Sultan Iskandar Muda

7
 SULTAN ISKANDAR MUDA Pendahuluan Hampir dalam seluruh aspek kehidupan menunjukkan bahwa zaman Sultan Iskandar muda merupakan masa kegemilangan Aceh. Dia tidak hanya mampu menyusun dan menetapkan berbagai konsep qanun (undang-undang dan peraturan) yang adil dan universal, tetapi juga telah mampu melaksanakan secara adil dan universal pula. Sebagai seorang yang masih sangat muda menduduki tahta kerajaan (usia 18-19 tahun), kesuksesan Sultan Iskandar Muda sebagai penguasa Kerajaan Aceh Darussalam telah mendapat pengakuan bukan hanya dari rakyatnya, tetapi dari musuh-musuhnya dan bangsa asing di seluruh dunia. Sultan Iskandar Muda telah berhasil menyatukan seluruh wilayah semenanjung tanah Melayu di bawah panji kebesaran Kerajaan Aceh Darussalam. Dia juga telah berhasil  menjalin hubungan diplomasi perdagangan dengan berbagai bangsa Asing, sehingga secara internasional Aceh tidak hanya dikenal sebagai sebuah negeri yang sangat kaya dengan berbagai sumber daya a!amnya, tetapi kekayaan itu benar-benar dapat dinikmati secara bersama oleh rakyatnya. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, dia telah menempatkan para ulama dan kaum cerdik pandai pada posisi yang paling mulia dan istimewa. Sehingga pada masa pemerintahannya  , Kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan tamaddun di Asia Tenggara yang paling banyak dikunjungi oleh para kaum pelajar dari seluruh dunia. Selama lebih kurang 30 tahun masa pemerintahannya, yaitu (1606 - 1636 M) dia telah berhasil membawa Kerajaan Aceh Darussalam ke atas puncak kejayaannya,  hingga mencapai peringkat kelima di antara kerajaan Islam terbesar di dunia. Silsilah, Kelahiran dan Masa Kecil Sultan Iskandar Muda Sampai saat ini belum diketahui secara pasti mengenai tahun kelahiran Sultan Iskandar Muda. Namun dari hasil identifikasi atas beberapa sumber yang ada menegaskan bahwa dia lahir sekitar tahun 1583. (Denys Lombard, 1991: 225-226). Ibunya keturunan keluarga Raja Darul Kamal (Malaka) bernama Puteri Raja Indra Bangsa, yang juga dikenal dengan nama Paduka Syah Alam, Puteri Sultan Alaidin Ri’ayat Syah (1589-1604). Sultan Ri’ayat Syah adalah putera Sultan Firman Syah bin Sultan Inayat Syah. ( Hikayat Aceh : par. 16, 72). Sedangkan ayahnya bernama Sultan Alauddin Mansur Syah putera dari Sultan Abdul Jalil bin Sultan ’Alaiddin Ri’ayat Syah Al-Kahhar (1539-1571). Pada kurun-kurun berikutnya keturunan ayahnya inilah yang dikenal sebagai keturunan Raja Makota Alam I (Denys Lombard: 1991, 223). Dengan demikian berarti Sultan Iskandar Muda merupakan percampuran darah Malaka dan Aceh. Pada masa kecilnya, Iskandar Muda yang dijuluki Raja Zainal atau Raja Silan ini sangat senang bermain boneka kuda, gajah dan biri-biri yang dapat bertarung yang terbuat dari emas. (Hikayat Aceh : par.124, 119). Selain itu dia juga ikut bermain panta,  (Hikayat Aceh : par.124, 120) dan kalau pada malam hari ketika bulan terang dia mengadakan permainan meuraja-raja bersama teman-temannya (Zainuddin, 1957: 17). Pendidikan Sultan Iskandar Muda Sultan lskandar Muda yang pada masa bayinya sering disebut Tun Pangkat Darma Wangsa, (Zainuddin: 1957, 21) dibesarkan dalam lingkungan keluarga istana, sehinga sejak masa kecilnya telah mengetahui bagaimana seluk beluk kehidupan adat dan tata

Transcript of Sultan Iskandar Muda

Page 1: Sultan Iskandar Muda

5/13/2018 Sultan Iskandar Muda - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sultan-iskandar-muda 1/7

SULTAN ISKANDAR MUDA

Pendahuluan

Hampir dalam seluruh aspek kehidupan menunjukkan bahwa zaman Sultan

Iskandar muda merupakan masa kegemilangan Aceh. Dia tidak hanya mampu menyusundan menetapkan berbagai konsep qanun (undang-undang dan peraturan) yang adil dan

universal, tetapi juga telah mampu melaksanakan secara adil dan universal pula. Sebagai

seorang yang masih sangat muda menduduki tahta kerajaan (usia 18-19 tahun),

kesuksesan Sultan Iskandar Muda sebagai penguasa Kerajaan Aceh Darussalam telah

mendapat pengakuan bukan hanya dari rakyatnya, tetapi dari musuh-musuhnya dan

bangsa asing di seluruh dunia.

Sultan Iskandar Muda telah berhasil menyatukan seluruh wilayah semenanjung

tanah Melayu di bawah panji kebesaran Kerajaan Aceh Darussalam. Dia juga telah

berhasil  menjalin hubungan diplomasi perdagangan dengan berbagai bangsa Asing,

sehingga secara internasional Aceh tidak hanya dikenal sebagai sebuah negeri yang

sangat kaya dengan berbagai sumber daya a!amnya, tetapi kekayaan itu benar-benar

dapat dinikmati secara bersama oleh rakyatnya.

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, dia  telah menempatkan para

ulama dan kaum cerdik pandai pada posisi yang paling mulia dan istimewa. Sehingga

pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi salah satu

pusat ilmu pengetahuan dan tamaddun di Asia Tenggara yang paling banyak dikunjungi

oleh para kaum pelajar dari seluruh dunia.

Selama lebih kurang 30 tahun masa pemerintahannya, yaitu (1606 - 1636 M) dia

telah berhasil membawa Kerajaan Aceh Darussalam ke atas puncak kejayaannya, hingga

mencapai peringkat kelima di antara kerajaan Islam terbesar di dunia.

Silsilah, Kelahiran dan Masa Kecil Sultan Iskandar Muda

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti mengenai tahun kelahiran SultanIskandar Muda. Namun dari hasil identifikasi atas beberapa sumber yang ada

menegaskan bahwa dia lahir sekitar tahun 1583. (Denys Lombard, 1991: 225-226).

Ibunya keturunan keluarga Raja Darul Kamal (Malaka) bernama Puteri Raja Indra

Bangsa, yang juga dikenal dengan nama Paduka Syah Alam, Puteri Sultan Alaidin Ri’ayat

Syah (1589-1604). Sultan Ri’ayat Syah adalah putera Sultan Firman Syah bin Sultan

Inayat Syah. ( Hikayat Aceh : par. 16, 72). Sedangkan ayahnya bernama Sultan Alauddin

Mansur Syah putera dari Sultan Abdul Jalil bin Sultan ’Alaiddin Ri’ayat Syah Al-Kahhar

(1539-1571). Pada kurun-kurun berikutnya keturunan ayahnya inilah yang dikenal

sebagai keturunan Raja Makota Alam I (Denys Lombard: 1991, 223). Dengan demikian

berarti Sultan Iskandar Muda merupakan percampuran darah Malaka dan Aceh.

Pada masa kecilnya, Iskandar Muda yang dijuluki Raja Zainal atau Raja Silan ini

sangat senang bermain boneka kuda, gajah dan biri-biri yang dapat bertarung yangterbuat dari emas. (Hikayat Aceh : par.124, 119). Selain itu dia juga ikut bermain panta, 

(Hikayat Aceh : par.124, 120) dan kalau pada malam hari ketika  bulan terang dia

mengadakan permainan meuraja-raja bersama teman-temannya (Zainuddin, 1957: 17).

Pendidikan Sultan Iskandar Muda

Sultan lskandar Muda yang pada masa bayinya sering disebut Tun Pangkat Darma

Wangsa, (Zainuddin: 1957, 21) dibesarkan dalam lingkungan keluarga istana, sehinga

sejak masa kecilnya telah mengetahui bagaimana seluk beluk kehidupan adat dan tata

Page 2: Sultan Iskandar Muda

5/13/2018 Sultan Iskandar Muda - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sultan-iskandar-muda 2/7

kerama dalam istana, baik dalam hal sopan santun antar anggota keluarga raja maupun

dalam urusan penyambutan tamu dan lain sebaginya. Sejak usia antara 4 dan 5 tahun

kepadanya telah diajarkan berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan

Agama dengan cara menghadirkan ulama sebagai gurunya. Selain dia, ke dalam istana

diikutsertakan juga teman-temannya yang lain untuk belajar bersama. (Zainuddin, 1957:

20)

Ketika usianya mencapai baligh, ayahnya menyerahkan Iskandar Muda bersama

beberapa orang budak pengiringnya kepada Teungku Di Bitai (salah seorang ulama

turunan Arab dari Baitul Mukadis yang sangat menguasai ilmu falak dan ilmu firasat).

Dari ulama ini secara khusus dia mempelajari ilmu nahu. Melihat kecerdasan, ketekunan,

kemuliaan sikap dan tingkah laku lskandar Muda telah menjadikannya sebagai salah

seorang murid yang paling disayangi oleh Teungku Di Bitai. Karena itu, pada suatu hari

gurunya diilhami untuk memberikan satu nama kebesaran kepadanya dengan gelar Tun

Pangkat Peurkasa Syah (Zainuddin, 1957: 27). Semenjak saat itu, panggilan Peurkasa 

terhadap Iskandar Muda yang masih muda belia semakin populer bukan hanya di

kalangan istana saja tetapi julukan itu semakin terkenal hingga ke seluruh pelosok

negeri.

Dalam kurun-kurun berikutnya, ayahnya Sultan Mansursyah mulai menerimakedatangan ulama-ulama terkenal dari Mekah, di antaranya Syekh Abdul Khair Ibnu

Hajar dan Sekh Muhammad Jamani yang keduanya ahli dalam bidang ilmu fiqah, tasawuf  

dan ilmu falak. Selanjutnya hadir lagi seorang ulama yang sangat termasyhur dari

Gujarat yakni Sekh Muhammad Djailani bin Hasan Ar-Raniry. Ketiga orang ulama ini telah

banyak berjasa dalam mengajarkan dan mengilhami wawasan intelektual Iskandar Muda.

Selain itu, dia juga rajin mendatangi dan bertanya kepada ulama-ulama lain yang

berada di luar istana untuk mempejarai berbagai ilmu yang belum diketahuinya. Pada

saat menjelang dewasa, karena Iskandar Muda memiliki keberanian yang luar biasa

dibanding orang lain dalam hal menegakkan kebenaran, maka kawan-kawannya dari

barisan pemuda memberinya gelar Peurkasa Alam yang belakangan juga dikenal dengan

sebutan Makota (Meukuta) Alam.

Penobatan Sultan Iskandar Muda

Menurut sumber-sumber Eropa yang merujuk pada peristiwa gagalnya

penyerbuan Don Martin Affonso di Aceh, menyebutkan bahwa Iskandar Muda dinobatkansebagai Sultan pada tanggal 29 Juni 1606. Akan tetapi dalam naskah Bustanus-Salatin

ditemukan keterangan bahwa dia diangkat sebagai Sultan pada 6 Zulhijjah 1015 H (awal

April 1607 M). (Bustanus-Salatin II, XIII, 23). Tindakan pertama Sultan Iskandar Muda

dalam mengawali karirnya adalah mengamankan golongan yang terdiri dari orang kaya

yang sejak tahun 1604 telah bersekongkol menjadi oposisinya istana. Dia menjatuhkan

hukuman yang setimpal dengan segala tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh

para oposisi yang tidak mau memberikan dukungan dalam upaya menegakkan

kebenaran. Di sisi lain, para generasi muda yang sebagian besar merupakan sahabat dan

teman-temannya waktu kecil yang pernah belajar mengaji bersama memberikandukungan yang sangat luar biasa. Itulah sebabnya mengapa kemudian dia disebut

sebagai Sultan Iskandar Muda, tidak lain karena dia mempunyai pendukung utama dan

bala tentara dari orang-orang muda atau orang-orang yang memiliki semangat muda.

Kebijakan Sultan Iskandar Muda dalam Menegakkan Hukum dan Adat

Karena rakyat Aceh terdiri dan beberapa kaum dan sukee, maka Sultan Iskandar

Muda mengangkat dan menetapkan pimpinan adat pada masing-masing kelompok sukee

yang ada. Selain untuk menyatukan mereka pengangkatan pimpinan adat ini juga

Page 3: Sultan Iskandar Muda

5/13/2018 Sultan Iskandar Muda - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sultan-iskandar-muda 3/7

dimaksudkan untuk mempermudah penerapan berbagai program pemerintahannya.

Untuk menjamin langgengnya kerajaan Aceh di bawah panji-panji persatuan,

kedamaian dan kemakmuran Sultan Iskandar Muda kemudian menyusun tata negara atas

empat bagian. (Ismuha: 1988, 155)

1. Segala persoalan yang menyangkut tentang adat maka kebijaksanaannya diserahkan

kepada sultan, penasehat dan orang-orang besarnya.

2. Segala urusan hukum diserahkan kepada para ulama yang pada masa Syekh

Nuruddin Ar-Raniry diangkat sebagai qadhi malikuladil.

3. Urusan qanun, majelis adab, sopan santun dan tertib dalarn pergaulan hidup

bermasyarakat, termasuk mengenai berbagai upacara adat diserahkan kepada

kebijaksanaan Maharani (Putroe Phang).

4. Sedangkan urusan reusam (pertahanan dan keamanan) berada dalam kekuasaan

Panglima Kaum atau Bentara pada masing-masing daerah.

Segala kebijakan mengenai adat, hukum, qanun dan reusam itu kemudian

tertuang dalam sebuah hadih maja yang hingga saat ini masih dikenal dalam masyarakat

Aceh yang berbunyi :

Adat bak poteu meureuhum,

hukom bak syiah kuala

Meujeuleueih kanun bak putroe phang,

reusam bak bentara (laksamana).

Setelah menetapkan orang-orang yang bertanggungjawab mengatur masing-

masing urusan tersebut, Sultan Iskandar Muda kemudian menyusun dan mengeluarkan

berbagai qanun yang akan dijakdikan pegangan. Mengenai aturan yang menentukan

martabat, hak dan kewajian segala Uleebalang serta pembesar kerajaan tertuang dalam

sebuah qanun yang dikenal dengan adat meukota alam. 

Menurut naskah Adat Aceh, dalam menyusun qanun tersebut Sultan Iskandar

Muda melibatkan para Syaikhul-Islam, Orang Kaya Sri Maharaja Lela, Penghulu Karkun

Raja Setia Muda, Katibul Muluk Sri Indra Suara dan Sri Indra Muda beserta para perwira-

perwira Balai Besar untuk membuat dan menyusun qanun (peraturan) yang sesuai

dengan tatakerama dan maklumat Raja. Di dalamnya memuat sebanyak sembilan fasal.

Pada bagian pertama sangat jelas menggambarkan watak kewibawaan Sultan sebagai

penguasa, di mana di dalamnya menguraikan tentang perintah segala raja raja.

Selain itu, qanun yang dibuat pada masa Sultan Iskandar Muda juga dapat

ditemukan dalam beberapa bagian dari naskah Tajus-Salatin yang ditulis oleh Bukhari Al-

Jauhari. Bahkan beberapa bab dalam naskah ini secara khusus membahas secara

manusiawi tentang bagaimana hubungan yang baik antara raja dengan rakyat termasuk

masyarakat non muslim dan begitu juga sebaliknya. Dalam naskah ini juga ditetapkanmengenai pegawai raja, pemimpin perang, penghulu dan uleebalang (Tajus-Salatin: 16). Dalam naskah Mahkota  Raja-raja pada bagian ketiga secara khusus membahas tentang

adat majelis raja-raja.

Dari beberapa naskah kuno peninggalan abad ke-16 menunjukan bahwa Sultan

Iskandar Muda memiliki kebijakan yang luar biasa dalam menetapkan berbagai qanun

(peraturan) yang menjamin kelangsungan hidup kerajaan Aceh. 

Sultan Iskandar Muda juga menetapkan rencong sebagai lambang kehormatan

Page 4: Sultan Iskandar Muda

5/13/2018 Sultan Iskandar Muda - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sultan-iskandar-muda 4/7

dan cap sebagai lambang kekuasaan tertinggi. Tanpa rencong berarti tidak ada pegawai

yang mengaku bertugas menjalankan perintah raja. Setiap pegawai istana yang bertugas

menyambut tamu asing wajib mengenakan rencong. Demikian pula halnya sebuah qanun

(peraturan) yang dikeluarkan oleh raja akan mempunyai kekuatan setelah dibubuhi cap,

tanpa cap peraturan itu tidak dapat dijadikan pegangan. Salah satu bentuk cap yang

masih tersisa dari masa Kesultanan Aceh adalah Cap Sikureueng (cap sembilan). Pada

lingkaran bagian tengah dari cap ini tertera nama raja yang sedang memerintah,sedangkan pada bagian sekeliling pinggirnya tertera nama delapan orang pendahulunya

yang besar-besar. (Anomimous, 1988: i).

Selain itu, Sultan Iskandar Muda juga menetapkan qanun seuneubok lada yang

memuat tentang berbagai peraturan mengenai pertanian dan peternakan. (Zainuddin.

1957: 103). Dalam hal ini Sultan Iskandar Muda menetapkan beberapa sumber pajak

penghasilan sebagai pemasukan devisa kerajaan. Sebagian besar kekayaan negara pada

masanya berasal dari hasil sumber daya alam, baik berupa pajak sumbangan hasil

pertanian, perikanan maupun dari hasil tambang.

Hubungan Persahabatan dengan Dunia Luar

Sultan Iskandar Muda juga telah menjalin hubungan perdagangan dengan bangsa-

bangsa asing. Berdasarkan laporan yang dibuat sesudah ekspedisi sida-sida Cheng Ho ke

lautan Selatan mengungkapkan bahwa kehadiran kapal-kapal Cina di Aceh merupakan

bukti nyata bahwa bangsa Cina telah menjadikan daerah Aceh sebagai pemasok rempah-

rempah. (Groeneveldt, 1960: 85-88). Dalam sebuah peta laut Cina sebelum abad 17

ditemukan petunjuk jalan dari Banten ke Aceh melalui Barat Sumatera, juga melalui

 jalur-jalur lintas dari Aceh ke Malaka dan ke India. Selain itu, sebagai bukti yang kuat

tentang hubungan Cina dan Aceh dapat dilihat dari keberadaan Lonceng Cakra Donya

yang hingga saat terdapat di Museum Negeri Aceh. Lonceng ini dihadiahkan oleh Kaisar

Cina kepada Sultan Aceh dalam rangka mengikat tali persahabatan. (Anonimous, 1988:

i).

Hubungan dagang Aceh dengan bangsa Siam sudah tercatat sejak masa kerajaan

Pasai tahun 1520. Hubungan dagang tersebut semakin meningkat pada masa kerajaanAceh Darussalam di bawah Sultan Iskandar Muda. (Adat Aceh, 164b).  Dalam Hikayat

Aceh sarrga jelas disebutkan tentang adanya utusan-utusan dagang yang berasal dari

Siam, Cina dan Campa pada masa Sultan Iskandar Muda. (Hikayat Aceh, Par. 214 - 223)

dan (G.Coedes, Etats hindouises, 1964: 390). 

Selain itu, saudagar India pada masa Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu

bangsa yang memegang bagian terbesar dari dunia perdagangan di Aceh. (Lancaster,

1940: 90). Selain membeli berbagai jenis barang berupa tembikar dan rempah-rempah,

para saudagar India (dari Gujarat dan Malabar) itu juga membawa barang dagangan

berupa bandela-bandela kapas, cita, ampiun dan guci besar yang berisi minyak susu

lembu yang kesemuanya sangat digemari orang Aceh pada masa itu. (Dampier, 1723:

178).

Hubungan persahabatan dengan bangsa Eropa yang dalam sebagian besar naskah

Melayu menyebut mereka bangsa Peringgi dapat dilihat dari adanya surat-surat raja

Inggris, Penguasa Perancis, Portugis dan Belanda. (Djajadiningrat, CritOv, 170) Sultan

Iskandar Muda menjalin hubungan persahabatan dengan bangsa Peringgi tersebut bukan

hanya dalam bidang perdagangan saja, tetapi juga mencakup bidang sosial, politik dan

keamanan.

Selain itu, secara khusus Sultan Iskandar Muda juga menjalin hubungan dengan

Kerajaan Turki melalui sepucuk surat persahabatan yang ditulis oleh Kadhi Malikul Adil

Page 5: Sultan Iskandar Muda

5/13/2018 Sultan Iskandar Muda - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sultan-iskandar-muda 5/7

Syekh Nuruddin Ar-Raniry. Surat persahabatan itu selanjutnya disampaikan oleh utusan

rombongan Aceh yang dikepalai oleh Pangiima Nyak Dum. (Zainuddin, 1957: 114-121)

Sejak saat itu antara Kerajaan Aceh dan Turki terjalin hubungan yang sangat harmonis,

bukan hanya dalam bidang perdagangan saja, tetapi juga dalam bidang ilmu

pengetahuan dan kebudayaan.

Penaklukan Malaka ISetelah berhasil menyatukan kekuatan wilayah Pase (Sumatera), Sultan Iskandar

Muda kembali merangcang sebuah usaha penyerangan terhadap wilayah yang terletak di

semenanjung tanah Melayu. Wilayah ini dulunya sekitas tahun 1540-1586 masih

merupakan wilayah kekuasaan Aceh. Namun karena sebuah hasutan, akhirnya wilayah ini

  jatuh ke tangan penjajah Portugis. Oleh karena itu, pada tahun 1616 Sultan Iskandar

Muda bersama para pembesar Kerajaan Aceh menyusun suatu rencana penyerangan

untuk merebut kembali wilayah ini.

Pada tahun 1618, Kedah dapat diambil alih oleh Kerajaan Aceh dari tangan

penjajah Portugis. Kemudian pada tahun 1619 ditaklukkan pula wilayah Perak dan

Pahang. Dengan demikian, wilayah kekuasaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda

telah rneliputi hampir seluruh Sumatera dan Malaka, meskipun sebagian kecil kota

Malaka masih diduduki bangsa Portugis, seperti kota La Pamosa yang didirikan oleh

Admiral Alfonso d'Albuquerque sekitar tahun 1511. (Zainuddin, 1957: 128-132).

Salah satu penyebab sulitnya menaklukan benteng Potugis yang terdapat dalam

kota La Pamosa di Malaka karena Sultan Djohor campur tangan membantu Portugis.

Selain dia telah mengingkari janji kesetiaannya terhadap Aceh, dia juga melupakan kalau

dirinya masih mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat dengan keluarga

Sultan Aceh semenjak Sultan Alauddin Mansursyah. Oleh karena itu, pasukan yang

diperintahkan Sultan Iskandar Muda dengan  tekad yang luar biasa akhirnya berhasil

mengepung daerah itu dan menangkap Sultan Johor bersama beberapa orang keluarga

dekatnya.

Ketika pasukan Aceh sedang membawa tawanan perang untuk kembali ke Aceh,

Portugis rnendapat bantuan, sehingga perang sengit antara kedua belah pihak tidak

dapat dihindari. Kapal-kapal perang Eropa dan Gua mulai rnenyerang dari segala arah

membuat posisi armada Aceh semakin lemah. Menghadapi penyerangan Portugis yang

demikian besar, kapal-kapal armada Aceh terpaksa mengundurkan diri ke beberapabagian pesisir dan muara di Bintan, kampar. Riau dan Benggalis. Sementara itu, benteng-

benteng Aceh di Malaka yang telah berhasil diduduki sebelumnya masih tetap rnampu

dikuasai.

Menghadapi kekalahan itu, selanjutnya pasukan Aceh terpaksa menghentikan

perang atas permintaan Gubernur Portugis yang berkuasa di Malaka pada saat itu. Tidak

berapa lama berselang, Laksamana Aceh dan Gubemur Portugis di panggil untuk

menghadap kepala perang Portugis guna mengadakan perundingan di atas kapal perang

besar Portugis. Dengan berkedok perundingan, ternyata kepala perang Portugis mencobamembuat tipuan baru dengan cara melarikan Laksamana Aceh dengan beberapa orang

perwiranya yang telah rnemasuki kapal itu tanpa tawar menawar.

Laksamana Aceh dengan beberapa orang perwiranya yang telah berhasil dibawa

kabur dengan kapal itu tidak dapat menerima penghinaan yang demikian. Oleh karena

itu, dengan keberanian yang luar biasa dia membuat perlawanan di atas kapal Portugis

itu hingga akhirnya dia tewas.

Kekalahan yang harus diterima kerajaan Aceh atas penjajah Portugis di Malaka ini

Page 6: Sultan Iskandar Muda

5/13/2018 Sultan Iskandar Muda - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sultan-iskandar-muda 6/7

tidak lain disebabkan oleh adanya campur tangan Sultan Johor dalam membantu

penjajah. Sementara itu, Aceh masih ragu-ragu dalam menyerang kerajaan Johor, karena

masih merasa adanya ikatan tali persaudaraan yang kuat dengan mereka. Namun

demikian, kekalahan ini tidak membuat semangat rakyat Aceh patah.

Penaklukan Malaka II

Pada tahun 1615 setelah selesai menyusun dan menetapkan berbagai qanundalam negeri Asahan, Sultan lskandar Muda kemudian mengatur strategi baru untuk

menaklukkkan kembali negeri Malaka. Semua kekuatan armada perang Aceh

diperintahkan berlayar menuju Semenanjung dengan berlabuh di Pulau Langkawi lalu

menutup kuala Perlis, kuala Kedah, kuala Muda, kuala Meurbok, teluk Pulau Penang,

Pulau Jerjak dan menutup kuala Peru. Demikian pula kuala-kuala besar, seperti kuala

Karau, kuala Tengah, kuala Kelumpang, pulau Pangkur, teluk Tanjung Burong, kuala

Bernam, kuala Perak, kuala Selangor sampai ke teluk Anson.

Begitu juga armada Aceh yang pada saat itu masih berada di teluk Tanjung Balai

diperintahkan berlayar menuju Malaka dan berlabuh di pulau Kelang, Tanjung Tuan, kuala

Tinggi, Tanjung Kling dan menutup kuala Melaka dan kuala Muar. Satu pasukan kapal

perang lain disuruh berlabuh di muka kuala Sarang Buaya, Batu Pahat, kuala Peniti, Pulau

Kutub, Tanjung Prai-prai dan menutup kuala Johor Baru untuk selanjutnya masuk ke

sungai Johor lalu mendarat di Tumasik (Singapura). Pasukan lainnya diperintahkan

menutup kuala-kuala di Pulau Batam dan sekitarnya. Demikianlah strategi kekuatan

pasukan anmada laut Acen yang diperintahkan oleh Sultan Iskandar Muda untuk

mengepung negeri Johor, Pahang dan Malaka dari segala arah.

Daerah yang pertama diserang dan berhasil ditaklukkan adalah Johor. Walaupun

Sultan Johor tidak dapat ditawan karena berhasil melarikan diri ke Tambilahan, namun

Lingga (Ibukota) kerajaan Johor yang baru akhirnya jatuh ke tangan pasukan Aceh.

Sedangkan salah seorang anak Sultan Johor berhasil ditangkap dan dibawa menghadap

kepada Sultan Iskandar Muda. Dia kemudian diangkat oleh Sultan Iskandar Muda untuk

menjadi Sultan yang baru di negeri Johor dengan dibantu oleh beberapa uleebalang dan

ulama Aceh. (Zainuddin: 1957, 154-155). Sementara ayahnya dikabarkan sakit selamadalam pelariannya dan akhirnya meniggal di Tambilahan.

Dengan takluknya negeri Johor maka kedudukan bangsa penjajah Portugis di

seluruh semenanjung Malaka menjadi semakin lemah. Oleh karena itu, Aceh kemudiandengan sangat mudah dapat rnenaklukkan pula negeri Pahang, Kedah dan Perak. Bahkan

sebagian besar para pembesar dan rakyat di sana yang sebelumnya masih memihak dan

mendukung Portugis, sejak saat itu mulai berbalik memusuhi mereka.

Penutup

Dilihat dari sepanjang zaman perjalanan sejarah Aceh, hampir dari semua aspek

kehidupan menunjukkan bahwa zaman Sultan Iskandar Muda-lah merupakan masa

kejayaan Aceh. Dia tidak hanya mampu menyusun dan menetapkan berbagai konsep

qanun (undang-undang dan peraturan) yang adil dan universal, tetapi juga mampumelaksanakannya secara adil dan universal pula. Sebagai seorang yang masih sangat

muda menduduki tahta kerajaan (usia 18-19 tahun), kesuksesan Sultan Iskandar Muda

sebagai penguasa Kerajaan Aceh Darussalam telah mendapat pengakuan bukan hanya

dari rakyatnya, tetapi juga dari musuh-musuhnya dan bangsa asing di seluruh dunia.

Sultan lskandar Muda telah berhasil mengatur seluruh aspek kehidupan

sedemikian rupa dalam Kerajaan Aceh Darussalarn. Dia telah berhasil menyatukan

seluruh wilayah semenanjung tanah Melayu di bawah panji kebesaran Kerajaan Aceh

Page 7: Sultan Iskandar Muda

5/13/2018 Sultan Iskandar Muda - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sultan-iskandar-muda 7/7

Darussalam. Dalam bidang ekonomi, dia telah berhasil menjalin hubungan diplomasi

perdagangan dengan berbagai bangsa Asing, sehingga secara internasional Aceh tidak

hanya dikenal sebagai sebuah negeri yang kaya dengan berbagai sumber daya alam saja,

tetapi kekayaan alam itu benar-benar dapat dinikmati secara bersama oleh rakyatnya.

Demikian juga dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, dia telah

menempatkan para ulama dan kaum cerdik pandai pada posisi yang paling mulia danistimewa. Sehingga Kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi salah satu pusat

ilmu pengetahuan dan tamaddun di Asia Tenggara yang paling banyak dikunjungi oleh

para kaum pelajar dari seluruh dunia.

Oleh karena itu, para pembesar kerajaan bersama seluruh rakyat Aceh akhirnya

sepakat memberikan sebuah gelar  kehormatan Mahkota Alam kepadanya. Dengan

demikian, dia mempunyai nama Iengkap Paduka Seri Sultan Iskandar Muda Mahkota

Alam. Selama lebih kurang 30 tahun, yaitu (1606 - 1636 M), dia telah berhasil membawa

Kerajaan Aceh Darussalam ke atas puncak kejayaannya, hingga mencapai peringkatkelima di antara kerajaan Islam terbesar di dunia, yakni setelah kerajaan Islam Maroko,

Isfahan, Persia dan Agra.

Sultan Iskandar Muda wafat pada tahun 1636 M dan makamnya terletak dalam

komplek Kandang Mas yang telah pernah dihancurkan Belanda. Yang ada sekarang ini

merupakan duplikatnya hasil petunjuk Pocut Meurah isteri Sultan Mahmudsyah. Dia

masih rnengingat letak Makam Sultan lskandar Muda, karena sebelum dihancurkan

Belanda dia sering berziarah ke sana sambil menghitung langkahnya sebanyak 44

langkah dari pinggir Krueng Daroy.

Untuk mengenang kebesaran dan jasa-jasanya, Pemer-intah Republik Indonesia

melalui Keputusan Presiden No. 077/TK/Tahun 1993 tanggal 14 September 1993 telah

mengangkat Sultan lskandar Muda sebagai Pahlawan Nasional. (Anonimous, 1995: 3).