SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

12
SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI SAJAU KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA Andri Eko Ari Wibowo, Mochamad Nur Hadi, Suwarno Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi S A R I Daerah Sajau berada pada bagian barat dari cekungan Tarakan, yang didominasi oleh kehadiran batuan sedimen pada daerah transisi. Kehadiran sesar yang berarah baratlauttenggara dibagian tengah derah penyelidikan menjadikan daerah ini memiliki permeabilitas yang baik dalam membentuk suatu wadah/kantung reservoir. Indikasi dari permeabilitas ini juga dengan ditemukannya manifestasi di sekitar sesar tersebut. Manifestasi permukaan berupa mata air panas Sajau dengan temperatur 58 s/d 85°C dan batuan ubahan, yang diindikasikan sebagai zona upflow dari sistem panas bumi Sajau. Manifestasi panas bumi di Sajau merupakan representasi dari kondisi reservoir panas bumi di bawahnya yang pada saat ini diperkirakan memiliki temperatur sebesar 190°C. Batuan reservoir pada sistem panas bumi Sajau diperkirakan berupa batupasir yang terkekarkan kuat. Diduga berada pada satuan batupasir karbonat yang berumur Tersier pada Formasi Sembakung. Batuan reservoir tersebut dipanaskan oleh aktivitas plutonisme di kedalaman yang tidak dapat di lihat kehadirannya di permukaan, namun berdasarkan studi gaya berat sisa, menunjukkan adanya anomali positif di sekitar air panas Sajau. Sumber panas daerah Sajau bisa juga berasal dari proses geopressure. Aliran fluida panas dari reservoir ke permukaan tertahan oleh lapisan penudung yang diduga berupa batuan dengan jenis lempung maupun serpih. Sebaran area prospek panas bumi Sajau terdapat di bagian tengah daerah penyelidikan yaitu di sekitar pemunculan manifestasi dengan luas area 7 km 2 dengan potensi sumber daya hipotetik sebesar 23 MWe. Mengingat temperatur reservoirnya yang termasuk entalpi menengah, maka potensi panas bumi ini cukup baik untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi berteknologi binary cycle atau dimanfaatkan langsung (direct use). PENDAHULUAN Kebutuhan energi alternatif selain energi fosil dirasakan semakin mendesak bagi pemenuhan energi listrik di dalam negeri. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut, pemerintah perlu melakukan penyelidikan energi alternatif panas bumi, untuk mengetahui besarnya potensi energi panas bumi bagi penyediaan tenaga listrik. Salah satu pulau yang memiliki potensi panas bumi yaitu Kalimantan. Kalimantan yang dikenal sebagai penghasil sumber energi fosil terbesar di Indonesia, juga mempunyai beberapa daerah prospek panas bumi yang tersebar di 14 lokasi, salah satunya adalah Sajau (Anonim, 2015). Daerah panas bumi Sajau berada di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, pada posisi geografis antara 117º23’50” – 117º34’38”BT dan 2º35’19” - 2º46’6” LU atau 544157564157 mT dan 286139 306139 mU, dengan luas daerah sekitar 20 x 20 km (Gambar 1). Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data geosains dengan mengetahui karakteristik batuan dan fluida dalam sistem panas bumi daerah Sajau dengan tujuan untuk mengetahui sebaran prospek (vertikal, horizontal) serta

Transcript of SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

Page 1: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA

DAERAH PANAS BUMI SAJAU

KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Andri Eko Ari Wibowo, Mochamad Nur Hadi, Suwarno

Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Daerah Sajau berada pada bagian barat dari cekungan Tarakan, yang didominasi oleh

kehadiran batuan sedimen pada daerah transisi. Kehadiran sesar yang berarah baratlaut–

tenggara dibagian tengah derah penyelidikan menjadikan daerah ini memiliki permeabilitas

yang baik dalam membentuk suatu wadah/kantung reservoir. Indikasi dari permeabilitas ini

juga dengan ditemukannya manifestasi di sekitar sesar tersebut.

Manifestasi permukaan berupa mata air panas Sajau dengan temperatur 58 s/d 85°C

dan batuan ubahan, yang diindikasikan sebagai zona upflow dari sistem panas bumi Sajau.

Manifestasi panas bumi di Sajau merupakan representasi dari kondisi reservoir panas bumi di

bawahnya yang pada saat ini diperkirakan memiliki temperatur sebesar 190°C.

Batuan reservoir pada sistem panas bumi Sajau diperkirakan berupa batupasir yang

terkekarkan kuat. Diduga berada pada satuan batupasir karbonat yang berumur Tersier pada

Formasi Sembakung. Batuan reservoir tersebut dipanaskan oleh aktivitas plutonisme di

kedalaman yang tidak dapat di lihat kehadirannya di permukaan, namun berdasarkan studi

gaya berat sisa, menunjukkan adanya anomali positif di sekitar air panas Sajau. Sumber panas

daerah Sajau bisa juga berasal dari proses geopressure. Aliran fluida panas dari reservoir ke

permukaan tertahan oleh lapisan penudung yang diduga berupa batuan dengan jenis lempung

maupun serpih.

Sebaran area prospek panas bumi Sajau terdapat di bagian tengah daerah

penyelidikan yaitu di sekitar pemunculan manifestasi dengan luas area 7 km2 dengan potensi

sumber daya hipotetik sebesar 23 MWe. Mengingat temperatur reservoirnya yang termasuk

entalpi menengah, maka potensi panas bumi ini cukup baik untuk dikembangkan sebagai

pembangkit listrik tenaga panas bumi berteknologi binary cycle atau dimanfaatkan langsung

(direct use).

PENDAHULUAN

Kebutuhan energi alternatif selain

energi fosil dirasakan semakin mendesak

bagi pemenuhan energi listrik di dalam

negeri. Dalam memenuhi kebutuhan

tenaga listrik tersebut, pemerintah perlu

melakukan penyelidikan energi alternatif

panas bumi, untuk mengetahui besarnya

potensi energi panas bumi bagi

penyediaan tenaga listrik.

Salah satu pulau yang memiliki

potensi panas bumi yaitu Kalimantan.

Kalimantan yang dikenal sebagai penghasil

sumber energi fosil terbesar di Indonesia,

juga mempunyai beberapa daerah prospek

panas bumi yang tersebar di 14 lokasi,

salah satunya adalah Sajau (Anonim,

2015).

Daerah panas bumi Sajau berada di

Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan

Utara, pada posisi geografis antara

117º23’50” – 117º34’38”BT dan 2º35’19” -

2º46’6” LU atau 544157– 564157 mT dan

286139 – 306139 mU, dengan luas daerah

sekitar 20 x 20 km (Gambar 1).

Penyelidikan ini dimaksudkan untuk

mengumpulkan data geosains dengan

mengetahui karakteristik batuan dan fluida

dalam sistem panas bumi daerah Sajau

dengan tujuan untuk mengetahui sebaran

prospek (vertikal, horizontal) serta

Page 2: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

besarnya potensi panas bumi pada kelas

sumber daya.

METODOLOGI

Metode geologi digunakan untuk

mengetahui sebaran batuan, mengenali

gejala tektonik, dan karakteristik fisik

manifestasi panas bumi. Pemetaan

morfologi, satuan batuan, struktur geologi

dan manifestasi panas bumi, dimaksudkan

untuk lebih mengetahui hubungan antara

semua parameter geologi yang berperan

dalam pembentukan sistem panas bumi di

daerah tersebut.

Metode geokimia dilakukan untuk

mengetahui karakteristik fluida dan kondisi

reservoir panas bumi. Karakteristik

beberapa parameter diperoleh dari jenis

manifestasi, konsentrasi senyawa kimia

terlarut dan terabsorpsi dalam fluida panas

yang terkandung dalam sampel air, dan

anomali distribusi horizontal pada tanah

dan udara tanah pada kedalaman satu

meter sebagai indikasi sumber daya panas

bumi. Parameter yang digunakan meliputi

sifat fisika dan kimia manifestasi, data hasil

analisis kimia air, gas, isotop, serta Hg

tanah dan CO2 udara tanah.

HASIL PENYELIDIKAN GEOLOGI

Geologi Regional

Pada Peta Geologi Lembar Tanjung

Redeb, Provinsi Kalimantan Utara (R. L.

Situmorang dan G. Burhan,1995) (Gambar

2) menunjukkan batuan tertua yang

terdapat didaerah Sajau dan sekitarnya

adalah Formasi Sembakung (Tes) yang

tersusun dari batuan sedimen berjenis

batulempung, batupasir, batulanau,

batugamping, rijang dan tuf yang

terendapkan pada lingkungan laut dan

berumur Eosen.

Formasi Birang (Tomb) yang

tersusun dari perselingan napal,

batugamping, tuf pada bagian atas dan

perselingan napal, rijang, batupasir kuarsa,

konglomerat pada bagian bawah dengan

ketebalan bisa mencapai 1100 m dan

berumur Oligo – Miosen.

Formasi Domering (Tmpd) tersusun

atas batugamping terumbu, napal,

batugamping kapuran dengan sisipan

batubara muda, terendapkan pada

lingkungan rawa litoral, ketebalan

mencapai lebih dari 1000 m dan berumur

Miosen Akhir – Pliosen.

Formasi Sajau (TQps) tersusun dari

batulempung, batulanau, batupasir,

konglomerat dengan sisipan batubara,

ketebalan mencapai lebih dari 775 m,

lingkungan pengendapan fluviatil – delta

dan berumur Pliosen - Pleistosen.

Satuan termuda berupa Aluvium

(Qv) yang terdiri dari material lepas berupa

lumpur, pasir, kerikil, kerakal dan gambut

dengan ketebalam mencapai 40 m dan

berumur Holosen.

Geologi Rinci

Daerah Sajau berada di Tepian

cekungan Tarakan bagian barat, dengan

kondisi bentang alamnya dikelompokkan

menjadi Satuan Perbukitan Karst Curam,

Satuan Perbukitan Bergelombang Kuat,

Satuan Perbukitan Bergelombang Lemah

dan Pedataran.

Litologi daerah Sajau secara umum

tersusun oleh batuan sedimen dengan

stratigrafi batuan dibagi menjadi 7 satuan

batuan yaitu Satuan serpih (karbonat),

Satuan batugamping, Satuan batupasir

(karbonat), Satuan serpih (rijang), Satuan

konglomerat, Satuan batupasir karbon –

batubara, Satuan serpih (non karbonat),

Endapan aluvium.

Batuan tertua yang terbentuk di

daerah survei ini adalah serpih karbonatan

yang terbentuk di pada Kala Eosen,

menjemari dengan terbentuknya satuan

batugamping dan batupasir karbonat.

Satuan ini diduga merupakan batuan dasar

yang berada di bagian barat daerah survei.

Setelah itu pada Kala Oligosen hingga

Miosen terjadi pengangkatan sehingga

Page 3: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

batuan karbonat terangkat dan mulai

terbentuk batubara pada lingkungan

deltaik, yang didahului pembentukan

konglomerat pasiran dengan komposisi

kuarsa dan serpih. Kemudian mulai

terbentuklah endapan batubara dengan

lapisan yang cukup tebal di bagian tengah

dan berangsur ke timurlaut sesuai arah

kelurusannya terbentuk endapan aluvial

berupa serpih dan batupasir non

karbonatan.

Struktur Geologi

Struktur geologi yang berpengaruh

di daerah penyelidikan mempunyai pola

tegasan yang berarah utara – selatan dan

baratlaut – tenggara. Pola utama sesar di

lokasi survei berarah barat laut – tenggara

(NW – SE) dengan jenis sesar normal yang

menunjukan bagian footwall pada lereng

barat membentuk sedimentasi pada

satuan serpih, batugamping, dan batupasir

karbonat. Sesar yang berarah hampir

utara–selatan kemungkinan sesar

antitetiknya atau sesar pasangannya.

Sesar normal Gunungsari yang

berarah baratlaut-tenggara diduga

memfasilitasi munculnya air panas di

daerah Sungai Apan sebagai air panas

Sajau dan juga naiknya fluida panas untuk

mengubah batuan yang terlewatinya.

Berdasarkan analisa densitas

rekahan pada peta densitas rekahan

(Gambar 3) menunjukkan adanya anomali

di bagian barat air panas Sajau (frekuensi)

dan di bagian selatan air panas (panjang).

Hasil penggabungan kedua anomali

tersebut kemudian diperoleh pola anomali

tinggi di sekitar air panas Sajau.

Manifestasi

Terdapat beberapa titik

pemunculan air panas dengan total luas

pemunculan 5 x 10 m dan total debit terukur

2 lt/dtk. Temperatur air panas terukur

sebesar 58,2 s/d 85,8oC dengan

temperatur udara 27,8oC.

Air panas Sajau 1, dengan

temperatur terukur 74,50C, pH 7,21

dengan daya hantar listrik relatif tinggi

sekitar 5650 µs/cm dan total debit 2

liter/detik.

Air panas Sajau 2, dengan

temperatur terukur 80,30C, pH 7,16

dengan daya hantar listrik relatif tinggi

sekitar 5580 µs/cm dan total debit sekitar 2

liter/detik.

Air Sajau 3, dengan temperatur

terukur 85,80C, pH 7,25 dengan daya

hantar listrik relatif tinggi 5640 µs/cm dan

total debit sekitar 2 liter/detik.

Air panas Sajau 4, dengan

temperatur terukur 58,20C, pH 7,23

dengan daya hantar sekitar 2270 µs/cm.

Terdapat rembesan air panas di tengah

sungai dengan temperatur terukur 75,60C.

Batuan ubahan, tersebar di sekitar

munculnya air panas di Sungai Apan,

namun terdapat pula alterasi batuan

dengan warna kemerahan di bagian

tenggara lokasi survei. Kenampakan di

lapangan berupa tanah berwarna putih,

abu–abu terang, kemerahan, hingga

kehijauan yang teridentifikasi dengan

analisis spektra sebagai mineral

monmorilonit, haloisit dan kaolinit.

Kehadiran mineral-mineral tersebut

berhubungan dengan aktifitas hidrotermal

yang terbentuk di sekitar Sajau. Mineral

monmorilonit dan haloisit menunjukkan pH

fluida netral pada kisaran temperatur <

150°C, dan mineral kaolinit menunjukan pH

fluida asam dengan kisaran temperatur

yang sama.

GEOKIMIA

Data pengukuran di lapangan

diperoleh 4 sampel air panas, 2 sampel air

dingin, 9 sampel isotop, 2 sampel gas, dan

118 sampel tanah.

Karakteristik Air Panas

Hasil plotting diagram tipe air

(Gambar 4), menunjukkan bahwa

Page 4: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

kelompok air panas Sajau termasuk dalam

tipe klorida. Indikasi di lapangan

memperlihatkan bahwa kelompok air

panas Sajau mempunyai temperatur yang

tinggi dengan kandungan klorida yang

tinggi pada fluida tersebut (±900 ppm) dan

nilai daya hantar listrik (DHL) yang cukup

tinggi sekitar 4.200 µS/cm. Kandungan

klorida yang tinggi menunjukkan bahwa

fluida panas berasal langsung dari

reservoir dan sedikit terjadi pencampuran

dengan air permukaan, sedangkan nilai

DHL tinggi diperkirakan akibat interaksi

fluida panas dengan batuan di kedalaman.

Hal tersebut juga terlihat dari plotting yang

terletak di zona mature water.

Plotting pada diagram Na-K-Mg

(Gambar 4) menunjukkan kelompok air

panas Sajau berada di zona partial

equilibrium. Hal ini menunjukkan bahwa

kelompok air panas Sajau (Sajau 1, 2, & 3)

berasal dari kedalaman dengan sedikit

pengaruh atau pencampuran dengan air

permukaan dengan perkiraan temperatur

reservoir maksimum 190oC. Pada air panas

Sajau 4 yang bertemperatur lebih rendah,

walaupun berada di zona partial equilibrium

namun terletak di bawah dari plotting air

panas Sajau 1, 2, & 3, yang

mengindikasikan bahwa air panas ini

dipengaruhi oleh air permukaan. Hal ini

terlihat dari pemunculan air panas ini yang

berada di pinggir sungai.

Diagram Cl-Li-B (Gambar 4)

menunjukkan manifestasi di daerah Sajau

umumnya berada diantara zona Cl dan B,

yang menunjukkan lingkungan

pemunculan mata air panas di pengaruhi

oleh sedimen. Berdasarkan diagram ini,

dapat terlihat bahwa sistem panas bumi

Sajau mempunyai satu reservoir. Hal ini

terlihat bahwa hanya terdapat satu cluster

pada manifestasi di Sajau.

Berdasarkan data hasil isotop 18O

dan Deuterium yang diperoleh dari sampel

mata air panas daerah Sajau, yaitu

kelompok air panas Sajau yang

mempunyai temperatur permukaan tinggi,

cenderung menjauhi garis air meteorik

(Meteoric Water Line) (Gambar 5) yang

mengindikasikan telah terjadinya

pengkayaan 18O akibat adanya interaksi

fluida panas dengan batuan di kedalaman.

Hal ini mencerminkan bahwa kelompok

mata air panas Sajau kemungkinan berasal

langsung dari kedalaman dan

kemungkinan pengenceran oleh air

meteorik adalah sangat kecil. Dari grafik

isotop ini juga terlihat bahwa pembentukan

air panas Sajau diperkirakan terbentuk

akibat pencampuran dengan batuan beku

di kedalaman. Hal ini didukung dengan

ditemukan batuan beku di luar areal survei

yang berumur Tersier yaitu di bagian barat

laut daerah penyelidikan.

Kandungan gas di daerah

manifestasi Sajau sangat didominasi oleh

kandungan gas CH4 dibandingkan gas-gas

lainnya yang relatif sangat kecil.

Kandungan CH4 dihasilkan oleh proses

alterasi batuan sedimen di kedalaman

terutama yang mengandung kandungan

organik yang tinggi (Nicholson, 1993).

Kandungan CH4 yang tinggi ini sejalan

dengan setting geologi di daerah Sajau

yaitu daerah cekungan hidrokarbon.

Pendugaan suhu bawah permukaan

Perkiraan temperatur bawah

permukaan daerah Sajau dengan

menggunakan geotermometer SiO2

(conductive-cooling) rata-rata berkisar

antara 150 – 160°C yang termasuk

kedalam entalphi sedang, menggunakan

geotermometer Na-K rata-rata berkisar

antara 170 - 190°C, perhitungan

geotermometer Na-K-Ca sebesar 190°C,

dan perhitungan geotermometer Na-Li

sebesar 170°C yang menunjukkan

temperatur sedang. Melihat karakteristik

kimia dari air panas di daerah penyelidikan

yaitu kelompok air panas Sajau, seperti pH

netral, suhu permukaan yang tinggi,

terdapat sinter silika, bertipe klorida, dan

berada di zona partial equilibrium, maka

penggunaan geotermometer Na/K

Page 5: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

dimungkinkan. Berdasarkan perhitungan

geotermometer Na-K, maka perkiraan suhu

bawah pemukaan sekitar 170 - 190°C,

yang termasuk entalpi sedang.

Hasil plotting entalpi klorida pada

gambar 6 menunjukkan temperatur parent

fluida sebesar 190oC dengan konsentrasi

klorida sebesar 800 ppm, sehingga

diperkirakan temperatur bawah permukaan

yang berhubungan dengan reservoir panas

bumi Sajau sebesar 190oC dengan

proporsi fluida reservoir pada air panas

Sajau sebesar > 80 %.

Distribusi CO2 dan Hg

Pola penyebaran CO2 (Gambar 7)

pada umumnya tidak menunjukkan adanya

anomali yang berarti, dengan konsentrasi

CO2 yang relatif merata dan nilai ambang

yang relatif kecil, yaitu 3,5 %. Konsentrasi

CO2 di atas nilai ambang ditemukan

dibagian Barat Manifestasi. Hal ini

dikarenakan lokasi penyelidikan ini pada

umumnya berupa kebun-kebun sawit aktif

sehingga konsentrasi CO2 sedikit lebih

tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.

Sedangkan di sekitar air panas Sajau tidak

menunjukkan ada anomali CO2 yang tinggi.

Konsentrasi Hg > 250 ppb (Gambar

8) tersebar di sekitar kelompok air panas

Sajau dan menyebar ke arah Selatan dan

Utara dengan kandungan Hg berkisar 257

– 882 ppb. Nilai Hg tinggi di daerah ini

diperkirakan karena terjadi bocoran-

bocoran Hg pada struktur atau rekahan

yang terdapat di sekitar manifestasi panas

bumi Sajau. Konsentrasi Hg tertinggi

terdapat di kelompok air panas Sajau

dengan konsentrasi Hg mencapai 882 ppb.

PEMBAHASAN

Sistem Panas Bumi

Sistem panas bumi di Sajau dengan

melihat jenis perbukitan dan topografinya

yang umumnya berada pada ketinggian

300 m dpl diperkirakan merupakan sistem

panas bumi yang berada di daerah

pedataran (flat terrain). Kehadiran sesar

yang berarah barat daya – tenggara

dibagian tengah lokasi air panas

menjadikan daerah ini memiliki

permeabilitas yang baik dalam membentuk

suatu wadah / kantung reservoir. Batuan

reservoir diperkirakan berupa batupasir

yang terkekarkan kuat. Diduga berada

pada satuan batupasir karbonat yang

berumur Tersier pada Formasi

Sembakung. Kedalaman reservoir masih

belum dapat diperkirakan melalui survei ini.

Akumulasi fluida pada batuan

reservoir tersebut dipanaskan oleh suatu

sumber panas yang di kedalaman. Tidak

terdapat batuan plutonik maupun vulkanik

yang berfungsi menyimpan panas di

permukaan, namun berdasarkan data

regional, keterdapatan batuan beku sangat

memungkinkan hadir di bagian barat

sebagai hasil zona subduksi tua pada

zaman pra – tersier. Berdasarkan data

gaya berat yang dilakukan oleh tim PSDG

(2015), nampak adanya pola anomali tinggi

di bawah air panas, yang kemungkinan

diduga sebagai batuan yang memiliki

panas dan dapat mentransfer panas ke

reservoir. Kemungkinan lainnya adalah

akibat proses pembebanan (geopressure)

karena energi yang tidak terlepas pada

proses sedimentasi di cekungan Tarakan.

Aliran fluida kepermukaan sebagai

efek dari bouyansi karena berkurangnya

densitas air akibat terpanaskan kemudian

tertahan oleh lapisan penudung yang

diduga berupa batuan dengan jenis

lempung maupun serpih, yang ditunjukkan

oleh kehadiran mineral monmorilonit dan

haloisit di sekitar air panas.

Fluida panas daerah Sajau

termasuk ke dalam tipe air panas klorida.

Keberadaan kelompok air panas Sajau

pada zona partial equilibrium memberikan

gambaran bahwa kondisi air panas

kemungkinan berasal langsung dari

kedalaman dengan temperatur cukup tinggi

serta menunjukkan bahwa kondisi mata air

panas ini sedikit sekali mendapat pengaruh

dari air permukaan. Manifestasi panas

Page 6: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

bumi Sajau diperkirakan upflow dari sistem

panas bumi Sajau karena mempunyai tipe

klorida dan berada zona partial equilibrium

dengan satu reservoir yang sama.

Dengan mempertimbangkan

karakteristik manifestasi panas bumi di

daerah Sajau dengan suhu permukaan

yang cukup tinggi, mempunyai tipe air

klorida, dan didukung dengan pengkayaan

oksigen 18 dari isotop yang tinggi, maka

temperatur bawah permukaan yang

berhubungan dengan reservoir panas bumi

diperkirakan sekitar 190oC. Berdasarkan

data isotop juga mengindikasikan bahwa

fluida sistem panas bumi Sajau

berhubungan dengan batuan andesit dan

tidak berhubungan dengan intrusi air laut

dengan proporsi fluida reservoir pada air

panas Sajau sebesar > 80%.

Area Prospek

Sebaran area prospek panas bumi

(Gambar 9) berdasarkan hasil geologi dan

geokimia terdapat di bagian tengah lokasi

survei di sekitar air panas Sajau. Area

prospek ini didukung oleh hasil kompilasi

geologi struktur dan anomali Hg. Dari hasil

kompilasi metode tersebut didapat luas

area prospek panas bumi Sajau sekitar 7

km2 untuk kelas sumber daya hipotetis.

Estimasi Potensi Energi

Dengan luas wilayah prospek

sekitar 7 km2, temperatur reservoir diduga

sebesar 190°C, sehingga temperatur cut-

off sebesar 150°C, maka dengan

menggunakan metode penghitungan

volumetrik, melalui beberapa asumsi yaitu

tebal reservoir = 1,5 km, recovery factor =

25%, faktor konversi = 10%, dan lifetime =

30 tahun, maka potensi sumber daya

hipotetis daerah Sajau sebesar 23 MWe.

KESIMPULAN

Sistem panas bumi di daerah Sajau

termasuk sistem non-vulkanik pada tepian

cekungan Tarakan bagian barat dengan

sumber panas diduga berasal dari batuan

plutonik di kedalaman yang tidak nampak

di permukaan atau bisa berasal dari proses

geopressure. Batuan reservoir diperkirakan

berada pada satuan batupasir karbonat

yang terkekarkan dengan batuan

penudung diperkirakan berasal dari batuan

ubahan dan serpih nonkarbonat.

Temperatur reservoir yang berhubungan

dengan sistem panas bumi Sajau sebesar

190oC yang termasuk entalpi sedang

dengan total potensi sumberdaya hipotetik

sebesar 23 MWe.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Laporan Penyelidikan Pendahuluan Geologi dan Geokimia Panas Bumi

Kabupaten Nunukan, Bulungan dan Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, PSDG,

Bandung.

Anonim, 2015, Laporan Penyelidikan Geofisika Gaya Berat dan AMT Daerah Panas Bumi

Sajau, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, PSDG, Bandung.

Anonim, 2015, Peta Sebaran Panas Bumi Indonesia, PSDG, Bandung.

Fournier, R.O., 1981, Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and

Reservoir Engineering, Geothermal System: Principles and Case Histories, John Willey

& Sons, New York.

Giggenbach, W.F., 1988, Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg–Ca

GeoIndicators, Geochemica Acta 52. pp. 2749 – 2765”.

Lawless, J., 1995, Guidebook: An Introduction to Geothermal System, Short course, Unocal

Ltd. Jakarta.

Nicholson, K., 1993. Geothermal Fluids; Chemistry and Exploration Techniques, Springer-

Verlag, Berlin.

Mahon K., Ellis, A.J., 1977, Chemistry and Geothermal System, Academic Press Inc. Orlando.

Page 7: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

R.L. Situmorang dan G. Burhan. 1995, Peta Lembar Tanjung Redeb, Kalimantan. Publ. P3G

Bandung

Van Bemmelen, 1949, Geologi Indonesia, V.IA .

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Page 8: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Sajau

Gambar 3. Fracture and Fault Density (FFD) Daerah Sajau

Page 9: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

Gambar 4. Diagram Segitiga Cl-SO4-HCO3, Na-K-Mg, Cl-Li-B

Gambar 5. Grafik Isotop δ18O Terhadap δ2H (Deuterium)

Page 10: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

Gambar 6. Entalpi Klorida Daerah Sajau

Gambar 7. Peta Kontur Sebaran CO2 Tanah Daerah Sajau

Page 11: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

Gambar 8. Peta Kontur Sebaran Hg Tanah Daerah Sajau

Gambar 9. Peta Kompilasi Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Sajau

Page 12: SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS ...

Gambar 10. Model Tentatif Sistem Panas Bumi Sajau