Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

22
PENGATURAN HORMONAL PADA MENSTRUASI Sunani (3425110161)* *Corresponding author: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Jl.Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta Timur. Indonesia. Tel.: +62 21 4894909 E-mail address: [email protected] MAKALAH ENDOKRINOLOGI JURUSAN BIOLOGI PRODI BIOLOGI REGULER 2011 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transcript of Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

Page 1: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

PENGATURAN HORMONAL PADA MENSTRUASI

Sunani (3425110161)*

*Corresponding author: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Jl.Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta Timur. Indonesia. Tel.: +62 21 4894909

E-mail address: [email protected]

MAKALAH ENDOKRINOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

PRODI BIOLOGI REGULER 2011

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014

Page 2: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaturan

Hormonal pada Menstruasi”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata

kuliah Fisiologi Hewan jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta pada semester 100.

Makalah ini penulis susun untuk menerangkan tentang proses fisiologis dan

pengaturan hormonal yang terjadi dalam tubuh wanita pada saat mentruasi. Selain itu

juga untuk menambah pengetahuan serta wawasan pembaca.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik untuk diri penulis sendiri

maupun pembaca makalah ini.

Jakarta, Juni 2014

Penulis

2

Page 3: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR.................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN.......................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5

1. Kontrol Hormonal pada Alat Reproduksi Wanita....................................................... 5

2. Daur Ovarium............................................................................................................ 5

3. Transisi dari Fase Folikel Luteal ke Uterus............................................................... 11

4. Daur Menstruasi di Uterus........................................................................................ 11

5. Waktu Ovulasi dalam Hubungannya dengan Daur Menstruasi................................ 16

PENUTUP..................................................................................................................... 17

1. Kesimpulan............................................................................................................... 17

2. Saran........................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

PENDAHULUAN

Sistem endokrin merupakan sIstem kelenjar yang memproduksi substansI untuk

digunanakan di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap

beredar dan bekerja di dalam tubuh yang disebut hormon. Hormon adalah zat yang

dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi

kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari

rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid,

yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang

sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon terikat kepada

reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan

mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon

mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan.

Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang

lainnya mempengaruhi seluruh tubuh. Pengontrolan tertinggi ada pada kelenjar

hipotalamus dan hipofisis yang apabila kadar hormon yang lainnya rendah atau tinggi

maka harus ada pengontrolan tertentu. Hormon yang dilepaskan oleh hipofisa masuk k

dalam peredaran darah dan merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon

kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa

mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti

melepaskan hormon. Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada

dibawah kendali hipofisa.

Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang

memiliki jadwal tertentu.Salah satunya pengontrolan menstruasi pada wanita.

Pengetahuan tentang hormon pengatur menstruasi ini penting diketahui oleh setiap

orang baik pria maupun wanita. Oleh karena itu dalam makalah ini membahas

pengaturan hormonal menstruasi pada wanita yang mencakup biosintesis dan

mekanisme kerja hormon yang terkait.

4

Page 5: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

PEMBAHASAN

1. Kontrol Hormonal pada Alat Reproduksi Wanita

Sekurang-kurangnya ada 5 hormon utama yang berperan dalam pengaturan

dan pengkoordinasian daur pembentukan folikel di ovarium dan daur menstruasi di

uterus, yakni:

a. GnRH (Gonadotropic Releasing Hormone) yang diproduksi oleh hipotalamus di

otak

b. FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior dari

hipofisis.

c. LH (Luteinizing Hormon) yang dihasilkan oleh lobus anterior dari hipofisis.

d. Estrogen, yang dihasilkan oleh teka folikuli interna dari folikel yang sedang

berkembang menjadi folikel de Graaf.

e. Progesteron, yang dihasilkan oleh korpus luteum.

2. Daur Ovarium1) Fase Folikuler

Fase folikuler ini hanya menghasilkan satu ovum yang masak. Fase ini

terjadi selama 14 hari. Terdiri atas tahapan perkembangan folikel : primodial,

preantral, antral, dan preovulasi.

a. Folikel primodial

Folikel ini terdiri dari satu oosit dikelilingi sel granulosa. Oosit sudah

dibentuk sejak 5-6 minggu embrio yang berasal dari endoderm kantung yolk,

allantois, dan hindgut dan jumlah total oosit mencapai 7-8 juta pada kedua

ovarium saat minggu ke 16-20. Jumlah oosit mengalami penurunan tercepat

sebelum lahir sehingga saat lahir hanya menyisakan 300.000 dan saat

pubertas tersisa 400. Perkembangan folikel pertama terlihat pada ukurannya,

bentuk sel granulosa berubah menjadi kuboid. Dengan perbanyakan sel-sel

granulosa kuboid (sekitar 15 sel), folikel primordial menjadi folikel primer.

Lapisan granulosa dipisahkan dari sel stroma oleh membran basal disebut

5

Page 6: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

lamina basal. Sel-sel stroma sekitarnya berdiferensiasi menjadi lapisan

konsentris disebut teka interna (paling dekat dengan lamina basal) dan teka

eksterna (bagian terluar). Lapisan teka muncul ketika proliferasi granulosa

menghasilkan 3-6 lapisan sel granulosa.

Inisiasi pertumbuhan folikel oleh Gonadotropin Stimulating Hormone.

Folicle Stimulating Hormone (FSH) berperan penting untuk pertumbuhan folikel

sebab kalau tidak berkembang akan mengalami atresia (kematian sel

terprogram). Folikel menghasilkan esterogen dari meningkatkan kerja FSH.

Gambar 1. Perkembangan folikel

b. Folikel preantral

Stimulasi FSH mendorong folikel ke tahap preantral. Oosit membesar

dan dikelilingi membran, zona pelusida. Sel-sel granulosa mengalami proliferasi

multilayer sebagai lapisan teka. Pertumbuhan ini tergantung pada gonadotropin

dan berkorelasi dengan peningkatan produksi estrogen. Sel-sel granulosa dari

folikel preantral dapat mensintesis estrogen, androgen atau progestin. Sebuah

sistem enzim aromatase bertindak untuk mengkonversi androgen menjadi

estrogen. Aromatisasi diinduksi atau diaktifkan melalui aksi FSH. Sehingga FSH

6

Page 7: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

dapat melakukan steroidogenesis (produksi estrogen) dalam sel-sel granulosa

dan merangsang pertumbuhan sel granulosa.

Produksi estrogen dibatasi oleh kandungan reseptor FSH. Reseptor FSH

cepat mencapai konsentrasi sekitar 1500 per sel reseptor granulosa.

Steroidogenesis di folikel ovarium terutama diatur oleh gonadotropin. Jalur ini

diatur oleh banyak faktor, termasuk faktor pertumbuhan, oksida nitrat,

prostaglandin, dan peptida seperti gonadotropin - releasing hormone ( GnRH ),

angiotensin II, nekrosis jaringan factor -a, dan peptida intestinal vasoaktif.

Luteinizing hormone (LH) terikat dengan reseptornya di dalam ovarium juga

diikuti oleh aktivasi adenilat siklase - siklik AMP jalur melalui mekanisme protein

G. FSH menggabungkan secara sinergis dengan estrogen untuk mengerahkan

aksi mitogenik pada sel granulosa untuk merangsang proliferasi. Ada sistem

komunikasi yang ada dalam folikel. Tidak setiap sel memiliki mengandung

reseptor untuk gonadotropin. Androgen berfungsi sebagai substrat untuk

aromatisasi induksi FSH. Androgen ini tidak dapat dikonversi ke estrogen, juga

menghambat induksi FSH saat pembentukan reseptor LH.

c. Folikel antral

Pengaruh sinergis dari estrogen dan FSH ada peningkatan dalam

produksi cairan folikel yang terakumulasi di ruang antar sel granulosa, akhirnya

penggabungan untuk membentuk sebuah rongga sebagai transisi bertahap ke

tahap folikel antral. Estrogen menjadi substansi yang dominan dalam cairan

folikel. Sebaliknya, dengan tidak adanya FSH, androgen mendominasi.

d. Folikel preovulasi

Terdiri dari satu oosit dikelilingi sel granulosa. Sel granulosa pada folikel

preovulasi membesar dan memperoleh inklusi lipid sementara teka tersebut

menjadi vakuolisasi dan kaya pembuluh darah, memberikan folikel preovulasi

penampilan hyperemic. Oosit hasil dalam meiosis, mendekati penyelesaian

pengurangannya. Mendekati kedewasaan, folikel preovulasi menghasilkan

7

Page 8: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

peningkatan jumlah estrogen. Selama akhir fase folikuler, estrogen meningkat

perlahan pada awalnya, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya kira-kira

24-36 jam sebelum ovulasi.

Terjadinya lonjakan LH terjadi ketika tingkat puncak estradiol dicapai.

Reseptor LH menghambat pertumbuhan sel lebih lanjut dan memfokuskan

energi sel pada steroidogenesis. LH tidak ada dalam cairan folikel sampai

pertengahan siklus. Jika prematur LH meningkat pada plasma dan cairan

antral, aktivitas mitosis pada granulosa berkurang, degeneratif perubahan

terjadi, dan tingkat androgen intrafollicular meningkat. Oleh karena itu, dominasi

estrogen dan FSH sangat penting untuk akumulasi berkelanjutan sel granulosa

dan pertumbuhan folikel. Peningkatan jumlah hormon progesteron dapat

terdeteksi dalam vena ovarium bantalan folikel preovulasi. Reseptor

progesteron mulai muncul dalam sel-sel granulosa dari folikel dominan pada

periode periovulatory. Progesteron memfasilitasi respon umpan balik positif,

dalam sebuah tindakan langsung pada hipofisis, dan dengan adanya tingkat

subthreshold estradiol dapat menginduksi lonjakan LH.

2) Fase Ovulasi

Terjadi elaborasi estradiol pada preovulasi menstimulus ovulasi. Sebuah

perkiraan yang wajar dan akurat menempatkan ovulasi kira-kira 10-12 jam setelah

puncak LH dan 24-36 jam setelah tingkat puncak estradiol yang dicapai. Lonjakan

LH tampaknya menjadi indikator yang paling dapat diandalkan yang akan datang

ovulasi, terjadi 34-36 jam sebelum folikel pecah. Ambang batas konsentrasi LH

harus disimpan selama 14-27 jam agar terjadi pematangan penuh oosit. Lonjakan

LH berlangsung 48-50 jam dan cenderung terjadi pada sekitar jam 3 pagi dimulai

antara tengah malam dan 8:00 pada 2/3 perempuan. Lonjakan gonadotropin tidak

menjamin terjadinya ovulasi. Folikel harus berada pada tahap yang sesuai

kematangan dalam rangka untuk itu untuk menanggapi stimulus ovulasi. Lonjakan

LH memulai kelanjutan meiosis pada oosit. Faktor-faktor lokal yang mencegah oosit

pematangan dini dan luteinisasi mungkin di bawah kontrol dari oosit. Dengan

lonjakan LH, kadar progesteron dalam folikel terus meningkat sampai dengan saat

8

Page 9: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

ovulasi. Kenaikan progresif dalam progesteron dapat bertindak untuk mengakhiri LH

gelombang sebagai efek umpan balik negatif diberikan pada konsentrasi yang lebih

tinggi. Progesteron meningkatkan distensibility dinding folikel.

3) Fase Luteal

Sebelum pecahnya folikel dan pelepasan sel telur, sel-sel granulosa

mengakumulasi pigmen kuning, lutein, sehingga prosesnya disebut luteinisasi dan

strukturnya disebut korpus luteum. Setelah 3 hari ovulasi, sel granulosa terus

membesar, dapat dibedakan dari teka dan stroma sekitarnya untuk menjadi bagian

korpus luteum. Fase luteal berlangsung antara 11 dan 17 hari dapat dianggap

normal. Korpus luteum cepat menurun 9-11 hari setelah ovulasi dan dan mekanisme

degenerasinya masih belum diketahui. Esterogen dihasilkan korpus luteum memiliki

peran penting dalam mensintesis reseptor progesterone yang menginduksi

penebalan endometrium setelah ovulasi agar ovum dapat menempel.

Pada akhir suatu menstruasi, GnRH menginduksi lobus anterior dari hipofisis

memproduksi FSH dan LH. Melalui peredaran darah kedua hormon tersebut tiba di

ovarium, akan tetapi folikel primer belum mempunyai reseptor untuk menangkap LH.

Hormon FSH menginduksi perkembangan folikel. Menjelang pembentukan folikel de

Graaf, sel-sel yang meliputi membrana granulosa berkondensasi dan membentuk

lapisan, yang disebut teka folikuli interna dan berfungsi sebagai kelenjar endokrin.

Kelenjar endokrin ini menghasilkan hormon estrogen. Di bagian luar dari teka folikuli

interna sel-sel membentuk teka folikuli eksterna (Gambar 1).

9

Page 10: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

Gambar 1. Folikel de Graaf.

Mendekati pematangan folikel de Graaf, produksi hormon estrogen meninggi

dengan cepat. Konsentrasi hormon estrogen yang tinggi memberikan umpan balik

positif terhadap hypothalamus untuk meningkatkan produksi GnRH, sehingga

produksi FSH dan LH meningkat.

Kini folikel telah diiengkapi dengan reseptor untuk mengikat hormon LH dan

peningkatan hormon LH menginduksi pematangan folikel de Graaf dan kemudian

mengalami ovulasi. Setelah ovulasi, LH berfungsi mengubah folikel menjadi korpus

luteum. Nasib selanjutnya dari korpus luteum bergantung pada ovum yang

diovulasi, apakah dibuahi oleh spermatozoa atau tidak.

Jika ovum dibuahi (terjadi kehamilan), maka korpus luteum dipertahankan

selama 3 sampai 4 bulan. Hormon progesteron yang diproduksi oleh korpus

luteum diperlukan untuk mempertahankan endometrium dari uterus agar tidak

melecet pada bulan-bulan pertama dari kehamilan. Sesudah 4 bulan korpus luteum

berdegenerasi dan tidak menghasilkan hormon progesteron lagi. Pada waktu ini

plasenta mulai menghasilkan hormon progesteron.

Jika ovum tidak dibuahi, korpus luteum masih dapat bertahan selama kurang

lebih 14 hari, dan kemudian berdegenerasi. Sel-sel luteal berubah menjadi jaringan

10

Page 11: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

fibrous berwarna putih,. sehingga disebut korpus albikans. Produksi hormon

progesteron praktis berhenti.

3. Transisi dari Fase Folikel Luteal ke Uterus

Penurunan esterogen dari korpus luteum dan produksi progesterone

merupakan waktu yang kritis dan menentukan untuk memilih folikel yang dominan,

ditandai dengan menstruasi. Terjadi perubahan hormon untuk siklus berikutnya yaitu

GnRH, FSH, LH, estradiol, progesteron, dan inhibin. FSH berperan dalam

perkembangan folikel baru. Peningkatan FSH yang dimulai kira-kira 2 hari sebelum

menstruasi. Kenaikan selektif dalam FSH dipengaruhi oleh perubahan sekresi

GnRH, yang sebelumnya sangat ditekan oleh tingginya estradiol dan tingkat

progesteron fase luteal.

4. Daur Menstruasi di Uterus

Satu daur menstruasi (menses) dihitung mulai dari hari pertama terjadi pendarahan

menses sampai pada hari pertama pendarahan menses berikutnya. Daur menstruasi

dapat dibagi atas 4 fase pada uterus, yakni:

a.  Pasca menstruasi

b.  Proliferasi

c.  Sekretoris

d.  Menstruasi

Contoh satu daur menstruasi 28 hari diperlihatkan pada Gambar 2.

11

Page 12: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

Gambar 2. Fase daur menstruasi

Dinding uterus terdiri atas 3 lapis, yakni dari ruang uterus ke permukaan berturut-

turut:

a.   Endometrium

b.   Miometrium

c.    Epimetrium

Lapisan yang berperan dalam daur menstruasi, ialah endometrium. Lapisan

endometrium masih dapat dibagi atas 3 lapisan, yakni:

a. Stratum kompaktum

b. Stratum spongiosum

c. Stratum basalis

Permukaan endometrium (stratum kompaktum) dilapisi oleh sel-sel epitel.

Pembuluh daerah arteri ada yang berjalan melilit (spiral) dan vertikal dan ada pula

yang lurus vertikal di daerah stratum basalis (Gambar 2.4).

12

Page 13: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

Gambar 3. Endometrium dan komponennya

1) Pasca menstruasi

Pada waktu menstruasi berhenti, stratum kompaktum dan stratum

spongiosum dari endometrium telah selesai melecet (mengelupas atau mengalami

erosi). Pada waktu ini konsetnrasi hormon estrogen dan hormon progesteron

rendah, dan keadaan ini memberikan umpan balik positif bagi hipothalamus untuk

meningkatkan produksi hormon GnRH, sehingga produksi FSH dan LH mulai pula

dinaikkan. Pasca menstruasi berlarigsung kurang lebih 4 hari.

2) Fase proliferasi

Pada fase ini endometrium mulai menebal kembali secara progresif.

Penebalan dimungkinkan oleh proliferasi atau perbanyakan sel-sel endometrium

di lapisan stratum basale yang tidak mengalami erosi pada waktu menstruasi.

Proliferasi sel diinduksi oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh teka folikuli

interna dari folikel yang sedang berkembang menjadi folikel de Graaf. Jadi,

sementara folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang diinduksi oleh hormon

13

Page 14: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

FSH, maka endometrium berproliferasi menjadi tebal oleh hormon estrogen. Pada

fase proliferasi tidak hanya terjadi penebalan endometrium, akan tetapi pula terjadi

regenerasi kelenjar-kelenjar  dan   pembuluh  darah yang  terpotong pada waktu 

menstruasi.

Akhirnya terbentuk lagi stratum kompaktum dan stratum songiosum dari

endometrium. Fase ini berlangsung kurang lebih 12 hari.

3) Fase Sekretoris

Pada fase sekretoris tebalnya endometrium telah maksimum, yakni 5 sampai

7 mm. Pada pasca menstruasi tebal endometrium sisa 0,5 sampai 1 mm. Bagian

basal dari kelenjar-kelenjar uterus yang tersisa pada waktu menstruasi bertumbuh

memanjang dan kemudian berkelok-kelok. Diameter kelenjar bertambah. Sel-sel

kelenjar banyak memproduksi glikogen. Pada fase ini bagian apikal sel-sel kelenjar

melepaskan diri dan disekret ke ruang uterus bersama glikogen dan sekret lain,

sekret berupa lendir berfungsi untuk menerima blastokista, jika terjadi pembuahan.

Setelah ovulasi, hormon LH dari lobus anterior hipophysis  menginduksi folikel

de Graaf yang tersisa menjadi korpus luteum. Korpus luteum ini

memproduksi hormon progesteron. Oleh peredaran darah hormon progesteron tiba di

uterus dan menginduksi sekresi kelenjar – kelenjar serta mempertahankan eksistensi

tebalnya endometrium, sebagai persiapan untuk implantasi dan tempat

perkembangan embrio. Fase ini berlangsung kurang lebih 8 hari.

4) Fase menstruasi

Jika ovum tidak dibuahi, maka menjelang akhir fase sekretoris hormon

estrogen dan progesteron makin meningkat. Konsentrasi tinggi dari kedua hormon

tersebut memberikan umpan balik negatif bagi hipotalamus, sehingga

produksi homron GnRH ditekan dan mengakibatkan penurunan produksi hormon

FSH dan LH. Pada waktu LH berkurang, maka korpus luteum yang membutuhkan

LH untuk berfungsi mulai berdegenerasi dan berubah menjadi korpus albikans. Hal

ini mengakibatkan penurunan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron.

Karena progesteron berfungsi mempertahankan fase sekretoris dan keutuhan

14

Page 15: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

tebalnya endometrium, maka pada waktu konsentrasi hormon progesteron menuju

tajam, stratum kompaktum dan stratum spongiosum mengalami erosi. Pembuluh

darah terpotong, sehingga terjadi perdarahan. Peristiwa ini disebut menstruasi.

Darah menstruasi  tidak berkoagulasi. Erosi endometrium tidak terjadi sekaligus,

melainkan setempat demi setempat sampai akhir menstruasi. Stratum basalis yang

tersisa bertumbuh kembali pada fase proliferasi dari daur berikutnya. Fase

ini berlangsung kurang lebih 4 hari.

Diagram  ringkasan  regulasi   hormonal   terhadap  daur ovarium  dan  daur

menstruasi diperlihatkan pada gambar 4.

Gambar 4. Regulasi hormonal terhadap daur ovarium dan daur menstruasi

Kejadian jika ovum dibuahi, telah diuraikan di depan. Suatu tanda

kejadiankehamilan, ialah berhentinya menstruasi pada daur berikutnya. Saraf dan emosi

dapatmempengaruhi daur ovarium dan menstruasi. Gangguan emosional dapat

menunda atau mencegah menstruasi. Pengetahuan tentang regulasi hormon

terhadap daur ovarium dan menstruasi diterapkan dalam usaha Keluarga

Berencana.

15

Page 16: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

5. Waktu Ovulasi dalam Hubungannya dengan Daur Menstruasi

Pada siklus 28 hari, ovulasi terjadi sekitar pertengahan siklus. Periode antara

ovulasi dan permulaan pendarahan berikutnya adalah konstan 14 hari, akan

tetapi waktu antara ovulasi dengan permulaan menstruasi sebelumnya tidak konstan.

Hal ini terjadi oleh karena panjangnya siklus menstruasi dapat bervariasi dari bulan

ke bulan pada individu yang sama. Oleh karena itu, sulit meramal tanggal ovulasi

berikutnya dihitung mulai dari tanggal permulaan menstruasi, kecuali jika wanita itu

memperlihatkan periode menstruasi yang sangat teratur.

Salah satu metode untuk mengetahui waktu ovulasi ialah dengan metode

pengukuran temperatur. Temperatur wanita diukur setiap pagi. Temperatur menjadi

rendah selama menstruasi, kemudian temperatur naik. Pada kira-kira pertengahan

siklus tiba-tiba temperatur turun dan diikuti oleh kenaikan temperatur. Turun dan

menaiknya temperatur menandakan terjadi ovulasi.

Setelah ovulasi, ovum hanya potensial dibuahi tidak lebih dari 2 hari.

Spermatozoa diintroduksi ke dalam vagina akan mati dalam waktu 3-4 hari. Oleh

karena itu kemungkinan fertilisasi hanya dapat terjadi antara 4 hari sebelum ovulasi

sampai 2 hari sesudah ovulasi. Hari-hari lain adalah "hari-hari aman" untuk

Keluarga Berencana (KB).

Metode penanggalan atau metode ritme tidak selalu berhasil, oleh karena

lamanya siklus bervariasi. Juga diketahui halnva gangguan emosional/stress dapat

menghentikan atau menunda ovulasi.

16

Page 17: Sunani_pengaturan Hormon Pada Menstruasi

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan makalah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa

pengaturan hormonal pada siklus menstruasi wanita tidak mudah dan sederhana

bahwa dalam pemikiran banyak orang apabila tidak terjadi fertilisasi maka akan

terjadi menstruasi yakni keluarnya darah dari vagina wanita. Ternyata terjadi

pengaturan yang kompleks untuk terjadinya menstruasi. Menstruasi terjadi karena

adanya pengaturan hormon-hormon dalam tubuh. Hormon-hormon tersebut

diantaranya yakni GnRH, esterogen, progesterone, LH, dan FSH. Hal ini menjadi

salah satu yang bisa membuat manusia berpikir tentang hebatnya penciptaan alam

dalam pengaturan kerjanya oleh Allah SWT.

2. Saran

Penulis menyarankan kepada pembaca makalah ini untuk selalu merasa tidak

puas dengan hanya membaca makalah ini saja dan dapat membandingkan dengan

referensi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Williams, Lippincott & Wilkins. 1999. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility 6th. ed: Leon Speroff, Robert H. Glass, Nathan G. Kase. Ebook. OkDoKeY

Goodman, H. Maurice. 2009. Basic Medical Endocrinology 4th. Department of Physiology University of Massachusetts Medical School: Academic Press.

Staff UNILA. 2012. Hormon dan Sistem Endokrin. Diakses dari http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/12/Hormon-dan-Sistem-Endokrin1.pdf

[5 Juni 2014]

17