Sumber Bab VI

10
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam peradaban manusia modern dikenal adanya tiga sumber daya, yaitu: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya teknologi. Diantara ketiga sumber daya tersebut, sumber daya manusia merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan suatu negara. Menurut Broto Wasisto (2003: 23), sumber daya manusia merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan suatu bangsa dan mutunya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan manusia. Pendidikan memegang peranan sentral dalam pembangunan bangsa dan negara, karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan yang diberikan saat ini. Pendidikan berperan sebagai dasar dalam membentuk kualitas manusia yang mempunyai daya saing dan kemampuan dalam menyerap teknologi yang akan dapat meningkatkan produktivitas. Hal ini berarti, kondisi pendidikan suatu masyarakat mencerminkan kualitas sumber daya yang mendukung laju percepatan pembangunan pada umumnya. Pentingnya peran dari pendidikan menandakan bahwa pembangunan sektor pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan sumber daya manusia. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang lebih pada sektor pendidikan dengan ditetapkannya sejumlah undang-undang yang terkait dengan pendidikan, di antaranya adalah UU Nomor 20 Tahun 2003

description

nelayan

Transcript of Sumber Bab VI

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dalam peradaban manusia modern dikenal adanya tiga sumber daya, yaitu:

    sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya teknologi. Diantara

    ketiga sumber daya tersebut, sumber daya manusia merupakan salah satu aspek

    terpenting dalam pembangunan suatu negara. Menurut Broto Wasisto (2003: 23),

    sumber daya manusia merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan

    suatu bangsa dan mutunya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu

    diantaranya adalah pendidikan.

    Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan

    dan ketrampilan manusia. Pendidikan memegang peranan sentral dalam

    pembangunan bangsa dan negara, karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan

    bahkan watak bangsa di masa akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan

    yang diberikan saat ini. Pendidikan berperan sebagai dasar dalam membentuk

    kualitas manusia yang mempunyai daya saing dan kemampuan dalam menyerap

    teknologi yang akan dapat meningkatkan produktivitas. Hal ini berarti, kondisi

    pendidikan suatu masyarakat mencerminkan kualitas sumber daya yang

    mendukung laju percepatan pembangunan pada umumnya.

    Pentingnya peran dari pendidikan menandakan bahwa pembangunan

    sektor pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan sumber

    daya manusia. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia memberikan perhatian

    yang lebih pada sektor pendidikan dengan ditetapkannya sejumlah undang-undang

    yang terkait dengan pendidikan, di antaranya adalah UU Nomor 20 Tahun 2003

  • 2

    tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

    Dosen (yang menjadi landasan untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan

    dosen), dan UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan.

    Berbagai undang-undang akan menjadi payung hukum dalam penyelenggaraan

    pendidikan di Indonesia agar mampu meningkatkan kualitas SDM dan membuka

    akses seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

    pendidikan berkualitas (Muhammad Ali, 2009: 2)

    Selain berbagai undang-undang tersebut, upaya lainnya yang dilakukan

    oleh pemerintah untuk memeratakan pendidikan dilaksanakan melalui kebijakan

    pendidikan Gerakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Maksud

    dan tujuan pelaksanaan wajib belajar ini adalah memberikan pelayanan kepada

    masyarakat untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh

    kemampuan orang banyak. Umi Litsyaningsih (2004: 22) menyatakan

    memperoleh kesempatan pendidikan khususnya pendidikan dasar merupakan

    prioritas utama dalam pembangunan pendidikan nasional. Hal tersebut sebagai

    pengejawantahan Undang-Undang Dasar 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan

    Negara yang mengamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat

    pengajaran dan pemerintah berkewajiban memperluas kesempatan pendidikan.

    Di tingkat internasional perwakilan-perwakilan dari 189 negara

    menandantangani deklarasi yang disebut sebagai Millennium Declaration yang

    mengandung 8 poin tujuan yang dinamakan sebagai Millennium Development

    Goals (MDGs). Di Indonesia MDGs disebut sebagai Tujuan Pembangunan

    Milenium. Dari ke delapan tujuan tersebut mencapai pendidikan dasar untuk

    semua (education for all) merupakan tujuan kedua dari Millenium Development

  • 3

    Goals (MDGs). Tujuan ini memiliki target untuk menjamin bahwa sampai dengan

    tahun 2015, semua anak, di manapun, laki-laki dan perempuan, dapat

    menyelesaikan sekolah dasar (primary schooling) dengan gratis dan berkualitas

    (World Bank, 2004: 1).

    Pendidikan di sekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan mempersiapkan mereka melanjutkan kejenjang pendidikan menengah pertama (Suharjo, 2006: 1). Hal senada juga diungkapkan oleh Mudjito AK (2008: 1) bahwa,

    pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD) sebagai tahapan pertama dalam

    pendidikan dasar merupakan jenjang yang paling mendasar dan merupakan

    fondasi pendidikan. Sekolah Dasar memegang peranan sangat penting karena

    mempengaruhi keberhasilan pada jenjang berikutnya. Jika seorang anak selama

    mengenyam pendidikan di SD mendapatkan layanan pendidikan dengan baik,

    maka akan lebih besar peluang sukses pada jenjang pendidikan berikutnya.

    Merupakan suatu realitas yang tak terbantahkan bahwa, sampai saat ini

    dunia pendidikan Indonesia masih dihadapkan pada tantangan besar untuk

    mencerdaskan anak bangsa terutama dalam hal pemerataan kesempatan dan

    kualitas pelayanan pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan sekolah dasar.

    Meskipun hampir seluruh anak usia 7-12 tahun sudah bersekolah, masih terdapat

    sebagian anak yang sudah tidak lagi meneruskan pendidikannya atau mengalami

    putus sekolah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2010: 167-169)

    pada tahun 2009, proporsi penduduk Indonesia yang tidak besekolah lagi atau

    mengalami putus sekolah usia 7-12 tahun adalah 0,89%. Jika dilihat berdasarkan

    daerah tempat tinggal, proporsi penduduk yang tidak bersekolah lagi atau

  • 4

    mengalami putus sekolah untuk usia 7-12 tahun di perkotaan adalah 0,68% dan

    untuk daerah perdesaan adalah 1,06%. Jika dilihat berdasarkan provinsi,

    persentase anak usia 7-12 yang mengalami putus sekolah untuk Provinsi Maluku

    adalah 0,99%. Di daerah perkotaan, proporsi anak usia 7-12 yang mengalami

    putus sekolah di Provinsi Maluku adalah 0,93% dan daerah pedesaan adalah

    1,33%.

    Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa masih banyaknya anak

    usia sekolah yang tidak sekolah atau mengalami putus sekolah, juga dialami oleh

    anak-anak yang berada di pedesaan yang terdapat di Provinsi Maluku,

    sebagaimana yang ditemukan peniliti di Desa Supulessy Kecamatan Tehoru

    Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Berdasarkan hasil wawancara

    prasurvei pada tanggal 20 Agustus 2011 dengan kepala sekolah SD Negeri

    Supulessy diketahui bahwa, masih banyak anak yang mengalami putus sekolah

    setiap tahunnya. Selama tahun ajaran 2010/2011 saja, anak yang mengalami putus

    sekolah berjumlah 9 seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 1. Jumlah Siswa dan Siswa Putus Sekolah di SD Negeri Supulessy Berdasarkan

    Tahun Ajaran 2010/2011

    No KelasBanyaknya

    Siswa Jumlah Siswa

    Siswa yang Putus Sekolah Jumlah Siswa yang

    Putus Sekolah % L P L P

    1. Ia 14 16 30 - - - -2. Ib 17 11 28 - - - -3. IIa 13 17 30 - - - -4. IIb 16 13 29 2 - 2 6,95. III 18 17 35 - - - -6. IV 19 16 35 - - - -7. V 10 18 28 1 3 4 14,298. VI 15 12 27 1 2 3 11,11

    Total 122 120 242 4 5 9 3, 72Sumber: Data SD Negeri Supulessy

  • 5

    Berdasarkan uraian pada tabel 1, terlihat bahwa anak yang mengalami

    putus sekolah dan yang paling banyak berasal dari kelas tinggi yaitu kelas V

    berjumlah 4 anak dan kelas VI berjumlah 3 anak. Keadaan ini sudah seharusnya

    mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, baik itu perhatian dari pemerintah,

    sekolah maupun oleh keluarga. Goode (T. O. Ihromi, 2004: 67) mengemukakan

    bahwa keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikannya

    sesungguhnya tidak hanya memperlihatkan mutu dari institusi pendidikan saja.

    Tapi juga memperlihatkan keberhasilan keluarga dalam memberikan anak-anak

    mereka persiapan yang baik untuk keberhasilan pendidikan yang dijalani. Hal ini

    berarti, keluarga merupakan pihak yang paling penting dalam menunjang

    keberhasilan pendidikan anak.

    Perhatian dari keluarga khususnya orang tua sangat menentukan

    keberlanjutan dan keberhasilan pendidikan anaknya. Perhatian yang diberikan

    oleh orang tua terhadap anak sangat diperlukan karena orang tua adalah pembina

    pribadi yang pertama dalam hidup anak. Bentuk perhatian orang tua dapat berupa

    perhatian dalam kegiatan belajar anak, memberikan motivasi atau dorongan untuk

    tetap bersekolah dan memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah anak.

    Masalahnya adalah masih ditemui sebagian orang tua yang tidak

    memberikan perhatian pada proses pendidikan anaknya. Terdapat orang tua yang

    tidak mengontrol dan mengawasi jam belajar ataupun sekedar menemani anak

    pada saat sedang belajar. Terkadang orang tuapun kurang memberikan motivasi

    serta tidak memperdulikan sarana dan prasarana sekolah untuk anak. Kurangnya

    perhatian orang tua tersebut diduga merupakan salah satu penyebab anak sampai

  • 6

    mengalami putus sekolah seperti yang terjadi di SD Negeri Supulessy. Hal ini

    didasarkan pada hasil wawancara singkat tanggal 25 Agustus 2011 dengan

    beberapa orang siswa yang menyatakan bahwa, orang tua mereka jarang sekali

    mengawasi atau menemani mereka ketika belajar di rumah.

    Kurangnya perhatian orang tua pada kegiatan belajar anak dikarenakan

    sebagian orang tua yang menganggap masalah belajar adalah urusan sekolah.

    Ketika mereka menyerahkan anaknya ke sekolah, maka tanggung jawab

    sepenuhnya terletak pada sekolah yang bersangkutan. Orang tua merasa sudah

    selesai tugasnya bila sudah menyekolahkan anaknya dan membayar SPP. Mereka

    kurang memperhatikan keperluan sekolah yang berkaitan dengan kebersihan

    seragam, kondisi sepatu, maupun buku pegangan siswa. Orang tua juga kurang

    memperhatikan terhadap pekerjaan rumah (PR) anak (Siskandar, 2008: 668).

    Persepsi atau pandangan orang tua tersebut mengindikasikan bahwa masih

    kurangnya pemahaman orang tua akan arti penting pendidikan untuk anak. Orang

    tua yang memiliki persepsi dan pemahaman yang sejalan dengan konsep

    pendidikan anak yang dikembangkan dalam suatu lembaga pendidikan, akan

    dengan sukarela menyumbangkan tenaga, pikiran dan emosinya untuk pendidikan

    anaknya. Sebaliknya, apabila pemahaman dan persepsi orang tua tentang konsep

    pendidikan tidak sejalan dengan konsep yang dikembangkan, akan timbul keragu-

    raguan untuk melibatkan diri baik secara fisik maupun psikis dan emosional

    dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anaknya (Halim Malik, 2011).

  • 7

    Melihat kondisi tersebut, adalah wajar jika masalah pendidikan di

    Kabupaten Maluku Tengah khususnya yang terkait dengan perhatian orang tua

    pada pendidikan anak putus sekolah di Desa Supulessy diangkat dan dijadikan

    sebagai alternatif untuk meningkatkan pendidikan penduduk untuk mencapai

    masa depan yang lebih baik.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan paparan latar belakang di atas, dapat diperoleh gambaran

    mengenai masalah-masalah yang terdapat di Desa Supulessy yang terkait dengan

    perhatian orang tua pada pendidikan anak di sekolah dasar, antara lain:

    1. Masih terdapat anak yang mengalami putus sekolah atau tidak menyelesaikan

    pendidikan di sekolah dasar di Desa Supulessy.

    2. Perhatian orang tua pada pendidikan anak di Desa Supulessy masih kurang.

    3. Bentuk-bentuk perhatian yang dilakukan orang tua pada pendidikan anak di

    Desa Supulessy belum begitu jelas.

    4. Masih adanya kendala orang tua untuk memberikan perhatian pada pendidikan

    anak.

    5. Pandangan atau persepsi serta pemahaman yang salah dari orang tua akan

    menyebabkan rendahnya perhatian orang tua akan pendidikan anak,

    khususnya untuk terus melanjutkan pendidikan anaknya hingga selesai.

    6. Belum teridentifikasinya upaya atau strategi yang dilakukan oleh pihak

    sekolah untuk meningkatkan perhatian orang tua pada pendidikan anak di

  • 8

    sekolah, sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan anak yang putus

    sekolah.

    C. Fokus Penelitian

    Berdasarkan identifikasi permasalahan yang terkait dengan perhatian

    orang tua pada pendidikan anak di sekolah dasar maka, dalam penelitian ini

    difokuskan pada empat permasalahan yaitu: pertama, terkait dengan bentuk-

    bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Bentuk perhatian orang tua

    yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perhatian dalam kegiatan belajar anak,

    pemberian motivasi, serta pemenuhan fasilitas sekolah oleh orang tua kepada

    anaknya. Kedua, terkait dengan hubungan perhatian orang tua dengan putus

    sekolah. Perhatian dalam penelitian ini adalah bentuk kesadaran dan kepedulian

    orang tua terhadap pendidikan anak, sedangkan yang dimaksud dengan putus

    sekolah dalam penelitian ini adalah terhentinya proses pendidikan anak dalam

    menyelesaikan pendidikan dasar dan mereka oleh karena itu tidak memiliki ijazah

    SD.

    Ketiga, mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh orang tua dalam

    memberikan perhatian pada pendidikan anaknya di sekolah dasar. Keempat,

    adalah upaya atau strategi sekolah untuk mengatasi permasalahan putus sekolah,

    dalam hal ini adalah strategi pihak sekolah untuk lebih mendorong agar orang tua

    lebih memberikan perhatian pada pendidikan anaknya.

  • 9

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, adapun rumusan masalah secara khusus yang

    akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah bentuk-bentuk perhatian orang tua terhadap proses pendidikan

    anak di sekolah dasar?

    2. Bagaimanakah hubungan antara perhatian orang tua dengan anak putus

    sekolah di sekolah dasar?

    3. Apa saja kendala-kendala orang tua dalam memberikan perhatian pada

    pendidikan anak?

    4. Bagaimanakah strategi pihak sekolah untuk mengatasi permasalahan anak

    yang putus sekolah?

    E. Tujuan Penelitian

    Sejalan dengan permasalahan di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perhatian orang tua terhadap proses

    pendidikan anak di sekolah dasar.

    2. Untuk mengetahui hubungan perhatian orang tua dengan putus sekolah di

    sekolah dasar.

    3. Untuk mengetahui kendala-kendala orang tua dalam memberikan

    perhatian pada pendidikan anak.

    4. Untuk mengetahui strategi pihak sekolah dalam meningkatkan perhatian

    orang tua pada pendidikan anaknya di sekolah dasar, untuk mengatasi

    permasalahan anak yang putus sekolah.

  • 10

    F. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran kepada para

    orang tua untuk lebih memperhatikan pendidikan anaknya khususnya pada jenjang

    pendidikan sekolah dasar. Selain para orang tua, penelitian ini diharapkan dapat

    menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk mendukung pemerintah khususnya

    pemerintah daerah, dalam menyusun suatu program yang berkontribusi bagi

    pemerataan pembangunan daerah terutama di bidang pendidikan wilayah

    pedesaan.

    Di samping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

    tentang penelitian ilmiah, khususnya di bidang pendidikan. Hal ini akan

    mencakup manfaat sebagai masukan dan pedoman bagi pelaku kebijakan

    pendidikan pada masa yang akan datang, dan bermanfaat sebagai bahan rujukan

    dan tambahan khasanah pustaka, serta dapat dijadikan sebagai bahan refrensi

    penelitian lebih lanjut bagi para peneliti yang akan datang.