Syarifudin, ta'mir masjid 2013

50
Memakmurkan masjid 0 HASIL SIMPOSIUM SILATURRAHIM IMAM MASJID MENYONGSONG BULAN SUCI RAMADHAN

description

 

Transcript of Syarifudin, ta'mir masjid 2013

Page 1: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 0

HASIL SIMPOSIUM

SILATURRAHIM IMAM MASJID

MENYONGSONG

BULAN SUCI RAMADHAN

Page 2: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 1

BAB I

MANAJEMENT SISTEM INFORMASI

DAKWAH MASJID

A. Latar Belakang.

Pentingnya masjid bagi umat Islam bagaikan jantung bagi manusia, karena dari

masjidlah Rasulullah membangun peradaban Islam dan karakter umat Islam yang

sebagai khalifah di muka bumi. Seiring dengan perkembangan zaman dan derasnya

aliran "sekularisasi, Hedonisme, dan pandangan hidup "materalisme", tanpa disadari

peranan masjid dalam kehidupan umat Islam semakin menyempit dan bahkan

terpinggirkan. Besarnya gelombang sekularisasi yang mempengaruhi pandangan

orang terhadap agama, telah menjadikan agama dan lembaga-lembaga agama

sebagai pelengkap dalam kehidupan. Hal ini dilihat dari semakin kecilnya

pengunjung gereja di negara-negara barat. Dalam pandangan orang barat, gereja

hanya sebagai tempat ibadah, bahkan lebih ironis lagi mereka melihat gereja sebagai

"lembaga sosial" yang meminta sumbangan kepada jamaahnya. Mereka melihat

gereja tidak memberikan keuntungan materi dan hanya membuang waktu saja.

Akhirnya banyak gereja yang kosong karena ditinggalkan umatnya. Bagaimana

dengan nasib masjid kita di Maluku apakah nasib masjid kita seperti gereja yang

hilang jamaahnya? Ini menjadi tantangan kita semua.

Coba kita lihat fakta sejarah bagaimana Rasulullah mencetak peradaban

Madinah dan Mekah melalui masjid. Berdasarkan fakta sejarah, bahwa agama Islam

lahir di Mekah karena disitulah Rasulullah diutus, mulai membangun masjid pertama

yakni masjid Quba. Masjid Quba ini terletak di sebelah barat Yasrib yang kemudian

berganti nama menjadi madinatur Rasul di Desa ini Nabi menginap empat hari

kemudian digunakan kesempatan membangun Masjid sederhana yang disebut masjid

Quba dan disinilah pertama Rasulullah saw. Melaksanakan shalat jumat. Tradisi

membangun tempat ibadah adalah selain tempat ibadah juga sebagai tempat

pertemuan sosial kemasyarakatan sebagai pusat sistem informasi umat Islam dalam

melakukan publikasi Islam ke jezirah Arab dan luar Arab.1 A. Hasyim mengatakan

bahwa shalat jumat pertama Rasulullah dilaksanakan dari Quba ke Yatsrib bersama

para sahabatnya yaitu perkampungan bani Salim. Setelah mendapat perintah untuk

melaksanakan untuk shalat jumat pada tanggal 16 rabiul Awal 1 Hijria, sebagai

isyarat berdirinya daulah Islamiyah. Dalam khutbahnya Rasulullah saw.

Memproklamirkan berdiriya negara Islam dan menetapkan bahwa negara

1Moh. Ayub, op. cit., h. 4.

Page 3: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 2

berdasarkan ketaqwaan kepada Allah dan Rasulnya serta politik negara berdasarkan

prikemanusiaan, persatuan Islam, persaudaraan Islam, dan sistem al- Syura

demokrasi.2

Prinsip dasar sistem informasi yang bangun Rasulullah saw. Dalam

melaksanakan dakwah diawali di Masjid, karena masjidalah infrastruktur aktifitas

pembelajaran Islam sekaligus menjadi pusat kajian sistem informasi dan komunikasi

spiritual dan sosial kemasyarakatan. Dimasjidlah umat Islam berkomunikasi dengan

Allah dan dimasjidlah orang bertemu serta bertukar informasi dan problematika

sosial, dan masjidlah tempat solusi semua rintangan kehidupan diselesaikan secara

arif dan bijaksana. Masjid sebagai berfungsi pusat sistem informasi dakwah yang

dibentuk oleh Rasulullah saw. Sebagai satu sistem dan pertukran informasi antara

sesama umat Islam.

BAB II

MASJID SEBAGAI PUSAT

PERADABAN

A. Pengertian masjid.

Kata masjid berasal dari bahasa arab yaitu: sajada, yasjudu, sujudan yang

berarti sujud3 atau tunduk. Masjid juga terambil dari kata sajada yang berarti patuh,

taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.4 Dari fi’il (kata kerja) sajada

mendapat tambahan huruf min, sehingga menjadi isim makan (kata benda yang

menunjukkan tempat) yang menyebabkan terjadinya perubahan dari bentuk kata

kerja (sajada) berarti masjidu.5 Dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan bahwa

masjid berarti rumah tempat sembahyan (salat) bagi umat islam.6 Dalam kamus

istilah agama dikakatan masjid adalah tempat sujud umat Islam menunaikan ibadah

shalat zikir kepada Allah swt.7 Masjid dapat pula diartikan meletakkah dahi, kedua

tangan, lutu dan kaki ke bumi yang kemudia dinamai sujud. Oleh karena itu syariat

adalah bentuk syariah lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. Itulah

2A. Hasjmy, Sejarah kebudaan Islam (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 66. lihat juga di Tesis

Tajuddin Hajma dengan Judul: Pemberdayaan Masjid Sebagai Media Komunikasi Islam. h. 21. 3 Louis ma’luf (Beirut: Al-Matba’ah al-Qanun al-hakikiyah, 1952), h. 329. 4 M.Quraish Shihab, Wawasan Al-quran (Cet. VIII; Bandung: Mizan 1998. 5Sidi Gazalba, Masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Husna, 1994), h. 188. 6WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1987), 649. 7Shadiq dan Salahuddin Chaeri, Kamus Istilah Agama (Jakarta: CV. Sientarama, 1983), h. 213.

Page 4: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 3

sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamai

masjid yang artinya tempat sujud.8

Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat

kaum muslimin, yang mengandung makna tunduk dan patuh. Hakekat masjid adalah

tempat melakukan segala aktifitas yang menagandung kepatuhan kepada Allah

semata.9 Masjid adalah lembaga risalah tempat mencetak umat yang beriman,

beribadah, menghubungkan jiwa dengan sang khalik, umat yang beramal shaleh

dalam kehidupan masyarakat, umat yang berwatak dan berakhlaq teguh.10

Dengan

demikian masjid sebagai pusat informasi dan komunikasi umat islam baik secara

hablum minanllah maupun hablum minannas.

Payung hukum dan landasan dalam pemberdayaan ini merujuk pada firman

Allah swt Artinya : ‚Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-

orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka

merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang

mendapat petunjuk‛. (QS 9:18, At Taubah).

Terjemahnya:

18. hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang

beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,

emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka

merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang

mendapat petunjuk.

B. Fungsi Masjid.

Rasulullah saw.menjadikan Masjid sebagai pusat informasi Islam yang

berkaitan dengan kehiudpan dunia dan akhirat, serta pembentukan opnini serta

publikasi Islam di Madinah dan Mekah untuk hidup rukun dan menjaga terjadinya

pertikaian baik secara internal umat Islam maupun Ekternal Islam sesuai Alquran

8M. Quraish Shihab, op. cit. h. 460. 9Sofyan Syafri Harahap, Manajen Masjid: Suatu pendekatan Teoriritis dan Organisatoris (Cet. II;

Yogyakarta: Dana Bhakti prima Yasa, 1993), h.4. lihat juga di Tesis Tajuddin Hajma dengan Judul:

Pemberdayaan Masjid Sebagai Media Komunikasi Islam. h.17. 10Yusuf Qardawi, AL-Dawabit al-Syariyah li binai al-Masajid, di terjemahkan oleh: Abdul Hayyie al-

Kattani (Cet. I; jakarta: gema Insani Press, 2000), h. h. 7.

Page 5: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 4

dan sunnah. Dalam literatur sejarah juga disebutkan bahwa Rasulullah saw. Lebih

mengutamakan pembangunan masjid sebagai pusat pembinaan mental dan

pengembangan jaringan (networking) Islam. Masjid tidak saja dipakai sebagai

tempat Ibadah tetapi juga sebagai sarana mediasi dan tempat penyelesaian masalah

yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan. Dalam kontes ini, fungsi masjid

menurut para ahli selain tempat ibadah, menurut Farid Ma’ruf mengatakan bahwa

masjid juga sebagai tempat pembinaan umat, musyawara, manhaj (strategi), dan

pelaksanaan jihad.11

Menurut Quraish ada 10 bentuk fungsi masjid di antaranya adalah:

1. Tempat ibadah (shalat,zikir).

2. Tempat konsultasi dan komunikasi yang berkaitan dengan kehidupan sosial

kemasyrakatan.

3. Tempat pendidikan.

4. Tempat santunan sosial.

5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.

6. Tempat pengobatan para korban perang.

7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.

8. Tempat menerimah Tamu dan Aula.

9. Tempat menawang tahanan.

10. Pusat publikasi, penerangan dan pembelaan Agama.12

Sedangkan menurut Hoh. Ayyub mengemukakan sembilan fungsi masjid diantaranya

adalah:

1. Masjid merupakan tempat ibadah umat islam.

2. Tempat pembersian diri dari segala noda dan dosa.

3. Tempat bermusyawarah dan pemecahan problematika sosial.

4. Tempat mengadu dan berkonsultasi umat islam.

5. Tempat membina dan perakat persaudaraan sesama umat Islam.

6. Tempat membina keutuhan dan kekuatan umat Islam.

7. Tempat pengkajian ilmu dan pengembangan kader-kader umat Islam.

8. Tempat mengumpulkan dana dan distribusi kepada yang berhak untuk

dibantu.

9. Tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.13

11Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlaq Dakwah (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), h. 90. 12M. Qurash Shihab, op. cit., h. 462. 13Moh. Ayyub, et.al., op. cit., h. 7-8

Page 6: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 5

Fungsi Masjid Menurut Kausar Niazi mengatakan bahwa fungsi masjid adalah fungsi

sosial sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Sebagai berikut:

1. Sebagai pusat pendidikan dan pengajaran.

2. sebagai tempat mengadakan pertemuan-pertemuan resmi dari utusan-utusan

dari negara lain.

3. Sebagai tempat i’tikaf, terutama pada bulan ramadan.

4. Sebagai tempat membangikan harta rampasan perang.

5. Sebagai tempat mengumumkan keputusan Negara.

6. senagai tempat mengadakan konsultasi dan mengatur strategi perang.

7. senagai temapt menghimpung khazanah ilmu.

8. sebagai tempat peradilan.

9. Sebagai tempat pertemuan sahabat dalam membela Rasulullah saw. Dengan

membacakan sajak deklamasi di masjid.

Dari uraian di atas tentang fungsi masjid tersebut, dilihat fungsi masjid

sebagai satu sistem informasi dakwah yang terdiri dari: umat Islam, tempat

pembinaan, pertemuan umat Islam, tempat publikasi Islam, pengarsipan atau

manajemen masjid, dan strategi pengolahan pesan-pesan agama untuk kemas

menjadi informasi bagi berbagai macam strata umat mulai dari kalangan awam dan

kalangan akademisi. Penulis lebih cenderung istilakan sebagai bentuk Sistem

Informasi Dakwah (SID) yang memiliki keterkaitan yang membutuhkan

profesionalisme dalam mengolah (mengkaji), mengatur, mengontrol serta

menginformasikan pesan-pesan agama yang sesuai dengan strata kemampuan umat

untuk mencegah terjadinya salah presepsi terhadap informasi yang disampaikan. Hal

ini berarti sebagai seorang Dai dalam penyampaian dakwah perlu ada kerjasama

dengan stekholder untuk mendapatkan apa tema yang layak untuk disampaikan

dalam masjid tersebut sebelum berdakwah, sehingga benar-benar informasi yang

disampaikan dapat bermanfaat bagi umat. Sebagai contoh dakwah di bidang

ekonomi, filsafat, teknologi, politik, ilmu perbintangan, ilmu kesenian, dan ilmu

sosial kemasyarakatan.

Dari keterangan tersebut dapat difahami bahwa sejak zaman Nabi Masjid

telah menjadi pusat kegiatan umat manusia yang telah dibangun oleh Rasulullah

sejak dibangunnya Masjid Quba sebagai masjid pertama yang bangun Rasulullah

saw sebagai tempat sistem informasi. Dalam konteks perkembangan teknologi

informasi dewasa ini, sistem informasi dakwah dengan mengefektifkan seluruh

infrastruktur kemasjidan seperti:

Imamnya, Muazzinnya, Tenaga Kearsipan Masjid, Clenning Services,

Sucuryti, Dan tenaga sistem informasi dakwah.

Page 7: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 6

Membuat renstra dakwah dimasjid: mulai dari Perencanaan dakwah,

pengorganisasi, pelaksanaan, pengarsipan dan controling.14

1. Peranan Masjid.

Peradaban moderen ini kecendrungan umat dalam memanfaatkan masjid

telah mengikuti perkembangan zaman dengan menyesuaikan dengan konteks

moderen khsusnya menggunakan teknologi informasi sebagai alat penunjang dalam

melakukan aktifitas dakwah. Seperti contoh dalam mendesain sebuah masjid yang

kokoh dipanggil tenaga arsitek komputer grafis dan penggunan radio, TV, Internet

dan media informasi dan komunikasi lainnya dalam pelayanan umat. Dari kemajuan

tersebut peran masjid sebagai wadah aktifitas ibadah dan publikasi Islam

sebagaimana peran Rasulullah saw di Madinah dalam membangun sistem informasi

Masjid dapat dilihat sebagai berikut:

1. Masjid dijadikan sebagai tempat menjaga diri dari serangan musuh.

2. Kalender Islam dimulai pada tanggal 12 Rabiul Awal permulaan tahun hijria

pada tanggal 1 muharam.

3. Masjid juga dijadikan sebagai syiar perkembangan agama Islam di mekah dan

madinah.

4. Masjid dijadikan sebagai satu sistem ikatan kekeluargaan antara kaum anshor

dan muhajirin dengan satu prinsip yakni keimanan kepada Allah swt.

5. Masjid dijadikan sebagai pusat gotong royong umat islam demi kemaslahatan

bersama.15

Memperhatikan peran Masjid pada awal hijrah di Madina Rasulullah saw.

Memberikan satu prinsip kepada umat islam untuk menjadikan masjid sebagai

sistem informasi dakwah di bidang spiritual dan duniawi. Perkembangan ini juga

terus dilakukan dengan adnanya desain-desain bangunan masjid yang terus

menyesuaikan dengan kontes moderen.

Prinsip bangunan masjid islam secara umum dan khususnya bangunan Masjid

adalah unsur etika dan estetika yang dapat menarik naluri serta perhatian jamaah

untuk masuk dalam masjid tersebut.16

Nuansa keindahan dengan sentuhan warna

14Ahmad Yani, Menuju umat terbaik: Kumpulan Buletin Artikel Dakwah Khaeru Ummah (Jakarta: Khaeru

Ummah, 1996), h. 157-159.

15 Moh. E. Ayub. Op. cit. h. 10. 16 Yusuf Qardawi, op. cit. h. 43.

Page 8: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 7

dan rekstur pigura-pigura kaligrafi juga dapat mempengaruhi otak kanan (sebagai

sugesti pada nilai-nilai spiritual) manusia dalam memilih melaksanakan shalat di

masjid tersebut. Dengan demikian peran masjid sebagai sistem informasi Islam perlu

diperhatikan semua aspek untuk menujang kenyamanan Jamaah dalam melakukan

ibadah dan aktifitas lainnya.

2. Aspek tujuan.

Tujuan membangun masjid pada zaman Rasulullah saw. Adalah tujuan taqwa

dan tujuan kemudaratan (QS Attaubah (9): 107-108. dalam mendirinkan masjid

harus diperhatikan prinsip-prinsip dan esensi yang telah contohkan oleh Rasulullah

saw. Bukan untuk sebaliknya dengan adanya masjid menjadi pusat kemudaratan

umat dengan tidak sinergitasnya pengurus yang satu dengan pengurur yang lain.

Dewasa ini sering terjadi umat Islam cendrung membangun masjid hanya untuk

golongan tertentu, ini adalah kekeliruan dan tidak sesuai dengan tujuan atau prinsip-

prinsip uatama dalam membangun masjid.

3. Aspek Kegiatan.

Aspek kegiatan suatu masjid tercermin pada kegiatan dan optimalisasi pungsi

masjid dengan melakukan aktifitas dakwah agama maupun dakwah keduniaan yang

dapat membawa kemaslahan umat menjadi rahmatallilalamin. Untuk

mengoptimalkan aspek kegiatan masjid tersebut perlu sistem yang transparan,

kredibl, dan akuntabel. Pengorganisasi dan manajemen masjid dengan menggunakan

teknologi informais dan komunikasi moderen yang dapat mempermudah pengelolaan

kegintan-kegiatan baik bernuansa agama maupun kegiatan kegiatan keduniaan.

4. Pusat Publikasi Islam.

Keberadaan dibangunnya masjid salah satu prinsipnya adalah sebagai pusat

informasi dan komunikasi serta publikasi umat Islam dalam mencerdaskan umat

menajdi lebih baik sesuai dengan panduan Alquran dan sunnah. Pondasi masjid

sebagai pusat infromasi Islam adalah dengan adanya perintah shalat jumat sebagai

isyarat bertmunya umat islam setiap hari jumat, sehingga ada pertemuan untuk

saling tukar informasi antara umat yang satu dengan umat lain.

Dalam konteks ini, teknologi komputer sebagai menunjang dengan melakukan

pemetaan Dai, Jamaah, maping, database dai, muzakki, pakir-miskin, dan sistem

publikasi Islam.17

Di masjidlah data-data tentang solusi kehidupan dunia dan akhirat

17Marwah Daud, Teknologi Emansipasi dan Transendensi (Cet. I; Bandung: Mizan, 1994), h. 35.

Page 9: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 8

dibahas untuk dijadikan informasi berguna bagi kelangsungan hidup manusia didunia

dan diakhirat. Teknik mengolah data-data Islam menjadikan satu inforamasi adalah

sebagai berikut:

a) Paktor pengimbang: Lewat masjid diharapkan umat mendapatkan informasi

dan solusi hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat. Jika benar-benar

masjid berfungsi sebagai tempat informasi.

b) Faktor Penyaring: di Masjid dengan adanya para pakar keislaman yang dapat

dikelolah oleh pengurus masjid dengan menampung informasi dan komunikasi

dan memberikan publikasi yang telah melalui proses sistem infroamasi yang

telah dibentuk dan maksimalkan sebagai satu sistem informasi islam, sehingga

sistem tersebut berfungsi sebagai informan yang dapat memberikan

kemaslahatan umat islam bukan sebaliknya.

c) Faktor pengarah: masjid juga dapat dijadikan sebagai tempat cuhat (tempat

mengeluh seluk-beluk tentang persoalan hidup di dunia dan akhirat).

Dalam konteks tersebut, Nana Rukmana memberikan maid set dalam

memfungsikan masjid sebagai berikut:

a) Selain sebagai pembinaan umat masjid juga berfungsi sebagai sugesti untuk

mendorong sugesti untuk mencari rezki dan mendorong etos dan kinerja dalam

menjadi hidup dimana saja berada.

b) Berfungsi sebagai tempat pemberdayaan sumber daya manusia sesuai dengan

keahlian yang ada.

c) Sebagai wadah pemersatu umat Islam serta pusat untuk memperkokoh tali

persaudaraan antara yang umat satu dengan yang lain.

Untuk mendapatkan fungsi masjid tersebut diperlukan sistem informasi yang

handal dan profesional dalam mengelolah dan membangun sistem informasi

sehingga banyak umat tertarik dalam memanfaatkan masjid sebagai pusat kegiatan

umat Islam dan manusia pada umumnya.

Upaya-upaya pemebrdayan masjid:

a) Pembianaan peribadatan yang berkaitan dengan imam, muazzin, khatif yang

telah didesain untuk kemaslahatan umat.

b) Pembinaan majelis ta’lim dengan metode islam sehingga orang tidak bosan

dengan sistem yang dan kegiatannya berpusat dimasjid.

c) Pembinaan remaja masjid juga sudah harus sesuai dengan tuntutan zaman

dan karakter remaja yang penuh dengan gejolak keremajaannya.

d) Pembinaan perpustakaan masjid dengan penyediaan buku-buku yang

berkaitan dengan kebutuhan umat islam.

Page 10: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 9

e) Pembinaan TPA dan TK dengan melakukan pembiasaan anak-masjid dengan

usia dini sebagai tekni yag dilakukan oleh pengurus dan orang tua dalam

memakmurkan masjid.

f) pembinaan ibadah sosial dengan pengelolaan zakat dengan melakukan

database untuk mengontrol fakir miskin yang ada di sekitar masjid.

g) Pembinaan hari-hari besar Islam dengan menyuguhkan kegiatan-kegiatan

yang dapat menarik perhatian umat islam untuk meramaikan suasana

masjid.18

Dari pandangan para ahli tersebut tentang berapa fungsi masjid telah

memberikan petunujuk bahwa masjid memiliki peran strategis dalam mencerahkan

umat dalam berbagai aspek baik lahir maupun batin. Masjid sebagai pusat peradaban

umat yang perlu dikembalikan akibat terjadinya perubahan sosial yang semakin

maju. Perubahan ini membutuhkan pemberdayaan masjid untuk mendapatkan strtegi

manajemen masjid yang dapat memudahkan umat mengolah masjid sesuai kondisi

dan kesanggupan yang ditetapkan bersama.

BAB III

MANAJEMEN MEMAKMURKAN MASJID

A. Pengertian

Manajemen berasal dari bahasa Inggris, dari kata manaje yang artinya

mengurus, membimbing dan mengawasi. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Italy,

yakni mannegio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan sesuatu, atau lebih tepat

lagi ‚penggunaan‛ sesuatu. Dalam bahasa Arab manajemen disebut dengan al-

Idarah. Adapun pengertian manajemen adalah usaha mencapai tujuan melalui

kegiatan orang lain yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Perkembangan zaman

yang semakin menuntut untuk maju, sehingga penting mempelajari manajemen

moderen dalam membuat satu keputusan. Seseorang melakukan tindakan atau

pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi masjid yang ada.

Dalam masjid kemasjidan, seseorang atau pemimpin tidak terlepas dari suatu

masalah atau konflik, karenanya dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada, perlu

adanya dukungan informasi dalam pengambilan keputusan yang tepat dengan

melihat kondisi masalah yang hendak diselesaikan. Dalam Alquran inspirasi

18Departemen agama RI, Pola pembinaan umat (Jakarta: t.t ), 17.-38.

Page 11: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 10

landasan normatif manajemen Allah berfirman QS As-Shaaffat (37): 1,3

Terjemahnya:

demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya.

Terjemahnya:

dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran,

Ayat ini merupakan ayat manajemen dakwah yang penulis fahami secara

tekstual. Makna ‚demi (rombongan) yang ber shaf-shaf‛ dapat difahami bahwa

pengurus masjid dalam mengelolah masjid tidak boleh betrokan pemikiran tetapi ide

dan gagasan harus dikemas dengan rapi laksana bersaf-saf yang tertib lulus yang

dilandasi oleh motivasi yang suci.

Ayat ketiga dari dari segi tekstual terjemahan departemen agama bermakna

‚dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. Inspirasi yang dapat difahami

dari ayat tersebut memberikan pelajaran kepada umat Islam regulasi informasi di

Masjid itu terus digalakkan dengan cara profesional jangan hanya sekedar

menggugurkan kewajiban. Makna ‚membacakan pelajaran‛ dalam ayat tersebut

penulis fahami memberikan informasi aktual kepada jamaah sehingga dapat

memperbaiki pola pikir dan pola hidup yag lebih baik. Untuk mendapatkan proses

dakwah yang profesional ini perlu manajemen dalam mengelolah masjid khususnya

perlu ilmu dan keterampilan dalam mengambil keputusan yang baik.

Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan di mana pimpinan /manajer

menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan atau tidak

dilakukan dalam situasi tertentu. Keputusan ini dinyatakan dalam suatu bentuk kata-

kata yang dirumuskan dalam suatu peraturan, perintah, instruksi, kebijakan dan

dalam bentuk apa saja yang dikehendaki pimpinan. Keputusan ini tidak hanya

dilakukan oleh manajer paling tinggi (top manager) yaitu keputusan strategis

mutlak, tetapi juga para anggota lainnya seperti middle manager dan lower manager

(keputusan taktis dan operasional). Dalam pengambilan keputusan strategis,

manajer yang paling tinggi (top manage) membutuhkan informasi ekstern lebih besar

dari informasi intern dan ini termasuk pengambilan keputusan jangka panjang.

Page 12: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 11

B. Arsitektur Masjid di Indonesia

Keragaman bentuk arsitektur masjid menunjukkan Islam sangat menghargai

keragaman suku, etnis, nilai etika dan estetika. Ketika Islam mulai berkembang di

Indonesia, khususnya di Jawa, estetika arsitektur Islam diperkenalkan oleh para

‘’wali'’, sebagai orang yang dianggap dekat dengan Tuhan dan diyakini memiliki

berbagai kelebihan. Para wali bertugas mengajarkan agama Islam dan sangat

menghormati kebudayaan yang berkembang sebelum masuknya agama islam di

Indonesia. Karena itulah para wali sangat dihormati dan disegani, sehingga karya-

karya arsitektur Islam saat itu masih memperlihatkan perpaduan budaya lama dan

budaya baru dalam arsitektur Islam.

Tetapi memasuki dekade 1960-an, mulai muncul gaya-gaya baru dalam

arsitektur masjid di Indonesia. Gaya-gaya arsitektur yang baru tersebut banyak

muncul dari kalangan intelektual Islam yang telah mengenyam pendidikan seni rupa

dan arsitektur di ITB Bandung yang saat ini pernah dididik oleh guru-guru gambar

dan arsitek-arsitek Belanda. Arsitektur masjid dengan gaya baru di Indonesia, mulai

muncul saat pembangunan Masjid Istiqlal di Jakarta.19

Meskipun masjid merupakan karya arsitektur Islam, tetapi ternyata Masjid

Istiqlal di Jakarta adalah karya arsitek ternama Indonesia non Muslim. Arsitek

Masjid Istiqlal adalah Frederick Silaban, seorang umat Nasrani yang menempuh

pendidikan arsitekturnya di ITB Bandung. Meskipun arsitek ini bukan seorang

Muslim, namun dapat menghayati fungsi masjid sebagai perwujudan penting umat

Islam.

Wujud arsitektur Masjid Istiqal merupakan hasil dari suatu proses sayembara,

di masa pemerintahan Presiden Soekarno pada dekade 1960-an. Hasrat membangun

kebudayaan bangsa yang telah merdeka, menjadi faktor kuat dalam pembangunan

masjid baru. Saat itu Presiden Soekarno menginginkan Indonesia memiliki Masjid

Agung dengan arsitektur yang memiliki gaya abadi, penuh kemegahan dan

kebesaran, serta memancarkan cahaya kebesaran Tuhan. Masjid Istiqlal diharapkan

dapat menampung umat l.k. 20.000 orang, dengan luas bangunan 5000 m2.

Kemegahan dan kebesaran arsitektur masjid ini diwujudkan dalam skala dan

struktur bangunan di lingkungan Taman Wijen Kesuma, di atas bekas tanah benteng

19

Diaksespada website www.arsitektur .com_masjid dunia pada tanggal 29 Oktober 2009.

Page 13: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 12

pendam di zaman penjajahan Belanda, yang ada di jantung Kota Jakarta. Arsitektur

Masjid Istiqlal menyiratkan prinsip-prinsip arsitektur modern, tidak lagi bertitik-

tolak dari bentuk-bentuk masjid yang telah ada sebelumnya di Indonesia, maupun

yang ada di negara-negara Islam lainnya. Struktur masjid Istiqlal menggunakan

konstruksi baja dan beton. Bentuk denah masjid persegi dengan struktur yang kokoh,

disusun oleh deretan kolom-kolom persegi, sehingga menimbulkan dimensi yang

besar, yang mampu menopang kubah raksasa setengah bola. Semua bagian dan ruang

berskala besar dan diberi warna putih keabu-abuan.

Masjid Istiqlal adalah tonggak sejarah perkembangan arsitektur Islam modern

di Indonesia. Masjid karya arsitek F. Silaban ini kini telah menjadi monumen

nasional, dengan nilai-nilai sejarah kebudayaan Indonesia. Arsitektur Masjid Istiqlal

memperlihatkan kesatuan struktur yang menyeratkan kesatuan ide bangunan sebagai

tempat manusia bersujud kepada Tuhan, serta menyeratkan citra keabadian

kebenaran dalam Islam.

Sejak tahun enam puluhan rupanya telah terbentang kemungkinan mendirikan

masjid-masjid baru, dengan dasar perencanaan arsitektur modern yang telah masuk

ke Indonesia. Masjid Istiqlal yang dibangun sejak tahun enam puluhan, menampilkan

kesatuan gaya yang kompak dan bersih. Kubahnya yang besar dan merupakan bentuk

setengah bola murni, mempunyai daya dominasi terhadap totalitas bangun

arsitekturnya.

Wujud arsitekturnya bersih (clean dengan design), tidak menonjolkan detail-

detail unsur dekoratif, maupun elemen-elemen hias lainnya pada bangunan. Hal ini

pun terlihat pada desain anterior bangunannya yang bersih dari gaya ornamental,

sehingga tidak mengganggu kekhidmatan suasana religi di ruang utamanya.

Eksterior-nya juga menampilkan pola struktur yang jelas dan kolam-kolam air yang

besar. Sedangkan menaranya ditempatkan agak jauh dari bangunan induk, dengan

bentuk menara beton yang tinggi.

Masjid Istiqlal telah berfungsi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

keagamaan yang bersifat nasional, sehingga masjid ini telah condong menjadi tanda

sebagai simbol kenegaraan. Wujud arsitektural Masjid Istiqlal yang dirancang oleh

arsitek non-Muslim, tidak menyalahi kaidah. Hal ini malah menunjukkan adanya

kerukunan umat beragama di Indonesia, yang saling memberi dan menerima. Apalagi

Page 14: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 13

sang arsitek pada hakikatnya telah menghayati fungsi masjid sebagai perwujudan

penting umat Islam.

Ketika masjid pertama kalinya dibangun oleh Nabi Muhammad SAW, justru

mewujudnya sangat sederhana sekali. Prototipe masjid beliau adalah ‘’masjid

lapangan,'’ sebab unsur utamanya adalah lapangan di bagian tengah denah, kemudian

di kelilingi oleh tembok pembahas. Konsep ini juga merupakan kebiasaan adat lama

Arab, yang memanfaatkan bentuk lapangan terbuka di antara dinding-dinding

pembatas, untuk menampung aktivitas pertemuan dan berbagai aktivitas lainnya di

dalam masjid.

Jadi pada awalnya, bentuk arsitektur masjid bukanlah merupakan bangunan

yang megah, penuh keindahan, tetapi justru sangat sederhana, tetapi fungsional.

Dalam perkembangannya kemudian, arsitektur masjid menunjukkan berbagai bentuk

gaya yang berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Masjid

Istiqlal merupakan salah satu masjid yang arsitekturnya diharapkan bisa

menunjukkan identitas nasional dari bangsa Indonesia dan mendokumentasikan

kerukunan umat beragama.

Berikut ini model-model arsitektur bangunan masjid yang dapat di jadikan

inspirasi dalam mendesain sebuah masjid yang menyenangkan pelayanan jemaah.

Model ini dapat juga anda download diwebsite www.arsitektur@masjid_dunia.com.

B. Pengertian Informasi.

Sebelum memberikan pengertian informasi perlu dijelaskan lebih awal apa itu

informasi yang dibutukan di masjid. Informasi yang dibutuhkan dimasjid adalah

informasi dari Al-Quran dan Sunnah sebagai alat untuk mencerahkan manusia.

Dengan menguasai informasi dalam Al-Quran dan Sunnah semakin canggih pola

hidup kita di dunia dan akhirat.

Informasi adalah sebuah istilah yang tidak tepat dalam pemakaiannya secara

umum. Informasi dapat mengenai data mentah, data tersusun, kapasitas sebuah

saluran komunikas, dan lain sebagainya. Informasi ibarat darah yang mengalir dalam

tubuh suatu masjid sehingga informasi ini sangat penting di dalami suatu masjid.

Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, kerdil, dan

akhirnya mati. sistem informasi manajemen berhubungan dengan informasi agama

Page 15: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 14

sebagai pesan yang mencerahkan masyarakat. Apakah informasi itu? Informasi

agama adalah data-data yang telah di-klasifikasi atau diolah atau di interpretasi para

ulama besar untuk digunakan oleh umat Islam dalam proses pengambilan keputusan

dalam menentukan tujuan hidup jangka pendek di dunia dan jangka panjang di

akhirat.

Fungsi utama informasi adalah menambah pengetahuan umat manusia.

Informasi yang disampaikan kepada umat berupa solusi-solusi hidup di dunia dan

akhirat. Ia merupakan hasil data dari Alquran dan Sunnah yang dijelaskan oleh para

Mubalig dan Dai dalam mengambil keputusan umat Islam dalam menata hidupnya

lebih baik dan berberkah belimpah.

Suatu informasi agama harus memenuhi persyaratan rahmatallil’alamin

(memberikan kenyamanan pada semua pihak) karena Al-Quran dan Sunnah itu

adalah pusat kebagian dan kesejahteraan sehingga keputusan-keputusan perlu

disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masalah umat manusia. Sebagai pengurus

masjid dibutuhkan oleh seorang Imam dalam pengambilan keputusan yang harus

segera dilakukan. Berdasarkan persyaratan informasi agama untuk meningkatkan

kecerdasan spiritual, intelektual, sosial, dan entrepreneurship masyarakat. oleh sebab

itu informasi agama perlu memiliki criteria sebagai berikut:

1. Informasi agama yang tepat waktu sebuah informasi yang tiba pada sat

manajer sebelum keputusan diambil.

2. Informasi agama yang relevan sebuah informasi yang disampaikan oleh Imam

kepada umat harus relevan dengan kebutuhan umat, yakni ada kaitannya

dengan keputusan pihak penerima (umat) sehingga informasi agama tersebut

akan mendapat perhatian dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.

3. Informasi agama harus bernilai, maksudnya berharga dalam pengambilan

keputusan umat Islam disekitar masjid.

4. Informasi yang dapat dipercaya suatu informasi yang harus dapat dipercaya

(realible) dalam manajemen karena hal ini sangat penting menyangkut citra

masjid manajemen masjid digiatkan dalam kegiatan memakmurkan masjid.

Setiap tahapan manajemen memerlukan informasi agama.

5. Perencanaan ta’mir masjid perlu memiliki manajemen modern dengan

mendesain sebuah sistem pengolahan masjid yang berimplikasi pada pelayanan

Page 16: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 15

umat yang baik dengan membuat perencanaan kegiatan ta’mir masjid sebagai

berikut:

a) (Planning) (Informasi untuk perencanaan): Membuat perencaan tahunan,

bulanan, dan harian. Perencanaan ini disesuaikan dengan standar

operasional yang telah disepakati dalam rapat ta’mir masjid dengan

prinsip pelayanan prima dalam pelayanan umat yang berkualitas.

Tujuannya perencanaan ta’mir masjid adalah mencerahkan umat

mencapai tujuan umat di dunia (jangka pendek) dan bahagian di akhirat

(jangka panjang).

b) Actuating (Informasi untuk penggerak): Memilih fasilitas penunjang

seperti teknologi komputer dan catatan harian (Buku besar) dalam

mencatat dan mengolah data masjid seperti: Membuat jadwal dakwah,

Nama penceramah, Imam, Muazzim, penerima Zakat, Infaq, dan

shadaqah sehingga dapat diaudit dengan mudah pengelolaan keuangan

masjid.

c) Controlling (Informasi untuk pengawasan); Membuat pengawasan yang

cermat untuk mengetahui kesuksesan setiap kegiatan ta’mir masjid

apakah sudah sesuai dengan standar operasional yang ditentukan atau

tidak, selalu melakukan evaluasi yang dapat memudahkan ta’mir masjid,

dan masyarakat mengonrol jalannya sistem informasi dakwah di masjid.

C. Menata Masjid Yang Mencerahkan Umat.

Penataan masjid yang yang mencerahkan umat sangat tergantung pada

kesepakatan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dibutuhkan umat disekitar

masjid. Keputusan yang berkiblat pada kemaslahatan dan problematika sosial umat

dapat memberikan kemakmuran masjid. Semakin banyak manfaat masjid pada umat

semakin baik keputusan itu. Artinya keputusan yang baik jika keputusan itu dapat

mencerahkan umat menuju kehidupan yang bahagian di dunia dan akhirat. Selain itu

ada kepuasan dan kenyamanan umat terhadap keputusan yang disepakati oleh ta’mir

masjid sebagai indicator keputusan yang baik.

Langkah-langkah pokok dalam pengambilan keputusan, alangkah baiknya kita

mengulag pengertian keputusan itu sendiri, yang mana keputusan adalah suatu

Page 17: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 16

tindakan pemilihan dimana pimpinan menentukan suatu kesimpulan tentang apa

yang harus dilakukan atau tidak dilakukan dalam situasi yang tertentu. Keputusan

ini dinyatakan dalam suatu bentuk kata-kata yang dirumuskan dalam suatu

peraturan, perintah, instruksi, kebijakan dan dalam bentuk apa saja yang dikehendaki

pimpinan Imam sebagai pengendali program di masjid.

a. Teknik Pengambilan Keputusan

Pengurus masjid dalam mengambil sebuah keputusan perlu informasi agama

yang cukup untuk menghindari ketidakpuasan para jama’ah. Pengambilan keputusan

harus memiliki 2 kategori minimal yakni kategori praktis, dan tepat sasaran. Untuk

memaksimalkan dalam pengambilan keputusan yang berberkah terinspirasi dari

hadis Nabi adalah:

Rasulullah bersabda: seharusnya setiap amal itu disertai dengan niat. Sesungguhnya bagi setiap orang akan memperoleh seperti apa yang telah menjadi niatnya. Maka barang siapa yang hijrah itu karena tujuan duniawi(materi) yang hendak diraihnya maka hijrah-nya itupun kepada sesuatu yang ditujunya (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini tersirat teknik pengambilan keputusan dalam sebuah masjid perlu

dilandasi oleh motivasi dan niat yang suci untuk kemaslahan umat manusia sehingga

masjid dapat menjadi pusat pencerah batin manusia yang sakit akibat salah

memahami hidup di dunia dan akhirat. Pengambilan keputusan dalam sebuah masjid

sangat tergantung pada target pencapaian yang disertai dengan niat. Jika niat karena

materi semata maka yang akan didapat itu berupa materi. Tetapi jika diniatkan

untuk mengabdi pada Allah maka mendapatkan dua yakni materi dan Ibadah.

Dengan demikian dalam kepengursan masjid niat dan motivasi harus dilandasi

dengan rasa keikhlasan yang tinggi serta niat yang suci untuk menghindari

pertikaian psikologi sesama pengurus. Hal ini menunjukkan bahwa membangun

kebersamaan sangat urgent laksana bangunan masjid itu sendiri saling mengokohkan

antara satu dengan yang lain. Jika hal ini telah menjadi mind set bagi pengurus

masjid maka langkah berikutnya menentukan fokus pengambilan keputusan.

Menurut Syarifudin dalam pengambilan keputusan untuk memakmurkan

majsid yang menyenangkan umat di Masjid terdiri dari empat pilar utama yaitu:

1. Keputusan berdasarkan matriks rangking. Maksudnya dalam memutuskan

Page 18: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 17

program memakmurkan Masjid perlu mendesain perencanaan sesuai dengan

problematika sosial yang dihadapi ditengah masyarakat tersebut. Hal ini

ta’mir masjid melakukan identifikasi permasalahan di tengah masyarakat.

Fokus pengambilan keputusan berdasarkan masalah faktual di tengah

masyarakat.

2. Keputusan yang di ambil sesuai dengan hasil pengamatan berdasarkan matris

rangking masalah fundamental yang cermat dari pengurus masjid di tengah

masyarakat kemudian membuat indicator dan standar pelaksanaan kegiatan

untuk menyelesaikan persoalan sosial tersebut di tengah masyarakat.

3. Merumuskan masalah yang paling menonjol dari hasil identifikasi masalah

kemudian membuat rincian objeknya dan pemanfaatan waktu (time line)

biaya, penyelesaiannya.

4. Membuat keputusan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan target

pencapaian yang telah didesain secara cermat dengan langka-langkah yang

pasti untuk menyelesaikan masalah sosial di tengah masyarakat.

Setiap pengurus masjid dalam pengambilan keputusan yang baik, Rasulullah

saw memberikan informasi sebagai pengendali kebijakan dalam mengambil suatu

keputusan. Keteladanan ini ditradisikan dalam memotivasi ta’mir masjid sebagai

seorang pemimpin masjid demi kenyamana umat, dalam menunaikan ibadah.

Motivasi dan niat yang suci hanya mengabdi pada Allah adalah tujuan utama dalam

memakmurkan masjid. Berikut ini contoh pengambilan keputusan bagi seorang

Manager Masjid (pengendali kebijakan) biasanya didasarkan atas:

1. Keyakinan (niat dan motivasi yang suci karena Allah)

2. Intuisi (suara hati)

3. Fakta-fakta sosial di tengah masyarakat yang telah ada dihadapi umat.

4. Adanya laporan secara rutin tentang masalah yang dihadapi masayarakat.

5. Pengalaman (Informasi yang banyak) setelah mencermati keadaan

masyarakat di sekitar masjid.

b. Kriteria keputusan yang Baik.

Keputusan yang baik ketika penentuan pelaksanaan dakwah bisa berjalan baik

Page 19: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 18

dan dapat meminimalisasi permasalahan sosial negatif di tengah masyarakat.

Kemudian meningkatkawan wawasan umat disekitar masjid untuk menata

kehidupan yang sesuai dengan prinsip Al-Quran dan Sunnah. Semua kebaikan ini

bisa terukur ketika keputusan yang diambil sesuai dengan target pencapaian yang

telah direncanakan sebelumnya. Dengan kriteria keputusan yang terukur adalah

sebagai berikut:

1. Tanamkan niat dan motivasi yang suci untuk menyelesaikan permasalahan

sosial di tengah masyarakat atas dasar keimanan pada Allah dan Rasul-Nya.

2. Menggali Ide dan gagasan secara kognitif (pikiran) prinsipnya dapat

memperbaiki masyarakarat secara luas. Proses keputusan berdasarkan

pengamatan yang mendalam tentang masalah sosial di tengah masyarakat.

3. Mendesain konsep melibatkan orang yang ahli dibidangnya untuk

mendapatkan strategi yang tepat, mudah, dan bisa dijaankan. Hal ini

bertujuan untuk memudahkan pemahaman ta’mir masjid dan masyarakat

dalam menggerakan organisasi di masjid sesuai dengan semangat Al-Quran

dan Sunnah.

4. Memperhitungkan estimasi anggaran akuntable, transparan, dan terukur

dalam menyelesaikan persoalan tersebut sesuai waktu yang telah disepakati

bersama.

5. Membuat standar operasional pelaksanaan ta’mir masjid dalam bentuk

harian, minguan, bulanan, dan tahunan sesuai kondisi masalah yang dihadapi

oleh masyarakat.

6. Evaluasi kegiatan untuk mengukur target penpaian apakah sudah berhasil

dengan target pencapaian atau tidak. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki

langkah-langkah selanjutnya dalam kegiatan yang serupa.

c. Tipe-tipe keputusan

Model keputusan dapat dipelajari diberbagai buku manajemen moderen. Tetapi

buku yang ada dihadapan anda ini dapat memberikan referensi informasi tentang

bentuk-bentuk keputusan yang baik dalam bukunnya Soewarno Handayaningrat

mambagi tipe keputusan menjad tiga bagian, yaitu keputusan kelompok atau masjid

ialah dimana seorang mempeunyai peranan sebagai anggota dari kelompok itu

Page 20: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 19

sendiri, keputusan ini adalah keputusan resmi dari kelompok atau masjid dan

pemimpin yang bertindak sebagai pejabat pelaksana.

Keputusan pribadi ialah keputusan yang dipertanggung jawabkan kepada

setiap individu, sekaligus sebagai anggota dari masjid. Keputusan dasar ialah

keputusan masjid sangat penting, dan ini dianggap sebagai bentuk khusus dari pada

keputusan pokok. Pengurus Masjid Sebagai Pengolah Informasi dapat berbagi

dengan jamaah yang datang ke Masjid yang membutuhkan informasi dakwah.

Informasi adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna

dan bermanfaat karena dapat dipublikasikan kepada seseorang yang akan

menggunakannya untuk membuat keputusan. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa

pemakaian informasi jauh lebih penting karena informasi-lah yang akan dipakai

untuk menunjang keputusan manajemen.

Kendati pun informasi dapat diperoleh dengan mudah, namun sesungguhnya

masih banyak manager yang kekurangan informasi kalau yang dimaksud adalah

informasi yang berkualitas baik. Informasi yang memiliki kualitas tinggi akan

menentukan efektifitas keputusan-keputusan manajer. Burch dan Grundnitski

menyebutkan adanya tiga pilar utama yang menentukan kualitas informasi, yaitu:

akurasi, ketepatan waktu, dan relevansi. Syarat-syarat tentang informasi yang baik

yang lebih lengkap diuraikan pula oleh parker. Berikut syarat-syarat yang dimaksud :

1. Ketersediaan (availability): Syarat yang mendasar bagi suatu informasi

adalah tersedianya informasi agama itu sendiri. Informasi harus dapat

diperoleh bagi orang yang hemdak memanfaatkannya.

2. Mudah dipahami (comprehensibility): Informasi harus dapat sipahami oleh

pembuat keputusan, baik itu informasi yang menyangkut pekerjaan rutin

maupun keputusan yang bersifat strategis. Informasi yang berbelit-belit

hanya akan membuat kurang efektifnya keputusan manajemen.

3. Relevan: Dalam konteks masjid, informasi yang diperlukan adalah yang

benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan masjid.

Bermanfaat Sebagai konsekuensi dari syarat relevan, informasi juga harus

bermanfaat bagi masjid.

4. Tepat waktu: Syarat ini terutama sangat penting pada saat masjid

membutuhkan informasi ketika hendak membuat keputusan yang krusial.

Page 21: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 20

5. Keandalan Informasi: harus diproleh dari sumber-sumber yang dapat

diandalkan kebenarannya.

6. Akurat(tepat dengan sasaran): Syarat ini mengharuskan bahwa informasi

bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Ini juga berarti bahwa informasi harus

jelas dan secara akurat mencerminkan makna yang terkandung dari data

pendukungnya.

7. Konsisten: Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi didalm

penyajiannya karena konsisten merupakan syarat penting bagi dasar

pengambilan keputusan.

8. Tampak bahwa ada berbagai macam syarat yang dipenuhi bagi informasi

untuk kepentingan manajemen. Pengolahan data atau penyadian informasi

harus memperhitungkan segi-segi waktu penyajian, isi, format maupun segi-

segi lain dari informasi tersebut. Ini dapt dipahami karena didalam masjid-

masjid modern, kualitas informasi yang dipergunakan dalam manajemen

itulah yang akan menentukan efisien dan efektifitas masjid .

Efektifitas pengelolaan masjid sangat tergantung pada kedalam keilmuan

pengurus tentang Ilmu manajemen masjid adalah ilmu yang mempelajari bagaimana

cara mencapai suatu tujuan yang memiliki dampak besar dalam memperbaiki umat

untuk berpikir positif. Fungsi masjid yang harus dilakukan dengan menggunkan

alat/komputer, tenaga orang, ide, dan secara lebih efisien.

Masjid adalah rumah Allah SWT yang digunakan oleh kita sebagai tempat

untuk beribadah kepadanya untuk mencapai ridho nya dan bertaqwa kepadanya.

Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah,

dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi dikalangan kaum

muslimin.dimasjid pula tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jum’at. Masjid

merupakan tempat mencetak ummat yang beriman, beribadah, menghubungkan jiwa

dengan sangt kholiq. Umat yang beragama shaleh dalam kehidupan masyarakat

menjadi ummt ynag berwatak teguh. Memiliki masjid atau memanajemen suatu

masjid tidak hanya membaguskan dan melihat dari bangunannya saja, tetapi harus

bisa juga berdampak perubahan besar terhadap pola pikir umat dari terbelakan

menjadi maju.

Page 22: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 21

Buku panduan memakmurkan masjid ini sebagai tambahan informasi teknik

mendesain pengelolaan masjid yang moderen. Masjid sebagai tempat ibadah dan

pusat kebudayaan Islam perlu keterampikan dalam pelayanan umat dengan

menyuguhkan Dai dan Muballigh yang berkualits. Drs. Moh. E. Ayyub dalam

bukunya Manajemen Masjid mendefinisikan. Idarah masjid adalah usaha-usaha

untuk untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagai mana mestinya.

Dari sisni kita bias merumuskan definisi lain idarah masjid atau manajemen

masjid adalah suatu proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal,

dilakukan oleh seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya

melalui berbagai aktivitas yang positif. Dengan demikian ketua pengurus masjid

harus melibatkan seluruh kekuatan masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid.

Sebagai mana yang sudah tertera sebelumnya bahwa memakmurkan masjid haruslah

sudah tentu harus merealisasikan fungsi fungsi masjid sebagaimana mestinya

dibawah ini adalah fungsi-fungsi manajemen masjid, yaitu :

d. Perencanaan

Dalam manajemen masjid perencanan adalah perumusan tentang apa yang

akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan

pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam upaya

memakmurkan masjid perencanaan memiliki arti yang sangat penting, yaitu :

1. Memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dgn situasi

dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dilaksanakan.

2. Aktivitas pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur.

3. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dalam

pemakmuran masjid, begitu juga dengan dana dan saran.

4. Perencanaan akan memudahkan pimpinan pengurus masjid untuk

melaksanakan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas

pemakmuran masjid.

Perencanan kegiatan masjid yang matang harus dilaksanakan dengan baik oleh

pengurus masjid. Untuk itu, perlu pengmasjidan yang solid bagi pengurusnya.

Pengmasjidan masjid adalah penyatuan, penelompokan, dan pengaturan pengurus

Page 23: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 22

masjid untuk untuk digerakkan dalm satu kestuan kerja sebagaimana yang telah

direncanakan. Dalam manajemen masjid pengmasjidan memiliki arti yang sangat

penting, yaitu :

1. Penugasan staf pengurus lebih mudah, karena sudah jelas seksi apa atau siapa

yang harus melaksanakan suatu bidang kegiatan

2. Memudahkan dipilih tenaga pelaksana tang tepat, karena dalam

pengmasjidan bukan hanya menyusun struktur kepengurusan dan

menempatkan orangnya, tapi juga menguraikan tugas dan tanggung jawb

sehingga bisa dipilih, siapa yng tepat menempati posisi suatu kepengurusan.

3. Pengmasjidan juga membuat terpadunya berbagai potensi pengurus dalam

suatu kerangka kerja sama pemakmuran masjid.

4. Memudahkan bagi pemimpin pengurus masjid untuk mengendalikan dan

mengevaluasi pelaksanaan suatu kegiatan.

BAB IV

IMPLEMENTASI MEMAKMURKAN MASJID

A. Pelaksanaan dan Pengawasan

Pelaksanaan dalam manajemen masjid merupakan upaya membimbing dan

mengarahkan potensi pengurus untuk beraktivitas sesuai dengan tugas dan tanggung

jawabnya masing-masing. Pimpinan hrus memberikan rangsangan atau motivasi

kepada pengurus untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu.

Pengawasan atau control baik dari pimpinan kepada staf maupun dari staf

kepada pimpinan dan sesama staf kepengurusan masjid. Merupakan sesuatu yang

perlu. Terlaksananya fungsi ini akan membuat pengurus tahu dengan adanya

kesalahan kekurangan, kelemahan rintangan, tantangan dan kegagalan dalam

mencapai tujuan pemakmuran masjid.

1. Struktur Masjid

Struktur masjid masjid adalah susunan unit-unit kerja yang saling berhubungan

satu sama lainnya. Masing-masing unit mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi

dihubungkan dengan garis koordinasi. Adanya koordinasi inilah yang menyebabkan

Page 24: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 23

antar unit kerja menjadi satu kesatuan. Setiap masjid harus dijalankan secara

professional dengan menerapkan ilmu manajemen. Dalam ilmu manajemen dikenal

adanya struktur masjid. Struktur masjid adalah suatu bagan yang bertujuan membagi

tugas dalam berbagai pusat kegiatan atau melaksanakan tugas yang harus

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam masjid.

Struktur masjid akan menggambarkan fungsi masing-masing bagian batas

wewenang yang dimilikinya, luas tanggung jawab yang harus dipikulnya,

hubungannya dengan bagian lain, atasannya dan bawahannya. Struktur masjid

masjid dapat disederhanakan atau dikembangakan sesuai dengan program dan tujuan

dari sebuah masjid yang mungkin berbeda antara masjid yang satu dengan masjid

yang lainnya. Tergantung juga karena mekanisme kerja masjid masjid tersebut.

2. Metode Pembagian Tugas di Masjid

Pembagian tugas di Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam membutuhkan

pengaturan sumber daya sesuai sumber daya yang dimiliki. Dalam mencapai cita-

cita besar sebuah masjid perlu memaksimalkan tenaga yang dimiliki sesuai keahlian

masing-masing pengurus masjid.

Mendesain program kerja secara optimal meliputi, Perencanaan (planning)

dakwah, penataan administrasi masjid (organizing), Pemilihan orang (staffing)

sesuai keahaliannya, Pengarahan (directing), Pengawasan (controlling), Komunikasi

(communication) dengan stakeholder harus baik untuk mencitrakan amsjid sebagai

pusat perbaikan mental umat manusia. Semua tugas masjid ini terdiri dari empat

pilar utama yaitu:

a. Imam masjid (Dewan Syariah)

b. Manajer

c. Tata Usaha (Sekertaris, Bendahara)

d. Operasional (Pendidikan, Sosial, Usaha)

Jika diperincikan lagi tugas takmir masjid sesuai dengan fungsinya adalah

melakukan pelayanan prima pada umat. Untuk lebih tampak dapat dilihat dalam

struktur berikut ini:

Page 25: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 24

3. Komposisi Pengurus Masjid

Komposisi pengurus masjid adalah struktur ta’mir masjid yang menggerakkan

semua pelayanan ibadah, dakwah, dan muamalah. Komposisi kepengurusan masjid

terdiri ketua yayasan, Imam, wakil Imam, dan ta’mir. Dalam sebuah masjid

kenabian seorang ketua adalah orang yang lebih baik akhlak dan kecerdasasnya

dibanding dengan bawahannya

BAB IV

IMAM MASJID

Peran Imam masjid memiliki fungsi di tegah masyarakat sangat strategis

karena ia adalah pimpinan umat dalam melakukan ibadah. Begitupula dalam

memakmurkan masjid imam memiliki peran dalam aktivtas ibadah. Hal ini

menunjukkan bahwa secara yuridis menajdi bagian dari sistem kepengurusan masjid

dan menentukan kebijakan masjid. Karena ini sangat menentukan pergerakan masjid

sehinga tidak bisa dipandang remeh. Ketika imam memiliki peran sosial ditengah

masyarakat berarti perlu memiliki keilmuan yang cukup dalam aspek aqidah,

syari’ah dan akhlaq.

Eksistensi imam dalam masyarakat sudah saatnya perlu dihargai sebagaimana

para sahabat menghargai Nabi Muhammad saw dalam memimpin ibadah dan

pemimpin sosial kemasyarakat. Dengan demikian imam dituntut memiliki

profesionalisme kenabian sehingga ia perlu memiliki sifat siddieqy, amanah, tablig,

dan fathanah. Rumusan ini sebagai standar seorang imam untuk menjalankan fungsi

dan tujuan masjid dapat dicapai dan diraih dengan maksimal. Dalam mendapat

imam yang dapat meningkatkan aktivitas masjid perlu perekrutan imam desa,

kecamatan, kabupaten, dan imam provinsi.

A. Pengertian Imam

Pengertian imam secara bahasa Imam pemimpin (ikutan) pada waktu salat

berjamaah; dapat juga dimaknai sebagai pemimpin;kepala (negeri dsb). Selain itu

Page 26: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 25

sering juga digunakan sebagai gelar yang berarti, pemimpin, khalifah, dan

penghulu.

B. Peran Imam dan Kriteria Imam

Terminologi Imam dalam kamus besar Bahasa Indonesia imam adalah;

pemimpin, kata Imam di Indonesia lebih banyak dikonotasikan pemimpin dalam

ibadah ritual. Imam juga dapat diartikan sebagai kepala Negara atau pemimpin

negara. Imam juga sering diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan ilmu

yang tinggi. Seperti Imam Bonjol, Imam Hanafi, Imam dan Syafi’I. Imam juga dapat

diartikan orang yang memimpin upacara-upacara agama di gereja.

C. Tugas dan Fungsi Imam

D. Cara Pengangkatan Imam

Dewasa ini imam masjid dianggap sebagai sebuah profesi yang dituntut

memiliki kapasitas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai

pimpinan dalam beribadah. Karena imam memiliki peran strategis maka sistem

perektrutan imam, pemberhentian imam, sertifikasi imam, merumuskan fungsi

imam, khatib, dan hak kewajiban dari imam untuk meningkatkan peran dan fungsi

masjid sebagai pusat pencerahan dan pembinaan ummat.

a. Memimpin dan mengmasjidkan kegiatan masjid dalam melaksanakan

tugasnya.

b. Mewakili masjid dengan baik kedalam atau keluar.

c. Mengawasi pelaksanaan program kerja.

d. Menandatangani surat-surat penting.

e. Memimpin evaluasi atas pelaksanaan program kerja.

f. Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ) dari program-program kerja

yang telah dilakukan diakhir pengurusan.

Page 27: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 26

2. Wakil Ketua

1. Mewakili ketua apabila berhalangan.

2. Membantu ketua dalam menjalankan program kerja.

3. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya

pada ketua.

3. Sekretaris

1. Mewakili ketua dan wakil ketua apabila berhalangan.

2. Bertanggung jawab terhadap segala bentuk administrasi masjid

3. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya

pada ketua.

4. Departemen Keuangan

Bidang keuangan adalah faktor penting dalam sebuah ta'mir masjid karena

bidang ini merupakan alat vital yang menggerakkan aktifitas pelaksanaan ibadah.

Kemampuan mengatur finansial masjid adalah satu keterampilan pengurus untuk

mencukupi pelayanan masjid kemasjidan merupakan satu hal yang perlu

diperhatikan dalam memanfaatkan keuangan masjid. Karena dana umat yang

dikelolah dimasjid tidak seperti di bank tetapi semata-mata digunakan untuk

kebutuhan pelalaksanaan ibadah. Adapun riancian pembiayaan adalah sebagai

berikut:

1. Mengelola keuangan masjid.

2. Merencanakan sumber dana masjid

3. Menerima, menyimpan, dan membukukan keuangan.

4. Mengeluarkan uang sesuai kebutuhan Rentra (rencana strategis).

5. Menyimpan tanda bukti penerima dan pengeluaran

6. Membuat laporan rutin.

Page 28: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 27

Page 29: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 28

Page 30: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 29

BAB V

KURIKULUM DAN SILABI DAKWAH

A. Kurikulum Dakwah

Format kurikulum dakwah lahir dari riset yang dilakukan oleh ilmuan dakwah

terhadap realitas problematika masyarakat. Dari kurikulum ini lahirlah silabi dakwah

sebagai rujukan mubalig dalam mengkomunikasikan dan membahasakan agama

sesuai dengan persoalan yang dihadapi umat. Ketika pesan-pesan agama tidak

disesuaikan dengan kondisi persoalan umat maka materi dakwah dan khutbah kurang

memiliki dampak pencerahan di tengah masyarakat. Semakin canggih pengurus

masjid memberikan dakwah sesuai persoalan yang dihadapi umat semakin tinggi

kebutuhan masyarakat terhadap masjid sebagai pusat pencerahan spiritual,

intelektual, sosial, dan entrepreneurship.

Pengurus masjid dalam mendesain proyek dakwah harus disesuaikan dengan

kondisi permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Silabi khutbah jumah,

ceramah, dan pidato lainnya difokuskan pada Rencana Strategis Dakwah

(RENSTADAK). Ketika pengurus masjid mampu mendesain sibali dakwah sesuai

dengan kebutuhan umat maka masjid sebagai pusat spiritual umat memiliki peran

yang cukup signifikan dalam mencerahkan umat dalam menata struktur masyarakat

yang sehat secara fisik dan sehat secara spiritual.

Menciptakan kondisi masjid yang nyaman membutuhkan silabi dan kurikulum

dakwah yang sesuai kebutuhan dan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.

Ekosistem informasi dakwah perlu membaca buku bagaimana cara pelaksanaan

dakwah yang dapat memberikan pencerahan pada jamaanya. Minta masukan dari

jamaah topik aktual dan buat silabi dakwah untuk satu tahun atau enam bulan. Hal

ini tergantung kesepakatan pengurus dan jamaanya. Menurut syarifudin Ambon

bahwa untuk mendesain sebuah silabi dakwah ada 3 hal sub sistem yang perlu

mendapat perhatian khusus yaitu:

Page 31: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 30

1. Jamaah: Informasi tentang kondisi sosiologis jamaah, hal ini penting

dilakukan karena untuk menjadi bahan renungan bagi Dai dan Muballigh

yang akan memberikan materi cerama.

2. Pengurus: Pengurus perlu memberitahukan lebih dahulu kepada Dai dan

Muballigh tentang topik yang akan dibawakan sesuai informasi yang telah

disepakati oleh jamaah dan pengurus. Pengurus juga harus menginformasika

kepada Dai dan Muballigh untuk membuat resume ceramah untuk

diperbanyak oleh pengurus yang akan dibagikan oleh jamaah materi yang

dibawakan oleh Dai dan Muballigh.

3. Alat sound system (pengeras suara): Bidang teknik sistem teknologi

informasi juga perlu uji kelayakan sebelum acara dimulai. Semua alat

pengeras suara dicoba untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan pada

saat acara berlangsung.

4. Naskah Dakwah Para Dai dan Muballigh: Pengurus harus intens

mengumpulkan resume naskah dakwah pada Dai dan Muballigh kemudian

dicatat untuk dijadikan buletin dakwah. Jika proses ini dimaksimalkan maka

akan melahirkan buku dakwah setiap masjid.

Jika pengurus aktif mengumpulkan resume setiap dai dan muballigh yang

ceramah selama satu tahun pengurus masjid dapat membukukan judul-judul

khutbah. Inilah pentingnya adanya kerjasama dengan Dai dan Muballigh untuk

membuat resume setiap ingin memberikan ceramah.

Naskah dakwah adalah merupakan faktor yang sangat penting dalam

membangun peradaban dakwah di Indonesia, dengan adanya naskah dakwah maka

rekaman peristiwa proses dakwah pada saat ini akan menjadi artifak sejarah bagi

generasi selanjutnya. Banyaknya para ulama klasik yang memiliki gagasan

pemikiran dakwah yang imajinatif tetapi tidak ada naskah dakwahnya sehingga

tidak dikenang oleh generasi selanjutnya.

Page 32: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 31

B. Pandangan Dakwah Universal

Natsir dalam pandangan dakwahnya Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad

ini kaya akan solusi dan jawaban bagi permasalahan kehidupan manusia. Al-Qur’an

dan Sunnah dalam hal ini adalah dua sumber utamanya. Lebih lanjut, manusia

dengan kemampuan akalnya mampu untuk mengambil kesimpulan guna

menghadapi dan menjawab berbagai persoalan. Inilah kemudian yang ia sebut

dengan ijtihad. Berdasarkan hal ini, selanjutnya Natsir seakan tidak menemui

hambatan dalam merumuskan posisi Islam vis a vis Barat dengan demokrasi dan

sekularismenya, atau pun atheisme.

Sifat Islam yang rahmatan lil‘alamin dan bertujuan untuk mengantarkan

manusia pada kesejahteraan dan kebaikan dunia-akherat meniscayakan agama yang

lahir di Makkah ini untuk disebarkan. Bagi Natsir ini adalah upaya dakwah Islam.

Pandangannya tentang hal ini adalah derivasi dari pandangannya tentang manusia

sebagai khalifah Allah yang mesti mengabdi pada-Nya. Dalam pandangan Natsir,

pengabdian ini meliputi dakwah Islam.

Dakwah dalam pandangan Natsir bermakna amar ma’ruf nahi munkar, di

dalamnya mengandung tiga unsur utama, yaitu amal perbuatan lisan, aktualisasi

ajaran Islam dengan karya nyata, dan kepribadian terpuji sebagai sokogurunya. Ini

adalah syarat mutlak bagi tercapainya tujuan Islam di atas. Selain itu, ia berargumen

bahwa ini juga merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam hal metode penyampaiannya, Natsir menganalogikan seorang muballig

dengan seorang petani. Seorang petani haruslah mengetahui cara bercocok tanam,

tahu akan keadaan tanah, tahu jenis benih dan sifat benih yang akan ditaburkan, tahu

musim dan iklim yang kondusif, tahu akan hama yang mungkin akan menggangu

tanamannya dan bagaimana menyikapinya, dimana pengetahuan tentang hal ini

semua berguna untuk mendapatkan panen yang bagus. Seorang muballig pun juga

demikian, ia harus mengetahui berbagai hal yang dirasa perlu agar pesan yang

disampaikannya diterima dengan mudah oleh masyarakat. Beberapa hal yang mesti

diketahui dan dikuasai oleh muballig diantarannya adalah; mengetahui obyek

sasaran dakwah, memahami kebutuhan obyek dakwah, penyampaian yang arif dan

berakhlak mulia, dan yang terpenting adalah penguasaan dan pemahaman ilmu yang

mendalam.

Page 33: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 32

Sejatinya Natsir bisa dianggap sebagai muballig dalam pengertian di atas.

Menjadi seorang politikus maupun negarawan bukan berarti tidak bisa menjadi

seorang muballig. Natsir justru menggunakan politik untuk menyebarkan agama

Islam. Dalam kaca mata Natsir, politik adalah sarana yang tepat guna menyebarkan

Islam dengan cepat.20

Di sisi lain, menjadi seorang politikus dan negarawan juga

tidak mencegahnya untuk berkarya. Tercatat beberapa karya ilmiah meliputi

berbagai masalah sosial, ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan dakwah telah ia

lahirkan. Dan satu garis besar yang dapat diambil dari sekian banyak karyanya itu

adalah menampilkan Islam sebagai basis dan penyokong utamanya.

Perjuangan M. Natsir yang tak kenal dalam dakwah Islam melalui politik dan

kritik yang ia lancarkan pada pemerintahan membawanya pada posisi yang wariskan

pemerintahan orde lama maupun orde baru. Diasingkan dan dipenjara mungkin

adalah resiko yang harus dibayar oleh Natsir dalam perjuangan dakwah Islamnya.21

Kendati demikian, dalam menyikapi keadaan ini, Natsir kemudian mengalihkan

dakwah politiknya dengan dakwah via pendidikan, karya ilmiah, dan orasi serta

ceramah. M. Natsir membuka dengan mengutip firman Allah swt QS Fushilat (41) :

33

Terjemahnya:

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

Terjemahnya:

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

20

Thohir Luth, M. Natsir Dakwah Dan Pemikirannya, (Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press,

1999), h. 26 21

Thohir Luth, M. Natsir Dakwah Dan Pemikirannya, ibid... h. 85.

Page 34: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 33

Terjemahnya:

sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang

sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai

Keuntungan yang besar.

Terjemahnya:

dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah

perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi

Maha mengetahui.

Firman Allah yang dikutip M. Natsir tersebut banyak memberikan inspirasi

dalam penyebaran informasi dakwah ada kewajiban Dai dan Muballigh dalam

menyampaikan pesan-pesan agama yakni:

‚Kewajiban pada Dai, Muballigh dan Ulama tidak sekedar memberikan fatwa atau member vonis bahwa komunis itu haram. Tidak usah kita yang mengatakan, orang awam pun komunis itu jahat kewajiban umat adalah mengemukakan alternative dalam menghadapi system komunis itu, mengemukakan alternative yang baik untuk menghadapi yang buruk.22

Kearifan materi dakwah M. Natsir di atas hemat penulis tidak harus

menghukumi orang dengan label haram, halal, kafir, munafik, dan sejenisnya tetapi

dengan perkataan simpatik yang empaty serta menarik. Menawarkan pilihan

kebenaran yang menyejukkan bukan mengejutkan. Tugas Dai dan Muballigh

memberikan informasi yang dapat melebutkan budi pekerti umat. Setelah pesan

dakwah itu disampaikan seorang Dai dan Muballigh memberikan keteladanan,

karena keteladanan sebagai media komunikasi ampuh yang dapat disaksikan

langsung oleh umat dalam bentuk implementasi dari ucapan yang telah

dipublikasikan dipraktekkan dalam bentuk prilaku yang dapat menyejukkan dalam

berinteraksi dan bermasyarakat.

22

M. Natsir Kalimat Hak itu Lebih Tajam dari Pedang dalam majalah Suara Masjid No. 11

Tahun III h. 6-7 Yayasan Al-Hilal Ikatan Masjid Indonesia (IKMI), Rajab 1395 H/1975 M 24

Ramadan 1408 H/20 Mei 1988 h. 24.

Page 35: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 34

Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan bidang pendidikan dan

bidang dakwah, meliputi: rencana strategis bidang pendidikan baik jangka panjang

maupun jangka pendek. Semua perencaan ini dibuat estimasi anggarannya sesuai

target pencapaian yang dinginkan berdasarkan kesepakatan antara pengurus masjid

dan donatur masjid.

A. Bidang Pendidikan.

1. Membuat jadwal TPA dan kajian kajian keagamaan.

2. Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan

dakwah

3. Mengkoordinir shalat jumat

4. Daftar pengurus, jamaah

B. Bidang Dakwah.

1. Membuat jadwal pengembangan dan pengkajian dakwah alam satu tahun

berjalan yang dibagi menjadi beberapa substansi materi dakwah sesuai

keputusan bersama antara jamaah dan pengurus masjid kemudian

dikomunikasikan dengan Dai dan Muballigh yang telah dipilih menjadi

pemateri.

2. Membuat workshop pemberdayaan masjid: materi-nya ini juga hasil

kesepakatan dengan jemaah. Sebagai contoh materi pemberdayaan adalah

pemberdayaan masyarakat Islam dari segi ekonomi, kepemimpinan,

komunikasi dan manajemen memakmurkan masjid.

3. Membuat jadwal imam, khatib, muazzin dan bilal salat jumat

4. Mengkoordinir kegiatan remaja masjid, ibu-ibu dan anak-anak

5. Mengelola situs Internet mendistribusi surat elektronik (email) yang masuk

sesuai dengan departemen

Page 36: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 35

C. Departemen pembangunan dan pemeliharaan

Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pembangunan dan

pemeliharaan masjid yang meliputi:

1. Membuat program rehabilitasi dan pembangunan masjid

2. Membuat rencana anggaran jangka panjang dan jangka pendek

3. Melaksanakan program pembangunan dan mengatur kebersihan, keindahan

dan kenyamanan masjid

4. Mendata segala kerusakan sarana dan pra sarana masjid

D. Departemen sosial dan kemasyarakatan

Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan yang bersifat sosial

kemasyarakatan yang meliputi :

1. Menyantuni fakir miskin, yatim piatu, janda, dan lain-lain

2. Melakukan khitan massal Bakti sosial terhadap korban bencana alam.

3. Melakukan koordinasi dengan pengurus RT/RW setempat dalam

melaksanakan tugasnya.

4. Melakukan kerja sama antar masjid-masjid

E. Program Memakmurkan Masjid

Pada hakekatnya ada dua jenis masjid yaitu:1). Masjid dibangun dengan dasar

niat yang suci karena Allah, 2). Masjid dibangun karena dasar ingin dianggap hebat,

ingin dipuji, dan karena riya atau dibangun bukan karena Allah. Ketika masjid

dibangun atas dasar riya atau karena maksud tertentu maka akan melahirkan konflik

yang tidak pernah berkesudahan dalam sebuah pengurus masjid. Karena Allah tidak

inginkan ini terjadi maka motiasi dalam membangun masjid perlu diluruskan untuk

mencegah terjadinya sifat negatif yang membonceng dibelakangnya.

Mengingat adanya 2 jenis masjid ini maka diperlukan kewaspadaan yang

tinggi agar dapat memberikan jaminan dan perlindungan bagi umat Islam untuk

melakukan ibadahnya di tempat yang benar yaitu di masjid Allah dan mencegah

umat Islam untuk tidak beribadah di tempat yang salah. Maka sudah sepantasnya

Page 37: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 36

masjid-masjid di Indonesia yang merupakan masjid Allah diberikan nomor registrasi

masjid untuk membedakan dengan masjid riya. Menghindari masjid dari motivasi

riya Allah swt berfirman dalam Al-Quran surah Al- Jin/72:18

Terjemahnya:

dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.

Informasi yang dapat dimaknai dari penjelasan ayat tersebut agar umat Islam

dalam membangun dan memakmurkan masjid tidak didasari oleh motivasi yang lain

karena akan merusak manajemen sistem informasi masjid yang telah disepakati

bersama. Telah tampak sebagian masjid di dunia dan disekitar kita kadang dibangun

atas dasar lain sehingga ia laksana bangunan yang berfungsi ganda yakni berfungsi

sebagai pusat masalah dan berfungsi sebagai tempat ibadah. Atas dasar inilah

sehingga membutuhkan manajemen transparansi keuangan yang telah diamanatkan

oleh umat di sekitar masjid perlu dimanfaatkan sebaik mungkin demi meningkatkan

pelayanan prima umat di masjid dengan membuat registrasi jama’ah.

Registrasi masjid seyogyanya dibangun dengan sistem yang terintegrasi secara

nasional dilakukan oleh Dewan Masjid Indonesia atau badan yang merupakan

asosiasi dari masjid-masjid setempat. Registrasi ini diperlukan untuk menetapkan

Nomor Pokok Masjid (NPM). Setiap masjid mestinya terdaftar dan diberikan Nomor

Registrasi yaitu Nomor Pokok Masjid. NPM diperlukan karena terkait dengan

pembentukan Kartu Jamaah Masjid (lihat Juklak Registrasi Masjid).

a. Database jama’ah masjid.

Masjid yang sehat ketika ia memiliki data jamaah yang turut memakmurkan

masjid. Pendataan jama’ah merupakan yang mendiami rumah 40 kedepan, 40

belakang, 40 kesamping kanan dan 40 kesamping kiri masjid. ‛ Tetangga itu ada tiga

golongan, ada tetangga yang hanya mempunyai satu macam hak dan ada tetangga

yang mempunyai dua macam hak dan ada tetangga yang mempunyai tiga macam

hak. Ketika semua jama’ah ini terregistrasi dengan baik maka tingkat kriminal

disekitar masjid dapat diminimalisasi dengan baik.

Page 38: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 37

Adapun tetangga yang mempunyai tiga macam hak yaitu tetangga yang

muslim, lagipula masih termasuk lingkungan keluarga. Maka ia mempunyai hak-

haknya sebagai tetangga, hak-haknya sebagai seorang muslim dan hak-haknya

sebagai keluarga. Tetangga yang mempunyai dua macam hak ialah tetangga yang

muslim. Ia mempunyai hak-haknya sebagai tetangga dan hak-haknya sebagai

seorang muslim. Tetangga yang hanya mempunyai satu macam hak ialah tetangga

yang musyrik‛ (HR Abu Naim dan Ibnu Adiy) ‛ Empatpuluh rumah tetap bernama

tetangga‛.

a. Registrasi Jama’ah

Data dari setiap rumah yang diperlukan adalah jumlah orang yang tinggal di

rumah tersebut, keadaan keluarganya, kehidupan keagamaan dan ekonomi serta

sosialnya: nama, KTP, NPWP, NPWZ, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,

menikah/tidak menikah, agama, nama istri, anak, tanggungan keluarga, alamat,

nomor telepon rumah, pekerjaan dan penghasilan keadaan ekonomi dan sosialnya.

b. Perlu dibuatkan softwarenya.

Ta’mir masjid perlu menggunakan teknologi komputer sebagai fasilitas untuk

mengolah data masjid sebagai pusat daya umat Islam. Masjid harus menjadi pusat

kekuatan umat dalam merancang kondisi sosial yang sehat secara spiritual dan sehat

secara sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan inventarisasi data:

mana yang muslim dan mana yang non muslim. Bagi mereka yang muslim

merekalah yang termasuk dalam jamaah tetap masjid. Masing-masing diberikan

Kartu Jamaah Masjid sebagai anggota.

Data tetangga masjid (DTM) setiap 6 bulan–12 bulan harus senantiasa di cek

kembali dan diupdate karena kemungkinan terjadinya perubahan penghunian rumah.

‚Sebaik-baik teman disisi Allah ialah yang paling baik kepada temannya, dan

sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah tetangga yang paling baik kepada

tetangganya‛. Ketika program ini dapat dilakukan oleh ta’mir masjid maka ta’mir

masjid telah ikut menjadi pusat pencerahan umat dan telah ikut berpartisipasi

menjaga ketertiban lingkungan masyarakat dari berbagai macam kriminal dan

premanisme.

Page 39: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 38

Setiap warga 40 disekitar masjid harus memiliki peran dan tanggung jawab

menjaga ketertiban sosial di tengah masyarakat. karena jika hal ini tidak dihiraukan

bersama maka dapat melahirkan kondisi masyarakat yang tidak sehat, misalnya

pencurian merajalela, prilaku main hakin sendiri, premanisme, dan prilaku sadisme

lainnya. Keadaan ini tidak menggambarkan masyarakat Islami yang didalamnya ada

nilai kekelaurgaan yang dijungjung tinggi dan dijaga bersama lewat program yang

dilakukan di masjid. Dalam hadis Rasulullah disebutkan bahwa:

‚Beribadahlah kepada Allah dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba-hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri‛ (HR al Bukhari, at Tirmidzi dan Ahmad).

Memelihara kekerabatan antar warga masyarakat adalah cara mencegah

radikalisme di sekitar masjid. Masjid sebagai pusat pencerahan spiritual umat Islam

harus terus dimakmurkan program pencerahan masyarakat karena masyrakat

Indonesia saat ini diperhadapkan oleh penjajahan imprealisme budaya gloal yang

belum tentu cocok dengan kondisi sosial masyarakarat Indonesia. Melalui masjid

kekerabatan perlu dijaga ukhuah Islamiyyah agar semua gerak sosial yang mengarah

pada prilaku radikalisme, brutalisme, premanisme, dan pencurian dapat dicegah

dengan memakmurkan masjid sebagai pusat peradaban umat, pusat pencerahan

umat, dan pusat memberikan solusi terhadap problematika yang dihadapi umat Islam

di sekitar masjid. Gagasn ini juga berlandaskan dalam Al-Quran surah An-Nisa

sebagai berikut:

(QSAn Nisa:4:36)

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman

Page 40: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 39

sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

‚Tidak dikatakan seorang mukmin, seorang yang kenyang, sedangkan tetangga di

sampingnya kelaparan‛ (HR al Bukhari, al Hakim, At Thabrani, al Baihaqi dari Ibnu

Abbas)

c. Data Jamaah Masjid.

Bangun database jamaah masjid tetap (DJM) yang digolongkan menjadi 2

yaitu yang muzaki dan yang mustahiq. Inventarisasi data jamaah minimal 40 rumah

dari kanan dan 40 dari kiri dan 40 dari depan dan 40 dari belakang, lingkungan

masjid dengan kategori ring 1, ring 2 dan ring 3.

‚Tiap empat puluh rumah adalah tetangga-tetangga, yang didepan, di belakang, disebelah kanan dan disebelah kiri‛.

(HR Aththahawi)

Membangun Jamaah Tetap masjid dengan memberikan Kartu Jamaah Masjid (KJM) bagi setiap jamaah dapat bekerjasama dengan Bank Syariah (lihat Juklak pembuatan Kartu Jamaah Masjid).

Jika ada beberapa rumah misal Rumah X dan rumah Y, yang termasuk dalam

lingkungan 2 masjid misal masjid A dan masjid B maka masing-masing pengurus

masjid tidak dibenarkan memaksa keluarga tersebut menjadi jamaah salah satu

masjid. Tetapi menyerahkan kepada masing-masing Kepala Rumah Tangga (KRT)

untuk memilih menjadi jamaah masjid A atau jamaah masjid B. Bisa saja terjadi

KRT X memilih masjid A, sedangkan KRT Y memilih masjid B. Setelah dipilih

maka berlaku selamanya.

Data Jamaah Masjid (DJM) juga harus diupdate setiap waktu secara berkala

minimal sebulan sekali. Masjid merupakan pusat kegiatan kaum muslimin. Dari

sanalah seharusnya kaum muslimin merancang masa depannya, baik dari lini din (

agama), ekonomi, politik, sosial dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para

pendahulunya memfungsikan secara maksimal.

Tapi sayang, hari ini peran masjid mulai bergeser. Ia mengalami mutilasi

fungsi dan distorsi wilayah kerja. Masjid hanya identik dengan tempat shalat, tidak

lebih dari itu. Kalau pun maksimal hanya event-event seremonial tahunan. Itupun

Page 41: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 40

Alhamdulillah masih bisa berjalan, karena ada beberapa masjid yang bahkan sudah

tidak digunakan shalat jamaah lagi. Terlebih shalat Zhuhur dan Ashar. Menyedihkan

memang, tapi apa lacur, beginilah potret buram masjid di sekitar kita yang harus

segera dibenahi.

Memiliki dari fenomena inilah, Asadullah Al-Faruq menuliskan kegundahan

hatinya dalam buku yang sekarang ada di hadapan pembaca. Penulis mencoba

menyuguhkan potret masjid dengan sangat detail. Dalam buku ini penulis

menyajikan beberapa ‚resep manjur‛ mengelola masjid, di antaranya :

1. Manajemen takmir dan organisasi masjid yang efektif dan efisien

2. Manajemen sarana dan prasarana masjid,

3. Pengelolaan keuangan masjid,

4. Pengelolaan kegiatan ibadah,

5. dan Manajemen dakwah dan tarbiyah di masjid.

d. Pendirian Unit Pelayanan Zakat (UPZ)

1. Dirikan UPZ (Unit Pelayanan Zakat). Kirim surat ke BAZNAS atau BAZDA

dan meminta untuk pembentukan dan pengesahan UPZ masjid. Persetujuan

BAZNAS atau BAZDA memberikan kewenangan UPZ masjid untuk

beroperasi selama periode tertentu dan memperoleh pembinaan. Sebelumnya

kirimkan 3-5 orang untuk mengikuti pelatihan zakat yang diadakan oleh

BAZNAS atau BAZDA.

2. UPZ Masjid membangun administrasi pemungutan dan penyaluran serta

pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah.

3. Unit Pelayanan Zakat Masjid dapat membangun data base muzaki dan

mustahiq dengan mengeluarkan kartu anggota: Nomor Pokok Wajib Zakat

(NPWZ) untuk muzaki. Bentuk dan penomoran mengikuti system yang telah

dibangun BAZNAS

4. Kartu Mustahiq atau Kartu Dhuafa. Kartu Dhuafa diberikan kepada

masyarakat sekitar masjid yang benar-benar termasuk dhuafa baik yang

muslim maupun non muslim. Jika Mustahiq merasa sudah tidak pantas menjadi

dhuafa, kartunya dikembalikan kepada UPZ Masjid dan beralih menjadi

muzaki dengan meminta kartu NPWZ. Untuk pengumpulan dan penyaluran

Page 42: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 41

dana maka UPZ perlu membuka rekening pengumpulan di Bank Syariah

dengan pengaturan sebagai berikut: Rekening dengan nomor terakhir 555

untuk menampung penerimaan zakat Rekening dengan nomor terakhir 777

untuk menampung penerimaan infaq, shadaqah dan wakaf. UPZ Masjid harus

selalu mengingatkan jamaah untuk membayarkan shadaqah, infaq dan zakat.

5. UPZ Masjid mencatat semua kegiatannya termasuk pengumpulan dan

penyaluran serta pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dan melaporkan

kepada jamaah Jum’at sebelum sholat Jum’at dimulai. Laporan tertulis bisa di

tempelkan di papan pengumuman masjid. Setiap tahun laporan UPZ Masjid

harus diaudit oleh akuntan publik dan hasilnya dilaporkan ke

BAZNAS/BAZDA.

6. Pengurus Masjid harus menseleksi pengelola UPZ agar memenuhi kriteria

sebagai amil yaitu jujur, amanah dan siap melayani umat.

Pengelola UPZ (Amil) mendapatkan pelatihan khusus tentang manajemen

zakat.

BAZNAS memberikan sertifikasi kepada Amil UPZ yang telah memenuhi

persyaratan tertentu.

UPZ yang telah disertifikasi akan diprioritaskan menjadi mitra program

BAZNAS di daerah tersebut.

e. Masjid tempat mencari solusi umat.

Masjid sebagai Rumah Allah harusnya menjadikan tempat mencari solusi bagi

jamaahnya. Maka menjadi kewajiban Pengurus Masjid untuk dapat memberikan

solusi dari setiap persoalan jamaahnya. Untuk itu berbagai fasilitas masjid yang

tercantum dalam Pedoman Manajemen Masjid (hal 28-29) perlu diwujudkan untuk

sebesar-besar kesejahteraan jamaah.

Jika posisi pendanaan UPZ cukup kuat, Pengurus Masjid dan Pengurus UPZ

dapat mulai dengan mengumumkan kepada jamaah yang memerlukan bantuan,

setelah shalat Jum’at selesai. Pengurus masjid dan UPZ harus menyelesaikan

permasalahan dan beban jamaah masjid dengan memberikan solusi. Jangan dibiarkan

jamaah menghadapi persoalan yang melilitnya tanpa diberikan solusi oleh Pengurus

dan Masjid dan UPZ.

Page 43: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 42

Pengurus Masjid dan Pengurus UPZ Masjid harus mempunyai kesadaran dan

keikhlasan yang tinggi bahwa Masjid sebagai Rumah Allah adalah tempat mencari

solusi umat Islam; bukan tempat menampung permasalahan jamaah tanpa solusi.

Pada saatnya jika GMM telah terwujud secara sempurna sehingga dapat

meningkatkan dan memperkuat kemandirian masjid, dilakukan program Pengentasan

kemiskinan umat secara menyeluruh. Melalui program ‚sweeping‛ di jalan-jalan

secara serempak oleh komunitas masjid dilakukan kegiatan menjaring pengemis atau

dhuafa untuk mengetahui keadaan mereka dan menanyakan mengenai agama

mereka. Jika mereka beragama Islam perlu ditanyakan tempat tinggal dan keadaan

ekonominya.

Para dhuafa dan pengemis diminta menghubungi masjid tempat mereka tinggal

atau diantarkan menemui Pengurus Masjid tempat mereka tinggal untuk dijadikan

anggota jamaah masjidnya. Pengurus masjid yang terkait dengan dhuafa dan

pengemis ini wajib menyelesaikan persoalannya dan mencari solusi terhadap

persoalan yang dihadapinya. Manfaatkan shadaqah, infaq dan zakat yang terhimpun

sesuai yang ditetapkan Al Qur’an dan As Sunnah untuk kepentingan jamaah baik

muzaki maupun mustahiq. Jika Pengurus masjid dan UPZ tidak dapat memberikan

solusi dan mengatasi permasalahan jamaah agar berkonsultasi dengan BAZNAS dan

BAZDA serta GMM..

3. Aspek Kegiatan.

Aspek kegiatan suatu masjid tercermin pada kegiatan dan optimalisasi pungsi

masjid dengan melakukan aktifitas dakwah agama maupun dakwah keduniaan yang

dapat membawa kemaslahan umat menjadi rahmatallilalamin. Untuk

mengoptimalkan aspek kegiatan masjid tersebut perlu sistem yang transparan,

kredibl, dan akuntabel. Pengorganisasi dan manajemen masjid dengan menggunakan

teknologi informais dan komunikasi moderen yang dapat mempermudah pengelolaan

kegintan-kegiatan baik bernuansa agama maupun kegiatan kegiatan keduniaan.

4. Pusat Informasi dan Publikasi Islam.

Keberadaan dibangunnya masjid salah satu prinsipnya adalah sebagai pusat

informasi dan komunikasi serta publikasi umat Islam dalam mencerdaskan umat

menajdi lebih baik sesuai dengan panduan Alquran dan sunnah. Pondasi masjid

Page 44: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 43

sebagai pusat infromasi Islam adalah dengan adanya perintah shalat jumat sebagai

isyarat bertmunya umat islam setiap hari jumat, sehingga ada pertemuan untuk

saling tukar informasi antara umat yang satu dengan umat lain.

Dalam konteks ini, teknologi komputer sebagai menunjang dengan melakukan

pemetaan Dai, Jamaah, maping, database dai, muzakki, pakir-miskin, dan sistem

publikasi Islam.23

Di masjidlah data-data tentang solusi kehidupan dunia dan akhirat

dibahas untuk dijadikan informasi berguna bagi kelangsungan hidup manusia didunia

dan diakhirat. Teknik mengolah data-data Islam menjadikan satu inforamasi adalah

sebagai berikut:

a) Paktor pengimbang: Lewat masjid diharapkan umat mendapatkan informasi

dan solusi hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat. Jika benar-benar

masjid berfungsi sebagai tempat informasi.

b) Faktor Penyaring: di Masjid dengan adanya para pakar keislaman yang dapat

dikelolah oleh pengurus masjid dengan menampung informasi dan

komunikasi dan memberikan publikasi yang telah melalui proses sistem

infroamasi yang telah dibentuk dan maksimalkan sebagai satu sistem

informasi islam, sehingga sistem tersebut berfungsi sebagai informan yang

dapat memberikan kemaslahatan umat islam bukan sebaliknya.

c) Faktor pengarah: masjid juga dapat dijadikan sebagai tempat cuhat (tempat

mengeluh seluk-beluk tentang persoalan hidup di dunia dan akhirat).

Dalam konteks tersebut, Nana Rukmana memberikan maid set dalam

memfungsikan masjid sebagai berikut:

a) Selain sebagai pembinaan umat masjid juga berfungsi sebagai sugesti untuk

mendorong sugesti untuk mencari rezki dan mendorong etos dan kinerja

dalam menjadi hidup dimana saja berada.

b) Berfungsi sebagai tempat pemberdayaan sumber daya manusia sesuai dengan

keahlian yang ada.

c) Sebagai wadah pemersatu umat Islam serta pusat untuk memperkokoh tali

persaudaraan antara yang umat satu dengan yang lain.

23

Marwah Daud, Teknologi Emansipasi dan Transendensi (Cet. I; Bandung: Mizan, 1994), h.

35.

Page 45: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 44

Untuk mendapatkan fungsi masjid tersebut diperlukan sistem informasi yang

profesional dalam mengelolah dan membangun sistem informasi sehingga banyak

umat tertarik dalam memanfaatkan masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam dan

manusia pada umumnya.

Upaya-upaya pemebrdayan masjid:

a) Pembianaan peribadatan yang berkaitan dengan imam, muazzin, khatif yang

telah didesain untuk kemaslahatan umat.

b) Pembinaan majelis ta’lim dengan metode islam sehingga orang tidak bosan

dengan sistem yang dan kegiatannya berpusat dimasjid.

c) Pembinaan remaja masjid juga sudah harus sesuai dengan tuntutan zaman

dan karakter remaja yang penuh dengan gejolak keremajaannya.

d) Pembinaan perpustakaan masjid dengan penyediaan buku-buku yang

berkaitan dengan kebutuhan umat islam.

e) Pembinaan TPA dan TK dengan melakukan pembiasaan anak-masjid dengan

usia dini sebagai tekni yag dilakukan oleh pengurus dan orang tua dalam

memakmurkan masjid.

f) pembinaan ibadah sosial dengan pengelolaan zakat dengan melakukan

database untuk mengontrol fakir miskin yang ada di sekitar masjid.

g) Pembinaan hari-hari besar Islam dengan menyuguhkan kegiatan-kegiatan

yang dapat menarik perhatian umat islam untuk meramaikan suasana

masjid.24

Dari pandangan para ahli tersebut tentang berapa fungsi masjid telah

memberikan petunujuk bahwa masjid memiliki peran strategis dalam mencerahkan

umat dalam berbagai aspek baik lahir maupun batin. Masjid sebagai pusat peradaban

umat yang perlu dikembalikan akibat terjadinya perubahan sosial yang semakin

maju. Perubahan ini membutuhkan pemberdayaan masjid untuk mendapatkan strtegi

manajemen masjid yang dapat memudahkan umat mengolah masjid sesuai kondisi

dan kesanggupan yang ditetapkan bersama.

24

Departemen agama RI, Pola pembinaan umat (Jakarta: t.t ), 17.-38.

Page 46: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 45

PROGRAM KERJA MANAJEMENT SISTEM

INFORMASI DAKWAH MASJID

A. PROGRAM KERJA INTERNAL

No Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian

1 Merumuskan Masalah

Dakwah

Mendapatkan metode

dakwah yang sesuai

kebutuhan umat

Imam dan Khatib telah

memiliki pemahaman

yang komprehensip

tentang tujuan dakwah

yang sesuai kebutuhan

umat.

2 Menentukan Struktur

Organisasi

Untuk memudahkan

garis komando dan job

deskription dalam

menata dan

memakmurkan masjid.

Ta’mir masjid mampu

menggunakan

organisasi masjid dalam

mencapai tujuan.

3 Membuat Target

Pencapaian

Untuk mengetahui

arah yang dituju dalam

memakmurkan masjid

apakah rencana

strategis telah tercapai

atau tidak.

Imam dan khatib

mengetahui ta’mir

masjid yang sesuai

dengan standar masjid

modern.

4 Membuat Strategi

Mencapai Tujuan

Mengetahui langkah-

langkah metode

mencapai ta’mir masjid

telah ditetapkan

bersama.

Adanya outline silabi

aplikasi sebagai rujukan

mencapau tujuan

5 Mengumpulkan Materi

khutbah Jumat

Untuk membuat buku

khutbah yang

dikumpulkan dari

Mubalig

Adanya buku khutbah

yang dijilid setiap enam

bulan atau setiap tahun.

6 Membuat Database

Mubalig &Jamaah

Memudahkan ta;mir

masjid menghubungi

mubalig jika

dibutuhkan umat

Adanya aplikasi

database masjid sebagai

program pendataan

jamaah tetap dan tidak

tetap

7 Memilih Standar Imam

dan Khatib

Untuk memberikan

kenyamanan bagi

Adanya syarat-syarat

khatib dan Imam yang

Page 47: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 46

jamaah sesuai dengan standar

kecamatan, kabupaten

dan provinsi.

8 Kebersihan dan

Keharuman Masjid

Agar jamaah betah di

masjid

Di masjid ada

pengharum ruangan

9 Sound System yang

memanjakan telinga

Untuk memudahkan

jamaah apa yang

diceramakan oleh

mubalig

Adanya sound system

yang jelas jika

melakukan khutbah

jumat.

10 Membuat pelatihan

manajemen

Untuk mengetahui

aktivitas ta’mir masjid

selama 1 tahun

Adanya perencaan

masjid selama 1 tahun

11 Membuat pelatihan

teknologi informasi

dakwah

Untuk mendapatkan

kader-kader Dai dan

Da’iya

Adanya dai dan da’iyah

baru dalam masjid yang

siap dipakai dan

didistribusikan kepada

masjid lain yang

mebutuhkan.

B. PROGRAM KERJA EKSTERNAL

No Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian

1 Menjalin silaturrahmi

dengan Imam dan

khatib masjid yang

telah memiliki program

manajemen masjid

modern dan pengelolaan

masjid yang sehat

secara financial.

Untuk mendapatkan

wawasan baru dalam

mendesain manajemen

masjid yang lebih

strategis

Adanya kerjasama

dalam bentuk MOu

dalam perbaikan

manajemen sistem

infomasi dakwah.

2 Adanya silaturrahim

dengan para imam

nasional, dan

internasional

Untuk mempererat

organisasi seluruh

Imam dan Khatib di

Daerah, Nasional dan

Internasional

Adanya hubungan

yang erat dengan para

Imam dan khatib

secara nasional dan

internasional melalui

wadah organisasi.

3 Menjalin hubungan

dengan pemerintah

setempat dalam hal

pembangunan mental

Untuk menggerakkan

pembangunan mental

spiritual yang lebih

baik dari sebelumnya.

Adanya respon positif

dari jamaah atas

pengelolaan masjid

secara professional

Page 48: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 47

spiritual

4 Melakukan perencaan

human relation dengan

stakeholder

Untuk meningkatkan

mutu pengelolaan

masjid, Imam, dan

khatib.

Telah memiliki Imam

dan khatib yang siap

berdakwah secara baik

dan benar.

C. PROGRAM KERJA INTERNAL

N

o

Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian

1 Merumuskan Masalah

Dakwah

Mendapatkan metode

dakwah yang sesuai

kebutuhan umat

Imam dan Khatib telah

memiliki pemahaman

yang komprehensip

tentang tujuan dakwah

yang sesuai kebutuhan

umat.

2 Menentukan Struktur

Organisasi

Untuk memudahkan

garis komando dan job

deskription dalam

menata dan

memakmurkan masjid.

Ta’mir masjid mampu

menggunakan

organisasi masjid

dalam mencapai

tujuan.

3 Membuat Target

Pencapaian

Untuk mengetahui

arah yang dituju dalam

memakmurkan masjid

apakah rencana

strategis telah tercapai

atau tidak.

Imam dan khatib

mengetahui ta’mir

masjid yang sesuai

dengan standar masjid

modern.

4 Membuat Strategi

Mencapai Tujuan

Mengetahui langkah-

langkah metode

mencapai ta’mir masjid

telah ditetapkan

bersama.

Adanya outline silabi

aplikasi sebagai

rujukan mencapau

tujuan

5 Mengumpulkan Materi

khutbah Jumat

Untuk membuat buku

khutbah yang

dikumpulkan dari

Mubalig

Adanya buku khutbah

yang dijilid setiap

enam bulan atau setiap

tahun.

6 Membuat Database

Mubalig &Jamaah

Memudahkan ta;mir

masjid menghubungi

mubalig jika

dibutuhkan umat

Adanya aplikasi

database masjid

sebagai program

pendataan jamaah

tetap dan tidak tetap

Page 49: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 48

7 Memilih Standar Imam

dan Khatib

Untuk memberikan

kenyamanan bagi

jamaah

Adanya syarat-syarat

khatib dan Imam yang

sesuai dengan standar

kecamatan, kabupaten

dan provinsi.

8 Kebersihan dan

Keharuman Masjid

Agar jamaah betah di

masjid

Di masjid ada

pengharum ruangan

9 Sound System yang

memanjakan telinga

Untuk memudahkan

jamaah apa yang

diceramakan oleh

mubalig

Adanya sound system

yang jelas jika

melakukan khutbah

jumat.

10 Membuat pelatihan

manajemen

Untuk mengetahui

aktivitas ta’mir masjid

selama 1 tahun

Adanya perencaan

masjid selama 1 tahun

11 Membuat pelatihan

teknologi informasi

dakwah

Untuk mendapatkan

kader-kader Dai dan

Da’iya

Adanya dai dan

da’iyah baru dalam

masjid yang siap

dipakai dan

didistribusikan kepada

masjid lain yang

mebutuhkan.

D. PROGRAM KERJA EKSTERNAL

N

o

Program Kerja Tujuan Indikator Pencapaian

1 Menjalin silaturrahmi

dengan Imam dan

khatib masjid yang

telah memiliki program

manajemen masjid

modern dan pengelolaan

masjid yang sehat

secara financial.

Untuk mendapatkan

wawasan baru dalam

mendesain manajemen

masjid yang lebih

strategis

Adanya kerjasama

dalam bentuk MOu

dalam perbaikan

manajemen sistem

infomasi dakwah.

2 Adanya silaturrahim

dengan para imam

nasional, dan

internasional

Untuk mempererat

organisasi seluruh

Imam dan Khatib di

Daerah, Nasional dan

Internasional

Adanya hubungan

yang erat dengan para

Imam dan khatib

secara nasional dan

internasional melalui

wadah organisasi.

3 Menjalin hubungan

dengan pemerintah

Untuk menggerakkan

pembangunan mental

Adanya respon positif

dari jamaah atas

Page 50: Syarifudin,  ta'mir masjid 2013

Memakmurkan masjid 49

setempat dalam hal

pembangunan mental

spiritual

spiritual yang lebih

baik dari sebelumnya.

pengelolaan masjid

secara professional

4 Melakukan perencaan

human relation dengan

stakeholder

Untuk meningkatkan

mutu pengelolaan

masjid, Imam, dan

khatib.

Telah memiliki Imam

dan khatib yang siap

berdakwah secara baik

dan benar.