SUKLITAN PENILIK SEBAGAI TEKNIK PEMBIMBINGAN.docx

download SUKLITAN PENILIK SEBAGAI TEKNIK PEMBIMBINGAN.docx

of 13

description

PTS

Transcript of SUKLITAN PENILIK SEBAGAI TEKNIK PEMBIMBINGAN.docx

SUKLITAN PENILIK SEBAGAI TEKNIK PEMBIMBINGANPADA PENDIDIK PENDIDIKAN ANAK USIA DINIGUNA MENINGKATKAN MUTU KBM

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar Belakang MasalahDalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2010, disebutkan bahwa Penilik adalah tenaga kependidikan dengan tugas utama melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi dampak program PNFI.Penilik merupakan jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seseorang yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil.Tugas pokok Penilik berdasarkan peraturan menteri tersebut telah merubah paradigma lama yang sebelumnya menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0304/O/1984 adalah bertugas dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan di bidang pendidikan luar sekolah.Paradigma lama juga membedakan jenis penilik berdasarkan tugasnyayaitu Penilik pendidikan masyarakat, Penilik pembinaan generasi muda dan Penilik keolahragaan. Adapun menurut Permenpan dan RB Nomor 14 tahun 2010 jenis Penilik berdasarkan bidang tugasnya terdiri atas Penilik PAUD, Penilik pendidikan kesetaraan dan keaksaraan, serta Penilik kursus.Perubahanparadigma ini mengakibatkan kesenjangan kompetensi Penilik, berkenaan dengan tugasnya sebagai pengendali mutu program PNFI.Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi saat ini terjadi sangat pesat. Pendidikan secara langsung dipengaruhi oleh lingkungan (environment) yang salah satunya adalah perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mempengaruhi proses pendidikan. Lingkungan memberikan masukan (input) terhadap proses pendidikan, sehingga hasil (output) dari pendidikan dapat sesuai dengan perkembangan lingkungan. Penilik memerlukan kompetensi yang secara terus menerus dikembangkan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi agar mampu melaksanakan tugasnya secara baik sesuai denganapa yang diharapkan dalam Permenpan dan RBNomor 14 tahun 2010.Penilik memiliki empat jenjang jabatan, yaitu jenjang jabatan terendah Penilik Pertama, jenjang jabatan yang ke dua adalah Penilik Muda, jenjang jabatan yang ke tiga Penilik Madya dan jenjang jabatan tertinggi adalah Penilik Utama. Idealnya, seorang Penilik dengan jenjang jabatan lebih tinggi memiliki kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) yang lebih baik dibanding dengan Penilik dengan jenjang jabatan dibawahnya, namun yang ada saat ini tidak ada jaminan bahwa semakin tinggi masa kerja dan jenjang jabatan Penilik kompetensinya terjaga dan semakin baik.Menurut data yang disampaikan oleh Dirjen PAUDNI tahun 2014 diketahui bahwa terdapat sekitar 7.400 Penilik yang tersebar di seluruh Indonesia. Keseluruhan Penilik tersebut harus selalu dijaga dan dikembangkan kompetensinya berkenaan dengan tugasnya sebagai pengendali mutu dan evaluasi dampak program PNFI. Salah satu kompetensi yang harus dikembangkan yaitu tentang pelaksanaan pembimbingan pada PTK PAUDNI dalam rangka meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada satuan PAUDNI, oleh karena itu diperlukan teknik secara komprehensif untuk melaksanakan pembimbingan dari seluruh Penilik tersebut.Penilik adalah tenaga kependidikan, merupakan agen pengendali mutu program PNFI. Jika kompetensi Penilik dalam melaksanakan pengendalian mutu program PNFI khususnya pada unsur pembimbingan pada PTK PAUDNI terpelihara dan meningkat, maka program pendidikan anak usia dini, pendidikan nonformal dan informal yang diselenggarakan akan berjalan secara efektif. Adapun teknik yang dikembangkan oleh penulis dalam rangka melaksanakan pembimbingan adalah supervisi klinis dan berkelanjutan bagi pendidik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

B.Rumusan MasalahPerubahantugas pokokPenilik dari bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan di bidang pendidikan luar sekolah menjadi pengendali mutu dan evaluasi dampak program PNFI mengakibatkan kesenjangan kompetensi Penilik terhadap tugas pokoknya. Perkembangan lingkungan belajar, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, menuntut Penilik meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara terus menerus agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya dengan baik.Penilikdengan masa kerja dan jabatan lebih tinggi memiliki beban tugas yang lebih berat, sehingga idealnya memiliki kompetensi yang lebih baik. Namun dengan strategi peningkatan kompetensi saat ini tidak ada jaminan bahwa semakin tinggi masa kerja dan jabatan Penilik, kompetensinya terjaga dan semakin baik.Saat ini terdapat sekitar 7.400 Penilik yang tersebar di seluruh Indonesia, dimana seluruh Penilik tersebut harus selalu dijaga dan dikembangkan kompetensinya.Dari berbagai permasalahan tersebut, masalah dalam karya nyata ini adalah bagaimana teknik melaksanakan pembimbingan pada pendidik PAUD dalam rangka meningkatkan mutu KBM pada program PAUD yang efektif.

C.TujuanTujuan penulisan karya nyata ini adalah merumuskan strategi peningkatan kompetensi dan profesionalisme Penilik dalam melaksanakan pembimbingan kepada pendidik PAUD dengan menggunakan teknik Supervisi Klinis dan Berkelanjutan dalam rangka meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar pada layanan program PAUD. Selain untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Penilik, teknik ini juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pendidik PAUD dalam mengembangkan KBM pada program PAUD yang efektif dan efisien.

D.Strategi Pemecahan Masalah1.Alasan Pemilihan StrategiKegiatan belajar mengajar merupakan unsur terpenting dalam pencapaian keberhasilan pendidikan termasuk pendidikan non formal dan pendidik memiliki peran yang sangat strategis, baik sebagai perencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilai pembelajaran.Strategi pemecahan permasalahan di atas adalahSUKLITANPenilik kepada pendidik PAUD dalam rangka meningkatkan mutu KBM pada program PAUD.SUKLITANmerupakanakronim dari kataSupervisiKlinis dan Berkelanjutanyang merupakan sebuah teknik pembimbingan yang dilakukan oleh diri Penilik dengan tujuan untuk membantu pengembangan profesional para pendidik PAUD dalam rangka meningkatkan kemampuannya untuk mengembangkan situasi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik serta untuk memperbaiki pembelajaran bukan untuk memperbaiki pribadi pendidiknya.Supervisi klinis dan berkelanjutan Penilik merupakan suatu teknik pembimbingan kepada pendidik PAUD yang difokuskan pada peningkatan atau perbaikan kegiatan belajar mengajar melalui siklus yang sitematis. Siklus itu dimulai dari perencanaan, pengamatan, analisis data secara intensif, dan pemberian umpan balik atau tindak lanjut. Banyak kegiatan atau program-program yang menemui kegagalan karena tidak ada tindak lanjut.2.Deskripsi Strategi PemecahanStrategi pemecahan permasalahan diatas adalah diperlukannya sebuah teknikpembimbingan pada pendidik PAUD dalam rangka meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada layanan program PAUD.Strategi tersebut adalah SUKLITAN yang diaksanakan secara terus menerus sehinggga dapat memelihara dan meningkatkan profesionalisme pendidik PAUD dan Penilik itu sendiri. Suklitan merupakan sebuah strategi peningkatan kompetensi yang berpusat pada Penilik dan pendidik itu sendiri, berorientasi pada perbaikan KBM, berdasar pada standar kompetensi pendidik PAUD seperti yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini serta mengacu pada Permenpan dan RB Nomor 14 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya, memperhatikan kebijakan dan konteks lokal, perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan dan tekonologi, dan secara efektif dan efisien dapat diterapkan pada Penilik seluruh Indonesia.

BAB IIPEMBAHASAN

A.Konsep Supervisi Klinis dan Berkelanjutan

Supervisi Klinis dan Berkelanjutan (SUKLITAN) merupakan suatuteknikpembimbingan yang dilakukan Penilik kepada pendidik PAUD dalam rangka melaksanakan tupoksinya sebagai pengendalian mutu (quality control) program PNFI. Pengendalianmutu program PNFI diperlukan dalam manajemen mutu pendidikan non formal untuk menjamin agar layanannya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan masyarakat. Pengendalian mutu program PNFI sangat dekat dengan aktivitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu program PNFI merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana danmenghasilkanoutputyang sesuai dengan standar nasional pendidikan.Rouse(2011: 1) memberikan pengertian terhadap pengendalian mutu(quality control)sebagai berikut:Quality control (QC) is a procedure or set of procedures intended to ensure that a manufactured product or performed service adheres to a defined set of quality criteria or meets the requirements of the client or customer.

Dari definisi di atas, secara implisit terkandung adanya prosedur dalam rangka mengontrol kualitas dari suatu produksi atau jasa yang dilakukan sesuai kriteria kualitas atau memenuhi persyaratan pelanggan. Lebih lanjut Hiryanto (2010: 6) memberikan pendapat pengendalian mutu program dapat berjalan dengan baik, manakala kita paham tentang prosedur pengendalian mutunya. Dengan demikian untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu program diperlukan suatu prosedur yang jelas agar kegiatan tersebut dapat optimal.Selanjutnya, Wisnu (2014: 27-28) menjelaskan bahwasebelum proses pengendalian mutu program PNFI dilakukan terlebih dahulu harus menetapkan standar sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan prosedur pengendalian mutu terutama yang terkait dengan implementasi program PNFI. Dalam rangka mengimplementasikan proses pengendalian mutu program PNFI harus mencakup keseluruhan rangkaian program (context, input, processdanproduct) agar program tersebut berkualitas sesuai SNP dan kebutuhan masyarakat secara konsisten.Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap Penilik dalam melaksanakan kegiatan pengendalian mutu program PNFI harus paham tentang prosedur pengendalian mutu tersebut. Prosedur pengendalian mutu ini dimulai dari penetapan standar dengan mengacu pada SNP kemudian dilanjutkan dengan implementasi pengendalian mutu sehingga tujuan program PNFI dapat optimal sesuai dengan SNP dan kebutuhan masyarakat sebagai penerima program.Kehadiran supervisi pendidikan sangat diharapkan dan dinantikan dalam rangka membantu tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien melalui pembinaan ataupun pembimbingan profesionalitas PTK. Istilah supervisi dikenal tidak saja di bidang pendidikan, tetapi di bidang-bidang lain pun istilah supervisi sudah dikenal, hanya konotasinya saja yang berbeda antara bidang yang satu dengan bidang lainnya.Neagley (1980)mendefinisikansupervisi, seperti berikut:Supervision is used to deskribe those activities which are primarily and directly concerned with studying and improving the conditions which surround the learning and growth of pupils and teachers.Pendapat Neagley tersebut menyatakan bahwasupervisidigunakan untukkegiatan-kegiatanyangmenggambarkan hal yangutamadanlangsungberkaitan denganbelajar danmemperbaiki kondisiyangmengelilingipembelajaran dan pertumbuhansiswadan guru.Berkenaan dengan supervisi tersebut, Bernard and Goodyear dalam Milne (2009: 10) mendefinisikan supervisi sebagai berikut:supervision is: an intervention provided by a more senior member of a profession to a more junior member or members of that same profession. This relationship is evaluative, extends over time, and has the simultaneous purposes of enhancing the professional function of the more junior person(s), monitoring the quality of professional services offered to theclients, she, he, or they see, and serving as a gatekeeper for those who are to enter the particular profession.

Dari definisi tersebut secara implisit terkandung makna bahwa supervisi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam suatu profesi dengan didasari hubungan yang evaluatif, meluas dari waktu ke waktu atau berkelanjutan, dan memiliki simultan tujuanmeningkatkan fungsi profesional, serta sebagai pemantauan kualitas layanan profesional.Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru atau pendidik berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata.Jika dikaji berdasarkan istilah dalam klinis, mengandung makna: (1) pengobatan (klinis) dan (2) Siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang. Oleh karena itu makna yang terkandung dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus, sebagai berikut:a.Adanya hubungan tatap muka antara Penilik dan pendidik didalam proses supervisi.b.Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya didalam proses pembelajaran.c.Adanya observasi secara cermat.d.Deskripsi pada observasi secara rinci.e.Penilik dan pendidik bersama-sama menilai penampilan pendidik.f.Fokus observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan pendidik.Supervisi klinis merupakan salah satu pendekatan dalam supervisi pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional para pendidik. Supervisi klinis dimaksudkan untuk membantu pendidik agar mengerti inovasi dan merubah performan mereka agar cocok dengan inovasi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehubungan dengan supervisi klinis ini, K.A. Acheson dalam Sukirman (1999: 106) mengemukakan bahwa supervisi adalah proses membantu guru untuk memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) anatara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang seharusnya. Supervisi klinis dan berkelanjutan dilakukan secara tatap muka antara supervisor dalam hal ini Penilik dengan pendidik, dalam membicarakan permasalahan KBM yang bertujuan untuk membantu mengembangkan profesional pendidik secara berkelanjutan.Menurut Sergiovanni dalam Prasojo (2011: 113) ada dua tujuan supervisi klinis, yaitu: pengembangan profesional dan motivasi kerja guru/pendidik. Kemudian Richard Waller dalam Purwanto (2014: 90) memberikan definisi supervisi klinis sebagai berikut:Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means of systematic cycles of planning, observation and intensive intelectual analysis of actual teaching performances in the interest of rational modification.

Dari pendapat tersebut terkandung makna bahwa supervisi klinis merupakan supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional.Dikaitkan denganpengembangan profesional berkelanjutan bagi pendidik PAUD konsep Suklitan ini dapat diartikan bahwa pendidik PAUD memegang kendali penuh dalam mengembangkan profesionalnya. Pengembangan profesional berkelanjutan berawal dari keinginan (mimpi) pendidik PAUD. Pengembangan profesional berkelanjutan adalah proses holistik dan dapat mengatasi semua aspek kehidupan dan keseimbangan antara keduanya. Pengembangan profesional berkelanjutan secara berkala melihat ke depan tentang apa yang pendidik PAUD inginkan, dimulai dari merenungkan bagaimana diri pendidik PAUD saat ini dan bekerja dari posisi sekarang menuju arah masa depan, membantu dalam mencapai tujuan pengembangan profesional dan menambah semangat serta bekerja dan belajar dengan konsep andragogi (belajar orang dewasa).Istilah andragogi seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran orang dewasa (adult learning), baik dalam proses pendidikan non formal maupun dalam proses pembelajaran pendidikan formal. Pada pendidikan non formal teori dan prinsip andragogi digunakan sebagai landasan proses pembelajaran pada berbagai satuan, bentuk dan tingkatan (level) penyelenggaraan pendidikan non formal.Disampaikan oleh Bartin (2006: 155-156) sesuai dengan sifatnya sebagai orang dewasa ia datang dan mencari pendidikan kepada lembaga dan siapapun atas dorongan kebutuhan untuk memperbaiki kualitas diri terutama kebutuhan akan kompetensi tertentu yang dapat membantu mereka meringankan persoalan hidup sehari-hari. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa orang dewasa senang belajar bila aktivitas belajarnya segera dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.Adapun hubungan andragogi dengan pembimbingan kepada pendidik PAUD dengan teknik Suklitan adalah bahwa subjek dari teknik Suklitan adalah pendidik yang merupakan orang dewasa yang berdasarkan kebutuhannya ia datang kepada Penilikuntuk meminta disupervisi tentang proses KBM yang dilaksanakannya. Kebutuhan pendidik tersebut seirama dengan meningkatnya pemahaman tentang arti pentingnya pendidikan seumur hidup/sepanjang hayat (life long education). Konseplife long education, sebenarnya telah menjadi fenomena alamiah dalam kehidupan manusia. Pentingnya belajar sepanjang hayat (life long learning) bagi manusia merupakan upaya memenuhi kebutuhan belajar (learning needs) dan kebutuhan pendidikan (education needs). Apabila kaidah pendidikan sepanjang hayat diterapkan senyatanya, maka akan terdapat tantangan besar bagi kalangan pendidikan non formal.Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu KBM pada layanan program PAUD diperlukan suatu teknik pembimbingan yang efektif dan efisien dengan berprinsip pada konsepandragogi. Teknik yang sudah penulis laksanakan yaitu dengan SUKLITAN yang merupakan akronim dari supervisi klinis dan berkelanjutan. Teknik ini bertujuan untuk memberikan bimbingan yang analitis dan deskriptif, serta dilaksanakan secara terus menerus atau berkelanjutan.

B.Metode dan Prosedur SuklitanMemperhatikan beberapa kajian teori pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal terkait teknik supervisi klinis dan berkelanjutan Penilik kepada pendidik PAUD. Teknik supervisi klinis dan berkelanjutan diartikan sebagai bantuan dalam menstimulir, mengkoordinasi, dan mengarahkan pertumbuhan kemajuan pendidik secara terus menerus, baik secara individual maupun kolektif untuk memahami secara efektif terhadap penampilan dalam profesinya sebagai pendidik. SedangkanPenilik sebagai tenaga kependidikan dengan tugas utama melakukan pengendalian mutu dan evaluasi dampak, dimana dalam tulisan ini teknik pembimbingan yang merupakan salah satu unsur kegiatan pengendalian mutu yang akan dikembangkan adalah teknik supervisi klinis dan berkelanjutan.Metode atau teknik-teknik yang dilakukan dalam supervisi klinis dan berkelanjutan Penilik kepada pendidik PAUD tersebut mengadaptasikan teknik-teknik supervisi klinis yang disampaikan oleh Prasojo (2011: 116). Adapun metode atau teknik-teknik ini adalah sebagai berikut:1.Penilik mendengarkan dengan cermat permasalahan yang disampaikan pendidik PAUD dan berbicara seperlunya.2.Penilik memberikan komentar yang tepat, artinya komentar disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi pendidik PAUD.3. Penilik menegaskan pertanyaan/pernyataan pendidik PAUD agar lebih jelas dan mudah dipahami.4.Penilik memberikan pujian kepada pendidik PAUD yang mempunyai perkembangan yang baik.5.Penilik tidak menasehati secara langsung kepada pendidik PAUD apalagi di depan banyak orang.6.Penilik memberikan motivasi dan dukungan secara optimal kepada pendidik PAUD.7.Penilik memahami permasalahan yang dirasakan pendidik PAUD dari sudut pandang mereka, bukan dari sudut pandang diri Penilik.Prosedur Suklitan Penilik berlangsung dalam suatu proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan awal, tahap observasi/pengamatan dan tahap pertemuan balikan/lanjutan. Pada setiap tahapan ada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh Penilik selaku pembimbing dan pendidik PAUD selaku orang yang dibimbing. Adapun beberapa aktivitas yang dilakukan pada setiap tahapnya adalah;1.Tahap pertemuan awal terdiri dari:a.Menciptakan suasana kolegialitas.b.Membicarakan rencana KBM yang telah dibuat pendidik.c.Memilih jenis keterampilan tertentu yang akan dilatihkan.d.Mengembangkan instrumen yang akan digunakan untuk mengobservasi keterampilan mengajar pendidik dan menyepakatinya.2.Tahap observasi KBM:a.Penilik memasuki ruang pembelajaran bersama dengan pendidik yang akan mengajar.b. Pendidik menjelaskan pada peserta didik maksud kedatangan Penilik ke ruang pembelajaran.c.Pendidik mempersilahkan Penilik untuk menempati tempat duduk yang telah disediakan.d.Penilik/Supervisormengobservasi penampilan mengajar pendidik dengan mempergunakan format observasi yang telah disepakati.e.Setelah selesai proses KBM, pendidik bersama dengan Penilik meninggalkan ruang belajar dan pindah ke ruangan khusus untuk melaksanakan aktivitas pembimbingan.3.Tahap pertemuan balikan/lanjutan:a.Penilikmemberikan penguatan kepada pendidik yang baru saja mengajar dalam suasana yang akrab.b.Penilik bersamapendidik membicarakan kembali kontrak yang pernah dilakukan mulai dari tujuan pengajaran sampai evaluasi pengajaran.c.Penilikmenunjukkan hasil observasi yang telah dilakukan berdasarkan format yang disepakati.d.Penilikberdiskusi dengan pendidik tentang hasil observasi yang telah dilakukan.e.Penilik bersama-sama pendidik membuat kesimpulan tentang hasil pencapaian KBM yang telah dilakukan yang diakhiri dengan pembuatan rencana KBM berikutnya.C.Kekhasan/Keunikan SuklitanKekhasan atau keunikanpembimbingan dengan teknik Suklitan yaitu atas dasar permasalahan yang dihadapi langsung oleh pendidik dan atas permintaan pendidikbukan karena keinginan dari Penilik. Selain itu, dalam melaksanakan Suklitan berpegang pada konsep andragogi yang merupakan ciri khas dari pendidikan non formal dan juga dapat digunakan untuk menjaga/memelihara, meningkatkan, dan memperluasskill and knowledgePenilik dan peendidik.Suklitan sebagai sebuah teknik pembimbingan yang efektif dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan kompetensi Penilik dan pendidik dalam rangka meningkatkan mutu KBM. Peningkatan profesionalisme dan kompetensi Penilik selama ini lebih banyak menekankan pada pelatihan-pelatihan, workshop dan seminar-seminar yang membutuhkan banyak waktu dan biaya, padahal belum tentu sesuai dengan kebutuhan pokok Penilik dalam rangka pengendalian mutu program PNFI.

D. Pelaksanaan SuklitanPelaksanaansupervisi klinis dan berkelanjutan(Suklitan) merupakan refleksi dan aksi yang dilakukan oleh Penilik dan pendidik tentang pengalaman/kegiatan dalam meningkatkan pengetahuan dalam bidang spesialisasi dan kemampuan praktis dalam melaksanakan tugas pokoknya yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Pendidik memiliki peran penting dalam perencanaan, pelaksanakan, dan evaluasi KBM dalam rangka pengembangan profesionalnya. Adapun peran Penilik adalah melakukan pengawasan dan pembimbingan atau pengarahan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi KBM dalam rangka membimbing pengembangan profesionalisme pendidik.Selain itu, pelaksanaan Suklitan bermakna sebagai aktivitas jangka panjang dan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh diri pendidik dengan dibimbing oleh Penilik. Suklitan merupakan caramemelihara, meningkatkan dan memperluas pengetahuan dan keterampilan(skill and knowladge)yang relevan terhadap spesialisasi subjek/bidang dan kemampuan praktis kegiatan belajar mengajar, pengkajian program dan pengembangan model, sehingga memiliki dampak positif pada praktek dan pengalaman peserta didik serta mampu mendukung program PAUDNI menjadi efektif. Pembimbingan dengan teknik Suklitan yang dilakukan kepada pendidik PAUD yang dilakukan dalam rangka pengembangan profesionalisme secara berkelanjutan lebih luas dari pada pengembangan profesionalisme yang selamaini dilakukan, yang sering terbatas pada kegiatan diklat, kursus, workshop atau pendidikan formal yang dilakukan secara parsial. Dalam melaksanakan aksinya Penilikmelakukan berbagai kegiatan untuk melakukan pembimbingan pada pendidik PAUD dalam rangka meningkatkan mutu KBM pada layanan program PAUD.Untuk lebih jelasnya, berikut adalah skematis siklus Suklitan yang diadaptasi dari Neagley.

Gambar 2 di atas, menjelaskan tentang langkah-langkah Suklitan sebagai berikut:1.Langkah 1, Penciptaan Hubungan yang Baik dan Penanaman Konsep Suklitan.Langkah pertama yaitu menciptakan hubungan yang baik antara supervisor (Penilik) dengan pendidik dan penanaman pengertian akan makna Suklitan.Hubungan antara Penilik dengan pendidik adalah hubungan kolegial yang sederajat dan bersifat interaktif. Hubungan semacam ini lebih dikenal sebagai hubungan antara tenaga professional berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, sehingga terjalin dialog profesional yang interaktif dalam suasana yang akrab dan terbuka dengan tujuan pemecahan masalah KBM.2.Langkah 2, Perencanaan Bersama tentang Permasalahan KBM.Langkah kedua yaitu Penilik bersama pendidik merencanakan bersama tentang sesuatu yang mengandung masalah yang ingin dipecahkan seperti strategi mengajar, penilaian, dan umpan balik.3.Langkah 3, Diskusi Pra-Observasi KBM.Langkah ketiga adalah adanyadiskusi antara Penilik dan pendidik sebelum pelaksanaan observasi KBM. Diskusi ini bersifat demokratis, baik pada perencanaan pengajaran maupun pada pengkajian balikan dan tindak lanjut. Suasana demokratis itu dapat terwujud jika kedua pihak dengan bebas mengemukakan pendapat dan tidak mendominasi pembicaraan serta memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji semua pendapat yang dikemukakan didalam pertemuan tersebut dan pada akhirnya keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama sertamerencanakan strategi observasi, tujuan observasi, proses observasi, dan teknik observasi.4.Langkah 4, Pelaksanaan Observasi.Langkah keempat yaitu pelaksanaan observasi berkenaan dengan proses KBM. Sasaranterpusat pada kebutuhan dan aspirasi pendidik serta tetap berada didalam kawasan (ruang lingkup) tingkah laku pendidik dalam mengajar secara aktual. Dengan prinsip ini pendidik didorong untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya didalam usaha mengembangkan dirinya.Penilik mengobservasi pendidik yang sedang melaksanakan KBM.5.Langkah 5, Analisis Proses KBM.Langkah kelima analisis proses KBM oleh Penilik dan pendidik secara terpisah.Analisis tersebut mencakup tentang pengkajian balikan berdasarkan data observasi yang cermat yang didasarkan atas kontrak serta dilaksanakan dengan segera. Dari hasil analisis balikan itulah ditetapkan rencana selanjutnya.6.Langkah 6, Pengaturan Waktu untuk Pertemuaan.Langkah keenam yaitu mengatur untuk merencanakan pertemuan antara Penilik dan pendidik dalam rangka evaluasi kegiatan KBM yang sudah dilaksanakan.7.Langkah 7, Pertemuan dalam Rangka Evaluasi Proses KBM.Langkah ketujuh yaitu melaksanakan pertemuan antara Penilik dan pendidikuntuk membicarakan apakah pendidik sudah mampu mengatasi masalahnya atau belum. Pertemuan inimengutamakan prakarsa dan tanggung jawab pendidik pada tahap perencanaan dan pengkajian balikan, bahkan sampai pada pengambilan keputusan dan tindak lanjut. Dengan mengalihkan sedini mungkin prakarsa dan tanggung jawab itu ke tangan pendidik diharapkan pada gilirannya kelak pendidik akan tetap mengambil prakarsa untuk mengembangkan dirinya.8.Langkah 8, Rencana Tindak Lanjut.Langkah kedelapan yaitu membuat rencana yang baru jika dengan rencana yang sudah dilaksanakan belum mampu menyelesaikan masalah tentang proses KBM.Pengembangan supervisi klinis dan berkelanjutan (The development of supervision clinical and sustainable) dalam kaitannya dengan Penilik adalah memelihara, meningkatkan dan memperluas pengetahuan dan keterampilan Penilik yang relevan dalam melaksanakan kegiatan pengendalian mutu program PNFI, sehingga memiliki dampak positif dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.Dari kajian tersebut, teknik pembimbingan yang efektif kepada pendidik PAUD dalam meningkatkan mutu KBM pada layanan program PAUD melalui pengembangan supervisi klinis dan berkelanjutanbermakna sebagai perencanaan aktivitas jangka panjang untuk memelihara, meningkatkan dan memperluas pengetahuan dan keterampilan Penilik yang relevan dalam kegiatan pembimbingan proses KBM pendidik PAUD, sehingga memiliki dampak positif pada program PAUD menjadi efektif.Kondisi lapangan saat ini, teknik pembimbingan yang dilakukan Penilik belum dipandang sebagai strategi jangka panjang. Pembimbingan kepadaPTK sering dilakukan melalui forum-forum seperti Himpaudi, IGTKI, PKG PAUD dan berbagai kegiatan lain, namun sering kali dilakukan secara parsial dan tidak berkelanjutan. Pengembangan supervisi klinis dan berkelanjutan harus dilihat sebagai sebuah teknik atau strategi jangka panjang, berpusat pada Pendidik dan supervisor (Penilik), berkelanjutan dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal.Pengembangansupervisi klinis dan berkelanjutanPenilik dalam konteks meningkatkan mutu KBM pada layanan program PAUD merupakan sebuah usaha penting dari peningkatan kompetensi pendidik PAUD dan diri Penilik. Kegiatan-kegiatan pengembangansupervisi klinis dan berkelanjutanyang direncanakan dan dilakukan oleh Penilik kepada pendidik PAUD didukung oleh lembaga serta pemerintah/instansi pembina akan meningkatkan kinerja Penilik, sehingga mendukung program PAUD menjadi efektif dan efisien.

E.Dampak SuklitanKegiatan pembimbingan dengan teknik Suklitan membawa dampak terhadap pengembangan profesinalisme Penilik dan pendidik PAUD itu sendiri. Pelaksanaan kegiatan tersebut membawa dampak yang positif terhadap pendidik, penilik, lembaga penyelenggara program PAUD, dan pemerintah. Selain itu, pelaksanaan Suklitan juga berdampak positif terhadap peningkatan mutu KBM pada program PAUD.Secara rinci keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan pembimbingan Penilik kepada pendidik PAUD dengan teknik Suklitan ini, adalah sebagai berikut:1.Bagi Penilik, kegiatan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan/referensi dalam melaksanakan tupoksinya sebagai pengendali mutu program PNFI untuk unsur pembimbingan serta untukmeningkatkan profesionalisme dan kompetensi dalam melaksanakan tugasnya sesuai denganPermenpan dan RBNomor 14 Tahun 2010.2.Bagi pendidik, kegiatan ini adalah merupakan pengembangan profesional pendidik yang berasal dari kebutuhan kompetensi pendidik sendiri sehingga kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pengembangan kompetensi pendidik.3.Bagi lembaga, kegiatan ini merupakan bagian daritotal quality manajement,sehingga menjadi perbaikan yang terus menerus terhadap proses belajar mengajar peserta didik.4.Bagi pemerintah dalam hal ini instansi pembina, kegiatan ini memberikan kewajiban bagi pendidik dan Penilik untuk secara mandiri meningkatkan profesionalisme dan kompetensinya, sehingga peningkatan profesionalisme dan kompetensi tidak selalu tergantung dari kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pembina/pemerintah.

F.Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan SuklitanDalam mengimplementasikan Suklitan tidak lepasdari kendala-kendala yang mewarnai keberlangsungan teknik pembimbingan ini. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain:1.Kurang aktifnya beberapa peserta didik dapat mempengaruhi penggalian data secara maksimal tentang pelaksanaan proses belajar mengajar.2.Adanya perasaan malu dan takut dari pendidik dalam menyampaikan permasalahannya kepada Penilik dalam melaksanakan KBM.3.Kurangnya dukungan dari lembaga penyelenggara program PAUD dapat mempengaruhi keterbukaan dari pendidik.4.Keterbatasan kemampuan dan kurang kreatifnya pendidik PAUD dalam melaksanakan pembelajaran karena tingkat pendidikannya yang masih rendah atau belum sesuai dengan kualifikasi ijazahnya yang berdampak pada kurang maksimalnya keberlangsungan program PAUD.

G.Faktor Pendukung SuklitanFaktor-faktor pendukung teknik pembimbingan dengan Suklitan dalam rangka meningkatkan mutu KBM pada layanan program PAUD, adalah sebagai berikut:1.Adanya keterbukaan dari pengelola/penyelenggara program PAUD dan pendidik dalam memberikan penjelasan tentang kendala-kendala ataupun permasalahan yang ada dalam kegiatan KBM.2.Adanya hubungan yang harmonis antara Penilik, pendidik, dan penyelenggara program PAUD.3.Adanya keinginan dari diri pendidik yang mau meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan KBM.4.Pelaksanaan Suklitan atas dasar permintaan dari pendidik, bukan keinginan dari Penilik selaku supervisor.5.Suklitan merupakan bagian dari kegiatan pengendalian mutu pada unsur pembimbingan dan pembinaan kepada PTK pada satuan PNFI yang merupakan tugas pokok penilik, sehingga dalam melaksanakan Suklitan tersebut sesuai dengan apa yang tertuang di dalam Permenpan dan RB Nomor 14 Tahun 2010.

H.Tindak Lanjut/Rencana DesiminasiSupervisi Klinis dan Berkelanjutan (SUKLITAN) tersebut, sudah didesiminasikan melalui forum IPI Kabupaten Temanggung, forum IGTKI Kecamatan Tembarak dan Kecamatan Selopampang, forum Himpaudi Kecamatan Tembarak dan Kecamatan Selopampang, serta dalam forum PKG Kecamatan Tembarak dan Kecamatan Selopampang. Selain itu, karya nyata ini dapat di lihat pada blog penulis dengan alamatw15nuadhie.blogspot.com.

BAB IIIPENUTUP

A.Kesimpulan

Perubahantugas pokokPenilik sebagai tenaga kependidikan dari bertugas dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan di bidang pendidikan luar sekolah menjaditenaga kependidikan dengan tugas utama melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi dampak program PNFImengakibatkan kesenjangan kompetensi Penilik terhadap tugas pokoknya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, menuntut Penilik meningkatkanskill and knowledgesecara terus menerus agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya dengan baik. Penilikdengan masa kerja dan jabatan lebih tinggi memiliki beban tugas yang lebih berat, sehingga idealnya memiliki kompetensi yang lebih baik. Namun dengan strategi peningkatan kompetensi saat ini tidak ada jaminan bahwa semakin tinggi masa kerja dan jabatan Penilik, kompetensinya terjaga dan semakin baik.Saat ini terdapat sekitar 7.400 Penilik yang tersebar di seluruh Indonesia, dimana seluruh Penilik tersebut harus selalu dijaga dan dikembangkan kompetensinya berkenaan dengan tugasnya sebagai pengendali mutu dan evaluasi dampak program PNFI.Salah satu kompetensi Penilik yang harus dikembangkan adalahtentang pelaksanaan pembimbingan pada PTK PAUDNI dalam rangka meningkatkan mutu KBM pada satuan PAUDNI. Dalam rangka melaksanakan pembimbingan tersebut diperlukan teknik secara komprehensif untuk melaksanakan pembimbingan kepada PTK PAUDNI yang dalam karya nyata ini yaitu pembimbingan kepada pendidik PAUDmelalui Supervisi Klinis dan Berkelanjutan (SUKLITAN) sebagai perencanaan aktivitas jangka panjang untuk memelihara, meningkatkan, dan memperluasskill and knowledgePenilik yang relevan dalam spesialisasi bidang dalammeningkatkan mutu KBM, sehingga berdampak positif pada program PAUD yang efektif dan efisien.Suklitan merupakan sebuah teknik pembimbingan dimana orang yang dibimbing (Pendidik) menyampaikan permasalahannya dalam KBM kepada pembimbing (Penilik).Suklitan dilakukan berdasarkan inisiatif awal dari Pendidik. Pelaksanaan Suklitan Penilik kepada pendidik PAUD muncul ketika pendidik tidak harus disupervisi atas keinginan Penilik sebagai supervisor, tetapi atas kesadaran pendidik datang ke supervisor untuk meminta bantuan mengatasi masalahnya. Kegiatan ini merupakan aktivitastotal qualitycontinuous,sehingga menjadi perbaikan yang terus menerus terhadap proses KBM. Pengembangan Suklitan ini memberikan kewajiban bagi Penilik untuk secara berkelanjutan memberikan bimbingan kepada pendidik PAUD dalam rangka meningkatkan kompetensinya dan juga kompetensi pendidik PAUD, sehingga peningkatan kompetensi tidak selalu tergantung dari kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pembina/pemerintah.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memberikan saran beberapa hal sebagai berikut:1.Bagi Penilik, kegiatan pengendalian mutu program PNFI pada unsur kegiatan pembimbingan kepada PTK PAUDNI merupakan tanggung jawab setiap Penilik yang harus dilaksanakan secara berkelanjutan.Suklitandalam karya nyata ini dapat dijadikan rujukan dalam upaya melaksanakan pembimbingan kepada PTK PAUDNI.2.Bagi Pendidik, kegiatan peningkatan kompetensi pendidik merupakan tanggung jawab setiap pendidik.Suklitandalam karya nyata ini dapat dijadikan rujukan dalam upaya peningkatan kompetensi pendidik.3.Bagi lembaga penyelenggara program PAUDNI, kegiatanSuklitandapat membuat program PAUDNI yang dilaksanakan lembaga menjadi efektif, oleh karena itu diperlukan dukungan dari lembaga terhadap setiap aktivitasSuklitanyang dilakukan oleh Penilik terhadap pendidik.4. Bagi pemerintah dan instansi pembina, dengan Penilik yang berjumlah7.400 di seluruh Indonesia,SuklitanPenilik merupakan cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi Penilik dalamrangka melakukan kegiatan pembimbingan kepada PTK PAUDNI untuk meningkatkan mutu KBM pada satuan PAUDNI.

DAFTAR PUSTAKA

Bartin, T. (2006).Pendidikan orang dewasa sebagai basis pendidikan non formal.Jurnal Teknodik, 19, 154-171.

Hiryanto, (2010).Pengendalian Mutu Program Pendidikan Nonformal dan Informal.Yogyakarta: Bahan Diklat Fungsional Penilik.

Milne, Derek. (2009).Evidence-Based Clinical Supervision: Principles and Practice.Malden, USA: The British Psychological Society.

Neagley, Ross L. and N. Dean Evans. (1980).Handbook of Effective Supervision of Instruction.New Yersey: Prentice Hall.

Noorlaila, Iva. 2010.Panduan Lengkap Mengajar PAUD.Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2010 tentangJabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya.

Peraturan Menteri Negara Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentangStandar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Prasojo, L.D. dan Sudiyono. (2011).Supervisi Penididikan.Yogyakarta: Gava Media.

Purwanto, M.N. (2014).Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Cetakan keduapuluhdua. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rouse, M.(2011).Total Quality Management.http://whatis.techtarget.com/definition/ quality-control-QC. Diunduh 18 Maret 2015.

Seefeldt, Carol dan Barabara A. Wasik. 2008.Pendidikan anak Usia Dini.Jakarta: PT Indeks.

Stones, Edgar. (2003).Supervision In Teacher Education.London: Methuen & Co.Ltd.

Sukirman, H., dkk. (1999).Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Yogyakarta: IKIP Negeri Yogyakarta.

Trismanto. (2015).Jabfung Penilik dan Angka Kreditnya.Materi Bimbingan Teknis Penilik disampaikan dalam Bintek Peningkatan Kompetensi Penilik, pada tanggal 9 Februari 2015.

Uhar, S.P.Pendidikan Nonformal.http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pendidikan- nonformal/.Diunduh 16 Maret 2015.

Wijaya, Wardami D. (2011).Kurikulum Anak Usia Dini.Jakarta : Universitas Terbuka.

Wisnu, A.P. (2014).COIN PRO2 (Context, Input, Process, and Product) Sebuah Teknik yang Efektif dan Efisien untuk Kegiatan Pengendalian Mutu Program PAUDNI. Karya ilmiah tidak dipublikasikan. Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.