SUNAN IBNU MAJAH

15
BAB II PEMBAHASAN 1. Biografi Imam Ibnu Majjah Di suatu hari tepatnya pada tahun 209 / 284 Masehi, Allah menurunkan anugerah-Nya kepada rakyat daerah Qazwin. Karena di tempat itulah seorang imam yang jujur dan cerdas dilahirkan. Imam itu adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid ar-Rabi’I bin Majah Al-Qazwini Al-Hafidz. Namun imam tersebut dengan sebutan Majah. Sebutan Majah ini dinisatkan kepada ayahnya yazid, yang juga dikenal dengan sebutan Majah Maulana Rab’at. Ada juga yang mengatakan bahwa Majah adalah ayah dari Yazid. Walaupun demikian, tampaknya pendapat pertama yang lebih valid. Beliau mulai mengecap dan menginjakkan kakinya di dunia pendidikan sejak usia Remaja, dan menekuni pada bidang hadits sejak menginjak usia 15 tahun pada seorang guru yang ternama, yaitu “Ali bin Muhammad At-Tanafasy” (wafat tanggal 233 H). Bakat dan minat yang sangat besar yang dimilikinyalah yang akhirnya membawa beliau berkelana ke penjuru negeri untuk menelusuri ilmu hadits. Sepanjang hidupnya beiau telah mendedikasikan pikiran dan jiwanya dengan menulis beberapa buku Islam, seperti buku Fiqih, Tafsir, Hadits, dan Sejarah. Dalam bidang

Transcript of SUNAN IBNU MAJAH

Page 1: SUNAN IBNU MAJAH

BAB II

PEMBAHASAN

1. Biografi Imam Ibnu Majjah

Di suatu hari tepatnya pada tahun 209 / 284 Masehi, Allah menurunkan

anugerah-Nya kepada rakyat daerah Qazwin. Karena di tempat itulah seorang

imam yang jujur dan cerdas dilahirkan. Imam itu adalah Abu Abdullah

Muhammad bin Yazid ar-Rabi’I bin Majah Al-Qazwini Al-Hafidz. Namun

imam tersebut dengan sebutan Majah. Sebutan Majah ini dinisatkan kepada

ayahnya yazid, yang juga dikenal dengan sebutan Majah Maulana Rab’at. Ada

juga yang mengatakan bahwa Majah adalah ayah dari Yazid. Walaupun

demikian, tampaknya pendapat pertama yang lebih valid.

Beliau mulai mengecap dan menginjakkan kakinya di dunia pendidikan

sejak usia Remaja, dan menekuni pada bidang hadits sejak menginjak usia 15

tahun pada seorang guru yang ternama, yaitu “Ali bin Muhammad At-

Tanafasy” (wafat tanggal 233 H). Bakat dan minat yang sangat besar yang

dimilikinyalah yang akhirnya membawa beliau berkelana ke penjuru negeri

untuk menelusuri ilmu hadits. Sepanjang hidupnya beiau telah

mendedikasikan pikiran dan jiwanya dengan menulis beberapa buku Islam,

seperti buku Fiqih, Tafsir, Hadits, dan Sejarah. Dalam bidang sejarah beliau

menulis buku “At-Tarikh” yang mengulas sejarah atau biografi para

Muhaddits sejak awal hingga masanya. Dalam bidang Tafsir beliau menulis

buku “Al-Qur’an Al-Karim” dan dalam hadits beliau menulis kitab “Sunan

Ibnu Majah” disayangkan sekali karena buku “At-Tarikh dan Al-Qur’an Al-

Karim” itu tidak sampai pada generasi selanjutnya karena dirasa kurang

monumental.

Dalam perjalanan konteks rihlah ilmiyahnya ternyata banyak para

syaikh pakar yang ditemui sang imam dalam bidang hadits. Diantaranya

adalah kedua anak Syaikh Syaibah (Abdullah dan Usman) akan tetapi sang

imam lebih banyak meriwayatkan hadits dari “Abdullah bin Abi Syaibah”.

Dan juga “Abu Khartsamah” Zahir bin Harb, Duhim, Abu Mus’ab Az Zahiry,

Page 2: SUNAN IBNU MAJAH

Al-Hafidz Ali bin Muhammad At-Tanafasy, Jubarah bin Mughallis,

Muhammad bin Abdullah bin Numayri, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al

Azhar, Basyar bin Adam dan para pengikut perawi dan ahli hadits Imam

Malik dan Al-Lays.

Suatu hari umat Islam di dunia ditimpa ujian, kesedihan menimpa kalbu

mereka, karena setelah memberikan kontribusi yang berarti bagi umat,

akhirnya sang Imam yang dicintai ini dipanggil oleh Yang Maha Kuasa pada

hari senin tanggal 22 Ramadhan 273 H/ 887 M.

Ada pendapat yang mengatakan beliau meninggal pada tahun 275 H.

Namun pendapat yang pertama ini labih valid. Walaupun beliau sudah lama

sampai ke Finish perjalanan hidupnya, namun hingga kini beliau tetap

dikenang dan disanjung oleh seluruh ummat Islam dunia. Dan ini merupakan

bukti bahwa beliau memang seorang ilmuan yang sejati.1

2. Keberadaan dan Eksistensi Kitab Sunan ibnu Majah

Kitab Sunan Ibnu Majah yang terdiri atas 2 juz 37 kitab, 1515 bab dan

4341 hadits. Kitab ini disusun berdasarkan masalah hokum fiqih hal ini

memudahkan kita untuk mengakses hadits-hadits yang terdapat di dalamnya,

sesuai dengan kebutuhan kita. Adapun tempat terbit kitab Sunan Ibnu Majah

ini adalah “Bairut Lebanon”dan “Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah” tahun 2004.

Untuk lebih jelasnya bagaimana sistematika penulisan kitab “Sunan Ibnu

Majah” dapat dilihat dalam table di bawah ini :2

الصحيفة الجزء الموضوع النم

رة

2 1 المقدمة

99 1 سننها و الطهارة كتاب 1

219 1 الصالة كتاب 2

232 1 فيها السنة و اآلذان كتاب 3

1 http://lidwapusaka.com/produk/kitab-9-imam/biografi-imam-hadis 72 http://mohdfikri.com/blog/kitabarab/ulum al-hadis sunan ibnu maja 8 h.html

Page 3: SUNAN IBNU MAJAH

243 1 الجماعات و المساجد كتاب 4

264 1 فيها السنة و الصالة إقامة كتاب 5

461 1 الجنائز كتاب 6

525 1 الصيام كتاب 7

565 1 الزكاة كتاب 8

592 1 النكاح كتاب 9

650 1 الطالق كتاب 10

676 1 الكفارات كتاب 11

723 2 التجارات كتاب 12

774 2 األحكام كتاب 13

795 2 الهبات كتاب 14

799 2 الصدقات كتاب 15

815 2 الرهون كتاب 16

833 2 الشفعة كتاب 17

836 2 اللقطة كتاب 18

840 2 العتق كتاب 19

847 2 الحدود كتاب 20

873 2 الديات كتاب 21

900 2 الوصايا كتاب 22

908 2 الفرائض كتاب 23

920 2 الجهاد كتاب 24

962 2 المناسك كتاب 25

1043 2 األضاحي كتاب 26

1056 2 الذبائح كتاب 27

Page 4: SUNAN IBNU MAJAH

1068 2 الصيد كتاب 28

1083 2 العقيقة كتاب 29

1119 2 االشربة كتاب 30

1137 2 الطب كتاب 31

1176 2 اللباس كتاب 32

1206 2 األدب كتاب 33

1258 2 الدعاء كتاب 34

1282 2 الرؤيا تبير كتاب 35

1290 2 الفتن كتاب 36

1373 2 الزهد كتاب 37

Pada bab pendahuluan (muqaddimah) terdapat hadits tentang

bagaimana hal yang berhubungan dengan sunnah Rasulullah SAW dan

keutamaan ilmu. Setidaknya dalam bab ini terdapat 24 masalah yang termuat

dalam 266 hadits. Selain itu yang menarik adalah bahwa dalam kitab Sunan

Ibnu Majah sebagaimana yang tergambar dalam tabel di atas Ibnu Majah

mengawalinya dengan pembahasan tentang toharoh yang dilanjutkan dengan

pembahasan sholat. Hal ini menguatkan asumsi bahawa Sunan Ibnu Majah

sistematika penyusunannya didasarkan pada permasalahan hokum fiqih.

Disamping itu menurut surya dilaga pembahasan masalah haji diletakkan jauh

dari masalah ibadah yakni setelah pembahasan masalah jihad, dimungkinkan

bahwa ibadah haji itu lebih dekat dengan jihad dan demikian juga dengan

ibadah.3

3. Komentar Ulama’ Terhadap Kitab Sunan Ibnu Majah

Jajaran ulama’ mataqodimin (mereka yang hidup sampai dengan tahun

300 hijriah) pada umumnya membatasi jumlah kitab hadits standar hanya 5

3 Majjah, Ibnu, Sunan Ibnu Majjah, Juz 1 dan 2 (Bairut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah : 1930) hal. 676 dn 1373.

Page 5: SUNAN IBNU MAJAH

(lima) buah, karenanya lahir sebutan “Ushul al-Khamsah” atau “al-Kutub al-

Khamsah” justru ulama’ mutaakhirin yang bersemangat mendudukkan Sunan

Ibnu Majah melengkapi kitab hadits standard yang ada menjadi 6 (enam) kitab

dan dari sikap itulah lahir Ushul al-Sittah atau Kutub al-Sittah. Pemrakarsa

gagasan tersebut pertama kali adalah Muhammad Abu al-Fadhal Ibnu Tahrir

al-Maqdisi (wafat 507 H) melalui karangan beliau Athraf al-Kurub al-Sittah.

Dukungan terhadap gagasan tersebut diperoleh oleh al-Hafidz Abd. Ghani al-

Qudsi (wafat 600 H) dalam karangan beliau berjudul al-Ikmalu Fi Asmai al-

Rijal. Pendukung faham yang mempromosikan Sunan Ibnu Majah ke dalam

Ushul al-Sittah lebih didasarkan pada keberadaan sejumlah 1339 satuan hadits

zawa’id, karena dengan tambahan perbendaharaan tersebut amat

menguntungkan kalangan kalangan fuqoha’. Selain itu tiga perempat koleksi

Sunan Ibnu Majah menyamai standar mutu hadits yang terseleksi dalam Ushul

al-Khamsah.

Komentar ulama yang pada umumnya terfokus pada keberadaan 1339

hadits Zawa’id al-Sirri dan al-Hajjaj al-Mazzi menggeneralisir Dha’if pada

hadits Zawa’id tersebut. Menurut kajian sermat Dr. Aisyah binti al-Syathi’

unsur ledha’ifan itu beragam sekali antara lain : terdapat rijalul hadits yang

majhul, mata rantai sanad yang jelas dha’if seperti sanad melalui Abdullah bin

Harasyi yang pribadinya disepakati sebagai rawi dha’if. Hadits munkar,

seperti yang diriwayatkan Daud bin Atha’ al-Madani. Hadits Mudallas seperti

yang dikutip melalui Hajjaj bin Arthah dan Zainab al-Sahmiah.

Bahkan al-Hafidz al-Mizzi dan Imam Ibnu Hajar menyatakan bahwa

kitab “Sunan Ibnu Majah” ini terlalu banyak hadits dho’if dari periwayatannya

secara sendirian tanpa ada kesepakatan dengan imam hadits yang lain.

Sehingga kurang bijaksana bila seseorang menjadikan hadits-hadits yang

diriwayatkan oleh beliau secara pribadi sebagai hujjah tanpa adanya kajian

mengenai kedudukan hadits tersebut.

Al-Hafidz Ibnu al-Jauzi menyatakan bahwa terdapat 30 buah hadits dari

kitab beliau yang dianggap sebagai hadits palsu. Begitu juga yang dinyatakan

Page 6: SUNAN IBNU MAJAH

oleh Abu Zahrah bahwa ia mendapati 30 hadits yang termasuk hadits mardud

(tertolak).4

Syihabuddin al-Bushiri al-Mashri (wafat 840 H) dalam kitab Misbah al-

Zujajah fi Zawaidi Ibnu Majah mengakui bahwa di balik tafarrud acap kali

diketahui bahwa rijal haditsnya terdiri atas orang yang pernah dituduh dusta

bahkan pernah diklaim penah membuat pemalsuan hadits, namun harus diakui

bahkan hadits-hadits zawaid tersebut sulit diperoleh sumber informasi lain

melalui mata rantai sanad-sanad yang lain. Seperti hadits yang berujug sanad

pada Habib bin Habib (notulis Imam Malik), Alla’ bin Yazid, Daud bin al-

Munjam, Abdul Wahab al-dhahak, Ismail bin Ziyad al-Sukuti dan sebangsa

mereka.

Penilaian moderat tersebut mengajak agar orang bertenggang rasa bila

kondisi tafarrud pada koleksi hadits zawaid di dalam Sunan Ibnu Majah yang

hanya terbentur sifat pribadi seorang perowi dalam rangkaian sanad,

dikompensasikan pada aspek matannya yang disamping amat diperlukan oleh

kalangan fuqoha’ juga sekaligus menyelamatkan sejumlah besar

perbendaharaan hadits.

Itulah sebabnya setelah melalui proses panjang ulama mutaakhirin

berketepatan menempatkan Sunan Ibnu Majah melengkapi jajaran Kutub al-

Sittah sekalipun di nomor terakhir. Hal itu tidak lepas dari keberadaan 1339

hadits zawa’id yang kemudian menjadi bahan bermanfaat bagi pengembangan

hazanah ilmu fiqih.5

Demi melindungi validitas sumber ajaran Islam tentunya layak bila

dalam menyikapi keberadaan hadits koleksi Sunan Ibnu Majah terutama

bagian zawa’id agar mengacu pada pedoman :

Pertama : Hadis-hadis yang terdapat padanannya (keserasian isi matan)

dalam kutub al-khamsah seyogyanyalah langsung dijadikan landasan hujjah.

Kedua : Hadis-hadis yang tergolong zawa’id dan bila terbukti terjadi sifat

tafarrud perlu pemeriksaan rijal pendukung hadis yang bersangkuan. Sekira

4 Ridwan Nashir, Ulumul Hadist dan Mustholahul Hadis (terjemah). (Al-Syarif, Al-Khadijah Jombang : 2006) hal.304

5 Soetari, Endang, Ilmu Hadis, (Amal Bakti Press : Bandung, 1994) hal. 78

Page 7: SUNAN IBNU MAJAH

nama rijalul hadits terseut lazim menjadi pendukung hadits bermutu shahih,

maka hadits tersebut layak dipertimbangkan untuk dipakai.

4. Analisis Kita Terhadap Kitab “Sunan Ibnu Majah”

Seperti yang telah kita singgung di atas bahwa kitab Sunan Ibnu Majah

adalah kitab yang termasuk kategori Kutub al-Sittah. Sebelum kita menelaah

lebih dalam lagi tentang buku ini, ada baiknya terlebih dahulu untuk

membedah data kitab monumental ini. Agar kita lebih terkesan dan tertarik

lagi untuk mengintervensikan diri kita pada bidang hadits.

Ternyata kitab sunan ini tidak semuanya diriwayatkan oleh Ibnu

Majah seperti pikiran orang banyak selama ini. Tapi pada hakikatnya terdapat

di dalamnya beberapa tambahan yang diriwayatkan oleh Abu al-Hasan al-

Qatthany yang juga merupakan periwayat dari “Sunan Ibnu Majah”. Persepsi

ini juga sejalan pada “Musnad Imam Ahmad” karena banyak orang yang

menyangka bahwa seluruh hadits yang di dalamya diriwayatkan seluruhnya

oleh beliau. Akan tetapi sebagian darinya ada juga yang diriwayatkan oleh

Abdullah bin Imam Ahmad dan sebagian kecil oleh Al-Qoth’ii, namun imam

Abdullah lebih banyak meriwayatkan dibanding dengan Al-Qath’ii.

Sedangkan hadits yang terdapat di dalam kitab ini sebanyak 4.341.

Dari jumlah itu ada 3002 hadits yang telah dibukukan oleh penulis kitab As-

Sunnah Al-Sittah. Artinya masih tersisa 1.339 hadits yang diriwayatkan oleh

Ibnu Majah sendiri. Ibnu majah tidak memeberi catatan apa-apa tentang nilai

hadits yang ditulis di dalam kitab sunannya itu. Agaknya penilaian shohih dan

tidaknya diserahkan kepada pembaca yang mau meneliti. Dr. Fuad Abdul Baqi

mencatat, dari 1339 hadits itu terdapat 428 hadits yang bernilai shohih, 199

bernilai hasan, 619 lemah sanadnya dan 99 hadits munkar dan mahdzub.6

6 Muh. Zuhri, Hadis Nabawi : Telaah Historis dan Metodologis, (Tiara Wanacala, Yogya : 1997) hal 178.

Page 8: SUNAN IBNU MAJAH

BAB III

KESIMPULAN

Dari beberapa paparan di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kitab

Sunan Ibnu Majah termasuk kategori Kutubu As-Sittah yang terdiri dari 32 kitab

menurut al-Zahabi, dan 1500 bab menurut Abu Al-Hasan al-Qatthani dan terdiri

dari 4000 hadits menurut Az-Zahabi. Tapi kalau kita teliti ulang lagi dengan

melihat buku yang di tahqiq oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi bahwa kitab ini

berjumlah 37 bab kitab selain dari muqaddimah. Berarti kalau ditambah dengan

muqaddimah maka jumlahnya 38 kitab. Sedangkan jumlah babnya terdiri dari

1515 bab dan 4341 hadits. Hal ini disebabkan akibat adanya perbedaan nasah

kitab hadits yang terdiri dari 4341 hadits ini ternyata 3002 hadits diantaranya telah

ditakhrij oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan yang

lainnya. Dan 1239 hadits lagi adalah tambahan dari Imam Ibnu Majah.

Sedangkan klasifikasi hadits ini terdiri dari empat ratus tiga puluh

delapan hadits diriwayatkan oleh para rijal yang terpercaya dan sanadnya shohih

dan serats sembilan puluh sembilan hadist sanadnya adalah hasan, enam ratus tiga

belas hadits sanadnya dho’if, sembilan puluh sembilan hadits sanadnya adalah

munkar, wahiah dan makdzubah. Oleh sebab itu buku ini dianggap istimewa

disebabkan isinya mayoritas diisi dengan hadits yang shohih, sedangkan hadits

yang munkar dan wahiah hanya sedikit.7

Menurut Syaikh Al-Bany, dalam Sunan ini terdapat sekitar delapan ratus

hadits yang masuk dalam kategori hadits dho’if. Kesalahan dan kehilafan adalah

suatu hal yang biasa namun kehilafan itu akhirnya lebih berarti dari pada tidak

berbuat sama sekali.

Oleh karena itu tidak seyogyanya kita menjadikan hadits-hadits yang dinilai

lemah ata palsu dalam Sunan Ibnu Majah ini sebagai dalil. Kecuali setelah

mengkaji dan meneliti terlebih dahulu mengenai keadaan hadits-hadits tersebut.

Bila ternyata hadits yang dimaksud itu shahih atau hasan, maka ia boleh dijadikan

7 Soetari, Endang, Ilmu Hadis, (Bandung : Amal Bakti Press, 1994) hal. 85

Page 9: SUNAN IBNU MAJAH

pegangan, jika tidak demikian adanya, maka hadits tersebut tidak boleh dijadikan

dalil.

Page 10: SUNAN IBNU MAJAH

PENUTUP

Begitulah sekilas sedikit tentang imam jujur dan berpengetahuan tinggi dan

luas. Ibnu Majah berbagai banyak pengorbanannya kepada islam dalam dunia

pendidikan demi mewujudkan para ulama yang baru yang siap berjuang di jalan

Allah. Semoga Allah merahmatinya selalu. Akhirnya dengan keterbatasan penulis,

penulis minta maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan kehilafan dan tidak

dapat menyuguhkan yang terbaik buat rekan-rekan. Wallahu A’lam.

Page 11: SUNAN IBNU MAJAH

DAFTAR PUSTAKA

Nashir, Ridlwan. Ulumul Hadis Dan Nustholah Hadis. (Al-Syarif Al-Khadijah

Jombang : 2006)

Zuhri, Muh. Hadis Nabi (Telaah Histori Dan Metodologi). (Tiara Wacana, Jogja :

1997)

Endang Sutari. Ilmu Hadis. (Amal Bakti Press : 1994)

Majjah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah. (Bairut : Dar Al-Kutub Al-Alamiyah : 1930)

http://mohdfikri.com/blog/kitabarab/ulum al-hadis sunan ibnu majah.html