Surat Gembala (Mulai Januari 2014)

23
Surat Gembala : Januari –April 2014 Tujuan Utama Sungguh sangat disayangkan banyak gereja-gereja di kota-kota besar yang dihadiri banyak orang yang berpendidikan tinggi, berekonomi baik dan yang memiliki berbagai potensi tetapi tidak mengerti I njil yang sejati atau yang orisinil. Mereka ada di gereja-gereja yang yang tidak bermaksud menyesatkan, tetapi karena p embicaranya tidak mengerti kebenaran Injil yang murni maka mereka menyesatkan diri mereka sendiri dan menyesatkan umat yang dengan tulus mau mencari Tuhan dan ajaran-Nya. Gereja-gereja itu ada yang menekankan kemakmuran jasmani dan yang menekankan mukjizat. Tentu dengan mengambil contoh-contoh dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Tuhan menjanjikan kemakmuran jasmani. Tentu saja gereja seperti ini akan sangat laku dan banyak pengikutnya karena sesuai dengan semangat hidup atau semangat jamannya. Kelimpahan materi hanya ditujukan kepada bangsa Israel. Orang percaya dalam hidup yang sementara ini harus hanya mencari kebenaran untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Orang percaya memang harus bekerja dan memiliki kekayaan sebanyak mungkin, tetapi semua itu harus dipersembahkan untuk kepentingan Tuhan. Sebab orang percaya memiliki harta abadi di Sorga, dunia hanya tempat menumpang sementara (Flp. 3:20- 21). Harus diterima bahwa dunia ini bukan rumah kita dan kerajaan kita bukan berasal dari dunia ini. Mereka yang menekankan mukjizat s elalu mempromosikan bahwa Tuhan Yesus tidak berubah. Padahal dunia berubah. Cara Tuhan melawat umat-Nya t idak selalu sama dengan apa yang telah terjadi atau yang telah dilakukan oleh Tuhan. Pada tahun-tahun dimana Tuhan Yesus memberitakan Injil harus melakukan mukjizat agar perhatian orang ditarik dan telinga orang mendengar Injil-Nya. Seperti Nikodemus yang menemui Tuhan (Yoh. 3), ia menemui Tuhan Yesus sebab ia melihat perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus supaya orang mengakui bahwa Tuhan Yesus berasal dari Allah. Kemudian Tuhan Yesus bisa m emberitakan k ebenaran kepada orang- orang yang pikirannya sudah dipenuhi dengan a jaran agama Yahudi yang telah b anyak dielaborasi sehingga berbenturan dengan Injil.

description

GBI Rehobot

Transcript of Surat Gembala (Mulai Januari 2014)

Surat Gembala : Januari April 2014TujuanUtamaSungguh sangat disayangkan banyak gereja-gereja di kota-kota besar yang dihadiri banyak orang yang berpendidikan tinggi, berekonomi baik dan yang memiliki berbagai potensi tetapi tidak mengerti I njil yang sejati atau yang orisinil. Mereka ada di gereja-gereja yang yang tidak bermaksud menyesatkan, tetapi karena p embicaranya tidak mengerti kebenaran Injil yang murni maka mereka menyesatkan diri mereka sendiri dan menyesatkan umat yang dengan tulus mau mencari Tuhan dan ajaran-Nya.Gereja-gereja itu ada yang menekankan kemakmuran jasmani dan yang menekankan mukjizat. Tentu dengan mengambil contoh-contoh dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Tuhan menjanjikan kemakmuran jasmani. Tentu saja gereja seperti ini akan sangat laku dan banyak pengikutnya karena sesuai dengan semangat hidup atau semangat jamannya.Kelimpahan materi hanya ditujukan kepada bangsa Israel. Orang percaya dalam hidup yang sementara ini harus hanya mencari kebenaran untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Orang percaya memang harus bekerja dan memiliki kekayaan sebanyak mungkin, tetapi semua itu harus dipersembahkan untuk kepentingan Tuhan. Sebab orang percaya memiliki harta abadi di Sorga, dunia hanya tempat menumpang sementara (Flp. 3:20- 21). Harus diterima bahwa dunia ini bukan rumah kita dan kerajaan kita bukan berasal dari dunia ini. Mereka yang menekankan mukjizat s elalu mempromosikan bahwa Tuhan Yesus tidak berubah. Padahal dunia berubah.Cara Tuhan melawat umat-Nya t idak selalu sama dengan apa yang telah terjadi atau yang telah dilakukan oleh Tuhan. Pada tahun-tahun dimana Tuhan Yesus memberitakan Injil harus melakukan mukjizat agar perhatian orang ditarik dan telinga orang mendengar Injil-Nya. Seperti Nikodemus yang menemui Tuhan (Yoh. 3), ia menemui Tuhan Yesus sebab ia melihat perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus supaya orang mengakui bahwa Tuhan Yesus berasal dari Allah. Kemudian Tuhan Yesus bisa m emberitakan k ebenaran kepada orang-orang yang pikirannya sudah dipenuhi dengan a jaran agama Yahudi yang telah b anyak dielaborasi sehingga berbenturan dengan Injil. Seperti Nikodemus bisa mengakui bahwa Tuhan Yesus berasal dari Allah karena mukjizat yang telah dilakukan oleh Tuhan.Jadi, kemakmuran jasmani dan mukjizat bukanlah tujuan utama tetapi jembatan untuk dapat mengenal Tuhan Yesus, diselamatkan dan dipersiapkan masuk ke dalam kerajaan-Nya. -Solagracia-Kemakmuran jasmani dan mukjizat bukanlah tujuan utama tetapi jembatan untuk dapat mengenal Tuhan YesusHidup AdalahPerjuanganJika ada orang berpendapat bahwa hidup ini seperti mimpi maka bisa dikatakan ada benar dan ada salahnya juga. Benarnya adalah bahwa pada suatu saat nanti kita akan membuktikan bahwa beberapa tahun hidup di dunia ini ternyata hanya seperti jentikan ibu jari saja jika dibandingkan dengan kekekalan. Sebab hidup yang sesungguhnya ada di belakang langit biru bukan di bumi dan bukan hari ini. Salahnya, hidup ini bukan mimpi jika dilihat dari isi hidup itu. Hidup itu nyata bukan mimpi atau panggung sandiwara. Dengan demikian hidup harus dimaknai sebagai perjuangan selayaknya seorang atlit yang sedang bertanding dalam sebuah gelanggang.Perjuangan disini membutuhkan kesungguhan, ketekunan, dan semangat bertanding yang tinggi. Tetapi kita harus ingat bahwa perjuangan kita bukanlah perjuangan untuk meningkatkan status sosial, usaha memperoleh hidup layak, dan usaha untuk memperoleh penghargaan dari manusia. Walaupun menurut pandangan umum seseorang akan lebih dihargai dan dihormati apabila secara ekonomi termasuk jajaran golongan kelas atas. Tetapi tidak demikian dengan Tuhan, sebab Dia tidak pandang bulu. Keberkenanan-Nya kepada kita tidak ditentukan oleh status dan ekonomi kita. Hal penting yang menjadi catatan kita semua adalah bahwa perjuangan yang sesungguhnya sebagai orang percaya adalah bagaimana memiliki moral Allah dan menolong orang lain untuk menjadi seperti Yesus.Jika seseorang tidak berjuang secara benar maka hidup ini akan menjadi mimpi indah. Khususnya bagi sebagian orang yang beruntung dan berkesempatan menikmati gemerlapnya dunia ini. Tanpa disadari gemerlapnya dunia ini menjadi candu yang mengikat hidupnya atau menurut pemazmur sebagai tempat yang licin (Maz 73:18). Dimana seseorang akan membangun standard hidup yang tinggi. Dengan begitu ia tidak bisa tidak menggunakan fasilitas kelas satu, tidak bisa tidak mengenakan pakaian bermerk, tidak bisa tidak menginap di hotel berbintang, tidak bisa tidak menggunakan kendaraan mewah, dan seterusnya.Diakhir kehidupannya begitu buka mata semua lenyap tak berbekas dan ia hanya melihat api kekal. Oleh karena itu, Janganlah membuat hidup ini seperti mimpi indah tetapi jadikan perjuangan. Sebab segala yang kita perbuat selama di dunia ini mempunyai dampak kekal.Jika hidup ini diperjuangkan secara benar maka hidup itu akan terasa berat. Tetapi hal ini jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan kesenangan sesaat yang berakhir diapi kekal. Sebab wajah batiniah kita inilah yang menentukan keadaan kita kelak, apakah kita akan dipandang hina oleh Bapa ataukah indah dalam pandangan-Nya (Mzm. 73:20). Hari ini banyak orang tidak perduli dengan keadaan wajah batiniahnya. Mereka lebih mengusahakan bagaimana dapat memiliki hidup seindah-indahnya. Padahal semua yang indah-indah itu hanyalah mimpi belaka. Mimpi itu adalah hari ini bukan hidup di dunia yang akan datang. Memang bagi orang-orang duniawi kitalah yang disebut sebagai pemimpi. Mana yang benar? Sulit untuk membuktikannya hari ini, tetapi biarlah kita tetap teguh berpegang kepada kesaksian Alkitab, bahwa ada kehidupan dibalik kematian.Marilah kita berjuang untuk memiliki moral Allah dan membawa orang lain juga untuk menjadi seperti Kristus, dengan demikian kita akan memiliki wajah batiniah yang indah dan berkenan dalam pandangan-Nya. Supaya hari kematian kita tidak datang seperti jerat (Luk. 21:34). Seperti orang-orang pada zaman Nuh yang tidak memiliki kepekaan Allah, hidupnya hanya diarahkan untuk kepuasan daging dan ambisinya semata-mata.untuk mobil diasuransikan sedang untuk keselamatan dan kekekalan jiwa tidak diasuransikan? Bukankah sudah seharusnya kita berjaga-jaga mempersiapkan diri untuk hari esok? Mempersiapkan hari terakhir kita di bumi dan mempersiapkan jemputannya. Sebab kita tidak tahu kapan kita dipanggil pulang. Karena itu marilah kita mulai menanggalkan semua dosa dan mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Orang yang nekat mau bener itu langka, kiranya kitalah salah satu orang yang langka itu. MenanggalkanKeinginanBanyak orang Kristen terus mengembangkan berbagai keinginan dalam dirinya, yang pada dasarnya merupakan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Mereka mencari formula doa yang akan didengaar dan dikabulkan oleh Tuhan agar hasratnya dipenuhi, mereka melakukan apa saja dengan pemikiran sebagai bentuk investasi, agar Tuhan mengembalikannya dalam bentuk harta berlipat kali ganda.Ini ironis sebab Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa keinginan-keinginan tersebut bukan lagi berasal dari Bapa, melainkan dari dunia ini. Keinginan-keinginan tersebut akan membutakan mata pengertian orang, sehingga tak bisa hidup dalam pimpinan Roh Allah. Tuhan ingin kita menanggalkan keinginan-keinginan dari diri kita sendiri, dan menggantikannya dengan kehendak Allah. Semakin kita berusaha mengenal-Nya melalui kebenarn Firman, semakin dalam kita mengerti pimpinan Roh Allah dalam hidup kita.Apabila kita dipimpin oleh Roh Allah, kita adalah anak-anak Allah (Rm. 8:14). Alkitab mengatakan bahwa tidak mudah kita disahkan sebagai anak-anak Allah. Memang kita diberi hak istimewa (eksusia) supaya dapat menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12-13), tetapi apabila kita tidak memanfaatkan hak-hak istimewa tersebut, ktia tidak pernah disebut anak-anak Allah. Hak-hak istimewa itu adalah pendampingan Roh Kudus, Firman Tuhan, penggarapan Tuhan dalam segala peristiwa kehidupan, dan jaminan pemeliharaan Tuhan yang sempurna.Terus mengasihi dunia dengan keinginannya merupakan tindakan yang menyia-nyiakan hak istimewa dari Tuhan. Dunia mengajak manusia membangun Firdaus di bumi ini, tetapi Tuhan menyediakan Firdaus di langit baru dan bumi baru. Orang yang mengumbar keinginan duniawi tidak mungkin menjadi sahabat Allah. Jadi jelas bahwa orang yang tidak mau menanggalkan keinginan dunianya bukanlah umat kerajaan Sorga, melainkan umat kerajaan dunia yang dipersiapkan iblis untuk tinggal bersamanya dalam kegelapan abadi.Kalau kita tidak memutuskan untuk segera keluar dari cara hidup yang salah itu, sampai mati pun kita tidak akan pernah memahami bagaimana hidup dipimpin oleh Roh Allah, sebab Roh Allah yang memimpin kita melakukan kehendak-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi marilah kita matikan keinginan dari diri kita, dan menyediakan diri kita untuk dipimpin oleh Roh-Nya melalui pemahaman kebenaran Firman-Nya yang murni, maka kita pun akan semakin mengerti kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rm. 12:2). -Solagracia-Terus mengasihi dunia dan mengembangkan keinginan-keinginan duniawi merupakan tindakan yang menyia-nyiakan hak istimewa dari Tuhan.SKepastianKeselamatanOrang beragama pada umumnya masih fokus kepada kehidupan di bumi, tetapi orang percaya sudah memindahkan hati di surga sebelum masuk surga. Bagi orang beragama masuk surga masih spekulasi, masih ada doa mudah-mudahan direrima di sisi Tuhan, tetapi dalam kekristenan ke Surga merupakan kepastian. Bagi orang beragama surga adalah masuk keadaan yang menyenangkan, tanpa kerja hanya berpesta ria. Tetapi dalam kekristenan ke surga berarti dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, Raja di atas segala raja untuk melayani Bapa sepanjang masa. Kita bekerja bagi Dia. Untuk bisa dilayakkan, dimuliakan bersama Tuhan Yesus Kristus seseorang harus hidup tidak bercacat dan tidak bercela sejak di dunia ini. Bagi orang beragama pada umumnya keselamatan itu terhindar dari neraka, tetapi bagi orang percaya adalah dikembalikannya manusia ke dalam rancangan semula Allah. Proses dikembalikannya ke rancangan semula ini membangun kepastian keselamatan. Hal ini sama dengan kalau seorang anak rajin belajar akan membangun keyakinan lulus atau naik kelas. Sempai keyakinan tersebut menjadi kepastian. Bukan hanya percaya tetapi tau.Fokus kepada kehidupan di Surga akan menghasilkan kepastian keselamatan. Hal ini hrus diperjuangkan, bukan sesuatu yang bisa tumbuh sendiri dalam kehidupan Kristen (Ibr. 6:10-11, 2Ptr. 1:3-11). Kepastian keselamatan bukan hanya diperoleh dengan mengembangkan keyakinan bahwa dirinya pasti selamat, tetapi kepastian keselamatan harus dikembangkan melalui kualitas hidup. Kualitas hidup ini menyangkut karakter, watak, tujuan hidup, dan seluruh warna kegiatan hidup. Banyak orang salah mengerti, mereka berpikir bahwa keyakinan keselamatan akan diperoleh secara otomtis ketika usia meninggi dan tetap hidup sebagai orang Kristen. Dengan ini mereka tidak pernah berusaha dengan serius untuk memiliki kepastian keselamatan ini. Kepastian keselamatan yang dimiliki seseorang akan ditandai dengan beberapa hal, paling tidak hal-hal ini: Pertama, karakter Ilahi semakin bertumbuh nyata dalam kehidupannya. Bukan hanya menjadi orang baik, tetapi sempurna seperti Bapa. Kedua, cara menilai keindahan dunia mulai berubah. Keindahan dunia mulai pudar di matanya. Ia semakin tidak merasa memiliki kesenangan. Ketiga, kesediaan berkorban bagi pekerjaan Tuhan tanpa batas. Baginya melayani bukanlah suatu kewajiban, tetapi seuatu kebutuhan. Keempat, kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Sebaliknya mulai ada gairah terhadap realitas kekekalan. Seiring dengan ini, menantikan perwujudan kehadiran Kerajaan Tuhan Yesus secara fisik. Dengan demikian hatinya mulai dipindahkan ke Kerajaan Sorga. -Solagracia-Kepastian keselamatan bukan hanya diperoleh dengan mengembangkan keyakinan, tetapi mengembangkan melalui kualitas hidup. MENGHARGAI DIRINYASENDIRIKita harus membuka kesadaran bahwa betapa hebat makhluk yang disebut manusia itu. Kalau kita tidak dapat menghargai diri kita sendiri, maka kita tidak akan bisa menerima karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus. Karya keselamatan Allah pada dasarnya merupakan tindakan Tuhan yang menunjukkan betapa berharganya manusia di mata Tuhan. Orang yang tidak menghargai dirinya dengan benar tidak akan dapat diajak bekerja sama dengan Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya, sebab ia tidak peduli bahwa Allah menginginkan ia dikembalikan kepada rancangan Allah semula. Dalam hal ini manusia harus sepikiran dengan Tuhan, bahwa manusia berharga di mata-Nya. Keberhargaan kita harus disasarkan pada kenyataan bahwa di dalam diri kita ada roh Allah.Setiap orang percaya harus menyadari sedalam-dalamnya bahwa di dalam dirinya Allah memberikan roh dari-Nya yang sangat berharga. Tuhan mengingini roh dari diri-Nya tersebut kembali kepada-Nya (Pkh. 12:7). Roh itu terbelenggu tidak berdaya didesak oleh dua pihak. Pihak pertama yang mendesaknya adalah kodrat dosa, sebab semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Manusia yang hidup di bawah kuasa dosa tidak mungkin dapat berkenan kepada-Nya (Rm. 8:8).Oleh karena itulah Tuhan Yesus berkata, Roh memang penurut, tetapi daging lemah. Di sini kata penurut aslinya adalah (Prothymos) yang berarti bersedia; ingin sekali, sedangkan lemah aslinya ditulis (asthenes) yang berati tanpa kekuatan; sakit; loyo; tidak berdaya.Terlebih penting kita harus memiliki cara pandang yang benar dalam menghargai diri. Harus dimulai dari pengertian kita mengenai kenyataan bahwa Allah menaruh roh yang berasal dari Dia dalam setiap kita. Jadi sejatinya semua manusia yang memiliki roh dari Allah adalah anak-anak Allah. Tetapi karena dosa, manusia tidak memiliki karakter seperti Bapa. Inilah yang menjadi pertimbangan awal, jadi bukan tanpa alasan kalau Tuhan mengingini roh yang ada di dalam diri manusi dengan cemburu atau dengan sangat kuat. Allah mengingini roh tersebut, dimaksudkan agar tidak terseret ke dalam api kekal. Oleh karena itu Bapa mengutus putra-Nya yang tunggal untuk menyelamatkannya. Hal ini menunjukkan betapa mahal harga roh manusia.Pihak kedua yang mendesak roh manusia adalah pengaruh dunia jahat di sekita kita, yang terlanjur mewarnai jiwa manusia. Jika jiwa yang mengendalikan seluruh hidup manusia memuat isi yang bertentangan dengan kehendak Allah, maka seluruh kelakukan hidup orang itu pun pasti rusak. Perbaikan karakter dari aspek jiwa yang sekarang dikerjakan oleh masyarakat modern hanya membuat orang baik, tetapi tidak membuat orang dikenan oleh Tuhan. Yang dikenan-Nya adalah orang yang hidup menurut roh, sebab kehendak roh sama dengan kehendak Bapa.Oleh sebab itu setelah kita menerima Kristus, jiwa kita harus terus menerus diperbaharui oleh Firman-Nya. Roh manusia menjadi lemah kalau jiwanya tidak dipenuhi dengan kebenaran Tuhan. Roh di dalam diri manusia itu sendiri akan menjadi kuat kalau isi jiwanya diubah. Tidak ada cara lain agar roh manusia dapat menguasai jiwa dan jiwa mengendalikan kehidupan, selain menguduskannya dengan kebenaran Firman Kristus (Yoh. 17:17). Itu juga merupakan penghargaan atas diri kita sendiri. -Solagracia-Jika kita menghargai diri kita sendiri, kita akan giat memperbarui jiwa kita dengan Firman Tuhan agar roh kita juga menjadi kuat. ASASDEVOSIPada dasanya setiap budaya lahir dari sebuah kebiasaan yang berlangsung dari suatu komunitas. Dalam perjalanannya kemudian budaya melahirkan suatu kepercayaan atau agama. Agama yang lahir dari sebuah kebudayaan pada umumnya akan mengandalkan kekuataan supranatural. Untuk dapat menerima kekuatan supranatural ini maka dibutuhkan suatu upacara agama dengan ritual tertentu yang ditujukan agar kedua pihak mendapat keuntungan. Para pengikutnya percaya apabila mereka berbuat baik akan diberkati dan jika tidak maka mereka akan dihukum (Asas upah atau reward).Bagi agama tersebut yang berperan adalah ritual. Untuk menjalankan ritual-ritual tersebut ada syarat-syarat tertentu yang harus diikuti dengan benar misalnya dengan mengucapkan ayat-ayat tertentu untuk mengusir setan, doa-doa tertentu yang digumakan untuk menolak bala, menerima berkat dan lain sebagainya. Bertuhan karena asas manfaat itulah agama, tetapi kekristenan tidak mengajarkan demikian, kekristenan mengajarkan berTuhan karena menyangkut nasib kekal. Sebagaimana Allah menjaga keteraturan jagad raya berdasarkan hukum-hukumNya. Maka dalam kehidupan ini Allah juga menerapkan hukum-hukum-Nya. Seperti mengenai hukum tabur tuai Gl 6:7) dimana orang jahat akan menuai akibat buruk dari kejahatannya. Orang malas akan menuai kemiskinan akibat kemalasannya.Devosi yang dikembangkan oleh banyak pengkotbah dan pengajar hari-hari ini berangkat dari asas simbiosis mutualis atau asas manfaat seperti itu. Jelas ini bukan produk ajar yang berangkat dari standard kebenaran Alkitab. Pengajaran seperti ini mutlak bukan kristen tetapi berangkat dari agama agama sekitar atau kepercayaan-kepercayaan suku. Sebagai contoh jemaat diajarkan bagaimana menyenangkan Tuhan melalui memberikan puji-pujian atau nyanyian sebagai wujud dari persembahannya kepada Tuhan, lalu dengan cara demikianlah Tuhan tergerak memberkati umat-Nya. Apa saja yang kita butuhkan akan diberikan jika kita berhasil membuat hati Tuhan disenangkan. Sadar atau tidak kesan ini muncul didalam gereja. Jika kita menyembah begitu rupa maka muzizat terjadi dan berkat akan diberikan. Kita harus ingat bahwa berkat yang diterima tidak didasari karena permintaan. Tanpa meminta pun sesungguhnya Tuhan sudah memberkati. Tuhan memiliki hukum dan kita terikat pada hukumnya.Asas Devosi yang benar kepada Tuhan adalah berusaha menemukan Tuhan serta melakukan kehendak-Nya dengan ketaatan yang tak bersyarat. Seperti Abraham dimana hidupnya disita sepenuhnya untuk menemukan negeri yang dijanjikan Tuhan walaupun sampai ia hampir mati namun belum melihat negri itu, tetapi ia tidak tidak kembali ke Urkasdim. Ia memiliki fokus kepada Tuhan yaitu bagaimana menggenapi kehendak-Nya. Inilah yang disebut bertuhan itu, bertuhan adalah melakukan kehendak-Nya jika tidak berarti tidak bertuhan. Agama pada umumnya berfokus pada bagaimana menyelamat nyawa di dunia yaitu bagaimana terhindar dari kesulitan ekonomi, sakit penyakit, tidak memiliki pasangan hidup, tidak memiliki keturunan, dan lain sebagainya dengan memanfaatkan Tuhan. Devosi yang benar kepada Allah juga bukan dengan mengasingkan diri dari keramaian dunia lalu keluar dari persaingan di dunia kerja, politik dan lain sebagainya. Tetapi kita ada disana sebagai orang-orang yang telah mengalami Tuhan lalu berusaha membawa orang lain juga mengalami perjumpaan dengan Kristus. Melalui sebuah peragaan gaya hidup Tuhan Yesus yang kita tampilkan kepada dunia secara natural. Misalnya dengan bangun lebih pagi dari kebanyakan orang dan mengawalinya dengan bersaat teduh menemui Tuhan dulu, kemudian berolah raga olahraga, buka toko lebih pagi jika pedagang dan berangkat kerja jika lebih pagi ia seorang karyawan. Saat bekerja fokus pada pekerjaannya bukan upah. Sebab dijadikan sempurna lebih dari pahala. Berusaha jadi rancangan semula bukan karena takut dihukum tetapi karena Tuhan telah menyiapkan dunia yang jauh lebih baik dari dunia hari ini. Inilah devosi yang benar bukan karena upah pahala tetapi karena rasa syukur atas anugerah-Nya yang besar atas kita. -Solagracia- Setiap Hari Adalah KesempatanMahalBetapa lebih bijaksana jikalau setiap pagi, begitu bangun dari tidur kita bekata, Syukur kepada Tuhan, aku masih hidup. Mengapa hal tersebut harus kita lakukan? Sebab berarti kita masih memiliki kesempatan untuk lebih menghormati dan mengasihi Allah Bapa. Setiap hari yang baru adalah hari untuk belajar bagaimana menghormati satu-satunya Pribadi yang pantas dihormati. Inilah letak mahalnya waktu yang telah disediakan bagi manusia yang pada suatu waktu akan kembali kepada Allah yang menciptakannya.Satu hari harganya sangat tidak ternilai, sebab satu hari yang dimiliki seorang anak manusia, akan memiliki dampak di keabadian yang tiada tara. Kemuliaan menjadi anak Allah bersama dengan Bapa di Kerajaan-Nya adalah sesuatu yang tak bisa dibeli dengan apapun juga. Hanya oleh anugerah di dalam Tuhan Yesus Kristuslah yang memungkinkan kita meraihnya. Oleh sebab itu, kita harus menjadikan kemuliaan itu menjadi milik kita yang pasti dengan meresponi anugerah Tuhan, yaitu belajar mengasihi dan menghormati-Nya.Ingat iman tanpa perbuatan seperti tubuh tanpa roh. Usaha untuk mengasihi dan menghormati Tuhan bukanlah jasa, melainkan suatusikap penghargaan terhadap anugerah keselamtan yang diberikan-Nya. Satu hari yang diberikan Tuhan merupakan kesempatan untuk menunjukkan usaha yang serius untuk mengasihi dan menghormati-Nya. Sebaliknya, suatu hari akan menjadi tidak berharga, bahkan akan menjadi bencana, kalau kita tidak digunakan untuk belajar menghormati dan mengasihi Bapa. Satu hari yang disia-siakan bisa mengakibatkan keterpisahan dengan Bapa selamanya.Firman Tuhan menasihati agar kita bangkit dari tidur kita. Artinya, sadar sepenuhnya terhadap fakta kehidupan ini. Di mana kita harus mempergunakan waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat, artinya hari yang tidak digunakamn untuk belajar menghormati dan mengasihi Bapa adalah hari-hari yang membawa kebinasaan; itulah sebabnya mengapa disebut dengan jahat.Kata jahat dalam teks aslinya adalah Poneros. Kata ini muncul pula dalam doa Bapa Kami, pada kalimat tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Poneros merujuk pada kejahatan dalam pikiran, yaitu hasrat yang tidak sesuai dengan keinginan Tuhan. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan Tuhan adalah kejahatan, sebab manusia hidup memang hanya untuk melakukan keinginan Penciptanya. Sayangnya, hampir semua orang tidak mau mengerti akan hal ini; mereka hidup hanya untuk memuaskan keinginannya sendiri. Jangan terus memelihara kejahatan dalam pikiran dan melakukannya dalam kehidupan. Ingat suatu waktu nanti kehidupan ini akan menemui garis akhirnya.Tetapi tanpa disadari banyak orang yang terjebak dalam pola kehidupan seakan-akan perjalanan hidup ini tidak ada akhirnya. Inilah yang mengikat kehidupan banyak orang, juga sebagaian besar orang Kristen. Hal itu berarti tidak mengerti kebenaran, dan ini adalah penyesatan Iblis yang sukses. Bila jujur maka kita akan mendapati bahwa banyak manusia yang memberontak atau menolak kenyataan bahwa jalan hidup ini akan berakhir. Dan akhir perjalanan hidup manusia ini sebuah misteri yang pada umumnya tidak seorangpun tahu (Yak. 4:13-17). Iblis akan berusaha menenangkan banyak jiwa manusia seakan-akan hidup ini tidak ada bahayanya. Tanpa disadari mereka sebenarnya sedang dibawa oleh iblis ke dalam siksaan kekal. Ingatlah, hari ini harganya sangat tiada ternilai. Hari ini merupakan kesempatan yang diberikan Allah, untuk kita dapat mengisinya dengan sikap hati yang benar, yaitu belajr untuk selalu menghormati dan mengasihi-Nya. -Solagracia-Mesin PenggarapanTuhanSalah satu hal yang menghambat seseorang dalam mencari Tuhan adalah ketika ia tertumbuk pada satu kenyataan hidup yang bertolak belakang dari apa yang dipahaminya. Semestinya orang yang mencari Tuhan berkeadaan lebih makmur, berlimpah, dan lebih sukses. Baik dalam urusan karier, bisnis, keuangan , kesehatan, bahkan keharmonisan rumah tangga. Umumnya orang beranggapan jikalau seseorang mencari Tuhan, maka ia tidak akan mengalami penderitaan, aniaya, dan kesukaran hidup. Namun pada kenyataannya ia menemukan tidak ada bedanya antara orang yang bersungguh-sungguh mencari Tuhan dengan yang tidak, bahkan tidak sedikit yang berkeadaan jauh lebih buruk. Itu sebabnya ada sebagian orang berpikir, kalau begitu untuk apa berusaha hidup benar? Pergumulan ini juga dialami oleh pemazmur seperti yang tercatat di dalam kitab Mazmur 73: 3-7.Tidak adanya perbedaan nyata antara orang yang bersungguh sungguh mencari Tuhan dengan yang tidak, membuat seseorang berpikir, kalau begitu apa gunanya bergereja? Tidak usah fanatiklah, tidak usah bersungguh-sungguhlah kalau begitu. Jika pada akhirnya kita berpikir seperti ini berarti kita melawan Tuhan. Ibarat seorang prajurit yang diperintahkan komandannya untuk berjalan sampai ke Bogor, tetapi ia hanya berjalan hanya sampai cibinong saja. Sikap seperti ini tentunya merupakan sikap seorang memberontak. Begitu pula dengan kita, Tuhan memerintahkan kita bukan sekedar berbuatbaik tetapi juga harus menjadi sempurna. Jika kita tidak mengusahakannya berarti kita melawan Tuhan.Tuhan tidak saja mengajarkan kita untuk berbuat baik tetapi lebih dari itu, Ia mengajarkan kepada kita untuk mengerjakan apa yang sempurna. Kesempurnaan disini maksudnya adalah ketika seseorang sampai kepada moral Bapa, bukan moral umum seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang. Moral Bapa yang dimaksud adalah melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Bapa. Seperti yang telah dikerjakan oleh Guru Besar kita Yang Mulia Tuhan Yesus Kristus.Apabila kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan maka tidaklah secara otomatis memiliki moral Bapa. Oleh karena itu Tuhan memberikan pendidikan kepada kita melalui sekolah kehidupan selama kita di bumi ini. Pendidikan yang diberikan tentu saja tidak menyenangkan daging, sebab di dalam diri kita pasti terdapat banyak batu, kanker, tumor yang harus diangkat dan dibersihkan, yaitu segala hal negatif yang ada dalam diri kita. Selain itu agar segala kemuliaan yang kita miliki di bumi ini menjadi luruh karena tidak mempunyai nilai kekal. Tuhan bermaksud menggantikannya dengan kemuliaan yang bernilai kekal.Memang didikan yang kita terima seolah-olah menempatkan kita seperti seorang yang terkena tulah atau hukuman. Tetapi perlu kita pahami kata tulah disini artinya adalah: teguran dan koreksi, bukan tulah karena Allah sudah tidak peduli lagi kepada kita (Mzm. 73:14). Justru keadaan ini sangat menguntungkan bagi kita, sebab melalui cara inilah Tuhan bermaksud hendak memuliakan kita kelak. Seperti ada kata-kata bijak yang mengatakan no pain no gain.Inilah cara Allah menyatakan cinta-Nya kepada kita. Ibarat orang tua yang baik mereka pasti memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pendidikan yang baik kadang-kadang justru membawa anak-anaknya ke dalam kesulitan. Seperti menempatkan di sekolah yang menegakkan disiplin dan segudang tugas-tugas sekolah. Belum lagi dengan daftar tugas harian di rumah yang juga harus dikerjakan setiap hari. Hal ini bisa saja disalah pahami tetapi bagi anak-anak yang baik akan memahami bahwa inilah cara orang tua mengungkapkan rasa sayangnya.Sebagaimana orang tua mendidik anak-anaknya, maka Allah juga mendidik setiap orang yang diakui-Nya sebagai anak-Nya. Allah kita adalah Allah yang mendidik dan menyesah anak-Nya berulang-ulang sebagai teguran dan koreksi (Why. 3:19; Ibr. 12:6-9). Dengan demikian kita harus memandang setiap kesulitan dan persoalan hidup secara benar, bahwa semua hal itu bukanlah kutuk kecelakaan melainkan mesin penggarapan Tuhan. Oleh karena itu, Jadilah seperti kawanan domba dungu dihadapan Tuhan, ikuti saja tuntunan-Nya dan biarkan Tuhan mencabuti dosa-dosa kita (Mzm. 73:22-23). Sampai akhirnya kita tidak lagi membandingkan keadaan kita dengan orang-orang fasik yang bengkok hati. Apapun yang terjadi dan yang hilang dalam hidup kita bukan masalah asal Tuhan tetap menjadi milik kita (Mzm. 73:26). -Solagracia-HAL PALING MUTLAK BAGIMANUSIAKetika Tuhan Yesus berbicara mengenai hukum yang utama dan terutama, yaitu mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, sebenarnya Tuhan Yesus hendak menunjukkan kepada manusia apa yang dikehendaki oleh-Nya untuk dilakukan lebih dari segala sesuatu dalam hidup ini (Mat. 22:37-40). Inilah inti kehidupan manusia, hal ini merupakan satu-satunya yang utama dan harus dilakukan atau dikenakan dalam hidup. Lebih mutlak dari segala realitas dan lebih mutlak dari segala kebutuhan. Memandang akan hal ini, maka tidak ada sesuatu yang disebut sebagai kebutuhan, selain mengasihi Tuhan dengan segenap hidup. Ketika seseorang mengasihi Tuhan dengan benar, maka segala sesuatu menjadi seperti fatamorgana (pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak ada terlihat seolah-olah ada. Fenomena ini biasa dijumpai di tempat atau daerah panas seperti padang pasir).Memang pada akhirnya segala sesuatu yang ada di bumi ini akan lenyap. Lenyap sama sekali. Bumi ini adalah padang pasir kehidupan, bukan Firdaus. Betapa dahsyatnya fenomena ini, ketika segala sesuatu lenyap dan berubah menjadi lautan api. Tidak ada lagi yang dapatdiandalkan dan dibanggakan. Membayangkan akan hal ini, betapa mengerikannya jika kita tidak memiliki hidup yang berkenan kepada Allah.Tanpa mengasihi Tuhan dengan segenap hidup sebaiknya manusia tidak pernah ada. Sebaiknya tidak pernah ada Anda kalau tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hidup ini, sebab Anda diciptakan untuk berkasih-kasihan dengan Allah. Tidak ada makhluk yang memiliki keberadaan seperti ini. Inilah letak keagungan makhluk Adam yang diciptakan segambar dengan diri Allah sendiri. Diciptakan segambar dengan diri Allah sendiri artinya diberi keberadaan untuk dapat mengimbangi Allah, yaitu bisa berjalan seiring. Seiring untuk membagi perasaan. Dalam hal ini seakan-akan Allah membuat diri-Nya membutuhkan cinta kasih dari manusia. Betapa terhormat dan agungnya makhluk manusia ini, diperkenan berkasih-kasihan dengan Tuhan. Menolak hal ini berarti menolak Allah dan anugerah-Nya. Betapa celakanya manusia yang tidak mengerti atau tidak mau mengerti akan hal ini. Mereka membiarkan hatinya direbut oleh kuasa gelap dengan percintaan yang ditujukan kepada dunia ini. Mereka yang bersahabat dengan dunia ini dikategorikan sebagai musuh Allah (Yak. 4:4). Manusia telah merusak kehormatannya sendiri dengan cara menggantikan kehormatan sebagai makhluk yang mengasihi Tuhan menjadi makhluk yang mengasihi barang-barang dunia fana demi kehormatan di mata manusia lain. Percintaan dengan dunia dan haus kehormatan atas manusia telah menjadi belenggu, yang menutup hatinya untuk memberi ruang yang pantas bagi Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak terhormat, sebab mereka tidak menghormati Allah. Solagracia- PIKIRAN YANGDITERANGIPada akhirnya setiap anak Tuhan harus hidup di dalam kehendak-Nya, artinya mengerti apa yang diinginkan Tuhan untuk dilakukan dengan tepat. Masalahnya adalah bagaimana seseorang dapat melakukan kehendak Tuhan kalau orang tersebut tidak mengerti kehendak Tuhan. Bagaimana seseorang dapat mengerti kehendak Tuhan kalau orang tersebut tidak memiliki kecerdasan yang mempertajam kepekaan dalam mengerti kehendak-Nya. Bagaimana seseorang bisa memiliki kecerdasan kalau orang tersebut tidak memiliki tekad atau niat untuk belajar. Akhirnya semuanya berpulang kepada masing-masing pribadi, bahwa tekad atau niat ini bisa dikobarkan oleh diri sendiri. Dalam hal ini Tuhan tidak akan memksa niat seseorang. Sebab kalau niat bisa muncul karena Tuhan juga yang menggerakkan berarti manusia seperti sebuah robot dan segala sesuatu dalam penentuan Tuhan. Sesungguhnya disini terdapat misteri kehidupan, yaitu kehendak bebas manusia. Kehendak bebas manusia inilah yang akan menentukan nasib atau keadaan kekalnya. Kalau seseorang benar-benar ingin memiliki kehidupan yang mampu melakukan kehendak Allah dan tidak mencintai dunia, makan Tuhan akan menuntunnya untuk bertemu dengan kebenaran tersebut. Tuhan akan mempertemukan dia dengan hamba-hamba Tuhan yang mengajarkan kebenaran yang murni.Dengan mengenal kebenaran mata pengertian seseorang akan dicelikkan guna mengenali diri secara benar dengan ukuran kesucian yang Tuhan kehendaki. Dalam hal ini kita jadi mengerti mengapa Tuhan mengatakan bahwa mata adalah pelita tubuh (Mat. 6:22). Mata disini adalah pengertian yang mendalam, yang sanggup untuk memahami standar kesucian Tuhan. Kalau hanya untuk mengerti standar kesucian menurut hukum moral umum, maka tidak dibutuhkan mata yang terang. Pikiran biasa yang dimiliki orang pada umumnya sudah bisa mengerti hukum moral umum seperti torat bagi orang Israel. Tetapi pikiran biasa yang belum diterangi kebenaran tidak akan dapat mengerti standar kesucian Tuhan. Faktanya banyak orang Kristen hanya mengerti kebenaran sesuai dengan hukum moral umum; bukan kebenaran yang sesuai dengan kesucian Allah. Dari hal ini dapatlah dikonklusikan bahwa banyak orang Kristen yang tidak mengenal kebenaran dan Firman-Nya tidak tinggal di dalam mereka. Kalau begitu untuk apa setiap hari Minggu pergi ke gereja? Ternyata mereka ke gereja hanya untuk memenuhi tanggung jawab sebagai orang beragama, ada yang ke gereja hanya karena hendak menyelesaikan persoalan pemenuhan kebutuhan jasmani. Di pihak lain gereja tidak mengajarkan kebenran dari Firman yang murni. Pengakuan dosa mereka hanya dosa-dosa moral umum belum standar kesucian Tuhan. -Solagracia- BERBUAH DALAMKETEKUNANPersoalan yang paling penting dalam kehidupan orang percaya adalah apakah ketika menghadap Tuhan nanti ada buah-buah kehidupan yang dapat dipersembahkan kepada-Nya? Buah itu adalah melakukan dengan baik dan tekun segala sesuatu yang Tuhan inginkan. Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dipenuhi, sebab memang manusia diciptakan untuk melakukan kehendak-Nya. Jadi, buah di sini adalah perbuatan, perilaku dan sikap hati yang memberi kepuasan di hati Tuhan, sampai seseorang memiliki hati melakukan kehendak-Nya; memiliki nature melakukan kehendak Tuhan tanpa dipaksa atau ditekan oleh hukum. Inilah ciri dari anak Allah yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus. Selanjutnya, Tuhan memberikan kemampuan untuk bisa berbuah, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa beralasan mengapa tidak berbuah dalam kehidupannya.Dalam perumpamaan mengenai Penabur benih, dikisahkan bahwa tidak semua orang yang mendengar Firman Tuhan bisa bertumbuh dan berbuah (Luk. 8:5-15). Kelompok pertama adalah gambaran dari orang-orang yang walaupun mendengar Injil tetapi tidak pernah menjadi orang percaya (Luk. 8:12). Ini disebabkan karena kuasa antikris telah mengunci mereka, sehingga mereka tidak pernah bisa menerima pribadi Tuhan Yesus Kristus. Kelompok kedua adalah gambaran mereka yang mendengar Injil, menjadi orang Kristen tetapi tidak berani membayar harga percayanya. Pada zaman itu kalau orang berani percaya kepada Tuhan Yesus akan mengalami aniaya (Luk. 8:13). Banyak orang lebih menyelamatkan nyawanya dari pada kehilangan nyawanya. Kelompok ke tiga adalah orang-orang yang tidak mengalami aniaya, tidak menolak Tuhan Yesus, tetapi masih mencintai dunia. Mereka memang berbuah tetapi buahnya tidak matang (Luk. 8:14). Kata matang dalam teks aslinya adalah telesphoreo () yang artinya dewasa. Jadi buah yang dihasilkan tidak dewasa. Tuhan menghendaki kedewasaan. Kehendak Tuhan harus dituruti secara mutlak. Kelompok ke empat adalah orang-orang yang mendengar Firman Tuhan dan menyimpannya dalam hati yang baik; mengeluarkan buah dalam ketekunan (Luk. 8:15).Mengeluarkan buah dalam ketekunan menunjukkan bahwa untuk berbuah, seseorang harus berjuang keras. Kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang dituntut untuk berbuah (Yoh. 15:1-7). Jika tidak berbuah akan dipotongnya, tetapi yang berbuah akan dibuat semakin lebat buahnya. Dalam Lukas 13:6-7 mengenai perumpamaan seorang peladang yang memiliki kebun anggur, di dalamnya terdapat pohon ara. Ketika dilihatnya pohon ara tidak berbuah, ia mengatakan bahwa percuma pohon itu tumbuh di kebunnya. Ia menghendaki agar pohon itu dikeratnya saja. Dalam perumpamaan ini Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya berbuah yang memuaskan hati-Nya. -solagracia-SEDANG DIGIRING KEMANA?Kita akan lebih menyadari betapa tidak berkualitasnya hidup di bumi ini tatkala kita menjumpai kenyataan pahit seperti: kematian orang yang kita cintai, jatuh miskin, diperlakukan tidak adil, fitnah, menghadapi perang, huru hara, berbagai ancaman terhadap keselamatan nyawa kita dan keluarga, sakit penyakit, gagalnya karir kita atau anak-anak daan lain-lain. Dengan demikian kita menyadari bahwa kita hidup di dunia yang sudah jatuh. Selanjutnya kita merindukan suatu negeri yang tidak lagi diwarnai dengan keadaan menyakitkan itu. Namun demikian banyak orang yang masih saja berusaha memberontak kepada Tuhan dengan kesibukan mengutamakan jalan keluar dari persoalan-persoalan hidup. Hanya sibuk berusaha bagaimana membuat hidup ini menyenangkan menurut mereka, bukan mendahulukan Kerajaan Allah.Seharusnya tatkala kita menjumpai betapa tidak berkualitasnya hidup ini, kita mengarahkan pandangan kita kepada Kerajaan Bapa. Melalui persoalan-persoalan yang berat, hidup kita diarahkan untuk mendahulukan Kerajaan Allah. Inilah kabar baik itu. Kabar baik yang memiliki tekanan bukan pada penyelesaian masalah-masalah fana, tetapi pada penyelesaian masalah-masalah kekal. Masalah utama hidup ini bukan soal makan minum dan kawin mengawinkan.Masalah utama hidup bukan masalah fisik yang sementara ini, tetapi rumah abadi bagi jiwa dan roh kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: Jangan geilsah hatimu, di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal (Yoh. 14:1). Harus dimengerti bahwa kesalahan bangsa Israel dan murid-murid Tuhan Yesus adalah mereka mau menyelesaiakan masalah-masalah fana di dunia ini, tetapi tidak memperdulikan masalah-masalah kekal, mereka mau menjadikan Tuhan Yesus Juruselamat dunia yang membawa manusia kepada Kerajaan Bapa (Mat. 12:32). Dengan sikap hati seperti tersebut di atas maka mereka tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, tetapi apa yang dipikirkan oleh manusia (Mat. 16:23). Bila demikian bagaimana kita dapat menjadi orang Kristen yang rohani?.Ternyata penghambatan kedewasaan rohani tersebut justru datang dari para pengkhotbah atau pembicara-pembicara Kristen yang tidak mengerti kebenaran. Mereka mengajarkan Alkitab tetapi tidak mengangkat hal-hal yang prinsip dan utama dalam hidup ini, yaitu perkara-perkara sorgawi. Mereka mengajarkan pengajaran yang disesuaikan dengan semangat zaman. Semangat zaman maksudnya adalah gairah hidup yang sekarang ini menguasai manusia pada umumnya. Apa yang menguasai manusia pada umumnya? Tentu masalah makan minum, kawin mengawinkan. Inilah yang dijadikan tujuan hidup manusia pada umumnya (Luk. 17:26-30). Inilah zaman dimana orang mengumpulkan guru-guru palsu yang menyenangkan telinga mereka (2Tim. 4:3). Oleh sebab itu kita harus selektif dengan apap yang kita dengar. Kita sangat membutuhkan kesehatan, makan minum, tempat tinggal dan segala fasilitas hidup ini. tetapi apa artinya pemenuhan semua itu kalau kita tidak memiliki jaminan hidup yang penuh harapan, di hari esok di balik kubur (1Ptr. 1:3-4).Waspadalah terhadap penggiringan ini: memikirkan apa yang dipikirkan manusia. Barangkali Saudara berkata: Kami memperoleh dua-duanya, sorga dapat dunia juga dapat . Bisa saja, tetapi kita harus waspada: bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 19:24). Menyadari betapa tidak berkualitasnya hidup manusia yang telah jatuh dalam dosa ini, maka kita akan terpacu melakukan dua hal: Pertama, membenahi diri terus menerus agar kita berkenan kepada Tuhan. Kedua, menjadi penjala jiwa yang tidak kenal lelah. Kita akan rela mengorbankan segala hal, yaitu seluruh hidup kita ini untuk menuai jiwa-jiwa guna dibawa ke dalam Kerajaan Bapa Sorgawi. -Solagracia-Surat Gembala: SEMPURNA SEPERTIBAPAKalimat sempurna seperti Bapa menjadi persoalan yang belum selesai dalam kehidupan gereja Tuhan. Banyak perdebatan yang terjadi sekitar kalimat ini. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan sempurna seperti Bapa ini? Apakah manusia bisa sempurna seperti Bapa? Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya harus sempurna (Mat. 5:48). Kata harus di sini berarti bukan sesuatu yang bisa atau boleh dihindari. Ini pasti sesuatu yang bernilai mutlak. Kata harus di dalam teks ini memberi kabar baik, sebab di balik kata harus di sini diisyaratkan bahwa kita bisa melakukannya. Sebab Tuhan yang bijaksana tidak mungkin memberi perintah yang sifatnya mutlak yang harus dilakukan sementara kita tidak bisa melakukannya.Kualitas hidup sempurna seperti Bapa adalah ciri atau yang menandai seseorang adalah anak-anak Allah (Mat. 5:45). Berkenaan dengan hal ini kita bisa menghubungkan dengan tulisan dalam Injil Yohanes, bahwa ia memberikan kuasa supaya kita menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Dalam 2Petrus 1:3-4, Allah memberikan kuasa agar kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Tuhan memanggil kita sebagai anak-anak-Nya, tetapi apakah sah menjadi anak Allah tergantung pencapaian kita di hadapan Allah (Ibr. 12:7-9). Orang yang berhasil mengambil bagian dalam kekudusan-Nya adalah orang yang bersedia menjadi anak Allah. Itulah sebabnya kita harus hidup dalam ketakutan selama menumpang di bumi ini (1Ptr. 1:17). Kata Bapa dalam ayat ini hendak mengisyaratkan bahwa kita adalah anak-anak Allah semesta alam. Kita adalah keturunan Allah. Dalam Alkitab dikatakan bahwa Adam adalah anak Allah (Luk. 3:38). Lebih tegas dan kontroversi lagi, Paulus menyatakan bahwa manusia adalah keturunan Allah (Kis. 17:28-29). Kata keturunan dalam teks aslinya adalah genos () yang artinya keturunan (Ing. offspring, race, stock, descendants), kata yang sama yang digunakan untuk pengertian keturunan secara umum. Dengan kata Bapa di sini orang percaya dipanggil untuk dikembalikan seperti rancangan Allah semula, yaitu diciptakan menurut rupa dan gamba Allah sebagai Bapa.hukum yang diberlakukan bagi umat Perjanjian Lama dan hukum yang dikenakan umat Perjanjian Baru yang menekankan batiniah (Mat. 5:21-47), Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya sempurna seperti Bapa di Sorga. Standar kelakuan yang ditunjukkan Tuhan Yesus bukan hanya di atas kualitas hukum yang diberlakukan bagi umat Israel tetapi jug sangat bersifat batiniah. Dalam hal ini Tuhan menunjukkan bahwa orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan tetapi juga dan kualitas batiniah seperti Bapa di Sorga. -Solagracia-Tuhan yang bijaksana tidak mungkin memberi perintah yang sifatnya mutlak yang harus dilakukan, sementara kita tidak bisa melakukannya.

Surat Gembala: MATI BAGIDUNIABerbicara mengenai Kerajaan Sorga, tidak bisa tidak perlu menghubungkan dengan apa yang dikatakan Paulus dalam kitab Roma 14:17, Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Dalam pernyataan Paulus ini sungguh sangat sinkron dengan apa yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus mengenai Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga adalah pemerintahan Allah yang tidak berpusat pada perkara-perkara kehidupan di bumi ini. Mendahulukan Kerajaan Sorga berarti membangun kebenaran, bagaimana berkelakuan yang luar bisa seperti Tuhan Yesus dan memiliki damai sejahtera serta sukacita yang tidak didasarkan kepada perkara-perkara duniawi. Ini berarti seorang yang bersedia mendahulukan Kerajaan Allah, berarti sudah benar-benar bersedia mati bagi dunia. Dunia bukan lagi menjadi tujuan. Dunia dengan segala kesibukkannya adalah sarana untuk belajar menjadi warga Kerajaan Sorga yang baik. Semua yang diupayakan semata-mata untuk kepentingan Tuhan.Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang dikatakan Paulus telah mati dan hidup tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah (Kol. 3:3). Memang tidak banyak orang yang bersedia hidup dengan cara demikian, tetapi yang bersedia maka harus memberi diri dibaptis. Dalam hal ini baptisan adalah lambang kematian (Rm. 6:4). Jadi kalau seseorang tidak bersedia mati hendaknya tidak memberi diri dibaptis. Kematian jenis ini adalah kematian yang menghidupkan, sebab tanpa pengalaman kematian seperti ini seseorang tidak akan mengalami kebangkitan dalam hidup yang baru bersama dengan Tuhan. Jika seseorang berani masuk pergumulan sebagai orang Kristen sejati seperti ini, barulah bisa menghayati nilai ke-Kristenan yang luar biasa yang tidak bisa dibandingkan dengan agama apapun. Sebagai buahnya sesuai dengan janji Tuhan bahwa semuanya akan ditambahkan kepada kita (Mat. 6:33). Semua di sini bukan berkat jasmani semata-mata tetapi usaha untuk mengumpulkan harta di Sorga, mengenal kebenaran dan mengabdi kepada-Nya (Mat. 6:19-24). Dalam hal ini kita harus memahami bahwa roda kehidupan kekristenan baru bisa berjalan kalau seseorang sungguh-sungguh bersedia mendahulukan Kerajaan Allah. Betapa pentingnya memahami ayat ini dengan benar. Jadi kalau dikatakan bahwa ayat ini adalah janji untuk memperoleh berkat jasmani, adalah salah besar. Justru ayat ini mengisyaratkan, kalau seseorang mendahulukan Kerajaan Sorga akan bisa berakibat kehilangan segala sesuatu, dimana yang sisa adalah Kerajaan Sorga. Hal ini memberi ciri yang tidak bisa dibantah dari kehidupan seseorang yang sungguh-sungguh telah diselamatkan. Inilah ke-Kristenan yang sejati atau orisinil. -Solagracia-Surat Gembala: KEKUATAN DALAMKELEMAHANKetika murid-murid dan orang-orang yang selama ini mengikut Tuhan Yesus dan berharap dapat mengubah nasib mereka melihat bahwa Tuhan Yesus tunduk kepada kekuatan Roma, maka semangat mereka menjadi patah. Terus terang saja, selama ini mereka mengikut Tuhan Yesus dengan mempertaruhkan segenap hidup mereka, meninggalkan segala sesuatu karena mereka hendak mengubah nasib atau keadaan hidup mereka. Dengan ditangkapnya Tuhan Yesus, disiksa dan dihukum mati, maka mereka menjadi tawar hati dan meninggalkan Tuhan Yesus. Murid-murid yang terutama, yang selama itu ada di samping Tuhan Yesus begitu kecewanya sampai mereka bermaksud kembali ke profesi semula, diantaranya sebagai penjala ikan. Bisa dibayangkan bagaimana dengan profesi Matius sebagai pemungut cukai, tidak mudah ia dapat menduduki kembali jabatan yang pernah didudukinya. Langit hidup mereka menjadi runtuh. Kebersamaan dengan Tuhan Yesus selama tiga setengah sekejap. Mereka memandangnya seperti sebuah mimpi sangat buruk. Sulit bagi mereka menerima kenyataan itu. Apa yang mereka saksikan dan mereka alami sangat jauh dari apa yang selama ini diharapkan dan dimimpikan. Mereka benar-benar tergoncang.Hal itu terjadi sebab mereka tidak tahu rencana Allah dan kebenaran-Nya. Mereka memaksakan rencana mereka sendiri dan membangun kebenaran mereka sendiri pula. Pada dasarnya mereka tidak mengikut Tuhan Yesus, tetapi mereka bermaksud agar Tuhan Yesus mengikut mereka. Kejayaan yang mereka maksudkan dan harapkan adalah kejayaan dan kemuliaan yang berbeda dengan konsep Tuhan. Hal ini memberi pelajaran yang mahal bagi kita orang percaya sekarang ini. Inti kekristenan adalah mengenakan cara berpikir Tuhan. Ketidak berdayaan-Nya menghadapi kekuatan agama Yahudi dan Roma bukanlah sebuah kekalahan, justru itulah kekuatan. Tuhan Yesus bukan tidak sanggup membela diri dengan menurunkan malaikat dari Sorga, tetapi Ia harus sampai salib dan mati. Dengan cara itulah Ia memuliakan Allah Bapa. Itulah kekuatan. Sesuatu disebut sebagai kekuatan kalau melakukan apa yang Allah Bapa kehendaki. Walau di mata manusia adalah kelemahan dan ketidakberdayaan. Dalam kehidupan orang percaya yang benar, kita diajar untuk memberi diri mengikuti jejak Tuhan Yesus dengan mentaati kehendak-Nya. Walau untuk itu kita dianggap lemah, tidak berdaya dan bodoh. Dengan mengikuti kehendak Bapa kita bisa dianggap tidak beruntung dibanding mereka yang berani berlaku curang. Demi kebenaran kita harus berani tidak memiliki kelimpahan materi seperti mereka yang ada di jalan orang fasik. Bahkan kita harus berani tidak memiliki apa-apa demi kehidupan yang akan datang. -Solagracia-Surat Gembala: MENDAPAT TEMPAT DI HATITUHANDemi keselamatan agar dapat terwujud dalam kehidupan orang Kristen, gereja dan pelayanan tidak boleh menjadi bisnis untuk suatu keuntungan dalam bentuk apapun, kecuali mengubah cara berpikir jemaat agar terbuka terhadap kebenaran dan dapat diselamatkan. Tuhan Yesus mengatakan bahwa kebenaran itulah yang akan memerdekakan (Yoh. 8:31-32). Kemerdekaan di sini adalah kemerdekaan dari percintaan kepada dunia. Dalam hal ini diingatkan bahwa seorang yang menjadi rohaniwan belum tentu sudah merdeka dari percintaan dunia. Padahal percintaan dunia adalah perselingkuhan dengan dunia. Percintaan dunia artinya masih ingin hidup wajar seperti manusia lain, bahkan kalau bisa melebihi mereka dalam harta dan kehormatan. Orang-orang seperti ini mencari tempatnya di mata manusia lain di bumi tetapi tidak mencari tempatnya di hati Tuhan. Baginya mencari tempat di hati Tuhan adalah abstrak, bukan realitas hidup hari ini. Padahal Tuhan Yesus sendiri yang berkata: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Dengan penjelasan lain, Tuhan Yesus menghendaki agar orang percaya menemukan tempatnya di hati Tuhan, sebab kalau seseorang mengasihi Tuhan dengan cara demikian berarti ia menjadikan Tuhan sebagai kekasih hatinya. Setiap orang yang menjadikan Tuhan kekasih hatinya pasti menjadi kekasih Tuhan. Menjadi kekasih Tuhan inilah yang harus diusahakan lebih dari mengusahakan segala hal. Inilah aspek lain dari keselamatan yaitu menjadi jemaat sebagai mempelai wanita-Nya dan Kristus sebagai mempelai prianya. Pertemuan antara dua pihak ini akan terjadi di suatu acara yang Alkitab katakan sebagai pesta Anak Domba. Ciri dari orang percaya yang menjadi mempelai Tuhan Yesus adalah sangat merindukan perjumpaan itu.Jadi, dapat ditegaskan bahwa orang yang merdeka dari percintaan dunia berarti tidak memberhalakan sesuatu atau tidak selingkuh terhadap Tuhan. Kemerdekaan itulah yang membuat seseorang dapat membangun hubungan batin atau hati dengan Allah. Selama ada perselingkuhan maka seseorang tidak akan mendapat tempat di hati Tuhan, sebab Tuhan pun tidak mendapat tempat yang pantas dalam hidupnya. Orang-orang seperti ini tidak akan dapat menjadi mempelai Tuhan. Inilah yang ditakutkan Paulus, pikiran jemaat disesatkan dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus, seperti Hawa yang diperdaya oleh ular (2Kor. 11:2-4). Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang ada dalam percintaan dengan dunia, sama seperti manusia pertama yang memetik buah yang dilarang oleh Allah. Hal itu jangan sampai kita lakukan. Kesempatan untuk hidup hanya satu kali. Seharusnya kita memetik buah pohon kehidupan yang di dalamnya berisi kebenaran Firman Tuhan yang akan memerdekakan dan menyelamatkan. -Solagracia-Menjadi kekasih Tuhan inilah yang harus diusahakan lebih dari mengusahakan segala hal.Surat Gembala: BERJUANG MEMIKULSALIBMemikul salib bukan sesuatu pekerjaan yang enak atau mudah untuk dilakukan. Mematikan keinginan daging dimana ada nature dosa adalah proses yang paling sulit dalam kehidupan orang percaya. Untuk anak manusia yang masih muda usia jasmani (orang muda) dan muda usia rohani (mereka yang belum lama ikut Tuhan atau yang lama ikut Tuhan tetapi tidak bertumbuh), memikul salib adalah bagian hidup yang hampir mustahil untuk dilakukan. Banyak dari mereka yang menghindarinya, bahkan berusaha untuk menjauh. Mereka merasa memiliki hak untuk mengatur hidupnya sesuai dengan selera dan keinginannya sendiri. Salib bagi mereka adalah ancaman kebahagiaan atau dipandangnya sebagai pola hidup tidak normal. Tetapi bagi yang mengerti kebenaran, salib adalah jalan kehidupan. Salib mengandung kekayaan yang tidak terhingga. Salib adalah alat transaksi dalam menerima kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus (Rm. 8:17). Tidak ada kehidupan dan kemuliaan tanpa mengalami kematian.Tidak ada ke-Kristenan sejati tanpa salib. Kehidupan ke-Kristenan tanpa salib adalah kepalsuan. Inilah ke-Kristenan produk iblis yang menipu banyak orang, tetapi laku keras di pasaran.Rasanya tidak ada orang yang selalu berhasil dalam proses menyangkal diri dan memikul salib. Kadang-kadang atau bahkan sering seseorang meletakkan salibnya dan menikmati keinginan daging, dosa, dunia dengan segala keindahannya seperti anak-anak dunia menikmatinya. Pada waktu itu proses penyaliban daging terhambat bahkan berhenti. Bagi mereka yang memiliki komitmen tulus untuk mengasihi, akan ditegor Tuhan dengan pukulan agar kembali ke taman Getsemani dan Via Dolorosanya. Tetapi mereka yang tidak memiliki komitmen mengasihi Tuhan, akan dibiarkan sampai kematian menjemput mereka dan mereka tidak pernah memilul salib. Kalau Tuhan memberikan pukulan atau dengan berbagai cara mengingatkan kita untuk kembali ke jalan salib. Kita tidak boleh mengabaikannya, sebab kalau kita tidak memperdulikan maka tidak akan ada peringatan lagi. Ini berarti kerugian yang tiada tara. Kesempatan memikul salib berlalu berarti kesempatan untuk menerima keselamatan juga hilang. Salib merupakan cara Allah mengajarkan bagaimana mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Bagaimana seseorang memiliki pikiran dan perasaan Kristus, mengosongkan diri dan taat sampai mati di kayu salib kalau tidak memiliki pengalaman yang sama dengan Dia (Flp. 2:5-7). Kalau Tuhan Yesus mengalami penyaliban secara fisik, orang percaya cukup dari nature daging dosa tanpa penderitaan fisik (Ibr. 12:2-4). Itulah sebabnya ke-Kristenan tidak boleh menjadi sekedar sambilan dalam kehidupan ini. Ke-Kristenan harus menjadi seluruh kehidupan kita. Kita harus rela memiliki kehidupan yang disita untuk belajar memikul salib.-Solagracia-Kehidupan ke-Kristenan tanpa salib adalah kepalsuan, produk iblis yang menipu banyak orang, tetapi laku keras di pasaran.