SURVEI GEOKIMIA BERSISTEM LEMBAR TERNATE A, …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/05....

18
SURVEI GEOKIMIA BERSISTEM LEMBAR TERNATE A, PULAU HALMAHERA, PROVINSI MALUKU UTARA Soepriadi, S.T., Sulaeman, S.T., Kaswan Budiharyanto, S.T., Juju Jaenudin, S.T. Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Daerah Halmahera Bagian Barat yang termasuk ke dalam Mandala Tektonik Halmahera Barat disusun oleh batuan gunungapi yang terdiri dari breksi, lava dan tufa dengan komposisi andesitic dan basalt (Formasi Bacan dan Kayasa) berumur Oligo-Miosen hingga Plistosen dan batuan sedimen berupa batupasir, konglongmerat dan napal serta alluvium endapan pantai yang berumur Tersier-Kiuarter dengan struktur patahan secara umum berupa sinklin dan antiklin berarah utara-selatan, timurlaut-baratdaya, dan baratlaut-tenggara. Penafsiran data geokimia dengan pendekatan analisis statistik multivariat, yaitu analisis faktor dan korelasi telah mengungkapkan bahwa proses geokimia di lingkungan sekunder, dalam hal ini sedimen sungai, dapat dipakai untuk mengenali indikasi- indikasi pemineralan, litologi dan kemungkinan proses pengayaan unsur di lingkungan permukaan. Indikasi-indikasi mineralisasi sulfida logam dasar telah terungkap berdasarkan isyarat-isyarat geokimia, yang tercerminkan sebagai asosiasi spasial unsur-unsur geokimia Cu, Pb dan Zn. Proses pengayaan unsur geokimia dilingkungan permukaan diperlihatkan oleh asosiasi spasial Co, Zn, Fe dan Mn, yaitu pengayaan unsur disebabkan pengikatan kimiawi (scavanging) oleh oksida Fe dan Mn. Sedangkan asosiasi lainnya yang meliputi Cr, K dan Li masing-masing sebagai penciri batuan volkanik berkomposisi andesit - basal dan batuan volkanik berkomposisi dasitis. PENDAHULUAN Survey geokimia merupakan salah satu tahapan kegiatan awal eksplorasi mineral logam. Data dan informasi hasil kegiatan ini sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk mendeliniasi zona-zona anomali unsur logam mulia dan logam dasar untuk menindaklanjuti dengan tahapan kegiatan selanjutnya. Maksud kegiatan penelitian geokimia ini adalah untuk melakukan pengambilan conto sedimen sungai aktif, sari dulang dan batuan termineralisasi di daerah penyelidikan. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui penyebaran unsurunsur kimia logam dari conto yang diambil dan zona-zona anomali unsur logam serta daerah prospek sebagai data penunjang. Daerah kajian secara regional termasuk kedalam Mandala Tektonik Halmahera Barat Mineralisasi terjadi pada batuan gunungapi Formasi Bacan dan terobosan batuan andesit, terutama di daerah dekat sentuhan terobosan. Di beberapa tempat barik kuarsa dan pirit ditemukan, antara lain 7,5 km sebelah timur Tobabatu, 12,5 km sebelah timurlaut Sidangoli dan 18 km sebelah timurlaut Akelamo. Bongkah batuan tufa yang terkersikan mengandung malakhit dan azurit, ditemukan di Sungai Sambiki di bagian barat Gunung Guguci (T. Apandi dan D. Sudana, 1980). Di wilayah Akelamo yang merupakan tambang emas rakyat terlihat urat kuarsa masif mengandung pirit halus menerobos batuan lava andesitik Formasi Bacan. Urat kuarsa memiliki warna putih kotor hingga coklat, setempat lapuk, struktur yang dijumpai umumnya berupa vuggy. Hasil pengukuran menunjukkan arah urat menunjukkan arah utara selatan. Batuan alterasi pada umumnya adalah berupa silisifikasi dan sebagian argillik. (Sudarya, S & Faisal, R. 2007).

Transcript of SURVEI GEOKIMIA BERSISTEM LEMBAR TERNATE A, …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/05....

SURVEI GEOKIMIA BERSISTEM LEMBAR TERNATE A, PULAU HALMAHERA,

PROVINSI MALUKU UTARA

Soepriadi, S.T., Sulaeman, S.T., Kaswan Budiharyanto, S.T., Juju Jaenudin, S.T.

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Daerah Halmahera Bagian Barat yang termasuk ke dalam Mandala Tektonik

Halmahera Barat disusun oleh batuan gunungapi yang terdiri dari breksi, lava dan tufa dengan

komposisi andesitic dan basalt (Formasi Bacan dan Kayasa) berumur Oligo-Miosen hingga

Plistosen dan batuan sedimen berupa batupasir, konglongmerat dan napal serta alluvium

endapan pantai yang berumur Tersier-Kiuarter dengan struktur patahan secara umum berupa

sinklin dan antiklin berarah utara-selatan, timurlaut-baratdaya, dan baratlaut-tenggara.

Penafsiran data geokimia dengan pendekatan analisis statistik multivariat, yaitu

analisis faktor dan korelasi telah mengungkapkan bahwa proses geokimia di lingkungan

sekunder, dalam hal ini sedimen sungai, dapat dipakai untuk mengenali indikasi- indikasi

pemineralan, litologi dan kemungkinan proses pengayaan unsur di lingkungan permukaan.

Indikasi-indikasi mineralisasi sulfida logam dasar telah terungkap berdasarkan

isyarat-isyarat geokimia, yang tercerminkan sebagai asosiasi spasial unsur-unsur geokimia

Cu, Pb dan Zn. Proses pengayaan unsur geokimia dilingkungan permukaan diperlihatkan oleh

asosiasi spasial Co, Zn, Fe dan Mn, yaitu pengayaan unsur disebabkan pengikatan kimiawi

(scavanging) oleh oksida Fe dan Mn. Sedangkan asosiasi lainnya yang meliputi Cr, K dan Li

masing-masing sebagai penciri batuan volkanik berkomposisi andesit - basal dan batuan

volkanik berkomposisi dasitis.

PENDAHULUAN

Survey geokimia merupakan salah

satu tahapan kegiatan awal eksplorasi

mineral logam. Data dan informasi hasil

kegiatan ini sangat diperlukan sebagai

bahan pertimbangan untuk mendeliniasi

zona-zona anomali unsur logam mulia dan

logam dasar untuk menindaklanjuti dengan

tahapan kegiatan selanjutnya.

Maksud kegiatan penelitian

geokimia ini adalah untuk melakukan

pengambilan conto sedimen sungai aktif,

sari dulang dan batuan termineralisasi di

daerah penyelidikan. Adapun tujuannya

adalah untuk mengetahui penyebaran

unsur–unsur kimia logam dari conto yang

diambil dan zona-zona anomali unsur

logam serta daerah prospek sebagai data

penunjang.

Daerah kajian secara regional termasuk

kedalam Mandala Tektonik Halmahera

Barat Mineralisasi terjadi pada batuan

gunungapi Formasi Bacan dan terobosan

batuan andesit, terutama di daerah dekat

sentuhan terobosan. Di beberapa tempat

barik kuarsa dan pirit ditemukan, antara

lain 7,5 km sebelah timur Tobabatu, 12,5

km sebelah timurlaut Sidangoli dan 18 km

sebelah timurlaut Akelamo. Bongkah

batuan tufa yang terkersikan mengandung

malakhit dan azurit, ditemukan di Sungai

Sambiki di bagian barat Gunung Guguci

(T. Apandi dan D. Sudana, 1980).

Di wilayah Akelamo yang

merupakan tambang emas rakyat terlihat

urat kuarsa masif mengandung pirit halus

menerobos batuan lava andesitik Formasi

Bacan. Urat kuarsa memiliki warna putih

kotor hingga coklat, setempat lapuk,

struktur yang dijumpai umumnya berupa

vuggy. Hasil pengukuran menunjukkan

arah urat menunjukkan arah utara selatan.

Batuan alterasi pada umumnya adalah

berupa silisifikasi dan sebagian argillik.

(Sudarya, S & Faisal, R. 2007).

Secara administratif lokasi pene-

litian berada di wilayah 2 Kabupaten yaitu

Kabupaten Halmahera Barat dan Kota

Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.

METODOLOGI

Metoda penelitian yang dilakukan

adalah penelitian geokimia sedimen

Sungai dan batuan. Analisis laboratorium

yang dilakukan adalah digunakan

metode AAS (Atomic Absorption

Spectrophotometry), dimana metode ini

mampu mendeteksi secara simultan

beberapa unsur yang dilarutkan dengan

asam nitrat ayaitu analisis kimia terhadap

unsur Cu, Pb, Zn, Co, Mn, Ag, Li, K, Fe, Cr

dan Au terhadap 153 conto sedimen

sungai.

Pengolahan data dari hasil analisis

laboratorium disajikan dalam bentuk

sebuah peta anomali. Pada peta akan

terlihat sebaran logam dasar dengan kadar

yang diperoleh dari conto geokimia

sedimen sungai aktif, dimana pengolahan

secara statistika menggunakan metode

univariat dan multivariat.

GEOLOGI REGIONAL

Secara fisiografis daerah

Halmahera Bagian Barat terletak di

Mandala Halmahera Barat bagian utara

dan lengan selatan Halmahera. Morfologi

Mandala berupa perbukitan yang tersusun

atas batuan sedimen, pada batugamping

berumur Neogen dan morfologikarst dan

dibeberapa tempat terdapat morfologi

kasar yang merupakan cerminan batuan

gunung api berumur Oligosen.yang dikenal

sebagai tempat kedudukan sebaran

mineral logam dasar dan mulia di dalam

batuan gunungapi berdasarkan

penyebaran mineralisasi dan jenis

mineralisasi terkait dengan jalur magmatik

(Sunuhadi, 2012).

Setelah rumpang pengendapan

sejak Eosen Akhir hingga Oligosen Awal,

kegiatan gunungapi terjadi selama

Oligosen Atas-Miosen Bawah dan

membentuk Formasi Bacan (Tomb).

Batuan gunungapi Formasi Bacan ini

tersebar luas baik di Mandala Halmahera

Timur maupun di Mandala Halmahera

Barat. Bersamaan dengan itu terbentuk

pula batuan karbonat, yaitu batugamping

Formasi Tutuli (Tomt). Setelah terjadi

rumpang dalam pengendapan selama

Miosen Bawah bagian atas, terbentuklah

cekungan luas yang berkembang sejak

Miosen Atas sampai Pilosen. Pada

cekungan ini di endapkan batupasir

berselingan dengan napal, tufa,

konglomerat yang membentuk Formasi

Weda (Tmpw), Pengangkatan terjadi pada

zaman Kuarter sebagaimana ditunjukkan

oleh batugamping terumbu di pantai

daerah lengan timur Halmahera. Batuan

tertua di daerah Mandala Geologi

Halmahera Barat berupa batuan gunungapi

Oligo-Miosen Formasi Bacan (Tomb).

Batuan sedimen dan Karbonat berumur

Miosen-Pliosen tersebar luas di Mandala

ini, kebanyakan sedimennya bersifat

tufaan. Selain itu di utaranya ditemukan

pula batuan gunungapi Kuarter (Qpk dan

Qht) (Gambar 1).

Struktur lipatan berupa sinklin dan

antiklin terlihat jelas pada Formasi Weda

(Tmpw) yang berumur Miosen Tengah-

Pilosen Awal. Sumbu lipatan berarah utara-

selatan, timurlaut-baratdaya, dan baratlaut-

tenggara. Struktur sesar terdiri dari sesar

normal dan sesar naik, umumnya berarah

utara-selatan dan baratlaut-tenggara.

Secara morfologi daerah penye-

lidikan memperlihatkan 3 (tiga) satuan

morfologi yaitu satuan morfologi pedataran

ditutupi sekitar 20% endapan pantai:

lempung, lanau, kerikil dan pasir, dan ±

sekitar 80% termasuk Formasi Bacan:

breksi, lava, napal tufa, konglomerat dan

gamping menempati bagian barat daerah

penyelidikan memanjang utara selatan

dengan ketinggian 0 - 75 meter di atas

permukaan laut.

Satuan perbukitan bergelombang

menempati bagian utara daerah penye-

lidikan ditutupi oleh endapan aluvium dan

Formasi Kayasa breksi. Lava dan tufa

bersusunan andesit dan basal ketinggian

100 - 500 meter di atas permukaan laut

umumnya daerah aliran sungai mengalir

dari timur ke barat.

Satuan perbukitan tinggi, dengan

ketinggian berkisar dari 500 - 975 m di atas

permukaan laut. Daerah perbukitan tinggi

ini ditutupi oleh batupasir, napal, tufa,

konglomerat dan batugamping (Formasi

Weda), Batugamping hablur Formasi

Tingteng.

HASIL ANALISIS

Tahap pengolahan data

penyelidikan geokimia, diperoleh berupa

informasi mengenai data tersebut, dalam

bentuk peta sebaran unsur tunggal

maupun hubungan dari masing-masing

unsur itu.

Pengolahan awal dilaksanakan

untuk memperoleh gambaran tentang

perilaku serta sebaran, dari ringkasan

statistik berikut grafik dan histogramnya.

Dari sini didapat nilai latar belakang dan

anomali serta pertimbangan ada dan

tidaknya nilai eratik, di samping estimasi

tentang populasi unsurnya, akhirnya

digambarkan dengan pewarnaan (image).

Digunakan juga program SPSS,

untuk mencari hubungan multi unsur/

kekerabatan melalui analisis koreladi dan

faktor, yang kesemuanya bertujuan untuk

memudahkan di dalam pembacaan serta

penafsiran hasil pengolahan data yang

sekaligus juga untuk menentukan daerah

penelitian yang akan ditindak lanjuti.

Berdasarkan hasil penelitian,

diperoleh data geokimia endapan sungai

aktif -80 mesh secara random atau acak

berjumlah 153 sampel dengan luas 354,5

km2 sehingga diperoleh spasi samping

dengan jarak 2,316 km2.

Kondisi geologi daerah penye-

lidikan yang hampir 70% ditempati oleh

batuan vulkanik terdiri Formasi Bacan dan

Formasi Kayasa berumur Tersier-Kuarter,

dari hasil analisis kimia unsur conto

endapan sungai aktif memperlihatkan

bahwa wilayah penelitian diperkirakan

adanya indikasi keterdapatan logam-logam

dasar.

Analisis petrografi yang baik berupa

singkapan pada umumnya batuan

gunungapi berupa tuff pada titik

TK/BS/0096 R di cabang kanan Sungai

Oba, berdasarkan hasil sayatan tipis

batuan ini menunjukkan tekstur piroklastik,

berbutir halus hingga berukuran 1,0 mm,

bentuk butir menyudut - menyudut

tanggung, disusun oleh sedikit fragmen

batuan, fragmen plagioklas, biotit, mineral

opak dan kuarsa di dalam masa dasar

gelas (gambar 3). Hasil petrografi lainnya

berupa batuan andesit di titik TK/JA/0145 R

di cabang kanan Sungai Ake Toniku,

berdasarkan hasil sayatan tipis batuan ini

menunjukkan tekstur porfiritik dan

glomeroporfiritik, berbutir sangat halus

hingga berukuran 2,5 mm, bentuk

anhedral - subhedral, disusun oleh fenokris

plagioklas, piroksen, mineral opak di dalam

masa dasar mikrolit plagioklas,

kriptokristalin dan gelas (gambar 4). Hasil

analisis mineragrafi pada titik lokasi

TK/BS/0099/R di cabang kanan Sungai

Oba diperoleh hasil deskripsi sayatan poles

batuan di bawah mikroskop cahaya pantul,

mineral logam yang teridentifikasi adalah

pirit. Pirit, berwarna putih kekuningan,

berbutir sangat halus (< 0,05 mm) hingga

halus (± 0,12 mm), bentuk anhedral,

bersifat isotrop, tersebar tidak merata

dalam massa batuan. Hidrous Iron Oxide,

berwarna abu-abu dengan refleksi dalam

dominan merah, terdapat menggantikan

pirit melalui pinggir (gambar 4).

Berdasarkan asosiasi kandungan

kelompok logam penyusun logam dasar

maka diperkirakan wilayah penelitian pada

umumnya tipe cebakan mineralisasi

hidrotermal.

Berdasarkan analisis statistik

univariat 11 unsur logam lebih di fokuskan

kepada 3 (tiga) unsur yaitu Cu, Pb dan Zn.

Ringkasan statistik geokimia endapan

sungai aktif dapat dilihat pada (Tabel 1).

Penentuan kelas geokimia untuk

mendapatkan daerah peninggian nilai

kandungan unsur sebagai indikasi

anomali menurut Rose dkk. (1979) dalam

Ghazali dkk. (1986) Menghitung dengan

rumus nilai rata-rata ditambah antara dua

atau tiga kali nilai simpangan baku,

difokuskan terhadap unsur Cu, Pb dan Zn

sehingga diperoleh ringkasan 4 kelas

interval unsur dengan rumus (tabel 2):

Tembaga (Cu)

Kandungan unsur Cu rata-rata

47.79 ppm, dengan kisaran 8 ppm sampai

dengan 116 ppm, simpangan baku 21.88

ppm. Terdapat dua kandungan unsur Cu

yang tinggi yaitu 115 ppm pada titik lokasi

TK/BS/0081/D/C di cabang kanan

Sungai Simake, Desa Oba,

Kecamatan Oba Utara, koordinat

339527.25 mE, 72971.94 mN, dan

kandungan Cu 116 ppm pada titik lokasi

TK/SS/0024/D/C di sebelah utara Desa

Somahode, Kecamatan Oba Tengah,

koordinat 338643.57 mE, 69493.90 mN.

Daerah dengan konsentrasi unsur Cu yang

tinggi dan cukup luas sebarannya adalah

di daerah sebelah selatan dan baratdaya

penelitian yaitu wilayah Oba Utara, Oba

Tengah dan Guraping dengan sebaran

kelas interval tertinggi antara 80.62 - 91.56

ppm dan antara 91.57 - 116 ppm, dimana

anomali tertinggi berada di wilayah batuan

gunungapi berumur Oligo-Miosen dan

alluvium yang diperkirakan adanya

perpindahan unsur yang berasal dari

batuan gunungapi yang masuk kedalam

Formasi Bacan, serta dikontrol struktur

regional berarah utara-selatan (Gambar 5).

Timbal (Pb)

Kandungan unsur Pb rata-rata

22.87 ppm, dengan kisaran 6 ppm sampai

dengan 299 ppm, simpangan baku 24.06

ppm. Terdapat dua kandungan unsur Pb

yang tinggi yaitu 70 ppm pada titik lokasi

TK/JA/0123/D/C sebelah timur, Desa

Somahade, Kecamatan Oba Tengah,

kordinat 343536.23 mE, 67766.35 mN, dan

kandungan Pb 299 ppm pada titik lokasi

TK/JA/0126/D/C di sebelah barat Sofifi,

Kecamatan Oba Utara, koordinat 343512.08

mE, 76976.15 mN.

Daerah dengan konsentrasi yang

tinggi hanya terdapat di beberapa titik

dengan sebaran kelas interval tertinggi

antara 58.97 - 70.99 ppm dan antara 71 -

229 ppm, dimana batuan penyusun yang

berada di lokasi ini berupa gunungapi

berumur Oligo-Miosen dengan komposisi

andesit dan basalt yang masuk kedalam

Formasi Bacan (Gambar 6).

Pada daerah tersebut belum

ditemukannya indikasi mineralisasi logam,

peninggian Pb merupakan indikasi

kemungkinan terdapatnya mineralisasi

timbal.

Seng (Zn)

Kandungan unsur Zn rata-rata

75.76 ppm, dengan kisaran 32 ppm sampai

dengan 181 ppm, simpangan baku 26.39

ppm. Terdapat dua kandungan unsur Zn

yang tinggi yaitu 1 6 7 ppm pada titik lokasi

TK/BS/0098/D/C cabang kanan Sungai

Oba sebelah tenggara, Kecamatan Oba

Utara, kordinat 348392.46 mE, 74352.16

mN, dan kandungan Zn 181 ppm pada

titik lokasi TK/BS/0091/D/C di sebelah

utara Sofifi, Kecamatan Oba Utara,

koordinat 343769.42 mE, 76829.11 mN

(Gambar 7).

Berdasarkan hasil analisis sebaran

unsur Zn yang bernilai tinggi dengan

interval 128.55 - 181 ppm, tersebar di

delapan (8) titik yang tersebar di sebelah

utara yaitu daerah Jailolo Selatan yang

didasari oleh batuan vulkanik intermedier

(Formasi Kayasa) dan alluvium berumur

Quarter yang diperkirakan mengalami

dispersi unsur dari batuan gunungapi

(Qpk), sedangkan wilayah bagian selatan

daerah penelitian diperoleh anomali unsur

Zn tertinggi, dimana wilayah ini didasari

oleh batuan gunungapi tersier yang masuk

ke dalam Formasi Bacan serta dikontrol

struktur regional secara umum berarah

utara-selatan.

Pengolahan statistik multivariat

untuk menentukan adanya asosiasi unsur

di daerah penelitian menggunakan analisis

korelasi dan analisis faktor. Berdasarkan

sedimen sungai aktif sebanyak 153 sampel

dianalis kandungan kimia sebanyak 11

jenis unsur yaitu Cu, Pb, Zn, Co, Mn, Ag,

Li, K, Fe, Cr dan Au.

Analisis korelasi ditentukan dengan

menggunakan beberapa perangkat lunak

berupa microsoft excel dan SPSS. Metode

analisis korelasi diperoleh dari matrik

korelasi (tabel 3) diperoleh kekerabatan

unsur sebagai berikut :

1. Kelompok unsur Cu-Co-Li-K-Cr

2. Kelompok unsur Zn-Mn-Fe-Au

3. Kelompok unsur Pb-Ag

Dalam menentukan analisis faktor

dapat dilihat dari jumlah faktor yang akan

ditampilkan sebagai faktor pengganti perlu

ditelaah “eigenvalues” yang dapat diartikan

sebagai bobot nilai. Penentuan faktor

pengganti diambil dari nilai eigenvalues

yang bernilai ≥ 1 atau dapat dilihat dari

plot scree test (gambar 8).

Faktor pengganti diperlihatkan oleh

garis penghubung berlereng curam pada

batasan eigenvalues ≥ 1, selanjutnya

untuk mengetahui variabel-variabel yang

menjadi anggota dari faktor pengganti

tersebut dengan cara menganalis koefisien

korelasi faktor (Tabel 4) yaitu nilai-nilai

koefisien faktor antara variabel-variabel

dengan faktor pengganti, karena pada

umumnya komponen korelasi yaitu faktor

pengganti dan unsur ≤ 30 maka batasan

nilai signifikan menjadi tinggi, dalam hal ini

ditetapkan ≥ 0.5. Dari hasil analisis

statistik yang terintegrasi dengan peta

kekerabatan unsur, diperoleh

pengelompokan sebagai berikut :

a. Faktor 1 : Cu-Co-Li-K-Cr

b. Faktor 2 : Zn-Mn-Fe-Au

c. Faktor 3 : Pb-Ag

Berdasarkan hasil gabungan

analisis univariat dan multivariat, indikasi

mineralisasi ketiga unsur yaitu Cu, Pb, Zn,

memiliki pola sebaran mineralisasi logam

yang berbeda-beda dan perkiraan tipe

mineralisi berdasarkan asosiasi unsur yang

mengalami ikatan, diperoleh data sebagai

berikut :

1. Pola potensi sebaran peninggian

anomali Cu umumnya berada di bagian

tengah barat ke selatan wilayah

penelitian Kota Tidore Kepulauan,

kemungkinan kekerabatan antar unsur

tersebut berhubungan dengan jenis

batuan gunungapi berumur Tersier

hingga Kuarter dan mengindikasikan

tipe mineralisasi hidrotermal bijih sulfida

(gambar 9).

2. Pola potensi sebaran peninggian Pb

berada di bagian tengah barat ke arah

selatan wilayah penelitian yang masuk

ke dalam Kota Tidore Kepulauan,

dimana pola sebaran peninggian

cenderung mengikuti pola struktur

geologi, sebagai indikasi adanya

mineralisasi hasil aktifitas hidrotermal

(gambar 10).

3. Pola potensi sebaran Zn dan multi unsur

terkuat berada di bagian utara tepatnya

di Kabupaten Halmahera Barat yang

dikontrol litologi batuan gunungapi

berumur Kuarter, dan sebagian tersebar

di bagian tengah barat wilayah

penelitian yang termasuk ke dalam

wilayah Kota Tidore Kepulauan,

diperkiran indikasi tipe mineralisasi

komplek bijih sulfida berupa urat logam

mulia (gambar 11).

Selain pola sebaran geokimia

terhadap unsur logam di atas, dilakukan

juga analisis mengenai penyebaran unsur

radioaktif terhadap hasil dari pengambilan

conto endapan sungai. Analisis kandungan

unsur radioaktif dilakukan dengan alat

Geofisika Radiometri Gamma S.II.

Terdapat 3 (tiga) unsur yang difokuskan

dalam analisis radiometri ini yaitu unsur K,

Th dan U.(Tabel 5.)

Kalium (K)

Kandungan unsur K rata-rata 0.45

ppm, dengan kisaran 0 ppm sampai dengan

1.18 ppm, simpangan baku 0.37 ppm.

Terdapat dua kandungan unsur K yang tinggi

dari semua conto yang telah dilakukan

analisis yaitu 1.18 ppm dari titik

TK/BS/0078/D/C pada Sungai Daso-daso

dengan koordinat 342800 mE dan 62800

mN, lokasi TK/SS/0023/D/C di Cabang

Kanan Sungai Simake dengan nilai 1.15 ppm

dengan koordinat 338900 mE dan 73000 mN

(Gambar 12). Penyebaran dari kandungan

unsur K yang tertinggi realtif berada di tengah

dan selatan dari daerah penyelidikan. Lokasi

tersebut berada pada Formasi Bacan (Tomb)

yang berumur Oligo-Miosen yang tersusun

atas breksi, andesit dan basalt.

Thorium (Th)

Kandungan unsur Th rata-rata 8.14

pp, dengan kisaran 0 ppm sampai dengan

11.4, simpangan baku1.42 ppm. Nilai

tertinggi dari unsur Thorium (Th) adalah di

titik lokasi TK/SS/0038/D/C dengan

koordinat 338698 mE dan 74771 mN

(Gambar 13). Penyebaran kandungan

unsur Thorium (Th) relatif di daerah tengah

bagian barat daerah penyelidikan. Lokasi

tersebut sebagian besar berada pada

Formasi Bacan (Tomb) yang berumur

Oligo-Miosen yang tersusun atas batuan

breksi, andesit dan basalt.

Uranium (U)

Kandungan unsur Uranium (U)

dengan rata-rata 3.51 ppm dengan kisaran

minimum-maksimumnya 0 ppm sampai

dengan 6.74 ppm dengan simpangan baku

1.59 ppm. Kandungan unsur Uranium (U)

tertinggi terdapat di titik lokasi

TK/BS/0056/D/C terdapat di Sungai Durian

dengan titik koordinat 342460 mE dan

79412 mN. (Gambar 14). Penyebaran dari

unsur Uranium (U) di daerah penyelidikan

relatif di bagian tengah daerah

penyelidikan dengan arah baratlaut-

Tenggara dan bagian tengah di bagian

barat daerah penyelidikan. Lokasi tersebut

berada di Formasi Bacan (Tomb) yang

berumur Oligo-Miosen yang tersusun atas

batuan breksi, andesit dan basalt

PEMBAHASAN

Geologi daerah penelitian yang

masuk ke dalam Mandala Halmahera

Barat yang merupakan jalur mineralisasi

logam dasar berumur Oligosen-Miosen

pada umumnya di dominasi oleh batuan

gunungapi terdiri dari breksi, lava dan Tufa

yang bersifat andesitik dan basal berumur

Tersier dan Kuarter, dengan struktur

patahan secara umum berupa sinklin dan

antiklin berarah utara-selatan, timurlaut-

baratdaya, dan baratlaut-tenggara.

Pola sebaran anomali tinggi hasil

gabungan analisis univariat dan multivariat

terhadap unsur Cu, Pb dan Zn. Dimana

sebaran Cu umumnya berada di bagian

tengah barat ke selatan wilayah penelitian

dengan nilai tertinggi 116 ppm pada titik

lokasi TK/SS/0024/D/C, Pola sebaran

unsur Pb berada di bagian tengah barat

ke arah selatan wilayah penelitian dengan

kandungan tertinggi Pb 299 ppm pada

titik lokasi TK/JA/0126/D/C dan pola

sebaran Zn berada di bagian utara dan

kandungan Zn 181 ppm pada titik lokasi

TK/BS/0091/D/C, dimana secara umum

peninggian ketiga unsur tersebut

cenderung mengikuti pola struktur geologi

dan kontrol litologi yang didominasi oleh

batuan gunungapi sebagai indikasi adanya

mineralisasi hasil aktifitas hidrotermal.

Berdasarkan analisis multivariat

berupa analisis korelasi dan faktor

terdapat kelompok ikatan unsur yang

hampir memiliki kesamaan yaitu ikatan

unsur Cu-Co-Li-K-Cr, Zn-Mn-Fe-Au dan

Pb-Ag yang terbentuk di wilayah

gunungapi berumur Tersier-Kuarter yang

masuk ke dalam Formasi Bacan dan

Formasi Kayasa dengan pola anomali

secara umum berarah utara-selatan yang

diduga oleh pola struktur yang

berkembang di daerah penelitian.

Mineralisasi yang terbentuk di

wilayah penelitian berdasarkan data

geokimia sedimen sungai aktif di dukung

oleh data geokimia batuan, petrografi dan

mineragrafi, meskipun secara megaskopis

pengamatan singkapan di lapangan tidak

terlalu terlihat jelas mineralisasi berbentuk

urat kuarsa ataupun batuan apungan

termineralisasi yang ada di sungai-sungai

wilayah penelitian.

Berdasarkan hasil analisis

geokimia batuan termineralisasi berupa

urat kuarsa pada titik TK/SS/0026/R

dengan koordinat 339759.31 mE,

71582.26 mN di cabang kanan Sungai

Taburo diperoleh penguatan unsur Cu

1920 ppm, sedangkan unsur lainnya Pb 6

ppm dan Zn 64 ppm (Gambar 15).

Gambar 15. Batuan Termineralisasi Pirit

TK/SS/0026/R

KESIMPULAN DAN SARAN

Anomali geokimia sedimen sungai

aktif di daerah Halmahera Bagian Barat

merupakan paduan analisis antara ke 11

unsur yaitu unsur Cu, Pb, Zn, Co, Mn, Ag,

Li, K, Fe, Cr dan Au yang berkembang di

lingkungan batuan gunungapi berumur

Oligo-Miosen (Formasi Bacan dan Formasi

Kayasa) dengan batuan terubah berupa

silifikasi dan argilik, dimana secara

metalogenik Busur Halmahera Bagian

Barat merupakan jalur mineralisasi logam

dasar terkait dengan jalur magmatik.

Sebaran anomali unsur Cu, Pb dan

Zn yang dihubungkan dengan kekerabatan

atau hubungan antar unsur diperoleh tiga

kelompok unsur yaitu ikatan unsur Cu-Co-

Li-K-Cr, Zn-Mn-Fe-Au dan Pb-Ag, dengan

pola anomali secara umum berarah utara-

selatan yang diduga oleh pola struktur

yang berkembang di daerah penelitian,

sehingga tipe mineralisasi diklasifikasikan

sebagai tipe hydrothermal volcanic hosted.

Unsur radioaktif yang telah

dianalisis tidak menunjukkan nilai yang

berarti atau dengan kata lain masih di

bawah nilai unsur radioaktif yang menjadi

standar.

Penelitian lanjut berupa pemetaan

mineralisasi logam dasar di daerah yang

memiliki zona anomali tinggi serta

penyelidikan geofisika metode Polarisasi

Terimbas (IP) dan magnetik

Disarankan dilakukan di ketiga wilayah

yang memiliki ikatan unsut yang tinggi

diharapkan untuk mengetahui karakteristik

mineralisasi dibawah permukaaan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini para penulis

mengucapkan terima kasih kepada Kepala

Pusat Sumber Daya Geologi atas

pemberian izin diterbitkannya makalah ini.

Pembiayaan penelitian berdasarkan DIPA

TA 2015. Kepada anggota tim lapangan,

teknisi dan laboratorium yang membatu

kelancaran kerja hingga selesai kami

ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Apandi.T. & Sudana. D., 1980. Peta Geologi Lembar Ternate, Maluku Utara, Bandung: Pusat

Survei Geologi.

Berkman, D.A. 2001. Field Geologist’ Manual. Victoria: The Australian Institute of Mining and

Metallurgy

Ghazali, S.A, Muchjidin, Hariwidjaja. 1986. Penyelidikan Geokimia Endapan Sungai,

Metoda dan Teknik. Bandung: Direktorat Sumberdaya Mineral.

Levinson, A.A., 1974, Introduction to Exploration Geochemistry, Applied Publishing Ltd., Alberta

Canada.

Rose, A.W., Hawkes, H.E. & Webb. J.S., 1979, Geochemistry in Mineral Exploration,

Academic Press, London.

Sudarya,S & Faisal, R. 2007. Inventarisasi Mineral Logam Di Kabupaten Halmahera

Selatan dan Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Bandung: Pusat

Sumber Daya Geologi.

Sunuhadi, D.N. 2012. Tahapan Eksplorasi Mineral Logam (SNI). Panduan Praktis

Penyelidikan Mineral. Bab 9. 171-178. Bandung: Pusat Sumber Daya

Geologi.

Soepriadi dkk. 2015. Survei Geokimia Regional Bersistem Lembar Ternate A Di Pulau

Halmahera, Provinsi maluku utara. Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi.

Gambar 1. Peta Geologi Regional Halmahera Bagian Barat, Maluku Utara

Gambar 2. Fotomikrograf Kristal Vitric Tuf TK/BS/0096 R

Gambar 3. Fotomikrograf Andesit TK/JA/0145 R

Gambar 4. Fotomikrograf Sayatan Poles Pirit Sangat Halus

Dalam Massa Batuan TK/BS/0099/

Gambar 5. Peta Sebaran Unsur Tembaga (Cu) Dalam Conto

Endapan Sungai Aktif di Halmahera Bagian Barat, Maluku Utara

Gambar 6. Peta Sebaran Unsur Timbal (Pb) Dalam Conto

Endapan Sungai Aktif di Halmahera Bagian Barat, Maluku Utara

Gambar 7. Peta Sebaran Unsur Seng (Zn) Dalam Conto

Endapan Sungai Aktif di Halmahera Bagian Barat, Maluku Utara

Gambar 8. Grafik Scree Plot Test

Gambar 9. Peta Potensi Mineralisasi Cu

Daerah Halmahera Bagian Barat Maluku Utara

Gambar 10. Peta Potensi Mineralisasi Pb

Daerah Halmahera Bagian Barat Maluku Utara

Gambar 11. Peta Potensi Mineralisasi Zn

Daerah Halmahera Bagian Barat Maluku Utara

Gambar 12. Peta Sebaran Unsur Kalium (K) Dalam Conto

Endapan Sungai Aktif di Halmahera Bagian Barat, Maluku Utara

Gambar 13. Peta Sebaran Unsur Thorium (Th) Dalam Conto

Endapan Sungai Aktif di Halmahera Bagian Barat, Maluku Utara

.

Gambar 14. Peta Sebaran Unsur Uranium (U) Dalam Conto

Endapan Sungai Aktif di Halmahera Bagian Barat, Maluku Utara

Tabel 1. Ringkasan Statistik Geokimia Conto Endapan Sungai Aktif C u , P b d a n Z n

Halmahera Bagian Barat, Maluku Utara.

Tabel 2. Ringkasan Kelas Interval Conto Endapan Sungai Aktif Cu, Pb dan Zn Halmahera

Bagian Barat, Maluku Utara

Tabel 3. Matrik Korelasi

Tabel 4. Skor Faktor Dari 3 Faktor Pengganti

Tabel 5. Ringkasan Statistik Unsur Radioaktif