PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    T2 (TRASH TRAP) SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN SAMPAH

    PADA WADUK DIPONEGORO DENGAN PEMBUATAN

    BANGUNAN PENGUMPUL SAMPAH

    BIDANG KEGIATAN:

    PKM GAGASAN TERTULIS

    Diusulkan Oleh :

    SYAFIIQUL AZIZ PRIANI SURYA 21010112130100/2012

    MAGHFUR ROZAK 21010112130081/2012

    ADI PUTRA ROHENDI 21010112140247/2012

    FIQRI RANGGA 21010112130098/2012

    SEPTIAWAN PAMBUDI 21010113120093/2013

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2015

  • ii

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-

    NYA yang dilimpahkan kapada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penulisan Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang

    bejudul T2 (TRASH TRAP) SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN SAMPAH

    PADA WADUK DIPONEGORO DENGAN PEMBUATAN BANGUNAN

    PENGUMPUL SAMPAH dengan lancar tanpa adanya suatu hambatan. Tulisan

    ini disusun sebagai usulan PKM-GT tahun 2015.

    Dalam setiap proses penyelesaian penulisan PKM-GT ini kami telah

    menerima bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami selaku penulis

    mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ir. Hari Nugroho, MT. selaku dosen pembimbing yang membimbing dan

    memberikan arahan kepada penulis.

    2. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan semangat serta doanya.

    3. Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan PKM-GT ini.

    Penulis menyadari bahwa penulisan PKM-GT yang kami buat masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat

    kami harapkan, sehingga untuk penyusunan PKM-GT berikutnya dapat menjadi

    lebih baik.

    Akhir kata, kami berharap agar penulisan PKM-GT yang kami susun ini dapat

    bermanfaat bagi penyusun dan pembaca serta bagi kemajuan Almamater kita

    tercinta.

    Semarang, 12 Maret 2015

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI Halaman

    HALAMAN PENGESAHAN USULAN PKM-GT ii

    KATA PENGANTAR iii

    DAFTAR ISI iv

    DAFTAR GAMBAR v

    RINGKASAN vi

    PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang 1

    B. Tujuan 1

    C. Manfaat 1

    GAGASAN 2

    A. Kondisi Kekinian 2

    B. Solusi yang Pernah Diterapkan 3

    C. Perbaikan Solusi Terdahulu 4

    D. Partrisipasi 4

    E. Langkah Strategis Untuk Mengimplementasikan Gagasan 5

    KESIMPULAN 8

    DAFTAR PUSTAKA 9

    DAFTAR BIODATA PENELITI 10

    LAMPIRAN 16

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Penumpukan sampah di Spillway 3

    Gambar 2. Penumpukan sampah di Main Dam 3

    Gambar 3. Tampak perspektif bangunan pengumpul sampah 7

    Gambar 4. Tampak atas bangunan pengumpul sampah 8

  • vi

    T2 (TRASH TRAP) SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN SAMPAH

    PADA WADUK DIPONEGORO DENGAN PEMBUATAN

    BANGUNAN PENGUMPUL SAMPAH

    Syafiiqul Aziz Priani Surya, Maghfur Rozak, Adi Putra Rohendi, Fiqri Rangga,

    Septiawan Pambudi

    Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

    Jl. Prof. Sudharto Tembalang, Semarang

    RINGKASAN

    Permasalahan sampah merupakan ancaman bagi umat manusia, yang

    salah satunya yaitu peningkatan jumlah sampah seiring dengan pertumbuhan

    jumlah penduduk. Pengelolaan sampah yang minim menyebabkan sampah

    berserakan dan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan baik tanah, air,

    dan udara terutama permasalahan sampah pada sungai yang bermuara di waduk.

    Pencemaran sampah pada sungai Krengseng menyebabkan kondisi waduk

    Diponegoro tercemar sampah. Waduk multipurpose ini terletak di kompleks Undip.

    Fungsi waduk antara lain untuk penyediaan air baku, rekreasi, pembangkit listrik

    tenaga mikro hidro, pengendali banjir, dan konservasi lingkungan. Namun akibat

    adanya sampah maka pengoperasian waduk terganggu sehingga waduk hanya

    berfungsi sebagai pengendali banjir.

    Jika permasalahan ini tidak segera ditangani maka pencemaran lingkungan

    akibat sampah akan semakin parah. Salah satu solusi untuk menangani keadaan

    seperti ini adalah membuat bangunan pengumpul sampah. Dalam karya ilmiah ini

    dijelaskan tentang gambaran umum, cara kerja dan manfaat adanya bangunan

    pengumpul sampah. Sehingga diharapkan dengan adanya bangunan pengumpul

    sampah dapat mengatasi permasalah sampah di waduk Diponegoro.

    Metode penulisan yang digunakan yaitu analisis kajian pustaka. Pertama,

    penulis mencari bahan kajian di buku maupun sumber internet yang berkaitan

    dengan topik yang diangkat. Setelah bahan terkumpul kemudian diteliti dan

    dianalisis serta ditata sedemikian rupa untuk menghasilkan data yang lengkap

    untuk menunjang gagasan. Kemudian dari data tersebut dapat diambil kesimpulan

    yang dapat menjawab rumusan masalah yaitu tentang bangunan pengumpul

    sampah sebagai solusi permasalahan sampah. Setelah semuanya disusun sesuai

    sistematika karya ilmiah, dilakukan revisi karya tulis.

    Penanganan permasalah sampah pada waduk selama ini dirasa masih

    terdapat beberapa kelemahan yang perlu dikaji ulang. Sehingga diperlukan

    Inovasi atas hal ini mutlak dilakukan. Oleh karena itu, penulis memiliki gagasan

    untuk mendesain suatu bangunan pengumpul sampah untuk mengurangi

    pencemaran lingkungan.

    Setelah dianalisis lebih jauh melalui beberapa aspek, disimpulkan bahwa

    bangunan pengumpul sampah memiliki utilitas yang penting dalam penanganan

    sampah di waduk. Karya ini direkomendasikan untuk mejadi pertimbangan sistem

    dan metode dalam penyelesaian masalah sampah pada waduk Diponegoro.

  • 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Waduk Diponegoro terletak di kali Krengseng/Seketak yang berada dalam

    wilayah kampus Universitas Diponegoro dan lokasinya kurang lebih 250 m sebelah

    utara stadion Undip. Waduk ini dibangun untuk penyediaan air baku untuk

    laboratorium yang ada di Undip, penyediaan air baku untuk rumah sakit

    Diponegoro, laboratorium lapangan seperti pengolahan air baku, Pembangkit

    Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), pengendali banjir, rekreasi serta untuk

    konservasi lingkungan.

    Menurut rencana, waduk yang dibangun dengan membendung sungai

    Krengseng menghasilkan volume tampungan air sebesar 50,729 m3 (Soleh, 2013).

    Namun dalam pengoperasiannya waduk masih jauh dari tujuan. Hal ini dapat

    dibuktikan dengan adanya sampah yang masuk ke kolam waduk maupun yang

    terjebak di bangunan pelimpah. Sampah ini berasal dari limbah rumah tangga

    penduduk yang rumahnya dekat dengan bantaran sungai Krengseng.

    Dampak dari adanya sampah tersebut yaitu menurunnya kualitas air waduk

    sehingga tidak dapat digunakan sebagai air baku, tidak optimalnya kinerja

    bangunan pelimpah, dan berkurangnya nilai estetika. Selain itu sampah juga

    menyebabkan tidak berfungsinya pembangkit listrik tenaga mikro hidro karena

    sampah menyumbat pipa pesat. Jika hal ini dibiarkan terlalu lama dan tanpa adanya

    penanganan yang tepat dapat mengakibatkan waduk menjadi sumber penyakit.

    Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk menangani sampah pada waduk

    Diponegoro. Penanganan masalah bisa secara teknis maupun non teknis. Secara non

    teknis dapat berupa sosialisasi kepada warga masyarakat agar tidak membuang

    sampah ke sungai. Namun solusi ini dirasa memakan waktu cukup lama untuk bisa

    terwujud. Sedangkan solusi secara teknis, muncul ide untuk membangun bangunan

    pengumpul sampah yang terletak di hulu waduk. Dengan adanya bangunan ini

    diharapkan permasalahan sampah di waduk Diponegoro bisa teratasi.

    B. Tujuan

    1. Untuk mengetahui gambaran umum perencanaan bangunan pengumpul

    sampah.

    2. Untuk mengetahui cara kerja penanganan sampah di waduk.

    3. Untuk mengetahui dampak yang dihasilkan oleh bangunan pengumpul sampah.

    4. Untuk memberikan solusi permasalahan sampah waduk Diponegoro.

    C. Manfaat

    1. Bagi masyarakat dapat memanfaatkan waduk Diponegoro yang bersih dari

    sampah.

  • 2

    2. Bagi pemerintah, untuk menyediakan acuan pembangunan infrastruktur

    bangunan pengumpul sampah.

    3. Bagi penulis lain, dapat memberikan ide untuk menyempurnakan konsep dan

    inovasi penanganan sampah pada waduk.

    GAGASAN

    A. Kondisi Kekinian

    Waduk Diponegoro sudah beroperasi semenjak akhir pembangunan pada

    pertengahan desember 2014. Waduk dengan tinggi bendungan 14,75 m ini terisi

    dari sungai Krengseng yang melewati daerah kecamatan tembalang dan

    banyumanik dengan panjang sungai 7,52 km. Dalam kondisi normal volume

    genangan waduk sebesar 102,86 m3 dan luas genangan waduk sebesar 1,350 Ha.

    Sedangkan dalam kondisi banjir volume genangan waduk sebesar 122,00 m3 dan

    luas genangannya sebesar 2,152 Ha (Soleh, 2013).

    Waduk Diponegoro dibangun dengan tujuan penyediaan air baku

    laboratorium seperti laboratorium hidrolika, perikanan, teknik lingkungan,

    hidrografi dan lain-lain; penyediaan air baku Rumah Sakit Diponegoro,

    laboratorium lapangan seperti pengolahan air baku; pembangkit listrik tenaga

    mikro hidro (PLTMH) dan operasi waduk; rekreasi seperti dayung, pemancingan

    dan lain-lain; serta pengendali banjir. Akan tetapi tujuan ini belum sepenuhnya

    tercapai seperti yang direncanakan karena sampah yang masuk waduk Diponegoro.

    Sampah yang masuk ke waduk ini mengakibatkan menurunnya kualitas air

    tampungan hal ini dapat dilihat dari nilai kadar phospat (PO4+-P) sebesar 0,51 mg/l

    dan kadar nitrit (NO2-) sebesar 10,11 mg/l pada lokasi waduk Diponegoro.

    Sementara ditinjau dari nutriennya, dapat dikatakan bahwa di sebagian titik

    cemaran phospatnya sudah melebihi mutu air kelas II. Phospat dan juga N total

    dapat menyebabkan Eutrofikasi sehingga fungsi waduk yang semula dimanfaatkan

    sebagai air baku tidak dapat tercapai (Sudarno, 2013). Kondisi sampah yang

    merusak pemandangan juga menurunkan fungsi rekreasi bagi warga sekitar

    Tembalang yang ingin berkunjung di waduk Diponegoro. Sampah yang masuk ke

    dalam pipa pesat menghambat debit air untuk memutar turbin, sehingga hanya

    fungsi pengendali banjir yang saat ini dapat tercapai.

    Kodisi Demografi Kecamatan Tembalang dihuni oleh beragam kelas

    masyarakat, mulai dari rumah tangga, mahasiswa, pengusaha dan kaum buruh

    dengan total jumlah penduduk 145.991 jiwa pada tahun 2010

    (http://semarangkota.bps.go.id). Melihat tingkat kompleksitas penghuni tembalang

    mengakibatkan beragam jenis sampah yang dihasilkan mulai dari sampah plastik,

    kertas dan sampah organik.

    Saat ini sungai Krengseng tercemar oleh beragam jenis sampah. Hal ini

    disebabkan oleh letak rumah rumah warga Tembalang yang sangat dekat dengan

    bantaran sungai sehingga membuat masyarakat memiliki kecendrungan membuang

  • 3

    sampah ke sungai Krengseng. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya tempat

    pembuangan akhir di Kecamatan Tembalang.

    B. Solusi Yang Pernah Diterapkan

    Solusi yang pernah diterapkan untuk menangani masalah sampah pada

    waduk antara lain pengambilan sampah secara manual dengan perahu, saringan

    sampah dimulut waduk, dan sterilisasi bantaran sungai.

    Pengambilan sampah menggunakan kapal dilakukan secara berkala setelah

    sampah menumpuk di waduk. Tetapi cara ini dinilai tidak optimal karena setelah

    sampah diangkut masih ada beberapa sampah yang bisa masuk ke waduk. Selain

    itu pembersihan juga membutuhkan biaya yang besar terutama untuk waduk dengan

    area genangan yang luas. Cara seperti ini pernah dilakukan pada waduk teluk gong

    jakarta utara dimana sampah yang terkumpul mencapai 250 ton (Damanik, 2015).

    Saringan sampah terletak pada mulut waduk digunakan untuk menyaring

    sampah agar tidak masuk ke waduk. Material saringan terbuat dari besi dengan kisi

    Gambar 1. Penumpukan sampah di Spillway

    Gambar 2. Penumpukan sampah di Main Dam

  • 4

    kisi berdiameter tertentu. Kelemahan cara ini yaitu apabila terjadi banjir dan debit

    air besar dapat merusak saringan seperti yang dialami waduk Pluit (Tempo, 2014).

    Sterilisasi bantaran sungai di hulu waduk dilakukan dengan melarang

    pembangunan maupun kegiatan komersil pada jarak tertentu dari bibir sungai.

    Dalam pelaksanaannya, cara ini sulit dilakukan pada sungai di daerah padat

    penduduk karena berkaitan dengan permasalahan keterbatasan lahan bagi warga

    yang hendak direlokasi. Selain itu untuk relokasi memerlukan biaya yang besar

    (Godam, 2013).

    Selain dengan cara teknis terdapat pendekatan non teknis. Sebagai contoh,

    adanya sosialisasi dengan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai dan

    sadar lingkungan. Akan tetapi, pendekatan ini membutuhkan waktu yang sangat

    lama dan tidak ada jaminan untuk keberhasilannya.

    Mengingat masih ada kekurangan pada solusi yang disebutkan diatas, maka

    diperlukan solusi alternatif yang sesuai dengan kondisi lapangan di waduk

    Diponegoro.

    C. Perbaikan Solusi Terdahulu

    Setelah melihat dan menimbang beberapa data dan solusi sebelumnya,

    muncul ide untuk mendesain dan merencanakan bangunan pengumpul sampah

    dengan tujuan mengumpulkan sampah pada kolam tampungan. Bangunan

    direncanakan berlokasi di sungai Krengseng dekat dengan mulut waduk

    Diponegoro.

    Prinsip kolam ini yaitu membelokkan aliran air sungai yang membawa

    sampah menuju kolam pengumpul. Sampah akan terjebak dalam kolam, sedangkan

    air akan mengalir ke waduk secara gravitasi. Lebar bangunan pembelok didesain

    sama seperti lebar sungai. Sedangkan kolam dibuat pada akhir belokan di luar alur

    sungai.

    Kelebihan dari bangunan pengumpul sampah yaitu operasional

    pembersihan sampah lebih mudah dan murah karena sampah terkumpul di kolam

    pengumpul. Selain itu juga aman terhadap debit banjir karena desain kolam mampu

    menenangkan aliran air. Diharapkan gagasan ini mampu memperbaiki beberapa

    solusi yang telah ada. Sehingga kedepannya masalah sampah pada waduk

    Diponegoro dapat teratasi dengan lebih efisien.

    D. Partisipasi

    Untuk pengembangan gagasan ini diperlukan partisipasi dan dukungan dari

    semua pihak baik pemerintah, masyarakat, pengelola waduk serta akademisi dan

    peneliti yang lain. Pemerintah diharapkan mencoba merealisasikan gagasan ini

    pada pembangunan waduk yang baru ataupun pada waduk yang sudah ada.

    Masyarakat diharapkan mendukung sepenuhnya gagasan ini dan sadar akan

  • 5

    pentingnya kebersihan sungai. Pengelola waduk, agar memberikan saran-saran

    teknis terkait pengembangan gagasan ini. Akademisi dan peneliti lain diharapkan

    dapat memberikan bimbingan basis ilmu keairan dan lingkungan serta melakukan

    penelitian untuk mengumpulkan data-data empiris demi menyempurnakan gagasan

    ini.

    Semua partisipasi dan dukungan sangat diharapkan untuk mendukung

    gagasan ini. Diharapkan dikemudian hari gagasan ini dapat menjadi solusi bagi

    permasalahan sampah pada waduk maupun bangunan air yang lain.

    E. Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan

    Survey

    Dalam perencanaan kolam, diperlukan survey debit, volume sampah,

    penampang sungai dan topografi lahan. Selain itu survey data debit banjir sungai

    Krengseng perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kolam mampu menampung

    sampah pada kondisi banjir.

    Perencanaan

    Setelah data data terkumpul kemudian dilakukan pendimensian bangunan

    meliputi saluran air sebelum ke kolam, kolam penampung sampah, trashrack,

    saluran pembelok, dan saluran menuju hulu waduk. Pendimensian meliputi

    panjang, lebar dan kedalaman kolam; sudut belokan lebar saluran air menuju kolam

    dan menuju waduk, serta lebar kisi trashrack. Rumus rumus yang dapat

    digunakan untuk pendimensian meliputi rumus angkutan sedimen, rumus hidrolika

    saluran terbuka,dan rumus perhitungan lebar kisi trash rack.

    Saluran untuk meneruskan air dari kolam ke waduk dibuat berkelok dengan

    sudut belokan sebesar 180, dengan tujuan menjaga sampah tetap berkumpul di

    tempatnya. Untuk memastikan sampah benar-benar tidak ada yang ikut terbawa ke

    waduk maka dipasang trashrack pada batas antara kolam dan saluran air.

    Desain dari kolam pengumpul sampah sendiri memiliki karakteristik yang

    hampir sama dengan kantong lumpur, yaitu dasar kolam memiliki kemiringan

    memanjang. Semakin dalam kolam maka mengakibatkan aliran air menjadi lebih

    tenang, sesuai dengan teori saluran terbuka untuk suatu penampang saluran dengan

    debit tertentu, energi spesifik dalam penampang saluran hanya merupakan fungsi

    dari kedalaman aliran sesuai rumus E = +2

    2 (Triatmodjo, 1993). Dikarenakan

    aliran air di kolam tenang, maka sampah yang terkumpul tidak masuk ke hulu

    waduk.

    Beragam jenis sampah yang terdapat pada sungai Krengseng dapat

    digolongkan menjadi sampah yang mengapung maupun sampah yang suspended

    atau melayang. Dengan menganggap sampah merupakan suatu partikel terdispersi

    yang suspended maka partikel sampah memiliki kecepatan alir (v) dan kecepatan

    endap (W). Dengan mengadopsi rumus dimensi kantong lumpur yaitu

    =

    , maka

  • 6

    dapat dicari perbandingan antara kedalaman kolam dan panjang kolam agar partikel

    sampah suspended bisa mengendap (Sidharta, 1997). Untuk kondisi sampah yang

    mengapung maka fungsi kedalam kolam tidak begitu berpengaruh namun kondisi

    ketenangan aliran air dan panjang kolam yang lebih dominan. Semakin panjang

    dimensi kolam penampung sampah maka semakin tenang aliran airnya.

    Bentuk penampang melintang kolam pengumpul sampah didesain

    berbentuk trapesium. Karena mempunyai bentuk saluran alam, dimana kemiringan

    tebingnya menyesuaikan dengan sudut lereng alam dari tanah yang digunakan

    untuk saluran tersebut. Tujuan dipilih desain penampang melintang trapesium

    adalah untuk memudahkan dalam operasi pengambilan sampah.

    Pembangunan

    Tahap selanjutnya yaitu pembangunan bangunan pengumpul sampah.

    Langkah langkah pembangunan meliputi :

    Mempersiapkan lahan meliputi kegiatan pembersihan lahan, pekerjaan

    tanah dan pengukuran lahan

    Mengeringkan sungai dengan membuat sudetan sungai

    Membuat kolam dan saluran

    Menutup sudetan sungai setelah bangunan pengumpul sampah sudah

    selesai.

    Operasi dan Pemeliharaan

    Dalam tahap pengoperasian, sampah dibiarkan mengumpul terlebih dahulu

    sampai pada batas tertentu. Setelah sampah memenuhi kolam maka kendaraan

    pengangkut sampah disapkan di tepi kolam untuk mengambil sampah yang telah

    terkumpul dan kemudian sampah disalurkan ke TPA terdekat.

    Pemeliharaan bangunan pengumpul sampah meliputi pengambilan sedimen

    pada dasar kolam, pengecekan kondisi kisi pada trashrack. Kemudian dilakukan

    perbaikan pada bagian bangunan yang rusak meliputi kisi kisi trashrack yang

    rusak dan penambalan dinding saluran yang retak.

    Evaluasi

    Aspek Teknis

    Dalam perencanaan, kolam pengumpul didesain memiliki kemiringan

    memanjang dan memiliki kedalaman tertentu untuk menjaga ketenangan aliran air

    dalam kolam. Pada pertemuan antara saluran pembawa dengan kolam pengumpul

    yang memiliki dimensi yang lebih besar mengakibatkan kecepatan aliran air

    menurun sehingga timbul aliran balik (backwater). Bahaya dari aliran balik berupa

    meluapnya air pada kolam pengumpul sampah.

    Peningkatan sedimentasi akibat aliran dalam kolam yang tenang dan tidak

    mampu meneruskan sedimen, akibatnya kolam yang penuh sedimen mengalami

    pendangkalan.

    Aspek Lingkungan

    Dalam ekosistem di sungai Krengseng terdapat sekumpulan ikan yang

  • 7

    Gambar 3. Tampak perspektif bangunan pengumpul sampah

    hidup, akibat adanya trashrack pada bangunan pengumpul sampah maka

    pergerakan ikan yang tidak mampu melalui trashrack tergangu.

    Berubahnya tata guna lahan dari areal perkebunan menjadi suatu bangunan.

    Sehingga menggangu ekosistem lingkungan di sekitar mulut waduk Diponegoro

    Aspek Sosial

    Dengan adanya bangunan pengumpul sampah dikhawatirkan akan membuat

    masyarakat lebih ringan hati untuk membuang sampah di sungai Krengseng. Selain

    itu dengan melihat kondisi tumpukan sampah pada kolam pengumpul sampah

    dikhawatirkan warga akan menyalahgunakan menjadi tempat pembuangan sampah

    rumah tangga.

    Diharapkan hal ini dapat sesuai dengan tujuan dan manfaat bagi masyarakat

    banyak. Dan dapat memperbaiki solusi-solusi yang pernah ada. Sehingga bangunan

    pengumpul sampah dapat diterapkan dan diwujudkan di setiap waduk yang

    memiliki masalah dengan sampah.

    Dampak adanya bangunan

    pengumpul sampah

    Teknis:

    Back Water

    Peningkatan

    Sedimentasi

    Lingkungan:

    Terhambatnya pergerakan

    ikan akibat trashrack

    Perubahan Tata Guna

    Lahan sekitar bangunan

    Sosial:

    Resiko

    penyalahgunaan

    fungsi kolam

    menjadi tempat

    sampah umum

  • 8

    Gambar 4. Tampak atas bangunan pengumpul sampah

    KESIMPULAN

    Inti Gagasan

    Gagasan bangunan pengumpul sampah pada dasarnya digunakan untuk

    menjebak sampah yang akan masuk ke waduk. Sampah akan berhenti dan

    terkumpul di kolam pengumpulan. Sedangkan air akan mengalir ke waduk secara

    gravitasi tanpa membawa sampah. Sampah yang sudah memenuhi kolam akan

    diambil secara berkala. Konsep ini ditujukan untuk menangani permasalahan

    sampah pada waduk, khususnya waduk Diponegoro.

    Teknik Implementasi Gagasan

    Gagasan bangunan pengumpul sampah ini dapat diimplementasikan dengan

    baik apabila didukung oleh hal-hal sebagai berikut :

    1. Terkumpulnya seluruh data yang diperlukan untuk perencanaan bangunan.

    2. Adanya inisiatif dari pemangku kebijakan (stakeholder) untuk mendukung

    terlaksananya gagasan ini.

    3. Sistem kerja sama yang baik antara pemerintah, pihak universitas dan

    masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan adanya bangunan ini.

    4. Operasional dan pemeliharaan secara periodik.

    Prediksi hasil yang akan diperoleh

    Ide pemembuatan bangunan pengumpul sampah merupakan konsep yang

    ideal untuk menanggulangi masalah sampah yang mengotori waduk. Sistem ini

    diperkirakan mampu menjamin kebersihan waduk dari limbah yang berasal dari

    sungai. Dengan begitu kualitas air waduk Diponegoro akan terjamin dan bisa

    digunakan sebagai cadangan air baku. Fungsi rekreasi juga dapat tercapai, serta

    kembali berfungsinya pembangkit listrik tenaga mikro hidro.

    Kolam pengumpul

    Trashrack

    Saluran Pembawa Sampah

  • 9

    DAFTAR PUSTAKA

    Damanik, C. (2015). 250 Ton Sampah di Waduk Teluk Gong Diangkut.

    http://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/15/18232731/250.Ton.Samp

    ah.di.Waduk.Teluk.Gong.Diangkut diakses tanngal 6 Maret 2015.

    Godam. (2013). Cara Membersihkan Dan Menjernihkan Air Sungai Kota Yang

    Kotor Tercemar. http://www.organisasi.org/1970/01/cara-membersihkan-

    dan-menjernihkan-air-sungai-kali-yang-kotor-tercemar.html diakses

    tanngal 7 Maret 2015.

    Kistyarini. (2015). Pembersihan Sampah Bergantung pada Manusia Pintu Air.

    http://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/17/14395901/Pembersihan.

    Sampah.Bergantung.pada.Manusia.Pintu.Air diakses tanngal 1 Maret

    2015.

    Sidharta, S.K. (1997). Irigasi dan Bangunan Air. Jakarta : Gunadarma.

    Soleh, M.N . (2013). Pekerjaan Bangunan Pelimpah dan Jembatan Pada Proyek

    Pembangunan Embung Diponegoro. Semarang.

    Sudarno, dkk. (2013). Kajian Potensi Eutrofikasi pada Waduk Pendidikan Undip.

    Semarang.

    Triatmodjo, B. (1993). Hidraulika II. Yogyakarta : Beta Offset.

  • 10

  • 11

  • 12

  • 13

  • 14

  • 15

  • 16

    Lampiran Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

    No. Nama/NIM Prodi Bidang

    Ilmu

    Alokasi

    Waktu (jam

    /minggu)

    Uraian Tugas

    1 Syafiiqul Aziz

    Priani Surya /

    21010112130100

    Sipil S-

    1

    Metodelogi

    Penelitian

    4 jam Mengoordinasi

    Kelompok

    Konsultan pengolah

    data

    Menyatukan gagasan

    Mengatur jadwal

    asistensi

    2 Maghfur Rozak /

    21010112130081

    Sipil S-

    1

    Analisa

    Struktur

    4 jam Mengumpulkan sumber

    kajian

    Menyunting naskah dan

    tata letak

    3 Adi Putra

    Rohendi /

    21010112140247

    Sipil S-

    1

    Rekayasa

    Material

    4 jam Memvisualkan gagasan

    dalam gambar

    Menganalisis data

    4 Fiqri Rangga/

    21010112130098

    Sipil S-

    1

    Manajemen

    Konstruksi

    4 jam Menyunting ejaan dan

    tata bahasa

    Meneliti dan

    Mengembangkan ide

    5 Septiawan

    Pambudi/

    21010113120093

    Sipil S-

    1

    Hidro 2 jam Menganalisa kelebihan

    dan kelemahan ide