Supply domestik TPID
-
Upload
diassatria -
Category
Economy & Finance
-
view
80 -
download
2
Transcript of Supply domestik TPID
IMPLIKASI KEBIJAKAN PANGAN NASIONAL MENSUPLAY KEBUTUHAN DOMESTIK
Prof. Candra Fajri Ananda, PhD.
Ketua Program Doktor Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
1. Laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (periode 2000-2010 = 1,49 per tahun) dengan jumlah pendudukyang besar.
2. Jumlah penduduk miskin dan rawan pangan masihrelatif tinggi (12.4 dari total penduduk).
3. Ketergantungan konsumsi beras dalam pola konsumsi pangan yang masih tinggi (konsumsi beras 139,15 kg/kapita/th).
4. Konversi lahan pertanian masih tinggi dan tidakterkendali (sekitar 65.000 ha/th) serta degradasi kesuburan lahan.
5. Kompetisi pemanfaatan dan degradasi sumber daya air semakin meningkat.
6. Infrastruktur pertanian/pedesaan masih kurang memadai(jaringan irigasi yang rusak 52).
2
Permasalahan Pangan Nasional
7. Prasarana dan sarana transportasi pangan belummemadai, sehingga meningkatkan biaya distribusi/ pemasaran pangan.
8. Sebaran produksi pangan yang tidak menentu, baikantar waktu (panen raya dan paceklik) ataupun antardaerah (di Jawa surplus, di Papua dan Papua Barat defisit).
9. Sering kali tidak sinkronnya waktu antara pola tanam/produksi pangan dan pola pembiayaan melalui APBN/APBD.
10. Beberapa daerah di Indonesia rawan bencana alam,mengakibatkan frekuensi rawan pangan lokal sangat tinggi.
Permasalahan ..... (lanjutan)
Sumber: Suryana (BKP – Kemeneterian Pertanian), 2012
Kebijakan Ketersedian Pangan (pasal 12, Ayat 5):Untuk mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui Produksi Pangan dalam negeri dilakukan dengan:a) mengembangkan Produksi Pangan yang bertumpu pada sumber daya,
kelembagaan, dan budaya lokal; b) mengembangkan efisiensi sistem usaha Pangan; c) mengembangkan sarana, prasarana, dan teknologi untuk produksi, penanganan
pascapanen, pengolahan, dan penyimpanan Pangan;d) membangun, merehabilitasi, dan mengembangkan prasarana Produksi Pangan; e) mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif; dan membangun
kawasan sentra Produksi Pangan.
Kebijakan Impor Pangan (pasal 36):1. Impor Pangan hanya dapat dilakukan apabila Produksi Pangan dalam negeri
tidak mencukupi dan/atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri. 2. Impor Pangan Pokok hanya dapat dilakukan apabila Produksi Pangan dalam
negeri dan Cadangan Pangan Nasional tidak mencukupi.3. Kecukupan Produksi Pangan Pokok dalam negeri dan Cadangan Pangan
Pemerintah ditetapkan oleh menteri atau lembaga pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Pangan.
KEBIJAKAN KETERSEDIAN PANGANDAN IMPOR PANGAN
Sumber: UU 18 tahun 2012 Tentang Pangan
Faktor-Faktor Kunci Yang BerpengaruhPada Sistem Ketahanan Pangan
Sumber: Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III Lembaga Administrasi Negara, 2008
Peta Karya Sistem Ketahanan Pangan
Sumber: Pusat Kajian dan Pendidikan danPelatihan Aparatur III LembagaAdministrasi Negara, 2008
KETAHANAN PANGAN
• Kebijakan Ekonomi dan Pangan• Kebijakan Otonomi dan Desentralisasi
Ketersediaan
Keterjangkauan
Pemanfaatan(Konsumsi)
Sumberdaya
Lahan Air SDM Teknologi Kelembagaan Budaya
SDM yang tangguh (sehat, aktif,
produktif)
Pasar Pangan DN/LN
Lingkungan strategis LN & DN: Penduduk, Perubahan Iklim, Kinerja Ekonomi, Dinamika Pasar Pangan,
Shock/Bencana
Sistem Ketahanan Pangan Nasional
Sumber: Badan Ketahanan Pengan – Kemeneterian Pertanian
STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2010-2014MENUJU KETAHANAN PANGAN
8Sumber: Badan Ketahanan Pengan – Kemeneterian Pertanian
Komponen Perhitungan Inflasi
Harga/tarif dari 774 jenis barang dan jasa yang dikelompokkan berdasarkan tujuh kelompok (Menurut SBH 2007 ):
1. Bahan Makanan;
2. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau;
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
4. Sandang;
5. Kesehatan;
6. Pendidikan, rekreasi dan olahraga;
7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan
PENGHITUNGAN BOBOT INFLASI NASIONAL
Sumber: Bobot Inflasi Kota Menurut SBH 2007 DalamTrinil Arimurti & Budi Trisnanto, 2011
IHK dan Tingkat Inflasi Gabungan 66 Kota Desember 2012, Tahun Kalender 2012, dan Year on Year Menurut Kelompok Pengeluaran (2007=100)
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 01/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Nasional Selama Tahun 2011 dan Tahun 2012 (%)
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 01/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
Sumbangan Beberapa Komoditas yang Dominan terhadap Inflasi Nasional Selama Tahun 2011 dan 2012 (%)
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 01/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
INFLASI KAB/KOTA, JATIM, & Nasional Per bulan selama Tahun 2012-Mar 2013
Sumber: BPS Jatim, diolah 2013
JAN FEB MRT APR MEI JUNI JULI AGT SEPT OKT NOP DES Jan-13 Feb-13 Mar-13
SURABAYA 0,39 0,25 0,09 0,12 0,17 0,53 0,62 1,26 -0,04 0,14 0,25 0,52 0,89 1,03 0,95
MALANG 0,27 0,18 0,01 0,27 0,05 0,54 0,48 1,04 0,52 0,22 0,23 0,7 0,94 0,88 0,93
KEDIRI 0,27 0,22 0,04 0,05 0,44 0,71 0,68 1,73 -0,02 0,01 0,05 0,37 1,05 0,94 0,5
JEMBER 0,28 0,27 0,29 0,34 -0,31 0,81 0,64 1,03 -0,03 0,28 0,03 0,78 1,17 0,95 0,66
SUMENEP 0,50 0,35 0,12 -0,07 0,53 0,75 1,02 1,71 -0,56 0,02 0,13 0,46 1,54 1 0,69
PROBOLINGGO 0,52 0,46 -0,35 0,3 0,54 0,88 0,82 2,01 -0,35 0,19 0,24 0,49 1,02 0,86 0,92
MADIUN 0,1 0,36 0,22 0,24 -0,16 0,5 0,72 1,13 -0,15 -0,01 0,17 0,34 1,39 0,75 0,97
JATIM 0,35 0,25 0,08 0,16 0,15 0,58 0,63 1,28 0,02 0,15 0,21 0,55 0,97 0,97 0,89
NASIONAL 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,7 0,95 0,01 0,16 0,07 0,54 1,03 0,75 0,63
-1,00
-0,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
Infa
lasi (
%)
INFLASI KAB/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2012
Sumber: BPS Jatim, diolah
0
1
2
3
4
5
6
4,394,6 4,63
4,49
5,05
5,88
3,51
4,54,3
INF
LA
SI (
%)
Inflasi dan Share Wilayah Surabaya dilihat dari kelompok pengeluaran tahun 2012
Kelompok Pengeluaran Inflasi Share (%)
Umum 4,39
1. Bahan Makanan 5,97 1,26
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
6,89 1,24
3. Perumahan 3,38 0,72
4. Sandang 4,20 0,30
5. Kesehatan 2,79 0,13
6. Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
2,99 0,28
7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan
2,52 0,46
INFLASI DI WILAYAH SURABAYA
JENIS BARANG / JASA INFLASI Share (%)
1. DAGING SAPI 20,05 0,28
2. ROKOK KRETEK FILTER 12,37 0,27
3. BAWANG PUTIH 95,41 0,23
4. GULA PASIR 21,01 0,22
5. EMAS PERHIASAN 6,59 0,21
6. ANGKUTAN UDARA 33,36 0,19
7. SEWA RUMAH 4,71 0,13
8. TUKANG BUKAN MANDOR 10,28 0,13
9. MIE 7,67 0,12
10. KONTRAK RUMAH 3,60 0,12
Sumber: BPS Jatim, 2013
Sepuluh Pendorong Utama inflasi Surabaya Tahun 2012
Inflasi dan andil Wilayah Malang dilihat dari kelompok pengeluaran tahun 2012
Kelompok Pengeluaran Inflasi Share (%)
Umum 4,60
1. Bahan Makanan 5,22 1,29
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
5,87 1,15
3. Perumahan 2,38 0,49
4. Sandang 4,96 0,27
5. Kesehatan 1,59 0,07
6. Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
6,74 0,64
7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan
4,37 0,68
INFLASI DI WILAYAH MALANG
JENIS BARANG / JASA INFLASI Share (%)
1. DAGING SAPI 28,46 0,38
2. GULA PASIR 25,36 0,36
3. TEMPE 26,36 0,30
4. ANGKUTAN UDARA 33,36 0,27
5. SLTA 15,43 0,22
6. BAWANG PUTIH 94,47 0,21
7. ROKOK KRETEK FILTER 10,41 0,19
8. SLTP 13,83 0,14
9. EMAS PERHIASAN 9,62 0,12
10. TAHU MENTAH 12,42 0,12
Sumber: BPS Jatim, 2013
Sepuluh Pendorong Utama inflasi Malang Tahun 2012
Inflasi dan Share Wilayah Kediri Dilihat Dari Kelompok Pengeluaran Tahun 2012
Kelompok Pengeluaran Inflasi Share (%)
Umum 4,63
1. Bahan Makanan 5,95 1,47
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
6,83 1,23
3. Perumahan 3,98 0,87
4. Sandang 3,62 0,20
5. Kesehatan 3,34 0,16
6. Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
5,16 0,40
7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan
1,72 0,30
INFLASI DI WILAYAH KEDIRI
JENIS BARANG / JASA INFLASI Share (%)
1. DAGING SAPI 34,62 0,29
2. TUKANG BUKAN MANDOR 9,48 0,21
3. GULA PASIR 13,80 0,18
4. TAHU MENTAH 26,42 0,18
5. TEMPE 29,61 0,17
6. KACANG PANJANG 42,19 0,16
7. ROKOK KRETEK FILTER 5,46 0,15
8. SOTO 13,07 0,13
9. BAWANG PUTIH 58,16 0,13
10. PISANG 18,26 0,11
Sumber: BPS Jatim, 2013
Sepuluh Pendorong Utama Inflasi Kediri Tahun 2012
Inflasi dan Share Wilayah JemberDilihat Dari Kelompok Pengeluaran Tahun 2012
Kelompok Pengeluaran Inflasi Share (%)
Umum 4,49
1. Bahan Makanan 3,08 0,83
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
9,23 1,48
3. Perumahan 7,69 1,63
4. Sandang 2,25 0,17
5. Kesehatan 1,20 0,06
6. Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
2,32 0,17
7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan
1,00 0,16
INFLASI DI WILAYAH JEMBER
JENIS BARANG / JASA INFLASI Share (%)
1. ROKOK KRETEK 27,67 0,46
2. GENTENG 48,48 0,39
3. ROKOK KRETEK FILTER 17,84 0,37
4. GULA PASIR 16,70 0,23
5. BATU BATA / BATU TELA 20,00 0,23
6. TELUR AYAM RAS 19,84 0,21
7. DAGING SAPI 18,98 0,20
8. TUKANG BUKAN MANDOR 8,45 0,20
9. TARIP AIR MINUM PAM 48,49 0,16
10. BAWANG PUTIH 98,04 0,16
Sumber: BPS Jatim, 2013
Sepuluh Pendorong Utama Inflasi Jember Tahun 2012
Inflasi dan Share Wilayah SumenepDilihat Dari Kelompok Pengeluaran Tahun 2012
Kelompok Pengeluaran Inflasi Share (%)
Umum 5.05
1. Bahan Makanan 8.60 2.68
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
4.12 0.64
3. Perumahan 3.49 0.69
4. Sandang 7.59 0.60
5. Kesehatan 5.35 0.23
6. Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
4.16 0.24
7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan
-0.20 -0.03
INFLASI DI WILAYAH SUMENEP
JENIS BARANG / JASA INFLASI Share (%)
1. TONGKOL PINDANG 51.36 0.56
2. DAGING SAPI 24.56 0.48
3. BAWANG PUTIH 117.44 0.25
4. TONGKOL 32.65 0.24
5. TAHU MENTAH 13.00 0.24
6. BAWANG MERAH 75.59 0.21
7. PISANG 26.12 0.20
8. TELUR AYAM RAS 12.14 0.17
9. ROKOK KRETEK FILTER 5.94 0.15
10. EMAS PERHIASAN 6.39 0.15
Sumber: BPS Jatim, 2013
Sepuluh Pendorong Utama Inflasi Sumenep Tahun 2012
Inflasi dan Share Wilayah ProbolinggoDilihat Dari Kelompok Pengeluaran Tahun 2012
Kelompok Pengeluaran Inflasi Share (%)
Umum 5.88
1. Bahan Makanan 7.68 2.00
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
7.65 1.39
3. Perumahan 3.37 0.77
4. Sandang 5.07 0.35
5. Kesehatan 3.00 0.14
6. Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
17.49 1.11
7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan
0.88 0.13
INFLASI DI WILAYAH PROBOLINGGO
JENIS BARANG / JASA INFLASI Share (%)
1. SEKOLAH DASAR 89.43 0.69
2. DAGING SAPI 38.05 0.57
3. ROKOK KRETEK FILTER 14.86 0.41
4. TAHU MENTAH 37.50 0.31
5. AKADEMI / PT 40.40 0.31
6. BAWANG PUTIH 117.78 0.30
7. GULA PASIR 17.29 0.29
8. DAGING AYAM RAS 16.28 0.21
9. ROKOK KRETEK 14.19 0.20
10. EMAS PERHIASAN 7.42 0.17
Sumber: BPS Jatim, 2013
Sepuluh Pendorong Utama Inflasi Probolinggo Tahun 2012
Inflasi dan Share Wilayah MadiunDilihat Dari Kelompok Pengeluaran Tahun 2012
Kelompok Pengeluaran Inflasi Share (%)
Umum 3.51
1. Bahan Makanan 4.39 1.01
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
4.21 0.79
3. Perumahan 3.34 0.75
4. Sandang 5.43 0.30
5. Kesehatan 2.24 0.13
6. Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
4.98 0.40
7. Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan
0.74 0.12
INFLASI DI WILAYAH MADIUN
JENIS BARANG / JASA INFLASI Share (%)
1. TEMPE 26.86 0.36
2. GULA PASIR 20.72 0.26
3. DAGING SAPI 27.09 0.21
4. BAWANG PUTIH 78.92 0.20
5. TUKANG BUKAN MANDOR 7.72 0.20
6. ROKOK KRETEK 9.84 0.16
7. BAWANG MERAH 46.57 0.14
8. UPAH PEMBANTU RT 7.38 0.13
9. ROKOK KRETEK FILTER 5.62 0.12
10. SLTA 8.54 0.10
Sumber: BPS Jatim, 2013
Sepuluh Pendorong Utama Inflasi Madiun Tahun 2012
KAB/KOTA di JATIM Berbasis Pertanian Berdasarkan Analisis LQ
No Kabupaten/Kota Nilai LQ No Kabupaten/Kota Nilai LQ
1 Kab. Pacitan 2,44 15 Kab. Mojokerto 1,24
2 Kab. Ponorogo 2,05 16 Kab. Jombang 1,69
3 Kab. Trenggalek 2,34 17 Kab. Nganjuk 2,05
4 Kab. Tulungagung 1,09 18 Kab. Madiun 2,16
5 Kab. Blitar 2,91 19 Kab. Magetan 2,026 Kab. Kediri 1,68 20 Kab. Ngawi 2,13
7 Kab. Malang 1,69 21 Kab. Bojonegoro 1,788 Kab. Lumajang 2,07 22 Kab. Tuban 1,75
9 Kab. Jember 2,31 23 Kab. Lamongan 3,17
10 Kab. Banyuwangi 2,77 24 Kab. Bangkalan 2,05
11 Kab. Bondowoso 2,60 25 Kab. Sampang 2,64
12 Kab. Situbondo 1,91 26 Kab. Pamekasan 2,94
13 Kab. Probolinggo 1,99 27 Kab. Sumenep 3,1714 Kab. Pasuruan 1,34 28 Kota Batu 1,15
Sumber: Data diolah, 2013
PETA SEBARAN AREAL TEBU DI JAWA TIMUR
> 10.000 Ha
6.010 Ha. – 9.000 Ha
3.010 Ha. – 6.000 Ha500 Ha. – 3.000 Ha
< 500 Ha.
Tidak Ada Perkebunan Tebu
Sumber: Penelitian PPKE, 2011
Pemetaan Ayam Buras & Pedaging10 Terbesar Jawa Timur
Sumber: Penelitian PPKE, 2008
AYAM BURASAYAM PEDAGING
Pemetaan Produksi Telur Ayam Ras & Itik10 Terbesar Jawa Timur
Sumber: Penelitian PPKE, 2008
TELUR AYAM RAS TELUR ITIK
Struktur Pasar
Kebijakan tata niaga yang hanya membatasi pasokan (dengan harus sama dengan permintaan), menyebabkan industri gula hanyadikuasai oleh beberapa pelaku usaha saja. Terutama di sisi distribusi yangdikuasai oleh beberapa pedagang besar saja (Position Paper KPPU Terhadap Kebijakan Dalam Industri Gula, 2010)
Struktur pasar industri minyak goreng di Indonesia memiliki karakteristik oligopoli longgar (loose oligopoly) (dalam Position Paper KPPU Terhadap Kebijakan Dalam Industri Minyak Goreng, 2010)
MENUJU KEMANDIRIAN PANGAN
1. JANGKA PENDEK
a)Subsidi Inputb)Kebijakan harga input dan output untuk melindungi
petanic) Intervensi distribusi pangan
2. JANGKA PANJANGa)Penerapan teknologi tepat gunab)Ekstensifikasi lahanc)Penyediaan infrastruktur pertaniand)Pengembangan litbang dalam pengembangan
varietas dan teknologie)Kelembagaan petanif) Informasi harga, produksi, dan stok pangang)Pembiayaan di sektor pertanianh)Pengembangan Resi gudang