SUNAN IBNU MAJAH
-
Upload
rifky-rosian-an-nur -
Category
Documents
-
view
290 -
download
0
Transcript of SUNAN IBNU MAJAH
BAB II
PEMBAHASAN
1. Biografi Imam Ibnu Majjah
Di suatu hari tepatnya pada tahun 209 / 284 Masehi, Allah menurunkan
anugerah-Nya kepada rakyat daerah Qazwin. Karena di tempat itulah seorang
imam yang jujur dan cerdas dilahirkan. Imam itu adalah Abu Abdullah
Muhammad bin Yazid ar-Rabi’I bin Majah Al-Qazwini Al-Hafidz. Namun
imam tersebut dengan sebutan Majah. Sebutan Majah ini dinisatkan kepada
ayahnya yazid, yang juga dikenal dengan sebutan Majah Maulana Rab’at. Ada
juga yang mengatakan bahwa Majah adalah ayah dari Yazid. Walaupun
demikian, tampaknya pendapat pertama yang lebih valid.
Beliau mulai mengecap dan menginjakkan kakinya di dunia pendidikan
sejak usia Remaja, dan menekuni pada bidang hadits sejak menginjak usia 15
tahun pada seorang guru yang ternama, yaitu “Ali bin Muhammad At-
Tanafasy” (wafat tanggal 233 H). Bakat dan minat yang sangat besar yang
dimilikinyalah yang akhirnya membawa beliau berkelana ke penjuru negeri
untuk menelusuri ilmu hadits. Sepanjang hidupnya beiau telah
mendedikasikan pikiran dan jiwanya dengan menulis beberapa buku Islam,
seperti buku Fiqih, Tafsir, Hadits, dan Sejarah. Dalam bidang sejarah beliau
menulis buku “At-Tarikh” yang mengulas sejarah atau biografi para
Muhaddits sejak awal hingga masanya. Dalam bidang Tafsir beliau menulis
buku “Al-Qur’an Al-Karim” dan dalam hadits beliau menulis kitab “Sunan
Ibnu Majah” disayangkan sekali karena buku “At-Tarikh dan Al-Qur’an Al-
Karim” itu tidak sampai pada generasi selanjutnya karena dirasa kurang
monumental.
Dalam perjalanan konteks rihlah ilmiyahnya ternyata banyak para
syaikh pakar yang ditemui sang imam dalam bidang hadits. Diantaranya
adalah kedua anak Syaikh Syaibah (Abdullah dan Usman) akan tetapi sang
imam lebih banyak meriwayatkan hadits dari “Abdullah bin Abi Syaibah”.
Dan juga “Abu Khartsamah” Zahir bin Harb, Duhim, Abu Mus’ab Az Zahiry,
Al-Hafidz Ali bin Muhammad At-Tanafasy, Jubarah bin Mughallis,
Muhammad bin Abdullah bin Numayri, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al
Azhar, Basyar bin Adam dan para pengikut perawi dan ahli hadits Imam
Malik dan Al-Lays.
Suatu hari umat Islam di dunia ditimpa ujian, kesedihan menimpa kalbu
mereka, karena setelah memberikan kontribusi yang berarti bagi umat,
akhirnya sang Imam yang dicintai ini dipanggil oleh Yang Maha Kuasa pada
hari senin tanggal 22 Ramadhan 273 H/ 887 M.
Ada pendapat yang mengatakan beliau meninggal pada tahun 275 H.
Namun pendapat yang pertama ini labih valid. Walaupun beliau sudah lama
sampai ke Finish perjalanan hidupnya, namun hingga kini beliau tetap
dikenang dan disanjung oleh seluruh ummat Islam dunia. Dan ini merupakan
bukti bahwa beliau memang seorang ilmuan yang sejati.1
2. Keberadaan dan Eksistensi Kitab Sunan ibnu Majah
Kitab Sunan Ibnu Majah yang terdiri atas 2 juz 37 kitab, 1515 bab dan
4341 hadits. Kitab ini disusun berdasarkan masalah hokum fiqih hal ini
memudahkan kita untuk mengakses hadits-hadits yang terdapat di dalamnya,
sesuai dengan kebutuhan kita. Adapun tempat terbit kitab Sunan Ibnu Majah
ini adalah “Bairut Lebanon”dan “Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah” tahun 2004.
Untuk lebih jelasnya bagaimana sistematika penulisan kitab “Sunan Ibnu
Majah” dapat dilihat dalam table di bawah ini :2
الصحيفة الجزء الموضوع النم
رة
2 1 المقدمة
99 1 سننها و الطهارة كتاب 1
219 1 الصالة كتاب 2
232 1 فيها السنة و اآلذان كتاب 3
1 http://lidwapusaka.com/produk/kitab-9-imam/biografi-imam-hadis 72 http://mohdfikri.com/blog/kitabarab/ulum al-hadis sunan ibnu maja 8 h.html
243 1 الجماعات و المساجد كتاب 4
264 1 فيها السنة و الصالة إقامة كتاب 5
461 1 الجنائز كتاب 6
525 1 الصيام كتاب 7
565 1 الزكاة كتاب 8
592 1 النكاح كتاب 9
650 1 الطالق كتاب 10
676 1 الكفارات كتاب 11
723 2 التجارات كتاب 12
774 2 األحكام كتاب 13
795 2 الهبات كتاب 14
799 2 الصدقات كتاب 15
815 2 الرهون كتاب 16
833 2 الشفعة كتاب 17
836 2 اللقطة كتاب 18
840 2 العتق كتاب 19
847 2 الحدود كتاب 20
873 2 الديات كتاب 21
900 2 الوصايا كتاب 22
908 2 الفرائض كتاب 23
920 2 الجهاد كتاب 24
962 2 المناسك كتاب 25
1043 2 األضاحي كتاب 26
1056 2 الذبائح كتاب 27
1068 2 الصيد كتاب 28
1083 2 العقيقة كتاب 29
1119 2 االشربة كتاب 30
1137 2 الطب كتاب 31
1176 2 اللباس كتاب 32
1206 2 األدب كتاب 33
1258 2 الدعاء كتاب 34
1282 2 الرؤيا تبير كتاب 35
1290 2 الفتن كتاب 36
1373 2 الزهد كتاب 37
Pada bab pendahuluan (muqaddimah) terdapat hadits tentang
bagaimana hal yang berhubungan dengan sunnah Rasulullah SAW dan
keutamaan ilmu. Setidaknya dalam bab ini terdapat 24 masalah yang termuat
dalam 266 hadits. Selain itu yang menarik adalah bahwa dalam kitab Sunan
Ibnu Majah sebagaimana yang tergambar dalam tabel di atas Ibnu Majah
mengawalinya dengan pembahasan tentang toharoh yang dilanjutkan dengan
pembahasan sholat. Hal ini menguatkan asumsi bahawa Sunan Ibnu Majah
sistematika penyusunannya didasarkan pada permasalahan hokum fiqih.
Disamping itu menurut surya dilaga pembahasan masalah haji diletakkan jauh
dari masalah ibadah yakni setelah pembahasan masalah jihad, dimungkinkan
bahwa ibadah haji itu lebih dekat dengan jihad dan demikian juga dengan
ibadah.3
3. Komentar Ulama’ Terhadap Kitab Sunan Ibnu Majah
Jajaran ulama’ mataqodimin (mereka yang hidup sampai dengan tahun
300 hijriah) pada umumnya membatasi jumlah kitab hadits standar hanya 5
3 Majjah, Ibnu, Sunan Ibnu Majjah, Juz 1 dan 2 (Bairut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah : 1930) hal. 676 dn 1373.
(lima) buah, karenanya lahir sebutan “Ushul al-Khamsah” atau “al-Kutub al-
Khamsah” justru ulama’ mutaakhirin yang bersemangat mendudukkan Sunan
Ibnu Majah melengkapi kitab hadits standard yang ada menjadi 6 (enam) kitab
dan dari sikap itulah lahir Ushul al-Sittah atau Kutub al-Sittah. Pemrakarsa
gagasan tersebut pertama kali adalah Muhammad Abu al-Fadhal Ibnu Tahrir
al-Maqdisi (wafat 507 H) melalui karangan beliau Athraf al-Kurub al-Sittah.
Dukungan terhadap gagasan tersebut diperoleh oleh al-Hafidz Abd. Ghani al-
Qudsi (wafat 600 H) dalam karangan beliau berjudul al-Ikmalu Fi Asmai al-
Rijal. Pendukung faham yang mempromosikan Sunan Ibnu Majah ke dalam
Ushul al-Sittah lebih didasarkan pada keberadaan sejumlah 1339 satuan hadits
zawa’id, karena dengan tambahan perbendaharaan tersebut amat
menguntungkan kalangan kalangan fuqoha’. Selain itu tiga perempat koleksi
Sunan Ibnu Majah menyamai standar mutu hadits yang terseleksi dalam Ushul
al-Khamsah.
Komentar ulama yang pada umumnya terfokus pada keberadaan 1339
hadits Zawa’id al-Sirri dan al-Hajjaj al-Mazzi menggeneralisir Dha’if pada
hadits Zawa’id tersebut. Menurut kajian sermat Dr. Aisyah binti al-Syathi’
unsur ledha’ifan itu beragam sekali antara lain : terdapat rijalul hadits yang
majhul, mata rantai sanad yang jelas dha’if seperti sanad melalui Abdullah bin
Harasyi yang pribadinya disepakati sebagai rawi dha’if. Hadits munkar,
seperti yang diriwayatkan Daud bin Atha’ al-Madani. Hadits Mudallas seperti
yang dikutip melalui Hajjaj bin Arthah dan Zainab al-Sahmiah.
Bahkan al-Hafidz al-Mizzi dan Imam Ibnu Hajar menyatakan bahwa
kitab “Sunan Ibnu Majah” ini terlalu banyak hadits dho’if dari periwayatannya
secara sendirian tanpa ada kesepakatan dengan imam hadits yang lain.
Sehingga kurang bijaksana bila seseorang menjadikan hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh beliau secara pribadi sebagai hujjah tanpa adanya kajian
mengenai kedudukan hadits tersebut.
Al-Hafidz Ibnu al-Jauzi menyatakan bahwa terdapat 30 buah hadits dari
kitab beliau yang dianggap sebagai hadits palsu. Begitu juga yang dinyatakan
oleh Abu Zahrah bahwa ia mendapati 30 hadits yang termasuk hadits mardud
(tertolak).4
Syihabuddin al-Bushiri al-Mashri (wafat 840 H) dalam kitab Misbah al-
Zujajah fi Zawaidi Ibnu Majah mengakui bahwa di balik tafarrud acap kali
diketahui bahwa rijal haditsnya terdiri atas orang yang pernah dituduh dusta
bahkan pernah diklaim penah membuat pemalsuan hadits, namun harus diakui
bahkan hadits-hadits zawaid tersebut sulit diperoleh sumber informasi lain
melalui mata rantai sanad-sanad yang lain. Seperti hadits yang berujug sanad
pada Habib bin Habib (notulis Imam Malik), Alla’ bin Yazid, Daud bin al-
Munjam, Abdul Wahab al-dhahak, Ismail bin Ziyad al-Sukuti dan sebangsa
mereka.
Penilaian moderat tersebut mengajak agar orang bertenggang rasa bila
kondisi tafarrud pada koleksi hadits zawaid di dalam Sunan Ibnu Majah yang
hanya terbentur sifat pribadi seorang perowi dalam rangkaian sanad,
dikompensasikan pada aspek matannya yang disamping amat diperlukan oleh
kalangan fuqoha’ juga sekaligus menyelamatkan sejumlah besar
perbendaharaan hadits.
Itulah sebabnya setelah melalui proses panjang ulama mutaakhirin
berketepatan menempatkan Sunan Ibnu Majah melengkapi jajaran Kutub al-
Sittah sekalipun di nomor terakhir. Hal itu tidak lepas dari keberadaan 1339
hadits zawa’id yang kemudian menjadi bahan bermanfaat bagi pengembangan
hazanah ilmu fiqih.5
Demi melindungi validitas sumber ajaran Islam tentunya layak bila
dalam menyikapi keberadaan hadits koleksi Sunan Ibnu Majah terutama
bagian zawa’id agar mengacu pada pedoman :
Pertama : Hadis-hadis yang terdapat padanannya (keserasian isi matan)
dalam kutub al-khamsah seyogyanyalah langsung dijadikan landasan hujjah.
Kedua : Hadis-hadis yang tergolong zawa’id dan bila terbukti terjadi sifat
tafarrud perlu pemeriksaan rijal pendukung hadis yang bersangkuan. Sekira
4 Ridwan Nashir, Ulumul Hadist dan Mustholahul Hadis (terjemah). (Al-Syarif, Al-Khadijah Jombang : 2006) hal.304
5 Soetari, Endang, Ilmu Hadis, (Amal Bakti Press : Bandung, 1994) hal. 78
nama rijalul hadits terseut lazim menjadi pendukung hadits bermutu shahih,
maka hadits tersebut layak dipertimbangkan untuk dipakai.
4. Analisis Kita Terhadap Kitab “Sunan Ibnu Majah”
Seperti yang telah kita singgung di atas bahwa kitab Sunan Ibnu Majah
adalah kitab yang termasuk kategori Kutub al-Sittah. Sebelum kita menelaah
lebih dalam lagi tentang buku ini, ada baiknya terlebih dahulu untuk
membedah data kitab monumental ini. Agar kita lebih terkesan dan tertarik
lagi untuk mengintervensikan diri kita pada bidang hadits.
Ternyata kitab sunan ini tidak semuanya diriwayatkan oleh Ibnu
Majah seperti pikiran orang banyak selama ini. Tapi pada hakikatnya terdapat
di dalamnya beberapa tambahan yang diriwayatkan oleh Abu al-Hasan al-
Qatthany yang juga merupakan periwayat dari “Sunan Ibnu Majah”. Persepsi
ini juga sejalan pada “Musnad Imam Ahmad” karena banyak orang yang
menyangka bahwa seluruh hadits yang di dalamya diriwayatkan seluruhnya
oleh beliau. Akan tetapi sebagian darinya ada juga yang diriwayatkan oleh
Abdullah bin Imam Ahmad dan sebagian kecil oleh Al-Qoth’ii, namun imam
Abdullah lebih banyak meriwayatkan dibanding dengan Al-Qath’ii.
Sedangkan hadits yang terdapat di dalam kitab ini sebanyak 4.341.
Dari jumlah itu ada 3002 hadits yang telah dibukukan oleh penulis kitab As-
Sunnah Al-Sittah. Artinya masih tersisa 1.339 hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah sendiri. Ibnu majah tidak memeberi catatan apa-apa tentang nilai
hadits yang ditulis di dalam kitab sunannya itu. Agaknya penilaian shohih dan
tidaknya diserahkan kepada pembaca yang mau meneliti. Dr. Fuad Abdul Baqi
mencatat, dari 1339 hadits itu terdapat 428 hadits yang bernilai shohih, 199
bernilai hasan, 619 lemah sanadnya dan 99 hadits munkar dan mahdzub.6
6 Muh. Zuhri, Hadis Nabawi : Telaah Historis dan Metodologis, (Tiara Wanacala, Yogya : 1997) hal 178.
BAB III
KESIMPULAN
Dari beberapa paparan di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kitab
Sunan Ibnu Majah termasuk kategori Kutubu As-Sittah yang terdiri dari 32 kitab
menurut al-Zahabi, dan 1500 bab menurut Abu Al-Hasan al-Qatthani dan terdiri
dari 4000 hadits menurut Az-Zahabi. Tapi kalau kita teliti ulang lagi dengan
melihat buku yang di tahqiq oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi bahwa kitab ini
berjumlah 37 bab kitab selain dari muqaddimah. Berarti kalau ditambah dengan
muqaddimah maka jumlahnya 38 kitab. Sedangkan jumlah babnya terdiri dari
1515 bab dan 4341 hadits. Hal ini disebabkan akibat adanya perbedaan nasah
kitab hadits yang terdiri dari 4341 hadits ini ternyata 3002 hadits diantaranya telah
ditakhrij oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan yang
lainnya. Dan 1239 hadits lagi adalah tambahan dari Imam Ibnu Majah.
Sedangkan klasifikasi hadits ini terdiri dari empat ratus tiga puluh
delapan hadits diriwayatkan oleh para rijal yang terpercaya dan sanadnya shohih
dan serats sembilan puluh sembilan hadist sanadnya adalah hasan, enam ratus tiga
belas hadits sanadnya dho’if, sembilan puluh sembilan hadits sanadnya adalah
munkar, wahiah dan makdzubah. Oleh sebab itu buku ini dianggap istimewa
disebabkan isinya mayoritas diisi dengan hadits yang shohih, sedangkan hadits
yang munkar dan wahiah hanya sedikit.7
Menurut Syaikh Al-Bany, dalam Sunan ini terdapat sekitar delapan ratus
hadits yang masuk dalam kategori hadits dho’if. Kesalahan dan kehilafan adalah
suatu hal yang biasa namun kehilafan itu akhirnya lebih berarti dari pada tidak
berbuat sama sekali.
Oleh karena itu tidak seyogyanya kita menjadikan hadits-hadits yang dinilai
lemah ata palsu dalam Sunan Ibnu Majah ini sebagai dalil. Kecuali setelah
mengkaji dan meneliti terlebih dahulu mengenai keadaan hadits-hadits tersebut.
Bila ternyata hadits yang dimaksud itu shahih atau hasan, maka ia boleh dijadikan
7 Soetari, Endang, Ilmu Hadis, (Bandung : Amal Bakti Press, 1994) hal. 85
pegangan, jika tidak demikian adanya, maka hadits tersebut tidak boleh dijadikan
dalil.
PENUTUP
Begitulah sekilas sedikit tentang imam jujur dan berpengetahuan tinggi dan
luas. Ibnu Majah berbagai banyak pengorbanannya kepada islam dalam dunia
pendidikan demi mewujudkan para ulama yang baru yang siap berjuang di jalan
Allah. Semoga Allah merahmatinya selalu. Akhirnya dengan keterbatasan penulis,
penulis minta maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan kehilafan dan tidak
dapat menyuguhkan yang terbaik buat rekan-rekan. Wallahu A’lam.
DAFTAR PUSTAKA
Nashir, Ridlwan. Ulumul Hadis Dan Nustholah Hadis. (Al-Syarif Al-Khadijah
Jombang : 2006)
Zuhri, Muh. Hadis Nabi (Telaah Histori Dan Metodologi). (Tiara Wacana, Jogja :
1997)
Endang Sutari. Ilmu Hadis. (Amal Bakti Press : 1994)
Majjah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah. (Bairut : Dar Al-Kutub Al-Alamiyah : 1930)
http://mohdfikri.com/blog/kitabarab/ulum al-hadis sunan ibnu majah.html