Sumber Pustaka

13
8 A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Manusia memerlukan kerja sama karena manusia merupakan makhluk individual yang mempunyai potensi, latar belakang, serta harapan masa depan yang berbeda- beda. kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa kerja sama kehidupan akan punah (Lie, 2002:27). (Lie, A. 2002. Cooperative Learning (Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Penerbit PT Gramedia Sarana Indonesia ) Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan perdebatan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan interaksi yang baik antar individu. Dimana, dalam interaksi tersebut harus ada saling tenggang rasa. Dalam pembelajaran, interaksi tersebut dapat terjadi dan ditemukan dalam proses pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini,”pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari

description

SUMBER PUSTAKA

Transcript of Sumber Pustaka

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Manusia memerlukan kerja sama karena manusia merupakan makhluk individual yang mempunyai potensi, latar belakang, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa kerja sama kehidupan akan punah (Lie, 2002:27). (Lie, A. 2002. Cooperative Learning (Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Penerbit PT Gramedia Sarana Indonesia) Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan perdebatan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan interaksi yang baik antar individu. Dimana, dalam interaksi tersebut harus ada saling tenggang rasa. Dalam pembelajaran, interaksi tersebut dapat terjadi dan ditemukan dalam proses pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini,pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan (Nurhadi, dkk, 2004:61). (Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBL. Malang: UM Press) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebenarnya bukan suatu bentuk pembelajaran yang baru. Para ahli psikologi sosial telah mengembangkan pola kerja kooperatif pada sekitar tahun 1920, sedangkan penekanan pola kerja kooperatif yang diaplikasikan pada pembelajaran di dalam kelas dimulai sekitar 1970 (Noornia, 1997).( Noornia, A. 1997. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode STAD pada Pengajaran Persen di Kelas VI SD Maarif 02 Singosari. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang)

Selanjutnya riset-riset mulai dilakukan para peneliti pendidikan, untuk menemukan berbagai model atau teknik-teknik pembelajaran kooperatif pada pembelajaran di dalam kelas.

Menurut Lie (2002:28), model pembelajaran kooperatif berbeda dengan sekedar belajar dalam kelompok. Perbedaan ini terletak pada adanya unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang tidak ditemui dalam pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Prosedur model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000:6) (Ibrahim, dkk.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya) adalah sebagai berikut: a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b) Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c) Apabila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, agama, etnis dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d) Pembelajaran lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap belajar kooperatif. Sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Lima unsur pokok yang termasuk dalam struktur ini adalah sebagai berikut:

a) Saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok, karena keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggota kelompok untuk saling belajar dan mengajari teman-temannya sehingga teman sekelompoknya paham. Sistem penilaian dalam metode ini mampu memacu siswa yang berkemampuan rendah untuk bekerja tanpa ada rasa minder karena bagaimanapun juga mereka bisa menyumbangkan nilai kepada kelompoknya. Sebaliknya, siswa yang berkemampuan tinggi tidak merasa dirugikan oleh teman yang berkemampuan rendah karena mereka juga telah memberikan sumbangan nilai.

b) Tanggung jawab perseorangan, karena setiap anggota diharuskan bekerja menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan tugas dan pada akhir pembelajaran siswa harus berusaha agar memperoleh nilai yang tinggi agar dia mampu menyumbangkan poin nilai kepada kelompoknya. c) Tatap muka antar anggota, agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk memadukan pikiran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta rasa saling menghargai, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda sehingga dapat memperluas wawasan untuk lebih memahami pelajaran. d) Komunikasi antar anggota, karena dalam proses kelompok ini tiap anggota akan berusaha untuk saling berkomunikasi secara baik dalam rangka mencapai kata mufakat untuk menyelesaikan masalah yang didalam prosesnya mereka harus bisa menggunakan kata-kata yang bijaksana. Hal ini disebabkan karena didalam kelompok terdapat perbedaan latar belakang masing-masing anggota sehingga proses ini dapat memperkaya siswa dalam perkembangan mental dan emosional. e) Evaluasi proses kelompok, karena keberhasilan belajar dari kelompok sangat menentukan tercapainya tujuan belajar. Evaluasi kelompok ini bisa dilakukan setelah beberapa kali kerja kelompok. B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STADPembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru guru yang mulai baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (Slavin, Robert, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media Bandung: 2009) dari berbagai penelitian yang membandingkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode konvensional dalam periode paling sedikit empat minggu, hasilnya secara konsisten menunjukkan keunggulan pembelajaran kooperatif, sepanjang dua sisi pentingnya terpenuhi yaitu :a) Berbagai bentuk pengakuan atau ganjaran kecil harus diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik

b) Harus ada tanggung jawab individual, artinya keberhasilan kelompok itu ditentukan oleh hasil belajar seluruh anggota kelompok.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di dalam pembelajaran dilaksanakan melalui beberapa tahap. Tahap - tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap melaksanakan evaluasi, tahap penghargaan kelompok, dan tahap menghitung ulang skor dasar untuk perubahan kelompok. (Agus Abu, Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Matematika SMA, Tesis Program PASCASARJANA Universitas Negeri Yogyakarta, ( Yogyakarta : Unes, 2011 ) Tahap tahap diatas diuraikan sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini disiapkan materi yang akan disajikan dalam pembelajaran, membagi siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif menentukan skor dasar individu, dan menentukan jadwal kegiatan pembelajaran. Materi yang akan disajikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dirancang sedemikian hingga sesuai dengan bentuk pembelajaran yang diselenggarakan secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, terlebih dahulu dibuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Jumlah anggota dalam setiap kelompok kooperatif tipe STAD adalah 4 5 orang. Kelompok yang dibentuk ini bersifat heterogen secara akademik, yaitu terdiri dari siswa kelompok tinggi, sedang, dan bawah. Selain mempertimbangkan kriteria heterogen lainnya, misalnya jenis kelamin dan latar belakang sosial.

Selanjutnya diinformasikan skor dasar setiap anggota. Skor dasar berasal dari hasil tes individu pada evaluasi sebelumnya.

2. Tahap penyajian kelas

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Selanjutnya guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Seterusnya guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kelompok belajar.3. Tahap kegiatan kelompok

Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator yang memonitor kegiatan kelompok. Untuk kerja kelompok, guru mengerjakannya secara mandiri atau berpasangan dan saling mencocokkan jawabannya atau memeriksa ketepatan jawabannya dengan jawaban teman sekelompoknya. Jika ada anggota kelompok yang belum memahami, maka anggota kelompoknya bertanggungjawab untuk menjelaskan, sebelum meminta bantuan guru.

4. Tahap evaluasi

Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditentukan guru. Pada saat evaluasi ini siswa harus menunjukkan apa yang telah dipelajari dan dipahami saat bekerja dengan kelompoknya. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

5. Penghargaan kelompok

Untuk menentukan bentuk penghargaan kelompok dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menghitung skor individu dan skor kelompok

Perhitungan skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor terdahulu (skor dasar) dengan skor tes akhir (tes setelah kegiatan kelompok) dengan cara ini setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompokb) Memberikan penghargaan prestasi kelompok

Skor kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu yang diperoleh terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok. Menurut Slavin (Slavin, Robert, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media Bandung: 2009, hlm.5) siswa memperoleh poin kelompoknya berdasarkan tingkatan dimana skor kuisnya melampaui skor yang benar , sebagai berikut :Skor dan Nilai Perkembangan

SkorNilai perkembangan

Lebih 10 poin dibawah skor dasar5

10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar10

Sama dengan skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar20

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar30

Hasil sempurna30

Untuk memperlihatkan skor kelompok, catat nilai perkembangan setiap anggota kelompok dan bagi nilai perkembangan dengan jumlah anggota kelompok yang ada. Untuk memberikan nilai prestasi Slavin (Slavin, Robert, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media Bandung: 2009) membuat kriteria sebagai berikut :a. Kelompok dengan rata rata skor 15 sebagai kelompok baik

b. Kelompok dengan rata rata skor 20 sebagai kelompok hebat

c. Kelompok dengan rata rata skor 25 sebagai kelompok super

a. Slavin menyatakan bahwa guru boleh mengubah kriteria tersebut. Salah satu perubahan kriteria tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :b. Kelompok dengan rata rata skor 5 X 10 sebagai kelompok baik

c. Kelompok dengan rata rata skor 10 < X 20 sebagai kelompok hebat

d. Kelompok dengan rata rata skor 20 < X 30 sebagai kelompok super6. Perhitungan ulang skor dan perubahan kelompok

Setelah dua atau tiga kali pertemuan untuk satu periode penilaian pembelajaran kooperatif, dilakukan perubahan kelompok dan perhitungan ulang skor dasar baru untuk bekerja dengan teman yang lain dan memelihara pembelajaran kooperatif tetap segar.

Dengan memperhatikan uraian tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD diatas, terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki keunggulan yaitu :

a) Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa membangun sendiri pengetahuan yang diperoleh lebih bermaknab) Sistem evaluasi dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membangkitkan motivasi siswa berusaha lebih baik untuk diri sendiri dan teman temannya sehingga sifat bekerjasama diantara siswa terjalin dengan baik (Agus Abu, Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Matematika SMA, Tesis Program PASCASARJANA Universitas Negeri Yogyakarta, ( Yogyakarta : Unes, 2011 )