suhu enzim
-
Upload
ayu-wulandari -
Category
Documents
-
view
66 -
download
4
Transcript of suhu enzim
C. ENZIM
1.1. Pengaruh Suhu
Tujuan :
Memperlihatkan kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan
kenaikan suhu. Reaksi enzimatik mempunyai suhu optimum.
Teori singkat :
Suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinya kerja enzim secara
reversibel, karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara molekul enzim (E)
dan substrat (S). Akibatnya kompleks E-S yang sangat penting dalam reaksi enzimatik tidak
terbentuk, sehingga produk (P) juga tidak terbentuk. Jika sehu dinaikkan sedikit demi sedikit,
benturan E dan S untuk membentuk kompleks E-S akan semakin cepat, sehingga P yang
terbentuk akan semakin banyak. Keadaan ini terjadi sampai pada suhu tertentu yang suhu
optimum.
Suhu yang jauh lebih tinggi dari suhu optimum akan menyebabkan enzim
terdenaturasi. Akibatnya meskipun benturan E dan S semakin sering, kompleks E-S tidak
terbentuk karenaenzim terdenaturasi. Akibatnya pembentukan P berkurang. Denaturasi enzim
dapat terjadi irreversibel terutama bila suhu lingkungan jauh melampaui suhu optimum.
Renin
Kasein Parakasein (menggumpal)
Bahan :
Susu segar
Larutan enzim renin 0,5%
Es batu
Penangas air
Cara Kerja :
BAHAN Suhu
0˚C (25-30)˚C (37-40)˚C (75-80)˚C
Susu segar 5 mL 5 mL 5 mL 5 mL
Renin 0,5% 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL
DIAMKAN 3 MENIT
Campur bahan susu dan renin pada masing-masing suhu
Hasil
pengukuran
waktu
penggumpalan
(detik)
Kesimpulan
1).Suhu
Sebagian besar enzim mempunyai suhu optimum yang sama dengan suhu normal sel
organisme tersebut. Suhu optimum enzim pada hewan poikilotermik di daerah dingin
biasanya lebih rendah daripada enzim pada hewan homeotermik. Contohnya, suhu optimum
enzim pada manusia adalah 37 derajat celcius, sedangkan pada katak adalah 25 Derajat
Celcius.
Kenaikan suhu di atas suhu optimum dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan
aktivitas enzim. Secara umum, tiap kenaikan suhu 10 derajat C, kecepatan reaksi menjadi dua
kali lipat dalam batas suhu yang wajar. Hal tersebut juga berlaku pada enzim. Panas yang
ditimbulkan akibat kenaikan suhu dapat mempercepat reaksi sehingga kecepatan molekul
meningkat. Hasilnya adalah frekuensi dan daya tumbukan molekuler juga meningkat.
Akibat kenaikan suhu dalam batas tidak wajar, terjadi perubahan struktur enzim (denaturasi).
Enzim yang terdenaturasi akan kehilangan kemampuan katalisnya. Sebagian besar enzim
mengalami denaturasi yang tidak dapat balik pada suhu 55-65 Derajat C. Enzim yang secara
fisik telah rusak biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Hal tersebut merupakan salah satu
alasan bahwa enzim lebih aman dimakan pada makanan yang sudah dimasak.Khususnya
daging dan telur daripada makanan mentah.
Pengontrolan panas terhadap susu dan makanan dengan bahan susu lainya secara dramatis
mengurangi penyebaran penyakit seperti TBC. Pada suhu kurang dari suhu optimum,
aktivitas enzim mengalami penurunan. Enzim masih beraktivitas pada suhu kurang dari 0
derajat C dan aktivitasnya hampir terhenti pada suhu 196 derajat C.
b. Suhu
Setiap enzim dapat bekerja dengan efektif pada suhu tertentu dan aktivitasnya akan berkurang
jika berada pada kondisi di bawah atau di atas titik tersebut. Kondisi yang menyebabkan kerja
enzim menjadi efektif ini disebut kondisi optimal. Sebagian besar enzim pada manusia
mempunyai suhu optimal yang mendekati suhu tubuh (35 oC - 40 oC). Pada suhu tinggi (>50
oC), enzim dapat rusak dan pada suhu rendah (0 oC), enzim menjadi tidak aktif. Perhatikan
Gambar 2.7. Suhu yang tidak sesuai tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk
sisi aktif enzim. Sifat en zim yang tidak tahan panas atau dapat berubah karena pengaruh
suhu ini disebut termolabil.
Gambar 1.1. Grafik pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.
c. pH
Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/11/faktor-yang-mempengaruhi-kerja-
enzim.html#ixzz2hI7yttko
1. Pengaruh Suhu.
Suhu rendah yang memdekati titik beku biasanya tidak merusak enzim. Pada suhu
dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak 10OC, menyebabkan keaktifan menjadi 2
kali lebih besar (Q10 = 2). Pada suhu optimum reaksi berlangsung paling cepat. Bila suhu
dinaikan terus, maka jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi.
Enzim didalam tubuh manusia memiliki suhu optimum sekitar 37oC. Enzim organismemikro
yang hidup dalam lingkungan dengan suhu tinggi mempunyai suhu optimum yang tinggi.
Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai + 60oC. Ini disebabkan
karena proses denaturasi enzim. Dalam beberapa keadaan, jika pemanaasan dihentikan dan
enzim didinginkan kembali aktivitasnya akan pulih. Hal ini disebabkan oleh karena proses
denaturasi masih reversible. pH dan zat-zat pelindung dapat mempengaruhi denaturasi pada
pemanasan ini. Hubungan antara aktivitas enzim dan suhu dapat dilihat pada Gambar berikut.
PERTANYAAN KESIMPULAN Suhu mempengaruhi daya kerja enzim. Enzim bekerja
optimal pada suhu optimalnya. Suhu yang meningkat juga akan meningkatkan kecepatan
reaksi enzimatik tetapi suhu yang tinggi dapat menyebabkan denaturasi pada enzim. Pada
suhu 70°C, aktivitas enzim amilase berkurang karena melebihi suhu optimum. Nilai
absorbansi (% susbtrat yang dicerna) pada percobaan ini memperlihatkan aktivitas enzim
yang dipengaruhi oleh suhu tertentu. -ian- Molekul selalu bergerak dan saling bertumbukan
satu sama lainnya. Jika ada molekul substrat menumbuk molekul enzim yang tepat maka
akan menempel pada enzim. Tempat menempelnya molekul substrat tersebut disebut dengan
sisi aktif.Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul produk. Setelah enzim dihasilkan
dari reaksi,enzim kemudian dilepaskan.Enzim bebas membentuk kompleks yang baru dengan
substrat yang lain. PEMBAHASAN Enzim sebagai protein akan mengalami denaturasi jika
suhunya dinaikkan. Akibatnya daya kerja enzim menurun. Pada suhu 45°C efek
predominanya masih memperlihatkan kenaikan aktivitas sebagaimana dugaan dalam teori
kinetik. Tetapi lebih dari 45°C menyebabkan denaturasi ternal lebih menonjol dan menjelang
suhu 55°C fungsi katalitik enzim menjadi punah (Gaman & Sherrington, 1994).
PEMBAHASAN Hal ini juga terjadi karena semakin tinggi suhu semakin naik pula laju
reaksi kimia baik yang dikatalisis maupun tidak. Karena itu pada suhu 40oC, larutan tidak
ada gumpalan, begitu juga pada suhu ruang, sedngkan pada suhu 100oC masih ada gumpalan
– gumpalan yang menunjukkan kalau enzim rusak. Pada suhu ruang, enzim masih dapat
bekerja dengan baik walaupun tidak optimum (Gaman & Sherrington, 1994).
PEMBAHASAN Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu
optimal antara 35°C dan 40°C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah optimalnya,
aktivitas enzim berkurang. Di atas suhu 50°C enzim secara bertahap menjadi inaktif karena
protein terdenaturasi. Pada suhu 100°C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah,
enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang (Gaman &
Sherrington, 1994). Enzim memiliki suhu optimum yaitu sekitar 180-230C atau maksimal
400C karena pada suhu 450C enzim akan terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk
protein. (Tranggono & Setiadji, 1989). Pengaruh Suhu PEMBAHASAN Suhu yang tinggi
akan menaikkan aktivitas enzim namun sebaliknya juga akan mendenaturasi enzim
(Martoharsono, 1994). Peningkatan temperatur dapat meningkatkan kecepatan reaksi karena
molekul atom mempunyai energi yang lebih besar dan mempunyai kecenderungan untuk
berpindah. Ketika temperatur meningkat, proses denaturasi juga mulai berlangsung dan
menghancurkan aktivitas molekul enzim. Hal ini dikarenakan adanya rantai protein yang
tidak terlipat setelah pemutusan ikatan yang lemah sehingga secara keseluruhan kecepatan
reaksi akan menurun. PEMBAHA