sulaiman - tdk-1

download sulaiman - tdk-1

of 80

Transcript of sulaiman - tdk-1

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    1/80

    Nama MataKode / SKS

    Nama Dosen

    JURUSAN /

    PROGRAM S

    FAKULTAS

    U

    BUKU AJAR

    uliah : Manajemen Sumber Daya Manusi: 200SN3/3 SKS

    : Prof. Dr. Sulaiman Asang, MS.

    AGIAN : ILMU ADMNISTRASI

    TUDI : ADMNISTRSI NEGARA

    : ILMU SOSIAL DAN ILMU POL

    IVERSITAS HASANUDDIN,MAKASSAR, 2012

    1

    (MSDM)

    ITIKlkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    2/80

    2

    HALAMAN PENGESAHANHIBAH PENULISAN

    BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    TAHUN 2012

    Judul Buku Ajar : Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

    Nama Lengkap : Prof. Dr. Sulaiman Asang, MS.Nip/Golongan : 196101081987021001/IV-dJuruasan/Bagian/Prog. Studi : Ilmu Administrasi/Administrasi NegaraTelpon/Email : 081325657065/Sulaiman_Asang @Yahoo.co.idBiaya :

    Makassar, 28 Oktober 2012.

    a.n. Dekan Penulis : Wakil Dekan Bidang Akademik Fak. Sospol

    Prof. Dr. Armin Arsyad. M.Si Prof. Dr. H. Sulaiman Asang, MS.Nip. 1965511091991031008 Nip. 196101081987021001

    Mengetahui

    Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)Universitas Hasanuddin

    Prof. Dr. Ir. Lella Rahim, M.Sc.Nip. 19630501 198803 1 004

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    3/80

    3

    Kata Pengantar

    Syukur Alhamdulillah karena bahan ajar ini telah diterbitkan. Ada beberapa

    informasi yang perlu disampaikan pada kesempatan ini. Pertama, bahan ajar

    matakuliah Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ini berisikan informasi singkat

    tentang MSDM. Peserta matakuliah diharapkan menulusuri bahan bacaan orsinil yang

    dimaksudkan. Kedua, MSDM ini berorintasi kepada sektor publik. Berbagai leteratur

    MSDM yang ada sekarang ini lebih berorintasi kepada aspek bisnis. Bahan ini

    diharapkan menjadi cikal menyuburkan tumbuhnya kajian MSDM publik.

    Ketiga, bahan ajar ini terdiri dari 14 (empatbelas) bahan pembelajaran,

    sementara telah diketahui bersama bahwa secara normatif (formal) bahwa setiap

    semester terdiri darai 16 (enambelas) pertemuan. Perbedaan ini terjadi karena satu

    diantara pertemun tersebut dipergunakan untuk Ujian Tengah Semester dan satu

    lainnya untuk Ujian Akhir Semester kepada peserta mata kuliah.

    Terakhir, diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

    bantuan sehingga bahan ajar ini dapat ditebitkan. Saran yang sifatnya membangun

    tetap diharapkan dalam penyempurnanaan buku ajar ini. Sekian dan terima kasih

    Makassar, 28 Oktober 2012Penulis,

    Prof. Dr. H. Sulaiman Asang, MS. Nip. 196101081987021001

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    4/80

    4

    DAFTAR ISI

    Halaman Pengesahan ..................................................................................... i

    Kata Pengantar ............................................................................................. ii

    BAB 1 Pendahuluan : Gambaran Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

    Sektor Publik ...................................................................................... 1

    BAB 2 Bahan Pembelajaran 1 : Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia ......... 9

    BAB 3 Bahan Pembelajaran 2: Teori-Teori Sumber Daya Manusia ...................... 14

    BAB 4 Bahan Pembelajaran 3 : Fungsi Perencanaan Sumber Daya Manusia dan Penerapannya pada Organisasi Publik ........................................... 24

    BAB 5 Bahan Pembelajaran 4 : Analisis dan Rancang Bangun PekerjaanOrganisasi Publik ................................................................................ 31

    BAB 6 Bahan Pembelajaran 5 & 6: Rekruitmen dan Seleksi Tenaga Kerja ........... 34

    BAB 7 Bahan Pembelajaran 7 & 8 : Pengembangan SDM & Teori PSDM ............. 41

    BAB 8 Bahan Pembelajan 9 : Peranan Pengembangan Karier ............................ 44

    BAB 9 Bahan Pembelajaran 10 & 11 : Prestasi Kerja, Kinerja & Imbalan Kerja .... 45

    BAB 10 Bahan Pembelajaran 12 : Motivasi dan Pengukurannya ............................ 58

    BAB 11 Bahan Pembelajaran 13 : Kepemimpinan dalam Manajemen .................... 63

    BAB 12 Bahan Pembelajaran 14 : Pendekatan Audit dalam Manajemen Sumber daya Manusia ........................................................................... 69

    Lampiran 1 ................................................................................................... 75lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    5/80

    5

    BAB 1. Pendahuluan : Gambaran Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)Sektor Publik

    Pada bagian pendahuluan bagian pertama ini dideskrepsipsikan empat aspek

    menyangkut peran Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) sektor publik, yaitu:

    gambaran profil lulusan progaram studi (administrasi negara/administrasi publik);

    kompetensi lulusan; analisis kebutuhan matakuliah, dan; Garis-Garis Besar Rancangan

    Pembelajaran (GBRP) MSDM yang berorintasi kesektor publik.

    1. Gambaran Profil Lulusan Program Studi

    Gambaran propil lulusan program studi adminitrasi negara Fisip Unhas antara

    lain terlihat dari visi yang yang diembang yaitu menjadi salah satu pengelola pendidikan

    program pendidikan dalam bidang Administrasi yang mampu mengembangkan Ilmu

    pengetahuan dan teknologi optimal sehingga dapat menghasilkan SDM yang kompetitif

    dalam memahami dan pengembangan ilmu dalam bidang Administrasi negara (publik).

    Profil lulusan ini, lebih jelas terlihat melaui misi program studi, yaitu untuk

    menghasilkan keluaran yang memiliki kemampuan memahami konsep-konsep ilmu

    Administrasi (Administrasi negara/publik), dan mampu melakukan riset pengembangan

    ilmu, serta mampu memposisikan diri sebagai agen pembaharu dalam dinamika

    perkembangan globalsiasi yang semantara berlangsung ini.

    Profil lulusan program studi ini diwaranai oleh pemahaman luaran tentang

    hakekat MSDM karena dalam kurilkulum matakuliah ini perlu diprogramkan. Sebagai

    gambaran awal bahwa rata-rata jumlah peserta matakuliah MSDM ini adalah berkisar

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    6/80

    6

    delapan puluh orang pada saat matakulaih ini ditawarkan. Secara garis besar, peserta

    tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu: pertama adalah peserta dari program studi

    administrasi negara (jurusan administrasi), dan peserta (mahasiswa) jenis ke-kedua

    adalah dari luar program studi administrasi negara dalam Fisip Unhas. Peserta dengan

    kategori pertama adalah peserta wajib memprogramkan matakuliah ini, dan peserta

    ketegori ke-dua adalah matakuliah penunjang program studi lain dalam lingkup Fisip

    Unhas. Artinya, pemehaman tentang MSDM publik sangat mewarnai luaran program

    studi administasi negara dan bahkan alumni dari jurusan lain dalam Fisip Universitas

    Hasanuddin.

    2. Kompetensi Lulusan

    Kompensi lulusan mata kuliah ini, terdiri dari : a) Kompetensi Utama : dimana

    mahasiswa diharapakan mampu merencanakan, menganalisis & mengoudit aktivitas

    SDM pada organisasi publik (organisasi nonpropit); b) Kompetensi pendukung: yakni

    mahsiswa mampu menganalisis fungsi-fungsi MSDM organisasi searah denga

    kompetensi Jurusan ilmu administrasi (penyelanggaraan kebijakan publik dan pelayanan

    publik); c) Kompetensi lainnya, yakni mahasiswa mampu menganalisis MSDM senapas

    dengan nilai-nilai bahari sebagai Visi Universitas (Universitas Hasanuddin).

    3. Analisis Kebutuhan Pembelajaran

    Analisis kebutuhan pembelajaran untuk mata kuliah Manajemen Sumber Daya

    Manusia (MSDM) ini, antara lain didasari dari pemikirannya bahwa Matakuliah MSDM

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    7/80

    7

    pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Hasanuddin (Unhas) ini,

    memiliki karakteristik tersendiri. Karaktekteristik itu ditandai dari materi pengajaran

    (GBRP) yang lebih berorientasi (berfokus) kepada MSDM sektor publik (Administrasi

    Negara). Kebanyakan literatur MSDM sekarang, lebih tertuju (berfokus) ke sektor bisnis.

    Artinya, perlu ada kemasan (buku ajar) tersendiri, untuk memenuhi kebutuhan

    pengajaran Program Administrasi Negara.

    Riview singkat pengalaman proses pembalajaran matakualih MSDM ini. Secara

    singkat terdiri tiga tahapan. Pertama, merencanakan GBRP bersama jurusan (program

    studi) yang direncanakan (dipersiapkan) digunakan dalam pengajaran. Kedua,

    melaksanakan pengajaran dengan tahapan (unsur-unsur) sebagaimana yang termuat

    dalam GBRB. Pada tahapan ini, secara jelas terdeteksi dari pengalaman mengajar

    kurang lebih sepuluh tahun bahwa sangat diperlukan bahan ajar MSDM yang

    berorientasi (berfokus) kepada sektor publik yang sejalan dengan visi dan misi program

    studi (jurusan). Terakhir, mengevaluasi hasil pembelajaran. Tahapan ini dilakukan

    setelah pelaksanaan pembelajaran dilakukan. Penentuan nilai akhir mahasiswa

    dilakukan secara bersama oleh tim pengajar.

    Analisis kebutuhan pembelajaran terlihat pula pada tahap penyusunan GBRB

    oleh tim pengajar dimana para anggota memiliki pendangan yang bervariasi mengenai

    ruang lingkup (fokus dan lokus) MSDM yang semestinya diajarkan pada organisasi

    publik seperti dalam program studi administrasi negara ini. Meskipun telah berhasil

    disusun GBRP dimana didalamnya merupakan hasil kesepakatan anggota tim, namun

    dalam pelaksanaan pengajaran tetap menemui kesulitan, karena upaya untuk mencapai

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    8/80

    8

    sasaran yang diharapkan dalam GBRP harus menggunakan banyak literatur yang

    biasanya hanya diterapkan untuk level pendidikan yang lebih tinggi dari level strata

    satu. Masalah dapat diatasi (sebagian dengan adanya buku/bahan ajar). Berbagai

    permasalahan yang dimaksudkan sebelumnya, seperti luasnya ruang lingkup (fokus dan

    lokus) MSDM pada program studi administrasi negara. Antara lain dapat diatasi dengan

    menghadirkan bahan ajar ini.

    4. Garis-Garis Besar Rancangan Pembelajaran (GBRP)

    Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)Kompetensi Utama : Mampu merencanakan, menganalisis & mengoudit aktivitas

    SDM pada organisasi publikKompetensi Pendukung : Mampu menganalisis fungsi-fungsi MSDM organisasi searah

    dengan kompetensi Jurusan ilmu administrasi (penyelanggaraan

    kebijakan publik dan pelayanan publik).Kompetensi Lainnya : Mampu menganalisis MSDM senapas dengan nilai-nilai

    bahari

    sebagai Visi Universitas (Universitas Hasanuddin)Sasaran Belajar :

    GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP)

    MINGGUKE

    SASARANPEMBELAJARAN

    MATERIPEMBELAJARAN

    STRATEGIPEMBELAJARAN

    KRITERIAPENILAIAN

    BOBOTNILAI(%)

    1

    Peserta mampumenjelaskanpengertian(konsep) dasar &dan tujuan MSDM

    Pengertian(konsep), danTujuan MSDM

    Kuliah danDiskusi

    - -

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    9/80

    9

    2

    Peserta mampumenjelaskan teori-teori SDM

    Teori-teori SDMdanketerkaitannyadenganlingkunganeksterna (publik)

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuanmencermati teoriSDM mikro danmakro

    10

    3

    Peserta mampumenjelaskanfungsiperencanaan SDM

    Teori dan aplikasiPerencanaanSDM padaorganisasi publik

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuan men-jelaskan teoriperencanaan SDMpada organisasipublik

    7,5

    4Peserta mampumenjelaskananalisis pekerjaan

    Peranan analisispekerjaanpenerapannyapada organisasipublik

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuanmenganlisispekerjaan organisasipublik.

    7,5

    5

    Peserta Mampumenjelaskan

    Rancang Bangunpekerjaan

    Peranan rancangbangunpekerjaan danfaktor-faktoryang mem-pengaruhinya

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuanmenjelaskanrangcang bangunpekerjaan organisasipublik.

    10

    6-7

    Mampu memahamitahap-tahaprekrutmen danseleksi

    PerbedaanRekruitmen &Seleksi, Tujuan,tahapan,permasalahanrekrutmen danseleksi padaorganisasi publik

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuanmendeteksipermasalahanfungsi rekruitmendan seleksi.

    15

    8 UJIAN TENGAHSEMESTER

    KERJA INDIVIDU UJIKOMPETENSI

    Kemampuanmenyelesaikan soaldengan rapi & benar

    -

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    10/80

    10

    9

    MampumenjelaskanperananPengembanganSDM

    PerananpengembanganSDM & teoriPSDM pada

    organisasi publik

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuanmejelaskan teoripengembanganSDM.

    7,5

    10

    Mampumejelaskanpengembangankarier

    PerananpengembanganKarier, tahapandan Instumenpengukurannyapada organisasipublik

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuanmenjelaskan peranandan permasalahanpengembangankarier.

    7,5

    11

    Mampu

    menjelaskanPrestasi dankompensasi kerja

    Hakekat prestasidan kompensasikerja padaorganisasi publik

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuan

    menjelaskan prestasikerja danpermasalahannya.

    7,5

    12-13

    Mampumenjelaskanfungsi motivasidan kepuasankerja

    Teori motivasidan intrumenpengukurannyapada organisasipublik

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuanmenjelaskan teorimotivasi danmemanfaatkandalam penelitian

    10

    14 Mampumenjelaskanhakekatkepemimpinan

    Teori-teorikepemimpinan&pengukurannya

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuanmenjelaskan teorikepemimpinani danmemanfaatkandalam penelitian

    10

    15

    Mampumenjelaskantujuan Audit SDMdan normatifnya

    Tujuan Audit,normatif, sumberdata dan caraanalisis SDMpada organisasi

    publik

    Kuliah, Diskusidan Tugasindividu

    Kemampuanmenjelaskan auditdan membandingkanantara normatifdengan fakta(kasus).

    10

    16

    UJIAN AKHIRSEMESTER

    KERJA INDIVIDUUJIKOMPETENSI

    Kemampuanmenyelesaikan soaldengan rapi & benar

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    11/80

    11

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Jailani, Abdul-Qadir, Menjadi Kekasih Allah; Masran (Ahmad Penerjemah), CitraMedia, 2010. Yogyakarta

    Asang, Sulaiman, 2011. Pembangunan Sumber Daya Manusia : Suatu PrespektifOrganisasi Publik. Jurnal Administrasi Negara Vol. 17. No.1 Maret 2011 (ISSN :1410-8399) LAN Makassar.

    --------------------, 2006. Implikasi Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia(PSDM) Kepada Masyarakat Miskin. Jurnal Administrasi Negara Vol. II No.2 Juni2006 (ISSN : 1858-2168) LAN Makassar.

    Bappeda Propinsi Sulsel, 2008. Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahPropinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2013. Makassar.

    Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000, Pedoman PeneteapanStandar Pelayanan Minimal Dalam Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Jakarta.

    Gibson, J.L., J. M. Ivancevich, dan J.H. Donelly. 1997. Organisasi dan Manajemen:Perilaku, Proses dan Struktur. Erlangga, Jakarta.

    Hatch, M.J. 1997. Organization Theory: Modern Symbolic and Post modernPerspectives. (Sub bab tentang Strategy and Goal), Oxford University Press, New

    York.

    Kasnawi, Tahir & Sulaiman Asang. 2009 Perubahan Sosial dan Pembangunan.

    Universitas Terbuka. Surabaya

    Kuper, A. dan J. Kuper. 2000. Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. (terj. Haris Munandar, dkk.).Rajawali Pers, Jakarta.

    LAN, 2004. Kajian Manajemen Stratejik: Bahan Ajar Diklatpim Tingkat II. Lan, Jakarta.

    McClelland, D.C. 1987. Memacu Masyarakat Berprestasi : Mempercepat LajuPertumbuhan Ekonomi Melalui Peningkatan Motif Berprestasi. Terjemahan olehSiswo Suyanto dan Wilhemus W. Bakowatun). CV. Intermedia, Jakarta.

    Morgan, G. 1991. Images of Organization. SAGE Publications, Inc., California.

    Ogawa, N., G. dkk., 1993. Human Resources in Development along the Asia-Pacific Rim.Oxford University Press, Singapore.

    Rivai, Veithasal, 2009, Islamic Human Capital : Dari Teori ke Praktik ManajemenSumber Daya Manusia Islami, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    12/80

    12

    Siagian, Sondang P. 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta

    UNDP, 2004. Human Devepelopment Report: Cultural Liberty in Todays Diverse World.UNDP, New York.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    13/80

    13

    BAB 2 Bahan Pembelajaran 1 : Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

    1. Pendahuluan

    Bagian awal ini mendeskrepsikan secara singkat mengenai konsep Manajemen

    Sumber Daya Manusia (MSDM). Secara garis besar konsep MSDM dapat dipelajari dari

    dua prespektif, yaitu prespektif mikro dan prespektif makro. Baik prespektif mikro

    maupun makro adalah tetap kedua menjadikan organisasi publik sebagai lokus dan

    fokus kajian. Bahagian ini ditutup dengan pertanyaan menyangkut subtansi ke-dua

    lokus. Disamping itu, diuraikan mengenai subtansi MSDM secara ilmu dan MSDM secara

    praktis.

    2. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia Mikro

    Pendekatan sistem dalam analisas suatu organisasi, menjelaskan bahwa Sumber

    Daya Manusia merupakan salah satu unsur menyebabkan organisasi itu bergerak

    untuk mencapai sasarannya. Rangkuman dari berbagai literatur, menjelaskan bahawa

    Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah suatu proses penggerakan manusia

    yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengembangan,

    kompensasi, pengintegrasian, dan pemberhentian tenaga kerja (pegawai) untuk

    mencapai tujuan organisasi (Umar, 1997). Pengertian ini, melihat fokus dan lokus

    (ruang lingkup) MSDM lebih tertuju kepada internal organisasi. MSDM dalam prakteknya

    mempersoalkan tenaga kerja sebagai kelompok sasaran organisasi. Dalan konteks ini,

    MSDM sering disebut manajemen sumber daya dalam konteks makro.

    Pengertian MSDM dapat berarti teoritis (ilmu) dan juga bermakna praktis.

    Bermakna teoritis ketiga ilmu ini mengembangkan teori-teori untuk diadaptasi

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    14/80

    14

    membantu manusia atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan aktivitas secara

    efisien dan efektif. Pengertian secara praktis bermakna bahwa mencapai tujuan melalui

    aktivitas orang lain. Pengertian praktis ini bermakna di dalam proses MSDM terdapat

    kerjasama sehigga tujuan yang direncanakan dapat dilaksanakan aktivitasnya sehingga

    tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektif. Berbagai literatur yang berkembang

    dasawarsa sembilanpuluhan bahwa tekanan MSDM lebih banyak kepada internal

    organisasi seperti makna yang dimaksudkan di atas. Tekanan fokus dan lokus MSDM

    dalam dasawarsa terakhir ini, tidak hanya mempersoalkan internal organisasi tetapi

    juga eksternal organisasi. Dalam arti bahwa organisasi tertentu bertanggung jawab

    terhadap MSDM suatu komunitas. Ruang lingkup terakhir ini, lazim disebut MSDM

    dalam konteks makro.

    3. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia Makro

    Konsep manajemen sumber daya manusia dalam konteks makro, oleh Bank

    Dunia, diartikan sebagai keseluruhan proses aktivitas perluasan spektrum pilihan untuk

    meningkatkan kemampuan manusia, yang di dalamnya tercakup berbagai aktivitas,

    yaitu: pengembangan pendidikan dan latihan, kesehatan dan gizi, kesempatan kerja,

    lingkungan hidup yang sehat, pengembangan di tempat kerja, dan kehidupan politik

    yang bebas (UNDP, 2004).

    Menarik untuk dikaji berbagai variabel yang tercakup dalam pengertian MSDM

    dalam konteks makro, tetapi berbagai kendala yang menghadang selain alasan

    metodologis yang terlalu rumit, juga telah direkomendasikan oleh ahli ataupun badan,

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    15/80

    15

    bahwa variabel tersebut tidak perlu dianalisa semuanya, namun ada variabel tertentu

    yang tetap mencerminkan secara keseluruhan kualitas masyarakat pada komunitas

    tertentu.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    16/80

    16

    Perkembangan selanjutnya, ukuran output MSDM makro yang telah ada pada

    sasat itu, dipandang perlu disempurnakan, terutama karena tidak secara langsung

    mengukur kemampuan ekonomi masyarakat. UNDP (2004) telah menggunakan Indeks

    Pembangunan Manusia (Human Development Index atau HDI). Dalam HDI ini, juga

    terjadi batasan variabel yang dilibatkan yang dipandang mewakili kualitas manusia pada

    suatu komunitas, yakni hanya terdiri dari tiga variabel utama, yakni kesehatan dengan

    AHH; pendidikan dengan AMH dan Rata-rata Lama Sekolah atau RLS; serta ukuran

    yang mewakili pendapatan adalah Purchasing Power Parity (PPP).

    Memang perlu ditegaskan bahwa aspek MSDM dalam konteks makro memang

    memerlukan perhatian yang lebih intensif di negara berkembang, di dalamnya berkaitan

    dengan tiga aspek utama tersebut. Argumentasi ini, didasarkan dari berbagai bukti

    bahwa pada negara-negara yang telah bertaraf baik ketiga aspek tersebut, secara

    signifikan berbagai aspek lainnya, ternyata telah bertaraf baik pula. Artinya, dengan

    fokus penyelenggaraan MSDM pada aspek pendidikan, daya beli masyarakat, dan

    kesehatan, maka memberikan dampak positif ke berbagai aspek lainnya. Namun tidak

    berarti variabel lain dikesampingkan. Sebagai upaya untuk lebih mengarahkan

    (memfokuskan) kajian ini, maka satu diantara variabel lainnya (kesehatan dan

    pendapatan), yakni aspek pendidikan yang banyak dijadikan sebagai contoh (kasus)

    dalam kajian pembangunan sumber daya manusia ini.

    Apakah kurang berhasilnya MSDM makro selama ini, tidak lebih banyak

    disebabkan oleh pengelolaan organisasi (yang berperan untuk itu) lebih cenderung

    bersifat tradisional dibanding bersifat modern di negara berkembang? Sebagai upaya

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    17/80

    17

    memberikan jawaban dari pertanyaan yang kompleks ini, antara lain dianalisis melalui

    pendekatan sistem yang di dalamnya dikaji mengenai aspek eksternal organisasi yang

    berperan langsusung dalam MSDM tersebut.

    4. Penutup

    1. Berdasarkan uraian singkat di atas, anda diharapkan mengadaptasi beberapa

    pendapat dari ahli mengenai konsep MSDM Mikro. Selanjutnya, menarik inti

    pemahaman mengenai konsep tersebut. Pusat perhatian terutama ditujukan kepada

    fokus dan lokus kajian disiplin ilmu tersebut.

    2. Manajemen SDM dalam konteks makro, memiliki focus dan lokus tersendiri. Anda

    diharap memaparkan beberapa pendapat para ahli. Selanjutnya, menarik inti

    pemahaman mengenai konsep tersebut.

    Daftar Bacaan

    Gibson, J.L., J. M. Ivancevich, dan J.H. Donelly. 1997. Organisasi dan Manajemen:

    Perilaku, Proses dan Struktur. Erlangga, Jakarta.

    Morgan, G. 1991. Images of Organization. SAGE Publications, Inc., California.

    Ogawa, N., G. dkk., 1993. Human Resources in Development along the Asia-Pacific Rim.

    Oxford University Press, Singapore.

    Umar, Husain, 1997. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Gramedia, Jakarta.

    UNDP, 2004. Human Devepelopment Report: Cultural Liberty in Todays Diverse World.

    UNDP, New York.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    18/80

    18

    BAB 3 Bahan Pembelajaran 2 : Teori-Teori Sumber Daya Manusia

    1. Pendahuluan

    Ada beberapa teori menyangkut Sumber Daya Manusia yang diuraikan pada

    bagian ini, diantaranya adalah teori peningkatan modal manusia, teori pemenuhan

    kebutuhan dasar, teori stimulus-respons, teori kognetif dan teori pemberdayaan. Setiap

    teori ini memiliki perbedaan dan penekanan satu sama lain. Istilah pembangunan

    lebih banyak ditemukan pada peningkatan SDM masyarakat secara luas, sementara

    istilah pengembangan lebih ditujukan kepada peningkatan SDM anggota birokrasi

    yang secara subtusial semuanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas manusia, baik

    sebagai birokrasi penyelenggara maupun untuk masyarakat luas sebagai kelompok

    sasaran pembangunan sumber daya manusia.

    2. Teori-teori Manajemen Sumber Daya Manusia

    a. Teori Peningkatan Modal Manusia

    Teori Peningkatan Modal Manusia atau Human Capital Development Theory

    (HCDT) adalah suatu teori yang didasarkan kepada asumsi bahwa pengeluaran untuk

    Modal SDM adalah merupakan unsur manajemen yang lebih strategis dibanding unsur

    manajemen lainnya, seperti: mesin, teknologi, tanah, uang, dan material dalam

    penentuan kinerja dalam proses manajemen. Didalam prakteknya, HCDT ini lazim

    diaplikasikan melalui berbagai bentuk investasi SDM, seperti pendidikan formal,

    pendidikan non formal dalam peningkatan profesionalisme baik dalam bentuk kualitas

    fisik dan non fisik (Asang, 2006).

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    19/80

    19

    Sebenarnya teori HCDT ini, mirip dengan Technology Functionalism, dimana

    ditekankan tentang fungsi teknologi dari pendidikan dan pendayagunaan sumber daya

    manusia secara efisien. Para pakar penganut teori ini, meyakini bahwa pembangunan

    SDM dalam wujud pendidikan akan mendatangkan tingkat efisiensi. Dalam konteks

    yang lebih luas diterangkan bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat menentukan

    di dalam perkembangan suatu komunitas (masyarakat dan organisasi). Sumber daya

    manusia dianggap sebagai kapital yang tercermin di dalam pengetahuan, gagasan,

    kreativitas, keterampilan dan kinerja. Jika tenaga kerja dipandang sebagai pemegang

    kapital, mereka dapat menginvestasikan dirinya untuk kepentingan dirinya bukan

    dimanfaatkan bagi keuntungan seseorang atau kelompok (majikan, tuan tanah, pemilik

    modal).

    Jika eksploitasi terjadi, maka tenaga kerja hanya memiliki fungsi sebagai alat

    produksi maupun hasil produksi, dengan demikian keuntungan potensial mereka telah

    dipindahkan ke tangan pemilik modal. Di dalam suatu sistem produksi, peningkatan

    kinerja dapat dilakukan jika faktor-faktor produksi lainnya diberdayakan oleh tenaga

    kerja. Dengan konsep ini, SDM tidak semata-mata dianggap sebagai faktor produksi

    yang konvensional sebagai penggerak sistem produksi secara menyeluruh. Inti dari

    pada teori pengembangan model manusia bahwa manusia memang merupakan salah

    satu unsur manajemen dalam proses pencapai tujuan, namun unsur manusia memiliki

    posisi lebih strategis dibanding unsur-unsur lainnya. Karena keberadaan unsur lain

    sangat ditentukan dari keandalan sumber daya manusia. Dilihat dari konteks kebijakan

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    20/80

    20

    bahwa salah satu karakteristik kebijakan yang baik adalah yang banyak memperhatikan

    unsur pendidikan dan pelatihan dalam priode tertentu.

    b. Teori Pemenuhan Kebutuhan Dasar

    Basic Needs Theory (BCT) atau Teori Pemenuhan Kebutuhan Dasar berasumsi

    bahwa kinerja sumber daya manusia ditentukan oleh terpenuhi kebutuhan hidup

    manusia itu sendiri. Secara garis besar, menurut Ogawa (Kasnawi dan Asang, 2009),

    bahwa kebutuhan dasar ini terdiri dari tiga jenis, yaitu: kebutuhan pangan, kesehatan

    dan kebutuhan pendidikan. Apabila ketiga jenis terpenuhi, maka kinerja atau kinerja

    yang direncanakan pada periode tertentu akan tercapai.

    Apabila dicermati lebih lanjut, memang diketahui bahwa ketiga jenis kebutuhan

    dasar tersebut (pangan, kesehatan, dan pendidikan) adalah merupakan faktor penentu

    dari kinerja seseorang, tetapi faktor pendidikan menempati posisi kunci dibanding

    berbagai faktor lainnya. Pada suatu oragnisasi atau organisasi, faktor manajerial adalah

    yang menentukan intensitas pendidikan dan latihan. Tingginya pendidikan

    menyebabkan penghasilan dan kesehatan/gizi akan meningkat pula. Pendidikan yang

    akan tinggi melahirkan kesempatan tinggi untuk kinerja tinggi pula.

    Untuk sampai pada tahap tertentu, teori pemenuhan kebutuhan dasar (Basic

    Needs Theory) ini memiliki kebenaran, namun dibantah oleh Human Capital Theory,

    bahwa secara nyata banyak sumber daya manusia pada organisasi tertentu telah

    terpenuhi kebutuhan hidupnya, namun memiliki kinerja yang rendah. Hal ini antara lain

    disebabkan oleh rendahnya motivasi dan etos kerja tenaga kerja tersebut. Aspek

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    21/80

    21

    motivasi dan etos kerja ini berkaitan aspek lain, seperti dimensi individu (aspek budaya

    dan gaya manajerial) dan dimensi institusional (strategi, struktur, dan teknologi).

    c. Teori Kapasitas

    Teori Kapasitas (Capacity Theory)berpandangan bahwa pembangunan manusia

    bertujuan untuk meningkatkan inisiatif dan kereativitas masyarakat sebagai sumber

    daya pembangunan untuk mencapai kesejahtraan material dan spriatul. Untuk

    mencapai tujuan tersebut maka individu dan masyarakat perlu ditingkatkan

    kapasitasnya untuk menentukan sendiri masa depannya. Menurut Soffian Effendi

    (Kasnawi & Asang, 2009), bahwa terdapat lima aspek yang tercakup di dalam kapasitas

    ini, yaitu; kapasitas berproduksi, pemerataan, pemberian kekuasaan dan kewenangan

    lebih besar kepada masyarakat, keberlanjutan, kesadaran interdependesi antar

    manusia, antar manusia dengan lingkungannya, dan antar negara.

    Dilihat dari fungsi administrasi, maka baik tujuan kapasitas maupun variabel

    yang mempengaruhinya harus direncanakan, dilaksanakan maupun dievaluasi dalam

    priode tertentu. Kenyataan di negara berkembang, seperti Indonesia ternyata aspek

    kesejahteraan merupakan masalah sangat dominan, misalnya terlihat dari semakin

    meningkatnya penduduk miskin dan semakin meningkatnya kriminal yang disebabkan

    oleh belum diterapkannya secara baik berbagai variabel yang mempengaruhinya.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    22/80

    22

    d. Teori Pemberdayaan

    Teori ini melihat bahwa PSDM adalah identik dengan pemberdayaan SDM dan

    dapat dikaji melalui tiga tahapan, yaitu: tahapan: delegatif, organisatoris dan individu.

    Teori PSDM ini memiliki banyak persamaan dengan teori kapasitas yang antara lain

    PSDM dapat belangsung dengan baik apabila terdapat pemberian kewenangan kepada

    individu dan masyarakat. Berikut uraian mengenai tiga tahapan yang dimaksudkan.

    Pertama, teori pemberdayaan delagatif; Pembangunan SDM jenis ini

    berpandangan bahwa proses pembelajaran yang diinginkan sekelompok orang pada

    komunitas tertentu, seperti provinsi, kabupaten/kota atau kecamatan berasal dari

    komunitas itu sendiri. Sasaran PSDM adalah mengurangi tingkat ketergantungan

    menjadi kurang terjadi ketergantungan dalam berbagai dimensi kehidupan, seperti

    dimensi ekonomi, sosial, budaya politik dan hukum. Dilihat dari konteks

    penyelenggaraan (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi), maka pembangunan dari

    konteks delegatif ini, dapat diartikan sebagai upaya pengalihan kekuasaan

    (pengurangan ketergantungan) secara perlahan dari pemerintah tingkat atas ke tingkat

    lebih rendah berdasarkan keputusan formal yang diperlakukan dalam periode tertentu.

    Kedua, pemberdayaan organisatoris adalah suatu jenis PSDM di mana dalam

    prosesnya selalu ada pencarian gagasan atau konsep baru dalam pemberdayaan yang

    lebih mutakhir dan lebih segar daripada banyak teori peningkatan motivasi yang telah

    banyak dikenal selama ini. Pemberdayaan dipandang sebagai sesuatu yang kompleks di

    suatu komunitas yang dipengaruhi berbagai faktor, seperti kondisi SDM (pada saat

    belum dilakukan pembangunan), nilai-nilai, sistem dan prosedur, serta budaya

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    23/80

    23

    organisasi. Secara sederhana, pemberdayaan level organiasasi ini diartikan sebagi

    proses penciptaan kinerja organisasi yang dominan diprakarsai sendiri oleh anggota

    organisasi bersangkutan baik dalam fungsi perencanaan, pelaksanaan maupun penilai

    kinerja organisasi dalam periode tertentu.

    Ketiga, pemberdayaan pada level individu; yaitu upaya peningkatan kapabilitas

    seseorang yang relatif masih rendah, seperti percaya diri, keterampilan, dan status

    sosial ekonomi lalinnya, selanjutnya berubah ke arah yang lebih baik atas prakarsanya

    sendiri. Jenis pemberdayaan ini, sangat inpersonal dan terbentuk dalam waktu relatif

    lama. Sebagaimana yang lazim dialami oleh individu yang telah menadapatkan

    pelatihan untuk mempertinggi tingkat prakarsanya, tidak langsung terjadi perubahan

    setelah mengikuti pelatihan tersebut.

    Berdasarkan ketiga tiga jenis tahapan di atas, maka PSDM menurut teori

    pemberdayaan adalah suatu peroses dalam penggerakan masyarakat dalam

    penyelenggaraan (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) pemerintahan dan

    pembangunan dimana pada awalnya lebih banyak diprakarsai oleh pemerintah pada

    tingkat atas, kemudian berubah secara perlahan yang lebih banyak dilakukan pada

    tingkat organisasi yang rendah, dan pergeseran ini terus berlanjut sehingga prakarsa

    terhadap perubahan lebih banyak dilakukan oleh individu-individu pada komunitas yang

    lebh kecil.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    24/80

    24

    e. Teori Harapan Rasional

    Rational Expectation Theoryatau Teori Harapan Rasional berpandangan bahwa

    perubahan yang demikin cepat seperti gelombang globalisasi yang digerakkan oleh dua

    kekuatan, yakni perdagangan dan teknologi yang keduanya saling menunjang satu

    sama lain. Peningkatan perdagangan saling mendorong pengalihan teknologi. Demikian

    sebaliknya, peningkatan teknologi memperluas dan memperlancar pengaliran barang,

    jasa serta informasi. Proses tersebut menghasilkan tatanan kehidupan sosial ekonomi

    dunia yang semakin terintegrasi.

    Adanya pola globalisasi tersebut, maka manusia mengharapkan berbagai jenis

    kebijakan pemerintah dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam bidang sosial,

    ekonomi, politik dan budaya. Dipertegas dalam teori ini bahwa masyarakat (sekelompok

    manusia) adalah makhluk yang cerdas dan selalu menggunakan informasi untuk

    memenuhi harapannya. Manusia dapat belajar dan merubah perilakunya sesuai

    perkembangan. Informasi yang mutakhir dapat diadopsi jika sesuai harapannya, namun

    kembali keprilaku semula jika tidak munguntungkan dirinya (Subri, 2002). Teori ini

    banyak diadaptasi untuk mejelaskan pergeseran tenaga dari sektor pertanian yang

    relatif kurang tantangannya ke sektor industri maupun ke sektor jasa penuh dengan

    persaingan.

    f. Teori Stimulus-Respons

    Teori Stimulus-Respons berasumsi bahwa proses belajar (PSDM) adalah

    merupakan suatu hubungan variabel antara stimulus dengan respons. Perilaku setiap

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    25/80

    25

    individu berbeda-beda karena stimulus terhadapnya berbeda-beda pula. Stimulus bisa

    bersifat konkrit maupun abstrak. Situmulus yang konkrit adalah suatu rangsangan yang

    secara konkrit dapat ditangkap melalui penglihatan kita. Misalnya, ketika sesorang yang

    tadinya berkerja kurang produktif karena kurang sesuai antara keahlian dengan

    pekerjaannya, namun kemudian pindah ke tempat lain yang sesuai dengan keahliannya

    menyebabkan mereka lebih produktif dibandingkan dengan pada tempat kerja

    sebelumnya. Stimulus abstrak adalah suatu rangsangan tidak kelihatan, namun

    dirasakan atau dimaknai oleh manusia dan selanjutnya melahirkan respon (prilaku)

    yang berbeda. Misalnya, seorang bawahan merasa kurang mendapat perhatian di

    lingkungan kerjanya sehingga kurang serius melaksanakan pekerjaannya

    (Sedarmayanty, 2007).

    g. Teori Kognetif

    Asumsi teori kognetif bahwa belajar (PSDM) tidak hanya merupakan hubungan

    variabel antara stimulus dengan respons, tetapi juga menyangkut struktur kognetif itu

    sendiri, seperti daya ingat persepsi, harapan, pengalaman baik dan pahit yang telah

    dijalani seseorang. Kognetif merupakan proses pembentukan argumentasi yang

    bersumber dari suatu infomasi dan prilaku seseorang itu terjadi tanpa harus diberi

    penguatan secara ekplisit.

    Seseorang, secara terus-menerus melakukan pembelajaran atas peristiwa yang

    dijalaninya. Dalam proses belajar itu, sesorang akan menyimpan dan menyusun

    informasi dibenaknya sebagaimana kita menyimpan data dalam memori komputer. Data

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    26/80

    26

    itu dapat dipergunakan untuk merespon sesutu ketika manusia mengahadapi situasi

    yang sejenis. Menurut teori kognetif bahwa semakin banyak pengalaman seseorang

    dalam arti luas, maka semakin banyak memori bagi orang tersebut. Sebab itu,

    penerapan teori ini pada organisasi publik banyak menggunakan prinsip senioritas.

    Setelah adanya gamabaran mengenai beberapa teori pada bagian ini, maka dapat

    dikembangkan dan diadaptasi dalam penelitian atau dalam kegiatan lain, seperti

    penyusunan makalah ilmiah, pembuatan laporan instansi atau sejenisnya.

    3. Penutup

    a. Berikan contoh dalam kehidupan setiap hari sehingga teori Harapan Rasional

    dikategorikan sebagai salah satu teori MSDM.

    b. Berikan argumentasi dengan contoh kehidupan setiap hari sehingga teori Teori

    Peningkatan Modal Manusia dikategorikan sebagai salah dari teori MSDM.

    c. Kembangkan (sebagai analisis) lebih luas teori-teori MSDM yang relevan dengan

    permasalahan yang menonjol disekitar anda.

    Daftar Bacaan

    Asang, Sulaiman, 2011. Pembangunan Sumber Daya Manusia : Suatu PrespektifOrganisasi Publik. Jurnal Administrasi Negara Vol. 17. No.1 Maret 2011 (ISSN :1410-8399) LAN Makassar.

    \Bappeda Propinsi Sulsel, 2008. Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahPropinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2013. Makassar.

    Kasnawi, Tahir & Sulaiman Asang. 2009 Perubahan Sosial dan Pembangunan.Universitas Terbuka. Surabaya

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    27/80

    27

    Morgan, G. 1991. Images of Organization. SAGE Publications, Inc., California.

    Ogawa, N., G. dkk., 1993. Human Resources in Development along the Asia-Pacific Rim.Oxford University Press, Singapore.

    Rivai, Veithasal, 2009, Islamic Human Capital : Dari Teori ke Praktik ManajemenSumber Daya Manusia Islami, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

    ---------------------

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    28/80

    28

    BAB 4 Bahan Pembelajaran 3 : Fungsi Perencanaan Sumber Daya Manusia dan Penerapannya pada Organisasi Publik

    Kebutuhan sumber daya manusia merupakan salah satu fungsi utama MSDM

    yang pada intinya merupakan proses peramalan sistematis tentang permintaan dan

    penawaran pegawai untuk masa yang akan datang pada suatu organisasi. Masa akan

    datang yang selalu mengandung ketidakpastian membutuhkan sikap proaktif dan

    antisipatif. Hal ini dilakukan agar ada jaminan bahwa pada setiap satuan unit kerja

    tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai posisi, jabatan dan

    pekerjaan, untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan aktivitas

    organisasi.

    Antara lain dapat dijelskan bahwa Perencanaan sumber daya manusia adalah

    proses menentukan kebutuhan tenaga kerja atau mempertemukan kebutuhan tersebut

    agar pelaksanaannya terintegrasi dengan rencana organisasi. Pengertian yang lebih

    mengarah kepada fungsi organisasi dapat dikatakan bahwa perencanaan sumber daya

    manusia (tenaga kerja) adalah proses peramalan, pengembangan,

    pengimplementasian, dan pengontrolan yang menjamin organisasi mempunyai

    kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai secara benar, waktu yang tepat yang

    sangat bermanfaat secara ekonomis.

    Secara demikian, perencanaan tenaga kerja bidang aparatur tidak bisa hanya

    dilakukan oleh para profesional yang menangani masalah kepegawaian saja, tetapi juga

    membutuhkan keterlibatan semua pimpinan pada berbagai satuan-satuan kerja atau

    manajer unit. Keterlibatan para pimpinan di sini sifatnya mutlak karena pada dasarnya

    para pemimpin unit juga merupakan manajer sumber daya manusia.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    29/80

    29

    Berbagai ketidakpastian di masa depan, perencanaan tenaga kerja ini menjadi

    sangat penting karena ada beberapa pengaruh atau tantangan yang harus diantisipasi

    baik internal maupun eksternal. Tantangan internal bersumber pada perkembangan

    berbagai faktor dalam instansi itu sendiri yang dapat mempengaruhi perencanaan

    pengadaan pegawai, misalnya adanya perubahan beban kerja yang berkurang atau

    meningkat dilngkungan instansi tersebut.

    Sedangkan tantangan eksternal adalah berbagai perkembangan di luar institusi

    tetapi akibatnya mempengaruhi perencanaan pegawai (ketenagakerjaan), baik

    kuantitas maupun kualitasnya. Termasuk dalam kelompok ini adalah perkembangan

    bidang teknologi informasi permerintah (e-Government) dalam pelayanan publik,

    manajemen pemerintahan, perkembangan sosial budaya, politik, ekonomi dan

    pertahanan keamanan pada tatanan nasional, regional, dan global.

    Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia dilaksanakan dengan

    mendasarkan kepada hal-hal : (a) Memberdayakan secara optimal pegawai yang sudah

    ada dalam organisasi; (b) Memperhatikan beban kerja yang ada saat ini dan

    memperkirakan beban kerja pada masa yang akan datang; (c) Memperhatikan

    kualifikasi pendidikan dan pelatihan yang diperlukan institusi atau init organisasi, dan;

    (d) Memperhatikan kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan pegawai, misalnya

    kebijakan minus growth atau zero growth dengan mempertahankan formasi pegawai

    yang tersedia.

    Dikaitkan dengan Strategi Terintegrasi dalam Perencanaan SDM, maka

    perencanaan sumber daya manusia dapat dipandang sebagai proses manajemen dalam

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    30/80

    30

    menentukan pergerakan sumber daya manusia organisasi dari posisi yang diinginkan di

    masa depan, sedangkan strategi sumber daya manusia adalah seperangkat proses-

    proses dan aktivitas yang dilakukan bersama oleh manajer sumber daya manusia dan

    manajer lini untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan manusia dan pelayanan.

    Tujuan dari integrasi sistem adalah untuk menciptakan proses prediksi demand sumber

    daya manusia yang muncul dari progam-program SDM. Oleh karena itu, perencanaan

    sumber daya manusia harus disesuaikan dengan strategi tertentu agar tujuan utama

    dalam memfasilitasi keefektifan organisasi dapat dicapai.

    Keselarasan antara organisasi bisnis, publik, dan non profit dengan perencanaan

    sumber daya manusia dapat membangun perencanaan organisasi yang pada akhinya

    menentukan kebutuhan SDM. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas

    organisasi dan perencanaan SDM antara lain: Globalisasi, kemajuan teknologi,

    pertumbuhan ekonomi dan perubahan komposisi angkatan kerja. Perubahan

    karakteristik angkatan kerja yang ditandai oleh berkurangnya tingkat pertumbuhan

    tenaga kerja, semakin meningkatnya masa kerja bagi golongan tua, dan peningkatan

    diversitas tenaga kerja membuktikan perlunya kebutuhan perencanaan SDM. Tujuan

    utama perencanan adalah menfasilitasi keefektifan organisasi yang harus diintegrasikan

    dengan tujuan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang organisasi.

    Pengertian lain, dalam redaksi yang berbeda dikatakan bahwa perencanaan

    sumber daya manusia sebagai proses manajemen dalam menentukan pergerakan

    sumber daya manusia organisasi dari posisinya saat ini menuju posisi yang diinginkan

    di masa depan. Dari konsep tersebut, perencanaan sumber daya manusia dipandang

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    31/80

    31

    sebagai proses linear, dengan menggunakan data dan proses masa lalu sebagai

    pedoman perencanaan di masa depan.

    Sementara itu, yang dimaksud dengan strategi sumber daya manusia adalah

    seperangkat proses-proses dan aktivitas yang dilakukan bersama oleh manajer sumber

    daya manusia dan manajer lini yang menyelesaikan masalah organisasi yang terkait

    dengan manusia. Tujuan strategi SDM adalah memastikan bahwa orang yang tepat

    berada pada tempat dan waktu yang tepat, sehingga hal tersebut harus disesuaikan

    dengan rencana organaisasi secara keseluruhan. Integrasi perencanaan SDM dengan

    perencanaan strategik memudahkan organisasi melakukan keputusan dilakukannya

    merger, international operations, dan cooperate entrepreneurism. Sedangkan hasil

    evaluasi dari penerapan program jangka panjang ditujukan bagi perencanaan program

    suksesi yang menenkankan pada kemampuan memprediksi hasil-hasil individu, seperti

    kamajuan karier yang dicapai dan kepuasan kerja. Perencanaan SDM yang terintegrasi

    dengan strategi organisasi diperlukan dalam kondisi persaingan yang semakin ketat.

    Menurut Manzini (1996) untuk merancang dan mengembangkan perencanaan SDM

    yang efektif, terdapat tiga tipe perencanaan yang saling terkait dan merupakan satu

    kesatuan sistem perencanaan tunggal. Pertama: strategy planning, yang bertujuan

    untuk mempertahankan kelangsungan organisasi dalam lingkungan persaingan, kedua,

    operational planning, yang menunjukkan demand terhadap SDM, ketiga, human

    resources planning, yang digunakan untuk memprediksi kualitas dan kuantitas

    kebutuhan SDM dalam jangka pendek dan jangka panjang yang menggabungkan

    program pengembangan dan kebijaksanaan SDM.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    32/80

    32

    Tabel 1 : Manajemen Sumber Daya Manusiapada Oragnisasi Bisnis dan Organisasi Publik

    Karakteristik Organisasi Bisnis Organisasi Publik

    Tujuan Karyawan (unsur SDM) sebagai

    penyelenggara bertujuan untukmenjaga kelangsunganorganisasi & berusahaseoptimalnya untukmengakumulasi modal sesuaivisi & misi organisasi bisnis

    Birokrat (unsur SDM) dalam

    menjalankan organisasibertujuan untuk meningkatkankemakmuran seluruh anggotamasyarakat yang menjadikelompok sasaran sesuai visi danmisi organisasi publik

    Motif Karyawan organisasi (UnsurSDM) dalam menjalankan(menyelenggarakan) prosesaktivitasnya bermotifkankeuntungan yang wajar dari

    modal yang tertanam

    Birokrat (Unsur SDM) dalammelakukan prosespenyelenggaraan aktivitasnyabemotifkan pelayanan yang;efisien, efektif, tranfaransi dan

    akuntabel kepada kelompoksasaran.

    Sifat Pelayanan Organisasi dalam memberikanpelayanan (Fungsi PeningkatanSDM) adalah berbeda.Pelayanan yang lebih baikkepada pelanggang yang lebihbanyak mendatangkankeutungan (falsafah pelanggangadalah raja).

    Organisasi dalam memberikanpelayanan (Fungsi PeningkatanSDM) yang sama kepada semualapisan masyarakat, sesuaikriteria yang ditetapkan olehorganisasi publik.

    WilayahKekuasaan

    Organisasi memiliki wilayahkekusaan tergantung dari relasibisnis, & bisa lebih luas darinegara.

    Organisasi memiliki wilayahkekuasaan seluas wilayahadministratif seluas wilayahorganisasi. Misalnya seluas:Negara, Provinsi, atauKabupaten/Kota.

    Kekuasaan SDM sebagai karyawanorganisasi menerima sumberkekuasaan dari pemilik modal.Besarnya kekuasan ditentukandari besarnya kewenangan yang

    diterima dari pemiliknya.

    SDM sebagai birokrat(provaider), menerimakekuasaan dari rakyat (sistemdemokrasi, rakyat merupakansumber kekuasaan) yang searah

    dengan tujuan organisasi publik.Orientasi Politik SDM sebagai anggota organisasi

    memiliki orientasi dalampenyelenggaraan aktivitasmementingkan kepentinganpemilik modal

    SDM sebagai anggota organisasidalam menyelenggarakanaktivitas bersifat netral. Tidakdibenarkan mementingkangolongan tertentu.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    33/80

    33

    Secara umum, tujuan pengintegrasian perencanaan SDM adalah untuk

    mengidentifikasi dan menggabungkan faktor-faktor perencanaan yang saling terkait,

    sistematik, dan konsisten untuk mencapai visi dan misi organisasi. Hal ini berarti,

    perencanaan SDM adalah sesuatu fungsi yang secara terintegrasi dengan fungsi lainnya

    dalam penyelenggaran aktivitas organisasi.

    Mengingat fokus kajian ini, lebih tertuju kepada peranan organisasi publik

    (organisasi pemerintah) dalam manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), maka pada

    bagian ini dideskrepsikan perbedaan karakteristik organisasi bisnis dengan organisasi

    publik (Tabel 1). Secara umum, memang tetap terdapat persamaan antara organisasi

    bisnis dengan publik. Seperti keduanya menganut prinsip hirarki, namun ditinjau dari

    karakteristik organisasi lainnya, tetap memiliki banyak perbedaan. Antara lain, dilihat

    dari Sifat Pelayanan maka secara normatif, anggota (birokrat) organisasi publik

    memberikan pelayanan yang sama kepada semua aggota masyarakat, sementara

    anggota organisasi bisnis diharapkan memberikan pelayanan sesuai keandalan para

    pelanggan (kelompok sasaran).

    3. Penutup

    1. Berikan argumentasi mengapa fungsi perencanaan SDM demikian penting sebagai

    salah satu bentuk aktivitas organisasi pubilk.

    2. Organisasi publik dan organiasasi bisnis, disamping memiliki berbagai persamaan

    namun juga memiliki banyak perbedaan dan kaitannya dengan menjalankan fungsi

    perencanaan Sumber Daya Manusia. Jelaskan persamaan dan perbedaan tersebut.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    34/80

    34

    Daftar Bacaan

    Asang, Sulaiman, 2011. Pembangunan Sumber Daya Manusia : Suatu PrespektifOrganisasi Publik. Jurnal Administrasi Negara Vol. 17. No.1 Maret 2011 (ISSN :1410-8399) LAN Makassar.

    Bappeda Propinsi Sulsel, 2008. Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahPropinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2013. Makassar.

    Kasnawi, Tahir & Sulaiman Asang. 2009 Perubahan Sosial dan Pembangunan.Universitas Terbuka. Surabaya

    Morgan, G. 1991. Images of Organization. SAGE Publications, Inc., California.

    Ogawa, N., G. dkk., 1993. Human Resources in Development along the Asia-Pacific Rim.Oxford University Press, Singapore.

    Rivai, Veithasal, 2009, Islamic Human Capital : Dari Teori ke Praktik ManajemenSumber Daya Manusia Islami, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    35/80

    35

    BAB 5 Bahan Pembelajaran 4 : Analisis dan Rancang Bangun Pekerjaanorganisasi Publik

    1. Pendahuluan

    Bagian ini mendeskrepsikan dua fungsi MSDM yaitu, fungsi analisis pekerjaan

    dan fungsi rancang bangun pekerjaan. Lebih awal dideskrepsikan mengenai subtansi

    analisis pekerjaan dan dilanjutkan mengenai rancang bangun pekerjaan. Ketiga

    mempersoalkan analisis pekerjaan terdapat tiga utama yang dideskrepsikan yaitu

    menyangkut identifikasi pekerjaan, penyusunan kuesioner, dan pengumpulan informasi.

    Sementara pada bagian rancang bangun pekerjaan dideskrepsikan Sistem Informasi

    Manajemen Sumber Daya Manusia Rancang Bangun Pekerjaan. Termasuk

    dideskrepsikan pada bagian ini adalah menyangkut unsur-unsur dan teknik rancang

    bangun pekerjaan.

    2. Analisis Pekerjaan

    Analisis pekerjaan merupakan suatu aktivitas dalam MSDM dalam menentukan

    jenis dan isi pekerjaan sehingga dapat dijelaskan kepada orang lain. Output dari

    aktivitas analisis pekerjaan adalah deskripsi pekerjaan. Pada analisis pekerjaan secara

    lazim diuraikan tentang: (a) Alasan utama atau pentingnya informasi analisis pekerjaan;

    (b) Teknik mendapatkan informasi mengenai analisis pekerjaan, seperti melalui

    kuesioner atau mengumpulkan informasi melalui internet dengan merancang sesuai

    kebutuhan. Pada bagian ini dibahas mengenai sistem informasi sumber daya manusia

    (Siagian, 2007).

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    36/80

    36

    3. Rancang Bangun Pekerjaan pada Organisasi Publik

    Desain pekerjaan menjadi penting karena aktivitas ini yang menghubungkan

    manusia dengan organisasinya. Sebagian ahli menyebut desain pekerjaan ini sebagai

    rancang bangun pekerjaan. Dalam melakukan aktivitas rancang bangunun ini, ada tiga

    hal yang patut mendapat perhatian, yaitu. Pertama, rancang bangun pekerjaan

    merupakan usaha pemenuhan tuntutan lingkungan dari rancang bangun yang disusun.

    Kedua, rancang bangun yang disusun sedapat mungkin mengakumodir kebutuhan

    pegawai dan kebutuhan organisasi. Kesesuaian dua jenis kebutuhan ini dapat dianalisis

    dengan menggunakan teori sembilan-sembilan atau lazim disebut dengan manajerial

    Grid 9.9 oleh Blake & Mauton (Gibson, dkk, 1997). Ketiga, rancang bangun yang

    disusun dapat mendeteksi ulang luaran dari organisasi publik. Aktivitas ini sering

    disebut umpan balik dengan mengunakan pendekatan sistem dalam analisis organisasi.

    Secara formal setelah masa otonomi, setiap daerah diberikan kewenangan dalam

    mendorong desentralisasi untuk merancang sendiri analisis pekerjaan dan merancang

    bangun sendiri pekerjaan pada unit organisasinya dengan tetap memperhatikan

    pentingnya integrasi sebagai kesatuan organisasi secara keseluruhan. Namun

    kewenangan yang dimaksudkan ini belum efektif pelaksanaannya, yang antara lain

    disebabkan oleh perbedaan unsur organisasional, unsur lingkungan, dan unsur

    keprilakuan.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    37/80

    37

    3. Penutup

    1. Kembangkan pokok-pokok bahasan yang termasuk aspek analisis pekerjaan !

    2. Mengapa unsur organisasional, unsur lingkungan, dan keprilakuan sangat

    menentukan dalam efektivitas rancang bangun pekerjaan ?

    Daftar Bacaan

    Gibson, J.L., J. M. Ivancevich, dan J.H. Donelly. 1997. Organisasi dan Manajemen:Perilaku, Proses dan Struktur. Erlangga, Jakarta.

    Siagian, P. Sondang, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

    Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi danManajemen Pegawai Negeri Sipil. Reflika Aditama, Bandung.

    Timpe, Dale, A. (2002), Memempin Kanusia (Managing People). Seri ManajemenSumber Daya Manusia, Lainnya, Gramedia, Jakarta.

    Mathis, Rober.L dan John H. Jokson, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, (edisi10). Salemba empat, Jakarta.lk

    ppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    38/80

    38

    BAB 6 Bahan Pembelajaran 5 & 6: Rekruitmen dan Seleksi Tenaga Kerja

    1. Pendahuluan

    Pada bagian awal modul dibahas tentang rekruitmen tenaga kerja, kemudian

    dilanjutkan seleksi. Rekruitmen tenaga kerja diperlukan untuk mengisi jabatan yang

    lowong atau diperkirakan lowong pada suatu organisasi. Rekruitmen tenaga kerja

    merupakan suatu akativitas yang patut dilakukan secara cermat, mengingat aktivitas ini

    terkait dengan masalah tenaga kerja (selanjutanya disebut ketenagakerjaan) pada

    lingkungan eksternal organisasi. Berikut ini dideskripsikan konsep ketenagakerjaan.

    2. Konsep Ketenagakerjaan

    Menurut Sofian Effendi (dalam Kasnawi dan Asang, 2009), bahwa setidaknya

    ada dua konsep dalam pendekatan analisisi keternagakerjaan, yaitu Gainful

    Worker Approach (GWA) dan Labour Force Approach (LFA). Pengunaan setiap

    pendekatan akan melahirkan data ketenagakerjaan yang berbeda, seperti Tingkat

    Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang

    berbeda pula. Penggunaan salah satu jenis pendekatan ini akan melahirkan

    implikasi kebijakan ketenagakerjaan yang berbeda pula. Berikut diuraikan secara

    singkat hakekat dari dua pendekatan yang dimaksud.

    Pertama, upaya untuk mendeteksi pergeseran masalah ketenagakerjaan

    dengan menggunakan GWA, seseorang dalam batas umur tertentu ditanya tentang

    kegiatan apa yang biasa dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Penggunaan kata

    biasa tersimpul makna bahwa usaha-usaha yang tidak lazim dan penting, tidak

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    39/80

    39

    termasuk ke dalam usaha yang biasa dilakukan. Ketika pengumpulan data

    (pencacahan) sementara dilakukan, seringkali ditemui seseorang sementara

    melakukan kegiatan ekonomi tertentu, namun menurut kebiasaannya, orang

    tersebut adalah lebih banyak waktunya digunakan dalam melakukan aktivitas lain di

    luar kegiatan ekonomi, seperti sementara menempuh pendidikan tertentu. Menurut

    GWA, orang seperti ini tidak termasuk dalam gategori bekerja, dan dimasukkan

    ke dalam kategori sekolah.

    Jika pada suatu komunitas (daerah) saat dilakukan pencacahan

    (pengumpulan data), banyak ditemukan orang sementara bekerja, tetapi hanya

    sekedar membantu usaha keluarga, seperti menjaga toko milik keluarga, atau

    seorang anak petani yang sekedar membantu orang tuanya dalam usaha

    pertaniannya, namun aktivitas utamanya (biasanya) anak tersebut adalah

    sementara menempuh pendidikan, maka anak yang bekerja dan sementar sekolah

    tersebut tidak termasuk ke dalam permasalahan ketenagakerjaan. Artinya, jika

    dilihat dari konteks kebijakan publik, maka tingkat permasalahan ketenagakerjaan

    tidak demikian parah (tidak mendesak) untuk dirumuskan implikasi kebijakannya

    yang mengarah kepada perluasan kesempatan kerja. Karena masalah

    ketenagakerjaan dalam konteks ini, sesungguhnya lebih tertuju kepada orang atau

    sekelompok orang yang berkeinginan bekerja, namun tidak mendapatkan

    pekerjaan.

    Kedua, Labor Force Approachadalah suatu pedekatan yang mengelompokan

    tenaga kerja menurut umur menjadi dua kelompok, yaitu kelompok penduduk yang

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    40/80

    40

    termasuk Labour Force(Angkatan Kerja atau AK) dan mereka yang termasuk Bukan

    Angkatan Kerja (BAK). Kelompok yang termasuk AK adalah penduduk bekerja dan

    sementara mencari pekerjaan, termasuk di dalamnya adalah penduduk yang

    sementara tidak bekerja, meskipun telah memiliki pekerjaan, seperti pegawai yang

    sementara cuti dari pekerjaannya dan petani yang sementara menunggu panen.

    Sementara yang termasuk ke dalam kelompok BAK adalah penduduk yang

    sementara sekolah, mengurus rumah tangga, pensiunan, cacat, jompo dan

    kelompok lainnya yang memang tidak bersedia bekerja.

    Jika dilihat dari batasan umur seseorang dikategorikan sebagai tenaga

    kerja, maka terdapat perbedaan di negara maju dan di negara berkembang seperti

    Indonesia. Batas untuk negara maju adalah 15 64 tahun, sementara di negara

    sedang berkembang adalah 10 ke atas. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh

    kesiapan Negara Maju untuk melarang penduduknya telibat secara aktif dalam

    kegiatan ekonomi sebelum dan sesudah batas umur tersebut. Sementara di Negara

    berkembang, banyak penduduk di bawah umur kurang dari 15 tahun yang terpaksa

    harus bekerja kerena kebutuhan suatu rumah tangga belum terpenuhi. Kejadian

    serupa juga terjadi kepada penduduk yang berusia 65 tahun ke atas yang terpaksa

    harus bekerja karena tidak ada tabungan semasa usia produktif dan belum ada

    tunjangan khusus dari negara kepada mereka yang berusia tua, namun kondisi

    ekonominya sangat terbatas.

    Bagian penduduk yang termasuk AK seperti yang dimaksudkan di atas

    adalah merupakan salah satu indikator dalam mendeteksi kemajuan pembangunan

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    41/80

    41

    ketenagakerjaan di suatu komunitas (daerah). Secara lazim, Indikator ini

    diterjemahkan ke dalam persentase yang disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    (TPAK), yaitu suatu indikator yang menunjukkan jumlah tenaga kerja yang telah

    bekerja dan bersedia bekerja dari seratus tenaga kerja yang ada di suatu

    komunitas. Untuk melahirkan atau merumuskan model kebijakan tertentu dari

    permasalahan TPAK yang ada, maka dapat dilakukan secara spesifik baik menurut

    variabel sosial ekonomi dan demografis, seperti perbedaan lokasi, (perkotaan dan

    pedesaan), menurut kelompok umur, dan menurut pendidikan. Kenyataan di

    lapangan yang ingin ditangkap adalah pada kondisi yang bagaimana TPAK

    cenderung tinggi atau rendah dilihat dari variabel sosial ekonomi dan demografis

    tersebut.

    16

    BAGAN 1 : ANGKATAN KERJA & BUKAN ANGKATAN KERJA (LABOUR FORCE

    APPROACH)

    Tenaga KerjaMan Power (10 Ke Atas)

    A. Bukan Angkatan Kerja B. Angkatan Kerja (Labour Force)

    B.1. BekerjaB.2. Mempunyai Pekerj. Tetapi

    Sementara Tdk Bekerja

    B.3. Sedang Mencari

    Pekerjaan

    B.1.1. Fully Utized B.1.2. Under Utilized

    B.1.2.1. Under Utilized

    Hour

    B.1.2.2. Under Utilized

    By Income

    B.1.2.3. Under

    Utilized By Mismatch

    Sumber : Kasnawi dan Asang, 2009

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    42/80

    42

    Berbagai data skunder ketenagakerjaan yang ada di Tanah Air, seperti dalam

    Survai Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) adalah menggunakan konsep LFA

    dengan batas umur 10 tahun ke atas. Berbagai studi yang telah ada menunjukkan

    bahwa batasan umur 10 tahun ini juga telah banyak dilanggar, misalnya studi yang

    dilakukan Asang (2006) memperlihatkan bahwa banyak anak-anak yang secara

    terpaksa aktif dalam kegiatan ekonomi yang ternyata dikoordinir secara rapih oleh

    pihak lain (baca: sindikat), justru berasal dari pihak yang telah mapan secara sosial

    ekonomi. Pertanyaan kemudian adalah impilikasi kebijakan bagaimana yang relevan

    dilakukan untuk memperluas (menggeser) kesempatan kerja, namun tetap

    memperhitungkan kondisi sosial ekonomi pekerja (termasuk anak-anak) di suatu

    komunitas?.

    Ketiga, pengembangan dari LFA yang dimaksudkan sebelumnya, melahirkan

    suatu pendekatan yang lebih spesifik, yaitu Labor Utilization Approach (LUA).

    Pendekatan ini hanya memfokuskan perhatiannya kepada Angkatan Kerja yang

    telah bekerja yang secara garis besar dibagai ke dalam dua kategori, yaitu full

    utilized (pekerja penuh) dan under utilized (pekerja tidak penuh atau setengah

    pengangguran). Secara lazim dalam berbagai literatur, pekerja tidak penuh banyak

    yang dipermasalahkan dan memerlukan rumusan kebijakan tersendiri. Kelompok ini

    diperinci secara mendetail ke dalam tiga kategori, yaitu : (a) under utilized by hour

    atau setengah pengangguran menurut jam kerja dengan jam kerja minimal 35 jam

    per minggu; (b) under utilized by income atau setengah pengangguran menurut

    pendapatan/upah, dimana pekerja telah melebihi jam kerja normal, namun

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    43/80

    43

    pendapatan yang diperoleh dari kegiatannya belum mencapai standar upah

    minimum yang berlaku di suatu komunitas; dan (c) setengah pengangguran

    missmatch atau setengah pengangguran karena ketidaksesuaian antara

    keterampilan dengan jenis pekerjaan yang ditekuni oleh seorang atau sekelompok

    pekerja (Bagan 1). Konsep yang terakhir ini, sering disuarakan oleh pakar kebijakan

    publik tentang perlunya seseorang sesuai bidang keahliannya untuk mendatangkan

    kinerja (produktivitas) yang baik.

    3. Rekruitmen dan Seleksi

    Mengenai persyaratan teknis menyangkut rekruitmen dan seleksi tenaga

    kerja dapat diikuti perkembangannya dari suatu priode kepriode yang selanjutnya,

    namun secara umum dalam pembahasan rekruitmen, perlu dibahas mengenai

    aspek: rintangan dalam penyelenggaraan rekruitmen; sumber-sumber informasi

    rekruitmen (pelamar), dan riwayat pelamar yang berkaitan dengan kebutuhan

    organisasi. Mengenai aspek yang perlu diperhatikan dalam proses seleksi antara

    lain menyangkut faktor internal organisasi termasuk mengenai profesionalisme

    pelamar, faktor etika, faktor kesemaan kesempatan. Faktor terakhir termasuk aspek

    yang relative sensitif dipersoalkan oleh publik setelah pada masa reformasi ini.

    4. Penutup

    1. Jelaskan makna dari Gainful Worker Approach (GWA) dan Labour Force

    Approach (LFA) dalam aspek ketenagakejaan. Bagaimana keberadaannya

    dikaitakan dengan fungsi rekruitmen dan seleksi dalam penyelenggaraan

    MSDM?

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    44/80

    44

    2. Uraikan (sertai dengan contoh konkrit), mengenai aspek yang perlu mendapat

    perhatian dalam rekruitmen dan seleksi dalam praktek MSDM.

    Daftar Pustaka

    Al-Jailani, Abdul-Qadir, Menjadi Kekasih Allah; Masran (Ahmad Penerjemah), CitraMedia, 2010. Yogyakarta

    Asang, Sulaiman, 2011. Pembangunan Sumber Daya Manusia : Suatu PrespektifOrganisasi Publik. Jurnal Administrasi Negara Vol. 17. No.1 Maret 2011(ISSN: 1410-8399) LAN Makassar.

    Hatch, M.J. 1997. Organization Theory: Modern Symbolic and Post modernPerspectives. (Sub bab tentang Strategy and Goal), Oxford University Press,New York.

    Kasnawi, Tahir & Sulaiman Asang. 2009 Perubahan Sosial dan Pembangunan.Universitas Terbuka. Surabaya

    Rivai, Veithasal, 2009, Islamic Human Capital : Dari Teori ke Praktik ManajemenSumber Daya Manusia Islami, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

    UNDP, 2004. Human Devepelopment Report: Cultural Liberty in Todays DiverseWorld. UNDP, New York.

    ---------------------kppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    45/80

    45

    BAB 7 Bahan Pembelajaran 8 & 9 : Pengembangan SDM & Teori PSDM

    1. Pendahuluan

    Makna dari pengembangan SDM adalah suatu proses akativitas pemberian

    kapabilitas kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan (Visi &

    misi) organisasi. Beberapa aspek yang perlu didiskusikan ini, berkaitan dengan

    Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), antara lain menyangkut, (a)

    Latarbelakang diperlukannya akativitas PSDM; (b) Tahapan program PSDM; (c) Prinsip-

    perinsip program PSDM; (d) Materi program PSDM, dan; (e) Penilaian program PSDM.

    2. Fungsi Pengembangan Sumber Daya (PSDM)

    Secara khusus, diuraikan mengenai aspek yang melatarbelakangi sehingga

    diperlukan PSDM antara lain disebabkan oleh situasi dan kondisi dalam memasuki

    milenium ketiga ternyata menuntut seluruh jenis organisasi pemerintah (organiasasi

    publik) dalam menerjemahkan arah perubahan global yang sangat dinamis dalam

    berbagai aspek pembangunan dan pemerintahan. Upaya peningkatan profesionalisme

    aparatur (PSDM), semakin nyata diperlukan setelah terjadinya reformasi pemerintahan.

    Bentuk dan jenis PSDM yang diperlukan dalam menyelenggarakan tugas dan aktivitas

    sebelum dan sesudah reformasi memiliki perbedaan yang signifikan.

    Perubahan (peningkatan) kebutuhan profesionalisme yang dimaksudkan antara

    lain terjadi, dari adanya perubahan paradigma pengelolaan birokrasi pemerintahan dari

    paradigma lama kepada paradigma baru. Berbagai perubahan tentang tata cara

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    46/80

    46

    penyelenggaraan birokrasi pemerintah sebelum reformasi (paradigma lama) ke pasca

    reformasi (paradigma baru) antara lain dilihat dari karakteristik organisasi yang

    sentralistik kepada desentralistik; dari kedaulatan negara menjadi kedaulatan rakyat:

    dari kepemimpinan yang otoritarian ke demokratis, termasuk di dalam hal ini adalah

    pemangkuan suatu jabatan strategis lebih didasarkan kepada kedekatan berubah

    menjadi kepada pertimbangan kompetensi; perubahan dari bentuk organisasi yang

    datar (flat) kepada bentuk yang ramping (tall); dari penyelesaiaan pekerjaan yang

    kebanyakan berbentuk manual, berubah kepada penyelesaian pekerjaan dengan

    menggunakan elektronik, seperti email-government (e-gov), dan termasuk dalam

    bentuk perubahan lain adalah menyangkut budaya kerja dalam organisasi, dari kurang

    terintegrasi menjadi lebih kooperatif.

    3. Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia

    Mengenai teori PSDM yang dimaksudkan dalam bagian ini, adalah teoriteori

    MSDM yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, seperti: 1. Teori Peningkatan

    Modal Manusia; 2. Teori Pemenuhan Kebutuhan Dasar 3. Teori Kapasitas 4. Teori

    Pemberdayaan; 5. Teori Harapan Rasional; 6. Teori Stimulus-Respons, dan 7. Teori

    Kognetif. Tugas kita adalah mendeteksi dan mengembangkan teori itu untuk digunakan

    dalam PSDM yang dilakukan pada suatu organisasi. Secara umum, kendala yang

    dihadapi oleh pihak organisasi publik di Negara kita, karena format PSDM itu telah

    ditentukan oleh pemerintah pusat sehingga pemerintah daerah kurang memlliki

    kesempatan dalam merancang jenis kebutuhan PSDM yang dibutuhkan.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    47/80

    47

    4. Penutup

    1. Jelaskan makna fungsi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) !

    2. Menurut pengamatan (observasi) Anda, teori PSDM apa yang lebih dominan

    mewarnai PSDM pada lingkungan organisasi berada (seperti tempat bekerja), atau

    kondisi pemerintahan tempat tinggal.

    Daftar Pustaka

    Kasnawi, Tahir & Sulaiman Asang. 2009 Perubahan Sosial dan Pembangunan.Universitas Terbuka. Surabaya

    Rivai, Veithasal, 2009, Islamic Human Capital : Dari Teori ke Praktik ManajemenSumber Daya Manusia Islami, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

    Timpe, Dale, A. (2002), Memempin Kanusia (Managing People). Seri Manajemen

    Sumber Daya Manusia, Lainnya, Gramedia, Jakarta.

    Mathis, Rober.L dan John H. Jokson, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia,

    (edisi 10). Salemba empat, Jakarta.

    UNDP, 2004. Human Devepelopment Report: Cultural Liberty in Todays DiverseWorld. UNDP, New Yorklk

    ppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    48/80

    48

    BAB 8 Bahan Pembelajaran 9 : Peranan Pengembangan Karier

    Karier adalah proses hidup yang dijalani seseorang dari masa terangkatnya

    sampai dengan masa berhentinya sebagai pegawai. Dengan menggunakan prinsip

    manajemen modern, maka karier perlu direncanakan tidak terjadi secara tiba-tiba.

    Berdasarkan pemikiran bahwa karir perlu direncanakan, maka dikenal fungsi

    pengembangan karier, yaitu suatu usaha (direncanakan) seseorang untuk mencapai

    posisi tertentu. Secara normatif, karier yang dirancang oleh seseorang adalah

    berjalan seiring dengan tujuan organisasi.

    Mengenai peranan pengembangan karier antara lain; (a) menyederhanakan

    syarat-syarat birokratis yang tidak perlu dilakukan, namun didalam prakteknya

    tetap ada sehingga karier anggota organisasi kurang berjalan lancar; (b)

    mengembangkan anggota organisasi yang dapat dipromosikan; (c) mengurangi

    pergantian yang tidak direncanakan; (d) menjaring potensi anggota organisasi; dan

    (e) menyalurkan aspirasi anggota organisasi.

    Tahapan pengembangan karier dapat dibagi ke-dalam tiga fase; yaitu fase

    awal, fase lanjutan, dan fase pensiun. Fase awal adalah suatu masa dimana

    seseorang berusaha mendapat perhatian dari organisasi untuk memenuhi

    kebutuhan dasarnya. Fase lanjutan adalah suatu kondisi dimana seseorang sebagai

    anggota organisasi berada pada tahapan keamanan. Tahapan ini banyak dialami

    oleh pegawai senior, namun fase ini dapat dibagi lagi menjadi fase lanjutan awal,

    fase lanjutan menengah, dan fase lanjutan akhir. Fase pensiun adalah suatu masa,

    dimana anggota oraganiasi tidak lagi memiliki peranan secara formal di dalam

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    49/80

    49

    organisasi, namun tetap berusaha mengaktualisasi diri yang menunjukkan bahwa

    dalam proses kariernya termasuk anggota organisasi yang berhasil.

    BAB 9 Bahan Pembelajaran 10 & 11 : Prestasi Kerja, Kinerja dan ImbalanKerja

    1. Pendahuluan

    Berikut ini dideskrepsikan tiga variabel dalam MSDM, yaitu: prestasi kerja, kinerja

    dan bagian ini diakhiri dengan imbalan. Menyangkut kinerja diuraikan sedikit lebih

    panjang pembahasannya, mengingat metode pengukuran yang ditampilkan ini adalah

    yang sementara digunakanan untuk mengukur keberhasilan organisasi publik di Tanah

    Air. Pengukuran ditampilkan dalam Laporan Akuntabilatas Kinerja Pemerintahan (LAKIP)

    setiap priode tahun anggaran.

    2. Prestasi Kerja

    Prestasi kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang memerlukan

    penilaian secara obyektif dan selanjutnya mendapatkan kompensasi (imbalan) sesuai

    aturan organisasi. Penilaian prestasi kerja yang dimaksudkan adalah suatu pendekatan

    yang dilakukan kepada pegawai dengan memperhatikan berbagai faktor, antara lain:

    (a) Pihak yang menilai menyadari bahwa yang mereka nilai selain memiliki keunggulan,

    juga memiliki kelemahan yang menyebabkan kurang berprestasi pada saat itu; (b)

    Penilaian yang dilakukan sedapat mungkin dijalankan secara adil dengan standar yang

    sama, sehingga penilaian berlangsung secara obyektif; (c) Hasil penelitian disampaikan

    kepada yang dinilai dengan harapan dapat memperbaiki kelemahannya; (d) Hasil

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    50/80

    50

    penilaian dilakukan secara berkala dan informasi tersimpan secara teratur sehingga

    berbagai informasi menyangkut MSDM dapat diakses dengan cepat dan tepat.

    3. Konsep Kinerja dan Jenis Kinerja

    Khusus prestasi yang dicapai oleh sekelompok orang (organisasi), secara

    lazimnya diukur melalui kinerja. Berikut ini, dideskrepsikan Pembangunan SDM

    Pendidikan dijadikan sebagai bahan diskusi dalam tulisan ini. Pembangunan SDM

    bidang pendidikan, selalu strategis untuk dikaji secara mendalam, karena pada satu

    pihak merupakan akibat (dipengaruhi) dari berbagai pengaruh faktor, seperti pengaruh

    sosial lain, seperti faktor ekonomi, politik, dan budaya yang dapat teraktualisasi dalam

    bentuk positif maupun negatif. Di pihak lain, pendidikan menjadi faktor yang

    berpengaruh (menyebabkan) terjadinya perubahan kepada variabel sosial lainnya,

    seperti tingkat kesehatan, pendapatan dan demokratisasi yang terjadi pada suatu

    komunitas atau wilayah.

    Pendidikan dapat pula dilihat sebagai usaha normatif (ideal dilakukan) yang

    berkaitan dengan nilai-nilai hidup dan sekaligus berperan mengembangkan nilai-nilai

    dasar kehidupan, seperti nilai-nilai moral sosial dan nilai-nilai lainnya. Penyelenggaraan

    pendidikan oleh organisasi tertentu untuk mencapai tujuan yang normatif, maka

    diperlukan suatu peroses untuk mencapainya. Peroses penyelenggaraan pendidikan ini

    yang diartikan sebagai variabel pelayanan dalam kajian ini. Dilihat dari yang

    penyelenggarakan pendidikan, maka secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam

    dua jenis, yakni penyelenggaraan (pelayanan) yang dilakukan oleh lembaga publik

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    51/80

    51

    (pemerintah) dan yang dilakukan oleh lembaga swasta. Pelayanan seperti ini dapat

    ditemui di berbagai level, mulai dari level pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) hingga

    pendidikan di Perguruan Tinggi (PT).

    Secara umum, ada banyak teori kinerja, dan dua diantaranya yang diadaptasi

    dalam kajian ini adalah dari Lembaga Administarsi Negara (LAN, 2005) dan Morgan

    (1991) dengan tekanan kepada teori kontingensi. Teori ini merupakan teori sistem yang

    ditekankan bahwa luaran suatu pelayanan dalam berbentuk jasa, seperti luaran

    pelayanan dalam bidang pendidikan dipengaruhi oleh sumber daya, yang terdiri dari

    sumber daya manusia dan bukan manusia (dana, material, mesin dan metode) atau

    lazim disebut 5 M. Sumber daya ini kemudian digunakan ke dalam proses konversi

    pelayanan dalam penerapan fungsi perencanaan, kemudian ke fungsi pelaksanaan atau

    implementasi dan

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    52/80

    52

    BAGAN 2 : PENDEKATAN SISTEM DALAM PENGEMBANGAN SDM

    5 M

    InputDampak

    Pelyanan

    Pendidikan kpd

    Masyarakat

    Lingkungan Sosek

    Umpan Balik

    Lingkungan Fisik

    Fungsi Evaluasi Pelayanan

    Imfact

    Fungsi

    Pelaksanaan Pelayanan

    Fungsi Perencanaan Pelayanan

    BenefitOutputOut

    comesFP FPL

    Sumber : Kasnawi dan Asang, 2009

    selanjutnya kepada fungsi evaluasi. Peroses konversi (fungsi perencanaan dan

    pelaksanaan) adalah ibaratnya suatu jenis pabrik yang mengola berbagai masukan

    (input) yang telah ada untuk menghasilkan kualitas pelayanan tertentu. Apabila input

    yang digunakan memenuhi keperluan dan diolah secara baik dalam peroses konversi,

    maka secara otomatis melahirkan luaran seperti yang diharapkan atau direncanakan.

    Luaran yang dimaksudkan sesunguhnya merupakan penjelmaan dari perubahan sosial

    yang diharapkan terjadi pada suatu periode ke periode yang lain. Bentuk luaran dari

    proses pelayanan ini dapat dideteksi melalui output (efektivias), outcoms (hasil jangka

    pendek), benefits (manfaat jangka menengah), dan impact atau dampak jangka

    panjang. Perlu ditekankan bahwa tingkat keberhasilan perubahan sosial dalam bidang

    pendidikan yang diharapkan, disamping dipengaruhi oleh faktor internal, juga

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    53/80

    53

    dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti lingkungan (kondisi geografis dan kekayaan

    alam), dan kondisi sosial ekonomi lain yang berkaitan dengan penyelenggaran

    pelayanan pendidikan.

    Kinerja dapat pula dilihat dari konteks penggunaan input dalam peroses

    penyelenggaran pendidikan dan pelatihan (PSDM), di mana tekanannya lebih ditujukan

    kepada jumlah sumber daya (seperti alokasi anggaran) yang digunakan dalam

    pelayanan (penyelenggaraan) pendidikan antara satu periode dengan periode yang lain.

    Kajian menyangkut pendekatan input seperti ini, lebih banyak digunakan di sektor

    publik. Meskipun ruang lingkup pelayanan publik ini telah mengalami pergeseran,

    dimana pada mulanya hanya mencakup jenis pelayanan yang dilakukan

    (didistribusikan) dan dibiayai sendiri oleh pemerintah, tetapi kemudian mengalami

    perkembangan bahwa meskipun pendistribusian suatu jenis barang atau jasa, tidak

    dilakukan (ataupun tidak dibiayai) oleh pemerintah, namun suatu jenis barang tersebut

    diperlukan oleh sebagian besar masyarakat, maka disebut barang-barang publik (public

    good).

    Jenis barang atau jasa disebutkan yang terakhir, sekalipun dilakukan oleh pihak

    swasta, namun tetap termasuk bagian dari penyelenggaraan pelayanan publik.

    Pelayanan dalam bidang pendidikan adalah termasuk salah satu cakupan dalam ruang

    lingkup pelayanan publik dalam konteksi ini. Atas dasar ini pula, maka banyak

    ditemukan lembaga pendidikan swasta yang mendapatkan bantuan dari pemerintah

    dalam penyelenggaraan atau pelayanan pendidikan. Berikut diuraikan perubahan sosial

    dalam kaitannya dengan pelayanan dalam bidang pendididikan.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    54/80

    54

    (a) Kinerja Input (Orientasi Masukan)

    Asumsi terhadap kinerja dilihat dari pendekatan input dalam peroses pelayanan

    pendidikan bahwa diperlukan sejumlah input tertentu di dalam prosesnya. Jumlah dan

    kualitas input yang standar akan lebih mempercepat purubahan sosial dalam bidang

    pendidikan dibanding dengan jumlah dan kualitas yang kurang memadai. Jumlah dan

    kualitas input yang berupa sumber daya manusia, dana, material, mesin, dan metode

    yang digunakan berpengaruh terhahadap perubahan sosial. Misalnya, UNESCO (United

    Nations Educational, Sientific and Cultural Organizations) dalam UNDP atau United

    Nation development Program menganjurkan kepada negara-negara anggota di dunia

    bahwa jumlah alokasi anggaran (dana) adalah minimal 20 persen ke dalam sektor

    pendidikan dari total anggaran pemerintah dalam periode tertentu. Asumsi pendekatan

    input ini bahwa apabila kriteria alokasi anggaran tersebut telah terpenuhi, maka

    perubahan sosial dalam bidang pendidikan ke arah yang lebih baik akan berlangsung

    dengan cepat.

    Asumsi lain dari pendekatan kinerja ini adalah anggaran yang telah dialokasikan

    ke dalam program pendidikan tertentu harus mampu dihabiskan (digunakan) sesuai

    dengan peruntukan yang telah tertuang dalam rencana kerja instansi atau lembaga

    penyelenggara pelayanan pendidikan. Apabila dana yang disediakan telah mampu

    dibelanjakan, maka dipandang bahwa penyelenggaraan pelayanan telah dipandang

    berhasil. Asumsi ini di dasarkan dari kecakapan manajerial dalam membelanjakan uang

    negara. Artinya, apabila terdapat sisa anggaran dalam periode tertentu, maka pimpinan

    lembaga dipandang kurang cakap melakukan perubahan sosial di bidang pendidikan.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    55/80

    55

    Asumsi yang terakhir di samping memliki faktor keunggulan, namun juga

    memiliki kelemahan. Faktor keunggulan terjadi karena para pimpinan pada lembaga

    pendidikan berinovasi sedemikian rupa agar tidak terjadi Sisa Anggaran Pembangunan

    (SIAP) pada lembaganya karena dipandang kurang berhasil apabila anggaran yang

    tersedia tidak mampu digunakan secara keseluruhan. Faktor kelemahan menonjol

    ketika anggaran yang tersedia dipaksakan untuk dihabiskan meskipun tidak didahului

    dengan rencana atau program. Akibatnya, peruntukan dana lebih banyak bersifat

    seremonial dibanding memperhitungkan manfaat suatu program pelayanan pendidikan.

    Fenomena seperti ini, lebih mudah diamati pada instansi pemerintah pada waktu

    menjelang akhir tahun atau tutup buku.

    (b) Kinerja Output (Luaran Jangka Pendek)

    Kinerja dapat dilihat dari pendekatan output pelayanan dalam bidang pendidikan

    adalah perbandingan antara target terhadap output suatu kegiatan dengan rencana

    yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, pada suatu lembaga pendidikan dasar

    direncanakan menamatkan anak didik setiap tahun 100 orang pada tahun 2010 dan 125

    alumni pada tahun 2011. Apabila target atau rencana tersebut berhasil direalisasikan,

    maka dari pendekatan output berarti telah terjadi perubahan sosial di dalamnya. Perlu

    ditekankan bahwa pendekatan output ini bertujuan untuk mendeteksi seberapa tingkat

    realisasi suatu rencana yang biasaya dinyatakan dalam bentuk persentase yang

    diperoleh dari nilai absolut realisasi kegiatan dibanding dengan nilai absolut pada

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    56/80

    56

    rencana kemudian dikalikan dengan nilai seratus untuk mendapatkan tingkat

    persentase kegiatan.

    Dilihat dari konteks pembangunan dalam bidang pendidikan, maka kegiatan-

    kegiatan terbungkus (bagian) dalam program, sementara program-program yang ada,

    terhimpun dalam kebijakan instansi. Artinya, keberhasilan atau efektivitas perubahan

    sosial ke arah yang lebih di suatu komunitas (wilayah administratif) adalah merupakan

    kumpulan dari tingkat keberhasilan berbagai kegiatan dalam pelaksanaan pelayanan

    pendidikan. Tingkat pencapaian realisasi yang dimaksudkan adalah bervariasi, baik

    dilihat dari jenis pendidikan, level pendidikan, maupun dari kondisi geografis dimana

    pendidikan itu diselenggarakan.

    Dikaitkan dengan teori Marilee S. Grindle, (1980) bahwa efektivitas pelakasanaan

    suatu program pelayanan, seperti pelayanan pendidikan, dipengaruhi oleh isi program

    pelayanan dan konteks program pelayanan. Isi program antara lain meliputi;

    kepentingan yang dipengaruhi; jenis dan manfaat program; tingkat perubahan yang

    direncanakan, dan; sumber daya yang disediakan dalam; strategi para aktor;

    kesesuaian budaya; tempat pembuatan keputusan pelaksanaan. Sementara konteks

    kebijakan, antara lain terdiri dari gaya manajerial para aktor yang terlibat, dan;

    karakteristik lembaga penyelenggara pelayanan. Dalam konteks ini adalah pelayanan

    pendidikan untuk mencapai tingkat perubahan sosial dalam periode tertentu.

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    57/80

    57

    (c) Kinerja Outcomes (Luaran Jangka Menengah)

    Perubahan sosial dilihat dari pendekatan outcomes dalam pelayanan pendidikan,

    yakni fokus analisis yang ditujukan kepada segala sesuatu berfungsinya luaran yang

    telah dilahirkan dari pendekatan output. Perubahan sosial dari pendekatan ini dinilai

    dari perubahan yang diharapkan dalam jangka menengah. Dikaitkan dengan contoh

    dalam pendekatan output pada uraian sebelumnya bahwa jika pada suatu lembaga

    pendidikan telah berhasil menamatkan murid Sekolah Dasar (SD) sebanyak 100 orang

    pada tahun 2006, maka menurut pendekatan output telah dinyatakan berhasil. Pada

    pendekatan outcomes, lebih ditekankan kepada luaran dalam jangka menengah, yaitu

    tingkat persentase dari output SD tersebut yang melanjutkan pendidikan pendidikan

    kejenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Semakin tinggi persentase luaran

    dari output SD yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP, maka semakin baik pula

    pelayanan pendidikan dilihat dari konteks pendekatan outcomes.

    Perubahan sosial dilihat dari pendekatan outcomes antara lain dapat dilihat

    pencapaian Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada jenjang pendidikan dasar dan

    menengah yang tidak dapat direalisasikan. Sebagai misal, APS untuk Program Wajib

    Belajar (Wajar) Sembilan Tahun yang pada awalnya ditargetkan rampung sampai

    akhir tahun 2003, ternyata baru mencapai 55,05% (Bastian, 2002). Angka ini

    menunjukkan bahwa betapa tingginya permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa

    kita, dimana kurang lebih satu berbanding satu, di antara anak yang tertampung

    dengan yang tidak pada level pendidikan SLTP di Tanah Air. Secara ideal (normatif)

    perubahan sosial ke arah yang lebih baik diarahkan menunju kepada nilai 100 persen,

    lkppun

    s

  • 5/24/2018 sulaiman - tdk-1

    58/80

    58

    namun nilai ideal ini dapat tercapai apabila disertai dengan pelayanan pendidikan yang

    baik pula.

    Perubahan sosial dapat pula dilihat dari pendekatan outcomes dengan

    memperhatikan perubahan Angka Melek Huruf (AMH) atau tingkat kemampuan

    membaca huruf latin penduduk di suatu wilayah. Pembangunan sosial yang baik dilihat

    dari indikotar apabila semakin mendekati nilai 100 persen. Kondisi AMH di Tanah air

    dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN. Kondisi AMH di Tanah Air adalah

    sebesar 82,9%) dan lebih baik dibandingkan dengan kondisi Malaysia (AMH sebesar

    82,2%) pada tahun 1993. Tetapi perubahan sosial hingga tahun 2004 ternyata Malaysia

    (AMH sebesar 88,7%) telah mengalahkan Indonesia (AMH sebesar 87,9%). Bahkan

    Thailand telah mencapai AMH sebesar 92,6 persen.

    Secara teoritis dan praktis, ada berbagai faktor berpengaruh terhadap baik atau

    buruknya pelayanan pendidikan, antara lain ditentukan oleh; (a) kondisi geografis,

    seperti pelayanan di daerah terpencil biasanya lebih buruk dibanding daerah yang

    sudah terbuka; (b) kondisi perekonomian masyarakat, di mana tingkat pendapatan

    pada daerah yang memiliki tingkat ekonomi lebih tinggi adalah cenderung terjadi

    pelayanan pendidikan yang baik; (c) sumber daya manusia penyelenggara pendidikan,

    seperti kecakapan manajerial, dan; (d) ketersediaan sember daya bukan manusia,

    seperti sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan di suatu

    wilayah.