Syok Septik Pada Neonatus

21
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP/RS HASAN SADIKIN BANDUNG Sari Kepustakaan : /Mei 2010 Subdivisi : Perinatologi Oleh : Dinna Meinardaniawati Pembimbing : Prof. Dr. H. Abdurachman S, dr., SpA(K) Prof. Dr. H. Sjarif Hidajat Effendi, dr., SpA(K) dr. Aris Primadi, SpA(K) dr. Tetty Yuniati, SpA(K), M.Kes dr. Fiva Aprilia Kadi, SpA, M.Kes Hari/Tanggal : Senin, 7 Juni 2010 SYOK SEPTIK PADA NEONATUS 1. PENDAHULUAN Syok Sepsis merupakan masalah kesehatan utama yang melibatkan jutaan manusia di seluruh dunia. Penyakit ini masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatus, bersama dengan timbulnya disfungsi organ multipel yang terjadi pada pasien sepsis. 1,2,3,4 Syok septik menjadi suatu permasalahan klinis yang sangat kompleks, terjadi akibat keadaan sepsis yang memburuk. 4 Faktor-faktor risiko yang meningkatkan kejadian sepsis selama periode neonatal, yaitu prematuritas, berat badan lahir rendah, pembedahan, pasien dengan ventilasi mekanik, pemberian nutrisi parenteral, dan adanya flora abnormal gastrointestinal. Mortalitas sepsis neonatorum berhubungan dengan disfungsi organ multipel, sebagaimana terjadi pada pasien dewasa. Penanganan yang tepat diperlukan untuk mencegah terjadinya syok septik dan disfungsi organ multipel tersebut. 1,4 1

Transcript of Syok Septik Pada Neonatus

Page 1: Syok Septik Pada Neonatus

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP/RS HASAN SADIKIN BANDUNG

Sari Kepustakaan : /Mei 2010Subdivisi : PerinatologiOleh : Dinna MeinardaniawatiPembimbing : Prof. Dr. H. Abdurachman S, dr., SpA(K)

Prof. Dr. H. Sjarif Hidajat Effendi, dr., SpA(K) dr. Aris Primadi, SpA(K) dr. Tetty Yuniati, SpA(K), M.Kes dr. Fiva Aprilia Kadi, SpA, M.Kes

Hari/Tanggal : Senin, 7 Juni 2010

SYOK SEPTIK PADA NEONATUS

1. PENDAHULUAN

Syok Sepsis merupakan masalah kesehatan utama yang melibatkan jutaan manusia di

seluruh dunia. Penyakit ini masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada

neonatus, bersama dengan timbulnya disfungsi organ multipel yang terjadi pada pasien

sepsis.1,2,3,4 Syok septik menjadi suatu permasalahan klinis yang sangat kompleks, terjadi akibat

keadaan sepsis yang memburuk.4 Faktor-faktor risiko yang meningkatkan kejadian sepsis selama

periode neonatal, yaitu prematuritas, berat badan lahir rendah, pembedahan, pasien dengan

ventilasi mekanik, pemberian nutrisi parenteral, dan adanya flora abnormal gastrointestinal.

Mortalitas sepsis neonatorum berhubungan dengan disfungsi organ multipel, sebagaimana terjadi

pada pasien dewasa. Penanganan yang tepat diperlukan untuk mencegah terjadinya syok septik

dan disfungsi organ multipel tersebut.1,4

Hasil akhir syok septik dan sepsis berat pada neonatus dan anak telah mengalami

perbaikan sebelum tahun 2002 dengan adanya penanganan the advent of neonatal and pediatric

intensive care.5,6,7 Insidens dari sepsis itu sendiri diketahui meningkat menurut kelompok umur

pada dua dekade terakhir.6 Di Amerika Serikat sepsis diperkirakan terjadi sekitar 750.000 kasus

setiap tahunnya pada populasi menurut umur dengan jumlah yang terus meningkat, yaitu pada

pasien dengan organisme yang resisten terhadap pengobatan atau compromised immune

system.3,8,9 Pada neonatus, sepsis mempunyai insidens 1-10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan

angka mortalitas 15-50%, atau sekitar 26% diseluruh dunia.10,11 Referensi lain menyebutkan

angka mortalitas akibat syok septik adalah sebesar 40-70%, sedangkan yang disebabkan oleh

1

Page 2: Syok Septik Pada Neonatus

sepsis berat adalah 25-30%.3 Angka kematian akibat syok septik tergantung pada tempat awal

timbulnya infeksi, bakteri patogen, adanya Multiorgan Dysfunction Syndrome (MODS), dan

respon imun pejamu.4 Sepsis bakterialis yang menyebabkan syok septik menjadi penyebab utama

tingginya angka morbiditas dan mortalitas, terutama pada bayi dengan berat badan lahir

rendah.4,12

Pada tahun 2002, The American College of Critical Care Medicine (ACCM) membuat

pedoman Clinical Practice Parameters for Hemodynamic Support of Pediatric and Neonatal

Shock yang merupakan pedoman penanganan syok septik pada neonatus dan anak yang

dimodifikasi pada tahun 2007.5 Banyak penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pada

pedoman dan rekomendasi ACCM untuk penanganan syok septik berhasil membuktikan manfaat

dan efektivitasnya dalam menurunkan angka kematian akibat syok septik.5 Penelitian uji klinis

dan eksperimental mengenai syok septik telah membuktikan bahwa waktu sangat memegang

peranan penting. Penanganan syok septik secara dini dan agresif dalam pemberian cairan

resusitasi (early, aggeressive fluid resuscitation) memberikan hasil keluaran yang lebih baik.13

Keterlambatan diagnosis dan penanganan syok septik yang kurang tepat menyebabkan

angka kematian masih tinggi dengan insidens yang cenderung terus meningkat setiap tahunnya.9

Hal ini mengharuskan para klinisi memiliki pemahaman tentang etiologi, patofisiologi, dan

penatalaksanaan syok septik. Dalam referat ini akan dibahas mengenai penegakan diagnosis

syok septik pada neonatus dan penatalaksanaannya.

2. DEFINISI

Syok septik merupakan keadaan sepsis yang memburuk, awalnya didahului oleh suatu

infeksi. Definisi systemic inflammatory response syndrome (SIRS) adalah suatu respon

peradangan terhadap adanya infeksi bakteri, fungi, ricketsia, virus, dan protozoa. Respon

peradangan ini timbul ketika sistem pertahanan tubuh tidak cukup mengenali atau

menghilangkan infeksi tersebut.4 Sepsis adalah SIRS yang disertai adanya bukti infeksi.3,4,9

Sepsis berat adalah sepsis yang disertai dengan salah satu disfungsi organ kardiovaskular atau

acute respiratory distress syndrome, atau ≥2 disfungsi organ lain (hematologi, renal,

hepatik).3,4,9,14 Syok septik adalah sepsis berat yang disertai adanya hipotensi atau hipoperfusi

yang menetap selama 1 jam, walaupun telah diberikan resusitasi cairan yang adekuat.3,4,9

Literatur lain menyebutkan syok septik adalah sepsis yang disertai disfungsi organ

2

Page 3: Syok Septik Pada Neonatus

kardiovaskular, yang masih berlangsung setelah diberikan cairan isotonik bolus intravena > 40

ml/kgbb selama 1 jam.14

2.1 Kriteria Disfungsi Organ, antara lain sebagai berikut:14

2.1.1. Disfungsi kardiovaskular

Tekanan darah yang menurun (hipotensi) < persentil ke-5 menurut kelompok umur atau

tekanan darah sistolik > 2 SD dibawah normal menurut kelompok umur,14 atau

Kebutuhan akan obat-obatan vasoaktif untuk menstabilkan tekanan darah (dopamin > 5

mikrogram/kgbb/menit, dobutamin, epinefrin, atau norepinefrin), atau

Dua dari gejala sebagai berikut: oliguria (output urin < 0,5 ml/kgbb/jam), cappilary refill

time memanjang > 3 detik, perbedaan suhu tubuh perifer dan inti > 30C.

2.1.2 Disfungsi respiratori

PaCO2 > 20 mmHg di atas batas normal.

Memerlukan FiO2 > 50% untuk memperoleh saturasi > 92%.

Kebutuhan akan ventilasi mekanik invasif atau non-invasif.

2.1.3 Disfungsi neurologis

Glasgow come scale < 11, atau

Perubahan status mental akut disertai penurunan GCS > 3 dari batas normal.

2.1.4 Disfungsi Hematologi

Jumlah Trombosit < 80.000/mm3, atau menurun > 50% dari jumlah trombosit tertinggi

yang tercatat selama 3 hari terakhir.

2.1.5 Disfungsi Renal

Kadar kreatinin serum > 2 kali di atas nilai normal menurut umur.14 Kriteria acute renal

failure pada neonatus yaitu jika kadar ureum darah mencapai > 20 mg/dl.15

2.1.6 Disfungsi Hepar

Kadar alanin transaminase > 2 kali di atas nilai normal menurut umur.14

3

Page 4: Syok Septik Pada Neonatus

Tabel 1. Definisi Syok menurut American College of Critical Care Medicine Hemodynamic

Cold or Warm Shock Menurunnya perfusi yang bermanifestasi sebagai perubahan status mental,

capillary refill > 2 detik (cold shock) atau pengisian kembali kapiler cepat

(warm

shock), tekanan nadi perifer menyempit (cold shock) atau bounding (warm

shock),

ekstremitas dingin dan mottling (cold shock), atau output urin yang menurun <

1

ml/kgbb/jam.

Syok refrakter cairan Syok yang menetap walaupun telah diberikan cairan resusitasi ≥ 60 ml/kgbb

atau resisten dan infus Dopamin sampai 10 mikrogram/kgbb/menit.

dopamin

Syok resisten Syok yang menetap walaupun telah diberikan direct acting catecholamines;

katekolamin epinefrin atau norepinefrin.

Syok refrakter Syok yang menetap walaupun telah dilakukan goal directed therapy menggunakan

Obat inotropik, vasopressor, vasodilator, dan pemeliharaan metabolik rumatan

serta homeostasis hormonal.

Sumber: Brierley, Carcillo, Choong, Cornell, 2007.5

3. ETIOLOGI

Infeksi yang terjadi pada pejamu berasal dari adanya kontak dengan organisme patogen

potensial. Organisme patogen tersebut berproliferasi dan mempengaruhi pertahanan tubuh

pejamu. Sumber infeksi pada neonatus dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu: infeksi

intrauterin (transplasental), perinatal selama proses persalinan (intrapartum), dan infeksi yang

didapat dari rumah sakit selama periode neonatal (postnatal) dapat berasal dari ibu atau

lingkungan rumah sakit.16

Pada sebagian besar kasus syok septik disebabkan oleh kuman gram negatif, baik karena

bakteriemia atau endotoksemia, namun kuman gram positif juga diketahui dapat menyebabkan

4

Page 5: Syok Septik Pada Neonatus

syok. Jenis kuman gram negatif yang sering menyebabkan syok septik adalah Escherichia coli

dan grup Klebsiella-Aerobacter.17 Eschericia coli adalah salah satu organisme enterik maternal

yang berkolonisasi di dalam saluran gastrointestinal neonatus, yang dapat masuk ke dalam

pembuluh darah.18,19 Diplococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus β

hemolyticus merupakan kuman gram positif yang sering menjadi penyebab pada syok septik.17

Staphylococcus Aureus dan bakteri gram negatif lebih sering ditemukan di negara berkembang.20

Organisme penyebab paling banyak sepsis neonatorum telah mengalami perubahan pada

beberapa dekade terakhir, dan bervariasi secara geografis.18,20 Saat ini, Streptococcus grup B

merupakan bakteri penyebab paling banyak.18,19,20,21 Streptococcus grup B didapat baik

intrapartum maupun postpartum.18,19,20 Selama beberapa tahun di Amerika Serikat, organisme

penyebab sepsis yang paling sering ditemukan adalah golongan bakteri gram negatif. Namun,

pada tahun 2000 bakteri gram positif ditemukan sebesar 52,1% dari keseluruhan kasus sepsis

yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif sebesar 37,6%. Sebagian kasus

tertentu, ditemukan organisme multipel sebagai penyebabnya, yaitu sekitar (4,7%), jamur

(4,6%), dan bakteri anaerob (1,0%). Selama periode kurang lebih 20 tahun sejak tahun 1979

sampai 2000 infeksi bakteri gram positif meningkat dengan rata-rata 26,3% pertahun dan infeksi

jamur meningkat sebesar 9% selama periode tersebut.6

Penyebab sepsis bakterialis juga bervariasi berdasarkan usia postnatal. Pada tahun 1991-

1993, dilakukan penelitian kohort di Amerika Serikat dengan data yang diambil dari 12 pusat

kesehatan sebanyak 7.861 bayi dengan berat badan lahir rendah.20 Hasil penelitian menyatakan

insidens sepsis awitan dini yang terjadi dalam 72 jam pertama kehidupan sekitar 1,9% dan sepsis

awitan lanjut sebanyak 25%.20 Sepsis awitan dini merupakan penyebab kematian terutama pada

bayi dengan berat badan lahir rendah (<1500 gram).22

4. KLASIFIKASI

Vasokonstriksi adalah suatu respon normal terhadap keadaan tekanan arteri sangat rendah

untuk memenuhi perfusi jaringan, seperti pada syok hemoragik akut atau syok kardiogenik. Pada

syok septik, seringkali hipotensi yang timbul adalah akibat kegagalan dari otot-otot halus

pembuluh darah berkonstriksi.23

Syok septik merupakan kombinasi dari tiga tipe klasik syok yaitu: hipovolemik,

kardiogenik, dan distributif.4 Syok hipovolemik terjadi akibat kehilangan cairan intravaskular

5

Page 6: Syok Septik Pada Neonatus

melalui kebocoran kapiler, syok kardiogenik terjadi karena efek depresan miokardium akibat

sepsis, dan syok distributif diakibatkan oleh menurunnya tahanan vaskular sistemik.4 Syok

septik adalah bentuk dari syok distributif yang ditandai oleh vasodilatasi dari pembuluh darah

arteri dan vena.24 Syok septik dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu warm Shock dan cold shock.

Warm shock ditandai dengan curah jantung yang meningkat, kulit yang hangat dan kering, serta

bounding pulse dan cold shock ditandai oleh curah jantung yang menurun, kulit lembab dan

dingin, serta nadi yang lemah.22

5. PATOFISIOLOGI

Syok terjadi karena adanya kegagalan sirkulasi dalam upaya memenuhi kebutuhan

tubuh.4 Hal ini disebabkan oleh menurunnya cardiac output atau kegagalan distribusi aliran

darah dan kebutuhan metabolik yang meningkat disertai dengan atau tanpa kekurangan

penggunaan oksigen pada tingkat seluler.4 Tubuh mempunyai kemampuan kompensasi untuk

menjaga tekanan darah melalui peningkatan denyut jantung dan vasokonstriksi perifer.4,23

Hipotensi dikenali sebagai tanda yang timbul lambat terutama pada neonatus karena mekanisme

kompensasi tubuh mengalami kegagalan sehingga terjadi ancaman kardiovaskuler.4

Respon imun pejamu, melalui sistem imun seluler dan humoral serta reticular

endothelium system (RES), dapat mencegah terjadinya sepsis. Respon imun ini menghasilkan

kaskade inflamasi dengan mediator – mediator yang sangat toksik termasuk hormon, sitokin, dan

enzim. Jika proses kaskade inflamasi ini tidak terkontrol, maka SIRS terjadi dan dapat berlanjut

dengan disfungsi sel, organ, dan gangguan sistem mikrosirkulasi.4

Kaskade inflamasi dimulai dengan toksin atau superantigen. Endotoksin (suatu

lipopolisakarida), mannosa, dan glikoprotein, komponen dinding sel bakteri gram negatif,

berikatan dengan makrofag meyebabkan aktivasi dan ekspresi gen inflamasi. Superantigen atau

toksin yang berhubungan dengan bakteri gram positif, mycobacteria, dan virus akan

mengaktivasi limfosit dan menginisiasi kaskade mediator inflamasi.4

Gangguan mikrosirkulasi dalam bentuk jejas endotel, akan melepaskan substansi

vasoaktif, perubahan tonus kardiovaskuler, obstruksi mekanis kapiler karena adanya aggregasi

elemen seluler, dan aktivasi sistem komplemen.4 Pada tingkat seluler terdapat penurunan

fosforilasi oksidatif sekunder karena penurunan penghantaran oksigen, metabolisme anaerob

karena penurunan adenosine triphosphate (ATP), penurunan glikogen, produksi laktat,

6

Page 7: Syok Septik Pada Neonatus

peningkatan kalsium sitosol, aktivasi membran fosfolipase, dan pelepasan asam lemak dengan

pembentukan prostaglandin.4

Respon biokimia termasuk produksi metabolit asam arakhidonat, melepaskan faktor

depresan jantung, endogen opiat, aktivasi komplemen, dan produksi mediator lainnya. Metabolit

asam arakhidonat seperti (1)thromboxane A2 menyebabkan vasokontriksi dan agregasi

trombosit, (2)prostaglandin, seperti PGF2 yang menyebabkan vasokontriksi, dan PGI2

menyebabkan vasodilatasi, serta (3)leukotrien yang menyebabkan vasokontriksi,

bronkokontriksi, dan peningkatan permeabilitas kapiler. Faktor depresan jantung, tumor necrosis

factor-α (TNF-α), dan beberapa interleukin menyebabkan depresi miokardium melalui

peningkatan perangsangan nitrit oksida sintase. Opiat endogen, termasuk didalamnya β-endorfin,

menurunkan aktivasi simpatis, menurunkan kontraksi miokardium, dan menyebabkan

vasodilatasi. Aktivasi sistem komplemen merangsang lepasnya mediator vasokontriksi yang akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, vasodilatasi dan aktivasi dan agregasi trombosit

dan granulosit..4

6. DIAGNOSIS

Pengenalan dini syok septik sangat esensial untuk memperoleh outcome yang baik. Syok

septik merupakan suatu diagnosis klinis, yang ditandai oleh adanya perfusi yang menurun.6

Stadium awal syok septik dapat dikenali dengan ditemukan takikardi, bounding pulse, serta

perubahan kesadaran. Stadium lebih lanjut dapat ditemukan waktu pemanjangan pengisian

kapiler, dan akhirnya tanda lambat yang timbul adalah hipotensi.5 Syok septik harus didiagnosis

secara klinis sebelum timbulnya hipotensi, yaitu hipotermi, atau hipertermi, perubahan status

mental, vasodilatasi perifer (warm shock) atau vasokontriksi dengan capillary refill > 3 detik

(cold shock). Ambang batas denyut jantung yang berhubungan dengan meningkatnya mortalitas

pada bayi dengan keadaan critically ill adalah HR < 90 x/menit atau > 160x/menit.5

Syok septik harus dicurigai pada bayi baru lahir yang mengalami takikardi, respiratory

distress, malas menetek, tonus buruk, sianosis, takipnea, diare, atau penurunan perfusi,

khususnya dengan adanya riwayat ibu dengan korioamnionitis atau ketuban pecah lama.21

Pemeriksaan laboratorium lengkap harus dilakukan pada pasien syok septik, meliputi

pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, dan elektrolit, serta mencari sumber infeksi dengan

pemeriksaan rontgen toraks.17 Pemeriksaan kultur dari darah dan urin juga dilakukan, pungsi

7

Page 8: Syok Septik Pada Neonatus

lumbal untuk kultur cairan serebrospinal (CSF), dan kultur yang secara klinis diperlukan atau

sesuai indikasi dapat membantu menegakan diagnosis.17,21 Petanda biologis sebagai suatu respon

terhadap infeksi yang meningkat salah satunya adalah C-reactive protein (CRP) yang

membutuhkan waktu 12-24 jam untuk mencapai kadar dalam darah yang dapat di ukur.17

7. PENATALAKSANAAN

Tujuan penanganan syok adalah untuk menjaga tekanan perfusi.5 Berdasarkan suatu

penelitian menyatakan bahwa penanganan syok early goal-directed resuscitation dapat

meningkatkan angka harapan hidup penderita syok septik.9 Penggunaan ekspansi volume dan

agen inotropik diperlukan untuk mencapai perfusi renal dan jaringan yang adekuat. Pada tahap

awal digunakan penggunaan volume ekpansi cairan, berikutnya digunakan agen inotropik.21

Dopamin dan dobutamin merupakan obat-obatan inotropik yang digunakan untuk mengatasi

syok pada neonatus.24 Penggunaan kortikosteroid diberikan jika ekspansi volume dan agen

inotropik tidak dapat mengatasi syok. Terapi kortikosteroid intravena pada sepsis masih

kontroversial.25 Suatu penelitian menunjukkan penggunaan dosis tunggal dapat dilakukan pada

hipotensi refrakter tanpa menyebabkan reaksi simpang pada neonatus, tetapi berdasarkan

tinjauan penelitian lain menyebutkan tidak terdapat cukup bukti untuk mendukung pemberian

rutin steroid pada hipotensi neonatus.21

Terapi antibiotik empiris diberikan setelah pengambilan spesimen untuk kultur, yang

dianjurkan adalah antibiotik broad spectrum, seperti ampisilin intravena dan gentamisin.

Vankomisin dapat diberikan menggantikan ampisilin, jika diduga adanya infeksi stafilokokus

(sering pada neonatus yang berusia lebih dari 3 hari dengan monitoring invasif menggunakan

kateter atau chest tube). Beberapa institusi menganjurkan penggunaan sefotaksim, terutama jika

terdapat infeksi sistem saraf pusat, penggunaan vankomisin menggantikan gentamisin untuk

mencegah nefrotoksisitas. Dipertimbangkan penggunaan ini terutama pada kuman gram negatif

yang spesifik dan jika terdapat resistensi.21

Pemberian intravena imunoglobulin (IVIG), penggunaannya masih kontroversial. Pada

beberapa tinjauan terkini ditemukan bahwa penggunaannya dapat menurunkan mortalitas sepsis

sebesar 3%.21 IVIG diketahui dapat membatasi kerusakan jaringan yang dicetuskan oleh aktivasi

faktor komplemen dan merubah komplek imun inflammatory potential soluble.26 Beberapa

institusi memberikan dosis tunggal IVIG pada neonatus, seperti Veronate (antistafilokokus IVIG

8

Page 9: Syok Septik Pada Neonatus

spesifik), tetapi pemberiannya tidak terbukti efektif sehingga hal ini memerlukan evaluasi lebih

lanjut.21 Penatalaksanaan syok septik pada neonatus diajukan dalam bentuk algoritma berikut ini:

Uni

t Gaw

at D

arur

at

0 menit

5 menit

15 menit

60 menit

Uni

t Per

awat

an I

nten

sif

9

Lihat tanda-tanda penurunan perfusi, sianosis, dan RDS.Jaga jalan nafas dan buatlah akses menurut panduan NRP

Resusitasi Awal: Bolus NaCl isotonis 10cc/kg atau koloid hingga 60 cc/kg sampai perfusi membaik, kecuali bila terjadi hepatomegali.

Perbaiki hipoglikemia & hipokalsemia. Mulai pemberian antibiotik.Mulai pemberian prostaglandin hingga adanya lesi ductal-dependent dapat disingkirkan.

Syok belum dapat ditangani?

Syok Refrakter Cairan: Titrasi Dopamin 5-9 μg/kg/menit. Tambahkan Dobutamin hingga 10 μg/kg/menit

Syok belum dapat ditangani?

Syok belum dapat ditangani?

Syok refrakter cairan resisten-dopamin : Titrasi epinefrin 0.05-0.03 mcg/kg/menit

Syok resisten-katekolamin : Monitor CVP di NICU, MAP-CVP & ScvO2 normal > 70%, aliran SVC > 40 mL/kg/menit atau CI 3.3 L/m2/menit

Warm shock dengan tekanan darah rendah: Tambahkan volume dan

norepinefrin. Pertimbangkan vasopressin,

terlipressin, atau angiotensin. Gunakan

inotropik untuk menjaga agar ScvO2>70%, aliran SVC > 40mL/Kg/menit, dan CI 3.3L/m2/menit

Cold shock dengan tekanan darah rendah dan bukti

adanya disfungsi ventrikel kanan:

Bila PPHN dengan ScvO2<70% aliran

SVC<40mL/kg/menit atau CI<3.3 L/m2/menit

tambahkan inhalasi nitrit oksida, pertimbangkan

milrininone, pertimbangkan Iloprost terinhalasi atau

adenosine intravena.

Cold shock dengan tekanan darah normal

dan bukti fungsi ventrikel kiri buruk: Bila

Scv02<70%Aliran SVC<40

mL/kg/menit atau CI<3.3 L/m2/menit,

Tambahkan vasodilator (nitrovasodilator,

milrininone) dengan volume loading.

Syok belum dapat ditangani?Syok belum dapat ditangani?

Syok Refrakter : Atasi dan singkirkan kemungkinan efusi perikardium dan pneumotoraks, gunakan hidrokortison untuk insufisiensi adrenal absolut, dan triiodotironin untuk hipotiroidisme. Mulai pemberian pentoksifilin pada neonatus BBLSR. Pertimbangkan untuk menutup PDA bila signifikan secara hemodinamik

Page 10: Syok Septik Pada Neonatus

Gambar 1. Algoritma Penatalaksanaan Syok Septik Pada Neonatus

Sumber: Brierley, 20095

7.1 Penanganan ABC: Satu Jam Pertama Resusitasi

7.1.1 Tujuan:

Menjaga jalan nafas, oksigenasi, dan ventilasi; mengembalikan dan menjaga sirkulasi,

didefinisikan sebagai perfusi dan tekanan darah normal, menjaga sirkulasi neonatus, dan

menjaga denyut jantung dalam ambang batas normal.5

7.1.2 Jalan Nafas dan Pernafasan:

Kepatenan jalan nafas, oksigenasi dan ventilasi adekuat harus secara ketat dimonitor dan

dipertahankan. Keputusan untuk mengintubasi dan ventilasi berdasarkan diagnosis klinis

dapat dilihat dengan meningkatnya usaha napas (work of breathing), usaha napas yang

tidak adekuat, hipoksemia berat, atau gabungan dari keadaan tersebut.5

7.1.3 Sirkulasi:

Akses vaskuler harus diperoleh dengan cepat menurut panduan program resusitasi

neonatus, pemasangan kateter vena dan arteri umbilikal lebih banyak dilakukan.5

7.1.4 Resusitasi Cairan:

Diberikan bolus cairan 10 mL/kgbb, kemudian dilakukan observasi kemungkinan

timbulnya hepatomegali dan meningkatnya kerja napas. Cairan dapat diberikan sampai 60

mL/kgbb pada satu jam pertama.5

7.1.5 Dukungan Hemodinamik:

Pasien dengan syok berat memerlukan dukungan kardiovaskular selama resusitasi cairan.

Dopamin dapat digunakan sebagai agen lini pertama. Pemberian awal yang disarankan

kombinasi dopamin dosis rendah (<8μg/kgbb/menit) dan dobutamin (hingga

10μg/kgbb/menit). Bila pasien tidak merespon dengan adekuat pada intervensi ini, maka

10

Syok belum dapat ditangani?

ECMO

Page 11: Syok Septik Pada Neonatus

diberikan epinefrin (0,05-0,3μg/kgbb/menit) dapat diberikan untuk mengembalikan

tekanan darah dan perfusi normal.5

7.2 Stabilisasi: Setelah 1 Jam Pertama (Dukungan Hemodinamik Unit Perawatan Intensif

Neonatus/NICU)

7.2.1 Tujuan:

Mengembalikan dan menjaga denyut jantung dalam ambang batas normal, menjaga perfusi

dan tekanan darah normal, menjaga sirkulasi neonatus, ScvO2 >70%, CI >3,3L/menit/m2,

dan aliran SVC >40 mL/kgbb/menit.5

7.2.2 Resusitasi Cairan:

Kehilangan cairan dan hipovolemia persisten karena kebocoran kapiler difus dapat

berlangsung berhari-hari. Kristaloid adalah cairan pilihan pada neonatus dengan Hb > 12

g/dL. Dapat diberikan transfusi PRC bagi neonatus dengan kadar Hb < 12 g/dL.

Continuous renal replacement therapy (CRRT) atau diuretik dianjurkan untuk neonatus

yang mengalami overload cairan 10% dan tidak dapat mencapai keseimbangan cairan.

Larutan infus isotonik mengandung D10% yang diberikan dengan kecepatan pemberian

rumatan menyediakan penghantaran glukosa untuk mencegah hipoglikemi.5

7.2.3 Dukungan Hemodinamik:

Pentoxifylline IV 6 jam per hari selama 5 hari dapat digunakan untuk mengatasi syok

septik pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Pada neonatus dengan fungsi

ventrikel kiri yang buruk dan tekanan darah normal, penambahan nitrovasodilator atau

phosphodiesterase inhibitor terhadap epinefrin (0,05– 0,3 mikrogram/kgbb/menit) cukup

efektif namun harus dimonitor untuk kemungkinan terjadinya toksisitas. Norepinefrin

efektif untuk mengatasi hipotensi refrakter, namun ScvO2 harus dijaga > 70%.5

7.3 Terapi ECMO dan CRRT untuk Syok Refrakter

Neonatus dengan syok refrakter harus dicurigai mempunyai morbiditas yang tidak biasa

atau memerlukan penanganan spesifik, termasuk efusi perikardium (perikardiosentesis),

pneumotoraks (torakosentesis), kehilangan darah yang terus berlangsung (penggantian

darah/hemostasis), hipoadrenalisme (hidrokortison), hipotiroidisme (triiodotironin), inborn

errors of metabolism (responsif kepada infus glukosa dan insulin), dan/atau penyakit jantung

11

Page 12: Syok Septik Pada Neonatus

sianosis atau obstruktif (responsif kepada prostaglandin E1), atau PDA yang sangat besar

(penutupan PDA).5 Apabila berbagai penyebab ini telah dapat disingkirkan, maka extracorporeal

membrane oxygenation (ECMO) merupakan terapi yang penting untuk dipertimbangkan bagi

neonatus cukup bulan.4,5

Tingkat survival rate ECMO saat ini untuk sepsis neonatorum adalah 80%. Pada

beberapa pusat kesehatan, syok refrakter dengan PaO2 < 40 mm Hg setelah terapi maksimal

dianggap sebagai indikasi yang cukup untuk mulai memberikan terapi ECMO. Selain daripada

itu, keuntungan lain adalah berkurangnya pemberian inotropik bila digunakan ECMO.5

8. PROGNOSIS

Angka mortalitas syok septik sangat tergantung pada lokasi pertama kali infeksi,

patogenisitas organisme penyebab, timbulnya multiorgan disfunction syndrome (MODS), serta

respon imun dari pejamu. Pada neonatus, terutama dengan berat badan lahir rendah, mempunyai

risiko tinggi terhadap timbulnya sepsis berat yang dapat memburuk menjadi syok septik.4

9. RANGKUMAN

Sampai saat ini syok septik merupakan penyebab kematian paling sering pada pasien

dengan sepsis, termasuk neonatus. Keberhasilan dalam penatalaksanaan syok septik adalah

dengan kecepatan dan ketepatan dalam menegakan diagnosis, pemberian regimen terapi, serta

pemanfaatan waktu yang efektif. Melalui penanganan yang tepat terhadap syok septik,

diharapkan dapat memperbaiki prognosis dan menurunkan angka mortalitas.

REFERENSI

1. Eaton S. Impaired energy metabolism during neonatal sepsis: the effects of glutamine. Procceedings of the nutrition society. 2003; 62:745-51.

2. Palmer J. Sepsis and septic shock. Neonatology. New Bolton Center:1-7.3. Russel JA. Management of sepsis. New Engl J Med. 2006;355:1699-713.4. Enrionne MA, Powell KR. Sepsis, Septic Shock, and Systemic Inflammatory Response

Syndrome. Dalam: Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier;2007.h.1094-99.

5. Brierley J, Carcillo JA, Choong K, Cornell T, DeCaen A, Deymann A, dkk. Clinical practice parameters for hemodynamic support of pediatric and neonatal septic shock:

12

Page 13: Syok Septik Pada Neonatus

2007 update from the American College of Critical Care Medicine. Crit Care Med.2009;37(2):666-88.

6. Dowd MD. Management of pediatric septic shock in the emergency department. Pem-Database.Org.2003;1-12.

7. Carcillo JA, Field AI. Clinical practice parameters for hemodynamic support of pediatric and neonatal patients in septic shock. Crit Care Med.2002;30(6): 1365-78

8. Hotchkiss RS, Karl IE. The pathophysiology and treatment of sepsis. New Engl J Med. 2003;348(2):138-50.

9. Dellinger RP, Levy MM, Carlet JM, Bion J, Parker MM, Jaeschke R, dkk. Surviving Sepsis Campaign: International guidelines for management of sepsis berat and septic shock: 2008. Intensive Care Med.2008;34;17-60.

10. Nupponen I, Andersson S, Jarvenpaa AL, Kautiainen H. Neutrophil CD11b Expression and circulating interleukin-8 as diagnostic markers for early-onset neonatal sepsis. Pediatrics. 2001;108:1-6.

11. Seale AC, Mwaniki M, Newton CR, Berkley JA. Maternal and early onset neonatal bacterial sepsis: burden and strategies for prevention in sub-Saharan Africa. Lancet Infect Dis. 2009;9:428-38.

12. Puopolo KM. Bacterial and Fungal Infections. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Starck AR, penyunting. Manual of Neonatal Care. Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins;2004.h.275-93.

13. Han YY, Carcillo JA, Dragotta MA, Bills DM, Watson RS, Westerman ME, dkk. Early reversal of pediatric neonatal septic shock by community physicians is associated with improved outcome. Pediatrics. 2003;112:793-9.

14. Khilnani P. Management of Septic Shock. Pediatric oncall. Di unduh tanggal 8 Mei 2010.Tersedia:http://www.pediatriconcall.com/fordoctor/diseasesandcondition/PEDIATRIC_EMERGENCIES/management_severe_sepsis_In_children.asp

15. Mathur NB. Agarwal HS, Maria A. Acute renal failure in neonatal sepsis. Indian Journal of Pediatrics. 2006;73:499-502.

16. Merenstein GB, Adams K, Weisman LE. Infection in the neonate. Dalam: Merenstein GB, Gardner SL, penyunting. Handbook of neonatal intensive care. Edisi ke-5. Philadelphia: Mosby; 2002.h.462-67.

17. Yabek SM. Management of septic shock. Pediatr Rev. 1980;2:83-7.18. Adam D. Infections in Neonates and Prematures. Phil J Microbiol Infect

Dis.1992;22(2):32-4.19. Infection and immunity. Dalam: Polin RA, Spitzer AR, penyunting. Fetal and neonatal

secrets. Philadelphia: Hanley&Belfus; 2001.h.261-71. 20. Freij BJ, McCracken GH. Acute Infections. Dalam: Avery GB, Fletcher MA, MacDonald

MG, penyunting. Neonatology Pathophysiology and Management of the Newborn. Edisi ke-5. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 1999.h.1196-207.

13

Page 14: Syok Septik Pada Neonatus

21. Hypotension and Shock. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Tuttle D, penyunting. Neonatology management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. Edisi ke-6. United States of America: McGraw Hill;2009.h.324-30.

22. Stoll BJ, Hansen N, Fanaroff AA, Wright LL, dkk. Changes in pathogens causing early-onset sepsis in very low birth weight infants. New Engl J Med. 2002;347:240-7.

23. Landry DW, Oliver JA. Mechanisms of disease. New Engl J Med. 2001;345:588-95.24. Rai R, Singh DK. Intravenous adrenaline for shock in neonates. Indian Pediatrics.

2010;1-2.25. Leone M, Martin C. Rescue therapy in septic shock-is terlipressin the last frontier?.

Critical care.2006;10:131-2.26. Haque KN. Immuno-modulation in neonatal sepsis: intravenous immunoglobulin therapy

in the prevention and treatment of neonatal sepsis: is the answer, yes, no, or don’t know?. Haematologica reports.2006;2(10):38-41.

14