Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

35
SURVEILANS, PENCATATAN DAN PELAPORAN MASALAH KESEHATAN DI PUSKESMAS LUBUK KILANGAN PADANG Oleh : SUHERY 1010312031 Preseptor : Dr.dr.Hafni Bachtiar,MPH BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

description

4

Transcript of Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

Page 1: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

SURVEILANS, PENCATATAN DAN PELAPORAN MASALAH KESEHATAN

DI PUSKESMAS LUBUK KILANGAN PADANG

Oleh :

SUHERY

1010312031

Preseptor :

Dr.dr.Hafni Bachtiar,MPH

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014

Page 2: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah pribadi ini dengan judul “Surveilans, pencatatan

dan pelaporan masalah kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang”. Selanjutnya,

Shalawat dan Salam kepada Rasulullah SAW.

Penuliasan makalah pribadi ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat

kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr.dr.Hafni

Bachtiar,MPH dan Dr.dr.Rosfita Rasyid,M.Kes selaku preseptor yang telah memberikan

bimbingannya dalam proses penyelesaian makalah pribadi ini, juga untuk dukungannya

baik dalam bentuk moril maupun dalam mencari referensi yang lebih baik, kepada

Kepala Puskesmas Lubuk Kilangan Padang beserta seluruh jajarannya dan semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan makalah pribadi ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dar sempurna, maka dari itu sangat

diperlukan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga karya tulis ini

dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Padang, Mei 2014

Penulis

Page 3: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada

pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan

terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan

informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar.

Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi,

karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan

organisasi tersebut.

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas

kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga merupakan

pondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang

akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan

perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan

perlu dicatat, dianalisis, dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang

pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang

ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua

staf puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi

menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan

pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP).

1.2. Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan

data surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan serta permasalahan yang ada dalam

rangkaian kegiatan tersebut.

Page 4: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

1.3. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans,

pencatatan dan pelaporan data surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan serta

permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan tersebut dan sebagai salah satu syarat

menjalankan kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas.

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada

berbagai literatur, analisis, dan diskusi

Page 5: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Surveilans

2.1. Pengertian

Menurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis

dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi

kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi

diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang

dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit

serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan

penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang

mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan

analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans

dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang

lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan,

mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan

dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat

berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan

(Timmreck, 2005)

2.2. Tujuan

Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit

dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian

luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal

pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat

administrasi (Depkes RI, 2004)

Page 6: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

2.3. Komponen surveilans

Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004) seperti

dibawah ini :

1. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas,

tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari

pengumpulan data epidemiologi adalah: untuk menentukan kelompok populasi

yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan

reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan

karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan

berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan;

untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya, cara penularannya dan

seberapa jauh penyebarannya

2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya

dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat

berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan

informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran

bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru

3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi

data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut

dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada  atasan atau

kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut

Komponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO,1999) adalah sebagai

berikut:

a.     Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas

informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan.

Data yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit

Page 7: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan surveilans yang baik

pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus.

Tujuan pengumpulan data:

1).    Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko

terbesar terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan

lain-lain.

2).    Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.

3).    Menentukan  reservoir infeksinya

4).    Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi penyakit.

5).    Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.

Sumber data yang dikumpulkan barlainan untuk tiap jenis penyakit.Sumber data

sistem surveilans terdiri dari 10 elemen yaitu:

1).    Pencatatan kematian

2).    Laporan penyakit, merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans. Data

yang diperlukan : nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosis dan

tanggal mulai sakit.

3).    Laporan kejadian luar biasa atau wabah.

4).    Hasil pemeriksaan laboratorium.

5).    Penyelidikan peristiwa penyakit menular.

6).    Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.

7).    Survey : memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.

8).    Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan.

9).    Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.

10).  Data kependudukan dan lingkungan.

b.     Pengolahan, analisa dan interpretasi data

Data yang terkumpul segera diolah, dianalisa dan sekaligus diinterpretasikan

berdasarkan waktu, tempat dan orang, kemudian disajikan dalam bentuk teks, tabel, spot

map dan lain-lain agar bisa menjawab masalah-masalah yang ada, sehingga segera

dilakukan tindakan yang cepat dan tepat.

Page 8: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, dibuat tanggapan dan saran-saran

dalam menentukan tindakan pemecahan masalah yang ada.

c.     Penyebarluasan Informasi dan umpan balik.

Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit

kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarkluaskan

dengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai

umpan balik (feed back)kepada unit kesehatan pemberi laporan.

Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data

(pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah,

merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up.

2.4. Aktifitas Inti Surveilans

Aktivitas surveilans kesehatan masyarakat meliputi delapan aktivitas inti

(McNabb. et al., 2002), yaitu:

1)    Pendeteksian kasus (case detection): proses mengidentifikasi peristiwa atau keadaan

kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam penyelenggaraan

surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit, puskesmas,  laboratorium, unit penelitian,

unit program-sektor dan unit statistik lainnya.

2)    Pencatatan kasus (registration): proses pencatatan kasus hasil identifikasi peristiwa

atau keadaan kesehatan.

3)    Konfirmasi (confirmation): evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi sampai pada

hasil percobaan laboratorium.

4)    Pelaporan (reporting): data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan

surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan

penanggulangan penyakit atau upaya  peningkatan program kesehatan, pusat penelitian

dan pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi.

Pengumpulan data kasus pasien dari tingkat yang lebih rendah dilaporkan kepada fasilitas

kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup daerah atau nasional.

5)    Analisis data (data analysis): analisis terhadap data-data dan angka-angka dan

menentukan indikator terhadap tindakan.

Page 9: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

6)    Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness) kesiapsiagaan dalam

menghadapi wabah/kejadian luar biasa.

7)    Respon terencana (response and control): sistem pengawasan kesehatan masyarakat

hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan dalam peringatan dini dan

munculnya masalah dalam kesehatan masyarakat.

8)    Umpan balik (feedback): berfungsi penting dari semua sistem pengawasan, alur

pesan dan informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat yang lebih tinggi.

2.5. Kegunaan surveilans epidemiologi

Surveilans epidemiologi mempunyai beberapa kegunaan (Depkes RI, 1997) yaitu:

a.     Mengidentifikasi adanya kejadian luar biasa, epidemi dan untuk memastikan

tindakan pengendalian secara berhasil guna yang dapat dilaksanakan.

b.     Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan

memperbandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.

c.     Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas sasaran program pada tahap

perencanaan program.

d.     Mengidentifikasi kelompok resiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat

tinggal dimana masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu

ke waktu, menambah pemahaman mengenai vektor penyakit, reservoir binatang

dan cara serta dinamika penularan penyakit menula

2.6. Syarat- syarat surveilans yang baik

Syarat-syarat sistem surveilans yang baik hendaknya memenuhi karakteristik

sebagai berikut (Romaguera, 2000) :

a.     Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan sistem surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian sistem.

Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor,

cara pengiriman data, organisasi yang menerima laporan, kebutuhan pelatihan staf,

pengolahan dan analisa data perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang

terlalu besar dan prosedur yang terlalu rumit.

b.     Fleksibilitas (Flexibility).

Page 10: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dalam mengatasi

perubahan-perubahan informasi yang dibutuhkan atau kondisi operasional tanpa

memerlukan peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, waktu dan tenaga.

c.     Dapat diterima (Acceptability).

Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu,

organisasi dan lembaga kesehatan. lnteraksi sistem dengan mereka yang terlibat, temasuk

pasien atau kasus yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tesebut. Beberapa indikator penerimaan

terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian

formulir pelaporan dan ketepatan waktu pelaporan. Tingkat partisipasi dalam sistem

surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan

atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem, tanggapan sistem terhadap saran atau

komentar, beban sumber daya yang tersedia, adanya peraturan dan perundangan yang

dijalankan dengan tepat.

d.     Sensitivitas (Sensitivity).

Sensitivitas suatu surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian

kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan kemampuan

mengidentifikasi adanya KLB.

Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :

1).    Proporsi penderita yang berobat ke pelayanan kesehatan

2).    Kemampuan mendiagmosa secara benar dan kemungkinan kasus yang

terdiagnosa akan dilaporkan

3).    Keakuratan data yang dilaporkan

e.     Nilai Prediktif Positif (Positive predictive value)

Nilai Prediktif Positif adalah proporsi dari yang diidentifikasi sebagai

kasus, yang kenyataannya memang menderita penyakit atau kondisi sasaran

surveilans. Nilai Prediktif Positif menggambarkan sensitivitas dan spesifisitas

serta prevalensi/ insidensi penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat.

Page 11: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

f.      Representatif (Representative).

Sistem surveilans yang representatif mampu mendeskripsikan secara

akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan

tempat. Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans yang

representatif. Data surveilans tidak sekedar pemecahan kasus-kasus tetapi juga

diskripsi atau ciri-ciri demografik dan infomasi mengenai faktor resiko yang

penting.

g.     Tepat Waktu.

Ketepatan waktu suatu ystem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan dan

kecepatan mulai dari proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan

interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu dilakukan dengan

tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau tidak meluas sehingga

membahayakan masyarakat. Ketepatan waktu dalam ystem surveilans dapat

dinilai berdasarakan ketersediaan infomasi untuk pengendalian penyakit baik

yang sifatnya segera maupun untuk perencanaan program dalam jangka

panjang.Tekhnologi komputer dapat sebagai faktor pendukung sistem surveilans

dalam ketepatan waktu penyediaan informasi.

3. Pencatatan Dan Pelaporan

3.1. Pengertian sistem pencatatan dan pelaporan

Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas dalam

bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan di atas kertas, disket, pita nam, pita film. Bentuk

catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara. Selanjutnya untuk melengkapi

pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan.

Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu

dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan

tertentu. Pencatatan (recording) dan pelaporan(reporting) berpedoman kepada sistem

pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).

Page 12: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

Beberapa  pengertian dasar dari SP2T4P menurut DepKes. Ri (1992) adalah sebagai

berikut:

1.  Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan pencatatan

dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatn di

puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan melalui surat

keputusan Menteri Kesehatan RI no.63/Menkes/SK/II/1981

2. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen yang saling

berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu

3. Terpadu merupakan gabungan dari berbagai macam kegiatan pelayanan kesehatan

puskesmas, untuk menghindari adanya pencatatan dan pelaporan lain yang dapat

memperberat beban kerja petugas puskesmas.

4. Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan

adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga

kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang berupa

laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan format yang di

tetapkan.

5. Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah melakukan

pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan dan

melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan kepada

instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang di tetapkan

6. Pencatatn dan pelapopran rekapitulasi kegiatan yang di selenggarakan setiap

triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu

triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan data tersebut dalam bentuk

rekapitulasi kegiatan triwulanan dan tahunan kepada instansi yang berwenang

dengan menggunakan format yang telah di tetapkan.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) didalam pelaksanaannya

masih terbatas pada data yang merupakan hasil dari interaksi antara masyarakat dengan

fasilitas kesehatan. SP2TP/SIMPUS dapat juga membantu dalam perencanaan program-

program kesehatan di puskesmas. Namun dalam kenyataannya belum berjalan seperti

yang harapkan, bahkan kehadiran  sistem pencatatan dan pelaporan di puskesmas dilihat

sebagai suatu hal yang cukup membebani petugas puskesmas. Evaluasi dilakukan untuk

Page 13: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

mengkaji pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, menemukan

masalah-masalah yang dihadapi baik dari aspek teknis dan non teknis.

3.2. Manfaat pencatatan dan pelaporan

1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat pusat,provinsi,dan

kab/kota

2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka

pengembangan tenaga kesehatan

3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan

4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil

3.3. Jenis pencatatan terpadu puskesmas

Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di

luar gedung.

1. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas

Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang diperoleh

dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung puskesmas seperti

tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini

menggunakan: family folder, kartu indek penyakit, buku register dan sensus harian.

2. Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas

Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat berdasarkan

catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti Kegiatan progam

yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan Pelaporan ini

menggunakan kartu register dan kartu murid.

Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan

terpadu puskesmas atau yang disebut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu

Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap

awal bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota mengolahnya dan

mengirimkan umpan baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan

Pusat. Umpan balik tersebut harus dikirimkankembali secara rutin ke Puskesmas untuk

Page 14: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

dapat dijadikan evaluasi keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan

puskesmas tidak punya kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan

Pusat tetapi dinkes kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan

rutinnya ke Departemen Kesehatan Pusat.

3.4. Hasil penelitian dalam pencatatan dan pelaporan

Proses pelaksanaan SP2TP di Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan,

mengalami berbagai hambatan, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan dan

perilaku para pengelola dan pengguna data, yang kurang mendukung terhadap

keberhasilan SP2TP. Kualitas aspek teknis yakni penguasaan tentang SP2TP, proses

datanya, sarananya serta kapasitas SDM belum memadai dan mendapat perhatian

sebagaimana mestinya. Aspek sistem dalam konteks organisasional yang berkaitan

dengan aspek perilaku khususnya menyangkut dengan peran, tugas dan tanggung jawab

yang diwujudkan lewat sikap, motivasi dan tindakan nyata dalam pelaksanaan SP2TP dan

pemanfaatan data secara konsisten belum nampak.

3.5. Jenis pencatatan

Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:

1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.

2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi

3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam.

Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu:

• LB1, berisi data kesakitan

• LB2, berisi data kematian

• LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll

• LB4, berisi data obat-obatan

Page 15: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

Bentuk Formulir Pelaporan :

1. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO

2. Formulir LT: untuk data kegiatan

3. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan kematian

4. LB1: laporan data kesakitan

a. Kasus lama

b. Kasus baru

5. LB2: laporan data kematian

a. laporan obat-obatan (LPLPO)

6. LB3

a. Gizi

b. KB

c. Imunisasi

d. KIA

e. Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru, Kusta,

Filaria, ISPA, Rabies dan lain-lain.

7. LB4

a. Kunjungan Puskesmas

b. Kehatan Olahraga

c. Kesehatan Sekolah

d. Rawat Tinggal

e. dll

8. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan)

a. LT 1

• Keadaan sarana Puskesmas

• Dasar UKS

• Kesehatan Lingkungan

• Kesehatan Jiwa

• Program Pendidikan dan Pelatihan

• Program Pemberantasan Penyakit dan Gizi

Page 16: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

b. LT 2 (kepegawaian)

• Tenaga PNS di Puskesmas

• Tenaga PTT di Puskesmas

• Tenaga PNS di Puskesmas Pembantu

c. LT 3 (peralatan)

• Peralatan Laboratorium

• Peralatan untuk Kesehatan Gigi

• Peralatan untuk Penyuluhan

• Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis

3.6. Prosedur pengisian system pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas

Prosedur pengisian sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP),

yaitu:

1. formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan.

2. pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.

3. penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data yang

ada.

4. hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.

5. didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf

pengelola program bersangkutan.

6. data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam pertangungjawaban

akhir minimal 2 tahun.

7. semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.

Page 17: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1 Keadaan Geografis dan Demografi

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh wilayah Kecamatan

Lubuk Kilangan dengan luas 85,99 km2 dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Pauh

Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan

Sebelah Barat : Kecamatan Lubuk Begalung

Sebelah Timur : Kabupaten Solok

Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi 7 kelurahan sebagai wilayah kerjanya.

Ketujuh kelurahan tersebut adalah:

1. Kelurahan Batu Gadang

2. Kelurahan Indarung

3. Kelurahan Padang Besi

4. Kelurahan Bandar Buat

5. Kelurahan Koto Lalang

6. Kelurahan Beringin

7. Kelurahan Tarantang

Jumlah penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50.032 jiwa yang terdiri

dari 10.707 kk. Kecematan ini memiliki 44RW dan 171 RT.

3.2. Sarana Kesehatan

Tabel 3.1 Daftar Sarana Kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Sarana Kesehatan Jumlah

Puskesmas Induk 1 UnitPuskesmas Pembantu 3 Unit (Indarung, Batu Gadang, dan

Baringin)

Posyandu Balita 43 PosPosyandu Lansia 1 PosKader Kesehatan 164 orangPraktik dokter swasta 5 orangPraktik Bidan swasta 21 orang

Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

3.3. Sasaran Puskesmas

Page 18: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

Tabel 3.2 Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

VARIABE

L

Banda

r Buat

Padan

g Besi

Indarun

g

Koto

Lalan

g

Batu

Gadan

g

Baringi

n

Tarantan

g

Tota

l

PENDUDU

K

14359 6797 11096 6563 6480 2277 2460 5003

2

BAYI 316 138 239 132 131 39 46 1041

BALITA 1433 767 1074 869 409 277 290 5119

IBU

HAMIL

352 153 268 148 147 38 40 1146

BUSUI 573 306 429 347 163 106 124 2048

PDD

LAKI2

2972 1158 2282 1428 1264 239 460 9803

PDD PR 381 168 168 109 207 54 117 1245

BULIN 338 153 262 142 120 36 40 1091

Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Page 19: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Program Surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan

Petugas surveilans Puskesmas Lubuk Kilangan mengunjungi setiap kelurahan di

wilayah kerja puskesmas dan bertanya tentang adanya penyakit dan siapa yang

meninggal serta bagaimana gejalanya. Apabila data sudah didapatkan, dilakukan

pengamatan dan penyelidikan epidemiologi ke rumah-rumah. Selanjutnya diberikan

pengobatan untuk tindakan segera, memberikan penyuluhan dan melaporkan kejadian ke

Dinas Kesehatan Kota Padang.

Semua data yang di masukkan ke dalam formulir pencatatan dan pelaporan

didapatkan dari laporan harian, mingguan, bulan dari masing- masing pemegang program

pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Pengumpulan data kesehatan dilakukan secara sistemik, untuk kasus KLB

(kejadian luar biasa) pengumpulan data didapatkan dari informasi masyarakat, lintas

sektor, lintas program di lingkungan KLB, lalu bekerja sama dengan masyarakat, lintas

sektor, lintas program di lingkungan KLB untuk melakukan survey terhadap kasus

tersebut, setelah dinyatakan kasus tersebut suatu kejadian luar biasa, tim survelens

langsung melaporkan kepada dinas kesehatan kota dalam jangka waktu 24 jam melalui

via internet, SMS, faximile. Dinas kesehatan akan melakukan peninjauan terhadap kasus

KLB tersebut dan melaporkan kembali kepada dinas kesehatan provinsi, provinsi juga

akan melaporkan kepada dinas kesehatan pusat.pengumpulan data mingguan dan bulanan

diambil dari pemegang program masing- masing Puskesmas. Semua hasil surveilens,

pencatatan dan pelaporan diketahui dan dianalisis kembali oleh kepala Puskesmas Lubuk

Kilangan.

4.1.1 Surveilans Demam Berdarah

Page 20: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

Tujuan kegiatan surveilans ini adalah mengusahakan penurunan angka kematian

(CFR) dan insiden DBD serendah mungkin serta membatasi penyebarluasan penyakit.

Biasanya pasien dengan wabah sudah langsung ke Rumah Sakit Negri atau

Swasta. Di Rumahsakit pasien sudah terdiagnosa dengan demam berdarah sehingga

petugai surveilans bisa langsung melakukan pengamatan epidemiologi kerumah pasien.

Laporan penderita Demam berdarah didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Padang.

Selanjutnya dilakukan pengamatan epidemiologi untuk mengetahui faktor-faktor

penting penyebab penularan/wabah. Pelaksanaannya adalah dengan penemuan alamat

penderita, tim surveilans ke lapangan bersama pemegang program demam berdarah.

Setelah sampai di alamat dilakukan investigasi keadaaan rumah, pencarian sarang jentik

dan sumber penularan nyamuk, dan mendata pasien secara lengkap, serta mendata warga

yang kontak dengan pasien, juga diambil data sekeliling rumah dengan dengan radius 100

meter.

Jika ada warga yang demam atau dengan observasi demam, maka diberikan obat

simptomatis. Selanjutnya diberikan penjelasan, apabila demam menunjukkan ciri-ciri

demam berdarah maka segera ke Rumah Sakit

Penyuluhan dilakukan pada setiap rumah yang dikunjungi tentang kebersihan

lingkungan da cara pemberantasan DBD dengan 3M. Selain itu penyuluhan diberikan

tentang ciri-ciri demam berdarah dan penanggulangan segera.

Kegiatan surveilans DBD dalam 1 tahun terakhir dilakukan di Kelurahan Indarung

berdasarkan laporan warga. Selanjutnya data dan hasil penyelidikan dilaporkan ke Dinas

Kesehatan Kota Padang.

4.1.2 Surveilans Campak

Pasien dengan penyakit campak datang ke Puskesmas Lubuk Kilangan dengan

mengeluh demam serta keluar bintik-bintik merah. Dokter Puskesmas mendiagnosa

penyakit yang diderita pasien setelah melihat gejala-gejala yang timbul, jika sudah

didiagnosa campak maka pasien diberikan obat.

Pengobatan diberikan dokter puskesmas, dan pasien diberi vitamin A dengan

dosis 1 butir pada hari I,2 dan ke-14. Untuk bayi yang kurang dari 1 tahun diberikan

setengahnya.

Page 21: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

Penyuluhan diberikan langsung ke pasien tentang perawatan penyakit campak di

rumah, imunisasi, dan kebersihan lingkungan.

Pasien yang sudah terdiagnosa campak ditanya identitasnya secara lengkap dan

keadaan di rumah tempat pasien tinggal. Apakah ada tetangga yang dapat campak atau

tidak. Selanjutnya dicatat langsung dalam formulir C1 campak.

4.1.3 Surveilans Chikungunya

Kegiatan surveilans chikungunya hampir sama dengan Demam Berdarah karena

penyebaran chikungunya juga dari nyamuk demam berdarah. Kegiatan surveilans

chikungunya dalam 1 tahun terakhir dilakukan di Kelurahan Bandar Buat di daerah

Rimbo Data dan Kompleks Unand berdasarkan laporan warga.

4.1.4 Surveilans Filariasis

Penyakit filariasis di Puskesmas Lubuk Kilangan ditemukan pertama kali pada

tahun 2005 dengan sudah mengalami penyakit kronis. Ada 2 pasien yang ditemui, yaitu

masing-masing di kelurahan Bandar Buat dan Koto Lalang. Setelah dilakukan survey

darah tepi ditemukan MF > 1% sehingga pada tahun 2008 dilakukan pengobatan massal

filariasis sehubungan dengan ditetapkannya Kecamatan Lubuk Kilangan sebagai daerah

endemis filariasis.

4.2 Permasalahan Surveilans di Puskesmas Lubuk Kilangan

Permasalahan yang dihadapi Puskesmas Lubuk Kilangan dalam surveilans, yaitu:

1. Penderita campak tidak datang ke puskesmas pada hari pertama sehingga

pengobatan yang didapatkan tidak optimal. Penyebabnya adalah kurangnya

penyuluhan terhadap penyakit campak. Solusinya adalah meningkatkan

penyuluhan tentang penyakit campak.

2. Pada kasus DBD, Petugas Penyelidik Epidemiologi didesak masyarakat untuk

melakukan fooging, padahal yang berwenang dalam melakukan fogging adalah

dinas kesehatan kota. Solusi yang dapat dilakukan adalah memberitahukan

masyarakat bahwa yang berwenang untuk melakukan fogging adalah dinas

Page 22: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

kesehatan kota, dan jumlah alat fogging untuk Kota Padang hanya 3 unit untuk 11

kecamatan, sehingga diminta kesabaran dari masyarakat.

3. Kerjasama Lintas Sektoral masih kurang, karena kurangnya laporan dari

kelurahan setempat mengenai penyakit yang sedang terjadi. Solusinya adalah

meningkatkan koordinasi Kepala Puskesmas dengan Camat agar menghimbau

kepada tiap-tiap kelurahan untuk lebih memperhatikan masalah kesehatan di

wilayahnya.

4.2 Permasalahan Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Lubuk Kilangan

Masalah yang dihadapi oleh Puskesmas dalam pengumpulan dan pencatatan dan

pelaporan masalah kesehatan ke dinas kesehatan kota sering terkendala, hal ini

disebabkan karena

1. Penyerahan laporan dari masing- masing pemegang program, posyandu, pustu,

dan lain- lain terlambat.

2. Formulir yang telah di tetapkan oleh dinas kesehatan untuk pelaporan penyakit

terbanyak tidak sesuai dengan data penyakit yang ditemukan di Puskesmas.

3. Sarana dan tenaga SDM untuk pengumpulan dan pencatatan pelaporan

masalah kesehatan belum memadai.

Pemecahan masalah yang telah dilakukan pihak Puskesmas untuk keterlambatan,

dengan memberi peringatan waktu kepada pemegang program Puskesmas masing-

masing dan memberika limit waktu untuk pengumpulan data. Formulir yang telah

ditentukan oleh dinas kesehatan tetap dilaporkan secara online dan di tambah dengan

pemberian data manual yang sesuai dengan data penyakit yang di temukan di Puskesmas.

Sarana dan SDM yang dibutuhkan masih menjadi masalah bagi Puskesmas Lubuk

Kilangan Padang.

Page 23: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

.

5.1. Kesimpulan

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan

kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan

konsep wilayah kerja puskesmas, dengan tujuan agar semua data hasil kegiatan

Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara

benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar

gedung dan pelaporannya dapat berupa, Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar

biasa penyakit tertentu, Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang

sedang ditanggulangi dan Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam.

5.2. Saran

1. Setiap melakukan surveilens hendaknya mengikuti syarat- syarat sistem

surveilens yang baik.

2. Pemegang masing- masing program dapat memberikan laporan hasil

pendataannya sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

3. Melakukan pengkajian pelaksanaan surveilens, pencatatan dan pelaporan masalah

kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan.

4. Penguasaan terhadap aspek SP2TP, sarana, kapasitas SDM yang belum memadai

perlu mendapatkan perhatian

Page 24: Survilens Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas Luki

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan R.I., 1997 “Pedekatan Epidemiologi dan Dasar-dasar

Surveilans”, Pusdiklat : Jakarta.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004) Kepmenkes tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit Menular dan

Tidak Menular Terpadu

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004) Kepmenkes tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit.

4. WHO, 1999, WHO Recommended Surveillance Standards, The united Kingdom of

Great Britain.

5. WHO. (2004) WHO comprehensive assessment of the National Disease surveilans in

Indonesia. Washington DC