Suluh MHSA XIII

48
1 SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

description

Majalah Berita & Kebudayaan Madura

Transcript of Suluh MHSA XIII

Page 1: Suluh MHSA XIII

1SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Page 2: Suluh MHSA XIII

2 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Page 3: Suluh MHSA XIII

3SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

SAPATORIAL

Sineas Garin Nugroho mengangkat kisah per-juangan tokoh-tokoh multikulturalisme Soekarno, Mohammad Hatta, KH Hasyim Asyari dan Ki Hajar Dewantara ke dalam sebuah layar lebar. Ini sebagai bentuk kepedulian bahwa multikulturalisme dewa-sa ini telah ditempatkan di ruang yang amat sempit dari yang seharusnya luas di dalam kehidupan ber-bangsa.

Garin ingin menempatkan kebhinnekaan seba-gai lintas batas dan perang selalu berakhir dengan kenestapaan. Sekedar menyebut contoh, tokoh kebhinekaan yang berjuang dengan taktik strategi silent diplomacy, Soegijapranata, Uskup Agung (Monsegneur = Mgr) pertama dari kalangan pribu-mi berperan besar saat pecah perang lima hari di Semarang antara pemuda melawan Jepang yang menyerah (15-20 Okrober 1945). Dengan kecekatan diplomasi mereka mampu mendialogkan pimpinan tentara sekutu dan Jepang di gereja Gedangan un-tuk segera menghentikan perang lima hari itu. Film ini bukan sebagai film dakwah, melainkan mengajak penontonya untuk menata kembali kerakter sebagai bangsa yang luhur.

Di India, Gandhi merupakan tokoh multikul-tural yang penuh toleransi dan anti kekerasan. Ba-pak bangsa pada awalnya memang seperti itu, an-tikekerasan. Namun entah apa yang terjadi, bapak bangsa mutakhir menjadi lebih binal dan menular kepada generasi muda lainnya dalam sebentuk tawuran. Betapa perkasanya anak-anak bangsa merusak, melukai, dan membunuh sesamanya untuk tujuan yang juga tidak diketahui dengan je-las. Tetapi wajah perusuh dan pentawur di televisi, mereka merasa gagah dan tak mau peduli pada sesama, pada bangsanya. Padahal, tawuran dalam bahasa yang lain sebentuk pamer diri sebagai priba-di yang tidak kreatif-inovatif dan bangga pula.

Padahal, kesadaran multikultur sebenarnya sudah muncul sejak NKRI terbentuk. Namun di

masa orba, kesadaran tersebut dipendam atas nama kesatuan dan persatuan. Saat itu, monokulturalisme ditekankan. Akibatnya, sampai saat ini wawasan mul-tikulturalisme masih rendah. Indonesia di bawah orba tidak ditegakkan melalui multikulturalisme. Indonesia ketiak itu berkembang biak dalam asbak dalam keser-agaman yang menakutkan. Multikulturalisme sebagai ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik individual maupun secara ke-budayaan.

Para pendiri republik ini sangat menghargai plural-isme, perbedaan (multikulturalisme) baik dalam kon-teks sosial maupun politik. Bahkan pencoretan “tujuh kata” dalam Piagam Jakarta, dipahami dalam konteks menghargai sebuah multikulturalisme dalam arti luas. Kemudian sebuah ideologi yang diharapkan mampu menjadi jalan tengah sekaligus jembatan yang menjem-batani terjadinya perbedaan dalam negara Indonesia (Pancasila), yang seharusnya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan kelompok sosial yang multikultur-al, multietnis, dan agama ini.

Diskursus tentang multikulturalisme ini menjadi menarik didialogkan. Terutama menyangkut sejarah-kebudayan, kemajuan SDM-iptek dan isu global-in-ternasional yang masuk ke NKRI. Dalam konteks ini, seringkali dilupakan bagaimana bangsa pada awalnya berdiri. Generasi muda menjadi seonggok warga yang melupakan nilai-nilai sejarah dan enggan belajar dari masa lalu meski Bung Karno mengatakan jangan (sekali-kali) melupakan sejarah. Semangat kebangsaan untuk menyadari walau berbeda-beda kita tetap satu tujuan hilang dari ingatan kolektif warga republik ini.

Multikulturalisme di negeri ini merupakan aki-bat dari kondisi sosio-kultural geografis yang begitu beragam dan luas. Secara geografis geografis, nu-santara memiliki banyak pulau yang dihuni sekelom-pok manusia yang membentuk suatu masyarakat tertentu. Dari masyarakat terbentuk kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri dan berimbas pada keberadaan dan keberagaman kebudayaan. Dalam multikulturalisme terdapat kaitan erat bagi pemben-tukan masyarakat yang berlandaskan Bhineka Tunggal Ika untuk mewujudkan kebudayaan komunal-nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Hanya, dalam atmosfer kehidupan bangsa, multikulturalisme menderita sangkarut. (*)

SENGKARUTMULTIKULTURALISME

SULUH MHSA edisi Juni-Juli 2012

DEWAN REDAKSIMH Said Abdullah, Januar Herwanto,

Moh Rasul Junaidy.

PEMIMPIN REDAKSI Abrari Alzael

SEKRETARIS REDAKSI Zeinul Ubbadi LAY OUTER

Ahmed DavidREPORTER Ahmad Sai, Veros Afif

FOTOGRAFERSaiful Bahri

BIRO-BIROSampang: Mamak,

Pamekasan: Syah Manaf, Sumenep:

Fauzi, Bangkalan: Safi’, Jakarta: Alwi Assegaf Koresponden: Rozaki

(Jogja), Firdhia Lisnawati (Bali)

AE: Deddy PrihantonoPEMASARAN Abu Sholeh

ALAMAT REDAKSI Jalan Adirasa 5-7 Sumenep

69417 tel. 0328-674374 faks. 0328-661719. email: [email protected].

web : www.suluhmhsa.com.

cover by david

Surat pembaca

Saat ini masyarakat Madura khususnya di Kabupaten Pamekasan dan Sumenep sedang giat mengolah sawah

dan merawat tanaman tembakaunya. Mereka sangat ber-harap bisa meraup untung dari hasil tanaman ini.

Oleh karenanya pemerintah harus benar-benar serius men-gawala tata niaga tembakau yang selama ini masih cendrung hanya menguntungkan para tengkulak dan pihak gudang. Petani sangat berharap, minimal harga tembakau sama den-gan harga tahun lalu.

Khairul MufidWarga Desa Gingging Bluto Sumenep

Tembakau, Pemerintah jangan tutup mata

Page 4: Suluh MHSA XIII

4 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

SULUH UTAMA

Isu multikulturalisme yang terus menguat karena dipandang bisa membantu dan merekatkan in-

tegrasi bangsa. Apalagi, integrasi bangsa selama ini dibangun ber-dasarkan politik kebudayaan se-ragam dianggap tidak lagi relevan dengan kondisi dan semangat demokrasi global yang juga men-ingkat sejalan dengan reformasi tersebut.

Tidak ada yang menghendaki hidup bercerai-berai hanya karena alasan berbeda satu sama lainnya

dalam hal etnis, bahasa, keyakinan, kebiasaan, makanan, dan lain-lain. Panikos Panayi (2000) memuncul-kan bentuk-bentuk keberagaman/anekawarna/perbedaan itu dapat dilihat dari dua hal.

Pertama, perbedaan secara biol-ogis mencakup jenis kelamin, usia, intelektual, dan ras. Kedua, per-bedaan berdasarkan kondisi sosial budaya yang mencakup suku bang-sa yang berhubungan dengan adat-istiadat, kesenian, pakaian, bahasa, teknologi, sistem pengetahuan, ci-

ri-ciri fisik, ritual, makanan khas/ tradisional, dan kesamaan dalam tata nilai, pandangan tentang jagad raya, dan keyakinan.

Sejak abad XX, para antrop-log telah memikirkan cara untuk menangkal semakin menguatnya faham etnosentrisme pada suatu masyarakat multikultural sebagai akibat terjadinya persinggungan budaya yang beranekaragam dan semakin kompleks. Salah satu cara yang digalakkan adalah mem-berikan suatu pemahaman yang

Perekat Integrasi BangsaMULTIKULTURALISME

TARI BUDAYA: Dua orang gadis tampak sedang memeragakan tari tradisional Madura dalam sebuah seminar tentang multikulturalisme di Bangkalan.

foto: abrari/sm

Page 5: Suluh MHSA XIII

5SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

disebut dengan relativitas budaya atau kenisbian budaya. Faham ini menyebut suatu kebudayaan tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah.

Ini berarti harus ada yang mem-berikan penghargaan setara ke-pada semua adat-istiadat. Dengan demikian penilaian tidak boleh di-dasarkan pada pengalaman pribadi yang ditafsirkan setiap individu dengan ukuran dalam kebudayaan sendiri. Memahami kebudayaan harus mampu memahami kom-pleksitas simbolisme dalam unsur-unsur kebudayan.

Dalam konsep relativitas bu-daya, tidak satupun budaya atau tradisi yang dapat dicap aneh, ren-dah, kuno, atau menjijikkan hanya karena ia berbeda. Sebab kebu-dayaan menurut konsep nilai-sim-bol telah melekat pada kebudayaan itu sendiri. Ideologi multikultural-isme merupakan suatu kebijakan dan pendekatan budaya yang bero-rientasi pada prinsip-prinsip pele-starian budaya dan saling menghor-mati di antara kelompok-kelompok budaya dalam suatu masyarakat. Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang ideal dima-na kelompok-kelompok masyarakat dapat hidup secara harmonis, be-bas untuk melestarikan kebiasaan-kebiasaan agama, linguistik atau sosial, persamaan dalam hal akses sumber daya dan pelayanan, hak-hak sipil, kekuatan politis, dan lain-lain (Dufty, 1986).

Secara sederhana multikul-turalisme tidak hanya berarti keberagaman budaya, tapi yang teramat penting adalah adanya pengakuan bahwa sebuah negara dan masyarakat adalah beragam dan majemuk. Makna pengakuan dan penghargaan di sini adalah ke-mampuan melihat bahwa berbagai

perbedaan unsur budaya itu ada-lah suatu realitas yang tidak perlu dipertentangkan. Perbedaan bu-kanlah suatu hal yang negatif, tapi sebaliknya memberikan pengaruh positif agar kita mampu menjadi manusia multikultural.

Pendekatan multikultural be-rangkat dari suatu keadaan yang baru, yaitu keberadaan dua atau lebih kebudayaan berbeda yang hidup berdampingan. Multikul-tural adalah sebuah pendekatan yang mengakui keberagaman bu-daya yang ada dan memfokuskan bahasannya mengenai pengenalan dan hidup berdampingan dengan kebudayaan-kebudayaan yang ber-beda dengan prinsip kesetaraan bagi setiap individu.

Multikulturalisme ini tidak tidak hanya menyeruak di Indo-nesia, tetapi juga di manapun. Di Prancis misalnya, kedatangan para imigran Arab ke negerinya Napoléon Bonaparte pada akhir abad ke-19, menyebabkan Prancis tidak lagi dihuni bangsa kulit putih saja. Kalangan imigran yang seba-gian besar berasal dari Aljazair dan Maroko mendiami negeri itu untuk bekerja, dan akhirnya memiliki keturunan di sana, sehingga turut memperkaya keberagaman etnis penduduknya selain etnis lokal seperti Korsika, Normandia, dan Bretonne.

Peneliti di bidang sejarah Pran-cis dan etnologi, Magali Morel mengurai status negara-negara di sebagian besar wilayah Afrika Barat dan Utara, termasuk Aljazair dan Maroko, masih dalam kekua-saan atau koloni Prancis. Seiring terjadinya Perang Dunia I dan II, banyak tentara dibutuhkan un-tuk membantu Prancis melawan kependudukan Jerman, termasuk para tentara dari negara-negara

koloninya tersebut. Pasca perang, Prancis banyak membutuhkan tenaga kerja kasar untuk memban-gun kembali negerinya yang porak poranda, sehingga semakin banyak imigran yang datang ke negeri itu untuk bekerja, kemudian menetap di sana.

Kakek moyangnya Magali juga termasuk salah seorang imigran yang dimaksud. Kemudian, sejak dikeluarkannya UU tentang peng-gabungan keluarga (Regroupement Familial), para imigran ini mem-boyong istri mereka dan sekaligus melahirkan anak di sana, sehingga komposisi penduduk Prancis tidak hanya warga Prancis asli maupun para imigran, melainkan juga war-ga Prancis keturunan. Ini hanya contoh bahwa asimilasi itu terjadi di manapun yang berbasis multi-kulturalisme.

Soal keragaman ini, merupakan anugerah dan realitas sosial yang tidak bisa ditolak. Yang terpent-ing adalah adanya kehendak untuk memahami, menghargai, mengakui dan menerima keberagaman yang sudah menjadi realitas sosial. Me-mahami kebudayaan lain bukan be-rarti lalu menerima dan memprak-tekkannya.

Sebenarnya, sudah lama negeri ini berpijak pada masyarakat Bhin-neka Tunggal Ika. Tetapi masih ada yang perlu dibentuk melalui pen-didikan multikultural dan pema-haman tentang relativitas budaya. Terutama budaya untuk meng-hargai, mengakui, dan menerima keberagaman yang ada. Apabila kurang bijak dan tertutup menyi-kapi keberagaman yang semakin kompleks, maka konflik sosial yang berakibat pada kehancuran umat akan terjadi sebagai manifestasi dari kejahiliyahan manusia dalam keniscayaan keberagaman. (tim)

Page 6: Suluh MHSA XIII

6 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Keanekaragaman kultural dalam suatu negara kesatuan merupakan aset atau kekayaan khazanah budaya bangsa, dan sekaligus merupakan potensi pengembangan dalam sektor pariwisata, budaya, ekonomi hingga politik. Sebab, masing-masing ke-budayaan yang berkembang pada suatu wilayah tertentu, memiliki kekhasan tersendiri berbeda den-gan kebudayaan pada masyarakat atau suku, ras, etnis tertentu di dae-rah lain. Kekhasan itu, bisa dalam

bentuk sistem sosialnya, adat istia-datnya, sistem ekonominya, sistem kekerabatannya dan sistem politik pemerintahannya baik dalam sosial kemasyarakatannya.

Hal ini bila digali dan dikem-bangkan dengan pendekatan persat-uan dan kesatuan akan melahirkan masyarakat multikultural yang har-monis dan mengagumkan, sebagai pengakuan dan takzim terhadap ke-

besaran ilahi yang telah menciptakan aneka ragam budaya di setiap jengkal bumi. Oleh karena itu, agaknya san-gat riskan dan arogan bila ada suatu kultur masyarakat tertentu merasa lebih baik dan lebih bagus dari kultur masyarakat tertentu yang lain.

Ini juga yang disampaikan Bapak Multikulturalisme Madura, MH Said Abdullah. Menurutnya, heterogeni-tas merupakan fakta yang tidak ter-bantahkan tentang Indonesia. Para Founding Fathers membangun neg-eri ini di atas keberagaman suku, kul-tur, agama, bahasa, ideologi politik dan sebagainya. Bangsa kita terdiri dari puluhan ribu pulau yang dihuni oleh suku-suku yang beragam. Indo-nesia berada di tengah masyarakat dunia sebagai satu bangsa yang san-gat majemuk.

SULUH UTAMA

MultikulturalismeHarga Mati

TETAP SATU JUA: Kulit dan baju boleh berbeda-beda, namun kerukunan adalah bahasa semua bangsa untuk mewujudkan kebahagiaan dan ketentraman.

Page 7: Suluh MHSA XIII

7SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Kemajemukan mempunyai dua sisi yang saling berseberangan jika tidak dikelola secara benar. Di satu sisi, kemajemukan merupakan sua-tu kekayaan yang bisa menjadikan Indonesia suatu bangsa besar, kuat dan disegani. Sisi-sisi yang berbeda – entah suku, agama, kultur, aliran politik – ibarat unsur-unsur yang membentuk pilar utama sebuah rumah bangsa bernama Indonesia. Perbedaan-perbedaan itu bisa men-jadi kekuatan yang mendorong ter-wujudnya persatuan dan kerja sama.

Tetapi, di sisi lain, keberaga-man bisa tampil sebagai kekuatan destruktif yang menyulut perten-tangan dan konflik serta mencerai-beraikan kehidupan suatu negara bangsa. Perbedaan-perbedaan suku, agama, haluan politik dan sebagain-ya menjadi bara api yang menjalar ke mana-mana hingga menghangus-kan persaudaraan dan meruntuh-kan perdamaian. Kondisi seperti ini bisa terjadi kalau setiap kelompok masyarakat yang berbeda lebih suka mengedepankan kepentingan kelom-poknya, dan selalu merasa diri yang terbaik, paling benar, paling berhak dan paling sahih. Kehadiran dan ke-beradaan kelompok-kelompok lain yang berbeda dengan “kita” diang-gap tidak ada (nothing).

Konflik-konflik dan kekerasan-kekerasan berbau primordial yang merebak di sejumlah kawasan di tanah air sejak paruh kedua tahun 1990-an memperlihatkan betapa het-erogenitas bangsa Indonesia mudah dibelokkan oleh kelompok-kelompok tertentu menjadi kekuatan destruk-tif. Kerusuhan-kerusuhan rasial yang terjadi di Kalimantan, Ambon, Maluku, Poso serta beberapa kota di Sumatera dan Jawa, termasuk Jakar-ta menyisakan luka parah (fisik dan psikogis) yang membutuhkan proses panjang untuk menyembuhkannya.

Dewasa ini, tampaknya, virus-virus permusuhan menjalar secara liar di tengah masyarakat Indonesia seperti wabah penyakit menular yang sulit dibasmi. Fenomena yang men-guat akhir-akhir ini adalah betapa mudahnya orang tersinggung dan cepat marah. Kalau boleh digenerali-sir, orang-orang Indonesia semakin temperamental. Emosi dan perasaan-nya seperti kepala korek api. Digesek sedikit langsung menyala. Repotnya, kemarahan itu semakin membara ketika yang menjadi lawannya ada-lah orang atau kelompok dari lain suku, agama, ideologi atau golongan. Sementara itu, tindakan sewenang-wenang tanpa dilandasi hukum yang berlaku merupakan gejala yang tum-buh dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, orang-orang cend-erung mengelompokkan diri ber-dasarkan identitas primordial apakah suku bangsa, kultur, agama, ideologi politik dan lain-lain. Kondisi seperti ini merupakan ancaman besar bagi eksistensi bangsa Indonesia yang san-gat heterogen.

Akibat terburuk dari realitas so-sial tersebut adalah sebagian besar

warga masyarakat, terutama yang tinggal di daerah-daerah yang rawan konflik, merasa bahwa Indonesia bu-kan lagi tempat yang aman untuk dihuni bersama oleh masyarakat yang memiliki latar belakang yang sangat beragam. Bagi mereka, sem-boyan ‘bhineka tunggal ika’ sudah kehilangan relevansinya. Itu hanya jargon politis yang tidak punya mak-na apa-apa. Mereka tidak merasakan ketentraman dan kedamaian berada di negeri ini. Pengalaman membukti-kan bahwa kekerasan memang melu-kai semua orang, baik yang menjadi korban maupun yang menjadi pelaku.

Bagaimana membangun keruku-nan dan perdamaian di atas het-erogenitas masyarakat Indonesia? Jawabannya hanya satu: Indonesia membutuhkan manusia pendobrak (prime mover), yaitu orang yang bisa mendorong perubahan menuju tata-ran hidup bersama yang lebih baik, orang mampu berpikir dan hidup lin-tas batas agama, suku, adat istiadat, ideologi politik serta berbagai label sosial lainnya. “Multikulturalisme dan toleran terhadap perbedaan tak bisa ditawar lagi,” katanya. (bet/abe)

MAHASISWI: Seorang mahasiswi bertanya tentang multikulturalisme dalam seminar keragaman bu-daya di STKIP PGRI Sumenep beberapa waktu lalu.

foto: abrari/sm

Page 8: Suluh MHSA XIII

8 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

SULUH UTAMA

Dewasa ini ada kecendrungan remaja kontemporer lupa terhadap pentingnya per-

satuan. Akibatnya, satu pihak men-ganggap yang lain sebagai “musuh” meski mereka berasal dari warga yang sama. Padahal, sebagai warga dari republik yang sama seharusnya menjaga persatuan dan kesatuan.

Berikut pandangan budayawan HD Zawawi Imron terkait nasionalisme, multikulturalisme, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dikemas secara bertutur.

Saya sebenarnya tidak begitu ban-yak mengetahui multikulturalisme secara konseptual. Tetapi pemaha-

man saya tentang multikultural-isme itu adalah turunan dari Bhin-neka Tunggal Ika. Satu pihak boleh berbeda dengan yang lain tetapi perbedaan itu bukan sebagai per-tentangan. Sehingga perbedaan itu pada akhirnya menjadi rahmatan lil alamien.

Bhinneka Tunggal Ika itu... Benni Genika Keng Tonggelle Genika

Page 9: Suluh MHSA XIII

9SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Dalam pemaknaan saya sebagai warga Madura, Bhinneka Tung-gal Ika sejatinya sebentuk benni genika keng tonggelle genika (bukan itu tetapi setunggal dengan itu). Dalam bahasa yang lebih lazim, kira-kira artinya berbeda tetapi tetap satu juga. Nah, kebhinnekaan inilah yang mulai tercerabut dari akar budaya bangsa. Hal ini terjadi pantas diduga karena kepentingan pribadi atau kelompok yang domi-nan.

Soal kepentingan ini, idealnya sia-papun mendahulukan kepentin-gan umum daripada kepentingan pribadi. Sebab, dengan menom-orsatukan kepentingan umum maka kepentingan pribadi katut di dalamnya. Sebaliknya, kepentingan pribadi yang didahulukan maka kepentingan umum akan terting-gal. Saya lihat pengabaian ini mela-hirkan ancaman, disintegrasi, dan rasa hormat terhadap perbedaan berkurang.

Sisi lainnya, saya lihat ada sejumlah pihak yang kurang ikhlas menjadi warga negara yang berbeda-beda. Tetapi ada juga yang rela menjadi warga yang multietnik dan multi segala-galanya. Meski di sebagian Sulawesi sering terjadi kerusuhan, tetapi di sebagian wilayah lain-nya ada juag yang ikhlas menjadi warga negara yang multi ini. Saya yang dari Madura ini, seringkali di-minta datang, diundang untuk se-buah acara. Begitu berbaur dengan masyarakat Bugis-Makasar, saya dan mereka sama sebagai warga re-publik ini dan tidak dibedakan oleh sekat Madura-Bugis.

Begitu seringnya ke Bugis-Makasar, warga di sana menganggap saya sebagai Bugis-Makasar juga. Saya juga membuat puisi (antolog) yang berlatar Bugis-Makasar (Berlayar di Pamor Badik). Artinya torang

samua bersaudara. Nah, dulu Bung Karno kan juga mengajarkan soal persaudaraan ini melalui gotong-royong. Di sana ada kebersamaan dan persatuan sebagai warga bang-sa.

Saya tertarik dengan sosok Bung Karno karena setelah dirasakan, semangat nasionalismenya terus menyala. Saya pernah (termasuk di hadapan Megawati Soekarnoputri) membacakan ulang pidato Bung Karno. Chairil mau hidup seribu ta-hun lagi. Soekarno mau hidup seri-bu tahun juga, tapi 100 tahun pun belum tentu bisa, tapi cita-citaku untuk bangsa Indonesia akan ditan-amkan sampai seribu tahun lagi....

Oleh karena itu para remaja saat ini pantas menyemangati rasa bersatu dan bersaudara yang mu-lai berkurang. Termasuk juga para orangtua tidak lagi mengajarkan disintegrasi terhadap generasi bangsa saat ini dengan alasan apa-pun. Dalam hal usia saya pasti tidak cukup syarat dibilang remaja mes-ki seperti Chairil Anwar dan Bung Karno, saya sebenarnya masih ingin hidup seribu tahun lagi. Begitu juga seperti Chairil dan Bung Karno, pasti itu tak mungkin kecuali me-nanamkan semangat untuk terus bersatu, berprestasi, dan menjadi warga negara yang lebih bermarta-bat.

Biodata

D. Zawawi Imron, lahir di desa Batang-batang Sumenep 1 Januari 1945. Mulai terkenal dalam perca-turan sastra Indonesia sejak Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki, Jakarta 1982.

Setelah tamat Sekolah Rakyat (SR, setara dengan sekolah dasar) mel-anjutkan pendidikan di Pesantren Lambicabbi, Gapura, Semenep.

Kumpulan sajaknya Bulan Tertusuk Ilallang mengilhami Sutradara Ga-rin Nugroho untuk membuat film layar perak Bulan Tertusuk Ilalang. Kumpulan sajaknya Nenek Moyang-ku Airmata terpilih sebagai buku puisi terbaik dengan mendapat hadiah Yayasan Buku Utama pada 1985.

Pada 1990 kumpulan sajak Celurit Emas dan Nenek Moyangku Airma-ta terpilih menjadi buku puisi di Pu-sat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Juara pertama sayembara menulis puisi AN-teve dalam rang-ka hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-50 pada 1995. Buku puisinya yang lain adalah Berlayar di Pamor Badik (1994), Lautmu Tak Habis Gelombang (1996), Bantalku Om-bak Selimutku Angin (1996), Ma-dura, Akulah Darahmu (1999), dan Kujilat Manis Empedu (2003).

Beberapa sajaknya telah diterje-mahkan ke dalam Bahasa Inggris, Belanda dan Bulgaria. Bersama Dorothea Rosa Herliany, Joko Pinur-bo, dan Ayu Utami, Zawawi pernah tampil dalam acara kesenian Win-ter Nachten di Belanda (2002) dan Hadiah Sastra Asia Tenggara (South East Asia Write Award) 2011, yang penganugerahannya dilaksanakan di Mandarin Oriental, Bangkok, 16 Februari 2012).

Diantara karyanya antara lain, Se-merbak Mayang (1977), Madura Akulah Lautmu (1978), Celurit Emas (1980), Bulan Tertusuk Ila-lang (1982), Nenek Moyangku Airmata (1985), Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996), Lautmu Tak Habis Gelombang (1996) dan Madura Akulah Darahmu (1999).

Saat ini sekalipun namanya sudah dikenal di dunia internasional na-mun Zawawi tetap tinggal di desanya di Kecamatan Batang-Batang. (abe)

Page 10: Suluh MHSA XIII

10 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

OPINI

Pemimpin Gopher Gang di New York, Amerika Serikat, James T. Ellison (1861) men-gatakan : ”The real death of America will come when

everyone is alike”. Jika kalimat James ini ditarik benang merah panjang dan dihubungkan ke negeri ini, maka kali-matnya kira-kira seperti ini, ”The real death of Indonesia will come when everyone is alike”.

Bila melihat kondisi bangsa saat ini, maka sesungguhnya “kematian” (Indonesia) serasa akan terjadi tak lama lagi. Ini ditandai dengan (nyaris) tiadanya kecintaan terhadap nasion-alisme yang mendedahkan Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan, disintegrasi merajalela ke hampir setiap tema ke-hidupan sosial-masyarakat.

Di luar itu, negara seolah-olah di-kapling “milik” kelompok dan keluarga tertentu meski seharusnya tidak de-mikian adanya. Ini berlawanan dengan gaya hidup berbangsa dan bertentan-gan pula dengan pesan Bapak Bangsa, Bung Karno (Surabaya, 24 September 1955) : “Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesua-tu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!”.

Indonesia adalah negara kepu-lauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau yang di dalamnya hidup aneka macam flora dan fauna serta ratusan etnis dengan beragam budaya . Hanya Indonesia yang mem-punyai ratusan macam bahasa , tar-ian, dan lagu daerah, cerita rakyat, pakaian dan ritual adat. Indonesia adalah multikultur dan multikultur

itulah Indonesia. Multikulturalisme adalah identitas yang melekat pada Indonesia. Identitas ini akan tetap kuat dan bertahan selama NKRI yang berdasarkan Pancasila ini tetap eksis. Dengan begitu merusak atau meni-adakan identitas multikultural sama saja dengan membuka jalan bagi run-tuhnya NKRI.

Begitu juga Madura yang terben-tang dari Bangkalan sampai dengan Sumenep. Di Sumenep saja, keberag-aman terjadi di dalamnya yang multi-etnik, multikultur, dan multidimensi. Keberagaman ini adalah realitas yang harus diterima oleh rakyat Indonesia, apapun suku dan agamanya. Sedang-kan kebangsaan tumbuh karena adan-ya persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta cita-cita bersama guna mencapai, memelihara dan mengabdi identitas, persatuan, kemakmuran, dan kekuatan atau kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan disebut dengan Nasionalisme (Ensiklopedi Nasional Indonesia).

Negeri ini, bukan negara homogen atau monokultur seperti Jepang atau Korea. Sebagai negara berlatar bela-kang heterogen, upaya penanaman nasionalisme menjadi fungsi yang wajib dijalankan secara konstan. Se-mentara manusia sebagai makhluk yang unik , secara naluri mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan segala sesuatu yang menjadi simbol identitas dirinya yang membuatnya berbeda dengan manusia lainnya. Tetapi dalam kosmologi Indonesia,

perbedaan ini justru menguatkan identitas dan lokalitas berbangsa bagi yang beriman kebangsaan. Identitas ini biasanya terkait dengan tanda-tan-da primordial seperti suku, ras, adat istiadat budaya, agama dan daerah atau teritori. Tantangan bagi negara multikultur adalah bagaimana agar identitas bangsa tidak dikaitkan den-gan identitas primordial tapi ke iden-titas nation atau bangsa.

Bangsa dan negara merupakan ke-satuan komunitas masyarakat pluralis yang di dalamnya terdapat berbagai macam unsur yang saling meleng-kapi yang diatur dalam sebuah sistem dalam rangka mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Nasional-isme tidak dibatasi oleh suku, bahasa, agama, daerah dan strata sosial. Na-sionalisme memberi tempat segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup (Soekarno, “Di Bawah Bendera Revolusi. Jilid 1.1964.hal.76).

Penanaman nilai nasionalisme merupakan upaya menyatukan ber-bagai suku bangsa ke dalam satu ika-tan yang sama: ikatan kebangsaan

Multikulturalisme, NKRI, dan Runtuhnya Peradaban

Anggota DPR RI Dapil MaduraMH. Said Abdullah

Page 11: Suluh MHSA XIII

11SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Indonesia. Identitas baru ini dimak-sudkan agar banyak suku bangsa yang sepakat untuk menyatu dalam wadah NKRI memiliki identitas yang seragam. Namun, keseragaman iden-titas dalam bingkai semangat nasion-alisme ini tidak membunuh keberaga-man. Berbeda-beda namun disatukan oleh kesamaan cita-cita. Perwujudan cita-cita bersama lebih penting dan berada di atas kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan.

Inilah prinsip Bhineka Tunggal Ika atau Unity in Diversity. Prinsip ini menolak segala bentuk dominasi dan diskriminasi. Semua unsur komponen bangsa berkedudukan sederajat, tidak ada mayoritas dan minoritas. Bahkan seorang Mikhail Gorbachev pun mengakui hal ini dengan kataka-tanya yang terkenal, Peace is not uni-ty in similarity but unity in diversity, in the comparison and conciliation of differences.

Karena itu tidak terbantahkan bila keberagaman ini justru (seharusnya) menyatukan bangsa meski di saat yang berbeda kebhinnekaan ini di-lacurkan kelompok tertentu untuk kepentingan yang amat sangat pri-mordial. Padahal, bapak bangsa men-guapayakan semangat nasionalisme dengan pembentukan identitas sim-bolik seperti simbol negara, bendera, lagu kebangsaan atau melalui pen-etapan bahasa persatuan serta pena-naman nilai-nilai kebangsaan melalui pendidikan. Keberadaan negara tidak dapat lepas dari simbol-simbol ne-gara. Orang begitu bangga dengan bendera, simbol negara dan lagu-lagu nasional.

Tahun 1928 silam, sekelom-pok anak muda bersumpah menyatu-kan tekat satu nusa, satu bangsa, satu bahasa: Indonesia. Ini didasarkan pada kesadaran atas realitas bahwa Indonesia terdiri atas ribuan pulau, berbagai suku, budaya, dan bahasa, bahkan berbagai agama dan keper-cayaan. Sumpah menyatukan nusan-

tara ini terbukti mampu membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mengundang kek-aguman dunia. Betapa tidak, di atas segala bentuk perbedaan yang ada, Indonesia diproklamasikan sebagai negara kesatuan dengan Pancasila sebagai pengikat yang menyatukan seluruh anak bangsa. Indonesia yang multikultur, yang terdiri atas ribuan pulau ini telah berkembang menjadi negara besar yang punya peran besar dalam kehidupan dunia.

Namun kini, setelah lebih dari 80 tahun sumpah pemuda ber-lalu, rasa-rasanya semangat sumpah pemuda ini telah semakin luntur. Rasa nasionalisme, kecintaan terha-dap negeri, dan kebersamaan dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika tam-pak semakin hari semakin terlupa-kan. Pertikaian terjadi dimana-mana, kekerasan, pembunuhan, fitnah, dan segala bentuk penghancuran keny-amanan kehidupan manusia, semakin sering nampak, setidaknya di media massa. Perseteruan antar anak bang-sa baik yang berlatar belakang sara maupun yang dikembangkan sehing-ga seolah-olah nampak berlatar bela-kang sara, agaknya menjadi hal yang semakin tak terkendali. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sepertinya su-dah tak lagi dipahami maknanya dan tak lebih dari sekedar slogan semata. Kemana perginya semangat persatu-an yang begitu nyaring terdengar kala kita peringati hari Sumpah Pemuda ?

Semakin seringnya terjadi benturan dan pertikaian antar anak bangsa, memang sudah menjadi re-alitas menyedihkan yang terjadisaat ini. Yang sesungguhnya penting dan perlu dipikirkan secara serius, sis-tematis, dan komprehensif adalah upaya-upaya meminimalisasi konflik dan membangun kesadaran terhadap keragaman dalam masyarakat. Tum-buhnya sikap dan kesadaran tentang realitas yang pluralis- multikultur ini semakin dirasakan penting agar

dapat melahirkan sikap yang toleran dan memandang mereka yang ber-beda sebagai mitra yang harus dihor-mati dan dihargai.

Oleh karena itu, pendidikan adalah salah satu media yang paling efektif untuk melahirkan generasi yang memiliki pandangan bahwa re-alitas multikultur ini merupakan bagi-an yang harus diapresiasi secara kon-struktif. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi nilai, peng-etahuan, sikap, dan keterampilan. Internalisasi pemahaman dan kesa-daran terhadap realitas yang pluralis – multikultur melalui jalur pendidi-kan dalam semua jenjang, tentu akan memiliki dampak yang konkret dalam kehidupan secara luas.

Ada beberapa alasan yang menjadikan pendidikan multikultur ini menjadi semakin dirasakan pent-ing. Pertama, realitas bangsa Indone-sia tingkat heterogenitasnya sangat tinggi, nampak di dalam masyarakat terdapat perbedaan-perbedaan baik dalam agama, suku, ras, latar bela-kang budaya, dan sebagainya. Pema-haman terhadap realitas yang ber-beda ini akan mempermudah dalam menjembatani perbedaan, men-gurangi persepsi negatif terhadap kelompok-kelompok yang berbeda. Setidaknya, seseorang akan lebih bisa menentukan sikap positif ketika harus berhadapan dengan orang yang ber-beda dari dirinya sehingga mampu mengantisipasi kemungkinan ter-jadinya friksi.

Kedua, setiap relasi antar pribadi akan mengandung potensi interaksi multikultur. Dalam ranah kemaje-mukan masyarakat, setiap hubungan yang dibangun dapat terjadi pada individu-individu dengan latar bela-kang yang berbeda. Maka diperlukan pemahaman masing-masing individu terhadap individu lain sehingga in-teraksi dapat menghasilkan sesuatu yang konstruktif sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk sosial. (*)

Page 12: Suluh MHSA XIII

12 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

OPINI

Pendidikan multikultural mendapatkan tempat kru-sial pada masa kini dan men-datang. Dengan keanekarag-aman perspektif individu

sebagai wujud keunikannya, akan menjadi efektif dalam relasi sosialnya, jika ia berada dalam konteks kolabo-ratif. Kolaborasi dapat terbangun efektif, manakala antarindividu da-pat mensinergikan kekuatannya, dan saling mengelimenasi kekurangannya, atas dasar saling menghormati.

Penghormatan sesama akan terja-di berdasarkan nilai kemanusiaan, jika pandangan antarmanusia didasarkan atas bersatunya keunggulan mas-ing-masing, tanpa sekat perbedaan kedudukan, jenis kelamin, adat istia-dat, kepercayaan, aliran, paham, suku dan agama.

Bethany Brison (2006), profesor dari Universitas Virginia, mengungka-pkan, dalam sebuah masyarakat mul-tibudaya (seperti masyarakat kita), masing-masing elemen atau kom-ponen tidak bisa saling mengecual-ikan (mutually exlusive), tetapi harus saling mengisi dan mengapresiasi.

Membangun kesadaran multi-kultural yang berdimensi etis men-untut tanggung jawab moral berupa pengakuan, rasa hormat dan belas kasih pada keberadaan dan kehadiran orang lain, karena yang ditekankan sebuah kesadaran, dan penyadaran, dan hal ini dapat terjadi secara efektif dalam konteks pendidikan.

Pemahaman makna kebersamaan dengan memadukan potensi di ten-gah beragamnya perbedaan sebagai realitas multikultur individual, dalam konteks aktualisasi nilai kultural yang

dinamis, dunia pendidikan menem-patkan diri pada posisi strategis. Se-bagai wahana transformasi pengeta-huan, keterampilan, nilai dan sikap secara terus menerus dan berkelan-jutan, multikultur akan berada dalam harmoni dan ini akan menjadi kekua-tan besar dalam menjaga eksistensi dan jatidiri masyarakat, bangsa dan negaranya, jika terbangun dan terim-plementasikan pendidikan multikul-tural. Bencana tinggal tunggu waktu jika terjadi sebaliknya.

Lintasan sejarah dan pijakan dasar Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial

mencatat, bahwa pendidikan multi-kultural lahir dari gerakan reformasi pendidikan di Amerika yang muncul dan berkembang berlatarbelakang perjuangan hak-hak kaum sipil Afro-Amerika di tahun 60-an. Peruba-han demografi masyarakat Amerika akibat peningkatan populasi imigran memberikan signifikansi ekses pada lembaga-lembaga pendidikan (Kuper dalam Lelono, 2012).

Dalam perjalanannya, Banks dalam Lelono (2012) menyatakan bahwa evolusi pendidikan multi-kultural terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) upaya untuk menyatukan kajian-kajian etnik pada kurikulum; (2) hal ini diikuti oleh pendidikan mul-tietnik sebagai usaha untuk mencip-takan persamaan hak pendidikan; (3) kelompok marginal, seperti perem-puan, penyandang cacat, mulai men-untut perubahan-perubahan men-dasar dalam lembaga pendidikan; dan (4) perkembangan peradaban bu-daya menuntut perhatian pada relasi antarras, antaretnik, antarkultur, dan

antarkelas. Gerakan reformasi pada dunia pendidikan mengupayakan transformasi pendidikan pada semua tingkatan sehingga semua orang akan menikmati akses yang sama untuk menikmati pendidikan.

Konsep pendidikan multikultural menjadi komitmen global sejalan den-gan rekomendasi UNESCO, Oktober 1994 di Jenewa. Rekomendasi UNE-SCO tersebut memuat empat seruan, meliputi; (1) pendidikan mengem-bangkan kesadaran untuk memahami dan menerima sistem nilai dalam kebhinnekaan pribadi, jenis kelamin, ras, etnik, dan kultur; (2) pendidi-kan mendorong konvergensi gaga-san yang memperkokoh perdamaian, persaudaraan dan solidaritas dalam masyarakat; (3) pendidikan memban-gun kesadaran untuk menyelesaikan konflik secara damai; dan (4) pendidi-kan meningkatkan pengembangan kualitas toleransi dan kemauan untuk berbagi secara mendalam.

Pijakan dasar paradigma pendidi-kan multikultural dituangkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidi-

Pendidikan Multikultural Dalam Perspektif

Ketua STKIP PGRI SumenepDrs. Musaheri, M.Pd

Page 13: Suluh MHSA XIII

13SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

kan Nasional. Pasal ini menjelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemaje-mukan bangsa. Dengan dasar pijakan tersebut, tujuan pendidikan multikul-tural adalah menanamkan sikap sim-pati, respek, apresiasi, dan empati ter-hadap penganut agama dan kultural yang berbeda.

Prinsip Dasar implementasiUntuk memahami paradigma dan

implementasi pendidikan multikultur-al, perlu dikenal prinsip-prinsip yang tercakup di dalamnya. Prinsip-prinsip tersebut mencakup kondisi dan reali-tas yang multikultur dengan segala ke-unikannya, adanya penghargaan dan penghormatan yang menumbuhkan kualitas interaksi, dan menumbuh-kan kebiasaan dan gaya yang spesifik dalam implementasinya, dan diinte-grasikan dalam struktur kurikulum.

Pemahaman utuh bahwa inter-aksi dalam melakukan proses pemb-elajaran sejatinya tidak selamanya dilaksanakan dengan peserta berlatar monokultural. Suatu hal yang niscaya dalam suatu interaksi pembelajaran akan berkumpul peserta belajar di dalam satu kelas yang berlatar bela-kang budaya beragam. Budaya teta-plah beragam dan tidak akan pernah bisa disatukan. Masing-masing mem-pertahankan kebiasaannya.

Penghargaan kepada masing-mas-ing budaya diharapkan mampu menin-gkatkan kualitas proses pembelajaran. Penghargaan memunculkan motivasi dan inilah yang akan memacu kualitas proses pembelajaran yang bermakna, dilandasi nilai hak asasi manusia dan membangun kecakapan hidup dan ke-hidupan.

Kecerdasan memahami dan kes-ediaan menyesuaikan diri dalam men-gadapi kondisi kelas dengan latar be-lakang budaya yang beragam. Setiap budaya memiliki kebiasaan spesifik

dan mencirikan budayanya, ini akan berpengaruh pada gaya belajar pe-serta. Pemahaman secara cerdas ten-tang karakter budaya peserta belajar adalah hal yang paling utama diper-hatikan dalam melakukan tindakan-tindakan kelas.

Pendidikan multikultural dapat memberi makna maksimal, bila diin-tegrasikan ke dalam masing-masing mata pelajaran atau mata kuliah dan semua pihak untuk peduli. Jangan ada anggapan bahwa pendidikan multikultural adalah suatu cabang ilmu yag berdiri sendiri; dan tidak di-tangani oleh semua pihak yang terli-bat dalam praksis pendidikan.

Dimensi ImplementasiPendidikan multikultural diimple-

mentasikan dalam beragam dimensi, tidak hanya melalui pendidikan for-mal namun juga dapat dimplemen-tasikan dalam kehidupan masyarakat maupun keluarga(Lelono, 2012). Dalam pendidikan formal pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan melalui kurikulum mulai pendidikan usia dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan menengah, bahkan perguruan tinggi. Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus diran-cang sebagai muatan substansi yang

berdiri sendiri dan teralienasi, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang telah berlangsung.

Secara substansif, pendidikan multikultural dapat dinitegrasikan dalam kurikulum yang berlandaskan konsep multikulturalisme, misalnya melalui mata kuliah Kewarganega-raan, ISBD, Agama dan Bahasa. Pada pendidikan anak usia dini, pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam Out Bond Program, Jigsaw, dll. Pada pendidikan dasar dan menen-gah, pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam materi pemb-elajaran bidang studi PKn, Agama, Sosiologi dan Antropologi, dan atau melalui metode pembelajaran coop-erative learning, contextual learning.

Dalam ranah pendidikan non-formal, wacana pendidikan multi-kultural dapat diintegrasikan dalam format-format pelatihan dengan model pembelajaran yang responsive multikultural yang mengedepankan penghargaan terhadap pluralisme. Wacana pendidikan multikultural juga dapat diimplementasikan dalam lingkungan keluarga. Keluarga seba-gai institusi sosial terkecil merupa-kan media pembelajaran yang paling efektif dalam proses internalisasi,

... bersambung ke halaman 19

Page 14: Suluh MHSA XIII

14 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

POLITIK

Bakal calon bupati yang mengemuka selama ini, Ach-mad Syafii dan Kholilurrah-

man menanti bandol politik PPP. Sebab, kedua tokoh “incumbent” ini sama-sama mendaftar ke partai berlambang ka’bah itu. Padahal, baik Syafii maupun Kholilurrah-man, keduanya bukan kader PPP. Mengapa keduanya memilih partai PPP?

Dari sisi sejarah, Syafii pernah menjadi kader PPP dan menjadi ketua DPRD Pamekasan. Sukses menjadi ketua DPRD, Syafii men-calonkan bupati Pamekasan dari PPP pada tahun 2003. Waktu itu, pemilihan bupati dieksekusi ang-gota DPRD dan dia menang. Syafii akhirnya menjadi Bupati Pame-kasan periode 2003-2008. Pada

tahun 2008, Syafii kembali dicalon-kan menjadi Bupati Pamekasan dari PPP meski akhirnya tidak berhasil menjadi bupati untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 2009, Syafii menjadi caleg DPR RI dan berhasil lolos ke Senayan menjadi anggota parlemen dari Partai Demokrat.

Sedangkan Kholilurrahman, kader PKB. Sebelumnya, 1999–2004 Kholil menjadi anggota DPRD Jatim. Pada tahun 2004-2009, Kho-lil kembali lolos sebagai anggota DPRD Jatim untuk yang kedua kalinya. Namun pada tahun 2008, Kholil mencalonkan bupati Pame-kasan dari koalisi antarpartai (PBB dan Golkar). PKB sendiri tidak mendukung Kholilurrahman meski pada saat itu Kholilurrahman men-jadi Ketua Dewan Syuro. Karena

terpilih menjadi Bupati Pamekasan 2008-2013, Kholil mundur dari keanggotaannya sebagai parlemen di Jatim.

Saat ini, Kholilurrahman kem-bali mencalonkan diri dengan ala-san didukung para ulama. DPC PKB Pamekasan bertekad mengu-sung ketua dewan syuro ini. Seba-gaimana pemilukada sebelumnya, dukungan DPC masih tergantung DPP. Sebab, didukung DPC PKB belum tentu didukung DPP PKB. Ini dialami Kholilurrahman pada pemilukada 2008 silam saat ber-pasangan dengan Kadarisman Sastrodiwirjo. Kalaupun DPP PKB mendukung, suara PKB yang hanya lima kursi belum cukup dan kare-nanya harus berkoalisi dengan par-tai lain. Sebab, partai yang dapat

Ke Mana Bandol PPP Menepi?JELANG PEMILUKADA PAMEKASAN

BUPATI NYABUP: Bupati Pamekasan, Kholilurrahman menyerahkan berkas lamarannya secara resmi untuk menjadi calon bupati Pamekasan kepada Pen-gurus DPC Partai Persatuan Pembangunan Pamekasan.

Foto-foto: obeth/sm

Page 15: Suluh MHSA XIII

15SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

mencalonkan kader atau bukan kadernya apabila telah memiliki 15% dari keseluruhan anggota di parlemen Pamekasan yang ber-jumlah 45 orang. Dalam hitungan matematik, lima kursi hanya setara dengan 10% lebih dan tidak sampai dengan 15%.

Inilah antara lain alasan Kho-lil mengapa dia harus mendaftar-kan dirinya ke partai selain PKB. Termasuk yang didaftar PPP, PAN, Golkar, dan PDI Perjuangan. Kholil menyadari partai yang dibesutnya masih kurang dari ketentuan yang mematok 15%. Sisi lainnya, mendaftarnya Kholil ke partai se-lain PKB agar mendapat dukungan banyak pihak selain PKB sendiri. Saat datang ke kantor PPP di Ja-lan Pintu Gerbang, Kholilurrahman datang bersama Ketua DPD Partai Golkar Pamekasan Boy Suhari Sa-jidin, asisten pribadinya Anwari Kholil serta sejumlah petugas kea-manan dari Satpol PP Pamekasan. “Parpol yang menerima pendafta-ran calon bupati akan saya datangi (untuk mendaftar),” katanya.

MANTAN BUPATI NYABUP LAGI: Mantan Bupati Pamekasan, Achmad Syafi’e sedang berada di kantor DPC PPP Pamekasan dalam rangka menyampaikan lamaran resminya untuk menjadi calon Bupati Pamekasan dalam Pemilukada setempat 9 Januari 2013 mendatang..

Begitu juga Achmad Syafii. Kader Demokrat ini juga menya-dari perlu mendapat dukungan dari partai selain Demokrat. Sebab, Demokrat hanya berhasil meraup suara sekitar 10% dari total keang-gotaan parlemen Pamekasan 45 orang. Itu berarti, untuk menca-pai 15% pihaknya harus bergerilya dukungan atau perlu menambah 2 dukungan suara dari partai lain. Lebih dari 2 dukungan suara di par-lemen pasti lebih bagus. Karena itu Syafii juga melirik PPP yang cukup syarat karena perolehan suara PPP di parlemen mencapai 8 kursi (leb-ih dari 15%). Syafii mengaku, ia menjatuhkan pilihan kepada PPP, karena masih terjalin komunikasi yang baik dengan partai yang per-nah membesarkan dirinya. Selain itu, PPP juga merupakan partai be-sar yang akan dilirik semua bakal calon di Pamekasan.

Iskandar, ketua panitia desk pilkada DPC PPP Pamekasan, menyambut baik lamaran secara resmi yang dilakukan Achmad Say-fii. Untuk tindak lanjut yang akan

dilakukan,pihaknya masih men-unggu tahapan penjaringan hingga selesai. Menurut Iskandar, sampai saat ini, baru achmad Syafii yang mendaftar ke PPP. Pihaknya tidak tahu, apa masih ada kandidat lain termasuk kandidat wakil bu-pati hingga penjaringan ditutup. Sekurang-kurangnya tiga nama yang akan dikirim ke DPW PPP Ja-tim, baik di dari bakal calon bupati ataupun dari bakal calon wakil bu-pati. Dan terakhir, dewan pengurus pusat PPP di Jakarta nantinya akan menetapkan satu nama, baik dari bakal calon bupati ataupun calon wakil bupati untuk maju pada pilka-da Pamekasan 2013.

Ada tiga orang yang mengam-bil formulir pendaftaran di partai berlambang ka’bah tersebut. Keti-ga orang itu masing-masing Ach-mad Syafii dari Partai Demokrat, Kholilurrahman dari PKB dan Kholil Asy’ari dari PPP sendiri. “Tapi kalau Kholil Asy’ari mendaf-tar sebagai bakal calon wakil bu-pati,” kata Iskandar menjelaskan. (naf/bet)

Page 16: Suluh MHSA XIII

16 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Lebih dari seratus orang menda-tangi kantor KPU, akhir Juni lalu. Mereka menduga, KPU

mulai sempal dan tak lagi netral. Versi massa yang tergabung dalam

DISOAL, KPUD NETRAL ATAU SEMPAL?

JELANG PEMILUKADA PAMEKASAN

DEMO PEMILUKADA: Sejumlah warga mendatangi Kantor KPUD Pamekasan karena perekrutan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dianggap tidak transparan.

barisan Aliansi Mahasiswa Peduli Pilkada (AMPP), KPU patut diten-gara telah memainkan peran untuk mengegolkan calon tertentu melalui caranya KPU. Ini tercium indikasi

kuat KPU telah memilih anggota PPK dari kroni salah satu kandidat bupati Pamekasan. Sehingga, kroni KPU, PPK yang diduga diangkat atas dasar pesanan ini bisa membantu melolo-

POLITIK

Page 17: Suluh MHSA XIII

17SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

skan salah satu pasangan. Benarkah demikian?

Memang tidak ada jaminan apa-kah diangkatnya 65 anggota PPK itu pesanan atau bukan titipan. Ini hanya bisa dibuktikan dengan ki-nerja KPU, PPK, PPS, dan KPPS. Sepanjang KPU dan jajarannya bisa menunjukkan tidak ada KKN dalam perekrutan PPK, sepanjang itu pula dugaan massa batal demi kenyataan. Hanya, masalahnya tidak seseder-hana itu.

Beberapa hari sebelum pelan-tikan anggota PPK berlangsung, ada sms yang beredar di tengah masyarakat. Isinya, seruan kepada PPK untuk satu tekad memenang-

kan salah satu calon bupati. Pen-girim sms itu ditengarai dari nomor ponsel orang penting di Pamekasan. SMS yang sedianya hanya untuk orang-orang tertentu itu, akhirnya bocor kepada pihak lawan. Sampai akhirnya, terjadi gelombang massa ke kantor KPU di Jalan Brawijaya yang menolak pengukuhan anggota PPK yang akan bertugas pada pilka-da 9 Januari mendatang.

Salah seorang pengunjuk rasa, Hadiri, menduga proses rekrutmen PPK pada awal Juni lalu diduga be-rangkat dari niat yang tidak tulus KPU. Sebab, KPU dia tengara me-nerima order dari salah satu calon bupati. Sehingga, jika sistem ter-bentuk mulai dari KPU dan PPK (ke bawah), kemenangan calon yang di-duga di back up KPU akan dengan mudah leading. Dengan penilaian seperti itu, AMPP meminta KPU lebih transaparan dan jurdil dalam rekrutmen PPK. Sebab, dugaan KPU sempal dan tidak netral justru akibat tidak adanya transparansi dari KPU. “Rekrutmen PPK tak sah dan harus diulang,” katanya.

Aksi massa ini nyaris bentrok. Sebab, massa datang tidak hanya untuk menyampaikan pendapat mel-ainkan melangsungkan aksi saling dorong dengan aparat yang bertu-gas. Tidak diketahui siapa yang mel-akukan aksi dorong pertama kalinya, tetapi antara aktivis dan aparat ter-libat aksi dorong-dorongan. Aksi saling dorong ini tidak berlangsung lama ketika parat peolisian lainnya mempersilakan perwakilan pengun-juk rasa berdialog dengan jajaran KPU.

Pada saat dialog pun, aktivis tetap yakin KPU bermain yang ditan-dai dengan rektutmen PPK. Itu sebabnya, KPU dianggap berkewa-jiban mengulangi rekrutmen PPK dan membatalkan PPK terpilih. “Ada yang tidak beres dengan rekrutmen PPK, oleh KPU,” tegasnya.

Namun, KPU tetap melanjutkan

foto: saiful bahri/sm

pelantikan PPK yang dianggapnya sah baik de jure maupun de facto. Bahwa terdapat pihak yang tidak sepakat, KPU menganggap hal itu wajar. Prin-sip, KPU telah menjalankan rekrut-men PPK mengacu pada mekanisme yang berlaku. Ketua KPU HM Ramli menandaskan hal yang seperti itu ke-pada sejumlah wartawan. KPU bersi-kukuh menegaskan bahwa yang telah dilakukannya sah demi hukum. Se-lain itu, jika KPU mengabulkan tun-tutan pengunjuk rasa, pelaksanaan pemilukada terancam molor dari jad-wal 9 Januari 2013. “Rekrutmen PPK saya nyatakan selesai, tinggal seleksi Panitia Pemungutan Suara (PPS),” Ramli menjelaskan.

Di Pamekasan, jumlah kecama-tan mencapai 13 buah. Setiap ke-camatan terdiri atas 5 orang anggota PPK. Total anggota PPK berjumlah 65 orang (13 x 5). Pasca PPK, KPU akan menyeleksi calon PPS yang ber-jumlah 3 orang per desa. Total ang-gota PPS yang diperlukan mencapai 567 orang. Bila penyelenggara pemi-lukada benar-benar berpihak, maka setidaknya calon tertentu telah me-miliki 637 orang yang terdiri atas 5 orang anggota KPU, 65 (PPK), dan 567 orang dari unsur PPS. Mereka akan bekerja untuk kepentingan calon tertentu dan dibiayai negara. Tetapi petugas KPU dan jajaran-nya yang baik pasti tetap netral, dan tidak menyempal ke calon tertentu.

Namun, aksi dugaan kemiringan KPU terhadap calon tertentu ini tidak terjadi saat ini saja. Lima tahun yang lalu, saat akan digelar pilkada tahun 2008, KPU juga didatangi gelombang massa. Massa saat itu juga menuding KPU tidak netral karena dianggap lebih “membela” salah satu calon bu-pati. Hanya, membuktikan KPU dan jajarannya tidak netral, hal ini bukan perkara mudah. Sampai akhirnya, KPU netral atau sempal, akan teruji melalui kinerja sampai pemilu kada digelar 9 Januari 2013 mendatang. (naf/bet)

Page 18: Suluh MHSA XIII

18 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

POLITIK

yang layak sebagai calon bupati Bangkalan, bertanding dengan calon lainnya pada pemilu kada Bangkalan yang dijadwal berlangsung tanggal 12 Desember tahun ini.

Bakal calon bupati lainnya yang juga disebut banyak pihak akan maju antara lain Farid Al Fauzi. Saat men-jadi anggota DPRD Jatim ini, nama Farid tidak asing. Selain pernah menjadi ketua salah satu parpol di Jatim, Farid dikenal sebagai pengu-saha. Nama Farid disebut-sebut akan berlaga dengan menggunakan jalur independen bila pada akhirnya tidak

BERJIBAKU MENUJU PUNCAKJELANG PEMILUKADA BANGKALAN

bila seseorang telah menikah. Ra Mu-mun diduga menikah karena (antara lain) ingin lolos persyaratan sebagai calon kepala daerah. Di samping itu, Ra Mumun memang ditengarai su-dah siap menikah.

Sosok lain yang juga ramai dibi-carakan adalah Imam Bukhori. Pria yang menjadi pimpinan PKNU ini telah lama digadang-gadang pen-dukungnya untuk menggantikan Ra Fuad yang tidak boleh mencalonkan lagi karena sudah mencapai dua peri-ode. Imam yang juga pernah menjadi anggota DPR RI ini dianggap sosok

Suasana pemilukada di Bangka-lan mulai menyeruak. Sejumlah pihak menjagokan calonnya

masing-masing. Hingga saat ini, tiga nama diprediksi berebut hati menuju kursi bupati. Mereka antara lain Mak-mun Ibnu Fuad. Ia adalah sosok pen-gantin baru yang belum lama meni-kah. Pernikahan putra Mahkota dari RKH Fuad Amin ini ditengarai erat kaitannya degan pemilukada. Sebab, pria yang akrab disapa Ra Mumun itu belum berusia 30 tahun sebagai per-syaratan usia minimal bagi seorang calon kepala daerah. Tetapi persyara-tan usia minimal itu dapat gugur apa-

REKOM DARI PDI PERJUANGAN: Makmun Ibnu Fuad di rekomendasi DPD PDI Perjuangan Jatim untuk maju menjadi Bupati Bangkalan Madura.

Page 19: Suluh MHSA XIII

19SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

menemukan kendaraan politik (par-pol) pengusung.

Untuk nama Makmun Ibnu Fuad, PDI Perjuangan telah tegas men-dukung calon ini yang berpasangan dengan Mondzir Rofii. Saat peringa-tan Bulan Bung Karno di Bangkalan, Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim Sir-madji Tjondropranolo memberikan surat rekomendasi dukungan atas bakal calon bupati Ra Mumun. Selain dukungan dari PDI Perjuangan, Ra Mumun dikabarkan juga mendapat dukungan dari Partai Hanura. Dalam Rapimcab DPC Hanura Bangkalan, Ra Mumun disepakati sebagai bakal calon bupati dari Hanura yang memi-liki 3 kursi di parlemen.

Untuk calon independen, KPU Bangkalan mematok dukungan minimal 41.641 jiwa. Ketua KPU Fau-zan Djafar mengatakan, ketetapan tersebut berdasar jumlah penduduk yang diterima dari Dispendukcapil. Berdasar jumlah penduduk, Bang-kalan secara Keseluruhan 1.388.051 jiwa. Minimal dukungan dari jalur perseorangan itu tiga persen dari julah total penduduk itu. Dasarnya UU 12/2008/ tentang otoda yang didalamnya mengatur tentang Pilkada. Selain itu, peraturan KPU 06/2011 tentang pedoman pencalo-nan. “Ketentuannya seperti itu,” Fau-zan menjelaskan.

Selain itu, bakal calon bupati dan wakil bupati yang akan maju pada pemilu kepala daerah (pilkada) peri-ode 2013-2018 nanti harus sehat jasm-ani dan rohani. Pemeriksaan kesehatan dalam rangka pencalonan untuk maju di pilkada kali ini, ada perbedaan me-kanisme dibanding pilkada periode se-belumnya. Pada pilkada periode sebel-umnya, pemeriksaan kesehatan para calon dilakukan setelah melakukan pendaftaran ke KPU. “Nah, untuk kali ini, hal itu dilakukan sesaat sebelum mendaftarkan diri ke KPU. (naf/obet)

transformasi, dan sosialisasi sebuah tata nilai. Orang tua berperan besar dalam menanamkan nilai-nilai yang lebih responsif multikultural dengan mengedepankan penghargaan terhadap pluralisme di sekitar lingkungannya (agama, ras, golongan) terhadap anggota keluarga yang lain.

Pendidik menjadi PeloporLimas Sutanto-dengan mengambil inspirasi dari Ian M Harris dan Mary

Lee Morisson(Peace Education,2003) sebagaimana dikutip Said Abdullah( -menyebut setidaknya tujuh hal penting yang diharapkan akan meresapi per-ilaku pendidik.

Pertama, pendidik perlu memberikan respons terhadap situasi di depan mata(immediate situation)-di tengah kelas, di tengah sekolah, bahkan di ten-gah masyarakat dan dunia- yang bersifat mengancam atau membahayakan kehidupan,engan membela kehidupan itu.Jadi,pendidik tidak boleh hanya bicara namun juga harus menjadi pelaku perdamaian.Himpunan respons terhadap immediate situations yang terangkai dalam hari-hari pendidikan perdamaian, akan mengakumulasikan kekuatan kesadaran manusia akan perdamaian.

Kedua,pendidik niscaya sungguh riil membantu tiap peserta didik atau insan di sekolah dan masyarakat yang dilanda ketakutan,untuk terbebas dari ketakutan itu. Dalam perdamaian tiada ketakutan. Ada ketakutan berarti ada ketidakdamaian,dan adanya ketakutan acapkali berkaitan dengan pengala-man kekerasan.Maka fenomena ketakutan manusia sungguh perlu diajdikan perjatian tiap pendidik perdamaian. Pendidik tidak boleh acuh tak acuh ter-hadap peserta didik atau siapapun yang mengalami ketakutan,dan dalam berpraktik mendidik,pendidik tidak boleh merebakkan ketakutan.

Ketiga,pendidik harus peka dan memebri respons nyata yang relevan terhadap kebutuhan kemanusiaan peserta didik, terutama kebutuhan fisikal mendasar dan kebutuhan psikologis mendasar. Paradigma pemahaman tentang keamanan bagi pendidik perdamain adalah keamanan sebagai kondisi yang disangga oleh keterpe-nuhan wajar kebutuhan manusia bukan sebagai produk represi.

Keempat, pendidik niscaya berperilaku riil sehari-hari sebagai insan yang mempu mendengarkan secara efektif,mampu menunda memberi penilaian,mampu merespons pembicaraan orang lain secara relevan dan obyektif dengan memosisiskan pengaruh wicara dalam pikirannnya sendiri secara proporsional.Keterampilan emndengarkan secara efektif merupakan salah satu budaya penyangga perdamaian.Maka pendidik perdamaian nis-caya mengejawantahkan keterampilan itu di tengah kehidupan sehari-hari.

Kelima, pendidik niscaya lebih mengejawantahkan perilaku kooperasi konstruktif ketimbang komposisi destruktif,karena kooperasi konstruktif leb-ih mampu memberi penyelasaian damai atas konflik ketimbang kooperasi destruktif. Keenam, pendidik perlu memiliki citra diri(self-image)yang positif sehingga bisa menghayati betapa dirinya berharga,lalu menjadikan semua itu sebagai landasan rasional dan realistik untuk menghargai orang lain dan menghargai setiap wujud kehidupan.

Ketujuh,pendidik niscaya mengembangkan dan terus belajar mengem-bangkan keterampilan komunikasi interpersonal nan efektif dengan mem-perkuat empati dan kesadaran etis,karena komunikasi interpersonal nan efektif,empati dan,dan kesadaran etis merupakan landasan penyelasaian damai atas konflik di tengah kehidupan sehari-hari. (*)

... halaman ke halaman 13

Page 20: Suluh MHSA XIII

20 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Di era lalu Sampang belum seperti saat ini, beberapa orang gregetan karena

IPM Sampang nyaris berada di nomor butut. Salah seorang warga Sampang ketika itu secara berkelakar, bila Sampang tidak maju-maju, rakyat akan mengusulkan agar status Kabu-paten Sampang diturunkan menjadi Kecamatan Sampang. Sedangkan Sampang sebagai kabupaten boleh memilih apakah bergabung ke Bang-kalan atau Pamekasan. Itu cerita lalu saat Sampang belum seperti saat ini, lebih maju dari masa lalu.

Ketika Sampang sudah maju, kiai pun ingin maju lagi dengan menjadi calon bupati. Terdapat dua pasangan calon bupati yang telah menyerah-kan berkasnya. Satu pihak, KH Ah-mad Yahya dan KH Faidol Mubarok.

Di pihak lain terdapat KH Faisol Mu-kaddas Said dan pasangannya, Triyadi Khusnul Yakin. Keduanya telah meny-erahkan berkas kepada KPU, untuk menjadi nomor satu di Sampang. Masih dimungkinkan kiai lain yang akan maju melalui parpol.

Mengapa mereka maju, tentu ingin agar Sampang lebih maju. Ini yang antara lain disuarakan Faisol Mukaddas. Sebagai orang Sampang, dia merasa tahu apa yang harus di-lakukan (untuk membuat Sampang lebih maju). Tetapi, yakin saja belum cukup membangun Sampang dan belum tentu lolos sebagai bupati dan wakil bupati Sampang. Sebab, masing-masing pihak masih harus berikhtiar untuk menjadi yang di-inginkannya, bupati atau wakil bu-pati.

DUA KIAI, SATU KPU

POLITIK

JELANG PEMILUKDA SAMPANGData yang dihimpun, pasangan

Ahmad Yahya dan Faidol Mubarok kurang lebih telah menghimpun 42.500 fotokopi KTP yang terbagi di 13 kecamatan. Sedangkan jum-lah dukungan untuk pasangan Faisol Mokaddas Said dengan Triyadi Hus-nul Yakin kurang lebih 43.430 KTP yang terbagi di 14 kecamatan.

Benarkah fotokopi KTP itu benar-benar mewakili pemiliknya dalam mendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati? Ternyata tidak. Sedikitnya, 93 warga Tambelangan Kabupaten Sampang, merasa kartu tanda penduduknya di fotocopi dan tanda tangannya ditengarai agak ber-beda. Ini kerap terjadi bagi dukungan warga dari jalur independen. Tidak semua berkas yang diajukan kepada KPU memenuhi syarat. Sudah bisa di-pastikan sebagian persyaratan perlu dilengkapi.

Akibat ketidakpercayaan ini, war-ga mendirikan Posko Rakyat Meng-gugat Calon Independent Pemilu

EKSEKUSI: Beberapa orang petugas Pengadilan Negeri Pamekasan sedang melakukan penyitaan terhadap rumah dinas polri yang disengketakan warga.

foto: saiful bahri/sm

Page 21: Suluh MHSA XIII

21SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Sampang 2012. Pendirian posko ini di-yakini berguna untuk mendukung kelan-caran pilkada 2012 serta menjembatani warganya yang merasa tanda tangannya dipalsukan. Versi tim sukses, berkas yang diajukan sudah mengikuti ketentuan dan sesuai prosedur, asli, dan tidak men-gada-ada. Bola liar ini tidak dibirakan menggelinding dan ini Panwas Kecama-tan menindak lanjuti temuan warga yang diduga telah terjadi perbedaan tanda tangan dalam berkas dukungan warga. Berkas terus diteliti dengan hati-hati sia-pa tahu sudah benar tetapi masih diper-soalkan atau memang kurang benar dan karenanya perlu diperbaiki.

Belum selesai soal silang sengketa dukungan ini, Ketua KPU KH Abu Ah-mad Dovier Syah diadukan kepada polisi. Orang pertama di KPU yang juga kiai itu diduga melakukan kebohongan publik. Sebab, warga mengaku telah menemu-kan ucapan dan kenyataan berbeda men-yangkut satu sosok ketua KPU. Forum Demokrasi Sampang (Fordems) mendu-ga, naskah soal tes PPK yang dibagikan kepada peserta tidak diminta kembali oleh KPU. Hal ini dinilai rawan keboco-ran. Semua peserta tes tulis mengetahui bahwa naskah soal diminta kembali oleh panitia dan diserahkan bersamaan den-gan lembar jawaban pada waktu itu juga dan diduga bocor.

Abu Ahmad Dhovier Syah membantah melakukan kebohongan publik. Namun, dia berjanji akan menunggu tindak lan-jut laporan tersebut. Dia menegaskan, kebocoran soal itu justru timbul setelah naskah tes tulis diserahkan kepada para peserta calon PPK. Dhovier balik ber-tanya, dengan berbagai fakta yang disam-paikan, siapa yang telah merekayasa soal dan melakukan kebohongan publik. Draf 30 soal yang dianggap bocoran itu ditu-lis oleh satu orang. Padahal asumsinya tulisan itu harusnya berasal dari 3 orang komisioner. “Sebenarnya kami tak ingin berpolemik, karena tugas KPU sangat be-rat dalam menangani persiapan pilkada,’’ ujarnya. (naf/bet)

Akhir Juni lalu, posko pemenangan Kiai Haji Achmad Fai-sol Muqoddas dengan Haji Triyadi Husnul Yakin dilurug 93 warga Desa Tambelangan Kecamatan Tambelangan Ka-

bupaten Sampang. Dalam kesempatan tersebut, warga mengaku kesal karena merasa KTPnya telah dipalsukan untuk kepentin-gan persayaratan pencalonan Kiai Haji Achmad Faisol Muqoddas dengan Haji Triyadi Husnul Yakin untuk maju sebagai calon bupati dan wakil bupati dalam pemilukada Sampang akhir tahun ini.

Tak hanya itu, warga bahkan membuat posko pengaduan pe-malsuan KTP untuk mengadvokasi dan menerima pengaduan adanya pemalsuan KTP oleh oknum-oknum yang tidak bertang-gung jawab.

Rusdi, salah satu warga Desa Tambelangan mengaku tidak per-nah memberikan memberikan KTPnya untuk mendukung pasan-gan calon bupati manapun. Namun ternyata ia terdaftar sebagai salah satu pendukung Kiai Haji Achmad Faisol Muqoddas dengan Haji Triyadi Husnul Yakin.

Atas kejadian ini, Rusdi mengaku akan membawanya ke jalur hu-kum. Sebab menurutnya, jika hal ini dibiarkan maka ke depan akan menjadi preseden buruk bagi perjalanan demokrasi di Ka-bupaten Sampang.

Menurutnya, tidak mungkin pasangan calon yang berangkat den-gan cara membohongi rakyat, saat benar-benar menjabat kelak akan berubah menjadi jujur dan simpati kepada rakyat. Ia men-gaku yakin, pemimpin yang berangkat dengan cara tidak benar, maka ia kelak juga akan menggunakan kekuasaannya untuk hal-hal yang tidak benar. “Belum menjabat saja sudah membohongi rakyat, bagaimana kalo sudah menjabat” Ujarnya dengan nada kesal.

Sementara itu M. Ansori, Ketua Tim sukses Bakal Calon Bupati Faisol Mokaddas Said, menerangkan, pihaknya tidak pernah mel-akukan pemalsuan data seperti yang dituduhkan selama ini.

“Kami tidak pernah meminta KTP kepada warga untuk dipalsu-kan, kalau tidak percaya langsung kroscek kepada yang bersang-kutan,“ tutur M Ansori.

Menanggapi permasalahan ini, Panwas Kecamatan akan menin-dak lanjuti temuan yang ada untuk diteruskan ke tingkat Kabupat-en, mengingat keputusan ini sepenuhnya kewenangan Panwas Kabupaten. Jika ternyata benar pasangan Faisol Mokaddas Said memalsukan KTP, maka pencalonannya tentu akan dibatalkan oleh KPUD setempat. (*)

CURIGA DARI AWAL?

Page 22: Suluh MHSA XIII

22 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

fokus lensa

Page 23: Suluh MHSA XIII

23SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

GARAM RAKYATSeorang petani garam

tampak sedang mengangkut hasil panennya ke pinggir tambak

foto: muhammad ghozi/sm

Page 24: Suluh MHSA XIII

24 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

fokus lensa

Page 25: Suluh MHSA XIII

25SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Garam yang Benar-Benar Asin

Dahulu ada guyonan “Garam itu asin jika sedikit, tapi jika banyak rasanya jadi manis”. Begitulah gurauan masyarakat untuk menggambarkan nikmatnya me-

miliki lahan garam dan mengelolalnya sendiri.

Namun kini guyonon ini tak lagi relevan. Sebab pertikaian antara warga dan PT. Garam tak kunjung menemukan titik damai. PT Garam yang konon menjadi pemilik lahan garam, dituduh membuat kebijakan sepihak. Sehingga pera petani merasa sering dirugikan.

Kejadian ini tidak hanya terjadi di satu tempat saja di Madura. Di Pamekasan dan Sumenep juga terjadi hal serupa. Hingga saat ini sengketa lahan garam di dua kabupaten ini masih menjadi bara dalam sekam. Sewaktu-waktu bisa meledak.

Di Pamekasan, beberapa pekan lalu masyarakat melakukan audiensi ke kantor pemerintah provinsi jawa timur terkait pengelolaan lahan garam ini. Juru bicara petani garam Pame-kasan, Agus Sumantri, menjelaskan, kedatangan mereka un-tuk menangih janji Gubernur pada tahun 2006 lalu.

“Saat kami melakukan audiensi ke Pemprov Jatim, Gubernur ketika itu berjanji akan memberikan hak garap bagi petani. Tapi faktanya tidak ada,” kata Agus.

Bahkan, pihak PT Garam telah mengubah kebijakannya den-gan mengubah hak kelola lahan garam yang ada di Desa Pan-dan, Kecamatan Galis, Pamekasan itu dengan akat sewa.

Sementara, kesepakatan antara petani garam dengan PT Ga-ram yang dimediasi Pemprov Jatim tahun 2006 lalu, adalah bagi hasil, bukan akat sewa sebagaimana diberlakukan saat ini.

Selain itu, sambung Agus, kedatangan perwakilan petani ga-ram ke Gubernur Jatim kali ini untuk mengadukan sengketa antara petani dengan PT Garam yang terjadi pada Selasa (5/6) kemarin.

Kedua belah pihak, baik perwakilan petani ataupun PT Garam sudah berulang kali melakukan perundingan damai, namun hingga kini belum ada kata sepakat.

Alhasil, banyak dan sedikitnya garam kini sama saja. Sama-sama asin dan tak jarang menimbulkan bara kesumat yang tak berkesudahan. Pemerintah seharusnya tanggap dalam menyi-kapi persoalan ini. Sebab meskipun PT. Garam adalah peru-sahaan negera, tugas negera adalah menyejahterakan rakyat, bukan semata menyejahterakan dirinya sendiri. (*)

foto-foto: muhammad ghozi/sm

Page 26: Suluh MHSA XIII

26 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

RESENSI

dan lamat-lamat tercermin dalam puis-inya, Pemberangkatan Terakhir/tanah pucat penuh retak/hujan telah datang menyirami sesosok manusia/yang ditan-am seusai adan asar/kilau airmata/ge-merincing doa-doa/tak juga sembuhkan sesenggukan ini/lalu begitu saja/linang kenangan patah di ranting usia/entah aku menyusul di hari, tanggal, bulan, dan tahun berapa.

Puisi itu dalam pemahaman publik mencerminkan bahasa diri penulisnya yang galau tentang kematian seseorang yang disayanginya. Jika seseorang yang disayanginya pun pergi, maka kepergian itu pasti juga datang pada dirinya ketika saatnya tiba meski ia tidak tahu kapan hal itu terjadi. Padahal, dalam doa tal-qin, kematian itu tak usah dibuat galau karena diminta atau tidak diminta, suatu saat akan tiba. Tetapi pada puisi ini, masalahnya bukan pada kematian itu sendiri. Melainkan republik ini telah ambruk sebelum hari keruntuhan itu tiba. Ini suatu bentuk penafsiran per-sonifikatik atas puisi Benazir yang galau atas kondisi bangsa yang hanya berdaul-

Judul Buku: Menyusun Wajah Tanah Air| Penulis: Benazir Nafilah dkk | Penyunting: M Fauzi |Penerbit: UKM Sanggar Lentera STKIP

Sumenep | Tebal: xii + 504 halaman | Cetakan: Pertama, 2012 | Peresensi: Nina Anina, Guru SMAN 1 Sidayu, Gresik

Menata Cahayadari Lentera Hati

Penyair, seringkali mencari jati diri menggapai yang terindah, Tuhan. Tetapi dalam penjelaja-

han, penyair tak kunjung bertemu yang dicari karena yang dinanti tidak ada di mana-mana. Melainkan, ia ada dalam hati, di dalam kesejatian diri. Tetapi penyair terus mencari melalui berba-gai macam media. Tetapi ke mana pun dicari, yang ditunggu tetap berada di hati. Ia menuntun ruang imajinasi lalu lahirlah sebait puisi. Indah atau tidak indah kata-kata yang tertoreh, seperti Tardji (Sutardji Coulzumbachri), kata sendirilah yang mengabarkan keinda-han atau ketidakindahan itu. Namun indah atau tidak indah, ia tetap ber-nama puisi.

Ini juga yang dilakukan sejum-lah penyair di Sanggar Lentera STKIP Sumenep dalam antologi puisi berta-juk Menyusun Wajah Tanah Air. Dalam bahasa gaul, ada isyarat galau kolektif karena melihat kesaksian peradaban sangat rapuh, menjauh dari cita-cita. Seperti penyair Benazir Nafilah, ter-sirat kegalauan hati yang patah-patah

Page 27: Suluh MHSA XIII

27SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

at pada kata-kata dan tidak pada kisah nyata.

Keresahan anak bangsa yang merasa hidup tanpa cahaya republik-en antara lain juga ditampilkan Deni Hidayat. Puisinya bertajuk Seputar Negara-Bangsa; Jalan Demokratisasi Ketiga. Ia bertutur tentang gadis dari Jepang, bunga sakura dan prilaku harakiri yang dianggap terhormat. Sedangkan di republik ini, seseorang yang menjadi terdakwa bahkan terpi-dana pun enggan mundur diri (dari jabatannya) apalagi sampai melaku-kan aksi bunuh diri.

Keempat belas penyair dalam antologi ini (Yogi Manggara, Wahyu Saputra, Syamsuri, Syaiful Ikhsan, Moh Zammil Rosi, Moh Juhdi, M Fauzi, Khalik, Kadarisman, Ju-naidi Efendi, Fathorrahman, Deni Hidayat, A Yazid dan Benazir Na-filah) ibarat sedang memamerkan lukisan. Sebagai seniman, mereka memiliki aliran sendiri yang seba-gian sama dan sebagian lainnya berbeda. Jika dipilah, mereka beral-iran realis dan surealis atau dalam istilah Afrizal Malna, gelap dan tidak gelap. Tetapi gelap atau tidak gelap, para penyair dalam Menyu-sun Wajah Tanah Air menggambar-kan wajah yang gelisah dan galau dengan masa depan bangsanya yang menjauh dari peradaban.

Sebagai karangan bebas, pui-si ini seperti lukisan yang berbeda gambar, warna, dan komposisi. Ka-rena itu, membaca antologi puisi sangat berbeda dengan membaca satu tema dalam karya ilmiah. Pu-isi memang tidak ilmiah tetapi di dalamnya bisa ditafsir sebagai satu

semesta. Puisi ibarat satu cermin yang melahirkan banyak gambar. Tetapi puisi bukan pendekar seribu bayangan yang hanya ada dalam komik. Puisi adalah kesejatian dan menulsinya tidak bisa dengan be-gitu mudah. Puisi adalah hati dan cinta, keduanya menggumpal men-jadi cahaya, menjadi lentera.

Namun apapun pesan yang di-munculkan dengan kacamata hati untuk menafsir puisi, penyair dari Madura ini telah mencoba berkarya dan mengabadikan alam melalui sepotong senja, luka, dan darah. Dalam keseluruhan puisi dalam Me-nyusun Wajah Tanah Air, dapatlah ditarik “sesuatu banget” (memin-jam bahasa Syahrini) tentang neg-eri yang rapuh, tentang cinta yang setengah hati, tentang penguasa yang bertahta melampaui setengah dewa, dan karut-marut bangsa yang tidak beraura. Ketika kondisi pekat, maka anak-anak bangsa membuat budaya tanding atas kumpulan su-rat-surat Kartini, Habis Gelap Ter-bitlah Gelap menjadi Habis Gelap Terbitlah Gelap.

Nah dalam kegelapan ini, sia-papun butuh lentera, butuh hati, perlu hati-hati, cinta dan rasa. Say-angnya, gelap Indonesia kita hari ini tak lagi bisa melihat meski la-birin dan lentara bertebar di mana-mana. Inilah pentingnya puisi yang harus hadir dalam situasi apapun dan memang selalu ada pada rezim manapun, orde lama, orde baru, reformasi, atau orde yang lebih baru. Ini sebagai penjelas bahwa be-nar apa yang telah dikatakan Seno Gumira Adjidarma, Darah itu Me-rah Jenderal!!! (*)

NINA ANINAGuru SMAN 1 Sidayu, Gresik.

Page 28: Suluh MHSA XIII

28 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

PERCIK

Tiga tahun berlalu sejak 2009 si-lam, kehendak Pamekasan un-tuk mewujudkan al Quran den-

gan terjemahan bahasa ibu (Madura) akhirnya purna sudah. Jika dihitung rata-rata, setiap tahun tim di bawah bendera Lembaga Penerjemahan dan Pengkajian Al Quran (LP2Q) berhasil

Mengukuhkan Bahasa Ibu Lewat Al-Qruan

menerjemahkan 1 juz. Sebab, dalam 3 juz yang diluncurkan dikerjakan selama 3 tahun. Bila hendak meram-pungkan penerjemahan sebanyak 30 juz, itu artinya masih butuh waktu 27 tahun lagi untuk merampungkan 27 juz yang tersisa (belum diterjemah-kan ke dalam bahasa Madura).

Akhir Juni lalu, ratusan ulama, pengasuh pesantren, dan sebagian masyarakat Madura antusias mengi-kuti acara peluncuran al quran ini yang dipusatkan di pendopo Rong-gosukowati. Setiap undangan men-dapat jatah satu al Quran untuk pegangan dan agar disosialisasikan terhadap masyarakat lainnya. Pener-jemahan Al Quran berbahasa Madura ini digagas Juni 2008 dan dikerjakan setahun kemudian. Lamanya waktu yang diperlukan dalam penerjema-han ini terkait kehati-hatian penerje-mahan karena rawan.

Muakmam, salah satu ang-gota tim penerjemah al Quran dari Yayasan Pakem Madduh Pame-kasan menyadari banyak kendala untuk merampungkan terjemahan itu. Antara lain, kendala dalam penerjemahan itu lantaran ban-yaknya pemahaman yang berbeda dari sejumlah tim yang terlibat di dalamnya. Misalnya, pemahaman para ulama, pakar bahasa Madura, dan yang lainnya melahirkan perde-batan yang panjang. Dia menyadari karena memang seharusnya begitu dan baru kelar di tahun 2012.

Sebelum akhirnya naik cetak, Al Quran terjemahan bahasa Madura ini sudah mendapat tashih dari Ke-menterian Agama Republik Indonesia (2010). Pasca cetak dengan baik dan benar diluncurkan dan dikirim ke se-jumlah perpustakaan di Indonesia. Un-tuk cetakan pertama, LP2Q meluncur-kan 3.000 eksemplar. Pada mulanya, penerjemahan al Quran ke Bahasa Madura ini digagas almarhum KH Abdullah Sattar Majid Ilyas, Pengas-uh Jamaah Pengajian Surabaya ( JPS ), ulama sepuh yang banyak menga-jarkan al Quran melalui forum pen-gajian rutin di Surabaya dan Lawang. Selanjutnya, gagasan ini berkesinam-bungan dan gayung bersambut dari ulama dan ahli bahasa Madura di Pamekasan.(naf/bet)

Page 29: Suluh MHSA XIII

29SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Ada yang lain di rumah Kades Karduluk Kecamatan Pra-gaan Sumenep H Zainul Ih-

san saat piala Euro 2012 awal Juli lalu. Di halaman rumah itu ber-langsung nobar-misbar yang digelar Majalah SULUH dengan Kades. Dis-ebut nobar karena nonton bareng dan dikatakan misbar terancam bubar bila gerimis mengumbar. Tetapi beruntung nobar-misbar pia-la Euro ini aman dari gerimis tetapi tidak selamat dari hawa dingin dan tendangan angin.

Beberapa menit berlangsung pada babak kedua, suporter Italia satu per satu mulai mengumpat pe-main idolanya terutama Buffon, pen-jaga gawang Italia yang kemasukan bola untuk yang ketiga kalinya. Bah-kan, pendukung lainnya, Kholifah, juga menganggap Italia tak pantas didukung. Selain memalukan negara Italia, ia menganggap kekalahan Ita-lia juga membuat malu pendukungn-

ya yang tumpek di halaman rumah kades Karduluk. “Cukup kali ini saja saya dukung Italia,” katanya.

Awalnya, antar pendukung mem-buat bloking penonton yang berbeda-beda dan berkelompok. Pendukung Italia di sebelah kiri dan pendukung Spanyol di sebelah kanan. Tetapi saat Spanyol tak terkejar, pendukung Italia menyerah dan berbalik arah. Sehingga, pasca babak pertama usai dan laga kedua dimulai, para penonton mulai bersahabat. Suatu ekpresi yang berbeda sebelum laga itu dimulai dimana antarpendukung sama-sama kencang mendukung jagonya. Misalnya, satu pihak berse-sumber bahwa saat itu Spanyol harus menyadari kekalahannya dan pihak lainnya juga garang bersuara. “Italia pasti keok,” kata salah seorang pen-dukung Spanyol.

Kehebohan piala Euro di ka-wasan kampung ini bukan karena

permainan itu hebat. Tetapi arena itu menjadi lebih menarik karena para pendukung bebas mengata-kan apa saja kepada pemain dari dua negara itu. Sebagai penonton di depan layar lebar hasil antaran cahaya melalui proyektor ke papan kain, penonton di acara yang dihelat SULUH-Kades lebih bisa bermain dari Fabregas atau Inesta sekalipun. Bahkan wasit yang memimpin laga final piala Euro ini juga tak luput dari umpatan dan penonton menye-butnya, goblok! Luar biasa.

Abrari Alzael, penyelenggara no-bar-misbar dari pihak SULUH men-yadari animo masyarakat terhadap sepak bola khususnya tim luar neg-eri. Para penonton di dalam negeri bukan tidak suka kepada timnas. Tetapi, persepakbolaan di dalam neg-eri sedang karut-marut dan selalu diambang perpecahan dan kerusu-han. Sehingga, pola permainan yang semestinya lebih terlihat justru tidak ditemukan di dalam negeri. Sedang-kan sepakbola di luar negeri dominan lebih mengedepankan permainan dibanding percekcokan. Hanya yang dianggap lebih menarik nobar-misbar di kampung adalah kebersamaan, si-laturrahim, dan celetukan lucu dari masing-masing supporter. “Bagi kami nobar-misbar satu hal tetapi kebersamaan dan gotong royong hal lain yang lebih urgen,” katanya.

Sementara Zainol Ihsan selaku penyelenggara desa mengaku sen-ang karena duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Pihaknya ber-sama SULUH juga menyelenggara-kan lomba domino sambil menanti siaran final Euro dimulai. Baik di-rinya, SULUH, dan partisipan ber-gotong-royong dalam penyediaan kopi, rokok, mie instant, dan hadi-ah-hadiah lomba. “Ini baru pertama dan ke depan saya kira perlu dibuat lebih sip dan terkonsep biar semak-in menarik,” katanya. (bet/vid)

NOBAR-MISBAR EURO 2012Ala Suluh MHSA-Kades Karduluk

NOBAR: Sejumlah warga di desa Karduluk antusias mengikuti acara nonton bareng final Euro 2012 yang digelar Majalah Suluh MHSA bekerjasama dengan Pemdes Karduluk.

OLAHRAGA

foto: abe/sm

Page 30: Suluh MHSA XIII

30 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Page 31: Suluh MHSA XIII

31SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Page 32: Suluh MHSA XIII

32 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

ADVERTORIAL

Rp 6 TRILIUN UNTUK PAJAK RANMOR JATIM

Page 33: Suluh MHSA XIII

33SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Rp 6 TRILIUN UNTUK PAJAK RANMOR JATIM foto: istimewa

Pemprov Jatim Penerimaan PKB dan BBNKB Pemprov 2011 Capai Rp 5,9 Triliun .

Tarif BBNKB ini mengalami penu-runan 5 Persen. Jumlah kendaraan baru di Jatim selama 2012 dipredik-si bakal mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebab mu-lai 2 Januari 2012, Pemprov Jatim menurunkan tarif Bea Balik Nama kendaraan Bermotor (BBNKB) un-tuk kendaraan baru dari 15 persen menjadi 10 persen.

Kepala Dipenda Provinsi Jatim Drs Ec AA Gde Raka Wija MSi me-nuturkan, penurunan tarif BBNKB tersebut berlaku bagi semua jenis kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Dengan adanya penurunan tarif BBNKB tersebut, diharapkan akan ada ke-naikan jumlah kendaraan baru di Jatim mencapai 3 persen lebih. “Ini merupakan hadiah dan gebrakan kebijakan baru dari Pak Gubernur Soekarwo untuk masyarakat Jatim. Tujuannya untuk meringankan be-ban masyarakat Jatim, dan menin-gkatkan pertumbuhan ekonomi Ja-tim pada 2012,” ungkapnya.

Menurut Gde Raka, jika di tahun 2011 jumlah kendaraan baru roda dua sebanyak 998.180 unit, dan roda empat sebanyak 75.070 unit diharapkan dengan adanya kebija-kan ini bisa turun sebesar 3 persen lebih, karena harga kendaraan baru akan turun harga. Dicontohkan, jika tarif BBNKB untuk mobil baru jenis Kijang Innova biasanya sebe-sar Rp. 24 juta, dengan adanya pe-nurunan ini, besaran tarif BBNKB hanya sebesar Rp. 16 juta, dengan begitu ada selisih Rp. 8 juta. Se-dangkan untuk roda dua, jika tarif BBNKB sepeda motor Honda Revo sebesar Rp. 1.515.000, kini tinggal Rp. 1.010.000.

Dengan diturunkannya tarif BBNKB ini, menurut Gde Raka,

pemprov tak khawatir Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor BBNKB akan menurun. Sebab meski tarifnya menurun, tapi diprediksi jumlah ken-daraan baru juga akan meningkat. Dengan begitu, PAD dari PKB atau-pun BBNKB tidak mengalami penu-runan. “Tahun 2012, kami menarget PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) sebesar Rp. 2,930 triliun. Sedangkan BBNKB sebesar Rp. 3,381 triliun. Kami optimis target itu akan kami penuhi,” kata Gde Raka.

Jika jumlah kendaraan baru meningkat, apakah nanti tidak me-nyebabkan kemacetan semakin par-ah? Gde Raka mengatakan, saat ini sudah terjadi macet, jadi tak perlu dirisaukan. “Biarkan masyarakat menikmati kendaraan baru sambil menikmati kemacetan yang ada. Meski sekarang tak ada penamba-han kendaraan baru dengan jumlah yang banyak, sudah terjadi kemac-etan,” paparnya.

Sementara itu, untuk diketa-hui, penerimaan PKB dan BBNKB selama 2011, mengalami kenaikan yang cukup signifikan dan melebihi target. Kesuksesan ini diraih sete-lah Dipenda Provinsi Jatim melaku-kan berbagai macam kebijakan sep-erti memberikan pelayanan Samsat Keliling hingga malam hari.

Berdasarkan data yang diper-oleh Bhirawa dari Dipenda Provinsi Jatim hingga 27 Desember 2011, PKB yang diperoleh mencapai Rp. 2.666.539.520.720. Jum-lah ini mencapai 102,17 persen dari target yang ditetapkan sebe-sar Rp. 2,610 triliun. Sedang-kan penerimaan BBNKB sebesar Rp3.310.811.896.100, atau men-capai 105,11 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 3,150 triliun. “Jika dijumlahkan PKB dan BBNKB ini jumlahnya mencapai Rp. 5,9 triliun. Saya ucapkan terima kasih kepada Kepala UPT se-Jatim

Page 34: Suluh MHSA XIII

34 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

ADVERTORIAL

beserta jajarannya atas keberhasi-lan pencapaian target ini. Mereka telah bekerja keras agar capaian PKB dan BBNKB tersebut bisa ter-penuhi,” katanya.

Menurut dia, meski dirinya tel-ah mengambil beberapa kebijakan seperti pelayanan Samsat Keliling hingga malam hari, Operasi Bersa-ma dengan pihak Kepolisian serta pemberian kemudahan persyaratan dalam pembayaran pajak, namun sampai 27 Desember 2011 masih terdapat dua UPT yang belum men-capai target penerimaan PKB. Dua UPT tersebut yakni Surabaya Timur yang baru mencapai 99,39 persen dan Surabaya Selatan yang menca-pai 99,70 persen.

SEMENTARA di Sumenep real-isasi pajak ranmor (BBNKB) men-capai lebih dari 100% dari patokan awal. Ali Mukson, selaku Kepala UPTD Dispenda Pemprov di Kabu-paten Sumenep menerangkan bah-wa tingkat pencapaian BBNKB di beberapa jenis kendaraan hampir dikatakan sukses pada tingkat pen-capaian lebih dari 100 %. “ Terkec-uali alat berat, karena selain jum-lahnya, sosialisasi masalah BBNKB masih belum merata” jawabnya.

Ali Juga mengatakan ada bebera-pa kendala yang serius yang tengah kami hadapi ada beberapa kendala yang serius yang tengah kami ha-dapi bersama anggota Tim Intensifi-kasi PKB/BBN Kabupaten Sumenep. “Banyaknya Kendaraan bermotor atas nama pemerintah Kab. Sume-nep belum melakukan pendaftaran dan pelunasan Pajak Kendaraan Bermotor hingga kisaran 30 % pen-garuhnya terhadap bagi hasil sektor PKB ini,“ lanjut dia.

Lebih jelasnya, terurai bahwa sampai bulan desember 2011 se-banyak 78.230 obyek dengan po-

tensi Rp. 7.116.949.360,00 dengan ancaman apabila tunggakan terse-but tidak terpenuhi, sesuai dengan pasal 64 ayat 2 huruf d UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan Bermotor wajib diregistrasikan. An-camannya sanksi administrasi bun-ga sebesar 2 % setiap bulan serta

dapat dilakukan Penagihan dengan Surat Paksa dengan Payung Hukum Perda.Prov.Jatim No.9 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. (bet/vid).

Layanan ini dipersembahkan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kabu-paten Sumenep

SAMSAT KEPULAUAN: Saat ini Samsat Sumenep membuka kantor perwakilan di Kepulauan Kangean Kecamatan Kangayan Sumenep.

Page 35: Suluh MHSA XIII

35SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Page 36: Suluh MHSA XIII

36 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Diam-diam, narkoba tidak saja merusak keseha-tan pemakainya. Tetapi jika dirunut panjang, narkoba pada gilirannya

akan merusak bangsa. Bisa dibayang-kan apabila pemimpin negeri ini justru pengonsumsi narkoba. Seperti apakah nasib bangsa masa depan di tangan re-maja pengonsumsi narkoba?

Meski telah dilakukan ceramah–ceramah tentang bahaya narkoba, tetap saja para generasi muda pada umumn-ya ingin mencoba dan menggunakan narkoba.

Atas dasar masalah tersebut, kampa-nye antinarkoba terus dilakukan dinas

sosial. Ini dalam rangka menyelamat-kan bangsa, setidaknya di kabupaten Sumenep. Apalagi, data dan fakta telah menunjukkan bahwa sebagian remaja di kabupaten paling timur Madura ini telah ada yang terlanjur menikmati narkoba.

Pengenalan dan sosialisasi narkoa yang telah dilakukan dinas sosial ini hampir merata di Kabupaten Sume-nep. Antara lain di Kecamatan Dasuk, Lenteng, Kalianget, Gapura sam-pai Batu Putih. Sebelumnya, pada tahun 2011, hal yang sama dilaku-kan di kecamatan yang berbeda dan terus berkelanjutan. Tujuannya, agar masyarakat mengetahui dan men-jauhi narkoba dengan alasan seperti

disebutkan, mengancam jiwa, raga, dan bangsa secara umum.

Atas dasar itulahlah dinas sosial sangat berharap agar dapat membuka pikiran pemuda dan masyarakat secara umum. Ini tidak hanya selesai mengata-kan say no to drugs, tetapi benar-benar menjauhinya serta memberitahukan kepada petugas apabila terdapat pihak lain yang mengonsumsi atau menge-darkan narkoba.

Sebagai fakta bahwa bangsa ini terus menerus dirusak oleh narkoba yaitu be-berapa bulan yang lalu ditemukannya pabrik shabu-shabu yang beroperasi di Batam di mana omsetnya sekitar Rp 454 miliar dan dibongkar Polri yang beker-

Narkoba, Primadona dan Primadosa

ADVERTORIAL

SAY NO TO DRUG: Salah satu kegiatan sosialisasi anti narkoba yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten sumenep

Page 37: Suluh MHSA XIII

37SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

jasana dengan Kepolisian Internasional beberapa waktu lalu. Ini, cukup mem-buktikan bahwa ancaman narkoba bagi generasi muda sudah sangat banyak dan cukup serius. Bila semakin ban-yak generasi bangsa yang terusak oleh narkoba, maka bangsa ini bisa menjadi bangsa yang semakin tertinggal.

Padahal dahulu bangsa Indonesia dikenal oleh mata dunia sebagai bangsa yang dihormati, bukan saja karena pem-impinnya Soekarno, tapi juga generasi pada jaman dahulu selalu bekerja keras, menjunjung nama bangsa. Tidak seper-ti saat ini, generasi modern, bagaimana bisa dibilang modern bila mempunyai

sifat yang malas, berpangku tangan ter-hadap masa depannya sendiri.

Kepala Dinas Sosial Koersman Hadi menilai sosialisasi narkoba seba-gai kewajiban. Dalam hal ini, dinas so-sial tidak sendirian tetapi dibantu oleh lembaga terkait di kabupaten Sumenep. Bila dilihat dari sudut pandang tert-entu, bangsa Indonesia sekarang ini telah menjadi ”mangsa pasar” golon-gan sindikat narkoba. Didorong karena kengintahuan tentang bahaya narkoba yang mengancam generasi muda pada umumnya, maka siapapun harus di-jauhkan dari pemakaian dan kecandu-an narkoba.

Sosialisasi ini menggunakan data pri-mair yang terdiri dari bahan-bahan peng-etahuan tentang bahaya narkoba serta ak-ibat-akibatnya, dan bahan pengetahuan hukum primair yaitu undang-undang yang berkaitan dengan narkoba.

Gunanya, agar masyarakat dan Bangsa Indonesia dapat terhindar dari bahaya narkoba dan sedapat mungkin dilakukan pencegahan dan memperke-cil ruang gerakpara pengedar narko-ba yang merusak generasi muda dan Bangsa Indonesia. Remaja dan golon-gan muda, identik dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang menurutnya me-narik dan itu patut untuk dicoba. Salah satunya yang pantas dicoba menurut mereka(pecandu) adalah narkoba.

Padahal narkoba, ekstasi, dan se-jenisnya itu tidak untuk dicoba–coba. Karena bila seseorang sekali mencoban-ya, orang tersebut akan menjadi kecan-duan, karena pada narkoba mengand-ung zat addictive yang dapat membuat orang awalnya kecanduan dan lama kelamaan ingin menambah dosis secara terus menerus sehingga bisa OD(Over Dosis) dan menyebabkan kematian. (*)

Iklan Layanan ini Dipersem-bahkan oleh Dinas Sosial Kabu-

paten Sumenep

NO HARI/TANGGAL PUKUL T E M P A T PESERTA

01 Kamis, 19 April 2012 08.00 WIB s/d selesai Desa Kolor Kec. Kota

Sumenep 50 orang

02 Senin, 23 April 2012 08.00 WIB s/d selesai OSIS SMK Negeri 1 Kalianget 50 orang

03 Selasa, 24 April 2012 08.00 WIB s/d selesai LSM FKP2I

Kec. Dasuk 50 orang

04 Rabu, 25 April 2012 08.00 WIB s/d selesai Desa Lenteng Timur Kec.

Lenteng 50 orang

05 Kamis, 26 April 2012 08.00 WIB s/d selesai Desa Bilis-Bilis

Kec. Arjasa 50 orang

06 Kamis, 15 Sept 2011 08.00 WIB s/d selesai MA Al Ishlah Bilapora Barat

Kec. Ganding50 orang

07 Selasa, 20 Sept 2011 08.00 WIB s/d selesai PAC IPNU Kec. Lenteng 50 orang

08 Rabu, 21 Sept 2011 08.00 WIB s/d selesai PP. An Nuqayah Lubangsa

Kec. Guluk Guluk 50 orang

09 Kamis, 29 Sept 2011 08.00 WIB s/d selesai PP. Salafiyah Safi”iyah Nurul

Islam Sapeken Kec. Sapeken 50 orang

Sosilaisasi Anti NarkobaDinas Sosial Kabupaten Sumenep 2012

Page 38: Suluh MHSA XIII

38 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Selain gencar melakukan sosial-isasi anti narkoba, Dinas So-sial Kabupaten Sumenep juga

melaksanakan kegiatan Bimbingan Motivasi dan Pembinaan Sosial ter-hadap siswa tingkat sekolah dasar.

Kegiatan ini dilaksanakan tidak hanya di Sekolah Dasar Negeri saja, namun juga di Madrasah-Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Sumenep. Sejak dari Kecamatan Rubaru hingga Kecamatan Nonggu-nong di Pulau Gayam.

Pada kegiatan ini, Dinas Sosial memberikan sumbangan berupa seragam sekolah dan beberapa per-latan sekolah lain. Sumbangan ini diharapkan dapat memotivasi se-mangat belajar siswa, sehingga yang bersangkutan makin berprestasi dan makin giat belajar.

Ada lima belas sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang menjadi objek kegiatan ini. Dengan rincian 8 SDN dan 7 MI. (*)

Iklan Layanan ini Dipersembahkan oleh Dinas

Sosial Kabupaten Sumenep

PEDULI: Seorang siswa di Desa Gaddu Timur Kecamatan Ganding sedang menerima bantuan seragam dan beberapa peralatan sekolah dari Dinas Sosial Kabupaten Sumenep

ADVERTORIAL

No Hari / Tanggal Waktu Lokasi Ket

1Kamis, 24 Mei 2012

08.00 WIB s/d selesaiSDN Bula’an II Desa Bula’an Kec. Batuputih

35 anak

2Kamis, 24 Mei 2012

10.00 WIB s/d selesaiMI Nurul Muchl i sh in Desa Pakondang Kec. Rubaru

35 anak

3Jum’at, 25 Mei 2012

08.00 WIB s/d selesaiSDN Bangselok I Kelurahan Bangselok Kec. Kota Sumenep

35 anak

4Senin, 28 Mei 2012

09.00 WIB s/d selesaiMI Nurainiyah Desa Padike Kec. Talango

35 anak

5Selasa, 29 Mei 2012

08.00 WIB s/d selesaiMI Raudlatul Amal Desa Gadu Timur Kec. Ganding

35 anak

6Selasa, 29 Mei 2012

10.00 WIB s/d selesaiMI Nurul Jadid Desa Gilang Kec. Bluto

35 anak

7Kamis, 31 Mei 2012

08.00 WIB s/d selesaiMI Miftahul Ulum Desa Aenganyar Kec. Giligenting

35 anak

8Kamis, 31 Mei 2012

10.00 WIB s/d selesaiMI An-Nibros II Desa Galis Kec. Giligenting

35 anak

9Senin, 04 Juni 2012

08.00 WIB s/d selesaiSDN Romben Rana Desa Romben Rana Kec. Dungkek

35 anak

10Senin, 04 Juni 2012

10.00 WIB s/d selesaiSDN Nyabakan Barat I Desa Nyabakan Barat Kec. Batang Batang

35 anak

11Selasa, 05 Juni 2012

08.00 WIB s/d selesaiSDN Campor Timur Desa Campor Timur Kec. Ambunten

35 anak

12Selasa, 05 Juni 2012

10.00 WIB s/d selesaiSDN Ambunten Timur I Desa Ambunten Timur Kec. Ambunten

35 anak

13Rabu, 06 Juni 2012

08.00 WIB s/d selesaiSDN Torbang III Desa Torbang Kec. Batuan

35 anak

14Kamis, 07 Juni 2012

12.00 WIB s/d selesaiSDN Somber Desa Somber Kec. Nonggunong

35 anak

15Kamis, 07 Juni 2012

14.00 WIB s/d selesaiMI Khairul Jadid Desa Pancor Kec. Gayam

35 anak

Pelaksanaan Bimbingan Motivasi dan Pembinaan SosialDinas Sosial Kabupaten Sumenep 2012

Bimbingan Motivasi dan Pembinaan Sosial

Page 39: Suluh MHSA XIII

39SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

TOLAK MIGAS: Kerumunan warga Desa Tanjung Kecamatan Saronggi Sumenep mendatangi kantor DPRD setempat. Mereka menolak ekplorasi migas yang dilkukan PT. EML di Desa mereka.

EKONOMI

Niat baik, tidak selamanya menghasilkan sesuatu yang baik pula. Begitulah orang

bijak mengatakan kepada generasi yang lebih muda agar tidak grusa-grusu, tidak tergesa-gesa. Ini yang terjadi di Desa Tanjung Kecamatan Saronggi. “Niat baik” untuk melakukan eksplorasi migas di desa ini tidak berjalan mulus karena warga menolaknya.

Penolakan terakhir, jika tidak ter-jadi lagi berlangsung awal Juli lalu. Warga Tanjung Saronggi Sumenep me-nolak eksplorasi migas. Padahal, dalam acara ini semula direncanakan sebagai istighasah untuk memohon keselama-tan secara bersama-sama. Namun, pada istighasah terkait kelanjutan eksplorasi drilling sumur ENC-1, mendapat perla-wanan dari warga.

Sejumlah pejabat yang hadir dalam acara ini terpaksa “diungsikan” karena gelombang massa tidak terkendali. Ini dilakukan untuk menghindari ter-jadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Massa yang sebagian besar ibu-ibu ini memebrikan perlawanan dengan cara bersuara bernada tak setuju dan bicara mereka nyaris tak bisa diatur dan tanpa irama. “Warga Desa Tanjung tetap me-nolak pengeboran migas. Tidak ada pil-ihan lain, hentikan pengeboran migas,” kata Suhartatik, salah seorang warga Desa Tanjung yang hadir sebagai massa antimigas.

Kisruh istighasah ini berawal saat masuk ke acara parade pidato. Bupati A Busyro Karim yang dijadwalkan un-tuk menyampaikan sambutan justru harus meninggalkan lokasi lebih awal. Tokoh masyarakat dan pejabat di ling-kungan pemerintah daerah Sumenep juga dievakuasi dengan pengawalan ketat aparat kepolisian. Petinggi daerah sebagian besar memilih meninggalkan lokasi istighasah karena massa tak terk-endali.

Awalnya istighasah berlangsung sederhana sebagaimana lazimnya doa bersama. Tetapi dalam psikologi massa dan komunikasi lintas batas yang tidak

ter-kendali, massa khusuk dan larut dalam kerumunan massa. Bahkan seba-gian warga terlihat histeris sampai ping-san ketika mengikuti acara istighasah yang berubah ke penolakan eksplorasi migas. Aksi penolakan terus tak terken-dali dan nyarsi terjadi kekisruhan.

Bahkan, Kades, Salamet, menjadi tumpuhan dan sasaran massa agar ikut menolak eksplorasi. Selain itu, kades nyaris diberondong massa. Namun masih beruntung, karena aparat yang berwajib sigap mengamankan kades yang ada di tengah-tengah massa yang mulai panas. Warga merasa ditelikung. Sebab, penolakan ekslorasi ini sudah sejak awal. Belakangan, ada upaya pen-dekatan kepada masyarakat. Bahkan. Istighasah dinilai sebagai pendekatan kultural dari pemilik modal maupun pemerintah.

Sebagaimana pernah diberitakan, sejak 3 April 2011, PT Energi Mineral Langgeng (EML), meresmikan penanja-

kan sumur gas ENC 1 di Desa Tanjung. Keberadaan sumur migas itu sudah diamati selama 6 tahun. Diperkirakan, jika pengeboran berhasil, kandungan gasnya cukup untuk memenuhi kebu-tuhan listrik di Madura, sekitar seribu megawatt. Ini juga dibenarkan Kepala Kantor Energi dan Sumber Daya Min-eral (ESDM) Kabupaten Sumenep Su-prayugi.

Disebutkan, lokasi migas sebenarn-ya layak untuk ditindaklanjuti ke tahap eksploitasi. Sebab, keberadaan sumur migas di Tanjung itu cukup ekonomis dan layak dieksploitasi. Tetapi, warga masih menolak. Manajemen PT EML, sudah tidak melakukan eksplorasi mi-gas di sumur ENC-1 atas permintaan warga setempat yang juga disetujui oleh BP Migas sejak Mei lalu. “Padahal, banyak yang berharap eksplorasi migas tetap berjalan sesuai rencana, tetapi apa daya, warga masih belum sepenuhnya setuju,” urainya. (sai/bet)

Fulus Migas Tak Selalu Mulus

foto: obbath/sm

Page 40: Suluh MHSA XIII

40 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

GENERASI BANGSA

Beberapa pekan lalu, Ayu Azhari mengunjungi Kabupaten Kabupaten Sumenep. Dalam kunjungan-nya ini, banyak sekali kegiatan yang dijalani Wanita yang didaulat menjadi duta kuliner Indonesia ini. Tampil LIVE di acara Caca Colo Machan tv dan Machan FM, Mengunjungi sentra produksi batik, Men-

gunjungi keraton dan mandi bersama bupati dan pejabat teras Sumenep, serta menghadiri festifal dan wisata kuliner pendopo kabupaten Sumenep.

Lensa Kegiatan Ayu Azhari Di Sumenep

Page 41: Suluh MHSA XIII

41SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Optimis dan selalu riangGENERASI BANGSA

Saat datang ke Sumenep dan tampil di Madura Chan-nel Televisi dan Machan FM, banyak penelpon yang rupanya sangat terpesona dengan keanggunan Ayu

Azhari. Mereka banyak yang bertanya, “apa resep kecan-tikan Ayu sehingga sekalipun kini sudah beranak empat, tapi tetap seksi dan cantik?”

Menanggapi pertanyaan ini Ayu tersenyum lebar. Menu-rut artis yang terakhir kali di peristri oleh vokalis Grup Band asal Australia, White Line, selain olahraga, kecan-tikan juga harus dirawat dengan suasana hati. “Jika hati selalu riang dan menyikapi setiap persoalan dengan ringan, maka kecantikan akan dengan sendirinya menjadi awet” Ujar ayu.

Sebaliknya, jika suasana hati selalu resah dan gela-sah, maka syaraf-syaraf pada raut muka dan seluruh jaringan tubuh akan ikut terbebani. Akibatnya, aura kecantikan akan sedikit demi sedikit hilang tanpa terasa.

Untuk itu menurut ayu, setiap wanita yang ini ingin kecantikannya awet, maka harus selalu menjaga hatinya agar tetap selalu bahagia. Setiap persoalan yang datang hendaknya diahadapi dengan enjoy santai. “Na-mun tentu tetap harus serius, enjoy bukan berarti menghadapi masalah dengan main-main”. Ucapnya sem-bari tersenyum.

Ditengah kesibukannya sebagai artis dan ibu rumah tangga, Ayu mengaku selalu meluangkan waktu untuk rIleks bersama anak-anakn-ya. Sehingga kondisi psikologisnya selalu terjaga dan moodnya senan-tiasa selalu positif. “Itu sangat membantu dalam upaya perawatan kecantikan”. Pungkas Ayu (obeth)

Page 42: Suluh MHSA XIII

42 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

ASPIRASI

Dugaan pungli (pungutan liar) di kankemenang (kan-tor kementrian agama)

Pamekasan belum berakhir. Meski pada bulan Mei aksi serupa berlang-sung di Pamekasan dan kanwilke-menang Jatim, namun gelombang aksi ini tak bubrah juga. Aksi lan-jutan terus berlanjut di bulan Juni, dan rusuh. Tiga orang pengunjuk rasa yang melakukan demontrasi di bawah bendera guru dan terluka (di bibir, kepala, dan pelipis). Di-duga, lukanya aktivis pengunjuk rasa ini disebabkan terkena bogem maupun pentungan nyasar dari beberapa orang yang mirip aparat yang berwajib.

Mengapa aktivis termasuk guru di lingkungan kankemenag Pame-kasan berunjuk rasa, apa masalahn-ya. Hasil telusur SULUH menyebut-kan, sebagian civitas di lingkungan kankemenag gelisah. Keresahan ini dipicu adanya dugaan pungli yang ditengara diberlekaukan kankeme-nag kepada siswa dan guru berpro-gram sertifikasi. Kankemenag di-duga memberikan instruksi kepada para siswa di sekolah-sekolah yang berada dibawah lembaga itu agar membayar biaya ujian kenaikan kelas sebesar Rp. 100 ribu hingga Rp200 ribu.

Begitu juga, kankemenag me-mebrikan instruksi kepada para guru yang telah mengikuti program

sertifikasi dan akan mengambil ser-tifikatnya. Mereka dikenai “pajak” sebesar Rp. 50 ribu. Tidak itu saja, Kepala kantor KUA di masing-mas-ing kecamatan juga dikenai pungli senilai Rp. 40 ribu untuk setiap uru-san pernikahan yang melibatkan kankemenag (KUA). Akibat dari semua dugaan ini, massa bergerak dengan tuntutan yang sama, mem-inta Kankemenag Pamekasan (Nor-maludin) mengundurkan diri atau Pimpinan Kementrian Agama di Pusat memindahkan orang nomor satu di kankemenag Pamekasan.

Desakan massa ini nyaris tidak terdengar. Pemerintah melalui Kementrian Agama tetap membi-arkan kepala kankemenag Pame-kasan menjabat tugasnya. Sikap kecewa terhadap pemerintah ini ditindaklanjuti dengan unjuk rasa yang akhirnya ricuh. Kericuhan terjadi karena tindakan pendemo dianggap “ter-la-lu”. Buktinya, pen-demo melemparkan beberapa telur busuk dan tomat ke papan nama Kantor Kemenag Pamekasan.

Awalnya, tindakan itu masih dibiarkan aparat. Aksi berikutnya, beberape pendemo meletakkan poster bergambar Kepala Kemenag Pamekasan Normaluddin, di jalan raya, di depan kankemenag dan hendak dibakar. Petugas melarang, namun pendemo tidak mengin-dahkan. Belum sempat dibakar,

sejumlah aparat merangsek maju mencegah pendemo yang siap membakar poster. Tubuh pendemo ditarik ke belakang, lalu diduga dipukuli aparat dan menyisakan lupa bagi para pendemo.

Mengapa polisi bersikap tegas dalam unjuk rasa ini? Kapolres Pamekasan, AKBP Nanang Cha-darusman, yang memimpin penga-manan unjuk rasa mengatakan, tindakan jajarannya mencegah pen-demo membakar sejumlah poster bergambar Kamenag sudah sesuai dengan prosedur. Polisi mengang-gap tindakan aktivis telah meng-ganggu jalan umum. Untuk meng-hindari terjadinya sesuatu dan lain hal yang lebih besar daripada sekedar membakar foto, pihaknya khawatir massa bringas dan mem-bakar yang lain seperti kendaraan. “Kami hanya mencegah kejadian yang tidak diinginkan,” kapolres menegaskan.

Benarkah ada pungli di ling-kungan Kankemenang Pamekasan? Kepala Kankemenag Pamekasan Normaluddin membantah tudin-gan pungli maupun sebagai otak pungutan liar. Dia merasa sebagai orang baru di Kankemenag Pame-kasan. Bila pungli benar-benar ada, dia duga terjadi sebelum akhirnya di menjabat sebagai Kankemenag. Normaluddin juga membantah tel-ah mengeluarkan instruksi untuk menarik pungli seperti yang di-tuduhkan pengunjuk rasa. “Tidak ada perintah dari lembaga untuk memungli,” tegasnya.

Salah seorang pengunjuk rasa, Zainal Abidin, mengaku sangat kecewa terhadap tindakan aparat yang represif. Sebab, pihaknya hanya melakukan unjuk rasa dan menyampaikan pendapat. Selain itu, para aktivis belum sempat

Anarkisme dalam Demo Kankemenag

DUGAAN PUNGLI DI KANKEMENAG PAMEKASAN

Page 43: Suluh MHSA XIII

43SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

membakar foto (karikatur) ber-gambar kepala kankemenag. Ak-tivis juga memberikan second opin-ion agar Kankemenag Pamekasan diberhentikan karena dinilai gagal memimpin lembaga di bawah ke-menag itu. “Jika memang tidak ada pungli, ya harus dibuktikan,” Zainal mendesak kankemenag.

Sebagai catatan akhir, telusur SULUH juga menyerap aspirasi dari kelompok masyarakat. Secara kelambagaan, kankemenag agak sulit mengeluarkan instruksi untuk melakukan pungli. Tetapi pungli di lingkungan kankemenag dinilai lumrah dan sifatnya personal. Sia-pa personal yang menarik pungli,

Aktivis yang tergabung dalam The Ngadek Sodek Parjuge turun ke jalan. Tidak sep-

erti lazimnya aktivis yang lain, para pemain teater ini menyembulkan isyarat tentag kesengsaraan yang disebabkan banyak hal. Baik karena himpitan kaum alit atas regulasi, pemiskinan yang teroganisasi, dan harga-harga yang terus merangkak di tengah pendapatan masyarakat yang tak beranjak. Rakyat teral-ienasi akibat hidup dikendalikan oleh para pembohong. Benar kata Soe Hok Gie, lebih baik terasing, daripada menyerah pada kemunafi-kan.

baik pada aspek pembiayaan ujian, pengambilan sertifikat guru (ber-sertifikasi), maupun pada setiap pernikahan, selalu tidak jelas. Boleh jadi pungli personal ini tidak hanya di kankemenag tetapi masyarakat yakin di institusi lain juga terja-di, secara sembunyi-sembunyi, di bawah meja. (naf/bet)

Anak-anak muda itu melawan den-gan caranya sendiri. Mereka tidak saja melawan kemiskinan tetapi juag melawan tiran. Mereka melu-muri dirinay dengan bedak, hitam putih warnanya, dwiwarna juga. Dalam penggalan larik puisi, Jejak, mereka beranjak, berteriak puitis; Dari sudut ruangan gelap, ternyata aku menemukan GIE, tidak sekedar seloroh sineas kapitalis yang me-mancingku mengenalmu.

Jika saja saat itu kau ada mene-maniku sekedar bercengkrama tentang moral, aku tak yakin akan banyak orang yang mendengarmu,

hingar bingar kekinian akan me-nenggelamkanmu dalam hiruk pi-kuk ego. Tapi siang itu, kau terlalu hebat untuk dilupakan GIE’, yang aku baca bukan melulu tentang filosofimu yang tegak seperti ka-rang, tapi tentang kekuatan prin-sip, yang membuat catatan usang-mu tetap hidup, meski kau telah lama ditelan Semeru.... “Ini hanya aktivitas sebagai tanda bahwa per-lawanan tak pernah usai,” kata ku-rator seni-demonstratif yang mem-impin aksi ini, Yanuar Herwanto.

Lelaki yang akrab disapa Wawan itu menyadari pemerintah secara intelektualitas jauh lebih tinggi daripada masyarakatnya. Tetapi intelektualnya yang tinggi kadang-kadang membuat keputusan yang kurang cerdas. Sebab, untuk menu-tupi kelemahan pemerintah rakyat dikorbankan. Rencana kenaikan BBM menurut Wawan hanya salah satu contoh keputusan yang sesat karena dianggap satu-satunya opsi dan dipaksakan pula. “Untung masih ada yang cerdas, memprotes kenaikan harga BBM,” katanya.

Selain itu menurut Wawan, Pemer-intah terlihat egois dalam mem-buat keputusan. “Taruhlah dalam hal kenaikan BBM ini. Masuk akal jika yang tidak didengarkan adalah mahasiswa. Tapi ini kan yang bilang bahwa masih ada alternatif lain ada-lah Pak Kwik Kian Gie” Ujarnya ke-sal.(abe)

Reportoar di Atas TrotoarTEATERIKAL: Sejumlah aktifis The Ngadeg Sodeg Parjuge menggelar aksi teaterikal menolak kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM.

foto: abe/sm

Page 44: Suluh MHSA XIII

44 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

OBITUARI

Semasa hidupnya, Idris Jau-hari berkhidmat sebagai pelaku dalam pengembangan pendidikan berbasis pesantren khususnya di Al Amien Prenduan. Sosoknya ber-wibawa dan memiliki kepribadian yang sangat peka terhadap tanda-tanda jaman. Selain itu, Idris kon-sisten dalam memadukan pendidi-kan salaf dan khalaf yang bertitik tekan pada aspek etika dan akhlak. Bahkan kepribadiannya lebih cen-drung mencerminkan sebagai sufi (modern), qanaah, santun dan se-derhana.

Di sela-sela kesibukannya seba-gai pengasuh dan salah satu ang-gota majelis kiai di lingkungan Pondok Pesantren Al Amien, Idris masih sempat bersilaturahim dengan masyarakat sekitarnya dan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan tahlilan. Selain itu, almarhum meng-isi seminar baik di Madura, Jawa, dan luar Jawa. Diantaranya, menjadi nara sumber dalam Dialog Interaktif “Potret Pesantren Masa Depan” di Pondok Pesantren Inayatullah, Su-matera Selatan (2001). Narasumber dalam Dialog Kependidikan di kam-pus IAIN Raden Fatah Palembang (2001). Narasumber dalam Sarase-han Kiai Pimpinan Pondok Pesantren Alumni Gontor, di Pondok Gontor Ponorogo (2002).

Idris juga diundang sebagai pemakalah dalam Halaqah Pendidi-kan di Malang (2002), Sarasehan tentang Sistem Pendidikan Pesant-ren di Era Otonomi Daerah (2002), Halaqah Pendidikan di Pondok Pesantren La Raiba Tabanan, Bali (2002), narasumber Halaqah Pen-didikan di Banyuwangi (2002), Semi-nar Pondok Alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo (2006), Simpo-sium Pendidikan di Gedung Nasional Indonesia Sumenep (2006) dan nara-sumber dalam Kongres Budaya Ma-dura ((2007).

Kakak kandung Maktum Djauhari ini juga menjadi narasumber dalam Halaqah Pendidikan Pesantren di Sampang (2007), Dialog Politik dan Keumatan di Pondok Modern Gontor, meresmikan PP. Darul Qur’an Wal Hadits Bashirah Al-Idrisi, Lombok Tengah (2008), Kongres I Bahasa Ma-dura Pamekasan (2009), Bedah Buku Generasi Robbi Rodliya di STAIN Jember (2008). Idris juga sem-pat menghadiri Pertemuan Forum Pesantren Mu’adalah di Pondok Mod-ern Darussalam Gontor Ponorongo (2008), mengisi Ceramah Agama di

Ketika Sang Sufi itu Pergi

foto: david/sm

Pagi sekitar pukul 06.55, Pondok Pesantren Al Amien Berduka. Salah satu pengasuh di pon-

dok terbesar di Madura ini, KH Idris Jauhari wafat. Adik kandung KH Tid-jani Djauhari (alm) itu wafat dalam usia yang belum genap 60 tahun (28 Nopember 1952 – 28 Juni 2012) ka-rena penyakit yang dideritanya, stroke berat. Almarhum meninggalkan se-orang istri (Ny. Hj. Zahrotul Wardah) dan 5 orang anak (H Ghozi Mubarok Idris, Hj. Faiqoh Bariroh Idris, Nazlah Hidayati Idris, Hj. Daniatul Karomah Idris dan Ny. Bisyarotul Hanun Idris).

Page 45: Suluh MHSA XIII

45SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

PP. Salman Al-Farisi, Lombok Tengah (2008), Ceramah Agama di Yayasan Islam Alimuddin Ridlo, Kab. Jonggat, Lombok Tengah (2008) dan mengisi khutbah Jumatan di Masjid Gemma Prenduan sejak tahun 1971.

Selain aktif mengajar dan mengi-si pengajian sosial-kemasyarakatan, ayah Ghozi Mubarak ini juga aktif menulis buku maupun bahan ajar peserta didik. Diantaranya, Ilmu Jiwa Umum, Ilmu Jiwa Pendidikan, Mabadi Ilmi Tarbiyah, Mabadi Ilmi Ta’lim, Tauhid III, Bani Umayyah dan Khulafaur Rasyidin. Buku lainnya, Ringkasan Sejarah Nabi, Muthala’ah I – VI, Al-Adzkar wal Al-‘Ad’iyah, Dzikrullah, Fiqhun Nisa’ I – II, Adab Sopan Santun, Nushus, Faroid, Al-Jurumiyah, Shorrof dan Generasi Robbi Rodliya.

Kakek 7 cucu ini juga menyusun SKIA I – V, Sekitar Salat Jamaah, Juk-lak Ujian Tahriri, Ujian Syafahi, Amal-iyah Tadries, Khutuwat Tadries, Oto Identifikasi, Oto Biografi, Petunjuk Amaliyah, Berkembang, Berjasa dan Mandiri. Buku-buku lainnya karya Idris Jauhari antara lain Alumni Se-

bagai Perekat Umat, Hubungan Kerja Sama, Pembudayaan Hidup Islami, Ma’hadi dan Tarbawi, TMI Apa, Siapa dan Bagaimana, Sekilas tentang TMI Al-Amien Prenduan, Mufakkiroh, Sistem Pendidikan Pesantren, Khot Naskhi, Kutaib dan GABKO (Garis-garis Besar Kebijakan Organisasi Santri). Pria kreatif ini juga menulis buku Anak Muda Menjadi Sufi, Menc-etak Muslim Multi Terampil, Disip-lin dan Hidup Berdisiplin, Hakikat Pesantren dan Kunci Sukses, Cara Belajar Efektif, Tazkiyah, dan Ta-zwidul Mufrodat.

Humas Pondok Pesantren Al Am-ien Ust Jakfar Shodiq atas nama ke-luarga besar pondok merasa sangat kehilangan. Bahwa KH Idris Jauhari selalu memberikan rasa hormat kepada siapapun, Jakfar yakin se-mua pihak yang mengenalnya su-dah mafhum. Tetapi, Jakfar merasa perlu menyampaikan kepada publik tentang pesan-pesan almarhum ke-pada jajaran pondok. Diantaranya, almrhum minta santri dan civitas Al Amien menyuburkan salat ber-jamaah, mengedepankan akhlakul karimah, tidak bosan menuntut

ilmu bahkan sampai S3, tidak me-mutus silaturrahim, dan tidak setengah-setengah dalam mengab-dikan diri kepada pendidikan. Sua-tu ketika, kata Jakfar, di hadapan para ustadz Idris Jauhari pernah menyampaikan bahwa dirinya akan mengabdikan dirinya kepada pen-didikan (pesantren) sampai akh-irnya maut menjemput. “Banyak hal yang diajarkan almarhum untuk hidup dan kehidupan itu sendiri,” katanya terbata-bata.

Seorang pelayat, Ruysdi, men-gaku menemukan karakteristik yang bershaja dalam diri Idris Jauhari. Ini ditampilkan dari gaya bicara, men-yapa, busana, dan model komunikas-inya yang lintas batas usia. Sebagai salah seorang ustadz, Rusydi pernah kehilangan sepeda onthel. Berita ke-hilangan sepeda yang dia gunakan untuk pergi dan pulang mengajar itu sampai ke telinga Idris. Rusydi pun dipanggil, diklarifikasi. Kemudian, Rusydi diminta membuat berita aca-ra kehilangan dan penerimaan uang dari KH Idris Jauhari. Awalnya, Idris mengatakan bahwa uang yang dic-airkan dari kantong pribadinya itu sebagai pinjaman yang harus dicicil Rusydi.

Saat hendak mencicil uang sepe-da, Idris selalu mempersulit Rusydi. Sampai akhirnya, cicilan itu men-umpuk hingga tiga bulan lamanya tak terbayar. Ini bukan Rusydi tidak mau bayar karena birokrasi yang diterapkan cukup ruwet dan Rusydi selalu gagal bertemu Idris. Di bulan keempat, sebelum akhirnya Rusydi menghadap, Idris memanggilnya. Rusydi khawatir ada klarifikasi ka-rena cicilan sepedanya tidak sesuai waktu meski dia sebenarnya mau bayar. “Tetapi apa yang terjadi, saya diuji kiai bahwa sesungguhn-ya sepeda itu sebenarnya memang diberikan secara cuma-cuma,” kenangnya. (abe)

Khusu’: Sejumlah tokoh masyarakat, santri dan kiai tampak berdoa dengan khusu’ setelah menyolatkan KH. Idris Jauhari di kediamannya di Desa Prenduan Kecamatan Pragaan Sumenep.

foto: abe/suluh

Page 46: Suluh MHSA XIII

46 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

OASE

Awal abad ke-19, seba-gian besar wilayah India bertekuk lutut kepada Inggris. Jejak eksploitasi Inggris menimbulkan kes-

engsar dan rakyat India muak. Lalu para prajurit India yang masuk militer Inggris (Sepoy) meletuskan pember-ontakan (Pemberontakan Sepoy).

Pasca pemberontakan ini meski belum berhasil mengusir Inggris saat itu, tetapi satu hal positif yang lahir dari masyarakat; kesadaran nasional-isme. Warga India bergerak sendiri, di negerinya sendiri untuk memperbaiki nasib. Budaya Barat yang dipaksakan Inggris mendapat perlawanan dari rakyat karena mereka cinta terhadap budayanya sendiri. Nasionalisme In-dia bukan hanya gerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan, tetapi juga untuk pembaharuan sumber daya manusia.

Di republik ini, pembaharuan dalam kekuasaan politik kolonial awalnay tidak begitu jauh dari India. Keterkungkungan negara atas kuasa kolonial memunculkan perlawanan dan baru pada tahun 1945 Indonesia merdeka setelah dalam kurun waktu 3,5 abad terjajah dari berbagai aspek. Bung Karno pada mengajak seluruh bangsa untuk terus-menerus meng-gerakkan dan mengobarkan revolusi, dan melawan segala macam pemer-asan dan penindasan terhadap raky-at oleh segala kekuatan reaksioner

dalam negeri maupun luar negeri. Ini menjadi pedoman bagi semua kekua-tan yang berjuang untuk kepentingan rakyat miskin, wong cilik, marhaen, proletar dan bagi rakyat banyak.

Dalam perkembangan bangsa, ada realitas yang terbalik ketika kaum marhaen benar-benar berada di bawah dan paling pinggir. Satu sisi, ada pihak yang susah untuk sekedar makan dan pada sisi lainnya ada pihak yang makan berlebihan. Kekenyangan pada masyarakat yang kelaparan ini ternyata sebuah penyakit, bulimia nervosa. Ini adalah kelainan cara ma-kan yang terlihat dari kebiasaan ma-kan berlebihan yang terjadi secara terus menerus. Padahal, sederhana sesungguhnya sudah lebih ari cukup.

Tetapi koruptor itu, tidak saja menderita bulimia nervosa namun juga membawa penyakit kleptoma-nia. Penelitian menunjukan, bahwa kelainan mental ini juga disebab-kan oleh proses kimiawi yang ada di dalam otak. Para ahli menduga bah-wa kelainan neurotransmitter dalam otak, utamanya neurotransmitter ser-otonin merupakan pemicu terjadinya penyakit ini. Sehingga, ada kehendak untuk berkuasa lebih terhadap yang dimiliknya dan bertahta atas sesuatu yang bukan miliknya.

Penyakit ini umum muncul pada masa puber dan ada sampai dewasa. Pada beberapa kasus, kleptomania di-derita seumur hidup. Penderita juga

mungkin memiliki kelainan jiwa lain-nya, seperti kelainan emosi, Bulimia Nervosa, paranoid, schizoid atau bor-derline personality disorder. Klepto-mania dapat muncul setelah terjadi cedera otak traumatik dan keracunan karbon monoksida. Tetapi dalam kon-teks mengambil sesuatu yang bukan miliknya dan makan berlebihan yang juga bukan rejekinya di republik ini, kehadiran bulimia nervosa dan klep-tomania sebentuk personifikasi yang menjauhkan rakyat dari miliknya, ke-daulatan. Sehingga, kehadiran rakyat di republik ini tetap miskin, terbe-lenggu, teraniaya, dizalimi, dan begitu banyak jumlahnya.

Populasi warga miskin versi BPS (2010) mencapai 31,02 juta jiwa (13,33%). Ada beberapa pihak yang tidak mempercayai sepenuhya angka-angka ini. Sebab, angka keseluruhan rakyat miskin yang sebenarnya justru mendekati 40 juta jiwa. Tetapi, jum-lah 31 juta jiwa orang miskin nyat-anya sudah sangat besar. Berdasar pengalaman selama berpuluh-puluh tahun sejak pemerintahan orba sam-pai sekarang jumlah rakyat miskin masih tetap terus tinggi dari tahun ke tahun. Sat ini pun, agak sulit ber-harap bahwa jumlah orang miskin di Indonesia akan bisa berkurang dalam jangka pendek. Terutama sepanjang hukum tak tegak, dan sejauh pender-ita bulimia nervosa dan kleptomania berkeliaran. (*)

Bulimia NervosaOleh : ABRARI ALZAEL

Page 47: Suluh MHSA XIII

47SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Page 48: Suluh MHSA XIII

48 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012