Sutarmidji

166

description

Sutarmidji

Transcript of Sutarmidji

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

i

Nur Iskandar

WALIKOTA SUTARMIDJI

BUKANPemimpin Biasa

ii

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari penerbit

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam TerbitanHak Cipta dilindungi undang-undangAll Right Reserved(c) 2012, Indonesia: Pontianak

Nur Iskandar

Penata letak: Fahmi IchwanDesign Cover: Setia Purwadi

Produksi: Caturaini Fahmi

Cetakan pertama: Nopember 2012

Penerbit: TOP Indonesia ,Alamat: Jalan Purnama Agung VII

Pondok Agung Permata Y35, Pontianak Kalimantan BaratEmail: [email protected], [email protected]

WALIKOTA SUTARMIDJI BUKAN Pemimpin Biasaxviii+147 halaman: 160mm x 240 mm

Editor: Dwi Syafriyanti

Sanksi pelanggaran pasal 72:Undang-undang nomor 19 Tahun 2002 Tentang Tentang Hak cipta:(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan atau denda paling sedikit Rp.1000.000,- (Satu Juta Rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (Lima Miliar Rupiah)

(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual ke-pada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama (5) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah)

WALIKOTA SUTARMIDJI

BUKANPemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

iii

Daftar Isi

Daftar Isi iiiDari Penerbit vDari Penulis ixProlog xiii

Bagian Pertama: Pontianak 1964 1

Bagian Kedua: Pilihan Politik 29 Bagian Ketiga: Tunaikan Janji-Ukir Prestasi 43

Bagian Keempat: Kata Mereka 111

Epilog 129Galerry 135Tentang Penulis 145

iv

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

v

Dari Penerbit

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Pontianak akhir-akhir ini sangat menggembirakan. Jalanannya diperlebar, drainasenya diturap, sekolah-sekolahnya

ditingkatkan, bahkan dibangun rumah sakit kelas tiga den-gan mutu layanan kelas satu.

Deret prestasi pembangunan itu dirasakan masyara-kat. Sebagaimana tampak Jalan Koyoso yang semula sempit menjadi panjang, luas, dan rapi. Begitupula Jalan Muham-mad Yamin di Kota Baru. Semula ada stigma bahwa daerah seperti ini sulit diperluas, namun kenyataannya bisa. Begi-tupula di Sungai Jawi, Tanjungpura, hingga Jalan Protokol Ahmad Yani. Tidak hanya bertumpu pada wilayah Barat dan Selatan, namun juga Timur dan Utara. Tidak hanya ja-lan, namun juga pasar. Tidak hanya rumah sakit, namun juga sekolah. Nyaris semua aspek disentuhnya.

Jalan, drainase, sekolah, rumah sakit, pasar-pasar, rumah ibadah direnovasi sesuai tuntutan zaman. Peda-gang Kaki Lima (PKL) bisa ditangani tanpa menimbulkan kon ik anarkis. Penghargaan pun mengalir dengan send-irinya tanpa diminta, apalagi “dibayar” demi sesuatu ber-

vi

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

nama “pencitraan”. Penghargaan itu tulus muncul dari masyarakat karena kota tertata, juga melalui lembaga-lem-baga khusus. Sebutlah penghargaan BPK dengan menga-nugerahkan predikat akuntabilitas Pemkot ber-grade Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Predikat ini menjadi impian seluruh level pemerintahan di Indonesia.

Transparansi yang dikedepankan Pemkot Pontianak melalui pelayanan sistem satu atap khususnya perizinan mendapatkan penghargaan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Di pihak lain Kota Pontianak dinobatkan sebagai Kota Layak Anak. Prestasi Kota Pontianak setara dengan Solo yang dipimpin Walikota Jokowi. Jokowi kini menjadi Gubernur DKI. Antara Jokowi dan Sutarmidji cukup banyak kesamaan gaya kepemimpinannya. Tegas. Turun langsung ke tengah masyarakat. Berorientasi melay-ani bukan dilayani apalagi “disuap”. Hanya saja publisi-tas Jokowi di Jawa berbeda dengan Sutarmidji di Kalbar. Dalam konteks itu buku ini memegang peranan untuk me-dia komunikasi-edukasi.

Prestasi demi prestasi Kota Pontianak itu bergulir. Bergulir dengan perlahan, namun pasti. Step by step. Selang-kah demi selangkah. Semakin transparan, akuntabel, dan cepat. Dalam tahun 2012 ini saja tak kurang dari segeng-gam penghargaan nasional berhasil diraih Kota Pontianak. Hal ini semua tidak lepas dari peran utama Walikota, H Sutarmidji, SH, M.Hum. Siapa dia?

Dia adalah walikota yang terpilih secara langsung dalam satu putaran di tahun 2008. Namun siapa Sutarmidji secara detail, belum banyak yang mengenal sosoknya. Mis-alnya Sutarmidji di masa kecil hingga remaja. Garis ketu-runan Sutarmidji dari ayah dan ibunya. Cara berpikir dan bertindaknya. Awal mula terjun ke kancah politik. Interak-sinya dengan kelompok di luar panggung politik. Hal-hal yang luput dari publikasi media.

Penerbit TOP Indonesia memandang bahwa eksis-tensi kepemimpinan Sutarmidji signi kan sebagai bahan

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

vii

pembelajaran bagi siapa saja. Banyak nilai-nilai kepemimp-inan yang diterapkannya menjadi obor motivasi. Membuka cakrawala bahwa siapa pun bisa menjadi pemimpin sukses selama dia mau belajar, belajar dan belajar. Mau bekerja keras. Peras keringat. Banting tulang. Tidak mengenal le-lah. Terus mencari dan mencari. Kreatif. Inovatif.

Seluruh bahan yang terungkap di dalam buku “Wa-likota Pontianak Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa” ini diterbitkan bukan dengan target politik menjelang Pilwako tahun 2013, namun sebuah apresiasi murni dari penerbit TOP Indonesia. Sebab TOP Indonesia memegang loso bahwa penghargaan teramat sangat pantas disampaikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Bahwa pem-bangunan di Kota Pontianak banyak kemajuan di masa kepemimpinan Walikota Sutarmidji ini harus diakui. Mesti diberikan aplaus panjang. Standing ovation. Harus diucap-kan terimakasih sebanyak-banyaknya. Interaksi ini amalan dari ta’awaanu ‘alal birri wattaqwa. Wala ta’awwanu ‘alal ismi wal ‘udwaan. Artinya: bertolong-tolongan dalam kebaikan dan takwa. Bukan bertolong-tolongan dalam kesalahan dan keburukan.

Bentuk ungkapan terimakasih TOP Indonesia yang berkantor pusat di Pontianak dimana merasakan langsung akses kota yang lancar, aman, tertata, bahkan pertumbu-han ekonominya terus tumbuh adalah dengan domain pe-kerjaannya. Yakni menerbitkan buku. Inilah alasan TOP Indonesia menerbitkan buku ini. TOP Indonesia ingin mengucapkan terimakasih kepada pemimpinnya melalui caranya sendiri: buku. Itu saja. Titik.

Merujuk kepada petuah bahwa doa atau harapan yang makbul itu ada waktu dan tempatnya secara khusus, maka waktu dan tempat terbit buku ini juga mengikuti ses-uatu yang khusus tersebut. Hari yang spesial itu adalah di masa ulang tahun. Hut bagi gur yang bersangkutan. Tem-pat penerbitnya adalah Pontianak, Bumi Khatulistiwa.

Hari ulang tahun Walikota Sutarmidji jatuh pada

viii

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

29 Nopember. Pada Hut 2012 inilah pertama diterbitkan. Fresh from the open. Terbit sebagai bentuk interaksi warga kepada pemimpinnya. Re eksi dari pepatah: raja bijak, raja disembah.

Diiringi dengan ucapan selamat ulang tahun ke-48 kepada Walikota H Sutarmidji, SH, M.Hum, semoga mem-baca isi buku ini lebih memacu adrenalin prestasi. Begitu-pula kepada siapa saja yang turut membacanya.

Reguk manfaat sebesar-besarnya dari membaca. Serap nilai-nilai positifnya dan terapkan kebaikannya di mana pun kita berada. Yakin, cahaya prestasi bisa terang-benderang di mana-mana jika kita bersatu. Cahaya prestasi dan semangat kebersamaan membangun akan menerangi Kota Pontianak, Kalimantan, bahkan Indonesia. Tidak hanya di panggung trias politika, namun juga ekstra par-lementer, lembaga-lembaga laba maupun nirlaba. Hingga suatu saat kelak kita bisa melihat: Dari Pontianak untuk dunia. Semoga.

Bumi Khatulistiwa, Nopember 2012

Penerbit

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

ix

Dari Penulis

Sebagai penulis berbasis jurnalis saya terus melakukan pengamatan terhadap lingkungan. Lingkungan ter-dekat saya adalah kota di mana saya dilahirkan dan

dibesarkan, yakni Kota Pontianak. Pengamatan terhadap Kota Pontianak dalam dialektika jurnalistik tak terlepas dari pengamatan terhadap kinerja pemimpin puncaknya. Pemimpin ini sama dengan imam. Penduduknya sama dengan makmum. Makmum yang baik menyimak apa saja yang dilakukan dan dikomunikasikan oleh sang pemimpin atau imam.

Jujur, secara sik tidak ada yang mena kan bahwa semasa Walikota Pontianak dijabat oleh Sutarmidji, SH, M.Hum daerah ini maju pesat. Dia bisa meningkatkan kin-erja para stafnya. Sesuatu yang tidak mudah. Tidak sep-erti membalikkan telapak tangan. Bukan bim salabim adra gadabra. Butuh modal intelektual, sosial, moral yang sangat besar. Hal itu dimiliki Sutarmidji jika dibandingkan den-gan pemimpin-pemimpin lain yang setingkat dengannya.

Ketika saya mengecap pendidikan di Kampus Uni-

x

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

versitas Tanjungpura di tahun 1992, nama Sutarmidji su-dah santer terdengar. Dia dosen Fakultas Hukum Untan yang berdedikasi dan disiplin. Namun insting politiknya “hidup”. Dia rela meninggalkan gelanggang kampus demi berkecimpung di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang kemudian menghantarkannya duduk di DPRD Kota Pontianak (1999-2004).

Melalui eksistensinya sebagai wakil rakyat, relasinya kepada media meningkat dengan sendirinya. Dia mengkri-tisi derap pembangunan yang dilaksanakan pihak ekseku-tif, mencermati penganggaran di APBD, dan hal-hal lain yang menjadi tugas pokok dan fungsi lembaga legislatif. Karakternya sebagai dosen yang senantiasa berpikir ilmiah memudahkannya mengoreksi segala problem kehidupan masyarakat kota. Terlebih disiplin ilmu yang digawangin-ya adalah hukum. Sebagai makhluk sosial—homo sapiens—tidak ada satu individupun yang terlepas dari tata aturan, maupun norma hukum.

Sutarmidji segera menyita perhatian media. Dia men-jadi narasumber. News source. Komentarnya pedas, kritis, tajam. Argumentasinya akurat. Ia pun mudah dihubungi untuk dimintai pendapatnya. Dengan demikian popu-laritas Sutarmidji perlahan, namun pasti terus meningkat. Tumbuh seiring napas reformasi yang ruhnya anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Disadari atau tidak, di sini Sutarmi-dji memupuk elektabilitasnya.

Saya kerap mewawancarai gur yang low pro le ini di Gedung DPRD Kota yang beralamat di Jalan Sultan Abdurrachman. Ketika itu saya masih bekerja untuk Ra-dio Volare 103 FM. Kemudian berlanjut ke Harian Equator (kini Rakyat Kalbar) dan Borneo Tribune. Sementara Sutar-midji menapaki karir politiknya dengan menjadi Wakil Walikota berpasangan dengan dr H Buchary A Rachman (2003-2008), dan selanjutnya sebagai Walikota Pontianak (2008-2013).

Tidak hanya sebagai wakil rakyat cum akademisi,

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

xi

Sutarmidji menerapkan pola hidup sederhana. Tidak—menggunakan istilah anak muda sekarang—jaim—atau jaga imej. Tampil apa adanya. Bahase Melayu-nye totok. Lantas bukan berarti dia tidak bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Wong dia ambil pendidikan strata dua (magister) di Universitas Indonesia, Jakarta. UI kam-pus paling bergengsi. Komunitas DKI adalah Betawi. Be-tawi adalah bahasa gaul yang mendominasi Nusantara.

Kesederhanaannya tanpa basa-basi. Pernah suatu hari menjelang shalat Jumat. Sutarmidji boncengan den-gan wartawan ke Mesjid Nurul Hidayah yang berlokasi di kawasan Jalan KH Ahmad Dahlan. Pakai motor roda dua. Dia tidak sungkan. Go ahead. Dia—menggunakan istilah Pontianak—beladen. Utamanya beladen kreativitas. Misal-nya even-even. Dalam kapasitasnya sebagai dosen, wakil rakyat, Wakil Walikota atau Walikota, selalu memberikan dukungan moril-materil.

Dalam pandangan saya, gur seperti ini nyentrik. Unik. Menarik didekati dengan ilmu jurnalistik. Tidak puas dengan dealektika pemberitaan, saya memutuskan untuk mempelajarinya lebih spesi k. Oleh karena itu saya menyempatkan diri sowan ke kediaman orang tuanya di kawasan Jalan Rajawali No 88 Pontianak. Bercengkerama dengan ayah, ibu dan saudara-saudaranya. Demikian ini untuk menggali informasi lebih dalam. Jauh dari hiruk pi-kuk pemberitaan media mainstream.

Saya ingin menggali nilai-nilai dasar keluarganya. Nilai dasar yang menyebabkan tampilnya Sutarmidji yang penuh gebrakan. Gebrakan yang mengejutkan sekaligus mencengangkan.

Gebrakannya setara dengan Jokowi di Kota Solo. Na-mun Jokowi beruntung berada di Jawa Tengah yang ber-tetangga dengan Jakarta sehingga dia meroket dalam karir politiknya dari Walikota Solo menjadi Gubernur DKI. En-tahlah dengan Sutarmidji di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Apakah dia Walikota yang juga bakal meroket ke po-

xii

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

sisi Gubernur, atau punya track pilihan lain. Wallahu a’lam. Namun yang jelas saya memegang adagium: scripta manen, verba volent. Tulisan abadi-pelisanan menguap. Untuk itu dengan metode jurnalistik, saya menggarap buku biogra Walikota Pontianak H Sutarmidji, SH, M.Hum. Tujuannya sebagai referensi. Pembelajaran bagi kita semua. Kearifan yang telah kita saksikan di masa kepemimpinannya tidak menguap begitu saja.

Tidak hanya menemui sanak-sedulurnya, saya waw-ancarai guru dan dosen maupun sahabat-sahabat seper-mainannya. Hal ini untuk dapat menyerap informasi lebih banyak mengenai subjek yang ditulis.

Pada akhirnya, seluruh isi buku ini mencerminkan ha-sil akhir dari serangkaian kerja jurnalistik untuk dibagi ke-pada para pembaca. Isi buku yang diharapkan bisa memo-tivasi dengan lahirnya Sutarmidji-Sutarmidji muda dengan prestasi-prestasi sesuai dengan tuntutan zamannya. Buat Kota Pontianak khususnya, Indonesia umumnya.

Sebagai hasil kerja manusia yang tak luput dari ke-salahan dan kelemahan tentu ada saja kekurangan demi kekurangan, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga dengan tegur sapa dari pembaca, bisa menyempurnakan isi buku ini pada edisi selanjutnya.

Kepada para narasumber, saya menghaturkan banyak terimakasih. Semoga amal baik kita semua dibalas berlipat ganda oleh Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah. Wabil khu-sus kepada Walikota Pontianak, H Sutarmidji, SH, M.Hum yang berkenan gurnya dituliskan. Amin ya Rabbal ‘alamiin.

Pontianak, Nopember 2012

Nur Iskandar

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

xiii

Prolog

Kalau dulu, ketika pesawat akan mendarat di Ban-dara Soepadio, Pontianak yang terlihat hutan. Hi-jau. Lantas tamu yang baru pertama kali datang ke

Bumi Khatulistiwa ini akan deg-degan. “Di mana Kota Pon-tianak?”

Saat ini beda. Banyak perkembangan dalam satu da-sawarsa terakhir. Kota Pontianak sudah menjadi kota be-sar. Selain pertambahan jumlah penduduknya, juga fasil-itas-fasilitasnya. Infrastruktur Kota Pontianak didandani sehingga menarik. Tidak hanya menarik, tetapi juga asyik. Bisa membuat betah. Betah dengan keramah-tamahan warganya, kulinernya, budayanya, terutama kehebatan Pemkotnya memindai asa, rasa dan karsa.

Lampu terang benderang di jalan-jalan raya. Jalanan-nya pun lebar. Luas. Ketika pesawat akan mendarat, Kota Pontianak terlihat besar dan indah. Semakin eksotik den-gan temaram lampu yang bias di Sungai Kapuas. Sungai terpanjang di seluruh persada Nusantara.

xiv

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dalam lirik yang indah, seniman Kota Pontianak, Ya-nis Chaniago menuturkan:

Sungai Kapuas punye ceriteBile kite minom aeknyeTak akan lari jaoh kemaneBile kite nak ngelupakkannye…hei Kapuas

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah amat sangat ditentukan oleh kualitas dan integritas pemimpin-nya. Persis bak pepatah: kemana kepala pergi, maka disitu ekor akan ikut.

Kota Pontianak berdasarkan sejarah formalnya didiri-kan oleh Sultan Syarif Abdurrachman Alqadrie—putra dari Habib Husein atau Syarif Husein bin Ahmad Alqadrie pada 23 Oktober 1771. Sultan ini berlayar dari Galaherang—kini Mempawah—dengan perahu Lancang Kuning. Perahu ini ciri khas Melayu. Melayu identik dengan Islam. Bahkan terkenal semboyan: Melayu bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah dan sunnah rasulullah.

Bentuk pemerintahan ketika itu kerajaan. Kerajaan ini turun temurun hingga tujuh turunan. Terakhir pada masa Sultan Hamid Alqadrie II. Dia putra Sultan Muhammad lulusan Breda, Belanda seangkatan dengan Sultan Ham-ingkubono IX. Keduanya sama-sama ditarik proklamator Bung Karno untuk duduk di kabinetnya. Tercantum pula nama Hasyim Asy’ari sebagai Menteri Agama yang juga kakek dari Presiden RI kelima, KH Abdurrahman Wahid yang populer disapa Gus Dur.

Sejak Indonesia merdeka, kerajaan-kerajaan bersifat membina kebudayaan saja tanpa hak kelola pemerintahan. Slogan kerajaan-kerajaan adalah Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda, namun tetap satu juga. Itulah Indonesia. Itulah kalimat bernas yang digenggam Garuda Pancasila. Pancasila yang berisi lima prinsip: Ketuhanan Yang Maha Esa bersimbolkan bintang bersegi lima. Kemanusiaan yang

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

xv

adil dan beradab berlogokan pohon beringin. Persatuan In-donesia bergambarkan rantai. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/per-wakilan berasosiasikan kepala banteng. Keadilan bagi se-luruh rakyat Indonesia bertahtakan padi dan kapas.

Garuda adalah simbol negara yang dirancang oleh putra daerah Kalbar, Sultan Hamid Alqadrie II. Butir ke-lima sila digali oleh Bung Karno dan Muhammad Yamin berdasarkan kearifan lokal Nusantara dan telah dikuatkan dengan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Tanggal keramat tersebut hanya berselang seminggu dari hari lahirnya Kota Pontianak.

Seiring dengan alam kemerdekaan, tata kelola pemer-intahan bergulir secara periodik. Kota Pontianak dipimpin oleh seorang kepala daerah. Dimulai dengan R Soepar-dan selaku syahkota (1947-1948), Ads Hidayat selaku burgemester (1948-1950), burgemester Rohana Moethalib (1950-1953), kotapraja Soemartoyo (1953-1957), kotapraja/kotamadya Pontianak A Muis Amin (1957-1967), Siswoyo (1967-1973), Muhammad Barir (1973-1978), TB Hisny Halir (1978-1983), HA Majid Hasan (1983-1993), RA Siregar (1993-1999), Buchary A Rachman (1999-2008) hingga Soetarmidji (2008-sekarang). Namun dari sederet nama Walikota, ke-majuan signi kan terasa pada periode saat ini. Tolak uku-rnya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebelumnya di bawah Rp 60 miliar meroket pada angka Rp 206 miliar. Laporan keuangan yang diaudit BPK sebelumnya disclaim-er menjadi WTP. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebelumnya di tengah mistar gawang, naik ke papan atas. Masih banyak lagi.

Bagaimana hal itu bisa begitu fantastis? Kenapa hal itu bisa terjadi? Apa kiat-kiatnya?

xvi

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

xvii

Bagian Pertama: Pontianak 1964

xviii

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

1

Pontianak 1964

Rentak politik Indonesia diwarnai kehambaran. Sang Proklamator, Bung Karno yang menjadi pemimpin besar revolusi serta presiden seumur hidup sakit-

sakitan. Titik lemah itu dimanfaatkan kubu-kubu politik yang ingin tampil sebagai penguasa, khususnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka menyusun taktik dan strategi coup d’etat.

Bahan pangan terdistribusi tidak merata. Sembilan bahan pokok sulit didapat. Tak jarang penduduk antre un-tuk mendapatkan beras dan minyak tanah. Tak terkecuali di Kota Pontianak, ibukota Kalimantan Barat.

Di Kalbar sendiri terjadi peristiwa pelik di era terse-but di mana Bung Karno memerintahkan “ganyang Malay-sia”. Ambisinya menginvasi Jiran sebagai bagian dari In-donesia. Terkenal dengan doktrin Dwikora. Dua komando rakyat. Namun gebrakan Bung Karno yang ekspansionis itu menyebabkan keamanan dan stabilitas dalam negeri ti-dak terawat dengan baik. Sebaliknya, Dwikora gagal. Ser-dadu Indonesia banyak yang gugur. Bahkan Bung Karno terseret pusaran arus politik yang dimainkan PKI di mana

2

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

pada 30 September 1965 mereka menghabisi para petinggi Tentara Nasional Indonesia sehingga kelak dikenal sebagai Pahlawan Revolusi.

Peristiwa coup d’etat PKI ini menyebabkan MPR men-gadakan Sidang Istimewa. Menuntut pertanggungjawaban Bung Karno dan sekaligus menurunkannya selaku pres-iden mandataris MPR. Kemudian sosok baru muncul ber-nama Suharto. Penguasa baru ini bertahta di RI-1 selama 32 tahun.

Sementara bagi Kalbar, residu politik Dwikora men-jadi racun. Di mana “kekerasan” yang diajarkan militer telah menghasilkan kekerasan pula. Menurut sebagian pengamat sejarah, “pendidikan kekerasan” inilah yang menyebabkan kon ik etnis berkepanjangan di daerah ini. Namun beruntung, pegiat perdamaian bisa menunjukkan titik krusial ini sehingga pasca reformasi kondisi Kalbar se-makin aman dan tumbuh semangat hidup toleransi. Ter-bukti dari hasil-hasil pilkada di tingkat kabupaten, kota, maupun provinsi.

Pada akhir 1964 itulah, dari sebuah rumah mungil berdinding kayu di kawasan Jalan Wak Serang, kondisi su-lit bahan pangan sedikit terhibur dengan lahirnya seorang bayi laki-laki. Namanya Sutarmidji. Nama ini khas Jawa. Su berarti suka. Mirip dengan Sukarno yang berarti suka karya. Suharto berarti suka harta. Sutowo berarti suka ter-tawa—minimal suka tersenyum—pertanda bahagia. Sutar-midji berarti suka kemuliaan. Kemuliaan berakar dari kata Majid.

Sang ayah, Tahir Abubakar sudah lama menyiapkan nama Sutarmidji ini. Ia yang juru ketik di Departemen Aga-ma kutak-katik nama cantik. Pemikiran pria kurus berpos-tur tinggi ini bahkan politis. “Pemimpen Indonesia tu Jawe macam Sukarno. Name anakku sebaeknye Jawe gak sehingge nantek die bise tampel jadi pemimpen.” Begitu pikiran Tahir yang juga aktif di Partai Masyumi. Masyumi adalah partai Islam terbesar di masa Orde Lama.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

3

Utak-atik-gatuk itu juga blasteran dari nama dirinya dengan sang istri. Tarmidji terdiri dari dua suku kata. Tar itu dari Tahir. Tahir berasal dari nama Taha salah satu nama Nabi. Tahir juga identik dengan Zahir yang berarti tampak. Lawannya batin, tidak tampak atau gaib. Adapun Midji itu dari nama ibu, yakni Djaedah. Djaedah nama perempuan dari nama laki-laki Madjid yang berarti mulia. Penggabun-gan nama kedua orang tua untuk nama seorang anak su-dah merupakan kelaziman sebagai bentuk penuangan rasa cinta kepada anak.

Tahir tipikal pria gaul. Ia mengikuti tren dan mode. Ia kutu buku karena ayahnya Abubakar adalah pedagang buku. Bahkan Abubakar adalah orang Pontianak pertama yang membuka toko buku sekaligus agen koran maupun majalah. Toko di pusat keramaian Jalan Asahan kawasan Parit Besar itu laris manis bagai perpustakaan. Toko ini dirintis oleh ayah Abubakar bernama Hamid. Ia berasal dari Madras, India. Toko buku Hamid ini dimulai pada ta-hun 1916.

Sutarmidji lahir sebagai anak keenam dari sembi-lan bersaudara. Kakak sulungnya Syaiful disusul Nur-laili, Nurseha, Amran alias Bilal, dan Megawati. Say-angnya Megawati—yang namanya diambil dari nama putri Presiden Sukarno—meninggal pada usia 31 ta-hun karena sakit. Adik Sutarmidji berikutnya adalah na-ma-nama Jawa yang membuktikan inspirasi sang ayah bahwa mereka akan bisa tampil sebagai pemimpin yak-ni Mulyadi (kini Kepala Dinas Pendidikan Kota Ponti-anak), Helyanto (Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Pontianak dan Aprizal (PNS Pemkab Melawi). Nama dalam budaya Melayu mengandung unsur doa. Doa dan harapan kedua orang tua itu ternyata mampu di-emban Sutarmidji. Dia yang menaruh nama kedua orang tuanya memang berbalas kasih dan sayang tak berbilang kepada ayah-bunda. Ia sejak kecil rajin menolong, belajar dan bekerja. Bagi sang ibunda, Sutarmidji cepat mandiri.

4

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Kelahirannya tidak merepotkan, bahkan meringankan be-ban kedua orang tua.

Bagaimana cara putra keenam yang di dalam ke-luarga akrab disapa Midji ini meringankan beban orang tua, sementara era 1964 masih masa susah? Dia anak yang tumbuh rajin dan disiplin. Kerajinan dan kedisiplinan itu dibentuk oleh orang tua dan kakak-kakak pengasuhnya.

Sejak kecil teratur bangun pagi demi mendengar kedua orang tua dan kakak-kakak shalat subuh, kemudi-an mandi dan berpakaian rapi. Begitupula makan-minum tidak cerewet. Makan-minum seadanya. Tidak menuntut uang jajan dan mewah-mewah. Bersahaja. Apa adanya saja.

Di rumah dengan halaman pekarangan cukup luas, juga bersentuhan dengan parit yang lebar, apalagi tidak jauh dengan alur Sungai Kapuas—karena Wak Serang berdekatan dengan Pelabuhan Dwikora Pontianak—pa-sang surut air menjadi dinamika. Terlebih berpasangan dengan musim hujan. Air ini cocok bagi kehidupan ter-nak bebek. Tahir Abubakar memiliki ternak bebek. Sutar-midji suka mengurusi bebek-bebek tersebut. Bebek bere-nang dengan senang. Hal serupa terjadi bagi anak-anak di wilayah pemukiman tersebut. Mereka juga berenang di parit yang luas. Wajar jika rerata anak seumur Sutarmidji jago berenang. Jika mereka berenang, sampai puas lanta-ran alternatif permainan saat itu sangat sedikit. Berbeda dengan zaman sekarang di mana permainan banyak dise-diakan oleh mall atau computer, laptop, tab, telepon geng-gam melalui jaringan internet.

Bagi sang ibu, bisa jadi kegemaran memelihara be-bek atau ternak menyebabkan Sutarmidji terlatih membagi waktu, memahami makhluk, dan mulai merasakan adab para nabi. Nabi-nabi pada umumnya adalah pengemba-la. Dari aktivitas pengembalaan itu mereka menjadi pe-mimpin yang tegas sekaligus sabar. Misalnya jika ternak diurus dengan benar, maka ternak itu akan produktif. Menghasilkan daging, telur, susu, bahkan pupuk kandang.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

5

Kesemuanya bernilai ekonomi tinggi. Berdaya ungkit ke-sehatan karena kaya protein. Protein yang tersedia cukup menyebabkan otak berkembang pesat sehingga kapasitas memorinya tinggi. Seorang anak akan tumbuh cerdas. Cer-das secara sik maupun mental.

Seorang peternak juga akan mendapatkan sebuah sensasi lain yang tak akan pernah dirasakan oleh pehobis lain. Yakni hewan ternaknya akan patuh kepadanya. Se-bagai contoh bebek. Ketika Tarmidji muncul, mereka ber-duyun-duyun mendekat. Menyentuh kaki seolah berbicara tentang sesuatu. Apalagi jika Tarmidji membawa bahan pakan atau umpan seumpama nasi. Bebek-bebek ini akan berkoak-koak seolah berteriak kegirangan. Wakak wakak…wk wk. Sutarmidji pun tersenyum karena idiom ternak sama juga dengan manusia. Mereka akan patuh kepada yang memberikan makan. Juga akan berkoar-koar jika lapar. Persis seperti karyawan dengan majikan. Ia ibarat dimana ada gula, disitu pasti ada semut. Untuk ini peran pemberi makan adalah yang paling mulia. Dari sini benih leadership atau kepemimpinan Tarmidji tumbuh secara alamiah seka-ligus ilmiah.

Sensasi lain yang dirasakan Tarmidji kemudian menggelitik pikirannya adalah ucapan terimakasih ternak bebeknya. Ketika dia sudah lelah beraktivitas seharian lan-tas merebahkan tubuh tidur di kamar, ketika bangun pagi, bebek-bebek itu memberikan telur. Kesimpulan Sutarmidji adalah, jangankan ketika bangun dia produktif, ketika ti-dur saja bisa menghasilkan uang. Caranya adalah beternak.

Sutarmidji mendapatkan rumus hidup produktif. Ia bahkan berhitung dengan matematika. Jika setiap keluar-ga memiliki ternak, maka kebutuhan hidup yang sulit era 1960-1970-an bisa disiasati dengan cara seperti ini. Modus operandi ini bisa dikembangkan dengan bentuk-bentuk lainnya. Hanya saja kebanyakan manusia dihinggapi pe-nyakit mama dan lalas. Jadinya malas.

Bagai pepatah tua menasehati: hemat pangkal cer-

6

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

mat, rajin pangkal pandai. Sutarmidji manggut-manggut dengan kalimat tersebut. Direnungkannya dalam-dalam bahwa jika dia rajin, maka dia bakal pandai.

Sutarmidji tidak seperti anak-anak biasa. Rajin bela-jar. Rajin membaca. Tidak suka keluar rumah buat gosip atau ngerumpi di warung kopi. Kebiasaannya bangun pagi membantu ibu mengangkut air. Isi bak mandi. Oleh karena itu bocah cilik ini tidak pernah terlambat sekolah, apalagi tidak mengerjakan PR. Begitu pulang sekolah dia bekebut ganti pakaian. Buku dan tas dilempar. Apa kegiatannya? Menjajakkan koran maupun majalah. Dia mendapatkan uang jajan dan menabung dari menjajakkan koran serta majalah tersebut. Dari sini pula Sutarmidji tertempa den-gan aneka kepala berita alias headline. Pada dirinya berlaku pepatah Barat: many a great man start a newspaper boy. Ban-yak orang-orang besar itu memulai karirnya dengan berda-gang koran.

Di Indonesia kita mengenal Karni Ilyas. Presenter yang populer dengan Bang One atau pendiri Indonesia Law-yers Club. Karni prototipe pedagang koran dan majalah di Padang, Sumatera Barat yang sukses besar. Akibat banyak membaca, dia menjadi cerdas, bahkan bisa melakukan pe-rubahan bagi media di mana tugasnya adalah menyebar-kan informasi, edukasi, entertain sekaligus kontrol sosial.

Hobi membaca Sutarmidji dibentuk oleh lingkungan di sekitarnya. Pada satu sisi dia keturunan dari pedagang buku di mana sehari-hari akrab dengan bahan bacaan. To the point-nya akrab dengan ilmu pengetahuan. Sebab buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Dengan demikian sejak kecil Sutarmidji sudah karib dengan ilmu pengetahuan. Melalui ilmu pengetahuan itu dia mudah menentukan pilihan hidup. Termasuk cita-cita.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

7

Sederhana

Hingga saat ini kediaman Tahir Abubakar di Jalan Wak Serang yang telah berganti nama menjadi Jalan Rajawali tetap kokoh berdiri. Istimewanya

rumah ini tetap saja sederhana. Dinding papan dan se-men serta diberi warna seadanya. Warnanya adalah warna alami. Sederhana. Justru dari kesederhanaan itu tampak keanggunannya. Bahkan di sini lahir pemimpin yang bu-kan pemimpin biasa. Tidak heran jika suatu saat kelak di mana Sutarmidji membangun rumah sendiri di Gang War-is, Sungai Jawi, juga menggunakan bahan kayu dan tidak diwarnai. Dia kepincut warna-warna alami. Menyatu den-gan alam. Hal serupa ketika dia menjadi Wakil Walikota. Rumah dinasnya di Jalan KS Tubun juga dibiarkan menun-jukkan warna dasar. “Tak perlu dicat. Kalok pon maok dicat, kasikkan solar jaklah.” Begitu komentar Sutarmidji ketika rumah dinas itu direnovasi dengan bahan utama kayu be-lian.

Rumah Dinas Walikota di KS Tubun ditempati pejabat Wakil Walikota karena pejabat Walikota sudah menempati rumah jabatan baru di Jalan Abdurrachman Saleh. Sebelum-nya pejabat Walikota menempati rumah dinas di KS Tubun.

8

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Islam is the Solution

Kesederhanaan menjadi jati diri keluarga Tahir Abubakar. Pintu bagian depan rumahnya berbahan tripleks. Tripleks ini berlapis bahan plastik bermotif

ukiran. Pada bagian atas pintu itu bertuliskan: Islam is the Solution. Artinya Islam adalah solusi. Dua kata tersebut cu-kup jelas menegaskan bahwa penghuni rumahnya adalah tipe manusia taat beragama Islam. Bahasa rujukannya Ing-gris. Perpaduan Timur dan Barat. Paham dengan plural-isme dan multikulturalisme. Sadar akan kemajemukan.

Agama bagi keluarga ini tidak hanya sekedar syariat—atau syarak—seperti bagaimana cara mengucapkan dua kalimah syahadat, mendirikan shalat, berpuasa, zakat dan pergi haji. Namun lebih jauh daripada itu bagaimana nilai-nilai syahadat yang merupakan komitmen kemerdekaan dari penghambaan kepada selain Allah dan orientasi te-ladan hidup Nabi Muhammad karena dia adalah utusan Allah sanggup mengejawantah dalam kehidupan sehari-hari. Muhammad is the mesangger of God. Muhammad diutus

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

9

untuk menyempurnakan akhlak. Kepadanya terkandung suri teladan laksana lautan tak bertepi.

Begitupula bagaimana nilai-nilai shalat yang dimulai dengan kebersihan wudhu menunjang kebersihan air mau-pun lingkungan. Menjaga kebersihan hati di mana hanya Allah Yang Maha Besar selain itu kecil. Bahwa shalat, iba-dah, hidup dan mati hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Bahwa shalat mengajarkan demokrasi. Di mana imam takbir, maka makmum juga takbir. Imam rukuk, makmum juga rukuk. Imam sujud, makmum juga sujud. Shalat mengajarkan salam ke kiri dan ke kanan. Mengajar-kan menoleh kepada tetangga all round. Menoleh kiri dan kanan juga berarti menebarkan salam. Menaburkan kasih sayang serta kedamaian. Menegakkan bahwa Islam adalah rahmat bagi lingkungan. Rahmatan lil ‘alamiin. Check and re-check. Balance. Imbang. Adil.

Ketika pintu rumah itu diketuk, tidak ada jawaban. Rumah terlihat kosong. Setelah diketuk tiga kali, seorang tetangga mengabari bahwa pintu masuk yang kini di-gunakan tidak lagi dari arah depan melainkan dari arah samping. Berjalan ke pintu masuk samping ini mesti lewat di atas jembatan kecil atau geretak papan.

Pintu masuk samping ini sama sederhananya dengan bagian muka jalan utama. Terdapat ruangan keluarga yang berfungsi sebagai ruang tamu. Ruang keluarga ini tersam-bung dengan ruang makan sekaligus menonton televisi. Si-aran televisi yang disaksikan adalah TVRI Pontianak. Cinta sekali keluarga ini dengan yang namanya Pontianak.

Ketika pintu diketuk, yang tampil membuka adalah seorang anak muda. Dia mempersilahkan masuk. Di dalamnya ada seorang berkaos singlet putih, berkain ple-kat kotak-kotak seperti papan catur. Tubuhnya kurus. Kup-ingnya lebar yang kata orang pertanda pintar. Rambutnya rapi. “Sile dudoklah. Saye nak ngambek baju lok.” Pria yang tak lain tak bukan adalah ayah dari Sutarmidji ini mengambil baju koko. Dia didampingi sang istri, Djaedah dan putran-

10

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

ya, Helyanto.Siaran TVRI Pontianak memberitakan Walikota

mendapatkan penghargaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Jakarta. Tentu bangga kedua orang tua melihat anaknya berprestasi.

“Ndak bangge. Biase jak. Walikote tu kan jabatan. Ade ba-tas akhernye.” Begitu komentar Djaedah yang mengenakan kerudung bulat melingkar kepala. Khas nenek-nenek Me-layu.

Kalimat ringkas Hj Djaedah keras menyengat. Sebab jarang-jarang seorang ibu rumah tangga bisa memberikan komentar secanggih ini. Pastilah pengelolaan dasar keji-waannya amat sangat matang soal pangkat dan jabatan. Bahkan arti hidup dan kehidupan. Di pandangan matanya, jabatan walikota itu nisbi. Nyaris tiada.

Djaedah bukan perempuan biasa. Dia wanita istime-wa. Pada tubuhnya mengalir darah Indonesia. Ayahnya bernama Said. Said adalah putra Lajem asal Solo. Lajem ini masih berdarah biru. Tetirah Kraton Solo. Asal muasal Jawa-Solo ini pula yang menyebabkan nama-nama Jawa melekat di dalam keluarga besar Tahir-Djaedah. Tidak mengherankan jika banyak nama putra-putrinya berlang-gam Jawa seperti Sutarmidji, Mulyadi dan Helyanto.

Sayangnya pencatatan masa lampau itu kurang mendapatkan perhatian serius sehingga lajur keluarga di

Hj Djaedah

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

11

Kraton Solo terputus. Djaedah hanya menyempatkan diri berkunjung ke Kraton Solo untuk berziarah dan melihat-li-hat peninggalan masa lalu. Siapa saja keluarga di Solo yang masih dikenalnya, sudah putus sama sekali.

Dari pihak Djaedah, ibundanya bernama Mukminah. Mukminah lahir di Mempawah. Mukminah sendiri putri dari Unggun seorang Bugis. Ibunda Mukminah adalah anak angkat atau adopsi berdarah Tionghoa. Di masa lalu adopsi ini hal yang lumrah karena kepercayaan Taoisme mengajarkan, jika anak di masa balita kerap meninggal, maka anak berikutnya sebaiknya diserahkan pemelihara-annya kepada orang lain. Umurnya akan panjang. Ternya-ta terbukti benarnya buat bayi yang diberikan nama Muk-minah. Jadi, pada tubuh Sutarmidji mengalir deras darah Indonesia tulen. Yakni campuran Bugis, Tionghoa, Jawa, bahkan India.

Djaedah adalah keluarga besar. Lebih besar ketimbang jumlah saudara atau adik-beradik Tahir suaminya. Jika Ta-hir terdiri dari 11 bersaudara, maka Djaedah 13 bersaudara. Namun saat ini yang masih ada tertinggal 4 orang. Terma-suk dirinya. 9 orang telah meninggal dunia.

12

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Madras dan Pluralisme

Jalan raya masa lalu adalah laut dan sungai. Kendara-annya kapal dan perahu. Tenaga sebagai penggeraknya secara tradisional adalah angin yang kemudian dike-

mudikan oleh manusia. Dalam perkembangan berikutnya manusia mengenal mesin. Bahkan ilmu pengetahuan ber-hasil menemukan moda transportasi yang lebih cepat, yak-ni pesawat terbang.

Walaupun di masa lalu belum ada pesawat terbang yang bisa mengangkut orang dan barang dalam tempo singkat, namun perjalanan bangsa-bangsa sudah sedemiki-an majunya. Sebagai fakta empirik adalah Raja Mempawah mengundang tenaga-tenaga terampil asal China untuk menggali bahan tambang (1776).

Yuan Bing Ling dalam bukunya Chinese Democracies, a Study of the Kongsis of West Borneo (1776-1884) menyebutkan bahwa undangan Raja Mempawah ini dimotivasi oleh ke-berhasilan petambang China mengeksploitasi emas di Pu-lau Bangka dan memperkaya Kesultanan Palembang.

Dalam hal inilah penduduk Kalbar diwarnai ma-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

13

syarakat China atau kerap disebut Tionghoa. Terjadi pula kawin-mawin di antara pendatang dengan warga asal di sekitarnya. Dengan demikian wajarlah dalam garis kelu-arga Sutarmidji dari pihak ibu mengalir darah Tionghoa.

Mary Somers Heidues dalam bukunya Golddiggers, Farmers and Traders in the Chinese Districs of West Kaliman-tan, Indonesia menjelaskan bahwa kongsi dagang China di Monterado berakhir pada tahun 1884 setelah Belanda ma-kin kuat di Kalimantan Barat. Kelak kemudian Belanda mendatangkan pekerja kebun asal Jawa ke Kalbar . Di sini pula jumlah penduduk Kalbar semakin heterogen, plural, atau beragam.

Begitupula kedatangan ekspedisi laut seperti Madras di India yang merupakan garis keluarga Sutarmidji dari pi-hak ayah. Madras berada di muara. Secara geogra s tidak jauh dengan Saudi Arabia. Budaya Islam turut mewarnai Madras.

Madras beribukota Tamil Nadu. Bahasa sehari-harinya Tamil. Peradabannya sudah sangat maju. Kema-juan yang dicapai itu menyebabkan penduduknya berani menjelajah samudera hingga berbagai belahan dunia, ter-masuk ke Kalbar. Terlebih pada 1644 Madras diokupasi In-ggris di mana akibatnya berkecamuk perang perlawanan. Tamil berjuang melawan penjajahan dan menyebabkan se-bagian warga harus mengungsi ke tempat aman.

Ayah Tahir yakni Abubakar fasih berbahasa Tamil. Hal ini wajar karena ayahnya, Hamid kerap menggunakan bahasa ibu tersebut. Bahkan Abubakar pernah dibawa ke Madras serta menikmati sekolah di sana. Sentuhan pendi-dikan dan pengalaman belajar di Madras inilah yang me-nyebabkan Abubakar memandang penting ilmu pengeta-huan. Ilmu pengetahuan itu terhimpun di dalam buku. Tak pelak lagi, saat dia pilih menetap di Kota Pontianak yang ditekuninya adalah distribusi buku, koran, majalah.

Harga buku, majalah dan koran saat itu jangan dibay-angkan dengan uang sekarang. Menurut Tahir yang sedari

14

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

kecil membantu ayahnya, harga satu buku masih bilangan sen, sebenggol, setali. Satu benggol sama dengan dua sen setengah. Setengah sen sama dengan lima peser, sehingga terkenal istilah Melayu, “Tak ade duet aku sepeserpon wak. Sumpah!” Artinya kosong benar isi kocek nih bang. Terke-nal pula pepatah: setali tiga uang. Maksudnye same tak beri…

Seingat Tahir, pecahan uang terbesar adalah uang ker-tas lima rupiah dan 10 rupiah. Jika sudah memegang uang itu seperti memegang uang Rp 50.000 atau 100.000 saat ini. Namun diingatnya pula ada satuan lain dari rupiah yakni talen. Satu talen sama dengan setali 25 sen. Pengetahuan pecahan uang masa lalu ini semakin tidak diketahui gen-erasi muda sekarang di mana rupiah tinggal transfer lewat HP maupun ATM.

Tahir merasakan getirnya penjajahan Belanda dan Jepang. Begitu sakitnya sehingga oleh Abubakar seluruh anggota keluarga diboyong hijrah atau pindah ke Sungai Ambawang. Di sana mereka bertani dan berladang. Na-mun Tahir sempat mengecap sekolah didikan Belanda di tingkat HIS (Hollandsch Inlandsche School). Ia juga mempun-yai warisan tanah pertanian di Ambawang.

Berkat pendidikan yang dimilikinya itu Tahir bisa

Tahir Abubakar

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

15

mendermabaktikan tenaga mudanya di Departemen Aga-ma—kini Kantor Kemenag Kota Pontianak. Juga aktif di Partai Masyumi. Partai Masyumi adalah partai Islam terbe-sar di Indonesia yang didirikan pada tahun 1945.

Bagi Tahir, kepeloporan kakeknya Hamid yang bera-ni berlayar ke Pontianak dan membuka toko buku di tahun 1916 menyebabkan terdistribusikannya ilmu pengetahuan secara populer. Kelas belajar tidak hanya di sekolah, tapi bisa juga di rumah. Catatannya hanya satu: pandai dan mau membaca. Sebab buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Mulai dari ilmu agama, budaya, sampai dengan teknologi. Sang kakek bahkan masuk ketegori guru atau ustadz pada zamannya.

Sebenarnya apa yang dilakukan Hamid juga banyak dilakukan orang lain di India atau Timur Tengah. Cara berdagang seperti inilah Islam berkembang di seluruh pen-juru dunia. Selain misi dakwah yang berpangkal dari iman, juga misi ekonomi maupun kesejahteraan. Sebab selisih keuntungan dari penjualanlah yang menyebabkan ekono-mi keluarga dapat bertahan. Sementara daerah yang aman dan damai menyebabkan peradaban tumbuh berkembang.

Kondisi Pontianak sendiri sangat “welcome”. Bahkan Kalbar. Seperti di Pontianak oleh Raja Pontianak diterima masuk dengan baik sebagai warga setiap etnis maupun bangsa. Dikenallah Kampung Arab, Kampung Kamboja, Kampung Banjar, Kampung Bali, Kampung Bugis. Mereka membangun wilayah pemukiman. Sementara di Kalbar, interaksi mutualistik dengan China telah berlangsung be-rabad-abad lamanya. Tak terkecuali dengan Sriwijaya dan Majapahit. Tidak aneh jika sejarah Kerajaan Tanjungpura, Sintang, Sanggau, Sekadau, Tayan, Ngabang, Mempawah, Sambas, Kubu sampai Pontianak saling terkait satu sama lain. Bahkan meluas sampai ke Brunei, Malaysia, Singapu-ra—mancanegara.

Nama Hamid pun populer di kawasan pasar Parit Besar. Salah seorang cucunya mengikuti nama Hamid.

16

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Sosok sang cucu ini pun menjadi orang terkenal di Kota Pontianak akibat kerja keras serta semangatnya membaca maupun jualan buku atau koran. Dialah Prof Ir H Abdul Hamid, M.Eng. Dia adalah Direktur Politeknik Negeri Pon-tianak yang pertama. Alumni ITB yang bona de itu, serta mendapatkan beasiswa di luar negeri sehingga bergelar Magister Enginer (M.Eng).

Ibunda Prof Ir HA Hamid, M.Eng adalah kakak kan-dung Tahir. Oleh karena itu antara Prof Hamid dengan Sutarmidji adalah sepupu sekali. Satu lagi sepupu sekali Sutarmidji yang juga tercatat sebagai seorang tokoh di Kal-bar yakni Ali Akbar.

Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini ter-catat duduk di DPRD Kota dan saat ini di DPRD Kalbar. Dari Ali Akbarlah Sutarmidji direkrut masuk PPP. Bagi Sutarmidji, Ali Akbar selain politisi, juga anak dari adik ayahnya. Usia mereka relatif setara. Hanya pengalaman dan nasib saja yang berbeda.

Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Jalan raya berupa samudera laut yang luas berubah motivasinya. Di mana negara-negara maju mencengkeramkan kuku-kukunya lebih dalam lagi. Euphoria itu dialami Jepang di wilayah Asia. Akibat tekanannya, Belanda pun kalah.

Masuknya Jepang pada kurun waktu 1942-1945 me-nyebabkan keluarga Tahir Abubakar mengungsi. “Bekayoh tige jam ke Sungai Melaya,” kenang Tahir. Sui Melaya itu di Ambawang.

Tahir mengenang sadisnya bala tentara Jepang. “Kalok ambek tadak balek. Dibunohnye!” Pada masa sulit itu ayah dari tokoh arsitektur Kalbar Ir H Said Dja’far tewas diang-kut dan disungkup Jepang. Begitupula ayah dari tokoh ICMI Kalbar H Ilham Sanusi. Termasuk sekitar 70-an karib-kerabat Keraton Kesultanan Kadriah Kota Pontianak. Pada kurun waktu tersebut terjadi genosida. Menurut catatan pengakuan Panglima Militer Jepang di Mahkamah Militer, jumlah korban tak kurang dari 21.037 jiwa. Sebagian besar

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

17

tulang belulang mereka bersemayam di Monumen Daerah Mandor.

Di masa sulit itu bahan sandang dan pangan sulit diperoleh. “Maok dapat ikan pon antri. Mulai suboh dapatnye sore,” ungkap Tahir.

Jepang menguasai perkantoran. Tangsi Militer Belan-da yang kini berdampingan dengan Kantor Walikota—du-lunya Korem 121 Alambana Wanawai—itu kantor residen Jepang. “Banyak yang dibunoh di situ. Dibantai pakai ekok pari. Ei paleng kejam Jepang. Jangan sampai ketemu dua kali ageklah.” Tahir bersungut-sungut.

Suasana kemudian berubah setelah Indonesia merde-ka pada 17 Agustus 1945. Jepang menyerah kalah setelah Kota Heroshima dan Nagasaki dijatuhi bom nuklir oleh Amerika Serikat bersama sekutu-sekutunya.

Ketika situasi aman, aktivitas warga kembali mem-baik. Paman Tahir—Abdurrahim—adik Abubakar meni-kahi gadis China dan meneruskan usaha berjualan buku, koran, majalah. Toko Buku ini diberi nama Violeta di ka-wasan Jalan Antasari. Namun sayang, suatu hari si jago merah mengamuk. Toko himpunan kertas ini pun ludes terbakar. Sejak saat itu bisnis buku, koran dan majalah berubah. Sudah banyak pula kompetitor lain. Sebut mis-alnya Toko Buku Tamimi, Menara, Angkasa, Juanda. Kini raja Toko Buku itu transnasional Gramedia.

Kisah dari buku seperti Kho Ping Ho yang kuat ter-ekam di kepala Tahir pun perlahan surut. Generasi muda sekarang lebih mengenal Angry Birds atau Harry Pot-ter. Begitupula penerbit buku anak sekolah seperti Tiga Sekawan, Matahari, Fadjar. Semuanya tinggal kenangan. Sebab segala sesuatu ada umurnya. Ketika sudah tua, tidak sehat, pun tak luput dari maut. Mati.

Kisah masa kecil Tahir menurun kepada putra-putrin-ya, termasuk Sutarmidji. “Saye agek maseh kecik kalok balek sekolah kerjenye bantu ayah. Sebab uang zaman dolok susah.” Sekolah HIS Tahir “tempo doeloe” di Jalan Tamar.

18

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Tahir dengan bekal pendidikan Islam yang kuat dari keluarga ditambah pengaruh pendidikan Belanda sadar bahwa politik itu penting. Di tahun 1945 ketika Indonesia merdeka, komunitas masyarakat Islam mendirikan partai politik Masyumi. Akronim dari Majelis Syura Muslimin In-donesia. Pertumbuhannya sangat cepat sehingga menjadi partai terbesar di Indonesia. Tujuan Partai Masyumi adalah mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan memper-juangkan tegaknya nilai-nilai keislaman dalam hidup dan kehidupan bernegara.

Tahir aktif di Masyumi pada zaman kepemimpinan Muhammad Natsir. Dia sosok ulama teduh dan penuh wibawa. Pernah menjabat sebagai Perdana Menteri. Setelah itu Tahir mengabdi di Departemen Agama. Di saat itu dia bekerjasama dengan ulama besar ahli hisab dan rukyat, Ustadz H Abdurrani Machmud. Tarikh masehi menunjuk angka tahun 1950-an.

Tahir tipikal pekerja keras. Keterampilannya menulis dan mengetik dibutuhkan. Dia honorer pula di Sipil Ang-katan Darat. Tanksi Sudirman. Satu hari dia bekerja dihar-gai dengan gaji 8 rupiah. “Kerje hari Minggu tadak dibayar,” tutur Tahir seraya senyum. Jabatannya kerani. Alat kerjan-ya mesin ketik besi.

Sakleknya jadul alias jaman dulu seorang bujang den-gan dara dijodohkan. Nasib serupa terjadi pada diri Tahir. Pertemuannya dengan Djaedah karena dijodohkan kedua orang tua.

“Dolok kenal pon ndak. Kamek dijodohkan.” Tahir saat ijab dan qabul munakahat itu berusia 17 tahun sedangkan Djaedah 14 tahun. Surat nikahnya hanya selembar kertas tanpa foto.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

19

Sekolah dan Kuliah

Sutarmidji lahir pada 29 Nopember 1964. Pada usia balita belum ada Play Group dalam golongan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sebagaimana generasi

sekarang. Belum ada Taman Kanak-Kanak (TK). Masa golden age—usia keemasan—dilewatinya dalam pendidi-kan non formal. Yakni di dalam keluarga dan lingkungan terdekat.

Sutarmidji beruntung memiliki banyak saudara. Ken-dati bagi kedua orang tua cukup repot membesarkan mer-eka, namun banyak yang mengasuh. Mengasuh sekaligus bermain bersama. Di sini Sutarmidji banyak menyerap pelajaran berharga. Misalnya kakak-kakaknya bersekolah jalan kaki, ya dia juga berjalan kaki. Kakak-kakaknya bere-nang, Sutarmidji ikut pandai berenang. Hanya satu saja yang dia tertinggal, yakni bersepeda. “Midji penakot. Kite ajar die naek sepeda, eh bediri die,” ungkap kakak kandung-nya, Nurlaili. Akibat tidak bisa bersepeda, pada saat motor roda dua menjamur, Midji tidak pandai. Kepandaiannya adalah kepemimpinan. Dia pandai memimpin diri sendiri.

20

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Kelak semakin pandai sampai memimpin sebuah kota den-gan jumlah penduduk sekitar 650.000 jiwa.

Bagi Midji, tidak bisa bersepeda atau motor masih bisa jalan kaki. Kalau tidak jalan kaki ya naik oplet. Hal ini dijalaninya untuk Sekolah Dasar di SDN 35 Jalan Nura-li—kini sekolah itu mengalami regrouping dan lokasinya dijadikan SMPN 24—juga SMPN 1 di Jalan Jenderal Oerip Soemohardjo. Termasuk pada saat sekolah di SMA Santo Paulus, lalu terus kuliah di Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura.

Disiplin diri yang dibangun dari keteladanan ke-luarga menyebabkan Midji pilih sekolah SMA Santo Pau-lus. Sekolah ini terkenal berdisiplin tinggi. Disiplin tinggi adalah jaminan bagi keberhasilan. Sebab tidak ada tercatat dalam sejarah dunia sebuah kesuksesan dan glory tanpa di-siplin dan kerja keras.

Ketika lulus Fakultas Hukum dengan indeks prestasi tercepat, Sutarmidji dalam ikatan dinas. Dia mengabdikan diri menjadi dosen. Saat itu Untan dipimpin seorang rektor yang visioner bernama Hadari Nawawi. Dia orang Sambas kelahiran Sekadim yang kutu buku, kutu baca dan kutu tulis. 30-an buku karya akademisnya laris manis. Hal itu dengan satu catatan: disiplin.

Sutarmidji belajar bersama Hadari. Dikenangnya bet-ul kedisiplinan Hadari yang juga doktor pertama di Kal-bar. Dipelajarinya bahwa sosok pemimpin, sesibuk apapun dia, jika pandai mengatur waktu maka pasti bisa. Seperti Hadari, kendati sibuk memimpin universitas, masih me-nyempatkan diri mengajar dan membimbing skripsi. Bah-kan terkenal dengan Hadari mengajar pukul 06.00. Bahkan mengajar usai waktu shalat subuh!

Tidak heran Sutarmidji menuruni Hadari. Sebelum pukul 07.00 sudah berada di ruang kelas untuk mengajar mahasiswa Fakultas Hukum. Kebiasaan mengajar dengan disiplin waktu ini menjadi karakter. Karakter ini tidak larut saat dia duduk sebagai anggota DPRD Kota hingga men-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

21

jadi Walikota. Saban pukul tujuh dia sudah berada di kan-tornya. Terkecuali saat berada di luar kota.

Terhadap disiplin waktu ini menjadi daya pikat tersendiri bagi setiap PNS atau warga Kota Pontianak. Khususnya bagi yang tahu tentang betapa pentingnya arti disiplin dan waktu. Namun tentu saja membuat keki bagi yang abu-abu. Bahkan membuat marah bagi mereka yang suka berleha-leha atau bermalas-malasan. Sebab antara malas dan rajin, atau antara lalai dan disiplin memang tak sebulu. Ia ibarat air dengan minyak. Ibarat idealisme den-gan praktisisme, tak akan mudah untuk menyatu.

Disiplin waktu tidak hanya menghantarkan Sutarmi-dji mulus untuk lulus sejak SD sampai Perguruan Tinggi—baik S1 maupun S2—namun dia juga bisa berkreasi. Mis-alnya berdagang. Sebab jangan dikira Sutarmidji tidak masuk kategori entrepreneurs.

Sejak kecil, di masa SD dia berdagang koran dan ma-jalah. Koran dan majalah ini diambil dari agennya. Kebetu-lan agen itu adalah pamannya sendiri. Sejak masa kecil itu dia sudah peras keringat-banting tulang. Senang jika ber-hasil mendapatkan duit dari keringatnya sendiri. Sebab dia merdeka menggunakannya untuk kepentingan apapun, termasuk menolong kedua orang tua.

Koran dan majalah itu dijajakkannya ke lingkungan terdekat. Sebut misalnya Pelabuhan. DPRD Kota Ponti-anak—kini menjadi Gedung Bappeda Kota berlokasi di belakang Gedung Kantor Walikota, maupun masyarakat di sekitarnya. Sejak kecil itu pula bocah bertubuh tinggi semampai yang oleh keponakannya kelak disapa Pak An-jang berkenalan dengan tokoh-tokoh penting. Misalnya Ir Pedi Natasuwarna. Ia seorang pemikir. Bahkan PDAM Kota adalah hasil rancangannya. Bacaan langganannya adalah majalah serius khususnya Tempo. Pelanggan lain-nya adalah Abdurrachman yang juga ayah dari Buchary.

Sutarmidji juga membawa majalah Intisari, bahkan TTS. TTS Safari bisa laku hingga 100 eksemplar setiap edisi.

22

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

“Mase kamek kecik dolok mane ade sekolah gratis. Semue bayar,” ungkap adik kandung Sutarmidji yang juga turut berjualan koran dan majalah, Mulyadi. Sutarmidji yang sekolah di SMA Santo Paulus mesti merogoh banyak biaya. Namun hal itu bisa diatasinya dengan semangat dan kerja keras.

Sisi wiraswasta Sutarmidji tidak sebatas dagang buku, koran dan majalah, namun juga bawang putih. Selisih an-gka yang besar di zamannya menempuh kuliah strata-dua di UI menyebabkannya dagang bawang. Sementara itu dia berhemat transportasi dari penerbangan yang mahal. Sutarmidji bolak-balik Pontianak-Jakarta dengan menggu-nakan kapal laut. Saat dia kuliah di UI, KM Lawit adalah langganannya.

Sadar bahwa kebutuhan penumpang terhadap tiket tinggi, dia bekerjasama dengan agen Pelni. Sutarmidji me-layani pemesanan tiket kapal. Hasilnya dia bisa menabung buat membeli tanah murah di kawasan Pal Lima. Tanah itu kemudian dia kavling-kavling dan menkreditkannya ke-pada teman sesama dosen, atau siapa saja. Dari keuntun-gan wirausaha ditunjang gajinya sebagai dosen, kemudian sebagai politisi di DPRD Kota, Midji dapat membangun rumah di atas tanah yang dibelinya sendiri di Gang Waris. Kebetulan tesis hukum Midji di UI mengenai hukum waris dalam Islam.

Hidup ini terkadang lucu dan terkesan olok-olok. Li-hatlah tesis Sutarmidji yang menyoal waris. Kelak kemu-dian dia tinggal di Gang Waris. Lihatlah dulu dia berjualan koran di Kantor Walikota, kini terbalik. Sutarmidji menjadi Walikota. Aktivitasnya menjadi kepala berita. Justru kabar-kabar kota yang diperjual-belikan koran-koran.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

23

24

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

25

26

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

27

28

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

29

Bagian Kedua: Pilihan Politik

30

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

31

Pilihan Politik

“Dji maok ndak kau ikot aku di P tige?” Pertanyaan ini meluncur begitu saja dari sosok bertubuh besar, tinggi, bercambang, Ali Akbar. Saat itu

Orde Baru masih berkuasa. Kekuasaan di tangan Golkar sebagai partai pemerintah.

Sutarmidji mereguk kopi hangat miliknya. Jidatnya mengernyit. Mata sipitnya tenggelam. Tampak sekali dia berpikir keras. “Ayoklah Dji. Ini kesempatan bah boi,” lanjut Ali yang juga menyeruput kopi dalam pertemuan kekelu-argaannya di Mariyana. Kebiasaan keluarga besar Abuba-kar Hamid adalah kumpul. Silaturahmi. Kebiasaan yang hingga kini terus bertahan.

Adrenalin Sutarmidji menghangat. Mungkin karena pikirannya centang perenang. Mungkin juga karena pen-garuh kafein yang direguknya dari secangkir kopi hangat. Merknya Kopi Obor lagi. Panas. Khas Pontianak.

“Maok sih, tapi aku kan ikatan dinas dosen…”“Tapi ape gik? Kau tuh dah sarjana. S duak agik. P tige

butoh sarjana untok nguros partai…”

32

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Ali berkisah tentang rapat yang dipimpin Uray Faisal Hamid, SH. Bahwa reformasi akan meledak. Rezim pen-guasa akan berubah drastis jika tidak mau dibilang dra-matis. Kisah pemilu dicurangi akan kikis. Tekanan kepada partai-partai kecil oleh penguasa akan sirna dengan kon-trol sosial yang besar. Persis seperti teriakan-teriakan ma-hasiswa, aktivis, politisi bahwa harus ada reformasi total.

Saat itu di level nasional Sri Bintang Pamungkas me-nyatakan siap menjadi presiden. Pernyataan itu sama saja dengan menantang Presiden Suharto. Tokoh lainnya me-nyusul, Prof Dr Amien Rais. Politik di Tanah Air semakin panas.

Sutarmidji akhirnya buka mulut. “Aku pon ditawari pak Yan ke PDI,” katanya. Yan Alqadrie adalah politisi PDI. Ia juga sanak famili Sutarmdji dari garis ibu kandungnya. “Bagaimane aku dengan die. Tak enaklah…”

Partai-partai kecil seperti PPP dan PDI melirik eksis-tensi Sutarmidji. Namun yang bersangkutan larut dalam perenungan antara dua pilihan: politisi atau akademisi? Akademisi atau politisi?

Jika pilih menjadi politisi apakah ada jaminan akan duduk di DPRD? Apakah ada jaminan dapat kursi? Dapat gaji? Sementara kursi dosen sudah pasti. Gaji bisa diatur untuk kebutuhan hari-hari. Tanpa money, jangan muna k untuk bisa hidup dengan wajah berseri-seri.

Tenggelam dalam lamunan itu, demi reguk terakhir kopi di hari itu di Wak Serang, Mariyana, Ali yang prag-matis tak putus akal. “Udahlah ginek jak. Kau tetap jadi dosen, tapi mulai jak aktif di GMKI. Nantek pelan-pelan kau pasti dapat solusi.”

Solusi Ali tokcer. Kebekuan pikiran Midji menjadi encer. Kabut tebal yang menghitam di batok kepalanya seolah terbuka menjadi cakrawala biru—eh hijau—demi sebuah langkah taktis. Ini solusi brilian. Super sekali!

GMKI adalah Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indo-nesia. Taglinenya progresif, revolusioner, visioner. Ia under-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

33

bow PPP. Organisasi sayap.Di tempat terpisah Sutarmidji satu angkatan kuliah di

FH Untan dengan meraih Magister Humaniora yang juga tokoh kondang perihal hukum tata negara. Dialah Turi-man Faturrachman Nur, SH, M.Hum. “Soal pilihan politik Dji? Udah tak osah bingong. Sikat. Asal kau sungguh-sungguh. Total!”

Selain Turiman seangkatan ketika kuliah di FH Un-tan, keduanya sama-sama menempuh S2 di FHUI. Namun Sutarmidji tercatat di angkatan awal dibandingkan Turi-man. Demikian karena Sutarmidji lulus tercepat. Hanya terbilang dua tahun mengajar, dia mendapatkan beasiswa ke UI. Dia pun berangkat, naik KM Lawit.

Di Salemba, Jakarta hawa politik lebih kentara. Para pelaku politik hadir di depan mata Sutarmidji. Termasuk tokoh asal Kalbar yang kemudian dari Senayan duduk se-bagai menteri. Dari menteri duduk ke tempat lebih tinggi lagi, yakni Wakil Presiden. Dia aktivis PPP. Ketua Umum PPP. Hamzah Haz.

Dipengaruhi dialektika berpikir hukum, Sutarmidji berhitung. Hitungannya seperti busur panah. Tembakan-nya ke politisi atau akademisi? PPP atau PDI? Akhirnya bu-sur panah itu dilepaskannya ke PPP dengan cara aktif step by step, selangkah demi selangkah melalui perahu GMPI.

Seraya mengajar jam tujuh pagi, Sutarmidji yang sejak kecil sudah piawai membagi waktu selalu bisa menjalank-an aktivitas barunya di GMPI. Mulai dari tetek-bengek diskusi, membuat surat menyurat, proposal, kepanitiaan itu-ini dan seabrek idealisme organisasi yang progresif, revolusioner, visioner.

Anehnya Sutarmidji gembira bisa melakukan semuanya itu. Walaupun tidak bisa mengayuh sepeda mo-tor sendiri, dia yang energik menjadi medan magnet bagi kawan-kawannya. Selalu ada yang antar-jemput. Di sinilah cakrawala itu terbuka. Di sini pula pertautan antara ideal-isme dengan pragmatisme.

34

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Sebagai akademisi, jalur pikirnya selalu ilmiah. Piki-ran ilmiah itu ada metodologinya. Metodologi itu siste-matis dan sistemik. Basisnya data dan fakta serta analisa. Dikenal hipotesa atau jawaban sementara. Di rel berpikir ilmiah ini Sutarmidji selalu punya plan A, plan B. Hipotesa diterima atau ditolak.

Kebahagiaan Sutarmidji menggelegak di dalam dada. Sebab pikiran hukumnya bisa disalurkan. Penyalurannya ganda. Selain tatap muka dengan mahasiswa, juga massa. Hanya lewat parpol seseorang bisa bicara dengan massa.

Pada sisi lain Sutarmidji menguji hipotesa-hipotesan-ya. Bagaimana jika begini dan begitu. Hasilnya apakah A ataukah Z? Kesemua itu diraihnya lebih banyak di kampus masyarakat melebihi kampus Fakultas Hukum lewat inter-aksi GMKI dan kemudian menjadi Ketua DPC PPP Kota.

Geliat kesuksesan Sutarmidji di kepanitiaan-kepani-tiaan GMPI maupun keunggulan-keunggulan retorikanya yang bernas serta berbobot mencuri perhatian politisi gaek alumni Fakultas Hukum Untan. Dia pria kelahiran Ponti-anak tahun 1943. Masa mudanya diisi dengan fungsi legis-latif di DPRD Provinsi dua periode, lalu pada Pemilu 1999 menghantarkannya duduk di Senayan. Dialah Uray Faisal Hamid. Akrab disapa Om Ca. Di kalangan kawan diskusi politiknya juga karib disapa dengan Escobar. Kenapa Es-cobar? Tak lain tak bukan akibat gelagatnya yang suka berkacamata hitam. Kontras dengan tubuhnya yang gagah. Tinggi. Besar. Setidaknya pada saat jaya-jayanya itu.

Om Ca pesohor politik. Ibarat sekali jentik gunduk melantik. Melalui perahu PPP dia kerap melakukan ak-robat. Manuver. Sebut misalnya dia berhasil memboyong pengusaha besar Jakarta dalam Grup Latief Corporation asal Sekadau, Usman Ja’far menjadi Gubernur Kalbar ber-pasangan dengan Laurentius Herman Kadir. Begitupula dr H Buchary A Rachman menjadi Walikota Pontianak di mana saat itu masih pemilihan suara di Gedung DPRD. Be-lum ada sistem pemilihan langsung. Oleh karena itu gur

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

35

yang diusung PPP bisa menang akibat jurus maut lobi poli-tiknya. Lobi politik tingkat tinggi—kata orang high politic level—menjadi olah kanuragan Om Ca—Om Escobar. Dia disegani lawan apalagi kawan.

Om Ca senang melihat pro l dan penampilan Sutar-midji. Masih muda. Cerdas. Energik. Dalam pandangan-nya, Midji adalah masa depan PPP. Namun tidak jarang dia berbeda pandangan. Di sini tak jarang terjadi friksi-friksi. Sebab cara pandang Faisal akan zamannya mulai berbeda dengan Midji.

Reformasi makin panas. Sutarmidji merasa hukum mesti menjadi panglima. Transparansi mesti dibuka. Ma-hasiswa berteriak anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Bi-caranya walau pelan, namun keras. Tak jarang membuat kuping menjadi merah. Tapia pa boleh buat. Itu resiko pen-egakan hukum. Maka lambang keadilan itu adalah seorang yang ditutup matanya dan satu tangan memegang timban-gan dan tangan lainnya menghunus pedang. Artinya tanpa pandang bulu. Apakah bulu tipis atau lebat. Lurus atau keriting.

Bagi sebagian orang PPP relasi Midji-Faisal terkesan sebagai Midji ini anak muda yang “sulit diatur”. A kata dia, maka A pula yang dikerjakannya. B kata dia, B itulah yang ditujunya. Sutarmidji memang tak terlampau perduli dengan betapa gaeknya Om Ca. Dalam pandangan mat-anya ada satu prinsip: ikuti aturan main hukum. Sebab jika aturan main hukum dipatuhi pasti selamat sampai ke tu-juan.

Bagi Sutarmidji platform PPP sudah jelas. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sudah klir. Program kerja pun terukur, maka tinggal jalankan saja. Prinsip ini dihormati Om Ca. Kelak kemudian sampai menjadi Wa-likota, karakter Sutarmidji yang keras untuk taat hukum ini semakin mengkristal.

Suatu saat Faisal menasehati Sutarmidji untuk men-gurus perizinannya di FH Untan agar diizinkan aktif di

36

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

partai politik. Demikian pandangan senior menyelamatkan “priuk” anggotanya. Sebab Faisal faham, politik itu kejam. Bisa jadi “character assassination” (pembunuhan karakter) datang menghantam posisi Sutarmidji yang PNS. Pada saat itu Sutarmidji sudah bulat tekad aktif di PPP. Dia siap menahkodai PPP Kota Pontianak. Tak pelak surat pengun-duran dirinya sebagai dosen pun dia layangkan. Dia mun-dur dari PNS secara gentleman.

Pengunduran diri Sutarmidji sebagai dosen menggem-parkan Untan. Sebab jarang ada dosen berani berspekulasi seperti ini. Lebih-lebih partai pilihannya bukan partai pen-guasa. Namun Midji adalah Midji. Busur panah telah dia lesakkan ke PPP. Sebuah partai yang merupakan turunan dari Masyumi, partai pilihan ayahnya. Sebuah tawaran dari sepupunya Ali Akbar telah memberikannya cahaya terang.

21 Mei 1998 Presiden Suharto mundur dari jabatan-nya. Posisi Wapres naik ke posisi RI-1. Nama Habibie berkibar untuk keran kebebasan pers yang sebelumnya dibelenggu Orde Baru. Esensi dari kebebasan pers adalah kontrol sosial. Dimulailah pemberitaan yang proreformasi, anti KKN. Berita-berita korupsi mewarnai media-media. Cetak maupun elektronik. Jumlahnya pun berhamburan. Laksana cendawan tumbuh di musim hujan. Tak terkecu-ali di Kalbar. Lahir Suaka. Lahir Equator. Berkat. Mediator. Masih banyak lagi.

Pemilu 1999 mengantarkan Om Ca ke Senayan, se-mentara Sutarmidji ke DPRD Kota. Keduanya sama-sama dapat kursi dan dinamis menggerakkan roda organisasi partai. Sebab selalu ada kebijakan-kebijakan partai dan kedewanan antara pusat dan daerah. Di sini kerjasama di-perlukan. Terlebih sama-sama ingin membesarkan PPP.

Dalam periode kedua masa jabatannya dr H Buchary A Rachman yang menjadi Walikota atas perahu PPP ketika cuaca berubah reformis memilih Ketua Fraksi PPP yang di-jabat Sutarmidji sebagai duetnya. Sutarmidji memiliki track record yang baik sebagai anggota dewan. Dia populis. Se-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

37

bab media-media sering memuat komentar-komentarnya. Dia merupakan anak zaman reformasi.

Posisi Sutarmidji sangat diperhitungkan sesama se-jawat DPRD karena vokal. Ini menjadi modal politik be-sar Buchary untuk relasi eksekutif-legislatif. Maka di masa kepemimpinannya relatif aman dari guncangan-guncan-gan politik. Kerjasamanya dengan Sutarmidji amat erat. Sutarmidji mengurusi hal-hal yang kecil-kecil.

Buchary cenderung berpikir besar seperti Pontianak Town Square, kota bertaraf internasional, mall, dan jam matahari atau teropong matahari di Tugu Khatulistiwa. Ke-balikan dengan Sutarmidji yang berpikir kecil-kecil semisal jalan lingkungan. Dia lebih memilih acuan anggaran untuk menstimulir partisipasi masyarakat. Caranya dengan me-nyiapkan semen bagi yang mau bergotong-royong mem-perbaiki jalan lingkungannya. Kelak program ini mendapat tempat di hati masyarakat sehingga perubahan insfrastruk-tur Kota Pontianak tidak berubah seketika. Sutarmidji su-dah memulainya dengan langkah-langkah kecil.

Jika mata rakyat sekarang terbelalak melihat Jalan Koyoso yang lebar dan luas dari sebelumnya sempit dan kumuh, begitupula Kota Baru, Pontianak Timur, Pontianak Utara, Sutarmidji sudah memulainya sejak lama. Bermula dari langkah kecil menjadi langkah besar. Bermula dari mengurusi RT menjadi mengurusi kota.

38

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Pilihan Jodoh

Bagaimanakah seorang yang pendiam mendapatkan jodoh? Sutarmidji hanya bicara yang penting-pent-ing. Sedikit bicara. Irit kata-kata. Hemat waktu un-

tuk berbual-bual. Ia lebih memilih kesibukan lain seperti membaca. Atau kumpul sesama teman buat main gaplek (domino). Naik taraf sedikit yakni olahraga bulutangkis (badminton). Lebih parah lagi Sutarmidji tak ada kamus dekat dengan makhluk bernama perempuan. Dia pemalu.

Penyakit ketiga untuk mendapatkan jodoh adalah fokus waktu dan energi. Sutarmidji memfokuskan diri ke pendidikan. Selama itu pula dia tidak pacaran. Kecu-ali pada suatu hari dia bertandang ke rumah kakeknya di Gang Merak. Gang Merak ini berhadapan dapur dengan rumah orang tuanya di Wak Serang. Batas pembedanya hanyalah makam keluarga.

Dari rumah kakeknya itu dia melihat seorang gadis remaja. Kulitnya putih. Rambutnya terurai. Wajahnya ma-nis. Hati Sutarmidji pun bergetar. Entah mengapa. “Inikeh yang namenye asmara?” Begitu panah melesak-lesak di ba-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

39

tinnya.Sebagai pria intelek Sutarmidji pandai menyembu-

nyikan getaran halus di dadanya. Ia mengawasi keadaan sekeliling. Mulai dari rumah tempat si dara jelita itu ting-gal, menelusuri anak siapa, saudara siapa, asal muasalnya. Cepat sekali rekenannya. Maklum sejak kecil Sutarmidji su-dah biasa berhitung dan berpikir analis.

Didapatkannyalah sebuah nama: Lismaryani. Sekolah di SMP Bawari. “Bawari sekolah yang bagos. Sekolah agama. Bagos budak ini ini…Insya Allah-lah.” Sutarmidji manggut-manggut dalam hati. Diketahuinya ayah kandung Lis, H Sulaiman. Nama Nabi. Orang baik-baik.

Sutarmidji dalam kultur Islam taat mengetahui tata cara memilih jodoh. Terlebih pergaulannya cukup luas di kampus. Apalagi sejak di FH Untan dia aktif di Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM). Terbiasa mendengarkan aspirasi. Aspirasi dirinya berapi-api untuk memanjakan getaran asmara di rongga dada. Desir desire itu harus disal-urkan dengan cara yang benar. Cara dalam tuntunan Islam adalah pilihlah jodoh dengan melihat parasnya, keturunan-nya, hartanya dan agamanya. Namun Nabi menasehati se-tiap pemuda agar memilih jodoh karena agamanya, “Pasti kamu bahagia,” kata Rasulullah.

Midji mereken agama Lismaryani Islam. Sekolahnya di Bawari pula. Lanjut kemudian ke SMA Mujahidin. Seko-lah di bawah naungan mesjid terbesar di Kota Pontianak. Anak keturunan baik-baik. Maka hitungan selanjutnya tak penting soal harta, Midji kesengsem dengan paras can-tiknya. Bola matanya. Lagak-lagunya.

Tanpa suit-suitan apalagi SMS dan telepon—saat itu belum ada HP—Sutarmidji mendekat. Caranya adalah dengan berkomunikasi. Sebab keluarga besar Sulaiman dan keluarga besarnya saling kenal. Sutarmidji pun tak ragu mengunjungi Lis di Gang Semangka. Kebetulan kakak kandungnya Nurlaili bertetangga dengan H Sulaiman. Istri Sulaiman kerap “nanggak” ke kediaman Nurlaili. Lismary-

40

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

ani suka ikut serta. Tak pelak binar-binar mata Sutarmidji “nyetrum” di bola mata indah Lismaryani. Gadis ini ter-sipu malu. Namun panah asmara tanpa kata-kata itu sudah gayung bersambut. Apalagi Sutarmidji menunjukkan gela-gat yang aneh. Yakni setiap malam Minggu datang dengan naik oplet dari Wak Serang ke Gang Semangka. Pura-pura hendak main gaplek dengan saudara-saudara Lismaryani.

Dara jelita itu memang masih belia. Terpaut 10 tahun usianya dari Sutarmidji. Namun lain dengan pandangan mata Sulaiman dan istrinya. “Laen gak gelagat Midji tu Mak,” wejang Sulaiman.

“Nampaknye die nakser anak kite bah Pak e.” Bu Su-laiman senyum simpul. “Midji tuh anak baek…turonan baek-baek,” sambungya. Karena kebaikan yang dikenalnya itu-lah setiap malam Minggu sang ibu selalu menyiapkan nasi goreng buat menyongsong kedatangan Sutarmidji. Nasi goreng ini seringkali pula disempurnakan dengan hidan-gan ikan masak asam pedas. Wuih. Maknyos.

Sutarmidji yang jauh lebih dewasa dari Lismaryani saat itu melamar secara jantan. Lamaran diterima Lis den-gan diam. Namun diamnya perempuan adalah pertanda setuju. Jodoh pun tak lari ke mana.

Lismaryani sangat beruntung mendapatkan cinta se-jati Midji. Sepanjang riwayatnya dia hanya mengenal satu perempuan. Yakni istrinya. Perempuan lain yang dekat dengan dirinya adalah orang tua dan mertua serta saudara sekeluarga. Lainnya tidak.

Sutarmidji memegang prinsip kepemimpinan harus dimulai dari rumah tangga. Jika rumah tangganya beres, maka dia akan mampu mengatasi kepemimpinan organ-isasi yang lebih besar.

Bagi Sutarmidji kepala keluarga adalah pemimpin. Dia harus bisa memimpin dan mengimami istri serta anak-anaknya.

Buah dari pernikahannya dengan Lismaryani, Sutar-midji memiliki tiga orang anak.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

41

Resepsi pernikahan dihelat di Gedung Pertemuan Jalan Zainuddin yang bersebelahan dengan Gedung Pramuka. Atau tepatnya di depan Gedung Bappeda Kota Pontianak. Wilayah ini tidak asing bagi Sutarmidji karena merupakan area permainannya semasa kecil. Tak terkecu-ali ketika menjajakkan koran.

Usai menikah Sutarmidji ikut bergabung dengan mertuanya di Gang Semangka. Sampai anak pertamanya sekolah TK. Namun di saat-saat mengharu-biru sebagai ke-pala rumah tangga itu dia telah mulai membangun bahtera rumah tangga sendiri di Gang Waris. Saat itu eksistensinya sudah di DPRD Kota Pontianak.

Seiring dengan karir yang dilaluinya, rumah di Gang Waris kemudian ditinggalkan karena Sutarmidji menjadi Wakil Walikota. Dia harus hijrah ke rumah dinas di Jalan KS Tubun. Selanjutnya dia harus pindah lagi karena men-jadi Walikota dengan rumah dinas di Jalan Abdurrachman Saleh.

Keakraban keluarga besar Sutarmidji dan Lismaryani tidak hanya diikat dengan perkawinan, namun Sulaiman sama sama Tahir menunaikan ibadah haji. Saat itu tahun 2004.

Sepulang haji sang ayah berbisik ke telinga pu-tranya, “Selamak program yang kau janjikan kau lak-sanakan, kau terpileh agek. Masyarakat dah pandai menilai.”

42

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

43

Bagian Ketiga: Tunaikan Janji-Ukir Prestasi

44

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

45

Tunaikan Janji-Ukir Prestasi

Pilkada kota tahun 2007 itu berlangsung seru sekaligus tegang. Inilah kali pertama pemilihan secara umum, langsung, bebas dan rahasia yang dilakukan warga

kota Pontianak untuk memilih walikota dan wakil waliko-tanya. Tak tanggung-tanggung ada enam pasang kandidat untuk menuju kursi A1 dan A2 tersebut.

Pasangan itu masing-masing selain Sutarmidji-Pary-adi adalah Drg Oscar Primadi-Hartono Azas, Gusti Hersan Aslirosa-Setiawan Liem, Harso Utomo Suwito-H Awalu-ddin, Sri Astuti Buchary-Eka Kurniawan dan calon inde-penden Moh Haitami Salim-Gusti Hardiansyah. Sutarmidji surprise karena menang dengan satu putaran.

Kemenangan Sutarmidji-Paryadi didukung oating-mass atau massa mengambang yang menggelembung di Kota Pontianak. Gerakan massa mengambang ini tidak se-laras dengan kemenangan pasangan Cornelis-Christiandy di level gubernur. Jika linier, maka PDIP yang mengusung

46

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Cornelis-Christiandy dengan kemenangan populis di Kota Pontianak semestinya akan tampil sebagai pemenang. Pa-ket yang diusungnya Sri Astuti Buchary-Eka Kurniawan.

Dalam kacamata politik etnis, sokongan buat PDIP di Pilkadagub di mana duet Cornelis (Dayak) dan Chris-tiandy (China) tidak sinergis di Pilkada Kota. Kandidat et-nis China mengarah kepada Harso Utomo Suwito (Calon Walikota) dan Setiawan Liem (Cawako). Suara China ter-pecah. Sebaliknya Sutarmidji dengan cermat membaca ke mana arah angin politik. Dia melalui perahu PPP sadar bo-bot perahunya kecil sehingga harus berkoalisi. Koalisinya adalah Paryadi secara etnisitas Madura. Populasi Madura di Pontianak signi kan pasca pengungsian dari Kabupaten Sambas.

Kemenangan Cornelis-Christiandy memunculkan sentimen bahwa posisi gubernur telah lepas dari actor politik Melayu (muslim), maka posisi walikota tidak bo-leh lepas. Suara oating mass berhitung. Massa mengkon-sentrasikan diri kepada incumbent. Petahana. Dalam hal ini petahananya adalah Wakil Walikota, Sutarmidji. Terlebih track record-nya selaku Wakil Walikota cukup nyata. Yakni pembangunan jalan lingkungan. Proyek bantuan semen ke gang-gang dan RT-RT. Sutarmidji juga ringan tangan mem-bantu rehabilitasi mesjid. Terlihat nyata di Koyoso, depan Gang Jagung—tak jauh dari Gang Semangka dan Mesjid Almanar—tak jauh dari Wak Serang. Sutarmidji yang ak-tif di pengurus mesjid menunjukkan kepeduliannya yang besar pada rumah ibadah dan manajemen peribadatan. Menurutnya agama adalah sumber pendidikan karakter yang terbaik.

Swing voters berkiblat kepada pasangan Midji-Pary-adi. Dia menang dengan satu putaran di atas 30 persen. Dia kemudian dilantik dan mulai melakukan gebrakan.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

47

Tutup Kebocoran, Raih PTSP dan Kihajar Award

Kiat Sutarmidji yang pertama sebagai Walikota Pon-tianak adalah mencegah kebocoran yang terjadi di APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

Dia “skak mad” dengan proyek ktif yang berkarat di pos bernama bansos alias bantuan sosial. Bansos sebuah nama yang keren, namun kerap diselewengkan. Tak pelak sering diplesetkan orang sebagai bantuan sok sial. Sutarmidji sa-dar hukum. Dia tahu resiko bansos besar. Tak ingin sosial menjadi sial.

Bansos dia pangkas. Berjenjang. Bertahap agar tidak terlalu kaget. Mulai dari Rp 40 miliar turun 50 persen men-jadi Rp 18-20 miliar. Anggaran bansos itupun ditujukan untuk memberantas kemiskinan serta meningkatkan mutu pendidikan, utamanya beasiswa.

Seluruh bantuan dia umumkan. Bansos yang penting dan teramat penting tetap dia anggarkan namun sangat ke-cil daripada sebelumnya. Diseleksi secara ketat. Jika penga-juannya benar, baru diluluskan dan dicantumkan ke dalam

48

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

mata anggaran. Anggaran ini diekspose di media agar bisa dibaca warga. Pencairan dananya pun tanpa sunatan. Jika ada sunatan, maka Walikota minta laporan. Jika laporan itu benar, maka pelapor dihadiahinya Rp 1 juta sebagai bo-nus. Sedangkan pejabat yang menyunat atau pungli—pun-gutan liar—akan dipecat.

Pihak yang selama ini “bermain” di wilayah “basah” bansos menderita. Cuaca berubah. Dulunya basah, men-jadi kering kerontang. Bagi yang tidak mau berubah dari salah menjadi benar, tak mampu tutup suara. Mereka ber-teriak. Marah-marah. Tebar tnah. Sutarmidji tak bergem-ing. A kata dia, A yang ditujunya. B menurutnya ya B mesti dijalankan. Sutarmidji bukan pemimpin biasa. Bukan tem-bang ayok-ayok. Keras karena benar.

Di satu sisi dia dicaci, pada sisi lain dia dipuji. Sutar-midji sadar itulah resiko tampil sebagai pemimpin. Ibarat pohon tinggi angin mendampratnya pasti kencang. Jika akar tunggang tidak kuat menghunjam bumi—tidak men-gakar kepada rakyat—pasti tumbang. Midji kokoh dengan rel hukum sebagai paradigmanya. Hal ini bukan berarti di “pekak lantak”. Masukan demi masukan rela dia dengar-kan dengan seksama, namun rasional. Masuk akal. Logis.

Lantas ke mana dana yang dihemat dari bansos itu? Di awal tahun pemerintahannya sebagai Walikota, Sutar-midji bermimpi akan adanya kantor terpadu. Dia melihat Kantor Dinas Pendidikan Kota Pontianak di Jalan Sutoyo sudah reot. Atapnya bocor. Jalan masuknya becek. Di areal ini dimintakannya untuk didesain ulang. Digambar yang bagus. Dialokasikan dana. Kemudian menjelmalah gedung standar kota—menurut warga mewah nan megah—namun menurut Sutarmidji itu bangunan biasa.

Dari gedung ini kelak lahir prestasi besar. Untuk Kan-tor BP2T mendapat award PTSP Terbaik Nasional. Untuk Dinas Pendidikan meraih Penghargaan Kihajar Dewantara.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

49

Dari Disclaimer Menjadi WTP

Sutarmidji sadar bahwa Kota Pontianak tidak memiliki sumber daya alam seperti tambang dan hutan, ter-masuk pertanian yang luas. Pendapatan Asli Daerah

(PAD) amat sangat terbatas. Kota ini hanya menawarkan perdagangan dan jasa. Untuk itu dia kencangkan ikat ping-gang. Menjalankan prinsip hemat. Segala aktivitas harus efektif dan e sien. Sangkil dan mangkus.

Langkah cerdas dia lakukan. Dia mulai dari diri send-iri. Yakni menekan biasa perjalanan dinas dirinya sendiri sebagai walikota. Misalnya perjalanan dinas ke Jakarta san-gat dia seleksi. Yang tidak terlalu penting, tidak dia hadiri. Dana ternyata bisa dihemat dan bisa dialokasikan kepada pembangunan fasilitas rakyat.

Beranjak dari keberhasilannya menekan biaya per-jalanan dinas sendiri, walikota menekankan e siensi dana perjalanan dinas seluruh pejabat SKPD di Pemerintahan Kota Pontianak. Akibatnya positif. Total dana perjalanan dinas dari Rp 10 miliar ditekan menjadi Rp 7 miliar. Dari

50

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

dana itu berhasil lagi ditekan menjadi 5,7 miliar dan akh-irnya 4,7 miliar. Koordinat e siensinya lebih dari 50 persen. Lebih dari separuh. Ibarat mengencangkan ikat pinggang-nya, ciut sampai jauh. Kebalikan dari dana perjalanan di-nas yang zaman Orde Baru dulu laksana lagu Gesang ber-judul Bengawan Solo, “Air mengalir sampai jauh…akhirnya ke laut…”

Pendidikan efektif dan e sien yang menjadi sokogu-ru Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebabkan nilai rapor pemkot semula—saat Sutarmidji menjabat waliko-ta—merah bernama disclaimer, berubah. Step by step. Se-dikit demi sedikit menanjak. Angka merah menjadi hitam. Disclaimer menjadi WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Lalu akhirnya, nilai tertinggi itu pun diperoleh dengan an-gka biru. Posisi nilai rapornya WTP (Wajar Tanpa Pengec-ualian).

WTP adalah tiga huruf sakti yang diidam-idamkan setiap kepala daerah, bahkan kepala negara. Predikat ini membuktikan bahwa dalam kepemimpinannya APBD atau APBN berjalan sesuai dengan kaidah hukum. Ibarat kereta api, dia berjalan sesuai dengan relnya. Oleh karena itu seluruh penumpang akan selamat. Lokomotif berjalan sempurna. Tidak ada kebocoran. Tidak ada korupsi. Tidak ada kerugian negara. Jikalaupun ada, hanya kesalahan tek-nis administratif.

Perjalanan menuju WTP ini panjang, berliku, tak ja-rang terjal. Selain dimulai dengan keteladanan diri berupa disiplin masuk kantor di pagi hari serta hemat anggaran, juga kerja keras. Kerja keras ini dengan banyak turun ke la-pangan. Banyak koordinasi melalui tatap muka. Baik tatap muka formal, informal dan nonformal. Seluruh aspek tu-gas dan fungsi kepala daerah dijalankan dengan optimal. Bahkan inginnya maksimal.

Otak bekerja terus, nyaris 24 jam. Oleh karena itu tak jarang Sutarmidji meminta pertemuan. Pertemuan itu di-pastikan membahas sesuatu untuk pembangunan.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

51

Adalah kebiasaan manusia umumnya pemalas. Sutar-midji tidak suka dengan hal itu. Oleh karena itu dia selalu mengarahkan seluruh komponen aparatnya. Dimintanya disiplin. Disiplin anggaran diterapkannya dengan penan-datanganan pakta integritas. Pakta integritas ini dimintan-ya dipajang di depan pintu masuk ke ruangan kantor se-hingga dapat dibaca semua orang. Bukan masuk ke dalam laci kemudian dilupakan.

Kata-kata Sutarmidji terkadang dinilai keras dan kasar. Namun membangunkan orang-orang malas me-mang harus demikian. Sementara bagi orang-orang yang rajin dan disiplin, kepemimpinan seperti itu sama sekali tidak ada masalah. Lihat saja dengan prestasi yang diraih. Hal itu cukup menjadi fakta tak terbantahkan.

52

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Prioritaskan Pelayanan dan Sarana Prasarana Publik

Keberhasilan menghemat dana menyebabkan likui-ditas keuangan Pemkot Pontianak sangat cair. Seo-lah dana sampai bingung mau dikelola buat apa?

Bagi Sutarmidji saluran keuangan itu jelas ditujukan kepa-da pembangunan infrastruktur. Infrastruktur itu terutama jalan, drainase, pendidikan dan kesehatan.

Pembangunan jalan membutuhkan dana besar. Terlebih-lebih bagi Kota Pontianak yang hanya 0-1 me-ter di atas permukaan laut. Intrusi air laut akan masuk menggenangi daerah-daerah rendah, khususnya pinggiran Sungai Kapuas. Lebih-lebih jika berduet dengan musim hujan. Tak pelak lagi, wilayah rendah dan belum tersentuh pembangunan jalan yang bagus akan menderita.

Sutarmidji sudah mempunyai pengalaman sukses dengan bantuan semen untuk jalan lingkungan. Hal ini dia tingkatkan. Jalan-jalan tidak hanya disemen 1 meter, namun jalan utama dibeton! Setelah dibeton dengan ket-inggian mencapai setengah meter, barulah dilapisi hot mix

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

53

atau aspal. Jalanan Kota Pontianak pun besar dan mulus. Jalan di Koyoso semula sempit, kini kita bisa menarik

napas panjang. Lega. Jalanan longgar. Panjang. Luas. Hal senada terjadi untuk ruas jalan utama Kota Baru. Area ja-lan ini dahulu sempit, bergelombang, tak jarang berlubang. Kini mulus dan halus. Ruang terbentang lapang. Tinggal bagaimana masyarakat menjaga keamanan berlalu-lintas-nya.

Tidak hanya di kedua ruas jalan protokol tersebut. Semua sisi jalan diperhatikan. Baik di Pontianak Barat, Timur, Selatan, Utara. Termasuk Pontianak Selatan Teng-gara.

Bagi yang tidak suka traveling, tidak akan tahu bah-wa sudah ada jalan paralel yang menjadi outer ring road Kota Pontianak. Menjadi jalan alternatif dari kemacetan Jalan Ahmad Yani di peak seassion. Itulah jalan yang men-ghubungkan Sungai Raya Dalam dengan Parit Haji Husin. Parit Haji Husin ke Sepakat. Dari Sepakat melintasi Univer-sitas Tanjungpura ke Perdana. Dari Perdana ke Purnama. Dari Purnama ke Kota Baru. Dari Kota Baru ke Danau Sen-tarum. Dari Danau Sentarum ke Sungai Jawi. Dari Sungai Jawi ke Nipah Kuning.

Pemkot bermimpi hendak melintasi Sungai Kapuas dari Nipah Kuning ini “tembak langsung” ke Pontianak Utara. Tepatnya ke Batu Layang. Namun terkendala pem-bebasan lahan. Di sini jika masyarakat sadar akan arti pentingnya infrastruktur mestinya bukan menekan den-gan harga tinggi melainkan merelakannya dengan ikhlas. Sebab dampak yang akan dirasakannya berkali lipat. Yak-ni harga tanah akan naik dengan efek domino, juga mul-tiplier effect ekonomi. Hanya saja tidak mudah membuka mata masyarakat awam. Butuh proses yang sabar. Oleh karena itu Pemkot terus bersosialisasi sekaligus negosiasi. Bagi Pemkot Pontianak idealnya pembangunan Jembatan Kapuas III ini di Nipah Kuning ke Pontura. Namun jika terkendala, maka alternatif lainnya adalah menggandakan-

54

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

nya dengan Jembatan Kapuas I di mana pada daerah ini akan dibangun Jembatan Layang alias Fly Over. Fly over ini akan didukung oleh APBN melalui rumusan Musrenban-gnas. Dana sokongan diperkirakan sebesar Rp 200 miliar dengan panjang jembatan layang 600 meter. Diperkirakan hal ini bisa dimulai pada tiga tahun mendatang.

Melalui infrastruktur jalan yang terbentang seperti itu jalur-jalur baru di Pontura juga berdetak. Pengaruh yang sama terjadi di Pontim. Jangan hitung pertumbuhan kompleks-kompleks perumahan. Semula Rp 75 juta per unit, namun dikarenakan tanah semakin sempit—dapat dikatakan saat ini sudah habis—per unit rumah sudah beralih ke tipe menengah dan besar. Tipe 80 dipatok pada angka Rp 400 juta. Bahkan tipe rumah besar di Kota Pon-tianak menembus angka Rp 1 miliar per unit! Ini reputa-si pembangunan kota yang luar biasa. Stimulasinya dari pemerintah. Penggerak rilnya pengusaha. Di sinilah seni kepemimpinan itu. Bisa menghidupkan interaksi. Interaksi struktural-fungsional.

Akibat pembangunan jalan terjadi di mana-mana dengan standar nasional bahkan internasional, Pontianak mewujudkan visi-misinya. Yakni menjadi kota dagang dan jasa yang berwawasan lingkungan. Lampu terang-bend-erang di pinggir-pinggir jalan. Keindahan bisa dirasakan sehingga menghidupkan bisnis rumah tangga, khususnya kuliner. Aneka makanan khas Kota Pontianak dijajakkan. Entrepreneurship tumbuh. Perhotelan maju pesat. Tingkat hunian tinggi. Pajak yang masuk kepada Pemkot juga me-lejit. PAD semula Rp 60 miliar meroket jadi Rp 204 miliar. Fantastis. Miracle!

Dengan likuiditas keuangan yang terus tumbuh, se-mentara APBD berjalan sesuai dengan relnya—tidak bocor, tidak ada korupsi, tidak ada kerugian negara—sektor pen-didikan dan kesehatan pun berkembang dengan sukacita.

Keluhan warga akan masa depan anak-anak diwujud-kan Sutarmidji dengan rehabilitasi gedung sekolah sampai

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

55

infrastrukturnya. Bangunan dibuat megah, namun SDM para guru dan Kepala Sekolah juga ditingkatkan dengan pelatihan dan pelatihan. Kursus-kursus. Peningkatan jen-jang dari S1 ke S2. Dari S2 ke S3.

Prestasi demi prestasi pun diukir. Misalnya pela-jar yang mendapatkan nilai tertinggi dimotivasi dengan reward atau hadiah Rp 10 juta per orang. Juga diberikan beasiswa. Beasiswa ditujukan pula kepada anak yang tidak mampu. Di Kota Pontianak tidak ada yang putus sekolah. Harus sekolah. Wajib belajar 12 tahun. Bahkan tingkat SD sampai SMA-SMK gratis. Semua ditopang APBD. Hanya tinggal kerja keras setiap kepala siswa, guru, dan orang tua untuk menentukan setiap anak tumbuh sukses sesuai den-gan cita-citanya.

Setiap warga akan terpana melihat sekolah-sekolah bermetamorfosis. Sekolah-sekolah itu berdandan cantik. Warnanya soft. Lembut. Hijau muda. Hal ini tentu saja bu-kan warna partai. Bukan PPP. Sebab warna hijau itu war-na alami. Warna dasar yang disukai para nabi dan aulia. Warna hijau ini sudah dipakai untuk Pontianak Conven-tion Center (PCC) padahal pada saat itu Sutarmdji belum menjabat sebagai walikota. Warna hijau ini warna edukatif.

Warga Kota Pontianak yang tumbuh semakin kritis kerap mengeluhkan pelayanan rumah sakit umum yang antreannya panjang. Sementara berobat ke rumah sakit swasta mahalnya tidak ketulungan. Sutarmidji merespon-nya dengan pembangunan Rumah Sakit Umum. Proyeksi kelas tiga, namun pelayanannya nomor satu. Proyek RS ini diplotkan dana Rp 40 miliar dan dirawat dengan baik. Kini sudah operasional. Bahkan mendapatkan pujian dari Men-teri Kesehatan.

56

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Rehabilitasi Pasar Tradisional ke Modern

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Pontianak sei-ring perjalanan waktu. Bangunan-bangunan pasar tradisionalnya pun sudah dimakan umur. Bahan-

bahannya lapuk. Kayu-kayunya memburuk. Diperlukan rehabilitasi.

Likuiditas keuangan Pemkot yang positif menyen-tuhnya. Sentuhan yang tentu saja dinamis. Bagi sebagian orang sama sekali tidak mudah. Sebab para pedagang sudah punya tradisinya sendiri. Sudah punya pelanggan tetap. Di sini merubah sikap-mental seseorang butuh ke-sabaran dan keahlian sehingga bisa terjadi pasar Jeruju yang kumuh menjadi Pasar Cempaka yang elegan. Pasar ini menjadi percontohan karena kebersihannya.

Pasar lain pun dipugar. Kali ini berada di jantung kota. Di wilayah paling ekonomis dan bergengsi—Gajah-mada. Pasar Flamboyan. Pasar tradisional terbesar Kota Pontianak.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

57

Walikota Sutarmidji menjadikannya target pelayan-an public. Melayani konsumen dengan penyediaan infra-struktur pasar yang modern. Pasar yang bersih, indah dan manusiawi.

Sosialisasi pun dilancarkan setahap demi setahap. Sebagian menerima, namun sebagian lagi menolak. Ke-lompok menolak ini dalam sosiologi disebut vested interest. Mereka tidak ingin kepentingannya terganggu oleh ses-uatu yang bernama perubahan. Padahal perubahan adalah sesuatu yang pasti di dalam hidup ini.

Di sini ada pelajaran berharga. Di mana walikota ber-sikukuh merenovasi Pasar Flamboyan sementara ada pi-hak yang memperkarakannya di PTUN. Gugatan di PTUN atas dasar HGB itu menang pula. Namun inilah untungnya seorang pejabat walikota yang berlatar belakang hukum. Dia tahu peta hukumnya. Dia gawangi Mahkamah Agung yang membenarkan berjalannya renovasi Pasar Flam-boyan. Akhirnya tuntut-menuntut pun didapatkan jalan tengahnya di mana setiap pedagang mendapatkan biaya pindah atau bongkar Rp 12,5 juta dan meneken pakta in-tegritas. Menandatangani kesepakatan bersama. Di mana yang tidak mau teken berarti dia setuju rukonya dibongkar paksa oleh pemerintah. Ternyata hasilnya luar biasa. Ber-mula dari penolakan, berakhir dengan bongkar dan pindah sendiri. Di sini berbeda dengan aksi yang berlaku di tele-visi di mana pedagang kerap dipidah-paksakan sehingga mereka meraung-raung meratapi nasib. Kita sebagai pe-mirsa pun mengurut dada dengan ucapan, “Kok bangsa kita menjadi seperti ini?” Namun pemandangan itu tidak terjadi di Kota Pontianak. Bahkan tidak hanya renovasi pasar tradisional namun juga Pedagang Kaki Lima (PKL).

Lihatlah pemandangan di depan Bank Kalbar. Tepat-nya di mulut jalan Pasar Sudirman. Dahulunya mampet. Macet dengan PKL. Pemandangan yang sangat tidak berke-nan di hati. Kondisinya saat ini? Bersih. PKL direlokasi. Sebab sudah banyak sekali wilayah pasar baru atau lokasi

58

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

bernilai ekonomi tinggi seantero Kota Pontianak. Terlebih kepada mereka diberikan modal dan bimbingan. Pemkot memiliki jurus sentuh yang mujarab. Itu akibat tangan din-gin pemimpinnya yang bukan kategori pemimpin biasa. Dia out of box. Sejak kecil terbiasa berpikir siklikal. Bukan lateral. Dia kreatif. Inovatif. Tak kenal lelah.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

59

Tunaikan Janji

Bisikan sang ayah HM Tahir masih mengiang di kup-ing Sutarmidji. “Kalau kau laksanakan janji, kau akan terpileh agik.” Janji adalah hutang. Hutang harus

dibayar. Sutarmidji dikenal punya kampanye unik saat kam-

panye Pilwako. Yakni rehabilitasi rumah warga miskin. Jumlahnya tak tanggung-tanggung seribu! Bahkan dalam fenomenologi bahasa, kata seribu itu bisa berarti tak ter-hingga. Misalnya nuhun sewu. Atau beribu maaf.

Rehabilitasi rumah itu sudah dilakukan. Sentuhannya sejak pertama menjabat sebagai walikota. Rehab rumah warga miskin ini dilakukan dengan meningkat kepada sanitasi lingkungan. Khususnya toilet, WC atau kakus. Ma-sing-masing keluarga miskin dialokasikan dana Rp 1,2 juta. Dana ini didampingi pengerjaannya sampai jadi. Program berikutnya adalah penggantian atap.

Janji-janji Sutarmidji tidak sulit untuk ditagih. Dia membuka diri. Bahkan bekerjasama dengan media di mana dahulu di masa kecil dia bahkan penjual koran. Sutarmidji menjawab langsung persoalan-persoalan masyarakat me-

60

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

lalui media massa. Bagi Sutarmidji interaksi dengan media massa sangat penting, karena mereka punya kepanjangan tangan sangat luas. Selain itu bagi pemerintah yang baik, transparansi dan akuntabilitas adalah kebutuhan. Bagi Sutarmidji yang ber-background hukum, yang namanya transparansi, akuntabilitas publik bukan lagi kewajiban tindak-laku bernegara, namun sudah menjadi kebutuhan. Di sinilah maka di bawah pemerintahannya banyak sekali melakukan kerjasama. Misalnya dengan BPK, KPK, dan Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI).

Kampanye anti korupsi pun dilakukan bersama KPK. Seiring-sejalan dengan idealisme mewujudkan tatanan pemerintahan yang baik. Good governance. Clean government.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

61

Soliditas Tim

Tiada keberhasilan tanpa kerjasama tim. Team work pemerintah adalah SKPB dan staf. Untuk ini Waliko-ta Sutarmidji memberikan teladan dan rajin mengin-

gatkan. Dia sadar dengan wejangan para ulama bahwa ma-nusia itu dhaif, lemah, suka lupa. Oleh karena itu diajarkan untuk saling ingat-mengingatkan dalam kebenaran. Saling ingat-mengingatkan dalam kesabaran.

Walikota Sutarmidji demi mengamalkan QS Al Ashr tersebut, kadang sampai satu jam. Urut kacang dari satu SKPD ke SKPD lainnya. Sebab ibarat paku. Paku itu tidak akan masuk sebelum diketuk kepalanya dengan martir. Ketukan itu tentu saja sakit. Apalagi jika dibarengi dengan hati yang tidak ikhlas.

Sutarmidji selaku pimpinan punya kartu as. Dia melakukan mutasi bagi staf yang melanggar tata aturan kepegawaian di bawah tali kendalinya. Ini bentuk punish-ment. Pembinaan. Sebaliknya, bagi PNS yang bekerja den-gan profesional mendapatkan reward. Bentuknya promosi jabatan. Sebab jabatan yang lebih tinggi, maka beban dan tanggung jawabnya lebih besar.

62

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Ekspose Internal untuk Eksternal

Wujud dari transparansi dan tata kelola pemer-intahan yang baik adalah informasi. Informasi pembangunan Kota Pontianak bisa diakses me-

lalui media cetak lokal dan nasional. Juga Pemkot memiliki website tersendiri yang aktif up-date. Media ini mendapat-kan penghargaan nasional karena tata kelolanya sangat baik.

Berikut ini antara lain beberapa berita yang diekspose di website Pemkot:

Pendapat Akhir Walikota terhadap 10 Raperda dan Raperda APBD 2013

Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak tetap memprioritas-kan program-program kegiatan yang berkaitan dengan pelay-anan dan pembangunan sarana prasarana publik. Demikian diungkapkan Walikota Pontianak, Sutarmidji dalam pendapat akhir terhadap tujuh rancangan peraturan daerah (raperda)

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

63

dan tiga raperda inisiatif DPRD Kota Pontianak serta rap-erda tentang APBD Kota Pontianak tahun anggaran 2013, Se-lasa (27/11) di ruang rapat paripurna DPRD Kota Pontianak.“Hal in tercermin dalam rancangan APBD 2013, dengan per-bandingan belanja langsung yang jumlahnya lebih besar diband-ingkan dengan belanja tidak langsung,” ujar Sutarmidji.

Adapun jumlah belanja langsung yakni sebesar 54,13 pers-en dan belanja tidak langsung sebesar 45,87 persen dari total be-lanja keseluruhan. “Dari sisi belanja modal telah mencapai 29,68 persen sehingga dengan kondisi ini, kita telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang telah diamanatkan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (permendagri) Nomor 37 tahun 2012 tentang pedo-man penyusunan APBD tahun anggaran 2013,” papar Sutarmidji.Dijelaskannya, volume APBD tahun anggaran 2013 sebesar Rp 1,332 triliun lebih. Artinya, mengalami peningkatan sebesar Rp 308 miliar lebih atau mengalami kenaikan sebesar 30,08 pers-en jika dibandingkan volume APBD murni tahun anggaran 2012 sebesar Rp 1,024 triliun lebih. Dengan telah disetujuinya semua raperda oleh DPRD Kota Pontianak, lanjutnya, maka mekanisme selanjutnya adalah menyampaikan perda-perda tersebut kepada Gubernur Kalimantan Barat untuk dievaluasi.

Sepuluh raperda Kota Pontianak yang terdiri dari tujuh ra-

64

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

perda dari Kepala Daerah dan tiga buah raperda inisiatif DPRD yakni perubahan atas Perda Nomor 4 tahun 2004 tentang pen-gelolaan dan penyelenggaraan tempat parkir, perubahan Perda Nomor 1 tahun 2008 tentang administrasi kependudukan, pe-rubahan atas Perda Nomor 3 tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Khatulistiwa, perubahan atas Perda No-mor 1 tahun 2011 tentang retribusi jasa usaha, tambahan setoran modal Pemerintah Kota Pontianak pada peseroan terbatas Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak tahun 2012-2032, perubahan atas Perda Nomor 7 tahun 2011 tentang penambahan penyerta-an modal Pemerintah Kota Pontianak pada BUMD, penanggulan-gan penyakit menular, pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan penanggulangan kemiskinan di Kota Pontianak. (nas)

Walikota Absensi Peserta Bimtek PBJPeserta Bimtek Masih Ada yang Mangkir

Walikota Pontianak, Sutarmidji gerah lantaran peserta bimbingan teknis (bimtek) pengadaan barang/jasa pemerintah yang keseluruhan berjumlah 121 orang namun masih ada be-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

65

berapa peserta yang mangkir dari kegiatan bimtek itu. Bahkan, ia langsung mengabsensi satu persatu peserta untuk memastikan berapa orang yang tidak hadir dalam kegiatan tersebut. “Yang tidak hadir pada pagi ini, tidak boleh lagi mengikuti kegiatan ini sampai selesai. Kalau mereka datang, suruh pulang,” tegas Sutarmidji saat membuka kegiatan bimtek pengadaan barang/jasa pemerintah, Selasa (27/11) di Hotel Mahkota. Bimtek yang digelar selama lima hari mulai tanggal 27 November hingga 1 De-sember 2012 ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Ba-rang/Jasa Pemerintah (LKPP) RI. Pada akhir kegiatan juga akan dilakukan ujian sertifi kasi bagi peserta bimtek.

Sutarmidji menilai, peserta yang tidak hadir pada kegiatan tersebut membuktikan mereka tidak disiplin dalam melaksanakan tugasnya. “Jadi bagaimana bisa disiplin ketika dia melaksanakan tugas dia, kalau ikut bimtek dan ujian saja ogah-ogahan,” timpalnya.Menurutnya, bimtek dan ujian sertifi kasi sebagai persyaratan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan ini digelar supaya para pegawai di lingkungan Pemkot melaksanakan tugas den-gan baik, lebih cepat, transparan dan lebih nyaman. “Siapa yang tidak mau mengikuti prosesi ini secara personal mereka rugi. Dan mereka-mereka ini harus dibuatkan catatan-catatan tersendiri karena tidak mau mengikuti kegiatan ini,” ungkapnya.Sutarmidji meminta, kegiatan seperti ini baik itu bimtek maupun ujian sertifi kasi pengadaan barang/jasa pemerintah supaya di-laksanakan lebih sering. “Bila perlu setahun tiga kali dilakukan ujian sertifi kasi, semakin banyak semakin bagus,” ucapnya.Dia berharap, dalam pengelolaan keuangan supaya lebih transparan dan kompetensi untuk pengelolaan barang dan jasa juga semakin baik. “Aturan-aturan pemerintah itu ditaati. Semua ini dilakukan dalam rangka kita menjawab tantangan ke depan,” terangnya.

Direktur Bina Pelatihan dan Kompetensi LKPP RI, Darma Nursani mengungkapkan, pihaknya berkeinginan sumber daya manusia (SDM) di bidang pengadaan barang dan jasa di lingkun-gan Pemkot bisa lebih baik lagi. “Saya lihat di daftar belum ada trainer di kota ini. LKPP sebetulnya bukan pemberi training, kami adalah regulator. Namun tahun depan diharapkan yang memberi-

66

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

kan pelatihan pengadaan barang dan jasa itu teman-teman dari kota ini,” tuturnya Dikatakan Darma, pihaknya akan menggelar training for trainer bagi lulusan terbaik untuk bergabung dengan LKPP dalam pembelajaran pengadaan barang dan jasa. “Mu-dah-mudahan Kota Pontianak lebih baik lagi dalam pengadaan barang dan jasa,” harapnya. (jim)

Lembaga Keagamaan Bangkitkan Ekonomi KerakyatanPemkot Gelar PembinaanLembaga Keagamaan

Walikota Pontianak, Sutarmidji berharap, lembaga ke-agamaan yang ada hendaknya juga bisa membangun eko-nomi kerakyatan. Salah satu contohnya masjid, lingkungan masjid juga bisa dibuat sebuah koperasi yang menjual sem-bako atau kebutuhan pokok lainnya dengan harga lebih mu-rah dari harga pasar. “Sehingga kalau dikelola secara baik, masjid tersebut akan memperoleh banyak dana dari unit us-aha koperasi yang dijalankannya,” ujar dia, usai membuka se-cara resmi kegiatan pembinaan lembaga keagamaan bagi majelis taklim dan pengurus masjid se-Kota Pontianak, Senin

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

67

(26/11) di aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Walikota.Dengan biaya operasional koperasi yang dibantu Pemkot, lan-jutnya, koperasi bisa menjual sembako dengan harga yang lebih murah dari harga pasar sehingga bisa mengendalikan harga pasar. “Kalau sembako yang dijual koperasi harganya lebih murah, itu kan bisa mengendalikan infl asi,” terangnya.Ia berpendapat, apabila 20 persen jual beli beras bisa dikuasai lembaga keagamaan yang ada, diyakininya harga di pasaran tidak akan bergejolak. “Karena itu bisa menekan angka infl asi,” tukasnya.Sutarmidji juga berharap, peranan lembaga keagamaan saat ini mampu menyampaikan informasi-informasi terkait pemahaman ajaran agama kepada umatnya. Selain itu, Majelis Taklim juga bisa berperan sebagai corong untuk menyampaikan program-program Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak yang sudah, se-dang dan akan dilakukan ke depannya. “Mudah-mudahan ke-hidupan beragama di Kota Pontianak semakin baik dan lembaga keagamaan bisa berperan secara maksimal,” tutupnya. (nas)

Seorang PNS Terindikasi NarkobaTes Urine di Kantor Terpadu Jalan Alianyang

Upaya Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Pontianak bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dalam mencegah penyalahgunaan narkoba mulai membuah-kan hasil. Satu demi satu pegawai negeri sipil (PNS) di lingkun-gan Pemkot yang terindikasi narkoba terungkap saat dilakukan pemeriksaan tes urine. Setelah lima orang PNS yang positif menggunakan narkoba terungkap, kembali seorang PNS terin-dikasi narkoba setelah dilakukan tes urine di Kantor Terpadu Ja-lan Alianyang, Senin (26/11). Tes ini dilakukan secara mendadak tanpa sepengetahuan para pegawai di lingkungan kantor terse-but. Ada empat instansi atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di kantor terpadu itu, yakni Dinas Perhubungan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, Badan Ling-kungan Hidup dan Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi.

68

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Menurut Kepala BNNK Pontianak, A Harun AR, jumlah pega-wai yang dilakukan pemeriksaan tes urine hari ini sebanyak 160 orang PNS. “Dari jumlah itu, seorang diantaranya terindikasi menggunakan narkoba. Untuk tindak lanjutnya, kita akan serah-kan kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) untuk dilakukan pembinaan,” ujar Harun.

Pemeriksaan tes urine ini, dikatakan dia, sebagai upa-ya dalam rangka melakukan pembinaan kepada mereka yang terindikasi menggunakan narkoba supaya segera melaku-kan introspeksi diri dan tidak lagi menggunakan narkoba.Harun menjelaskan, selain pemeriksaan tes urine, pihaknya juga kerap menggelar sosialisasi kepada seluruh masyara-kat terkait penyalahgunaan narkoba seperti aturan-aturan dan undang-undang, akibat dari penggunaan narkoba, baik itu dari aspek kesehatan maupun psikologisnya. “Jadi tidak semata tes urine saja tetapi juga sosialisasi gencar kita lakukan,” tuturnya.Dia menyatakan, ke depan pihaknya akan melakukan tes urine secara insidentil, artinya tes urine yang dilakukan se-cara tiba-tiba saat para pegawai sedang beraktifi tas. “Jadi kita akan datang secara tiba-tiba dan langsung melakukan tes urine di saat para pegawai sedang sibuk bekerja,” tukasnya.Sementara itu, Sekretaris BKD Kota Pontianak, Lazuardi me-nyatakan, tes urine ini bukanlah untuk mencari-cari PNS yang menggunakan narkoba, namun sebagai upaya melindungi dan

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

69

mencegah agar penyalahgunaan narkoba di kalangan PNS tidak merebak. “Jangan sampai ada peredaran narkoba di kalangan PNS kita,” katanya.

Lazuardi menambahkan, peranan BKD dalam mencegah adanya pegawai yang menggunakan narkoba yakni dengan melakukan pembinaan kepada mereka supaya tidak lagi menco-ba-coba menggunakan narkoba. “Hasil tes kemarin, dua diantara lima PNS yang terindikasi narkoba hasilnya negatif,” pungkasnya. (jim)

Sutarmidji Resmikan Pembangunan Pesantren Takfi z El Amani

Pondok pesantren sebagai tempat para santri mengenyam pendidikan agama Islam membutuhkan bangunan yang layak sebagai tempat menampung sekaligus menempa mereka dalam mendalami ajaran agama Islam. Tak terkecuali, Pesantren Tak-fi z El Amani yang akan segera didirikan bangunannya di Gg H Umar Thaha Kelurahan Sungai Jawi Kecamatan Pontianak Kota.Walikota Pontianak, Sutarmidji yang meresmikan peletakan batu pertama bangunan Pesantren Takfi z El Amani, mengatakan, pondok pesantren yang ada hendaknya juga memperhatikan bangunan serta fasilitas lainnya bagi para santri. “Saya sangat

70

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

mendukung dibangunnya pesantren takfi z ini karena penting bagi anak-anak untuk menghafal Al Quran,” ujarnya, Minggu (25/11) saat meresmikan pembangunan pesantren tersebut.Pemerintah Kota Pontianak juga akan membantu baik dari ke-mudahan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan membebas-kan retribusinya maupun bantuan dana melalui bantuan sosial (bansos). “Silakan saja ajukan proposalnya ke Pemkot, Insya Allah nanti akan kita alokasikan melalui dana bansos,” katanya.Sementara itu, Pimpinan Pesantren Takfi z El Amani, H Nur Faiz mengungkapkan, jumlah santri pesantren yang dipimpinnya ini sebanyak 30 santri. “Sebenarnya banyak wali santri yang ingin mendaftarkan anaknya di pesantren ini namun karena bangunan yang ada terbatas, jadi kita batasi,” terangnya.

Untuk itu, lanjutnya, pihaknya akan siap menampung santri-santri baru apabila bangunan gedung sudah rampung dan bisa dihuni oleh para santri. Pesantren ini selain sebagai tempat mereka melatih menghafal Al Quran, juga menjadi tempat menimba ilmu agama Islam. “Mereka juga kita berikan waktu untuk bermain karena bagaimana pun anak-anak butuh kesempatan bermain dan bersosialisasi,” ucapnya.Dia mengajak para undangan yang hadir untuk ikut memberikan sum-bangsihnya berupa bantuan agar pembangunan gedung pesantren itu bisa segera selesai dan bisa digunakan para santri. (jim)

Orang Pontianak Jangan Malu Berbahasa MelayuSutarmidji Ajak Kampanyekan Bahasa Melayu

Walikota Pontianak, Sutarmidji mengajak masyarakat khu-susnya orang melayu maupun selain melayu yang berdomisili di Kota Pontianak supaya membiasakan diri berbahasa melayu sebagai upaya melestarikan akar budaya melayu. “Memang ha-rus dikampanyekan kepada siapapun, lebih khusus orang me-layu maupun yang bukan melayu untuk berbahasa melayu di Kota Pontianak ini,” ajak Sutarmidji saat membuka Seminar Ba-hasa Melayu yang digelar Sabtu (24/11) di Rumah Adat Melayu.Bahkan diakuinya, semasa menjabat sebagai Wakil Walikota

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

71

Pontianak sebelumnya, dirinya pernah diprotes melalui media massa selama hampir tiga bulan lantaran sebagai pejabat negara kerap kali menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari. “Saya tetap bertahan karena Kota Pontianak ini 70 persen bahasa komunikasi itu bahasa melayu. Jadi, jangan kita merasa malu atau minder menggunakan bahasa melayu karena sampai sekarang pun saya lebih senang kalau memberikan pengarah-an atau sambutan itu menggunakan bahasa melayu,” tegasnya.Selain itu, untuk melestarikan akar budaya melayu, Sutarmidji berkeinginan beberapa budaya melayu yang ada di Kota Ponti-anak dibukukan supaya tidak punah dan hilang begitu saja. “Jan-gan sampai budaya-budaya itu hilang dan orang banyak tidak tahu tentang itu,” tukasnya.

Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak memberikan dukun-gan penuh supaya bahasa melayu Pontianak dijadikan sebagai muatan lokal dalam bidang studi di sekolah-sekolah. Namun hal tersebut belum bisa diwujudkan lantaran terkendala belum adanya kamus bahasa melayu Pontianak. Untuk itu, melalui seminar bahasa melayu ini, Sutarmidji berharap penyusunan kamus bahasa melayu Pontianak bisa segera direalisasikan. “Pemkot mendukung penuh disusunnya kamus bahasa melayu ini dengan membantu mencetaknya termasuk buku saku ba-hasa melayu Pontianak yang digunakan sehari-hari,” ucapnya.Sementara itu, Ketua Panitia seminar bahasa melayu, Retno

72

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Pramudya mengatakan, seminar yang digelar ini selain bertujuan melestarikan akar budaya dan bahasa melayu, juga akan ditin-daklanjuti dengan menyusun kamus bahasa melayu Kota Ponti-anak bekerja sama dengan Balai Bahasa. Kamus bahasa melayu Pontianak ini juga akan di-Inggris-kan. Jadi, ada dua versi yakni kamus bahasa melayu Pontianak – Bahasa Inggris dan kamus bahasa melayu Pontianak – Bahasa Indonesia. “Jadi kami sangat mohon dukungan dari semua pihak karena pada seminar ini kita akan mengumpulkan kosa kata, bahasa dan kata-kata baru yang selama ini perlu kita gali dalam seminar ini,” pungkasnya. (jim)

Jangan Tergiur Kerja ke Luar NegeriKampanye Publik Sosialisasi Perdagangan Orang

Maraknya perdagangan orang (trafficking) yang kerap melibatkan anak-anak sebagai obyek perdagangan orang, perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak baik itu pemerintah, stakeholder, lembaga non pemerintah serta seluruh lapisan ma-syarakat. Sebagai upaya pencegahan perdagangan orang atau eksploitasi manusia, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak juga selalu mengawasi terkait adanya upaya melakukan perdagan-gan orang untuk tujuan-tujuan negatif. “Saya ingin mengingat-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

73

kan kepada adik-adik atau anak-anak pelajar, jangan sedikitpun kalian tergiur untuk bekerja ke negeri orang tanpa mempunyai keterampilan atau kemampuan di atas rata-rata mereka,” ujar Walikota Pontianak, Sutarmidji pada kampanye publik sosialisasi perdagangan orang kepada pelajar dan tokoh masyarakat Kota Pontianak, Jumat (23/11) di Pontianak Convention Centre (PCC).Kampanye publik sosialisasi perdagangan orang ini merupakan salah satu program yang digelar International Organization for Migration (IOM) bekerja sama dengan Polda Kalbar, Pemkot Pon-tianak, Australian Federal Police (AFP), MTV Exit dan Mata Eng-gang. IOM merupakan lembaga internasional yang membantu pemerintah menangani permasalahan yang terkait dengan migrasi.Lebih lanjut Sutarmidji mengatakan, di Kota Pontianak ini cukup banyak pekerjaan yang bisa digeluti, hanya terkadang sebagian orang terlalu memilih pekerjaan yang ada.

Selain itu, Sutarmidji juga mewanti-wanti kepada para pe-lajar supaya tidak mudah tergiur dengan gaya hidup mewah yang tidak bisa dijangkau oleh mereka karena akan membuat harga diri jatuh dan rusak. “Hanya gara-gara ingin memiliki handphone Blackberry, lalu merusak dirinya dengan menjual diri atau ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan berkaitan dengan perdagangan orang,” tukasnya.

Dia berharap, anak-anak di Kota Pontianak minimal pendidi-kannya harus tamat SMA. Bahkan menurut Sutarmidji, angka pu-tus sekolah untuk tingkat SMA di Kota Pontianak hanya 0,04 pers-en. “Ini merupakan angka yang sangat membanggakan kita dan tingkat SMP itu lebih kecil lagi yakni hanya 0,006 persen. Jadi, boleh dikatakan hampir tidak ada anak yang putus sekolah,” timpalnya.Sementara itu, Nurul Qoiriah dari IOM menjelaskan, tindak pidana perdagangan orang ini merupakan salah satu kejahat-an terorganisir yang sindikatnya tidak hanya berada di Indone-sia tetapi juga di luar negeri. “Terbukti berdasarkan data IOM, kita menangani sebanayk 4.332 korban perdagangan orang yang hampir 99 persen adalah orang Indonesia,” paparnya.Diakuinya, perdagangan orang ini tidak hanya diperdagang-kan di wilayah Indonesia, tetapi juga diperdagangkan ke luar negeri. Ini adalah sebuah kejahatan serius dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang menjadi konsen semua

74

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

pihak. “Tidak hanya bapak lurah, bapak camat, bapak poli-si dan ibu guru, tetapi kita semua terutama adik-adik pelajar yang hadir di sini. Kita harus berdiri, bersama-sama bergan-deng tangan memerangi perdagangan orang ini,” pungkasnya.Dalam kesempatan itu, para pelajar juga mendeklarasikan “Su-ara Remaja Menentang Perdagangan Orang” yang intinya me-nentang keras perdagangan orang dan eksploitasi anak dalam bentuk apapun. (jim)

Sutarmidji : Gunakan BSPS Hanya Untuk Perbaikan RumahWarga Pontim dan Pontura Terima Bantuan Perbaikan Rumah

Setelah warga Kecamatan Pontianak Kota dan Ponti-anak Barat menerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) RI, menyusul warga Kecamatan Pontianak Timur dan Ponti-anak Utara menerima BSPS yang diserahkan secara simbo-lis oleh Walikota Pontianak, Sutarmidji, Sabtu (17/11) malam di Aula Kantor Camat Pontianak Timur dan Minggu (18/11) pagi di Aula Kantor Camat Pontianak Utara. Untuk Kecamatan

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

75

Pontianak Timur total penerima bantuan perbaikan rumah ti-dak layak huni sebanyak 656 unit rumah, sedangkan Ponti-anak Utara sebanyak 353 unit rumah. Jumlah keseluruhan penerima BSPS di Kota Pontianak sebanyak 1.358 unit rumah.Sutarmidji menjelaskan, dana yang disediakan dalam program BSPS ini untuk satu unit rumah sebesar Rp 6 juta dan dan-anya akan masuk ke dalam rekening masing-masing penerima bantuan. “Cuma penggunaan dana ini, akan ada pendamping dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan konsultan pendamping. Jadi, saya berharap dana ini tidak boleh digunakan selain untuk perbaikan rumah. Kalau bapak ibu menggunakan dana ini untuk keperluan lain selain untuk perbaikan rumah, itu jelas melanggar aturan,” tegasnya.

Kepada penerima bantuan stimulan perbaikan rumah ini, tak henti-hentinya dia mengingatkan supaya menggunakan dana bantuan tersebut benar-benar murni untuk memperbaiki rumah karena jika digunakan untuk keperluan selain perbaikan rumah, maka segala akibatnya menjadi tanggung jawab masing-masing penerima bantuan. “Kalau atapnya bocor, segera ganti atapnya. Kalau dinding rumahnya bolong-bolong, segera perbaiki dinding-nya. Begitu juga kalau lantai rumahnya sudah lapuk atau tidak layak lagi, segera perbaiki,” harapnya.

Yang terpenting, lanjutnya lagi, prioritaskan perbaikan rumah supaya rumah itu nyaman untuk ditempati. Sutarmidji juga menegaskan, bantuan yang dikucurkan ini hanya untuk mem-perbaiki rumah, bukan untuk memperbaiki sanitasi atau toilet. Perbaikan sanitasi atau toilet, menurutnya akan dilakukan pada anggaran tahun depan. “Jadi jangan dulu perbaiki WC-nya. Kita akan lihat, siapa yang melaksanakan perbaikan rumahnya den-gan baik, tahun depan WC nya akan kita perbaiki,” tukasnya.

Sutarmidji menambahkan, bantuan yang dikucurkan ini bu-kan untuk membangun rumah baru tetapi hanya untuk merehab atau memperbaiki rumah. Proses pencairan dana bantuan ini melalui dua tahap. Tahap pertama, dana yang dicairkan sebesar 40 persen dari total nilai bantuan. Kemudian, setelah pengerjaan tahap pertama selesai dan telah diverifi kasi oleh tim, selanjutnya tahap kedua pencairan sisa dananya sebesar 60 persen untuk menyelesaikan perbaikan rumah tersebut. (nas)

76

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Resmikan Pembangunan Masjid Ar RahmanPemkot Siapkan Bantuan Rp 100 Juta

Dilatarbelakangi bertambahnya jumlah penduduk yang semakin padat dan jarak tempat ibadah khususnya mas-jid bagi umat muslim yang cukup jauh dari pemukiman warga Gang Angin Timur, Jalan Karet Kelurahan Pal Lima Keca-matan Pontianak Barat, Panitia Pembangunan Masjid Ar Rah-man berencana membangun masjid di lingkungan tersebut. Masjid Ar Rahman ini dibangun di atas tanah wakaf seluas 750 meter persegi dengan luas bangunan 285 meter persegi.Walikota Pontianak, Sutarmidji yang berkesempatan meletak-kan batu pertama menandai diresmikannya pembangunan Mas-jid Ar Rahman, meminta, pembangunan masjid ini hendaknya dikerjakan secepatnya supaya masyarakat atau jamaah masjid sudah bisa melaksanakan ibadah saat bulan Ramadhan tahun depan tiba di masjid yang dibangun dengan swadaya masyara-kat serta bantuan dana dari Pemerintah Kota (Pemkot) Pon-tianak. “Saya berharap pembangunan masjid ini bisa selesai dalam waktu tujuh bulan, jangan lama-lama. Saya yakin tujuh bu-lan selesai pembangunannya,” tegas Sutarmidji, Jumat (16/11).Pemkot akan memberikan bantuan tambahan senilai Rp 100

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

77

juta yang bersumber dari APBD tahun 2013 mendatang untuk pembangunan masjid tersebut. Tahun ini bantuan dana seni-lai Rp 50 juta sudah dikucurkan bagi pembangunan masjid itu. Kendati ia meminta pembangunan masjid dipercepat na-mun bukan berarti dalam pengerjaan pembangunannya asal-asalan, karena bangunan masjid tersebut menggunakan rang-ka beton sehingga harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.Selain itu, sebelum berdirinya bangunan masjid, Sutarmidji me-minta panitia dan pengurus masjid hendaknya berkoordinasi dengan Kementerian Agama dalam menentukan di mana posisi kiblat yang benar sehingga ke depannya tidak terjadi polemik di antara jamaah. “Saya minta pihak panitia pembangunan masjid koordinasikan dulu dengan Kementerian Agama untuk menentu-kan posisi kiblat,” tegasnya.

Sebagai antisipasi ke depannya, dia juga meminta insta-lasi listrik hendaknya menggunakan kabel yang besar sehingga apabila kapasitas daya listrik yang digunakan besar maka kabel tersebut tidak perlu diganti lagi. “Gunakan kabel yang kira-kira berkekuatan untuk 20 ribu watt karena sekarang ini masjid-masjid sudah banyak yang menggunakan air conditioner (AC) sehingga instalasi listriknya haruslah yang memenuhi standar,” jelasnya.Ketua Panitia Pembangunan Masjid Ar Rahman, Andi Wijaya mengungkapkan, dana yang dibutuhkan untuk pembangunan Masjid Ar Rahman ini diperkirakan sekitar Rp 329 juta. “Kami mohon doa dan dukungan serta bantuan baik tenaga maupun materi dari bapak ibu yang ingin menginfaqkan hartanya di jalan Allah, SWT, kami pihak panitia siap menerimanya,” pungkasnya. (nas/jim)

Ribuan Peserta Pawai Akbar Tumpah Ruah Menyambut Tahun Baru Islam 1434 H

Sedikitnya lima ribuan orang tumpah ruah di Jalan Ra-hadi Usman depan Kantor Walikota Pontianak untuk mengi-kuti pawai akbar yang digelar Panitia Hari Besar Islam (PHBI)

78

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Kota Pontianak menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1434 Hijriyah, Kamis (15/11). Berbagai kreasi dan hiasan ber-nuansa Islami, baik peserta pawai mobil hias maupun pawai jalan kaki membuat semarak pawai akbar yang digelar bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pontianak dan Remaja Mas-jid Mujahiddin ini. Pawai akbar ini diikuti peserta yang berasal dari pengurus masjid, majelis taklim, pondok pesantren, pela-jar, BUMN/BUMD dan dinas-dinas maupun instansi pemerintah.Pawai akbar dilepas Walikota Pontianak, Sutarmidji dengan men-gibarkan bendera start tanda dimulainya pawai yang rutin digelar PHBI Kota Pontianak setiap tahun menyambut Tahun Baru Islam.

“Pawai tahun ini alhamdulillah lebih baik dari tahun lalu dan lebih ramai yang mengikutinya, bahkan melebihi dari yang target yang diprediksi. Banyak yang spontanitas mengikuti pawai akbar ini,” ungkapnya.

Menurut Sutarmidji, tahun baru Islam yang diperingati ini merupakan momentum untuk perbaikan dan lebih meningkatkan pemahaman tentang ajaran agama Islam itu sendiri. “Supaya ke-hidupan kita selamat di dunia maupun di akhirat nanti,” ujarnya.

Sutarmidji berharap, masyarakat Islam terutama yang ada di Kota Pontianak supaya lebih meningkatkan pemaha-man tentang ajaran agama Islam yang dianut sebagai bekal hidup dalam suasana keberagaman di kota ini. “Karena Islam

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

79

itu sendiri sangat paripurna ajarannya di mana mengajarkan tentang tata kehidupan bermasyarakat dalam lingkungan yang sangat beragam, baik dari suku, etnis maupun agama,” katanya.Diceritakannya, ketika Rasulullah hijrah dan menginjakkan kak-inya di Kota Madinah, hal yang pertama kali dilakukannya adalah menyatukan umat dengan membuat Konstitusi Madinah.

“Dalam konstitusi itu tertuang bagaimana menyatu-kan semua umat, baik itu yang beragama Islam maupun non muslim. Ini yang harus kita pahami supaya kita tetap memu-puk rasa kebersamaan dan saling menghargai,” paparnya.Ia juga berharap, keberagaman yang ada di Kota Pontianak hen-daknya tetap selalu dijaga supaya kota ini tetap aman, nyaman dan harmonis sehingga lebih mudah dalam mencapai kehidupan yang sejahtera.

Ketua PHBI Kota Pontianak, Syarif Ismail menjelas-kan, pemenang pawai mobil hias terbaik diraih Kecamatan Pontianak Tenggara juara pertama, kedua Masjid Arrafi ul A’la dan juara ketiga Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak.Sedangkan untuk pawai jalan kaki, pemenang pertama disabet Pondok Pesantren Mathlaul Anwar, kedua SMPN 10 Pontianak dan pemenang ketiga diraih MAN 1 Pontianak. “Panitia menye-diakan hadiah berupa uang tunai, trophy dan doorprize bagi peserta terbaik dalam pawai akbar ini,” pungkasnya. (jim)

Warga Serbu Kue-kue TradisionalGelar Makanan dan Kue-kue Tradisional Khas Pontianak

Ada sesuatu yang berbeda dalam memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1434 Hijriyah tahun ini. Selain pawai ak-bar yang digelar Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Pontianak, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak pun tak mau ketinggalan dengan menggelar even Wisata Kuliner di sela kegiatan pawai akbar, Kamis (15/11) di halaman Kantor Walikota Pontianak. Kegiatan ini merupakan kerja sama Disbud-par dengan Tim Penggerak (TP) PKK Kota Pontianak. Sedikit-nya lebih dari 40 jenis kuliner yang terdiri dari kue-kue tradisional

80

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

khas Kota Pontianak tersaji di meja yang telah disediakan panitia. Sebut saja, kue putu piring, kokes, apamadek, ubi goyang, kue ta-lam, kue lapes dan banyak lagi kue-kue khas Pontianak. Bahkan, kue-kue tersebut sengaja disajikan untuk dicicipi secara gratis oleh masyarakat sebagai salah satu upaya mengenalkan makan-an dan kue-kue tradisional yang mungkin sebagian sudah jarang dilihat atau dibuat. Tak pelak lagi, masyarakat dengan antusiasnya membludak untuk mencicipi kue-kue tradisional yang disajikan. Tak sampai setengah jam, kue-kue tradisional yang disajikan pun ludes lantaran animo masyarakat untuk mencicipinya membludak.Walikota Pontianak, Sutarmidji menyambut baik digelarnya wisa-ta kuliner ini sebagai upaya membangkitkan kembali kue-kue tardisional yang sudah jarang ditemui. “Kue tradisional itu kan sudah banyak yang mulai hilang, bahkan generasi muda banyak yang tidak tahu dengan kue tradisional kota sendiri.

Sekarang kita bangkitkan kembali dengan berbagai krea-si dan berbagai bahan serta inovasi-inovasi baru,” ujarnya.Senada dengan Sutarmidji, Ketua TP PKK Kota Pontianak, Lis-maryani Sutarmidji menuturkan, tujuan digelarnya makanan dan kue-kue tradisional ini untuk melestarikan, mengembang-kan dan memperkenalkan kepada masyarakat Kota Pontianak agar mengetahui aneka ragam kue-kue tradisional. “Kita juga ingin masyarakat tahu bagaimana cara penyajiannya sekaligus

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

81

kandungan gizi pada kue-kue tradisional itu,” kata Lismaryani.Diakuinya, kegiatan kuliner seperti ini sudah kerap dilakukan oleh TP PKK Kota Pontianak, bahkan pihaknya juga sering mengge-lar perlombaan-perlombaan kue-kue tradisional di ruang lingkup PKK yang diketuainya.

Sementara itu, Kepala Disbudpar Kota Pontianak, Hilfi ra Hamid mengungkapkan, sebetulnya banyak kue-kue tradisional yang belum tersaji dalam kegiatan ini lantaran tidak ada penerus atau regenerasi yang membuat kue-kue itu. “Nah, dengan ke-giatan ini kita berusaha memperkenalkan kembali kepada gen-erasi muda kita khususnya supaya mereka tahu bahwa Kota Pon-tianak ini kaya akan makanan dan kue-kue tradisional. Jangan sampai mereka hanya kenal makanan cepat saji yang berasal dari luar,” tutupnya. (jim)

Anggaran Pendidikan Sudah MemadaiMalam Ramah Tamah dengan PGRI se-Indonesia

Anggaran pendidikan yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Pontianak dinilai Walikota Pontianak, Sutarmidji, sudah memadai. Pasalnya, ang-garan pendidikan yang diakomodir dalam anggaran Dinas Pen-didikan (diknas) Kota Pontianak sudah mencapai 38 persen dari APBD Kota Pontianak, termasuk gaji. “Bahkan tahun ini, anggaran pendidikan khususnya untuk infrastruktur mencapai lebih dari Rp 100 miliar, itu pun belum termasuk pengeluaran gaji,” ujar Sutar-midji saat ditemui usai malam ramah tamah dengan peserta rapat kerja nasional (rakernas) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) se Indonesia, Selasa (13/11) malam di rumah jabatannya.Terkait peranan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Kalbar, dia menilai peranannya sudah sangat besar terutama dalam mencetak tenaga pendidik. Pasalnya, hingga saat ini saja Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Pontianak sudah memiliki 12 ribu mahasiswa. “Mereka itu kan di-didik untuk menjadi guru. Nah, bagaimana mereka dididik untuk bisa menjadi seorang guru yang kehadirannya selalu dinantikan

82

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

murid-muridnya di depan kelas,” tutur Sutarmidji.Dia berharap, dengan digelarnya rakernas PGRI ini

bisa mengakomodir berbagai saran, pendapat maupun usul dalam rangka terutama meningkatkan kualitas pendidikan. “Saya berharap peranan PGRI di Kalbar ini memberikan warna dan nuansa baru di dunia pendidikan,” pungkasnya.Selain itu, guru diharapkannya terus berinovasi dan bereksperi-men dalam menemukan metode-metode pembelajaran yang baru sehingga anak didik lebih mudah menyerap bahan ajar yang disampaikan. “Terus lakukan inovasi-inovasi yang bisa me-ningkatkan kualitas pendidikan di daerah kita,” harapnya. (nas/jim)

Pemkot Borong Tiga Penghargaan NasionalDorong Jajaran Pemkot Ukir Prestasi

Bulan November ini adalah bulan yang istimewa sekaligus kado istimewa di Hari Jadi Kota Pontianak ke 241 bagi Pemerin-tah Kota (Pemkot) Pontianak. Betapa tidak, sebanyak tiga peng-hargaan sekaligus diterima Pemkot pada bulan ini yakni Ki Hajar

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

83

Award, Anugerah Media Humas dan penghargaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Menurut Walikota Pontianak, Sutarmidji, anugerah Ki Hajar Award atau akronim dari Kita Harus Belajar ini merupakan peng-hargaan terhadap dunia pendidikan berbasis teknologi dan infor-masi.

“Artinya website Dinas Pendidikan Kota Pontianak dinilai sudah sangat baik, anak didik bisa mengakses materi pelajaran melalui website tersebut di rumah atau dimanapun ia berada,” ujarnya pada upacara bendera peringata.

Hari Pahlawan, Senin (12/11) di halaman Kantor Walikota.Kendati program Ki Hajar Award ini baru saja diluncurkan tahun ini, namun Pemkot melalui Dinas Pendidikan sudah memulain-ya sejak setahun yang lalu. “Sehingga kita maju selangkah un-tuk hal ini dan kita mendapatkan Ki Hajar Award itu,” ucapnya.Begitu pun di bidang kehumasan, Pemkot juga berhasil meraih peringkat ketiga nasional penghargaan Anugerah Media Hu-mas kategori penerbitan internal (Majalah Warta Kota ter-bitan Pemkot) dari Badan Koordinasi Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. “Saya sering menegur kin-erja Humas kita dan alhamdulillah karena seringnya ditegur akhirnya bisa berprestasi di tingkat nasional. Ini merupakan suatu apresiasi untuk mereka di bidang kehumasan,” katanya.Bidang pelayanan publik, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

84

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

(BP2T) ikut memberikan sumbangsih lantaran mendapat pering-kat lima terbaik nasional dalam pelayanan perizinan satu pintu.Semua penghargaan yang diterima, lanjutnya, merupakan hasil kerja keras seluruh jajaran Pemkot. Untuk itu, dia mendorong kepada seluruh jajarannya supaya terus mengukir prestasi yang terbaik agar Kota Pontianak dikenal untuk hal-hal yang positif. “Bukan dikenal untuk hal-hal yang dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tukasnya. (jim)

1.300-an KK Terima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya2013 Ditargetkan 3.000 Rumah

Sedikitnya 1.300-an KK warga Kota Pontianak tahun ini memperoleh Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari Kementerian Perumahan Rakyat (kemenpera). Jumlah penerima bantuan itu merupakan pemohon yang telah lolos verifi kasi oleh Kemenpera. BSPS ini diserahkan secara sim-bolis oleh Walikota Pontianak, Sutarmidji kepada lima warga kurang mampu di Aula Kantor Camat Pontianak Barat, Sabtu (10/11) malam. Bantuan ini dikucurkan setelah Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak mengajukan data pemohon penerima bantuan untuk rumah tidak layak huni ini kepada Kemenpera.Menurut Sutarmidji, dana bantuan senilai Rp 6 juta per rumah ini diperuntukkan bagi penanganan rumah secara keseluruhan. “Anggaran ini nantinya masuk ke dalam rekening bapak ibu mas-ing-masing. Jadi, bapak ibu harus sudah membuka buku reken-ing tabungan,” ujarnya.

BSPS senilai Rp 6 juta ini murni hanya diperuntukkan bagi material perbaikan rumah tidak layak huni. Sedangkan untuk pengerjaannya dilakukan oleh warga secara bergotong royong. Untuk rekening tabungan, penerima bantuan harus memiliki atau membuka rekening tabungan di Bank BRI.

Untuk penggunaan dana bantuan tersebut, lanjutnya, akan ada pendampingan dari konsultan dan Badan Keswaday-aan Masyarakat (BKM). Tahap pertama, dana yang dicairkan sebesar 40 persen dari total nilai bantuan. Kemudian, setelah

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

85

pengerjaan tahap pertama selesai dan telah diverifi kasi oleh tim, selanjutnya tahap kedua pencairan sisa dananya sebe-sar 60 persen untuk menyelesaikan perbaikan rumah terse-but. Ia juga menyarankan kepada konsultan dan penerima bantuan ini supaya memprioritaskan atap rumah terlebih da-hulu. “Yang paling utama atap rumah terlebih dahulu, jan-gan sampai ada yang bocor. Kemudian lantai rumah, setelah itu baru memperbaiki bagian rumah yang lainnya,” tukasnya.Sedangkan sanitasi atau toilet, dia meminta jangan dikerjakan dulu karena tahun 2013 mendatang akan ditangani melalui Angg-aran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ia meminta kepa-da konsultan dan BKM supaya tidak menangani perbaikan sani-tasi atau toilet karena program perbaikan sanitasi ini rencananya akan dimulai awal tahun depan melalui APBD. “Jangan untuk perbaikan WC-nya dulu karena bulan Januari atau Februari ta-hun depan program kita sudah mulai untuk perbaikan sanitasi. Saya maunya semua toilet di rumah warga itu sehat, saya perki-rakan perbaikan satu toilet itu sekitar Rp 1,5 juta. Saya berharap paling utama itu perbaiki atap, lantai, dinding atau jendelanya,” tegasnya.

Mulai tahun 2013, dana perbaikan rumah tidak layak huni dia-lihkan untuk perbaikan sanitasi atau toilet bagi rumah warga kurang mampu. Hal ini dilakukan untuk menghindari tumpang tindih pen-ganggaran penanganan rumah tidak layak huni antara pemerin-

86

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

tah pusat dan daerah. “Tahun depan, dana perbaikan rumah tidak layak huni tidak lagi untuk pembiayaan material rumahnya tetapi kita ambil alih untuk penanganan sanitasinya,” tutur Sutarmidji.Sutarmidji menambahkan, perbaikan rumah tidak layak huni ini tahun depan ditargetkan sekitar 3.000 rumah yang ditangani se-hingga semua rumah tidak layak huni di Kota Pontianak bisa tun-tas penanganannya.

Dia menyayangkan, sebenarnya banyak hak-hak yang bisa diperoleh warga kurang mampu melalui program-program pemerintah seperti bantuan perumahan ini namun terkendala oleh kelengkapan administrasi kependudukan seperti KTP, KK dan lainnya. “Makanya saya minta bapak ibu semuanya harus memiliki KTP elektronik supaya jika ada bantuan seperti ini tidak lagi kesulitan,” pungkasnya.

Sementara itu, salah seorang warga peneriman bantuan rumah tak layak huni, Junaidi mengungkapkan, dirinya berterima kasih kepada Pemkot yang telah meringankan beban hidupnya salah satunya perbaikan rumah tinggalnya. “Kondisi ekonomi saya tidak memungkinan untuk merenovasi rumah tinggal saya yang cukup memprihatinkan. Dengan adanya bantuan ini, saya merasa sangat terbantu,” katanya. (nas/jim)

Dorong Kota-kota se-Kalimantan Ukir PrestasiPenutupan Raker III Komwil Apeksi

Walikota Pontianak, Sutarmidji mendorong kota-kota di Ka-limantan agar bisa lebih maju dan masyarakatnya sejahtera. Ke depannya, ia berharap kota-kota di Kalimantan bisa bersaing dan menunjukkan prestasi yang tak kalah dengan kota-kota lainnya di Indonesia. “Bahkan lebih berprestasi dari kota-kota yang ada di Jawa maupun tempat lainnya,” ujarnya saat menutup rapat kerja (raker) III Komwil V Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Kamis (8/11) di Hotel Mercure.

Sutarmidji menilai, kota-kota di Kalimantan memiliki poten-si yang cukup banyak. Begitu juga sumber daya manusia (SDM)

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

87

yang dimiliki kota-kota di Kalimantan tidak kalah dengan kota-kota lainnya. “Dengan inovasi-inovasi, kita di Kalimantan ini bisa mem-beri warna dalam tata kelola pemerintah di Indonesia,” katanya.Dia berharap, pertemuan raker ini terus berkelanjutan, dalam artian tidak hanya dalam pertemuan formal tetapi juga informal. Salah satunya, dengan saling melihat website masing-masing sehingga bisa saling memberi atau sharing informasi.

“Insya Allah kita di jajaran Pemerintah Kota Pontianak akan siap dengan berbagai informasi yang diperlukan,” ucapnya.Kepada para pejabat yang berkarir di birokrasi pemerintahan, Sutarmidji berpesan supaya menjadi birokrat-birokrat yang handal. “Karena bapak ibu adalah jabatan karir. Kalau saya se-bagai kepala daerah dan walikota-walikota yang lain juga han-ya jabatan politis dan memiliki keterbatasan ruang dan wak-tu untuk pengabdian di jajaran pemerintah kota,” terangnya.Untuk itu, lanjutnya, sebagai birokrat yang mengabdi di pemerin-tahan dengan waktu yang lama haruslah meninggalkan kenan-gan yang baik selama memimpin di jajaran pemerintahan. “Jadi sebagai birokrat, bapak ibu harus meninggalkan kesan dan ke-nangan yang baik selama kepemimpinan di pemerintahan,” tu-tupnya. (nas)

88

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Wujudkan Kota se-Kalimantan Bebas dari KorupsiRaker III Komwil V Apeksi

Peningkatan pelayanan publik di Kota Pontianak kian menunjukkan kemajuan dan peningkatan. Terbukti, sebelumnya Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak pernah menyandang predi-kat pelayanan publik sepuluh besar yang terburuk, namun tahun lalu predikat itu berbalik menjadi peringkat keenam pelayanan publik terbaik seluruh Indonesia. “Tahun ini pelayanan publik kita juga masuk nominasi terbaik yang akan diserahkan pada tanggal 12 November mendatang,” ujar Walikota Pontianak, Sutarmidji saat membuka secara resmi rapat kerja (raker) III Komwil V Aso-siasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Kamis (8/11) di Hotel Mercure.

Tak hanya peningkatan pelayanan publik, kinerja aparatur di lingkungan Pemkot pun menjadi sasarannya untuk diperbaiki dengan menindak tegas bagi oknum yang mencoba melakukan penyimpangan. “Pakta integritas sudah kita tandatangani, sia-papun yang menyimpang dicopot dari jabatannya,” tegasnya.Efi siensi dan efektifi tas anggaran juga diterapkannya dengan memperketat dan lebih selektif dalam mengeluarkan anggaran perjalanan dinas. Bahkan, untuk persetujuan bagi seluruh pe-jabat dan staf yang akan melakukan perjalanan dinas, dirinya langsung yang menandatanganinya sehingga ia bisa menen-tukan mana perjalanan dinas yang perlu dihadiri dan mana yang tidak perlu. “Kalau perjalanan dinas itu cukup dilaku-kan satu orang saja, yang lainnya tidak perlu ikut,” timpalnya.Sementara itu, Ketua Komwil V Apeksi, yang juga sebagai Wa-likota Palangkaraya, M Riban Satia menuturkan, dalam birokrasi pemerintahan perlu mencari terobosan atau inovasi-inovasi baru dalam rangka memperbaiki sistem pelayanan publik. “Reformasi birokrasi tidak cukup ketika kita tidak bisa memberikan pelayan-an terbaik,” ungkapnya.

Direktur Eksekutif Apeksi, Sarimun Hadi Saputra menilai, Kota Pontianak dilihat secara fi sik pembangunannya sudah ban-yak mengalami kemajuan yang cukup pesat. Sedangkan dari

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

89

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pontianak diakuinya menin-gkat cukup signifi kan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Dalam pengelolaan keuangan daerah juga Kota Pontianak dini-lainya bagus dengan meraih predikat Wajar Tanpa Pengecual-ian (WTP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Bahkan dia memuji kebijakan Sutarmidji yang memangkas jumlah perizinan dari 99 jenis izin, dipangkas 72 izin menjadi hanya tersisa 27 je-nis izin. Bahkan tekad Walikota Pontianak untuk lebih meringkas jumlah izin menjadi 15 atau 10 jenis izin saja, dinilainya sebagai langkah yang baik dalam birokrasi pelayanan publik. “Itu lang-kah-langkah yang kita harapkan, intinya bagaimana memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat,” timpalnya.

Terkait Raker III Komwil V Apeksi yang digelar mulai tanggal 7 – 9 ini, Sarimun menjelaskan, kajian yang dibahas dalam raker ini yakni transparansi supaya bebas dari kolusi dan korupsi. Se-lain itu, banyak hal lainnya juga akan dibahas dalam raker ini, mis-alnya aturan-aturan yang justru berdampak membebani pemer-intah kota. “Misalnya aturan pusat yang mengatur sertifi kasi guru masuk dalam APBD sehingga belanja pegawai menjadi tinggi padahal ini dampak dari aturan pemerintah pusat,” pungkasnya.Untuk itu, pihaknya akan membahas dan mengkaji aturan ini, kemudian hasilnya akan diadvokasi ke pemerintah pusat.Raker III Komwil V Apeksi ini mengusung tema “Transparansi

90

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Anggaran Menuju Pemerintah Daerah Yang Bebas Korupsi dan Regulasi Birokrasi Pelayanan Publik”. Komwil V Apeksi ini berang-gotakan sembilan kota yang terdiri dari Kota Pontianak, Sing-kawang, Banjarbaru, Banjarmasin, Palangkaraya, Balikpapan, Bontang, Samarinda dan Tarakan. Apeksi adalah wadah yang dibentuk oleh Pemerintah Kota yang bertujuan untuk memban-tu anggotanya mempercepat pelaksanaan otonomi daerah dan menciptakan iklim yang kondusif bagi kerjasama antar-Pemerin-tah Daerah. (nas/jim)

Pemkot Teken MoU dengan BPKP Upaya Pertahankan WTP

Predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam pen-gelolaan keuangan daerah yang diraih Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, tentunya bukan hal yang mudah un-tuk mempertahankan predikat tertinggi tersebut. Untuk itu, Pemkot Pontianak dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Kalimantan Barat, Rabu (7/11) melakukan penandatanganan nota kesepaha-man (MoU) tentang peningkatan manajemen pemerintahan dan sumber daya manusia di lingkungan Pemkot Pontianak.Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Dae-rah, Iman Bastari mengatakan, dengan penandatanganan MoU ini akan ditindaklanjuti dengan action plan, kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada tahun ini dan yang akan disepaka-ti tahun 2013 mendatang. “Terutama untuk mempertahankan predikat WTP yang telah diraih Pemkot, jangan sampai nanti mundur supaya kedepannya tetap terjaga WTP-nya,” ujar Iman.Dikatakannya, program-program yang dilaksanakan Pemkot di-harapkan betul-betul akuntabel. Untuk mencapai itu,

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dimintanya melakukan inventarisasi kegiatan-kegiatan mana yang sudah selesai dan mana yang bekum selesai. “Kalau belum, apa ken-dalanya dan kekurangannya supaya segera diperbaiki,” katanya.Ia mengingatkan, hasil-hasil program kegiatan yang su-dah dilaksanakan pada tahun ini jangan sampai ada yang ti-dak sesuai, misalnya terkait perjanjian kerja atau kontrak.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

91

Secara umum, ditambahkannya, hampir semua daerah sudah melakukan MoU dengan BPKP. Bahkan, dari 67 daerah yang meraih predikat WTP, pihaknya turut membantu dalam menin-daklanjuti berbagai hal yang ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). “Kita BPKP sebagai internal auditor membantu bagaimana memfollow up atau menindaklanjuti temuan-temuan BPK supaya akuntabilitas kita itu lebih baik,” terangnya.

Walikota Pontianak, Sutarmidji menyatakan, jauh sebelum adanya penandatanganan kesepakatan bersama ini, ia kerap melakukan pemantauan dengan menghubungi Inspektorat Kota Pontianak terkait dinas-dinas atau SKPD mana yang Surat Per-tanggungjawabannya (SPJ) dinilai belum baik. “Dinas mana yang penyerapan anggarannya masih rendah, dinas mana yang ada masalah. Semuanya saya tanya dua hari sekali dan alhamdulil-lah sampai hari ini semuanya masih berjalan lancar,” tukasnya.

Sutarmidji menjelaskan, dari volume anggaran kemam-puan keuangan daerah, pada APBD tahun lalu PAD-nya kurang lebih 19 persen. Tahun depan dari seluruh volume APBD, PAD-nya mencapai hampir 30 persen.

Sedangkan belanja modal, lanjutnya, yang seharusnya 29 persen namun belum bisa dilakukan Pemkot lantaran ad-anya kebijakan dari pusat dengan memasukkan sertifi kasi guru dalam batang tubuh APBD. “Sertifi kasi guru untuk Pontianak se-

92

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

tahun mencapai Rp 130 miliar, belum termasuk gaji,” timpalnya.Dengan nilai sertifi kasi guru sebesar itu, jika dihitung volume APBD senilai Rp 1,2 triliun berarti anggaran sertifi kasi guru men-capai 11 persen dari volume APBD. “Nah, ini kan kurang pas se-benarnya. Mudah-mudahan ke depan sertifi kasi guru ini angga-rannya masuk di provinsi supaya batang tubuh APBD kabupaten/kota itu sehat,” pungkasnya. (jim)

KPK Puji Upaya Pemkot Cegah KorupsiSeminar Pencegahan Korupsi

Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak untuk mence-gah tindak pidana korupsi dalam perencanaan anggaran dinilai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Sapto Pratomosunu sebagai langkah yang baik. Apalagi, upaya itu dilakukan Pemkot dengan menghindari pe-nyusunan anggaran yang fi ktif, melakukan efi siensi dalam biaya perjalanan dinas dan memperbaiki Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Hal ini diungkapkannya dalam seminar pence-gahan korupsi melalui peningkatan kualitas pelayanan publik dan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Kamis (8/11) di Aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Walikota.Menurut Bambang, upaya itu juga diikuti dengan pemangkasan dan penyederhanaan izin-izin untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan usahanya. Kehadiran KPK dengan menggelar seminar tersebut untuk koordinasi dan supervisi dilandasi den-gan amanat dari Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 pasal 6 butir 1 dan 2 dalam upaya pencegahan. “Koordinasi dan su-pervisi juga dilakukan terhadap penindakan karena di dalam pasal 6 itu yang menjadi tugas KPK yakni melakukan koordina-si, supervisi, penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, pence-gahan serta monitoring sistem pemerintahan,” ujar Bambang.Dia menjelaskan, seminar yang digelar KPK ini merupakan rang-kaian dari program koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi kerja sama KPK dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang dilaksanakan di 33 provinsi dan 33 ibukota provinsi seluruh Indonesia. “Setelah itu, pada tahun beri-kutnya dilanjutkan dengan melihat rencana aksi perbaikan dari

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

93

hasil pengamatan yang telah dilakukan pada tahun berjalan,” jelasnya.

Sementara itu, Walikota Pontianak, Sutarmidji menyatakan, untuk anggaran belanja dana bantuan sosial (bansos) di Kota Pon-tianak dipastikan tidak ada penyimpangan. Bahkan, secara tegas ia menantang jika ada yang bisa menemukan satu proposal atau belanja bansos yang menyimpang pada proses pengeluarannya. “Waktu keluarnya bansos, bukan penggunaannya. Kalau penggu-naannya saya tidak bisa mengawasi karena yang menggunakan pemohon. Tapi kalau dari kita, saya pastikan tidak ada satu pun bansos itu keluar karena kongkalingkong atau fi ktif,” tegasnya.Sutarmidji optimis, pelayanan publik di Kota Pontianak semakin hari semakin baik. Bahkan untuk mewujudkan itu, ia mengadakan sayembara bagi yang bisa menemukan dan membuktikan pun-gutan liar di kelurahan, pihaknya menyediakan hadiah Rp 1 juta.Di sektor pelayanan publik perizinan, Badan Pelayanan Periz-inan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak dinilainya juga semakin baik karena sudah transparan, mudah dan cepat dalam mem-berikan pelayanan. “Bahkan perizinan SITU, SIUP dan TDP bisa selesai dalam waktu tidak sampai satu jam dan tidak dipungut biaya,” pungkasnya. (jim)

94

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dongkrak PAD dengan Peningkatan Kualitas Pelayanan Jawaban Walikota atas Pandangan Umum Fraksi-fraksi DPRD

Dalam penentuan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2013 Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, ditentukan berdasar-kan pertimbangan realisasi PAD tiga tahun terakhir dan melihat data potensi yang ada serta memperhatikan kondisi ke depan. “Dengan pendekatan ini diharapkan penerimaan PAD dapat dica-pai sesuai dengan yang direncanakan,” ujar Walikota Pontianak, Sutarmidji, Rabu (7/11) di ruang rapat paripurna DPRD Kota Pontianak, saat menyampaikan jawabannya atas pandangan umum fraksi-fraksi DPRD Kota Pontianak terhadap nota keuan-gan rancangan APBD tahun anggaran 2013 dan tujuh rancangan peraturan daerah yang telah disampaikan beberapa waktu lalu.Dalam upaya peningkatan pendapatan yang bersumber dari PAD, lanjut Sutarmidji, pihaknya terus berupaya semaksimal mungkin melalui perbaikan langkah dengan melakukan penyederhanaan sistem, prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, kepatuhan dan ketaatan wajib pajak dan retribusi dae-rah serta meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

95

pungutan PAD. “Upaya tersebut dengan diikuti peningkatan kuali-tas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan,” katanya.Sutarmidji sependapat dengan pandangan fraksi-fraksi DPRD Kota Pontianak supaya dalam pengelolaan keuangan Kota Ponti-anak harus sesuai dengan prinsip efi siensi,ekonomis, efektivitas, transparansi dan bertanggung jawab memperhatikan kepatutan dan manfaat kepada masyarakat. “Pemerintah Kota Pontianak terus bersungguh-sungguh mengedepankan prinsip-prinsip tersebut sehingga program-program pembangunan tepat sasa-ran dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” paparnya.Menurutnya, untuk tahun anggaran 2013, komponen Sisa Lebih Penghitungan Anggaran (silpa) proyeksi sesuai dengan asumsi. “Penerimaan silpa tersebut bersumber dari dana plafon peneri-maan PAD, plafon penerimaan dana perimbangan serta sisa penghematan atau efi siensi belanja,” pungkasnya. (nas)

Perlu Adanya Gambaran Komprehensif Kondisi Tanah Seminar Fenomena Gerakan Tanah Penyebab Rusaknya Struktur Bangunan

Letak ketinggian tanah yang hanya 0,2 hingga 1,2 meter di atas permukaan laut serta struktur tanah yang bergambut dan la-bil di Kota Pontianak ini, menggugah Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI) cabang Kalimantan Barat menggelar seminar sehari fenomena gerakan tanah sebagai penyebab kerusakan struktur bangunan, Rabu (7/11) di Hotel Orchardz Perdana.Menurut Walikota Pontianak, Sutarmidji yang menjadi salah satu narasumber dalam seminar ini, kondisi tanah yang demikian mengakibatkan pembiayaan untuk konstruksi jalan mahal dan daya tahannya pun tidak begitu panjang. “Nah, seminar ini mu-dah-mudahan bisa memberikan gambaran yang lebih kompre-hensif tentang kondisi tanah di Kota Pontianak secara teknis,” ujarnya.

Dengan adanya gambaran tersebut, diharapkan ketika per-encanaan gedung maupun jalan serta infrastruktur lainnya tidak terjadi penurunan maupun keretakan yang berarti. “Di Pontianak

96

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

ini bangunan apapun yang dibangun, dindingnya pasti mengalami keretakan. Jadi kalau bangunan itu retak, itu merupakan hal biasa karena karakter tanah di Kota Pontianak yang labil dan bergam-but. Tidak mungkin bangunan itu tidak retak,” tegas Sutarmidji.Untuk itu, ia berharap rekayasa konstruksi pembangunan ge-dung maupun jalan di Kota Pontianak ini daya dukungnya bisa lebih tinggi dan daya tahannya lebih lama serta lebih murah.

Sutarmidji meminta, hasil dari seminar yang dige-lar ini disampaikan kepada Pemerintah Kota Pontianak se-bagai bahan kajian untuk kemudian disosialisasikan ke-pada masyarakat. “Saya berharap ada bentuk kerja sama antara HATTI dengan Pemkot terkait persoalan ini,” imbuhnya.Terkait perencanaan outter ring canal, dia menjelaskan, muara outter ring canal harus diupayakan ke muara saluran prim-er, bukan saluran sekunder. “Bahaya jika muaranya ke sal-uran sekunder karena saluran sekunder di Kota Pontianak ini daya dukungnya terbatas. Tidak bisa dilebarkan lagi, di dalamkan juga rawan karena turapnya tidak dalam sehing-ga muaranya itu harus langsung disalurkan ke laut,” jelasnya.Sementara itu, Ketua HATTI cabang Kalbar, Rustamaji menutur-kan, sebenarnya tidak hanya di Pontianak, di manapun daerah apabila ingin membuat suatu bangunan atau mengkonstruksi, harus terlebih dahulu dilakukan penyelidikan tanah. “Hanya yang

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

97

menjadi unik di Pontianak ini yakni persoalan daya dukung dan stabilitas,” terang dia.

Untuk daya dukung, lanjut Rustamaji, secara teknis banyak yang bisa dilakukan dengan menyiasatinya seperti stabilisasi, perkuatan dan semua teknologi yang dikenal dalam konstruksi. “Tetapi kadang kala upaya itu belumlah cukup dikarenakan tanah yang demikian labil dan mudah bergerak itu bisa membawa ke-pada akibat stabilitas,” tukasnya.

Dua hal tersebut menjadi fokus dalam kegiatan seminar yang digelar HATTI ini, apalagi infrastruktur yang dibangun me-nyangkut infrastruktur yang vital semisal fasilitas publik, bangu-nan yang besar dan kompleks. “Ke depannya seiring dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, maka konstruk-si-konstruksi dan fasilitas publik yang menyangkut infrastruktur itu akan semakin kompleks,” katanya.

Tak hanya pertambahan penduduk, ketersediaan lahan pun akan menjadi salah satu tantangan dalam konstruksi. Un-tuk itu, menurutnya perlu dilakukan kajian dan persiapan yang matang sedini mungkin. “Karena jika tidak, akan menjadi problem di kemudian hari,” pungkasnya. (jim)

Lebih 40 Pedagang Pasar Flamboyan Tandatangani HGBTolak Tandatangani HGB Ruko Terancam Eksekusi

Sebanyak lebih dari 40 pedagang Pasar Flamboyan menan-datangani perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) selama 30 tahun. Penandatanganan ini dilakukan di depan Walikota Ponti-anak, Sutarmidji di ruang rapat Kantor Walikota, Selasa (6/11).Sutarmidji menegaskan, bagi pedagang yang tidak bersedia menandatangani perpanjangan HGB ini dalam kurun waktu satu minggu kedepan, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak sudah mengajukan ke pengadilan untuk eksekusi atas putusan Mah-kamah Agung (MA). “Yang jelas kalau itu sudah putusan Mah-kamah Agung melalui eksekusi pengadilan, yang tidak mau menandatangani kita anggap mereka tidak mau memperpanjang

98

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

HGB nya,” tegas Sutarmidji.Menurutnya, ada sekitar tujuh atau delapan pedagang mau-

pun pemilik ruko yang tidak mau menandatangani HGB. Untuk itu, dia memastikan apabila pemilik ruko tidak bersedia membongkar bangunannya, maka ia akan meminta pengadilan mengeksekusin-ya berdasarkan putusan MA. “Kalau putusan Tata Usaha Negara, saya sudah hormati dengan penandatanganan perpanjangan HGB hari ini, bahkan mereka diberi 30 tahun HGB nya,” jelasnya.Bahkan secara tegas, Sutarmidji memberi deadline hingga tang-gal 15 November bagi pemilik ruko yang tidak bersedia menan-datangani HGB, diputuskan mereka tidak mau memperpanjang HGB dan rukonya akan dijual secara terbuka atau lelang.

Pemkot telah mematok harga untuk masing-masing ruko senilai Rp 875 juta. Harga ini lebih rendah dari harga yang dipa-tok sebelumnya sebesar Rp 900 juta. “Harganya turun karena awalnya perkirakan kita penawaran tender Rp 59 miliar namun yang menjadi pemenang tender senilai Rp 57 miliar,” ungkapnya.Sutarmidji menambahkan, pembongkaran Pasar Flamboyan di-lakukan secepatnya, setelah pasar sementara rampung. Ia mem-perkirakan pasar sementara akan selesai dibangun paling lama 40 hari. “Pasar sementara tersebut dapat menampung hingga 700 pedagang, tidak termasuk pedagang ruko,” terangnya.Dalam pembangunan Pasar Flamboyan ini, dikatakannya, tidak

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

99

ada yang ditutupi, semua dilakukan secara terbuka. “Semua ini untuk kepentingan umum, untuk kepentingan masyarakat Kota Pontianak,” pungkasnya. (jim)

Ajaran Baru Tahun Depan Sekolah Negeri Gratis Walikota Larang Sekolah Pungut Biaya

Walikota Pontianak, Sutarmidji menegaskan, mulai 1 April 2013 atau memasuki tahun ajaran baru, seluruh sekolah negeri mulai tingkat TK, SD, SMP dan SMA/SMK tidak akan ada lagi pungutan apapun bagi semua siswa yang mengenyam pendi-dikan di sekolah negeri. “Siapapun dia, mau yang mampu atau tidak mampu, tidak ada pungutan satu rupiah pun. Kalau masih ada lagi pungutan, bapak ibu boleh lapor ke saya atau ke Dinas Pendidikan (diknas) Kota Pontianak juga boleh,” tegas Sutarmidji pada kegiatan Shalat Maghrib Isya Keliling (smailing) SMA/SMK se Kota Pontianak, Sabtu (3/11) di Masjid Sirajuddin Jalan Apel.Sedangkan bagi siswa tidak mampu yang mengenyam pendidi-kan di sekolah swasta, lanjut dia, akan ditanggung beasiswanya oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak. “Laporkan saja jika ada siswa tidak mampu yang bersekolah di sekolah swasta, Pemkot akan membiayai siswa tersebut hingga selesai,” katanya.Tidak hanya pendidikan gratis, Pemkot juga akan membantu siswa tidak mampu, yang akan diberikan kartu khusus, berupa perlengkapan sekolah, mulai dari sepatu hingga topi dan per-lengkapan sekolah lainnya. “Sekarang ini setiap tahunnya dise-diakan kurang lebih empat ribu pakaian, sepatu, topi dan lain-nya,” tuturnya. (nas)

100

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Al Quran Filter Kemajuan IptekWisuda dan Pelepasan TPA Al Amin

Tantangan yang semakin berat dan kemajuan ilmu penge-tahuan dan teknologi (iptek) yang kian berkembang harus diha-dapi dengan bekal ilmu yang cukup pula. Hal ini diungkapkan Wa-likota Pontianak, Sutarmidji pada acara wisuda dan pelepasan santriwan/santriwati Angkatan XVII unit 04 Taman Pendidikan Al Quran (TPA) Al Amin, Sabtu (3/10) di Auditorium Universitas Pan-ca Bhakti. “Dengan banyaknya anak yang mampu dan bisa mem-baca Al Quran, mudah-mudahan menjadikan generasi muda kita lebih baik. Tantangan ke depannya itu semakin berat sehingga anak-anak kita harus dibekali dengan fi lter yang baik guna bisa menyaring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.Sutarmidji menjelaskan, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berguna dan bermanfaat apabila didukung dengan pemahaman agama yang dianut masing-masing sebagai fi lter dalam penera-pan iptek. Untuk bisa mempelajari dan memahami agama yang dianut terutama Islam, kunci utamanya adalah bisa baca tulis huruf Al Quran. “Makanya bapak-bapak dan ibu-ibu yang mem-punyai anak khususnya beragama Islam, sejak dini kenalkan mereka dengan Al Quran, daftarkan mereka di TPA-TPA supaya mereka bisa baca tulis Al Quran,” katanya.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

101

Sementara itu, Kepala Unit 04 TPA Al Amin, Sukamdi mengatakan, TPA Al Amin ini sudah berjalan kurang lebih ham-pir 20 tahun lamanya. “Kita kalkulasikan setiap tahun TPA ini menelurkan kurang lebih 50 santriwan/santriwati, berarti TPA Al Amin ini sudah kurang lebih 800 generasi muda yang su-dah disiapkan dan dibekali ilmu baca tulis Al Quran,” jelasnya.Bahkan, untuk kemajuan dan meningkatkan kualitas TPA Al Amin, lanjutnya, pihaknya telah mengirim 10 tenaga pendidik untuk stu-di banding dan mengikuti pendidikan dan latihan di Yogyakarta.Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ) adalah unit pendidikan non-formal jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai materi utamanya, dan diseleng-gararakan dalam suasana yang indah, bersih, rapi, nyaman dan menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan fi losofi s dari kata TAMAN yang dipergunakan. TPA/TPQ bertujuan menyiap-kan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan ke-cintaan yang mendalam terhadap al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. (jim)

102

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Bangkitkan Kesenian HadrahFestival Hadrah se Kota Pontianak

Seni hadrah (rodat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring den-gan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersum-ber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. Seni hadrah yang diiringi dengan rebana dan gerakan tarian dari beberapa orang sudah jarang ditemui di tengah kota. Untuk membangkitkan dan melestarikan kesenian hadrah ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak menggelar Festival Hadrah yang digelar selama dua hari mulai tanggal 30 – 31 Oktober 2012 di Keraton Kadriah.

Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah Kota Pontianak, Syarif Ismail mengatakan, festival hadrah ini digelar masih dalam rangkaian memeriahkan Hari Jadi Kota Pontianak ke 241. “Diharapkan melalui Festival Hadrah ini bisa dijadikan seb-agai sarana dalam upaya menggali, melestarikan serta mengem-bangkan kesenian di Kota Pontianak, khususnya kesenian yang berakar dari seni budaya masyarakat Islam ini,” ujarnya saat me-nutup Festival Hadrah di Keraton Kadriah, Rabu (31/10) malam.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

103

Kepala Disbudpar Kota Pontianak, Hilfi ra Hamid menuturkan, masyarakat sangat antusias mengikuti dan menyaksikan Festival Hadrah ini karena festival seperti ini sudah sangat jarang digelar.

“Untuk itulah kita berupaya membangkitkan kembali kese-nian yang sudah mengakar di masyarakat seperti festival hadrah ini,” katanya.

Festival Hadrah ini diikuti oleh 11 kelompok yang masing-masing menampilkan kebolehannya dalam memainkan hadrah serta menari mengikuti irama rebana, memukau penonton yang menyaksikannya. Adapun pemenang Festival Hadrah se Kota Pontianak, juara pertama diraih Perkumpulan Seni Hadrah Ara-fah A dari Kelurahan Dalam Bugis, juara kedua kelompok Hara-pan Bersama dari Desa Kapur dan juar ketiga PH A Almuthatahi-rin dari Beting Permai. (jim)

Wujudkan Pembauran di Kota PontianakDiskusi Pembauran Kebangsaan

Keheterogenan masyarakat Kota Pontianak dilihat dari komposisinya yang terdiri dari berbagai etnis dan agama, dini-lai Walikota Pontianak, Sutarmidji perlu sering dilakukan per-temuan-pertemuan dan dialog agar berbagai permasalahan di masyarakat bisa diselesaikan dengan bijak. “Selain itu silatur-rahmi antar tokoh juga perlu dipererat, sekat-sekat primordial-isme supaya bisa terbuka agar kita bisa menciptakan suatu kebersamaan,” ujar Sutarmidji saat membuka secara resmi diskusi pembauran kebangsaan dengan tema “Sinergi Kompo-nen Bangsa dalam Mewujudkan Pembauran di Kota Pontianak” yang digelar Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) bekerja sama dengan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Pontianak, Rabu (31/10) di ruang rapat Kantor Walikota.Menurut Sutarmidji, Pemkot berupaya menciptakan ruang-ruang di mana masyarakat bisa bersosialisasi dan berbaur satu sama lainnya tanpa melihat perbedaan. “Makanya taman-taman kita tata sebaik dan sebagus mungkin, ruang pertemuan-pertemuan pemuda kita ciptakan, sehingga rasa pembauran itu bisa sema-

104

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

kin hari semakin baik,” katanya.Menyikapi berbagai pertikaian dan bentrokan yang akhir-

akhir ini kerap terjadi di beberapa daerah, diharapkannya tidak terjadi di Kota Pontianak. “Untuk itu agar kejadian serupa tidak terjadi di sini, kita perlu melakukan antisipasi salah satunya den-gan digelarnya diskusi ini,” ujar Sutarmidji.

Dia mengapresiasi seluruh forum untuk pembauran, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan lainnya yang telah bersinergi untuk menciptakan situasi keamanan yang kondusif di Kota Pontianak. Terkait menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun depan, ia meminta seluruh tokoh untuk bisa men-jadi penyejuk dalam pesta demokrasi tersebut. “Saya berharap pilkada mendatang berjalan dengan aman dan tertib,” terangnya.Tak hanya itu, dialog antar pemuda juga perlu digelar sebagai salah satu upaya dalam menciptakan pembauran di Kota Ponti-anak.

Sementara itu, Kepala Kantor Kesbangpol Kota Pontianak, Indra Yuana, menjelaskan, kegiatan diskusi ini digelar sebagai wadah untuk menampung pola pikir, pola tingkah maupun adat istiadat untuk dapat dicarikan jalan pemikiran dalam pola mengisi atau mengoreksi atas konfl ik yang terjadi. “Tujuannya untuk mem-berikan masukan atau informasi terhadap tindakan destruktif yang dilakukan oleh pihak tertentu dan untuk menjaring adanya perbe-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

105

daan kepentingan yang dapat menimbulkan potensi konfl ik, untuk selanjutnya dapat dipecahkan secara kekeluargaan,” paparnya.Indra menambahkan, pertemuan dan diskusi ini diharapkan ter-jalin silaturrahmi sesama komunitas masyarakat di Kota Ponti-anak sehingga dapat dieliminir terjadinya konfl ik di masyarakat. “Baik itu secara horizontal maupun secara vertikal,” imbuhnya.Peserta diskusi ini sebanyak 80 orang yang terdiri dari anggota Komisi A DPRD Kota Pontianak, tokoh FPK, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh etnis dan perguruan-perguruan tinggi serta pengurus ormas, LSM, keagamaan, etnis di seluruh kecamatan se Kota Pontianak. (jim)

Walikota Temui Konsul MalaysiaLayangkan Surat Perjuangkan Nasib Frans dan Dharry

Walikota Pontianak, Sutarmidji didampingi Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Syaiful Rahman, Senin (29/10) pagi menemui Konsul Malaysia, Khairul Nazran Abdurahman di Kan-tor Konsulat Malaysia. Pertemuan ini untuk membahas persoa-lan dua orang TKI warga Kota Pontianak, Frans Hiu (22) dan Dharry Frully Hiu (20) yang terancam hukuman mati oleh pen-gadilan Malaysia. Selain itu, selaku kepala daerah ia juga me-nyampaikan surat yang intinya supaya kedua TKI itu mendapat-kan keadilan yang seadil-adilnya sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. “Surat ini tidak ada salahnya kita sampaikan kepa-da mereka sebagai bentuk keprihatinan warga Pontianak,” ujar Sutarmidji usai melakukan pertemuan dengan Konsul Malaysia.Menurutnya, kasus ini proses yang dilalui masih sangat panjang. Alur proses peradilan yang dilalui, masih ada lagi proses melalui Mahkamah Rayuan untuk tingkat banding. Setelah putusan Mah-kamah Rayuan, masih ada tingkat Mahkamah Persekutuan atau di Indonesia disebut juga sebagai kasasi. ‘Nah, putusan Mah-kamah Persekutuan nanti, masih ada lagi pemberian grasi atau pengampunan dari sultan atau raja. Karena kasusnya di negeri Selangor maka kalau minta pengampunan pun setelah putusan Mahkamah Persekutuan itu kepada Raja Selangor,” paparnya.

106

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Dikatakan Sutarmidji, sebagaimana dijelaskan Konsul Malaysia, melihat kasus ini prosesnya masih sangat panjang. “Menurut Konsul, paling cepat itu 19 bulan. Bahkan ada kasus yang baru diputus oleh Mahkamah Persekutuan hingga tujuh ta-hun lamanya,” ungkapnya.

Sutarmidji optimis,dengan melihat struktur kasus terse-but diyakininya kedua TKI itu bisa lepas dari hukuman gantung. Semuanya tergantung bagaimana upaya pemerintah pusat dan Kementerian Luar Negeri RI menyiapkan pengacara yang handal untuk mengungkap dan membuktikan kejadian yang se-benarnya. “Karena hubungan baik antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Malaysia, saya yakin ada titik cerah untuk yang bersangkutan terbebas dari hukuman gantung,” ucapnya.Ia berharap, ke depannya jangan sampai terjadi lagi kasus sep-erti ini karena menurutnya kasus yang menimpa dua TKI tersebut merupakan kasus yang cukup lama, tahun 2010 lalu, dan harus-nya sudah ditangani sejak awal terjadinya kasus itu. “Ketika awal kasus itu terjadi, harusnya sudah ada pendampingan,” terangnya.Kendati kedua TKI tersebut diputus bebas oleh tingkat Mahka-mah Rendah namun di tingkat Mahkamah Rayuan, mereka dida-kwa dengan pasal 302 yakni ancaman hukuman gantung hingga mati tanpa jaminan. “Lain halnya kalau mereka didakwa dengan pasal 304, ancamannya sama namun jika dengan jaminan mer-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

107

eka masih mungkin lepas dari ancaman itu,” jelas Sutarmidji.Kasus yang mendapat sorotan ini, diharapkannya bisa dipahami oleh semua pihak karena peradilan di Malaysia juga mesti di-hormati. “Biarkan kasus ini tetap melalui prosedur hukum karena prosedur hukum itu tidak bisa diputus. Kalau pun ada surat dari Presiden, tetap juga setelah putusan dari Mahkamah Perseku-tuan,” imbuhnya.

Sutarmidji berpesan kepada masyarakat Pontianak khususnya, supaya jangan memperkeruh kasus ini dengan melakukan tindakan-tindakan di luar batas semisal sweep-ing. “Justru itu akan membuat upaya kita untuk membebas-kan yang bersangkutan lebih sulit. Percayakan pada Pemer-intah Indonesia, semuanya pasti akan ditangani. Tidak ada negara yang akan membiarkan rakyatnya mendapatkan huku-man mati atau perlakuan apapun di luar negaranya,” katanya.Pemerintah Kota Pontianak juga akan memfasilitasi apabila pihak keluarga atau orang tua yang bersangkutan ingin men-jenguk anak-anaknya di Malaysia. “Tapi untuk bisa menjenguk ke sana pun harus lewat Kedutaan Besar Republik Indone-sia (KBRI) dan nanti akan didampingi pihak KBRI,” tukasnya.Dua TKI asal Pontianak, Frans Hiu dan Dharry Hiu divonis huku-man gantung sampai mati oleh Mahkamah Tinggi Shah Alam, Selangor atas dakwaan membunuh Kharti Raja, warga Negara Malaysia pada 3 Desember 2010. (jim)

IT Pegang Peranan PentingWalikota Resmikan Pameran Komputer Ponti Comtech

Efi siensi waktu dan kecepatan informasi dengan meman-faatkan kemajuan teknologi informasi (IT) tidak bisa dipungkiri lagi. Hal ini diakui Walikota Pontianak, Sutarmidji saat mem-buka secara resmi pameran komputer Ponti Comtech yang di-gelar Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Kalimantan Barat, Minggu (28/10) malam di Gedung Pontianak Convention Centre (PCC). Pameran Ponti Comtech ini dige-

108

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

lar masih dalam rangkaian semarak Hari Jadi Kota Pontianak ke 241, mulai tanggal 28 Oktober hingga 2 November 2012.“IT itu memegang peranan penting dalam berbagai aspek, tidak bisa tidak,” ujar Sutarmidji. Pemanfaatan IT juga telah meram-bah dalam roda pemerintahan, bahkan Sutarmidji berencana memanfaatkan IT dengan memasang CCTV di sekolah-sekolah negeri se Kota Pontianak sehingga ia bisa mengakses dan me-monitor berlangsungnya proses belajar mengajar di sekolah-sekolah tersebut. “Jadi jangan sampai pada jam kegiatan belajar-mengajar ada ruang kelas yang kosong. Sekarang dari Dinas Pendidikan Kota Pontianak sudah bisa dipantau sekolah-sekolah tersebut. Nanti akan dipasang juga di ruang kerja saya,” jelasnya.

Penggunaan IT dalam kegiatan pemerintahan menurutnya sangat efi sien dan cukup menghemat waktu. Sebut saja, jika ia in-gin menggelar rapat mendadak, untuk mengundang para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tidak perlu lagi dengan undangan tetapi ia cukup mengirimkan pesan singkat atau short message service (sms). “Saya kalau mau rapat dengan kepala-kepala SKPD tidak ada dijadwalkan. Kalau saya punya waktu, rapat untuk membahas hal penting tinggal kita panggil saja me-lalui handphone,” kata Sutarmidji.

Selain itu, Pemkot juga akan menerapkan audit elektronik

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

109

atau e-audit dalam pengelolaan keuangan daerah. e-audit ini merupakan audit keuangan berbasis elektronik yang dilakukan dengan sistem komputerisasi sehingga lebih efi sien dan efektif ketimbang audit manual.

Dalam kesempatan itu juga, Sutarmidji meminta Apkomin-do selalu memberikan informasi terkait perkembangan-perkem-bangan IT dalam pameran Ponti Comtech ini kepada masyarakat.Sementara itu, Ketua Apkomindo Kalbar, Lindryan Sunardi men-gatakan, pameran Ponti Comtech yang digelar saat ini istimewa karena digelar dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Pontianak ke 241. “Tahun depan kita harapkan pameran ini bisa digelar secara bersamaan dengan peringatan Hari Jadi Kota Pontianak,” ucapnya.Ia menjelaskan, pameran Ponti Comtech ini digelar selama enam hari dan diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari para pengusaha komputer dan sejenisnya. “Kita harapkan kegiatan ini menjadi sesuatu momen tersendiri ,” pungkasnya. (jim)

Ziarah Makam Batu Layang Kenang Jasa Sultan

Berdirinya Kota Pontianak tak terlepas dari jasa-jasa seorang Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadri beserta seluruh sultan yang pernah memerintah Kota Pontianak. Untuk mengenang jasa para pendiri Kota Pontianak, Walikota Pontianak, Sutarmidji beserta jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak berziarah ke Makam Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara. “Karena jasa-jasa be-liau-beliaulah kota kita ini bisa terbangun seperti sekarang ini. Tradisi ini akan tetap dijaga supaya kita tidak kehilangan landasan tempat berpijak,” ujar Sutarmidji usai berziarah, Senin (22/10).Menurutnya, Kota Pontianak sejak dahulu sudah dihuni oleh be-ragam komunitas yang hidup di Kota Pontianak, kendati demiki-an sepanjang masyarakat Kota Pontianak bisa hidup bertoleransi dan saling menghargai diyakininya kota ini akan semakin maju dan berkembang ke depannya. “Yang penting kita sama-sama menjaga keamanan dan ketertiban Kota Pontianak,” katanya.Sutarmidji menjelaskan, Makam Batu Layang sebagai salah satu tempat tujuan wisata di Kota Pontianak ini akan segera diper-

110

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

baiki oleh Pemkot Pontianak. Untuk kelancaran pembangunan makam ini, ia meminta dukungan dari ahli waris beserta ma-syarakat di sekitar Makam Batu Layang agar tidak ada hambatan apapun ketika Pemkot melakukan pembangunan dan perbaikan makam. “Kita berharap ketika Pemkot melakukan pembangunan Makam Batu Layang, tidak ada hambatan apapun lagi,” tegasnya.Ziarah juga dihadiri Kapolresta Pontianak, Kombes Pol Mu-harrom Riyadi, Komandan Kodim 1207/Pontianak, Letkol Inf Drajad Brima Yoga, Sekretaris Daerah Kota Pontianak, M Akip, anggota DPRD Kota Pontianak, kepala SKPD Pemkot Pontianak, tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Sutar-midji beserta yang hadir melakukan tabur bunga di makam Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadri beserta kerabatnya.Selain itu, Walikota juga menyerahkan bantuan kepada pengurus makam dan memberikan sedekah kepada para fakir miskin yang ada di sekitar Makam Batu Layang (nas)

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

111

Bagian Keempat: Kata Mereka

112

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

113

Prof Ir H Abdul Hamid, M.EngAkademisi

Bukan Mimpi

Saya mulai kuliah pada tahun 1968. Pada tahun 1976 pada saat Sutarmidji masih kecil saya sudah ke-ITB dan pada tahun 1979 selesai pendidikan di Bangkok.

Kemudian pada era 1980-an sudah aktif menulis di media massa. Mungkin secara akademisi ini menjadi motivasi pula buat sepupu saya Sutarmidji. Ia rajin belajar sampai S2 di UI. Dia maju karena motivasi. Ulet dan tahan uji.

Keberhasilan kepemimpinan Walikota Sutarmidji ditopang iklim demokrasi yang mengedepankan transpar-ansi. Hal ini merupakan buah dari reformasi. Transparansi sangat nyata.

Sebagai anak yang tumbuh di dekat Kantor Walikota, yakni Kelurahan Mariana dia beruntung. Sudah menguasai

114

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

medan. Misalnya Pelabuhan. Di sana banyak sekali pelaja-ran. Misalnya tanksi militer. Pasar. Padang ball. Katedral.

Di sana keuntungan Midji. Banyak yang bisa dilihat dan didengarnya. Oleh karena itu apa yang dilihat dan didengar itu diproses dengan formula yang tepat. Jadilah jalanan membaik, drainase lancar. Pasar bagus. Sekolah tertata.

Upaya untuk implementasi terbaik memang butuh waktu yang panjang. Saya lihat program-program Sutar-midji sudah on the track. Berada di atas jalan yang benar.

benar benar komitmennya ditegakkan. Tinggal dilan-jutkan dengan komitmen yang tinggi.

Banyak kasus karena hukum. Beliau orang hukum. Banyak aspek hukum dikuasai. Beda dengan walikota-wa-likota sebelumnya. Ia juga dosen, terbiasa berpikir akade-mis yang analisis.

Upaya perbaikan dan pembangunan yang dilakukan Sutarmidji sudah nampak. Sebagai putra daerah Kota Pon-tianak dia menampilkan yang terbaik dari dirinya.

Ia cukup tahu masalah-masalah yang muncul di Pon-tianak.

Pontianak akan terus berkembang menjadi lebih baik dengan cirinya perdagangan dan jasa. Kedua, multietnis. Ketiga, lokasi strategis. Bisa dijangkau darat, laut, dan uda-ra. Sungai Kapuas itu mendunia. Begitupula khatulistiwa. Sekarang bagaimana bisa menduniakan Pontianak sehing-ga layak jual. Investor masuk berkolaborasi dengan warga Kota Pontianak.

Solusi atas semakin sempitnya lahan di kota adalah dengan bangunan seperti rumah susun. Ya apartemen itu mau tidak mau akan terjadi di Kota Pontianak. Transpor-tasinya yang massal. Contohnya monorel. MRT. Kereta api yang mengoneksikan Kalimantan dan pan Borneo. Melibatkan Kuching-Sarawak-Malaysia dan Brunei Darus-salam. Begitupula ke Kaltim, Kalteng, Kalsel.

Hal itu bukan hal mustahil. Walaupun kondisi ta-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

115

nahnya banyak yang gambut, tapi bisa dibangunkan jem-batan. Tinggal masalahnya duit. Teknologi sudah me-mungkinkan sebagai jawaban.

Arah pendidikan yang ditunjukkan Sutarmidji sudah benar. Melibatkan information and technology (IT). Kepedu-liannya bagus. Gedung sekolahnya luar biasa. Gedung SD saja jika dibandingkan dengan Jawa justru lebih baik. Ter-tata. Boleh dikatakan SD kumuh tidak ada lagi. Tinggal meningkatkan kebersihan sekolahnya. Tentu juga tergan-tung Kepala Sekolahnya.

Kesehatan sudah baik. Masalahnya sampah. Sam-pah adalah salah satu agen penyakit. Harus dipikir-kan bagaimana memanfaatkan sampah menjadi rupiah. Solusinya adalah dimulai dengan pemisahan antara sam-pah basah dan kering—organik dan plastik.

Tiru jiran Malaysia, Singapore, Australia. Inti uta-manya, law enforcement. Tanpa itu tak akan jalan.

Midji orang hukum. Ini kesempatan membenahi kota dengan penegakan hukum. Mungkin Pontianak akan men-jadi lebih baik lagi jika dia diberikan kepercayaan dengan waktu yang lebih dari sekarang.

Singapore itu bagus karena disiplin akan norma hukum. Aussi juga demikian. Banyak aturan tanpa penegakan maka akan percuma juga. Istilahnya reward and punishment berlaku. Reward and punishment, intinya penegakan hukum. Siapap-un walikotanya harus punya komitmen. Midji sangat tahu itu. Contoh kasus Pasar Flamboyan. Apapun kata orang, dia tenang saja. Dia tahu hukum.

Kita tidak eranya mengimbau. Intinya masyarakat kita mesti taat hukum jika ingin daerahnya maju. Buktin-ya jelas. Kok begitu warga kita ke Kuching, begitu masuk tapal batas langsung patuh dan disiplin pada aturan. Be-rarti pemerintah kita juga harus komit dengan penegakan hukum. Melintang patah, membujur lalu.

116

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Drs HM AkipSekda Kota Pontianak

Motivasi Berprestasi

Saya alhamdulillah jadi PNS sudah 32 tahun. Saya men-galami 4 bupati, 1 walikota. Maaf beribu maaf. Am-pun beribu ampun. Bukan banding-bukan nyand-

ingkan. Bukan pula karena saya diangkat menjadi sekda. Walikota

Sutarmidji punya kelebihan ekstra. Karakternya. Sep-erti beliaulah harusnya seorang pemimpin itu. Tegas. Lu-gas. To the point. Blak blakan. Apa adanya. Ingatannya luar biasa.

Kalau dia melihat ada yang salah langsung ditegur. Di forum apapun. Siapapun! Bagi kita PNS yang mau maju

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

117

itulah kepemimpinan yang bagus. Sekecil apapun kesala-han itu ya ditegurkan, bukannya dibiarkan. Sebab sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Awalnya sedikit karat, lalu kalau sudah karatan menjadi sangat repot untuk membersihkan. Kadang kita ewuh pakewuh. Sungkan.

Bersyukur kami sebagai staf punya pemimpin. Begi-tu juga warga. Beruntung punya Walikota Sutarmidji. Dia berani menegakkan yang benar sehingga ada ketenangan kami dalam bekerja.

Background pendidikan hukumnya ya iya. Tapi pen-galaman saya sebagai PNS bahwa latar belakang hukum saja tidak cukup. Sebab banyak juga sarjana hukum, ma-gister hukum, bahkan profesor hukum masuk bui. Mengi-nap di hotel prodeo. Jadi, tergantung kepada sikap yang bersangkutan juga. Sikap yang mengajarkan kepada kita jangan sekali-kali melakukan kesalahan-kesalahan. Jangan lakukan penyimpangan sekecil apapun juga. Indikasi ke-berhasilannya dengan penghargaan pemerintah pusa. Art-inya beliau sangat serius mengelola Kota Pontianak men-jadi yang terbaik.

Harmonisasi Kota Pontianak adalah bagian dari takdir Tuhan YMK. Walikota Sutarmidji ditakdirkan jadi dosen terlebih dahulu, lalu menjadi anggota dewan. Se-cara politik di Ketua PPP, berpengalaman menjadi Wakil Walikota sehingga lebih punya persiapan. Sehingga beliau bisa menggabungkan seni dalam kepemimpinan. Kombi-nasi antara dunia pendidikan, politik, birokrat. Juga beliau dilatari dosen biasa membuat Perda, menghadapi masalah hukum. Di situ dia sangat besar kepiawaiannya. Sehingga untuk mengajak, membina PNS yang konotasinya susah menjadi tidak susah.

Penghargaan demi penghargaan yang dicapai dida-huluinya dengan kalimah Alhamdulillah. Kesemua itu datangnya dari Allah. Sebab manusia itu sesungguhnya lemah. Kecuali atas restu Allah di mana terjadi kerja antar-staf. Kalau dia mau mengerjakan sendiri tanpa ditunjang

118

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

staf maka tak akan mungkin prestasi bisa diraih. Kita bu-tuh kerjasama tim di dalam pemerintahan.

Beliau ada ketulusan. Niatnya bener membangun Kota Pontianak. Saya sebagai staf melihatnya tidak ada hari libur. Sabtu-Minggu pasti ke lapangan.

Minggu terakhir kami keliling di Pontianak Utara. Saya dan Kadis PU mendampingi keliling. Beliau melihat apa? Sabtu melihat semua booster di Pontianak Timur dan Utara. Jadi beliau di hari libur itu tidak berleha-leha. Ter-masuk malam hari. Kami sering jalan. Di sepanjang jalan itu kami bicarakan semua aspek. Misalnya jalan kenapa be-gitu dan begini? Selokan kenapa macet? Bagaimana mem-buatnya menjadi lancar? Jalan berlubang bagaimana men-gatasinya?

Ketika Ketua KPK Abraham Samad mau datang ke Kota Pontianak, halaman PCC banjir. Sampai jam 1 subuh kami bongkar. Walikota turun tangan langsung.

Saluran lama sumbat. Saluran baru belum berfungsi. Semua kami turun kerjasama. Di sini saya melihat Pak Wali tidak seperti pemimpin biasa. Tinggal tunjuk. Kasih ara-han, lalu ah sudahlah. Jadi seperti itu tindakan beliau.

Semua bisa dikomunikasikan. Termasuk rehabili-tasi Mesjid Raya Mujahidin yang kini dalam pembangu-nan. Seminggu sekali kami datang ke Mujahidin. Walikota adalah ketua harian di sana.

Ingatan Pak Wali kuat sekali. Kesannya saja yang cuek. Acuh. Seolah tak peduli. Buktinya saat bertemu dengan be-liau, bercakap-cakap, menjadi sangat hidup. Ternyata ko-munikasi dengan beliau menjadi akrab sebab ingatan yang kuat. Begitu pula dengan laporan staf dia ingat. Ada acara di PCC bla bla bla dia kisahkan.

Nama lurah jika kita hapal 70 persen, dia hapal. Jan-gankan lurah, RT saja dia hapal. Dengan segala problema-tik di RT itu. Kenapa RT itu jalannya begini-begitu dsb. Be-gitupula dengan pegawai.

Saya dengan Kepala BKD sering dipanggil. Beliau

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

119

bertanya kenapa oknum PNS ini begini dan begitu. Dia banyak tahu.

Dalam sikon republik, negara seperti sekarang, bi-rokrat bekerja ekstra hati-hati. Pak Wali ingatkan kita. Bu-kan ingat ke belakang, tapi jangan sampai kita ada masalah hukum di belakang hari. Bagi yang ingin bekerja tenang, tidur nyenyak, saat inilah memulainya.

Saya sebagai sekda dan pribadi, mari kita dukung ke-majuan Pontianak. Visi-misi beliau sangat baik. Bagus. Soal “tukang marah” resiko staf. Ambil intisarinya. Pemimpin yang tak pandai marah bukan pemimpin.

Mimpi beliau? Banyak. Banyak hal-hal ingin beliau tindaklanjuti. Jalan. Rumah kumuh. Bagaimana caranya kota tidak tertinggal. Penghargaan pun masuk murni. Saya sebagai sekda tahu. Tak ada yang bayar. Problem kota pun bergeser dari yang pokok kepada yang sekunder. Kita su-dah rencanakan jalan layang.

Hari Minggu ketika berjalan ke utara, banyak tanah masih kosong. Bagaimana pembangunan arahnya ke utara? Kita bangun sarana-prasarana. Selanjutnya kembali pada masyarakat utara dan timur. Buka keterbukaan selebar-lebarnya, seluas-luasnya. Jaga keamanan dan ketertiban. Bukannya bahwa daerah sana tidak aman dan tertib. Tapi buat bagaimana orang tertarik investasi.

Rumah kumuh diberantas untuk meningkatkan ke-sejahteraan. Rumah susun pun dibangun. Bisa dinikmati masyarakat miskin. Indikator kemiskinan terlewatkan den-gan fasilitas umum.

Motivasi Sutarmidji sangat tinggi. Kami dimotivasi dalam apel pagi. Malam dikumpulkan lagi di rumah ja-batan. Isinya motivasi. Koordinasi. Hasilnya prestasi demi prestasi.

120

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Drs MulyadiKadis Pendidikan Kota Pontianak

“Orang Bise Ngape Kite Ndak”

Pak Sutarmidji, dia memang tegas orangnya. Dia rajin membaca. Sewaktu sama-sama menempuh kuliah di Universitas Tanjungpura, dia tekun membaca. Sehari

beberapa buku selesai. Tuntas. Yang bersangkutan punya kiat tersendiri dalam membaca.

Saya rajin mendengar. Dia rajin membaca dan men-dengar. Cepat tanggap dengan persoalan-persoalan.

Kami sejak kecil sama-sama cari uang dengan jualan koran. Dia antar koran pagi hari. Saya sepulang sekolah ambil uangnya dari pelanggan. Kalau ada hutang dlsb dia

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

121

sangat marah sebab dia orangnya tegas. Kami dua adik beradik sasaran pelanggannya ya

Kantor Walikota, pelabuhan, Bioskop Abadi.Khatulistiwa. Bahkan kami jualan koran sampai malam hari. Kerja keras sebab sekolah tidak ada yang gratis di masa itu.

Selain dari itu prinsip Sutarmidji jelas. Sesuatu begini harus begitu. Beliau bisa menerima pendapat asal rasional dan masuk akal. Bukan dia tak bisa terima pendapat. Asal jelas saja. Bisa dipertanggungjawabkan. Bukan berarti dia egois. Jika pendapat kita benar maka diterimanya.

Jika Sutarmidji tamat SMA Santo Paulus, maka saya tamat SPG tahun 1982. Sempat ke daerah Sanjan-Mbras, Kabupaten Sanggau untuk mengajar. Kemudian saya mun-dur karena kuliah melalui test SMPTN tahun 1983. Saya kuliah di FKIP Untan jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan.

Saya dengan Pak Wali di masa kuliah itu intip-inti-pan nilai. Antara FH-FKIP. Hasilnya sama-sama dapat bea-siswa prestasi akademik. Dia di FH aktif di BPM. Saya di BKMI. Saya sebagai Ketua BKMI menggantikan Wasi’an dari Fakultas Pertanian. Kini Wasi’an sudah doktor, alumni Inggris dan aktif sebagai ulama di Kota Pontianak melalui Mesjid Raya Mujahidin.

Saya mahasiswa teladan, Sutarmidji lulus tercepat. Nilainya juga bagus. Sehabis itu dia menjadi dosen. Kemu-dian lulus S2. Katanya dapat beasiswa ke USU Medan, na-mun setelah dicek ternyata tembus ke UI.

Saya aktif sebagai remaja mesjid Almanar. Aktivitas ini bersama Sutarmidji. Berbekal rasa cinta kepada mesjid, di saat bekerja ini kami gelar program Smiling. Akronim dari sembahyang ke mesjid keliling. Smiling juga berarti senyum. Ini berarti bekerja dan beribadah dengan hati senang. Jiwa lapang. Tanpa beban. Bahkan senang.

Beliau lambat nikah karena langsung S2. Saya sendiri selesai kuliah langsung honorer sana-sini. Setelah merasa cukup mampu berumah-tangga, maka saya pikir menikah.

122

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Pak Wali menyusul kami adik-adiknya menikah den-gan caranya sendirilah. Pak wali jatuh cinta kepada remaja bernama Lismaryani. Dan satu itulah pasangannya seiya-sekata, senasib-sepenanggungan. Membina keluarga baha-gia. Sakinah. Mawaddah. Warahmah.

Anak pertamanya Dita sudah berkuliah di Untan sep-erti ayahnya dahulu. Kedua Ayu, duduk di SMAN 3—kelas cerdas istimewa. Sama dengan anak saya. Mereka senang seni. Putra ketiganya Bayu. Kini masih berada di pendidi-kan SD Mujahidin—seperti ibundanya Lismaryani dahulu SMA Mujahidin.

Kalau kita lihat beliau ini yang jelas berprinsip “orang bise ngape kite ndak.” Seperti Diknas ini pembentukan SDM. Memang kite merase, lalai sedikit saja langsung ditegur. Itu tak masalah. Bahan evaluasi kite. Kami jajaran Diknas merase enak.

Penting lagi pak Wali tidak asal terima laporan dan gosip. Cross check dulu. Gali dulu kebenarannya baru bisa ambil tindakan. Kan ada pemimpin yang dikasi ide lang-sung terima. Nah, dia kaji dulu.

Memang Pak Wali di dalam rapat dinas tak segan Ke-pala SKPD ditegur. Kasi tahu. Kita enjoy aja.

Ketika gedung terpadu ini jadi saya masih di luar Dik-nas. Saya dengar rencananya membangun kantor terpadu. Dia memang kuat hemat. Jadilah bangunan ini.

Sebelumnya lokasi ini hampir mau dijual. Dia pertah-ankan. Jadi terpadu antara Diknas, Capil, Tata Ruang, dan BP2T.

Perlu diingat Pak Wali tidak pernah arah-arahkan pe-kerjaan kepada kita atas kemauannya sendiri. Kita bertang-gung jawab sebagai Kepala SKPD sesuai program yang telah disusun berdasarkan Musrenbang. Bottom-up. Pesan beliau, jalankan seluruh pekerjaan sesuai aturan. Intervensi apa-pun tidak pernah. Saya tidak pernah diintervensi pindah-kan guru, mutasi ini-itu. Sepenuhnya kepada kepala SKPD.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

123

Saya dengar dari masyarakat banyak pujian daripada cer-caan, tentu sangat senang. Saya juga ada di masyarakat. Selama Pak Wali memimpin telah banyak kenangannya. Jalan-jalan. Gedung-gedung sekolah megah. Banyak ke-mudahan dirasakan masyarakat.

Anak tidak mampu disubsidi. Beasiswa SD sampai ke Perguruan Tinggi. Makin tahun anggarannya mening-kat. SMA-SMK Negeri dari SD tak ada pungutan. Dissu-port betul oleh APBD lantaran PAD naik terus. Ini bukti kepedulian kepala daerah kepada SDM sesuai dengan visi kota. Dia interest sekali kepada bidang pendidikan.

Saya mendengarkan komentar masyarakat lewat tat-ap muka langsung. Juga lewat acara interaktif di televisi. Antusiasme masyarakat tak terperi.

Sutarmidji terbuka. Dia terima SMS, disposisi ke di-nas, minta kita cross check. Kadang ada oknum PNS nakal. Dia mendorong PNS kerja lebih optimal.

Saya lihat begitu. Masyarakat pun senang. Be liau me-mang pintar membagi waktu kapan kerja dan istirahat. Si-laturahmi dengan keluarga tetap mendapatkan porsi. Mo-men-momen libur diisinya dengan silaturahmi keluarga. Juga beliau rajin hadiri resepsi perkawinan. Tidak pernah absen.

Beliau termasuk orang yang susah tidur awal. Susah bangun telat. Unik memang.

Pernah suatu hari hujan begitu lebat. Dia saya lihat turun langsung ke lapangan. Dia mengeruk saluran air yang mampet. Hebat.

Saya yang adik saja tak mampu. Jam 12 malam kalau belum tidur serasa bedenyut kepala. Die bise...

Smiling. Beliau keliling. Kalau Ramadhan sudah jelas. Safari Ramadhan. Rehab mesjid pun luar biasa di Kota Pontianak. Karena dari kecil dia aktif di mesjid.

Majalah bacaan beliau sedari kecil Tempo, Intisari, Selekta. Berbau bahan bacaan kelas berat. Serius. Dulu har-ganya murah seperti Majalah DR itu 185 rupiah. Intisari

124

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

pun murah. Walikota Barir, SH pun langganan. Kemudian berganti ke Walikota Hisni Halir. DPRD-nya pun begitu. Mulai politisi Nur Gelindong ayah dari Drs Dg Yakim Nur pendiri Boedi Oetomo di Pontianak.

Paling banyak langganan di Kantor Bea Cukai. Lang-ganan beliau Kepala Syahbandar. Biasa beli sampai 4-5 bu-tik. TTS merk Ekslusif bisa laku sampai 100 eksemplar.

Sutarmidji tidak merokok. Padahal ayah kami pero-kok berat. Dia selalu ambil yang positif, tinggalkan yang negative. Amar makruf. Nahi mungkar. Saya sendiri dulu merokok namun stop. Midji memang tidak. Dia konsisten.

Dia bukan tipe orang yang ambisius. Dia berharap sesuatu itu bisa menjadi bagus. Itu saja. Maka wajar peng-hargaan pun tidak mau yang palsu. Maunya murni.

Jika Jokowi memimpin Solo itu homogen, Sutar-midji memimpin Pontianak yang heterogen. Jika Jokowi baru memasuki Jakarta yang multietnis, Sutarmidji sudah memulai dini. PKL yang heterogen pun bisa diatasi dengan teknik negosiasi.

Pontianak itu ruet. Pontianak itu keras. Namun den-gan iman, ilmu, amal, semua menjadi bisa. Keras plus pendekatan sosiologis hasilnya nyata. Ilmu yang ada itu harus dipakai. Ada negosiasi. Negosiator. Akhernye budak Pontianak pon bise.

Dulu mau bebaskan lahan susah. Prinsip Pak Wali mane yang bise lok dibangon. Akhirnya yang lain bingung. Lalu ikut yang sudah baik.

Tanah Kota Pontianak menjadi tanah emas. Investor masuk bertubi-tubi. Sekarang bagaimana mengelola lahan sempit menjadi luas. Logikanya mau tak mau pembangu-nan gedung pun meninggi.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

125

Drs Herman Hofi Munawar, MBA, M.HumKetua Fraksi PPP DPRD Kota

Bukan One Man Show

Kita sangat salut pada beliau. Aktif di PPP di sela waktu manis sebagai PNS. S2-nya pun baru. Saat itu magister masih langka. Kans akademis beliau

sangat besar. Keberaniannya keluar dari PNS dan aktif di parpol era Orba yang tekanannya luar biasa—juga bukti dia pemimpin bukan pemimpin biasa. Ini bukan suatu hal yang mudah. Gampang. Sederhana. Perlu nyali besar.

Dengan nawaitu itu beliau berhenti dari PNS dan ma-suk ke PPP. Saat itu tidak ada kontrak politik. Begitu you

126

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

masuk di sini tak ada jaminan punya “kursi”. Dia berani. Modalnya berani. Namun karena nawaitu lurus, keberani-annya uji nyali berakhir mulus: dapat kursi. Namun waktu itu belum berakhir tekanan demi tekanan terkait masalah S2-nya seperti minta dikembalikan duit beasiswanya dan sebagainya. Ini peristiwa tidak resmi. Bagi kami di PPP ini melemahkan. Teror batin. Jika saja Sutarmidji lemah, dia bisa kembali ke kampus. Namun karena berani, dia menang. Karir politik pun naik.

Awalnya Sutarmidji bukan politisi. Dia akademisi. Tapi dia tipe manusia yang cepat belajar. Terbukti Buchary menggandeng beliau untuk posisi wakil. Buchary menilai dia bisa jadi mitra kerja yang baik dan cepat belajar. Mitra kerja yang cepat nalar.

Soal aktivitas di PPP duluan saya dari dia. Dia aktif di GMPI. Sekretaris GMPI Kota. Kemudian jadi pengurus PPP Kota.

Saat Muscab, Ketua (alm) Fauzi Arsyad, Sutarmidji menjadi Sekretaris DPC. Saat itu ikut pemilu dan terpilih sebagai anggota DPRD.

Menurut saya, pertama beliau itu ibarat kuliner bu-kan masakan siap saji. Tidak serta merta duduk dengan mudah di DPRD. Dia aktif di GMPI dulu. Banyak ditempa di situ. Baru masuk sebagai Sekretaris PPP. Dengan akade-misi plus organisasi mematangkan cara berpikirnya meli-hat politik itu seperti apa.

Di DPRD dia disegani eksekutif. Dia punya analisa tajam. Beliau tidak terlalu sulit meniti karir puncak kare-na proses belajar dengan mengikuti tahapan tahapan itu. PPP Pusat waktu dipimpin Buya Ismail Hasan Matareum. Ini tokoh politik gaek yang berlatar sarjana hukum. Kepe-mimpinannya yang sukses menjadi inspirasi bagi Sutarmi-dji.

Kedua, tokoh idola politik beliau Buya Ismail Hasan. Lalu Ustadz Fauzi Arsyad. Hal ini karena karakter is-tiqomahnya. Konsistensinya.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

127

Dulu seorang kyai atau ulama kerap ditekan. Bagi yang moderat, melembut. Namun yang konsisten, mela-wan. Sutarmidji mencoba mengawinkan lembut plus is-tiqomah. Tidak politik pekak lantak. Eksekutif pun terkesan dengannya.

Sutarmidji memimpin PPP dengan laju. Terbukti PPP bisa meraih 10 kursi di Kota Pontianak saat dia tangani praksis. PPP Pusat pun mau tarik dia duduk di pengurus partai ketika muktamar di Bandung. Namun dia konsisten. Tawaran dia tolak dengan halus. Katanya mau membina daerah. Mau fokus. Tak mau fokus itu buyar. Masih ban-yak PR yang harus dia selesaikan.

Ia tekankan betapa pentingnya SDM. Bagaimana SDM partai membaik. Ketika SDM bagus, semua persoa-lan, semua program, visi-misi bisa dikembangkan dengan baik.

SDM itu dua hal. Pertama sisi formal. Kedua, infor-mal dengan mengikutsertakan kepada kegiatan-kegiatan di mana secara tidak sengaja oleh kader bersangkutan bah-wa dia dibina SDM-nya.

Keseharian Sutarmidji mengurus partai dengan cara mendistrubiskan tugas. Tidak one man show. Bahwa aku-lah ketua. Termasuk saya sebagai wakil beliau. Selalu mendapatkan direction.

Salut dengan cara berpikir beliau, tidak menunjuk-kan diri sebagai pengurus partai. Kebanyakan orang ketika tampil sebagai pejabat, nampak ciri khas partainya. Dia tidak. Berteman dengan partai-partai lainnya. Ini bentuk pembelajaran kepada generasi muda. Walikota menjadi milik semua pihak. Bagus sekali.

Proyek? PPP tahu betul dia anti sekali. Betul betul sangat anti. Biaya partai didapat dari potongan 20 persen gaji anggota DPRD. Termasuk gaji beliau sendiri sebagai walikota. Itu saja yang kita kelola selama ini. Walau ada pengurus PPP yang kontraktor, tapi harus taat ikuti prose-dur dengan terbuka. Tidak ada memo memo khusus.

128

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Keuntungan walikota yang sukses bagi PPP ini men-jadi bahan sosialisasi. Bahwa ini loh PPP. Jika PPP dapat kepercayaan memimpin ternyata serius loh. Terbukti pem-bangunan terjadi di sana-sini. Semua sektor. Bukan bim salabim memang, tapi berproses. Proses yang dalam Islam disebut amanah. Amanah adalah ibadah yang paling berat.

Prestasi Sutarmidji luar biasa. Dalam 3 tahun PAD naik nyaris 400 persen. APBD dulu berkisar Rp 600 miliar, sekarang Rp 1,2 triliun. Sebuah prestasi gilang gemilang.

Antara belanja pembangunan dengan belanja rutin semakin tahun naik ke belanja modal atau pembangunan. Nampak betul keberpihakan dia kepada masyarakat. Bu-kan belanja rutin yang membengkak. Silpa menjadi cukup besar. Bukan berarti SKPD tak mampu menyerap dana sampai ludes, tapi karena ada geliat e siensi. Contoh per-jalanan dinas. Dana-dana tim dihapus. Menyakitkan me-mang bagi para pegawai, tapi membangun kota secara serius ya begitu. Toh dana yang die sensi itu dikembalikan dalam bentuk promosi jabatan, jenjang karir dan peningka-tan SDM serta pelayanan publik. Semua rakyat kebagian.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

129

Epilog

Suatu hari terjadi kemelut karena Walikota Sutarmidji mengeluarkan regulasi baru. Bahwa anak-anak luar kota hanya bisa ditampung 5 persen di sekolah-seko-

lah negeri Kota Pontianak. Eksesnya heboh. Terutama bagi kabupaten yang bertetangga dengan Kota Pontianak.

Dewan Pendidikan Provinsi ambil prakarsa menemui Walikota Sutarmidji untuk mediasi. Pintu kantor walikota pun terbuka lebar pertanda komitmennya kepada pendidi-kan sangat tinggi.

Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Kalbar, Prof Dr Hamid Darmadi, M.Pd menyampaikan maksud dan ke-datangan sebagai pengemban tugas mediasi. Tugas dalam rangka memajukan pendidikan di Kalbar. Harapannya Pemkot membuka keran lebih besar sebagai bentuk per-hatian yang lebih luas. Jangan melakukan diskriminasi ke-pada anak-anak Bumi Pertiwi. Lalu apa jawaban Pak Wali? Mencengangkan karena dia bukan pemimpin biasa.

Walikota Sutarmidji dengan bahasa Pontianak yang Melayu totok memulai, “Panjang ceritenye...” Begini seleng-kapnya ala bicara Sutarmidji.

130

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Kite waktu itu banyak sekolah yang kualitasnye jelek. Jum-lah siswa ade yang cume 9 orang. Tak negeri tak swasta. Kite tutop semue. Ngape? Ngerosak citera. Baek citera kelulosan dan laen sebagainye.

Kedua, komitmen daerah satu dengan daerah laennye san-gat rendah. Contoh sekolah kite ade 2 di eks Kecamatan Sungai Raye, gurunye 100 persen kite yang bayar, bahkan kite hibah-kan, lalu mereke ubah jadi terminal dan ruko?! Mane tak manas. Guru daerah kalok masok kota, sementare die belom 3 tahon, saye tolak. Kok bupatinye disposisi? Kota daerah teriak-teriak kurang guru malah ngirem guru pindah ke kote? Daerah kamek karene penataan guru-gurenye bisa hemat dana sampai 300 juta.

Latar belakang laennye sesuai UU No 32 tentang Otda. UU ini ngator tentang kepentingan masyarakat setempat. Sehingge tanggong jawab saye ye saye komet ke daerah saye. Bahwe un-tok pendidikan itu nomor 1 itu betol. Tapi saye maok alumni Ponti-anak bise kerje di kote, di Kalbar, di Indonesia. Itu output sekolah negeri. Untuk swasta tadak kite batasi.

Di kote ini banyak sekolah swasta yang kuat-kuat. Contoh adek saye di Bruder. Saye malah di Santo Paulus.

Kalok saye Bupati, saye buat dana 10 miliar untok 10 seko-lah. Kalau mau. Make Nipah Kuning 1400 siswa di sanak mured kite 200 jak. Kondisi sekolah di sanak tadak sehat. Kalau jajaran Pusat datang yang ditinjau lokasi itu. Yang kenak getahnye kite. Yang disalahkan kite, padahal kite tadak salah.

Kondisi kite di kote, dari output SDN untuk bise ditampong ke SMP hanye 50 persen. Jadi patotlah ade pembatasan kalok anak luar daerah maok masok ke sinek. Wajar ndak kalok seko-lah grates bersumber dana APBD ditumpahkan buat anak kote sendirik? Kan wajar!

SMK Pelayaran saye ajak mereke bangon. Sebenarnye bile perlu setiap kabupaten punye kelas-kelas sendiri di SMK Pelayaran ini sebab banyak daerah yang perlu perikanan dan pelayaran. Kite silehkan. Ayok. Kalok kite tekenak membiayai se-tiap anak 26 juta kite tadak mampulah...

SMK Desain Gravis dan Gambar Bangonan sekarang dib-utohkan. Saye itong-itong ade sediketnye 70.000 bangonan di kote ini tadak ade IMB-nye. Saye akan kasik sertifi kat menggam-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

131

bar same siswe kite. Tanpa biaya. Mereke bise kerje. Kabupaten perlu gak mbuat macam beginek ni, kerne IMB

jadi syarat bank. Bank bise ngucorkan kredit. Kredit buat usehe die-die gak.

Tujuan saye memotivasi daerah laen bah agar serios same bidang pendidikan. Contoh laen dana pendidikan begitu ade dari provinsi, aneh dana tuh bisa lari. Saye pon heran, ngape bise beginik? Kemane komitmen dananye? Saye memotivasi.

Jangan salah loh. Pontianak bukan selalu juare 1. Baru tahun ini jak Kote Pontianak tertinggi nilainye. Saye meli-hat anak SD juare, tapi SMP jeblok. Mestinye kan selaras. Saye mintak koreksi sistem ujian. Jangan prestasi itu semu. Persentase kelulusan Kota Pontianak bukan terbaek. Saye tak maok angke putos sekolah tu tinggi. Kote Pontianak di angka sangat rendah. Saye minta ke Camat atau Lurah jike saye temu-kan ade 5 orang anak putos sekolah, itu Lurah langsung saye ganti. Camatnye saye ganti. Ngape? Karene tak tahu kondisi di wilayah kerjenye.

Saye perhatikan betol kote ini. SD maok masok SMP tadak ade pungotan biayenye. Saye bilang, bagi yang terlambat, atau tak tertampong di SMP Negeri, tak ape masok SMP Koperasi. Dananye belakangan. Saye carekkan. Itu pon maseh ade yang lepas.

Kite kejar target 2014 MDG’s (Millenium Development Goal’s) target-target di Kote Pontianak udah selesai wajar 12 ta-hun. Saye sampai ekstrim bilang silahkan orang kabupaten pakai gedong sekolah kamek sore hari, silekan jak. Kamek tadak dis-kriminasi. Kan guru sertifi kasi bise mengajar 24 jam!

Kalok kamek ubah kuota, make yang rugi kamek. Bayang-kan setara 480 orang SMA. Subsidi siswa SMK itu bise sampai 1,5 juta. APBD kan rumosnye jumlah pendudok per luas wilayah baru dapat DAU.

Warning untuk Nipah Kuning 1400 pelajarnye numpang. 80 persen orang KKR. Tadak mahal bah buat sekolah. Contohnye ka-mek di Pontianak dapat membangon sekolah dengan menekan seluruh SPJ saye. Saye tekan. Begitu gak dengan SKPD. Saye tekan sehingge bise hemat 7 miliar.

Saye sendirik pade taon 2011 baru 6 kali ke Jakarta. APBD

132

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

jike dikelola dengan baek bise sejahtera rakyat, asalkan dikelola dengan baek. PAD Kote Pontianak pon naek dari 54 miliar jadi 100 miliar lebeh.

Jalan saye lebarkan. Dampaknye harge tanah pon naek. Itu BPHTB naek jadi 5 persen. Ruko di Purnama bise laku sampai 950 juta. Dari BPHTB kite bise dapat sampai 45 juta. Kamek tar-getkan seluruh kote bise dapat sampai 90 miliar.

Saye tinggal dorong pihak swasta mengelola. Termasoklah sektor pendidikan. Bile perlu pemerintah tuh mengelola di bawah 50 persen jak.

Di kote ade 30 persen Yayasan Pendidikan yang kuat. Rangk-ingnye cukop baek.

Saye tengok seluruh kabupaten kite SDM gurunye tadak kurang. Kote ade 4200 guru, ade lebeh 200. Kabupaten bise gunekan sistem “mobile teacher”.

Pontianak itu untongnye punye pendudok 630.000, jadi dana Rp 1,2 triliun untuk belanje langsong 51 persen. 49 belanje tak lang-song. Karene ade dana BOS dan insentif guru kite bise lebeh laju agik. Biaya besar bise kite alokasikan buat pendidikan, kesehatan. Saye mintak same Dewan Pendidikan bise mendorong pendidikan kite maju pesat. Masaklah ade Kadis di Kabupaten (tak osahlah sab-ot name) bilang ke saye wah anak saye tak bise masok sekolah di kote, saye bilang, kalok saye jadi atasan awak saye ganti. Ngape? Sebab die kurang menghargai pendidikan di daerahnye sendiri.

Anak saye sekolahnye merate di Pontianak. Karene saye yak-en kualitas sekolah di Pontianak merate. Ade yang sekolah di Marta dan Mujahidin. Semue sekolah kite mestinye berkualitas. Dampak kebijakan 5 persen bagos gak untok swasta.

Saye menantang daerah laen, kalok maok sekolah di Ponti-anak boleh alokasikan dana Rp 1,8 juta per tahon untok level SMP-SMA. Saye tinggal tanyak sekolah mane yang maok terima mereke? Siswanye kite yang drop. Kite bise alokasikan untok 1000 orang. Kite drop 1-2 kelas. Berarti Rp 1.8x70 anak make setiap sekolah bise same kualitasnye.

Guru kite bise bantu ke sekolah swasta. Agar dana mereke efektif, efi sien. Begitu rumos penyiasatan batasan 5 persen.

Saye ni bekutat pade kote agar sistem bise bejalan. Kite dalam per-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

133

encanaan perlu data yang konkret. Berape kebutohan sekolah. Kalok dikuota, saye bise tahu angke untok negeri dan swasta.

Setelah memberi kuota 5 persen kite hitong swasta agar tadak kurang untuk anak Kota Pontianak. Saye selalu diskusi dengan pa-kar pendidikan di FKIP dan STKIP.

Dolok saat saye di DPRD, itu SMK 3 maok dijual. Saya maok dikasi orang duet Rp 100 juta dengan catatan disuroh keluar sidang. Saye tak maok.

Saat saye Wakel Walikote, saye mintak dengan Pak Buchary bangon agik SMKN 3. Anehnye ade 9 guru kok tak setuju?

SMP 23 kite bangon. Dana membangonnye sekitar 20 miliar. Jike saye tadak miker pendidikan, saye pindah jak. Tapi saye kas-ehan dengan masyarakat. Jike saye maok cepat untong ye lokasinye saye jual. Tukar guling.

Pasar Kemuning di Kote Baru kite bangon. 4 sekolah di de-pannye jadi bagos. 1 atap dengan SMPN 2. Sekolah Wisuda kite pandah-pinjamkan lokasi di baru.

Dampak kebijakan kuota 5 persen, SMA Muhammadiyah di Parit Haji Husin bisa dapat 8 kelas murid. Menampung yang asal KKR.

Kite akan perbesar daya tampong SMPN 8, SMP Pertiwi. Akan dibangon kembali. Diperkirekan kelak bise menampong banyak anak dari KKR. Kite bantu kualitas pendidikannye. Hasel akhernye kualitas bise berimbang.

SMA 5 di Pontura saye datangek. Saye motivasi agar anak SMA 5 bisa masok kedokteran. Ini SMA walao adenye di ujong kote, tapi berkualitas. Tahun lalu siswanye berhasel masok Fakultas Ke-dokteran. Nah, bonusnye ape? Lahan rendah di sekolah itu ditinggi-kan. Tahun depan akan tambah ruang belajarnye. Begituklah insentif.

Sistem pendaftaran sekolah kite semue on-line. Transparan. Saye tadak berhenti diskusi. Saya kan keluarge besak guru. Sampai sekarang saye, adek, kakak, teros belajar dan mengajar. Di Sungai Kunyet semua bibik-paman mengajar. Make saye tahu betol selok belok pendidikan beginik.

Kuota 5 persen ini jalan terbaik. KKR membangon 4 sekolah baru.

Saye bilang ke Pak Gub, “Pak IPM kite rendah. Pendidikan dan ekonomi harus ade daye dobrak agar maju. Saye jike ade sekolah

134

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

jeblok, dalam 1 bulan belum bisa terima saran kok bise seperti itu saye datangek. Bertemu. Marahi. Sinder teros.”

Kote Pontianak udah punye Perda Pendidikan. Akan laher agik Perda Pengentasan Kemiskinan.

Masalah pemerintahan sering tadak fokus. Contoh ade 14 variabel kemiskinan. Ketike turon program, banyak yang tadak co-cok. Saye data 5700 rumah kote tadak layak huni. Sekarang udah ribuan selesai. Artinye mereke tadak misken agik.

Pertame sekali pas saye jadi Walikote laher Perda Pendidi-kan. Saye alhamdulillah saat saye mintak beasiswa, bilang jangan Pemerintah Pusat kasihkan lewat Pos, tapi lewat tabongan. Karene ade syarat kemiskinan yakni tabongan. Sebagai aparat pemerentah sebenarnye banyak sekali yang bise dilakukan. Saye maok ubah ke-luarge misken haros sekolah, dan uangnye disampaikan lewat ta-bongan.

Saye maok bagaimane anak tamat sekolah siap untok mema-suki pasaran kerje. Pekerjaan pun saye proteksi. Misalnye karyawan hotel 85% haros terimak alumni kote. Jangan sampai anak kote jadi penonton pembangonan. Mereke haros bise jadi pemaen.

Angke kemiskenan kite turon. Sekarang tinggal 8 persen. Yang diribotkan dewan itu tuh mengacu angke BPS. BPS dat-anye kurang benar. Jumlah pendudok jak salah. Angke kite 5.7. Di bawah nasional 13 persen. Kalau 36.000 dari mane asalnye? ***

Diskusi bersama Walikota Sutarmidji berlangsung a lot, namun asyik. Anggota Dewan Pendidikan yang seba-gian besar adalah pemerhati—bahkan ada yang gurunya semasa sekolah—memberikan dukungan atas kebijakan-kebijakannya. Sejumlah kelemahan di dalam sistem yang berjalan menjadi catatan untuk terus diperbaiki.

Dr Leo Sutrisno misalnya. Beliau menyoal anak-anak penyandang autis. Dalam hal ini walikota ingin sekolah alam ditumbuh-kembangkan. Disebutkannya lahan di Ampera seluas 5 hektar. Daerah ini wilayah resapan. Tidak boleh dibangun, tapi kecil-kecil boleh. Sekolah alam lebih baik dibangun di sini.

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

135

Gallery

136

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

137

138

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

139

140

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

141

142

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

143

144

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

145

Scripta manen, verba vo-lent. Itulah sebabnya Nur Iskandar aktif

menulis sejak di bangku sekolah dasar hingga ia tumbuh sebagai seorang jurnalis. Bahwa menulis itu—seperti dikatakan Pr-amoedya—bekerja untuk keabadian. Banyak kata-kata bernas yang telah diucapkan, banyak pula karya-karya emas yang telah diwujudkan, namun jika tidak dituliskan, semua imanen—semua volent—semua menguap begitu saja seperti tidak pernah terjadi di alam semesta.

Pria kelahiran Pontianak, 13 Februari 1974 ini memu-lai karir jurnalistiknya di Tabloid Mahasiswa Mimbar Un-tan (1992-1997), Volare Group (1997-1999), Harian Equator-

Tentang Penulis

146

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

Jawa Pos Media Network (1999-2006) dan Harian Borneo Tribune (2007-2012) dan selanjutnya menenggelamkan ak-tivitasnya dalam kepenulisan buku bersama TOP Indone-sia.

Pendidikan jurnalistik ditempuhnya dalam organisa-si pers kampus, pendidikan internal Jawa Pos News Net-work (JPNN), maupun shortcourse di Negeri Paman Sam, AS, dan Negeri Kangguru—Australia.

Di AS melalui Institute for Training and Develop-ment (ITD) yang bermarkas di Amherst-Massachussets, Nur Iskandar mendalami Journalism in Ethics and Investiga-tive Reporting (2001) dan berlanjut pada pendalaman Plu-ralism and Democration (2004) yang disponsori Kedubes AS dengan Comparative Study di Washington DC, Chicago dan Memphis-Tennessee.

Di Australia fellowship diperolehnya dari Asia Pasif-ic Journalism Centre (APJC) yang berpusat di Melbourne (2010) dengan Comparative Study di empat negara: Austra-lia, Malaysia, Singapura dan Indonesia.

Buku-buku yang pernah ditulisnya: Biogra Mawardi Dja’far (bersama tim,1992), Kepemimpinan Gubernur Kal-bar HA Aswin (bersama tim, 2003), Bunga Rampai DPRD Kalbar (bersama tim, 2004), Setengah Abad Pembangunan Pertanian di Kalimantan Barat (2008), 40 Tahun Fanshurul-lah Asa Menggapai Asa (bersama tim, 2009), Jusuf Mang-gabarani Cahaya Bhayangkara (2011), Umrah Bersama Puang (2011), Pak Guru Abang Maspura (2011), Genocide (bersama tim, 2011), Hadari Nawawi Pemikir dan Pejuang Pendidikan (2012), Jejak Langkah Sang Orator (2012).

Mahasiswa pascasarjana Sosiologi Fisip Universitas Tanjungpura ini juga mengoleksi prestasi sebagai penulis terbaik nasional untuk program pengentasan kemiskinan versi media cetak PNPM Mandiri (2010), juara dua nasi-onal lomba fotogra dalam rangka kampanye penggunaan air bersih terkait climate change yang diselenggarakan oleh Comprehensive Knowledge Networking (CK-Net) Indo-

Walikota Sutarmidji Bukan Pemimpin Biasa

147

nesia (2010), sejumlah kejuaraan lomba karya tulis ilmiah semasa SMA dan kuliah (1989-1997).

Selain menulis, Nuris juga aktif memberikan pelati-han di kampus-kampus melalui lembaga nirlaba Tribune Institute. Menurutnya masyarakat yang cerdas akan lahir dari adanya bacaan-bacaan yang menginspirasi sehingga melahirkan keputusan-keputusan yang cerdas. Sebaliknya, keputusan yang cerdas akan mampu membawa kepada to-talitas masyarakat yang demokratis dan madani.

CP penulis 08125710225. Email [email protected] dan atau [email protected].