suksesi politik

44
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menelaah konsep suksesi politik yang didefiniskan oleh Calvert menurut pemahaman pemakalah bukan hanya sekedar menelaah sebuah mekanisme atau proses transfer jabatan penguasa politik tertinggi di pemerintahan dari satu individu atau pihak ke individu atau pihak yang lainnya. Akan tetapi berdasarkan definisi yang dijelaskan secara gamblang olehnya mengenai suksesi politik kita dapat memahami bahwa sebuah suksesi politik bukan hanya sekedar suksesi kepemimpinan semata dari satu masa pemerintahan ke pemerintahan lainnya. Akan tetapi berdasarkan penulusuran yang dilakukan oleh pemakalah terhadap teori Calvert tadi, pemakalah menemukan beberapa indicator-indikator penting mengenai suksesi politik sehingga tidak setiap proses suksesi di pemerintahan yang terjadi dapat kita kategorikan sebagai suksesi politik. Calvert menurut pemakalah memberikan landasan yang cukup riil dan aplikatif ketika dia (Calvert) tidak berhenti mendefinisikan Suksesi politik pada tataran yang general saja. Akan tetapi dengan disertai penjabaran metodologis dan disertai oleh banyaknya penggunaan contoh-contoh kasus mengenai proses suksesi politik yang terjadi di berbagai belahan dunia, Calvert mengemukakan definisi suksesi politik yang sifatnya lebih sempit, akan tetapi justru dari definisi nya tentang suksesi politik yang lebih sempit ini lah teori suksesi politik Calvert 1

Transcript of suksesi politik

Page 1: suksesi politik

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menelaah konsep suksesi politik yang didefiniskan oleh Calvert menurut

pemahaman pemakalah bukan hanya sekedar menelaah sebuah mekanisme atau

proses transfer jabatan penguasa politik tertinggi di pemerintahan dari satu individu

atau pihak ke individu atau pihak yang lainnya. Akan tetapi berdasarkan definisi yang

dijelaskan secara gamblang olehnya mengenai suksesi politik kita dapat memahami

bahwa sebuah suksesi politik bukan hanya sekedar suksesi kepemimpinan semata dari

satu masa pemerintahan ke pemerintahan lainnya. Akan tetapi berdasarkan

penulusuran yang dilakukan oleh pemakalah terhadap teori Calvert tadi, pemakalah

menemukan beberapa indicator-indikator penting mengenai suksesi politik sehingga

tidak setiap proses suksesi di pemerintahan yang terjadi dapat kita kategorikan sebagai

suksesi politik.

Calvert menurut pemakalah memberikan landasan yang cukup riil dan

aplikatif ketika dia (Calvert) tidak berhenti mendefinisikan Suksesi politik pada

tataran yang general saja. Akan tetapi dengan disertai penjabaran metodologis dan

disertai oleh banyaknya penggunaan contoh-contoh kasus mengenai proses suksesi

politik yang terjadi di berbagai belahan dunia, Calvert mengemukakan definisi suksesi

politik yang sifatnya lebih sempit, akan tetapi justru dari definisi nya tentang suksesi

politik yang lebih sempit ini lah teori suksesi politik Calvert menjadi bersifat lebih

aplikatif. Kita ( pemakalah akhirnya dapat memahami hampir seluruh konteks yang

melingkupi sebuah mekanisme yang bernama suksesi politik.

Kemudian untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai aplikasi

dari teori Calvert dalam menjabarkan fenomena politik khususnya suksesi politik,

Pemakalah menggunakan contoh kasus yakni suksesi politik yang terjadi pada sekitar

tahun 2001-an yang ditandai oleh pergantian kepemimpinan Negara dari Presiden

sebelumnya yakni Estrada yang digantikan oleh Arroyo yang sebelumnya menjabat

sebagai wakil presiden. Adapun kasus “suksesi politik Filipina” tersebut dipilih

sebagai contoh kasus dalam makalah ini adalah selain karena menariknya kasus ini

dimana sang presiden sebelumnya yakni Estrada diturunkan dengan cara yang tidak

hormat atas nama konstitusi dan rakyat Filipina, Kasus yang jelas berpengaruh kepada

stabilitas politik Filipina ini juga merupakan kasus yang dapat secara mudah ditelaah

1

Page 2: suksesi politik

menggunakan pisau analisis yakni teori suksesi politik yang disampaikan oleh

Calvert.

Secara tegas menyatakan bahwa pola penyusunan makalah ini adalah pola

penyusunan makalah yang bersifat umum-khusus. Dimana di awal, pemakalah akan

menjabarkan terlebih dahulu mengenai apa itu atau definisi dari suksesi politik

(terutama definisi suksesi politik yang dikemukakan oleh Calvert) untuk kemudian

dijabarkan lebih lanjut oleh pemakalah hingga pemakalah menemukan beberap

indikatroor-indikator sehingga pemakalah dapat menggunakan beberapa kerangka

teori mengenai suksesi politik secara lebih aplikatif untuk menelaah contoh kasus

yang pemakalah angkat.

B. Pertanyaan Permasalahan

Adapun yang menjadi focus utama pertanyaan permasalahan dalam makalah

ini adalah :

1. Seperti apakah bentuk dan cakupan aspek dari sebuah proses Suksesi

Politik menurut teori yang disampaikan oleh Peter Calvert?

2. Apakah prosesi pergantian pimpinan negara dari Estrada ke Arroyo

merupakan salah satu bentuk suksesi politik yang dimaksudkan oleh teori

Calvert?

C. Kerangka Teori

Berdasarkan permasalahan yang diangkat oleh pemakalah dalam subbab

pertanyaan permasalahan diatas, maka beberapa teori yang disampaikan oleh

pemakalah adalah sebagai berikut :

Berdasarkan pemahaman pemakalah mengenai konsep suksesi politik yang

dikemukakan oleh Calvert. Seperti dijelaskan oleh Calvert sendiri bahwa secara

mendasar Calvert mengasumsikan bahwa proses suksesi politik adalah bagian dari

sebuah proses regenerasi politik yang tidak dapat dihindarkan karena Calvert

menjelaskan bahwa : “Suksesi merupakan sisi politik yang sangat fundamental, dan

karena sifat biologis manusia menyebabkan suksesi itu harus terjadi”.1

Kemudian Peter Calvert pun mulai menjelaskan mengenai definsi atau

pembatasan sehingga sebuah fenomena politik dapat dikatakan sebagai sebuah suksesi

politik. Dimana pertama secara umum dalam bukunya Calvert menjelaskan

1 Calvert Peter, Proses Suksesi POlitik, ( Jogjakarta: PT Tirta Wacana Yogya, 1995) hal. 1

2

Page 3: suksesi politik

bahwa :“suksesi politik dapat di definisikan sebagai sebuah cara dimana kekuasaan

(kekuatan) politik diwariskan, atau ditransfer dari suatu individu, pemerintahan atau

rezim ke individu, pemerintahan atau rezim lainnya.”2 Kemudian untuk lebih

menjelaskan definisi yang menurut Pemakalah dan Calvert sendiri masih bersifat

“abstrak”, Calvert pun mulai men-“detailkan” definisinya mengenai suksesi politik

secara lebih khusus sebagai berikut: “suksesi politik merujuk kepada cara dimana

berbagai rencana rapi dibuat untuk melakukan transfer kekuasaan sedemikian rupa

sehingga krisis legitimasi bersifat sementara dan tak terelakan dapat dikendalikan.”3

Bukan maksud pemakalah ingin mengaburkan pembahasan pemakalah

mengenai suksesi politik. Akan tetapi kemudian ketika menurut Calvert bahwa proses

suksesi politik nantinya akan memiliki implikasi secara langsung atau tidak terhadap

stabilitas. Maka pemakalah pun menyertakan mengenai keterkaitan itu dengan

menguraikan pemahaman Pye mengenai Stabilitas Politik yang kami kutip

seperlunya guna dijadikan landasan argumentasi pemakalah dalam menjelaskan

permasalahan suksesi politik adalah sebagai berikut:“ …Tetapi stabilitas dapat

dibenarkan ada hubungannya dengan pembangunan dalam arti bahwa setiap bentuk

kemajuan ekonomi, politik dan social bergantung pada suatu lingkungan dimana

ketidakpastian telah dikurangi dan perencanaan yang didasarkan pada prediksi yang

relative aman dapat terjamin”.4

PEMBAHASAN TEORI

2 ibid3 ibid4 Sudarsono Juwono, PEMBANGUNAN POLITIK DAN PERUBAHAN POLITIK, (Jakarta : Yayasan Obor, 1991) hal. 24

3

Page 4: suksesi politik

A. Penjabaran konsep “Suksesi Politik Calvert”

Pertama-tama mungkin pemakalah ingin menjelaskan bahwa konsep mengenai

suksesi politik adalah sebuah konsep yang keluar dari pemahaman atau logika

berfikir bahwa kekuasaan politik adalah bukan kekuasaan yang bersifat statis. Dimana

dalam bagi para penguasa politik yang memegang kekuasaan politik tersebut, secara

mendasar tidak dapat memiliki dan menggunakan kekuasaan politik itu selamanya

atau bias dijelaskan bahwa kekuasaan politik yang dimiliki oleh penguasa yang dalam

hal ini ditujukan kepada sebuah Negara-khususnya Negara baru bukanlah sebuah

kekuasaaan bersifat stabil tanpa disertai oleh adanya dinamisasi yang dimisalkan oleh

adanya pergantian kepemimpinan. Menurut Pemakalah konsep suksesi politik yang

pemakalah pahami dari seorang Ilmuwan Politik bernama Peter Calvert adalah sebuah

konsep yang berlandaskan argument filosofis yang sama seperti yang pemakalah

uraikan diatas. Bahwa kekuasaan politik bukanlah suatu hal yang dapat dijadikan

sebuah objek maupun subjek yang bersifat statis. Secara langsung permasalahan ini

dijelaskan oleh beliau sebagai berikut : “Suksesi merupakan sisi politik yang sangat

fundamental, dan karena sifat biologis manusia menyebabkan suksesi itu harus

terjadi”5.

Pernyataan dari Calvert sepintas mungkin akan mengingatkan kita pada

pemikiran Aristotles mengenai kekuasaan yang kemudian disubjekkan oleh beliau

menjadi sebuah Negara, dimana menurutnya Negara atau masyarakat digambarkan

sebagai sebuah organisme yang hidup yang kita ketahui bersama selalu mengalami

proses kehidupan seperti hidup, berkembang, dan akhirnya mati.6 Pemakalah

sebenarnya tidak ingin mengajak terlalu jauh untuk memahami pemikiran Aristotles

terlalu jauh, akan tetapi dari kutipan pemikiran Aristotle tersebut, pemakalah ingin

menyampaikan, bahwa konsep suksesi politik yang disampaikan oleh Calvert diatas

memiliki korelasi dengan pemikiran Aristotle yang menganalogikan Negara sebagai

organisme hidup yang juga bersifat tidak statis.

Dalam menjabarkan pemahaman pemakalah mengeani apa itu suksesi politik,

maka pemakalah merujuk kepada pengertian suksesi politik menurut Calvert. Dimana

berdasarkan referensi yang pemakalah dapatkan bahwa Calvert mendefinisikan

pengertian suksesi politik secara general dan secara spesifik. Dalam pengertian yang

5 Opcit, hal 16 Lihat Aristotles dalam Noer Deliar, Pemikiran Politik di Negara Barat (Jakarta: Mizan,1994). Hal. 44

4

Page 5: suksesi politik

luas tersebut Calvert menjelaskan bahwa :“suksesi politik dapat di definisikan sebagai

sebuah cara dimana kekuasaan (kekuatan) politik diwariskan, atau ditransfer dari

suatu individu, pemerintahan atau rezim ke individu, pemerintahan atau rezim

lainnya.” Berdasarkan definisi tersebut mungkin kita dapat memahami bahwa konsep

suksesi politik menurut Calvert adalah suksesi politik yang merujuk pada transfer atau

pewarisan kekuasaan dalam konteks negara atau pemerintah. Secara gamblang

mungkin proses transfer tersebut dapat dicontohkan dengan sebuah mekanisme

pergantian kepemimpinan kepala negara atau pemerintahan baik melalui pemilihan

umum yang dilakukan oleh masyarakatnya, mekanisme penunjukan langsung oleh

partai seperti yang dilakukan olegh Uni Soviet, Atau bahkan melalui mekanisme

pertalian darah yang digambarkan oleh negara-negara Kerajaan di eropa pada abad

pertengahan,dan lain sebagainya.

Secara general definisi tersebut menurut pemakalah tidaklah begitu jelas

karena belum menjabarkan secara gamblang mengenai bagaimana cara atau

mekanisme transfer kekuasaan pemerintah yang dimaksud dari satu kelompok atau

individu ke individu lainnya. Dalam definisi yang general tadi menurut pemakalah,

Calvert hanya menjelaskan mengenai subjek, yakni individu atau kelompok yang

terkait dalam proses transfer tersebut kekuasaan tersebut, serta objek kekuasaan yang

akan ditransferkan dari satu individu atau kelompok ke individu atau kelompok yang

lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Calvert kemudian menelaah kembali

mengenai pemahamannya akan suksesi politik dengan menjelaskan apa itu suksesi

politik dengan menggunakan definisi suksesi politik yang menurutnya lebih sempit.

Secara “verbatim” pemakalah menuliskan definisi tersebut sebagai berikut : “suksesi

politik merujuk kepada cara dimana berbagai rencana rapi dibuat untuk melakukan

transfer kekuasaan sedemikian rupa sehingga krisis legitimasi bersifat sementara dan

tak terelakan dapat dikendalikan.”7

Dalam definisinya yang lebih sempit tersebut, Calvert mencoba menambahkan

atau menspesifikan definisinya mengenai suksesi politik secara lebih general.

Menurut pemakalah hal iitu dapat diperlihatkan dengan adanya penjelasan mengenai

mekanisme transfer kekuasaan yang tidak begitu gambling dijelaskan olehnya pada

definisi yang general. Dimana dalam definisinya yang general Calvert hanya

menyertakan subjek maupun objek dari mekanisme transfer ataupun pewarisan

kekuasaan dalam suksesi politik, sedangkan dalam definisinya yang spesifik atau

7 Calvert Peter, Proses Suksesi POlitik, ( Jogjakarta: PT Tirta Wacana Yogya, 1995) hal. 1

5

Page 6: suksesi politik

sempit Calvert menjelaskan bahwa di dalam mekanisme suksesi politik terdapat

beberapa point penting yang perlu ditelaah lebih lanjut. Point-point penting yang

menurut pemakalah memiliki korelasi dan koherensi yang tidak dapat dipisahkan :

Rencana rapi. Menurut pemakalah rencana rapi yang dimaksud Calvert disini

bukanlah tertuju pada suatu individu atau kelompok yang ingin merebut kekuasaan

politik pemerintah atau negara di satu pihak, maupun dari sudut pandang kelompok

atau individu lain yang sedang berkuasa atau mempertahankan kekuasaannya saja.

Akan tetapi dalam pengertian ini Calvert menurut pemakalah mengamati rencana rapi

tersabut sebagai sebuah mekanisme bagaimana transfer kekuasaan tersebut dapat

dilaksanakan sesuai dengan aturan main yang berlaku atau katakanlah rencana rapi

yang dijalankan oleh beberapa pihak baik yang ingin mempertahankan atau

mendapatkan kekuasaan politik tersebut dimainkan sesuai dengan prosedur yang telah

sama-sama baik secara langsung maupun tidak langsung dipahami dan disadari

kebenarannya oleh pihak-pihak yang terlibat dengan transfer kekuasaan politik

tersebut. Dalam hal ini aspek legalitas yang terwujud dalam konstitusi atau aturan

kenegaraan menurut pemakalah menjadi aspek yang tidak dapat diabaikan begitu saja

oleh Calvert. Sehingga dalam penjabaran mengenai contoh kasus suksesi politik yang

akan disampaikan pemakalah nanti, aspek legalitas prosedural ataupun konstitutif

adalah salah satu aspek yang tidak dapat diabaikan begitu saja.

Begitu juga dengan aspek masyarakat, dimana sebagai sebuah pihak yang akan

merasakan implikasi transfer kekuasaan tersebut, atau paling tidak menurut Calvert

masyarakat adalah sebagai sebuah pihak yang dikuasai oleh Negara atau pemerintah

yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam sebuah mekanisme suksesi politik.

Mungkin dalam hal ini Calvert menilai bahwa masyarakat memiliki potensi yang

besar dalam proses suksesi politik, seperti yang dicontohkan oleh Negara-negara

dengan system demokrasi yang memiliki kekuatan dalam menentukan suksesi politik.

menurut Calvert merupakan Menurut pemakalah kedua hal penting inilah yang juga

menjadi factor perhatian Calvert dalam menjelaskan suksesi politik. Jelasnya menurut

pemakalah, Tanpa mengaburkan kedua aspek tersebut, yaitu masyarakat dan landasan

procedural atau konstitusi, rencana rapi dalam suksesi politik tersebut dapat berjalan.

Jadi singkatnya, rencana rapi yang dimaksud disini oleh Calvert bukanlah hanya

sekedar rencana yang berisi bagaimana sebuah individu atau kelompok dalam

merebut atau bahkan mempertahankan kekuasaan politik. Akan tetapi, dengan

memasukan beberapa aspek penting seperti masyarakat dan konstitusionil tadi,

6

Page 7: suksesi politik

definisi suksesi politik Calvert menuju tingkatan pendefinisian suksesi politik ke arah

yang lebih kompleks lagi.

Adapun point kedua yang coba dijelaskan oleh Calvert adalah point legitimasi,

Dalam point ini, Calvert menurut pemakalah ingin menjelaskan bagaimana sebuah

suksesi politik atau transfer kekuasaan politik tidak hanya terpaku kepada jabatan

politik maupun kekuasaan itu sendiri akan tetapi mengarah kepada hal yang lebih

mendalam lagi, yakni sumber kekuasaan yang mengakibatkan sebuah individu juga

menyadari arti penting dari sumber kekuasaan politik yang sesungguhnya ingin

ditransfer. Disini menurut pemahaman pemakalah, Calvert mecoba menjabarkan

bahwa sesungguhnya yang menjadi objek dalam proses transfer kekuasaan dari satu

kelompok atau individu lainnya bukanlah hanya sekedar mentransfer posisi atau

jabatan politis seperti presiden, Raja, Perdana Mentri, dan lain sebagainya, akan tetapi

transfer kekuasaan tersebut juga merujuk kepada sumber kekuasaan, atau yang

dibahasakan oleh Calvert sebagai legitimasi kekuasaan.

Mungkin dalam konteks Negara demokrasi yang menjadi landasan legitimasi-

nya adalah adanya pengakuan dari rakyat-atau sebagian dari rakyat. Akan tetapi

menurut pemakalah, sumber kekuasaan disini yang dimaksudkan oleh Calvert bisa

bersifat luas, misalkan adanya pengakuan Tuhan, dalam Negara yang memiliki

landasan legitimasi ketuhanan, ataupun pengakuan secara sah dari partai komunis

yang digunakan oleh Uni Soviet dan juga masih digunakan oleh RRC dalam memilih

kepala pemerintahannya sampai dengan sekarang. Menurut pemakalah uraian dari

Calvert mengenai arti pentingnya legitimasi dari kekuatan politik dalam konteks

proses suksesi politik merupakan hal yang tepat, karena apalah artinya ketika dalam

proses transformasi kekuatan politik dari satu individu/kelompok ke

individu/kelompok lainnya tidak disertai adanya transfer dari sebuah landasan

kekuatan politik itu sendiri. Menurut pemahaman pemakalah, mekanisme transfer

kekuatan politik seperti itu adalah hal yang sia-sia karena tidak menyentuh kepada

permasalahan yang mendasar dan substantive sifatnya sehingga mungkin apabila

terjadi transfer kekuasaan politik dari satu pihak kepada pihak lain seperti itu,

biasanya kekuasaan dari pihak yang baru saja diberikan kekuasaan politiknya oleh

penguasa politik yang lama, umurnya tidak akan bertahan lama.

Masih dalam bahasan mengenai point legitimasi, menurut Definisi yang

diuraikan oleh Calvert mengenai Suksesi Politik,dalam setiap suksesi politik yang

dimaksud akan sempat terjadi krisis legitimasi. Jelas dalam uraian ini, bahwa suksesi

7

Page 8: suksesi politik

yang dimaksud oleh Calvert disini bukanlah sebuah suksesi yang dapat dicontohkan

melalui mekanisme pergantian kepemimpinan politik yang masih memiliki landasan

legitimasi yang identik, seperti pemilu pada era orde baru yang hanya mengganti

puncak pimpinan dari kepala negara-pemerintahan ke orang yang sama dan mendapat

pengakuan dari masyarakat karena adanya rezim yang bernama orde baru menguasai

hampir seluruh aspek kehidupan bernegara dan bermasyarakat, ataupun dapat

dijelaskan melalui mekanisme pergantian kepala negara-kepala pemerintahan di Uni

Soviet dari satu individu ke individu lainnya yang sama-sama memiliki basis

legitimasi dari partai komunis soviet yang berkuasa. Bahkan seperti yang dibahasakan

oleh Calvert sendiri, kedua mekanisme suksesi politik diatas merupakan sebuah

bentuk suksesi politik yang harus dihindari karena masing-masing pihak tersebut

masih berada dalam lingkup pihak yang memonopoli kekuasaan. Atau dalam bahasan

ini sebagai pihak yang memiliki monopoli atas legitimasi kekuasaan. “…Indikator

Stabilitas politik lainnya adalah penghindaran terhadap perubahan yang dilakukan

melalui praktek-praktek monopoli kekuasaan oleh individu atau kelompok…”8

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat jelaslah bahwa suksesi politik yang

dimaksudkan oleh Calvert disisni adalah suksesi politik atau mekanisme transfer

kekuasaan politik yang disertai dengan timbulnya perebutan legitimasi kekuasaan

politik sehingga berdampak pada pihak-pihak yang sebenarnya secara mendasar

memberikan legitimasi politik kepada pihak yang berkuasa. Dalam konteks ini

menurut kami, Calvert ingin menjelaskan bahwa sebuah proses transfer kekuasaan

dapat dikatakan sebagai suksesi politik ketika pada pihak-pihak yang mau merebut

maupun mempertahankan kekuasaan memiliki landasan legitimasi yang berbeda

ataupun memiliki landasan kekuasaan atau sumber legitimasi yang sama akan tetapi

memiliki argumentasi maupun pemahaman yang berbeda terhadap satu atau beberapa

sumber legitimasi tersebut. Dari perebutan legitimasi semacam ini-lah kemudian

menimbulkan apa yang disebutkan oleh Calvert sebagai krisis legitimasi, mungkin

dapat merujuk juga kepada implikasi yang ditimbulkan oleh suksesi politik antar

pihak-pihak yang ingin mempertahankan dengan yang merebut kekuasaan terhadap

sumber legitimasi kekuasaan. Dalam konteks Negara yang menganut paham

demokrasi mungkin krisis legitimasi disini dapat ditujukan kepada krisis politik di

masyarakat yang menjadi sumber kekuasaan dalam Negara demokarasi, yang benar-

8 ibid

8

Page 9: suksesi politik

benar menekankan bahwa sebenarnya rakyat atau masyarakat secara keseluruhan yang

menjadi stakeholder dari kekuasaan yang dimiliki oleh Negara.

Point selanjutnya yang menurut pemakalah penting untuk disampaikan adalah

point mengenai stabilitas politik, karena dalam definisi suksesi politik yang yag

disampaikan Calvert secara spesifik menjelaskan mengenai adanya sebuah moment

atau waktu transisional dari sebuah keadaan sementara dimana terdapat krisis

legitimasi yang tidak dapat terelakan menjadi tidak lagi karena adanya pengendalian.

Berdasarkan uraian tersebut, pemakalah dapat menjelaskan, bahwa Calvert pun

menekankan pentingnya stabilitas politik dalam proses transfer kekuasaan politik

tersebut, karena secara simple mungkin dapat dijelaskan bahwa tanpa adanya

stabilitas politik, mustahil sebuah kekuasaan dapat bertahan lama. Tanpa adanya

stabilitas politik yang baik, mana mungkin sebuah pemerintahan dapat

mempertahankan kekuasaanya secara stabil kemudian dapat melaksanakan kebijakan-

kebijakannya dengan baik dengan adanya “gangguan” yang menyebabkan hancurnya

pemerintahan. jelas menurut Calvert dengan adanya “krisis legitimasi” yang

menyertai sebuah proses suksesi politik dari satu pihak berkuasa ke pihak lainnya

memiliki implikasi atau dampak terhadap munculnya sebuah instabilitas politik dalam

suatu negara dan kemudian menjadi stabil lagi karena beberapa hal yang

menyebabkan “krisis legitimasi” berakhir yang juga secara langsung berdampak pada

berakhirnya instabilitas politik.

Agaknya point stabilitas politik menjadi point penting tersendiri bagi

pemakalah yang penting untuk disampaikan secara lebih mendalam. Karena berangkat

dari asumsi pemakalah yang menganggap pentingnya stabilitas dalam sebuah

kekuasaan politik apalagi khususnya Negara, maka agar mendapatkan pemahaman

yang utuh mengenai stabilitas politik dan kemudian berdampak kepada pemahaman

kita secara lebih mendalam mengenai point stabilitas poltik yang dijelaskan oleh

Calvert, Pemakalah juga menyertakan beberapa argument dari ilmuwan politik yaitu

Lucian W. Pye. Mengenai arti penting stabilitas politik bagi sebuah Negara. Dalam

argument yang disampaikan oleh Pye, berusaha menjelaskan bahwa stabilitas dalam

kehidupan masyarakat dan negara dalam segala hal baik dalam ranah politik,

ekonomi, maupun social adalah hal yang mutlak diperlukan, dimana kekurangan

stabilitas dalam tiap ranah tersebut akan memiliki pengaruh pula pada kualitas

kehidupan pada ranah-ranah kehidupan masyarakat dan Negara yang telah dijelaskan

tadi. “ …Tetapi stabilitas dapat dibenarkan ada hubungannya dengan pembangunan

9

Page 10: suksesi politik

dalam arti bahwa setiap bentuk kemajuan ekonomi, politik dan social bergantung

pada suatu lingkungan dimana ketidakpastian telah dikurangi dan perencanaan yang

didasarkan pada prediksi yang relative aman dapat terjamin”.9

Bagi pemakalah uraian dari Pye tadi merupakan sebuah pernytaan yang

penting untuk dijadikan sebuah landasan argumentasi pemakalah karena selain

menurut pemakalah yang ingin menekankan pengaruh penting stabilitas politik dalam

sebuah mekanisme suksesi politik seperti yang sudah dijelaskan diatas, konteks uraian

Pye yang tidak dapat dilepaskan dari konteks pembangunan politik khususnya pada

Negara-negara baru menjadi sangat krusial untuk dikaji karena contoh kasus yang

dipergunakan oleh pemakalah adalah sebuah mekanisme suksesi politik yang terjadi

dalam sebuah “Negara Baru” yang masih melakukan upaya pembangunan politik

kearah yang lebih stabil. Dalam pembahasan Pye mengenai stabilitas politik tersebut,

nampaknya Pye menekankan adanya tingkatan-tingkatan dalam sebuah masyarakat

atau Negara. Dimana menurutnya antara stabilitas khususnya stabilitas politik yang

terjadi dalam sebuiah Negara akan berbanding lurus dengan tingkatan kemajuan yang

dicapai oleh sebuah Negara. Dan tingkatan kemajuan Negara atau masyarakat tersebut

diindikasikan dengan tingkat ataupun kemampuan rasionalitas sebuah Negara atau

masyarakat dalam menjabarkan fenomena (yang dalam makalah ini dimaksudkan

sebagai sebuah suksesi politik). Secara literal yang pemakalah kutip secara langsung

dari buku yang disusun oleh Juwono Sudarsono, masih dalam konteks pembangunan

politik sebuah Negara, Pye menjelaskan bahwa : “Pandangan mengenai

pembangunan politik seperti ini dapat dibatasi pada bidang politik oleh karena suatu

masyarakat dimana proses politiknya dapat mengendalikan secara rasionil dan

terarah tidak sekedar mengadakan reaksi terhadap perubahan social pastilah lebih

“maju” daripada masyarakat dimana proses politiknya menjadi korban kekuatan-

kekuatan social dan ekonomi yang akhirnya menguasai nasib rakyat.”10

Memang dalam menjelaskan fenomena stabilitas politik tadi, Pye menekankan

arti penting dari masyarakat dalam konsep stabilitas politik-nya. Hal ini yang menurut

pemakalah juga diadopsi oleh Calvert ke dalam konsep suksesi politiknya, dimana

telah dijelaskan dalam penjabaran point point penting definisi suksesi politik menurut

Calvert diatas, pemakalah menemukan bahwa pihak masyarakat atau rakyat dalam

konteks transfer kekuasaan bukan merupakan pihak-pihak yang secara langsung 9 Sudarsono Juwono, PEMBANGUNAN POLITIK DAN PERUBAHAN POLITIK, (Jakarta : Yayasan Obor, 1991) hal. 2410 ibid, hal. 25

10

Page 11: suksesi politik

terlibat dalam mekanisme suksesi memegang peranan yang penting. Mungkin kedua

ilmuwan politik tersebut menganggap bahwa system demokrasi yang menekankan arti

penting masyarakat dalam sebuah kekuasaan politik adalah system yang terbaik,

Ataupun kedua ilmuwan politik ini mengganggap bahwa secara “riil” masyarakatlah

yang merupakan “stakeholder” utama bagi kekuasaan politik Negara atau pemerintah

yang memberikan legitimasi bagi kekuasaan politik sebuah pemerintahan. Dalam

konteks pembahasan peran penting masyarakat dalam sebuah suksesi politik,

kemudian Calvert mengafirmasinya dengan mengeluarkan pernyataan sebagai

berikut : “…Tetapi hal itu tidak akan terjadi bila ada orang lain yang mampu

menggantikannya ;karenanya upaya untuk mempertahankan keberlangsungan

(pemerintahan) itu harus mengakhirinya dengan cara lain yang dapat dibenarkan

oleh publik.”11

Dalam pernyataannya yang lain, Calvert menjelaskan adanya korelasi suksesi

politik yang menurut pemahaman pemakalah ternyata tidak dapat dilepaskan dari

stabilitas politik. Dalam pernyataan yang lebih bersifat ekstrem dapat dijelaskan oleh

pemakalah berdasarkan uraian Calvert, bahwa ternyata suksesi politik memiliki

korelasi positif terhadap terciptanya stabilitas di suatu Negara. Akan tetapi, hal itu

sekali lagi berpulang kepada bagaimana pemahaman masyarakat yang dibahasakan

oleh Calvert sebagai public memandang Negara menggunakan kekuasaan itu terhadap

pihak-pihak yang dikuasainya yakni masyarakat. Apabila public memandang bahwa

kekuasaan politik yang dimiliki oleh penguasa atau pemimpin Negara/pemerintahan

dalam hal ini, telah banyak melakukan kebijakan-kebijakan yang sifatnya merugikan

public atau masyarakat Negara tersebut, maka jelas legitimasi yang berupa dukungan

dari masyarakat terhadap peimimpin Negara tersebut semakin berkurang pula, hingga

pada satu titik dimana pemimpin Negara/pemerintahan tersebut telah kehilangan

legitimasi politik sama sekali, maka mutlaklah diadakan sebuah suksesi atau

pergantian kepemimpinan yang justru berimplikasi positif kepada stabilitas politik

suatu Negara.

Apabila pemimpin sebuah Negara yang tidak lagi didukung oleh public

tersebut masih berkuasa, maka mungkin yang terjadi adalah sebuah perebutan

kekuasaan baik dari pihak-pihak yang memiliki sumber daya politik yang besar

seperti pihak oposisi pemerintahan, atau bahkan perebutan kekuasaan yang

dilaksanakan oleh rakyat secara langsung yang jelas berimplikasi pada kemungkinan

11 Opcit, hal. 2

11

Page 12: suksesi politik

akan munculnya kerusuhan yang menimbulkan instabilitas pada ranah kehidupan

politik, ekonomi, sosial dalam suatu Negara. Mengenai hal tersebut Calvert

menuliskannya sebagai berikut :”Umumnya banyak pemegang kekuasaan yang

enggan mengahadapi kenyataan ini, mereka mengidentifikasikan stabilitas system itu

dengan terus berpegangnya jabatan di tangannya sendiri. Gaya kekuasaan seperti

ini, sebagaimana dalam kasus Ferdinand Marcos di Filipina atau Jean Claude

Duvalier di Haiti, jelas-jelas menjadi factor yang menentukan terjadinya destabilisasi

tatanan politik. Harapan seorang pemimpin yang gagal dalam memperoleh

dukungan, dengan cepat turun sampai tidak ada sama sekali kekuasaanya, kemudian

ia dapat mengatur jalnnya suksesi itu.12

B. Operasionalisasi Konsep “Suksesi Politik”

Tanpa menjelaskan lebih lanjut mengenai definisi operasionaliasi konsep

seperti yang tertera dalam judul subbab diatas, menurut pemakalah hal tersebut

(operasionalisasi konsep) merupakan sebuah bahasan yang perlu diutarakan dalam

makalah karena ketika pemakalah ingin menggunakan sebuah konsep atau teori dalam

menganalisa sebuah kasus dengan pola kajian yang deduktif (umum-khusus), maka

menurut pemakalah, hal ini (operasionalisasi konsep) mutlak untuk dijelaskan. Secara

gamblang tanpa memasukan pemahaman para ilmuwan social dalam menjelaskan apa

itu operasionalisasi konsep, dengan segala keterbatasan pemakalah mengenai

operasionalisasi konsep, pemakalah ingin menyamakan persepsi bahwa

operasionalisasi konsep adalah sebuah metode dalam menganalisa sebuah teori hingga

ke tataran yang lebih spesifik lagi yakni sebagai sebuah indicator sehingga sebuah

teori dapat bersifat lebih aplikatif dalam membedah sebuah fenomena, khususnya

fenomena social atau politik yang menjadi contoh kasus dalam makalah ini.

Dalam subbab ini pemakalah kemudian melakukan beberapa penelusuran

terhadap teori suksesi politik menurut Calvert sehingga menemukan beberapa

indicator-indikator teori suksesi politik yang sifatnya universal, sehingga

memudahkan bagi pemakalah untuk menjadikan teori suksesi politik tadi sebuah

“pisau analisa” dalam “membedah” sebuah proses suksesi politik yang terjadi di suatu

Negara. Berdasarkan hasil analisa pemakalah, yang masih merunut pada penjabaran

teori suksesi politik menurut Calvert yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

12 Calvert Peter, Proses Suksesi POlitik, ( Jogjakarta: PT Tirta Wacana Yogya, 1995) hal. 2

12

Page 13: suksesi politik

maka pemakalah menemukan beberapa point indicator konsep suksesi politik

menurut Calvert yang dirunut oleh pemakalah sebagai berikut :

1. Dalam Suksesi politik, di satu sisi ada pihak yang ingin mempertahankan

kekuasaan politiknya, dan di sisi lain ada pihak yang mencoba merebut

kekuasaan dari tangan “status quo” yang awalnya memegang kekuasaan

Politik.

Dalam indicator ini, Menurut Pemakalah seperti beberapa uraian diatas,

Calvert ingin menjelaskan bahwa dalam sebuah suksesi politik, harus memuat sebuah

kontestasi antara beberapa pihak yang sedang mempertahankan kekuasaan dengan

pihak yang ingin merebutnya. Adapun pihak-pihak yang berkontestasi ini menurut

Calvert adalah pihak-pihak yang memiliki sumber daya atau kekuasaaan politik.

“Pada akhirnya, sebuah proses suksesi politik tidak hanya melibatkan suatu

persaingan antara beberapa pemegang kekuasaan…”. 13

Kemudian dalam kontestasi tersebut seperti dijelaskan lebih lanjut oleh

Calvert adalah sebuah kontestasi yang “adil” diamana tidak ada salah satu pihak yang

melakukan monopoli kekuasaan. “…Indikator Stabilitas politik lainnya adalah

penghindaran terhadap perubahan yang dilakukan melalui praktek-praktek monopoli

kekuasaan oleh individu atau kelompok…”.14 Dan factor public atau pengakuan dari

masyarakatlah sebagai penentunya.

2. Suksesi Politik tidak dapat dilepaskan dari aspek konstitusi

Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa dalam setiap suksesi politik yang

dijalankan oleh sebuah Negara, aspek legalitas yang terwujud dalam konstitusi atau

aturan kenegaraan adalah sebuah hal yang tidak boleh tidak, harus ditaati sebagai

aturan bermain dalam setiap suksesi politik. Sehingga dalam setiap “kontestasi politik

” tersebut Konstitusi sebagai sebuah ketentuan hukum tidak dapat diabaikan begitu

saja. Dengan begitu maka dapat pemakalah simpulkan bahwa kekuasaan politik yang

ditransfer dalam mekanisme suksesi politik adalah sebuah kekuasaan politik yang

sifatnya procedural dan konstitusional. Dalam uraiannya lebih lanjut, Calvert

menjelaskan bahwa kekuasaan politik yang sifatnya procedural dan konstitusional itu

adalah sebagai sebuah jabatan politik yang diperebutkan antara pihak-pihak yang

berkontestasi tadi. Mengenai pernyataannya menyangkut hal tersebut, Calvert

menjelaskan sebagai berikut : “...Suksesi haruslah dihubungkan dengan masalah

13 ibid14 ibid, hal. 1

13

Page 14: suksesi politik

jabatan. Tetapi untuk jabatan apa, dan bagaimana jabatan itu ditandai? Jabatan

dengan sendirinya merupakan produk evolusi konstitusional.”15

3. Suksesi Politik memuat interaksi antara pemerintah sebagai pihak yang

berkuasa dengan rakyat yang sesungguhnya memiliki sumber legitimasi

kekuasaan.

Dalam konteks ini, seperti yang telah pemakalah coba uraikan diatas, Calvert

mencoba menegaskan bahwa keberadaan masyarakat yang memiliki peranan penting

dalam sebuah proses suksesi politik adalah sebuah indicator yang tidak dapat

dilupakan begitu saja. Karena berdasarkan pemahaman pemakalah dalam konsep

suksesi politik Calvert, pengakuan masyarakat atau public terhadap suatu pemimpin

politik, dalam hal ini Negara merupakan sumber legitimasi kekuasaan politik yang

sangat penting. Sehingga dalam mekanisme suksesi politik, bukan hanya pihak-pihak

yang memiliki sumber daya politik yang melakukan “perebutan kekuasaan” yang

hanya berinteraksi, akan tetapi secara langsung ataupun tidak, pihak masyarakat, atau

yang dibahasakan oleh Calvert sebagai public harus juga dijadikan sebuah subjek

yang menentukan dalam sebuah mekanisme suksesi politik. “Pada akhirnya, sebuah

proses suksesi politik tidak hanya melibatkan suatu persaingan antara beberapa

pemegang kekuasaan tetapi juga suatu interaksi pemerintah dengan pihak yang

diperintah”16

4. Suksesi Politik berkorelasi terhadap kondisi stabilitas sebuah Negara

Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa menurut Calvert sesungguhnya suksesi politik

memiliki korelasi yang tegas dengan stabilitas politik disuatu Negara. Dan

nampaknya, stabilitas poltik yang dijelaskan disini adalah stabilitas politik yang sekali

lagi menjadikan kehidupan masyarakat atau public sebagai tolak ukurnya.

Berdasarkan asumsi ini maka kemudian Calvert mencoba menjelaskan bahwa publik

dapat menilai baik-buruk nya sebuah kekuasaan politik dalam negara dijalankan

terhadap kehidupan masyarakat atau public. Dimana menurut Calvert apabila sebuah

kekuasaan yang “kejam, korup” atau merugikan masyarakat, maka akan timbul rasa

tidak puas atau “muak” bagi public yang berimplikasi nantinya pada ketidakstabilan

kehidupan masyarakat ataupun sebuah penguasa Negara tersebut.

“Umumnya banyak pemegang kekuasaan yang enggan menghadapi kenyataan ini,

mereka mengidentifikasikan stabilitas system itu dengan terus berpegangnya jabatan

15 ibid16 ibid, hal. 2

14

Page 15: suksesi politik

di tangannya sendiri. Gaya kekuasaan seperti ini, sebagaimana dalam kasus

Ferdinand Marcos di Filipina atau Jean Claude Duvalier di Haiti, jelas-jelas menjadi

factor yang menentukan terjadinya destabilisasi tatanan politik”.17

Adapun secara singkat mengenai Operasionalisasi Konsep “Suksesi Politik”

menurut Peter Calvert yang dipahami oleh pemakalah berdasarkan beberapa referensi

dapat dijelaskan dalam bagan berikut :

PEMBAHASAN CONTOH KASUS

Sebagai contoh kasus dalam makalah ini, pemakalah mencoba menguraikan

proses suksesi politik yang terjadi di Negara Filipina pada masa pergantian

kepemimpinan Kepala Negara/Kepala Pemerintahan dari kepemimpinan Joseph

Estrada menuju Gloria Machapagal Aroyo. Ketertarikan pemakalah terhadap kasus ini

17 ibid, hal.1

15

Suksesi Politik

Kontestasi Pihak-pihak yang memiliki kekuatan politik

aspek konstitusi

Interaksi antara pemerintah dengan rakyat sebagai sumber legitimasi kekuasaan

Suksesi Politik berkorelasi terhadap stabilitas sebuah Negara

Konsep Indikator

Page 16: suksesi politik

adalah, selain mekanisme suksesi politik yang menurut kami menarik karena disertai

oleh adanya proses “impeachement” terhadap presiden Joseph Estrada dan kemudiaan

dilanjutkan oleh pengangkatan Gloria Machapagal Aroyo yang juga sering disingkat

dengan Aroyo, permasalahan suksesi politik di masa itu juga memiliki factor-faktor

yang menurut pemakalah dapat dijadikan sebuah contoh kasus yang baik di dalam

menjelaskan lebih lanjut mengenai teori suksesi politik yang dijelaskan oleh Calvert.

Selain memuat factor-faktor yang jelas dalam suksesi politik berupa adanya kontestasi

dari pihak-pihak yang memiliki sumber daya politik dalam merebut kekuasaan politik

di pemerintahan, permasalahan aspek legalitas, adanya interaksi yang melibatkan

proses pihak-pihak yang berkompetsisi tersebut dengan masyarakat, Suksesi politik di

Filipina yang pada akhirnya menggulingkan secara “tidak terhormat” Estrada dari

kursi kepresidenan, yag nantinya juga mengakibatkan terciptanya instabilitas politik

di Filipina yang kemudian beranjak kembali stabil ketika posisi Estrada tersebut

digantikan oleh Aroyo yang pada saat itu masih menjabat sebagai seorang wakil

presiden.

Kasus yang terjadi disekitar tahun 2001, adalah kasus suksesi politik yang

amat menggemparkan stabilitas khususnya stabilitas politik pemerintahan Philipina,

bagaimana tidak, berdasarkan berbagai referensi yang kami dapatkan mengenai kasus

tersebut, proses suksesi politik yang menurut kami jelas mengikutsertakan adanya

factor-faktor kesalahan Estrada yang diduga dan terbukti bersalah dalam kasus

korupsi dan keikutsertaannnya dalam memfasilitasi praktik perjudian di Filipina, jelas

berdampak pada munculnya konflik baik di kalangan masyarakat maupun pemerintah

sendiri dimana nyonya Aroyo turut menjadi wakil presiden di pemerintahan masa itu.

Sebelum pemakalah menjelaskan lebih lanjut menganai kasus suksesi politik

di Filipina tersebut, Pemakalah akan menguraikan beberapa data mengenai Filipina

yang menurut pemakalah perlu disampaikan agar pemahaman kita mengenai konteks

suksesi politik di Filipina menjadi lebih baik.Adapun beberapa data yang kami kutip

sepenuhnya dari situs http://www.cia.gov/cia/publications adalah beberapa hal

mengenai konteks Pemerintahan Negara Filipna sebagai berikut :18

Aspek Pemerintahan

   Negara Filipina

Nama Negara: Republik Filipina 18 Philipinine Fact book yang diambil dari http://www.cia.gov/cia/publications/factbook/geos/rp.html#Govt pada hari Selasa 23 Mei 2006 pukul 16.37

16

Page 17: suksesi politik

Bentuk Negara Republic Ibukota:Manila

Pembagian Wilayah:

79 Propinsi

Hari kemerdekaan:

12 Juni 1898

Konstitusi: 2 February 1987, effective 11 February 1987 Sistem

Pemerintahan Presidensial

Seistem Pemilu Presiden:

Dipilih langsung oleh rakyat

Cabang-cabang Eksekutif

Kepala Negara: Presiden Gloria MACAPAGAL-ARROYO (sejak 20 Januari 2001) dan kabinet kementrian ditunjuk oleh presiden

Cabang-cabang Legislatif:

Memiliki system dua kamar yaitu bicameral yang terdiri dari Senat yang berjumlah 24 kursi dan “House of Representatives” yang memiliki jumlah kursi sebanayak 212 yang merepresentasikan system pemilu distrik ditambah 24 kursi untuk anggota “House of Representatives”

Cabang Yudikatif:

Pemegang kekuasaan tertinggi Yudikatif dipegang oleh Mahkamah agung yang terdiri dari 15 hakim agung yang ditunjuk oleh presiden dengan adanya rekomendasi dari dewan yudisial dan memangku jabatan hingga umur 70 tahun. Juga merupakan mahkamah untuk menangani masalah korupsi di Pemerintahan

Partai Politik: Kabalikat Ng Malayang Pilipino (Kampi); Laban Ng Demokratikong Pilipino (Perjuangan demorasi di Filipna ) atau LDP; Lakas Ng Edsa (Persatuan demokratik Kristen) atau Lakas ;Partai liberal or LP; Nacionalista; Koaliasi masyarakat bersatu atau NPC; PDP-Laban; Partai Rakyat Reformasi; PROMDI; Pwersa Ng Masang Pilipino (Partai Massa Philina) atau PMP [Joseph ESTRADA]; dan Reporma

Berdasarkan operasionalisasi konsep yang telah pemakalah sampaikan

sebelumnya, maka dalam menganalisa permasalahan suksesi politik yang terjadi di

Filipina akan kami bagi menjadi empat bagian yang disesuaikan dengan indicator-

indikator konsep Suksesi politik yang disampaikan oleh Calvert. Adapun pembahasan

mengenai contoh kasus yakni suksesi politik yang terjadi di Filipina masa Estrada –

Marcos akan secara jelas digambarkan dalam beberapa bagian subbab di bawah ini :

A. Kontestasi pihak-pihak yang memiliki sumber daya politik

Sebelum pemakalah mengidentifikasikan pihak-pihak mana yang menurut

pemakalah turut serta dalam bentuk kontestasi politik yang dimaksud, baiknya

pemakalah menjelaskan terlebih dahulu mengenai kontestasi politik yang dimaksud

dalam subbab ini. Kontestasi seperti yang telah dijelaskan pada uraian-uraian diatas

17

Page 18: suksesi politik

sebenarnya mengacu kepada sebuah kontestasi antara pihak-pihak yang memiliki

sumber daya politik untuk merebut atau bahkan mempertahankan kekuasaan

politiknya di pemerintahan. Jelas dalam indicator yang satu ini, pihak masyarakat

secara luas tidak dapat dimasukan karena sifatnya yang masih terlalu general. Akan

tetapi pihak-pihak kontestasi di sini lebih mengacu kepada kelompok-kelompok orang

yang memiliki sumber daya politik seperti keuangan, dukungan masyarakat, akses di

pemerintahan dan lain sebagainya sehingga dapat berkontestasi dalam mekanisme

suksesi politik yang dimaksud. Merujuk dari apa yang disampaikan oleh Calvert

bahwa dalam sebuah suksesi politik, harus memuat sebuah kontestasi antara beberapa

pihak yang sedang mempertahankan kekuasaan dengan pihak yang ingin merebutnya.

Adapun pihak-pihak yang berkontestasi ini menurut Calvert adalah pihak-pihak yang

memiliki sumber daya atau kekuasaaan politik. “Pada akhirnya, sebuah proses

suksesi politik tidak hanya melibatkan suatu persaingan antara beberapa pemegang

kekuasaan…”. 19

Berdasarkan uraian diatas, maka Pemakalah kemudian melakukan identifikasi

terhadap masalah suksesi politik di Filipina masa Estrada – Aroyo. Berdasarkan telaah

yang dilakukan oleh pemakalah terhadap beberapa referensi mengenai kasus suksesi

di Filipina Pemakalah dapat menjelaskan bahwa dalam hal ini, bentuk kontestasi

antara pihak-pihak yang memiliki sumber daya poltik menurut Calvert dalam kasus

ini adalah sebagai kontestasi antara pihak Aroyo sebagai pihak yang ingin merebut

kekuasaan yang dengan pihak Estrada sebagai pihak yang mempertahankan

kekuasaan. Adapun yang dimaksud oleh pihak disini tidak hanya tertuju pada

individu-indiviodu yang secara eksplisit dituliskan seperti Arroyo dan Estrada saja,

akan tetapi juga menyertakan kelompok-kelompok lainnya yang mendukung ataupun

mendapatkan keuntungan politik dengan bekerjasama dengan individu-individu

tersebut. Jelasnya pemahaman pihak disini adalah pemahaman pihak yang lebih cocok

disebut dengan kelompok.

Satu sisi kelompok Estrada yang memiliki banyak dukungan dari kelompok-

kelompok entertainer (penghibur) dan memiliki sumber daya modal yang kuat,

merupakan kelompok politik yang kuat, selain karena adanya tradisi figure seorang

Estrada sebagai artis (bintang film) yang populis di mata masyarakat, dukungan yang

sifatnya kongkret dari beberapa kepala daerah yang juga berprofesi sebagai fasilitator

judi, minuman keras dan semacam-nya selalu memberikan dukungan dana yang

19 Calvert Peter, Proses Suksesi POlitik, ( Jogjakarta: PT Tirta Wacana Yogya, 1995) hal. 1

18

Page 19: suksesi politik

kongkret kepada Estrada.20 Sedang di sisi lain yakni pihak Arroyo, kekuatan politik

yang meonjol yang pada pihaknya adalah tergabungnya Arroyo dalam partai LAKAS

yang merupakan partai yang berkuasa pada era pemerintahan sebelum Estrada

(Pemerintahan Ramos) dimana dengan mesin politik nya yang baik Arroyo dapat

memenangkan pemilu wakil presiden dengan hampir 13 juta suara. Lebih dari dua kali

lipat suara yang dipkumpulkan oleh pesaing terdekatnya yakni Edgardo Angara21

Seperti kita ketahui bersama bahwa kedua pihak yang berseteru ini ternyata

meruapakan orang-orang yang berasal dari pihak politik yang berbebeda khususnya

secara visi kenegaraan dan kepartaian. Walaupun kita ketahui bahwa pada masa

Estrada memimpin, Aroyo-lah yang menjadi Wakil presidennya,22 namun mereka

bukan berasal dari kelompok yang kepentingan politik yang sama, yang bahkan

berlawanan secara kepentingan politik. Hal tersebut jelas dapat dimungkinkan karena

dalam mekanisme pemilihan umum di Filipina memiliki aturan yang agak berbeda

dengan banyak Negara lain dengan memisahkan antara pemilihan calon presiden

dengan pemilihan calon wakil presiden. Sehingga pada pemilu 1998, dimana pada

saat itu Estrada yang banyak mengkapanyekan mengenai popularitasnya dan

keinginannya untuk menjadi pembela masyarakat Filipina yang hidup di bawah garis

kemiskinan menang dan berhasil menjadi presiden Filipina, di pihak lain justru

kampanye-kampanye yang dilakukan oleh kontestan wakil presiden Gloria

Macapagal-Arroyo yang berhasil mengalahkan rekan politik Estrada yakni Edgardo

Angara, sebagai calon wakil presiden justru melakukan kampanye-kampanye dengan

tujuan menjatuhkan kredibilitas Estrada di mata masyarakat dengan menjelaskan

bahwa Estrada sebenarnya terlibat dalam praktik-praktik perjudian, pelacuran dan

minum-minuman keras.23

Jelas dengan adanya uraian diatas kita dapat menyimpulkan secara sederhana

bahwa kedua pihak baik Estrada maupun pihak Aroyo adalah pihak-pihak yang

memiliki dukungan atau sumber daya politik yang besar. Indikasinya dapat dijelaskan

dengan adanya kemenangan baik dari pihak Estrada maupun Aroyo dalam pemilihan

umum 1998 di Filipina , dimana mereka dapat mebuktikan kepada khalayak bahwa

pihak mereka adalah pihak-pihak politik yang patut diperhitungkan kekuataannya

20 Philipine Election yang diambil dari http:/Wikipedia.org/Filiphine-election pada hari Selasa 23 Mei 2006 pukul 18.3421 ibid22 ibid23 ibid

19

Page 20: suksesi politik

dalam realitas politik di Filipina. Dengan menggunakan basis dukungan mereka

( Estrada-Aroyo) yang berbeda-beda, mereka dapat membuktikan keberhasilan

mereka dengan menjadikan diri mereka masing-masing sebagai Presiden dan Wakil

Presiden dalam Pemilu tersebut.

Menjadi lebih menarik ketika kita melihat pula kontestasi tersebut terjadi di

masa pemerintahan Estrada berjalan, seperti kita ketahui bersama berdasarkan jangka

waktu pengangkatan sampai dengan waktu “pemecatan” Estrada dari kursi

kepresidenan yang berjangka waktu kurang lebih lima tahun. Intrik-intrik politik yang

terjadi antara kedua pihak tersebut (Estrada-Aroyo) jelas terlihat. Hal tersebut dapat

diamati secara langsung pada masa awal pemerintahan ketika Presiden Estrada pada

saat itu langsung menunjuk Arroyo pada 30 Juni 1998. sebagai sekretaris dari

Departement Sosial di Kabinet. Jelas saja hal seperti ini menimbulkan kekesalan dari

Aroyo yang juga sebagai lawan politik-nya (Estrada) di pemilu. Jelas penurunan

jabatan seperti itu membuat Aroyo merasa dilecehkan padahal apabila dihitung-hitung

secara politis, maka dukungan rakyat Philipina terhadap Arroyo cukup besar dan

memiliki basis legitimasi dukungan rakyat yang relative sama besar dengan yang

didapatkan oleh Estrada.

Dengan adanya perlakuan yang menurutnya tidak adil itu, kemudian akhirnya

pada bulan Oktober tahun 2000, Arroyo mengundurkan diri dari cabinet, dan

mengemukakan kepada public bahwa dirinya akan menjadi oposisi dan selalu

membeberkan mengenai keburukan-keburukan Estrada selaku kepala Negara dan

korupsi-korupsi yang dilakukan oleh-pihak-pihaknya di pemerintaham. Aroyo pun

kemudian bergabung kedalam sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat dan mulai

mengkampanyekan mengenai ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahan Estrada

dan secara jelas meminta berdasarkan kehidupan rakyat dan konstitusi Negara Filipina

agar Presiden Estrada dipecat dari jabatannya. Sampai pada akhirnya pada tanggal 20

Januari 2001, setelah adanya serangkaian aksi protes rakyat Filipina secara besar-

besaran yang juga dimotori oleh Aroyo, Mahkamah Agung pun mengumumkan

mengenai pemecatan Estrada dan pucuk pimpinan Negara Filipina dialihkan kepada

Arroyo.

B. Aspek Konstitusi dari mekanisme suksesi Politik

Seperti telah dijelaskan oleh Calvert sebelumnya, bahwa aspek konstitusi

merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan dalam proses suksesi politik. Kekuasaan

20

Page 21: suksesi politik

politik menurutnya meski memiliki landasan konstitusional yang dinamakan olehnya

dengan sebuah jabatan. Calvert pun menjelaskannya sebagai berikut : “...Suksesi

haruslah dihubungkan dengan masalah jabatan. Tetapi untuk jabatan apa, dan

bagaimana jabatan itu ditandai? Jabatan dengan sendirinya merupakan produk

evolusi konstitusional.”24

Apabila kita menelaah lebih lanjut contoh kasus suksesi politik di Filipina

pada masa pemerintahan Estrada – Arroyo kita akan menemukan sebuah kearifan

politik dari pihak-pihak yang berkontestasi dalam proses suksesi politik tersebut,

walaupun terdapat kekecewaan dari pihak yang merasa dirugikan dengan adanya

suksesi politik tersebut, yakni pihak Estrada, akan tetapi kita dapat melihat bahwa

mekanisme suksesi politik itu sendiri berjalan dengan prosedur ataupun aspek

legalitas Negara Filipina. Dalam kajian ini mungkin pemakalah harus melakukan

kajian yang lebih mendalam mengenai struktur dan wewenang lembaga-lembaga

tinggi Negara yang berkaitan dengan mekanisme suksesi politik pemerintahan Estrada

ke Arroyo. Lalu kemudian apakah proses impeachment yang dilakukan pada Estrada

sah atau tidak? Menurut pemakalah secara konstitutif seperti yang telah dijelaskan

dalam undang-undang, maka proses impeachment/pemecatan terhadap Estrada

menurut pemahaman pemakalah adalah sebuah proses yang legal secara hukum.

Berdasarkan referensi yang kami dapatkan, alasan hukum terjadinya

pemecatan/impeachment terhadap Estrada adalah karena Estrada telah melanggar

undang- undang dengan melakukan beberapa bentuk pelanggaran hukum seperti,

memfasilitasi sarana-prasarana perjudian, dan minuman keras, korupsi dan lain

sebagainya. Berdasarkan referensi yang kami dapatkan, secara jelas dapat

digambarkan bahwa kehidupan presiden Estrada adalah tipikal kehidupan presiden

yang suka berhura-hura, minum-minuman keras, berjudi, bermain wanita dan lain

sebagainya, seperti apa yang dilporkan oleh staf kepresidenannya sendiri. Selain itu ,

adanya kasus suap yang secara hukum membuktikan keterlibatan Estrada dalam

melegalkan tempat perjudian di propinsi Illocos Sur yang terkait dengan dana sebesar

400 juta peso. Kasus korupsi lainnya yang secara tegas membuktikan Estrada sebagai

pihak yang bersalah adalah pada kasus korupsi dana subsidi petani tembakau sebesar

180 juta peso.25 Secara jelas tindakan Estrada ini telah merupakan pelanggaran hukum

yang bertentangan langusng dengan undang-undang, dimana selain ketidakbolehan 24 Calvert Peter, Proses Suksesi POlitik, ( Jogjakarta: PT Tirta Wacana Yogya, 1995) hal. 125 President Estrada yang diambil dari http:/Wikipedia.org/Filiphine-Estrada pada hari selasa 23 Mei 2006 Pukul 16.38

21

Page 22: suksesi politik

seorang presiden melakukan korupsi, seorang presiden juga tidak boleh ikut serta

dalam kegiatan bisnis pada Article 7 sec 13 berikut ini :26

SEC. 13. The President, Vice-President, the Members of the Cabinet, and

their deputies or assistants shall not, unless otherwise provided in this

Constitution, hold any other office or employment during their tenure. They shall

not, during said tenure, directly or indirectly, practice any other profession,

participate in any business, or be financially interested in any contract with, or in

any franchise, or special privilege.

Atau melanggar mengenai adanya pemasukan pribadi selain daripada gaji atau

pemasukan lainnya yang ditetapkan oleh undang-undang sebagai beriku seperti

dijelaskan dalam Article 7 Sec. 6 sebagai berikut :27

The President shall have an official residence. The salaries of the President

and Vice-President shall be determined by law and shall not be decreased during

their tenure. No increase in said compensation shall take effect until after the

expiration of the term of the incumbent during which such increase was approved.

They shall not receive during their tenure any other emolument from the

Government or any other source.

Berdasarkan beberapa fakta hukum ini, maka secara jelas Estrada telah secara

sah dan terbukti melakukan pelanggaran terhadap hukum. Apalagi terhadap konstitusi

secara langsun Dengan terbuktinya seorang presiden melakukan kesalahan-kesalahan

hukum seperti ini, maka implikasinya berdasarkan undang-undang dasar Filipina

maka tidak lain adalah proses impeachment atau pemecatan dengan digantikan oleh

wakil presidennya, dimana dalam kasus ini adalah dengan mengangkat Aroyo secara

konstitusionil sebagai presiden yang menggantikan Presiden Estrada. Seperti yang

ditegaskan dalam undang-undang dasar negara Filipina hasil amandemen tahun 1987

menjelaskan bahwa :28

Article 7: Executive Department

Sec.7 The President-elect and the Vice-President-elect shall assume office at the

beginning of their terms. If the President-elect fails to qualify, the Vice-President-

elect shall act as President until the President-elect shall have qualified. If a

President shall not have been chosen, the Vice-President-elect shall act as

President until a President shall have been chosen and qualified. If a President

shall not have been chosen, the Vice-President-elect shall act as President until a

President shall have been chosen and qualified.

26 THE 1987 CONSTITUTION OF THE REPUBLIC OF THE PHILIPPINES diambil dari http://www.gov.ph/aboutphil/a6.asp pada hari selasa 23 Mei 2006 pukul 15.0427 ibid28 ibid

22

Page 23: suksesi politik

If at the beginning of the term of the President, the President-elect shall have died

or have become permanently disabled, the Vice-President-elect shall become

President.

Where no President and Vice-President shall have been chosen or shall have

qualified, or where both shall have died or become permanently disabled, the

President of the Senate or, in case of his inability, the Speaker of the House of

Representatives shall act as President until a President or a Vice-President shall

have been chosen and qualified.

The Congress shall provide for the manner in which one who is to act as President

shall be selected until a President or a Vice-President shall have qualified, in case

of death, permanent disability, or inability of the officials mentioned in the next

preceding paragraph.

C. Interaksi antara pihak yang memiliki sumber daya politik (pemerintah) dengan

masyarakat sebagai pemegang legitimasi politik

Secara jelas, seperti dalam uraian sebelumnya mengenai konsep suksesi politik

, bahwa faktor publik atau masyarakat tidak pernah bisa dilepaskan dalam proses

suksesi politik. Seperti yang dijelaskan oleh Calvert bahwa :“Pada akhirnya, sebuah

proses suksesi politik tidak hanya melibatkan suatu persaingan antara beberapa

pemegang kekuasaan tetapi juga suatu interaksi pemerintah dengan pihak yang

diperintah”29

Hal yang sama juga terjadi di proses suksesi yang menggantikan jabatan

kepresidenan dari Estrada ke Arroyo, dimana dalam menjelaskan adanya keterlibatan

itu, pemakalah menggunakan kasus mengenai 2001 EDSA Revolution. 2001 EDSA

Revolusions, yang biasa disebut oleh Media local Filipina sebagai EDSA II

(pronounced as Edsa dos) atau revolusi kekuatan rakyat kedua adalah sebuah proses

unjuk rasa-besar-besaran untuk menggugat presiden Estrada untuk turun dari jabatan

kepresidenan, dengan terbuktinya melakukan berbagai tindak kriminalitas yang

melanggar undang—undang dasar Philipina, seperti korupsi, kasus suap, dan tindakan

lainnya yang merugikan masyarakat. Adapun menurut para pihak media EDSA I

adalah proses serupa yang dilakukan oleh mayarakat dalam meruntuhkan kekuasaan

Marcos pada era 80-an.30

29 Calvert Peter, Proses Suksesi POlitik, ( Jogjakarta: PT Tirta Wacana Yogya, 1995) hal. 230 EDSA II yang diambil dari http:/Wikipedia.org/Filiphine-EDSA II pada Selasa 23 Mei 2006 Pukul 17.08

23

Page 24: suksesi politik

Jelas dengan hal tersebut, muncul rasa ketidakpuasan public atau masyarakat

terhadap presiden yang berkuasa tersebut. Dan EDSA II adalah bentuk perwujudan

tindakan kongkret dari masyarakat dalam melancarkan aksi protesnya kepada Estrada.

Tercatat beberapa kelompok seperti mahasiswa, kelompok politik sayap kiri juga

memadati jala-jalan utama di Filipina untuk melakukan demonstrasi.

Dari sudut pandang kepentingan public, pemakalah menilai kedatangan Aroyo

dalam EDSA II ini memang menguntungkan buat dia, terlepas dari ada tidaknya

partisipasi dari Arroyo mengerahkan massa yang begitu besar dalam demonstrasi itu,

Kedatangan dia dan Berorasi mengenai protes kerasnya atas kepemimpinan Estrada,

membuta namanya mencuat dan mendapat dukungan yang besar dari masyarakat,

yang pada saat itu terlihat secara mayoritas mendukung jatuhnya Estrada sebagai

presiden.

D. Aspek stabilitas yang dipengaruhi oleh mekanisme Suksesi poltik

Dari beberapa referensi yang kami dapatkan mengenai beberapa hal yang

terkait dalam kasus suksesi politik di Filipina adalah ternyata suksesi politik yang

ditandai dengan adanya pergantian kepemimpinan pemerintahan/negara jelas

mempengaruhi stabilitas Filipina khususnya di bidang politik dimana, dengan adanya

proses impeachment yang dilakukan terhadap Estrada, kebijakan-kebijakan yang

sudah langgeng yang sudah dilaksanakan oleh pemerintahannya selama kurang lebih

4 tahun berhenti total, dan harus dirubah oleh kebijakan-kebijakan pemerintahan yang

dipimpin oleh Arroyo. Tidak itu saja, hal yang sama juga terjadi pada tataran

masyarakat dimana sempat terjadi krisis kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintahan pimpinan Estarada. Puncak dari kekecewaan tersebut seperti yang telah

dijelaskan pada subbab sebelumnya adalah dengan diadakannya EDSA sebagai

sebuah aksi protes massal yang menuntut bagi Estrada untuk mundur dari jabatannya

sebagai presiden.

Secara jelas setiap tindakan demonstrasi seperti itu menimbulkan instabilitas,

baik terhadap kehidupan sosial, ekonomi, apalagi politik, dimana pada saat

demonstrasi secara besar-besaran itu, walaupun tidak terjadi kerusuhan yang

mengakibatkan terjadinya korban jiwa dan korban materi, akan tetapi aksi atau

demonstrasi yang dilakukan selama beberapa hari itu, praktis meminimalkan atau

bahkan melumpuhkan kegiatan ekonomi masyarakat, khususnya yang berada di

kawasan aksi demonstrasi seperti Filipina misalnya.

24

Page 25: suksesi politik

KESIMPULAN

Proses suksesi politik yang terjadi di Negara Filipina yang ditandai oleh

pergantian kepemimpinan Kepala Negara/Kepala Pemerintahan dari kepemimpinan

Joseph Estrada menuju Gloria Machapagal Aroyo adalah sebuah proses suksesi

politik yang menarik. Ketertarikan pemakalah terhadap kasus ini adalah, selain

mekanisme suksesi politik yang menurut kami menarik karena disertai oleh adanya

proses “impeachement” terhadap presiden Joseph Estrada dan kemudiaan dilanjutkan

oleh pengangkatan Gloria Machapagal Aroyo yang juga sering disingkat dengan

25

Page 26: suksesi politik

Aroyo, permasalahan suksesi politik di masa itu juga memiliki factor-faktor yang

menurut pemakalah dapat dijadikan sebuah contoh kasus yang baik di dalam

menjelaskan lebih lanjut mengenai teori suksesi politik yang dijelaskan oleh Calvert.

Selain memuat factor-faktor yang jelas dalam suksesi politik berupa adanya

kontestasi dari pihak-pihak yang memiliki sumber daya politik dalam merebut

kekuasaan politik di pemerintahan, permasalahan aspek legalitas, adanya interaksi

yang melibatkan proses pihak-pihak yang berkompetisi tersebut dengan masyarakat,

dan aspek stablitas, seperti yang telah pemakalah jabarkan sebagai indikator-indikator

agar teori yang dijelaskan oleh Calvert mengenai uksesi politik dapat lebih bersifat

aplikatif.

DAFTAR PUSATAKA

Buku :

Juwono Sudarsono, PEMBANGUNAN POLITIK DAN PERUBAHAN POLITIK,

(Jakarta : Yayasan Obor, 1991)

Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negara Barat (Jakarta: Mizan,1994)

Peter Calvert, Proses Suksesi Politik, ( Jogjakarta: PT Tirta Wacana Yogya, 1995)

Situs Internet :

26

Page 27: suksesi politik

\http://www.cia.gov/cia/publications/factbook/geos/rp.html#Govt

http:/Wikipedia.org/Filiphine-election

http://www.gov.ph/aboutphil/a6.asp

MAKALAH AKHIR

MATA KULIAH MASALAH-MASALAH PEMBANGUNAN POLITIK

Telaah “Teori Suksesi Politik Calvert” dan aplikasinya dalam menjabarkan kasus

suksesi POlitik yang terjadi di Filipina masa pergantian presiden Estrada – Arroyo

27

Page 28: suksesi politik

Disampaikan sebagai Ujian Akhir Semester mata kuliah Masalah-Masalah

Pembangunan Politik pada tanggal 24 Mei 2006

Disusun Oleh :

Hilwan Givari

0903020199

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2005

28