subtitusi ikan

36
ABSTRAK RENCANA PENELITIAN Kebutuhan masyarakat dunia terhadap protein hewani ikan terus meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk dunia. Sejak tahun 1990-an, produksi perikanan tangkap mengalami stagnasi dan cenderung menurun akibat kerusakan lingkungan laut dan upaya penangkapan ikan illegal. Oleh karena itu pemenuhan konsumsi ikan dunia hanya diharapkan dari usaha budidaya ikan. Kebutuhan ikan dunia, termasuk ikan lele yang terus meningkat menjadikan usaha budidaya dilakukan dengan sangat intensif. Intensifikasi dicirikan dengan masukan nutrien berupa pakan dan bahan kimia lainnya serta tingkat kepadatan ikan yang tinggi. Banyaknya nutrien yang masuk dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap lingkungan perairan. Pakan sebagai komponen terbesar dalam pembiayaan sangat menentukan keberhasilan budidaya. Saat ini penelitian pakan diarahkan kepada penciptaan pakan ikan yang murah dan ramah lingkungan. Pakan ini dicirikan dengan tingkat kecernaan yang tinggi sehingga buangan sisa metabolisme berupa nitrogen dan fosfor (N dan P) ke lingkungan perairan menjadi rendah. Seiring dengan semakin menurunnya produksi perikanan tangkap, maka ketersediaan tepung dan minyak ikan sebagai komponen pakan terbesar juga menurun. Oleh karena itu pencarian sumber-sumber protein dan lemak alternatif untuk menggantikan tepung ikan dan minyak ikan yang semakin mahal perlu dilakukan. Selain itu pemanfaatan bahan-bahan pakan lokal secara langsung dapat mengurangi biaya produksi pakan ikan.

Transcript of subtitusi ikan

ABSTRAK RENCANA PENELITIAN

Kebutuhan masyarakat dunia terhadap protein hewani ikan terus meningkat

seiring dengan peningkatan populasi penduduk dunia. Sejak tahun 1990-an, produksi

perikanan tangkap mengalami stagnasi dan cenderung menurun akibat kerusakan

lingkungan laut dan upaya penangkapan ikan illegal. Oleh karena itu pemenuhan

konsumsi ikan dunia hanya diharapkan dari usaha budidaya ikan.

Kebutuhan ikan dunia, termasuk ikan lele yang terus meningkat menjadikan

usaha budidaya dilakukan dengan sangat intensif. Intensifikasi dicirikan dengan

masukan nutrien berupa pakan dan bahan kimia lainnya serta tingkat kepadatan ikan

yang tinggi. Banyaknya nutrien yang masuk dikhawatirkan akan berdampak negatif

terhadap lingkungan perairan.

Pakan sebagai komponen terbesar dalam pembiayaan sangat menentukan

keberhasilan budidaya. Saat ini penelitian pakan diarahkan kepada penciptaan pakan

ikan yang murah dan ramah lingkungan. Pakan ini dicirikan dengan tingkat kecernaan

yang tinggi sehingga buangan sisa metabolisme berupa nitrogen dan fosfor (N dan P) ke

lingkungan perairan menjadi rendah. Seiring dengan semakin menurunnya produksi

perikanan tangkap, maka ketersediaan tepung dan minyak ikan sebagai komponen

pakan terbesar juga menurun. Oleh karena itu pencarian sumber-sumber protein dan

lemak alternatif untuk menggantikan tepung ikan dan minyak ikan yang semakin mahal

perlu dilakukan. Selain itu pemanfaatan bahan-bahan pakan lokal secara langsung

dapat mengurangi biaya produksi pakan ikan.

BAB 1. TUJUAN KHUSUS

Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan pakan ikan lele yang murah dan

ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal untuk menghasilkan

budidaya ikan secara berkelanjutan. Isu-isu yang berkembang tentang budidaya ikan

saat ini diarahkan kepada aspek hubungan antara keberhasilan budidaya dan

keselamatan lingkungan. Hubungan kedua faktor ini sangat besar pengaruhnya untuk

menghasilkan keberlanjutan usaha budidaya.

Pakan ikan diketahui sebagai komponen pembiayaan terbesar (sekitar 40-70%)

dalam budidaya sangat menentukan keberhasilan usaha tersebut. Kesalahan dalam

pengelolaan pakan ikan akan berakibat kegagalan usaha budidaya. Pakan ikan yang

baik adalah disamping pakan tersebut dikonsumsi ikan dan berakibat pada peningkatan

pertumbuhan juga buangan ke lingkungan perairan akibat sisa metabolisme juga

sedikit.

Selain itu usaha-usaha untuk meminimalisasi biaya pakan juga merupakan

faktor keuntungan dalam budidaya ikan. Pencarian terhadap pengganti tepung ikan dan

minyak ikan sebagai bahan pakan termahal terus dilakukan untuk menghasilkan pakan

ikan yang murah. Salah satu usaha tersebut adalah pemanfaatan bahan-bahan pakan

lokal yang bisa didapat disekitar dimana bahan tersebut tidak perlu didatangkan dari

tempat lain atau bahkan diimpor dapat mengurangi biaya produksi pakan. Bahan

pengganti protein ikan seperti tepung kedelai, tepung kepala udang, tepung usus ayam,

dan limbah produk pangan lainnya dapat dijadikan sebagai sumber protein pengganti

tepung ikan. Sedangkan pemanfaatan minyak sawit, minyak kelapa, minyak kedelai atau

minyak jagung dapat digunakan untuk mengganti minyak ikan yang mahal. Selain

penggantian tepung dan minyak ikan sebagai sumber protein dan lemak, perlu pula

pencarian bahan lokal sumber karbohidrat. Di Sulawesi Tenggara yang dikenal sebagai

penghasil sagu, bahan ini dapat pula digunakan sebagai sumber karbohidrat pakan.

Oleh karena itu penciptaan pakan ikan yang murah dan ramah lingkungan

diharapkan dapat membantu petani budidaya ikan untuk membuat pakan ikan yang

dapat memacu pertumbuhan ikannya dan usaha budidayanya yang relatif lama karena

lingkungannya selalu bersih dari limbah pakan yang sedikit dan tidak mengotori dan

berdampak negatif bagi lingkungan.

2

BAB 2. PENTINGNYA PENELITIAN

Penyediaan pakan yang berkelanjutan pada saat pendederan dan pembesaran

sangat menunjang keberhasilan usaha budidaya. Dibanding pemberian pakan buatan,

pemberian ikan rucah sebagai pakan tambahan dalam budidaya dapat menimbulkan

masalah mengingat ketersediaan di alam tidak sepanjang masa. Sementara itu

pemberian pupuk untuk menghidupkan pakan alami terkadang mendapatkan kendala

dengan adanya dosis pupuk yang sulit ditentukan. Masalah utama adalah bila dosis

pupuk yang diberikan berlebih dimana selain tidak efisien apalagi harga yang tinggi dan

ketersediaan pupuk yang langka, juga akan menyebabkan blooming plankton yang

dapat meningkatkan mortalitas organisme budidaya.

Oleh karena itu produksi pakan buatan oleh petani dengan penggunaan

bahan-bahan lokal yang murah dan ramah lingkungan sangat dibutuhkan dalam

budidaya ikan lele. Pakan buatan yang berasal dari pabrik dapat diadakan tetapi

harganya yang mahal menjadikan petani pembudidaya ikan sering tidak bisa

membelinya. Disamping itu pakan buatan pabrik terkadang kadaluarsa dan berubah

warna dan bau akibat kendala transportasi dari distributornya. Pada budidaya intensif,

dimana tidak membutuhkan pakan alami dari tambak atau hanya membutuhkan pakan

dari luar, biaya pakan dapat mencapai 60 – 70%.

Pada saat ini dimana harga-harga barang di pasar naik juga berimbas kepada

mahalnya harga pakan yang naik menjadi 200-300%, karena sekitar 60% bahan baku

pakan adalah impor. Harga produksi per kilogram ikan atau udang terasa tinggi pada

saat harga ikan atau udang turun tetapi harga pakan ikan tetap tidak turun. Hal tersebut

sangat membebani petani karena terbiasa menggunakan pakan buatan dari pabrik.

Oleh karena itu penciptaan pakan ikan lele yang ramah lingkungan dengan

menggunakan bahan lokal sangat diperlukan. Pemakaian pakan ramah lingkungan

diharapkan dapat menunjang dan mendukung usaha budidaya yang berkelanjutan.

3

BAB 3. STUDI PUSTAKA

Praktek budidaya ikan telah dikenal lama dan sekarang sudah tumbuh dengan

pesat baik pada lingkungan air tawar maupun laut. Selama dekade terkahir ini budidaya

ikan telah dikenal sebagai industri pangan dengan pertumbuhan tercepat dengan rata-

rata pertumbuhan tahunan sekitar 10% di dunia (FAO, 1997). Organisasi pangan dunia

(FAO) memperkirakan bahwa kebutuhan konsumsi ikan dunia akan menanjak dari nilai

konsumsi sekarang sekitar 110 juta metrik ton di tahun 2010 dan sumbangan produksi

budidaya ikan telah meningkat menjadi 38% pada total produksi perikanan dunia (FAO,

1997). Sebagai hasil dari meningkatnya produksi, aktivitas budidaya sangat

berpengaruh banyak terhadap lingkungan. Terdapat bukti yang kuat bahwa

diperkirakan meningkatnya permintaan terhadap produksi perikanan budidaya

memunculkan potensi beberapa kerusakan pada ekosistem (Beveridge dkk., 1994).

Selanjutnya isu tentang hubungan-hubungan antara lingkungan dan keberlanjutan

usaha budidaya telah menyebabkan meningkatnya perhatian pada tingkat lokal,

nasional dan bahkan internasional. Selama dekade terakhir dan langkah-langkah

penting perlu dilakukan untuk menghasilkan keberlanjutan usaha budidaya yang bersih

lingkungan.

Sebenarnya peningkatan produksi yang dicapai akibat penerapan sistem intensif

dan teknologi budidaya yang lebih modern yang meliputi pemakaian air, pakan, pupuk,

bahan-bahan kimia dll. Masukkan bahan-bahan ini yang berlebih berakibat pada

meningkatnya buangan dari usaha budidaya ke lingkungan perairan. Pengaruh yang

sangat nyata dari buangan usaha budidaya adalah meningkatnya konsentrasi nutrien di

perairan. Unsur yang umumnya terkait dengan limbah budidaya adalah unsur nitrogen

(N) dan fosfor (P). Limbah yang berlebihan dalam badan air (hypernutrifikasi)

menyebabkan meningkatnya jumlah plankton dan populasi mikroba (eutrofikasi) (Walker

and Hillmann, 1982 ; Hargreave, 1998) dan hal ini akan berakibat terjadinya blooming.

Blooming menghasilkan kondisi perairan dengan kandungan oksigen yang rendah

(hypoxia) dan kehabisan oksigen (anoxia). Diketahui bahwa fosfor terikat pada sedimen

daan relatif tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh organisme hidup perairan.

Hal ini sangat penting utamanya pada budidaya ikan air tawar yang dipelihara di

kolam atau karamba jaring apung di danau, dimana fosfor biasanya menjadi unsur yang

sangat terbatas untuk pertumbuhan fitoplankton (Braaten and Ervik, 1983). Pada sisi

lain, N juga berpengaruh dan berperan penting pada budidaya air laut sebagai

4

penyebab eutrofikasi pada lingkungan perairan laut dengan potensi yang lebih besr

(Hargreaves, 1988). Kelebihan N di perairan baik laut maupun air tawar dapat

menjadikannya perairan tersebut berbahaya karena mengandung racun amonia bagi

hewan perairan (Bergheim et al., 1984, 1991). Tiga unsur yang berperan dan terlibat

langsung dalam proses metabolisme energi pada tubuh ikan yakni karbon, nitrogen dan

fosfor. Ketiga unsur ini sebagiannya dikeluarkan (dibuang dalam bentuk feses, urine

dan buangan respirasi yang juga mengandung carbon, nitrogen dan fosfor dalam

berbagai bentuk.

Sisa nutrient yang tidak diserap dan atau tidak dicerna berupa urine dan nutrient

non fecal harus dibuang dari tubuh. Kelebihan buangan nutrien (utamanya unsur N dan

P) dalam bentuk feses dan urine dan pakan yang tidak dikonsumsi dapat menyebabkan

polusi pada perairan budidaya. Jumlah buangan sisa metabolimse tergantung pada

formulasi pakan bervariasi antara 25-50% berat kering pkan yang dikonsumsi

sebagaimana yang terjadi pada budidaya ikan salmon (EVS, 2000).

Akhir-akhir ini penelitian tentang budidaya mengarah khusus kepada

pengembangan pakan ikan untuk pemeliharaan organisme budidaya dan usaha

perlindungan lingkungan perairan. Kebanyakan penelitian sekarang dalam bidang

budidaya ditujukan untuk pembuatan industri budidaya ikan yang berkelanjutan dan

lebih kepada budidaya yang ramah lingkungan. Watanabe et al (1991a)

mengembangkan suatu jenis baru dari pakan (pellet) kering lembut untuk ikan ekor

kuning yang dapat mengurangi buangan masing-masing sebesar 25% N dan 18% fosfor

dibanding dengan pellet komersial. Cho et al., (1991) memperkenalkan pakan berenergi

tinggi pada pakan ikan salmon yang dapat mengurangi 20-30% N dan P dibanding

dengan pakan komersial. Johnsen dan Wandsvik (1991) menunjukan bahwa ekskresi

amonia dari ikan atlantik salmon dapat dikurangi melalui pemberian pakan energi tinggi

dimana protein sebagian diganti dengan lemak.

Ikan lele ( Clarias batrachus) merupakan ikan jenis catifsh air tawar ekonomis

penting dan sudah lama dibudidayakan di Indonesia utamanya di pulau Jawa meskipun

sekarang usaha budidaya ini dapat dikatakan telah merata di seluruh Indonesia.

Menurut Adi (2007), ikan lele diklasifikan kedalam filum Chordata, kelas Pisces, sub

kelas Teleostei, famili Ostariophusi, sub famili Siluridae, genus Clarias dan spesies

Clarias sp.

Secara biologis, ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan jenis lele

lainnya, antara lain mudah dibudidayakan dan dapat dipijahkan sepanjang tahun,

5

fekunditas yang tinggi, dapat hidup pada kondisi air yang marjinal (mendiami sungai,

kolam, selokan dan reservoir) serta mempunyai kecepatan tumbuh dan efisiensi pakan

yang tinggi (Sunarma, 2004). Ikan ini bersifat omnivora; makan serangga, plankton,

siput, kepiting, udang dan invertebrate lainnya serta pemakan bangkai (Jauhari, 2007)

Ikan lele dumbo mempunyai kulit berlendir dan tidak bersisik, mempunyai

pigmen hitam yang berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya matahari. Mulutnya

lebar, mampu memakan berbagai makanan, dari zooplankton renik sampai ikan dan

pemakan bangkai. Sekitar mulut ada delapan kumis, yaitu nasal, maksila, mandibula

luar dan mandibula dalam. Sirip tunggal terdapat pada punggung, ekor dan dubur

sedangkan sirip-sirip yang berpasangan terdapat pada dada dan perut. Mempunyai alat

pernafasan tambahan berupa arborescent organ (Viveen, dkk., dalam Adi, 2007).

Beberapa studi tentang nutrisi ikan lele telah difokuskan pada kebutuhan

makronutrien berupa kebutuhan optimum dari protein, dan rasio energi protein pada ikan

lele afrika ( Ali dan Jaucey, 2005 ; Thung et al., 2004). Sementara itu salah satu kriteria

untuk menciptakan pakan ramah lingkungan adalah mengurangi buangan nitrogen dan

fosfor ke perarian dengan cara peningkatan energi pakan berupa penggantian protein

dengan lemak.

Selama ini pemberian tepung ikan ke dalam formulasi pakan buatan selalu

menimbulkan biaya pakan yang tinggi akibat ketersediaan sumberdaya ikan di laut

semakin terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penggantian terhadap tepung ikan

dengan bahan-bahan alternatif sumber protein lain selain tepung ikan. Beberapa

diantaranya adalah tepung kedelai, tepung kepala udang, dan tepung tulang ikan.

Demikian pula hal yang sama perlunya penggantian minyak ikan sebagai sumber lemak

bagi ikan perlunya diganti dengan sumber lemak yang berasal dari tumbuhan (nabati).

Penelitian pakan ikan lele yang terkait dengan penggantian tepung ikan dan

minyak ikan dengan sumber-sumber protein dan lemak masih sangat terbatas.

Kemampuan untuk mengganti minyak ikan dengan sumber-sumber lemak lainnya dapat

mengurangi biaya dan meningkatkan keberlangsungan usaha budidaya ikan lele.

Demikian pula dengan penggantian tepung ikan dengan sumber-sumber protein

alternatif lainnya dapat mengurangi biaya produksi budidaya. Namun penggantian

tepung ikan dan minyak ikan dengan sumber-sumber protein dan lemak alternatif

lainnya akan dapat mengurangi pertumbuhan sebab telah diketahui bahwa interaksi

dan kesesuaian kebutuhan antara tepung ikan dan minyak ikan umunya adalah dalam

keadaan seimbang dalam pakan ikan (Brown et al., 1989). Tepung ikan dan minyak

6

ikan adalah sumber protein dan lemak terbaik dan terlengkap dalam hal komposisi

asam amino dan asam lemak dan juga palatability pakan (aroma, ketahanan pakan, sifat

fisik pakan dan kimianya) sangat cocok khususnya bagi ikan-ikan karnivora (Hertrampf

and Piedad-Pascual, 2000).

Salah satu sumber protein alternatif yang cukup baik dijadikan sebagai sumber

protein adalah buangan berupa usus, tulang dan kulit dari peternakan ayam. Bahan-

bahan buangan ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan memiliki banyak

dan jenis asam amino (Tacon, 1993). Bahan-bahan buangan dari peternakan ayam

bervariasi dalam kualitas dan banyak atau kekurangan satu atau lebih asam amino

esensial (Davies et al., 1991). Umumnya bahan produk buangan dapat mengganti

sebagian tepung ikan dalam pakan tetapi beberapa jenis asam amino yang kurang dari

bahan tersebut harus ditambahkan dalam pakan ikan. Penurunan tingkat kecernaan

protein dan asam amino dari bahan produk buangan dapat membatasi penggunaannya

dalam pakan ikan kakap (Portz and Cyrino, 2004). Tidwell et al. (2005) menggunakan

33.4% bahan produk buangan dan sumber-sumber protein lain seperti tepung kedelai

untuk mengganti tepung ikan pada ikan seabass tanpa adanya perbedaan dalam

pertumbuhan. Minyak ikan juga dimasukkan kedalam pakan ikan. Penggantian minyak

ikan secara keseluruhan pada pakan ikan lele belum pernah dilakukan. Subhara et al.

(2006) menunjukan bahwa pemakaian minyak dari produk buangan ayam dan minyak

kanola adalah sesuai untuk mendukung pertumbuhan ikan seabass yang diberi pakan

yang mengandung 30% tepung ikan menhaden untuk mengurangi kandungan minyak

menjadi kurang dari 1.2%.

Karbohidrat merupakan senyawa organik terbesar yang biasa terdapat pada

tanaman, seperti : gula sederhana, amilum (tapioka), selulosa, gum dan zat-zat lain

yang berhubungan Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat

menggantikan sumber energi protein yang lebih mahal. Pengunaan karbohidrat untuk

menggantikan protein dan lemak sebagai sumber energi dapat dimaksimalkan untuk

mengurangi biaya pakan, karena sumber energi karbohidrat lebih ekonomis, dan mudah

dicerna dan dimanfaatkan oleh ikan. Sumber karbohidrat seperti tapioka, sagu, terigu,

alginat, agar, karagenan dan gum dapat juga digunakan sebagai perekat pakan untuk

menjaga stabilitas kandungan air pada pakan ikan dan udang (Hemre et al., 2002).

7

BAB 4. METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium perikanan FPIK Universitas Haluoleo

sedangkan analisa pakan, tubuh ikan dan kualitas air dilakukan di Laboratorium Dasar

Unhalu.

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai dari bulan juni – september 2009

mulai dari persiapan penelitian hingga kegiatan analisa-analisa pakan dan kualitas air di

laboratorium.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2. Pakan dan Pemberian Pakan

Lima jenis pakan akan dibuat dan disiapkan dalam percobaan ini. Kelima jenis

pakan ini akan dibuat dengan isonitrogenous dan isoenergetik yakni masing-masing

mengandung tingkat protein (45% protein) dan energi (430 g/kg pakan) yang sama.

Kadar air pakan akan berkisar antara 6-10% dan kadar abu pakan berkisar antara 6-8%.

Kelima jenis pakan tersebut adalah merupakan nilai persentase penggantian tepung

ikan (TI) dengan sumber-sumber protein alternatif (PA) berupa produk buangan

peternakan ayam dan tepung kedelai yang disusun dengan rincian sebagai berikut :

8

Pakan A : 100% TI

Pakan B : 75 % TI + 25 % PA

Pakan C : 50% TI + 50 % PA

Pakan D : 25% TI + 75 % PA

Pakan E : 100 % PA

Gambar 2. Pakan Penelitian

Semua bahan pakan dalam bentuk tepung dan dibuat dengan homogen

berbentuk pellet kering. Pencampuran bahan pakan akan dimulai dari yang paling

sedikit jumlah persentasenya sampai yang terbesar lalu diaduk dengan memakai mixer

dan dibentuk menjadi pellet ukuran diameter 3 -5 mm. Pengeringan dilakukan dengan

oven dan kemudian dimasukkan ke plastik dan disimpan pada pendingin 4oC untuk

menghindari jamur dan detoksi panas matahari.

3. Pemeliharaan ikan lele

Wadah pemeliharaan ikan lele adalah akuarium berukuran 40x50x60. Sebanyak

15 akuarium disiapkan dan diisi air tawar yang telah disterilkan sebanyak 60 liter.

Sebanyak 300 ekor ikan lele dengan berat 50 g disebar secara acak di dalam 15

akuarium (20 ekor per akuarium). Pergantian air dilakukan secara manual setiap hari

sebanyak 30% volume air akuarium yang dilakukan pada pagi hari sesaat sebelum

dilakukan pemberian pakan.

9

Pengamatan dan pengukuran kualitas air meliputi pengamatan suhu air dengan

termometer setiap hari. Sedangkan pengamatan oksigen terlarut, kadar amonia dan nilai

pH dilakukan seminggu sekali.

Lama pemeliharaan ikan lele adalah 40 hari dimana sampling berupa

penimbangan berat dan pengukuran konsumsi pakan dilakukan setiap 10 hari sekali.

Sampling pada tiap 10 hari dilakukan pada waktu pagi hari dan dilakukan pengukuran

terhadap berat dan panjang ikan. Mortalitas ikan diamati tiap hari, ikan yang mati

ditimbang beratnya.

4. Metode-metode Analisa

Pakan dan kandungan tubuh ikan dianalisa untuk mendapatkan komposis

proksimat dengan menggunakan metode-metode konvensional. Kadar air dan serat

kasar pakan ditentukan dengan metode gravimetric mengikuti metode yang dijelaskan

oleh Watanabe (1988). Total nitrogen ditentukan dengan elemen penganalisa nitrogen

(LECO, FP-428; system 601-700-500, Perkin Elmer Coop., Norwalk, CT, USA), dan

protein kasar dihitung sebagai Nx6.25. Kadar lemak kasar ditentukan dengan metode

ekstraksi sample menggunakan kloroform dan methanol dengan perbandingan 2:1 dan

ditentukan sesuai dengan metode yang dijelaskan oleh Folch dkk (1957). Kadar fosfor

pakan diukur dengan cara dilarutkan dalam pelarut asam nitrit dan kemudian dimasukan

pada mesin MLS-1200 Mega Microwave Digestion System, lalu didinginkan selama 30

menit, kemudian dilarutkan dengan aquades tanpa ion sesuai volumenya. Kadar

konsentrasi fosfor diukur dengan menggunakan spektrofotometer.

Pengukuran tingkat penyerapan makanan dilakukan dengan mengumpulkan

feses ikan saat sebelumnya pakan yang diberikan penanda berupa Cr2O3. Seminggu

sebelum akhir penelitian, pakan yang tidak termakan disipon dan juga feses ikan

dikumpulkan. Feses dan pakan ini kemudian disimpan dalam lemari es dan dijaga

hingga saat analisa kimia berupa fosfor dan nitrogen dilakukan.

5. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

mengaplikasikan 5 perlakuan dengan 3 ulangan. Penempatan wadah penelitian

10

dilakukan secara acak. Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan metode

Rancangan Acak Lengkap satu Arah (One-way ANOVA) dengan menggunakan

software SYSTAT 8.0 (SPSS Inc., 1998). Perbedaan diantara perlakuan akan

ditindaklanjuti dengan Uji Tuckeys. Selang kepercayaannya disusun pada P<0.05 untuk

semua perlakuan.

6. Variabel yang Diamati

Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak berdasarkan bobot tubuh (Weatherley, 1972) :

Wm = Wt – Wo

Ket : Wm = Pertumbuhan mutlak (g)

Wt = Biomassa ikan pada waktu t (g)

Wo = Bimassa ikan pada awal penelitian (g)

2. Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik berdasarkan bobot tubuh menggunakan rumus

(Zonneveld et al, 1991)

Ket : SGR = Laju pertumbuhan spesifik

Wt = Bobot rata-rata individu pada waktu t (g)

Wo = Bobot rata-rata individu pada awal penelitian (g)

3. Rasio Konversi Pakan

SGR = LnWt - LnWo

tX 100 %

11

Rasio Konversi Pakan (FCR) dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan

oleh Stickney (1994) sbb :

Ket : FCR = Rasio konversi pakan

F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)

Wt = Bobot pada waktu t (gram)

Wo = Bobot awal (gram)

4. Efisiensi Pemberian Pakan

Efisiensi pemberian pakan (FCE) dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan

oleh Takeuchi (1988) :

Ket : FCE = Efisiensi Pemberian Pakan

FCR = Rasio Konversi Pakan

5. Tingkat Kelangsungan Hidup

Ket : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah individu pada akhir penelitian (ekor)

FCR =

Wt - Wo

F

FCE = 1

FCR

SR =

Nt

NoX 100%

12

No = Jumlah individu pada awal penelitian (ekor)

7. Analisis Efisiensi secara Ekonomi

Untuk mengukur efisiensi yaitu analisis rasio dan analisis regresi (Nugroho,

1995). Analisis rasio mengukur efisiensi dengan cara membandingkan antara input

yang digunakan dengan output yang dihasilkan seperti persamaan berikut :

Nilai Output

Efisiensi =

Nilai Input

Dalam persamaan ini, efisiensi akan semakin besar bila nilai output tetap tetapi nilai

input semakin kecil. Atau sebaliknya, dengan nilai input yang tetap tetapi nilai output

yang dihasilkan semakin besar. Begitu pula jika nilai input yang semakin kecil terjadi

bersamaan dengan nilai output yang semakin besar.

Sedangkan analisis regresi menyusun suatu model dari tingkat output tertentu

sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Seperti digambarkan dalam

persamaan berikut :

Y = f (X1, X2, X3, …, Xn)

dimana : Y = Output; X1, X2, …, Xn = Input ke-1, ke-2,…, ke-n.

Persamaan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk

memprediksi tingkat output yang dihasilkan oleh suatu unit pada tingkat input tertentu.

Unit tersebut akan dinilai efisien bila mampu menghasilkan jumlah output yang lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah output hasil estimasi. (Silkman, 1986 dalam

Nugroho, 1995).

13

RENCANA PENELITIAN SELAMA 3 TAHUN

A. Penggantian Protein Tepung Ikan dengan Sumber-Sumber Protein Alternatif terhadap Tepung Ikan (Tahun I) (Skala Laboratorium)

B. Penggantian Minyak Ikan dengan Sumber-Sumber Lemak Alternatif (Tahun II). (Skala Laboratorium)

14

C. Penerapan Pakan Ikan Lele yang Murah dan Ramah Lingkungan di Kolam (Tahun III). (Tahap III : Skala Lapangan).

Pada Tahun I (Bagian A) : Penggantian Protein Tepung Ikan dengan Sumber-

Sumber Protein Alternatif (Tahun I), untuk mewujudkannya telah dilakukan 5 sub

judul penelitian yakni :

1. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG BEKICOT DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO (Judul ini sudah dibuat oleh Sdri : Asrifa)

2. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG BEKICOT DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KUALITAS AIR DAN KADAR NITROGEN DAN PHOSPHOR TUBUH IKAN LELE DUMBO

3. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG USUS AYAM DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO (Judul ini sudah dibuat oleh Sdr : Dedi Hamsul)

4. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG PERUT IKAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO (Judul ini diambil oleh Sdr.Abdul Majid)

5. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG PERUT IKAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KUALITAS AIR DAN KADAR NITROGEN DAN PHOSPHOR TUBUH IKAN LELE DUMBO (Judul ini diambil oleh sdr. Amiruddin).

BAB 5. HASIL SELAMA PENELITIAN

A. PENELITIAN SUB JUDUL 1 DAN 2

A.1 PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG BEKICOT DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO

1. Waktu dan Tempat Penelitian

15

Peneltian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Juli – Agustus 2009 dan

bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan Univ. Haluoleo Kendari

2. Pakan dan Pemberian pakan

Lima jenis pakan dibuat berupa upaya penggantian tepung ikan (TI) dengan

tepung bekicot (TB) sebagai sumber protein alternatif dalam pakan ikan lele. Kelima

jenis pakan tersebut adalah sebagai berikut :

Pakan A : 100% TI

Pakan B : 75 % TI + 25 % TB

Pakan C : 50% TI + 50 % TB

Pakan D : 25% TI + 75 % TB

Pakan E : 100 % TB

Formulasi pakan ikan lele berupa penggantian tepung ikan dengan tepung

bekicot sebagai alternatif sumber protein pakan disajikan dalam Tabel 1 sebagai

berikut :

Tabel 1. Formulasi Pakan Ikan Lele

Bahan Baku Berat Bahan yang Digunakan (g)

Perlakuan A B C D E

Tepung ikan 600 450 300 150 0

16

Tepung bekicot

Tepung kedelai

Tepung kanji

Minyak ikan

Top mix

0

100

200

50

50

150

100

200

50

50

300

100

200

50

50

450

100

200

50

50

600

100

200

50

50

Total 1000 1000 1000 1000 1000

5.1 Hasil

Selama pemeliharaan telah dilakukan sampling sebanyak 5 kali dan dihasilkan

laju pertumbuhan dan konsumsi pakan sebagai berikut :

Tabel 3. Laju pertumbuhan dan tingkat konsumsi pakan ikan lele selama penelitian

Pakan Bobot Biomassa Pertumbuhan Mutlak (g)

Konsumsi Pakan (g)

Kelangsungan Hidup (%)

Bobot Awal (g)

Bobot Akhir (g)

A 2.55 18.8 16.3 86.6 100B 2.6 18.0 15.4 83.1 100C 2.48 18.1 15.6 79.3 100D 2.74 16.6 13.9 75.9 100E 2.58 17.0 14.5 71.4 100

17

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0 1 2 3 4Waktu sampling (10 hari)

Bo

bo

t Bio

ma

ssa

(g

)

Pakan A Pakan B Pakan C

Pakan D Pakan E

Gambar 3. Grafik laju pertumbuhan ikan lele selama penelitian

12.5

13

13.5

14

14.5

15

15.5

16

16.5

A(100%TI) B (75%;25%TB C(50%TI;50%TB) D(25%TI;75%TB) E (100%TB)

Pakan

Per

tum

bu

han

Mu

tlak

(g

)

Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Mutlak Ikan Lele pada pergantian tepung ikan (TI)

dengan tepung bekicot (TB)

18

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

A (100 %TI) B (75%TI;25% TB) C(50%TI;50%TB) D(25%TI;75%) E (100%TB)

Pakan

Tin

gka

t K

on

sum

si p

akan

(g

)

Gambar 5. Grafik Tingkat Konsumsi Ikan Lele pada pergantian tepung ikan (TI) dengan

tepung bekicot (TB)

Sementara itu sub judul 2 tentang :

“PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG BEKICOT DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KUALITAS AIR DAN KADAR NITROGEN DAN PHOSPHOR TUBUH IKAN LELE DUMBO

Dapat kami laporkan bahwa penelitian ini SUDAH SELESAI DILAKSANAKAN namun ANALISA KUALITAS AIR DAN  KADAR FOSFOR DAN NITROGEN MASIH SEMENTARA DIANALISA DI LAB.FMIPA UNIV.HALUOLEO.

19

B. PENELITIAN SUB JUDUL 3

B.1 PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG USUS AYAM DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO (Judul ini sudah dibuat oleh Sdr : Dedi Hamsul)

1. Waktu dan Tempat Peneltian

Peneltian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Juli – Agustus 2009 dan

bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan Univ. Haluoleo Kendari

2. Pakan dan Pemberian pakan

Lima jenis pakan dibuat berupa upaya penggantian tepung ikan (TI) dengan

tepung usus ayam (TU) sebagai sumber protein alternatif dalam pakan ikan lele. Kelima

jenis pakan tersebut adalah sebagai berikut :

Pakan A : 100% TI

Pakan B : 75 % TI + 25 % TU

Pakan C : 50% TI + 50 % TU

Pakan D : 25% TI + 75 % TU

Pakan E : 100 % TU

Formulasi pakan ikan lele berupa penggantian tepung ikan dengan tepung

bekicot sebagai alternatif sumber protein pakan disajikan dalam Tabel 2 sebagai

berikut :

20

Tabel 3. Formulasi pakan Ikan Lele pada penggantian tepung ikan dengan tepung usus

Ayam

Bahan Pakan Pakan (%)

A (TI) B (25PA) C(50PA) D(75PA) E (100PA)

Tepung ikan 50 12.5 25 37.5 50

Tepung usus ayam 0 37.5 25 12.5 0

Tepung sagu 15 15 15 15 15

Tepung terigu 10 10 10 10 10

Minyak ikan 5 5 5 5 5

Topmix 6 6 6 6 6

Dedak halus 14 14 14 14 14

Total 100 100 100 100 100

5.1 Hasil

Selama pemeliharaan telah dilakukan sampling sebanyak 5 kali dan dihasilkan

laju pertumbuhan dan konsumsi pakan sebagai berikut :

Tabel 3. Laju pertumbuhan dan tingkat konsumsi pakan ikan lele selama penelitian

Pakan Bobot Biomassa Pertumbuhan Mutlak (g)

Kelangsungan Hidup (%)

Bobot Awal (g)

Bobot Akhir (g)

A 1.85 3.44 1.59 100B 1.87 2.47 0.6 100C 1.80 2.40 0.6 100D 1.94 3.56 1.62 100E 2.23 2.97 0.74 100

21

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

0 1 2 3 4

Waktu sampling (10 hari)

Bo

bo

t ra

ta-r

ata

bio

ma

ss

a (

g)

Pakan A Pakan B Pakan C

Pakan D Pakan E

Gambar 6. Laju pertumbuhan ikan lele selama penelitian

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

A (100%TI) B (75%TI;25%TU) C(50%TI;50%TU) D(25%TI;75%TU) E(100%TU)

Pakan

Pert

um

bu

han

Mu

tlak (

g)

Gambar 7. Pertumbuhan mutlak ikan lele

22

C. PENELITIAN SUB JUDUL 4 DAN 5

C.1 PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG PERUT IKAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Agustus – September 2009

dan bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan Univ. Haluoleo Kendari. Sementara

ini dapat kami laporkan bahwa pelaksanaan penelitian ini sementara berlangsung dan

telah memasuki waktu pengukuran ke-3 dan masih tersisa satu kali sampling akhir.

2. Pakan dan Pemberian pakan

Lima jenis pakan dibuat berupa upaya penggantian tepung ikan (TI) dengan

tepung perut ikan (TP) sebagai sumber protein alternatif dalam pakan ikan lele. Kelima

jenis pakan tersebut adalah sebagai berikut :

Pakan A : 100% TI

Pakan B : 75 % TI + 25 % TP

Pakan C : 50% TI + 50 % TP

Pakan D : 25% TI + 75 % TP

Pakan E : 100 % TP

Formulasi pakan ikan lele berupa penggantian tepung ikan dengan tepung

bekicot sebagai alternatif sumber protein pakan disajikan dalam Tabel 2 sebagai

berikut :

23

Tabel 4. Formulasi pakan penelitian ikan lele

Bahan Pakan Pakan (%)

A (TI) B (25TPI) C(50TPI) D(75TPI) E (100TPI)

Tepung ikan 55 41.25 27.5 13.75 0

Tepung buangan ikan 0 9.25 23.0 36.75 50.5

Tepung kedelai 0 4.50 4.50 4.50 4.50

Tepung sagu 10 10 10 10 10

Tepung terigu 15 15 15 15 15

Minyak ikan 5 5 5 5 5

Topmix 6 6 6 6 6

Dedak halus 9 9 9 9 9

Total 100 100 100 100 100

5.2 Hasil

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

0 1 2 3

Waktu sampling (7 hari)

Bobot

rata

-rata

ikan (

g)

A (100% TI) B(75% TI; 25% TP)C (50% TI;50%TP) D (25%TI;75%TP)D(100TP)

Gambar 6. Laju pertumbuhan rata-rata ikan lele selama 3 kali pengamatan.

24

Sementara itu sub judul 5 tentang :

PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG PERUT IKAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KUALITAS AIR DAN KADAR NITROGEN DAN PHOSPHOR TUBUH IKAN LELE DUMBO

Dapat kami laporkan bahwa penelitian ini SUDAH SELESAI DILAKSANAKAN namun ANALISA KUALITAS AIR DAN  KADAR FOSFOR DAN NITROGEN MASIH SEMENTARA DIANALISA DI LAB. PERIKANAN UNIV.HALUOLEO.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, C. H., 2007. Teknik Budidaya Lele Sangkuriang. Balai Besar Pengembangan

Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Sukabumi.

Beveridge, C.M., Ross, L.G. and Kelly, L.A., 1994. Aquaculture and bio-diversity.

Ambio., 23: 497-502.

Bergheim, A. Hustveit, H., Kittelsen, A., Selmer-Olsen, A.R., 1984. Estimated pollution

loadings from Norweigian fish farms. II. Investigations 1980-1981. Aquaculture,

36:157-168.

Bergheim, D. J., Abel, J.P. and Seymour, E.A., 1991. Past and present approaches to

aquaculture waste management in Norwegian net pen culture operations. In:

Cowey, C.B. and Cho, C.Y. (eds.), Nutritional Strategies and Aquaculture Waste.

University of Guelph, Ontario, pp. 117–136.

Braaten, B., Ervik, A. and Bofe, E., 1983. Pollution problems on Norwegian fish farms.

Aquaculture Ireland, 16: 6-10.

Brown, P.B., Robinson, E.H., Clark, A.E., Lawrence, A.L., 1989. Apparent digestible

energy coefficients and associative effects in practical diets for red swamp crayfish.

J. World Aquac. Soc. 20, 122–126.

Cho, C.Y., Hynes, J.D., Wood, K.R. and Yoshida, H.K., 1991. Quantitation of fish culture

wastes by biological (nutritional) and chemical (limnological) methods; the

development of high nutrient dense (HND) diets. In: Cowey, C.B. and Cho, C.Y.

(eds.), Nutritional Strategies and Aquaculture Waste, Proceedings of the First

25

International Symposium on Nutritional Strategies in Management of Aquaculture

Waste, University of Guelph, Ontario, Canada, pp. 37–50.

Davies, S.J., Nengas, I., Alexis, M., 1991. Partial substitution of fish meal with different

meat meals products in diets for sea bream (Sparus aurata). In: Kaushik, S.J.,

Luquet (Eds.), Fish Nutrition in Practice. Coll. Les Colloques, vol. 61. INRA, Paris,

pp. 907–911.

EVS, 2000. Environmental Consultants. In: Impacts of Fresh water and Marine Aquaculture on the Environment: Knowledge and gaps (Preliminary report). Prepared for Canadian Department of Fisheries and Oceans, June 2000. 12 p.

FAO (Food and Agriculture Organization), 1997. The state of world fisheries and

aquaculture, 1996, FAO fisheries, FAO, Rome, Italy

Hargreaves, J. A., 1998. Nitrogen biochemistry of Aquaculture ponds. Aquaculture,

166:181-212.

Hemre, G.-I., Mommsen, T.P. dan Krogdahl, A ˚ . (2002) Carbohydrates in fish nutrition:

effects on growth, glucose metabolism and hepatic enzymes. Aquacult. Nutr., 8,

175–194.

Hertrampf, J.W., Piedad-Pascual, F., 2000. Handbook on Ingredients for Aquaculture

Feeds. Kluwer Academic Publications, Netherlands.

Jauhari, A., 2007. Teknik Pembenihan dan Pembesaran Lele. Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Sukabumi.

Johnsen, F. and Wandsvik, A., 1991. The impact of high energy diets on pollution control

in the fish farming industry. In: Cowey, C.B. and Cho, C.Y. (eds.), Nutritional

Strategies and Aquaculture Waste. Proceedings of the First International

Symposium on Nutritional Strategies in Management of Aquaculture Waste

(Cowey, C.B. and Cho, C.Y. eds), pp. 37–50. University of Guelph, Ontario.pp. 51-

64

Nugroho, Sahid Susilo, 1995. Analisis DEA dan Pengukuran Efisiensi Merk, Jurnal

Kelola / 8 / IV , 43 – 52, Yogyakarta

Portz, L., Cyrino, J.E.P., 2004. Digestibility of nutrients and amino acids of different

protein sources in practical diets by largemouth bass Micropterus salmoides

(Lacepede, 1802). Aquac. Res. 35, 312–320.

Subhadra, B., Lochmann, R.T., Rawles, S.D., Chen, R., 2006. Effect of dietary lipid

source on the growth, tissue composition and hematological parameters of

largemouth bass (Micropterus salmoides). Aquaculture 255, 210–222.

26

Sunarma, A., 2004. Mengenal Ikan Lele Sangkuriang. Balai Budidaya Air Tawar

(BBAT). Sukabumi.

Tacon, A.G.J., 1993. Feed ingredients for warm water fish. Fish meal and other

processed feed stuffs. FAO Fish. Circ., vol. 856. FAO, Rome, Italy. 64 pp.

Tidwell, J.H., Coyle, S.D., Bright, L.A., Yasharian, D., 2005a. Evaluation of plant and

animal source proteins for replacement of fish meal in practical diets for the

largemouth bass Micropterus salmoides. J. World Aquac. Soc. 36, 454–463.

Walker, K.F. and Hillmann, T.J., 1982. Phosphorus and nitrogen loads in waters

associated with the river Murrey near Albury-Wodonga and their effects on

phytoplamkton populations. Aust. J. Mar. Freshwater Res., 23: 223-243.

Watanabe, T., Lee, M. J., Mizutani, J.,Yamada, T., Satoh, S., Takeuchi, T., Yoshida, N.,

Kitada, T. and Arakawa, T., 1991a. Effective components in cuttlefish meal and

raw krill

for improvement of quality of red sea bream Pagrus major eggs. Nippon Suisan

Gakkaishi, 57: 681–694.

Watanabe, T., 1988. Intensive marine farming in Japan, In: Shepherd, J. and Bromage,

N., (eds), Intensive Fish Farming, BSP Professional Books, Oxford, 239.

27