SUSUNAN ANGGARAN DASAR K O B R A -...

download SUSUNAN ANGGARAN DASAR K O B R A - iks.asiaiks.asia/kobra/wp-content/uploads/2016/03/SUSUNAN-ANGGARAN-D… · tahun 2012 didirikan LSM ... Melakukan segala usaha dan ikhtiar untuk

If you can't read please download the document

Transcript of SUSUNAN ANGGARAN DASAR K O B R A -...

  • SUSUNAN ANGGARAN DASAR

    K O B R A KOMANDO BERSAMA RAKYAT

    MUKADIMAH

    Bahwa cita-cita luhur Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteran umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, dibentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 45, yang menjamin Hak Asasi Manusia, dan yang menjunjung tinggi tegaknya hukum.

    Bahwa perjalanan kehidupan bangsa dan negara sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan lahirnya RefLSMi Mei 1998, merupakan bagian dari sejarah Bangsa Indonesia yang dapat diambil sebagai pelajaran berharga di dalam mencapai cita-cita proklamasi. Berbagai kelemahan bahkan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 di masa lalu, menyebabkan kemerosotan harkat dan martabat bangsa di mata internasional. Hal ini melahirkan kesadaran baru bagi setiap warga Negara Indonesia untuk memperkukuh nasionalisme, humanisme, dan pluralisme tanpa diskriminasi, yang didasarkan pada keadilan, kebebasan, dan kemerdekaan yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur budaya, moral, dan agama.

    Bahwa setiap warga Negara Indonesia adalah manusia yang berkehendak bebas, memiliki hak asasi yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadikan setiap manusia adalah mulia dan memiliki kebebasan untuk mewujudkan hidup dan kehidupan yang aman, adil, damai, dan sejahtera. Oleh karena itu, menjadi tugas penting setiap warga negara untuk menentang segala perilaku yang dapat merusak usaha-usaha perdamaian, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Pikiran-pikiran dan tindakan otoriter, kesewenang-wenangan, pemasungan terhadap hak-hak warga negara yang berakibat terjadinya ketidakadilan, kepincangan sosial, dan kehancuran ekonomi bangsa, harus dihilangkan dengan perjuangan yang terarah, terencana, teratur, cerdas, dan bersinergi.

    Meyakini bahwa perjuangan itu hanya dapat berhasil dengan ridha Allah Yang Maha Besar, Tuhan Yang Maha Esa, serta usaha-usaha yang sungguh-sungguh, kerja keras, penuh kebijaksanaan, dan berkelanjutan, seraya memohon ridha Allah, Tuhan Yang Maha Esa, pada hari KAMIS, tanggal 8 AGUSTUS tahun 2012 didirikan LSM yang modern dan terbuka bagi segenap warga bangsa dengan nama KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA), untuk masa waktu yang tak terbatas dengan Anggaran.

  • Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai berikut:

    BAB I

    NAMA DAN KEDUDUKAN, ASAS, IDEOLOGI, DOKTRIN, ETIKA, SIFAT, DAN TUJUAN.

    Pasal 1

    Nama dan Kedudukan

    LSM ini diberi nama KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA), yang berada di seluruh wilayah Republik Indonesia dan berkedudukan hukum di KOTA SUKOHARJO.

    Pasal 2

    Asas

    LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) berasaskan Pancasila.

    Pasal 3

    Ideologi

    Ideologi LSM adalah Nasionalis- yaitu kerja keras untuk kepentingan rakyat dengan landasan moral dan agama serta memperhatikan aspek nasionalisme, humanisme, dan pluralisme dalam rangka mencapai

    tujuan perdamaian, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.

    Pasal 4

    Doktrin

    (1) Doktrin LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA)TRI BAKTI.

    (2) Tri bakti mengandung arti adanya tiga kehendak yang kuat atau tiga ketetapan hati dalam membangun bangsa dan negara, yang diwujudkan ke dalam Trilogi Perjuangan LSM, yaitu tiga kebaktian

    berbakti kepada allah swt ,berbakti kepada orang tua kita ,berbakti kepada organisasi kita,demokrasi, kesejahteraan, dan keamanan serta Tiga Wawasan LSM, yaitu nasionalisme, humanisme, dan

    pluralisme.

  • Pasal 5

    Etika LSM KOBRA

    Etika LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) yaitu berani, bersih, cerdas, dan santun.

    Pasal 6

    Sifat

    LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) bersifat terbuka untuk semua warga Negara Republik Indonesia, tanpa membedakan suku bangsa, ras, profesi, jenis kelamin, agama, dan kepercayaan

    terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

    Pasal 7

    Tujuan

    LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) bertujuan:

    (1) Menegakkan, mempertahankan, dan mengamankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan jiwa Proklamasi Kemerdekaan.

    (2) Mewujudkan cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

    (3) Melakukan segala usaha dan ikhtiar untuk membangun masyarakat Indonesia baru yang berwawasan nasionalisme, humanisme, dan pluralisme.

    (4) Meningkatkan partisipasi seluruh potensi bangsa dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, serta dinamis menuju terwujudnya

    Indonesia yang adil, sejahtera, maju, dan modern dalam suasana aman serta penuh kedamaian lahir dan batin.

    BAB II

    A T R I B U T

    Pasal 8

    Atribut

    LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) mempunyai atribut yang terdiri dari baret warna merah lambang, panji-panji, hymne, dan mars.

  • Pasal 9

    Lambang

    (1) LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) memiliki lambang yang berupa gambar ular kobra dengan sangkur komando, berwarna,mas, merah putih dan hitam .

    Humanisme; yang bermakna mengakui dan menjunjung tinggi nilai dan martabat perikemanusiaan yang bersifat hakiki dan universal, sebagai bukti bahwa Bangsa Indonesia adalah bagian yang integral dari

    masyarakat dunia.

    Pluralisme; yang bermakna mengakui dan menghargai serta merangkul berbagai ras, suku bangsa, profesi, jenis kelamin, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta keberadaan ciri

    khas setiap daerah yang menyatu sebagai bangsa Indonesia.

    (3) Warna hitam yang terdapat di tengah, melambangkan kekekalan keabadian kesolitan LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA)penuh kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

    bernegara, dalam perjuangan dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa.

    (4) Warna mas yang terdapat pada bagian tubuh kobra melambangkan bahwa dalam memperjuangkan dan mengupayakan terwujudnya cita-cita bangsa, bersikap tegas, mantap, percaya diri, dan penuh

    optimisme yang senantiasa menjadi ciri utama yang harus dianut semua unsur bangsa dan masyarakat.

    (5) Warna Merah Putih di sisi atas dengan latar belakang hitam , memberi arti warna Merah Putih adalah kebangsaan atau nasionalisme dan warna hitam artinya humanisme di tengah pergaulan

    masyarakat bangsa-bangsa di dunia atau internasionalisme dan pluralisme yang merupakan wawasan LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA)yang kuat.

    Pasal 10

    Panji-Panji, Hymne, dan Mars

    (1) Panji-panji LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) adalah bendera LSM dengan gambar ular kobra dengan sangkur komandowarna mas dan merah putih di atas yang digunakan dalam Upacara-

    upacara resmi LSM.

    (2) Mars KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) adalah lagu Mars KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) yang dinyanyikan pada acara LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA).

    (3) Hymne LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) adalah lagu Hymne KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) yang dinyanyikan pada acara resmi LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) di

    setiap tingkatan.

  • BAB III

    KEANGGOTAAN LSM

    Pasal 11

    Anggota

    (1) Setiap warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat diterima menjadi anggota LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT

    (KOBRA).

    (2) Ketentuan lebih lanjut tentang keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

    BAB IV

    STRUKTUR ORGANISASI LSM

    Pasal 12

    Struktur Organisasi Tingkat Pusat

    Struktur Organisasi LSM Tingkat Pusat terdiri atas: Majelis Tinggi LSM, Dewan Kehormatan, Ketua Umum, Wakil Ketua Umum I, Wakil Ketua Umum II, Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris

    Jenderal, Bendahara Umum, Wakil-Wakil Bendahara Umum, Direktur Eksekutif, Komisi Pengawas, Divisi-Divisi, Komisi Pemantau daerah, Departemen-Departemen, perwakilan pengamatan pemerintah

    , Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan, serta Koordinator Wilayah.

    Pasal 13

    Majelis Tinggi LSM

    (1) Majelis Tinggi LSM berjumlah 15 (lima belas) orang yang terdiri atas: pendiri LSM 1 (satu) Ketua, 1 (satu) Wakil Ketua, 1 (satu) Sekretaris, dan 5 (lima) anggota.

    (2) Ketua Majelis Tinggi LSM secara ex-officio dijabat oleh Ketua Dewan Pembina.

    (3) Wakil Ketua Majelis Tinggi LSM secara ex-officio dijabat oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Anggota Majelis Tinggi LSM diangkat dan ditetapkan oleh Ketua Majelis Tinggi LSM

  • (5) Majelis Tinggi LSM berwenang mengambil keputusan-keputusan strategis tentang:

    Lingkungan hidup,program pendidikan&ekonomi kerakyatan secara nasional

    Pengawasan kritik saran terhadap pemerintahan

    Calon LSM-LSM lain yang mau bergabung

    Calon-calon anggota yang mau mengabdikan dirinya melalui LSM

    Pengawasan memberikan kritik saran calon-calon pemimpin daerah,propinsi ,nasional ; dan

    Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta program kerja 5 (lima) tahun untuk disahkan dalam Kongres.

    (6) Keputusan Majelis Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (5) huruf a sampai dengan huruf e, disampaikan kepada dan untuk dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 14

    Dewan Pembina

    (1) Ketua Dewan Pembina ditetapkan oleh Kongres secara musyawarah.

    (2) Wakil Ketua, Sekretaris, dan anggota Dewan Pembina diangkat dan ditetapkan oleh Ketua Dewan Pembina.

    (3) Dewan Pembina sebagai pengarah dan Pembina dalam menjaga nilai-nilai dan ideologi perjuangan LSM sesuai dengan visi dan misi LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA)

    (4) Dewan Pembina menerima laporan berkala dari Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Dewan Pembina mempunyai mekanisme hubungan kerja dengan DPP yang diatur lebih lanjut di dalam peraturan yang ditetapkan oleh Dewan Pembina.

    Pasal 15

    Dewan Kehormatan

    (1) Dewan Kehormatan berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri atas: 1 (satu) Ketua, 1 (satu) Wakil Ketua, 1 (satu) Sekretaris, dan 2 (dua) anggota.

    (2) Ketua Dewan Kehormatan, Wakil Ketua, Sekretaris, dan anggota Dewan Kehormatan diangkat dan ditetapkan oleh Majelis tinggi LSM.

    (3) Ketua Dewan Kehormatan dijabat secara ex officio oleh Ketua Dewan Pembina.

    (4) Wakil Ketua Dewan Kehormatan dijabat secara ex officio oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat.

  • (5) Dewan Kehormatan berwenang memeriksa, memutuskan dan atau menjatuhkan sanksi atas pelanggaran etika, moral dan pelanggaran terhadap ketentuan organisasi yang dilakukan oleh pengurus

    LSM dan kader LSM yang ditugaskan oleh LSM , atas laporan dari Komisi Pengawas atau pihak lain.

    (6) Dewan Kehormatan melaporkan keputusan-keputusannya kepada Majelis Tinggi LSM

    (7) Keputusan Dewan Kehormatan dijalankan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (8) Dewan Kehormatan mempunyai mekanisme hubungan kerja dengan DPP yang diatur lebih lanjut di dalam peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Tinggi.

    Pasal 16

    Dewan Pimpinan Pusat

    (1) Dewan Pimpinan Pusat terdiri atas Pengurus Harian Terbatas, Pengurus Harian, dan Pengurus Pleno.

    (2) Pengurus Harian Terbatas terdiri atas: Ketua Umum, Wakil Ketua Umum I, Wakil Ketua Umum II, Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Wakil-Wakil Bendahara Umum,

    Direktur Eksekutif.

    (3) Pengurus Harian terdiri atas: Pengurus Harian Terbatas, Ketua dan Sekretaris Departemen, Ketua dan Sekretaris Divisi, Ketua dan Sekretaris Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan, Ketua dan

    Sekerataris,dan perwakilan pengamatan pemerintah.

    (4) Pengurus Pleno terdiri atas: Pengurus Harian Terbatas, Pengurus Harian, Koordinator Wilayah, dan Biro-biro.

    (5) Dewan Pimpinan Pusat berwenang:

    Menentukan kebijakan tingkat nasional sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, Keputusan Rapat Tingkat Nasional, dan peraturan-peraturan lainnya;

    Mengesahkan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah dan kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang;

    Menetapkan segala sesuatu daerah atas usul Dewan Pimpinan Cabang melalui Dewan Pimpinan Daerah;

    Mengangkat dan memberhentikan Pengurus Dewan Perwakilan Luar Negeri;

    membentuk alat-alat kelengkapan LSM; dan

    menerbitkan Peraturan-peraturan Organisasi tentang hal-hal yang sudah diatur dan yang belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

    (6) Hak dan kewajiban Dewan Pimpinan Pusat serta ketentuan-ketentuan lain diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan LSM lainnya.

  • Pasal 17

    Ketua Umum

    (1) Ketua Umum dipilih melalui Kongres.

    (2) Ketua Umum bertugas melaksanakan, mengawasi, dan mengendalikan semua kegiatan LSM, baik ke dalam maupun ke luar.

    (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Umum dibantu Wakil Ketua Umum I, Wakil Ketua Umum II, Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Wakil-Wakil Bendahara Umum,

    dan Direktur Eksekutif, serta alat kelengkapan LSM.

    (4) Ketua Umum secara exofficio adalah Wakil Ketua Majelis Tinggi LSM dan Wakil Ketua Dewan Kehormatan.

    Pasal 18

    Wakil Ketua Umum I

    (1) Wakil Ketua Umum I dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Wakil Ketua Umum I bertugas mengawasi dan mengendalikan kegiatan yang dilakukan oleh Departemen-Departemen, Divisi-Divisi, Komisi pemantau pemerintah, dan Pusat Pengembangan

    Strategi dan Kebijakan.

    (3) Wakil Ketua Umum I bertanggung jawab kepada Ketua Umum.

    Pasal 19

    Wakil Ketua Umum II

    (1) Wakil Ketua Umum II dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Wakil Ketua Umum II bertugas mengawasi dan mengendalikan kegiatan-kegiatan Koordinator Wilayah dalam mencapai sasaran program LSM.

    (3) Wakil Ketua Umum II bertanggung jawab tugasnya kepada Ketua Umum.

  • Pasal 20

    Sekretaris Jenderal dan

    Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal

    (1) Sekretaris Jenderal dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Sekretaris Jenderal adalah penanggung jawab administrasi LSM ke dalam dan ke luar.

    (3) Sekretaris Jenderal bertugas melakukan koordinasi, monitoring, pengamanan kebijakan penyelenggaraan kegiatan LSM.

    (4) Sekretaris Jenderal dalam melaksanakan tugas berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Ketua Umum.

    (5) Sekretaris Jenderal dibantu oleh Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal sesuai kebutuhan.

    (6) Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal dipilih oleh Formatur Kongres.

    (7) Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal.

    Pasal 21

    Bendahara Umum,

    Wakil-Wakil Bendahara Umum

    (1) Bendahara Umum dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Bendahara Umum adalah penanggung jawab administrasi keuangan LSM ke dalam dan ke luar.

    (3) Bendahara Umum bertugas melakukan pengelolaan keuangan LSM sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

    (4) Bendahara Umum dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ketua Umum.

    (5) Bendahara Umum dibantu oleh Wakil-Wakil Bendahara Umum.

    (6) Wakil-Wakil Bendahara Umum dipilih oleh Formatur Kongres.

    (7) Wakil-Wakil Bendahara Umum bertanggung jawab kepada Bendahara Umum.

  • Pasal 22

    Direktur Eksekutif

    (1) Direktur Eksekutif dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Direktur Eksekutif bertugas melaksanakan manajemen operasional administrasi yang bersifat ke dalam.

    (3) Direktur Eksekutif merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir, dan mengawasi semua kegiatan administrasi LSM yang bersifat ke dalam.

    (4) Direktur Eksekutif menyediakan semua fasilitas untuk mendukung kegiatan LSM serta menangani, personalia, anggaran dan keuangan, administrasi kesekretariatan, serta rumah tangga dan urusan

    umum.

    (5) Tugas dan tanggung jawab Direktur Eksekutif diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

    (6) Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Direktur Eksekutif dibantu oleh Wakil-Wakil Direktur Eksekutif sesuai kebutuhan.

    (7) Direktur Eksekutif bertanggung jawab kepada Ketua Umum

    (8) Wakil-Wakil Direktur Eksekutif bertanggung jawab kepada Direktur Eksekutif.

    Pasal 23

    Komisi Pengawas

    (1) Komisi Pengawas diangkat dan ditetapkan oleh Dewan Pembina.

    (2) Komisi Pengawas bertugas :

    mengawasi kinerja pengurus LSM dan kader LSM yang ditugaskan di lembaga eksekutif dan legislatif di tingkat pusat dan provinsi; dan

    melakukan penyelidikan dan verifikasi atas dugaan terjadinya pelanggaran etika, moral, dan hukum yang dilakukan oleh pengurus LSM dan kader LSM yang di berikan tugas

    (3) Tata cara dan mekanisme kerja Komisi Pengawas diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

    (4) Komisi Pengawas bertanggung jawab kepada Dewan Kehormatan.

  • Pasal 24

    Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum bertugas:

    membantu dan menangani perkara di DPP maupun lembaga lainnya berkenaan dengan kegiatan LSM

    memberikan nasehat dan pendampingan hukum yang berskala nasional dan internasional; dan

    Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum dalam melaksanakan tugasnya berpedoman kepada program dan kebijakan Dewan Pimpinan Pusat.

    (3) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-sekretaris Biro, serta Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum mengkoordinasikan tugas Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Daerah dan Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Cabang.

    Pasal 25

    Divisi Pembinaan Anggota

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Pembinaan Anggota dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Pembinaan Anggota bertugas mempersiapkan pembinaan dan peningkatan jumlah keanggotaan LSM yang akan dilanjutkan dan diberikan kemampuan serta keterampilan.

    (3) Divisi Pembinaan Anggota dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana pembinaan anggota dan kebijakan umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Pembinaan Anggota dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Divisi Pembinaan Anggota mengkoordinasikan tugas Divisi Pembinaan Angota Daerah dan Divisi Pembinaan Angota Cabang.

    (6) Divisi Pembinaan Anggota melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

  • Pasal 26

    Divisi Pembinaan Organisasi

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Pembinaan Organisasi dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Pembinaan Organisasi bertugas mempersiapkan konsolidasi LSM melalui Musyawarah Daerah, Musyawarah Daerah Luar Biasa, Musyawarah Cabang, dan Musyawarah Cabang Luar Biasa

    sesuai ketentuan organisasi.

    (3) Divisi Pembinaan Organisasi dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana pembinaan organisasi dan kebijakan umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Pembinaan Organisasi dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Divisi Pembinaan Organisasi mengkoordinasikan tugas Divisi Pembinaan Organisasi Daerah dan Divisi Pembinaan Organisasi Cabang.

    (6) Divisi Pembinaan Organisasi melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 27

    Divisi Program Pro Rakyat

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Program Pro Rakyat dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Program Pro Rakyat bertugas membantu Pemerintah dan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan akses dan fasilitas yang ada, khususnya dalam program-program pro rakyat.

    (3) Divisi Program Pro Rakyat dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana program pemerintah dan kebijakan umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Program Pro Rakyat dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Divisi Program Pro Rakyat mengkoordinasikan Divisi Program Pro Rakyat Daerah dan Divisi Program Pro Rakyat Cabang.

    (6) Divisi Program Pro Rakyat melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

  • Pasal 28

    Divisi Tanggap Darurat

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Tanggap Darurat dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Tanggap Darurat bertugas membantu korban bencana alam dan musibah lain yang berskala nasional, serta menyalurkan bantuan dan alat-alat kebutuhan darurat lainnya

    sesegera mungkin langsung kepada korban.

    (3) Divisi Tanggap Darurat dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada program Pemerintah dan kebijakan umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Tanggap Darurat dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Divisi Tanggap Darurat mengkoordinasikan Divisi Tanggap Darurat Daerah

    dan Divisi Tanggap Darurat Cabang.

    (6) Divisi Tanggap Darurat melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 29

    Divisi Usaha dan Dana

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Usaha dan Dana dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Usaha dan Dana merupakan sumber keuangan LSM yang bertugas menghimpun dan menggalang sumber dana masyarakat secara sukarela, sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    (3) Divisi Usaha dan Dana dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada

    Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Usaha dan Dana dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Divisi Usaha dan Dana mengkoordinasikan Divisi Usaha dan Dana Daerah serta

    Divisi Usaha dan Dana Cabang.

    (6) Divisi Usaha dan Dana melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

  • Pasal 30

    Divisi Logistik

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Logistik dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Logistik merupakan sumber logistik LSM yang bertugas mengadakan, mengelola dan menyalurkan logistik, dari dan ke masyarakat secara sukarela, sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    (3) Divisi Logistik dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Logistik dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Divisi Logistik mengkoordinasikan Divisi Logistik Daerah dan Divisi Logistik Cabang.

    Pasal 31

    Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Pendidikan dan Pelatihan bertugas untuk melaksanakan kaderisasi, pendidikan dan pelatihan yang berskala nasional secara teratur.

    (3) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana umum kaderisasi, pendidikan dan pelatihan serta kebijakan umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, serta Anggota yang ditetapkan oleh Dewan

    Pimpinan Pusat.

    (5) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan mengkoordinasikan Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Daerah dan Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Cabang.

    (6) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 32

    Divisi Komunikasi Publik

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Komunikasi Publik dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Komunikasi Publik bertugas menyampaikan pesan-pesan dan materi publikasi LSM serta mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan KOBRA dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan LSM yang berskala nasional secara luas dan terus menerus demi memelihara dan meningkatkan citra LSM.

  • (3) Divisi Komunikasi Publik dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana umum Komunikasi Publik serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Komunikasi Publik dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) LSM KOMANDO BERSAMA RAKYAT (KOBRA) mempunyai media komunikasi melalui website dan media publikasi lainnya.

    (6) Divisi Komunikasi Publik mengkoordinasikan Divisi Komunikasi Publik Daerah dan Divisi Komunikasi Publik Cabang.

    (7) Divisi Komunikasi Publik melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 33

    Divisi Hubungan Eksternal, Luar Negeri, dan Lembaga Swadaya Masyarakat

    (1) Ketua dan Sekretaris Divisi Hubungan Eksternal, Luar Negeri, dan Lembaga Swadaya Masyarakat dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Hubungan Eksternal, Luar Negeri, dan Lembaga Swadaya Masyarakat bertugas untuk memelihara dan mengembangkan hubungan kerja sama dengan Pemerintah,organisasi masyarakat

    dalam negeri, Pemerintah negara sahabat, lembaga internasional, dan Lembaga Swadaya Masyarakat, baik di dalam maupun di luar negeri.

    (3) Divisi Hubungan Eksternal, Luar Negeri, dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana umum Hubungan Eksternal, Luar Negeri, dan Lembaga Swadaya

    Masyarakat serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Hubungan Eksternal, Luar Negeri, dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang

    ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Divisi Hubungan Eksternal, Luar Negeri, dan Lembaga Swadaya Masyarakat mengkoordinasikan Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat dan Divisi Hubungan Eksternal dan

    Lembaga Swadaya Masyarakat Cabang.

    (6) Divisi Hubungan Eksternal, Luar Negeri, dan Lembaga Swadaya Masyarakat melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

  • Pasal 34

    Pengawasan pemerintahan

    (1) Ketua dan Sekretaris Pengawasan pemerintahan dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Komisi Pengawasan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Program LSM serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (3) Komis pengawasan pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Komisi Pegawasan Pemerintah melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 35

    Departemen-Departemen

    (1) Ketua dan sekretaris departemen dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Departemen bertugas melaksanakan monitoring, analisis, dan evaluasi serta merumuskan kebijakan LSM sesuai dengan bidangnya, yang jumlah dan bidangnya disesuaikan dengan kementerian

    yang ada di kabinet dan lembaga lainnya.

    (3) Departemen dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada program LSM serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Departemen-departemen dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (5) Departemen dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 36

    Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan

    (1) Ketua dan Sekretaris Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan bertugas melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian dan pengembangan, analisis, evaluasi, menyelenggarakan perpustakaan, memberikan saran untuk

    mengembangkan LSM, mengumpulkan dan mengolah data serta Sistem Informasi Manajemen.

    (3) Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada program LSM serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat.

  • (4) Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan dalam menjalankan tugas-tugas dibantu oleh Koordinator-Koordinator dan Sekretaris-Sekretaris Biro, dan Anggota yang ditetapkan oleh Dewan

    Pimpinan Pusat.

    (5) Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 37

    Koordinator Wilayah

    (1) Komposisi dan Personalia Koordinator Wilayah dipilih oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (2) Koordinator Wilayah adalah penghubung antara Dewan Pimpinan Pusat dengan Dewan Pimpinan Daerah dalam rangka memperlancar tugas-tugas keLSMan

    (3) Koordinator Wilayah berkewajiban melaksanakan sosialisasi program-program Dewan Pimpinan Pusat dan mendorong agar program tersebut berjalan sesuai dengan sasaran di daerah.

    (4) Koordinator Wilayah wajib memberikan laporan secara berkala kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    BAB V

    STRUKTUR ORGANISASI TINGKAT DAERAH

    Pasal 38

    Struktur Organisasi Tingkat Daerah

    Struktur Organisasi LSM Tingkat Daerah terdiri atas: Majelis LSM Daerah, Ketua Dewan Pimpinan Daerah, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-Wakil

    Bendahara, Direktur Eksekutif, Dewan Kehormatan Daerah, Komisi Pengawas Daerah, Divisi-Divisi Daerah, Pengawasan pemerintahan Daerah, Bidang-Bidang, Fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

    Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Daerah, serta Koordinator Daerah.

    Pasal 39

    Majelis LSM Daerah

    (1) Majelis LSM Daerah berwenang:

    memberikan saran dan pendapat kepada Dewan Pimpinan Daerah terkait dengan calon bupati/walikota dan wakil bupati/walikota sebelum direkomendasikan kepada Dewan Pimpinan Pusat;

  • memberikan saran dan pendapat kepada Dewan Pimpinan Daerah terkait dengan penentuan LSM-LSM anggota koalisi di daerah; dan

    memberikan saran dan pendapat kepada Dewan Pimpinan Daerah terkait dengan penetapan kebijakan di daerah.

    (2) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis LSM Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (3) Tugas-tugas, Kepengurusan Majelis LSM Daerah, dan ketentuan-ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

    Pasal 40

    Dewan Pimpinan Daerah

    (1) Dewan Pimpinan Daerah terdiri atas Pengurus Harian Terbatas, Pengurus Harian, dan Pengurus Pleno.

    (2) Pengurus Harian Terbatas terdiri atas: Ketua, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Wakil-Wakil Bendahara.

    (3) Pengurus Harian terdiri atas: Pengurus Harian Terbatas, Koordinator dan Wakil Koordinator Bidang, Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Daerah, Koordinator dan Wakil Koordinator Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan Daerah, Koordinator dan Wakil Koordinator Komisi pengawasan

    pemerintah Daerah, Ketua dan Sekretaris

    (4) Pengurus Pleno terdiri atas Pengurus Harian, Koordinator Daerah, Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Dewan Pimpinan Daerah berwenang:

    Menetapkan kebijakan tingkat daerah sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, Keputusan Rapat Tingkat Nasional, Keputusan Musyawarah Daerah, Keputusan

    Rapat Tingkat Daerah, serta Peraturan LSM lainnya;

    Mengusulkan keputusan ,dan kebijakan yang berdampak nasional kepada Dewan Pimpinan Pusat;

    menyampaikan usulan,gagasan,kedepan kepada Dewan Pimpinan Pusat yang diajukan Dewan Pimpinan Cabang dengan mempertimbangkan saran dan pendapat Majelis LSM Daerah;

    Menyampaikan usulan LSM anggota di tingkat Daerah kepada Dewan Pimpinan Pusat; dan

    Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pimpinan Anak Cabang.

    (6) Hak dan Kewajiban Dewan Pimpinan Daerah serta ketentuan-ketentuan lain diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan LSM lainnya.

  • Pasal 41

    K e t u a

    1) Ketua dipilih oleh Musyawarah Daerah.

    2) Ketua bertugas melaksanakan, mengawasi, dan mengendalikan semua kegiatan keLSMan , baik ke dalam maupun ke luar di Daerah.

    3) Dalam melaksanakan tugasnya Ketua dibantu 2 (dua) Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-Wakil Bendahara, Direktur Eksekutif Daerah, serta alat kelengkapan LSM.

    Pasal 42

    Wakil Ketua I

    1) Wakil Ketua I Dewan Pimpinan Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    2) Wakil Ketua I bertugas mengawasi dan mengendalikan kegiatan yang dilakukan oleh Bidang-Bidang, Divisi-Divisi Daerah, Pengawasan pemerintahan Daerah, Fraksi DPRD Provinsi dan Pusat

    Pengembangan Strategi dan Kebijakan Daerah.

    3) Wakil Ketua I bertanggung jawab kepada Ketua.

    Pasal 43

    Wakil Ketua II

    (1) Wakil Ketua II Dewan Pimpinan Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah

    (2) Wakil Ketua II bertugas mengawasi dan mengendalikan kegiatan-kegiatan Koordinator Daerah dalam mencapai sasaran program LSM.

    (3) Wakil Ketua II bertanggung jawab kepada Ketua.

    Pasal 44

    Sekretaris dan Wakil-Wakil Sekretaris

    (1) Sekretaris dan Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah

    (2) Sekretaris bertugas melakukan Manajemen Administrasi LSM ke luar dan melakukan kegiatan pengamanan kebijakan di daerah.

    (3) Dalam melaksanakan tugas harus berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Ketua.

  • (4) Sekretaris dibantu oleh Wakil-Wakil Sekretaris.

    (5) Sekretaris bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Pimpinan Daerah.

    (6) Wakil-Wakil Sekretaris bertanggung jawab kepada Sekretaris.

    Pasal 45

    Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara

    (1) Bendahara dan Wakil Bendahara Dewan Pimpinan Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Bendahara bertugas melakukan pengelolaan keuangan LSM sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku.

    (3) Bendahara dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ketua.

    (4) Bendahara dibantu oleh Wakil-Wakil Bendahara.

    (5) Wakil-Wakil Bendahara bertanggung jawab kepada Bendahara

    Pasal 46

    Direktur Eksekutif Daerah

    (1) Direktur Eksekutif ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.

    (2) Direktur Eksekutif Daerah bertugas melaksanakan manajemen operasional administrasi yang bersifat ke dalam.

    (3) Direktur Eksekutif Daerah merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir, dan mengawasi semua kegiatan administrasi LSM yang bersifat ke dalam.

    (4) Direktur Eksekutif Daerah menyediakan semua fasilitas untuk mendukung kegiatan LSM serta menangani, personalia, anggaran dan keuangan, administrasi kesekretariatan, rumah tangga, dan

    urusan umum.

    (5) Direktur Eksekutif Daerah mempunyai Tugas dan tanggung jawab yang diatur dalam Peraturan Organisasi.

    (6) Direktur Eksekutif Daerah bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Pimpinan Daerah.

    (7) Direktur Eksekutif Daerah dapat dibantu oleh Wakil-wakil Direktur Eksekutif Daerah sesuai kebutuhan yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.

  • Pasal 47

    Dewan Kehormatan Daerah

    (1) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota Dewan Kehormatan Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Dewan Kehormatan Daerah adalah lembaga yang menangani masalah etika dan moral pengurus LSM dan kader LSM yang ditugaskan di LSM `

    (3) Dewan Kehormatan Daerah terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota.

    (4) Dewan Kehormatan Daerah berwenang memverifikasi, memeriksa, merekomendasi hasil verifikasi dan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran etika, moral, dan pelanggaran terhadap ketentuan

    organisasi yang dilakukan oleh kader LSM di tingkat Cabang atas laporan dari Komisi Pengawas Daerah atau Badan Pengawas Cabang.

    (5) Dewan Kehormatan Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah

    Pasal 48

    Komisi Pengawas Daerah

    (1) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota Komisi Pengawas Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Komisi Pengawas Daerah bertugas untuk mengawasi, melakukan evaluasi serta memberikan saran agar kedisiplinan kader LSM di daerah berjalan sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan.

    (3) Dalam melaksanakan tugasnya Komisi Pengawas Daerah memberikan laporan kepada Dewan Kehormatan Daerah.

    (4) Komisi Pengawas Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah

    Pasal 49

    Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Daerah bertugas:

    membantu dan menangani perkara dalam mekanisme ke LSMan daerah

    memberikan nasehat dan pendampingan hukum yang berskala provinsi dan kabupaten/ kota.

  • (3) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman kepada program dan kebijakan Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah.

    (4) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Daerah dalam menjalankan tugas-tugas dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 50

    Divisi Pembinaan Anggota Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Pembinaan Anggota Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Divisi Pembinaan Anggota Daerah bertugas mempersiapkan pembinaan dan peningkatan jumlah keanggotaan LSM yang akan dilanjutkan dan diberikan kemampuan serta keterampilan.

    (3) Divisi Pembinaan Anggota Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana pembinaan anggota dan kebijakan umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah.

    (4) Divisi Pembinaan Anggota Daerah dalam menjalankan tugas-tugas dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Pembinaan Anggota Daerah mengkoordinasi Divisi Pembinaan Anggota Cabang.

    (6) Divisi Pembinaan Anggota Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 51

    Divisi Pembinaan Organisasi Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Pembinaan Organisasi Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Divisi Pembinaan Organisasi Daerah bertugas mempersiapkan konsolidasi LSM melalui Musyawarah Cabang dan Musyawarah Cabang Luar Biasa sesuai ketentuan organisasi.

    (3) Divisi Pembinaan Organisasi Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana pembinaan organisasi dan kebijakan umum Dewan Pimpinan Pusat.

    (4) Divisi Pembinaan Organisasi Daerah dalam menjalankan tugas-tugas dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Pembinaan Organisasi Daerah mengkoordinasikan tugas Divisi Pembinaan Organisasi Cabang.

    (6) Divisi Pembinaan Organisasi Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

  • Pasal 52

    Divisi Program Pro Rakyat Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Program Pro Rakyat Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah

    (2) Divisi Program Pro Rakyat Daerah bertugas membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mendorong masyarakat agar memanfaatkan akses dan fasilitas yang ada, khususnya dalam program-

    program Pro Rakyat.

    (3) Divisi Program Pro Rakyat Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana program Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan

    Pimpinan Daerah.

    (4) Divisi Program Pro Rakyat dalam menjalankan tugas-tugasnya dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Program Pro Rakyat Daerah mengkoordinasikan Divisi Program Pro Rakyat Cabang.

    (6) Divisi Program Pro rakyat Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 53

    Divisi Tanggap Darurat Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Tanggap Darurat Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Divisi Tanggap Darurat Daerah bertugas membantu korban bencana alam dan musibah lain yang berskala lokal/ daerah, menghimpun dana, serta menyalurkan bantuan dan alat-alat kebutuhan darurat

    lainnya sesegera mungkin langsung kepada korban.

    (3) Divisi Tanggap Darurat Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada program Pemerintah, Pemerintah Daerah serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan

    Daerah.

    (4) Divisi Tanggap Darurat Daerah dalam menjalankan tugas-tugas dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Tanggap Darurat Daerah mengkoordinasikan Divisi Tanggap Darurat Cabang.

    (6) Divisi Tanggap Darurat Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 54

    Divisi Logistik Daerah

  • (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Logistik Daerah dipilih oleh Formatur Kongres.

    (2) Divisi Logistik Daerah merupakan sumber logistik LSM yang bertugas mengadakan, mengelola dan menyalurkan logistik, dari dan ke masyarakat secara sukarela, sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    (3) Divisi Logistik Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah.

    (4) Divisi Logistik dalam menjalankan tugas-tugas dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Logistik Daerah mengkoordinasikan Divisi Logistik Cabang.

    (6) Divisi Logistik Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 55

    Divisi Usaha dan Dana Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Usaha dan Dana Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah

    (2) Divisi Usaha dan Dana Daerah merupakan sumber keuangan LSM yang bertugas menghimpun dan menggalang sumber dana masyarakat secara sukarela, sesuai dengan peraturan dan perundang-

    undangan yang berlaku.

    (3) Divisi Usaha dan Dana Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah.

    (4) Divisi Usaha dan Dana Daerah dalam menjalankan tugas-tugasnya dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Usaha dan Dana Daerah mengkoordinasikan Divisi Usaha dan Dana Cabang.

    (6) Divisi Usaha dan Dana Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 56

    Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Daerah bertugas untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan kaderisasi yang berskala daerah secara teratur.

  • (3) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Daerah dalam menjalankan tugas-tugas dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (4) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Daerah dalam menjalankan tugas-tugas yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Daerah mengkoordinasikan Divisi Pendidikan dan Pelatihan Cabang.

    (6) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 57

    Divisi Komunikasi Publik Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Komunikasi Publik Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Divisi Komunikasi Publik Daerah bertugas menyampaikan pesan-pesan dan materi publikasi LSM serta mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan KOBRA dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan LSM yang

    berskala daerah secara luas dan terus-menerus demi memelihara dan meningkatkan citra LSM.

    (3) Divisi Komunikasi Publik Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Rencana Umum Komunikasi Publik serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah.

    (4) Divisi Komunikasi Publik Daerah dalam menjalankan tugas-tugas dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Komunikasi Publik Daerah dapat membuat sarana komunikasi publik tersendiri.

    (6) Divisi Komunikasi Publik Daerah mengkoordinasikan Divisi Komunikasi Publik Cabang.

    (7) Divisi Komunikasi Publik Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 58

    Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah

    (2) Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Daerah bertugas untuk memelihara dan mengembangkan hubungan kerja sama dengan LSM KOBRA, organisasi masyarakat, pemerintah

    daerah serta lembaga swadaya masyarakat.

  • (3) Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Rencana Umum Hubungan Eksternal, Luar Negeri, dan Lembaga Swadaya

    Masyarakat serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah.

    (4) Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Daerah dalam menjalankan tugas-tugas dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Daerah mengkoordinasikan Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Cabang.

    (6) Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Daerah bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 59

    Bidang-Bidang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Bidang-Bidang dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Jumlah dan Komposisi Bidang-bidang disesuaikan dengan kebutuhan Daerah.

    (3) Bidang bertugas melaksanakan monitoring, analisis, dan evaluasi serta merumuskan kebijakan LSM sesuai dengan bidangnya, yang jumlah dan bidangnya disesuaikan dengan dinas dan

    badan yang ada di tingkat provinsi.

    (4) Bidang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada program LSM serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Bidang dalam menjalankan tugas-tugas dapat dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan

    Dewan Pimpinan Daerah.

    (6) Bidang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 60

    Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Daerah

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Daerah dipilih oleh Formatur Musyawarah Daerah.

    (2) Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Daerah bertugas melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian dan pengembangan, analisis, evaluasi, menyelenggarakan perpustakaan, memberikan saran

    untuk mengembangkan LSM, serta mengumpulkan dan mengolah data serta Sistem InfLSMi Manajemen di Daerah.

  • (3) Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Daerah dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada program LSM serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah.

    (4) Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Umum Daerah dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-Seksi yang ditetapkan Dewan Pimpinan Daerah.

    (5) Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Daerah bertanggung jawab kepada

    Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 61

    Koordinator Daerah

    (1) Komposisi dan Personalia Koordinator ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.

    (2) Koordinator Daerah adalah penghubung antara Dewan Pimpinan Daerah dengan Dewan Pimpinan Cabang dalam rangka memperlancar tugas-tugas keLSMan.

    (3) Koordinator Daerah berkewajiban melaksanakan sosialisasi program-program Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah mendorong agar program tersebut berjalan

    sesuai dengan sasaran di Cabang.

    (4) Koordinator Daerah wajib memberikan laporan secara berkala kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    BAB VI

    STRUKTUR ORGANISASI TINGKAT CABANG

    Pasal 62

    Struktur Organisasi Tingkat Cabang

    Struktur Organisasi LSM Tingkat Cabang terdiri atas: Majelis LSM Cabang, Dewan Kehormatan Cabang, Ketua,Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-Wakil

    Bendahara, Komisi Pengawas Cabang, Unit-Unit, Ketua dan Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil-Wakil Sekretaris Komisi Pengawas pemerintah Cabang, Bagian-Bagian, dan Koordinator Cabang.

  • Pasal 63

    Majelis LSM Cabang

    (1) Majelis LSM Cabang berwenang:

    memberikan saran dan pendapat kepada Dewan Pimpinan Cabang terkait dengan segala kebijakan sebelum direkomendasikan kepada Dewan Pimpinan Pusat melalui Dewan Pimpinan Daerah;

    memberikan saran dan pendapat kepada Dewan Pimpinan Cabang terkait dengan

    penentuan LSM-LSM anggota koalisi di Cabang.

    (2) memberikan saran dan pendapat kepada Dewan Pimpinan Cabang terkait dengan penetapan kebijakan di Cabang.

    (3) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis LSM Daerah diangkat oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (4) Tugas-tugas, Kepengurusan Majelis LSM Cabang, dan ketentuan-ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

    Pasal 64

    Dewan Pimpinan Cabang

    (1) Dewan Pimpinan Cabang terdiri atas Pengurus Harian, dan Pengurus Pleno.

    (2) Pengurus Harian terdiri atas: Ketua, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil-wakil Bendahara, Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Cabang, Koordinator

    dan Wakil Koordinator Bagian, Koordinator dan Wakil Koordinator Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan Cabang, Koordinator dan Wakil Koordinator Komisi Pengawas pemerintah Cabng, Daerah

    Kabupaten/ Kota.

    (3) Dewan Pimpinan Cabang berwenang:

    menetapkan kebijakan tingkat Cabang sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, Keputusan Rapat Tingkat Nasional, Keputusan Musyawarah Daerah,

    Keputusan Rapat Tingkat Daerah, serta Peraturan LSM lainnya;

    mengusulkan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota kepada

    Dewan Pimpinan Pusat melalui Dewan Pimpinan Daerah;

    menetapkan pimpinan dan alat kelengkapan daerah Kabupaten/ Kota.

  • menyampaikan usulan saran pendapat kepada Dewan Pimpinan Pusat melalui Dewan Pimpinan Daerah

    mengusulkan LSM anggota koalisi di tingkat Kabupaten/Kota kepada Dewan Pimpinan Pusat melalui Dewan Pimpinan Daerah; dan

    mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pimpinan Ranting.

    (4) Hak dan Kewajiban Dewan Pimpinan Cabang serta ketentuan-ketentuan lain diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan LSM lainnya.

    Pasal 65

    K e t u a

    (1) Ketua Dewan Pimpinan Cabang dipilih oleh Musyawarah Cabang.

    (2) Ketua bertugas melaksanakan, mengawasi, dan mengendalikan semua kegiatan keLSMan, baik ke dalam maupun ke luar di Cabang.

    (3) Dalam melaksanakan tugasnya Ketua dibantu Wakil Ketua I, Wakil Ketua II Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Wakil-Wakil Bendahara serta Alat Kelengkapan LSM di Tingkat Cabang yang

    diangkat oleh Formatur Cabang.

    Pasal 66

    Wakil Ketua I

    (1) Wakil Ketua I dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Wakil Ketua I bertugas mengawasi dan mengendalikan kegiatan yang dilakukan oleh Divisi-divisi Cabang, Bagian-Bagian, Komisi Pengawasan pemerintah Kabupaten/Kota.

    (3) Wakil Ketua I bertanggung jawab kepada Ketua.

    Pasal 67

    Wakil Ketua II

    (1) Wakil Ketua II dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Wakil Ketua II bertugas mengawasi dan mengendalikan kegiatan-kegiatan Koordinator Cabang dalam mencapai sasaran program LSM

    (3) Wakil Ketua II bertanggung jawab kepada Ketua.

  • Pasal 68

    Sekretaris dan Wakil-Wakil Sekretaris

    (1) Sekretaris dan Wakil Sekretaris dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Sekretaris bertugas melakukan Manajemen Administrasi KOBRA ke luar dan melakukan kegiatan pengamanan kebijakan di cabang.

    (3) Dalam melaksanakan tugas Sekretaris harus berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Ketua.

    (4) Sekretaris dibantu oleh Wakil-Wakil Sekretaris.

    (5) Jumlah Wakil-Wakil Sekretaris, bidang tugas dan mekanisme kerjanya diatur oleh

    Dewan Pimpinan Cabang.

    (6) Sekretaris bertanggung jawab kepada Ketua.

    Pasal 69

    Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara

    (1) Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara Dewan Pimpinan Cabang dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Bendahara bertugas melakukan pengelolaan keuangan LSM sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan di cabang.

    (3) Bendahara dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ketua.

    (4) Bendahara dibantu oleh Wakil-Wakil Bendahara.

    (5) Jumlah Wakil-Wakil Bendahara, bidang tugas dan mekanisme kerjanya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi yang diterbitkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (6) Bendahara bertanggung jawab kepada Ketua.

    Pasal 70

    Badan Pengawas Cabang

    (1) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota Badan Pengawas Cabang dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Badan Pengawas Cabang bertugas untuk mengawasi, melakukan evaluasi, serta memberikan saran agar kedisiplinan LSM di cabang berjalan sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan.

  • (3) Anggota Badan Pengawas Cabang diangkat oleh Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pengawas Cabang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 71

    Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Cabang dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang

    (2) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Cabang bertugas:

    membantu dan menangani perkara-perkara pidana, perdata, dan perkara lainnya termasuk yang berkenaan dengan LSM ; dan

    memberikan nasehat dan pendampingan hukum kepada anggota di tingkat kabupaten/kota.

    (3) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Cabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman kepada program dan kebijakan Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Cabang dalam menjalankan tugas-tugas yang ditetapkan Dewan Pimpinan Cabang dibantu oleh Seksi-Seksi sesuai dengan kebutuhan.

    (5) Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Cabang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 72

    Divisi Pembinaan Anggota Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Pembinaan Anggota Cabang dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang

    (2) Divisi Pembinaan Anggota Cabang bertugas mempersiapkan pembinaan dan peningkatan jumlah keanggotaan LSM yang akan dilanjutkan dan diberikan kemampuan serta keterampilan.

    (3) Divisi Pembinaan Anggota Cabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana pembinaan anggota dan Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan

    Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Pembinaan Anggota Cabang dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang.

  • (5) Divisi Pembinaan Anggota Cabang mengkoordinasikan Unit Pembinaan Anggota Anak Cabang, Pimpinan Ranting, dan Pimpinan Anak Ranting.

    (6) Divisi Pembinaan Anggota Cabang melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 73

    Divisi Pembinaan Organisasi Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Pembinaan Organisasi Cabang diangkat oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Divisi Pembinaan Organisasi Cabang bertugas mempersiapkan konsolidasi LSM melalui Musyawarah Anak Cabang dan Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa, Musyawarah Ranting,

    Musyawarah Ranting Luar Biasa, Musyawarah Anak Ranting, dan Musyawarah Anak Ranting Luar Biasa sesuai ketentuan organisasi.

    (3) Divisi Pembinaan Organisasi Cabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada rencana pembinaan organisasi dan kebijakan umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah dan

    Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Pembinaan Organisasi Cabang dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang.

    (5) Divisi Pembinaan Organisasi Cabang mengkoordinasikan tugas Unit Pembinaan Organisasi Anak Cabang, Pimpinan Ranting, dan Pimpinan Anak Ranting.

    (6) Divisi Pembinaan Organisasi Cabang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 74

    Divisi Program Pro Rakyat Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Program Pro Rakyat dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Divisi Program Pro Rakyat Cabang bertugas membantu Pemerintah dan pemerintah kabupaten/kota untuk mendorong masyarakat agar memanfaatkan akses dan fasilitas yang ada,

    khususnya dalam program-program Pro Rakyat.

    (3) Divisi Program Pro Rakyat Cabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Rencana Program Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kebijakan Umum Dewan

    Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Program Pro Rakyat Cabang dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang.

    (5) Divisi Program Pro Rakyat Cabang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Cabang.

  • Pasal 75

    Divisi Tanggap Darurat Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Tanggap Darurat dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang

    (2) Divisi Tanggap Darurat Cabang bertugas membantu korban bencana alam dan musibah lain, serta menyalurkan bantuan dan alat-alat kebutuhan darurat lainnya sesegera mungkin langsung kepada

    korban.

    (3) Divisi Tanggap Darurat Cabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada program Pemerintah, Pemerintah Daerah serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan

    Daerah, dan Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Tanggap Darurat Cabang dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang

    (5) Divisi Tanggap Darurat Cabang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 76

    Divisi Logistik Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Logistik Cabang dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Divisi Logistik Cabang merupakan sumber logistik LSM di Cabang yang bertugas mengadakan, mengelola dan menyalurkan logistik, dari dan ke masyarakat secara sukarela, sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    (3) Divisi Logistik Cabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Logistik Cabang dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang.

    (5) Divisi Logistik Cabang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 77

    Divisi Usaha dan Dana Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Usaha dan Dana Cabang dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Divisi Usaha dan Dana Cabang merupakan sumber keuangan LSM yang bertugas menghimpun dan menggalang sumber dana masyarakat secara sukarela, sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

  • (3) Divisi Usaha dan Dana Cabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Usaha dan Dana Cabang dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang.

    (5) Divisi Usaha dan Dana Cabang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 78

    Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Cabang bertugas untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan kaderisasi secara teratur dan secara insidental sesuai dengan kebutuhan semua kader

    dan fungsionaris LSM di tingkat cabang.

    (3) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Cabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Rencana Umum Pendidikan dan Pelatihan serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan

    Pimpinan Daerah, dan Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Cabang dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang

    (5) Divisi Kaderisasi, Pendidikan dan Pelatihan Cabang bertanggung jawab kepada

    Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 79

    Divisi Komunikasi Publik Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Komunikasi Publik dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) Divisi Komunikasi Publik Cabang bertugas menyampaikan pesan-pesan dan materi publikasi LSM serta mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan KOBRA dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan LSM secara

    luas dan terus-menerus demi memelihara dan meningkatkan citra LSM di tingkat cabang.

    (3) Divisi Komunikasi Publik dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Rencana Umum Komunikasi Publik serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan

    Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Komunikasi Publik dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang.

  • (5) Divisi Komunikasi Publik mempunyai media komunikasi melalui website dan media publikasi lainnya.

    (6) Divisi Komunikasi Publik dapat membuat sarana komunikasi publik tersendiri.

    (7) Divisi Komunikasi Publik melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 80

    Unit Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Cabang dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang

    (2) Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Cabang bertugas untuk memelihara dan mengembangkan hubungan kerja sama dengan LSM KOBRA, organisasi masyarakat, pemerintah

    daerah serta lembaga swadaya masyarakat.

    (3) Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Cabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Rencana Umum Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat

    serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Cabang dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang

    (5) Divisi Hubungan Eksternal dan Lembaga Swadaya Masyarakat Cabang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 81

    Pengawasan pemerintahan Cabang

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Pengawasan pemerintahan Cabang dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang.

    (2) pengawasan pemerintahCabang dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Program LSM serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan Pimpinan Cabang.

    (3) pengawasan pemerintahCabang dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang

    (4) pengawasan pemerintah Cabang bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Cabang.

  • Pasal 82

    Bagian-Bagian

    (1) Koordinator dan Wakil Koordinator Bagian-bagian dipilih oleh Formatur Musyawarah Cabang

    (2) Jumlah Komposisi dan Personalia Bagian-bagian disesuaikan dengan kebutuhan.

    (3) Bagian bertugas melaksanakan monitoring, analisis, dan evaluasi serta merumuskan kebijakan LSM sesuai dengan bidangnya.

    (4) Bagian dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada program LSM serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan Pimpinan Cabang.

    (5) Bagian-bagian dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh Seksi-seksi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang

    (6) Bagianbagian bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Cabang.

    Pasal 83

    Pimpinan Anak Cabang

    (1) Ketua Pimpinan Anak Cabang dipilih oleh Musyawarah Anak Cabang.

    (2) Pimpinan Anak Cabang terdiri atas: Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-Wakil Bendahara, dan Seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan.

    (3) Pimpinan Anak Cabang berwenang:

    menentukan kebijakan Tingkat Anak Cabang sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, Keputusan Rapat Tingkat Nasional, Keputusan Musyawarah Daerah, Keputusan

    Rapat Tingkat Daerah, Keputusan Musyawarah Cabang, Keputusan Rapat Tingkat Cabang, Keputusan Musyawarah Anak Cabang, Keputusan Rapat Tingkat Anak Cabang, serta Peraturan LSM lainnya; dan

    menetapkan Komposisi kepengurusan Pimpinan Anak Ranting.

    (4) Hak dan Kewajiban Pimpinan Anak Cabang serta ketentuan-ketentuan lain lebih lanjut diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan LSM.

  • Pasal 84

    Pimpinan Ranting

    (1) Pimpinan Ranting terdiri atas: Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil Bendahara dan Anggota.

    (2) Pimpinan Ranting berwenang menentukan kebijakan Tingkat Ranting sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, Keputusan Rapat Tingkat Nasional, Keputusan Musyawarah Daerah, Keputusan Rapat Tingkat Daerah, Keputusan Musyawarah Cabang, Keputusan Rapat Tingkat Cabang, Keputusan Musyawarah Anak Cabang, Keputusan Rapat Tingkat Anak Cabang,

    Keputusan Musyawarah Ranting, Keputusan Rapat Tingkat Ranting serta Peraturan LSM lainnya.

    (3) Kepengurusan Pimpinan Ranting ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang.

    (4) Hak dan Kewajiban Pimpinan Ranting serta ketentuan-ketentuan lain lebih lanjut diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan LSM lainnya.

    Pasal 85

    Pimpinan Anak Ranting

    (1) Pimpinan Anak Ranting dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang.

    (2) Apabila Kepengurusan Anak Ranting dapat terbentuk di daerah tertentu, maka Musyawarah Anak Ranting dapat dilaksanakan

    (3) Hak dan Kewajiban Pimpinan Anak Ranting serta ketentuan-ketentuan lain lebih lanjut diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan LSM.

    BAB VII

    STRUKTUR ORGANISASI DEWAN PERWAKILAN LUAR NEGERI

    Pasal 86

    Struktur Organisasi Dewan Perwakilan Luar Negeri

    Struktur Organisasi Dewan Perwakilan Luar Negeri terdiri atas: Ketua Dewan Perwakilan Luar Negeri, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-Wakil

    Bendahara, Komisi Pengawas Luar Negeri, Pengawasan pemerintahan Luar Negeri, Unit, Bagian, dan Koordinator Luar Negeri.

  • Pasal 87

    Dewan Perwakilan Luar Negeri

    (1) Komposisi dan Personalia Dewan Perwakilan Luar Negeri diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (2) Dewan Perwakilan Luar Negeri terdiri atas: Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-Wakil Bendahara, Divisi dan Bidang-Bidang sesuai kebutuhan

    (3) Dewan Perwakilan Luar Negeri berwenang menentukan kebijakan Perwakilan Luar Negeri sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres, Keputusan Rapat Tingkat

    Nasional, Musyawarah Perwakilan Luar Negeri, Rapat Perwakilan Luar Negeri, serta Peraturan LSM lainnya.

    (4) Melaksanakan program-program LSM sesuai dengan hasil Kongres, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan LSM lainnya.

    (5) Mengusulkan kebijakan-kebijakan sesuai dengan perkembangan LSM di negara tempat berdomisili untuk memperoleh persetujuan dari Dewan Pimpinan Pusat.

    (6) pemberian hak suara, dan hal-hal lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

    Pasal 88

    Ketua dan Wakil-wakil Ketua

    (1) Ketua bertugas melaksanakan, mengawasi, dan mengendalikan semua kegiatan keLSMan, baik ke dalam maupun ke luar di Luar Negeri.

    (2) Ketua dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Wakil-Wakil Ketua sesuai kebutuhan.

    (3) Ketua Dewan Perwakilan Luar Negeri bertanggung jawab kepada Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 89

    Sekretaris dan Wakil-Wakil Sekretaris

    (1) Sekretaris bertugas melakukan Manajemen Administrasi KOBRA ke luar dan melakukan kegiatan pengamanan kebijakan di luar negeri.

    (2) Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris harus berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Ketua.

    (3) Sekretaris dibantu oleh Wakil-Wakil Sekretaris.

    (4) Sekretaris bertanggung jawab kepada Ketua.

  • Pasal 90

    Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara

    (1) Bendahara bertugas melakukan pengelolaan keuangan LSM sesuai rencana yang telah ditetapkan di luar negeri.

    (2) Bendahara dibantu oleh Wakil-Wakil Bendahara.

    (3) Bendahara dan Wakil-wakil Bendahara bertanggung jawab kepada Ketua.

    Pasal 91

    Badan Pengawas Perwakilan Luar Negeri

    (1) Badan Pengawas Perwakilan Luar Negeri dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

    (2) Komposisi dan Perssonalia Badan Pengawas Perwakilan Luar Negeri ditetapkan oleh

    Dewan Pimpinan Pusat.

    (3) Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pengawas Perwakilan Luar Negeri bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Luar Negeri.

    Pasal 92

    Pengawasan pemerintahan Perwakilan Luar Negeri

    (1) Pengawasan pemerintahPerwakilan Luar Negeri dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Program LSM serta Kebijakan Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Perwakilan Luar Negeri.

    (2) Komposisi dan Personalia Pengawasan pemerintahan Perwakilan Luar Negeri serta tugas-tugasnya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

    (3) Pengawasan pemerintahPerwakilan Luar Negeri bertanggung jawab kepada

    Dewan Perwakilan Luar Negeri.

    Pasal 93

    Koordinator Luar Negeri

    (1) Koordinator Luar Negeri adalah penghubung antara Dewan Pimpinan Pusat dengan Dewan Perwakilan Luar Negeri dalam rangka memperlancar tugas-tugas keLSMan.

  • (2) Koordinator Luar Negeri berkewajiban melaksanakan sosialisasi program-program Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Perwakilan Luar Negeri untuk mendorong agar program tersebut berjalan sesuai

    dengan sasaran di luar negeri.

    (3) Koordinator Luar Negeri wajib memberikan laporan secara berkala kepada Dewan Perwakilan Luar Negeri.

    BAB VIII

    JANGKA WAKTU KEPENGURUSAN

    Pasal 94

    Jangka Waktu Kepengurusan

    (1) Jangka waktu kepengurusan LSM pada semua tingkatan adalah 5 (lima) tahun.

    (2) Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), jangka waktu kepengurusan dapat kurang dari 5 (lima) tahun, apabila dilakukan melalui Kongres Luar Biasa, Musyawarah Daerah

    Luar Biasa, Musyawarah Cabang Luar Biasa, Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa, Musyawarah Ranting Luar Biasa.

    (3) Dalam hal jangka waktu kepengurusan sebagaimana diatur dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat dilaksanakan maka kepengurusan LSM akan dipimpin oleh Pelaksana Tugas.

    (4) Tata cara, persyaratan, pengangkatan, dan hal-hal lain tentang Jangka Waktu Kepengurusan dan Pelaksana Tugas diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

    BAB IX

    KONGRES, MUSYAWARAH, DAN RAPAT-RAPAT

    Pasal 95

    Kongres dan Kongres Luar Biasa

    (1) Kongres adalah pemegang kekuasaan tertinggi LSM, yang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun dan berwenang:

    a. menetapkan Ketua Dewan Pembina;

    b. mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

    c. menetapkan Program Umum LSM;

    d. meminta dan menilai Laporan Pertanggung Jawaban Dewan Pimpinan Pusat;

  • e. memilih dan menetapkan Ketua Umum dan Formatur Kongres; dan

    menetapkan keputusan-keputusan Kongres lainnya.

    (2) Kongres Luar Biasa mempunyai wewenang dan kekuasaan yang sama dengan Kongres.

    (3) Kongres Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan:

    a. Majelis Tinggi LSM, atau

    b. Sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Dewan Pimpinan Daerah dan (satu per dua) dari jumlah Dewan Pimpinan Cabang.

    (4) Dalam permintaan tersebut, harus menyebutkan agenda dan alasan-alasan yang jelas diadakannya Kongres Luar Biasa.

    (5) Dewan Pimpinan Pusat sebagai penyelenggara Kongres Luar Biasa.

    Pasal 96

    Rapat-Rapat Tingkat Nasional

    (1) Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) dihadiri oleh Majelis Tinggi LSM, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Komisi Pengawas, Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang, dan Dewan Perwakilan Luar Negeri untuk membahas dan mengambil keputusan-keputusan

    strategis dan politis kecuali yang menjadi kewenangan kongres dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

    (2) Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) adalah rapat tingkat nasional yang dihadiri oleh Majelis Tinggi LSM, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah dan

    undangan lainnya yang ditetapkan dan diselenggarakan atas undangan Dewan Pimpinan Pusat dalam rangka melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi terhadap masalah nasional tertentu, kecuali yang menjadi wewenang Kongres dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

    (3) Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) adalah rapat tingkat nasional yang dihadiri oleh Majelis Tinggi LSM, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang dan undangan lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat yang diadakan

    sekurang-kurangnya sekali dalam 2 (dua) tahun untuk mengevaluasi dan merekomendasikan Program Umum LSM.

    Rapat Pengurus Harian Terbatas Dewan Pimpinan Pusat dihadiri oleh Ketua Umum, Wakil Ketua Umum I, Wakil Ketua Umum II, Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Wakil-

    Wakil Bendahara Umum, Direktur Eksekutif mengenai kewenangan Dewan Pimpinan Pusat sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Ayat (5) huruf a sampai dengan huruf g yang dilaksanakan sekurang-

    kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu.

  • Rapat Pengurus Harian Terbatas dapat mengundang Pengurus Harian dan unsur kepengurusan lainnya sesuai dengan kebutuhan LSM.

    (4) Rapat Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat dihadiri oleh Pengurus Harian Terbatas, Wakil-Wakil Direktur Eksekutif, Ketua dan Sekretaris Departemen, Ketua dan Sekretaris Divisi, Ketua, Wakil-Wakil

    Ketua dan Wakil-Wakil Sekretaris Pengawasan pemerintahan , Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil-Wakil Sekretaris Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan, Ketua dan Sekretaris KOBRA sesuai

    dengan Pasal 16 Ayat (5) huruf h dan huruf I serta hal-hal penting lainnya sesuai kebutuhan LSM yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

    (5) Rapat Pengurus Pleno adalah rapat yang dihadiri oleh Pengurus Harian Terbatas, Pengurus Harian, Pengurus-pengurus yang diangkat oleh Pengurus Harian Terbatas, Ketua dan Sekretaris

    Koordinator Wilayah, dan berwenang mengambil keputusan-keputusan terkait dengan kehidupan LSM, hal-hal penting lainnya yang perlu segera ditindaklanjuti dan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali

    dalam 6 (enam) bulan.

    Pasal 97

    Musyawarah Daerah dan Musyawarah Daerah Luar Biasa

    (1) Musyawarah Daerah diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dan berwenang:

    memilih dan menetapkan Ketua dan Formatur Musyawarah Daerah;

    menyusun Program Kerja tingkat daerah;

    menilai Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah; dan

    menetapkan keputusan-keputusan lainnya.

    (2) Musyawarah Daerah Luar Biasa mempunyai wewenang dan kekuasaan yang sama dengan Musyawarah Daerah.

    (3) Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan:

    Sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Dewan Pimpinan Cabang;

    Dalam permintaan tersebut, harus menyebutkan agenda dan alasan-alasan yang jelas diadakannya Musyawarah Daerah Luar Biasa.

    (4) Dewan Pimpinan Daerah sebagai penyelenggara Musyawarah Daerah Luar Biasa.

    (5) Penyelenggaraan Musyawarah Daerah Luar Biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 harus mendapat persetujuan Dewan Pimpinan Pusat.

  • Pasal 98

    Rapat-Rapat Tingkat Daerah

    (1) Rapat Pimpinan Daerah (RAPIMDA) dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Majelis LSM Daerah, Dewan Kehormatan Daerah, Komisi Pengawas Daerah, Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan

    Cabang, dan undangan lainnya untuk membahas dan memutuskan keputusan-keputusan strategis di daerah dan dilaksanakan sesuai kebutuhan.

    (2) Rapat Koordinasi Daerah (RAKORDA) adalah rapat tingkat daerah yang dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Majelis LSM Daerah, Dewan Kehormatan Daerah, Komisi Pengawas Daerah, Dewan

    Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang, dan undangan lainnya yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah dalam rangka melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi terhadap

    masalah daerah tertentu dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

    (3) Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) adalah rapat tingkat daerah yang dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Majelis LSM Daerah, Dewan Kehormatan Daerah, Komisi Pengawas Daerah, Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang, dan undangan lainnya yang diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu)

    kali dalam 2 (dua) tahun untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Kerja.

    (4) a. Rapat Pengurus Harian Terbatas Dewan Pimpinan Daerah dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Wakil-Wakil Bendahara, mengenai

    kewenangan Dewan Pimpinan Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 41 Ayat (4) huruf a sampai dengan huruf f yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu.

    (5) Rapat Pengurus Harian Terbatas Dewan Pimpinan Daerah dapat mengundang Pengurus Harian dan unsur kepengurusan lainnya sesuai dengan kebutuhan LSM.

    (6) Rapat Pengurus Harian Dewan Pimpinan Daerah dihadiri oleh Pengurus Harian Terbatas, Direktur Eksekutif Daerah, Koordinator dan Wakil-wakil Koordinator Bidang, Koordinator dan Wakil-wakil

    Koordinator Divisi Daerah, Koordinator dan Wakil-wakil Koordinator Pengawasan pemerintahan Daerah, Koordinator dan Wakil-wakil Koordinator Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Daerah, Ketua dan Sekretaris sesuai dengan Pasal 41 Ayat (4) huruf g serta hal-hal penting lainnya sesuai kebutuhan

    LSM di daerah yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

    (7) Rapat Pleno Dewan Pimpinan Daerah adalah rapat yang dihadiri oleh Majelis LSM Daerah, Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Harian Dewan Pimpinan Daerah, Pengurus-pengurus yang diangkat oleh

    Pengurus Harian antara lain Koordinator dan Wakil Koordinator, Divisi-divisi Daerah, Bidang-bidang, Koordinator dan Wakil Koordinator, dan berwenang mengambil keputusan-keputusan terkait dengan kehidupan LSM di daerah dan hal-hal penting lainnya yang perlu segera ditindaklanjuti dan diadakan

    sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

    Pasal 99

    Musyawarah Cabang dan Musyawarah Cabang Luar Biasa

    (1) Musyawarah Cabang diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dan berwenang :

  • a. memilih dan menetapkan Ketua dan Formatur Musyawarah Cabang;

    b. menyusun Program Kerja Cabang;

    c. menilai Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang; dan

    d. menetapkan keputusan-keputusan lainnya.

    (2) Musyawarah Cabang Luar Biasa mempunyai wewenang dan kekuasaan yang sama dengan Musyawarah Cabang.

    (3) Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan atas permintaan oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Dewan Pimpinan Anak Cabang.

    (4) Dalam permintaan sebagaimana disebut pada ayat 3, harus menyebutkan agenda dan alasan-alasan yang jelas diadakannya Musyawarah Cabang Luar Biasa.

    (5) Dewan Pimpinan Cabang sebagai penyelenggara Musyawarah Cabang Luar Biasa.

    (6) Penyelenggaraan Musyawarah Cabang Luar Biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 harus mendapat persetujuan Dewan Pimpinan Pusat.

    Pasal 100

    Rapat-Rapat Tingkat Cabang

    (1) Rapat Pimpinan Cabang (RAPIMCAB) dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, Badan Pengawas Cabang, Dewan Pimpinan Cabang, Dewan Pimpinan Anak Cabang dan

    undangan lainnya untuk membahas dan mengambil keputusan-keputusan strategis di Cabang dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

    (2) Rapat Koordinasi Cabang (RAKORCAB) adalah rapat tingkat Cabang yang dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, Badan Pengawas Cabang, Dewan Pimpinan Cabang, Dewan

    Pimpinan Anak Cabang, dan undangan lainnya yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang dalam rangka melakukan kehidupan LSM di tingkat cabang dan hal-hal penting lainnya yang perlu

    segera ditindaklanjuti dan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

    (3) Rapat Kerja Cabang (RAKERCAB) adalah rapat tingkat cabang yang dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang, Dewan Pimpinan Anak Cabang dan undangan

    lainnya yang diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Kerja.

    (4) Rapat Pleno Dewan Pimpinan Cabang adalah rapat yang dihadiri oleh Majelis LSM Cabang, Dewan Kehormatan Cabang, Pengurus Harian Dewan Pimpinan Cabang, Pengurus-pengurus yang diangkat oleh

    Pengurus Harian antara lain Koordinator dan Wakil Kordinator Divisi Cabang, Bagian-bagian dan berwenang mengambil keputusan-keputusan terkait dengan kehidupan LSM di Cabang dan hal-hal

    penting lainnya yang perlu segera ditindak lanjuti dan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalm 6 (enam) bulan.

  • (5) Rapat Harian Dewan Pimpinan Cabang dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-Wakil Bendahara, Koordinator dan Wakil Koordinator Divisi

    Cabang, Bagian-Bagian, Koordinator dan Wakil Koordinator Pengawasan pemerintahan Cabang, Koordinator dan Wakil Koordinator Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Cabang, serta Ketua

    dan Sekretaris,Kabupaten/Kota yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

    Pasal 101

    Musyawarah Anak Cabang dan Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa

    (1) Musyawarah Anak Cabang diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun dan berwenang:

    menyusun Program Kerja LSM Tingkat Anak Cabang;

    menilai Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Anak Cabang;

    memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Anak Cabang; dan

    menetapkan Keputusan-keputusan lainnya dalam batas kewenangannya.

    (2) Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa mempunyai wewenang dan kekuasaan yang sama dengan Musyawarah Anak Cabang.

    (3) Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa diadakan atas permintaan oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Dewan Pimpinan Ranting.

    (4) Dalam permintaan sebagaimana disebut pada ayat 3, harus menyebutkan agenda dan alasan-alasan yang jelas diadakannya Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa.

    (5) Dewan Pimpinan Anak Cabang sebagai penyelenggara Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa.

    (6) Penyelenggaraan Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 harus mendapat persetujuan Dewan Pimpinan Daerah.

    Pasal 102

    Rapat-Rapat Tingkat Anak Cabang

    (1) Rapat Koordinasi Anak Cabang (RAKOR ANCAB) adalah rapat tingkat Anak Cabang yang dihadiri oleh Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang, Dewan Pimpinan Anak Cabang, Dewan

    Pimpinan Ranting, dan undangan lainnya yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang dalam rangka melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi terhadap masalah-masalah

    di tingkat Anak Cabang yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

  • (2) Rapat Kerja Anak Cabang (RAKER ANCAB) adalah rapat tingkat Anak Cabang yang dihadiri oleh Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang, Dewan Pimpinan Anak Cabang, Dewan

    Pimpinan Ranting dan undangan lainnya yang diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Kerja.

    (3) Rapat Pleno Dewan Pimpinan Anak Cabang adalah rapat yang dihadiri Pengurus Harian Dewan Pimpinan Anak Cabang atas undangan Dewan Pimpinan Anak Cabang dan berwenang mengambil

    keputusan-keputusan terkait dengan kehidupan LSM di tingkat Anak Cabang dan hal-hal penting lainnya yang perlu segera ditindaklanjuti dan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

    (4) Rapat Harian Dewan Pimpinan Anak Cabang dihadiri oleh dihadiri oleh Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Wakil Wakil Bendahara yang dilaksanakan

    sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

    Pasal 103

    Rapat-Rapat Tingkat Ranting

    (1) Rapat Harian Dewan Pimpinan Ranting dihadiri oleh Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Wakil Wakil Bendahara yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1

    (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

    (2) Rapat Pleno Dewan Pimpinan Ranting adalah rapat yang dihadiri dihadiri oleh Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil Wakil Bendahara dan Anggota

    serta undangan lainnya yang berwenang mengambil keputusan-keputusan terkait dengan kehidupan LSM di tingkat ranting dan hal-hal penting lainnya yang perlu segera ditindaklanjuti dan diadakan

    sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

    Pasal 104

    Musyawarah dan Rapat-Rapat Perwakilan Luar Negeri

    (1) Musyawarah Perwakilan Luar Negeri diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dan berwenang:

    a. memilih dan menetapkan Ketua/Formatur;

    menyusun Program Kerja Perwakilan Luar Negeri;

    c. menilai Laporan Pertanggungjawaban Dewan Perwakilan Luar Negeri; dan

    menetapkan keputusan-keputusan lainnya.

    (2) Musyawarah dan Rapat-rapat Perwakilan Luar Negeri diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

  • BAB X

    PESERTA, HAK SUARA, KUORUM, DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

    PASAL 105

    Peserta

    (1) Kongres, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang, Musyawarah Anak Cabang, Musyawarah Ranting dihadiri oleh peserta, peninjau, dan undangan.

    (2) Peserta diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan lainnya.

    (3) Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan LSM sesuai dengan tingkatannya.

    PASAL 106

    Hak Suara

    (1) Hak suara adalah jumlah suara yang dihitung dalam menentukan keputusan Kongres, musyawarah-musyawarah, dan rap