T BIND 0909867 Abstract.unlocked

2
ABSTRAK Isu bahwa tingkat keterbacaan wacana buku pelajaran pada jenjang Sekolah Dasar kebanyakan masih rendah, merupakan pemicu bagi penulis untuk menelitinya. Bertemali dengan keinginan ini penulis memilih buku Bina Bahasa Indonesia jilid 4B, 5B, dan 6B terbitan 2007 sebagai sasaran penelitian kali ini. Ketiga buku ini disusun oleh Tim Bina Karya Guru dan diterbitkan oleh penerbit Erlangga. Hasil penelitiannya dituangkan dalam bentuk tesis berjudul “Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Bina Bahasa Indonesia dan Keterpahamannya oleh Siswa SDN Karangpawulang 4 Kota Bandung”. Berkaitan dengan judul itu, ada lima tujuan penelitian yang ingin dicapai. Kelima tujuan ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku tersebut (1) berdasarkan teori Fry dan (2) berdasarkan teori Taylor. Selain itu juga untuk mendeskripsikan (3) tingkat kompleksitas kalimat dan (4) tingkat kerumitan kata-katanya, serta (5) keterpahaman wacana sampel oleh siswa. Penelitian ini mempergunakan metode penelitian kepustakaan dan metode deskriptif-analitik. Teknik pengumpulan datanya ada lima, yaitu (1) membaca teks, (2) analisis Fry, (3) tes rumpang, (4) observasi, (5) tanya jawab lisan, serta (5) evaluasi penimbang. Untuk membedah datanya penulis memakai dua pisau analisis utama yaitu Fry dan Taylor. Penyekoran data dilakukan dengan mengacu kepada empat standar, yaitu standar (1) Rye, (2) Rankin dan Chulhane, (3) Welton dan Mallan, serta (4) Zint. Temuan hasil penelitian mengungkapkan bahwa (1) dilihat dari kajian Fry, tingkat keterbacaan wacana sampel dalam buku BBI 4B tergolong invalid, BBI 5B rendah, dan BBI 6B nyaris invalid. (2) Dari kajian Taylor terungkap hasil bahwa wacana sampel dalam ketiga buku tersebut termasuk Frustrasi jika dilihat dari standar Rye dan tergolong Instruksional dilihat dari standar Rankin dan Chulhane, Welton dan Mallan, serta Zint. (3) Kompleksitas kalimat menurut penimbang tidak akan mengganggu pemahaman karena kalimat-kalimat yang membangun wacana itu umumnya merupakan kalimat sederhana. (4) Kerumitan kata berdasarkan evaluasi penimbang juga tidak akan mengganggu pemahaman, karena kata-kata dalam wacana tersebut sudah diajarkan dan tentunya sudah dikenal siswa. (5) Akan tetapi hasil uji keterpahaman mengungkapkan bahwa wacana itu ternyata belum mudah dipahami siswa. Realita ini menyisakan celah untuk diteliti lagi oleh peneliti selanjutnya. Berdasarkan temuan di atas, penulis belum merekomendasikan pemakaian wacana sampel sebagai bahan ajar di SD. Sebaiknya guru menggantinya dengan wacana buatan sendiri yang lebih kontekstual dan memiliki tingkat keterbacaan tinggi, dengan mempertimbangkan minat dan latar siswa di setiap sekolah. Jika ini belum mampu dilakukan, guru dapat memilih wacana lain yang lebih baik.

description

Abstrak unlocked

Transcript of T BIND 0909867 Abstract.unlocked

Page 1: T BIND 0909867 Abstract.unlocked

ABSTRAK

Isu bahwa tingkat keterbacaan wacana buku pelajaran pada jenjang

Sekolah Dasar kebanyakan masih rendah, merupakan pemicu bagi penulis untuk

menelitinya. Bertemali dengan keinginan ini penulis memilih buku Bina Bahasa

Indonesia jilid 4B, 5B, dan 6B terbitan 2007 sebagai sasaran penelitian kali ini.

Ketiga buku ini disusun oleh Tim Bina Karya Guru dan diterbitkan oleh penerbit

Erlangga. Hasil penelitiannya dituangkan dalam bentuk tesis berjudul “Tingkat

Keterbacaan Wacana Buku Bina Bahasa Indonesia dan Keterpahamannya oleh

Siswa SDN Karangpawulang 4 Kota Bandung”.

Berkaitan dengan judul itu, ada lima tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Kelima tujuan ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku

tersebut (1) berdasarkan teori Fry dan (2) berdasarkan teori Taylor. Selain itu

juga untuk mendeskripsikan (3) tingkat kompleksitas kalimat dan (4) tingkat

kerumitan kata-katanya, serta (5) keterpahaman wacana sampel oleh siswa.

Penelitian ini mempergunakan metode penelitian kepustakaan dan metode

deskriptif-analitik. Teknik pengumpulan datanya ada lima, yaitu (1) membaca

teks, (2) analisis Fry, (3) tes rumpang, (4) observasi, (5) tanya jawab lisan, serta

(5) evaluasi penimbang. Untuk membedah datanya penulis memakai dua pisau

analisis utama yaitu Fry dan Taylor. Penyekoran data dilakukan dengan mengacu

kepada empat standar, yaitu standar (1) Rye, (2) Rankin dan Chulhane, (3) Welton

dan Mallan, serta (4) Zint.

Temuan hasil penelitian mengungkapkan bahwa (1) dilihat dari kajian Fry,

tingkat keterbacaan wacana sampel dalam buku BBI 4B tergolong invalid, BBI

5B rendah, dan BBI 6B nyaris invalid. (2) Dari kajian Taylor terungkap hasil

bahwa wacana sampel dalam ketiga buku tersebut termasuk Frustrasi jika dilihat

dari standar Rye dan tergolong Instruksional dilihat dari standar Rankin dan

Chulhane, Welton dan Mallan, serta Zint. (3) Kompleksitas kalimat menurut

penimbang tidak akan mengganggu pemahaman karena kalimat-kalimat yang

membangun wacana itu umumnya merupakan kalimat sederhana. (4) Kerumitan

kata berdasarkan evaluasi penimbang juga tidak akan mengganggu pemahaman,

karena kata-kata dalam wacana tersebut sudah diajarkan dan tentunya sudah

dikenal siswa. (5) Akan tetapi hasil uji keterpahaman mengungkapkan bahwa

wacana itu ternyata belum mudah dipahami siswa. Realita ini menyisakan celah

untuk diteliti lagi oleh peneliti selanjutnya.

Berdasarkan temuan di atas, penulis belum merekomendasikan pemakaian

wacana sampel sebagai bahan ajar di SD. Sebaiknya guru menggantinya dengan

wacana buatan sendiri yang lebih kontekstual dan memiliki tingkat keterbacaan

tinggi, dengan mempertimbangkan minat dan latar siswa di setiap sekolah. Jika ini

belum mampu dilakukan, guru dapat memilih wacana lain yang lebih baik.

Page 2: T BIND 0909867 Abstract.unlocked