Suwitra
Transcript of Suwitra
Suwitra, Ketut. 2007. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor:
Sudoyo, Aru W, dkk. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI, PP: 570-3
Wilson, Lorraine M. 2006. Gangguan Sistem Ginjal. Dalam: Patofisiologi Price dan Wilson,
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Editor: Hartanto, Huriawati, dkk. Jakarta: EGC, PP: 865-
1002
Penakit ginjal kronik (Ketut)
Batasan
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progersif, dan pada umumnya
berakhir pada gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, ypada suatu derajat yang
memerlukan terapi penganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ,
akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik.
Kriteria penyakit gagal ginjal kronik:
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan structural dan
fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus, dengan manifestasi:
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin.
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/ menit/ 1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal. (Ketut Suwitra, 2007)
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG sama atau
lebih dari 60 ml/menit/1,73m2, tidak termasuk criteria penyakit ginjal kronik.
Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas 2 hal, yaitu atas dasar derajat
penyakit dan atas dasar diagnostic etiologi. Klasifikasi berdasarkan derajat penyakit,
dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault
sebagai berikut:
LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140−umur ) xBB
72 xkreratinin plasma (mg /dl) *
*) Pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi tersebut tampak pada table berikut:
Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau naik ≥90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG turun ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG turun sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat 15-29
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis
Klasifikasi atas dasar diagnosis
Penyakit Tipe mayor
Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular (penyakit otoimun,
infeksi sistemik, obat neoplasia)
Penyakit vascular (penyakit pembuluh
darah besar, hipertensi, mikroangiopati)
Penyakit tubule intestinal (pielonefritis
kronis, batu obstruksi, keracunan obat)
Penyakit kistik (ginjal polikistik)
Penyakit pada transplantasi Rejeksi kronik
Keracunan obat (sitklosporin/ takrolimus)
Penyakit recurrent (glomerular)
Transplant glomerulopathy
Epidemiologi
Di Amerika serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakit ginjal kronik
diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8%
setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800
kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di Negara-negara berkembang lainnya, insiden ini
diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun.
Patofisiologi
Patofisiologi PGK pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi
dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan
massa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional nefron yang masih
tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.
Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan
fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
Adanya peningkatan aktifitas aksis rennin-angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut
memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas
tersebut. Aktivasi jangka panjang aksis rennin-angiotensin-aldosteron sebagian
diperantarai oleh growth factors seperti transforming growth factors β (TGF-β).
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas PGK adalah
albumnuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat variabilitas
interindividual untuk terjadinya skelrosis dan fibrosis glomerulus maupun
tubulointerstisial.
Pada stadium paling dini PGK, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reverse),
pada keadaan mana basal LFG masih normal atau meningkat. Kemudian secara perlahan
tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengna
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien
masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar
urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada
pasien seperti nokturia, badaln lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat
badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan tanda dan gejala
uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolism
fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah
terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi
saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau
hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada
LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien
sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain
dialysis atau transplantasi ginjal. pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada
stadium gagal ginjal.
Etiologi
Etiologi PGK sangat bervariasi antara satu Negara dengan Negara lain. Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis di Indonesia.
Penyebab Insiden
Glomerulonefritis 46,39%
Deiabetes mellitus 18,65%
Obstruksi dan infeksi 12,85%
Hipertensi 8,46%
Sebab lain 13,65%
Pendekatan diagnostic
Gambaran klinis
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik melliputi:
Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus
urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus Eritematosus
Sistemik (LES), dan sebagainya
Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letragi, anoreksia, mual muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus,
uremic frost, perikarditis, kejang-kejang smapai koma
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolic, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium,
khlorida).
Gmbaran laboratories
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:
Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum,
penurunan LFG yang dihiutng menggunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar
kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fugnsi ginjal
Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan
kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolic
Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria, cast, isostenuria
Gambaran radiologis
Pemeriksaan radiologis PGK meliputi:
Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak
Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati
filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh
kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan
Pielografi antegrad atau retrograde dilakukan sesuai dengna indikasi
Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks
yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi
Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi
Biopsy dan pemeriksaan histopatologi ginjal
Biopsy dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengna ukuran
ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara noninvasive tidak bisa
ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi,
menetapkan terapi, prognosis dan mengevaluasi hasil terapi yang diberikan. Biopsy
ginjal indikasi-kontra dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah
mengecil (contracted kidney), ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi
perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal napas dan obesitas.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PGK meliputi;
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (Comorbid condition)
Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal
Perencanaan tatalaksana (action plan) PGK sesuai derajatnya:
Derajat LFG (ml/mnt/1,73m2) Rencana tatalaksana
1 ≥90 Terapi penyakit dasar, kondisi
komorbid, evaluasi pemburukan
(progression) fungsi ginjal,
memperkecil resiko
kardiovaskuler
2 60-89 Menghambat pemburukan
(progression) fungsi ginjal
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk terapi
pengganti ginjal
5 <15 atau dialisis Terapi penganti ginjal
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya
penurunan LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal
yang masih normal secara ultrasonografi, biopsy dan pemeriksaan histopatologi ginjal
dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. Sebaliknya bila LFG
sudah menurun sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak
banyak bermanfaat.
Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komoribid
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien
PGK. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid (superimposed factors) yang dapaat
memperburuk keadaan pasien. Factor-faktor komorbid ini antara lain, gangguan
keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius,
obstruksi traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras, atau peningkatan
aktivitas penyakit dasarnya.
Menghambat pemburukan fungsi ginjal
Factor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi
glomerulus. Dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi adalah : pembatasan
asupan protein. Pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada LFG ≤ 60 ml/menit,
sedanagkan di atas nilai tersebut, pembatasan asupan protein tidak dianjurkan. Protein
diberikan 0,6-0,8/kgBB/hari.
Terapi farmakologis
Untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus. Pemakaian obat antihipertensi, di
samping bermanfaat untuk memperkecil resiko kardiovaskular juga sangat penting
untuk memperlambat pemburukan kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi
intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Beberapa studi membuktikan bahwa,
pengendalian tekanan darah mempunyai peran yang sama pentingnya dengan
pembatasan asupan protein, dalam memperkecil hipertensi intraglomerulus dan
hipertrofi glomerulus. Di samping itu, sasaran terapi farmakologis sangat terkait dengan
derajat proteinuria. Saat ini diketahui secara luas bahwa, proteinuria merupakan factor
risiko terjadinya pemburukan fungsi ginjal, dengan kata lain derajat proteinuria
berkaitan dengan proses perburukan fungsi ginjal pada PGK.