Sumber Hukum Hadits Sunnah

21
SUNNAH (AL-HADITS) SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM

description

photografi

Transcript of Sumber Hukum Hadits Sunnah

Page 1: Sumber Hukum Hadits Sunnah

SUNNAH (AL-HADITS) SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM

SUNNAH (AL-HADITS) SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM

Page 2: Sumber Hukum Hadits Sunnah

A. Pengertian Al-Hadits dan Al-Sunnah

Al-Hadits adalah segala ajaran yang disandarkan kepada

Rasulallah baik perkataan, perbuatan maupun taqrir yang

diriwayatkan para ulama dari generasi ke generasi

sebagai pedoman hidup manusia.

1. Pengertian Al-Hadits

Page 3: Sumber Hukum Hadits Sunnah

2. Pengertian Al-Sunnah

Jadi, pada intinya Alsunnah adalah segala sesuatu yang

datang atau yang dinisbahkan kepada nabi Muhammad

SAW baik ucapan, perbuatan, atau taqrir baik atau sifat

fisik maupun psikis, setelah beliau diangkat menjadi

Rasul maupun sebelumnya.

Secara Bahasa Al-Sunnah artinya adalah jalan yang

dilalui (Perjalanan)

Al-sunnah menurut para ahli hadits adalah segala

perkataan, perbuatan, taqrir, sifat, keadaan, dan tabiat

nabi Muhammad SAW, atau dalam istilah lain ialah sirah

(perjalanan hidup) Nabi Muhammad SAW baik yang

berkaitan dengan maslaah hukum atau tidak.

Page 4: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Sunnah dibagi menjadi tiga yaitu:

• Sunnah Fi’ Ilaiyah

Yakni berupa perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti

tata cara sholat yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW• Sunnah Qauliyah

Yakni berupa perkataan Nabi Muhammad SAW. Seperti

ucapan beliau mengatakan: “tidak syah shalat orang

yang tidak membaca Al-Fatihah.” (H.R Bukhari)

• Sunnah Taqrijiyah

Yaitu berupa ketetapan Nabi Muhammad SAW.bentuknya

bermacam-macam antara lain diamnya nabi Muhammad

SAW ketika melihat atau mendengar perbuatan yang

dilakukan oleh para sahabatnya.

Page 5: Sumber Hukum Hadits Sunnah

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI AL-HADITS

Al-Hadits merupakan sumber ajaran agama islam setelah

Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama

agama islam masih bersifat umum atau global sehingga

membutuhkan penjelasan-penjelasan. Al-Hadits itulah

berfungsi sebagai penjelas Al-Qur’an. Sehingga tanpa Al-

Hadits seseorang tidak dapat memahami Al-Qur’an

secara sempurna. Oleh sebab itu, Allah SWT mewajibkan

hambaNya taat kepadaNya dan RasulNya. Bahkan

seorang yang berpegang teguh kepada keduanya dijamin

hidupnya tidak sesat selama-lamanya, sebagaimana

Firman Allah:

1. KEDUDUKAN AL-HADITS

Page 6: Sumber Hukum Hadits Sunnah

“Hai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan

taatlah pada Rasul dan janganlah kamu merusakkan

(pahala) amal-amalmu.” (QS. Muhammad 47: 33)

Dan firmannya dalam Q.S Annisa 4:59

“Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah

Rasul dan ulil amri diantara kamu …… (Q.S Annisa

4:59)

Dan Juga sabda Rasulallah SAW

“aku tinggalkan buat kamu dua hal yang tidak akan

sesat sesudahnya, yaitu kitabullah (Al-Qur’an) dan

sunnahku (Al-Sunnah).” (H.R Al-Hakim)

Page 7: Sumber Hukum Hadits Sunnah

2. Fungsi Al-Hadits

• Al-Hadits berfungsi menguatkan hukum yang ditetapkan Al-Qur’an.

Fungsi Alhadits terhadap Al-Qur’an adalah sebagai

berikut:

Misalnya: Al-Qur’an menetapkan hukum tentang puasa

sebagaimana firman Allah:

“hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar

kamu bertakwa” (Q.S Al-Baqarah 4:59)

Lalu Al-Sunnah menguatkan dalam sabda Rasulallah SAW

“islam didirikan dalam lima perkara. (yaitu) persaksian bahwa tidak

ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah,

mendirikan Shalat, membayar zakat, berpuasa dibulan Ramadhan,

dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah.” (H.R Bukhari dan

Muslim)

Page 8: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Misalkan: Pernyataan Al-Qur’an tentang kewajiban Shalat dalam

Firman Allah

• Al-Hadits berfungsi memberikan rincian terhadap pernyataan

Al-Qur’an yang bersifat Global

“Dan dirikanlah oleh kamu shalat dan bayarlah zakat …………..

(Q.S Al-Baqarah 2:110)Pernyataan tersebut masih bersifat umum, kemudian Al-Hadits

merincinya secara operasional yakni Shalat Wajib dan Shalat

sunah

Dari Thahlah Bin Ubaidillah, bahwasanya telah datang seorang

Arab Badui kepada Rasulallah SAW dan berkata: “Wahai

Rasulallah, beritahukan kepadaku shalat apa yang difardukan

kepadaku?” Rasulallah berkata: “shalat lima waktu yang lainnya

sunah ………….. (H.R Bukhari dan Muslim)

Page 9: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Misalkan: Al-Qur’an mensyariatkan tentang wasiat

sebagaimana firman Allah:

• Al-Hadits membatasi kemutlakan yang dinyatakan oleh Al-Qur’an.

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu

kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan

harta yang banyak, berwasiat untuk ibu, bapak, dan

kerabatnya secara ma’ruf. Ini kewajiban atas orang-orang

yang bertaqwa. (Q.S Al-Baqarah 2:180)

Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari

dan Muslim Rasulallah memberikan batasan bahwa

wasiat harta tidak boleh lebih dari sepertiga harta yang

ditinggalkan

Page 10: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Misalkan: Al-Qur’an mengharamkan memakan bangkai

dan darah sebagaimana firman Allah

• Al-Hadits memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al-

Qur’an yang bersifat Umum.

“diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging

babi, daging yang disembelih atas nama selain Allah,

yang dicekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,

yang dimakan bintang buas kecuali kamu sempat

menyembelihnya, dan yang disembah untuk berhala. Dan

diharamkan pula bagimu mengundi nasib dengan anak

panah, yang demikian itu adalah kefasikan.” (Q.S Al-

Maidah 5:3)

Page 11: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Al-Hadits memberikan pengecualian dengan membolehkan

memakan bangkai tertentu, sebagaimana dalam hadits:

Dari Ibnu Umur Ra, Rasulallah SAW bersabda : “dihalalkan kepada

kita dua bangkai dan dua darah. Adapun bangkai itu adalah

bangkai ikan dan belalang dan dua darah itu adalah hati dan

limpa.” (H.R Ahmad, Asy Syafi’I, Ibnu Majah, Baihaqi, dan

Danuquthni)

Page 12: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Misalkan: Al-Qur’an belum menentukan tentang keharaman

binatang yang mempunyai taring dan burung yang bercakar.

Alhadits kemudian menetapkan hukumnya sebagaimana

tersebut dalam Hadits Rasulallah:

• Al-Hadits menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh

Al-Qur’an

“Rasulallah melarang semua yang memiliki taring dari

binatang dan semua burung yang bercakar.” (H.R Muslim dan

Ibnu Abbas)

Page 13: Sumber Hukum Hadits Sunnah

C. SEJARAH PEMBUKUAN AL-HADITS

1. Periwayatan Secara Lisan

2. Penulisan dan Pembukuan Hadits

3. Seleksi Hadits

Proses pembukuan Al-Hadits memiliki tiga tahapan yaitu

sebagai berikut:

Page 14: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Fase ini berlangsung selama masa Rasulallah SAW dan para

sahabat beliau. Hal ini karena adanya larangan menulis hadits

pada masa tersebut sebagaimana larangan beliau dalam

sabdanya:

1. Periwayatan Secara Lisan

“janganlah kamu tulis apa yang telah kamu terima dariku selain

Al-Qur’an. Siapa yang menulis selain Al-Qur’an hendaklah

menghapusnya. Ceritakan apa yang kamu terima dariku, itu tidak

apa-apa. Siapa sengaja berdusta maka atas namaku ia telah

menyeret tempat duduknya kedalam neraka.” (H.R Muslim)

Pelarangan tersebut dikarenakan adanya kekhawatiran penodaan

terhadap keaslian Al-Qur’an oleh karena itu hanya orang-orang

tertentu yang beliau izinkan untuk menulisnya. Seperti yang

dilakukan Syah dari Yaman.

Page 15: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Fase ini dimulai pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (berkuasa

99-101 H/717-719 M) dari Bani Umayah. Khalifah memerintahkan

kepada Az-Zuhri untukmengumpulkan dan menulis hadits. Kitab

yang muncul pada fase ini adalah Al-Muwaththa (144 H) karya

Imam Malik yang memuat 1.720 Hadits, dan Al-Musnad Asy-Syafi’I

karya Imam Syafi’i

2. Penulisan dan Pembukuan Hadits

Page 16: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Fase ini dimulai pada awal abad 3 H. pada fase ini Hadits

ini berhasil dipisahkan dari fatwa para sahabat. Musa Al-

Abassy, Ahmad Bin Hanbal, dan lain-lain berhasil

menyusun Musnad (kitab Hadits berdasarkan sanad) ,

sekalipun belum disisihkan hadits dha’if (lemah)nya.

Kemudian muncul Kitab-kitab hadits yaitu Shahih

Bukhari, karya Muhammad Bin Isma’il Al-Bukhari (194-

256 H) dan Shahih Muslim karya Imam Muslim Bin Hajjah

bin Muslim Al-Qusyairy (204-261 H)

3. Seleksi Hadits

Page 17: Sumber Hukum Hadits Sunnah

D. MACAM-MACAM HADITS

Jenis-jenis hadits atau macam-macam hadits dapat dilihat dari dua

segi, yaitu:

1. Dari segi Kuantitas

(jumlah periwayatnya)

2. Dari segi kualitas

(diterima dan ditolaknya)

Page 18: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Dari segi kualitas atau dari segi jumlah periwayatnya, hadits dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Hadits Mutawatir

2. Hadits Ahad

Page 19: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Yaitu diriwayatkan oleh sejumlah orang (minimal 8 orang) pada

setiap tingkatan/angkatan (sandaran periwayatan) yang

menurut kebiasaan mustahil mereka sepakat untuk berdusta

1. Hadits Mutawatir

2. Hadits Ahad

Yaitu diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai

jumlah mutawatir. Hadits Ahad ini terbagi kepada beberapa

jenis, diantaranya masyhur (terkenal, periwayatan 3-7 orang

orang pertingkatan sanad), Aziz (Baik, periwayatan 2 orang), dan

Gharib (periwayatan seorang)

Page 20: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Bila ditinjau dari kualitas periwayatannya, maka hadits dibagi

menjadi tiga yaitu:

1. Hadits Shahih

2. Hadits Hasan

3. Hadits Dha’if

Page 21: Sumber Hukum Hadits Sunnah

Yaitu hadits yang diriwayatkan dari periwayat yang adil, baik

akhlaknya dan jauh dari sifat fasik, sempurna ingatannya,

sanadnya bersambung, isinya tidak berbelit-belit, dan tidak

janggal serta periwayatannya tidak ditolakoleh para ahli hadits.

1. Hadits Shahih

2. Hadits Hasan

Yaitu hadits yang memenuhi syarat Hadits shahih, tetapi orang

yang meriwayatkannya kurang kuat ingatannya.

3. Hadits Dha’if

Yaitu hadits yang tidak lengkap syaratnya atau tidak memiliki

syarat yang terdapatdalam hadits Shahih dan Hadits Hasan.